pembahasan suppo pct

22
Pada praktikum Farmasetika II ini dibuat sediaan suppositoria. Menurut farmakope edisi III, suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh. Menurut farmakope edisi IV, suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobotdan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Menurut Formularium Nasional, suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer dan larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam rektum, berbentuk sesuai dengan maksud penggunaan umumnya berbentuk torpedo. Untuk vagina disebut pessarium, untuk disaluran urine disebut bougie. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum Cacao),Polietlenglikol, atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae) atau gelatin. Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak. Supositoria supaya disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri. B. Keuntungan Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.

Upload: yhugho-bng

Post on 17-Dec-2015

258 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

jj

TRANSCRIPT

Pada praktikum Farmasetika II ini dibuat sediaan suppositoria. Menurut farmakope edisi III, suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada suhu tubuh. Menurut farmakope edisi IV, suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobotdan bentuk yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Menurut Formularium Nasional, suppositoria adalah sediaan padat, melunak, melumer dan larut pada suhu tubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke dalam rektum, berbentuk sesuai dengan maksud penggunaan umumnya berbentuk torpedo.Untuk vagina disebut pessarium, untuk disaluran urine disebut bougie. Bahan dasar yang digunakan harus dapat larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar yang sering digunakan adalah lemak coklat (Oleum Cacao),Polietlenglikol, atau lemak tengkawang (Oleum Shoreae) atau gelatin. Bobot suppositoria kalau tidak dinyatakan lain adalah 3 g untuk orang dewasa dan 2 g untuk anak. Supositoria supaya disimpan dalam wadah tertutup baik dan ditempat yang sejuk. Keuntungan bentuk torpedo adalah bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendiri.

B. Keuntungan Dapat menghindari terjadinya iritasi obat pada lambung. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darahdan berakibat obat dapat memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral. Baik, bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar Obat ditujukan untuk efek lokal Menghindari biotransformasi hati/ sirkulasi portal

C. Kerugian: Cara pakainya tidak menyenangkan Absorbsi obat sering kali tidak teratur/ sukar diramalkan Tidak dapat disimpan pada suhu ruangan Tidak semua obat dibuat suppositoria

D. Tujuan penggunaan:1. lokal: untuk memudahkan defekasi (gliserin suppositoria, bisakodil suppo), mengobati gatal, iritasi, dan inflamasi karena hemoroid (antibakteri basilla bentuk uretral), antihaemoroid, mengandung anestesi lokal, vasokontriktor adstringen, analgesik, emolien. Begitu dimasukkan basis suppositoria harus meleleh, melunak atau melarut menyebabkan zat aktif yang dibawanya ke jaringan-jaringan di daerah tertentu. Obat dimasukkan untuk ditahan dalam ruang tersebut untuk efek lokal atau juga bisa diabsorbsi untuk mendapat efek sistemik. Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakan untuk menghilangkan konstipasi (sembelit) dan rasa sakit, iritasi, rasa gatal dan radang sehubungan dengan wasir dan kondisi anarektal lainnya.

Obat yang diabsorbsi melalui rektum, tidak seperti yang diabsorbsi setelah pemberian secara oral, tidak melalui siklus portal sewaktu perjalanan pertamanya dalam sirkulasi yang lazim, dengan cara demikian obat dimungkinkan untuk tidak dihancurkan dalam hati memperoleh efek sistemik. Pembuluh hemoroid bagian bawah yang mengelilingi kolon menerima obat yang diabsorbsi lalu mulai mengedarkannya ke seluruh tubuh tanpa melalui hati.3.PersyaratanSuppositoriaSediaansupositoriamemilikipersyaratansebagaiberikut:a)Suppositoriasebaiknyameleburdalambeberapamenitpadasuhutubuhataumelarut(persyaratankerjaobat).b)Pembebasandanresponsiobatyangbaik.c)Dayatahandandayapenyimpananyangbaik(tanpaketengikan,pewarnaan,penegerasan,kemantapanbentuk,dayapatahyangbaik,danstabilitasyangmemadaidaribahanobat).d)Dayaserapterhadapcairanlipofildanhidrofi

Suppositoria yang dibuat dalam praktikum ini adalah berupa suppositoria yang dimasukkan ke dalam rektum dan memiliki bentuk seperti torpedo sedemikian rupasehingga dapat dengan mudah dimasukkan dalam lubang atau celah yang diinginkan tanpa menimbulkan kejanggalan dan penggelembungan bagitu masuk, harus dapat bertahan untuk suatu waktu tertentu. Bentuk ini melebihi kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka suppositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya. Pada praktikum kali ini akan dibuat suppositoria paracetamol dengan bentuk peluru, bentuk ini memiliki kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka supositoria akan tertarik masuk dengan sendirinya.

Zat aktif paracetamol yang dibuat dalam bentuk suppositoria memiliki beberapa keuntungan seperti langsung dapat masuk ke sistem sirkulasi sehingga efek yang ditimbulkan lebih cepat dan lebih mudah digunakan pada pasien anak-anak yang umumnya sulit menelan dan untuk pasien yang tidak sadar ataupun yang sedang muntah (Anief, 2006). Selain itu kelebihan lain suppositoria daripada pemakaian secara oral yaitu obat yang dirusak atau dibuat tidak aktif oleh pH atau aktifitas enzim dari lambung atau usus tidak perlu dibawa atau masuk ke dalam lingkungan yang merusak ini. Obat yang merangsang lambung dapat diberikan tanpa menimbulkan rangsangan. Obat yang dirusak dalam sirkulasi portal, dapat tidak melewati hati setelah absorpsi pada rektum. Cara ini lebih sesuai digunakan oleh pasien dewasa dan anak-anak yang tidak dapat atau tidak mau menelan obat. Merupakan cara yang efektif dalam perawatan pasien yang suka muntah (Ansel, 2005).

Zat aktif yang digunakan pada pembuatan suppositoria ini adalah Paracetamol. Paracetamol bersifat analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat. Absorbsi Paracetamol cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jam. Waktu paruh dalam plasma sekitar 2 jam. Efek interaksi obat ini misalnya penggeseran obat warfarin dan oral hipoglikemik hampir tidak ada. Tetapi pada pemberian bersama dengan warfarin, tetap harus waspada karena adanya gangguan fungsi trombosit yang memperpanjang masa perdarahan. Derivat asam propionat dapat mengurangi efek diuresis dan nartiuresis furosemid dan tiazid, juga mengurangi efek antihipertensi obat beta bloker, prazosin dan kaptopril. Indikasi parasetamol ummnya digunakan sebagai analgetik dan antipiretik, tetapi tidak antiradang. Umumnya dianggap sebagai antinyeri yang paling aman untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sebagai analgesik, parasetamol bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa sakit. Sebagai antipiretik, parasetamol diduga bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus. Dosis yang dipakai dalam dalam suppositoria parasetamol ini ialah 250 mg dan diperuntukkan sebagai dosis dewasa sehingga berat suppositoria yang dibuat sebesar 3 gram. Dosis parasetamol pada umumnya sebesar 500 mg untuk dewasa namun pada sediaan suppositoria efek yang dikeluarkan atau dihasilkan lebih cepat daripada sediaan oral karena langsung terserap oleh pembuluh darah di sekitar rektum sehingga pemakaian dosis 250 mg sudah cukup mengeluarkan efek. Sedangkan untuk anak-anak biasanya digunakan dosis 125 mg untuk setiap kandungan suppositoria dengan berat 2 gram. Efek samping terhadap saluran cerna lebih ringan dibandingkan dengan aspirin, indometasin atau naproksen. Efek samping lainnya yang jarang ialah eritema kulit, sakit kepala, trombositopenia, ambliopia toksik yang reversibel. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. (Farmakologi dan Terapi, 218)Formulasi ini direncanakan akan menghasilkan 10 supositoria, namun untuk menghindari adanya volume sediaan yang berkurang akibat peracikan, formulasi yang dipersiapkan adalah formulasi untuk masing-masing suppositoria telah dilebihkan 10 % dari bobot yang sebenarnya, dan untuk kandungan zat aktif dilebihkan 5 % untuk masing-masing suppositoria. Basis supositoria yang ideal adalah basis yang memiliki sifat yaitu padat pada suhu ruangan tetapi akan melunak, melebur, atau melarut dengan mudah pada suhu tubuh, inert, tidak toksik atau mengiritasi, dapat bercampur dengan bahan obat, pada pembuatannya dengan metode pelelehan ataupun cetak tekan dapat menghasilkan bentuk yang baik dan tidak menempel pada dinding cetakan, stabil dalam penyimpanan, serta untuk efek lokal harus dapat membebaskan obatnya dengan cepat dan sebanyak mungkin untuk keperluan absorpsi obat, dan untuk supositoria efek sistemik, basis harus dapat membebaskan obatnya secara lambat agar dapat memberikan efek dalam jangka waktu yang panjang.

Selain zat aktif Parasetamol digunakan pula beberapa zat tambahan yaitu oleum cacao, cera flava dan paraffin liquidum. Oleum cacao berfungsi sebagai basis suppositoria dan merupakan basis berlemak. Pada praktikum kali ini dipilih oleum cacao sebagai basis karena beberapa alasan berikut, oleum cacao dalam tubuh akan meleleh dan melepaskan zat aktif sehingga terdispersi pada cairan rektum. Sebagian besar sifat oleum cacao memenuhi syarat basis ideal, karena minyak ini tidak berbahaya, lunak, dan tidak reaktif, serta meleleh pada temperatur tubuh (30o-36oC) tapi tetap dapat bertahan sebagai bentuk padat pada suhu kamar biasa, mempunyai karakter pelelehan yang baik dan dapat membebaskan dengan mudah zat aktif di dalam rectum, tidak mengiritasi dan dapat dipakai untuk pengobatan iritasi lokal misalnya antihemoroid, dan dapat melepaskan obat secara cepat dengan cara meleleh. Selain itu oleum cacao juga memiliki beberapa kekurangan sebagai basis sopositoria yaitu tidak dapat bercampur dengan cairan tubuh sehingga pelepasan obat yang bersifat lipofilik menjadi terhambat. Selain itu karena kandungan trigliseridanya oleum cacao menunjukkan sifat polimorfisme atau keberadaan zat tersebut dalam berbagai bentuk kristal. Oleh karena itu, apabila oleum cacao tergesa gesa atau tidak hati hati dicairkan pada suhu yang melebihi suhu minimumnya, lalu segera didinginkan maka hasilnya berbentuk kristal metastabil (suatu bentuk kristal) dengan titik lebur yang lebih rendah dari titik lebur oleum cacao asalnya. Adanya tirgliserida juga menyebabkan oleum cacao memiliki kemampuan menyerap air yang rendah. Untuk memperbaiki penyerapan iar maka ditambahkan dengan sejumlah tertentu cerataceum. Yang perlu diperhatikan dalam penambahan cetaceum adalah tidak boleh lebih dari 6% karena akan menaikkan titik lebur lemak coklat diatas 37oC dan jangan kurang dari 4% karena akan memperoleh titik lebur lebih rendah dari titik lebur oleum cacao (33oC). Pemanasan lemak coklat tidak boleh terlalu tinggi karena akan mencair sempurna dan kehilangan semua inti kristal yang stabil yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan di bawah 15oC kristal akan membentuk kristal metastabil. Maka pemanasan lemak coklat sebaiknya dilakukan sampai cukup meleleh yang dapat dituang dan tetap mengandung inti kristal dari bentuk stabil.

Titik leleh lemak coklat adalah sekitar 33oC sedangkan suhu tubuh adalah 37oC. Agar suppositoria dengan basis lemak coklat dapat meleleh pada suhu tubuh maka ditambahkan cera atau cetaceum untuk meninggikan titik lebur lemak coklat. Penambahan cera tidak boleh lebih dari 6% karena akan memperoleh campuran dengan titik leleh lebih dari 37oC dan tidak boleh kurang dari 4% karena akan memeperoleh campuran dengan titik lebur kurang dari titik lebur lemak coklat (33oC). Selain itu cera juga dapat meningkatkan daya adsorben lemak coklat terhadap air. Sedangkan paraffin liquid berfungsi sebagai lubricant atau pelumas agar suppositoria mudah dilepaskan dari cetakan, hal ini dikarenakan pengkerutan selama pemadatan kecil.

E. Pembuatan suppositoriaPembuatan suppositoria secara umum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:Bahan dasar yang digunakan supaya meleleh pada suhu tubuh atau larut dalam cairan yang ada dalam rectum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar apabila perlu dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk halus. Setelah campuran obat dan bahan dasar meleleh dan mencair, dituangkan dalam cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi dan dilapisi nikel atau dari logam lain, ada juga yang dibuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudional untuk mengeluarkan supositoria. Untuk mencetak basila dapat digunakan tube gelas atau gulungan kertas.Isi berat suppositoria dapat ditentukan dengan percobaan seperti berikut:1. menimbang obat untuk sebuah suppositoria2. mencampur obat tersebut dengan sedikit bahan dasar yang telah dilelehkan.3. memasukkan campuran tersebut dalam cetakan.4. menambah bahan dasar yang telah dilelehkan sampai jenuh.5. mendinginkan cetakan yang bersi campuran tersebut, setelah dingin suppositoria dikeluarkan dari cetakan dan ditimbang.6. berat suppositoria dikurangi berat obatnya marupakan berat bahan dasr yang harus ditambahkan.7. berat jenis obat dapat dihitung dan dibuat seragam.Untuk menghindari masa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk menghindari masa yang melekat pada cetakan maka cetaan sebelumnya dibasahi dengan parafin, minyak lemak, spritus saponatus (soft soap liniment). Yang terakhir jangan digunakan untuk suppositoria yang mengandung garam logam, karena akan beraksi dengan sabunnya dan sebagai pengganti dapat digunakan larutanoleum ricini dalam etanol.Untuk suppositoria dengan bahan dasar PEG dan tween tidak perlu bahan pelicin karena pada pendinginan mudah lepas dari cetakan karena mengkerut.1. Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklatLemak coklat merupalkan trigliserida, berwarna kekuningan, bau yang khas. Jika dipanasi sekitar 30 mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 34- 35 C, tetapi pada suhu dibawah 30 merupakan masa semi padat, mengandung banyak kristal dari trigliserida padat dan merupakan bagian nyata dari cairan. Dan yang cair diikat dengan tenaga tegangan muka. Sering dilupakan dalam melelehkan lemak coklat terdapat kondisi pemanasan, karena akan memperoleh hasil yang kurang menyenangkan dengan adanya modifikasi sifat fisika yang karakteristik dari asam coklat. Jika pemanasannya tinggi, lemak coklat akan mencair sempurna seperti minyak dan kehilangan semua inti krital yang stabil yang berguna untuk memadat. Bila didinginkan dibawah 15 C akan mengkristal dalam bentuk kristal metastabilUntuk meninggikan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan cera atau cetaceum. Penambahan cera flava dapar menaikkan daya serap lemak coklat terhadap air.Pada pengisiaan masa supositoria ke dalam cetakan, kemak coklat cepat membeku dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang di atas masa, maka pada pengisian cetakan harus diisi lebih, baru setelah dingin kelebihannya dipotong.

2. Suppositoria dengan bahan dasar PEGPEG adalah polyaethylenglikolum merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 sampai 6000PEG dibawah 1000 adalah cair sedangkan diatas 1000 adalah padat lunak seperti malam. Kentungan dari bahan dasar mudah larut dalam cairan alam rektum, dan tidak ada modifikasi titik lebur yang berarti tidak mudah meleleh pada penyimpanan suhu kamar.Pembuatan supositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar lalu dituangkan dalam cetakan seperti pada pembuatan supositoria dengan bahan dasar lemak coklat.Percobaan hassler dan sperandio dengan bermacam macam garam barbital yang larut dalam air menunjukkan dengan bahan dasar lemak coklat, aksi kerja awal lebih cepat, sedangkan dengan bahan dasar PEG menunjukan aksi lama kerja lebih lama. Ini disebabkan bahwa coklat adalah cepat meleleh dan obat akan terlepas dan dapat diabsorbsi sedangkan dengan PEG basis harus larut baru obatnya dapat diabsorpsi.

Pembuatan suppoitoria ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama yaitu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian dilakukan penimbangan bahan Paracetamol sebanyak 1 g, cera flava 550 mg, dan oleum cacao 10 g. Oleum cacao 90 % dan cera flava dilebur di atas tangas air sampai meleleh. Sementara itu Paracetamol digerus dengan 10 % oleum cacao, sampai halus di dalam mortir, lalu disisihkan. Parasetamol digerus terlebih dahulu hingga benar-benar halus agar tiak ada lagi bongkahan-bongkahan kecil serbuk yang dapat menghambat homogenitas parasetamol dengan basis. Untuk obat dalam suppositoria yang tidak larut maka ukuran partikelnya akan mempengaruhi jumlah obat yang dilepas dan melarut untuk absorbsi. Sebagaimana sering terlihat bahwa semakin kecil ukuran partikel semakin mudah melarut dan lebih besar kemungkinannya untuk dapat lebih cepat diabsorbsi. Setelah parasetamol benar-benar halus ditambahkan degan sisa lemak coklat sebanyak 10% tadi agar memudahkan dalam pencampuran dengan yang telah dilebur. Lemak coklat yang dilebur adalah sebanyak 90% dari jumlah keselururuhan bersama dengan cera vlava. Peleburann hanya dilakukan sebentar saja, agar tidak terjadi penguapan yang terlalu banyak. Setelah campuran oleum cacao dan cera flava meleleh dimasukkan gerusan Paracetamol dan 10% oleum cacao yang tidak ikut dilelehkan ke dalam cawan porselen tersebut. Campuran ini diaduk hingga tercampur dan meleleh merata, diaduk dengan cepat agar tidak segera membeku sebelum dimasukkan ke dalam pencetak.

Peleburan diatas penangas air dihentikan ketika oleum cacao yg tersisa tinggal sepertiga, oleum cacao kemudian dibiarkan meleleh tanpa pemanasan. Pada saat peleburan oleum cacao, suhu dijaga agar tidak lebih dari 36o C karena, pemanasan oleum cacao pada suhu di atas 34-36C selama preparasi akan menghasilkan sediaan supositoria yang kurang stabil (Rowe, et.al., 2009). Pemanasan yang berlebihan di atas temperatur kritis dapat menyebabkan pembentukan kristal yang tidak stabil dengan titik leleh yang lebih rendah, kira-kira 12o di bawah keadaan aslinya (Lachman, 2008). Dengan demikian, akan mengakibatkan oleum cacao tidak dapat membeku pada suhu kamar.

Cetakan suppositoria yang akan digunakan, dibersihkan dan diberi pelumas yaitu parafin dengan tujuan agar suppositoria yang terbentuk mudah dilepaskan dari cetakan. Penggunaan parafin tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan parafin akan berkumpul pada ujung cetakan dan membuat bentuk suppositoria tidak sama dengan cetakan (ujung suppositoria akan tumpul). Setelah parasetamol tercampur sempurna dalam basisnya, campuran tersebut dituangkan ke dalam cetakan. Proses penuangan diusahakan tidak terputus, agar tidak terbentuk lubang-lubang akibat adanya udara pada cetakan. Campuran juga harus dituangkan sedikit berlebih dari cetakan karena pada saat didinginkan oleum cacao akan mengalami penyusutan volume (Anief, 2006).Penuangan campuran yang sudah leleh ini harus segera dilakukan karena lelehan ini akan cepat membeku jika dibiarkan dalam cawan. Cetakan tersebut harus diketuk-ketukkan agar tidak ada lubang yang terbentuk di tengah sediaan karena pengkerutan ketika terjadi pemadatan. Jika terdapat lubang di tengah sediaan pada saat pemadatan, maka segera ditambahkan campuran lagi agar sediaan menjadi padat. Sebaiknya pencetak dipanaskan terlebih dahulu. Lemak coklat cepat membeku dan pada pendinginan terjadi susut volume sehingga terjadi lubang di atas masa. Oleh karena itu, pada saat pengisisan masa suppositoria ke dalam cetakan harus dilebihkan terlebih dahulu baru setelah dingin kemudian kelebihannya dipotong. Untuk menghindari massa yang hilang maka selalu dibuat berlebih dan untuk menghindari massa yang melekat pada cetakan maka cetakan sebelumnya dibasahi dengan parafin.

Cetakan yang sudah diisi lalu didiamkan sebentar pada suhu kamar lalu disimpan pada lemari es pada suhu 150C bila disimpan di bawah suhu 150C maka akan terbentuk kristal yang meleleh pada 240C yang mendekati suhu kamar yaitu 250C selain itu pendinginan yang tiba-tiba akan membuat suppositoria mudah rapuh (Anief, 2006). Suppositoria yang telah memadat kemudian dikeluarkan dari cetakan untuk selanjutnya dibungkus dengan aluminium foil. Pembungkusan dengan aluminium foil diusahakan sesuai dengan bentuk suppositoria karena bila selama penyimpanan suppositoria sedikit meleleh maka bentuknya akan menyesuaikan dengan bentuk wadahnya. Suppositoria disimpan dalam tempat dingin, kering dan terlindung dari cahaya (Lachman, 1994). Dari penimbangan untuk pembuatan 10 suppositoria jumlah sediaan yang diperoleh pada akhir praktikum adalah 7 suppositoria.

Setelah sediaan dingin, dimasukkan ke dalam lemari pendingin untuk beberapa waktu. Setelah suppositoria memadat, dikeluarkan dari cetakan lalu ditimbang seberat 3 gram kemudian dibungkus dengan aluminium foil. Sediaan dikemas dan diberi etiket serta pada brosur sebaiknya diberi petunjuk penggunaan suppositoria yang disetai gambar.

EVALUASIUji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang tiap-tiap supositoria, dan selanjutnya dihitung standar deviasi (SD) serta koefisien variasi (CV). Simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) digunakan untuk mengukur keseksamaan. Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen. Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Keterulangan adalah keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek. Keterulangan dinilai melalui pelaksanaan penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang terpisah dari batch yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal. Ketertiruan adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda. Kriteria seksama diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium (Harmita, 2004). Pada praktikum kali ini, telah dipenuhi syarat keseragaman bobot yang baik karena koefesien variansi (CV) yang diperoleh kurang dari 5%.Bobot masing-masing supositoria yang diperoleh setelah penimbangan secara berturut-turut yaitu 2,662 ; 2,638; 2,567; 2,516; 2,537; 2,581; 2,549. Bobot masing-masing supositoria yang direncanakan pada praktikum adalah 2 gram. Namun saat penimbangan dilakukan, diperoleh massa yang berbeda. Diperolehnya sopositoria dengan bobot lebih dari 2 gram karena supositoria yang belum dipotong dengan cutter. Dari hasil perhitungan data diperoleh nilai standar deviasi yaitu 2,579 0,0535 gram. Uji evalusi supositoria yang dilakukan selanjutnya adalah uji waktu leleh supositoria. Uji ini dilakukan dengan mengukur waktu yang diperlukan suppositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam penangas air dengan temperatur tetap 370C. Waktu pelelehan supositoria dicatat pada saat waktu supositoria mulai menyentuh air samapai supositoria habis. Dari hasil pengujian dua buah supositoria diperoleh waktu pelelehan supositoria adalah 3 menit 30 detik dan 4 menit 5 detik. Berdasarkan literatur uji waktu leleh supositoria yang baik adalah tidak lebih dari 30 menit untuk supositoria dengan dasar lemak dan tidak lebih dari 60 menit untuk supositoria dengan dasar yang larut dalam air (Depkes RI, 1995).

EvaluasiSediaan1.UjiHomogenitasUjihomogenitasinibertujuanuntukmengetahuiapakahbahanaktifdapattercampurratadenganbahandasarsuppoatautidak,jikatidakdapattercampurmakaakanmempengaruhiprosesabsorbsidalamtubuh.Obatyangterlepasakanmemberikanterapiyangberbeda.Homogenisitasnya relatif baik karena pencampuran serta pengadukan yang baik sehingga zat aktifnya relatif menyebar dengan baik.sedangkan secara organoleptis supositoria tidak berlubang dan mengalami pembengkakan ini disebabkan pembuatan yg baik dan penyimpanan yang sesuai. Caramengujihomogenitasyaitudengancaramengambil3titikbagiansuppo(atas-tengah-bawahataukanan-tengah-kiri)masing-masingbagiandiletakkanpadakacaobjekkemudiandiamatidibawahmikroskop,caraselanjutnyadenganmengujikadarnyadapatdilakukandengancaratitrasi.2.BentukBentuksuppositoriajugaperludiperhatikankarenajikadaribentuknyatidaksepertisediaansuppositoriapadaumunya,makaseseorangyangtidaktahuakanmengirabahwasediaantersebutbukanlahobat.Untukitu,bentukjugasangatmendukungkarenaakanmemberikankeyakinanpadapasienbahwasediaatersebutadalahsuppositoria.Selainitu,suppositoriamerupakansediaanpadatyangmempunyaibentuktorpedo.3.UjiWaktuHancurUjiwaktuhancurinidilakukanuntukmengetahuiberapalamasediaantersebutdapathancurdalamtubuh.Caraujiwaktuhancurdengandimasukkandalamairyangdisetsamadengansuhutubuhmanusia,kemudianpadasediaanyangberbahandasarPEG1000waktuhancurnya15menit,sedangkanuntukoleumcacaodingin3menit.Jikamelebihisyaratdiatasmakasediaantersebutbelummemenuhisyaratuntukdigunakandalamtubuh.Menggunakanmediaairdikarenakansebagianbesartubuhmanusiamengandungcairan.4.KeseragamanBobotKeseragamanbobotdilakukanuntukmengetahuiapakahbobottiapsediaansudahsamaataubelum,jikabelummakaperludicatat.Keseragamanbobotakanmempengaruhiterhadapkemurniansuatusediaankarenadikhawatirkanzatlainyangikuttercampur.Caranyadenganditimbangsaksama10suppositoria,satupersatukemudiandihitungberatrata-ratanya.Darihasilpenetapankadar,yangdiperolehdalammasing-masingmonografi,hitungjumlahzataktifdarimasing-masing10suppositoriadengananggapanzataktifterdistribusihomogen.Jikaterdapatsediaanyangberatnyamelebihirata-ratamakasuppositoriatersebuttidakmemenuhisyaratdalamkeseragamanbobot.Karenakeseragamanbobotdilakukanuntukmengetahuikandunganyangterdapatdalammasing-masingsuppositoriatersebutsamadandapatmemberikanefekterapiyangsamapula.5.UjititikleburUjiinidilakukansebagaisimulasiuntukmengetahuiwaktuyangdibutuhkansediaansupositoriayangdibuatmeleburdalamtubuh.Dilakukandengancaramenyiapkanairdengansuhu37C.Kemudiandimasukkansupositoriakedalamairdandiamatiwaktuleburnya.Untukbasisoleumcacaodinginpersyaratanleburnyaadalah3menit,sedangkanuntukPEG1000adalah15menit.6.KerapuhanSupositoriasebaiknyajanganterlalulembekmaupunterlalukerasyangmenjadikannyasukarmeleleh.Untukujikerapuhandapatdigunakanujielastisitas.Supositoriadipotonghorizontal.Kemudianditandaikeduatitikpengukuranmelaluibagianyangmelebar,denganjaraktidakkurangdari50%darilebarbahanyangdatar,kemudiandiberibebanseberat20N(lebihkurang2kg)dengancaramenggerakkanjariataubatangyangdimasukkankedalamtabung.

4.3. Permasalahan1. Daya serap oleum cacao rendah 2. Sifat karakteristik dari oleum cacao dimana jika pemanasannya tinggi akan mencair sempurna seperti minyak dan kehilangan semua inti kristal yang stabil yang berguna untuk memadat, bila didinginkan di bawah 15o akan mengkristal dalam bentuk kristal metastabil (Anief, 2006).3. Pada pengisian masa supositoria ke dalam cetakan, oleum cacao cepat membeku dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang di atas masa (Anief, 2006).4. Suppositoria melekat pada cetakan.5. Oleum cacao mudah mencair dan menjadi tengik saat penyimpanan (Lachman, 2008).6. Oleum cacao mudah meleleh dimana titik leburnya 30oC 35oC

4.4. Pencegahan Masalah1. Untuk meningkatkan daya serap oleum cacao ditambahkan cetaceum dengan rentang konsentrasi 4 - 6%2. Pemanasan oleum cacao tidak boleh melebihi suhu minimumnya. Harus dilebur perlahan-lahan di atas penangas air berisi air hangat untuk menghindari terjadinya bentuk kristal yang tidak stabil dan untuk menjamin retensi dalam cairan dari bentuk kristal yang lebih stabil sehingga akan membentuk inti dimana pengentalan mungkin terjadi sewaktu pengentalan cairan tersebut (Ansel, 1989). Untuk meningkatkan titik lebur lemak coklat dapat digunakan tambahan cetaceum tidak lebih dari 6% dan tidak kurang dari 4% (Anief, 2006).3. Pada pengisian cetakan harus diisi lebih, baru setelah dingin kelebihannya dipotong (Anief, 2006).4. Cetakan dilapisi dengan gliseryn.5. Oleum cacao harus disimpan dalam tempat dingin, kering dan terlindung dari cahaya (Lachman, 2008).6. Untuk meningkatkan kekentalan, maka dilakukan penambahan sebanyak 5 % bagian lilin atau cetaceum dari basis yang digunakan (Uffelie, 1954).

9.1 Kesimpulan1.Formulasi sediaan suppositoria parasetamol yang digunakan kali ini dengan formula yang terdiri dari 125 mg parasetamol, 98,5% oleum cacao, dan 5% cetaceum.2. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada pembuatan suppositoria ini adalah melelehkan cetaceum terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan melelehkan oleum cacao sebagai basis, dan terakhir ditambahkan parasetamol sebagai zat aktif.3. Jumlah suppositoria yang dihasilkan pada praktikum ini adalah sebanyak 7 buah suppositoria, dengan bobot rata-rata adalah sebesar 2,579 0,0535 gram.

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2006. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University Press: JakartaAnsel, H.C. 2005. Pengantar Buku sediaan Farmasi edisi IV. Universitas Indonesia: JakartaAnonim. 1995. Farmakope Indonesia III. Depkes RI: JakartaAnonim. 1995. Farmakope Indonesia IV. Depkes RI: JakartaKibbe, H. A. 2000. Handbook of Pharmaceutical Excipiet. Amerika Pharmaceutical Press: amerikaLachman, L. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Jilid 2. Universitas Indonesia Press: JakartaSyamsuni. 2005. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran: JakrtaTjay, T. H. 2002. Obat-obat Penting. Alex Media Computindo: Jakarta