preskas skizofrenia paranoid

Upload: dyana-pastria-utami

Post on 13-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

word

TRANSCRIPT

PRESENTASI KASUS PSIKIATRI

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH

Disusun Oleh :Dyana Pastria Utami1102010084

Pembimbing :dr. Isa Multazam Noor, MSc, SpKJ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIKEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWARUMAH SAKIT ISLAM JIWA KLENDERPERIODE 29 Juni 1 Agustus 2015

JAKARTA

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITASNama: Tn. ATTL: Jakarta, 07 Maret 1995Umur: 20 tahunJenis Kelamin: Laki-lakiPekerjaan: PengangguranPendidikan: SMKAgama: IslamSuku: MinangStatus: Belum menikahNo. RMK: 009707Alamat: Bekasi UtaraTanggal Masuk: 01 Mei 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRIAutoanamnesa: 09 Mei 2015 (pukul 14.00 WIB)Alloanamnesa: 11 Mei 2015 (pukul 13.00 WIB) melalui teleponA. KELUHAN UTAMAPasien marah-marah hingga memukul adiknya tanpa sebab 4 jam sebelum masuk rumah sakit (SMRS).

B. KELUHAN TAMBAHAN Pasien gelisah dan tidak bias tidur pada malam hari Pasien mendengar bisikan-bisikan dan merasa ketakutan

C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANGPasien datang ke rumah sakit jiwa islam klender di bawa oleh ibu pasien dengan keluhan pasien marah-marah hingga memukul adiknya tanpa sebab 4 jam sebelum masuk rumah sakit. Ibu pasien mengatakan, pasien sering merasa gelisah dan tidak bisa tidur pada malam hari, sering mondar-mandir dan merasa ketakutan, serta mendengar bisikan-bisikan yang mengomentari pasien dan menyuruh pasien untuk menghindari orang-orang disekitarnya. Keluhan ini dirasakan sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit.Dua bulan sebelum masuk rumah sakit, ibu pasien merasakan ada perubahan pada sikap dan perilaku pasien, yaitu tiba-tiba pasien sering mengurung diri di kamarnya, tidak mau makan, tidak ada minat untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari, tidak mau diajak berbicara, sering tertawa dan bicara sendiri, serta suka marah-marah tanpa sebab kepada kakak dan adiknya. Menurut pasien, ia sering mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk tetap di dalam kamar dan menghindari orang-orang di rumahnya. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit,perilaku pasien semakin aneh. Ia menjadi gelisah dan suka mondar-mandir di dalam rumahnya. Pasien juga merasa ketakutan. Emosinya juga semakin tidak terkontrol, ia sering marah-marah hingga membanting barang-barang. Menurut pasien, bisikan-bisikan semakin sering terdengar. Bisikan tersebut berupa komentar yang menyatakan bahwa adiknya menjelek-jelekan dirinya, dan ia merasa bahwa ada yang menyuruhnya untuk memukul adiknya. Sampai akhirnya pasien dibawa ke rumah sakit jiwa islam klender.

D. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA PsikiatrikPada tahun 2012, perilaku pasien mulai terlihat berubah, seperti sering mengurung diri di kamar, tidak mau makan, sulit tidur, dan tidak mau mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Perilaku tersebut muncul semenjak ayah pasien pergi dari rumah. Setelah itu pasien hanya tinggal bersama kakak dan ibunya, sedangkan adiknya tinggal bersama ayahnya. Pasien mengatakan ia merasa tidak diurus oleh orang tua nya dan orang tua nya tidak mendukung apa yang dicita-citakan oleh pasien. Pasien menjadi sering tertawa sendiri, bicara sendiri, sering mondar-mandir, mendengar bisikan-bisikan, dan hanya diam jika diajak berbicara. Pada saat itu, pasien tidak dibawa berobat ke rumah sakit. Ibu pasien hanya membawa pasien ke pengobatan alternatif. Setelah dari pengobatan alternatif, perilaku pasien yang tertawa dan berbicara sendiri berkurang, dan sudah mulai bersosialisasi dengan teman-temannya. Namun jika diajak berbicara oleh keluarganya, iahanya bicara seperlunya saja.Di tahun 2014, perilaku aneh pasien kembali muncul, kali ini ibu pasien membawa pasien berobat ke RSJIK. Saat itu pasien dirawat satu malamdan disarankan untuk tetap kontrol ke RSJIK. Pasien lupa obat apa saja yang diberikan dan ia mengatakan bahwa ia tidak control teratur dan tidak meminum obatnya secara teratur.

MedikPasien mengaku tidak pernah mengalami kecelakaan, terjatuh atau terbentur yang mengakibatkan luka/cedera pada daerah kepala. Pasien juga mengatakan tidak pernah mengalami demam tinggi sampai kejang ataupun penyakit berat lainnya seperti diabetes melitus maupun hipertensi.

Penggunaan ZatPasien merokok sejak usia 15 tahun, sehari dapat menghabiskan 6 batang rokok. Pasien menyangkal menggunakan obat-obatan seperti shabu, ganja dan obat-obatan terlarang lainnya. Pasien juga menyangkal meminum minuman beralkohol.

E. RIWAYAT HIDUP1. Masa prenatal dan perinatalMenurut keterangan ibu pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam sehat, tidak pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis. Pasien dilahirkan dalam keadaan cukup bulan dan lahir secara normal dibantu oleh bidan. Pada saat lahir bayi langsung menangis. Pasien merupakan anak yang dikehendaki orangtuanya. Pasien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara. Tidak pernah ada sakit kejang demam atau penyakit lainnya yang bermakna.

2. Masa kanak-kanak dini/awal (s/d 3 tahun)Pasien diasuh oleh ibu kandungnya dan diberikan ASI hingga usia 2 tahun. Tidak ada cacat bawaan yang ditemukan. Perkembangan fisik pasien cukup baik, pola perkembangan motorik tidak ada hambatan, seperti kebanyakan anak yang normal. Pasien dapat berjalan saat berumur kurang lebih dua tahun dan tidak pernah ada keterlambatan berbicara. Tidak ada kebiasaan buruk pasien, seperti membenturkan kepala atau menghisap jari.

3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)Ibu pasien mengatakan pasien mulai belajar untuk ke kamar mandi sendiri pada usia 4 tahun. Pasien mulai masuk TK saat usia 5 tahun. Pasien dapat tumbuh normal, tidak ada riwayat kejadian trauma kepala dan kecelakaan saat itu, tidak ada riwayat kejang yang muncul tibatiba. Pada usia ini pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit.Menurut penuturan ibu kandung pasien, perkembangan fisik pasien umumnya baik. Secara keseluruhan pasien adalah anak yang periang, baik dan memiliki banyak teman. Pasien mulai masuk sekolah dasar (SD) ketika berusia 6 tahun. Semasa SD, pasien dinilai tidak banyak bertingkah laku buruk di sekolah. Menurut kakak pasien, pasien tidak pernah terlibat perkelahian dengan temannya di sekolah. Pasien menyelesaikan sekolah dasarnya selama enam tahun.

4. Masa remaja Hubungan sosialPasien merupakan anak yang periang, memiliki banyak teman, dan ia sering berinteraksi dengan tetangga ataupun teman-temannya di sekolah. Riwayat pendidikanPasien dapat menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) nya dengan baik. Pasien kemudian melanjutkannya ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diselesaikannya dengan baik juga. Pasien tidak pernah mengikuti pendidikan non-formal.

5. Masa dewasaHubungan pasien dengan keluarganya renggang. Pasien juga menjadi jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Riwayat PekerjaanPasien belum pernah bekerja. Riwayat Kehidupan BeragamaPasien mengaku beragama Islam. Pasien tumbuh dalam lingkungan beragama Islam, sejak kecil pasien sudah diajarkan agama oleh kedua orangtuanya dan pasien tidak pernah lupa menjalankan perintah agama, namun beranjak remaja pasien mulai sering meninggalkan shalat. Saat ini, pasien juga mengaku jarang menjalankan shalat 5 waktu.

Riwayat Kehidupan PerkawinanPasien belum pernah menikah dan belum pernah memiliki anak. Riwayat Pelanggaran HukumPasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum yang berat, tidak pernah berurusan dengan aparat penegak hukum, dan tidak pernah terlibat dalam proses peradilan yang terkait dengan hokum

F. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :

Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Sejak lahir pasien tinggal bersama orang tua nya. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya, namun saat pasien usia 17 tahun, ayahnya pergi dari rumah dan membawa adiknya. Sejak saat itu pasien tinggal bersama ibu dan kakaknya. Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan yang serupa.

G. SITUASI KEHIDUPAN SEKARANGSaat ini pasien tinggal bersama ibu dan kakaknya. Sejak ayahnya pergi dari rumah, hubungan pasien dengan keluarganya menjadi renggang. Ia menjadi sering melawan kakaknya, dan hanya berdiam diri di rumah.

III. STATUS MENTALA. DESKRIPSI UMUM1. PenampilanPasien seorang laki-laki, berpenampilan fisik sesuai usianya, postur tubuh kurus, berkulit sawo matang, barambut hitam, pada saat wawancara pasien mengenakan baju kaos berwarna hijau, memakai celana pendek berwarna cokelat dan tidak memakai alas kaki.2. Perilaku dan aktivitas psikomotorSebelum wawancara, pasien tampak duduk tenang dan sedang menontontelevisi di ruang tengah bangsal laki-laki. Selama wawancara, pasien duduk tenang, kontak mata baik, bicara volume cukup, tenang dalam merespon pertanyaan. Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan baik. Selama wawancara pasien sangat kooperatif dalam menjawab pertanyaan. Setelah wawancara, pasien masuk kembali ke bangsal laki-laki, kembali duduk dan berbicara dengan pasien lainnya.3. Pembicaraan Irama: Teratur Kecepatan: Sedang Volume: Normal Kelancaran: Lancar4. Sikap terhadap pemeriksaPasien bersikap kooperatif dan cukup sopan terhadap pemeriksa.

B. KEADAAN AFEKTIF1. Mood: Hipotimia2. Afek: Menyempit3. Keserasian: TIdak serasi

C. GANGGUAN PERSEPSI1. Halusinasi Auditorik: Ada Visual: Tidak ada Taktil: Tidak ada Olfaktorik: Tida ada Gustatorik: Tidak ada2. Ilusi: Tidak ada3. Depersonalisasi: Tidak ada4. Derealisasi: Tidak ada

D. GANGGUAN PIKIRAN1. Proses pikira. Kontinuitas Blocking: Tidak ada Asosiasi longgar: Tidak ada Inkoheren: TIdak ada Flight of idea: Tidak ada Sirkumstansia: Tidak ada Tangensial: TIdak ada Neologisme: Tidak ada Word salad: Tidak adab. Hendaya berbahasa: Tidak ada2. Isi pikira. Preokupasi: TIdak adab. Waham Waham bizarre: Tidak ada Waham sistematik: Tidak ada Waham nihilistic: Tidak ada Waham paranoid: Ada Waham kebesaran: Tidak ada Waham kejaran: Tidak ada Waham rujukan: Ada Waham dikendalikan: Ada Thought withdrawal: Tidak ada Thought insertion: Ada Thought broadcasting: Tidak ada Thought control: Tidak ada Waham cemburu: Tidak ada Erotomania: Tidak adac. Obsesi: Tidak adad. Kompulsif: Tidak adae. Fobia Fobia spesifik: Tidak ada Fobia sosial: Tidak ada Akrofobia: Tidak ada Agoraphobia: Tidak ada Klaustrofobia: Tidak ada Aiirufobia: Tidak ada Zoofobia: Tidak ada Xenophobia: Tidak ada

E. FUNGSI KOGNITIF1. Kesadaran: Compos mentis (E4M6V5)2. Orientasi: Baika. Waktu baik (pasien benar menyebutkan hari, bulan, tahun saat di wawancara).b. Tempat baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta, Negara Indonesia, kota jakarta, serta ruangan perawatannya).c. Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda dan dapat menyebutkan nama pemeriksa dan beberapa pasien).3. Konsentrasi : Baika. Daya ingat. Daya ingat segera baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang pewawancara ajukan). Daya ingat yang pendek baik (pasien dapat mengingat menu sarapan tadi pagi). Daya ingat sedang baik (pasien mampu mengingat tanggal masuk ke RSJI-Klender) Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat tempat sekolah pasien ketika SD, SMP, dan SMA)b. Intelegensia dan Pengetahuan umum : Luas.1. Pasien dapat menyebutkan tiga kota besar di Indonesia. Jawaban pasien yaitu : Semarang, Jakarta, dan Bandung2. Pikiran abstrak : Baik (dapat mengartikan peribahasa buah tangan)

F. Daya Nilai1. Daya nilai sosial: baik. Pasien dapat menyebutkan beberapa nama-nama pasien selama pasien dirawat.2. Uji daya nilai : Baik. Misalnya, jika pasien menemukan dompet yang akan dilakukan oleh pasien yaitu mengembalikan kepada pemiliknya.G. Reality Test Ability (RTA)TergangguH. Tilikan Tilikan derajat 1I. Taraf dapat Dipercaya Dapat dipercaya. Pada waktu yang berbeda, pasien memberikan kesimpulan jawaban yang sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh ibu kandungnya.

IV. STATUS FISIK1. Status generalis Keadaan umum: Tampak sehat Kesadaran: Composmentis (E4M6V5) Tanda vital Tekanan darah: 120/80 mmhg Suhu: 36,5 c Nadi: 75 x/menit Pernafasan: 16 x/menit Kepala: Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut Thorax: Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/-Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-) Abdomen: Tidak ada kelainan Ekstermitas: Tidak ada kelainan2. Status Neurologis Tanda rangsang meningeal: tidak ada Mata : Gerakan baik: Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-) Persepsi: Baik Bentuk Pupil: Bentuk bulat (+/+), isokor Rangsang Cahaya: Reaksi cahaya (+/+) Motorik Tonus: Baik Turgor : Baik Kekuatan : Baik Koordinator: Baik Refleksi: Baik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA1. riwayat Psikiatria. Pasien sering mengurung diri di kamarnya, tidak mau makan, tidak ada minat untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari, tidak mau diajak berbicarab. Mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk tetap di dalam kamar dan menghindari orang-orang di rumahnya. (halusinasi auditorik)c. Pasien selalu berpikir bahwa adiknya akan menjelek-jelekannya kepada semua orang(waham rujukan)d. Pasien merasa pikirannya dimasuki ide buruk yang bukan miliknya (thougt insertion)2. Status mental Kesadaran: Compos mentis Mood: hipotima Afek: menyempit Keserasian : tidak serasi Gangguan persepsi:Halusinasi auditorik Gangguan isi pikir: waham rujukan RTA (Reality testing ability): Terganggu Tilikan: Derajat 1 Taraf dapat dipercaya: Dapat dipercaya

VI. FORMULASI DIAGNOSISDitemukannya distressantara lain: 1. Mengamuk tiba-tiba setelah mendengar suara bisikan dan 2. curiga tanpa sebab pasti, Hal ini disebabkan adanya hendaya yang berat pada jiwa seseorang. Gangguan Isi pikiran berupa halusinasi dan waham, emosi yang sulit dikontrol dan mudah marah sehingga mengakibatkan perilaku mengamuk tanpa sebab RTA terganggu. Hal ini identik dengan gejala Psikotik. Sesuai denganPedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) adanya tanda dan gejala ini masuk ke dalam Skixofrenia Paranoid.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL1. Axis IBerdasarkan ikhtisar penemuan bermakna tersebut maka kasus ini digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa. Gangguan kejiwaan ini di kelompokkan sebagai Gangguan Mental dan Perilaku. Maka menurut PPDGJ 3, Gangguan Mental dan Perilaku ini dapat digolongkan Gangguan Schizofrenia Paranoid sesuai dengan tabel kriteria diagnosis sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Diagnosis SchizofreniaKriteria DiagnosisHasil

1. Harus ada satu gejala berikut yang amat jelas:a.Thought echo, thought insertion or thought withdrawal, thought broadcasting.b.Delusion of control, delusion of influence, delusion of pasivity, delusional perseption.c.Halusinasi auditorikd.Waham-waham menetap jenis lain yang dianggap penduduk setempat dianggap tidak wajar atau mustahil.

Ada

Tidak ada

AdaAda

2.) Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja. Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau neologisme. Perilaku katatonik Gejala-gejala negatif.

3.) Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih.

4.) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi.

AdaTidak Ada

Tidak AdaAda

Terpenuhi

Ada

Tabel 2. Kriteria Diagnosis Schizofrenia ParanoidKriteria DiagnosisHasil

1.) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2.) Sebagai tambahan :A. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol.a.Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa pluit, mendengung, atau bunyi tawa.Terpenuhi

Ada

b.Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;c.Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

B.Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.Tidak Ada

Ada

Terpenuhi

2. Aksis II (Gangguan Kepribadian dan Retardasi Mental)Tidak ada diagnosis

3. Aksis III (Kondisi Medik Umum)Tidak ada diagnosis

4. Aksis IV (Problem psikososial dan lingkungan)Pasien memiliki masalah keluarga, merasa kurang diperhatikan oleh orang tuanya

5. Aksis V (Penilaian Fungsi secara Global)GAF current: 60-51GAF 1 tahun terakhir: 70-61

VIII. DAFTAR MASALAH Organobiologik: Tidak diketemukan kelainan organik atau fisik Psikologik: Waham rujukan, gangguan persepsi (halusinasi auditorik) Sosiobudaya: penarikan diri dari sosiobudaya

IX. RENCANA TERAPIa. Farmakoterapi Risperidon 3x2mg THP 3x2mgb. Psikoterapi Ventilasi : supaya pasien bisa menceritakan masalahnya yang dihadapi sekarang. Persuasi : tenangkan pasien secara masuk akal tentang gejala-gelaja penyakitnya yang timbul sebagai akibat cara berpikir, perasaan dan sikapnya terhadap masalah. Sugesti : Menanamkan perasaan percaya kepada pasien bahawa gejala-gejala itu akan hilang. Reassurance : Meyakinkan kembali kemampuan pasien dengan menunjukkan hasil pencapaian pasien. Bimbingan : membimbing dengan cara praktis hubungan antar manusia serta cara berkomunikasi. Penyuluhan/konseling : membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara lebih baik, supaya dapat mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri, menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi bila pasien tidak teratur minum obat. Konseling juga diberikan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung kesembuhan pasien. Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal. Religi : Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat, puasa, dan berdzikir.

X. PROGNOSISQuo ad vitam: Dubia ad bonamQuo ad functionam: Dubia ad bonamQuo ad sanactionam: Dubia ad malam Faktor yang memperberat : Onset muda Prilaku menarik diri atau autistik Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda Sistem pendukung yang buruk Gejala negatif Banyak relaps Riwayat penyerangan

Faktor yang memperingan : Faktor pencetus yang jelas Riwayat sosial, pekerjaan dan premorbid yang baik Gejala positif

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. PengertianSkizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai dengan kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya, waham/delusi, gangguan persepsi.Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di dunia menderita skizofrenia dalam hidup mereka. Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari tekanan modern sekalipun. Umumnya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau datang secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stress.Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia paranoid. Tipe ini paling stabil dan paling sering. Gejala terlihat sangat konsisten, pasien dapat atau tidak bertindak sesuai wahamnya. Pasien sering tak kooperatif dan sulit untuk kerjasama, mungkin agresif, marah, atau ketakutan, tetapi pasien jarang sekali memperlihatkan perilaku disorganisasi.

B. EtiologiEtiologi Skizofrenia paranoid pada umumnya sama seperti etiologi skizofrenia lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:1. Faktor Biologis AnatomiGangguan psikotik dapat terjadi jika terdapat gangguan- gangguan pada otak. Otak pada manusia terdiri dari empat lobus (lobus frontalis, temporalis, parietalis dan osipitalis) yang mempunyai fungsinya masing- masing. 4Adanya gangguan pada lobus frontalis dapat menyebabkan perubahan aktivitas motorik, gangguan intelektual, perubahan kepribadian, dan emosi yang tidak stabil dan superficial. 4Fungsi utama dari lobus frontalis adalah bahasa ingatan, dan emosi. Lesi pada lobus ini akan menyebabkan fungsi terganggu. Contoh afek pada gangguan lobus temporalis adalah afasia, amnesia agnosia dan dapat pula terjadi gangguan psikosensorik seperti halusinasi dan ilusi. 4Pada lobus parietalis, efek gangguan yang dapat dilihat misalnya afasia, kesulitan menghitung atau menulis.Lobus osipitalis merupakan lobus sensoris utama untuk input visual, dan lesi pada lobus tersebut menyebabkan berbagai gejala visual seperti aleksia, agnosia warna dan halusinasi. 4 NeurotransmitterTerdapat hipotesis Dopamin yang menyatakan bahwa gangguan psikotik yang terjadi pada seseorang diakibatkan oleh karena adanya overaktivitas pada jalur- jalur tersebut:a. Mesolimbik dopamine pathwaysJalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral di batang otak yang melepaskan dopamin ke nukleus akumben di daerah limbik. Sistem ini mengatur jalur imbalan dan proses emosional dan berhubungan dengan gejala positif skizofrenia. 1b. Mesokortikal dopamine pathways Jalur ini terdiri dari neuron dopamin dari daerah tegmental ventral dan substansia nigra. Neuron daerah ventral tegmental disertakan dalam rilis sistem dopamin mesocortical ke korteks prefrontal dan mengatur daerah yang terlibat dalam proses kognitif (yaitu korteks prefrontal dorsal lateral yang mengatur fungsi eksekutif). Neuron di substansia nigra dopamin dirilis ke ganglia basal dan mengatur daerah- daerah yang terlibat dengan kontrol motorik. Sistem mesokortikal dikaitkan dengan gejala- gejala negatif skizofrenia. 52. Faktor GenetikWalaupun sekurangnya gangguan mental yang utama (seperti skizofrenia, gangguan bipolar dan gangguan panik) mempunyai komponen genetika dalam penyebabnya, sedikit yang diketahui tentang apa yang terkandung dalam komponen genetika dan bagaimana komponen genetika berinteraksi dengan faktor lingkungan untuk menghasilkan perkembangan gangguan mental pada orang tertentu. 1Menurut Teori Kerentanan Genetika, tidak banyak gangguan psikiatrik yang kemungkinan disebabkan oleh gen tunggal. Lebih tepat, gen multipel kemungkinan berperan dalam perkembangan penyakit mental pada diri seseorang. Gen yang rentan adalah gen yang meningkatkan resiko di mana seseorang dengan gen tersebut akan mempunyai gangguan tertentu. Adanya gen rentan tambahan atau kerja variabel lingkungan mungkin diperlukan untuk perkembangan gangguan. 13. Faktor PsikososialPeranan faktor psikologis dan faktor sosial juga mengambil andil dalam terbentuknya gangguan psikotik dalam diri seseorang. Contohnya seperti deprivasi (ketidakperolehan) biologis atau psikologis saat masa pertumbuhan, pola keluarga yang patogenik, kestabilan keluarga, tingkatan ekonomi, dan diskriminasi pada kelompok minoritas. 1,6C. Epidemiologi dan Faktor RisikoSkizofrenia mengenai sekitar 1% populasi pada semua suku dan jenis kelamin.1 Sumber lain mengatakan prevalensi skizofrenia adalah 7,2 kasus setiap 1000 penduduk. Sebenarnya insidensi skizofrenia relatif rendah, yaitu 15,2 kasus setiap 100.000 penduduk, namun kasus tersebut bersifat kronik sehingga menghasilkan prevalensi yang tinggi.2 Umumnya laki-laki memiliki onset yang lebih cepat yaitu pada sekitar usia 20 tahun, sedangkan wanita umumnya memiliki onset 20-30 tahun.

D. PatofisiologiTeori yang muncul berkenaan dengan patofisiologi skizofrenia adalah skizofrenia muncul akibat aktivitas dopamin yang yang tinggi di dalam otak. Teori ini muncul melalui dua observasi. Pertama, efektivitas dan potensi dari berbagai obat antipsikotik (dopamine receptor antagonists) berhubungan dengan aktivitas antagonisnya terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2). Kedua, obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik seperti kokain dan amfetamin, bersifat psikotomimetik.1Bagian otak yang terlibat dalam aktivitas ini adalah jalur mesokortikal dan mesolimbik. Peningkatan aktivitas dopamin pada jalur mesolimbikakan meningkatkan risiko timbulnya gejala positif dari skizofrenia. Penurunan aktivitas dopamin pada jalur mesokortikal akan meningkatkan risiko timbulnya gejala negatif dari skizofrenia.4Hasil di atas juga didukung oleh temuan-temuan pada penelitian selanjutnya. Osdengan skizofrenia memiliki beberapa kelainan pada otak, yaitu pembesaran ventrikel yang menyebabkan penurunan volume otak dan substansia grisea korteks. Daerah seperti lobus frontal, amigdala, dan lobus temporalis medialis, cingulate gyrus, dan superior temporal gyrus mengalami penurunan volume. Kondisi ini akhirnya menyebabkan kelainan aktivitas pada daerah tersebut yang menyebabkan timbulnya gejala-gejala dalam skizofrenia. Melalui pemeriksaan positive emission tomography (PET), juga dapat diketahui penurunan aliran darah pada daerah frontal, talamus, dan serebellum pada osdengan skizofrenia. Penurunan aktivitas pada daerah prefrontal dihubungkan dengan penurunan aktivitas dopamin pada daerah tersebut.3

E. Manifestasi klinisSecara garis besar, manifestasi klinis dari skizofrenia terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu:1. Gejala positif, terutama berupa delusi dan halusinasi.5 Gejala-gejala positif yang dapat muncul. Delusi yang muncul dapat berupa delusion of control, delusion of influence, delusion of passivity, dan delusion of perception. Halusinasi dapat muncul pada berbagai indera, seperti taktil, olfaktorik, gustatorik, atau visual, namun auditori adalah halusinasi yang paling sering muncul.22. Gangguan dalam berpikir atau disorganisasi yang bermanifestasi dalam hal bicara dan tingkah laku.5 Dalam bicara, disorganisasi yang timbul dapat berupa asosiasi longgar sampai bentuk paling parah berupa word salad. Dalam tingkah laku, disorganisasi muncul sebagai ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan makanan dan menjaga kebersihan diri, ataupun dapat berupa perilaku seperti anak-anak dan agitasi yang tidak terduga.13. Gejala negatif, berupa menarik diri, apatis, ketidakpedulian terhadap diri sendiri, kemiskinan dalam bicara, dan lain-lain.5Kriteria diagnosis skizofrenia yang dipakai di Indonesia umumnya menggunakan pedoman dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala itu kurang tajam atau kurang jelas. a. - Thought echo: isi pikiran dirinya sendiri yang bergema atau berulang dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda.- Thought insertion: isi pikiran yang asing dari luar, masuk ke dalam pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.-Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain mengetahuinya.b. - Delusion of control : waham tentang dirinya yang dikendalikan oleh sesuatu dari luar dirinya.- Delusion of influence: waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu kekuatan dari luar.- Delusion of passivity: waham tentang dirinya yang pasrah dan tidak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.- Delusional perception: pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mujizat.c. Halusinasi auditorik d. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya berkaitan dengan masalah agama atau politik tertentu atau kekuatan diatas kemampuan manusia biasa. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai dengan ide berlebihan yang menetapb. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, stupor dan mutisme.d. Gejala negatif : apatis, jarang bicara, respon emosional yang tumpul atau tidak wajar, menarik diri, tapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi. Gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi pada hilangnya minat, hidup tak bertujuan dan penarikan diri secara sosial.Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitufase prodromal, fase aktif dan fase residual.Padafase prodromalbiasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.Padafase aktifgejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasidisertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti olehfase residualdimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial).3Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang khas, antara lain;1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa maksudnya.2. Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.4. Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu kesatuan.5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu kesatuan.6. Gangguan proses berfikir7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial.Gejala-gejala pencetus respon biologis : Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan. Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmatisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan. Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan gejala.

F. Diferensial diagnosisPasien dengan penyalahgunaan zat dapat datang dengan gejala yang mirip dengan skizofrenia, sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat ditegakkan bila pasien sedang aktif menyalahgunakan zat. Pasien dengan depresi berat atau gangguan bipolar juga dapat datang dengan gangguan psikotik, namun diagnosis dari gangguan mood selalu diutamakan daripada diagnosis skizofrenia. Delirium juga memiliki gejala seperti skizofrenia seperti delusi dan halusinasi. Perbedaan mendasar dari kedua hal tersebut adalah onset penyakit. Delirium memiliki onset yang lebih cepat daripada skizofrenia. Selain itu, apabila disertai penyakit penyerta, diagnosis delirium lebih diutamakan daripada skizofrenia.

G. Penatalaksanaan 1. Terapi Somatik (Medikamentosa)----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Osmungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien . Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu : antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).4

2. Antipsikotik KonvensionalObat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :1. Haldol (haloperidol)5. Stelazine ( trifluoperazine)2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)4. Prolixin (fluphenazine)Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada osyang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistemdepot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.53. Newer Atypcal Antipsycotic----Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :4. Risperdal (risperidone)5. Seroquel (quetiapine)6. Zyprexa (olanzopine)Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien -osdengan Skizofrenia.c. ClozarilClozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu 25-50% osyang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:o Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 mingguo Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jamo Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)o Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggukualitas hidup pasien Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop

Efek Samping Obat-obat AntipsikotikKarena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.

4. Terapi Psikososiala. Terapi perilaku----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.b. Terapi berorientasi-keluarga----Terapi ini sangat berguna karena osskizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, dimana osskizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan osmengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.c. Terapi kelompok----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi osskizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi osskizofrenia.d. Psikoterapi individual----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam psikoterapi bagi osskizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan terapetik yang dialami pasien . Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien , dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien .----Hubungan antara dokter dan osadalah berbeda dari yang ditemukan di dalam pengobatan osnon-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan, osskizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalahtidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.H. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi, keamanan oskarena gagasan bunuh diri atau membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara osdan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan osdan pengasuh serta keluarga ostentang skizofrenia.----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada osdan membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit osdan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat osdengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien .Pusat perawatan dan kunjungan keluarga oskadang membantu osdalam memperbaiki kualitas hidup.

I. Prognosis Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya, prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25% osdapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia1. KeluargaPasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.2. InteligensiPada umumnya osSkizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah.3. PengobatanObat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil os(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun osskkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.4. Reaksi PengobatanDalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.5. Stressor PsikososialApabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prognosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.6. Kekambuhanpenderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.7. Gangguan KepribadianPrognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.8. OnsetJenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.9. ProporsiOrang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.10. Perjalanan penyakitPada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.11. KesadaranKesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

Prognosis Baik Prognosis Buruk

Onset lambatFaktor pencetus yang jelasOnset akutRiwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baikGejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)MenikahRiwayat keluarga gangguan moodSistem pendukung yang baikGejala positifOnset mudaTidak ada faktor pencetusOnset tidak jelasRiwayat sosial dan pekerjaan premorbid yang burukPrilaku menarik diri atau autistikTidak menikah, bercerai atau janda/ dudaSistem pendukung yang burukGejala negatifTanda dan gejala neurologistRiwayat trauma perinatalTidak ada remisi dalam 3 tahunBanyak relapsRiwayat penyerangan

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh Jaya;2003.p.46-51.2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.3. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh Jaya;2003.p.46-51.4. Sinaga BR. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : FKUI;2007.p.42-51.5. Saddock,JB, Saddock AC. Kaplan and Saddocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences, Clinical Psychiatry. Edisi ke 10. 2007. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.6. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.

1