referat skizo paranoid

36
BAB I PENDAHULUAN 1. Sejarah Besarnya masalah klinis skizofrenia secara terus-menerus telah menarik perhatian tokoh-tokoh utama psikiatri dan neurologi sepanjang sejarah gangguan ini. Dua tokoh tersebut adalah Emil Kraepelin (1856- 1926) dan Eugen Bleuler (1857-1939). Sebelumnya, Benedict Morel (1809- 1873), seorang psikiater perancis, menggunakan istilah demence precoce untuk pasien dengan penyakit yang dimulai pada masa remaja yang mengalami perburukan; Karl Ludwig Kahlbaum (1828-1899) menggambarkan gejala katatonia; Ewold Hacker (1843-1909) menulis mengenai perilaku aneh pada pasien dengan hebefrenia. Emile Kraepelin Kraepelin menerjemahkan istilah demence precoce dari Morel menjadi Demensia prekoks, suatu istilah yang menekankan proses kognitif (demensia) dan awitan dini (prekoks) yang nyata dari gangguan ini. Pasien dengan demensia prekoks digambarkan memiliki perjalanan penyakit yang memburuk dalam jangka waktu lama dan gejala klinis umum berupa halusinasi dan waham. Kraepelin membedakan pasien ini dengan mereka yang di klasifikasikan menderita psikosis-depresif yang mengalami episode nyata penyakit yang berselang-seling dengan periode berfungsi normal. Gejala utama pasien dengan paranoia adalah waham kejar persisten dan pasien tersebut digambarkan tidak begitu mengalami perjalanan penyakit demensia prekoks yang memburuk serta gejala intermiten psikosis manik- depresif. Eugen Bleuler Bleuler mencetuskan istilah skizofrenia, yang menggantikan demensia prekoks dalam literatur. Ia memilih istilah tersebut untuk menunjukan adanya skisme (perpecahan, pen.) antara pikiran, emosi, dan perilaku pada pasien dengan gangguan ini. Bleuler menekankan bahwa, tak seperti konsep Kraepelin tentang demensia prekoks, skizofrenia tak harus memiliki perjalanan penyakit yang memburuk. Sebelum dipublikasikannya edisi ketiga diagnostic and statistical manual of mental 1

Upload: duomaxwell195

Post on 06-Aug-2015

369 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Skizo Paranoid

BAB I

PENDAHULUAN

1. Sejarah

Besarnya masalah klinis skizofrenia secara terus-menerus telah menarik perhatian

tokoh-tokoh utama psikiatri dan neurologi sepanjang sejarah gangguan ini. Dua tokoh tersebut

adalah Emil Kraepelin (1856-1926) dan Eugen Bleuler (1857-1939). Sebelumnya, Benedict

Morel (1809-1873), seorang psikiater perancis, menggunakan istilah demence precoce untuk

pasien dengan penyakit yang dimulai pada masa remaja yang mengalami perburukan; Karl

Ludwig Kahlbaum (1828-1899) menggambarkan gejala katatonia; Ewold Hacker (1843-1909)

menulis mengenai perilaku aneh pada pasien dengan hebefrenia.

Emile Kraepelin

Kraepelin menerjemahkan istilah demence precoce dari Morel menjadi Demensia

prekoks, suatu istilah yang menekankan proses kognitif (demensia) dan awitan dini (prekoks)

yang nyata dari gangguan ini. Pasien dengan demensia prekoks digambarkan memiliki

perjalanan penyakit yang memburuk dalam jangka waktu lama dan gejala klinis umum berupa

halusinasi dan waham. Kraepelin membedakan pasien ini dengan mereka yang di

klasifikasikan menderita psikosis-depresif yang mengalami episode nyata penyakit yang

berselang-seling dengan periode berfungsi normal. Gejala utama pasien dengan paranoia

adalah waham kejar persisten dan pasien tersebut digambarkan tidak begitu mengalami

perjalanan penyakit demensia prekoks yang memburuk serta gejala intermiten psikosis manik-

depresif.

Eugen Bleuler

Bleuler mencetuskan istilah skizofrenia, yang menggantikan demensia prekoks dalam

literatur. Ia memilih istilah tersebut untuk menunjukan adanya skisme (perpecahan, pen.)

antara pikiran, emosi, dan perilaku pada pasien dengan gangguan ini. Bleuler menekankan

bahwa, tak seperti konsep Kraepelin tentang demensia prekoks, skizofrenia tak harus

memiliki perjalanan penyakit yang memburuk. Sebelum dipublikasikannya edisi ketiga

diagnostic and statistical manual of mental disoder (DSM III), insidensi skizifrenia di

Amerika Serikat (dengan para psikiater mengikuti prinsip Bleuler) meningkat hingga

1

Page 2: Referat Skizo Paranoid

mungkin mencapai dua kali insidensi di Eropa ( dengan para psikiater mengikuti prinsip

Kraepelin). Setelah DSM III diterbitkan, diagnosis skizofrenia di Amerika Serikat beralih ke

konsep Kraepelin. Namun, istilah skizofrenia dari Bleuler menjadi label yang diterima secara

internasional untuk gangguan ini.

Empat A

Bleuler mengindentifikasikan gejala fundamental (atau primer) skizofrenia yang

spesifik untuk membangun teori mengenai perpecahan mental interna pada pasien. Gejala

tersebut meliputi gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran; gangguan afektif, autisme, dan

ambivalensi, yang dirangkumkan menjadi empat A: asosiasi, afek, autisme, dan ambivalensi.

Bleuler juga mengidentifikasi gejala asesoris (sekunder), yang banyak menambah pemahaman

mengenai skizofrenia.

2. Prevalensi dan Epidemiologi

Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1 %, yang berarti

bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia selama masa hidupnya.

Studi epidemiologi Catchman Area (ECA) yang disponsori National Institute of Mental

Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 0,6-1,9 %. Menurut DSM-IV-

TR, insidensi tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5-5,0 per 10 000 dengan beberapa variasi

geografik (contoh, insidens lebih tinggi pada orang yang lahir di daerah perkotaan di negara

maju). Skizofrenia ditemukan pada semua masyarakat dan area geografis dan angka insidens

serta prevalensinya secara kasar merata di seluruh dunia. Di A.S kurang lebih 0,05 % populasi

total menjalani pengobatan untuk skizofrenia setiap tahun dan hanya sekitar setengah dari

semua pasien skizofrenia mendapatkan pengobatan, meskipun penyakit ini termasuk penyakit

berat.

Prevalensi (kemungkinan terjadi) gangguan skizofrenia dapat dilihat pada daftar di bawah ini:

1. Populasi umum 1%

2. Saudara Kandung 8%-10%

3. Anak dengan salah satu orang tua skizofrenia 12%-15%

4. Kembar 2 telur (dizigot) 12%-15%

5. Anak dengan kedua orang tua skizofrenia 35%-40%

6. Kembar monozigot 47%-50%

2

Page 3: Referat Skizo Paranoid

Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk atau sekitar dua sampai

empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar sepertiga dari sekitar satu sampai

dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini

sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari

Sanatorium Dharmawangsa Jakarta Selatan.

Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16 sampai

25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan,skizofrenia biasanya mulai diidap pada usia 25

hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di antara anggota keluarga

sedarah.

3. Jenis-Jenis

Terdapat berbagai macam skizofrenia, yaitu sebagai berikut:

1. Skizofrenia simplex

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama

pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.

Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang

sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan

mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik

diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran

dan akhirnya menjadi pengangguran.

2. Jenis hebrefenik

Yaitu jenis skizofrenia yang permulannya perlahan-lahan dan sering timbul pada

masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan

proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya

menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol

(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak

(drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan,

sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan

(aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang

dangkal mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

3

Page 4: Referat Skizo Paranoid

3. Jenis katatonik

- Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

- Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya:

stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam

gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):

Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak

dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua

perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang

berlawanan);

Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya

menggerakkan dirinya);

Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan

tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis

terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

4. Jenis Paranoid

Jenis skizofrenia ini agak berbeda dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya jenis

penyakit. Jenis ini mulai sesudah umur 30 tahun, penderita mudah tersinggung,

cemas, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain. Hal

ini dilakukan penderita karena adanya waham kebesaran dan atau waham kejar

ataupun tema lainnya disertai juga dengan halusinasi yang berkaitan.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien

skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode

pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan

biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat membantu mereka melewati

penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien

katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi

4

Page 5: Referat Skizo Paranoid

yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya

dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak

ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik

paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam

situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis

mereka dan tetap intak.

5. Skizofrenia Residual

Yaitu jenis skizofrenia dengan gejala mengalami gangguan proses berpikir,

gangguan afek dan emosi, ganguan emosi serta gangguan psikomotor. Namun,

tidak ada gejala waham dan halusinasi. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali

serangan skizofrenia.

Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus

adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau

gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional,

penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran

asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau

halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek

yang kuat.

6. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).

PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic

menurut PPDGJ III yaitu:

· Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia 

· Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau

katatonik.

· Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

5

Page 6: Referat Skizo Paranoid

2. Batasan

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau

“pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau

ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom skizofrenia dapat

dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam

hubungan interpersonal. Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh

genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang

fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar

(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu

dapat berkembang kemudian.

Di bawah ini merupakan berbagai definisi Skizofrenia:

1. Skizofrenia adalah kekacauan jiwa yang serius ditandai dengan kehilangan kontak

pada kenyataan (psikosis), halusinasi, khayalan (kepercayaan yang salah), pikiran

yang abnormal dan menggangu kerja dan fungsi sosial (DSM-IV-TR, 2008)

2. Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area

fungsi individu, termasuk berpikir dan berkomunikasi, menerima dan

menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi dan berperilaku

dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (Durand dan Barlow, 2007)

3. Skizofrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada

dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik

paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan

menarik diri dari hubungan antarpribadi normal, sering kali diikuti dengan delusi

(keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsangan panca

indera) (Arif, 2006).

6

Page 7: Referat Skizo Paranoid

BAB II

PEMBAHASAN

Etiologi

Model diatesis-stress

Menurut model diatesis-stress terhadap integrasi faktor biologis, psikososial, dan

lingkungan, seseorang mungkin memiliki kerentanan spesifik (diastesis) yang, bila diaktifkan

oleh pengaruh yang penuh tekanan, memungkinkan timbul gejala skizofrenia. Pada model

diatesis-stress yang paling umum, diastesis atau stress dapat berupa stress biologis,

lingkungan, atau keduanya. Komponen lingkungan dapat bersifat biologis (contohnya,

infeksi) atau psikologis (contohnya, situasi keluarga yang penuh tekanan atau kematia kerabat

dekat). Dasar biologis diatesis dapat terbentuk lebih lanjut oleh pengaruh epigenetik, seperti

penyalahgunaan zat, stress psikososial, dan trauma.

Gejala

Ada banyak gejala-gejala skizofrenia. Gejala-gejala ini dirumuskan oleh berbagai

sumber. Menurut Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorder IV-TR, gejala khas

skizofrenia berupa adanya:

1. Waham atau Delusi (keyakinan yang salah dan tidak bisa dikoreksi yang tidak

sesuai dengan kenyataan, maupun kepercayaan, agama, dan budaya pasien atau

masyarakat umum)

2. Halusinasi (persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar)

3. Pembicaraan kacau

4. Perilaku kacau

5. Gejala negatif (misalnya berkurangnya kemampuan mengekspresikan emosi,

kehilangan minat, penarikan diri dari pergaulan sosial)

Selain itu untuk menegakkan diagnosa skizofrenia menurut DSM IV-TR (2008)

adalah munculnya disfungsi sosial, durasi gejala khas paling sedikit 6 bulan, tidak termasuk

gangguan perasaan (mood), tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis,

dan bila ada riwayat Autistic Disorder atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, 7

Page 8: Referat Skizo Paranoid

diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan bila ditemui halusinasi dan delusi yang menonjol

selama paling tidak 1 bulan.

Menurut Bleuler, ada 2 kelompok gejala-gejala skizofrenia, yaitu:

1. Gejala Primer, yang meliputi:

a. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan isi pikiran). Pada skizofrenia

inti, gangguan memang terdapat pada proses pikiran.

b. Gangguan afek dan emosi. Gangguan ini pada skizofren berupa:

1) Parathimi, yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan

gembira, pada penderita malah menimbulkan rasa sedih atau marah.

2) Paramimi, yaitu penderita merasa senang tetapi menangis

c. Gangguan kemauan, yaitu gangguan di mana banyak penderita skizofrenia

memiliki kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan dan

tidak dapat bertindak dalam sebuah situasi menekan. Gangguan kemauan yang

timbul antara lain:

1) Negativisme, yaitu sikap atau perbuatan yang negatif atau berlawanan

terhadap suatu permintaan.

2) Ambivalensi, yaitu sikap yang menghendaki seseuatu yang berlawanan

pada waktu yang bersamaan.

3) Otomatisme, yaitu penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang

lain atau oleh tenaga dari luar, sehingga dia melakukannya secara

otomatis.

d. Gejala psikomotor, disebut juga dengan gejala-gejala katatonik. Sebetulnya

gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan

hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau

agak kaku.

2. Gejala Sekunder, yang meliputi:

a. Waham.

Pada penderita skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat

bizar. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya

merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun.

8

Page 9: Referat Skizo Paranoid

b. Halusinasi.

Pada penderita skizfrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal

ini merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.

Menurut Bleuler, seseorang didioagnosa menderita skizofrenia apabila terdapat

gangguan-gangguan primer dan disharmoni pada unsur-unsur kepribadian yang diperkuat

dengan adanya gejala-gejala sekunder.

Menurut Kut Schneider, terdapat 11 gejala skizofrenia yang terdiri dari 2 kelompok,

yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok A, halusinasi pendengaran, yaitu:

a. Pikirannya dapat didengar sendiri

b. Suara-suara yang sedang bertengkar

c. Suara-suara yang mengomentari perilaku penderita

2. Kelompok B, gangguan batas ego, yang meliputi:

a. Tubuh dan gerakan penderita dipengaruhi oleh kekuatan dari luar

b. Pikirannya diambil keluar

c. Pikirannya dipengaruhi oleh orang lain

d. Pikirannya diketahui oleh orang lain

e. Perasaannya dibuat oleh orang lain

f. Kemauannya dipengaruhi orang lain

g. Dorongannya dikuasai orang lain

h. Persepsi yang dipengaruhi oleh waham

Menurut Kut Schneider, seseorang bisa didiagnosa penderita skizofrenia bila ada

gejala dari kelompok A dan Kelompok B, dengan syarat kesadaran penderita tidak menurun.

Gejala lain yang diungkap adalah:

1. Gejala-Gejala Positif, yaitu penambahan fungsi dari batas normal, meliputi:

a. Delusi.

Delusi adalah keyakinan yang oleh kebanyakan orang dianggap misinterpretasi

terhadap realitas. Delusi memiliki bermacam-macam bentuk, yaitu delusion of

grandeur (waham kebesaran) yaitu keyakinan irasional mengenai nilai dirinya,

delusion of persecution yaitu yakin dirinya atau orang lain yang dekat

9

Page 10: Referat Skizo Paranoid

dengannya diperlakukan dengan buruk oleh orang lain dengan cara tertentu,

delusion of erotomanic yaitu keyakinan irasional bahwa penderita dicintai oleh

seseorang yang lebih tinggi statusnya, delusion of jealous yaitu yakin pasangan

seksualnya tidak setia, dan delusion of somatic yaitu merasa menderita cacat

fisik atau kondisi medis tertentu.

b. Halusinasi

Gejala-gejala psikotik dari gangguan perseptual dimana berbagai hal dilihat

didengar, atau diindera meskipun hal-hal itu tidak real (benar-benar ada).

2. Gejala-Gejala Negatif, yaitu pengurangan fungsi dari batas normal, meliputi:

a. Avolisi

Yaitu apati atau ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan

kegiatan-kegiatan penting.

b. Alogia

Yaitu pengurangan dalam jumlah atau isi pembicaraan.

c. Anhedonia

Yaitu ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan yang terkaitu dengan

beberapa gangguan suasana perasaan dan gangguan skizofrenik.

d. Afek Datar

Yaitu tingkah laku yang tampak tanpa emosi.

3. Gejala Disorganisasi, yaitu ketidakharmonisan fungsi, meliputi:

a. Disorganisasi dalam pembicaraan (Disorganized Speech)

Gaya bicara yang sering terlihat pada penderita skizofrenia termasuk

inkoherensi dan ketiadaan pola logika yang wajar.

b. Afek yang tidak pas (inappropriate Affect) dan perilaku yang disorganisasi

Afek yang tidak pas merupakan ekspresi emosi yang tidak sesuai dengan

aslinya. Perilaku yang disorganisasi adalah perilaku yang tidak lazim.

Untuk mendiagnosa seseorang skizofrenia, seseorang harus menunjukkan 2 atau

lebih gejala positif, negatif, atau disorganisasi dengan porsi yang besar selama paling

sedikit 1 bulan.

10

Page 11: Referat Skizo Paranoid

Diagnosis

Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan

adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga (PPDGJ III) membagi simtom skizofrenia

dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama

untuk diagnosis. Cara diagnosis pasien skizofrenia menrut PPGDJ III antara lain;

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala

atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak

keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam

pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya

(withdrawal)

Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum

mengetahuinya.

b. Waham dikendalikan (delusion of control). waham dipengaruhi (delusion of influence),

atau "passivity", yang jelas merujuk pada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak,

atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations) khusus; persepsi delusional;

c. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terha-dap perilaku pasien, atau

mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri. atau jenis suara halusinasi lain yang

berasal dari salah satu bagian rubuh;

d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta

sama sekaJi mustahil, seperti misal-nya mengenai identitas keagamaan atau pulitik, atau

kekuatan dan kemampuan "manusia super" (misalnya mampu mengen-dalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain);

Atau paling sedikit gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas dalam kurun

waktu satu bulan atau lebih;

e. Halusinasi yang menetap dalam setiap modal itas. apabila disenai baik oleh waham yang

mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang

11

Page 12: Referat Skizo Paranoid

jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas) yang menetap, atau apabila

terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbu-lan-bulan terus-menerus;

f. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat

inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu

(posturing), atau fleksibilitas serea, negativisme, mutisme dan stupor;

h. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis), pembicaraan yang terhenti,

dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan

penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas

bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

i. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa

aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap

malas, sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang memenuhi persyaratan gejala tersebut tetapi yang

lamanya kurang dari satu bulan (baik diobati atau tidak) harus didiagnosis pertama kali

sebagai gangguan psikosis fungsional.

Skizofrenia paranoid

Ini adalah skizofrenia yang paling sering dijumpai. Gambaran klinis didominasi oleh

waham yang relatif stabil, sering bersifat paranoid, disertai oleh halusinasi (terutama

halusinasi pendengaran), dan gangguan persepsi. Gangguan afektif, kehendak, dan

pembicaraan, serta gejala katatonik tidak menonjol.

Pedoman diagnostik :

1) Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia

2) Gejala tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberiperintah, atau halusinasi

auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.

b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan

tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

12

Page 13: Referat Skizo Paranoid

c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control),

dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan

keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

d) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara

relatif tidak nyata / menonjol.

Diagnosis banding

Epilepsi dan Psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan

Keadaan paranoid involusional (F22.8)

Paranoia (F22.0)

Penatalaksanaan Skizofrenia

Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.

Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada

Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum

mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien.

Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-

obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 2 kategori obat

antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional dan newer atypical

antipsycotics.

a. Antipsikotik Konvensional

----

Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional.

Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang

serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :

1. Haldol (haloperidol)

2. Mellaril (thioridazine)

3. Navane (thiothixene)

4. Prolixin (fluphenazine)

5. Stelazine (trifluoperazine)

6. Thorazine (chlorpromazine)

13

Page 14: Referat Skizo Paranoid

7. Trilafon (perphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,

banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic. Ada 2

pengecualian (harus dengan antipsikotik konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah

mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa

efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan

pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil

secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long

acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot

formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara

perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic

antipsycotic.

b. Newer Atypcal Antipsycotic

Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya

berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik

konvensional. Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

Risperdal (risperidone)

Seroquel (quetiapine)

Zyprexa (olanzepine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien

dengan Skizofrenia.

Cara penggunaan

Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klnis) yang

sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.

Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan

dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.

Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis

14

Page 15: Referat Skizo Paranoid

lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana

profil efek samping belum tentu sama.

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat

antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek

sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

o Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

o Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping

(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

o Kualitas hidup pasien

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai

mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2

minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12

minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance

dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu)

tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop.

Untuk pasien dengan serangan sndroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan

dapat diberikan paling sedikit selama 5 tahun.

Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis

terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

Pada umumnya pemberian oabt psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan

sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis

reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun

waktu 2 minggu – 2 bulan. Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat

yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi

ketergantungan obat kecil sekali.

Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:

gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini

akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg

IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)15

Page 16: Referat Skizo Paranoid

Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau

atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis

dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi

1 cc setiap bulan. Pemberian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi

dan pemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.

Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu

perubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya

dengan injeksi noradrenalin (effortil IM).

Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan tablet

trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

Newer atypical antipsycotic merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia

episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal.

Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja.

Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli

biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk

mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti

minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi,

dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti

dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti

obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat

dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya.

Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran.

Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain,

misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau

newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat

menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

16

Page 17: Referat Skizo Paranoid

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah

sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah

episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien

Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum

mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode,

atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama.

Perlu diingat, bahwapenghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan

makin beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat

penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah

terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan

(kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP).

Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita

harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek

samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter

dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat

antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi

pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace.

Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif

terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik

konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual,

sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk

mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti

dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan

obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan

olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

17

Page 18: Referat Skizo Paranoid

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana

timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi

berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang

segera.

Psikoterapi

Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling percaya.

Terapi individu lebih efektif dari pada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung

ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang wahamnya.

Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang

dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang

berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien, karena disadari bahwa

tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi. Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan

dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan

konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes

realitas. 

Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman internal klien, dan harus

mampu menampung semua ungkapan perasaan klien, misalnya dengan berkata : "Anda pasti

merasa sangat lelah, mengingat apa yang anda lalui, "tanpa menyetujui setiap mis persepsi

wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah

membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku,

perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien

membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah

ditegakkan dan aktifitas terpeutik dapat dilakukan. 

Terapi Keluarga 

Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu

dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi

dan membantu perawatan klien. 

Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan

medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat18

Page 19: Referat Skizo Paranoid

kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif

antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan

pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan

pengasuh serta keluarga pasien tentang skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka

menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari

keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,

perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit

harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien.

Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien dalam

memperbaiki kualitas hidup.

ECT

Selain anti psikosis, terapi psikososial ada juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah

sakit yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini diperkenalkan oleh Ugo Cerleti (1887-

1963). Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi ini belum diketahui secara pasti.

Alat yang digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran listrik sinusoid sehingga penderita

menerima aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang digunakan 100-150 Volt dan

waktu yang digunakan 2-3 detik.

Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien skizofrenia katatonik dan bagi pasien

karena alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan antipsikotik atau tidak adanya

perbaikan setelah pemberian antipsikotik. Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi adalah

dekompensasio kordis, aneurisma aorta, penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi dengan

pemberian obat pelemas otot pada pasien dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra

indikasi mutlak adalah tumor otak. Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi luksasio pada

rahang, fraktur pada vertebra, robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnea, amnesia dan terjadi

degenerasi sel-sel otak.

19

Page 20: Referat Skizo Paranoid

Prognosis

Untuk menetapkan prognosa kita harus mempertimbangkan semua faktor di bawah ini ;

1. Kepribadian prepsikotik : bila skizoid dan hubungan antar-manusia memang kurang

memuaskan, maka prognosa lebih jelek.

2. Bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosa lebih baik daripada bila penyakit itu

mulai secara pelan-pelan.

3. Jenis : Prognosa jenis katatonik yang paling baik dari semua jenis. Sering penderita-

penderita dengan katatonia sembuh dan kembali ke kepribadian prepsikoti. Kemudian

menyusul jenis paranoid. Banyak dari penderita ini dapat dikembalikan ke masyarakat.

Hebefrenia dan skizofrenia simplex mempunyai prognosa yang sama jelek. Biasanya

penderita dengan jenis skizofrenia ini menuju ke arah kemunduran mental.

4. Umur : Makin muda umur permulaannya, makin jelek prognosa.

5. Pengobatan : Makin lekas diberi pengobatan, makin baik prognosanya. Dikatakan bahwa

bila terdapat faktor pencetus, seperti penyakit badaniah atau stres psikologik, maka

prognosa lebih baik.

6. Faktor keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila di dalam keluarga terdapat seorang

atau lebih yang juga menderita skizofrenia.

20

Page 21: Referat Skizo Paranoid

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Skizofrenia adalah suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui)

dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta

sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial

budaya.

1. Psikopatologi skizofrenia:

- Faktor Diatesis-stress

- Neurobiologi

- Genetika

- Faktor Psikososial

2. Klasifikasi skizofrenia:

- Skizofrenia paranoid

- Skizofrenia hebefrenik

- Skizofrenia katatonik

- Skizofrenia tak terinci (undifferentiated)

- Depresi pasca skizofrenia

- Skizofrenia residual

- Skizofrenia simpleks

- Skizofrenia lainnya

- Skizofrenia YTT

21

Page 22: Referat Skizo Paranoid

3. Diagnosis Skizofrenia:

- Gejala karakteristik : dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk

bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan

berhasil) waham, halusinasi, bicara terdisorganisasi, perilaku terdisorganisasi atau

katatonik yang jelas, gejala negative

- Sosial / Pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan , satu

atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, disfungsi hubungan interpersonal, atau

perawatan diri, adalah jelas dibawah tingkat yang dicapai sebelum onset.

- Durasi : tanda gangguan terus menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan,

termaksud sekurangnya satu bulan gejala.

- Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood.

- Penyingkiran zat/ kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh efek

fisiologis langsung dari suatu zat (mis: obat yang disalahgunakan).

- Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive jika terdapat riwayat adanya

gangguan autistic atau gangguan perkembangn pervasive lainnya, diagnosis

tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yang menonjol juga

ditemukan untuk sekurangnya satu bulan (atau kurang jika berhasil diobati).

4. Gejala klinik skizofrenia:

Gejala-gejala khas yang meliputi berrbagai hal psikologis yaitu :

Isi pikiran: gangguan utama isi pikiran adalah waham yang majemuk, terpecah

atau aneh, misalny berupa waham kejar dan waham yang menyangkut dirinya

(delusion of reference).

Bentuk pikiran : adanya gangguan pikiran formal, berbentuk sebagai asosiasi

longgar, inkoherensi, kemiskinana pembicaraan, dll.

Persepsi : Gangguan utama adalah berbagai jenis halusinasi, tetapi yang paling

sering adalah halusinasi dengar.

22

Page 23: Referat Skizo Paranoid

Afek : Sering kali berupa afek datar atau tidak serasi.

Rasa kesadaran diri : Sering bermanifestasi sebagai rasa perpleksitas yang parah

tentang identitas dirinya dan makna eksistensinya.

Dorongan kehendak(“volition “) : Gangguan dapat berupa minat atau dorongan

yang tidak adekuat.

Hubungan dengan dunia luar : sering terjadi kecenderungan untuk menarik diri

dari dunia luar, berpreokupasi pad aide dan egosentrik dan apabila keadaanya

parah maka jatuh kedalam autisme.

Tingkah laku psikomotor : Ganggaun tingkah laku psikomotor bisa beraneka

ragam, dapat berupa berkurangnya gerakan dan aktivitas spontan atau dapat pula

berupa gerakan motorik yang berlebihan.

Gambaran penyerta : Hampir semua gejala dapat timbul sebagai gambaran

penyerta, misalnya : individu tampak kehilangan akal (perplexed), berpakaian atau

berdandan eksentrik, aktivitas motorik yang tidak wajar, afek yang tidak

menyenangkan, depersonalisasi, derealisasi dan gagasan yang mirip waham yang

menyangkut dirinya.

4. Penatalaksanaan skizofrenia:

- Perawatan rumah sakit

- Terapi somatik

- Terapi psikososial

5. Prognosis : tergantung dari berbagai faktor, antara lain : onset, factor pencetus, riwayat

keluarga, system pendukung, gejala, riwayat sosial, seksual,dll

Saran

skizoprenia adalah penyakit kronis yang memerlukan terapi pemeliharaan untuk

mencegah kekambuhan

perbedaan antara gejala negative dan positif mempengaruhi pemilihan obat, selain

pertimbangan profil efek samping dan sejarah respon terhadap obat

23

Page 24: Referat Skizo Paranoid

pada pengatasan episode akut, penggunaan kombinasi benzodiazepin dengan suatu

obat antipsikotik yang tepat lebih baik daripada menggunakan antipsikotik dosis tinggi

Tanpa pemeliharaan dengan obat, 70% pasien dapat kambuh dalam waktu satu tahun

Terapi pemeliharaan yang terus menerus menggunakan antipsikotik dosis rendah

diperlukan, karena terapi yang terputus-putus tidak dapat mencegah kekambuhan

24

Page 25: Referat Skizo Paranoid

Daftar Pustaka

1. Kaplan & Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis; Edisi 2; Penerbit Buku Kedokteran

ECG; 2004; Halaman 147-165.

2. Maslim. R: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi

3, Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 2002, hal 46-51.

3. Maslim. R: Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, edisi 3, Penerbit

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2001, hal 14-23.

4. Psikofarmaka; 2010, diunduh dari http://www.medicastore.com/cybermed pada 22

Juni 2012.

5. Skizofrenia; 2009; diunduh dari http://www.staff.ugm.com pada 10 Desember 2012.

25