skizofrenia paranoid trisakti rsmm
DESCRIPTION
LAPORAN KASUSSKIZOFRENIA PARANOIDTRISAKTI RSMMPANDU SATYA WTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. AS
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 12 Mei 1976
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Suku : Sunda
Alamat : Desa Taman Sari
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan Terakhir : SMP
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal masuk RS : 24 September 2015
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesis : 24 September 2015 (sepupu dan kakak pasien)
Autoanamnesis : 24, 27, 30 September 2015
A. Keluhan Utama
Autoanamnesis : Kaki kanan bengkak terasa sakit.
Alloanamnesis : Pasien lempar-lempar barang di rumah sejak 1 hari
SMRS.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang dibawa oleh sepupunya ke IGD RS Marzoeki Mahdi
tanggal 24 September 2015 dikarenakan sekitar 4 minggu SMRS pasien mulai
tampak gelisah dan telihat mondar-mandir di lingkungan rumah sepupu pasien
dan sering marah-marah jika permintaannya tidak dituruti, serta mengatakan
1
bahwa dirinya adalah titisan eyang surya kencana dan sering terlihat bicara
sendiri.
Lima hari SMRS pasien dikatakan merusak rumah warga dan
memarahi pemilik rumah, hal tersebut dilakukan oleh pasien karena pasien
mengatakan bahwa dirinya disuruh oleh eyang dan prabu siliwangi yang
mengatakan “tendang-tendang”, sehingga pasien berusaha untuk
menghancurkan rumah warga tersebut dengan cara menendang dan berdoa
didepan tembok tersebut, juga dikatakan oleh pasien bahwa jemuran yang
digantung oleh warga adalah sebuah sesajen untuk tindakan musyrik dan
dirinya mendapat bisikan dari prabu siliwangi bahwa harus mengambilnya,
dan pasien yakin apabila tidak melakukannya maka ia akan mendapat dosa
dan kutukan dari gusti Allah yang membuat pasien takut. Setelah melakukan
tindakan tersebut pasien sangat marah karena banyak orang yang
menghalanginya untuk merusak rumah warga.
Dua hari SMRS pasien tampak menyapu rumah dan jalanan dengan
sapu lidi dikatakan oleh pasien dirinya mendapatkan bisikan dari gusti Allah
bahwa ada kekuatan jahat dari debu-debu tersebut yang akan membunuhnya,
dan pasien juga mengulangi perbuatan merusak rumah warga dan marah-
marah kepada orang-orang, sampai akhirnya kaki pasien bengkak serta terasa
sakit. Pada akhirnya sepupu pasien melarang pasien keluar rumah agar tidak
mengganggu warga, namun satu hari sebelum masuk rumah sakit pasien justru
membanting barang-barang dirumah dan marah kepada sepupu pasien. Pasien
juga mengatakan melihat 40 pasukan kuda lumping yang membuat pasien
takut, sepupu pasien mengajak pasien keluar rumah untuk jalan-jalan pagi
hari, namun pasien tau bahwa dirinya akan dibawa ke Rumah Sakit Jiwa
padahal dirinya yakin tidak sakit jiwa, dikatakan sepupu pasien bahwa jalan-
jalan ke Rumah Sakitnya untuk mengobati kaki pasien yang bengkak dan
tangan yang lecet-lecet.
2
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Menurut kakak pasien bahwa pasien mulai memiliki masalah seperti
ini sekitar tahun 2011 dan sempat dibawa ke orang pintar dekat rumah
namun keluhannya berkurang sedikit dan masih sering mondar-mandir,
namun saat itu tidak dibawa ke Rumah Sakit dikarenakan pasien tinggal
pindah-pindah dan tidak tau keberadaannya dimana, kemudian pasien
dibawa ke RSMM oleh kakak pasien sekitar bulan Agustus 2014 saat
sedang tinggal bersama sepupunya dan dirawat sekitar 2 minggu, ketika
pulang pasien sudah tenang dan dikatakan mendapatkan obat pulang serta
harus rutin untuk kontrol dan meminum obat, namun karena istri dan
keluarga pasien tidak rutin kontrol dan obatnya sudah habis gejala marah-
marah dan melempar-lempar barang timbul kembali pada sekitar akhir
tahun 2014 dan pasien tidak ada yang mengurus karena kakak kandung
sepupu sudah capek dan istri pasien sudah mengusir pasien dari rumah.
Pasien akhirnya pergi ke Cianjur (rumah tante), pasien dikatakan
sering tertawa sendiri dan sering bersih bersih jalanan sambil mengobrol
sendiri dan terkadang marah-marah, akhirnya pasien pergi dari rumah
tantenya di Cianjur dan kembali ke rumah sepupunya, dan dibawa ke
RSMM pada bulan Juli 2015 dan di rawat sekitar 2 minggu, ketika keluar
dari RSMM pasien terlihat tenang namun masih suka keluyuran keluar
rumah, pasien mulai tampak gelisah kembali dan berbicara seolah-olah
berbincang dengan eyang surya kencana dan prabu siliwangi pada awal
bulan september 2015, dikarenakan dari pihak keluarga tidak ada yang
membawa pasien untuk kontrol ke RS dan tidak minum obat secara rutin.
3
2. Riwayat Medik Umum
Baik pasien maupun keluarga pasien mengemukakan bahwa pasien
tidak pernah mengalami cedera kepala ataupun penyakit yang membutuhkan
perawatan intensif di rumah sakit, tidak ada riwayat kejang.
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien merokok sekitar 1 bungkus perhari, alkohol maupun obat-
obatan terlarang disangkal oleh pasien dan keluarganya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Belum dapat digali secara alloanamnesis karena kaka dan sepupu pasien tidak
tahu secara pasti. Pasien juga tidak tahu tentang kelahirannya. Pasien
merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun)
Belum dapat digali secara alloanamnesis karena kakak dan sepupu pasien
tidak tahu secara pasti. Pasien juga mengatakan kalau dia tidak ingat tentang
masa kanak-kanaknya.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien saat SD berjualan es untuk memenuhi menambah kebutuhan biaya
sekolah dan uang jajan, hubungan masa kecil dengan teman baik.
4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja
a. Hubungan sosial
Pasien mengatakan memiliki banyak teman dan mempunyai dua orang
sahabat, bernama Rubani dan Ruseli saat ini mereka menjadi anggota
TNI. dalam hubungan dengan temannya, pasien tidak merasa
diasingkan dan sering mengisi waktu luangnya untuk bermain bola
bersama temannya. Hubungan pasien dengan keluarga dikatakan tidak
baik dikarenakan pasien menganggap keluarganya tidak
4
memperdulikan dirinya saat sedang sulit. Pasien memiliki idola ketika
muda yaitu Iwan fals, Nike ardila dan Ebiet G Ade.
b. Riwayat pendidikan
Pasien mengatakan bahwa dirinya memiliki prestasi yang cukup di
sekolah dan tidak pernah tinggal kelas serta jarang bolos sekolah,
Pasien bersekolah dengan jalan kaki karena jaraknya tidak begitu jauh,
pasien memiliki mata pelajaran favorit yaitu sejarah dan olahraga,
serta kegiatan lain diluar akademik yaitu menanam serta mengikuti
kegiatan diluar jam sekolah.
c. Perkembangan kognitif dan motorik
Tidak ada disfungsi otak atau gangguan perkembangan yang spesifik.
d. Problem emosi atau fisik khusus remaja
Tidak di dapatkan problem emosi atau fisik yang khusus saat remaja
pada pasien.
e. Riwayat psikoseksual
Pasien pertama kali memiliki pacar ketika kelas 1 SMP, dan
mendapatkan mimpi basah pada tahun yang sama, ketika pasien
memiliki pacar pasien mengatakan semakin semangat ke sekolah dan
sering malu-malu jika bertemu pacarnya saat itu. Namun hubungannya
dengan pacarnya bertahan hanya 1 bulan. Pasien mengatakan minatnya
terhadap lawan jenis tinggi namun saat itu pasien malu untuk dekat
dengan lawan jenis.
f. Latar belakang agama
Keluarga pasien semuanya beragama Islam, dan pasien pun seorang
muslim, dikatakan oleh pasien bahwa sikap keluarganya terhadap
perintah agama cenderung tolerir atau permisif terhadap perintah
agama. Pasien sering melakukan perintah agama dan mengikuti
pengajian di sekitar rumah yang disebut oleh pasien tempatnya
5
bernama “Al-jazirah”, namun dikatakan oleh pasien tidak memiliki
kelompok agama khusus.
5. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja. Pasien mengatakan bekerja dari mulai SD
saat itu menjual es dan di jual kepada teman-temannya seharga Rp 25-
50 untuk membantu uang jajan sekolah, dan sempat bekerja sebagai
pembuat batu koral, Kemudian pada usia 16 tahun pasien bekerja
sebagai kenek di bis antar kota, selanjutnya pada tahun 2010 pasien
menjadi supir bus antar kota dan di gaji Rp 100.000 per hari, namun
dikatakan pasien tidak setiap hari nyetir dan pasien mengatakan
dikeluarkan dari pekerjaannya setelah 1 tahun menyetir bus. Jika
disuruh memilih pasien menginginkan menjadi seorang TNI.
b. Aktivitas sosial
Setelah menikah pasien jarang mengikuti aktivitas disekitar
lingkungan dikarenakan pasien bekerja dan juga karena sempat
mengalami perceraian pasien harus pindah rumah dan sulit untuk
beradaptasi dengan lingkungan barunya.
c. Kehidupan seksual masa dewasa
Pasien menikah sebanyak 3 kali, menikah pertama pada usia 17 tahun
dan bercerai pada usia pernikahan 1 tahun dikarenakan ada konflik
dengan keluarga istri, menikah kedua pada usia 22 tahun dan
dikatakan istrinya sempat meninggalkannya dengan laki-laki lain yang
bekerja di luar negeri sebagai TKI dan akhirnya bercerai, dan
hubungan dengan istri ketiga tidak harmonis karena pasien sempat
diusir dari rumah, pasien memiliki satu anak dari pernikahan yang
ketiga.
6
E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Menurut pasien, hubungan
dengan orang tua dan kakanya serta adiknya tidak akrab dikarenakan keluarganya
dianggap tidak memperdulikan dirinya, dan sempat terjadi konflik yang besar
antara pasien dengan kakaknya ketika kakak pasien menjual tanah pemberian dari
ayahnya dan tidak membagi hasil jualnya kepada pasien. Pasien diusir dari rumah
oleh istrinya, dan pasien sempat tinggal dirumah tantenya sekitar 2 minggu dan
pergi ketempat sepupunya selama hampir 2 bulan.
7
Diagram 1. Genogram Keluarga
F. Riwayat sosial ekonomi
Selama pasien bekerja dulu penghasilan pas-pasan namun pasien mengatakan
senang karena halal, dan sekarang pasien tidak kerja hanya menyapu jalanan saja
terkadang dibayar oleh orang yang lewat dan terkadang tidak.
8
G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
1. Impian
Pasien mengatakan ingin pulang.
2. Sistem nilai
Pasien kurang mampu mengurus diri sendiri sejak sakit.
3. Dorongan kehendak
Pasien tidak mempunyai dorongan kehendak pada saat ini.
4. Hal yang menjadi sumber kejengkelan atau frustasi dan yang membuat
bahagia atau senang
Pasien mengatakan tidak ada.
III. STATUS MENTAL
Pemeriksaan di lakukan pada tanggal 27-September-2015, Pukul 09:00 WIB, di
bangsal Kresna.
a. Deskripsi Umum :
i. Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 39 tahun dengan penampilan
sesuai dengan usia, kulit berwarna sawo matang, berambut hitam, pendek.
Pada saat wawancara pasien menggunakan kaos berwarna abu-abu dan
celana panjang. Perawatan diri cukup baik.
ii. Kesadaran
Neurologis : Compos Mentis
Psikologis : Terganggu
Sosial : Terganggu
iii. Perilaku dan akitivitas psikomotor
- Sebelum wawancara
Pasien sedang tiduran di ruang isolasi kresna.
9
- Selama wawancara
Pasien duduk menghadap ke pemeriksa ekspresi tenang, kokooperatif,
tidak ada gerakan involunter, jawaban relevan.
- Setelah wawancara
Pasien tidur kembali ditempat tidur.
iv. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan volume suara normal kuantitas
cukup.
v. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien bercerita dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemeriksa
walaupun terkadang cerita pasien cenderung melompat-lompat dengan
tema lain yang berhubungan dengan sebelumnya.
b. Alam perasaan
i. Mood : Eutim
ii. Afek : Kestabilan : Stabil
Pengendalian : Baik
Kesungguhan : Echt
Empati : Dapat dirabarasakan
Skala : Cukup Luas
Keserasian: Serasi
c. Fungsi Intelektual
i. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
1). Taraf pendidikan : Sesuai taraf pendidikan
2). Pengetahuan umum : Baik , (Pasien tau tahun berapa Indonesia merdeka.)
10
3). Kecerdasan : Baik , taraf kecerdasan rata-rata ( Pasien dapat
menjawab dengan benar 100-7, -7, -7, 75+25)
ii. Daya konsentrasi : Baik (Pasien menjawab pertanyaan pemeriksa, dan tidak
mudah teralihkan perhatiannya)
iii.Orientasi
1). Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu saat pagi, siang dan
malam pasien juga dapat mengetahui hari dan tahun)
2). Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa dirinya berada di ruang rawat
RSMM.
3). Personal : Baik, Pasien dapat mengenali pemeriksa sebagai dokter muda.
iv. Daya ingat
1). Jangka panjang : Baik, pasien dapat mengingat tanggal lahir, dimana
pasien bersekolah, nama kakak dan sepupunya.
2). Jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat menu makan pagi
sebelum wawancara.
3). Jangka Sesaat : Baik, pasien dapat mengulang kata-kata yang
disebutkan pemeriksa dengan baik dan berurutan
v .Kemampuan visuospasial : Baik, pasien dapat menggambar gambar tumpang
tindih.
11
Gambar1. Visuospasial pasien
vi. Pikiran abstrak
Baik, pasien dapat menjelaskan peribahasa sederhana yang diberikan oleh
pemeriksa “Tong kosong nyaring bunyinya”.
vii. Kemampuan menolong diri
Baik, (makan dan minum dan mandi sendiri)
d. Gangguan Persepsi
Halusinasi Ada / tidak
Halusinasi Visual AdaHalusinasi Auditorik AdaHalusinasi Olfaktorik Tidak adaHalusinasi Gustatorik Tidak adaHalusinasi Taktil Tidak ada
12
ii. Ilusi : Tidak ada
iii. Depersonalisasi : Tidak ada
iv. Derealisasi : Tidak ada
e. Proses Pikir
i. Arus pikir
Produktivitas : Cepat, pasien menjawab apa yang ditanya dan tidak terputus.
Kontinuitas : Flight of idea
Hendaya bahasa : Tidak ada
ii. Isi pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Waham :
- Kebesaran (Pasien yakin bahwa dirinya adalah “Hidayatulloh”
mendapatkan keistimewaan informasi dan Tuhan)
- Kejar ( Pasien yakin bahwa jika tidak melakukan tindakan mengambil
jemuran maka dia akan dikutuk, dan pasien yakin bahwa pernah
dikejar oleh pasukan kuda lumping)
f. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls Baik, pasien dapat mengendalikan diri dengan
berperilaku baik dan sopan.
g. Daya nilai dan tilikan
i.Daya Nilai Sosial
Baik, (Ketika pasien ditanya apakah perbuatan mencuri itu tindakan baik
atau buruk, pasien menjawab “tindakan buruk”)
ii.Uji daya nilai
Baik, (Pasien jika menemukan dompet yang bukan miliknya maka akan
dilaporkan ke satpam atau polisi yang ada disekitar)
13
h. Tilikan
Derajat 1 (penolakan total terhadap penyakitnya)
i. Reliabilitas
Secara umum, dapat dipercaya baik alloananmnesis maupun
autoanamnesis.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
( 24-September-2015)
A. Status Interna
Keadaan umum : baik
Kesadaran : kompos mentis
Status gizi : BB = 70 kg, TB = 168cm
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 37,2
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
ditemukan kelainan
THT : sekret (-), palpasi pada daerah sinus maksilaris tidak
dirasakan nyeri
Mulut : stomatitis (-), gigi rapi, terlihat agak kekuningan
Leher : tidak terdapat pembesaran KGB dan pembesaran tiroid.
Paru : vesikuler (+/+), ronkhi (-), whezzing (-)
Jantung : BJ 1- BJII reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Cembung, supel, tidak ada nyeri tekan, bising usus normal
14
Ekstremitas : Akral hangat, capillary refill time <2”, edema pada pedis
kanan
Kulit : dalam batas normal
B. Status Neurologis
GCS : 15
Tanda Rangsangan Meningeal : negatif
Tanda efek ekstrapiramidal : tidak ditemukan
Motorik : 5/5/5/5
Sensorik : dalam batas normal
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Telah diperiksa seorang laki-laki berusia 39 tahun, agama islam, suku
Sunda, tidak bekerja, status menikah. Pemeriksaan dilakukan di IGD RSMM dan
bangsal kresna serta yudhistira pada tanggal 24, 27, 30 September 2015. Pasien
dirawat pada tanggal 24 September 2015 dengan keluhan dari sepupu pasien
bahwa pasien melempar-lempar barang. Pasien juga dikatakan sering marah
marah dan mondar-mandir. Berdasarkan alloanamnesis pasien sering terlihat
berbicara sendiri. Pasien merupakan pasien lama yang pernah dirawat di RSMM
pada tahun 2014. Keadaan pasien sempat mengalami perbaikan dan sempat
pulang namun dalam beberapa bulan kemudian pasien di rawat kembali di
RSMM karena gejala yang sama.
Pasien adalah seorang lulusan SMP yang dikatakan oleh kaka kandungnya
memiliki prestasi yang cukup baik. Pasien memiliki hobi membersihkan rumah,
dan jalanan. Bahkan pasien mengaku pernah menyapu dari cianjur ke
tasikmalaya, Pasien juga mengaku bisa mendengarkan pesan Tuhan dan prabu
siliwangi untuk disampaikan kepada manusia.
Pasien mengaku sampai saat dilakukan wawancara ini pasien masih sering
mendengar suara yang berbisik padanya namun suara tersebut tidak terdengar
15
jelas. Pasien juga sering melihat hal-hal ghaib yang tidak bisa dilihat orang pada
umumnya seperti melihat malaikat dan melihat bayangan yang melayang-layang.
Pada pemeriksaan status mental tanggal 27 September 2015 tampak pasien
menggunakan kaos abu-abu dan memakai celana panjang, penampilan sesuai
dengan usia, perawakan cukup, perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas
psikomotorik pasien baik, terlihat pasien dapat bergaul dengan perawat bangsal .
Selama wawancara pasien duduk dengan tenang di kursi, kontak mata pasien
dengan pemeriksa baik. Sikap pasien dengan pemeriksa kooperatif dalam
menjawab pertanyaan, dan jawaban sesuai dengan pertanyaan walaupun
terkadang jawaban tidak rasional. Pembicaraan spontan dalam menjawab,
intonasi suara baik, artikulasi jelas. Mood eutim, afek luas, pembicaraan dengan
afek sesuai. Pada gangguan persepsi ditemukan halusinasi visual, auditorik dan
terdapat ilusi. Bentuk pikiran non realistik, isi pikir waham kebesaran, dengan
proses arus pikir flight of idea, RTA terganggu dengan tilikan derajat satu.
Pada pemeriksaan fisik Interna dan neurologis dalam batas normal dan tidak
ditemukan kelainan.
16
(Rentang 1) (Rentang 2)
2011 Agustus Desember Juli Sept
2014 2014 2015 2015
- Tahun 2011
Keluhan marah-marah tanpa alasan yang jelas mulai muncul, dan
pasien dikatakan sering mondar mandir serta berbicara sendiri, saat
itu dibawa oleh kakak pasien ke tempat orang pintar (dukun)
dikatakan bahwa pasien lebih tenang dan tidak marah-marah lagi
namun pasien tetap mudah tersinggung.
- Rentang 1
Selama masa ini menurut keterangan kakak dan sepupu pasien, tidak
ada keluhan marah-marah bicara sendiri dan perilaku aneh, namun
pasien sering pergi-pergian ke tempat tante atau menginap di masjid
dan terkadang kerumahnya sendiri , namun saat dirumahnya sendiri
pasien sering bertikai dengan istri dan diusir dari rumah, pasien tidak
bekerja dan lebih banyak bersih-bersih (menyapu rumah dan jalanan
dekat rumah sepupu atau rumah tante)
17
- Agustus 2014
Dikatakan awal bulan agustus tahun 2014, pasien mulai menunjukan
gejala-gejala aneh lagi, seperti berbicara sendiri, tidak bisa diatur dan
marah-marah sambil menyebut-nyebut “prabu siliwangi dan eyang
suryakencana” pasien menjadi mudah tersinggung dan terkadang
memukul orang jika kemauannya tidak dituruti, pada periode bulan
agustus ini pasien dirawat di RSMM selama sekitar 2 minggu, dan
pulang perawatan dikatakan kondisi tenang.
- Desember 2014
Pada pertengahan bulan Desember 2014 pasien mulai timbul gejala-
gejala yang sama seperti bulan Agustus, saat itu pasien diantar oleh
kakaknya ke rumah sakit, hal tersebut diakui oleh kakak pasien bahwa
setelah pulang perawatan dari RSMM bulan Agustus pasien tidak
pernah kontrol lagi dan tidak ada yang memantau pasien minum obat,
karena keluarga dikatakan sudah capek mengurus pasien. Pada
periode ini pasien tidak pernah dijenguk baik itu dari kakak maupun
keluarga lainnya.
- Rentang 2
Pada periode ini pasien dikatakan hidup tidak menentu tempat
tinggalnya terkadang dirumah tante atau paman, terkadang dirumah
kakak atau adik pasien dan terkadang dirumah sepupu, pada rentan ini
pekerjaan pasien adalah menyapu jalanan dimanapun dan dikatakan
oleh kakak pasien, pasien mendapatkan uang dari orang-orang yang
lewat dan digunakan pasien untuk beli makan dan pergi-pergi naik
angkot. Dan tidak pernah ada yang mengontrol kesehatan jiwa pasien
serta memantau obat-obatannya.
- Juli 2015
Periode ini pasien mulai timbul gejala lagi dan dilaporkan oleh warga
bahwa pasien pernah merusak halaman warga seperti menendang-
18
nendang pagar dan berlaku kasar, serta berbicara mengenai
pewayangan, dan tampak sangat gelisah serta sering marah-marah,
pasien sempat mengatakan bahwa hamper bertempur dengan pasukan
kuda lumping dan pasukan jin, maka pasien dibawa oleh keluarga ke
RSMM dan dirawat kembali.
- September 2015
Pasien datang kembali ke IGD RSMM dengan keluhan melempar
barang-barang dan mengamuk dirumah, serta sering berbicara sendiri
dan mengganggu warga, hal tersebut dicetuskan oleh pasien yang
tidak meminum obat dan tidak pernah diajak kontrol kesehatan jiwa
oleh keluarganya, pasien juga mengatakan dirinya adalah
hidayatulloh yang dipercaya untuk menyampaikan kebenaran
langsung dari Allah serta bisa melihat hal-hal gaib dan sering
mendengar bisikan bisikan, dan pasien terkadang takut dengan azab
yang akan terjadi pada dirinya bila tidak melakukan perintah-perintah
dalam bisikannya tersebut.pasien dirawat di ruang kresna selama 5
hari dan di pindahka keruang yudhistira.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
Berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan,
pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang
secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan
hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian
berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu
gangguan jiwa.(1)
Anamnesis, riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami
trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan
19
disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya,
gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-09). Pada pasien tidak
didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala
penyakit yang menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan
adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat
disingkirkan (F10-19).
Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena
adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual.
Gangguan isi pikir yaitu, waham kebesaran dan waham kejar. Gejala tersebut
dialami pasien selama kurang lebih dari 4 tahun, sehingga dapat digolongkan
kedalam gangguan psikotik kelompok skizofrenia (F20). Dalam kurun waktu
tersebut pasien telah mengalami sekitar 4 kali episode yang tidak ada akhir yang
jelas di masa lalu dengan gejala-gejala yang kurang lebih hampir sama. Maka
dari itu, berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah
Skizofrenia Paranoid (F20.0).(1-2)
Aksis II
Untuk saat ini, diagnosis aksis II pada pasien belum dapat ditentukan.
Aksis III
Belum ada diagnosis untuk aksis III karena tidak ditemukan kelainan
organik yang berhubungan dengan kondisi medis umum pasien.
Aksis IV
Pada aksis IV ditemukan adanya masalah yang berkaitan dengan
hubungan antara keluarga pasien dengan pasien yang kurang baik. Dan karena
bercerainya pasien dengan istri.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global
Assessment Of Functioning (GAF) menurut PPDGJ III, didapatkan GAF
tertinggi dalam satu tahun terakhir (HLPY) didapatkan jika 70-61 yakni beberapa
20
gejala ringan, menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik. Untuk
saat ini 60-51 dengan gejala sedang (moderete), disabilitas sedang.(1)
VII EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.00)
Aksis II : Belum dapat didiagnosis.
Aksis III : Tidak ada
Aksis IV : Masalah dalam keluarga
Aksis V : GAF saat ini 60-51, HLYP 70-61
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja : F20.0 Skizofrenia Paranoid
Diagnosis Banding : - F20.1 Skizofrenia Hebefrenik
- F00-F09 Gangguan Mental Organik
- F10-F19 Gangguan Mental dan Perilaku akibat
Penggunaan Zat Psikoaktif
IX. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan
B. Psikologik
i. Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik dan visual
ii. Proses pikir : Flight of Ideas
iii. Isi pikir : waham kebesaran, waham kejar
iv. RTA : Terganggu
v. Tilikan : Derajat 1
21
C. Lingkungan dan Sosioekonomi
Lingkungan keluarga mempengaruhi keadaan psikologis pasien.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
A. Faktor yang memperingan :
- Tidak terdapat faktor genetik
B. Faktor yang memperberat :
- Dukungan keluarga yang sangat kurang
- Pemantauan kontrol obat tidak ada
XI. RENCANA TERAPI
a. Farmakologi
- Haloperidol 3 x 5 mg
- Trihexyphenidyl 3 x 2 mg
b. Non-Farmakologi
Psikoterapi :
- Psikoterapi suportif dengan memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menceritakan masalahnya dan meyakinkan pasien bahwa ia
sanggup menghadapi masa-masa sulit dan masalah yang ada.
- Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan
memberikan dukungan kepada pasien bahwa gejala yang dialami
akan menghilang dan dapat kembali pulang ke rumah apabila
menurut dokter yang merawat keadaannya sudah membaik.
22
- Memberikan edukasi pada pasien bahwa obat yang diminum tidak
menimbulkan ketergantungan, justru sebagai pengontrol agar gejala
yang dialami pasien dapat terkontrol dan pasien dapat menjalani
kegiatan sehari-hari seperti sebelum sakit.
Sosioterapi :
- Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien agar
mengerti keadaan pasien dan selalu memberi dukungan kepada pasien.
- Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol ke poliklinik
psikiatri dan mengambil obat secara teratur setelah selesai rawat inap
dalam program rawat jalan.
- Mengajarkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan
pendidikannya.
- Memberikan informasi pentingnya activity daily living dalam
kehidupannya sehari-hari dan meyakinkan pasien agar mau
melaksanakan kegiatan tersebut.
XII. DISKUSI
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.(3)
Kriteria diagnosis Skizofrenia menurut PPDGJ III
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas atau kurang tajam) :
a. Isi Pikiran
23
1) ”thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda.
2) ”thought insertion or withdrawl” = isi pikiran yang asing dari luar
masukke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawl)
3) ”thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.
b. Waham
1) ”delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
2) ”delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar
3) ”delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
4) “delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
c. Halusinasi auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara)
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, mislanya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain)
24
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang
menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-
bulan terus menerus.
b. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
c. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan
atau neologisme.
d. Gejala gejala ”negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan response emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
atau medikasi neuroleptika.
3. Adanya gejala gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap larut dalam
diri sendiri, tidak berbuat sesuatu, dan penarikan diri secara sosial.(1)
Skizofrenia diklasifikasikan menjadi 5 yaitu katatonik, hebefrenik, residual,
paranoid, dan yang tak terdefinisi. Skizofrenia paranoid sendiri merupakan salah satu
sub tipe dari Skizofrenia. Kriteria diagnosis untuk Skizofrenia paranoid menerut
PPDGJ III :
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
b. Sebagai tambahan:
25
1) Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh. Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar beraneka ragam,
adalah yang paling khas
2) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif nyata/ tidak menonjol.
Untuk pengobatan psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada pasien ini
adalah pemberian Haloperidol dan Trihexylfenidyl. Kedua obat tersebut termasuk
kedalam obat antipsikotik golongan tipikal. Mekanisme kerja obat golongan tipikal
adalah dengan memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khusunya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala
positif. Efek sampingnya dapat berupa sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, mulut
kering), gangguan ekstrapiramidal (Parkinson-like Syndrome yaitu tremor dan
rigiditas). Namun, efek samping antipsikotik atipikal lebih minimal dari antipsikotik
tipikal.(2)
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III dan DSM V),
Cetakan kedua. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
2. Maslim, Rusdi. (2007). Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik,
edisi ketiga. : Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya
3. Sadock BJ, Sadock VA. (2013). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Jakarta: EGC,
4. Agus, Dharmady. Psikopatologi. (2003). Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
dan Perilaku Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
27