suppo beres

16
BAB I PENDAHULUAN a. Maksud Adapun maksud dalam kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mampu serta trampil dalam mengerjakan resep sediaan suppositoria. b. Tujuan Adapun tujuan praktikum ini yaitu : 1. Agar Mahasiswa mengetahui cara membuat sediaan steril berupa suppositoria dengan baik dan benar sesuai dengan cara kerja. 2. Agar Mahasiswa mampu menghitung bahan yang digunakan pada pembuatan suppositoria. 1

Upload: yhugho-bng

Post on 17-Dec-2015

70 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hh

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

a. MaksudAdapun maksud dalam kegiatan praktikum ini adalah untuk mengetahui dan mampu serta trampil dalam mengerjakan resep sediaan suppositoria.

b. TujuanAdapun tujuan praktikum ini yaitu :1. Agar Mahasiswa mengetahui cara membuat sediaan steril berupa suppositoria dengan baik dan benar sesuai dengan cara kerja.2. Agar Mahasiswa mampu menghitung bahan yang digunakan pada pembuatan suppositoria.

BAB IIDASAR TEORISuppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra (Anonim,1995). Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa meninggalkan kejanggalan begitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu (Ansel,2005).Penggolongan suppositoria berdasarkan tempat pemberiannya dibagi menjadi:1. Suppositoria rectal Suppositoria rectal untuk dewasa berbentuk berbentuk lonjong pada kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g ( anonim, 1995). Suppositoria untuk rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan. Biasanya suppositoria rektum panjangnya 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk peluru,torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan basis yang digunakan. Beratnya menurut USP sebesar 2 g untuk yang menggunakan basis oleum cacao ( Ansel,2005 ).2. Suppositoria vaginalUmumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5,0 g dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Suppositoria ini biasa dibuat sebagai pessarium. ( Anonim,1995; Ansel, 2005).3. Suppositoria uretraSuppositoria untuk saluran urine yang juga disebut bougie. Bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urine pria atau wanita. Suppositoria saluran urin pria berdiameter 3- 6 mm dengan panjang 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan yang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya 4 gram. Suppositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya dari ukuran untuk pria, panjang 70 mm dan beratnya 2 gram, bila digunakan oleum cacao sebagai basisnya ( Ansel, 2005).4. Suppositoria untuk hidung dan telingaSuppositoria untuk hidung dan untuk telinga disebut juga kerucut telinga, keduanya berbentuk sama dengan suppositoria uretra hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya 32 mm. suppositoria telinga umumnya diolah dengan basis gelatin yang mengandung gliserin.Namun, suppositoria untuk obat hidung dan telinga jarang digunakan (Ansel,2005).

Penggunaan suppositoria bertujuan :1. Untuk tujuan lokal seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi lainnya. Suppositoria untuk tujuan sistemik karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum.2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam hati (Syamsuni, 2005 )

Keuntungan penggunaan suppositoria antara lain:1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan 3. Obat dapat masuk langsung saluran darah dan ber akibat obat dapat memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per oral4. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak 5. Bentuknya seperti terpedo mengunt sadarungkan karena suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur (Anief, 2005)Kerugian penggunaan bentuk sediaan suppositoria antara lain:1. Tidak menyenangkan penggunaan2. Absorbsi obat sering tidak teratur dan sedikit diramalkan.Faktor-faktor yang mempengaruhi absorbsi obat per rektal:1. Faktor fisiologis antara lain pelepasan uobat dari basis atau bahan dasar, difusi obat melalui2. mukosa, detoksifikasi atau metanolisme, distribusi di cairan jaringan dan terjadinya ikatan protein di dalam darah atau cairan jaringan.3. Faktor fisika kimia obat dan basis antara lain : kelarutan obat, kadar obat dalam basis, ukuran partikel dan basis supositoria ( Syamsuni, 2005).Bahan dasar yang digunakan untuk membuat suppositoria harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang biasa digunakan adalah lemak cokelat (oleum cacao), polietilenglikol (PEG), lemak tengkawang (oleum shorae) atau gelatin (Syamsuni, 2005).Sifat ideal bahan dasar/ basis yang digunakan antara lain:1. Tidak mengiritasi2. Mudah dibersihkan3. Tidak meninggalkan bekas4. Stabil5. . Tidak tergantung PH6. Dapat bercampur dengan banyak obat7. Secara terapi netral8. Memiliki daya sebar yang baik/ mudah dioleskan9. Memiliki kandungan mikrobakteri yang kecil (10 2 / g ) dan tidak ada enterobakteri pseudemonas aeruginosa dan s.aureus

Pembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:1. Bahan dasar yang digunakan harus meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada di rektum.2. Obat harus larut dalam bahan dasar dan bila perlu dipanaskan. Bila sukar larut, obat harus diserbukkan terlebih dahulu sampai halus3. Setelah campurn obat dan bahan dasarnya meleleh atau mencair, campuran itu dituangkan ke dalam cetakan supositoria dan didinginkan. Cetakan ini dibuat dari besi yang dilapisi nikel dan logam lain; ada juga terbuat dari plastik (Syamsuni, 2005 )

BAB IIIURAIAN BAHAN

I. Resep

R/ Ibuprofen Supositoria 10 mgm.f. suppo no.II

1. Landasan Teori2.1 Ibuprofen (Anonim,1979)2.1.1Sinonim:Ibuprofenum

2.1.2Pemerian:Serbuk hablur, putih hingga hamper putih; berbau khas lemah

2.1.3Daftar Obat:Bebas Terbatas (ISO, 2).

2.1.4Dosis:Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun pada 300-400 mg 3-4 kali tiap hari, ditambahkan jika perlu untuk max. 2,4 gr tiap hari; pemeliharaan dosisuntuk 0,6-1,2 gr tiap hari mungkin cukup memadai (BNF 557)Rectal: 3-4 dd 500 mg (OOP 333)

2.1.5Farmakologi:Obat ini bersifat analgesic dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama seperti aspirin. Absorpsi ibuprofen cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma selama 2 jam. 90% ibuprofen terikat dalam protein plasma. Ekskresi berlangsung cepat dan lengkap. Kira-kira 90 % dari dosis yang diabsorpsi akan diekskresi melaui urin sebagai metabolit atau konjugatnya. Metabolit utama merupakan hasil hidroksilasi dan karboksilasi (Farmakologi dan Terapi, 240).

2.1.6Khasiat:Analgetika dan Anti-inflamasi

2.2 Oleum Cacao (Anonim,1979)2.2.1Sinonim:Lemak Coklat

2.2.2Pemerian:Lemak padat, putih kekuningan; bau khas aromatic; rasa khas lemak; agak rapuh.

2.2.3Kelarutan:Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.

2.2.4Titik Lebur:310 sampai 340

2.3Cera Flava (Anonim,1979)1.1Sinonim:Malam kuning

1.2Pemerian:Zat padat; coklat kekuningan; bau enak seperti madu; agak rapuh jika dingin; menjadi elastic jika hangat dan bekas patahan buram dan berbutir-butir

1.3Kelarutan:Praktis tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform , dalam eter P hangat, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri

1.4Titik Lebur:620 sampai 650

1.5Inkompatibilitas:Tidak bercampur dengan bahan pengoksidasi (excipient 819)

1. Perhitungan 1. Bobot suppo = 3 gram1. Jumlah suppo = 2 + 2 = 41. Bobot total = 3 gram x 4 = 12 gram1. Total zat aktif = 4 x 10 mg = 40 mgPengenceran (1:2)Ibuprofen = 50 mgOleum cacao = 50 mg x 100 = 80 mg 1. Total bobot aktif = 12 gram 40 mg= 12000 mg 40 mg = 11960 mg1. - cera flava = 6% x 11960 mg = 717 mg1. oleum cacao = 11960 mg 717 mg = 11240 mg1. Oleum cacao yang dilelehkan1. 90% x 11240 mg = 10110 mg1. Sisa 10% = 11240 mg 10110 mg = 1130 mg 40 mg = 1090 mg

1. Penimbangan 1. Ibuprofen = 50 mg1. Oleum cacao = 11240 mg1. Cera flava = 717 mg

1. Cara kerja1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan 1. Ditimbang bahan-bahan sesuai perhitungan 1. Dilakukan pengenceran Ibuprofen 50 mg dan oleum cacao 50 mg dan ambil dari pengencerannya 80 mg1. Dilelehkan hasil pengenceran ibuprofen 80 mg, oleum cacao 90% sebanyak 10110 mg dan cera flava sebanyak 717 mg dengan menggunakan cawan porselen dilelehkan diatas tangas air hingga lebur1. Disiapkan cetakan supositoria dan diolesi dengan paraffin liq1. Dimasukan campuran kedalam cetakan sedikit demi sedikit dan sambil dihentah-hentakan agar memadat, lalu dibiarkan selama 10 menit agar benar-benar padat1. Dimasukan cetakan kedalam lemari pendingin hingga suppo mengeras1. Dikeluarkan cetakan dari lemari pendingin lalu suppo ditimbang seberat 3 gram1. Dibungkus supositoria yang sudah ditimbang dengan alumunium foil1. Dikemas sediaan dan diberi brosur.

1. Etiket

SUPPOSITORIAIBUPROFENIbuprofen ..10 mgNetto: 3 gram SuppositoriaKomposisi:Tiap gram suppositoria mengandungIbuprofen ... 10 mgIndikasiAnalgetikum dan Anti-inflamasiNo. Reg : GTL 1012345622A1No. Batch : 1021111Exp. Date : 2 NOV 2012Diproduksi Oleh :PT. ZAKIYAH FarmaSamarinda-Indonesia

P. No. 5 !AWAS OBAT KERASTIDAK BOLEH DITELAN

1. SUPPOSITORIAIBUPROFENKOMPOSISI:Tiap suppositoria mengandung:Ibuprofen 10 mgINDIKASI:Analgetik ringan sampai berat, antiradang, dismenorea, gangguan inflamasi seperti arthritis rheumatoid.KONTRA INDIKASI:Hipersensitivitas terhadap ibuprofen dan obat NSAID lain, penderita tukak peptikum berat dan aktif, asma, rintis dan urtikaria bila menggunakan aspirin atau obat inflamasi lain, kehamilan trimester ketiga.CARA KERJA:Menghambat kerja prostaglandin, supresi nyeri dan inflamasi.DOSIS:1 suppositoria pada pagi hari dan malam hari.EFEK SAMPING:Konstipasi dan nyeri lambung, mual, muntah, diare, ruam kulit, penyempitan bronkus, penurunan sel pembeku darah.PERHATIAN:Hati hati pada penderita ginjal, hati dan kardiovaskular.NO. BATCH: 1021111NO. REG: GTL 1012345622A1EXP. DATE: 92Nov 2012Diproduksi Oleh :PT. ZAKIYAH FarmaSamarinda-IndonesiaBrosur

VIII. PembahasanDalam praktikum kali ini, praktikan membuat sediaan dalam bentuk suppositoria. Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut , melunak atau meleleh pada suhu tubuh. Sediaan ini diindikasikan sebagai obat analgesik dalam pengobatan nyeri ringan sampai berat atau diasmenor dan sebagai obat penurun demam.Dalam proses pengerjaannya terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian dilakukan penimbangan bahan yaitu ibuprofen 40 mg,cera flava 0,717 gr, dam oleum cacao 10 gr. Digerus ibuprofen hingga halus didalam mortir. Dilelehkan oleum cacao sebanyak 90% dari jumlahnya dan cera flava,diatas penangas air dengan menggunakan cawan porselin hingga melebur. Setelah diangkat,masukkan sisa oleum cacao didalam cawan aduk ad homogen,kemudian dimasukkan kedalam cetakkan yang sebelumnya diolesi dengan menggunakan parafin cair agar tidak lengket dan terjadi pengkerutan selama proses pemadatan suppositoria. Dan pada saat memasukan campuaran kedalam cetakan, cetakan harus dihentak-hentak agar suppo yang dihasilkan padat tidak adanya udara yang masuk yang akan mengakibatkan suppo berlubang. Kemudian cetakkan dibiarkan sejenak pada suhu kamar. Lalu dimasukkan kedalam lemari pendingin, dibiarakan beberapa menit hingga memadat. Setelah padat dikeluarkan dari lemari pendingin, lalu ditimbang suppositoria seberat 3 gr, lalu dibungkus menggunakan aluminium foil, sediaan dikemas dan diberi etiket. Pada pembuatan suppositoria yang digunakan adalah oleum cacao karena oleum cacao memenuhi beberapa persayaratan basis ideal yaitu;tidak bebahaya, lembut/halus tidak reaktif, meleleh pada peda temperatur badan. Oleum cacao merupakan trigliserida berbau khas dan berwarna kekuningan, oleum bila dipanaskan pada suhu tubuh yaitu 34C-35C. Pada pemanasan tinggi, lemak coklat akan mencair dan memyerupai minyak. Oleum cacao merupakan basis suppositorian yang ideal karena dapat melumer pada suhu tubuh tapi dapat bertahan sebagai bentuk padat pada suhu kamar biasa. Oleum cacao mempunyai sifat polimorfisme,oleh karena itu oleum cacao dicairkan, maka hasilnya berbentuk kristal dengan titik lebur yang lebih rendah dari titk lebur oleum cacao asalnya. Pada pemanasan oleum cacao,sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh dapat dituang. Suppositoria yang dibuat dengan cara ini merupakan suppositoria yang stabil. Untuk membentuk inti kristal yang stabil maka pembuatan suppositoria, oleum cacao yang terlebih dahulu dimasukkan adalah 90% dari jumlahnya.Selain oleum cacao bahan yang digunakan adalah cera flava, cera flava berfungsi untuk meninggikan titik lebur dari oleum cacao. Penambahan cera flava tidak boleh lebih dari 6% karena akan menghasilkan campuaran yang mempunyai titik lebur diatas diatas 37 dan tidak boeh kurang dari dari 4%, karena akan memperoleh titik lebur yang lebih renda dari titik lebur oleum cacao. Jika obatnya dalam bentuk larutan dalam air, maka perlu diperhatikan bahwa lemak coklat hanya menyerap sedikit air. Penambahan Cera Flava dapat menaikan daya serap lemak coklat terhadap air. Adapun pada saat pembuatan dalam pengisian massa suppositoria kedalam cetakkan, oleum cacao cepat membeku dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang pada massa sehingga pada pengisian cetakkan harus diisi lebih dan untuk kelibahanya dipotong sesuai dengan bobot.

BAB IVPENUTUP

a. KesimpulanDari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan hasil sebagai berikut:1. Sediaan yang diperoleh berupa sediaan padat,berbentuk torpedo dengan warna coklat kekuningan.2. Berat yang didapat dari sediaan suppositoria adalah sebanyak 3 gr3. Sediaan ini diindikasikan sebagai obat analgesik dalam pengobatan nyeri ringan sampai berat atau diasmenor dan sebagai obat penurun demam.

b. Saran Adapun saran yang diberikan praktikan agar lebih dilengkapi alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum sehingga dalam pengerjaannya sediaan praktikan dapat mengerjakan sendiri sediaan yang akan dibuat.

13