shock anafilaksis akibat anestesi lokal menggunakan

9
T SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGTINAKAN LIDOCAINE Maria Martina Nahak Abstracl Dnrg i.s a conrpound or product usingfor diagnostic, profilaris or lherapy to give benefts for p<trierts but sonte tinro.. th"ri is u side effect of this drug culled ulverse <Irug reutctitsn' Lidocuirw is ti Iocat anctesthetit'ttm using by topical or porenlerol to block lhe nerte before minor surgery or Ittoth ertraction ()ne of the-sitle efect of this tlnry is presenling of D'W one of lryprsenritit'it1' reaction calletl unapl*,iutis shock which is manifestation as smoolh muscle spasm of respiralory uru) gustr,inta.stinul tiutt, r,asrxJilulfutn, und iru:rcu.tc of vascular pernrcahility-. Thc importoru:c vtty to niamge u1 urwplry,luctetl putiertt is. inrnretliulely repuir tlrc vitul :;igns of pulient, do uguinsl thc mttlittltt^t:liurr, yrrcrcntiarr llw relcglsirtg o.f tnvtliulvr uyerrl urul cuntinuing to conffole the vilal sigru of putienl. The conclusion i.s; the incidence of anaplrykuis shock caused by lidocaine rs /ess than I%' so tlrc clirticiurt rrrust be reutly lo manage thi.s incidence. Before uting thit' dntg c:liniciun hcl:t t<t d<t g,ood onantrrcses be.fore lreatnrcnl, prepore all ntedicine and equipntenl to face this inciderrce, and readl to manoge lhis ctue iJ'happen- Keywards; Lidocaine, Arutphylcris shock, Managentent of anaphylacted shock Pendahuluan Obat adalah senYawa atau Produk yang digunakan untuk diagnostik. terapi maupun prof rlaksis dengan tujuan mendatangkan keuntungan bagi sipemakai obat. Konsekuensi penggunaan obat salah satunya adalah munculnya reaksi simpang obat (adverse drug reaction) yang dapat menambah morbiditas bahkan mortalitas' Reaksi simpang obat didefinisikan oteh lYorld Health Organization (WllO) sebagai respons yang tidak diharaPkan dan sangat membahayakan yang ter-iadi pada dosis terapi pada penggunaan obat sebagai profilaksis. diagnostik maupun terapi penyakit- lnsidens yang bcrat pada pasicn rarvat inap mencapai 6]% dan yang fatal mencapai 0.320 - sedangkan pada Pasicn rawat jalan diperkirakan mencaPai l5 30%' . Rawlirr dan ThcmPson membagi reaksi simpang obat menjadi dua kelompok yaitu tipc A dan tipe Fl. 'l'ipe A adalah reaksi yang dapat diprediksi dan lazim terjadi. bergantung pada dosis, bcrhubungan dengan larmakologi obat dan dapat terjadi pada tiap individu. Reaksi tipe ini dapat terjadi pada kira-kira 80% dari kasus-kasus reaksi simpang obat. Reaksi tipe 'B merupakan rtaksi yang tidak dapat diprediksi, tidak lazim terjadi, tidak be rgantung pada dosis dan sering tidak berhubungan dengan farmakologi obat serta hanya terjadi pada individu yang rentan. Reaksi ini meliputi intoleransi, reaksi idiosinkrasi dan reaksi alergi (hipersensitivitas;' . Hipersensitivitas adalah suatu respon antigenik yang berlebihan yang terjadi pada individu yang sebelumnya telah mengalami suatu sensitisasi dengan antigen atau alergen tertentu2. Pada tahun l96l Gell dan Coomb membagi reaksi hipersensitivitas menjadi 4 golongan vaitu: a) Reaksi hipersensitivitas tipe I (reaksi anafi laksis); b) Reaksi hipersensitivitas tipe II (reaksi sitotoksik); c) Reaksi hipersensitivitas tipe Ill (reaksi kompleks imun): d) Reaksi -hipersensitivitas tipe iV (reaksi tipe lambat)r'a's2. Reaksi obat alergik (reaksi hipersensitivitas oleh karena penggunaan obat) adalah salah satu bentuk reaksi simpang obat yang dihasilkan dari respon irnunologik terhadap obat atau metabolitnya dan merupakan masalah utama yang dapat timbul lurnal Kesehatan Glgl Vol' I Nontor 2 (Agustus Z0l3] 106

Upload: hoangphuc

Post on 23-Dec-2016

242 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGUNAKAN

T

SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGTINAKAN LIDOCAINE

Maria Martina Nahak

Abstracl

Dnrg i.s a conrpound or product usingfor diagnostic, profilaris or lherapy to give benefts

for p<trierts but sonte tinro.. th"ri is u side effect of this drug culled ulverse <Irug reutctitsn' Lidocuirw

is ti Iocat anctesthetit'ttm using by topical or porenlerol to block lhe nerte before minor surgery or

Ittoth ertraction ()ne of the-sitle efect of this tlnry is presenling of D'W one of lryprsenritit'it1'

reaction calletl unapl*,iutis shock which is manifestation as smoolh muscle spasm of respiralory

uru) gustr,inta.stinul tiutt, r,asrxJilulfutn, und iru:rcu.tc of vascular pernrcahility-. Thc importoru:c vtty

to niamge u1 urwplry,luctetl putiertt is. inrnretliulely repuir tlrc vitul :;igns of pulient, do uguinsl thc

mttlittltt^t:liurr, yrrcrcntiarr llw relcglsirtg o.f tnvtliulvr uyerrl urul cuntinuing to conffole the vilal

sigru of putienl.The conclusion i.s; the incidence of anaplrykuis shock caused by lidocaine rs /ess than I%'

so tlrc clirticiurt rrrust be reutly lo manage thi.s incidence. Before uting thit' dntg c:liniciun hcl:t t<t d<t

g,ood onantrrcses be.fore lreatnrcnl, prepore all ntedicine and equipntenl to face this inciderrce, and

readl to manoge lhis ctue iJ'happen-

Keywards; Lidocaine, Arutphylcris shock, Managentent of anaphylacted shock

PendahuluanObat adalah senYawa atau Produk

yang digunakan untuk diagnostik. terapi

maupun prof rlaksis dengan tujuan

mendatangkan keuntungan bagi sipemakai

obat. Konsekuensi penggunaan obat salah

satunya adalah munculnya reaksi simpang

obat (adverse drug reaction) yang dapat

menambah morbiditas bahkan mortalitas'

Reaksi simpang obat didefinisikan oteh lYorld

Health Organization (WllO) sebagai respons

yang tidak diharaPkan dan sangat

membahayakan yang ter-iadi pada dosis terapi

pada penggunaan obat sebagai profilaksis.

diagnostik maupun terapi penyakit- lnsidens

yang bcrat pada pasicn rarvat inap mencapai

6]% dan yang fatal mencapai 0.320 -

sedangkan pada Pasicn rawat jalan

diperkirakan mencaPai l5 30%' .

Rawlirr dan ThcmPson membagi

reaksi simpang obat menjadi dua kelompok

yaitu tipc A dan tipe Fl. 'l'ipe A adalah reaksi

yang dapat diprediksi dan lazim terjadi.

bergantung pada dosis, bcrhubungan dengan

larmakologi obat dan dapat terjadi pada tiap

individu. Reaksi tipe ini dapat terjadi pada

kira-kira 80% dari kasus-kasus reaksi

simpang obat. Reaksi tipe 'B merupakan rtaksi

yang tidak dapat diprediksi, tidak lazim

terjadi, tidak be rgantung pada dosis dan

sering tidak berhubungan dengan farmakologi

obat serta hanya terjadi pada individu yang

rentan. Reaksi ini meliputi intoleransi, reaksi

idiosinkrasi dan reaksi alergi

(hipersensitivitas;' .

Hipersensitivitas adalah suatu respon

antigenik yang berlebihan yang terjadi pada

individu yang sebelumnya telah mengalami

suatu sensitisasi dengan antigen atau alergen

tertentu2. Pada tahun l96l Gell dan Coomb

membagi reaksi hipersensitivitas menjadi 4

golongan vaitu: a) Reaksi hipersensitivitas

tipe I (reaksi anafi laksis); b) Reaksi

hipersensitivitas tipe II (reaksi sitotoksik); c)

Reaksi hipersensitivitas tipe Ill (reaksi

kompleks imun): d) Reaksi -hipersensitivitastipe iV (reaksi tipe lambat)r'a's2.

Reaksi obat alergik (reaksi

hipersensitivitas oleh karena penggunaan

obat) adalah salah satu bentuk reaksi simpang

obat yang dihasilkan dari respon irnunologikterhadap obat atau metabolitnya dan

merupakan masalah utama yang dapat timbul

lurnal Kesehatan Glgl Vol' I Nontor 2 (Agustus Z0l3] 106

Page 2: SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGUNAKAN

akibat pemberian obat. Reaksi obat alergikterjadi pada 6-lAYo kasus reaksi simpang obat.Reaksi yang terjadi dapat ringan sampai berathingga mengancan jiwar. Reaksi obat alergidapat terjadi selama atau setelah pemakaianobat dan yang sering muncul adalah reaksihipersensitivitas tipe I dan IV. Jenis obatpenyebab alergi sangat bervariasi.Berdasarkan laporan-laporan tentang reaksiobat alergi dikatakan bahwa ohat yang palingsering menimbulkan reaksi alergi adalah obatgulongarr pcrrisilirr tlarr sulfa sclairt itugolongan salisilat, asam mefenamat,pirazolon, luminal, dilantin, procaine,lidocaine dan tridion juga dapat menimbulkanreaksi alergi6. Dalam tulisan ini hanya akandibahas tenlang reaksi hipenensitivitas tipe I

yakni shock anatilaksis akibat anestesi lokalmcnggunakan I ido,uainc.

l.idcrcaine adalah obat anestesi lokalyang diberikan secara lokal (topikal maupunparenteral) dan dalam kadar yang cukup dapatmenghambat hantaran impuls pada saraf yang

dikenaiT'8. Obat anestesi lokal dari golongancstcr dapat menimbulkan e fek sampingberupa: dermatitis alergik, ser:rngan asma

ataupun reaksi anafilaktik yang fatal. Reaksialergi ini diduga terjadi karena hasil hidrolisisgolongan ester menjadi Para Amino BenzoicAcid (PABA) dan PABA inilah yangmenimbulkan reaksi hipersensifivitas.Sedangkan golongan amide jarangmenimbulkan reaksi hipersensitivitas, namunbahan preservative yang terkandung didalamnya yaitu methylparaben danpropylparoben yang mempunyai strulcurkimia menyerupai PABA, diduga dapatmen imhu lkan reaksi hipenensitivitase'

10.

PemtrahasanPenggunaan Lidocaine Sebagai ObatAnestesi Lokal

Lidocaine HCI adalah rnestesi lokalgolongan amino amidc, dengan rumus kimiaCrql{zNzO.HCl dan nama kimia: 2-

@iethylam ino)-2' -6' -acetoxyl ididemonohydrochloride dengan herat molekul234,34 mol/g. Lidocaine adalah anestetiklokal kuat yang digunakan secara luas dengan

pemberian topikal dan parenteral. Cara kerja

lidocaine sebagai obat anestik lokal ialahbergabung dengan reseptor spesifik yangterdapat pada kanal Natrium menyebabkanterjadinya blokade pada kanal tersebut danmengakibatkan hambatan gerakan ion melaluimembrane sehingga konduksi impuls sarafterhambat)0'rr. Lidocaine diabsorbsi secara

komplit segera setelah diberikan secaraparenteral, dimetabolisme dengan cepat dihati, mengalami dealkilasi oleh enzimpseudokolin esterase membe ntukr r ttt t ue tl ty Ie gl icy r r ry I iJ idt dan gly i rc.ry I i J i Jeyang kemudian dapat dimetabolisme lebihlanjut menjadi monoethyle glycine dan

rylidide. Kurang lebih 90% dari dosislidocaine yang disuntikkan ke dalam tubuhdiekskresikan melalui urine dalarn berbagaibentuk metabolit dan kurang dari l0%diekskesikar dalanr bentuk yalg tidakberubahlo'12'lr.

Lidocaine digunakan secara parenteraluntuk anestesi infiltrasi, blokade saraf,ancstcsi cpidural ataupun ancstcsi kaudal dansecara setempat untuk anestesi selaput lendir.Lidocaine juga digunakan secara topikal padatindakzrn-tindakan: kateterisasi uretra,sistoskopi dan pemasangan pipa endotrakealsebelum bronkoskopi, menghilangkan nyeriyang menyertai wasir, pruritus di daerahanogenital. Indikasi yang lain adalahdigunakan untuk menurunkan iritabilitasjantung sehingga digunakan sebagai obatantiaritmial0.

Efek samping lidocaine berkaitandengan efeknya terhadap Sistem Saraf Pusat

misalnya: mengantuk, pusing, parestesia,gangguan mental, koma dan seizures.Kemungkinan besar yang menyebabkan efeksamping ini adalah metabolit lido,caine yaknimornetilglisiruilidide dan xilidide. Lidocainedosis bcrlcbihan dapat menyebabkankematian akibat fibrilasi ventrikel atau olehhenti jantung. Lidocaine jarang menimbulkanrcaksi hipersensitivitas, namun kandunganbahan preserrativenya yaitu metlrylparobendan propylporaben diduga dapatmenimbulkan reaksi inie'r0. Rumus kimiaMetlrylporaben adalah CH3(C6|'14(OH)COO)dengan nama kimia Methyl p-hydroryhereoate dan trerat melekulnya

f rrrnal Kesehatan GigiVol. 1 Nomor 2 (Agustus 2013) 707

Page 3: SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGUNAKAN

152,15 mol/g. Asam benzoate dan bentukgararnnya maupun derivatnya dalam bentukester asam benzoate b'anyak digunakansebagai p€ngawet pada makanan dan bahankosmetik. Secara umum tidak ada efeksamping yang ditimbulkan walaupun padabeberapa orang, ester asam benzoate dapatmembebaskan histamine dan menvebabkanreaksialergir{.

Reaksi HipersensitivitasHipcncnsitivitas adalah suatu resporr

antigenik yang berlebihan yang terjadi padaindividu yang sebelumnya telah mengalamisuatu sensitisasi dengan antigen aLau alergentcrtcntu- tlila s€seorang pemah terpapardengan suatu antigen. kemudian terpapar lagiuntuk kedua kalinya atau lebih, dapatmenimbulkan respon imun sekunder yangberlebihan atau tidak wajar se hinggamenimbulkan reaksi yang merugikan danmenyebabkan kerusakan pada jaringantubuhnya2.

Reaksi Hipersensitivitas Tip" I (ReaksiAnafilaksis)

Istilah onoplrylaxis diusulkan olehPortier dan Richet pada tahun 1902 yangmempelajari dampak toksin ubur-ubur darilaut Mediterania pada sekelompok anjing.Pada pemberian dosis kedua ternyatabeberapa anjing yang diharapkanmenunjukkan peningkatan kekebalan,nrenanrpakkan gejala yang tidak diharapkandan berakhir dengan kematian. Fenomenatersebut dinamakan anaphylaxi.s yang bcrasaldari dua kata bahasa Yunani yakni: ano yangberarti 'Jauh dari" dan plrylrtri.r yang bcrarti"pcrlindungan" 4 5-I5.

Anafilaksis adalalr suatu respon klinishipersensitivitas yang akut dan berat yangdapat menyerang berbagai macam organ.Reaksi hipersensitivitas ini merupakan suahrreaksi hiperse nsitivitas tipe cepat antaraantigen dan antibodi spesifik (lgE) yangterikat pada sel mast- S€l mast dan basofilakan mengeluarkan mediator yangmcmpunyai efck far rrrakulugik tcrhadap

berbagai macam organ, salah safunya adalahterjadinya vasodilatasi umum pembuluh darahperifer dan peningkatan permeabilitiaspembuluh darah yang mengakibatkanterjadinya kebocoran cairan ke jaringansehingga volume darah menurun't''u. Sistemorgan yang terlibat selain sistemkardiovaskuler adalah: kulit, mukosa, sistempernafasan dan sistem pencemaan' t.

I munopatologis Reaksi Anafi laksis

Terdaprt perbedaan ent&ra responimun normal dan reaksi hipersensitivitas tipeI. Pcrbcdaan tcrscbut adalah pada rt:sponimun normal tidak ada sekresi lgE sedangkanpada reaksi hipersensitivitas tipe I terjadisekresi IgE yang dihasilkan oleh sel plasma.Adanya alergen pada kontak pcrtama akanmcnstimulasi sel R untuk memproduksiantibodi, yaitu lgE. lgE kcrnudian masuk kealiran darah dan berikatan dengan res€ptor disel mastosit dan basofil sehingga sel mastositatau basofil menjadi tersensitisasi sehinggalase ini disebut fase sensitisasi. Pada saatkontak ulang dengan alergen, maka alcrgenakan berikatan dengan IgE yang berikatandengan antibodi di sel mastosit atau basofildan menyebabkan te{adinya degranulasi selmastosit. Degranulasi menyebabkanpelepasan mediator inflamasi primer dansekunder. Mediator primer melepaskaneosinofil dan neutrofil ser[a menstimulasiterjadinya urtikaria vasodilatasi,meningkatnya permeabilitas vaskular,Sedangkan mediator sekunder menyebabkanpeningkatalr pelepasan nretabolit asarnarakidonat (prostaglandin dan leukotrien) danprotein (sitokin dan enzim)r.

Urutan khas dari proses terjadinyareaksi hiperse nsitivitas tipc I adalah: l)produksi IgE oleh sel B sebagai responterhadap antigen paparan pertamq 2)pengikatan lgE pada res€ptor Fc yangterdapat pada permukaan sel mastosit danbasofil; 3) interaksi antara antigcn paparankcdua dengan IgE pada permukaan sel yangmengakibatkan aktivasi sel bersangkutan danpelepasan berbagai mediator yang tersimpandalam granula sitoplasma se I tersebut.Manifestasi klinik dan keadaan patologtk

f ulrral Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 fAgustus 2013) 108

Page 4: SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGUNAKAN

reaksi hipersensitivitas disebabkan aksi

mediator-tttediator tersebutl'5,Faktor terpcnting yang berperan pada

reaksi anafilaktik adalah IgE yang disebut

antibodi homositotropik atau reagin. lgE

mempunyai sifat khas yang tidak dimilikioleh immunoglobulin kclas lain yoitu

mempunyai daya afinitas yang tinggi pada

rnastosit dan basofil melalui rcscptor Fc pada

permukaan sel yang bersangkutan yang

mengikat tiagrnen l-'c-lglj. Sekali tcrikat' IgE

dapat metekat pada permukaan mastosit dan

bzrsufil sclanta bcberapa lttirtggu dan IgE yang

tcrikat iniluh yang trcrpcran hcsar pada reaksi

anafilaktik. Terdapat perbedaan yang jelas

dalam produksi lgE antara individu atopik

dengan individu normal. lndividu atopikmemproduksi lgE lebih banyak sebagai

respon terhadap stimulasi antigen tertentu,

sedangkan individu normal biasanya

memproduksi kelas immunoglobulin lain,

misalnya lgM, IgC atau hanya sedikit IgE bila

distimulasi oleh antigen yang sama. Faktor

yang berperan mengatur sintesis lgE yaitu: l)faktor keturunan; 2) p€maparan antigen

sebelumnya; 3) sifat antigen; 4) sel Th dan

sitokin yang dipruluksir.Selengliapnya, reaksi hipersensitivitas

tipe I terlihat pada gambar berikut ini :

i au'csr rltIt 89 'rn.n.-rto..

Gambar 2.1 Mekanismc induksi dan cfcktor reaksi hipcrsensitivitas tipc I-*""***-i. *"-.-- l, #, ,l nFdenf..! [ dnd.tE

L

pada dada" perasaan lemas, pusing, pening,

hipotensi, syncory (kehilangan kesadaran).

Pada sistem gastrointestinal: dysphogia(kcsulitan mcnclan), kram pcrut karena

kontraksi dan spasme otot polos irltestinal.

mual, muntah, sakit perut dan diare. Pada

mata: gatal, lakrimasi, merah dan bengkak.

Kematian dapat disebabkan oleh karena gagal

nalbs dan kolaps kardiovaskuler. Pada anak-

anak penyebab kematiarr palirrg serirlg oleh

karena edema laring. Gejala biasanya muncul5 - 30 menit setelah antigen disuntikkan akan

tetapi gejala dapat muncul dalam hitungandetik. Apabila antigen masuk kc dalant tubulr

melalui saluran p€n€rnaan, maka gejala

biasanya muncul dalam beberapa menit

sampai 2 jam't'u''tReaksi anafilaksis dapat didiagnosa

berdasarkan kriteria klinis yang muncul.

Manifestasi klinis dan diagnmis reaksih ipersensitivitas tiPe I

Anafilaksis meruPakan reaksi akut

yang manifestasinya mengenai rnulti organ.

Reaksi anafilaksis mempunyai manifesLasi

klinis yang berbeda berhubungan dengan efek

sistcmik akibat pelepasan histamine- Sistem

organ yang paling sering terkcna adalah: kulit(80-90%), sistcnr pernafasan QAy,), sistcm

kardiovaskuler (1045%\ dan sistcttt

pcntr€nraan 3045%)r8're. Manifbstasi pada

kulit dapat benrpa: pruritus, urtikariaangiodema dan eritema. Saluran pernafasan

biasanya tcrkcna dengan keluhan: hidungyang tersumbat, bersin-bersin, gatal pada

hidung, rhinitis, batuk, sesak, stridor.

bronkospasme, h i persekrcsi m ukus, v' he e z i ng,

dispnea dan gagal nafas. Terhadap sistem

karidovaskuler: palpitasi, takikardi, rasa sakit

-!tt!

f urnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 (Agustus 2013) 109

Page 5: SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGUNAKAN

Apabila salah saru dari 3 kriteria berikutterpenuhi dan tampak nyata pada pasien,maka pasien didiagnosa mengalami reaksihipenensitivitas. Kriteria-kriteria tersebutadalah:l) Permulaan gejala muncul dalam hitungan

nrenit sampai beberapa jam setelah pa-sien

terpajan dengan alergen, dimana munculge.jala klinis pada kulit dan mukosaberupa: rasa gatal dengan bintik-bintikmerah dan membengkak (hives), itchines.s,atau sesak nafbs. atau sukar bernafas atauhipotensi.

2) l)ua atau lcbih gcjala yang nluncul scgcrasetelah terpajan dengan alergen: hipotensi,gejala yang timbul pada saluranpcmalasan yang muncul bersamaan.gejala-gejala yang muncul pada saluranpencemiun, atau juga muncul gejala padakulit dan nrukosa

3) Muncul gejala hipotensi yang rerjadidalam beberapa menit sampai beberapajam setelah terpajan dengan alergen yangtelah diketahui sebelumnya | 7'20.

Alergi ObatAlergi obat adalah respon abnormal

seseorang terhadap obat atau metabolitnyamelalui reaksi imunologi yang dikenalsebagai reaksi hipersensitivitas yang terjadiselarna atau setelah pemakaian obat tertentu.Alergi obat dapat terjadi melalui semuamekanisme hipersensitivitas menurut Gell danCoomb, nantun yang tersering melalui reaksitipe I dan IV. Jenis obat penyebab alergisangat bervariasi namun yang tersering adalahobat dari golongan penisilin dan sulfa, namunbeberapa obat lain yaitu dari golongansalisilal pirazolon, asam mcfcnamat, luminal.f'e notiazin, dilantin, tridion dan obat-obatancstesi lokal yakni: procaine dan lidu-airrcjuga dapat menyebabkan reaksi alergi. Alergiobat biasanya terjadi pada paparan kedua ataulebih, sedangkan paparan pertama merupakanfase sensitisasi inrunologikl 6.

Im unopatogenesis alergi obat

Belrcr apa laktor risiko dapatmempengaruhi respon imun terhadap obatyaitu lalitor yang berhubungan dengan obat

yakni: sifat obat dan pajanan obat serta falroryang berhubungan dengan pasien yakni:faktor genetik, penyakit dan pengobatanmedis yang menyertai. Suatu obat dikatakanimunogen lemah atau tidak imunogen bilaberat molekulnya kurang dari 4000 dalton.Scbagian bcsar obat-obatan mcrupakansenyawa kimia organik sederhana denganberat molekul rendah biasanya kurang dan1000 dalton, sehingga merupakan imunogenlemah bahkan tidak imunogen. Obat denganberat molekul yang besar (makomolekul)ntisalnya anti serunl, kinropapairr.strcptokinasc, L-trsparagiltase d:ur insulin,merupakan antigen yang kompleks yangpotensial untuk menyebabkan sensitisasi padapasienro. Obat-obatan dengan berat molekulrendah dapat menjadi imunogenik bila obatatau metablitnya berikatan dengan carriertttakrurrrolckul dalarrr .iarirrgan rnclalui ikatankovalen membentuk kompleks hopten-carriersehingga menjadi antigen yang efektif. Padaindividu yang rentan, kompleks hapten-carrier akan dipresentasikan oleh APC padasel limfosit T yakni sel Th: yang akanmenstimulasi sel B untuk memproduksi lgEsebagai respon terhadap pajanan obatpertama. Selanjutnya akan ter.jadi pengikatanIgE pada reseptor Fc yang terdapat padapermukaan sel mast dan basofil. Interaksianlara obat sebagai antigen pada pajanankedua dengan lgE pada permukaan selmengakibatkan aktivasi sel mast dan basofil,teriadi degranulasi sel mast / basofil danmuncul reaksi klinis khas seperti urtikaria dananafilaksis. Apabila terjadi aktivasi sel Thlakan menyebabkan produksi sitokin sep€rtilL-2 dan IFN-y yang mengakibatkan aktivasisel T sitotoksik scrta menyebabkan reaksiseperti derrnatitis kontakr,

Rcaksi Anafilaksis pada penggunaanLidocaine Sebagai Obat Anestesi Lokal

Reaksi alergi yang terjadi padapenggunaan anestesi lokal golongan aminoester misalnya procaine dan tetracainemerupakan hal yang tidak biasa terlebih lagipada pcnggunaan ancstesi lokal dari golonganamino amide misalnya lidocaine danbupivacaine merupakan hal yang sangat

f urnal Kesehatan GigiVol. 1 Nomor 2 (Agusnrs 2013) 110

Page 6: SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGUNAKAN

jarang terjadi. Kebanyakan reaksi yangmuncul pada penggunaan anestesi lokal dalamklinik biasanya terjadi karena faktorkecemasan. serangan panik respon vasovagalatau kesalahan menyuntikkan bahan anestesilokal ke dalarn perlbuluh darah. Kejadianreaksi alergi yang sebenarnya mempunyaiinsidens kurang dari lo/n pada flenggunaananestesi lokalejl.

Penggunaan lidocaine sebagai anestesilokal tidak menimbulkan alergi. Namundemikian bahan presenalive yang terkandungdi dalamnya yaitu nethyl poroben dan propvlpuraben yang mempunyai struktur kinriamirip dengan PABA, bahan tersebutlah yangmenimbulkan reaksi alergi. Sediaan lidocainebaik dalam bentuk laruhn alaupun jellybiasanya mengandung bahan pengawet metlrylparaben 0.061% dan propvl paraben 0.027%9J | .lJ

Mekanisme terjadinya reaksianafilaksis pada pengguninn lidocain samadengan reaksi anafilaksis oleh karena pajanan

alergen yang lain dimana metlryl paraben danpropyl paraben dianggap sebagai antigen,sehingga individu yang rentan dan terpajandengan antigen tersebut akan mengalamireaksi anafilaksis. Antigen (methyl parabendan propyl paroben) yang masuk ke dalamtubuh pada penggunaan lidocaine sebagaianestesi lokal, mula-mula berikatan denganzat makromolekul dalam jaringan membentukhap I e n-c arr i e r c o m p I e x s€cara i katan koval e n.

Hapten-carrier complex dari lidocaine yangimunogenik menugsang sel B denganbantuan sel Th2 untuk nrembentuk IgE. IgEdiikat oleh sel mast dan basofil melaluireseptor Fc. Sel mast banyak ditemukan pada

.jaringan ikat di bawah pcrmukaan cpitcl.termasuk pada jaringan submukosa traktusgastrointestinal, trakfus rerspiratorius danpada lapisan dermis kulit. Apabila tubuhterpajan ulang dengan antigen yang salnamaka antigen akan diikat oleh IgE yang sudahada pada permukaan sel mast / basofil. Akibatikatan antigen-lgE, sel mast / basofilmengalami degranulasi dan melepaskanmediator anlara lain: hisramin, leukotrin danprostaglandin. Respon fisiologis terhadapmediator tersebut anlara lain: spasme ototgrlos pada traktus respiratorius dangastrointestinal, vasodilatasi, peningkatanp€rmeabilitas vaskular. Hal tersebutmenimbulkan gejala klasik anafilaksis seperti

fushing (kemerahan), urtikari4 pruritus.spit^sme otot bronkus dan kram pada abdomendengan neuseo, vomitus dan diare. Hipotensidan shock dapat terjadi sebagai akibat darikch i lan gan vo I umc i ntravasku lcr, vasod i latas i,dan disfungsi miokard. Mekanisme reaksihipersensitivitas tipe I akibat anestesi lokalmenggunakan lidocaine terlihat pada gambar2.2 berikut:

MEx.r\rgrt rtl.tst HIErsDsrmTt{s npE I

^-na^l AXSfts LO(.|I l€rm^A{ X uD{At}i

(c.nddl$trCdl'dtr6lrBJvt

Anligen"

g€n Prerenting Cell T Cell Uymphocye Plosmo Cell

_>

Unbound

tst

l uolCell

{C.r*.s HitCtl ti,adr an

Releore

Rtzlisi ,\nalllal.sis G- of <-lnfiommotory

A,lediolors

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 fAgustus 2013J 11i

Page 7: SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGUNAKAN

\1:rlfest:s. ila.: :,:-: t";g :eqadif ils :<-g::::,:"- ::dsfrf,S -.i.., Ciantaranla3:: ;' :i:r-: ;.-*atlte**cis mlliai dari urtikaria-.r--: ::-t: :€:JJ: sr_qefiik sanrpai terjadinya' rr ,- r. ir;i-ie[' j" alau dallat juga rsrksi:.:e:sns:rir ir.a-< tipe IV dengan; : r :u r i fcst.,. silry'a adalah dsrmati tis kontak ataureaksi anafilaktoid. Manilestasi klinik yangmungkin muncul adalah: hipotensi,takikardiB, bintik-bintik kcmcrahan danmembengkak (hives), angioedem4 dyspnea,bronchospasme dengan wheezing, ataurhinorrheae2t -

Pasicn yang menunjuklian adanyareaksi hipersensitivitas terhadap salah satuobat anestesi lokal baik dari golongan aminoester maupun amino amide, harusdiperkirakan bahwa pasien tersebut tlapat jugamengalami reaksi alergi yang sama terhadapobat-obat anestesi lokal yotrg scgololg,rxl.Demikian pula apabila pasien menunjukkanadanya reaksi alergi terhadap anestesi lokalgolongan amino ester. kemungkinan pasienbisa alergi juga terhadap anestesi lokalgolongan 0mino amide olch karcna bahanpreservotive yang terkandung dalamkemasannya mempunyai struktur kimia yangmirip dengan hasil metabolit golongan aminoester yaitu PABA. Apabila terjadi haldemikian maka obat anestesi lokal yang amandigunakan adalah Mepivacaine dari golonganamino amide oleh karena dalam kemasannyatidak mengandung mctlryt parabt,n sebagaibahan prerserva!ivee.

Penatalaksanaan pasien dengan shockanafi laksis akibat p€nggu naa n lidocaine

Penatalaksanaan pasien dengan .shockanafilaksis baik oleh karena terpajan lidocaincatau alergen bentuk lain harus selalu dimulaidengan tindakan umum untuk rnemulihkanperfusi jaringan dan oksigenasi sel. tJnfukperhrsi jaringan, diperlukan tekanan darahminimal 70 - 80 mmHg supaya kebutuhanrrrctabolit darr /at a*satll jarirrgan dapatdipenuhi. Adapun tindakan yang dilaliukanadalah sebagai berikut:l) Penderita langsung dibaringkan dengan

posisi Trandelenberg (posisi kaki lebihtirrggi diri kepala) dengan alas.vang keras.

lt Pemberian oksigen melalui hidung atarmulut 5 - l0 liter / menit. Apabila te{adobstruksi dipertimbangkan untul.dilakukan in tubasi cndotrachsal.

l) Pavrng rotheter intnr vena (infrce) dengarcairan elekrrolit seimbang (Ringer laktaialau NoCl 0,9%) untuk mcngisikekurangan cairan pada pembuluh darahyang melebar, ditambah dextrose 5%sebagai tambahan nutrisi

4) Medikamentosa: a) adrenalin l:1000.sebanyak 0,3 - 0,5 ml secara SC atau IivIpada lengan atas atau paha dan dapatdiulang 2-3 kali dengan selang waktu 5 _l0 menit padakedaaan yang parah vmpaitekanan darah systole mencapai 100mmHg; b) Diphenhidramine diberikanpe rlahan-lahan secara lV atau IlviPcmbcrian PO dengan dosis l-2 mglkgBBsurnpui dcngan 50mg dosis tunggal.Pemberian PO dapat dilanjurkan riap 6jam selama 48 jam. Apabila pasien tetapmerasa sesak dan hipotensi masih terjadi.maka segera rujuk; c) Aminophilindibcrikan bila tcrdapat spasme bronkusdengan dosis 4-6 rng/kg BB dilarutkandalam l0 ml garam faali diberikan secaralV (perinfus) selama Z0 menit dandilanjutkan dengan dosis 0,2 - 1,2 mglkgBB apabila masih dibutuhkan; d)Korticosteroid / hidrocortison dengandosis 100 - 200 mg untuk ntencegahrelaps.

5) Monitoring: Observasi ketat selama 24.iam sampai keadaan fungsi membaik.Pemeriksaan klinis yang dilakukanadalah: keadaan umum pasien, kesadaran,v,ital sign, produksi urinc dan keluhan lainyang menyerlait5z.

Pencegahan {crjadinya shock anafilaksispada penggunaan lidocaine

Pencegahan shock anafilaksismenrpakan langkah terpenting dalam setiappcmbcrian obat mcskipun tidak lnudah untukdilaksanakan. Ada beberapa hal yang dapatdilakukan adalah:l) Pemberian obat harus benar-benar atas

indikasiyang kuat dan tepat2) Melakukan anamnesa penyakit alergi

dcngan teliti sebelum memulai tinciakan

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Norrrur 2 fAgustus 20131 112

Page 8: SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGUNAKAN

3) Individu yang mempunyai riwayatpenyakit asma dan riwayat alergi terhadapbanyak obat mempunyai risiko lebihtinggi terhadap kemungkinan terjadinyashock anafilaksis

4) Penting untuk disadari bahwa test kulityang negatif, pada umumnya pasien dapatmentoleransi obat-obat tersebut tetapitidak berarti menjamin bahwa tidak akanmengalami reaksi anafilaksis. Orangdengan tes kulit negatif tetapi mempunyairiwayat alergi positif mempunyaikemungliinan terkena reaksi anafilaksissebesar l-3% sedangkan orang dengan

test kulit positit' kemungkinan untukmengalami reaksi anafilaksis sebesar

60%.5) Horus selalu tersedia obat penawar untuk

mcngantisipasi kemungkinan terjadinyareaksi anafilaksis atau anafilaktoid serta

adanl'a alat-alat bantu resusiursi pada

keadaan darurat medisr6.

KesimpulanLidocaine mcrupakan obat anestesi

lokal golongan amino amide yang digunakansecura luas di bidang kedokteran dankedokteran gigi. Obat ini dalam sediaannyabaik dalam bentuk larutan ataupun jellybiasanya mengandung bahan preservaliveyaitu: methyl paraben 0,061% dan propylparaben 0,027oA. Bahan preservative inimempunyai struktur kimia mirip denganPABA yang bersifat sangat antigenik.

Reaksi hipersensitivitas tipe I padapenggunaan lidocaine terjadi oleh karenaAntigen (methyl paraben dan propyl paraben)yang masuk ke dalam tubuh bersamalidocaine, akan merangsang sel B dengan

bantuan sel Th2 untuk membentuk lgE. IgEakan diikat oleh sel mast dan basofil melaluireseptor Fc. Apabila tubuh terpajan ulangdengan antigen yang sama. maka antigen akan

permukaan sel mast/basofil. Akibat ikatanantigen-lgE, sel mast/basofil mengalamidegranulasi dan melepaskan mediator antaralain: histamin, leukotrin dan prostaglandin.Respon fisiologis terhadap mediator tersebutantara lain: spasme otot polos pada traktusrespiratorius dan gastrointestina l, vasod i latas i,

pen ingkatan permeabi litas vasku lar.Penatalaksanaan pasien dengan shock

anafllaksis yang terp€nting adalah tindakansegera unfuk membantu fungsi vital, melawanpengaruh mediator dan mencegah lepasnyamediator lebih lanjut serta melakukanmonitoring.

Kebanyakan doktcr gigi maupundokter yang melakukan tindakan bedah minormempunyai waham atau ketakutan yangberlebihan akan teriadi:nya shock anafilaksisakibat anestesi lokal menggunakan lidocainepada tindakan+indakan yang membutuhkananestesi- Ketakutan te rsebut tidak perlrr

terjadi asalkan para dokter mengetahuibahwa:l) lnsidens terjadinya shock anafilaksis

akibat penggunaan anestesi lokalnrenggunakan lidocaine adalah: kurangdari lo/o

2) Untuk menghindari hal tersebut perludilakukan anamncsa yang cerrnat denganmenanyakan pada pasien riwayatpenyakit-penyakit alergi tipe I yaitu: a)asma bronchial; b) rhinitis alergika; c)urtikaria; d) dermatitis atopik; e) excema;

0 batuk kronis; g) pernahkah pasien

mempunyai riwayat alergi obat. Paradokter harus berhati-hati dengan pasien-pasien dengan riwayat alergi yangdemikian.

3) Persiapan akan kenrungkinan terjadinyareaksi alergi pada setiap pasicn

4) Siap untuk melakukan penatalaksanaan

sfioc,t anafilaksis

Daftar PustakaL PutrA 1.8., 2008. Erupsi Obat Alergik.

Departemen llmu Kesehatan Kulit danKelamin. Fakultas Kedokteran UniversitasSumatera Utara RSUP H. Adam MalihMedan

2. Radji, M., 2010. Imunolagi & Virologi.PT lSFl Penerbitan, Jakaaa

f urnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 (Agustus 2013) 113

Page 9: SHOCK ANAFILAKSIS AKIBAT ANESTESI LOKAL MENGGUNAKAN

3. Ktesno, S.B., 2003. Imunologi. Edisi ke4.Gaya Baru, Jakarta

4. Baratawidjaja, K.G., 2004. ImunologiDasar. Edisi ke-6, Gaya Baru, Jakarta

5. Subowo, 2009- Imunobiologi. Edisi ke-2.

Sagung Seto, Jakarla6. Harsono, A., Endaryanto, A., 2All. Alergi

Obat. Accesed: 12 Juli 2011. Availablefrom:http://www.pediarik.ceil/isi03.php?pase:btrn!&hkalegq ri:pd t& d i re kto ri :pd t &fiJ epdf=O&pdF&htm l:07 I I 0-vxbp223.htm

7. Biworo,A., 2009, Aneslesi Inkol.Accesed: l9 Maret 201l. Available from:h ttn://farnr ako losi. fi les.wordpress.cur r rAQ

09/09/anestesi-lokal.pd f8. Kamaluddin, M.T., Munaf,S., 2009. Obat

Anesle.si Iakol. Departetttett FanrlakologiFakultas Kedokteran Univ. Srirvijaya.Buku Kedokteran, Jakarta

g McLeod, I.K., 2008. Locul Anesthetics,Introduction and History. Accesed: 30

Juni 201 l. Available from:http ://emed ic ine.med scape.com/art ic lel8 7

3879-overview10. Sunaryo, 2004, Ane.stetik Lokal, Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Univ.lndonesia. Caya Baru, Jakana

I l. Ockvianasari, W., 201l. I'erbandinganPerubahon Tekonan Daroh padaPengfaunaon Lidocoine 5% Hiperbarikdan Bupivacaine 0,5% Hiperharik dalamAnestesi Spinal, Accesed: 30 Juni 2011.Available from:h np://d i gi I i b. uns.ac. i&up I oad/dokumen/8 2

80nA7200904541.odf12. Catterall, W., Mackie, K., 2008, Anestetik

Lokol. Edisi ke- 10. Buku Kcdoktcran,Jakarta

I 3. Sumarhe ni. 2010. Aru:stt:tik LokulLidocaine. Accesed:30 Juni 2011.Available from:http : //sum arhen i. blo gs. unhas.ac. i d/2 0 I 0/ I

2/23ianestetik -loka I-l idokain/14. Hermansyah, 2010. Methylparaben,

Bahon Pengawet. Accesed: 14 Juni 201 l.Available from:http : //www.sum eks.co. idlindex. php?opti on=comcontent&v iew:artic le&id: I 0966 :

metal - oarabcn-bahan -pen g-ewgt:y3!g,-

menghebohkan-tai wan&catid:75 :opi ni&ltem id: I 2 3

15. Tano{ D.V., 2009. Anaplrylactic Shock.Accesed: 30 Juni 2011. Available from:hfrp ://darryl tanod. blogspot.com/2009/02ianaph-v I actic-sh ock-svok-anafi laktik. htm I

16. Judarwanto, W., 2011. Anoflaksi.s.Children's Allergy Clinic, Jakarta.Acccscd: l0 Juni 2011. Availablc from:http:i/www.scribd.com/doc/5 665 9809/anafilaksis

17. Kemp, S.F., 201 l. Anophyltvs. Accesed:30 Juni 201 I . Availablc fronr:httrr://emed iciqe.medscape.com./ar1ic lel I 3

l0i5 oysrv&ry18. Oswalt M.L.; Kemp, S.F., 2007.

Anaphylari.s O_ffice Management arulPr<:vcntion- Immunol Allergy Clin NurtlrAm 27(2). Accesed: 30 .iuni 201I .

Available front:h t tp : //e n. rv i k i ped i a.orc/rv i k i/A n aphv I ax i s

19. Simons, F-8., 2009. Anaphylaxis RecentAdvanc'e.s in A.ssessment and Tre alncnl . J.

Allergy Clin. lmmunol 124(4). Accesed:30 Juni 201 l. Availablc front :

http://en.wi k iped ia.orry'wikilAnaph-vlax is.

20. Sampson, H.A., 2006. The Defnition andManagement of Anaphylaxis: SummaryReport-Second Nationol Institule ofAllergt an ldectious Diseases. J. AllergyClin. Immunol I l7(2). Accesed: 30 Juni201 l. Available from :

http://en.wikipedia.org/wiki/Anaph-vlaxi s

2 I . Kapitanyan, R., 2010. Toxicity, LocalAnesthelic.s. Accesed: 30 Juni 201 I .

Available fiom:http://emedicine.medscape.com/artic le/ I 8

4455 l-ovcrview22. Sinha" M.; Sinha, R.. 2008. Anaphylactic

Admini,stration During TrarsurethralRc.section of thc Prostate.- Case Report.Accesed: 30 Juni 2011. Available from :

http : //cmedic i ne. mcdscaoe.com/articJe/ I 8

4455 l-overview23.Panjaitan, Y.W,. 2010. Forensik: Syok

Anoflaktik. Accesed: 30 Juni 201 l.Available from:hnp://yn gwiepanja itan.bloespot.com/20 I 0

lQ I /Ud:A-na fi lakli k 2 4 - pe ndah u !_uan 1919f,atau-htrn l/

f urnal Kesehatan Gigi Vol. 1 Nomor 2 {Agustus 2013) 114