skizofrenia paranoid
DESCRIPTION
skizofrenia paranoid ini status ujian, skali lagi cuma supaya bole ba download others are coming hell yeah!TRANSCRIPT
STATUS UJIAN PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn Morgan Roring
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Tempat/Tanggal lahir : Kinilow, 3 April 1990
Status Perkawinan : Belum kawin
Pendidikan Terakhir : Tamat SMA
Suku/bangsa : Minahasa/ Indonesia
Alamat : Kinilow
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Agama : Kristen Protestan
Cara MRS : Diantar oleh keluarga pasien (ibu)
Tanggal Pemeriksaan : 21 November 2012
Tempat Pemeriksaan : RS.Prof.V.L. Ratumbuysang
II.PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI
1. Status Interna
Keadaan umun : cukup
Kesadaran : kompos mentis
Tanda vital :TD: 120/80 mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit, S:36,7 C
Kepala : Tidak ditemukan conjungtiva anemis maupun sclera ikteri
Thoraks : Jantung : SI-SII normal, bising (-), Paru : Suara pernapasan
Vesikuler.
Abdomen : datar, lemas, nyeri epigastrium (-), bising usus
normal, Hepar dan lien normal.
Ekstremitas : hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.
1
2. Status Neurologi
A. Pemeriksaan Neurologis
GCS 15 E4 : Buka mata secara spontan
V5 : Berbicara spontan
M6 : Gerakan sesuai perintah
Pemeriksaan Nervus Kranialis :
Nervus kranialis : Kesan tidak ada kelainan
Nervus Olfaktorius ( N.I )
Dilakukan untuk memeriksa fungsi penghidu pasien. Selama
wawancara pasien dapat menyebutkan bau apa saja yang tercium
di sekitarnya.
Nervus Optikus ( N.II )
Dilakukan untuk memeriksa ketajaman penglihatan kasar. Pasien
dapat menyebutkan benda-benda di ruangan yang ditunjuk oleh
pemeriksa saat wawancara.
Nervus Okulomotoris ( N.III ), Nervus Trokhlearis ( N.IV ), dan
Nervus Abdusens ( N.VI )
Dilakukan untuk memeriksa gerakan bola mata. Pasien dapat
mengikuti arah tangan penunjuk pemeriksa dengan normal.
Nervus Trigeminus ( N.V )
Pasien disuruh memejamkan mata dan wajah pasien disentuhkan
kertas yang sudah dipelintir, apakah pasien masih dapat
merasakan. Selain itu pasien disuruh membuka mulut dan dilihat
apakah simetris atau tidak. Pada pasien ini kesan normal.
Nervus Fasialis ( N.VII )
Dilakukan dengan cara pasien disuruh mengangkat dahi, bersiul
dan menyeringai, dilihat apakah simetris atau tidak. Pada pasien ini
kesan normal.
2
Nervus Vestibulokokhlearis ( N.VIII )
Dilakukan untuk memeriksa fungsi pendengaran pasien secara
kasar. Pasien dibisikkan kata-kata huruf desis dan lunak pada jarak
dekat dan sedikit jauh. Pada pasien ini kesan normal.
Nervus Glossofaringeus ( N.IX ), dan Nervus Vagus ( N.X )
Dilakukan dengan menilai artikulasi bicara pasien, dan
kemampuan menelan. Pada pasien ini kesan normal.
Nervus Aksesoris ( N.XI )
Dilakukan untuk menilai kekuatan otot-otot leher dan pundak.
Dilakukan dengan cara pasien disuruh mengangkat bahu atau
menggerakkan kepala kiri dan kanan sambil diberi sedikit tekanan.
Pada pasien ini kesan normal.
Nervus Hipoglossus ( N.XII )
Dilakukan dengan cara menyuruh pasien menjulurkan lidah dan
dilihat apakah ada deviasi. Pada pasien ini kesan normal.
Sistem motorik : Bentuk tubuh pasien normal, gerakan abnormal yang
tidak dapat dikendalikan tidak ada, kekuatan otot
normal, tonus otot normal, tidak ditemukan gejala
ekstrapiramidal.
Sistem sensorik : pasien masih dapat membedakan sensasi rasa raba,
nyeri, suhu dingin dan panas, serta rasa posisi, pasien
masih mengetahui arah gerakannya.
Tonus Otot : normal
Ekstrapiramidal Sindrom : tidak ada
III. RIWAYAT PSIKIATRIK
Riwayat psikiatri diperoleh dari:
- Autoanamnesis dengan pasien sendiri pada tanggal 21 November 2012
- Alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 21 November 2012
3
A. Keluhan utama
Marah-marah tanpa sebab dan mendengar suara-suara bisikan.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
1. Autoanamnesis
Pasien mendengar suara bisikan sejak satu minggu SMRS, suara
bisikan tersebut terdengar oleh pasien seperti seorang kakek-kakek dan sering
mengajak pasien untuk berkelahi dengan kakek tersebut atau dengan orang di
lingkungannya. Sebelumnya suara itu hanya terdengar pagi dan sore hari, tapi
ejak kurang lebih 2 hari yang terakhir suara tersebut terdengar sepanjang hari.
Pasien juga merasa marah karena orang-orang di rumahnya (menurut pasien)
sering berbuat salah padanya tapi pasien sendiri tidak bias menjelaskan
penyebab pasti kenapa pasien merasa marah terhadap keluarganya. Pasien
merasa juga banyak orang-orang di sekitarnya menuduh pasien “gila” dan hal
ini menyebabkan pasien semakin marah. Pasien juga sering melihat
penampakan-penampakan seperti perempuan berambut hitam panjang dan
berbaju putih tapi pasien tidak merasa takut bahkan mengajak berkelahi
penampakan tersebut. Hal ini sudah terjadi selama satu minggu sebelum
pasien datang untuk diperiksa di RS.Prof.V.L. Ratumbuysang. Sebelumnya
keluhan ini pernah terjadi sekitar 8 bulan sebelumnya yaitu pada bulan
Desember dan berlangsung selama 3 bulan sampai bulan Maret yang
kemudian hilang karena menurut pasien sudah didoakan, tapi terjadi kembali
8 bulan kemudian. Keluhan ini juga terjadi setiap hari dan tanpa sebab pasien
sering merasakannya.
2. Alloanamnesis
Menurut ibu pasien, pasien mengalami gangguan ini sudah selama satu
minggu, pasien sering marah-marah tidak jelas pada orang-orang disekitar dan
4
bahkan memukul tanpa alasan yang jelas. Bagi ibu pasien, perilaku keluarga
dan lingkungan terhadap pasien juga tidak ada masalah. Pasien juga sering
keluar rumah berjalan-jalan disekitar lingkungan perumahan tanpa sebab yang
jelas dan menurut ibu pasien juga tidak ada orang-orang yang mengajak
pasien untuk berkelahi apalagi mengatai pasien gila. Pasien sering
menceritakan terhadap ibunya bahwa pasien sering mendengar suara-suara
bisikan seperti kakek-kakek dan bahkan mengajak untuk jalan-jalan padahal
menurut ibu pasien tidak ada. Kejadian ini pernah terjadi pada bulan
Desember sampai awal bulan Maret, pasien sudah didoakan dan keluhan ini
menghilang tapi kemudian kembali terjadi 8 bulan kemudian yaitu di bulan
November dan tanpa adanya sebab pasien sudah seperti ini.
C. Riwayat gangguan sebelumnya
Keluhan yang sama terjadi pada bulan Desember sampai awal bulan Maret,
tapi menurut ibu dan pasien, pasien sudah didoakan dan gangguan ini menghilang.
IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir normal dibantu oleh bidan di Puskesmas. Tidak ditemukan
kelainan atau cacat bawaan. Pasien adalah anak tunggal
2. Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak awal sesuai dengan usia pasien.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang dengan normal. Pasien bersekolah sampai
tamat SD.
4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Pasien pernah berkelahi sampai dipukul oleh teman-temannya saat pasien
bersekolah tingkat SMP di Kalimantan.
5. Riwayat masa dewasa
1. Riwayat pendidikan
5
Pasien sudah menamatkan SMA.
2. Riwayat keagamaan
Pasien beragama Kristen Protestan dan di gereja local pasien menjabat
sebagai ketua pemuda.
3. Riwayat psikoseksual
Pasien tidak pernah mengalami penyiksaan seksual semasa kecil. Orientasi
seksual pasien adalah lawan jenis yang sebaya. Pasien tidak pernah
mendapat pendidikan seksualitas secara formal.
4. Riwayat pernikahan
Pasien belum menikah.
5. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai buruh bangunan.
6. Riwayat sosial
Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan orangtua, teman-teman
dan tetangga sekitar rumah.
7. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah telibat dalam masalah hukum
8. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama orang tua, di sebuah rumah permanen, beratap
seng, memiliki 3 kamar tidur, 1 kamar mandi dan WC.
9. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak tunggal pasien hidup dengan ekonomi menengah
kebawah. Hubungan antar keluarga cukup baik.
6
SILSILAH KELUARGA
= Perempuan
= Laki-laki
= Pasien
V. STATUS MENTAL
1. Deskripsi Umum
- Penampilan
Pasien adalah seorang Pria, usia 22 tahun, sesuai umur, duduk sopan, berpakaian
rapi dengan kemeja biru dan, ekspresi wajah tampak marah. Kuku bersih
terpotong rapi.
- Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien menjawab pertanyaan dan jawaban yang diberikan
sesuai dan terkadang perasaan pendapatnya panas, pasien memarahi ibunya bila
ibunya menjawab pertanyaan yang tidak sesuai dengan pendapatnya.
- Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif
2. Alam perasaan (mood) dan afek
- Mood : labil
- Afek : normal.
7
- Keserasian: appropriate.
3. Karakteristik bicara
Selama wawancara, pasien menjawab semua pertanyaan dengan jawaban yang
benar, artikulasi jelas, penderita pasti langsung menjawabnya dengan intonasi biasa.
4. Gangguan Persepsi
Pasien mengalami halusinasi audiotorik dan visual. Dia tidak tahu itu siapa
dan sering mengajak pasien berjalan atau berkelahi.
5. Proses Pikir
Bentuk pikiran: koheren.
Isi pikiran : waham dikendalikan, pasien sering pergi berkelahi karena ada yang
mengajak pasien.
6. Sensorium dan kognisi
- Taraf kesadaran
Kompos mentis
- Orientasi
Waktu : Baik. Pasien bisa membedakan siang dan malam.
Tempat : Baik. Pasien mengetahui bahwa dirinya berada di RS
Orang : Baik. Pasien dapat mengenali orang-orang disekitarnya.
- Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang : Tidak terganggu. Pasien dapat menyebutkan nama
tempat pasien bersekolah dari SD,SMP,SMA.
Daya ingat jangka pendek : Tidak terganggu.
Daya ingat segera : Tidak terganggu. Pasien dapat mengulang 6 huruf dan angka
yang diucapkan pemeriksa.
- Kemampuan baca dan menulis
Baik
- Kemampuan visuospasial
Baik
- Kemampuan menolong diri sendiri
8
Makan dan minum dilakukan sendiri.
- Pengendalian impuls
Pasien sulit untuk mengendalikan amarahnya
-Pertimbangan dan tilikan
Daya nilai sosial :Tidak terganggu.
Penilaian realitas : Tidak terganggu.
- Realiabilitas
Penjelasan yang diberikan penderita dapat dipercaya namun ada juga tidak dapat
dipercaya karena berbeda dengan penjelasan keluarga.
V. IKHTIAR PENEMUAN BERMAKNA
Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien pria berumur 22 tahun, suku
minahasa, agama Kristen Protestan, pendidikan terakhir tamat SMA, pekerjaan buruh
bangunan. Pasien dibawa ke RS Prof.V.L. Ratumbuysang Manado pada tanggal 21
November 2012 dengan keluhan utama bicara kacau sambil marah-marah tanpa sebab
dan mendengar suara-suara bisikan.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan pasien berpenampilan sesuai
dengan usianya, berpakaian sesuai. Selama pemeriksaan, pasien kooperatif dalam
menjawab pertanyaan. Pasien dapat melakukan kontak mata. Pada wawancara
didapatkan suasana mood labil, afek normal. Bicara spontan lancar, produktivitas
baik.
Gangguan persepsi berupa halusinasi audiotorik dan visual. Dalam
pertimbangan tilikan terhadap penyakit, termasuk tilikan derajat 4 yakni menyadari
dirinya sakit dan butuh bantuan namum tidak memahami penyebab sakitnya.
VI.FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan riwayat pasien, ditemukan adanya kejadian-kejadian yang
mencetuskan perubahan pola perilaku dan psikologis yang bermanifestasi timbulnya
9
gejala dan tanda klinis yang khas berkaitan adanya gangguan kejiwaan. Dengan
demikian dapat disimpulkan pasien mengalami suatu gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status interna dan status neurologi tidak ditemukan kelainan
yang mengindikasikan adanya gangguan medis umum yang secara fisiologis
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang diderita
selama ini.
Pasien tidak pernah mengalami trauma dikepala, dengan demikian gangguan
mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan.
Pada anamnesis ditemukan pasien tidak merokok dan minum-minuman
beralkohol. Pasien juga tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan terlarang sehingga
kemungkinan gangguan mental akibat zat psikoaktif (F10-F19) juga dapat
disingkirkan.
Pada aksis I ditemukan adanya halusinasi audiotorik dan visual, dan juga
ditemukan adanya gejala positif. Pada pasien gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan.
Waham dikendalikan oleh halusinasi auditorik pada pasien juga ditemukan. Onset
kejadian dihitung sudah lebih dari dua minggu sejak bulan desember. Maka diagnosis
pada pasien ini termasuk dalam Skizofrenia Paranoid(F20.0).
Pada aksis II tidak ada diagnosis.
Pada aksis III tidak ada diagnosis
Pada aksis IV tidak ada diagnosis
Pada aksis V, laporan mengenai fungsi secara keseluruhan dan kemampuan
penyesuaian diri menurut GAF scale (Global Assessment of Functioning scale)
didapatkan nilai 70-61 yaitu pasien mengalami beberapa gejala ringan dan menetap,
disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid, ditemukan adanya waham seperti
dikendalikan dan halusinasi auditorik dan visual pada pasien dan berlangsung lebih
dari dua minggu
10
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ditemukan adanya kondisi medis umum yang berkaitan dengan
gangguan jiwa yang dialami pasien.
Aksis IV : Tidak ada diagnosis.
Aksis V : GAF scale 70-61.
VIII. DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik
Tidak terdapat faktor genetic gangguan jiwa dalam keluarga pasien.
b. Psikologi
Pasien mengalami halusinasi audiotorik dan visual. Gampang marah dan waham
dikendalikan juga ditemukan pada pasien.
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien tidak mempunyai masalah yang bermakna dengan lingkungan sekitarnya
IX.RENCANA TERAPI
1. Psikofarmaka
- Haloperidol 2mg tablet 3x1
- Tryhexyphenidyl 2 mg tablet 3x1 (bila terjadi gejala ekstra-piramidal atau
parkinsonisme)
- Diazepam 2 mg 3x1 tablet (kalau perlu)
2. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a. Terhadap pasien
- Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya lebih
lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya
kepatuhan dan keteraturan minum obat.
- Intervensi langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri
individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang baik.
11
- Memotivasi pasien agar pasien lebih tenang dan berpikir dalam menanggapi
setiap masalah yang terdapat dalam keluarga. Pasien dianjurkan untuk tidak
cepat marah pada hal apapun yang dilontarkan kepadanya.
b. Terhadap keluarga
- Dengan psiko-edukasi yang menyampaikan informasi kepada keluarga
mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan
pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien
untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala
kekambuhan.
- Memberikan pngertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga
pada perjalanan penyakit.
X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
XI.DISKUSI
Pada pasien ditemukan halusinasi audiotorik dan visual. Waham berupa
waham dikendalikan ditemukan pada pasien yang mengaku sering diajak berkelahi
oleh orang-orang disekitarnya dan onset kejadiannya sudah lebih dari dua minggu.
Selama wawancara di rumah sakit dengan pasien sikap pasien kooperatif, ekspresi
wajah kelihatan agak marah, artikulasi jelas dan volume naik turun, pandangan tertuju
pada pemeriksa. Hal ini makin menguatkan diagnose skizofrenia paranoid. Sesuai
dengan PPDGJ III pasien ini dikategorikan dengan Skizofrenia paranoid (F20.0).
Pada pasien ini diberikan Risperidone 5 mg dengan dosis 3 kali sehari,
Trihexyphenidyl 2 mg dgn dosis 3 kali sehari. Diberikan pula Diazepam 2 mg tablet,
2 kali sehari. Pada pasien ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi.
12
Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap pasien agar memahami
gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, pentingnya
kepatuhan dan keteraturan minum obat sehingga pasien sadar dan mengerti akan
sakitnya, dan menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan terpaksa.
Hal lain yang dilakukan adalah dengan memotivasi pasien agar pasien lebih
tenang dan berpikir dalam menanggapi setiap masalah yang terdapat dalam keluarga.
Pasien dianjurkan untuk tidak cepat marah pada hal apapun yang dilontarkan
kepadanya.
Pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan
penyakit juga penting untuk disampaikan. Prognosis pasien ini adalah dubia ad
bonam tidak ada gangguan premorbid. Bila pasien taat menjalani terapi, adanya
motivasi dari pasien sendiri untuk sembuh, serta adanya dukungan pasien dari
keluarga maka akan membantu perbaikan pasien.
XII. KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien OS adalah Skizofrenia Paranoid
2. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan pemulihan dan
pencegahan timbulnya relaps, oleh karena itu perlu dipertimbangkan pasien
untuk tinggal bersama keluarga.
XIII. WAWANCARA PSIKIATRIK
Keterangan:
A: Pemeriksa
B: Pasien
C: Ibu pasien
A: Selamat pagi
B: Selamat pagi dokter
C: Pagi dokter
13
A: Pagi ibu, dengan sapa dang ini ibu pe anak pe nama?
C: Morgan dokter, Morgan Roring
B: Ah, mama badiam jo, nanti kita jo yang jawab kita pe nama sandiri
A: Tenang Morgan neh, disini nda ada yang depe nama bamarah-marah neh,
disini torang justru mo bantu pa morgan neh, oke?
B: Oh, oke dok
A: Kita dokter Gideon (sambil mejabatkan tangan), ada keluhan apa dang ini
morgan yang kita boleh mo bantu?
B: Dorang bilang kwa kita gila kata dok, ba marah-marah sandiri padahal
memang dorang tu ja cari masalah deng kita.
A: Dorang sapa itu kalo boleh tau Morgan?
B: Dorang noh, orang-orang di tampa karja, deng di rumah, ni mama le, padahal
dorang tu ja beking masalah pa kita
A: Masalah apa dang itu Morgan kalo boleh tau?
B: Masalah noh dok, apa-apa kita, samua-samua kita, heran leh deng kita dokter
A: Ibu, ada masalah memang dengan Morgan ini?
C: Nyanda dokter, itu noh yang kita mo bilang, ini kwa mulai hari rabu minggu
lalu dia pulang ibadah kage so ba marah-marah nda jelas pa orang-orang
rumah, padahal sebelumnya nyanda dokter, nyanda ada masalah apa-apa dia
asal marah pa torang
B: AH, badiam jo kwa, kita kwa yang rasa bukang mama!
14