syok anafilaksis oleh karena transfusi albumin pada

34
i PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA PENDERITA LIMFOMA HODGKIN Oleh : L.P. Suryantini Septiadewi (0802005098) dr. Ketut Suardamana, Sp.PD-KAI DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2018

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

i

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA

TRANSFUSI ALBUMIN PADA PENDERITA

LIMFOMA HODGKIN

Oleh :

L.P. Suryantini Septiadewi (0802005098)

dr. Ketut Suardamana, Sp.PD-KAI

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

2018

Page 2: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rakhmatnya

maka Laporan Pengalaman Belajar Lapangan yang berjudul ”Osteoartritis” ini dapat

selesai pada waktunya.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Laporan Pengalaman Belajar Lapangan

ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian

Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah, Denpasar.

Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:

1. dr. Ketut Suardamana, Sp.PD-KAI selaku dosen pembimbing.

2. Pasien dan keluarga pasien yang telah memberikan informasi dan data-data yang

sangat penulis perlukan untuk penyelesaian laporan ini.

3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu-

persatu.

Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, sehingga

saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk

kesempurnaan tulisan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, Juni 2018

Penulis

Page 3: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ...... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ...... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ....... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ ....... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 3

2.1 Definisi. ............................................................................... ....... 3

2.2 Etiologi. ............................................................................... ....... 3

2.3 Faktor Predisposisi............ ................................................................. 5

2.4 Patofisiologi........................................................................................ 5

2.5 Manifestasi Klinis .............................................................................. 7

2.6 Penatalaksnaaan ................................................................................... 7

2.7 Pencegahan .......................................................................................... 9

BAB III LAPORAN KASUS...........................................................................................11

3.1 Identitas pasien ..........................................................................................11

3.2 Anamnesis .................................................................................................12

3.3 Pemeriksaan Fisik .......................................................................................13

3.4 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................15

3.5 Diagnosis ........................................................................................................ 18

3.6 Penatalaksanaan .............................................................................................18

BAB IV KUNJUNGAN LAPANGAN ...........................................................................19

4.1 Alur kunjungan Lapangan ............................................................................ 19

4.2 Daftar Masalah ...............................................................................................20

4.3 Analisis Kebutuhan Pasien...............................................................................21

4.4 Edukasi dan Saran ...........................................................................................23

4.5 Denah Rumah ................................................................................................. 27

4.6 Dokumentasi ...................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................30

Page 4: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

1

BAB I

PENDAHULUAN

Anafilaksis adalah suatu respons klinis hipersensitivitas yang akut, berat dan

menyerang berbagai macam organ. Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suatu reaksi

hipersensitivitas tipe cepat (reaksi hipersensitivitas tipe I), yaitu reaksi antara antigen

spesifik dan antibodi spesifik (IgE) yang terikat pada sel mast. Sel mast dan basofil akan

mengeluarkan mediator yang mempunyai efek farmakologik terhadap berbagai macam

organ tersebut. Selain itu dikenal pula istilah reaksi anafilaktoid yang secara klinis sama

dengan anafilaksis, akan tetapi tidak disebabkan oleh interaksi antara antigen dan

antibodi. Reaksi anafilaktoid disebabkan oleh zat yang bekerja langsung pada sel mast

dan basofil sehingga menyebabkan terlepasnya mediator.1

Secara klinis gejala anafilaksis dapat berupa reaksi lokal dan reaksi sistemik.

Reaksi lokal terdiri dari urtikaria dan angioedema pada daerah yang kontak dengan

antigen. Reaksi lokal dapat berat tetapi jarang sekali fatal. Reaksi sistemik terjadi pada

oragan target seperti traktus respiratorius, sistem kardiovaskular, traktus

gastrointestinalis, dan kulit. Reaksi ini biasanya terjadi dalam waktu 30 menit sesudah

kontak dengan penyebab.

Gejala awal reaksi sistemik ringan adalah rasa gatal dan panas di bagian perifer

tubuh, biasanya disertai perasaan penuh dalam mulut dan tenggorokan. Gejala permulaan

ini dapat disertai dengan hidung tersumbat dan pembengkakan peri orbita. Dapat juga

disertai rasa gatal pada membran mukosa, keluarnya air mata, dan bersin. Gejala ini

biasanya timbul dalam 2 jam sesudah kontak dengan antigen. Lamanya gejala bergantung

pada pengobatan, umumnya berjalan 1-2 hari atau lebih pada kasus kronik.

Reaksi sistemik sedang mencakup semua gejala dan tanda yang ditemukan pada

reaksi sistemik ringan ditambah dengan bronkospasme dan atau edema jalan napas,

dispnu, batuk dan mengi. Dapat juga terjadi angioedema, urtikaria umum, mual dan

muntah. Biasanya penderita mengeluh gatal menyeluruh, merasa panas, dan gelisah.

Masa awitan dan lamanya reaksi sistemik sedang hampir sama dengan reaksi sistemik

ringan.

Page 5: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

2

Sedangkan reaksi sistemik berat, masa awitan biasanya pendek, timbul mendadak

dengan tanda dan gejala seperti reaksi sistemik ringan dan reaksi sistemik sedang,

kemudian dengan cepat dalam beberapa menit (terkadang tanpa gejala permulaan) timbul

bronkospasme hebat dan edema laring disertai serak, stridor, dispnu berat, sianosis, dan

kadangkala terjadi henti napas. Edema faring, gastrointestinal dan hipermotilitas

menyebabkan disfagia, kejang perut hebat, diare dan muntah. Kejang umum dapat terjadi,

dapat disebabkan oleh rangsangan sistem saraf pusat atau karena hipoksia. Kolaps

kardiovaskular menyebabkan hipotensi, aritmia jantung, syok dan koma.2

Kejadian anafilaksis sering kali tidak dilaporkan karenanya insiden yang tercatat

mungkin lebih rendah dari kenyataan yang terjadi. Insiden anafilaksis diperkirakan terjadi

pada 4-5 orang per 100.000 orang tiap tahun, di mana sekarang ini anafilaksis

mengakibatkan 500-1000 kematian di Amerika, 20 kematian di Inggris, dan 15 kematian

di Australia tiap tahunnya. Penyebab anafilaksis paling sering adalah alergen makanan,

obat-obatan, serangga, dan media kontras radio grafis. Kematian karena anafilaksis lebih

sering diakibatkan karena faktor obat, di mana 25%-65% di antaranya seringkali adalah

ODHA. Penisilin adalah obat yang paling sering mengakibatkan reaksi anafilaksis.3

Faktor lain yang dapat memicu kejadian anafilaksis adalah gangguan regulasi imunitas

yang dapat terjadi pada pasien dengan penyakit sistemik kronik seperti diabetes, penyakit

hati kronis, penyakit ginjal kronis, dan malignansi.

Page 6: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Anafilaksis adalah suatu alergi yang bersifat akut, menyeluruh dan bisa menjadi berat.

Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi akibat

pemaparan terhadap suatu alergen. Anafilaksis tidak terjadi pada kontak pertama dengan

alergen. Pada pemaparan kedua atau pemaparan berikutnya, terjadi suatu reaksi alergi

secara tiba-tiba, berat dan melibatkan seluruh tubuh. Literatur lain mendefinisikan

anafilaksis sebagai respon klinis terhadap reaksi imunologi cepat (hipersensitivitas tipe I)

antara antigen yang spesifik dan antibodi.

Reaksi tersebut terjadi akibat antigen IgE dengan cara berikut: (1) Antigen melekat pada

antibody IgE yang terikat dengan membrane permukaan sel mast serta basofil dan

menyebabkan sel-sel target ini diaktifkan. (2) Sel mast dan basofil kemudian melepas

mediator yang menyebabkan perubahan vaskuler; pengaktifan trombosit, eosinofil serta

neutrofil; dan pengaktifan rangkaian peristiwa koagulasi. 1

Tipe-tipe reaksi anafilaksis:

1. Reaksi lokal

Reaksi anafilaksis local biasanya meliputi urtikaria serta angioedema pada tempat

kontak dengan antigen dan dapat merupakan reaksi yang berat tetapi jarang fatal.

2. Reaksi sistemik

Reaksi sistemik terjadi dalam tempo kurang lebih 30 menit sesudah kontak dalam

system organ berikut ini: kardiovaskuler, respiratorius, gastrointestinal, dan

integument. 4

2.2 ETIOLOGI

Page 7: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

4

Berbagai zat atau keadaan dapat menyebabkan reaksi anafilaksis/anafilaktoid. Ada yang

berupa antigen seperti protein (serum, hormone, enzim, bisa binatang, makanan, dan

sebagainya), atau polisakarida, juga ada yang berupa hapten yang nanti bertindak sebagai

antigen apabila berikatan dengan protein (antibiotik, anastesi lokal, analgetik, zat kontras,

dan lain-lain). Antigen tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui oral,

suntikan/sengatan, inhalasi, atau topikal. Di samping itu ada juga penyebab yang tidak

bersifat antigen. Secara umum penyebab anafilaksis/anafilaktoid dapat dikelompokkan

sebagai berikut:4

1. Obat

a. Molekul besar : hormone insulin, ACTH, estrogen, relaksin, kortison

b. Antibiotik : penisilin, streptomisin, klorampenikol, sulfonamide, kanamisin

c. Kemoterapeutik : siklosporin, metotreksat, melfalan, klorambusil

d. Vaksin : difteri, morbili, parotitis, influenza, pertusis, rabies, tetanus, tipoid.

2. Makanan

a. Ikan : cakalang, lemuru, salmon, sardine, lele, layang.

b. Udang : kepiting, cumi-cumi, kerang, teripang.

c. Kacang tanah, kacang kedelai, kacang mete, ercis, coklat.

d. susu, telur, jamur, daging tupai, daging sapi, daging kelinci, daging ayam,

daging rusa.

e. Buah : nanas, mangga, nangka, apel, rambutan, langsap, durian, strawberi,

salak, jeruk, pisang, jagung,

f. Bumbu atau rempah : lada, pala, seledri, cengkeh, adas, asam,lombok, jahe,

bawang, ragi, vanili, kayu manis.

3. Bisa atau cairan binatang : serangga, ular, laba-laba, ubur-ubur, dan

beberapa jenis ikan atau hewan air.

4. Getah tumbuhan : lateks, perekat akasia.

Page 8: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

5

5. Bahan kosmetik/industri : cat rambut, parfum, pelurus rambut, pemutih

kulit, pengawet kayu, penyamak, cat.

6. Faktor lisis : panas, dingin, getaran, cahaya, tekanan.

7. Faktor kolinergik dan kegiatan jasmani

8. Idiopatik4

2.3 Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis:

Sifat alergen.

Beberapa zat tertentu lebih sering menyebabkan anafilaksis (obat golongan

Penisilin, pelemas otot, media kontras radiografis, aspirin, lateks, kacang-kacangan,

kerang).

Alur pemberian obat.

Pemberian obat secara parenteral lebih cenderung menimbulkan anafilaksis

dibandingkan pemberian peroral, namun anafilksis dapat terjadi melalui berbagai

jalur pemberian.

Riwayat atopi.

Adanya riwayat atopi meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis (misalnya terhadap

lateks, media kontras radiografis, dan anafilaksis setelah latihan fisik). Sebagian

besar penderita anafilaksis idiopatik memiliki riwayat atopi. Basofil pada penderita

atopic lebih reaktif dan lebih mudah mengalami degranulasi dibandingkan penderita

nonatopik.

Kesinambungan (constancy) paparan alergen.

Pemakaian obat yang sering terputus dapat meningkatkan risiko terjadinya

anafilaksis. Sebagian besar penderita yang alergi terhadap insulin tidak mengalami

anafilaksis, kecuali jika pemberian insulin tersebut terputus dan diberikan kembali

setelah beberapa waktu.

Pemberian imunoterapi berupa injeksi ekstrak alergen pada penderita yang penyakit

alerginya sedang tidak terkendali.

Page 9: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

6

Injeksi ekstrak alergen pada penderita asma yang belum terkendali akan

meningkatkan risiko terjadinya anafilaksis.3

2.4 PATOFISIOLOGI

Berbagai manifestasi klinis yang muncul dalam reaksi anafilaksis pada umumnya

disebabkan oleh penglepasan mediator oleh mastosit/basofil baik yang timbul segera

(dalam beberapa menit) maupun yang timbul belakangan (sesudah beberapa jam).

Pengaktifan mastosit/basofil untuk mengelurkan mediatornya tidak hanya terjadi akibat

alergi atau rangsangan yang dimediasi IgE, tetapi juga dapat terjadi oleh karena

rangsangan yang dimediasi oleh komplemen, kompleks imun, atau factor lain yang

langsung membebaskan histamine seperti panas, dingin, sinar matahari, tekanan,

hipoksia, neurohormon, sitokin, kolinergik, latihan jasmani, dan lain-lain.

Dari berbagai perangsangan yang dapat menyebabkan pelepasan mediatornya,

mekanismenya dapat melalui beberapa cara, antara lain:1,2,4

1. Reaksi yang dimediasi oleh IgE (IgE mediated anaphylaxis). Berbagai jenis alergen

bekerja dengan cara ini, baik yang berupa makanan, obat-obatan, enzim, maupun

yang berupa sengatan serangga atau ular, semen, getah tumbuhan dan lain-lain. Hal

ini bisa terjadi pada orang yang atopi atau tidak atopi yang terjadinya sesudah

pajanan ulangan (kedua dan seterusnya). Pada pajanan alergen, alergen ditangkap

oleh APC (Antigen Presenting Cells) seperti makrofag, sel dendritik, sel

langerhans, atau yang lain. Kemudian antigen tersebut dipersembahkan bersama

beberapa sitokin (IL-1, TNF, IL-8) ke sel T helper melalui MHC (major

histocompatibility complex) kelas II. Sel T helper kemudian aktif dan

mengeluarkan sitokin (IL-4 dan IL-5) yang merangsang sel B melakukan memori,

proliferasi dan peralihan menjadi sel plasma yang kemudian mengahsilkan antibody

termasuk IgE. Immunoglobulin yang spesifik ini kemudian akan melekat pada

permukaan sel mastosit, basofil, dan sel B sendiri dan beberapa sel imun yang lain.

Apabila di kemudian hari terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama maka

alergen itu akan ditangkap oleh IgE terutama yang melekat pada mastosit/basofil.

Ikatan alergen dengan IgE spesifiknya ini akan merangsang mastosit/basofil

Page 10: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

7

mengeluarkan mediator, baik yang segera maupun yang lambat. Mediator tersebut

menyebabkan dilatasi venula, peningkatan permebilitas kapiler, bronkospasme,

kontraksi otot polos dan dilatasi arteriol sehingga timbul manifestasi klinis reaksi

anafilaksis berupa, urtikaria atau angioedema, edema laring, asma, muntah, kram

usus, dan renjatan yang bisa menyebabkan kematian tiba-tiba. Reaksi inilah yang

sebenarnya disebut reaksi anafilaksis.

2. Reaksi yang dimediasi kompleks imun (Immune complex mediated anaphylaxis)

atau yang dimediasi oleh komplemen (complement mediated anaphylaxis). Reaksi

ini terjadi apabila antibody yang bebas (biasanya Ig G atau Ig M tetapi bisa Ig E)

melakukan ikatan dengan antigen yang masuk membentuk kompleks imun.

Kompleks imun ini bisa langsung merangsang mastosit/basofil mengeluarkan

mediator atau melalui pengaktifan komplemen untuk mengeluarkan anafilaktoksin,

C3a, C4a, dan C5a yang akan merangsang mastosit/basofil meneluarkan mediator.

Reaksi ini sering terjadi pada pemberian transfuse darah, komponen darah, plasma

serum, immunoglobulin, kriopresipitat. Reaksi yang timbul juga dikenal sebagai

aggregate anaphylaxis.

3. Rangsangan langsung pada mastosit/basofil. Beberapa obat dan zat kontras secara

langsung dapat merangsang mastosit jaringan dan basofil darah perifer untuk

mengeluarkan mediatornya. Hal ini ditemukan pada pemberian opiate, dekstran, zat

kontras, dan lain-lain. Di samping itu beberapa faktor fisis seperti panas, dingin,

tekanan, dan lain-lain dapat secara langsung mempengaruhi pengeluaran mediator

mastosit/basofil.3,4

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi anafilaksis bervariasi dalam hal awal mula timbulnya gejala maupun

perjalanan klinisnya. Reaksi dapat timbul dalam beberapa menit hingga beberapa jam

setelah paparan terhadap suatu alergen.3

1. Kulit: rasa kesemutan, panas di kulit diikuti dengan kemerahan pada kulit,

pruritus, urtikaria dengan atau tanpa angioedema.

2. Saluran napas: keluarnya cairan dalam rongga hidung, hidung buntu, bersin-

bersin, rasa gatal pada hidung. Keterlibatan saluran napas bagian bawah

Page 11: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

8

umumnya berupa bronkospasm, dan edema saluran napas yang menimbulkan

sesak napas, mengi, dan perasaan dada terhimpit.

3. Kardiovaskular: aritmia berupa gangguan irama atrium maupun ventrikel. Dapat

dijumpai iskemia miokard, palpitasi, dizziness, atau nyeri dada. Hipotensi

merupakan gejala yang paling mengkhawatirkan

4. Gastrointestinal merupakan akibat dari edema intestinal akut dan spasm otot

polos, berupa nyeri perut, mual muntah atau diare.

5. Susunan saraf pusat: disorientasi, pingsan, kejang, dan penurunan kesadaran.3

2.6 PENATALAKSANAAN

Menghentikan semua obat yang diperoleh oleh penderita merupakan tindakan pertama

yang harus dilakukan. Manifestasi klinis umumnya berangsur hilang dalam beberapa hari.

Bila suatu obat merupakan obat esensial yang tidak dapat dicarikan alternatifnya, maka

harus dipertimbangkan secara cermat risiko untuk terus memberikan obat tersebut

dibandingkan risiko untuk tidak mengobati penyakit dasarnya. Cara lain yang dapat

ditempuh adalah pemberian obat melalui desentisasi.5

Pengobatan Simptomatik

Pengobatan simptomatik dimaksudkan untuk menghilangkan manifestasi klinis alergi

obat yang hingga mereda. Untuk reaksi anafilaksis:

1. Segera berikan suntikan epinephrine 1:1000, 0,3 ml intramuscular di daerah

deltoid atau paha lateral (vastus lateralis).

2. Hentikan infuse media kontras radiografis, antibiotika, produk yang berasal dari

darah, dsb; lepaskan sengatan binatang

3. Ukur tekanan darah dan nadi, pertimbangkan apakah diperlukan tindakan

resusitasi kardiopulmoner.

4. Bergantung pada derajat keparahan reaksi, respons terhadap pengobatan, dan

kondisi masing-masing penderita berikan:

a. Dipenhidramin 50 mg IV (scr pelan)

b. Ranitidin 50 mg atau Cimetidin 300 mg IV

c. Oksigen melalui masker/kanula hidung

Page 12: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

9

d. Infus cairan garam fisiologis

e. Metilprednisolon 125 mg IV

5. Ulangi pemberian epinephrine tiap 15-20 menit bila diperlukan

6. Siapkan untuk intubasi dan antipasi terjadinya hipotensi

7. Bila tekanan darah sistolik <90 mmHg, baringkan penderita dalam posisi

trendelenburg dengan tungkai dielevasi, lakukan:

a. Pasang 2 jalur infuse dengan cairan larutan garam fisiologis tetesan cepat

(guyur).

b. Dopamin 400 mg (2 ampul) dalam 500 ml Dextrose 5% tetesan cepat

hingga tekanan darah sistolik >90 mmHg lalu dititrasi secara perlahan, bila

tidak efektif pertimbangkan

c. Norepinephrin (Levophed) 2 mg 1 ampul dalam 250 ml Dextrose 5%

hingga tekanan darah sistolik mencapai 90 mmHg, selanjutnya titrasi

secara perlahan.

8. Bila terjadi bronkospasm atau sesak napas, berikan:

a. Epinephrin seperti petunjuk di atas

b. Bila tidak efektif, pertimbangkan: salbutamol/Terbutalin secara nebulisasi

atau inhalasi

c. Oksigen hingga konsentrasi 100% menggunakan masker

9. Bila dijumpai stridor

a. Epinephrin seperti petunjuk di atas

b. Oksigen menggunakan masker

c. Intubasi atau trakeostomi untuk mengatasi obstruksi saluran napas.3,5

Untuk penderita dengan serum sickness cukup diberikan antihistamin. Reaksi yang lebih

berat membutuhkan kortikosteroid dengan dosis awal 40-60 mg per hari dan diturunkan

bertahap dalam 7-10 hari. Kadang-kadang diperlukan plasmapharesis untuk

menghilangkan kemungkinan yang tersisa.3

Page 13: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

10

Desentisasi

Desentisasi merupakan upaya untuk mengubah kondisi penderita yang sebelumnya sangat

peka terhadap suatu obat menjadi toleran terhadap obat tersebut. Pada umumnya

desentisasi dimulai dengan pemberian obat dengan dosis rendah (1/10.000 hingga 1/1000

dosis terapi). Dosis obat selanjutnya dilipatgandakan setiap 15 menit sambil dilakukan

pemantauan secara ketat terhadap kondisi penderita.3

2.7 PENCEGAHAN

Sebelum memberikan obat kepada pasien, dokter harus mencatat secara teliti adanya

riwayat atopi, riwayat alergi sebelumnya, jenis obat yang menimbulkan reaksi alergi,

manifestasi alergi yang terjadi, jenis obat yang sedang digunakan saat ini. Pada pasien

denga riwayat alergi, pemberian obat harus dberikan secara hati-hati, jika memungkinkan

lebih baik diberikan obat secara oral.3,6

Hindari uji paparan alergen yang mengandung makanan dan obat-obatan atau pemberian

vaksin imunoterapi. Tes diagnostic atau pengobatan semacam itu seyogyanya dilakukan

oleh dokter ahli bidang alergi-imunologi. Pada penderita yang sensitif terhadap media

kontras radiografis diperlukan langkah-langkah profilaksis dan pemilihan media kontras

radiografis dengan osmolalitas rendah.3

Page 14: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

11

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas pasien

Nama : RAH

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 15 tahun

Alamat : Jalan P. Aru gang.1 no.4 Denpasar

Bangsa : Indonesia

Suku : Lombok

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Status : Belum Menikah

Pendidikan : SMP

Tanggal MRS : 28 Desember 2012

Tanggal Kunjungan : 20 Januari 2013

3.2 Anamnesis

Riwayat Penyakit Sekarang

Keluhan Utama : Sesak napas

Pasien mengeluhkan sesak napas 3 hari sebelum tanggal kunjungan. Sesak dan

sulit bernapas dirasakan tiba-tiba saat pasien menerima transfusi albumin untuk ketiga

kalinya. Rasa sesak muncul sebelum transfusi berakhir, dirasakan semakin memberat

walaupun transfusi albumin telah dihentikan. Pasien mengatakan baru bisa bernapas

kembali setelah diberikan injeksi adrenalin di daerah bahu. Keluhan sesak disertai dengan

rasa pusing, mual, dan muntah. Saat kunjungan dilakukan, keluhan sudah tidak dirasakan

lagi.

Pasien merasakan pusing dan mual yang datangnya bersamaan dengan

munculnya keluhan sesak napas. Rasa pusing dan mual juga dirasakan tiba-tiba setelah

transfusi albumin dimulai. Pasien sempat muntah sebanyak satu kali, berisi cairan dan

Page 15: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

12

makanan yang sempat dimakan pasien. Segera setelah sesak menghilang, keluhan pusing

dan mual juga menghilang. keluhan ruam/kemerahan, gatal dan bengkak saat menjalani

terapi disangkal oleh pasien.

Pasien adalah pasien rawat inap di bangsal Angsoka 2 RSUP Sanglah dengan

diagnosis Limfoma Hodgkin. Saat pertama kali masuk rumah sakit, pasien datang dengan

keluhan muncul benjolan pada leher kirinya sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan awalnya

sebesar kelereng dan dikatakan makin lama makin membesar. Benjolan dirasakan

berdungkul-dungkul dan menetap. Tidak dirasakan nyeri saat digerakkan atau saat pasien

melakukan aktivitas.

Pasien juga mengeluh batuk sejak 5 hari SMRS. Batuk dikatakan berdahak

dengan warna dahak putih kekuningan. Pasien juga mengeluh gatal-gatal di seluruh

tubuhnya sejak beberapa minggu SMRS. Gatal tidak memberat dengan berkeringat.

Pasien juga mengalami penurunan berat badan sejak 6 bulan terakhir. Pasien juga

mengeluh rasa lemas yang disertai penurunan nafsu makan sejak 1 minggu sebelum

masuk rumah sakit. Pasien tidak mau makan nasi dan lauk pauk lainnya, hanya ingin

makan cemilan. Keluhan demam disangkal oleh pasien. Buang air kecil dan buang air

besar dikatakan normal oleh pasien.

Saat pemeriksaan (kunjungan ke rumah pasien), kondisi pasien secara umum baik,

pasien nampak ceria dan nafsu makan pasien sudah meningkat. Pasien mengatakan sudah

tidak lagi mengalami keluhan tersebut. Benjolan pada leher kirinya juga dikatakan sudah

mulai mengecil. Hanya saja terkadang pasien masih merasa cepat lelah. Sesak nafas,

batuk, mual, dan muntah tidak dikeluhkan oleh pasien saat ini.

Riwayat Penyakit Terdahulu

Pasien sebelumnya pernah mengalami keluhan seperti ini. Beberapa bulan

sebelumnya timbul benjolan ditempat yang sama kemudian dilakukan operasi. Riwayat

alergi obat-obatan tertentu disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit jantung, diabetes,

asma disangkal oleh pasien.

Page 16: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

13

Riwayat Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama

serta tidak ada anggota keluarga yang memiliki kelainan jantung, ginjal, penyakit infeksi,

maupun riwayat keganasan.

Riwayat Sosial

Pasien merupakan siswa SLTP di SLTP Lombok. Saat ini pasien sudah tidak

bersekolah selama 2 bulan akibat penyakitnya. Dikatakan diantara teman-teman sekolah

dan sepermainannya tidak ada yang mengalami penyakit serupa dengan pasien.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Umum

Kesan sakit : Sedang

Kesadaran : Compos mentis (GCS: E4V5M6)

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 kali/menit, reguler, isi cukup

Respirasi : 20 kali/menit, teratur

Temperatur aksila : 36,5 °C

Nyeri : VAS 0/10

Tinggi badan : 150 cm

Berat badan : 48 kg

Page 17: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

14

BMI : 21,3 kg/m2

Gizi : Baik

Pemeriksaan Fisik Khusus

Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-), refleks pupil (+/+) isokor, edema

palpebra (-/-)

THT

Telinga : sekret tidak ada, pendengaran ↓ tidak ada

Hidung : sekret tidak ada

Tenggorokan : tonsil T1/T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-)

Lidah : ulkus (-), papil lidah atrofi (-)

Kelenjar parotis : tidak ditemukan pembesaran

Mukosa bibir : kering, stomatitis angularis (-)

Leher

JVP : PR + 0 cmH2O

Kelenjar getah bening : Regio Colli sinistra teraba massa dengan permukaan

multiple noduler, konsistensi kenyal, tidak mobile/terfiksir, ukuran 15x10x5 cm, dan

tidak ada nyeri tekan.

Thoraks

Cor: Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus kordis,

Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V midclavicular line sinistra, kuat

angkat (-), thrill (-)

Page 18: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

15

Perkusi : batas atas jantung ICS II midclavicular line sinistra, batas

kanan jantung parasternal line dekstra, batas kiri jantung

midclavicular line sinistra ICS V

Auskultasi : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo: Inspeksi : simetris saat statis & dinamis, retraksi (-), spider nervi (-),

Palpasi : vokal fremitus (N/N)

Perkusi : sonor +/+

+/+

+/+

Auskultasi : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

+/+ -/- -/-

+/+ -/- -/-

Abdomen

Inspeksi : distensi (-), spider nevi (-), caput medusa (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)

Ekstremitas : hangat +/+ edema −/−

+/+ −/−

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Page 19: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

16

Darah lengkap (28/12/2012)

Kimia Darah (28/12/12)

Parameter Hasil Unit Remarks Normal

Parameter Hasil Unit Remarks Normal

WBC 7,72 103/μL 4,1-11,0

#Ne 3,91 103/μL 2,50-7.50

#Lym 1,81 103/μL 1,0-4,0

#Mo 0,93 103/μL 0,1 – 1,2

#Eo 0,98 103/μL 0 ,0 – 0,5

#Ba 0,07 103/μL 0,0 – 0,1

RBC 4,35 103/μL Rendah 4,00 – 5,20

HGB 9,05 g/dl Rendah 12,00 – 16,00

HCT 29,34 % Rendah 36,00-46,00

MCV 67,34 fl Rendah 80,0 – 100,00

MCH 20,79 pg Rendah 26,0 – 34,0

MCHC 30,88 g/dl Rendah 31,00 – 36,00

RDW 16,13 % Tinggi 11,60-14,80

PLT 481,7 103/μL Tinggi 140,0-440,00

Page 20: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

17

Bilirubin total 0,23 mg/dL Rendah 0,30 – 1,10

Bilirubin Indirek 0,13 mg/dL <0,8

Bilirubin Direk 0,10 mg/dL 0,00- 0,30

Alkali Phosfatase 189,0 U/L 42,00- 115,00

SGOT 11,8 U/L 11,00- 27,00

SGPT 10,0 U/L Rendah 11,00- 34,00

Total protein 6,49 g/dL 6,40 – 8,30

Albumin 2,82 g/dL Rendah 3,40 – 4,80

Globulin 3,67 g/dL 3,20 – 3,70

BUN 6,0 mg/dL Rendah 8,00- 23,00

Kreatinin 0,43 mg/dL Rendah 0,50- 0,90

Asam urat 2,9 mg/dL 2,00-7,00

Natrium 135,00 mmol/L Rendah 136,00- 145,00

Kalium 3,84 mmol/L 3,50- 5,10

Urinalisis (20/01/13)

Parameter Hasil Satuan NilaiRujukan Remarks

PH 6,5 - 5 – 8

Leucocyte 25 Leu/µL negatif +1

Nitrite Negatif - Negatif

Page 21: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

18

Protein Negatif mg/dL Negatif

Glucose Normal mg/dL Normal

Ketone Negatif mg/dL Negatif

Urobilinogen Normal mg/dL 1 mg/dl

Bilirubin Negatif mg/dL Negatif

Erythrocyte Negatif ery/ µL Negatif

Spesific Gravity 1,005 - 1.005 – 1.020

Colour Yellow - p.yellow – yellow

SEDIMEN URINE:

Lekosit 0-1 /lp < 6 /lp

Eritrosit Negatif /lp < 3 /lp

Selepitel

- Gepeng

- Bulat

-Berekor

--

0-2

-

-

-

/lp

/lp

/lp

--

--

--

--

Kristal - /lp --

Lain-lain - /lp --

3.5 Diagnosis

Post syok anafilaksis ec. Albumin

Page 22: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

19

Limfoma Hodgkins IA asimtomatis (mixed cellularity regio colli sinistra)

3.6 Penatalaksanaan

Pro kemoterapi untuk Limfoma Hodgkin

IVFD NaCl 0,9% 20 tts/menit

Metilprednisolon 2x62,5 mg iv

Penanganan syok anafilaktik e.c albumin

Stop transfusi albumin

Oksigen 2 lpm

Adrenalin 0,3 cc IM

Page 23: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

20

BAB IV

KUNJUNGAN LAPANGAN

4.1 ALUR KUNJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan dilakukan pada tanggal 20 Januari 2013 langsung ke tempat

tinggal pasien di Bali yang berada di lingkungan Sanglah kota Denpasar. Kami

mendapat sambutan yang baik dari pasien dan keluarga. Pasien merupakan warga

Lombok yang bertempat tinggal tetap di Lombok. Sejak pasien didiagnosis dengan

Limfoma Hodgkins, pasien dan ibunya tinggal di Bali untuk sementara waktu selama

berlangsungnya pengobatan. Pasien tinggal di Bali berdua dengan ibunya di sebuah

kos-kosan yang sangat sederhana. Pasien menderita penyakit ini sudah 2 tahun,

dimana perjalanan penyakitnya sendiri diawali dengan timbulnya massa kecil pada

leher pasien yang semakin lama semakin membesar. Saat menjalani terapi di rumah

sakit, pasien diberikan albumin kemudian pasien mengalami reaksi alergi yaitu syok

anafilaktik. Hal ini memerlukan pemantauan akan aktivitas penyakitnya dan reaksi

alerginya sehingga perburukan dapat dihindari. Prinsip- prinsip umum pengelolaan

limfoma hodgkins yang disertai dengan reaksi alergi bukan hanya terbatas pada

pemakaian obat saja, namun perlu pendekatan holistik yaitu pendekatan bio - psiko –

sosial.

Penulis melakukan kunjungan ke rumah pasien atau tempat tinggal sementara

pasien di Bali dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan mendalami

langsung keadaan riil yang ada pada pasien, serta menemukan permasalahan yang

ada serta mencari solusi penyelesaiannya. Pada dasarnya pasien limfoma hodgkins

yang disertai dengan reaksi alergi memerlukan informasi yang benar dan dukungan

dari sekitarnya dengan maksud agar pasien tidak putus asa dan cepat menyerah

menghadapi pengobatan penyakitnya yang cukup lama. Adapun intervensi yang

kami lakukan adalah:

Page 24: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

21

a. Edukasi pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang limfoma hodgkins (penjelasan apa itu limfoma hodgkins

dan penyebabnya, gejala, aktivitas fisik, dan kecukupan nutrisi untuk

pasien)

b. Edukasi pada pasien dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang reaksi alergi yaitu syok anafilaktik yang dialami pasien saat

mendapatkan terapi albumin.

c. Memberikan saran pada pasien agar lebih berhati-hati jika akan

mendapatkan pengobatan dan agar pasien selalu melaporkan kepada

tenaga kesehatan bahwa dirinya memiliki alergi untuk mencegah

terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

d. Memberikan motivasi moril kepada pasien dan keluarga terkait penyakit,

reaksi alergi yang dialaminya dan berbagai permasalahannya.

e. Menyadarkan pasien atau keluarga akan pentingnya menjaga kesehatan

pasien dengan memenuhi kebutuhan nutrisi serta beraktivitas dengan baik.

4.2 DAFTAR MASALAH

Adapun permasalahan yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :

Penderita belum sepenuhnya mengerti mengenai penyakit yang

dideritanya, serta alergi yang dimilikinya.

Pasien merasa bosan untuk menjalani terapi pengobatan terhadap

penyakitnya yang begitu lama.

Pasien di Bali tinggal berdua dengan ibunya di sebuah kos-kosan yang

sangat sederhana. Pasien bertempat tinggal tetap di Lombok.

Terkadang ia merasa jenuh disini dan ingin cepat kembali ke Lombok

agar dapat berkumpul dengan keluarga besar dan teman-temannya.

Keluarga pasien merupakan keluarga dengan tingkat ekonomi

menengah kebawah. Ayahnya sebagai tulang punggung keluarga

bekerja sebagai pembuat pintu di Lombok dengan penghasilan yang

tidak menetap. Penghasilan keluarga ini rata-rata Rp 30.000

perharinya. Ibunya adalah ibu rumah tangga yang hanya mmengurus

Page 25: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

22

anak-anak dan keperluan rumah setiap harinya. Mereka memiliki

kesulitan dalam hal biaya untuk memenuhi kebutuhan berobat Rahim

dan biaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama tinggal di

Bali.

Pasien adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Ia tinggal disini

bersama ibunya. Ibu pasien mengalami kesulitan dalam mengasuh

adik-adik pasien karena adik-adik pasien masih kecil dan dengan

terpaksa ditinggalkan di Lombok untuk karena ibu pasien harus

menemani pasien untuk menjalani pengobatan di Bali.

4.3 ANALISIS KEBUTUHAN PASIEN

4.3.1 Kebutuhan Fisik-Biomedis

Kecukupan Gizi

Perhitungan kebutuhan kalori pada pasien dengan menentukan terlebih dahulu

berat badan idealnya kemudian menghitung jenis aktivitas yang dilakukan.

Data Tinggi badan pasien: 150cm, BB: 48kg

Pertama- tama kita lakukan perhitungan berat badan ideal pasien dengan

menggunakan rumus brocca:

Berat Badan Ideal = (TBcm-100) kg – 10%

= (150 cm-100)kg - 10 %

= 50 kg – 5 kg = 45 kg

Jumlah kebutuhan kalori per hari

Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 30 kalori

= 45kg x 30 kalori = 1350 kalori

Kebutuhan untuk aktivitas ringan = +10% x 1350 kalori = 135

Jadi total kebutuhan kalori perhari untuk penderita 1350 kalori + 135 = 1485 kalori

untuk mempermudah dibulatkan menjadi 1500 kalori

Page 26: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

23

Distribusi makanan :

1. Karbohidrat 60% = 60% x 1500 kalori = 900 kalori dari karbohidrat setara dengan

225 gram karbohidrat (900 kalori : 4 kalori/gram karbohidrat).

2. Protein 20% = 20% x 1500 kalori = 300 kalori dari protein setara dengan 75 gram

protein (300 kalori : 4 kalori/gram protein).

3. Lemak 20% = 20% x 1500 kalori = 300 kalori dari lemak setara dengan 34 gram

lemak (300 kalori : 9 kalori/gram lemak).

Akses pelayanan kesehatan

Pasien tinggal di wilayah Jalan Pulau Aru Sanglah Denpasar. Akses pelayanan

kesehatan sangat dekat dengan RSUP Sanglah. Jarak dari rumah pasien ke RSUP

sanglah tergolong tidak cukup jauh, ± 100 m.

Lingkungan

Saat ini di Bali pasien tinggal dengan ibunya. Di rumahnya di Lombok, pasien

tinggal dengan ayah, ibu, dan ketiga adiknya. Rumah kos pasien di Bali terdapat 5

kamar tidur, 2 kamar mandi, 2 dapur, dan ruangan pemilik tempat kos. Lingkungan

tempat tinggal bersih dan cukup nyaman untuk ditinggali namun suasana dikamar

pasien sangat pengap dan berantakan. Pasien tinggal 1 kamar dengan ibunya dengan

luas kamar 3x1,5 m. Kamar pasien sangat kecil, udaranya sangat panas dan pengap

karena tidak adanya jendela serta penataan kamar yang sangat berantakan.

4.3.2 Analisis Keadaan Bio-Psikososial

Faktor biologis

Kualitas kehidupan sehari-hari pasien dikatakan baik, karena pasien bisa

melakukan semua aktivitas dasar seperti makan, minum, berjalan,

membersihkan diri, mengontrol BAB dan BAK tanpa ada masalah dan tidak

perlu bantuan. Seharinya harinya pasien hanya melakukan aktivitas ringan.

Page 27: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

24

Dalam lingkungan biologis atau keluarga inti pasien tidak ada anggota

keluarga pasien yang memiliki penyakit yang sama.

Faktor psikososial

Pasien pada awalnya malu terhadap benjolan yang muncul pada

lehernya itu sehingga pasien ke dokter dan meminta agar benjolan tersebut

dioperasi. Beberapa bulan setelah operasi, timbul benjolan di tempat yang

sama. Akhirnya pasien kembali ke rumah sakit agar benjolan tersebut dapat

ditangani. Di Rumah Sakit Mataram pasien sempat didiagnosis TB kelenjar

dan sudah menjalani pengobatan selama 6 bulan, namun keadaan pasien tidak

juga membaik. Setelah menjalani pemeriksaan lebih lanjut, pasien akhirnya

didagnosa dengan limfoma Hodgkin dan dirujuk ke RSUP Sanglah untuk

menjalani pengobatan lebih lanjut. Pasien awalnya merasa cemas dan depresi

akibat lamanya proses penanganan penyakitnya yang sudah memakan waktu

kurang lebih 8 bulan namun tidak juga membaik. Pasien juga merasa sedih

harus berpisah dari keluarga dan lingkungannya di Lombok untuk menjalani

pengobatan di Bali. Awal dari perjalanan penyakitnya pasien sering murung

dan tidak mau makan, namun pasien berusaha untuk tegar dan pasrah

menerima keadaanya. Pasien dan keluarga percaya takdir Tuhan adalah baik

dan ia pasti bisa menjalaninya. Dalam keadaan sakit ini pasien sangat

membutuhkan pengertian dan dukungan dari keluarga dalam menjalani

aktivitas sehari-hari dan menjalani pengobatannya termasuk untuk

menjalankan kemoterapinya yang berlangsung dalam waktu yang lama. Pasien

juga harus didorong agar mau menjalani semua rangkaian kemoterapi dan agar

pasien siap menghadapi efek samping yang mungkin timbul dari kemoterapi

tersebut. Ibu pasien sangat memperhatikan kondisi kesehatannya dan

kebutuhan anaknya dan selalu memberikan motivasi kepada anaknya.

4.4 EDUKASI DAN SARAN

Adapun edukasi yang kami berikan pada pasien dan keluarga saat melakukan

kunjungan ke tempat tinggalnya:

Page 28: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

25

1. Menjelaskan tentang apa itu limfoma hodgkins dan reaksi alergi berupa syok

anafilaktik, penyebab, dan gejala-gejala yang ditimbulkannya.

Limfoma hodgkins merupakan suatu penyakit keganasan primer yang

menyerang limfoid dan jaringan pendukungnya. Dapat disebabkan oleh

virus yang menimbulkan kelainan genetic atau disebabkan oleh

kekurangan imun. Syok anafilaktik merupakan reaksi alergi sistemik dan

dapat terjadi akibat berbagai macam bahan. Reaksi tersebut dapat tibul

begitu cepat tanpa tanda-tanda peringatan sebelumnya dan merupakan

salah satu kegawatdaruratan medik. Gejalanya dapat berupa gejala kulit

(urtikaria, angioedema, kemerahan pada kulit wajah, gatal), gejala

pernafasan (nafas cepat, suara parau, edema laring, sesak nafas), gejala

pada jantung (berdebar, hipotensi, aritmia), gejala pada saluran pencernaan

(disfagia, rasa panas di ulu hati, mual, muntah), dan gejala lain

(konjungtivitis, rhinitis, pusing, nyeri kepala, kejang, dll)

Perjalanan Penyakit

Penyakit limfoma hogdkins sering terjadi pada laki-laki dengan usia antara

15-34 tahun dan diatas 55 tahun. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa

terjadi peningkatan kadar IgE yang signifikan pada pasien dengan

limfoma, dimana tingginya kadar IgE berpengaruh terhadap angka

kejadian hipersensitivitas, termasuk di dalamnya adalag reaksi anafilaktik.

Syok anafilaktik sendiri merupakan reaksi alergi sistemik yang terjadi

sangat cepat setelah pemberian alergen dan tanpa diawali oleh suatu tanda.

Kejadian ini dapat terjadi dari berbagai paparan seperti oral, subkutan,

topical, intramuscular, namun yang dapat dengan sangat cepat

menimbulkan gejala dan gejala yang ditimbulkan lebih berat adalah

melalui parenteral.

Gejala-gejala Penyakit

Gejala awal dari penyakit limfoma hodgkins yang pertama ditandai

dengan pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri. Diikuti dengan

Page 29: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

26

gejala sistemik berupa demam, berkeringat malam hari, lemah, pruritus

seluruh tubuh. Bisa juga terdapat nyeri pada perut dan nyeri pada tulang.

Gejala dari syok anafilaktiknya sendiri meliputi gejala kulit

(urtikaria, angioedema, kemerahan pada kulit wajah, gatal), gejala

pernafasan (nafas cepat, suara parau, edema laring, sesak nafas), gejala

pada jantung (berdebar, hipotensi, aritmia), gejala pada saluran pencernaan

(disfagia, rasa panas di ulu hati, mual, muntah), dan gejala lain

(konjungtivitis, rhinitis, pusing, nyeri kepala, kejang, dll).

Faktor Resiko, Penyebab, dan Upaya Pencegahan

Reaksi anafilaksis adalah reaksi alergi sistemik yang dapat terjadi

akibat berbagai macam bahan yang sering dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari yang seringkali terjadi dengan begitu cepat dan merupakan

salah satu kondisi gawat darurat medik.

Menifestasi klinik dari reaksi anafilaksis ini bermacam-macam

meliputi gejala kulit (urtikaria, angioedema, kemerahan pada kulit dan

wajah, pruritus), gejala pernafasan (takipneu, suara parau, edema laring,

bronkospasm, sesak napas); gejala kardiovaskular (takikardi, hipotensi,

angina, aritmia); gejala gastrointestinal (disfagia, rasa panas di ulu hati,

kram perut, hiperperistaltik, diare, mual dan muntah); dan gejala lainnya

(konjungtivitis, rhinitis, nyeri kepala, pusing, kontraksi uterus, kejang, dan

lain-lain). Melalui penjelasan ini, diharapkan pasien dan keluarganya

memahami gejala-gejala yang muncul sebagai pertanda munculnya reaksi

alergi sistemik yakni anafilaksis sehingga pasien segera dibawa ke rumah

sakit sebelum terjadi akibat yang fatal, seperti shock.

Menjelaskan zat-zat yang dapat memicu timbulnya reaksi anafilaksis.

- Makanan: kacang-kacangan, kerang, putih telur, susu, biji-bijian

- Bisa sengatan serangga: Tawon, lebah, semut api

- Protein : streptokinase, insulin, vaksin, lateks

Page 30: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

27

- Antibiotika: penisilin, sepalosporin, sulfametoksazol, Trimetoprim,

Fluorokuinolon, Vankomisin,

- Bahan diagnostic atau terapi: media kontras radiografi, zat warna

fluoresin, immunoglobulin

Melalui penjelasan ini, diharapkan pasien dan keluarganya

memahami apa saja yang dapat memicu pasien yang telah memiliki

riwayat anafilaksis ini ketika berhadapan dengan zat-zat tersebut untuk

mencegah munculnya reaksi anafilaksis, ada baiknya dilakukan tes alergi,

sehingga pasien tahu dengan pasti zat-zat apa saja yang menjadi alerginya.

Memastikan pasien untuk mengenali dengan baik alergen yang

memicu dirinya terkena reaksi anafilaksis, yakni pada kasus ini pasien

memiliki riwayat alergi rifampisin, ciprofloksasin, flumin, clindamycin,

dan primaquin. Dengan pasien mengetahui dengan baik riwayat alerginya,

diharapkan pasien dapat memberikan informasi yang jelas kepada dokter,

sehingga dokter tidak memberikan obat yang dapat memicu reaksi

anafilaksisnya.

Menyarankan pasien untuk sebaiknya tidak mengkonsumsi obat-

obatan secara parenteral, lebih baik melalui jalur oral yang biasanya

walaupun mengakibatkan reaksi anafilasis gejalanya lebih ringan.

Menyarankan kepada pasien dan keluarganya untuk

memperhatikan lingkungan rumah, karena kamar pasien tidak ditemukan

ada jendela atau ventilasi, sehingga terkesan gelap dan kurang pertukaran

udara. Lingkungan rumah yang bersih dan rapi juga senantiasa sebaiknya

dijaga.

Memberikan saran kepada pasien terkait dengan aktivitas fisik dan nutrisi,

antara lain:

Cukup istirahat, hindari kelelahan.

Page 31: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

28

Mengatasi kelelahan: Lelah adalah masalah yang dapat mempengaruhi

kehidupan sehari-hari. Kita harus belajar untuk menyelingi kegiatan kita

dengan istirahat.

Makan sehat dan seimbang

Olahraga: Berjalan, perenggangan dapat membantu pasien tetap kuat dan

menjaga stamina tubuh. Ingat untuk diselingi dengan istirahat.. Kalau

dirasakan letih sekali atau tidak enak lebih dari 2 jam setelah olahraga,

maka sesi olahraga tersebut harus dikurangi menjadi lebih singkat.

Memberikan saran kepada pasien untuk selalu menjaga kebersihan diri dan

lingkungan sekitar pasien. Biasakan mencuci tangan sebelum makan

ataupun minum, sesudah BAK dan BAB.

Memberikan saran pada keluarga untuk selallu memberikan dukungan dan

semangat kepada pasien agar pasien terhindar dari stress dan memudahkan

penerimaan diri pasien.

4.5 DENAH RUMAH

Sanggah kamar kamar ruangan pemilik kos

kamar

WC

Kamar kamar

WC

Dapur&

kamar

pasien

dapur

Page 32: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

29

4.6 DOKUMENTASI

Dapur Kamar tidur pasien

Kamar mandi dan WC Sumber air (Sumur bersama)

Page 33: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

30

Dokter Muda bersama pasien dan ibu pasien saat kunjungan

Page 34: SYOK ANAFILAKSIS OLEH KARENA TRANSFUSI ALBUMIN PADA

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Kemp SF, Lockey RF. Anaphylaxis: a review of causes and mechanisms. J

Allergy Clin Immunol. Sep 2002;110(3):341-8.

2. Simons FE. Anaphylaxis. J Allergy Clin Immunol. Feb 2008;121(2 Suppl):S402-

7; quiz S420.

3. Soegiarto G, Konthen P G, Effendi C, Baskoro A. Anafilaksis. In: Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam FK Unair. Surabaya. 2007.

4. Brunner & Suddarth. Anafilaksis. In Buku Ajar Medikal Bedah (edisi 8, volume

2). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2002

5. Alrasbi M, Sheikh A. Comparison of international guidelines for the emergency

medical management of anaphylaxis. Allergy. Aug 2007;62(8):838-41

6. Webb LM, Lieberman P. Anaphylaxis: a review of 601 cases. Ann Allergy Asthma

Immunol. Jul 2006;97(1):39-43.