skizofrenia paranoid

32
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA LAPORAN KASUS PSIKIATRI SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN TENTAMEN SUICIDE OLEH Dian Nurhani Safitri H1A 008 005 PEMBIMBING : dr. Azhari C. Nurdin, Sp.KJ DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB

Upload: dsafitri55

Post on 07-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

skizofrenia paranoid

TRANSCRIPT

Page 1: skizofrenia paranoid

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

ILMU KESEHATAN JIWA

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

SKIZOFRENIA PARANOID DENGAN TENTAMEN

SUICIDE

OLEH

Dian Nurhani Safitri

H1A 008 005

PEMBIMBING :

dr. Azhari C. Nurdin, Sp.KJ

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK

MADYA BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB

2015

Page 2: skizofrenia paranoid

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama Pasien : Tn. “A“

Umur : 31 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Wanasaba, Lombok Timur

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tukang ojek

Status : Menikah

MRS : 16 September 2015

Pemeriksaan : 21 Septemberi 2015

II. IDENTITAS KELUARGA PASIEN

Nama Keluarga : Ny. R

Umur : 30 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Hubungan : Istri pasien

Alamat : Wanasaba, Lombok Timur

Agama : Islam

Suku : Sasak

Pendidikan : SD

Pekerjaan : -

Status : Menikah

2

Page 3: skizofrenia paranoid

III. RIWAYAT PSIKIATRI

Data diperoleh dari :

Autoanamnesis pada tanggal 21, 22, dan 23 September 2015

Alloanamnesis dari Ny. R, istri pasien, berusia 30 tahun, menikah,

alloanamnesis dilakukan pada tanggal 22 dan 23 September 2015 via

telpon

Catatan Rekam Medik

A. Keluhan Utama :

Mencekik diri sendiri

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

(alloanamnesis: istri pasien)

Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RS Jiwa Mutiara

Sukma dengan keluhan mencekik dirinya. Ini merupakan ketiga kalinya

pasien MRS. Pasien dikatakan mencoba bunuh diri sejak 3 hari sebelum

masuk RS. Pasien mencoba bunuh diri dengan mencekik diri sendiri dan

tampak ketakutan seperti ada orang yang mengejarnya. Pasien dikatakan

sering terlihat gelisah dan jarang tidur serta selalu ingin keluar rumah dan

memanjat pohon. Selain itu saat dirumah pasien selalu mondar – mandir dan

banyak yang ia ingin lakukan.

Istri pasien mengatakan pasien sering bicara sendiri. Pasien selalu

ingin banyak belanja rokok dan terlalu boros untuk beli rokok. Istri pasien

mengatakan pasien sering meminta uang untuk beli rokok.

Pasien tidak pernah marah – marah dan sampai memukul anak dan

istrinya. Serta tidak pernah merusak barang – barang yang ada dirumahnya.

Selain itu istri pasien mengatakan pasien sering berbicara kacau dan selalu

ingin mengajak orang lain berbicara. Pasien sering berbicara sendiri dan

merasa seperti orang ketakutan. Pasien selalu merasa curiga pada orang lain

dan merasa orang lain mau mengajaknya berkelahi.

Keluarga mengatakan pasien mau diarahkan jika disuruh mandi,

makan, dan minum. Pasien masih punya perilaku BAB dan BAK yang baik,

3

Page 4: skizofrenia paranoid

tidak sembarangan. Secara umum pasien masih mau diarahkan oleh keluarga

kecuali jika itu kehendak pasien sendiri.

Pasien dirawat sebelumnya di RSJ Mutiara Sukma sebelum lebaran

tahun ini selama kurang lebih 1 bulan. Setelah pulang dari rumah sakit,

awalnya pasien 1 minggu normal, ingin diajak berbicara, bisa menurut dan

mulai melakukan aktifitasnya. Namun 2 minggu kemudian pasien kambuh

lagi. Pasien selalu minum obat dan mau diajak kontrol. Pasien diajak kontrol

dan mengambil obat di Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma. Namun pada

minggu berikutnya pasien terlambat kontrol dan obat sudah habis. Keluarga

pasien juga tidak ada yang mengantar pasien untuk mengambil obat. Pasien

terakhir kontrol tanggal 14 September 2015.

Keluarga mengatakan pasien tidak pernah mengalami trauma kepala

yang terjadi sebelum pasien mengalami gangguan jiwa. Riwayat penggunaan

alkohol dan zat-zat psikoaktif disangkal. Riwayat kejang disangkal.

Autoanamnesis

Pasien mengatakan dia dibawa oleh keluarga ke RSJ tanpa

sepengetahuannya. Pasien mengatakan sebelum dibawa ke RSJ pasien ingin

bunuh diri dengan cara mencekik diri sendiri. Pasien mengatakan mencoba

bunuh diri sejak tiga hari sebelum dibawa ke RSJ. Pasien mengatakan ia

merasa ketakutan karena mendengar bisikan yang mengatakan bahwa ia

disuruh untuk mencekik dirinya. Suara tersebut terdengar lebih sering pada

malam hari. Hal ini membuat pasien merasa susah tidur dan gelisah.

Pasien mengatakan tidak pernah marah – marah dan sampai memukul

anak dan istrinya. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya merasa curiga jika

melihat orang lain berbicara. Ia merasa bahwa dirinya sedang dibicarakan.

Saat ini pasien masih mendengar suara – suara bisikan yang tidak

dikenali oleh pasien seperti orang ribut, pasien juga mengatakan suara-suara

bisikan itu muncul terutama malam hari. Pasien mengatakan tidak pernah

melihat bayang seperti jin dan makhluk halus lainnya.

4

Page 5: skizofrenia paranoid

Pasien mengatakan dirinya sudah dua kali masuk RSJ dalam tahun

yang sama. Pasien mengatakan saat pertama kali masuk RSJ keluhannya

adalah gelisah dan tidak bisa tidur.

Saat sebelum dibawa kerumah sakit pasien sebelumnya tidak minum

obat karena obat habis dan pasien tidak pergi segera untuk kontrol dan

mengambil obat ke rumah sakit.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :

1) Riwayat Gangguan Psikiatri

Pasien sudah pernah rawat inap di RSJ Mutiara Sukma pada tahun 2014

sebanyak dua kali.

2) Riwayat Gangguan Medis dan Neurologis

Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau asma (-), riwayat cedera

kepala sebelum MRS (-), Kejang-kejang (-), demam tinggi hingga

kehilangan kesadaran (-), infeksi otak (-), gangguan saraf dan otak (-).

3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Lain

Pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol maupun zat berbahaya lainnya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi :

1) Masa Prenatal dan Perinatal

Pasien merupakan anak tunggal. Saat hamil ibu pasien tidak pernah

memeriksakan diri ke bidan. Pasien lahir di rumah dibantu dukun beranak.

Keterangan tentang riwayat kelahiran dan kehamilan yang lain tidak

diketahui oleh keluarga pasien.

2) Masa Kanak Awal (0-3 tahun)

Pasien diasuh oleh ibu kandungnya. Pasien mendapat ASI sampai usia

sekitar 2 tahun. Pasien tidak ingat apakah pasien mendapat imunisasi atau

tidak.

3) Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Pasien dapat

bermain dan bersekolah seperti anak-anak yang lain. Pergaulan dengan

5

Page 6: skizofrenia paranoid

teman seusianya cukup baik, pasien pandai bergaul sehingga memiliki

banyak teman. Pasien tidak pernah berkelahi dengan temannya.

4) Masa Dewasa

Riwayat pendidikan

Pasien hanya sekolah sampai SD karena keterbatasan biaya. Pasien

saat itu sedikit kecewa karena tidak melanjutkan sekolah namun bisa

menerima keadaan yang ada.

Riwayat pekerjaan

Pasien bekerja sebagai tukang ojek dan kadang ia membantu menjual

hasil bumi seperti padi.

Riwayat pernikahan

Pasien sudah menikah. Pasien menikah pada umur 26 tahun. Pasien

memiliki satu anak perempuan berumur 4 tahun.

Riwayat agama

Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari ibu dan

guru pasien. Selama ini, pasien sering beribadah dan menjalankan

kewajiban agamanya.

Riwayat psikoseksual

Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya.

Aktivitas sosial

Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya,

sering mengikuti beberapa kegiatan yang pernah diadakan di

lingkungan rumahnya. Pergaulan dengan tetangganya cukup baik.

Pasien adalah orang yang supel dan mudah bergaul sehingga

mempunyai cukup banyak teman. Pasien juga tidak pernah berkelahi

maupun marah – marah ke orang lain. Namun, Namun, semenjak

menderita gangguan jiwa pasien tidak bisa bersosialisasi dengan para

tetangganya.

6

Page 7: skizofrenia paranoid

Riwayat kemiliteran dan pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah mengkuti bentuk kemiliteran apapun dan belum

pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum sampai dipenjara

selama ini.

E. Riwayat Keluarga :

keluarga inti tidak ada yang menunjukan tanda-tanda masalah kejiwaan.

Hubungan pasien dengan keluarganya baik.

Genogram Keluarga

F. Situasi Kehidupan Sosial Ekonomi Saat Ini :

Pasien tinggal bersama ayah, ibu istri dan anak pasien di rumah orang tua

pasien. Menurut pasien penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan makan

sehari-hari saja. Keluarga pasien termasuk kelas ekonomi menengah ke

bawah.

G. Persepsi dan Harapan Keluarga :

Menurut keluarga pasien, keluarga berharap pasien dapat sembuh sehingga

pasien dapat menjalani kehidupannya kembali dan bisa beraktivitas seperti

sebelumnya. Keluarga pasien berharap pasien tidak mengamuk dan marah-

7

Page 8: skizofrenia paranoid

marah lagi. Keluarga pasien mengerti dengan baik mengenai penyakit pasien

dan akan berusaha mengobatinya dan memberi semangat agar pasien bisa

sembuh.

H. Persepsi dan Harapan Pasien :

Pasien tidak merasa dirinya memiliki gangguan jiwa. Menurut pasien, keadaan

masuk RSJ saat ini disebabkan oleh karena pasien tidak bisa tidur dan pasien

membutuhkan pengobatan agar bisa tidur, sehingga pasien bisa bekerja

kembali dengan normal. Pasien memiliki keinginan untuk segera pulang.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

Pasien seorang laki-laki berusia 31 tahun, tampak sesuai usianya,

penampilan rapi, kesan terawat.

2. Kesadaran

Compos Mentis/jernih

3. Aktivitas Psikomotor

Saat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir.

4. Sikap terhadap Pemeriksa

Kooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.

5. Pembicaraan

Cara berbicara spontan, lancar, volume sedang, kontak mata (+).

Pasien menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa

B. Alam Perasaan dan Emosi

a. Mood : eutimik

b. Afek : luas

C. Gangguan Persepsi

- Halusinasi auditorik (-)

- Halusinasi visual (-)

- Halusinasi olfaktori (-)

- Halusinasi pengecap (-)

8

Page 9: skizofrenia paranoid

D. Gangguan psikologis yang berhubungan dengan mood: -

E. Fungsi Intelektual

1. Taraf Pendidikan Pengetahuan dan Kecerdasan

Pasien menempuh pendidikan sampai di tingkat SD dan memiliki

pengetahuan yang sesuai dengan tingkat pendidikannya

2. Orientasi

Orang kesan baik. Pasien mengetahui dokter yang

memeriksanya, perawat dan beberapa pasien lainnya yang berada

di bangsal. Pasien juga mengetahui bahwa istri dan keluarganya

yang membawanya kesini.

Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada

di Bangsal Perawatan RS Jiwa Provinsi NTB.

Waktu kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan

wawancara dan saat itu adalah siang hari.

3. Daya Konsentrasi dan Perhatian

Cukup baik. Pasien mampu mengurangi angka 10 dengan 2 dan

seterusnya, mengurutkan hari-hari dalam seminggu dan pasien mampu

mengikuti wawancara dengan baik.

4. Daya Ingat

Daya ingat jangka panjang (remote memory) cukup baik.

Pasien dapat menceritakan masa sekolahnya selama di Sekolah

Dasar.

Daya ingat masa lalu belum lama (recent past memory) cukup

baik.

Pasien dapat mengingat peristiwa-peristiwa penting dalam

beberapa bulan terakhir saat bulan puasa dan Lebaran.

Daya ingat baru saja (recent memory) baik.

Pasien dapat mengingat makanan yang di makan sebelum

wawancara.

Daya ingat segera (immediate/recall memory) baik.

9

Page 10: skizofrenia paranoid

Pasien dapat menyebutkan kembali kata bola, kertas, sepatu

dengan benar.

5. Kemampuan Membaca dan Menulis

Kesan baik, pasien dapat membaca dengan baik dan lancar buku yang

diberikan. Kemampuan menulis kesan baik, pasien dapat menuliskan

namanya.

6. Kemampuan Visuospasial

Kesan baik, pasien dapat mengikuti bentuk gambar yang dicontohkan

oleh pemeriksa. Pasien dapat menunjukan kamar dimana tempat ia

tidur.

7. Pikiran Abstrak

Kurang baik. Pasien tidak dapat mengetahui persamaan dari beberapa

benda, misalnya perbedaan dan persamaan mobil dan motor, bola dan

jeruk.

8. Intelegensi dan Kemampuan Informasi

Cukup baik, pasien mengetahui nama Presiden Republik Indonesia.

F. Proses Pikir

1) Arus Pikiran : koheren

2) Isi Pikiran : waham curiga (+)

3) Bentuk Pikiran : non realistik

G. Pengendalian Impuls

Selama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik. Namun,

pasien memiliki riwayat pengendalian impuls yang terganggu saat sebelum

dibawa ke RS Jiwa Provinsi NTB, yaitu gelisah dan ingin melarikan diri.

H. Daya Nilai

1) Daya Nilai Sosial

Cukup baik. Pasien mengatakan bahwa tindakan mencuri itu tidak

baik.

2) Uji Daya Nilai

10

Page 11: skizofrenia paranoid

Cukup baik. Pasien mengatakan akan mengembalikan dompet orang

bila menemukan di jalan.

I. Tilikan

Derajat 6, Pasien merasa dirinya sakit dan memerlukan pengobatan.

V. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Internus :

Keadaan : baik

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

o TD : 110/70 mmHg

o Nadi : 88 x/menit

o RR : 20 x/menit

o Suhu : 36,8oC

Kepala/Leher : dalam batas normal

Mata: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor,

perdarahan subkonjungtiva (-/-)

THT: telinga dbn, hidung tampak jejas (-), krepitasi (-), deviasi

septum (-).

Leher: struma (-), pembesaran KGB (-).

Thorax : cor/pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Extremitas : atas dan bawah dalam batas normal

B. Status Neurologis :

Tanda Rangsang Meningeal : negatif

Tanda Efek Ekstrapiramidal

o Tremor tangan : negatif

o Akatisia : negatif

o Bradikinesia : negatif

o Cara berjalan : normal

11

Page 12: skizofrenia paranoid

o Keseimbangan : baik

o Rigiditas : negatif

Motorik : baik

Sensorik : baik

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa seorang laki – laki berusia 31 tahun, agama Islam,

suku Sasak, tukang ojek, status menikah, datang dengan keluhan mencekik

diri sendiri sejak 3 hari sebelum masuk RS. Ini merupakan ketiga kalinya

pasien MRS. Pasien dikatakan sering terlihat gelisah dan jarang tidur serta

selalu ingin keluar rumah. Selain itu, pasien sering berbicara kacau dan

selalu ingin mengajak orang lain berbicara, sering berbicara sendiri dan

pernah merasa seperti orang ketakutan.

Pasien selalu merasa curiga pada orang lain dan merasa orang lain

sedang membicarakan dirinya. Pasien masih mau mengikuti dan menurut

apa yang diberitahukan oleh keluarganya. Pasien mengatakan dia dibawa

oleh keluarga ke RSJ tanpa sepengetahuannya. Pasien mengatakan sebelum

dibawa ke RSJ pasien sering memanjat tembok dan ingin membunuh diri

sendiri karena disuruh oleh bisikan-bisikan.

Pasien mengatakan tidak pernah marah – marah dan sampai memukul

anak dan istrinya. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya merasa curiga jika

melihat orang lain berbicara. Ia merasa bahwa dirinya sedang dibicarakan.

Saat ini pasien masih mendengar suara – suara bisikan yang tidak

dikenali oleh pasien seperti orang ribut, pasien juga mengatakan suara-suara

bisikan itu muncul terutama malam hari. Pasien mengatakan tidak pernah

melihat bayang seperti jin dan makhluk halus lainnya.

Pasien mengatakan dirinya sudah dua kali masuk RSJ dalam tahun

yang sama. Pasien mengatakan saat pertama kali masuk RSJ keluhannya

adalah gelisah dan tidak bisa tidur.

Selama ini, sebelum muncul berbagai gejala di atas, pasien tidak

pernah mengalami trauma kepala maupun riwayat kejang. Pasien juga tidak

12

Page 13: skizofrenia paranoid

pernah mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan yang dapat menyebabkan

perubahan perilaku.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan bahwa penampilan

pasien cukup rapi dan sesuai dengan usianya, perawatan diri baik. Sikap

terhadap pemeriksa kooperatif. Bicara spontan, psikomotor normoaktif,

konsentrasi cukup baik. Mood disforia, afek menyempit. Terdapat halusinasi

auditorik. Proses pikir koheren, isi pikiran terdapat ide-ide mirip waham

curiga. Kesadaran compos mentis. Orientasi orang, tempat, dan waktu

terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian dan kemampuan

visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis terkesan

baik. Pikiran abstrak serta intelegensi pasien terkesan baik. Daya nilai sosial

baik, uji daya nilai baik, RTA terganggu, tilikan derajat 2. Sedangkan pada

pemeriksaan fisik umum dan neurologis didapatkan hasil dalam batas

normal.

Pada penilaian resiko bunuh diri yang dihitung berdasarkan skor

Penilaian Risiki Bunuh Diri dimodifikasi dari ASSAULT and VIOLENCE

ASSESMENT TOOL didapatkan skor 16.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Berdasarkan data dari anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan

pemeriksaan fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya

pola perilaku, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan

suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan

dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan

bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

Gangguan mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan pada pasien

ini karena berdasarkan anamnesis, pasien tidak pernah mengalami trauma

kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan

disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Pada pasien

tidak didapatkan riwayat penggunaan obat-obatan maupun alkohol,

13

Page 14: skizofrenia paranoid

sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.

Dari anamnesis ditemukan adanya gangguan pada isi pikir pasien

berupa waham curiga yang terjadi selama kurang lebih 1 tahun. Oleh karena

telah memenuhi kriteria waktu dan terdapat gangguan dari daya realita serta

tilikan, maka pasien ini dapat didiagnosis dengan skizofrenia.

Pada pasien ini tidak ditemukan gejala gangguan afektif/mood primer.

Gangguan mood/afektif tidak mendahului gejala psikotik, sehingga

diagnosis gangguan suasana perasaan/mood afektif (F30-39) pada pasien ini

bisa disingkirkan.

Pada penilaian resiko bunuh diri yang dihitung berdasarkan skor

Penilaian Risiki Bunuh Diri dimodifikasi dari ASSAULT and VIOLENCE

ASSESMENT TOOL didapatkan skor 16.

Gangguan kepribadian yang bermakna secara klinis saat ini tidak

dapat ditentukan, sehingga untuk Aksis II Tidak Ada Didiagnosis. Pada

pasien ini juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna,

sehingga pada pasien ini Aksis III tidak ada diagnosa. Pada pasien ini,

untuk Aksis IV tidak ditemukan adanya masalah utama, sehingga pada

pasien ini Aksis IV tidak ada diagnosa. Pada Aksis V GAF (Global

Assessment of Functioning) HLPY (Highest Level Past Year) 90-81, GAF

Scale Pada Saat Ini adalah 60-51 yaitu gejala sedang dengan disabilitas

sedang atau beberapa kesulitan dalam fungsi sosial dan pekerjaan.

VIII. EVALUASI MULTI AKSIAL

Aksis I : F20.0 Gangguan Skizofrenia Paranoid dengan

tentamen suicide

DD:

F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresi

dengan Gejala Psikotik

Aksis II : tidak ada diagnosis

Aksis III : tidak ada diagnosis

14

Page 15: skizofrenia paranoid

Aksis IV : tidak ada diagnosis

Aksis V : GAF HLPY 90-81

GAF Current 60-51

IX. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik : ketidakseimbangan neurotransmitter

B. Psikologis dan Perilaku :

Ingin bunuh diri, gelisah, mondar mandir.

Waham curiga (+),halusinasi auditorik (+).

RTA terganggu

Tilikan derajat 1 (merasa diri sehat)

C. Lingkungan dan Sosioekonomi :

Keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang terhadap penyakit atau

gangguan jiwa yang diderita oleh pasien serta pengetahuan bahwa

pengobatan yang harus diberikan secara teratur.

X. RENCANA PENATALAKSANAAN

A. Psikofarmaka :

Fase Akut:

a. Risperidone tablet 2 x 3 mg

b. Trihexylphenidyl tablet 2 x 2 mg

c. Lithium Carbonate 2 x 200 mg.

Fase Stabilisasi

a. Dosis optimal Risperidon dipertahankan 8 – 12 minggu.

b. Dosis optimal Lithium dipertahankan 2 – 3bulan.

B. Psikoterapi dan Psikoedukasi :

Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif dengan cara mendukung

pasien. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlalu mencampuri

maupun menjauhi pasien. Pasein juga diberikan edukasi mengenai

penyakitnya, gejala, penyebab, pengobatan, bagaimana dampak bila

15

Page 16: skizofrenia paranoid

tidak kontrol atau tidak minum obat dan bagaiman jika keluhan

kembali muncul.

Edukasi terhadap pasien :

- Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan

yang diderita, mulai gejala, dampak, faktor resiko, pemicu,

tingkat kekambuhan, dan tata cara dan manfaat pengobatan agar

pasien tetap taat meminum obat, dan segera berobat bila mulai

timbul gejala serupa.

- Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga

pasien termotivasi untuk minum obat secara teratur.

- Menjelasakan kepada pasien bahwa obat yang diberikann bisa

memberikan efek samping bagi pasien namun dapat diatasi. Dan

memberikan pemahaman bahwa keuntungan akan efek obat lebih

besar dibandingkan dengan efek samping obat yang ditimbulkan

sehingga pasien harus tetap meminum obat.

- Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa suara bayangan itu

tidak nyata, dan mendorong pasien untuk belajar mengabaikan

suara dan bayangan yang ada.

Edukasi kepada keluarga :

- Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab,

gejala, hubungan antara gejala dengan perilaku, perjalanan

penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya diharapkan keluarga

bisa menerima dan memahami keadaan pasien serta mendukung

proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan.

- Menjelaskan bahwa sakit yang diderita oleh pasien merupakan

penyakit yang membutuhkan dukungan dan peran aktif keluarga

dalam membantu proses penyambuhan penyakit.

- Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada

pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping

yang mungkin muncul pada pengobatan).

16

Page 17: skizofrenia paranoid

- Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum

obat secara teratur.

- Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien

dapat mengambil obat di Puskesmas terdekat dari wilayah pasien

tinggal demi meningkatkan kepatuhan minum obat.

XI. PROGNOSIS

Hal yang meringankan prognosis :

1. Pasien segera dibawa, sehingga segera mendapatkan pengobatan

2. Kepribadian pasien yang baik sebelum sakit

3. Keluarga pasien peduli kepada pasien.

Hal yang memperburuk prognosis :

1. Pasien tidak mau kontrol

2. Keluarga pasien tidak memperhatikan pengobatan yang pasien jalani

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah :

1. Qua ad vitam : bonam

2. Qua ad functionam : bonam

3. Qua ad sanationam : bonam

XII. DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan

fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku,

pikiran, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu

penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan

sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa

pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.

Gangguan mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan pada pasien

ini karena berdasarkan anamnesis, pasien tidak pernah mengalami trauma

kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan

disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Pada pasien

juga tidak didapatkan riwayat penggunaan obat-obatan atau alkohol

17

Page 18: skizofrenia paranoid

sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat

penggunaan zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki waham curiga

yang sudah lama dirasakan pasien (sekitar 1 tahun yang lalu) dan masih

menetap sampai sekarang. Berdasarkan PPDGJ-III, adanya waham tersebut

(kriteria di skizofrenia) yang terjadi menetap dan lebih dari 1 bulan sudah

menegakkan adanya gangguan skizofrenia.

Gangguan kepribadian yang bermakna secara klinis saat ini tidak

dapat ditentukan, sehingga untuk Aksis II Tidak Ada Diagnosis.

Pada pasien ini tidak ditemukan kondisi medis umum, sehingga pada

pasien ini Aksis III adalah Tidak ada diagnosis. Aksis IV Tidak Ada

Diagnosis.

Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) HLPY

(Highest Level Past Year) 90-81, GAF Scale Pada Saat Ini adalah 60-51

yaitu gejala sedang dengan disabilitas sedang atau beberapa kesulitan dalam

fungsi sosial dan pekerjaan.

Pada penilaian resiko bunuh diri yang dihitung berdasarkan skor

Penilaian Risiki Bunuh Diri dimodifikasi dari ASSAULT and VIOLENCE

ASSESMENT TOOL didapatkan skor 16.

Pilihan terapi utama pada pasien adalah golongan antipsikotik atipikal.

Dimana efek samping ekstrapiramidal yang ditimbulkan minimal. Pasien

saat ini ada memiliki tanda ekstrapiramidal tersebut. Obat yang diberikan

adalah risperidone. Risperidone memiliki afinitas tidak hanya pada reseptor

dopamin untuk menghilangkan gejala positif, namun juga memiliki afinitas

yang tinggi terhadap 5HT2 (serotonin) untuk menghilangkan gejala negatif.

Kemudian sebagai mood stabilizer diberikan Lithium Carbonate 2 x 200 mg

yang dapat dinaikkan setiap minggu. Kemudian dipertahankan 2-3 bulan,

setelah gejala berhenti, pengobatan dapat dilanjutkan hingga 6 bulan

sebelum dosis diturunkan perlahan hingga dihentikan. Dosis haloperidol

harus kurang dari 20mg/hagar tidak terjadi efek neurotoksis.

18

Page 19: skizofrenia paranoid

Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu

mendapat psikoterapi dan sosioterapi. Psikoterapi bertujuan membantu

menguatkan pikiran pasien mengenai mana realita mana bukan realita

sehingga dapat melawan gejalanya sendiri, menjelaskan mengenai

penyakitnya secara perlahan, sehingga pasien mengerti pentingnya minum

obat secara teratur dan tidak putus. Psikoedukasi juga perlu diberikan

kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar tidak terjadi stigmatisasi

terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung yang kuat untuk

menunjang perbaikan pasien.

Sosioedukasi mengajarkan pada pasien bagaimana cara untuk kembali

pada masyarakat. Pada sosioedukasi pasien diajarkan untuk tidak malu

dengan penyakitnya, dan cara bermasyarakat yang benar sehingga dirinya

dapat diterima. Sosioedukasi juga seharusnya dilakukan pada keluarga

untuk dapat menerima pasien tanpa stigmatisasi, dan membantu

meningkatkan rasa penghargaan dirinya.

19

Page 20: skizofrenia paranoid

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993.

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta :

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya

2. Dilip VJ, Jeffrey AL,et al. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorders, 5th Edition. American Psychiatric Association.

3. Kaplan HI, Saddock BJ, et al.2007. Kaplan and Saddock Comprehensive of

Psichiatry. 8th Edition.Philadelphia : Lippincott William& Wilkins.

4. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2.

Surabaya : Airlangga University Press.

5. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.

Edisi Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.

20