preskas skizofrenia paranoid

25
LAPORAN KASUS PSIKIATRI AUTISEM Disusun Oleh : Risky Agviola Putri 2010730094 Pembimbing : dr. Isa Multazam, Sp. KJ FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWA RUMAH SAKIT ISLAM JIWA KLENDER

Upload: riskyagviola

Post on 18-Feb-2016

250 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

psikiatri

TRANSCRIPT

Page 1: Preskas Skizofrenia Paranoid

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

AUTISEM

Disusun Oleh :

Risky Agviola Putri

2010730094

Pembimbing :

dr. Isa Multazam, Sp. KJ

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN JIWA

RUMAH SAKIT ISLAM JIWA KLENDER

PERIODE JUNI - AGUSTUS 2015

JAKARTA

Page 2: Preskas Skizofrenia Paranoid

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS

Nama : An. A

TTL : Jakarta, 07 Maret 2011

Umur : 4 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : -

Pendidikan : Paud

Agama : Islam

Suku : Jawa

Status : Belum menikah

No. RMK : -

Alamat : Tambun

Tanggal Masuk : 12 Juli 2015

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Autoanamnesa : 12 Juli 2015 (pukul 11.00 WIB)

Alloanamnesa : 12 Juli 2015 (pukul 11.00 WIB)

A. KELUHAN UTAMA

Pasien tidak dapat berbicara seperti saat usianya.

B. KELUHAN TAMBAHAN

- Pasien bergumam sebelum mengucapkan kata-kata

- Pasien tidak menunjuk atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan

keinannya.

C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG

ibu pasien mengeluh pasien tidak dapat berbicara dengan lancar. Ibu pasien

mengatakan, pasien sering tertawa yang tidak sesuai dan mengulangi sebuah

perbuatan, sering mengurangi percakapab, menunjuk keinginannya dengan tangan

orang dewasa. Keluhan ini dirasakan ± sejak 2 Tahun

1

Page 3: Preskas Skizofrenia Paranoid

D. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

- Psikiatrik

Pada tahun 2013, perilaku pasien mulai terlihat berubah, seperti bergumam

sebelum mengucapkan kata-kata, tidak menunjukkan atau gerakan tubuh untuk

menyampaikan keinginannya, menolak untuk di peluk, sering mengurung diri di

kamar.

- Medik

Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan, terjatuh atau terbentur yang

mengakibatkan luka/cedera pada daerah kepala. Ibu Pasien juga mengatakan

tidak pernah mengalami demam tinggi sampai kejang.

- Penggunaan Zat

-

E. RIWAYAT HIDUP1. Masa prenatal dan perinatal

Menurut keterangan ibu pasien kurang memperhatikan dan berhati-hati pada

kondisi kandungannya. Ibu klien bekerja hingga kelelahan. Anak lahir dengan

normal, langsung menangis, dengan berat badan waktu lahir 3 kg. Pasien

merupakan anak yang dikehendaki orangtuanya. Pasien merupakan anak pertama.

Tidak pernah ada sakit kejang demam atau penyakit lainnya yang bermakna.

2. Masa kanak-kanak dini/awal (s/d 3 tahun)

Pasien diasuh oleh neneknya dan tidak diberikan ASI. Tidak ada cacat bawaan

yang ditemukan. Perkembangan fisik pasien cukup baik, pola perkembangan

motorik tidak ada hambatan, seperti kebanyakan anak yang normal. Pasien dapat

berjalan saat berumur kurang lebih dua tahun. Tidak ada kebiasaan buruk pasien,

seperti membenturkan kepala atau menghisap jari. Pasien sangat periang, tidak

mudah marah, tetapi perilaku klien di lingkungan rumah cenderung hyperaktif dan

konsentrasi klien juga masih kurang.

3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

2

Page 4: Preskas Skizofrenia Paranoid

-

4. Masa remaja

-

5. Masa dewasa-

F. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan :

Pasien merupakan anak tunggal. Sejak lahir pasien tinggal bersama orang tua

nya. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya, namun saat pasien

menjelang usia 2 tahun pasien tidak dapat berbicara seperti temannya.. Keluarga

pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan yang serupa.

G. SITUASI KEHIDUPAN SEKARANG

Pasien tinggal dengan keluarganya, tetapi pasien cenderung lebih dekat dengan

eyangnya. Hal ini dikarenakan kedua orang tua klien sibuk bekerja. Sosialisasi klien

pun kurang, karena saat sedang bermain bersama teman-teman sebayanya anak lebih

asik dengan dirinya sendiri ( dengan dunianya sendiri ). Bahasa yang digunakan

dalam keluarga adalah bahasa Indonesia.

3

Page 5: Preskas Skizofrenia Paranoid

III. STATUS MENTAL

A. DESKRIPSI UMUM

1. Penampilan

Laki-laki berusia 4 tahun, penampilan pasien tampak sesuai dengan usianya,

berpakaian cukup rapi, ekspresi tenang, perawatan diri cukup baik, dan warna kulit

sawo matang

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Pasien kooperatif, selama wawancara kontak mata baik, pasien duduk tenang, tidak

ada gerakan involunter, dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan cukup

jelas.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Pasien bersikap kooperatif dan cukup sopan terhadap pemeriksa.

B. KEADAAN AFEKTIF

1. Mood : Hipotimia

2. Afek : Menyempit

3. Keserasian : TIdak serasi

C. GANGGUAN PERSEPSI

1. Halusinasi

- Auditorik : Ada

- Visual : Tidak ada

- Taktil : Tidak ada

- Olfaktorik : Tida ada

- Gustatorik : Tidak ada

2. Ilusi : Tidak ada

3. Depersonalisasi : Tidak ada

4. Derealisasi : Tidak ada

D. GANGGUAN PIKIRAN

1. Proses pikir

a. Kontinuitas

- Blocking : Tidak ada

4

Page 6: Preskas Skizofrenia Paranoid

- Asosiasi longgar : Tidak ada

- Inkoheren : TIdak ada

- Flight of idea : Tidak ada

- Sirkumstansia : Tidak ada

- Tangensial : TIdak ada

- Neologisme : Tidak ada

- Word salad : Tidak ada

b. Hendaya berbahasa : Tidak ada

2. Isi pikir

a. Preokupasi : TIdak ada

b. Waham

Waham bizarre : Tidak ada

Waham sistematik : Tidak ada

Waham nihilistic : Tidak ada

Waham paranoid : tidak ada

- Waham kebesaran : Tidak ada

- Waham kejaran : Tidak ada

- Waham rujukan : tidak Ada

- Waham dikendalikan : tidak ada

o Thought withdrawal : Tidak ada

o Thought insertion : Ada

o Thought broadcasting : Tidak ada

o Thought control : Tidak ada

Waham cemburu : Tidak ada

Erotomania : Tidak ada

c. Obsesi : Tidak ada

d. Kompulsif : Tidak ada

e. Fobia

Fobia spesifik : Tidak ada

Fobia sosial : Tidak ada

Akrofobia : Tidak ada

Agoraphobia : Tidak ada

Klaustrofobia : Tidak ada

5

Page 7: Preskas Skizofrenia Paranoid

Aiirufobia : Tidak ada

Zoofobia : Tidak ada

Xenophobia : Tidak ada

E. FUNGSI KOGNITIF

1. Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)

2. Orientasi : Baik

a. Waktu baik (pasien benar menyebutkan hari, bulan, tahun saat di

wawancara).

b. Tempat baik (pasien dapat menyebutkan bahwa saat ini sedang berada di

Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta, Negara Indonesia, kota jakarta, serta

ruangan perawatannya).

c. Orang baik (pasien tahu bahwa ia sedang diwawancarai oleh dokter muda

dan dapat menyebutkan nama pemeriksa dan beberapa pasien).

3. Konsentrasi : Baik

a. Daya ingat.

Daya ingat segera baik (pasien dapat mengingat nama dokter yang

merawatnya saat ini dan juga dapat menyebutkan 3 benda yang pewawancara

ajukan).

Daya ingat yang pendek baik (pasien dapat mengingat menu

sarapan tadi pagi).

Daya ingat sedang baik (pasien mampu mengingat tanggal masuk

ke RSJI-Klender)

Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat tempat

sekolah pasien ketika SD, SMP, dan SMA)

b. Intelegensia dan Pengetahuan umum : Luas.

1. Pasien dapat menyebutkan tiga kota besar di Indonesia. Jawaban pasien

yaitu : Semarang, Jakarta, dan Bandung

2. Pikiran abstrak : Baik (dapat mengartikan peribahasa “buah tangan”)

F. Daya Nilai

1. Daya nilai sosial: baik.

o Pasien dapat menyebutkan beberapa nama-nama pasien selama pasien dirawat.

6

Page 8: Preskas Skizofrenia Paranoid

2. Uji daya nilai : Baik.

o Misalnya, jika pasien menemukan dompet yang akan dilakukan oleh pasien

yaitu mengembalikan kepada pemiliknya.

G. Reality Test Ability (RTA)

Terganggu

H. Tilikan

Tilikan derajat 1

I. Taraf dapat Dipercaya

o Dapat dipercaya.

Pada waktu yang berbeda, pasien memberikan kesimpulan jawaban yang

sesuai dengan keterangan yang diberikan oleh ibu kandungnya.

IV. STATUS FISIK

1. Status generalis

Keadaan umum : Tampak sehat

Kesadaran : Composmentis (E4M6V5)

Tanda vital

- Tekanan darah : -

- Suhu : 36,5 °c

- Nadi : 80 x/menit

- Pernafasan : 16 x/menit

Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah dicabut

Thorax : Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/-

Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Tidak ada kelainan

Ekstermitas : Tidak ada kelainan

2. Status Neurologis

Tanda rangsang meningeal : tidak ada

Mata :

Gerakan baik : Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)

Persepsi : Baik

Bentuk Pupil : Bentuk bulat (+/+), isokor

7

Page 9: Preskas Skizofrenia Paranoid

Rangsang Cahaya : Reaksi cahaya (+/+)

Motorik

o Tonus : Baik

o Turgor : Baik

o Kekuatan : Baik

o Koordinator : Baik

o Refleksi : Baik

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

1. Riwayat Psikiatri

a. Pasien sering mengurung diri di kamarnya, tidak mau makan, tidak ada

minat untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari, tidak mau diajak

berbicara

b. Mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk tetap di dalam

kamar dan menghindari orang-orang di rumahnya. (halusinasi auditorik)

c. Pasien selalu berpikir bahwa adiknya akan menjelek-jelekannya kepada

semua orang(waham rujukan)

d. Pasien merasa pikirannya dimasuki ide buruk yang bukan miliknya

(thougt insertion)

2. Status mental

O Kesadaran : Compos mentis

O Mood : hipotima

O Afek : menyempit

O Keserasian : tidak serasi

O Gangguan persepsi :Halusinasi auditorik

O Gangguan isi pikir : waham rujukan

O RTA (Reality testing ability): Terganggu

O Tilikan : Derajat 1

O Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

VI. FORMULASI DIAGNOSIS

Ditemukannya distressantara lain:

1. Mengamuk tiba-tiba setelah mendengar suara bisikan dan

8

Page 10: Preskas Skizofrenia Paranoid

2. curiga tanpa sebab pasti,

Hal ini disebabkan adanya hendaya yang berat pada jiwa seseorang. Gangguan Isi

pikiran berupa halusinasi dan waham, emosi yang sulit dikontrol dan mudah marah

sehingga mengakibatkan perilaku mengamuk tanpa sebab RTA terganggu. Hal

ini identik dengan gejala Psikotik. Sesuai denganPedoman Penggolongan dan

Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III (PPDGJ III) adanya tanda dan gejala ini

masuk ke dalam Skixofrenia Paranoid.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

1. Axis I : Gangguan autisme (ASD)

2. Axis II : Belum ditegakkan kemungkinan RM

3. Axis III : Tidak ditemukan masalah pada kondisi medik umum

4. Axis IV : Masalah dengan primary support group ( Keluarga ) dan lingkungan

sosial

5. Axis V : GAF saat ini 55 ( gejala sedang moderate, disabilitas sedang, GAF 1

tahun terakhir belum dapat dinilai

VIII. DAFTAR MASALAH

Organobiologik : Tidak diketemukan kelainan organik atau fisik

Psikologik : Waham rujukan, gangguan persepsi (halusinasi auditorik)

Sosiobudaya : penarikan diri dari sosiobudaya

IX. RENCANA TERAPI

a. Farmakoterapi

Risperidon 3x2mg

THP 3x2mg

b. Psikoterapi

Ventilasi : supaya pasien bisa menceritakan masalahnya yang dihadapi

sekarang.

Persuasi : tenangkan pasien secara masuk akal tentang gejala-gelaja

penyakitnya yang timbul sebagai akibat cara berpikir, perasaan dan

sikapnya terhadap masalah.

9

Page 11: Preskas Skizofrenia Paranoid

Sugesti : Menanamkan perasaan percaya kepada pasien bahawa gejala-

gejala itu akan hilang.

Reassurance : Meyakinkan kembali kemampuan pasien dengan

menunjukkan hasil pencapaian pasien.

Bimbingan : membimbing dengan cara praktis hubungan antar manusia

serta cara berkomunikasi.

Penyuluhan/konseling : membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara

lebih baik, supaya dapat mengatasi permasalahannya dan dapat

menyesuaikan diri, menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi

bila pasien tidak teratur minum obat. Konseling juga diberikan kepada

keluarga pasien mengenai kondisi pasien agar keluarga dapat menerima

dan tidak dijauhi, dan agar dapat mendukung kesembuhan pasien.

Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan hobi atau

pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara aktif dalam

kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender agar ia dapat

beraktivitas dan berinteraksi dengan lingkungannya secara normal.

Religi : Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat,

puasa, dan berdzikir.

X. PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : Dubia ad malam

o Faktor yang memperberat :

Onset muda

Prilaku menarik diri atau autistik

Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

Sistem pendukung yang buruk

Gejala negatif

Banyak relaps

Riwayat penyerangan

o Faktor yang memperingan :

10

Page 12: Preskas Skizofrenia Paranoid

Faktor pencetus yang jelas

Riwayat sosial, pekerjaan dan premorbid yang baik

Gejala positif

11

Page 13: Preskas Skizofrenia Paranoid

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Istilah autistic berasal dari kata autos artinya self. Digunakan oleh Bleuler untuk

menjelaskan ciri menarik diri dari penderita skizofrenia.

Autisme pertama kali diteliti oleh Leo Kanner (1943) yang mengamati 11 anak

dengan ciri-ciri khusus. Disimpulkan bahwa 2 ciri penting anak autis adalah extreme

aloness dan keinginan untuk mempertahankan kesamaan.

B. Epidemiologi

Autism ditemukan pada 4-5 per 10.000 anak (penelitian Victor Lotter, di Inggris, 1966).

Pasien autism lebih sering ditemukan paa anak laki-laki dibandingkan anak perempuan

2,6 : 1. Dikatakan bahwa anak laki-laki lebih mudah mendapat gangguan fungsi otak.

Namun anak perempuan penyandang autism biasanya mempunya gejala yang lebih berat

dan pada test intelegensi mempunyai hasil yang lebih rendah dibandingkan pada anak

laki-laki

C. Etiologi

1. Teori psikososial

Pada anak yang disebabkan karena hostilitas yang tidak disadari dari ibu, yang

sebenarnya tidak menghendaki anak ini mengakibatkan gejala penarikan diri pada

anak autism.

2. Teori biologis

Teori ini menjadi berkembang karena beberapa fakta seperti berikut : adanya

hubungan yang erat dengan retardasi mental (75-80%), perbandingan laki-laki :

perempuan = 4:1, meningkatnya insidens gangguan kejang (25%) dan adanya

beberapa kondisi medis dan genetic yang mempunyai hubungan dengan gangguan ini.

Sehingga sekarang ini diyakini bahwa gangguan autistic ini merupakan suatu sindrom

perilaku yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi siste saraf

12

Page 14: Preskas Skizofrenia Paranoid

pusat. Walaupun sampai saat ini belum diketahui dengan pasti dimana letak

abnormalitasnya, diduga adanya disfungsi dari batang otak dan mesolimbik, namun

dari penelitian terakhir ditemukan kemungkinan adanya keterlibatan dari sebelumya.

3. Teori imunologi

Ditemukannya penurunan respon dari sistem imun pada beberapa anak autistic

meningkatkan kemungkinan adanya dasar imunologis pada beberapa kasus autism.

Ditemukannya antibody beberapa ibu terhadap antigen lekosit anak mereka yang

autistic, memperkuat dugaan ini karena ternyata antigen lekosit itu juga ditemukan

pada sel-sel otak, sehingga antibody ibu dapat secara langsung merusak jaringan saraf

otak janin, yang menjadi penyebab timbulnya.

4. Infeksi virus

Peningkatan frekuensi yang tinggi dari gangguann autism pada anak-anak dengan

congenital rubella, herpes simplex encephalitis, dan cytomegalovirus infection, juga

pada anak-anak yang lahir selama musim semi dengan kemungkinan ibu mereka

menderita influenza musim dingin saat mereka ada didalam rahim, telah membuat

para peneliti menduga infeksi virus ini merupakan salah satu penyebab autism.

D. Tanda dan Gejala

Gangguan ini mempunyai cirri khas :

1. Adanya gangguan yang menetap pada interaksi social, komunikasi yang menimpang

dan pola tingkah laku yang terbatas dan stereotip.

2. Fungsi yang abnormal ini biasanya telah muncul sebelum usia 3 tahun.

3. Lebih dari dua per tiga mempunyai fungsi dibawah rata-rata.

Gangguan perkembangan pervasive (PDD) :

1. Gangguan autistic

Gangguan dalam interaksi social, komunikasi dan perilaku terbatas dan berulang

(steteotipik), yang muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini dijumpai 3-4 kali lebih

banyak pada anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan.

2. Autisme tak khas (ICD-X)

Dibedakan dari autism dalam usia timbulnya gejala (biasanya timbul setelah berusia

diatas 3 tahun) atau dari tidak terpenuhinya ke tiga criteria diagnortik autism. Autism

tak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental berat, yang sangat

rendah kemampuannya, juga tampak pada individu denga gangguan perkembangan

yang khas dari bahasa reseptif yang berat. Jadi autism tak khas secara bermakna

13

Page 15: Preskas Skizofrenia Paranoid

merupakan kondisi yang terpisah dari autism. Termasuk disini : psikosis masa kanak

tak khas, retardasi mental dengan gambaran autistic.

3. Sindrom rett

Suatu bentuk kelainan progresif yang sejauh ini hanya dilaporkan terjadi pada anak

perempuan. Onset terjadinya gangguan ini pada usia 7-24 bulan, sebelumnya terlihat

perkembangan yang normal, lalu terjadi kemunduran berupa hilangnya kemampuan

gerakan tangan yang bertujuan dan keterampilan motorik yang telah terlatih. Disertai

kehilangan atau hambatan seluruh atau sebagian kemampuan berbahasa, gerakan

seperti mencuci tangan tang stereotipik, dengan fleksi lengan di depan dada atau dagu,

membasahi tangan secara stereotipik denga saliva, hambatan dalam fungsi

mengunyah makanan.

4. Gangguan desintegratif masa kanak lainnya

Ditandai adanya periode perkembangan normal sebelum onset penyakit atau minimal

dalam 2 tahun pertama kehidupan, disusul hilangnya keterampian terlatih pada

beberapa bidang perkembangan setelah beberapa bulan gangguan berlangsung. Juga

disertai adanya gangguan yang khas dari fungsi social, komunikasi dan perilaku. Pada

beberapa kasus hilangnya keterampilan terjadi secara progresif dan menetap.

Prognosis biasanya amat sangat buruk, dan sebagian penderita akan mengalami

retardasi mental berat. Terdapat ketidakpastian tentang arah perluasan kondisi ini

yang berbeda dengan keadaan autism.

5. Sindrom asperger

Ditandai oleh abnormalitas yang kualitatif sama seperti pada autism, yaitu hendaya

dalam interaksi social, minat dan aktivitas yang terbatas dan stereotipik. Namun tanpa

disertai keterlambatan perkembangan berbahasa dan kognitif (IQ normal atau diatas

normal).

6. Gangguan perkembangan pervasi lainnya (pervasive developmental disorder-not

otherwise specified = PDD-NOS).

Ditandai dengan tidak terpenuhinya criteria diagnostic yang spesifik, namun terdapat

gangguan berat dan pervatif pada perilakunya. (menurut DSM-IV-TR: Autisme Tak

Khas termasuk dalam criteria diagnostic PDD-NOS).

E. Penatalaksaan

Tujuan dari terapi pada gangguan autistic adalah :

1. Mengurangi masalah perilaku

14

Page 16: Preskas Skizofrenia Paranoid

2. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam pengusaan

bahasa.

3. Mamapu bersosialisasi dan beradaptasi di lingkungan sendiri

Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan

bersifat individual, dimana pendidikan khusus dan terapi wicara merupakan komponen

yang penting.

1. Pendekatan edukatif

Pada yang mempunya inteligensi normal-tinggi sebaiknya tetap dimasukkan ke

sekolah formal umum, sedangkanyang mempunyai inteligensi dibawah rata-rata

normal sebaiknya bersekolah di SLB-C, tentu dengan catatan perilaku dan emosinya

telah terkendali. Bila belum dapat dikendalikan anak autistic seharusnya mendapat

pendidikan khusus. Rencana pendidikan sebaiknya dibuat secara individual sesuai

dengan kebutuhan masing-masing anak, dan juga perlu diperhitungkan tidak hanya

kelemahan anak ini namun juga kekuatan yang mereka punyai, agar guru dapat

mempertimbangkannya dalam memberikan keterlampian baru. Pendekatan ini

tentunya membutuhkan suatu kelas yang perbandingan murid dan gurunya rendah.

Contoh : Treatment and Education of Autistic and Related Communication

Handicapped Children (TEACCH)

2. Terapi perilaku

Dalam suatu penelitian dikatakan dengan terapi yang intensif selama 1-2 tahun anak-

anak yang masih amat muda ini dapat berhasil meningkatkan IQ dan fungsi

adaptasinya lebih tinggi dibanding dengan kelompok anak yang tidak memperoleh

terapi yang intensif. Pada akhir dari terapi sekitar 42% dapat masuk ke sekolah

umum. Beberapa jenis terapi perilaku yang banyak digunakan :

a. Metode ABA (Applied Behavioral Analysis)

Terapi dilakukan dengan memberikan positive reinforcement bila anak diarahkan

untuk mengubah perilaku yang tidak dinginkan dan menggantikannya dengan

perilaku yang lebih bisa diterima.

b. Metode Option

Lebih child centered, dimana terapis selalu mengikuti perilaku anak. Yang

ditekankan disini adalah “acceptance” and “love”. Orang tua justru harus berusaha

untuk masuk kedalam dunia anak tersebut.

c. Metode floor tima

15

Page 17: Preskas Skizofrenia Paranoid

Ini sejenis terapi bermain yang dilakukan pada anak.

3. Terapi khusus

Termasuk terapi wicara, terapi okupasi, sensori integrasi dan fisioterapi. Dari satu

penelitian pada anak autistic didapatkan hasil 9% tidak dapat bicara, dengan

intervensi yang sesuai ada harapan anak autistk dapat belajar bicara.

4. Terapi obat

Pada sekelompok anak autistic dengan gejala-gejala seperti temper tantrums,

agresivitas, melukai diri sendiri, hiperaktivitas, dan stereotipik, pemberian obat-

obatan yang sesuai dapat merupakan salah satu bagian dari program terapi

komprehensif. Juga sering dipakai untuk mengobati kondisi yang terkait seperti

depresi, cemas, perilaku obsesifkompulatif, membantu mencegah selfinjury dan

perilaku lain yang menimbulkan maslah. Obat-obatan yang digunakan adalah :

a. Antipsikotik : memblok reseptor dopamin

b. SSRI : merupakan selective serotonin reuptake inhibitor

c. Methylphenidate : menurunkan hiperaktivitas, inatensi

d. Naltexone : antagonis opioida

e. Clomipramine :antidepresan

f. Clonide : menurunkan aktivitas noradrenergik

16

Page 18: Preskas Skizofrenia Paranoid

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh

Jaya;2003.p.46-51.

2. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.

3. Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh

Jaya;2003.p.46-51.

4. Sinaga BR. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : FKUI;2007.p.42-51.

5. Saddock,JB, Saddock AC. Kaplan and Saddock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral

Sciences, Clinical Psychiatry. Edisi ke – 10. 2007. Philadelphia : Lippincott Williams &

Wilkins.

6. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu

Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.

17