suplementasi kapsul serbuk daun torbangun · yang mengkonsumsi kapsul serbuk daun torbangun...
TRANSCRIPT
SUPLEMENTASI KAPSUL SERBUK DAUNTORBANGUN (Coleus amboinicus Lour) UNTUK
MENANGGULANGI KELUHAN SINDROMPRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI
MAZARINA DEVI
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2 0 0 9
PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DANSUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi “Suplementasi Kapsul SerbukDaun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) untuk Menanggulangi KeluhanSindrom Pramenstruasi pada Remaja Putri” adalah karya saya dengan arahan darikomisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruantinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yangditerbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dandicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Bogor, Agustus 2009
Mazarina DeviNRP A561040011
ABSTRACT
MAZARINA DEVI. The Supplementation of Torbangun Leaves (Coleus amboinicusLour) Capsule to Overcome Pre-Menstruation Syndrome Among Teenagers. Underdirection of HIDAYAT SYARIEF, M. RIZAL M. DAMANIK, AHMADSULAEMAN and BUDI SETIAWAN.
Torbangun (Coleus amboinicus Lour) is one of Labiatae family whichcontains a lot of micro nutrients and active elements. The plants containing iridoid andflavonoid as well as phytochemistry which correlated with hormone reproduction andhave been used as traditional medicine for premenstrual syndrome (PMS). Thepharmacologycal effects of torbangun leaves is for anti inflammation and maintainthe blood stream. Furthermore, the family of torbangun plants contains activeingredients that have direct effect on production of progesterone hormone. The studywas aimed to assess the efficacy of Coleus amboinicus Lour leaves capsule toovercome of Premenstrual syndrome (PMS) among teenagers. An experimentalclinical trial was conducted in Bogor on 35 teenagers with PMS. Three treatmentswere given included:1) Coleus amboinicus Lour leaves capsule; 2) commercial herb;and 3) placebo. 35 research participant had been the intervention period to 1 month.The supplementation period started at follicle phase until luteal phase, for duration of14 days. Retrieval of blood was done to analyze serum progesterone concentration inblood. Blood samples were collected on three occasions. The first, 3 day after theonset of menses, the second, 2 day before the expected onset of menses. And the third,3 day after the onset of menses. The results showed average menarche occurredaround age 13 years, with menstruation lasting for 5 days. During each successivetreatment cycle, participants experienced a lower pain intensity score. Results of thestudy showed that the group receiving Coleus amboinicus Lour capsule hadsignificantly (p < 0.05) reduced pain intensity compared with commercial herb andplacebo group. The group received Coleus amboinicus Lour capsule also showedhighest serum progesterone rate compared to commercial preparation and placebo. Inconclusion the torbangun leaves capsule can be used as treatment to relief symptomsof the premenstrual syndrome.
Key words: torbangun, coleus amboinicus Lour, premenstrual syndrome, teenagers
RINGKASAN
MAZARINA DEVI. Suplementasi Kapsul Serbuk Daun Torbangun (Coleusamboinicus Lour) untuk Menanggulangi Keluhan Sindrom Pramenstruasi padaRemaja Putri. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF, M. RIZAL M. DAMANIK,AHMAD SULAEMAN dan BUDI SETIAWAN.
Sindrom pramenstruasi adalah gejala fisik dan psikis yang terjadi 7 sampai 10hari sebelum menstruasi dan akan hilang saat menstruasi. Keluhan yang terjadi sangatbervariasi dan dapat menjadi lebih ringan atau lebih berat. Penyebab terjadinyasindrom pramenstruasi belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa studi menyatakanbahwa perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi. Merupakan salah satupenyebab sindrom pramenstruasi. Tanaman Torbangun merupakan tanaman yangmengandung mineral kalsium, magnesium, zat besi dan flavonoid. Efek farmakologidari daun torbangun adalah sebagai anti inflamasi, memperlancar peredaraan darahdan sebagai pembersih darah. Kandungan zat aktif tanaman torbangun berhubungandengan hormon reproduksi. Selain itu keluarga dari tanaman torbangun mengandungzat aktif yang secara langsung memiliki efek terhadap jaringan produksi hormonprogesterone.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruhsuplementasi serbuk daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap penurunankeluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Penelitian ini membandingkansuplemen serbuk daun torbangun dengan herbal komersil yang sudah di jual di pasarandan plasebo.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap.Penelitian dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah survey jenis sindrompramenstruasi yang dialami remaja putri, tahap kedua pembuatan suplemen dariserbuk daun torbangun dan tahap ketiga adalah pemberian suplemen kapsul serbukdaun torbangun. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai dengan Mei2008 di desa Cinangneng-Cibanteng Kabupaten Bogor.
Analisis kalsium serum, magnesium serum dan Hb darah dilakukan diLaboratorium Biokomia Gizi Masyarakat Pusat Penelitian dan Pengembangan GiziBogor Departemen Kesehatan RI. Analisis hormon progesteron dilakukan dilaboratorium Makmal Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Analisis bubuk dauntorbangun dilaksanakan di Laboratorium Jasa Analisis Pangan Departemen Ilmu danTeknologi Pangan Departemen Ilmu, Fakultas Teknologi Pertanian Bogor.
Karakteristik subjek penelitian meliputi umur, pendidikan dan indeks massatubuh (IMT). Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata(p>0,05) pendidikan dan IMT serta umur pada ketiga kelompok perlakuan. Subjekpenelitian rata-rata mendapat menstruasi pertama kali (menarke) pada usia antara 12tahun hingga 15 tahun dengan rata-rata 13 tahun dan diantara ketiga kelompokperlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05). Kisaran menstruasi subjek penelitian antara3-5 hari sebanyak 54,3 % sedangkan antara 6-7 hari sebanyak 45,7%. Berdasarkanuji Anova, kisaran menstruasi tidak berbeda nyata (p>0,05).
Rata-rata subjek penelitian mengalami 3 jenis keluhan yaitu sebanyak 45,71%dengan jenis keluhan yang bervariasi antara payudara terasa nyeri, sakit kepala, nyeriperut bagian bawah serta emosi. Nilai rata-rata jumlah jenis keluhan antar kelompokperlakuan sebelum pemberian suplemen tidak berbeda nyata (p>0,05). Akan tetapi
nilai rata-rata jumlah jenis keluhan antar kelompok perlakuan sesudah pemberiansuplemen menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0,05).
Pada kelompok daun torbangun, menunjukkan adanya perbedaan yang nyata(p<0,05) terhadap nilai rata-rata jenis keluhan antara sebelum dan sesudah pemberiansuplemen. Begitu juga terhadap kelompok herbal komersil, ada perbedaan yang nyata(p<0,05) nilai rata-rata jumlah jenis keluhan antara sebelum dan sesudah pemberiansuplemen, sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan yang nyata(p>0,05) nilai rata-rata jumlah jenis keluhan antara sebelum dan sesudah pemberiansuplemen.
Kandungan normal kalsium dalam serum darah adalah 9 – 11 mg/dl. Rata ratakadar kalsium serum dalam darah sebelum pemberian suplemen berada pada kisarannormal yaitu sebesar 9,83 mg/dl kelompok kapsul serbuk daun torbangun, 9,55 mg/dlkelompok herbal komersil dan 9,83 mg/dl kelompok kontrol. Kandungan kalsiumserum dalam darah pada kelompok herbal komersil, sesudah pemberian suplementerjadi penurunan dan berada di bawah kisaran normal yaitu 8,51 mg/dl. Tidak adaperbedaan yang nyata kadar kalsium serum dalam darah antar kelompok baik sebelumpemberian suplemen maupun sesudah pemberian suplemen.
Rata rata kadar magnesium serum dalam darah pada ketiga kelompokperlakuan berada pada level normal baik sebelum pemberian suplemen, sesudahpemberian suplemen dan sesudah menstruasi. Tidak ada perbedaan yang nyata kadarmagnesium serum dalam darah antar tiga kelompok perlakuan baik sebelumpemberian suplemen sesudah pemberian suplemen.
Kadar Hb darah sebelum pemberian suplemen pada kelompok kapsul serbukdaun torbangun sebesar 11,84 mg/dl, sesudah pemberian suplemen terjadipeningkatan menjadi 12,26 mg/dl dan sesudah menstruasi sebesar 12,14 mg/dl. Padakelompok herbal komesil terlihat kadar Hb darah sebelum pemberian suplemensebesar 12,01 mg/dl dan sesudah pemberian suplemen kadar Hb darah sebesar 12,04mg/dl serta sesudah menstruasi sebesar 11,70 mg/dl. Untuk kelompok kontrol, kadarHb darah sebelum pemberian suplemen sebesar 12,10 mg/dl, sesudah pemberiansuplemen sebesar 11,46 mg/dl dan sesudah menstruasi sebesar 11,60 mg/dl. Tidak adaperbedaan yang nyata kadar Hb darah antar kelompok baik sebelum pemberiansuplemen sesudah pemberian suplemen.
Analisis progesteron serum menunjukkan bahwa kelompok subjek penelitianyang mengkonsumsi kapsul serbuk daun torbangun memiliki konsentrasi progesterondalam darah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan yangmengkonsumsi herbal komersil dan kelompok kontrol pada fase luteal. Ada hubunganyang nyata antara penurunan keluhan dengan hormon progesteron serum darah.Penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada subjek penelitian yang mengkonsumsikapsul torbangun lebih besar dibandingkan dengan objek yang mengkonsumsi herbalkomersil dan plasebo sebagai kontrol. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangunsebanyak 750 miligram menurunkan keluhan payudara terasa nyeri, sakit kepala, nyeriperut bagian bawah dan emosi lebih besar pada remaja putri yang menderita sindrompramenstruasi dibandingkan herbal komersil dan plasebo.
Kata kunci : sindrom pramenstruasi, torbangun, remaja putri.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009
Hak cipta dilindungi undang-undang.1. Dilarang mengutip sebagian atas atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan nama atau menyebut sumbera. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atautinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB2. Dilarang menggunakan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
SUPLEMENTASI KAPSUL SERBUK DAUNTORBANGUN (Coleus amboinicus Lour) UNTUK
MENANGGULANGI KELUHAN SINDROMPRAMENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI
MAZARINA DEVI
DisertasiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor padaProgram Studi Ilmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2 0 0 9
Penguji Ujian Tertutup : Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS.
Dr. Ir. Sri Anna Marliyati, MS.
Penguji Ujian Terbuka : Djoko Kartono M.Sc., Ph.D.
Prof. Dr. Ir. Latifah K Darusman, MS.
Judul Disertasi : Suplementasi Kapsul Serbuk Daun Torbangun (Coleus
amboinicus Lour) untuk Menanggulangi Keluhan SindromPramenstruasi Pada Remaja Putri
Nama : Mazarina Devi
NIM : A 561040011
Disetujui:
Komisi Pembimbing
Prof. Dr.Ir. Hidayat Syarief, MS. drh. M.Rizal M.Damanik, M.Rep.Sc.,PhDKetua Anggota
Prof. Dr.Ir. Ahmad Sulaeman, MS. Dr.Ir. Budi Setiawan, MS. Anggota Anggota
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Dekan Sekolah PascasarjanaDan Sumberdaya Keluarga
Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS
Tanggal Ujian : 24 Juni 2009 Tanggal Lulus :
PRAKATA
Studi ini dilatar belakangi oleh terdapatnya berbagai jenis tanaman obat-obatan
yang belum dimanfaatkan secara optimal. Salah satu tanaman obat-obatan yang telah
dimanfaatkan secara turun temurun adalah tanaman Torbangun (Coleus amboinicus
Lour). Tanaman ini telah dirasakan manfaatnya oleh suku Batak sebagai pelancar
produksi air susu ibu yang sedang menyusui. drh M. Rizal M Damanik, M.Rep.Sc,
PhD telah melakukan riset mengenai tanaman Torbangun ini yang dibuat sop yang
diberikan pada ibu-ibu menyusui. Hasil dari riset tersebut juga didapat bahwa tanaman
ini berfungsi sebagai peluruh darah (uterine cleansing agent). Berdasarkan hal
tersebut dilakukan penelitian pengaruh suplementasi kapsul serbuk daun Torbangun
terhadap kejadian sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Hasil studi ini
menunjukkan bahwa pemberian kapsul serbuk daun torbangun dapat menurunkan
keluhan sindrom pramenstruasi dan meningkatkan kadar progesteron dalam serum
darah.
Puji syukur Alhamdulillah dipanjatkan ke haribaan Allah Subhanalahu
Wata’ala yang telah meridhoi jerih payah dan usaha yang telah saya lakukan sehingga
dapat menyelesaikan studi dan penulisan disertasi ini. Proses persiapan penelitian
yang panjang telah dilakukan sejak Oktober 2006 yang pada setiap tahap kegiatan
telah banyak pihak yang membantu demi kelancaran penelitian ini. Untuk itu pada
kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang
setinggi tingginya kepada berbagai pihak yang telah ikut berperan dalam penelitian
ini.
Ucapan terima kasih dengan penuh hormat saya sampaikan kepada ketua
komisi bapak Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief MS., yang telah banyak memberikan
masukan didalam menganalisa data dan pembahasan, yang selalu bersedia berdiskusi,
memberi nasihat dan solusi ketika penulis mendapat masalah dan dengan sabar
membimbing penulis menyelesaikan penulisan disertasi. Bapak Dr. Ir. Budi Setiawan
MS., sebagai anggota komisi pembimbing, yang selalu memberi semangat,
memberikan masukan didalam menganalisis data, tempat penulis bertanya jika ada
masalah di lapang, membantu memecahkan masalah dan tempat penulis berkeluh
kesah jika mendapat kesulitan. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Sulaeman MS., sebagai
anggota komisi yang selalu memberi semangat, memberikan masukan serta perhatian
didalam penulisan dan selalu menghibur penulis ketika penulis dalam kesulitan. Bapak
Drh. M Rizal M. Damanik, MRep.Sc, PhD., selaku anggota komisi yang merupakan
pencetus ide pertama penelitian ini, yang bersedia berdiskusi dan membimbing penulis
dalam kesibukannya mengajar di Malaysia. Untuk semua kesabaran, semangat dan
jerih payah dari komisi pembimbing, penulis haturkan terima kasih.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS.
Sebagai penguji pada saat prakualifikasi serta penguji pada ujian tertutup dan Dr. Sri
Anna Marliyati, MS., sebagai pembahas pada saat kolokium dan penguji pada ujian
tertutup yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan disertasi ini.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Djoko Kartono M.Sc., Ph.D. dan
Prof. Dr. Ir. Latifah K Darusman, MS., sebagai penguji luar komisi pada ujian terbuka.
Kepada Rektor Universitas Negeri Malang dan Dekan Fakultas Teknik Universitas
Negeri Malang beserta jajaran pimpinan, disampaikan ucapan terima kasih atas
kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti
studi Program Doktor (S3) pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga Sekolah Pascasarjana IPB. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, terima kasih atas beasiswa (BPPS) yang telah
diberikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Rektor Institut Pertanian
Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir Khairil Anwar, MS. Ketua Program
Studi Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS. Prof. Dr. Clara
M. Kusharto, MSc., selaku dosen wali, dan seluruh sivitas akademika atas pengajaran
yang diberikan selama penulis mengikuti pendidikan S3 di IPB.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada bapak Drs. Zuliar Apt, staf pengajar
Lembaga Akademi Farmasi Angkatan Laut Indonesia, yang telah membantu penulis
didalam formulasi dan produksi kapsul serbuk daun torbangun. Ibu Rousmala Dewi
yang telah sabar membantu penulis di lapang. Bidan Yana, sebagai tenaga medis di
desa Cinangneng yang menyediakan kliniknya sebagai tempat pemeriksaan kesehatan
objek penelitian selama penelitian.
Kepada rekan-rekan di Program Studi, Dr. Bernatal, MSi, Dr. Dodik Briawan,
MCN, Dr.Erli Mutiara MSi dan Dr. Heryudarini, SKM sebagai sejawat yang telah
banyak memberikan masukan dan sebagai teman diskusi selama perkuliahan dan
dalam penyelesaian disertasi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Reisi,
yang selalu memberi semangat dan tempat penulis bercerita jika mendapat kesulitan.
Kepada teman-teman staf pengajar Teknologi Industri Universitas Negeri Malang
yang telah memberi semangat dan selalu menghibur selama penulis menyelesaikan
pendidikan disampaikan terima kasih.
Penghargaan khusus diberikan kepada ayanda (alm) Djohan Mawi dan ibunda
(alm) Saniah Djohan yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing serta
memberi semangat kepada penulis selama penulis mengikuti perkuliahan sebelum
mereka dipanggil menghadap Ilahi pada saat penulis sedang melaksanakan penelitian.
Karena amanah merekalah, maka penulis tetap bertahan untuk menyelesaikan disertasi
ini. Kepada saudara-saudara penulis Nana, Titiek, Mahanizar dan Devi sebagai
pengganti kedua orang tua penulis yang telah memberikan kasih sayang, perhatian,
dukungan moril dan material, serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
ini. Juga kepada saudara-saudara ipar penulis Syahrul, Koko, Ossy dan Deded, yang
senantiasa memberi semangat selama penulis menyelesaikan penelitian.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu-persatu atas segala bantuan yang telah diberikan hingga
selesainya disertasi ini, semoga dapat keridhoanNya. Akhirnya dengan diiringi doa,
semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
dan penulis berharap semoga tulisan ini berguna bagi siapapun yang memerlukan.
Amien.
Bogor, Agustus 2009
Mazarina Devi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 1963 sebagai anak ke tiga
dari lima bersaudara dari pasangan Djohan Mawi (alm) dan Saniah Djohan (alm).
Pendidikan sarjana (S1) ditempuh di IKIP Jakarta pada Program Studi Pendidikan
Tata Boga dan lulus tahun 1988. Pada tahun 1993 penulis melanjutkan Pendidikan
Program Masgister (S2) pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga Program Pascasarjana IPB. Tahun 1996 penulis menamatkan pendidikan
S2. Tahun 2004 penulis mendapatkan beasiswa dari BPPS Direktorat Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional untuk mengambil Program Doktor pada
Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Program Sekolah
Pascasarjana IPB.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar program studi Tata Boga Fakultas Teknik
Universitas Negeri Malang sejak tahun 1990 hingga saat ini. Jabatan yang pernah
penulis pegang adalah sebagai Sekretaris Jurusan pada periode tahun 1997-2000.
Selain mengajar pada program studi Tata Boga, penulis aktif di Lembaga Pengabdian
pada Masyarakat Universitas Negeri Malang.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ .DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xvDAFTAR LAMPIRAN .....................................................................
PENDAHULUAN ............................................................................
Latar Belakang ...........................................................................
Perumusan Masalah Penelitian .................................................
Tujuan Penelitian .......................................................................
Manfaat ......................................................................................
Hipotesis Penelitian ....................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
Alat Reproduksi Wanita ............................................................
Menstruasi ......................................................................... .........
Hormon-hormon yang Berhubungan dengan Siklus
Menstruasi .................................................................................
Hubungan Siklus Hormonal dan Menstruasi ............................
Sindrom Pramenstruasi ..............................................................
Upaya Menurunkan Keluhan PMS ...........................................
Tanaman Torbangun (Coleus amboinicus Lour).......................
Herbal komersil ..........................................................................
Hubungan Kebiasaan Makan dengan KejadianSindrom Pramenstruasi .............................................................
Zat Gizi Mikro yang Berhubungan dengan KejadianSindrom Pramenstruasi ...............................................................
KERANGKA PEMIKIRAN ..............................................................
Kerangka Pemikiran .................................................................
Definisi Operasional .................................................................
METODE PENELITIAN .................................................................
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian .......................................
Tahap Pelaksanaan Suplementasi ..............................................
Teknik Penarikan Subjek Penelitian ...........................................
xvi xviii
xix
1
1
4
5
5
6
7
7
8
11
15
16
19
20
23
24
25
30
30
32
34
34
34
37
Halaman
Jenis dan Cara Pengumpulan Data .............................................
Tahapan Penelitian ......................................................................
Pengolahan dan Analisa Data .....................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................
Kandungan Mineral Daun Torbangun .......................................
Keluhan Sindrom Pramenstruasi ................................................
Karateristik Subjek Penelitian ............................................Menarke dan Kisaran Menstruasi .......................................Keluhan Sindrom Pramenstruasi ...................................... Upaya Mengatasi Keluhan PMS .........................................
Jenis Keluhan Sindrom Pramenstruasi ........................................
Kebiasaan Makan dan Asupan Mineral .......................................Kebiasaan Makan ................................................................Asupan Energi .....................................................................
Asupan Karbohidrat ............................................................. Asupan Protein ....................................................................
Asupan Kalsium ................................................................... Asupan Magnesium .............................................................. Asupan Besi .........................................................................
Kesukaan Rasa Makanan .....................................................
Profil Darah .............................. ................................................Kalsium serum .....................................................................Magnesium serum ...............................................................Hemoglobin (Hb) darah .......................................................Hormon Progesteron ............................................................
PEMBAHASAN UMUM ...................................................................
SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
Simpulan ...............................................................................Saran ........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
LAMPIRAN .................................................................................. ....
38
40
41
45
45
45
45 47 48 51
53
61 61 64 65 67 69 71 73 75
77 77 79 80 82
85
91
91 92
93
102
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kandungan gizi daun torbangun .......................................................... 22
2. Jenis data dan cara pengumpulan data ................................................. 39
3. Jenis data, frekuensi pengumpulan dan pengukuran ........................... 42
4. Kandungan mineral Ca, Mg dan Fe pada bubuk daun torbangun ....... 45
5. Karakteristik subjek penelitian .............................................................. 46
6. Rata rata usia usia pertama mendapat menstruasi (menarke) dan kisaran menstruasi ............................................................................... 48
7. Sebaran responden terhadap kombinasi keluhan sindrom pramenstruasi yang dialami ................................................................. 49
8. Sebaran subjek penelitian berdasarkan kombinasi gejala keluhansindrom pramenstruasi yang dialami sebelum suplementasi ……….. 51
9. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi gejala keluhan sindrom pramenstruasi ....................................................................................... 52
10. Nilai rata-rata jumlah jenis keluhan sebelum dan sesudah pemberian suplemen pada berdasarkan kelompok perlakuan ............ 55
11. Sebaran keluhan subjek penelitian sebelum dan sesudah pemberian suplemen berdasarkan jenis keluhan PMS ....................................... 59
12. Sebaran subjek penelitian menurut frekuensi makan lengkap dankelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian suplemen ...... 61
13. Sebaran makanan jajanan yang disukai subjek penelitian .................. 62
14. Sebaran jenis makanan yang sering dikonsumsi objek penelitianper minggu .......................................................................................... 63
15. Rata-rata persentase tingkat kecukupan energi berdasarkankelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ........................ 65
16. Rata-rata persentase tingkat kecukupan karbohidrat berdasarkankelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ....................... 66
17. Rata-rata persentase tingkat kecukupan protein berdasarkankelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ........................ 68
18. Rata rata asupan kalsium (mg) menurut kelompok sebelumdan sesudah pemberian suplemen ....................................................... 69
19. Rata rata asupan magnesium (mg) menurut kelompok sebelum dansesudah pemberian suplemen ............................................................ 71
20. Rata rata asupan besi (mg) menurut kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen ............................................................. 74
Halaman
21. Kesukaan subjek penelitian terhadap konsumsi makananrasa manis dan rasa asin sebelum pemberian suplementasi ............ 76
22. Nilai rata rata kalsium serum (mg/dl) dalam darah sebelum dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi ........... 77
23. Nilai rata rata magnesium serum (mg/dl) dalam darah sebelum dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi ............ 80
24. Nilai rata rata Hb darah (mg/dl) sebelum dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi .................................................. 81
25. Sebaran nilai rata rata Progesteron darah (ng/ml) sebelum dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi ........... 83
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Hubungan siklus hormonal dan menstruasi ....................................... 15
2 Tanaman torbangun .......................................................................... 21
3. Faktor faktor yang berhubungan dengan sindrom pramenstruasi ..... 31
4. Kapsul yang digunakan dalam penelitian …………………………… 35
5. Bagan proses pembuatan suplemen bubuk daun Torbangun .............. 36
6. Pengelompokkan subjek penelitian berdasarkan perlakuan .............. 38
7. Tahap pengambilan data ...................................................................... 41
8. Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhanmenurut kelompok perlakuan sebelum pemberian suplemen ............ 50
9. Rata-rata persentase kepatuhan minum kapsul menurut kelompok perlakuan ........................................................................... 53
10. Nilai rata-rata jumlah jenis keluhansebelum dan sesudahpemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ................... 54
11. Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan payudara terasa nyeri sebelum dan sesudah pemberian suplemen .................... 56
12. Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan sakit kepala sebelum dan sesudah pemberian suplemen .................... 57
13. Jumlah subbjek penelitian berdasarkan jenis keluhan perut bagian bawah terasa nyeri sebelum dan sesudah pemberian suplemen .......... 57
14. Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan emosi sebelum dan sesudah pemberian suplemen ............................... 58
15. Rata rata asupan energi sebelum dan sesudah pemberiansuplemen pada kelompok perlakuan..................................................... 64
16. Rata rata asupan karbohidrat sebelum dan sesudah pemberian suplemen pada kelompok perlakuan ..................................................... 6617. Rata rata asupan protein sebelum dan sesudah pemberian
suplemen pada kelompok perlakuan ..................................................... 67
18. Tingkat kecukupan kalsium sebelum dan sesudah pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ......................................... 70
19. Tingkat kecukupan magnesium sebelum dan sesudahpemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ...................... 72
20. Tingkat kecukupan zat besi sebelum dan sesudah emberiansuplemen berdasarkan kelompok perlakuan ......................................... 75
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Form perkembangan peserta riset ................................................... 102
2. Formulir persetujuan setelah mendapat penjelasan(Informed consent) ............................................................................ 103
3. Tahapan analisis Hemoglobin .......................................................... 105
4. Analisis hormon progesteron ............................................................ 105
5. Hasil analisis tabulasi silang karakteristik objek penelitian .............. 106
6. Analisis tabulasi indeks masa tubuh .................................................. 107
7. Analisis tabulasi silang menarke dan kisaran menstruasi ................. 107
8. Sebaran sampel yang mengalami kejadian sindrompramenstruasi sebelum dan sesudah intervensi ................................ 108
9. Selisih Nilai Kalsium serum (mg/dl) sampel dalam Darah ............... 109
10. Nilai Magnesium serum (mg/dl) sampel dalam Darah ...................... 110
11. Nilai Hb (mg/dl) sampel dalam Darah ............................................... 111
12. Sebaran sampel berdasarkan jumlah penurunan keluhan sindrom pramenstruasi sebelum dan sesudah Intervensi ............... 112
13. Hasil analaisis chi Square jumlah jenis keluhan sebelumpemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan ................... 112
14. Hasil analisis chi square jumlah jenis keluhan sesudahpemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan …………… 113
15. Hasil analisis uji t keluhan payudara terasa nyeri sesudahpemberian suplemen antar kelompok perlakuan .............................. 113
16. Hasil analisis uji t keluhan sakit kepala sesudah pemberian suplemen antar kelompok perlakuan............................... 114
17. Hasil analisis Uji t keluhan nyeri perut bagian bawah sesudahpemberian suplemen antar kelompok perlakuan.............................. 114
18. Hasil analisis Uji t keluhan emosi sesudahpemberian suplemen antar kelompok perlakuan ............................. 114
19. Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan kalsium serum ……………………………………………………………… 115
20. Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan magnesium serum ………………………………………………… 115
21. Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan Hb darah ........ 116
22. Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan hormone progesteron serum ………………………………………………... 116
Halaman
23. Hasil analisis Anova nilai rata rata progesteron darah sebelum Dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi……… 117
24. Hasil analisis Post Hoc ..................................................................... 118
25. Persetujuan Etik (Ethical Clearance) ……………………………... 119
26. Hasil Analisis kandungan mineral bubuk daun torbangun ………... 120
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sindrom pramenstruasi (PMS) atau sindrom menjelang menstruasi
merupakan suatu keadaan dimana sejumlah gejala terjadi beberapa saat sebelum
menstruasi, gejala biasanya timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang
ketika menstruasi dimulai. Gejala-gejala tersebut berupa gangguan fisik dan psikis.
Keluhan fisik seperti payudara terasa sakit atau membengkak, perut kembung atau
sakit, sakit kepala, sakit sendi, sakit punggung, mual, muntah, diare atau sembelit,
dan tumbuhnya masalah kulit seperti jerawat. Keluhan psikis meliputi depresi,
sensitif, lekas marah, gangguan tidur, kelelahan, lemah, dan kadang-kadang
perubahan suasana hati yang sangat cepat.
Sindrom pramenstruasi terjadi akibat berbagai faktor yang salah satunya
adalah akibat perubahan hormonal yang terjadi sebelum menstruasi. Terjadinya
penurunan kadar hormon estrogen setelah ovulasi dapat mempengaruhi
neurotransmitter di otak terutama serotonin. Serotonin memegang peranan dalam
regulasi emosi (Agustini, 2007). Sindrom pramenstruasi adalah gejala gejala yang
disebabkan perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus menstruasi
wanita serta berhubungan dengan turun naiknya kadar estrogen dan progesteron
yang terjadi selama siklus menstruasi (Daugherty, 1998). Gejala itu dirasakan pada
waktu antara saat ovulasi dan menstruasi (7-10 hari sebelum menstruasi), kemudian
menghilang pada saat menstruasi hingga beberapa hari setelah menstruasi. Lebih
lanjut Owen (1975) menyatakan sindrom pramenstruasi disebabkan karena produksi
hormon estrogen berlebihan. Secara lebih jelas Wyatt et al. (2001) mengatakan
bahwa defisiensi hormon progesteron sebagai penyebab terjadinya sindrom
pramenstruasi.
Para peneliti saat ini sedang menyelidiki kemungkinan adanya perbedaan
genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan
pengeluaran hormon reproduksi dalam sel. Kemungkinan lain berhubungan dengan
gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial atau fungsi serotonin yang
dialami penderita, terutama mereka yang peka terhadap perubahan hormonal dalam
siklus menstruasi (Brinton, 1997).
2
Gejala-gejala yang timbul menjelang masa menstruasi akan menjadi
gangguan terhadap aktivitas sehari-hari pada wanita pada saat menstruasi. Masalah
utama yang ditimbulkan oleh sindrom pramenstruasi menurut Baziad (2005) ini
ialah gangguan pada diri wanita sendiri dan keluarganya, kerugian dalam bidang
industri dan komersial, serta dalam skala yang lebih besar adalah kerugian pada
ekonomi nasional. Masalah tersebut dikaitkan dengan penurunan produktivitas
kerja akibat peningkatan absensi kehadiran di tempat kerja selama 7 sampai 10
hari, atau sama dengan 84 - 120 hari per tahun, dan ini merupakan suatu kehilangan
personal dan sosial yang bermakna. Hasil penelitian Ruhana (2005)
mengungkapkan bahwa keluhan menstruasi ini mempengaruhi kegiatan belajar
mahasiswa.
Pada saat menstruasi, wanita kehilangan darah. Di dalam darah terkandung
zat besi dan unsur ini yang membentuk sel-sel darah merah. Karena itu, pada saat
menstruasi perlu ada tambahan zat besi sehingga kekurangan unsur Fe di dalam
tubuh tergantikan. Survey yang dilakukan di PT Dada Indonesia oleh Worker Rights
Consortium (2002) menemukan bahwa sebagian besar pekerja (20 dari 26) yang
disurvei mengaku bahwa mereka merasa pusing dan banyak diantaranya yang
mengalami sakit kepala dan gangguan menstruasi. Tingginya jumlah perempuan
yang mengalami gangguan menstruasi juga bisa berarti bahwa mereka mengalami
anemia dalam tingkatan yang cukup tinggi
Menurut Dickerson et al. (2003) sebanyak 85% wanita yang masih
mendapatkan siklus menstruasi, mengalami satu atau lebih gejala sindrom
pramenstruasi. Penelitian Ruhana (2005) menunjukkan bahwa sebesar 87,2%
mahasiswa putri TPB IPB mengalami sindrom pramenstruasi. Hasil survey di
Amerika Utara, sindrom pramenstruasi dialami oleh hampir 75% wanita dan sekitar
5% mengalami gejala sindrom pramenstruasi yang parah (Macdougall, 2000)
Hasil penelitian Abraham (1981) dan Sherwood et al. (1986) menyebutkan
bahwa resiko sindrom pramenstruasi meningkat pada wanita yang mengalami
defisiensi mineral magnesium dan zink. Selain magnesium dan zink, mineral
kalsium memiliki peran penting terhadap kejadian Sindrom pramenstruasi. Hasil
penelitian Thys-Jacobs et al. (1989) melaporkan bahwa sebanyak 55% dari 661
pasien penderita sindrom pramenstruasi yang diberikan kalsium, mengalami
perbaikan pada gejala PMS. Selain itu menurut Mira et al. (1988), gejala sindrom
3
pramenstruasi berhubungan dengan kandungan α-tocopherol (vitamin E) dalam
tubuh. Dilaporkan bahwa pemberian vitamin E sebanyak 400 IU per hari selama
phase luteal menurunkan gangguan yang timbul pada remaja putri penderita sindrom
pramenstruasi (ACOG, 2000). Meningkatnya kadar estrogen dalam darah akan
menyebabkan gejala depresi dan khususnya gangguan psikis.
Tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) adalah salah satu species
dari Labiatae family yang banyak mengandung zat gizi mikro dan zat aktif yang
telah diteliti manfaatnya bagi kesehatan. Manfaat yang telah dirasakan masyarakat
selama ini adalah sebagai obat sariawan, batuk, demam, perut kembung dan asma
(Tanaman Obat Indonesia, 2005). Menurut tradisi masyarakat Batak di Sumatera
Utara, daun torbangun diyakini berkhasiat sebagai laktagogum, meningkatkan
kualitas dan kuantitas ASI (Damanik et al, 2001) dan dapat meningkatkan status gizi
anak yang dilahirkan (Damanik, 2005). Selain berkhasiat sebagai laktagogum,
masyarakat Batak juga meyakini khasiat daun torbangun sebagai pembersih rahim
ibu yang baru melahirkan (uterine cleansing agent), penambah tenaga (tonikum),
pengurang rasa nyeri (analgesik), penawar racun (antimikroba/antibakteri) dan obat
untuk menyembuhkan penyakit seperti sariawan dan batuk (Damanik et al, 2004).
Torbangun kaya akan kandungan zat gizi mikro seperti magnesium, besi,
zink, kalsium, α-tocopherol, dan β-karoten, minyak atsiri antara lain fenol,
karvakrol, isopropil o kresol dan sineol serta zat aktif seperti flavonoid dan
glikosida (Batubara, 2004). Menurut Collins (2006), keluarga dari tanaman
torbangun mengandung zat aktif yang secara langsung memiliki efek terhadap
jaringan produksi hormon progesteron, namun belum ada penelitian yang secara
khusus menggunakan daun torbangun sebagai suplemen untuk mengurangi keluhan
sindrom pramenstruasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian dengan
menjadikan daun torbangun sebagai suplemen pada remaja putri yang mengalami
sindrom pramenstruasi.
Selama ini telah tersedia minuman suplemen herbal yang digunakan untuk
menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi yaitu minuman Kiranti. Minuman ini
mengandung Kunyit (Curcuma domestica) sebanyak 20%, Asam jawa (Tamarind)
3,75%, Kencur (Kaempferiae) 2%, Jahe (Zingiberis officinale), Gula Palm
(Arengae piñata), Kayu manis (Cinnamoni cortex) dan air 74,25%. Hasil penelitian
yang dilakukan Suryana (2005) melaporkan bahwa herbal komersil dapat
4
menurunkan skor gejala sindrom pramenstruasi. Selain kiranti, merk dagang lain
yang digunakan untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi diantaranya
adalah kapsul Tuntas yang terdiri dari jintan hitam jahe, dan kunyit.
Perumusan Masalah Penelitian
Sindrom pramenstruasi merupakan masalah fisik dan psikis yang
mempengaruhi wanita sebelum siklus menstruasi. Dampak yang dapat ditimbulkan
dari sindrom pramenstruasi adalah menurunnya aktifitas kerja individu yang
mengalami kejadian sindrom pramenstruasi. Sindrom pramenstruasi antara lain
disebabkan kelebihan hormon estrogen, defisiensi hormon progesteron atau
kombinasi keduanya, dan defisiensi mineral seperti kalsium, magnesium dan zat
besi.
Tanaman torbangun merupakan tanaman obat yang kaya akan kandungan
mineral kalsium, magnesium dan zat besi namun belum diteliti kegunaannya untuk
menurunkan gejala sindrom pramenstruasi. Selain kandungan mineral, torbangun
juga mengandung zat aktif yang dapat berperan meningkatkan kandungan hormon
progesteron. Rendahnya kadar hormon progesteron selama masa luteal merupakan
salah satu sebab terjadinya sindrom pramenstruasi. Penelitian tentang efikasi daun
torbangun terhadap sindrom pramenstruasi belum diteliti padahal daun torbangun
berpotensi sebagai herbal untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi. Oleh
sebab itu perlu dilakukan penelitian hubungan tanaman torbangun dengan kejadian
sindrom pramenstruasi.
Permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:
1. Jenis jenis sindrom pramenstruasi apa yang banyak dikeluhkan oleh remaja putri
usia 15-18 tahun?
2. Berapa kandungan mineral (Ca, Mg dan Fe) pada daun torbangun yang
berhubungan dengan kejadian sindrom pramenstruasi?
3. Bagaimana kebiasaan makan remaja putri yang menderita sindrom
pramenstruasi?
4. Bagaimana pengaruh pemberian kapsul serbuk daun torbangun terhadap
penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri dibanding dengan
herbal komersil dan plasebo?
5
5. Bagaimana pengaruh pemberian kapsul serbuk daun torbangun terhadap
konsentrasi kalsium serum, magnesium serum dan Hb remaja putri penderita
sindrom pramenstruasi dibanding dengan herbal komersil dan plasebo?
6. Bagaimana pengaruh pemberian kapsul serbuk daun torbangun terhadap
konsentrasi hormon progesteron serum pada remaja putri penderita sindrom
pramenstruasi dibanding dengan herbal komersil dan plasebo?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suplementasi kapsul serbuk
daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap penurunan keluhan sindrom
pramenstruasi pada remaja putri.
Tujuan Khusus:
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kandungan mineral magnesium, kalsium dan Fe pada serbuk daun
torbangun.
2. Mengetahui kebiasaan makan remaja putri yang mengalami sindrom
pramenstruasi.
3. Mengkaji pengaruh perlakuan suplementasi kapsul serbuk daun torbangun,
herbal komersil dan plasebo terhadap kandungan magnesium serum, kalsium
serum dan Hb remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.
4. Mengkaji pengaruh suplementasi kapsul serbuk daun torbangun terhadap
konsentrasi hormon progesteron dalam serum darah (ng/ml) pada remaja putri
yang mengalami sindrom pramenstruasi
5. Mengkaji pengaruh suplementasi kapsul serbuk daun torbangun terhadap
keluhan pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang manfaat
tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) dikaitkan dengan kejadian sindrom
pramenstruasi pada remaja putri. Di samping itu juga memberikan sumbangan yang
6
berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada peran
tanaman obat obatan terhadap kesehatan reproduksi wanita. Hasil penelitian ini
dapat menjadi dasar pengembangan minuman fungsional atau suplemen makanan
yang berguna untuk mengurangi kejadian sindrom pramenstruasi.
Dari segi riset, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi
yang berarti bagi penelitian sejenisnya khususnya yang terkait dengan penelitian
daun torbangun dan sindrom pramenstruasi. Selain itu penelitian ini masih
mempunyai celah yang dapat dimanfaatkan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
Hipotesis Penelitian
1. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun dapat meningkatkan kandungan
kalsium serum, magnesium serum dan Hb dibandingkan dengan herbal komersil
dan plasebo pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.
2. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun dapat meningkatkan konsentrasi
hormon progesteron dibandingkan dengan herbal komersil dan plasebo pada
remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.
3. Suplementasi kapsul serbuk daun torbangun dapat menurunkan keluhan
sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan herbal komersil dan plasebo pada
remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Alat Reproduksi Wanita
Alat Reproduksi wanita terdiri atas: 1) organ eksternal atau disebut organ
reproduksi luar yang berfungsi sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita
dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi. 2)
organ internal atau disebut organ reproduksi dalam yang berfungsi ovulasi,
fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan dan perkembangan
fetus, kelahiran. Organ internal terdiri dari Ovarium (indung telur) penghasil sel
telur, Tuba falopii (oviduct) tempat berlangsungnya pembuahan serta rahim
(uterus), tempat berkembangnya embrio menjadi janin (Gunawan, 1999).
Ovarium
Ovarium berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-
kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan
saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan
pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi (pengeluaran ovum) serta sintesis dan
sekresi hormon-hormon steroid
Tuba Falopii
Sepasang tuba kiri-kanan dengan panjang antara 5 cm hingga 7,6 cm. Tuba
Falopii yaitu tempat berlangsungnya pembuahan berfungsi sebagai jalan transportasi
ovum dari ovarium sampai cavum uteri. Ujung dari tuba kiri dan kanan membentuk
corong sehingga memiliki lubang yang lebih besar agar sel telur jatuh ke dalamnya
ketika dilepaskan dari ovarium. Ovarium tidak menempel pada tuba falopii tetapi
menggantung dengan bantuan sebuah ligamen.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : 1) Pars isthmica (proksimal/isthmus) yang
merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali
transfer gamet. 2) Pars ampularis (medial/ampula) yaitu tempat terjadinya fertilisasi
adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering
juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini. 3) Pars infundibulum (distal)
adalah lapisan yang dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada
8
ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap
ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium dan membawanya ke dalam
tuba (Gunawan, 1999).
Uterus
Uterus atau rahim adalah organ muskular berbentuk seperti buah pir
terletak di puncak vagina. Uterus terletak di belakang kandung kemih dan di depan
rektum, dan diikat oleh 6 ligamen. Uterus terbagi menjadi 2 bagian, yaitu serviks
dan korpus (badan rahim). Serviks merupakan uterus bagian bawah yang membuka
ke arah vagina. korpus biasanya condong ke arah depan. Selama masa reproduktif,
panjang korpus adalah 2 kali dari panjang serviks. Korpus merupakan jaringan kaya
otot yang bisa melebar untuk menyimpan janin. Bila tidak terjadi pembuahan maka
lapisan rahim (endometrium) akan luruh dan akan dikeluarkan melalui vagina yang
disertai dengan pendarahan (Anonymous, 2008)
Menstruasi
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat
kehamilan (Simon, 2003). Menurut Greenspan et al. (1998) menstruasi adalah
perdarahan vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, rata-rata lamanya 4 sampai
6 hari tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pada umumnya
perdarahan menstruasi berlangsung selama 3 - 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah
yang hilang serbanyak 28 - 283 gram. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari
fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang
banyaknya tidak tentu. Darah menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika
perdarahannya sangat hebat. Pada saat menstruasi terjadi peningkatan kadar dan
aktivitas hormon-hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan estrogen yang
disebabkan tidak adanya hormon Luteinizing Hormone (LH) karena produksinya
telah dihentikan oleh peningkatan kadar hormon progesteron secara maksimal
(Sobotta, 1989).
9
Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya membentuk siklus
menstruasi. Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi sampai tepat
satu hari sebelum menstruasi bulan berikutnya. Siklus menstruasi berkisar antara
21-35 hari, dan hanya sekitar 10-15% remaja putri memiliki siklus 28 hari (Baziad,
1993). Menstruasi merupakan pertanda masa reproduktif pada kehidupan seorang
wanita yang dimulai dari menarke sampai terjadinya menopause (Simon, 2003).
Menstruasi yang pertama kali disebut menarke paling sering terjadi pada usia 12
tahun, tetapi bisa juga terjadi pada usia 8 atau 16 tahun.
Siklus menstruasi terjadi pada manusia dan primata, sedang pada hewan
mamalia terjadi siklus estrus. Siklus menstruasi terjadi secara periodik setiap 28 hari
(ada pula setiap 21 hari dan 35 hari) yaitu sebagai berikut : Pada hari 1 sampai hari
ke-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer yang dirangsang oleh
hormon Follicle Stimulating Hormone (FSH). Pada saat tersebut sel oosit primer
akan membelah dan menghasilkan ovum. Saat folikel berkembang menjadi folikel
de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon estrogen yang
merangsang keluarnya Luteinizing Hormone (LH) dari hipofisis. Estrogen yang
keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus yaitu endometrium yang
habis terkelupas waktu menstruasi, selain itu estrogen menghambat pembentukan
FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang
folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-
14, waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus (Greenspan et al, 1998 dan
Joseph et al, 1997).
Fase Folikuler
Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di
dalam ovarium. Masa ini adalah masa paling subur bagi seorang wanita. Dimulai
dari hari pertama sesudah menstruasi sampai sekitar sebelum kadar LH meningkat
dan terjadi pelepasan sel telur (ovulasi). Pada pertengahan fase ini, kadar FSH
sedikit meningkat yang menyebabkan terjadinya rangsangan pertumbuhan sekitar 3-
30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur tetapi hanya satu folikel
yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium
dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron (Simon, 2003). Endometrium terdiri dari 3 lapisan dimana lapisan
10
paling atas dan lapisan tengah dilepaskan, sedangkan lapisan dasarnya tetap
dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali membentuk kedua
lapisan yang telah dilepaskan. Pada akhir dari fase ini terjadi lonjakan produksi
hormon LH yang sangat meningkat yang menyebabkan terjadinya proses ovulasi.
Fase Ovulasi
Fase ovulasi adalah masa paling subur bagi seorang wanita. Sel telur
biasanya dilepaskan dalam waktu 16-32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH.
Folikel yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah dan
melepaskan sel telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri timbul
pada perut bagian bawahnya; nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz, yang
berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam (Simon, 2003).
Fase Luteal
Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi
progesteron terus menerus meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20 ng/ml.
Estrogen dikeluarkan terutama dari folikel yang besar yang tidak mengalami atresia,
juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi yang lebih tinggi daripada selama
permulaan atau pertengahan fase folikuler. Produksi estrogen dan progesteron
maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23 (Jacoeb et al, 1994).
Fase luteal terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari.
Pada fase ini folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum
dari sisa-sisa folikel-folikel de Graaf yang sudah mengeluarkan sel ovum (telur)
pada saat terjadinya proses ovulasi serta menghasilkan sejumlah besar progesteron.
Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit meningkat selama fase luteal dan tetap
tinggi sampai siklus yang baru dimulai (Simon, 2003). Peningkatan suhu ini bisa
digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi.
Pada fase ini peningkatkan hormon progesteron bermakna, yang diikuti oleh
penurunan kadar hormon-hormon FSH, estrogen dan LH. Keadaan ini digunakan
sebagai penunjang lapisan endometrium untuk mempersiapkan dinding rahim dalam
menerima hasil konsepsi jika terjadi kehamilan, digunakan untuk penghambatan
masuknya sperma ke dalam uterus dan proses peluruhan dinding rahim yang
prosesnya akan terjadi pada akhir fase ini.
11
Hormon-hormon yang Berhubungan dengan Siklus Menstruasi
Hormon adalah protein yang terdiri atas asam amino pendek dan steroid,
yang diproduksi oleh kelenjar endokrin dan mempunyai efek tertentu pada aktifitas
organ-organ lain dalam tubuh serta disekresi langsung ke pembuluh darah (Syahrum
et al, 1994). Hormon berfungsi sebagai penghantar (transmitter) yang dilepas dari
sel-sel khusus ke dalam aliran darah dan selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-
sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon (Ismail, 2008).
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh
untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Kadar hormon dalam darah
dikontrol oleh umpan balik negatif manakala kadar hormon telah mencukupi untuk
menghasilkan efek yang dimaksudkan, kenaikan kadar hormon lebih jauh dicegah
oleh umpan balik negatif (Coad, 2002). Hormon mengontrol laju aktivitas selular.
Hormon tidak mengawali perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel
yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan fungsi spesifik (Pragasta
2008). Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormon
dari kelenjar lainnya.
Hormon reproduksi merupakan zat yang dikeluarkan oleh kelenjar seks dan
kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Hormon-hormon tersebut
sebagian bertanggung jawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi
perkembangan organ seks yang normal.
Gonadotropin Releasing Hormone (GNRH)
Gonadotropin Releasing Hormone (GNRH) merupakan hormon yang
diproduksi oleh hipotalamus di otak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH
(Follicle Stimulating Hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka
estrogen akan memberikan umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan
menjadi rendah, begitupun sebaliknya. Hormon-hormon yang dihasilkan
gonadotropin hipofisis meliputi LH, FSH, prolaktin, estrogen dan progesteron.
Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya
sekresi gonadotropin akibat penurunan inhibisi steroid (Pragasta, 2008).
12
Luteinizing Hormon (LH)
LH dihasilkan oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama
dengan FSH berfungsi mematangkan folikel dan sel telur, serta merangsang
terjadinya ovulasi. LH merupakan glikoprotein dengan BM sekitar 28.000. Terdiri
dari satu unit alfa dan satu unit beta. Waktu paruh plasma awal dari awal LH sekitar
30 menit. Folikel yang melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum
yang disusun oleh sel-sel lutein dan disebut korpus luteum (Greenspan et al, 1998;
Syahrum et al, 1994).
Follicle Stimulating Hormon (FSH)
Hormon ini mempengaruhi ovarium sehingga dapat berkembang dan
berfungsi pada saat pubertas. FSH mengembangkan folikel primer yang
mengandung oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut menjadi folikel yang
menghasilkan estrogen (Greenspan et al, 1998; Syahrum et al, 1994). FSH
merupakan glikoprotein dengan BM sekitar 33.000 yang terdiri dari satu unit alfa
dan satu unit beta, sedangkan waktu paruh awalnya adalah 3 jam.
Prolactin Releasing Hormon (PRH)
Prolaktin terdiri dari satu rantai peptida dengan 198 asam amino dan sama
sekali tidak mengandung karbohidrat. BM-nya adalah sekitar 25.000. Secara
pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta memiliki susunan
yang sama dengan hormon pertumbuhan (Growth hormone, Somatogotropic
hormone, TSH, Somatotropin). Secara sinergis dengan estradia, prolaktin
mempengaruhi laktasi serta berperan pada pembentukan dan fungsi korpus luteum
(Syahrum et a., 1994).
Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Pada umumnya
steroid yang dihasilkan, disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di
jaringan perifer melalui perubahan prekursor-prekursor steroid lain, konsekuensinya
13
kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung mencerminkan aktivitas
steroidogenik dari ovarium.
Estrogen
Hormon estrogen dihasilkan oleh teka interna folikel. Estrogen merupakan
produk yang paling penting yang disekresi oleh ovarium karena memiliki potensi
biologik dan efek fisiologik yang beragam terhadap jaringan perifer sasaran.
Peninggian kadar estrogen plasma berkorelasi erat dengan peningkatan ukuran
folikel pra-ovulasi. Setelah lonjakan LH, kadar estrogen serum akan mencapai kadar
terendah selama beberapa hari dan terjadi peningkatan kedua kadar estrogen plasma
dan akan mencapai puncaknya pada pertengahan fase luteal, yang akan
mencerminkankan sekresi estrogen oleh korpus luteum (Greenspan et al, 1998;
Syahrum et al, 1994).
Pada masa pubertas terjadi perkembangan sifat seks sekunder. Selanjutnya
akan berlangsung siklus pada uterus, vagina dan kelenjar mammae. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen. Terhadap uterus, hormon estrogen
menyebabkan endometrium mengalami proliferasi, yaitu lapisan endometrium
berkembang dan menjadi lebih tebal. Hal ini diikuti dengan lebih banyak kelenjar-
kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena (Simon, 2003).
Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga
sesuai untuk penetrasi sperma (Simon, 2003). Estrogen memiliki efek neurologis
pusat yang dapat berkontribusi untuk meningkatkan aktivitas otak dan juga dapat
berkontribusi dalam penyimpanan garam yang menyebabkan terjadinya
pembengkakkan tubuh seperti pembengkakkan pada kaki dan payudara (Lichten,
2005)
Progesteron
Progesteron adalah hormon steroid yang terlibat dalam siklus menstruasi.
Progesteron adalah sintesa dari pregnenolone yaitu produk turunan dari kolesterol
(Luconi et al, 1998). Konversi ini dilakukan dalam dua langkah, 3 - hydroxyl
kelompok ini diubah menjadi keto grup dan dipindahkan ke C-4, dari C-5.
Progesteron, seperti pregnenolone dan dehydroepiandrosterone termasuk kelompok
14
neurosteroids yang ditemukan dalam konsentrasi tinggi di bagian tertentu di otak.
Progesteron diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian
diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron berperan dalam menstimulasi endometrium untuk tumbuh lebih lanjut
serta mensekresi dan mengumpulkan zat-zat gizi bagi perkembangan telur menjadi
janin. Fase sekresi ini berlangsung sepanjang minggu ke 3 dari siklus. Peran lain
dari progesteron yang paling penting adalah faktor penyebab endometrium untuk
mengeluarkan protein khusus dalam siklus menstruasi (Brinton, 1997). Progesteron
menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik pada fase sekresi pada
endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan
yang optimal jika terjadi implantasi.
Progesteron bersama estrogen penting sekali bagi proses pematangan folikel
dan pelepasan telur. Selama fase folikuler, kadar progesteron adalah rendah yaitu
kurang dari 2 ng/ml (3,8 nmol/l) dan kadar progesteron akan mencapai plateau yaitu
antara 10-20 ng/ ml (32-64 nmol) pada pertengahan fase luteal. Selama fase luteal,
hampir semua progesteron dalam sirkulasi merupakan hasil sekresi langsung korpus
luteum. Pengukuran kadar progesteron plasma banyak dimanfaatkan untuk
memantau ovulasi. Kadar progesteron di atas 4-5 ng/ml (12,7-15.9 nmol/l)
mengisyaratkan bahwa ovulasi telah terjadi. Perkembangan uterus yang sudah
dipengaruhi hormon estrogen selanjutnya dipengaruhi progesteron yang dihasilkan
korpus luteum menjadi stadium sekresi, yang mempersiapkan endometrium
mencapai optimal.
Androgen
Androgen merupakan hormon steroid dengan 19 atom C. Jenis hormon yang
termasuk androgen yaitu : testosteron, DTH, 17 ketosteroid DHEA,
dihidroeplandrosteron, juga termasuk golongan ini tetapi khasiat androgennya
lemah. Androgen merangsang pertumbuhan rambut di daerah aksila dan pubes serta
mampu meningkatkan libido. Androgen terbentuk selama sintesis steroid di ovarium
dan adrenal, sebagai pembakal estrogen. Androgen pada wanita dapat berakibat
maskulinisasi, maka pembentukan yang berlebih akan menyebabkan gangguan yang
berarti. Fase folikuler dan fase luteal kadar rata-rata testosteron plasma berkisar
15
antara 0,2 ng/mg-0,4ng/mg (0,69-1,39 nmol/l) dan sedikit meningkat pada fase pra-
ovulasi (Jacoeb et al, 1994).
Hubungan Siklus Hormonal dan Menstruasi
Permulaan siklus menstruasi, dimulai dengan kadar hormon gonadotropin
(FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase
luteal siklus sebelumnya. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami
peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada
fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
(Coad, 2002). Secara skematis siklus menstruasi disajikan pada Gambar 1.
Sumber: Wikipedia
Gambar 1 Hubungan siklus hormonal danmenstruasi
Fase folikel ovulasi Fase luteal
Hormon
Hari ke 1 Hari ke 14 Hari ke 28
Perkembangan endometrium
16
Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran
FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level
estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis
(respon bifasik). Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor
hormon LH yang terdapat pada sel granulosa dan dengan rangsangan dari hormon
LH, sekresi hormon progesteron terjadi (Pragasta, 2008).
Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah
penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal. Kadar
estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum.
Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah
terjadi ovulasi. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa
hidup korpus luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus
berikutnya.
Sindrom Pramenstruasi
Shreeve (1983) mendefinisikan sindrom pramenstruasi sebagai sejumlah
perubahan psikis maupun fisik yang terjadi antara hari ke-2 sampai hari ke-14
sebelum menstruasi dan mereda segera setelah menstruasi berawal. Menurut Dalton
(1983), sindrom pramenstruasi adalah kambuhnya gejala-gejala pada saat
premenstruasi dan menghilang setelah menstruasi. Indusekhar et al. (2007)
berpendapat bahwa sindrom pramenstruasi adalah kelompok gejala-gejala psikologi
dan somatik yang berhubungan dengan siklus mentruasi yang terjadi pada fase luteal
serta berakhir saat menstruasi. Sedangkan Karyadi (2005) mengatakan bahwa
sindrom pramenstruasi merupakan kumpulan gejala akibat perubahan hormonal
yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan
menstruasi. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai
beberapa hari setelah selesai menstruasi.
Penyebab timbulnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori
menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidak seimbangan antara
hormon estrogen dan progesteron. Teori lain mengatakan, karena hormon estrogen
yang berlebihan. Para peneliti melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini
17
sedang diselidiki adalah adanya perbedaan genetik pada sensitivitas reseptor dan
sistem pembawa pesan yang menyampaikan pengeluaran hormon reproduksi dalam
sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan perasaan, faktor
kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita (Karyadi,
2005).
Kadar estrogen yang tinggi ini, selain memicu aktivitas sel-sel otak
berlebihan, juga menyebabkan terjadinya retensi cairan tubuh, seperti di payudara,
tungkai, dan juga di otak (Baziad, 2005). Faktor kebiasaan makan seperti tinggi
gula, garam, kopi, teh dan coklat memperberat gejala sindrom pramenstruasi.
Kopi, teh dan coklat dianjurkan tidak dikonsumsi penderita sindrom
pramenstruasi karena mengandung kafein. Kafein dapat menyebabkan ganguan
tidur, sakit kepala dan gangguan emosi (Wirakusumah, 2009). Kekurangan zat-zat
gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E, vitamin C, magnesium, zat
besi, zink, mangan, asam lemak linoleat juga dapat memperparah gejala sindrom
pramenstruasi (Karyadi, 2005).
Pengelompokkan Gejala Sindrom Pramenstruasi
Abraham (1981) membagi sindrom pramenstruasi menurut gejalanya yakni
sindrom pramenstruasi tipe A, H, C, dan D. Delapan puluh persen gangguan
sindrom pramenstruasi termasuk tipe A. Penderita sindrom pramenstruasi tipe H
sekitar 60%, sindrom pramenstruasi C 40%, dan sindrom pramenstruasi D 20%.
Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala gabungan, misalnya tipe A dan D
secara bersamaan. Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri (Lichten, 2005).
Sindrom pramenstruasi tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala seperti rasa
cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita mengalami
depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat menstruasi. Gejala ini timbul
akibat ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron dimana hormon
estrogen lebih tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon
progesteron kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti
mengatakan bahwa pada penderita sindrom pramenstruasi A (anxiety) bisa jadi
kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita sindrom pramenstruasi A
sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi
minum kopi (Lawrence, 2004).
18
Sindrom pramenstruasi tipe H (hyperhydration) adalah sindrom
pramenstruasi dengan gejala edema (pembengkakan), perut kembung, nyeri pada
buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan sebelum
menstruasi. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe sindrom
pramenstruasi lain. Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan
di luar sel (ekstrasel) karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita.
Pemberian obat diuretika untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium
pada tubuh hanya mengurangi gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala
ini penderita dianjurkan mengurangi asupan garam dan gula pada diet makanan serta
membatasi minum sehari-hari. Garam dan gula dapat memperparah keluhan
sindrom pramenstruasi terutama pada gejala pembengkakan karena bersifat retensi
terhadap cairan (Baziad, 1993).
Sindrom pramenstruasi tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin
mengkonsumsi makanan yang manis-manis (coklat) dan karbohidrat sederhana
(biasanya gula). Pada umumnya sekitar 20 menit setelah mengkonsumsi gula dalam
jumlah banyak, timbul gejala hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar,
pusing kepala yang terkadang sampai pingsan. Hipoglikemia timbul karena
pengeluaran hormon insulin dalam tubuh meningkat. Rasa ingin menyantap
makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi garam dalam diet makanan, tidak
terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau kurangnya magnesium (Abraham,
1981).
Sindrom pramenstruasi tipe D (depression) adalah sindrom pramenstruasi
dengan gejala rasa ingin menangis, depresi, lemah, gangguan tidur, pelupa, bingung,
sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi), bahkan kadang-kadang muncul
rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya sindrom pramenstruasi tipe
D berlangsung bersamaan dengan sindrom pramenstruasi tipe A, hanya sekitar 3%
dari seluruh tipe sindrom pramenstruasi benar-benar murni tipe D. Sindrom
pramenstruasi tipe D murni disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon progesteron
dan estrogen. Kombinasi sindrom pramenstruasi tipe D dan tipe A dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu stres, kekurangan asam amino tyrosine, penyerapan dan
penyimpanan timbal di tubuh, atau kekurangan magnesium dan vitamin B (terutama
B6). Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung vitamin B6 dan
19
magnesium dapat membantu mengatasi gangguan sindrom pramenstruasi tipe D
yang terjadi bersamaan dengan sindrom pramenstruasi tipe A.
Upaya Menurunkan Keluhan PMS
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan sindrom
pramenstruasi saat ini meliputi terapi farmakologi dan non farmakologi. Secara
farmakologi terapi dilakukan dengan pemberian obat antidepresi seperti sertraline
(Jones, 2002). Studi yang dilakukan oleh Freeman (2004) menunjukkan bahwa
pemberian sertraline dengan dosis 50 mg dan 100 mg per hari selama tiga siklus
menstruasi menunjukkan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi yang signifikan
dibandingkan dengan plasebo. Selain antidepresi, pemberian analgesik dan anti
inflamasi juga dapat dilakukan pada penderita sindrom pramenstruasi (Smith,
2006).
Terapi secara non farmakologi yang umumnya dilakukan adalah dengan
pemberian suplemen vitamin dan mineral. Pemberian vitamin B6 diantaranya dapat
menurunkan retensi cairan dan emosi (Jones, 2002) sedangkan Whyatt (1999)
berpendapat bahwa pemberian vitamin B6 100 mg per hari selama 3 siklus dapat
memberikan manfaat pada penurunan keluhan gejala sindrom pramenstruasi. Pada
satu studi yang dilakukan oleh London et al. (1991) dengan pemberian multivitamin
dan mineral dihasilkan, bahwa usaha penurunan keluhan sindrom pramenstruasi
dapat dilakukan dengan pemberian vitamin B6 600 mg per hari, magnesium 500 mg
per hari, vitamin E 200 IU per hari, vitamin A 25,000 IU per hari. Pemberian
suplemen multivitamin dan mineral tersebut menurunkan keluhan sindrom
pramenstruasi dengan gejala yang berbeda-beda (Stewart A, 1987: Chakmakjian,
1985)
Beberapa studi juga dilakukan untuk melihat hubungan sindrom
pramenstruasi dengan defisiensi mineral. Quaranta (2007) mengatakan bahwa
pemberian 250 mg mineral magnesium setiap hari selama tiga bulan menurunkan
gejala sindrom pramenstruasi. Sulih hormon saat ini juga sudah dilakukan untuk
menurunkan keluhan gejala sindrom pramenstruasi meskipun terdapat pendapat
yang berbeda. Studi yang dilakukan oleh Dennerstein (1985) menunjukkan bahwa
pemberian hormon progesteron 3 x 100 mg per hari selama empat bulan,
20
memberikan manfaat pada penurunan sindrom pramenstruasi dibandingkan dengan
plasebo.
Herbal
Treatmen lain yang dapat dilakukan untun menurunkan keluhan sindrom
pramenstruasi adalah dengan herbal. Di Amerika herbal sudah digunakan sebagai
suplemen untuk pengobatan gejala sindrom pramenstruasi sedang di Eropa dan
Asia, herbal digunakan sebagai pemberi rasa atau dijadikan minuman (Bendich,
2000). Tanaman Evening primrose oil (Oenthera biennis) dapat mencegah keluhan
sindrom pramenstruasi dan memberikan manfaat menurunkan keluhan sindrom
pramenstruasi (Casper, 1987). Studi lain yang dilakukan oleh Schellenberg (2001)
diperoleh bahwa pemberian tablet ekstrak buah Agnus castus sebanyak 20 mg per
hari selama tiga siklus menstruasi, memberikan hasil yang signifikan terhadap
penurunan gejala sindrom pramenstruasi. Lima dari enam gejala sindrom
pramenstruasi yang diamati mengalami penurunan keluhan yaitu mudah
tersinggung, suasana hati yang tidak nyaman, emosi, sakit kepala dan
pembengkakkan pada payudara. Agnus castus berperan dalam meningkatkan
produksi hormon progesteron yang membantu menjaga keseimbangan hormon
estrogen dan progesteron pada fase luteal (Schellenberg et al, 2001).
Black cohosh (Cimicifuga racemosa) di Jerman sebagai suplemen yang
digunakan untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi (Blumenthal et al,
1998). Dong quai (Angelica polymorpha var sinensis) adalah herbal dari Cina yang
juga digunakan untuk terapi sindrom pramenstruasi (Foster, 1999). Menurut Chou
(2005) pengobatan tradisional Cina dengan menggunakan herbal sudah digunakan
dan memberikan hasil efektif dalam menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi.
Tanaman Torbangun (Coleus amboinicus Lour)
Torbangun merupakan suatu tumbuhan jenis perdu, mempunyai batang tebal,
berdaging lunak, dan agak berkayu dengan cabang-cabang yang mencapai
ketinggian satu meter. Pada bagian batangnya terdapat ruas-ruas. Bila bagian ruas
batangnya itu menyentuh tanah, maka akar bisa keluar pada bagian tersebut.
Torbangun biasanya ditanam di kebun-kebun di daerah dataran rendah dengan
21
ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Batangnya lunak dan berair, daunnya
berwarna hijau muda, berbentuk lonjong bergerigi kasar dan tebal. Daun torbangun
memiliki bau yang khas dan bermanfaat untuk pengobatan. Pengembang biakan
tanaman ini dapat dilakukan dengan cara stek dan dapat ditanam dalam pot maupun
ditanam langsung di tanah. Torbangun tumbuh di tempat-tempat yang tidak terlalu
banyak kena sinar matahari dan airnya cukup atau tidak terlalu kering (Tanaman
Obat Indonesia, 2005).
Daun torbangun (Gambar 2) memiliki daun tunggal berwarna hijau dengan
ukuran panjang 6-7 cm, lebar 5-6 cm. Daging daunnya tebal dan terletak berhadapan
satu daun dengan daun lainnya. Bagian ini memiliki tangkai. Bentuk daunnya bulat
telur berujung runcing dengan tepian bergerigi. Tulang daunnya tampak menonjol
seperti jala. Jika diremas, daunnya mengeluarkan aroma (Tanaman Obat Indonesia,
2005).
Gambar 2 Tanaman torbangun
Tanaman ini memiliki banyak khasiat. Kandungan zat aktif dalam tanaman
ini antara lain barbatusin, barbatusol (pada daun), koleol, forskolin, dan phytosterol
(Schoellhorn, 2002). Khasiat forskolin antara lain merangsang ereksi, dan aktivator
enzim adenilat-siklase, sementara itu phytosterol bersifat steroid (Schoellhorn,
2002). Forskolin juga berperan dalam meningkatkan produksi hormon tiroid,
dimana hormon tiroid berfungsi mempertahankan sekresi Gonadotropin Releasing
22
Hormone (GNRH). Sel-sel GNRH berdiameter sel kira-kira 275-375 nm yang
mengandung granula sekretori, menghasilkan FSH dan LH. FSH dan LH hormon
yang diproduksi oleh tubuh yang berhubungan dengan siklus menstruasi (Pragasta,
2008). LH berperan dalam meningkatkan dan mempertahankan korpus luteum
memperoduksi hormon progesteron.
Pada literatur Kebun Tanaman Obat Indonesi (2005) kandungan kimiawi
dalam daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) antara lain kalium, minyak atsiri
(dua persen) yang mengandung karvakrol, isoprofil-o-kresol, karvon, limonen,
dihidrokarvon, dihidrokarveol, karveol, asetaldehida, furol, dan fenol. Semua zat
kimia itu didapatkan di bagian daunnya. Phytochemical database (Santosa, 2005)
melaporkan bahwa dalam daun ini terdapat juga kandungan vitamin C, vitamin B1,
vitamin B12, beta karotin, niasin, karvakrol, kalsium, asam-asam lemak, asam
oksalat, dan serat. Senyawa-senyawa tersebut berpotensi terhadap bermacam-
macam aktivitas biologik, misalnya antioksidan, diuretik dan analgesik. Shreeve
(1983) mengemukakan bahwa kurangnya asam lemak esensial yang diperlukan oleh
tubuh kita merupakan penyebab utama sindroma pre-menstruasi. Kandungan zat
gizi daun torbangun dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan gizi daun torbangun.
No Zat Gizi Komposisi per100 gram
1
2
3
4
5
6
7
8
Energi Kalori* (kal)
Protein* (gram)
Lemak* (gram)
Karbohidrat* (gram)
Zat Besi** (mg)
Magnesium** (mg)
Kalsium** (mg)
Potasium** (mg)
27
1,3
0,6
4,0
13,6
62,5
230
52
Sumber : * Departemen Kesehatan RI (2001)** Batubara et al (2004)
Hasil uji fitokimia dalam daun torbangun terkandung alkaloid, flavonoid, dan
tanin. Golongan flavonoid yang terkandung dalam daun torbangun adalah golongan
flavonol glikosida, flavon glikosida, biflavonil, dan flavon (Batubara et al, 2004).
23
Senyawa flavonoid diketahui memiliki banyak fungsi bagi kesehatan manusia
seperti antioxidant, anti inflammatory, anti virus, anti bakteri, dan lain-lain (Baron,
2002). Tanaman torbangun selama ini telah digunakan untuk mengobati mulas,
perut kembung, sariawan, batuk, nyeri perut, dan demam. Daun torbangun telah
digunakan oleh masyarakat Batak Sumatera Utara sebagai makanan yang dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas ASI serta status gizi anak yang dilahirkan
(Damanik, 2005). Efek farmakologis tanaman ini adalah berbau harum, getir, dan
rasa tebal di lidah, menghilangkan sakit, penurun panas dan antiseptik. Menurut
Morton (1992) daun torbangun dapat digunakan untuk mengobati gangguan pada
vagina, selain itu daun torbangun mempunyai sifat dapat membersihkan darah
(Tanaman obat Indonesia, 2005).
Stephenson (2001) mengemukakan bahwa tanaman yang mengandung
iridoid dan flavonoid serta kandungan fitokimia yang berhubungan dengan hormon
reproduksi dapat digunakan untuk pengobatan tradisional penderita sindrom
pramenstruasi.
Herbal Komersil
Herbal komersil yang digunakan adalah herbal komersil yang sudah diperjual
belikan di pasar. Kandungan utama pada suplemen ini adalah jintan hitam. Jintan
hitam merupakan tanaman yang tumbuh liar sampai pada ketinggian 1100 m dari
permukaan laut. Biasanya ditanam di daerah pegunungan ataupun ditanam
dihalaman atau ladang sebagai tanaman rempah-rempah. Jintan hitam mengandung
senyawa fosfat, zat besi, fosfor, karbohidrat, dan minyak yang mengandung banyak
manfaat bagi kesehatan tubuh. Menurut suatu studi kandungan kadar minyak pada
jintan hitam sekitar 28% (Anonymous, 2007). Jintan hitam juga mengandung
antibiotika yang berguna untuk membasmi virus, kuman, dan bakteri. Terdapat pula
“karotena” yang dapat berfungsi sebagai antikanker, hormon-hormon reproduksi
(Imansyah, 2003).
Selain jintan hitam, Tuntas mengandung kunyit dan jahe. Kunyit berkhasiat
untuk melancarkan darah, peluruh darah, anti radang, mempermudah persalinan, anti
bakteri, menstruasi tidak teratur, sakit perut setelah melahirkan, astringent dan
antispasmodic sedangkan jahe berkhasiat untuk mengobati perut kembung, mulas
24
dan memperkuat khasit obat lain (Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura,
2002).
Hubungan Kebiasaan Makan dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi
Kebiasaan makan berpengaruh terhadap kejadian sindrom pramenstruasi.
Makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, kentang, jagung, gandum dan
oat membantu meringankan gejala sindrom pramenstruasi terutama berkaitan
dengan mood (Mommies, 2005). Karbohidrat dapat meringankan gejala sindrom
pramenstruasi karena karbohidrat berperan dalam meningkatkan gula darah. Ketika
tingkat gula darah turun, tubuh mengeluarkan adrenalin yang menghentikan
efektifitas hormon progesteron yang membantu penyembuhan gula darah
(Mommies, 2005).
Mengurangi konsumsi makanan bergaram dapat menurunkan keluhan
sindrom pramenstruasi karena garam dapat menyebabkan penahanan air (retensi)
dan pembengkakan pada perut. Usaha dengan mengurangi asupan garam maka rasa
kembung dan sakit saat menjelang menstruasi dapat berkurang (Simon, 2003)
Memperbanyak makan makanan yang berserat seperti sayur sayuran dan
buah buahan dapat mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi seperti sakit kepala
dan nyeri perut (Simon, 2003). Sayur sayuran dan buah buahan selain mengandung
serat kasar, juga banyak mengandung vitamin dan mineral yang dapat menurunkan
keluhan sindrom pramenstruasi. Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa
konsumsi makanan mengandung rendah serat ditemukan hubungan yang nyata
dengan keluhan nyeri perut (Nagata, 2005). Studi pada wanita penderita sindrom
pramenstruasi di Denmark yang dilakukan Deutch (1995) menyatakan bahwa sayur-
sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan mengandung rendah lemak tetapi
banyak mengandung asam lemak omega-3 yang relatif cukup besar. Asam lemak
omega-3 dapat menurunkan rasa sakit yang ditimbulkan saat menjelang menstruasi.
Mengkonsumsi makanan rendah lemak dapat menurunkan keluhan nyeri
perut dan pembengkakkan pada penderita sindrom pramenstruasi (Simon, 2003).
Menurut London et al. ( 1987) konsumsi rendah lemak dapat mencegah terjadinya
sindrom pramenstruasi. Sependapat dengan Mayo (1997) yang merekomendasikan
konsumsi rendah lemak pangan hewani dapat mencegah terjadinya sindrom
25
pramenstruasi. Wanita yang mengeluarkan darah cukup banyak ketika menstruasi,
membutuhkan konsumsi daging untuk mempertahankan level besi.
Minum air minimal 8 gelas sehari untuk membantu pengangkutan vitamin
dan mineral ke seluruh bagian tubuh dan memproduksi enzim pencernaan yang
membantu proses tubuh. Minum dengan jumlah yang cukup dapat mengurangi
pembengkakan, retensi air dan gejala sindrom pramenstruasi lainnya (Simon, 2003).
Zat Gizi Mikro yang Berhubungan dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi
Vitamin dan mineral disebut gizi mikro. Vitamin dan mineral dibutuhkan
dalam jumlah lebih sedikit daripada protein, lemak dan karbohidrat tapi sangat
penting untuk status gizi tubuh yang baik. Mereka membantu tubuh tetap bekerja
dan tetap sehat. Beberapa mineral juga memperbaiki jaringan tubuh, sebagai contoh
kalsium dan fluor terdapat di dalam tulang dan gigi, dan zat besi di dalam darah.
Zat gizi mikro diperlukan dalam metabolisme hormon reproduksi.
Kekurangan zat gizi ini berpengaruh pada hormon reproduksi. Vitamin A, Vitamin
B kompleks, asam pantotenat, vitamin B1, niasin, asam folat, vitamin C dan vitamin
E diperlukan organ reproduksi agar berfungsi dengan baik. Adapun mineral yang
dibutuhkan oleh organ reproduksi adalah jenis kalsium dan magnesium.
Penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi antara lain adalah faktor
hormon dan faktor makanan. Wanita yang mengkonsumsi makanan rendah
kandungan, mineral besi, kalsium, dan magnesium memiliki resiko terkena sindrom
pramenstruasi lebih tinggi dibandingkan wanita yang mengkonsumsi makanan yang
cukup mengandung mineral besi, kalsium dan magnesium. Dari sebuah studi
diketahui bahwa wanita yang rutin menambah suplemen kalsium (1000mg/hari) atau
magnesium (250mg/hari) di dalam pola makannya, lebih kecil beresiko mengalami
PMS (London, 1991).
Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh
manusia. Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu pada tulang
dan gigi. Pada darah dan jaringan lunak terdapat 1% kalsium. Tanpa kalsium yang
1% ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi, darah akan sulit membeku dan
26
transmisi saraf terganggu. Bila kadar kalsium darah rendah akibat asupan kurang,
tubuh akan mengambil kalsium dari tulang. Kebutuhan kalsium pada remaja putri
adalah sebesar 1000 mg per hari (Widyakarya Pangan Gizi, 2004). Kalsium akan
bekerja efektif setelah kulit terkena sengatan singkat radiasi ultraviolet-B. Paparan
sinar matahari memang merangsang produksi vitamin D. Vitamin ini diketahui
berfungsi sebagai pembuka kalsium untuk masuk ke dalam aliran darah, sampai
akhirnya menyatu di dalam tulang.
Salah satu peran penting lain kalsium adalah dalam meringankan sindrom
pramenstruasi (PMS). Menurut Linder (1992) defisiensi kalsium dalam darah dapat
mengakibatkan iritabilitas neuromuskuler (kekejangan dan kontraksi urat daging
yang tak terkendali) dan dapat menyebabkan peningkatan keluhan sindrom
pramenstruasi bila defisiensi itu terjadi pada fase luteal.
Kadar kalsium serum berperan dalam mengontrol sekresi paratiroid
(Pragasta, 2008). Peran hormon tiroid yang berhubungan dengan siklus mentruasi
adalah mempertahankan sekresi hormon gonadotropin yang merangsang pelepasan
hormon FSH dan LH di hipofisis. Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH
sedangkan pembentukan hormon progesteron dihasilkan oleh korpus luteum yang
dirangsang oleh LH dan berfungsi menyiapkan dinding uterus agar dapat menerima
telur yang sudah dibuahi.
Hal lain yang perlu diperhatikan, defisiensi kalsium dapat menyebabkan
rendahnya sekresi estrogen dari tubuh (Linder, 1992). Tingginya hormon estrogen
dalam tubuh dapat menyebabkan retensi cairan dalam tubuh yang menyebabkan
pembengkakan (Baziad, 2005).
Penelitian tentang hubungan kalsium dengan siklus menstruasi dimulai tahun
1930. Dari studi tersebut mulai dilakukan treatmen dengan pemberian suplemen
kalsium pada penderita sindrom pramenstruasi. Selanjutnya tahun 1989 suatu studi
dengan 33 orang subjek penelitian yang diberikan suplemen kalsium menunjukkan
hubungan yang nyata dengan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada
penderita setelah mengkonsumsi tablet kalsium 1000 mg per hari. (Thys-Jacobs et
al, 1989). Pada satu studi yang dilakukan terhadap 466 orang wanita penderita
sindrom pramenstruasi secara acak. Sebagian dari 466 wanita itu diberi 1.200 mg
kalsium karbonat per hari, hasilnya terlihat pada siklus menstruasi ketiga dimana
gejala sindrom pramenstruasi bisa dikurangi 48% pada wanita yang mengkonsumsi
27
kalsium dari total penderita, sedangkan pada kelompok plasebo hanya 30% gejala
sindrom pramenstruasi yang dapat dikurangi (Bendich, 2000).
Magnesium
Mineral magnesium dan zink penting dalam produksi serotonin dan
dopamine. Hormon-hormon ini dapat membantu meringankan gejala sindrom
pramenstruasi seperti sakit kepala, sakit pinggul dan ketegangan. Magnesium dapat
diperoleh dari gandum utuh (whole grain), kacang-kacangan, alpukat, dan sayuran
hijau, atau minum suplemen. Zink banyak ditemukan dalam berbagai makanan
seperti seafood, sereal, gandum dan sebagian besar makanan kaya protein seperti
daging dan produk susu (Abraham et al, 1981).
Kebutuhan mineral magnesium bagi remaja putri adalah 240 mg per hari
(Widyakarya Pangan Gizi, 2004). Pada wanita yang dengan gejala sindrom
pramenstruasi dilaporkan mengalami defisiensi magnesium (Abraham, 1981).
Menurut Rosenstein (1994) kandungan magnesium dalam darah pada wanita yang
mengalami sindrom pramenstruasi lebih rendah bila dibandingkan dengan wanita
yang tidak mengalami sindrom pramenstruasi. Hal itu dijelaskan pula oleh
Sherrwood (1986) bahwa rendahnya level magnesium dalam darah ditemui pada
wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi.
Defisiensi magnesium merupakan salah satu faktor menyebabkan terjadinya
keluhan sindrom pramenstruasi. Magnesium dalam tubuh manusia berperan dalam
metabolisme karbohidrat yaitu memecah glukosa menjadi dua asam pyruvat (Linder,
2008). Selain itu magnesium bersama kalsium berperan dalam sekresi hormon
estrogen. Meningkatnya konsentrasi hormon estrogen disebabkan karena sedikitnya
sekresi hormon estrogen yang diakibatkan rendahnya konsumsi magnesium
(Apriadji, 2008).
Magnesium selain itu juga berperan dalam produksi hormon serotonin.
Hormon serotonin berfungsi mengendalikan kestabilan emosi. Serotonin berperan
sebagai neurotransmiter yaitu zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa
pesan antar sel syaraf (Coad, 2002). Kadar serotonin yang rendah adalah suatu
kondisi yang dapat menyebabkan ovulasi tertunda atau lebih awal dan memicu suatu
ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron (Agustini, 2007).
28
Pemberian suplemen magnesium dapat menurunkan gejala sindrom
pramenstruasi (Facchinettia, 1991). Pemberian suplemen magnesium selama dua
siklus menstruasi juga efektif untuk menurunkan gejala sakit kepala pada penderita
sindrom pramenstruasi pada pertengahan siklus ke dua (Facchinettib, 1991).
Pemberian suplemen magnesium yang dikombinasikan dengan vitamin B6
menunjukkan penurunan gejala sindrom pramenstruasi kelompok A (axiety) seperti
rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil (De Souza et al, 2000)
Pada umumnya para dokter merekomendasikan pemberian suplemen
magnesium yang ideal sebesar 400 mg per hari. Efek pemberian suplemen
magnesium mulai terlihat setelah dua atau tiga bulan setelah pengobatan dimulai
(Werbach, 1994).
Zat Besi
. Zat besi (Fe) merupakan mikronutrien yang esensial dalam memproduksi
hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan
tubuh, mengangkut elektron dalam sel, dan dalam mensintesis enzim yang
mengandung zat besi yang dibutuhkan untuk menggunakan oksigen selama
memproduksi energi selluler (Linder, 1992). Zat besi adalah bagian penting dari sel
darah merah dan diperlukan untuk menjaga sel-sel tubuh supaya bekerja dengan
baik. Anemia karena kekurangan zat besi adalah masalah gizi paling umum di
dunia.
Zat besi penting untuk mengikat oksigen. Setiap hari tubuh kita
membutuhkan sekitar 20 mg zat besi dari makanan. Namun dari sejumlah itu hanya
kira-kira 2 mg saja yang diserap tubuh, sisanya terbuang bersama tinja. Jika sampai
kekurangan zat besi, maka pasokan oksigen dalam tubuh pun rendah sehingga suplai
oksigen ke otak juga rendah dan ini dapat meyebabkan sakit kepala (Utari, 2004).
Sumber zat besi yang paling baik adalah daging sapi, ikan, daging unggas, hati dan
organ tubuh hewan lainnya. Zat besi juga ditemukan pada kacang-kacangan,
sayuran daun hijau tua dan buah-buahan yang sudah dikeringkan. Zat besi yang
berasal dari pangan nabati ini tidak dapat diserap dengan baik oleh tubuh
sebagaimana zat besi yang berasal dari pangan.
Akibat menstruasi buruh wanita remaja harus kehilangan zat besi hingga dua
kali jumlah yang dikeluarkan pria. Remaja putri dengan berat badan 55 kg, zat besi
29
yang keluar lewat saluran pencernaan dan kulit atau kehilangan basal berjumlah
0,5 - 1,0 mg per hari, atau umumnya sekitar 0,8 mg per hari. Jumlah zat besi yang
hilang karena menstruasi, pada 95% populasi adalah 1,6 mg per hari, sehingga
jumlah zat besi yang hilang akibat menstruasi ditambah kehilangan basal menjadi
sekitar 2,4 mg per hari pada 95% populasi (Hartawan, 1998).
Menurut Cunningham et al. (1995) rata-rata banyaknya darah yang hilang
pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa
kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 12 gr per dl dan
kandungan besi Hb 2,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan
menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk
setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun. Dalam pembentukan
hemoglobin diperlukan zat besi.
Zat besi merupakan salah satu komponen penyusun hemoglobin. Jika tubuh
kekurangan zat besi (defisiensi zat besi), maka akan menghambat pembentukan
hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah.
Selanjutnya timbulah anemia akibat kekurangan zat besi yang disebut dengan
anemia defisiensi zat besi (Wijayakusuma, 2007). Gejala-gejala orang yang
mengalami anemia defisiensi zat besi adalah cepat lelah, lemah, kurang bergairah,
sakit kepala dan mudah marah, sulit berkonsentrasi dan rentan terhadap infeksi.
Pada anemia yang kronis menunjukkan bentuk kuku seperti sendok dan rapuh,
pecah-Pecah pada sudut mulut, lidah lunak dan sulit menelan. Oleh sebab itu
defisiensi zat besi dapat meningkatkan gejala keluhan sindrom pramenstruasi.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi zat besi
diantaranya adalah kurangnya zat besi dalam makanan yang dikonsumsi,
malabsorbsi zat besi (penyerapan zat besi yang tidak optimal) akibat diare kronis,
kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang berat, dan
perdarahan gastrointestinal akibat induksi obat. Kehilangan banyak darah tersebut
menyebabkan terkurasnya cadangan zat besi dalam tubuh sehingga pembentukan sel
darah merah terganggu (Wijayakusuma, 2007).
30
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan pendarahan dan terjadi secara berulang setiap bulan kecuali pada saat
kehamilan. Menstruasi yang berulang setiap bulan tersebut akhirnya membentuk
siklus menstruasi. Menstruasi yang terjadi sering disertai dengan rasa nyeri. Rasa
nyeri saat menstruasi merupakan keluhan ginekologi yang paling umum dan
banyak dialami oleh wanita. Gejala-gejala nyeri menstruasi diantaranya yaitu rasa
sakit datang secara tidak teratur dan kram di bagian bawah perut. Rasa sakit
menstruasi juga diikuti dengan sindrom pramenstruasi yaitu sekumpulan gejala
bervariasi yang muncul antara 7 hingga 14 hari sebelum masa menstruasi dimulai
dan biasanya berhenti saat menstruasi mulai. Gejala-gejala tersebut meliputi
tingkah laku seperti rasa tidak nyaman, nyeri pada bagian bawah perut, nyeri pada
payudara, sakit kepala dan masalah lainya yang berhubungan dengan siklus
menstruasi.
Sindrom pramenstruasi adalah suatu masalah umum yang terjadi pada
wanita-wanita yang masih mengalami siklus menstruasi, ditandai oleh emosi dan
gejala fisik yang secara konsisten terjadi sepanjang tahap luteal dari siklus
menstruasi. Sindrom pramenstruasi diakibatkan oleh perubahan hormonal yang
berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan
menstruasi. Sindrom pramenstruasi dapat juga disebabkan karena faktor genetik.
Selain itu, sindrom pramenstruasi berhubungan dengan faktor kejiwaan atau
psikis. Kekurangan zat-zat gizi seperti kurang vitamin B (terutama B6), vitamin E,
vitamin C, kalsium, magnesium, zat besi, zink, mangan, asam lemak linoleat juga
merupakan faktor penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi (Mira dan Abraham
1988)
Wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi akan mencari upaya untuk
mengurangi keluhan-keluhan yang terjadi menjelang menstruasi. Berbagai upaya
dilakukan untuk mengurangi keluhan-keluhan tersebut seperti istirahat, olah raga,
pengaturan diet makanan, terapi vitamin dan terapi hormon. Mengkonsumsi
suplemen seperti mengkonsumsi minuman kesehatan menjelang menstruasi adalah
31
salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk mengurangi keluhan jelang
menstruasi.
Faktor faktor yang berhubungan dengan masalah sindrom pramenstruasi
dapat dilihat pada kerangka pemikiran (Gambar 3).
Gambar 3 Faktor faktor yang berhubungan dengan sindrom pramenstruasi
Tidak diteliti
Diteliti
KUALITASMAKANGENETIK PSIKIS
STATUS GIZI HORMONAL
SINDROM PRAMENSTRUASI
STATUS Mg serum, Ca Serum, Hbdan hormon progesteron serum
PRODUKTIVITASKERJA
Daun Torbangun,Herbal komersil,plasebo
32
Definisi Operasional
Sindrom pramenstruasi adalah gejala gejala yang terjadi 7-10 hari sebelum
menstruasi yang terjadi berulang ulang dalam siklus menstruasi selama 3 bulan
berturut turut.
Keluhan sindrom pramenstruasi adalah kondisi yang terjadi pada subjek
penelitian 7 sampai 10 hari sebelum menstruasi yang terjadi minimal selama tiga
bulan berturut-turut.
Tingkat keparahan adalah tingkat keluhan yang ditimbulkan dari kejadian sindrom
pramenstruasi yang menyebabkan penderita tidak dapat beraktivitas
Sakit kepala adalah rasa sakit pada kepala yang timbul menjelang menstrusi yang
mengakibatkan aktivitas kerja terganggu.
Emosi adalah rasa marah, sedih yang timbul menjelang menstruasi dan
mengakibatkan aktifitas kerja terganggu.
Nyeri perut bagian bawah adalah rasa sakit yang timbul pada bagian bawah perut
yang timbul menjelang menstruasi yang mengakibatkan aktifitas kerja terganggu.
Nyeri pada payudara adalah rasa sakit pada payudara yang timbul menjelang
menstruasi
Kebiasaan makan adalah cara individu memilih, mengkonsumsi dan
menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan kepada latar belakang sosial
budaya.
Asupan kalsium dinilai dari pencatatan konsumsi pangan sebelum dan sesudah
pemberian suplemen yang kemudian dianalisis.
Asupan magnesium dinilai dari pencatatan konsumsi pangan sebelum dan sesudah
pemberian suplemen yang kemudian dianalisis.
33
Asupan zat besi dinilai dari pencatatan konsumsi pangan sebelum dan sesudah
pemberian suplemen yang kemudian dianalisis.
Status biokimia dalam darah adalah status gizi subjek penelitian dengan melihat
status biokimia kalsium serum, magnesium serum dan Hb darah sebelum dan
sesudah intervensi
Kalsium serum adalah kandungan kalsium (mg/dl) dalam serum darah sebelum dan
sesudah intervensi serta setelah menstruasi
Magnesium serum adalah kandungan magnesium (mg/dl) dalam serum darah
sebelum dan sesudah intervensi serta setelah menstruasi
Hb adalah Hb darah (mg/dl) yang diukur sebelum dan sesudah pemberian suplemen
serta setelah menstruasi
Hormon progesteron adalah hormon yang diproduksi oleh korpus luteum pada fase
luteal
Suplemen kapsul serbuk daun torbangun adalah daun torbangun yang
dikeringkan dalam oven pada suhu 40°C dan kemudian dihaluskan dengan grinder
serta di ayak dengan ayakan ukuran 50 mesh yang dimasukkan dalam kapsul ukuran
0 seberat 250 mg per kapsul.
34
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Desain
Desain penelitian ini adalah randomized control trial (RCT). Penelitian ini
terdiri dari tiga perlakuan. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama
adalah survey jenis sindrom pramenstruasi yang dialami remaja putri, tahap kedua
pembuatan suplemen kapsul serbuk daun torbangun dan tahap ketiga adalah
pemberian suplemen kapsul serbuk daun torbangun, herbal komersil dan plasebo
sebagai kontrol.
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2007 sampai dengan Mei 2008
di daerah Cinangneng-Cibanteng Kabupaten Bogor. Analisis kalsium serum,
magnesium serum dan Hb darah dilakukan di Laboratorium Biokimia Gizi
Masyarakat Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor Departemen Kesehatan
RI. Analisis hormon progesteron dilakukan di laboratorium Makmal Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Analisis serbuk daun torbangun dilaksanakan di
Laboratorium Jasa Analisis Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,
Fakultas Teknologi Pertanian IPB di Bogor.
Tahap Pelaksanaan Suplementasi
Tahap penentuan dosis kapsul serbuk daun torbangun didasari pada hasil
penelitian Subanu (1985) yang melaporkan bahwa daun torbangun secara in vitro
menunjukkan sifat oksitosik bila dikonsumsi dengan dosis 50 kg/7 gram, yaitu dapat
menyebabkan adanya kontraksi uterus. Dosis yang umum dilakukan dalam
pengobatan tradisional yaitu 750 mg serbuk daun torbangun atau 10 gram dalam
bentuk daun segar (Tanaman Obat Indonesia, 2005). Berdasarkan hal tersebut,
dalam penelitian ini dosis yang digunakan adalah 750 mg serbuk daun torbangun per
hari. Dosis yang digunakan pada herbal komersil adalah sebesar 300 mg per hari
yang berdasarkan informasi dari perusahaan yang memproduksi herbal komersil
tersebut.
35
Subjek penelitian ini adalah remaja putri berusia 15-18 tahun yang menderita
sindrom pramenstruasi. Subjek penelitian dikelompokkan secara acak kedalam tiga
kelompok perlakuan yaitu: 1) kelompok daun torbangun (DT) yaitu mendapatkan
kapsul serbuk daun torbangun 750 miligram (3 kapsul) per hari selama 14 hari, 2)
kelompok herbal komersil (HK) yaitu mendapatkan kapsul herbal komersil 300
miligram (1 kapsul) per hari selama 14 hari dan 3) kelompok plasebo sebagai
kontrol. Suplemen dianjurkan untuk dikonsumsi pada pagi hari.
Pembuatan Kapsul Serbuk Daun Torbangun
Tahap selanjutnya adalah pembuatan kapsul serbuk daun torbangun. Kapsul
serbuk daun torbangun dibuat dari daun torbangun yang dikeringkan kemudian
dihaluskan dengan alat grinder dan dimasukkan dalam kapsul ukuran 0 dengan berat
250 miligram per kapsul. Herbal komersil yang digunakan dengan herbal komersil
yang per kapsulnya mengandung jintan hitam, kunyit dan jahe yang diproduksi oleh
suatu perusahaan obat herbal tradisional yang dibeli di apotik pasar Pramuka, serta
plasebo yaitu amilum yang dimasukkan dalam kapsul sebagai kontrol.
Kapsul perlakuan yang digunakan untuk suplementasi mempunyai bentuk,
ukuran dan warna yang sama. Kapsul herbal komersil yang sebelumnya mempunyai
warna berbeda yaitu merah dan kuning, dibungkus dengan kapsul yang memiliki
warna seperti kapsul serbuk daun torbangun dan plasebo (Gambar 4).
Gambar 4 Kapsul yang digunakan dalam penelitian
Daun torbangun yang digunakan diambil dari pekarangan rumah peneliti.
Bibit tanaman torbangun diperoleh dari kebun torbangun dari peneliti Damanik yang
telah disertifikasi oleh herbarium Bogor. Daun torbangun yang dijadikan bahan
suplemen berusia 2,5 bulan. Kapsul serbuk daun torbangun dibuat dengan cara
mengeringkan daun torbangun segar dalam oven yang bersuhu 40° C selama 4 jam.
36
Sebelum dikeringkan, daun torbangun dicuci terlebih dahulu dan kemudian diangin-
anginkan. Daun torbangun yang telah dikeringkan kemudian dihaluskan dengan
menggunakan grinder yang kemudian diayak dengan ayakan ukuran 50 mesh. Dari
300 gram daun torbangun segar, setelah dikeringkan, dihaluskan dan diayak, akan
menghasilkan 22,5 gram serbuk daun torbangun. Serbuk daun torbangun
dimasukkan dalam kapsul ukuran 0 (Gambar 5). Proses pemasukan daun torbangun
dilakukan di laboratorium produksi Lembaga Farmasi Indonesia Angkatan Laut,
Jakarta.
Gambar 5 Bagan proses pembuatan kapsul serbuk daun torbangun
Pada herbal komersil agar memiliki bentuk yang sama, kapsul herbal
komersil tersebut dimasukkan dalam cangkang kapsul yang memiliki ukuran dan
warna yang sama dengan kapsul daun torbangun. Plasebo yaitu berupa kapsul yang
memiliki bentuk yang sama dengan kapsul lainnya yang diisi dengan amilum yaitu
tepung tapioka. Pemilihan amilum karena dalam jumlah kecil, amilum tidak
memberikan efek bagi tubuh.
DIKERINGKAN DALAMOVEN DENGAN SUHU 40°C
DIMASUKKAN DALAMKAPSUL
DIHALUSKAN DENGANGRINDER
37
Teknik Pemberian Suplemen
Bahan-bahan percobaan yang berupa tiga jenis kapsul disimpan dalam botol
plastik dan diberi silica gel yang berbeda sesuai dengan labelnya. Setiap botol diisi
kapsul yang diberi kode A, B dan C. Botol tersebut diberikan pada subjek sesuai
dengan kelompoknya setelah dilakukan pengambilan darah tahap pertama
bersamaan dengan pengisian formulir persetujuan (Informed Consent).
Sebelum dilakukan suplementasi dilakukan survey untuk mengetahui jenis
keluhan yang banyak dialami remaja putri. Responden yang mengikuti identifikasi
jenis keluhan diambil dari beberapa pabrik di daerah Darmaga dan Cinangneng
Kabupaten Bogor. Sebanyak 110 remaja putri telah mengikuti identifikasi.
Kapsul dikonsumsi setiap hari oleh subjek penelitian yang cara konsumsinya
dijelaskan secara lisan dan tulisan pada botol. Setiap tiga hari setelah pemberian
kapsul, dilakukan pengecekan terhadap subjek untuk menjaga kepatuhan konsumsi
kapsul (compliance). Pada pengecekan ke tiga, disertai dengan pendistribuasian
botol kembali untuk dikonsumsi pada minggu kedua. Suplementasi dilakukan
selama 14 hari, yang dihitung mulai 3 hari setelah menstruasi selama 14 hari pada
siklus pertama. Selain melakukan pengecekan setiap tiga hari, untuk menjaga
kepatuhan dilakukan berbagai upaya yang diantaranya melibatkan ibu dari subjek
penelitian, sosialisasi pada awal kegiatan, penjelasan pada saat pengumpulan data
baseline.
Teknik Penarikan Subjek Penelitian
Jumlah subjek penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini (kurva satu
sisi) menggunakan asumsi bahwa Zα = 5%, Zβ = 75%, d (selisih penurunan nilai
rata-rata yang diinginkan) = 3 dan estimasi standard deviasi (Sd) 3,01 (Hill dkk,
1980). Rumus yang digunakan adalah:
n ≥ [ (2 X s² X (Zβ + Zα)²] /d² = 11
sehingga diperoleh jumlah minimum subjek penelitian 11 orang per kelompok
perlakuan. Dengan asumsi drop-out dari penelitian sebesar 10%, maka jumlah
subjek penelitian adalah 12 orang. Untuk 3 kelompok perlakuan jumlah sampel
adalah sebanyak 36 orang.
38
Subjek penelitian ini adalah remaja putri yang mengalami sindrom
pramenstruasi, dengan memiliki kriteria: 1) Remaja putri usia 15-18 tahun.
Penentuan remaja putri dikarenakan selama mengikuti riset ini peserta tidak
diperkenankan hamil, tidak sedang menyusui dan tidak sedang menggunakan alat
kontrasepsi, 2) Tidak memiliki riwayat penyakit yang berhubungan dengan
ginekology seperti penyakit Ammenorrhea, 3) Memiliki siklus menstruasi normal
yaitu 28 hari. 4) Bersedia untuk diberikan suplemen selama 1 siklus menstruasi, 5)
Bersedia diambil darah sebelum dan setelah intervensi dan 6) Mengalami gejala
sindrom pramenstruasi dengan kriteria sedang, sesuai dengan gejala yang diamati
dari penelitian ini yaitu emosi, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah, dan nyeri
payudara.
Jumlah unit percobaan pada penelitian ini sebanyak 36 orang yang setiap
kelompok perlakuan terdiri dari 12 orang (Gambar 6). Subjek penelitian yang telah
memenuhi kriteria seperti yang telah ditentukan, kemudian secara acak
dikelompokkan menjadi tiga kelompok perlakuan. Kelompok daun torbangun diberi
kode A, kelompok herbal komersil diberi kode B dan untuk kelompok plasebo diberi
kode C.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Tabel 2 adalah jenis data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik
subjek penelitian yang meliputi nama lengkap, berat badan, tinggi badan, IMT, usia
awal menstruasi, keluhan saat menjelang menstruasi (sindrom pramenstruasi).
Kapsul serbuk bubukdaun torbangun
n = 12Placebo n = 11
Subjek Penelitiann = 35
Herbal komersiln = 12
Gambar 6 Pengelompokkan subjek penelitian berdasarkan perlakuan
perlakuanppPerlakuan
39
Data pola konsumsi makan yang meliputi kebiasaan makan, asupan kalsium,
magnesium dan asupan zat besi. Data gejala-gejala sindrom pramenstruasi yang
dialami subjek penelitian menjelang menstruasi yaitu nyeri pada payudara, sakit
kepala, nyeri pada bagian bawah perut dan emosi. Jenis dan cara pengumpulan data
disajikan pada.
Tabel 2 Jenis data dan cara pengumpulan data
No Jenis Data Cara Pengumpulan Data
1 Karakteristik subjek penelitian Wawancara langsung dengan menggunakankuesioner
2. Konsentrasi Mg, Ca dan Fe padasuplemen serbuk DT
Pengukuran kandungan gizi pada serbukdaun torbangun dengan metode AAS
3. Kebiasaan makan Wawancara langsung dengan subjekpenelitian pada awal treatmen dengankuesioner
4. Asupan Kalsium Pengukuran berdasarkan pencatatankonsumsi pangan sebelum dan sesudahpemberian suplemen dengan metode recall
5. Asupan Magnesium Pengukuran berdasarkan pencatatankonsumsi pangan sebelum dan sesudahpemberian suplemen dengan metode recall
6. Asupan Zat Besi Pengukuran berdasarkan pencatatankonsumsi pangan sebelum dan sesudahpemberian suplemen dengan metode recall
7. Keluhan yang dirasakan meliputinyeri payudara, sakit kepala, nyeriperut bagian bawah dan emosi.
Wawancara langsung dengan menggunakanlembar evaluasi
8.. Magnesium Serum Pengukuran kadar Mg (mg/dl) pada Darahsubjek penelitian sebelum dan sesudahpemberian suplemen serta setelah menstruasi
9. Kalsium Serum Pengukuran kadar Ca (mg/dl) pada Darahsubjek penelitian sebelum sesudah pemberiansuplemen serta setelah menstruasi
10. Hb darah Pengukuran kadar Hb (mg/dl) subjekpenelitian sebelum dan sesudah pemberiansuplemen serta setelah menstruasi
11. Konsentrasi Hormon Progesteron Pengukuran konsentrasi hormon progesteron(ng/ml) pada Darah subjek penelitianlsebelum dan sesudah pemberian suplemen
Data tersebut dikumpulkan melalui pengisian dan wawancara dengan
kuesioner, pengukuran langsung dan analisis laboratorium. Pengumpulan data
dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh seorang tenaga medis.
40
Tahapan Penelitian
Tahap pengambilan data subjek penelitian telah mendapat persetujuan
Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan Persetujuan Etik (Ethical Clearance)
Nomor: LB.03.02/KE/3872/2007 tertanggal 27 September 2007.
Proses penelitian dimulai dengan pencatatan tanggal subjek penelitian
mendapatkan menstruasi. Berdasarkan pencatatan waktu menstruasi yang diperoleh,
data kemudian dikelompokkan untuk mengetahui waktu pengambilan darah dan
berapa subjek penelitian yang diambil pada waktu yang bersamaan.
Subjek penelitian kemudian diundang ke rumah seorang bidan yang terletak
di sekitar tempat penelitian untuk pengambilan darah dan pemberian suplemen
berdasarkan kelompok perlakuan. Waktu pengambilan darah dan pemberian
suplemen tidak dilakukan bersamaan tetapi berdasarkan tanggal subjek penelitian
mendapatkan menstruasi. Rata rata dalam satu hari sekitar dua sampai empat subjek
penelitian yang diambil darah. Pemberian suplemen kapsul serbuk daun torbangun,
herbal komersil dan plasebo dimulai 3 hari setelah mengalami menstruasi (fase
folikel) pada siklus pertama dimulai penelitian. Setiap kelompok subjek penelitian,
mengkonsumsi suplemen sesuai dengan kelompok perlakuan setiap hari yang
diminum selama 1 siklus menstruasi yaitu selama 14 hari. Bersamaan dengan
pengambilan darah tahap satu, dilakukan wawancara dan recall konsumsi makan
pertama. Setelah 14 hari subjek penelitian mengkonsumsi suplemen, pada hari ke
15 dilakukan pengambilan darah tahap kedua. Pengambilan darah tahap kedua ini
dilakukan pada fase luteal yaitu fase menjelang terjadinya menstruasi. Pada
umumnya satu sampai dua hari setelah pengambilan darah tahap kedua, subjek
penelitian mendapatkan menstruasi. Bersamaan dengan pengambilan darah,
dilakukan recall konsumsi makan kedua sesudah pemberian suplemen. Selama fase
luteal hingga menstruasi, dilakukan pencatatan terhadap keluhan yang dialami.
Wawancara untuk mendapatkan data keluhan dilakukan peneliti dengan cara
mengunjungi subjek penelitian di rumahnya setelah mereka pulang kerja.
Pengambilan darah tahap ketiga dilakukan dua hari setelah menstruasi yaitu pada
fase folikel (Gambar 7).
41
Gambar 7 Tahap pengambilan data
Pengambilan darah tahap kedua dan tahap ketiga serta recall konsumsi
makan kedua tetap dilakukan di tempat yang sama yaitu di rumah bidan. Darah
tersebut kemudian dianalisis untuk melihat kandungan magnesium serum (mg/dl),
kalsium serum (mg/dl) dan Hb darah (mg/dl) serta konsentrasi hormon progesteron
serum (ng/ml).
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dari data terkumpul di
lapangan sampai siap untuk dianalisis. Terhadap data dari hasil pengumpulan di
lapangan dilakukan pengeditan (editing), pengkodean (coding) dan pemasukan data
kedalam komputer (entry data).
Pengolahan data meliputi data karakteristik subjek penelitian yaitu usia, berat
badan, tinggi badan, pendidikan berdasarkan lama sekolah, usia awal menstruasi,
siklus menstruasi, lama menstruasi. Data karakteristik diukur dengan menggunakan
ukuran rata rata, standard deviasi serta dikategorikan yang kemudian diukur
persentasenya.
3hari 1-2hari
Pemberian suplemen
Menstruasipertama
Menstruasikedua
Awal suplementasipengambilan darahpertama
3hari
Sesudah suplementasipengambilan darahkedua
Sesudah menstruasipengambilan darahketiga
42
Gejala gejala yang dialami menjelang menstruasi yang meliputi sakit kepala,
nyeri pada bagian bawah perut, nyeri pada payudara dan, emosi. Data tersebut
kemudian diukur dengan menggunakan ukuran rata rata, standard deviasi serta
dikategorikan yang kemudian diukur persentasenya. Jenis data, frekuensi dan
pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis data, frekuensi pengumpulan dan pengukuran
No Jenis Data Frekuensipengumpulan
Waktu pengumpulan Metodepengukuran
1. Karakteristik subjekpenelitian
1 kali Pada awal penelitian Kuesioner
2. Kandungan Ca, Mg, dan Fepada serbuk dauntorbangun
1 kali Awal penelitian AAS
3. Kebiasaan makan 1 kali Pada awal penelitian Kuesioner
4. Asupan Kalsium 2 kali Sebelum dan sesudahpemberian suplemen
Recall
5. Asupan Magnesium 2 kali Sebelum dan sesudahpemberian suplemen
Recall
6. Asupan Besi 2 kali Sebelum dan sesudahpemberian suplemen
Recall
7. Keluhan yang dirasakan:nyeri payudara, sakitkepala, nyeri pada perutbagian bawah dan emosi.
1 kali Pada awal penelitian Lembarevaluasipenilaian
8. Magnesium Serum 3 kali Sebelum, sesudahpemberian suplemendan setelahmenstruasi
AAS
9. Kalsium Serum 3 kali Sebelum, sesudahpemberian suplemendan setelahmenstruasi
AAS
10. Hb darah 3 kali Sebelum, sesudahpemberian suplemendan setelahmenstruasi
Sianmet
11. Hormon Progesteron 3 kali Sebelum, sesudahpemberian suplemendan setelahmenstruasi
Spektrofotometer, Elisa
43
Data konsumsi makan dari food recall direkap untuk diindentifikasi jenis
jenis makanan yang dikonsumsi dan ukurannya. Food recall dilakukan selama dua
hari yaitu pada saat sebelum suplementasi dan sesudah suplementasi. Data konsumsi
makan yang telah diperoleh kemudian dikonversi ke dalam zat gizi menggunakan
DKBM tahun 2001. Untuk menghitung kecukupan energi dan zat gizi kelompok
remaja menggunakan Angka Kecukupan Gizi (WNPG, 2004). Data kebiasaan
makan direkap berdasarkan jenis-jenis makanan yang sering dikonsumsi selama satu
minggu.
Data profil darah meliputi kadar kalsium serum, magnesium serum, Hb dan
hormon progesteron dalam serum darah. Data yang diperoleh kemudian
dibandingkan berdasarkan kandungan normal dalam darah. Untuk kalsium serum
kandungan normal kalsium dalam serum darah adalah 9 – 11 mg/dl. Kandungan
normal magnesium dalam serum darah adalah antara 1,7– 2,3 mg/dl. Hb darah
normal pada berada pada level 12 mg/dl hingga 14 mg/d dan pada fase luteal atau
setelah fase ovulasi, kadar hormon progesteron berada pada level diatas 4 ng/ml
dan pada fase folikel atau fase sebelum fase ovulasi berada pada level dibawah
2 ng/ml.
Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis untuk melihat pengaruh
suplementasi kapsul serbuk daun torbangun terhadap gejala sindrom pramenstruasi
yang meliputi emosi, sakit kepala, nyeri pada bagian bawah perut, dan nyeri pada
payudara pada subjek penelitian.
Analisis data terhadap konsentrasi vitamin dan mineral pada suplementasi
kapsul serbuk daun torbangun dilakukan di laboratorium kimia gizi departemen
Gizi Masyarakat. Anova digunakan untuk membandingkan perbedaan peubah
parametrik sebelum perlakuan seperti melihat perbedaan karakteristis subjek
penelitian, tingkat kepatuhan, kebiasaan makan, konsentrasi kalsium serum,
magnesium serum serta Hb dan profil hormon progesteron serum subjek penelitian
antar kelompok perlakuan.
Uji Chi square digunakan untuk menguji kesamaan distribusi non-parametrik
antar kelompok perlakuan, yaitu melihat perbedaan penurunan jenis keluhan
sesudah pemberian suplemen antar kelompok perlakuan. Uji t digunakan untuk
membandingkan signifikansi peubah parametrik sebelum dan sesudah suplementasi,
yaitu melihat perbedaan nilai rata-rata jumlah jenis keluhan sebelum dan sesudah
44
pemberian suplemen per kelompok perlakuan. Korelasi digunakan untuk melihat
hubungan antara jenis keluhan sindrom pramenstruasi dengan kadar kalsium serum,
magnesium serum, progesteron serum dalam darah.
45
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Mineral Daun Torbangun
Daun torbangun kaya akan zat gizi mineral seperti kalsium, magnesium dan
zat besi. Kalsium dan Magnesium adalah mineral yang dapat digunakan untuk
terapi penderita sindrom pramenstruasi. Berdasarkan analisis serbuk daun
torbangun dengan metode AAS, diperoleh kandungan kalsium, magnesium dan zat
besi seperti pada Tabel 4.
Tabel 4 Kandungan mineral Ca, Mg dan Fe pada serbuk daun torbangun.
No Mineral Komposisi mg/100g
1
2
3
Kalsium
Magnesium
Besi
2739
36
21
Kandungan kalsium pada daun torbangun segar adalah 273,8 mg/100 gram.
Kandungan kalsium pada daun torbangun tidak berbeda jauh dengan kandungan
kalsium pada bayam yaitu 267 mg/100 gram, daun katuk 233 mg/100 gram (DKBM,
1995). Sedangkan susu sebagai salah satu bahan pangan sumber kalsium memiliki
kandungan kalsium 143 mg/100 gram pada susu segar dan susu bubuk full cream
895 mg per gram (DKBM, 1994).
Keluhan Sindrom Pramenstruasi
Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah remaja putri usia antara 15-18
tahun yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok terbesar berada pada
kelompok usia17-18 tahun (68,6 %) dengan rata rata 17,1±1,5 tahun baik pada
kelompok kapsul serbuk daun torbangun, herbal komersil dan kontrol dan 31,4 %
berusia antara 15-16 tahun (Tabel 5). Secara umum tidak terdapat perbedaan yang
nyata (p>0,05) antara kelompok usia 15-16 tahun dengan kelompok usia 17-18
tahun antar perlakuan. Gejala sindrom pramenstruasi semakin meningkat
bersamaan dengan meningkatnya usia. Wanita dengan usia 35-45 tahun pada
46
umumnya mengalami keluhan sindrom pramenstruasi yang lebih parah (Mommies,
2005).
Tabel 5 Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik D T(n=12)
n %
H K(n-12)
n %
Kontrol(n=11)
n %
Total(n=35)
n %p
Usia (thn)15-16 tahun17-18 tahunRata-rata
4 33,3 8 66,7
17,1±1,5
3 259 7517,1±1,5
4 36,47 63,6
17±1,5
11 31,4 24 68,6
17,1±1,5 0,185PendidikanSDSMPSMURata-rata
9 75,0 1 8,4 2 16,7
7,0±2,0
7 58,34 33,31 8,4
7,5±2,0
7 63,64 36,40 0
7,1±1,5
23 65,7 10 28,6 2 5,7
7,2±1,8 0,783
Berat badan (kg)35-4445-54 > 55Rata-rata
3 25,0 7 58,3 2 16,7
48,3±6,7
4 33,37 58,31 8,4
46,3±4,5
8 72,72 18,21 9,1 43,6±6,5
15 42,9 16 45,7 4 11,4
46,1±6,1 0,408Tinggi Badan (cm)< 150150-159160-169Rata-rata
1 8,4 7 58,3 4 33,3153,6±6,3
2 16,69 75,01 8,4151.8±5,8
4 36,47 63,60 0150,3±5,5
7 20,0 23 65,7 5 14,3 151,9±5,8 0,955
IMT< 18,518,5-25>25Rata-rata
1 8,4 8 66,7 3 25,020,6±3,4
2 6,7 9 75,0 1 8,3
20,2±2,7
4 45,5 6 45,5 1 9,0
19,3±2,8
8 22,8 22 62,9 5 14,3
20,0 ±2,9 0,594
Sebagian besar pendidikan subjek penelitian pada tingkatan Sekolah Dasar
(SD) 65,7 % dengan rata rata lama pendidikan 7,2±1,8 tahun. Pendidikan tertinggi
adalah pada tingkat Sekolah Menengah Umum dengan persentase sangat rendah
yaitu hanya sebesar 5,7 %. Data ini memperlihatkan bahwa pendidikan subjek
penelitian sangat rendah, masih di bawah program wajib belajar 9 tahun dengan rata
rata lama pendidikan 7,2 tahun. Hasil uji Anova menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang nyata (p>0,05) pendidikan subjek penelitian antar perlakuan.
Berat badan subjek penelitian terbesar berada pada kelompok berat badan
antara 45 – 54 kg sebesar 45,7 % dengan rata-rata berat badan 46,1±6,1 kg dan tidak
berbeda jauh dengan kelompok berat badan antara 35-44 kg. hasil uji Anova
47
menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) berat badan antar kelompok
perlakuan.
Tinggi badan subjek penelitian terbesar berada pada kelompok tinggi badan
antara 150-159 cm yaitu sebesar 65,7 % dengan rata-rata tinggi badan 151,9±5,8 cm.
Sebesar 20 % subjek penelitian memiliki tinggi badan di bawah 150 cm. Hasil uji
Anova menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) tinggi badan antar
kelompok perlakuan.
Indeks massa tubuh subjek penelitian pada ketiga kelompok perlakuan
terbesar pada kelompok 18,5-25 yaitu sebesar 62,9 % dengan rata rata indeks massa
tubuh 20,0±2,9 Indeks massa tubuh 18,5-25 berarti subjek penelitian memiliki
massa tubuh normal, sebesar 22,8 % subjek penelitian yang memiliki massa tubuh di
bawah 18,5 yang berarti kurus. Subjek penelitian yang memiliki indeks massa tubuh
di atas 25 kg yang berarti obesitas sebesar 14,3%. Hasil uji Anova menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) indeks massa tubuh antar kelompok
perlakuan.
Berdasarkan pendidikan, berat badan, tinggi badan dan IMT, terlihat bahwa
subjek penelitian memiliki karakteristik yang cenderung homogen antar kelompok
perlakuan. Hal itu dapat dilihat dari hasil uji Anova dimana p > 0,05.
Menarke dan Kisaran Menstruasi
Menarke adalah usia pertama seorang wanita mendapat menstruasi. Usia
pertama mendapat menstruasi atau menarke subjek penelitian rata rata berada pada
usia 13,5±1,33 tahun. Tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) diantara kelompok
perlakuan dalam hal menarke dan kisaran menstruasi. Usia pertama menstruasi
subjek penelitian terbesar berada pada kelompok usia antara 12-15 tahun yaitu
sebanyak 80 %. Umumnya usia pertama terjadi menstruasi paling sering terjadi pada
usia 13 tahun, tetapi dapat juga menarke terjadi pada usia 10-16 tahun (Rajikin,
2007).
Hasil penelitian yang dilakukan Suryana (2005) pada mahasiswa putri
tingkat persiapan bersama IPB menunjukkan rata-rata menarke (usia pertama
menstruasi) adalah 12,7 tahun. Penelitian yang dilakukan Whincup (2001)
menunjukkan bahwa remaja putri yang lahir antara tahun 1982 dan 1986 di Inggris
rata rata mendapatkan menstruasi pertama kali pada usia 13 tahun sedangkan
48
menurut Coad (2002) bahwa usia rata-rata menarke di Eropa adalah 12 tahun hingga
13 tahun.
Baziad (2005) berpendapat bahwa lama menstruasi pada umumnya berkisar
antara 3-5 hari, dan ada sebagian antara 7-8 hari. Lama menstruasi subjek penelitian
berada pada kisaran 3-5 hari sebesar 54,3% dengan rata rata kisaran 5,6±0,7. Lama
kisaran menstruasi subjek penelitian adalah normal. Dengan uji Anova, lama
menstruasi subjek penelitian antar kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang
nyata (p>0,05) (Tabel 6).
Tabel 6 Rata rata usia pertama mendapat menstruasi (menarke) dan kisaran menstruasi
Kelompok Total pKeadaan menstruasiDT HK Kontrol
Menarke (tahun)< 1212-15> 15Rata-rata
Kisaran menstruasi3-5 hari6-7 hariRata-rata
1 8,39 75,02 16,713,0±1,4
7 58,35 41,7
5,7±0,7
1 8,3 9 75,0 2 16,713,5 ±1,6
6 50,0 6 50,0 5,5±0,7
0 0 10 90,9 1 9,1
13,9±0,9
6 54,5 5 45,5
5,72±0,8
2 5,728 80,0 5 14,313,5±1,3
19 54,316 45,7
5,6±0,7
0,269
0,724
Keluhan Sindrom Pramenstruasi.
Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah mengamati jenis-jenis keluhan
sindrom pramenstruasi yang sedang dialami subjek penelitian, yaitu diantaranya
nyeri payudara, sakit kepala, nyeri perut pada bagian bawah dan emosi. Penentuan
jenis keluhan sindrom pramenstruasi berdasarkan dari suatu studi, yang
menghasilkan informasi bahwa gejala sindrom pramenstruasi yang paling umum
terjadi adalah nyeri payudara, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah dan emosi
(Stephenson, 2001).
Hasil identifikasi keluhan yang banyak dialami remaja putri yang dilakukan
peneliti dalam penelitian ini sebanyak 55,5% responden mengalami keluhan nyeri
payudara, 60% mengalami sakit kepala, 65% mengalami nyeri perut bagian bawah
dan 70% responden mengalami emosi jelang menstruasi. Hasil identifikasi jenis-
jenis keluhan yang banyak dialami remaja putri dapat dilihat pada Tabel 7.
49
Subjek penelitian diambil dari responden yang ikut dalam identifikasi jenis
keluhan sindrom pramenstruasi, dengan syarat minimal mengalami dua keluhan dari
empat jenis keluhan yang ditentukan peneliti selain dari kriteria yang telah
ditentukan. Sebanyak 110 responden yang mengikuti identifikasi keluhan, hanya
sebanyak 36 subjek penelitian yang masuk dalam kriteria yang telah ditentukan.
Dalam perjalanan selanjutnya, seorang subjek penelitian dari kelompok kontrol
mengundurkan diri karena pindah kerja ke Jakarta, sehingga hanya 35 subjek
penelitian yang mengikuti penelitian ini hingga berakhir.
Tabel 7 Sebaran responden terhadap kombinasi keluhan sindrom pramenstruasi yang dialami
n = 110
Jenis keluhan Ya
n %
Tidak
n %
Pembengkakan pada tangan dan kaki
Perut kembung
Nyeri payudara
Peningkatan berat badan
Rasa lapar ingin mengkonsumsi
makanan yang manis
Nafsu makan bertambah
Sakit kepala
Daerah panggul terasa berat
Mual dan muntah
Kelelahan yang luar biasa
Kelainan kulit (misalnya jerawat )
Nyeri perut bagian bawah..
Emosi /Mudah marah
Cemas.
Mudah tersinggung / Sensitif
Gangguan Tidur
14 12,7
33 30
61 55,5
20 18,2
34 30,9
39 35,5
66 60
42 38,2
11 10
42 38,2
41 37,3
65 59,1
70 63,6
34 30,9
48 43,6
9 8,2
96 87,3
77 70
49 44,5
90 81,8
76 69,1
71 64,5
44 40
68 61,8
99 90
68 61,8
69 62,7
45 40,9
40 36,4
76 69,1
62 56,4
101 91,8
50
Sebanyak 28 orang dari 35 subjek penelitian, yang mengalami keluhan nyeri
payudara, 21 orang mengalami keluhan sakit kepala, 29 orang mengalami nyeri
perut bagian bawah dan 31 orang mengalami keluhan emosi. Pada kelompok
perlakuan pemberian kapsul serbuk daun torbangun (DT), sebesar 29% subjek
penelitian mengalami keluhan nyeri payudara, 17,1% mengalami keluhan sakit
kepala, 29% mengalami keluhan nyeri perut bagian bawah dan 31,4% mengalami
keluhan emosi. Pada kelompok herbal komersil (HK) diperoleh sebesar 25,7%
subjek penelitian yang mengalami keluhan nyeri payudara, sakit kepala sebesar
sebesar 22,9% nyeri perut bagian bawah, sebesar 25,7 % dan emosi yaitu sebesar
31,4%. Kelompok kontrol sebesar 25,7 % subjek penelitian yang mengalami
keluhan nyeri payudara, sakit kepala sebesar sebesar 20 % nyeri perut bagian
bawah, sebesar 29% dan emosi yaitu sebesar 25,7% (Gambar 8).
29
17.1
29
31.4
25.7
22.9
25.7
31.4
25.7
20
29
25.7
0
5
10
15
20
25
30
35
Payudara terasa nyeri Sakit kepala Nyeri perut bagianbawah
Emosional
Jenis Keluhan
%
DTHKKontrol
Gambar 8 Persentase jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan menurut kelompok perlakuan sebelum pemberian suplemen
Subjek penelitian yang dilibatkan dalam penelitian ini minimal mengalami
dua jenis keluhan yang sesuai dengan jenis keluhan yang telah ditentukan. Jenis
keluhan yang dialami subjek penelitian bervariasi antara satu dengan yang lain.
Pada umumnya subjek penelitian rata-rata mengalami tiga jenis keluhan pada tiap-
51
tiap kelompok perlakuan dengan jenis keluhan yang berbeda. Jenis-jenis keluhan
yang dialami subjek penelitian memiliki sebelas variasi. Sebaran jenis-jenis keluhan
yang dialami subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Sebaran subjek penelitian berdasarkan kombinasi gejala keluhan sindrompramenstruasi yang dialami sebelum suplementasi
n = 35Jenis gejala sindrompramenstruasi DT HK Kontrol
n % n % n %
P+SK+NP+E
P+SK+NP
P+SK+E
P+NP+E
SK+NP+E
P+SK
P+NP
P+E
SK+NP
SK+E
NP+E
Total
4 33,34
- -
1 8,33
4 33,34
1 8,33
- -
1 8,33
- -
- -
1 8,33
- -
12 100
4 33,34
- -
1 8,33
2 16,67
2 16,67
1 8,33
-
1 8,33
- -
0 -
1 8,33
12 100
4 33,34
1 8,33
- -
4 33,34
- -
- -
- -
- -
1 8,33
1 8,33
- -
11 100
Keterangan:P = nyeri payudaraSK = sakit kepalaNP = nyeri pada perut bagian bawahE = emosi
Upaya Mengatasi Keluhan PMS
Selama ini sebagian besar subjek penelitian tidak melakukan upaya apapun,
hanya sebesar 8,6 % subjek penelitian melakukan upaya mengkonsumsi obat untuk
mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi. Ada beberapa upaya yang dilakukan
oleh subjek penelitian yang selanjutnya ditunjukkan pada Tabel 9.
Sebesar 57,1 % subjek penelitian membiarkan saja dengan alasan tidak ada
biaya untuk membeli obat. Sebesar 25,7 % subjek penelitian istirahat tidur ketika
52
sedang mengalami keluhan PMS dan sebesar 5,7 % mengompres perut dengan air
hangat. Menurut Baziad (1993) air hangat dapat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit pada keluhan nyeri pada perut bagian bawah penderita sindrom pramenstruasi.
Tabel 9 Upaya yang dilakukan untuk mengurangi gejala keluhan sindrompramenstruasi
Kelompok Total Upaya
DTn %
HKn %
Kontroln % n %
Membiarkan saja
Mengompres perut denganair hangat
Istirahat/tidur
Minum obat
Mengkonsumsi sayuran
6 50
1 8,3
3 25
2 16,7
0 0
6 50
1 8,3
4 33,4
1 8,3
0 0
8 72,7
0 0
2 18,2
0 0
1 9,1
20 57,1
2 5,7
9 25,7
3 8,6
1 2,9
Total 12 100 12 100 11 100 35 100
Setelah identifikasi dan penentuan subjek penelitian, dilakukan pemberian
suplemen pada subjek penelitian sesuai dengan kelompok perlakuan. Pemberian
suplemen dilaksanakan sejak fase folikel yaitu tiga hari setelah menstruasi hingga
fase luteal yaitu 1-2 hari sebelum menstruasi. Pemberian suplemen pada tiga hari
setelah menstruasi karena berdasarkan beberapa studi menunjukkan bahwa tiga hari
setelah menstruasi hormon mulai diproduksi dan mulai seimbang (Mira, 1988).
Kepada semua subjek penelitian diminta untuk mengkonsumsi kapsul pada
pagi hari. Untuk meningkatkan kepatuhan minum kapsul dilakukan melalui
pengawasan langsung oleh peneliti ketika pengambilan dan pencatatan laporan.
Seluruh subjek penelitian diperintahkan mengisi formulir monitoring yang setiap 2
hari diperiksa oleh peneliti. Selain mengisi formulir monitoring, verifikasi kejujuran
pelaporan pengisian kepatuhan minum kapsul subjek penelitian juga dilakukan
peneliti dengan cara menanyakan kepada anggota keluarga peserta.
53
Selama pemberian suplemen, dari laporan mingguan diperoleh informasi
bahwa tidak ada subjek penelitian yang menggunakan suplemen atau obat lain untuk
mengurangi keluhan menstruasi. Selain itu juga tidak ada subjek penelitian yang
mengkonsumsi jamu untuk memperlancar haid. Hasil menunjukkan bahwa tingkat
kepercayaan pelaporan subjek penelitian dengan nilai median 4 yakni percaya.
Sesudah pemberian suplemen, dilakukan analisis terhadap kepatuhan minum
kapsul. Rata-rata per kelompok perlakuan kepatuhan minum kapsul mencapai
93,4% (Gambar 9). Dengan uji Anova, rata rata tingkat kepatuhan konsumsi antar
ketiga kelompok tidak berbeda nya (p>0,05).
0 0 0
93 93 92.9
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
DT HK KontrolKelompok Perlakuan
%
Gambar 9 Rata-rata persentase kepatuhan minum kapsul menurut kelompok perlakuan
Jenis Keluhan PMS
Jenis keluhan sindrom pramenstruasi yang diamati dalam penelitian ini
adalah sakit kepala, nyeri payudara, nyeri pada perut bagian bawah dan emosi. Jenis
keluhan yang dialami tersebut dibandingkan antara sebelum diberikan suplemen
dengan sesudah diberikan suplemen.
Subjek penelitian pada umumnya sebelum pemberian suplemen nilai rata-
rata jumlah jenis keluhan dari seluruh kelompok perlakuan yang dialami adalah
3.97±0,985 dan sesudah pemberian suplemen terjadi penurunan menjadi 1,45±1,666.
Gambar 10 menunjukkan nilai rata rata jumlah jenis keluhan antar kelompok
sebelum dan sesudah pemberian suplemen.
54
Berdasarkan uji Chi square diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang nyata
(p>0,05) nilai rata rata jumlah jenis keluhan PMS yang dialami subjek penelitian
sebelum pemberian suplemen antar kelompok perlakuan. Nilai rata rata jumlah jenis
keluhan yang dialami subjek penelitian sesudah pemberian suplemen, berdasarkan
uji Chi square memperlihatkan perbedaan yang nyata (p<0,05) antar kelompok
perlakuan (Lampiran 13).
43.83
4.09
0.25
0.92
3.18
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
DT HK KontrolKelompok Perlakuan
Nila
i Rat
a-ra
ta
Sebelum Sesudah
Gambar 10 Nilai rata-rata jumlah jenis keluhan sebelum dan sesudahpemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan
Analisis juga dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan nilai rata rata
jumlah keluhan antara kelompok kapsul serbuk daun torbangun, herbal komersil dan
kontrol. Berdasarkan uji t, nilai rata rata jumlah jenis keluhan pada kelompok yang
diberi suplemen kapsul serbuk daun torbangun berbeda nyata (p<0,05) dengan
kelompok kontrol sesudah pemberian suplemen. Hasil uji t juga memperlihatkan
nilai rata rata jumlah jenis keluhan pada kelompok yang diberi suplemen herbal
komersil berbeda nyata (p<0,05) dengan kelompok kontrol sesudah pemberian
suplemen. Nilai rata rata jumlah jenis keluhan untuk kelompok kapsul serbuk daun
torbangun dengan kelompok herbal komersil, berdasarkan uji t tidak
memperlihatkan perbedaan yang nyata (p>0,05).
Tabel 10 adalah pengamatan penurunan terhadap nilai rata-rata jenis keluhan
antara sesudah dan sebelum pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan.
Berdasarkan uji t diperoleh bahwa ada perbedaan yang nyata (p<0,05) nilai rata-rata
55
jenis keluhan sebelum dan sesudah pemberian suplemen pada kelompok perlakuan
kapsul serbuk daun torbangun. Pada kelompok herbal komersil, hasil uji t
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (p<0,05) nilai rata-rata jenis keluhan
sebelum dan sesudah pemberian suplemen, sedangkan pada kelompok kontrol hasil
uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) nilai rata-rata jenis
keluhan sebelum dan sesudah pemberian suplemen.
Tabel 10 Nilai rata-rata jumlah jenis keluhan sebelum dan sesudah pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan Sebelum pemberiansuplemen
Sesudah pemberiansuplemen
p
DT 4,00± 0,953 0,25 ± 0,622 0,00*
HK 3,83 ± 1,115 0,92 ± 1,311 0,00*
Kontrol 4,09 ± 0,944 3,18 ± 1,328 0,53Keterangan* = Berpengaruh nyata (p<0,05)
Pemberian suplemen dilakukan selama 14 hari, dimulai pada fase folikel
sampai fase luteal pada satu siklus menstruasi. Alasan pemberian suplemen selama
14 hari karena sindrom pramenstruasi umumnya terjadi 10 hari sebelum menstruasi.
Pemberian suplemen dimulai tiga hari setelah menstruasi. Sesudah pemberian
suplemen terlihat adanya penurunan keluhan yang cenderung cukup signifikan pada
kelompok kapsul serbuk daun torbangun dan herbal komersil pada tiap jenis
keluhan.
Penurunan keluhan nyeri payudara pada kelompok perlakuan kapsul serbuk
daun torbangun dan herbal komersil lebih besar dibandingkan kelompok kontrol.
Sebanyak 10 orang subjek penelitian yang menderita nyeri payudara pada kelompok
kapsul serbuk daun torbangun setelah pemberian suplemen sebanyak 9 orang
subjek penelitian mengaku mengalami penurunan keluhan nyeri payudara. Pada
kelompok herbal komersil, dari 9 orang subjek penelitian yang menderita nyeri
payudara, sesudah pemberian suplemen sebanyak 7 orang subjek penelitian
mengaku mengalami penurunan keluhan nyeri payudara. Sedangkan pada kelompok
kontrol, dari 9 orang subjek penelitian yang menderita keluhan nyeri payudara,
sesudah pemberian suplemen sebanyak 7 orang yang masih menderita keluhan.
Hanya 2 orang subjek penelitian yang mengalami penurunan keluhan nyeri
56
payudara. Gambar 11 memperlihatkan jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis
keluhan nyeri payudara sebelum dan sesudah pemberian suplemen.
.
10
1
9
2
9
7
0
2
4
6
8
10
12
D T
Seb
elum
Ses
udah H K
Seb
elum
Ses
udah
Kontrol
Seb
elum
Ses
udah
Ora
ng
Gambar 11 Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhannyeri payudara sebelum dan sesudah pemberian suplemen
Berdasarkan keluhan sakit kepala, jumlah subjek penelitan yang mengalami
penurunan gejala sakit kepala pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun dan
herbal komersil lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Pada kontrol hanya 1
orang yang mengalami penurunan keluhan sakit kepala.
Subjek penelitian yang menderita sakit kepala pada kelompok kapsul serbuk
daun torbangun sebanyak 6 orang. Setelah pemberian suplemen, seluruh subjek
penelitian mengaku mengalami penurunan keluhan sakit kepala. Pada kelompok
herbal komersil, dari 8 orang subjek penelitian yang menderita sakit kepala, sesudah
pemberian suplemen hanya 2 orang subjek penelitian yang masih mengalami
keluhan sakit kepala. Sedangkan pada kelompok kontrol, dari 7 orang subjek
penelitian yang menderita keluhan sakit kepala, sesudah pemberian suplemen hanya
satu orang subjek penelitian yang mengalami penurunan keluhan sakit kepala
(Gambar 12).
57
6
0
8
2
7
6
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
D T
Seb
elum
Ses
udah H K
Seb
elum
Ses
udah
Kontrol
Seb
elum
Ses
udah
Ora
ng
Gambar 12 Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhansakit kepala sebelum dan sesudah pemberian suplemen
Penurunan keluhan nyeri perut bagian bawah diperlihatkan pada gambar 13.
Sebanyak 10 orang subjek penelitian yang menderita perut bagian bawah terasa
nyeri pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun setelah pemberian suplemen
sebanyak 9 orang subjek penelitian mengaku mengalami penurunan keluhan nyeri
perut bagian bawah.
10
1
9
2
10
7
0
2
4
6
8
10
12
D T
Seb
elum
Ses
udah H K
Seb
elum
Ses
udah
Kontrol
Seb
elum
Ses
udah
Ora
ng
Gambar 13 Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhan nyeriperut bagian bawah sebelum dan sesudah pemberian suplemen
58
Pada kelompok herbal komersil, dari 9 orang subjek penelitian yang
menderita perut bagian bawah terasa nyeri, setelah pemberian suplemen sebanyak 7
orang subjek penelitian mengaku mengalami penurunan keluhan perut bagian
bawah terasa nyeri. Pada kelompok kontrol, dari 10 orang subjek penelitian yang
menderita keluhan perut bagian bawah terasa nyeri, sesudah pemberian suplemen
sebanyak 7 orang yang masih menderita keluhan. Hanya 2 orang subjek penelitian
yang mengalami penurunan keluhan nyeri perut bagian bawah.
Berdasarkan keluhan emosi, Gambar 14 memperlihatkan penurunan pada
kelompok perlakuan kapsul serbuk daun torbangun dan herbal komersil lebih besar
dari kelompok kontrol. Subjek penelitian yang menderita emosi pada kelompok
kapsul serbuk daun torbangun sebanyak 11 orang. Sesudah pemberian suplemen,
sebanyak 10 subjek penelitian mengaku mengalami penurunan keluhan emosi.
11
1
11
3
9
8
0
2
4
6
8
10
12
D T
Sebelum
Sesudah
H K
Sebelum
Sesudah
Kontrol
Sebelum
Sesudah
Ora
ng
Gambar 14 Jumlah subjek penelitian berdasarkan jenis keluhanemosi sebelum dan sesudah pemberian suplemen
Pada kelompok herbal komersil, dari 11 orang subjek penelitian yang
menderita emosi, sesudah pemberian suplemen hanya 3 orang subjek penelitian
yang masih mengalami keluhan emosi. Sebanyak 8 orang subjek penelitian
menyatakan tidak mengalami keluhan emosi lagi. Pada kelompok kontrol, dari 9
orang subjek penelitian yang menderita keluhan emosi, sesudah pemberian
suplemen hanya 1 orang ojek penelitian yang mengalami penurunan keluhan emosi.
59
Sebanyak 8 subjek penelitian masih mengalami keluhan emosi menjelang
menstruasi.
Berdasarkan uji Chi square diperoleh bahwa ada perbedaan yang nyata
(p<0,05) antara penurunan keluhan nyeri payudara sesudah pemberian suplemen
antar kelompok perlakuan. Begitu pula terhadap keluhan sakit kepala, nyeri perut
bagian bawah dan emosi, uji Chi square menunjukkan ada perbedaan yang nyata
(p<0,05) antara penurunan keluhan sakit kepala sesudah pemberian suplemen antar
kelompok perlakuan. Ada perbedaan yang nyata (p<0,05 penurunan keluhan nyeri
perut bagian bawah sesudah pemberian suplemen antar kelompok perlakuan dan ada
perbedaan yang nyata (p<0,05) penurunan keluhan emosi sesudah pemberian
suplemen antar kelompok perlakuan (Tabel 11).
Tabel 11 Sebaran keluhan subjek penelitian sebelum dan sesudah pemberian suplemen berdasarkan jenis keluhan PMS
DT HK KontrolKeluhan
Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
p
Nyeri payudara
- Sebelum
- Sesudah
10 2
1 11
9 3
2 10
9 2
7 4
0,863
0,007*
Sakit kepala
- Sebelum
- Sesudah
7 5
0 12
8 4
2 10
7 4
6 5
0,913
0,006*
Nyeri perut bagianbawah
- Sebelum
- Sesudah
20 4
2 22
18 6
4 20
20 2
14 8
0,599
0,007*
Emosi
- Sebelum
- Sesudah
11 1
1 11
11 1
3 9
9 2
8 3
0,697
0,004*
Keterangan* = Berpengaruh nyata (p<0,05)
Untuk melihat perbedaan penurunan antara kelompok perlakuan kapsul
serbuk daun torbangun dengan herbal komersil dan kontrol dilakukan dengan uji t.
Penurunan keluhan nyeri payudara sesudah pemberian suplemen, hasil uji t
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) penurunan keluhan
60
nyeri payudara antara kelompok kapsul serbuk daun torbangun dengan herbal
komersil. Untuk kelompok kapsul serbuk daun torbangun dengan kontrol, uji t
menunjukkan ada perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap penurunan keluhan nyeri
payudara sesudah pemberian suplemen.
Hal ini dapat dilihat dimana penurunan keluhan penderita gejala nyeri
payudara pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun dan herbal komersil
cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol sesudah
pemberian suplemen.
Hasil uji t terhadap penurunan keluhan sakit kepala sesudah pemberian
suplemen antar kelompok kapsul serbuk daun torbangun dengan herbal komersil,
uji t memperlihatkan bahwa ada perbedaan yang nyata (p<0,05) terhadap penurunan
keluhan sakit kepala. Begitu juga antara kelompok kapsul serbuk daun torbangun
dengan kontrol, hasil uji t memperlihatkan ada perbedaan yang nyata (p<0,05)
terhadap penurunan keluhan sakit kepala sesudah pemnerian suplemen. Penurunan
keluhan penderita gejala sakit kepala pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun
dan herbal komersil cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok
kontrol sesudah pemberian suplemen (Lampiran 12).
Berdasarkan hasil uji t penurunan keluhan nyeri perut bagian bawah antara
kelompok kapsul serbuk daun torbangun dengan herbal komersil sesudah pemberian
suplemen berbeda nyata (p<0,05), begitu juga antara kelompok kapsul serbuk daun
torbangun dan kontrol hasil uji t memperlihatkan ada perbedaan yang nyata (p<0,05)
terhadap penurunan nyeri perut bagian bawah sesudah pemberian suplemen.
(Lampiran 17).
Perbedaan yang nyata itu terlihat dimana penurunan keluhan penderita
gejala nyeri perut pada bagian bawah pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun
cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok herbal komersil dan
kontrol sesudah pemberian suplemen.
Berdasarkan hasil uji t, penurunan keluhan emosi sesudah pemberian
suplemen berbeda nyata (p<0,05) antara kelompok kapsul serbuk daun torbangun
dengan herbal komersil. Begitu juga antara kapsul serbuk daun torbangun dengan
kontrol, hasil uji t menunjukkan ada perbedaan yang nyata (p<0,05) penurunan
keluhan emosi sesudah pemberian suplemen (Lampiran 18).
61
Kebiasaan Makan dan Asupan Mineral
Kebiasaan makan
Pengukuran konsumsi pangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kebiasaan makan subjek penelitian yang meliputi jenis makanan yang dikonsumsi
(makanan pokok, jajanan, minuman dan suplemen), frekuensi dan jumlah konsumsi
dari setiap jenis makanan dalam ukuran rumah tangga (URT).
Subjek penelitian pada umumnya makan lengkap sehari hanya 1 kali yaitu
pada waktu makan siang atau makan malam. Hanya sebagian kecil subjek penelitian
yang makan lengkap 2 kali sehari. Makan lengkap didefinisikan jika subjek
penelitian mengkonsumsi makanan yang terdiri dari nasi, lauk pauk baik hewani
maupun nabati serta sayur-mayur atau buah-buah. Sebelum pemberian suplemen,
sebanyak 91,7 % kelompok kapsul serbuk daun torbangun, 83,3 % kelompok herbal
komersil dan 81,8 % kontrol mengkonsumsi makanan lengkap sebanyak satu kali
sehari. Sesudah pemberian suplemen, persentase subjek penelitian yang
mengkonsumsi makan 1 kali sehari cenderung tidak banyak berubah yaitu yang
makan satu kali sehari yaitu sebanyak 83,3 % kelompok kapsul serbuk daun
torbangun 75 % kelompok herbal komersil dan 72,7 % kontrol (Tabel 12).
Tabel 12 Sebaran subjek penelitian menurut frekuensi makan lengkap dankelompok perlakuan sebelum dan sesudah pemberian suplemen
Kelompok TotalFrekuensi makanlengkap DT (n=12) HK (n=12) Kontrol
(n=11)
Sebelum pemberiansuplemen 1 kali
2 kali
3 kali
11 (91,7%
1 ( 8,3%)
-
10 (83,3%)
2 (16,7%)
-
9 (81,8%)
2 (18,2%)
-
30 (85,7%)
5 (14,3%)
-
Sesudah pemberiansuplemen 1 kali
2 kali
3 kali
10 (83,3%)
2 (16,7%)
-
9 (75%)
3 (25%)
-
8 (72,7%)
3 (27,3%)
-
27 (77,1%)
8 (22,9%)
-
62
Waktu makan subjek penelitian adalah pagi jam 7 .00 pagi, siang jam 12.00
dan sore hari jam 17.00. Bila dilihat dari kebiasaan makan lengkap, maka waktu
makan subjek penelitian adalah jam 12.00 dan jam 17.00. Pada umumnya subjek
penelitian pada pagi hari hanya mengkonsumsi makanan jajanan seperti pisang
goreng, brownies, mie instant. atau nasi goreng. Siang hari, kadang kadang subjek
penelitian mengkonsumsi makan di tempat kerja dengan membeli makanan yang ada
di sekitar lokasi kerja mereka. Mie bakso adalah makanan yang paling sering
dikonsumsi mereka, baik kelompok kapsul serbuk daun torbangun (83,3%), herbal
komersil (83,3%) maupun kontrol (81,8%). Mie bakso mereka konsumsi pada
umumnya sebagai makan siang pengganti nasi. Gorengan adalah jajanan lain yang
sering mereka konsumsi. Kadang kadang gorengan mereka jadikan sebagai teman
makan atau lauk seperti bala bala. Tabel 13 di bawah menunjukkan jajanan yang
disukai subjek penelitian.
Tabel 13 Sebaran makanan jajanan yang disukai subjek penelitian
Jenis jajananDT (n=12)
KelompokHK (n=12) Kontrol
(n=11)
Total
Mie Bakso
Siomay
Gorengan
Wafer
Bolu
10(83,3%)
5(41,7%)
5(41,7%)
6(50,0%)
5(41,7%)
10(83,3%)
6(50%)
7(58,3%)
7(58,3%)
5(41,7%)
9(81,8%)
6(54,5%)
5(45,5%)
5(45,5%)
5(45,5%)
29(82,9%)
17(48,6%)
17(48,6%)
18(51,4%)
15(42,9%)
Makanan ringan atau snack jarang dikonsumsi mereka, kalaupun ada
persentasenya sangat kecil. Makanan ringan yang sering mereka konsumsi adalah
wafer dan bolu (brownies). Makanan ringan mereka beli di sekitar tempat tinggal
mereka. Pada umumnya mereka mengkonsumsi makanan ringan di sore hari sambil
minum teh.
Mie instan adalah jenis makanan yang terbesar dikonsumsi pada ketiga
kelompok perlakuan yaitu sebesar 91,4% subjek penelitian hampir tiap hari
mengkonsumsi mie instant. Pada umumnya, mie instant dikonsumsi pada pagi hari,
baik sebagai makanan pokok maupun sebagai teman makan nasi atau lauk. Selain
63
mie instan, lauk nabati seperti tahu dan tempe adalah jenis makanan yang sebagian
besar dikonsumsi subjek penelitian hampir setiap hari, yaitu sebesar 94,3%.
Frekuensi lauk nabati lebih banyak dikonsumsi dibandingkan dengan lauk hewani
oleh subjek penelitian. Hanya 25,7% subjek penelitian yang mengkonsumsi lauk
hewani lebih dari 5 kali per minggu. Meskipun mereka rendah dalam
mengkonsumsi lauk hewani yang menurut Mayo (1997) bahwa konsumsi rendah
lemak hewani dapat mencegah terjadingya sindrom pramenstruasi, tetapi kebiasaan
mengkonsumsi sayur atau buah diantara subjek penelitian masih rendah. Menurut
Simon (2003) memperbanyak konsumsi makanan yang berserat seperti sayur sayuran dan buah buahan
dapat mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi. Terhadap konsumsi sayur-mayur hanya
sebesar 42,9% subjek penelitian yang mengkonsumsi sayur hampir tiap hari,
sedangkan untuk buah-buahan hanya sebesar 11,4% subjek penelitian yang
mengkonsumsi buah buahan lebih dari 5 hari per minggu (Tabel 14).
Tabel 14 Sebaran jenis makanan yang sering dikonsumsi subjek penelitian perminggu
Jenis jajananDT (n=12)
KelompokHK (n=12) Kontrol
(n=11)
Total
Mie instant
Lauk hewani
Lauk nabati
Sayur-mayur
Buah-buahan
11(91,7%)
3(25%)
11(91,7%)
4(33,3%)
2(16,7%)
11(91,7%)
3(25%)
11(91,7%)
6(50%)
1(8,3%)
10(90,9%)
3(27,3%)
11(100%)
5(45,5%)
1(9,1%)
32(91,4%)
9(25,7%)
33(94,3%)
15(42,9%)
4(11,4%)
Pada suatu studi menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara
wanita yang sering mengkonsumsi sayuran dengan intensitas nyeri perut yang
menjadi lebih ringan (Barnard, 2000). Sayur-mayur merupakan bahan pangan
sumber serat makanan karena kaya akan selulosa. Serat makanan merupakan
pangan yang tidak dapat dicerna secara enzimatik yang dapat memperbesar volume
feses (Linder, 1992), sedang Siregar (2004) berpendapat bahwa serat adalah jenis
karbohidrat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, tidak dapat dicerna oleh tubuh
dengan sedikit atau tidak menghasilkan kalori tetapi dapat meningkatkan volume
feces.
64
Menurut Agustini (2007) rendahnya konsumsi sayur-mayur dan buah-buahan
yang merupakan sumber vitamin dan mineral selain serat kasar dapat meningkatkan
gejala sindrom pramenstruasi.
Asupan Energi
Asupan energi dinilai dari pencatatan konsumsi pangan sebelum dan sesudah
pemberian suplemen. Rata rata total asupan energi dihitung dari konsumsi pangan
harian. Asupan energi rata rata subjek penelitian masih dibawah angka kecukupan
energi yang dianjurkan per hari. Angka kecukupan energi yang dianjurkan pada
remaja putri usia 15 – 18 tahun adalah sebesar 2200 kkal per hari. Asupan energi per
hari pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun sebelum pemberian suplemen
sebesar 1280,1 kkal per hari dan sesudah pemberian suplemen sebesar 1214,7 kkal
per hari. Pada kelompok herbal komersil asupan energi sebelum pemberian
suplemen adalah sebesar 1045,7 kkal per hari dan sebesar 1090,6 kkal per hari
sesudah pemberian suplemen. Pada kelompok kontrol, asupan energi sebesar 1158,9
kkal per hari sebelum pemberian suplemen dan sebesar 1038,7 kkal per hari sesudah
pemberian suplemen (Gambar 15).
1280.1
1045.7
1158.91214.7
1090.61038.7
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
DT HK Kontrol
Kelompok perlakuan
Kilo
Kal
ori
SebelumSesudah
Gambar 15 Rata rata asupan energi sebelum dan sesudahpemberian suplemen pada kelompok perlakuan
65
Rata-rata tingkat kecukupan energi subjek penelitian sebelum dan sesudah
pemberian suplemen mengalami kekurangan energi yaitu di bawah angka kecukupan
gizi yang dianjurkan (Depkes, 1996)). Pada kelompok kapsul serbuk daun
torbangun dan kelompok kontrol, angka kecukupan energi mengalami penurunan
yang relatif kecil. Studi yang dilakukan oleh Webb (1986) menjelaskan bahwa
perubahan aktifitas selama siklus menstruasi, menyebabkan meningkatnya
pengeluaran energi pada fase luteal sebagai akibat dari perubahan hormon. Gong et
al (1989) berpendapat bahwa meningkatnya asupan energi yang signifikan selama
fase luteal disebabkan respon dari meningkatnya metabolisme hormon pada fase ini.
Berdasarkan hasil uji Anova tingkat kecukupan energi sebelum dan sesudah
pemberian suplemen antara tiga kelompok perlakuan tidak memperlihatkan
perbedaan yang nyata (p>0,05) (Tabel 15).
Tabel 15 Rata-rata persentase tingkat kecukupan energi berdasarkan kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen
Energi Kelompok p
DT HK Kontrol
Sebelum :% AKG 57,17±24,29 46,92±11,01 51,82±14,02 0,342
Sesudah :% AKG 54,25±13,87 49,17±9,33 46,64±10,32 0,221
Asupan Karbohidrat
Asupan karbohidrat dinilai dari pencatatan konsumsi pangan sebelum dan
sesudah pemberian suplemen. Rata rata total asupan karbohidrat dihitung dari
konsumsi pangan harian. Asupan karbohidrat rata rata subjek penelitian sudah di
atas angka kecukupan karbohidrat yang dianjurkan per hari. Angka kecukupan
karbohidrat yang dianjurkan pada orang dewasa dan anak anak adalah sebesar
adalah sebesar 130 gram per hari. Asupan karbohidrat per hari pada kelompok
kapsul serbuk daun torbangun sebelum pemberian suplemen sebesar 154,6 gram per
hari dan sesudah pemberian suplemen sebesar 140,6 gram per hari.
Pada kelompok herbal komersil asupan karbohidrat sebelum pemberian
suplemen adalah sebesar 138,4 gram per hari dan sebesar 132,2 gram per hari
66
sesudah pemberian suplemen. Pada kelompok kontrol, asupan karbohidrat sebelum
pemberian suplemen sebesar 167,2 gram per hari dan sesudah pemberian suplemen
229,8 gram per hari (Gambar 16).
154.6
138.4
167.2
140.6132.2
229.8
0
50
100
150
200
250
DT HK Kontrol
Kelompok perlakuan
Gra
m SebelumSesudah
Gambar 16 Rata rata asupan karbohidrat sebelum dan sesudah pemberian suplemen pada kelompok perlakuan
Rata-rata tingkat kecukupan karbohidrat subjek penelitian sebelum dan
sesudah pemberian suplementasi berada di atas angka kecukupan karbohidrat yaitu
di atas >70%. Angka kecukupan karbohidrat pada kelompok kontrol sesudah
pemberian suplemen mengalami kenaikan, sedangkan pada kelompok kapsul serbuk
daun torbangun dan herbal komersil terjadi penurunan. Berdasarkan hasil uji Anova
memperlihatkan tidak ada perbedaan yang nyata (p>0,05) sesudah dan sebelum
pemberian suplemen diantara kelompok perlakuan (Tabel 16).
Tabel 16 Rata-rata persentase tingkat kecukupan karbohidrat berdasarkan kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen
Karbohidrat Kelompok p
DT HK Kontrol
Sebelum :% AKG 118,88±59,21 106,43±39,53 128,65±47,11 0,562
Sesudah :% AKG 108,16±35,24 101,67±23,96 176,74±289,6 0,490
67
Studi yang dilakukan oleh Wurtman et al (1994) menyatakan bahwa
konsumsi makanan tinggi kabohidrat selama fase luteal dapat meningkatkan keluhan
emosi, depresi dan kelelahan pada penderita sindrom pramenstruasi. Mayo (1997)
menyarankan mengkonsumsi karbohidrat kompleks termasuk biji-bijian, kacang-
kacangan, sayuran dan buah-buahan untuk mencegah kejadian sindrom
pramenstruasi. Beberapa studi dikemukakan bahwa kelebihan konsentrasi estrogen
dapat dikurangi dengan mengkonsumsi makanan kaya serat makanan dengan
diimbangi asupan magnesium, magnesium dan kalsium berperan dalam sekresi
estrogen (Apriadji, 2008).
Karbohidrat diyakini dapat membantu penurunan keluhan sindrom
pramenstruasi karena karbohidrat berperan dalam meningkatkan gula darah.
Konsentrasi gula darah yang rendah dapat mengakibatkan tubuh mengeluarkan
adrenalin. Menurut Mommies (2005) adrenalin akan menghentikan efektifitas
progesteron yang berperan dalam penurunan keluhan sindrom pramenstruasi.
Progesteron berfungsi menekan aktivitas kerja hormon estrogen.
Asupan Protein
Asupan protein dinilai dari pencatatan konsumsi pangan sebelum dan
sesudah pemberian suplemen. (Gambar 17).
40.18
37.19
40.62
53.7
47.36 46.75
0
10
20
30
40
50
60
DT HK Kontrol
Kelompok perlakuan
gram
Sebelum Sesudah
Gambar 17 Rata rata asupan protein sebelum dan sesudahpemberian suplemen pada kelompok perlakuan
68
Asupan protein subjek penelitian berasal pada umumnya dari kacang-
kacangan. Persentase asupan protein subjek penelitian dari lauk hewani sangat
rendah. Asupan protein per hari pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun
sesudah pemberian suplemen mengalami kenaikan yakni dari sebesar 40,18 gram
per hari menjadi sebesar 53,7 gram sesudah pemberian suplemen per hari. Pada
kelompok herbal komersil asupan protein juga mengalami kenaikan sesudah
pemberian suplemen yaitu sebesar 37,19 gram per hari dan sebesar 47,36 gram per
hari sesudah pemberian suplemen. Pada kelompok kontrol, asupan protein sebesar
45,65 gram per hari sebelum pemberian suplemen dan mengalami kenaikan menjadi
sebesar 45,65 gram per hari sesudah pemberian suplemen.
Berdasarkan WNPG (2004) angka kecukupan protein yang dianjurkan adalah
57 mg dan 55 mg untuk remaja putri dengan usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun.
Angka kecukupan protein subjek penelitian sebelum pemberian suplemen pada
kelompok herbal komersil masuk dalam kategori defisiensi (<70%), tetapi sesudah
pemberian suplemen mengalami kenaikan. Rata-rata angka kecukupan protein
kelompok kapsul serbuk daun torbangun, herbal komersil dan kontrol sesudah
pemberian suplemen mengalami kenaikan sehingga masuk dalam kategori gizi baik
(>70%) (Tabel 17).
Tabel 17 Rata-rata persentase tingkat kecukupan protein berdasarkan kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen
Protein Kelompok p
DT HK Kontrol
Sebelum :% AKG 72,59±24,34 67,18±20,15 73,14±17,99 0,774
Sesudah :% AKG 97,12±33,49 89,39±19,65 84,24±15,27 0,368
Hasil uji Anova menunjukkan tidak ada perbedaan nyata (p>0,05) rata-rata
kecukupan protein sebelum dan sesudah pemberian suplemen di antara kelompok
perlakuan.
69
Asupan Kalsium
Kalsium adalah mineral yang membentuk tulang. Sembilan puluh
sembilan persen kalsium dalam tubuh disimpan dalam tulang dan gigi. Sisanya
tersebar di darah dan jaringan lunak. Tanpa adanya kalsium, otot tidak dapat
berkontraksi dengan benar, darah tidak bisa membeku, dan saraf tidak dapat
membawa pesan. Penelitian Thys-Jacobs (1989) kalsium menurunkan nilai total
skor sindrom pramenstruasi pada penderita sindrom pramenstruasi hingga lebih dari
48% sedangkan kontrol 30%. Menurut Bendich (2000) bahwa telah banyak
dilakukan uji coba pemberian berbagai macam suplemen untuk menurunkan gejala
sindrom pramenstruasi tetapi hanya kalsium yang memberi hasil yang signifikan
terhadap penurunan gejala sindrom pramenstruasi.
Asupan mineral kalsium dinilai dari pencatatan konsumsi pangan sebelum
dan sesudah pemberian suplemen (Tabel 18). Rata-rata total asupan kalsium
dihitung dari konsumsi pangan harian dan termasuk tambahan dari pemberian
suplemen kapsul perlakuan setelah suplementasi..
Tabel 18 Rata-rata asupan kalsium (mg) menurut kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen
PerlakuanDT
Kelompok
HK Kontrol
p
Sebelum pemberiansuplemen /I 433.8±232,0 423,0±129,4 430,4±193,2 0,990
Sesudah pemberiansuplemen /II 391.7±160,1 385,2±153,3 461,8±117,7 0,393
Asupan kalsium pada setiap kelompok tidak memperlihatkan perbedaan yang
besar. Terhadap penilaian konsumsi pangan sesudah pemberian suplemen, pada
kelompok kapsul serbuk daun torbangun dan kelompok herbal komersil terlihat
penurunan asupan kalsium sebelum dan sesudah pemberian suplemen meskipun
tidak signifikan. Pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun sebelum pemberian
suplemen asupan kalsium sebesar 433,8 mg, sedangkan sesudah pemberian
suplemen sebesar 391,7 mg. Begitu pula pada kelompok herbal komersil, dimana
sebelum pemberian suplemen asupan kalsium sebesar 423 mg, sedangkan sesudah
70
pemberian suplemen sebesar 385,2 mg. Hal ini berbeda dengan kelompok kontrol,
asupan kalsium sesudah pemberian suplemen (461,8mg) lebih besar dari sebelum
pemberian suplemen sebesar 430,4 mg. Berdasarkan hasil uji Anova tidak ada
perbedaan yang nyata asupan kalsium antar kelompok perlakuan baik sebelum
pemberian suplemen (p>0,05) maupun sesudah pemberian suplemen (p>0,05).
Berdasarkan angka kecukupan kalsium yang dianjurkan per hari, asupan
kalsium subjek penelitian sebelum dan sesudah pemberian suplemen masih dibawah
angka kecukupan gizi kalsium yang dianjurkan yaitu sebesar 1000 mg per hari
untuk remaja putri dengan usia 15 tahun sampai 18 tahun. Rata-rata angka
kecukupan kalsium masih di bawah 70% yang berarti mengalami defisiensi kalsium
baik sebelum pemberian suplemen, maupun sesudah pemberian suplemen (Gambar
18).
91.67
75
100
91.67 90.91
100
8.33
25
0
8.33 9.09
00
20
40
60
80
100
120
sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah
DT HK Kontrol
%
<70>70
Gambar 18 Tingkat kecukupan kalsium sebelum dan sesudah pemberiansuplemen berdasarkan kelompok perlakuan
Pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun dan kelompok herbal komersil
terjadi penurunan jumlah subjek penelitian yang mengalami defisiensi kalsium
sesudah pemberian suplemen. Sebelum pemberian suplemen distribusi subjek
penelitian yang mengalami defisiensi sebesar 91,67% (DT) dan 100% (HK).
Sesudah pemberian suplemen defisiensi kalsium turun menjadi 75% (DT) dan
91,67% (HK). Meskipun terjadi penurunan, subjek penelitian mengalami defisiensi
kalsium (<70%) sangat besar. Pada kelompok kontrol, distribusi subjek penelitian
71
yang mengalami defisiensi kalsium mengalami kenaikan sesudah pemberian
suplemen yaitu sebesar 90,91% menjadi 100%.
Defisiensi kalsium disebabkan kurangnya konsumsi makanan sumber
kalsium seperti susu, lauk hewani dan kacang-kacangan. Subjek penelitian yang
sering mengkonsumsi lauk hewani hanya sebesar 25,7%. Rendahnya asupan
kalsium pada subjek penelitian karena mereka jarang mengkonsumsi makanan
sumber kalsium seperti susu. Alasan mereka jarang mengkonsumsi susu dan lauk
pauk sumber hewani karena harganya relative mahal. Sumber kalsium yang pada
umumnya mereka konsumsi adalah ikan teri asin. Ikan teri asin dikonsumsi rata-rata
seminggu sekali.
Suatu studi menunjukkan bahwa defisiensi kalsium dapat meningkatkan
keparahan keluhan sindrom pramenstruasi (Baziad, 2005). Kalsium berperan dalam
menurunkan pembengkakan (diuretik) selain mengatur fungsi sel dan impuls syaraf
(Linder, 1992).
Asupan Magnesium
Rata rata total asupan magnesium dihitung dari konsumsi pangan harian dan
tidak termasuk tambahan dari pemberian suplemen kapsul perlakuan. Asupan
mineral magnesium merupakan nilai dari pencatatan konsumsi pangan sebelum dan
sesudah pemberian suplemen. Terhadap penilaian konsumsi pangan sesudah
pemberian suplemen, terlihat adanya penurunan asupan magnesium antara sebelum
pemberian suplemen dengan sesudah pemberian suplemen meskipun tidak
signifikan (Tabel 19).
Tabel 19 Rata rata asupan magnesium (mg) menurut kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen
Perlakuan
DT
Kelompok
HK Kontrol
p
Sebelum pemberiansuplemen /I 262,7±137,8 247,0±58,5 245,3±98,5 0,904
Sesudah pemberiansuplemen /II 255,7±103,2 234,9±84,4 243,3±71,3 0,846
72
Pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun sebelum pemberian suplemen
asupan magnesium sebesar 262,7 mg, sedangkan sesudah pemberian suplemen
sebesar 255,7 mg. Begitu pula pada kelompok herbal komersil, dimana sebelum
pemberian suplemen asupan magnesium sebesar 247,0 mg, sedangkan sesudah
pemberian suplemen sebesar 234,9 mg. Pada kelompok kontrol, asupan magnesium
sesudah pemberian suplemen sebesar 243,3 mg yang artinya lebih rendah dari
sebelum pemberian suplemen yakni sebesar 245,3 mg. Berdasarkan hasil uji Anova
tidak ada perbedaan yang nyata asupan magnesium antar kelompok baik sebelum
pemberian suplemen (p>0,05) maupun sesudah pemberian suplemen (p>0,05).
Asupan gizi magnesium subjek penelitian per hari, sebelum dan sesudah
pemberian suplemen berada di atas angka kecukupan gizi magnesium yang
dianjurkan yaitu 240 mg per hari untuk remaja putrid usia 15-18 tahun. Pada
kelompok kapsul serbuk daun torbangun dan kelompok kontrol, distribusi subjek
penelitian yang mengalami defisiensi magnesium (<70%) sebelum dan sesudah
pemberian suplemen tidak mengalami perubahan. Pada kelompok herbal komersil,
subjek penelitian yang mengalami defisiensi magnesium dari tidak ada menjadi
sebesar 25% sesudah pemberian suplemen (Gambar 19).
25 25
0
2518.18 18.18
75 75
100
7581.82 81.82
0
20
40
60
80
100
120
sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah
DT HK Kontrol
%
<70>70
Gambar 19 Tingkat kecukupan magnesium sebelum dan sesudahpemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan
73
Salah satu peran magnesium adalah memecah glukosa darah (glikolisis).
Hormon tiroid dengan merangsang glikogenolisis dan glukoneogenesis,
menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa darah sehingga meningkatkan
glikolisis ( Pragasta, 2008). Meningkatnya glikolisis menyebabkan kebutuhan
akan mineral magnesium untuk memecah gula darah semakin tinggi (Linder, 1992).
Selain itu magnesium juga berperan dalam produksi hormon serotonin. Kurangnya
asupan magnesium dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme karbohidrat
serta menyebabkan rendahnya produksi hormon serotonin dalam sel otak yang
berperan sebagai neurotransmiter (Agustini, 2007). Beberapa studi yang telah
dilakukan merekomendasikan bahwa pemberian suplemen magnesium sebesar 360
mg per hari selama 2 siklus menstruasi pada penderita sindrom pramenstruasi,
memberikan hasil yang nyata dengan penurunan keluhan sakit kepala (Facchinettib,
1991).
Asupan Besi
Asupan mineral zat besi dinilai dari pencatatan konsumsi pangan sebelum
dan sesudah pemberian suplemen. Rata-rata total asupan zat besi dihitung dari
konsumsi pangan harian dan tidak termasuk tambahan dari pemberian suplemen
kapsul perlakuan. Pada penilaian konsumsi pangan sesudah pemberian suplemen,
baik pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun, herbal komersil dan kontrol
terjadi penurunan asupan zat besi sebelum dan sesudah pemberian suplemen. Pada
kelompok kapsul serbuk daun torbangun sebelum pemberian suplemen asupan zat
besi sebesar 23,11 mg, sedangkan sesudah pemberian suplemen sebesar 18,4 mg.
Pada kelompok herbal komersil, dimana sebelum pemberian suplemen asupan zat
besi sebesar 21,1 mg, sedangkan sesudah pemberian suplemen sebesar 18,6 mg.
begitu pula dengan kelompok kontrol, asupan zat besi sesudah pemberian suplemen
21,3 mg lebih besar dari sebelum pemberian suplemen 20,6 mg. Penurunan asupan
zat besi terbesar pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun, sedangkan
penurunan terkecil pada kelompok kontrol (Tabel 20).
Berdasarkan hasil uji Anova tidak ada perbedaan yang nyata asupan zat besi
antar kelompok baik sebelum pemberian suplemen (p>0,05) maupun sesudah
pemberian suplemen (p>0,05).
74
Tabel 20 Rata rata asupan besi (mg) menurut kelompok sebelum dan sesudah pemberian suplemen
Perlakuan
DT
Kelompok
HK Kontrol
p
Sebelum pemberiansuplemen /I 23,11±14,5 21,1±8,7 21,3±11,8 0,898
Sesudah pemberiansuplemen /II 18,4±9,8 18,6±9,3 20,6±7,7 0,823
Nilai kebutuhan zat besi yang dianjurkan per hari, asupan zat besi subjek
penelitian sebelum dan sesudah pemberian suplemen masih dibawah angka
kecukupan gizi zat besi yang dianjurkan yaitu sebesar 26 mg per hari untuk remaja
putri dengan usia 15 tahun sampai 18 tahun. Menurut Mayo (1997) defisiensi zat
besi dapat menyebabkan kekurangan zat gizi karena absopsi makanan dalam tubuh
terganggu.
Gambar 20 menunjukkan angka kecukupan zat besi subjek penelitian.
Asupan gizi zat besi subjek penelitian per hari, sesudah pemberian suplemen yang
berada di atas angka kecukupan zat besi menurun pada kelompok kapsul serbuk
daun torbangun dan kelompok herbal komersil yaitu dari 75% sebelum
suplementasi, menjadi 66,67% sesudah suplementasi baik pada kelompok kapsul
serbuk daun torbangun maupun pada kelompok herbal komersil. Hal itu berbeda
dengan kelompok kontrol, dimana persentase defisiensi zat besi subjek penelitian
pada kelompok kontrol mengalami penurunan yaitu dari 27,27% sebelum
suplementasi menjadi 18,18% sesudah suplementasi.
Zat besi dapat diperoleh dari sayuran berwarna hijau gelap dan daging.
Berdasarkan kebiasaan makan, subjek penelitian sangat rendah mengkonsumsi
sayur-mayur serta lauk pauk hewani. Rendahnya konsumsi lauk hewani, karena
harga lauk hewan seperti daging yang mahal, sedangkan sayur-mayur jarang mereka
konsumsi dengan alasan mereka tidak suka makan sayur.
75
25
33.33
25
33.33
27.27
18.18
75
66.67
75
66.67
72.73
81.82
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
sebelum sesudah sebelum sesudah sebelum sesudah
DT HK Kontrol
%<70>70
Gambar 20 Tingkat kecukupan zat besi sebelum dan sesudah pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan
Zat besi atau Fe merupakan mineral yang sangat penting bagi tubuh,
meskipun dibutuhkan dalam jumlah sedikit (tracemineral). Hemoglobin yang
berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh, mengandung 60-70% zat besi.
Kekurangan zat besi berarti tubuh kita kekurangan haemoglobin dan oksigen yang
dapat meningkatkan gejala keluhan sindrom pramenstruasi terutama sakit kepala
(Wijayakusumah, 2007).
Di dalam kerja otak, zat besi dibutuhkan untuk proses metabolisme. Jika
kebutuhan zat besi kurang, metabolisme otak bisa terganggu yang mengakibatkan
enzim-enzim yang digunakan untuk memperlancar kerja otak jadi berkurang. Lebih
jauh hal itu membuat transfer energi rangsangan ke otak pun menjadi terhambat.
Padahal energi ini sangat diperlukan dalam menjalankan impuls-impuls saraf dalam
otak (Surono, 1999).
Kesukaan Rasa Makanan
Kesukaan mengkonsumsi rasa makanan manis dan asin memiliki hubungan
terhadap kejadian sindrom pramenstruasi. Menurut Smith (2006) rasa makanan
manis dan rasa makanan asin memberi pengaruh terhadap peningkatan keluhan
sindrom pramenstruasi. Subjek penelitian umumnya menyukai makanan manis
76
yaitu sebesar 74%. Subjek penelitian yang menyukai konsumsi makanan manis
terbesar pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun dan terendah pada
kelompok herbal komersil yakni sebesar 66,7 % subjek penelitian yang menyukai
makanan rasa manis sedangkan pada kontrol sebesar 72 % subjek penelitian yang
menyukai makanan rasa manis (Tabel 21).
Tabel 21 Kesukaan subjek penelitian terhadap konsumsi makanan rasa manis dan rasa asin sebelum pemberian suplemen.
Rasa makanan DTKelompok
HK Kontrol Total
Makanan Manis Ya Tidak
Makanan Asin Ya
Tidak
10 ( 83,3%) 2 (16,7%)
4 (33,3%) 8 (66,7%)
8 (66,7%) 4 (33,3%)
4 (33,3%) 8 (66,7%)
8 (72,7%) 3 (27,3%)
0 (0%)11 (100%)
26 (74,3%) 9 (25,7%)
8 (22,9%) 27 (77,1%)
Konsumsi makanan tinggi gula dapat meningkatkan gejala keluhan sindrom
pramenstruasi, karena konsumsi makanan tinggi gula dapat menaikkan gula darah.
Magnesium berperan dalam metabolisme karbohidrat yaitu memecah gula dengan
cara merubah glukosa menjadi dua asam pyruvat (Linder, 1992). Bila asupan
magnesium rendah maka produksi serotonin menurun karena magnesium digunakan
dalam proses glikolisis padahal magnesium berperan juga dalam produksi serotonin
(Apriadji, 2008; Agustini, 2007).
Pada rasa makanan asin, persentase subjek penelitian yang menyukai
makanan rasa asin lebih rendah daripada rasa manis. Persentase subjek penelitian
yang menyukai makanan asin pada kelompok perlakuan kapsul serbuk daun
torbangun dan herbal komersil sama yakni sebesar 33,3 %. Pada kelompok kontrol
tidak ada seorang subjek penelitian yang menyukai rasa asin.
Menurut Baziad (2005), penderita sindrom pramenstruasi sebaiknya
menghindari makanan dengan konsentrasi garam tinggi. Pembatasan makanan
berkonsentrasi garam tinggi ditujukan untuk mengatasi retensi cairan atau
pembengkakan.
77
Profil Darah
Kalsium, magnesium dan zat besi adalah mineral mineral yang berhubungan
dengan kejadian sindrom pramenstruasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
kalsium dan magnesium dapat mengurangi keluhan sindrom pramenstruasi
(Facchinettib, 1991; Thys-Jacobs 1989).
Kalsium Serum
Konsentrasi kalsium serum dalam darah sebelum pemberian suplemen pada
kelompok kapsul serbuk daun torbangun mengalami penurunan sesudah pemberian
suplemen yaitu dari sebesar 9,83 mg/dl turun menjadi 9,35 mg/dl dan sesudah
menstruasi juga mengalami penurunan sebesar 8,82 mg/dl. Asupan kalsium sesudah
pemberian suplemen juga mengalami penurunan dibanding sebelum pemberian
suplemen walau terlihat sangat kecil penurunannya. Pada kelompok herbal komersil
juga terjadi penurunan konsentrasi serum dalam darah sesudah pemberian suplemen
turun dari 9,55 mg/dl menjadi sebesar 8,51 sesudah pemberian suplemen dan
sesudah menstruasi sebesar 8,54 mg/dl. Penurunan asupan kalsium juga terjadi pada
kelompok kontrol. Untuk kelompok kontrol, konsentrasi kalsium serum dalam
darah sebelum pemberian suplemen sebesar 9,83 mg/dl dan turun menjadi 9,53
mg/dl meskipun asupan kalsium pada kelompok ini mengalami kenaikan. Sesudah
pemberian suplemen sebesar dan sesudah menstruasi sebesar 9,21 mg/dl (Tabel
22).
Tabel 22 Nilai rata rata konsentrasi kalsium serum (mg/dl) dalam darah sebelum dan sesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi
Perlakuan
DT
Kelompok
HK Kontrol
p
Sebelum pemberiansuplemen /I
9,83±0,32 9,55±1,83 9,83±2,26 0,840
Sesudah pemberiansuplemen /II
9,35±0,92 8,51±0,62 9,53±1,99 0,068
Sesudah menstruasi /III 8,82±1,49 8,54±0,75 9,21±1,90 0,473
78
Kandungan normal kalsium dalam serum darah adalah 9 – 11 mg/dl. Rata
rata konsentrasi kalsium serum dalam darah sebelum pemberian suplemen berada
pada kisaran normal yaitu sebesar 9,83 mg/dl kelompok kapsul serbuk daun
torbangun, 9,55 mg/dl kelompok herbal komersil dan 9,83 mg/dl kelompok kontrol.
Kandungan kalsium serum dalam darah pada kelompok herbal komersil, sesudah
pemberian suplemen terjadi penurunan dan berada di bawah kisaran normal yaitu
8,51 mg/dl. Kandungan kalsium serum darah pada kelompok kapsul serbuk daun
torbangun dan herbal komersil sesudah menstruasi berada dibawah level normal
yang ditentukan yaitu 8,82 mg/dl pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun dan
8,54 mg/dl pada kelompok herbal komersil. Meskipun demikian belum masuk dalam
kategori kekurangan kalsium (hipokalsemia). Menurut Sauberlich (1999)
kekurangan kalsium (hipokalsemia) terjadi apabila konsentrasi kalsium serum darah
berada dibawah 8,5 mg/dl dan kelebihan kalsium (hiperkalsemia) apabila
mempunyai konsentrasi diatas 10,5 mg/dl. Studi yang dilakukan Penland et al
(1993) menunjukkan bahwa rendahnya status kalsium dalam darah meningkatkan
efek negatif terhadap penurunan gejala retensi air dan rasa nyeri pada penderita
sindrom pramenstruasi.
Berdasarkan hasil uji Anova menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata
konsentrasi kalsium serum dalam darah antar kelompok baik sebelum pemberian
suplemen (p>0,05) maupun sesudah pemberian suplemen (p>0,05). Begitu juga
dengan hasil korelasi (Lampiran 19) memperlihatkan tidak ada hubungan yang
nyata antara kalsium serum darah (mg/dl) dengan jenis keluhan sindrom
pramenstruasi. Kalsium serum darah tidak berhubungan nyata dengan keluhan nyeri
payudara (r = -0,101; p > 0,05).
Kalsium serum juga tidak berhubungan nyata (r= 0,082; p > 0,05) dengan
keluhan sakit kepala sesudah pemberian suplemen. Hasil korelasi memperlihatkan
bahwa kalsium serum darah tidak ada hubungan yang nyata terhadap keluhan nyeri
perut bagian bawah (r= -0012; p>0,05) dan emosi (r= 0,057; p> 0,05).
Pada studi yang dilakukan Thys-Jacobs et al (2000) menunjukkan bahwa
pemberian suplemen kalsium 1200 mg efektif sesudah tiga siklus menstruasi
dimana pada siklus pertama hasilnya belum menunjukkan suatu perubahan.
Kalsium akan bekerja efektif setelah kulit terkena sengatan singkat radiasi
ultraviolet-B. Paparan sinar matahari akan merangsang produksi vitamin D. Vitamin
79
ini diketahui berfungsi sebagai pembuka kalsium untuk masuk ke dalam aliran
darah, sampai akhirnya menyatu di dalam tulang (Linder, 1992).
Pada penelitian ini, diduga penurunan kalsium serum pada kelompok kapsul
serbuk daun torbangun dan herbal komersil sesudah pemberian suplemen
disebabkan asupan kalsium yang lebih rendah sesudah suplemen dibandingkan
sebelum pemberian suplemen. Pada kelompok kontrol, asupan kalsium sesudah
pemberian suplemen lebih besar dibandingkan dengan asupan kalsium sebelum
pemberian suplemen, meskipun demikian terjadi penurunan konsentrasi kalsium
serum sesudah suplementasi. Penurunan kalsium serum pada kelompok kapsul
serbuk daun torbangun cenderung lebih kecil dibandingkan dengan kelompok herbal
komersil. Hal itu disebabkan karena daun torbangun mengandung kalsium yang
cukup besar dimana kalsium berperan dalam sekresi hormon tiroid yang berfungsi
dalam mempertahankan sekresi hormon gonadotropin.
Magnesium Serum
Konsentrasi magnesium dalam serum darah sebelum pemberian suplemen
pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun sebesar 1,98 mg/dl, sesudah
pemberian suplemen terjadi peningkatan menjadi 2 mg/dl dan sesudah menstruasi
mengalami penurunan menjadi sebesar 1,90 mg/dl. Pada kelompok herbal komersil
terlihat konsentrasi magnesium serum dalam darah sebelum pemberian suplemen
sebesar 1,88 mg/dl dan sesudah pemberian suplemen terdapat kenaikan konsentrasi
magnesium serum dalam darah menjadi 1,91 mg/dl dan sesudah menstruasi tetap
yaitu sebesar 1,91 mg/dl. Untuk kelompok kontrol, konsentrasi magnesium serum
dalam darah sebelum pemberian suplemen sebesar 1,94 mg/dl, sesudah pemberian
suplemen sebesar 1,91 mg/dl dan sesudah menstruasi sebesar 1,96 mg/dl.
Kandungan normal magnesium serum dalam darah adalah antara 1,7– 2,3 mg/dl
(Rousselet, 1971).
Rata rata konsentrasi magnesium serum dalam darah pada ketiga kelompok
perlakuan berada pada level normal baik sebelum pemberian suplemen, sesudah
pemberian suplemen dan sesudah menstruasi. Hasil uji Anova menunjukkan tidak
ada perbedaan yang nyata konsentrasi magnesium serum dalam darah antar tiga
kelompok perlakuan baik sebelum pemberian suplemen (p>0,05) sesudah pemberian
80
suplemen (p>0,05) serta sesudah menstruasi ((p>0,05). Hal tersebut dapat dilihat
pada Tabel 23.
Tabel 23 Nilai rata rata magnesium serum (mg/dl) dalam darah sebelum dansesudah pemberian suplemen serta sesudah menstruasi
Perlakuan DT HK Kontrol p
Sebelum pemberiansuplemen /I
1,98±0,09 1,88±0,13 1,94±0,10 0,084
Sesudah pemberiansuplemen /II
2±0,08 1,91±0,14 1,91±0,12 0,088
Sesudah menstruasi /III 1,90±0,10 1,91±0,08 1,96±0,08 0,368
Hasil korelasi (Lampiran 20) memperlihatkan tidak ada hubungan yang
nyata antara magnesium serum darah (mg/dl) dengan jenis keluhan sindrom
pramenstruasi. Magnesium serum darah tidak ada hubungan yang nyata terhadap
keluhan payudara terasa nyeri (r= 0,096; p > 0,05). Magnesium serum tidak ada
hubungan yang nyata (r= 0,019; p > 0,05) dengan sakit kepala sesudah pemberian
suplemen. Hasil korelasi juga memperlihatkan bahwa magnesium serum darah tidak
berada hubungan nyata dengan keluhan nyeri perut bagian bawah (r= -0,197; p >
0,05) dan emosi (r= 0,183; p> 0,05).
Secara deskriptif terlihat bahwa konsentrasi magnesium serum kelompok
kapsul serbuk daun torbangun dan herbal komersil sesudah pemberian suplemen
mengalami kenaikan sedangkan pada kelompok kontrol terjadi penurunan. Asupan
magnesium pada ketiga kelompok perlakuan sesudah suplementasi lebih rendah
dibandingkan sebelum suplementasi. Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan
bahwa suplemen kapsul serbuk daun torbangun meningkatkan konsentrasi
magnesium serum pada penderita sindrom pramenstruasi.
Hemoglobin (Hb)
Konsentrasi Hb darah subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 24.
Konsentrasi Hb darah pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun mengalami
kenaikan sesudah pemberian suplemen dari sebesar 11,84 mg/dl meningkat menjadi
81
12,26 mg/dl dan sesudah menstruasi mengalami penurunan sebesar 12,14 mg/dl.
Pada kelompok herbal komersil juga terjadi peningkatan walau sangat kecil yakni
dari sebesar 12,01 mg/dl menjadi 12,04 mg/dl sesudah pemberian suplemen, tetapi
mengalami penurunan sesudah menstruasi yaitu sebesar 11,70 mg/dl. Untuk
kelompok kontrol, konsentrasi Hb darah sebelum pemberian suplemen sebesar 12,10
mg/dl, sesudah pemberian suplemen sebesar 11,46 mg/dl dan sesudah menstruasi
sebesar 11,60 mg/dl.
Tabel 24 Nilai rata rata Hb darah (mg/dl) sebelum dan sesudah pemberiansuplemen serta sesudah menstruasi
Perlakuan DT HK Kontrol p
Sebelum pemberiansuplemen /I
11,84±0,99 12,01±1,03 12,10±0,88 0,810
Sesudah pemberiansuplemen /II
12,26±0,81 12,04±0,90 11,46±0,76 0,075
Sesudah menstruasi /III 12,14±0,73 11,70±1,03 11,60±0,66 0,258
Suatu studi menunjukkan bahwa indikasi perubahan level plasma besi
berhubungan dengan perubahan aktifitas hormon estrogen yang diikuti dengan
perubahan Hb (Fujino, 1966). Konsentrasi Hb darah normal pada berada pada level
12 mg/dl hingga 14 mg/dl.
Pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun, Hb darah rata rata di bawah
level normal yaitu 11,84 mg/dl, tetapi sesudah pemberian suplemen ada peningkatan
sebesar 3,89 % yaitu sebesar 12,26 mg/dl. Sesudah menstruasi, Hb darah berada
pada batas normal yaitu 12,14 mg/dl. Pada kelompok perlakuan herbal komersil, Hb
darah sebelum pemberian suplemen berada pada batas normal yaitu 12,01 mg/dl,
sesudah pemberian suplemen menjadi 12,04 mg/dl yang berarti mengalami
peningkatan yang sangat kecil. Konsentrasi Hb kelompok perlakuan herbal komersil
sesudah menstruasi mengalami penurunan menjadi sebesar 11,70 mg/dl yang berarti
berada di bawah batas normal Hb darah yaitu dibawah 12 mg/dl. Kelompok kontrol,
Hb darah sebelum pemberian suplemen berada pada batas normal yaitu sebesar
12,10 mg/dl. Sesudah pemberian suplemen dan sesudah menstruasi berada dibawah
82
batas normal yaitu 11,46 saat sesudah pemberian suplemen dan 11,60 sesudah
menstruasi. Hasil uji Anova menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata
konsentrasi Hb darah antar kelompok baik sebelum pemberian suplemen (p>0,05)
sesudah pemberian suplemen (p>0,05) maupun sesudah menstruasi (p>0,05).
Secara deskriptif dapat dijelaskan bahwa terjadi kenaikan Hb darah yang cukup
tinggi pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun dibandingkan dengan
kelompok herbal komersil sesudah pemberian suplemen. Pada kelompok kontrol,
Hb darah mengalami penurunan sesudah pemberian suplemen. Hal tersebut
disebabkan karena daun torbangun mengandung zat besi yang cukup tinggi
(Batubara et al, 2004).
Pada penderita anemia atau sering disebut kurang darah, konsentrasi sel
darah merah (hemoglobin atau Hb) di bawah nilai normal. Proses kekurangan zat
besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Pada awalnya terjadi
penurunan simpanan cadangan zat besi dan bila belum juga dipenuhi dengan asupan
zat besi, lama-kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan Hb. Pada wanita
dewasa dengan berat badan 55 kg, zat besi yang keluar lewat saluran pencernaan dan
kulit atau kehilangan basal berjumlah 0,5 - 1,0 mg per hari, atau umumnya sekitar
0,8 mg per hari. Sedangkan jumlah zat besi yang hilang karena haid, pada 95%
populasi adalah 1,6 mg per hari. Sehingga jumlah zat besi yang hilang akibat haid
ditambah kehilangan basal menjadi sekitar 2,4 mg per hari pada 95% populasi
(Hartawan, 1999).
Hormon Progesteron
Analisis progesteron serum menunjukkan bahwa kelompok subjek penelitian
yang mengkonsumsi kapsul serbuk daun torbangun memiliki konsentrasi
progesteron serum dalam darah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
perlakuan yang mengkonsumsi herbal komersil dan kelompok kontrol pada fase
luteal.
Tabel 25 memperlihatkan bahwa sebelum pemberian suplemen, konsentrasi
progesteron serum pada fase folikel antar kelompok perlakuan cenderung tidak
berbeda besar. Berdasarkan uji Anova yang dilakukan menunjukkan tidak ada
perbedaan yang nyata konsentrasi progesteron serum antar kelompok sebelum
pemberian suplemen (p>0,05).
83
Tabel 25 Sebaran nilai rata rata progesteron darah (ng/ml) sebelum dan sesudahpemberian suplemen serta sesudah menstruasi
Perlakuan DT HK Kontrol p
Sebelum pemberiansuplemen /I
0,63±0,29 0,50±0,19 0,58±0,27 0,438
Sesudah pemberiansuplemen /II
8,01±5,07 5,01±0,80 2,59±0,17 0,001*
Sesudah menstruasi /III 0,79±0,27 0,51±1,20 0,61±0,22 0,017*Keterangan
= Ada hubungan nyata (p<0,05)
Sesudah pemberian suplemen yaitu pada fase luteal, terlihat adanya
perbedaan konsentrasi progesteron serum yang cenderung besar antara kelompok
perlakuan. Hasil uji Anova menunjukkan ada perbedaan yang nyata konsentrasi
progesteron serum antar kelompok perlakuan (p<0,05) sesudah pemberian suplemen
pada fase luteal. Hasil Post Hoc menunjukkan bahwa kelompok kapsul serbuk daun
torbangun memiliki konsentrasi progesteron serum dalam darah lebih tinggi
dibandingkan kontrol, tetapi tidak berbeda nyata dengan herbal komersil (Lampiran
24).
Hormon progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Progesteron
mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi
zygot. Pada fase luteal atau setelah fase ovulasi, konsentrasi hormon progesteron
berada pada level diatas 4 ng/ml dan pada fase folikel atau fase sebelum fase
ovulasi berada pada level dibawah 2ng/ml. Nilai rata rata progesteron serum pada
kelompok kapsul serbuk daun torbangun sesudah pemberian suplemen atau pada
fase luteal adalah 8,01 ng/ml yang berarti berada pada level progesteron dalam
darah, begitu pula pada kelompok herbal komersil dengan nilai rata rata
progesteron sesudah pemberian suplemen 5,01 ng/ml. Pada kelompok kontrol, nilai
rata rata progesteron serum sebesar 2,59 ng/ml yang berarti dibawah level
progesteron pada fase luteal.
Berdasarkan hasil uji korelasi yang dilakukan diperoleh bahwa ada hubungan
yang nyata (p < 0,05) antara penurunan keluhan sindrom pramenstruasi dengan
hormon progesteron serum darah. Secara terperinci diperoleh bahwa ada hubungan
yang nyata (p<0,05) antara keluhan nyeri payudara dan emosi dengan konsentrasi
84
progesteron serum darah. Hasil uji korelasi menunjukkan tidak ada hubungan yang
nyata (p>0,05) antara keluhan sakit kepala dan nyeri perut bagian bawah dengan
konsentrasi progesteron serum darah (Lampiran 22).
Menurut Wyatt et al. (1999) antara tahun 1950 dan tahun 1980 awal
diketahui bahwa defisiensi progesteron sebagai salah satu penyebab sindrom
pramenstruasi. Hingga saat ini riset tentang hubungan progesteron dengan sindrom
pramenstruasi masih terus dilakukan. Terapi dengan progesteron mulai populer
digunakan pada saat tersebut. Studi yang dilakukan pada tahun 1999 menemukan
bahwa pengunaan progesteron sintetis dapat menurunkan keluhan pada penderita
sindrom pramenstruasi (Wyatt et al, 1999).
85
PEMBAHASAN UMUM
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
suplementasi kapsul serbuk daun torbangun (Coleus amboinicus Lour) terhadap
penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri. Penelitian ini
membandingkan suplemen kapsul serbuk daun torbangun dengan herbal komersil
yang sudah di jual di pasaran dan kontrol.
Sindrom pramenstruasi adalah gejala fisik dan psikis yang terjadi sebelum
menstruasi yaitu 7 sampai 10 hari sebelum menstruasi dan akan hilang saat
menstruasi. Keluhan yang terjadi sangat bervariasi dan dapat menjadi lebih ringan
atau lebih berat. Penyebab seseorang wanita mengalami sindrom pramenstruasi
belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa studi menyatakan bahwa salah satu
penyebab sindrom pramenstruasi adalah akibat perubahan hormonal yang terjadi
sebelum menstruasi yakni ketidak seimbangan antara hormon estrogen dan
progesteron pada fase luteal (Carr 2001). Teori lain mengatakan karena hormon
estrogen yang berlebihan dan rendahnya hormon progesteron (Baziad, 2005).
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gejala
sindrom pramenstruasi dapat melalui terapi farmakologi dan non farmakologi.
Terapi farmakologi yang digunakan dalam pengobatan penderita sindrom
pramenstruasi pada umumya pemberian obat pengurang rasa nyeri (analgesik), anti
depresi dan anti inflamasi. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan
pemberian vitamin (B6, C dan E), mineral (Mg, Ca, Zn), terapi hormon progesteron,
mengatur pola makan dan terapi Herbal. Menurut Quaranta (2007) bahwa treatmen
yang dilakukan pada penderita sindrom pramenstruasi dengan menggunakan herbal
lebih efektif bila dibandingkan dengan pemberian mineral magnesium.
Penemuan utama dari penelitian ini adalah bahwa pemberian suplemen
kapsul serbuk daun torbangun sebanyak 750 mg per hari selama 14 hari dapat
menurunkan keluhan nyeri payudara, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah dan
emosi pada penderita sindrom pramenstruasi. Berdasarkan uji t, jumlah jenis
keluhan pada kelompok yang diberi suplemen daun torbangun berbeda nyata
(p<0,05) dengan kelompok kontrol sesudah pemberian suplemen. Penurunan
keluhan nyeri payudara, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah dan emosi pada
86
kelompok perlakuan kapsul serbuk daun torbangun lebih besar dibandingkan dengan
kelompok herbal komersil dan kelompok kontrol.
Penemuan lain dari hasil penelitian ini mendapatkan bahwa subjek
penelitian yang mengkonsumsi kapsul serbuk daun torbangun, memiliki konsentrasi
hormon progesteron serum dalam darah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
perlakuan yang mengkonsumsi herbal komersil dan kelompok kontrol pada fase
luteal yakni 8,01 ng/ml yang berarti berada pada level normal (di atas 4 ng/ml).
Konsentrasi progesteron serum antar kelompok perlakuan memperlihatkan ada
perbedaan yang nyata (p<0,05) sesudah pemberian suplemen pada fase luteal.
Penurunan keluhan nyeri payudara dan emosi ada hubungannya dengan konsentrasi
progesteron serum darah (p<0,05), sedangkan keluhan sakit kepala dan nyeri perut
bagian bawah tidak ada hubungan (p>0,05) dengan konsentrasi progesteron serum
darah.
Menurut Stephenson (2001) kandungan fitokimia tanaman torbangun
berhubungan dengan hormon reproduksi, sedangkan Collins (2006) berpendapat
bahwa keluarga dari tanaman torbangun mengandung zat aktif yang secara langsung
memiliki efek terhadap jaringan produksi hormon progesteron. Tanaman torbangun
merupakan tanaman yang mengandung forskolin (Tolson, 2007). Forskolin
berperan dalam meningkatkan produksi hormon tiroid, dimana hormon tiroid
berfungsi mempertahankan sekresi Gonadotropin Releasing Hormone (Tolson,
2007). Sel-sel GNRH berdiameter sel kira-kira 275-375 nm yang mengandung
granula sekretori, menghasilkan FSH dan LH. FSH dan LH hormon yang
diproduksi oleh tubuh yang berhubungan dengan siklus menstruasi (Pragasta, 2008).
Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH sedangkan pembentukan hormon
progesteron dihasilkan oleh korpus luteum yang dirangsang oleh LH. Selama
fase luteal, LH meningkatkan dan mempertahankan korpus luteum pasca ovulasi
dalam menghasilkan progesteron (Pragasta, 2008). Efek farmakologi lain dari daun
torbangun adalah sebagai anti inflamasi, memperlancar peredaraan darah dan
sebagai pembersih darah (Tanaman Obat Indonesia, 2005).
Penelitian ini mengungkapkan bahwa kelompok yang diberikan kapsul daun
torbangun mengalami penurunan keluhan sindrom pramenstruasi yang nyata
(p<0,05) setelah pemberian suplemen dibandingkan dengan sebelum pemberian
suplemen dan memiliki konsentrasi hormon progesteron serum lebih besar
87
dibandingkan dengan kelompok herbal komersil dan kontrol. Suatu studi
menjelaskan bahwa wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi dijumpai
mengalami peningkatan konsentrasi estrogen yang berlebihan menjelang menstruasi
(Baziad, 2005). Diduga pada konsentrasi estrogen tertentu di dalam darah, terjadi
stimulasi aktivitas sel-sel otak (Baziad, 2005). Konsentrasi estrogen yang tinggi ini,
selain memicu aktivitas sel-sel otak berlebihan, juga menyebabkan terjadinya retensi
cairan tubuh, seperti di payudara, tungkai, dan juga di otak. Karena disebabkan oleh
konsentrasi estrogen yang tinggi, maka terapi dengan pemberian hormon
antiestrogen yaitu pemberian hormon progesteron. Hormon progesteron menekan
aktivitas sel-sel otak (Baziad, 2005). Menurut Karyadi (2005) pemberian hormon
progesteron dalam dosis kecil yang dilakukan 8 sampai 10 hari sebelum menstruasi
dapat mengimbangi konsentrasi hormon estrogen yang tinggi dalam darah. Suatu
studi menjelaskan bahwa salah satu peran progesteron adalah menekan kerja hormon
estrogen karena progesteron bersifat diuretik (Dalton, 1983). Biasanya progesteron
diberikan dengan dosis 10 mg/hari 10 hari sebelum menstruasi (Baziad, 2005).
Beberapa teori mengatakan bahwa rasa cemas dan sensitif adalah gejala yang timbul
akibat ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron, hormon estrogen
terlalu tinggi daripada hormon progesteron (Karyadi, 2005). Pengobatan dengan
hormon progesteron memerlukan waktu lama. Efek samping yang ditimbulkan oleh
progesteron sangat sedikit. Jenis progesteron yang dianjurkan adalah jenis
progesteron alamiah, seperti didrogesteron, atau medroksi progesteron asetat (MPA),
karena jenis hormon ini memiliki khasiat antidepresif.
Selain itu konsentrasi progesteron yang rendah menyebabkan turunnya
serotonin dalam darah. Studi yang dilakukan Ashby et al (1988) menjelaskan bahwa
wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi memiliki konsentrasi serotonin yang
rendah. Lebih lanjut, wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi memiliki level
konsentrasi serotonin yang rendah selama 10 hari sebelum menstruasi (Rapkin AJ,
1987). Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf dan kurangnya persediaan zat
ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan depresi (Shreeve, 1983).
Serotonin adalah zat penting yang terdapat dalam butiran darah (trombosit) yang
melapisi saluran pencernaan dan otak. Di dalam otak serotonin berperan sebagai
neurotransmiter yaitu zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa pesan antar
sel syaraf (Hamilton, 2006).
88
Dalam beberapa studi dikemukakan bahwa penyebab sindrom pramenstruasi
diantaranya ádalah defisiensi mineral magnesium dan kalsium (Roseinstein, 1994;
Bendich, 2000). Dalam penelitian ini belum ditemukan hubungan penurunan
keluhan nyeri payudara, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah dan emosi dengan
konsentrasi kalsium serum. Pada penelitian ini konsentrasi kalsium serum antar
kelompok perlakuan menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata sesudah
pemberian suplemen (p>0,05). Konsentrasi kalsium serum tidak menunjukkan
hubungan yang nyata dengan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi.
Sumbangan kalsium yang diberikan dari konsumsi kapsul serbuk daun torbangun
hanya sebesar 20,54 mg, sedangkan kebutuhan kalsium remaja putri per hari adalah
1.000 mg per hari. Asupan kalsium subjek penelitian per hari setelah pemberian
suplemen masih dibawah angka kecukupan gizi kalsium yakni sebesar 391,7 mg
pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun.
Asupan kalsium antar kelompok perlakuan baik sesudah pemberian
suplemen (p>0,05) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Secara deskriptif
dapat dijelaskan bahwa kandungan kalsium serum dalam darah pada kelompok
kapsul daun torbangun, herbal komersil dan kontrol sesudah suplementasi
mengalami penurunan. Diduga penurunan kalsium serum setelah pemberian
suplemen disebabkan asupan kalsium yang lebih rendah sesudah suplementasi
dibandingkan sebelum pemberian suplemen pada kelompok kapsul serbuk daun
torbangun dan herbal komersil. Pada kelompok kontrol, asupan kalsium sesudah
suplementasi mengalami kenaikan, meskipun demikian konsentrasi kalsium serum
sesudah suplementasi mengalami penurunan. Penurunan kalsium serum pada
kelompok kapsul serbuk daun torbangun cenderung lebih kecil dibandingkan dengan
kelompok herbal komersil.
Pada satu (Thys-Jacobs S, 2000) menunjukkan bahwa pemberian tablet
kalsium sebesar 1000 mg per hari dapat menurunkan keluhan sindrom
pramenstruasi. Penelitian yang lain menghasilkan dari 466 wanita yang diberi
1.200 mg kalsium karbonat per hari, hasilnya terlihat pada siklus menstruasi ketiga
dimana gejala sindrom pramenstruasi bisa dikurangi 48% pada wanita yang
mengkonsumsi kalsium dari total penderita. Peran kalsium adalah mengontrol
sekresi paratiroid (Pragasta, 2008). Salah satu peran hormon tiroid yang
berhubungan dengan siklus menstruasi adalah mempertahankan sekresi hormon
89
gonadotropin yang merangsang pelepasan hormon FSH dan LH di hipofisis. Wanita
yang menderita sindrom pramenstruasi juga diketahui sering didapatkan memiliki
kondisi tiroid rendah. Meningkatkan kondisi tiroid yang rendah dapat mengurangi
gejala sindrom pramenstruasi (Agustini, 2007).
Hormon tiroid menyebabkan peningkatan kadar gula darah dengan cara
merangsang glikogenolisis dan glukoneogenesis, sedangkan di sisi lain
meningkatkan glikólisis (Pragasta, 2008). Meningkatnya konsentrasi gula darah
mengakibatkan sebagian magnesium dalam tubuh digunakan untuk memecah gula,
sedangkan magnesium juga berperan dalam produksi serotonin. Oleh sebab itu
rendahnya asupan magnesium dapat mengakibatkan peningkatan gejala keluhan
sindrom pramenstruasi terutama pada keluhan sakit kepala.
Pada penelitian ini juga tidak belum ditemukan hubungan magnesium serum
dengan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi (p>0,05). Konsentrasi
magnesium serum sebelum dan sesudah pemberian suplemen pada ketiga kelompok
perlakuan berada pada tingkat normal yaitu berada antara 1,7 – 2,3 mg/dl.
Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata konsentrasi magnesium
serum dalam darah antar tiga kelompok perlakuan sesudah pemberian suplemen
(p>0,05). Secara deskriptif dapat dijelaskan bahwa suplemen kapsul serbuk daun
torbangun dan herbal komersil meningkatkan konsentrasi magnesium serum pada
penderita sindrom pramenstruasi. Hal itu dapat terlihat dimana konsentrasi
magnesium serum pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun dan kelompok
herbal komersil mengalami kenaikan sesudah suplementasi. Asupan gizi
magnesium subjek penelitian per hari, sebelum dan sesudah pemberian suplemen
berada di atas angka kecukupan gizi magnesium yang dianjurkan yaitu 240 mg per
hari untuk remaja putrid usia 15-18 tahun.
Salah satu peran mineral magnesium adalah dalam produksi hormon
serotonin, oleh sebab itu defisiensi magnesium akan mengakibatkan menurunnya
hormon serotonin (Mommies, 2005). Selain unsur pembentuk hormon serotonin,
magnesium juga berperan pada metabolisme karbohidrat yaitu memecah glukosa
menjadi dua asam pyruvat oleh karena itu keluhan sindrom pramenstruasi semakin
parah bila penderita PMS mengkonsumsi tinggi gula. Magnesium juga bersifat
diuretik, dimana magnesium bersama kalsium berperan dalam sekresi estrogen dari
dalam tubuh. Magnesium bersama kalsium juga berperan penting dalam sekresi
90
estrogen dari dalam tubuh. Tinggi hormon estrogen dapat menyebabkan retensi
cairan yang mengakibatkan terjadinya pembengkakan terutama pada tungkai. Oleh
sebab itu, magnesium dapat menurunkan pembengkakan atau bersifat diuretik.
Menurut Fujino (1966) indikasi perubahan level plasma besi berhubungan
dengan perubahan aktifitas hormon estrogen yang diikuti dengan perubahan Hb.
Konsentrasi Hb darah normal pada berada pada level 12 mg/dl hingga 14 mg/dl.
Pada kelompok kapsul serbuk daun torbangun, Hb darah rata rata di bawah level
normal yaitu 11,84 mg/dl, tetapi sesudah pemberian suplemen ada peningkatan
sebesar 3,89 % yaitu sebesar 12,26 mg/dl. Pada kelompok perlakuan herbal
komersil, Hb darah sesudah pemberian suplemen mengalami peningkatan yang
sangat kecil dari 12,01 mg/dl menjadi 12,04 mg/dl, sedangkan pada kelompok
kontrol Hb darah mengalami penurunan sesudah pemberian suplemen. Asupan zat
besi pada ketiga kelompok perlakuan sesudah pemberian suplemen mengalami
penurunan dibandingkan sebelum pemberian suplemen. Hasil uji Anova
menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata konsentrasi Hb darah antar kelompok
sesudah pemberian suplemen (p>0,05). Berdasarkan hal tersebut dapat dijelaskan
bahwa terjadi kenaikan Hb darah yang cukup tinggi pada kelompok kapsul serbuk
daun torbangun dibandingkan dengan kelompok herbal komersil sesudah pemberian
suplemen. Hal tersebut dapat disebabkan karena daun torbangun mengandung zat
besi yang cukup tinggi (Batubara et al, 2004)
91
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Tanaman torbangun kaya akan zat mineral. Pada serbuk daun torbangun
terkandung mineral kalsium yang sangat tinggi yakni 2738,6 mg/100 gram,
kandungan magnesium sebesar 35,8 mg/100 gram dan zat besi sebesar 21,37
mg/100 gram.
2. Subjek penelitian pada umumnya makan lengkap sehari hanya 1 kali yaitu pada
waktu makan siang atau makan malam. Mie bakso dan mie instan adalah
makanan yang paling sering dikonsumsi mereka, baik kelompok kapsul serbuk
daun torbangun, herbal komersil maupun kontrol sedangkan konsumsi sayur-
mayur dan buah-buahan sangat rendah.
3. Hasil korelasi memperlihatkan tidak ada hubungan yang nyata antara kalsium
serum darah (mg/dl) dengan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi. Hasil
korelasi memperlihatkan tidak ada hubungan yang nyata antara magnesium
serum darah (mg/dl) dengan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi. Hasil
korelasi memperlihatkan tidak ada hubungan yang nyata antara Hb darah
(mg/dl) dengan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi.
4. Subjek yang mengkonsumsi kapsul serbuk daun torbangun memiliki konsentrasi
progesteron dalam darah lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan
yang mengkonsumsi herbal komersil dan kelompok kontrol pada fase luteal.
Berdasarkan hasil uji korelasi diperoleh bahwa ada hubungan yang nyata antara
penurunan keluhan dengan hormon progesteron serum darah (p < 0,05).
5. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (p<0,05)
penurunan keluhan sindrom pramenstruasi antar kelompok perlakuan sesudah
pemberian suplemen. Penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada subjek
penelitian yang mengkonsumsi kapsul serbuk daun torbangun lebih besar
dibandingkan dengan subjek penelitianyang mengkonsumsi herbal komersil dan
92
plasebo sebagai kontrol. Konsumsi kapsul daun torbangun sebanyak 750
miligram menurunkan keluhan payudara terasa nyeri, sakit kepala, nyeri perut
bagian bawah dan emosi lebih besar pada remaja putri yang menderita sindrom
pramenstruasi dibandingkan herbal komersil dan plasebo.
Saran
1. Tanaman daun torbangun terbukti dapat meningkatkan kadar progesteron serum
pada penderita sindrom pramenstruasi. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui kandungan senyawa bioaktif yang terdapat pada daun torbangun
yang dapat meningkatkan kadar progesterone serum.
2. Dapat dilakukan penelitian lanjut dengan perlakuan pemberian suplemen kapsul
daun torbangun dengan berbagai dosis untuk mendapatkan dosis yang tepat
dalam pengobatan penderita sindrom pramenstruasi serta dosis yang tidak
berbahaya bagi wanita penderita sindrom pramenstruasi yang ingin konsepsi
mengingat daun torbangun bersifat oksitosik.
3. Melihat manfaat dari daun torbangun pada penurunan keluhan sindrom
pramenstruasi, perlu dilakukan studi pengembangan produk makanan dari daun
torbangun, seperti dibuat minuman atau snack yang dapat meningkatkan nilai
ekonomis tanaman torbangun.
93
DAFTAR PUSTAKA
Abraham GE, Lubran MM. 1981. Serum and red cell magnesium levels in patientswith premenstrual tension. American Journal Clinical Nutrition ;34:2364–6.
ACOG. 2000. Premenstrual Syndrome. Practice bulletin. clinical managementguidelines for obstetrician –gynecologists. Number 15.
Agustini S. 2007. Pre menstrual syndrome (sindrom pra haid). Medikaholistik. com.Complementary Medicine Website. www.medikaholistik.com.html [23Maret 2008].
Apriadji, WH. 2008. Makanan sehat untuk mengatasi stress dan depresi. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Anonymous. 2004. Mencegah PMS pada remaja putri produktif.http://www.isnet.org.html [21April 2006].
Anonymous. 2007. Jintan hitam. \asiamaya_com - Jintan Hitam, Nigella Sativa.html[17 Desember 2007].
Anonymous. 2008. The menstrual cycle. www.health.uab.edu/15359/.html [18Oktober 2008].
Argonz J, Abinzano. 1950. Premenstrual tension treated with vitamin A. JournalClinical Endocrinol ;10:1579-1589
Ashby CR. et al. 1988. Alteration of platelet serotoninergic mechanismand monoamine oxidase activity in premenstrual syndrome. BiologyPsychiatry; 24: 225-233.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2001. Kajian proses standarisasi produkpangan fungsional di Badan Pengawasan Obat dan Makanan.Lokakarya Kajian Penyusunan Standar Pangan Fungsional. BadanPengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Barnard N, Anthony R. Scialli, Donna Hurlock, And Patricia Bertron. 2000.Diet and sex-hormone binding globulin, dysmenorrhea, andpremenstrual symptoms. Obstetrics & Gynecology. Vol. 95, No. 2
Barron D, Di Pietro A, Dumontet C, McIntosh DB. 2002. Isoprenoid flavonoids arenew leads in the modulation of chemoresistance. Phytochem Rev3: 325-3.
Batubara I, V. Mirtaningtyas, A. Setyawan, A. Haryati dan I. Nurmala. 2004. ProfilUnsur-unsur penting (P, K, Ca, Mg dan Fe) flavonoid daun torbangun(Coleus amboinicus Lour) sebagai gambaran daun torbangun dalamkesehatan masyarakat. Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB.
94
Baziad A, Jacoeb T Z. 1993. Anovulasi: patofisiologi dan penanganannya, Edisi 2.Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Baziad A. 2005. Sindrom pra menstruasi. http://situs.kesrepro.info/kia/jan.html [7Juli 2006].
Bendich A. 2000. The potential for dietary supplements to reduce premenstrualsyndrome (PMS) symptoms. Journal of the American College of Nutrition.Vol 19; No. 1: 3-12
Bertone-Johnson. 2006. Diet kaya kalsium tekan PMS. http:/www.hanyaremaja.com.html [ 6 april 2006].
Blumenthal M, et al . 1998. The complete German commission E monographs.therapeutic guide to herbal medicine. Austin TX: American BotanicalCouncil.
Brinton LA., et al. 1997. Post menopausal Hormone-replacement therapy Time fora reappraisal. New England Journal Medicine;336:1821-2.
Burns A., A. Lovich, R. Maxwell, J. Shapiro. K. 1999. Where woman have nodoctor: A health guide for women. The Hesperian Foundation, Barkeley,California.
Carr M. 2001. Selection from current literature treatments for premenstrualdysphoric disorder. Family Practice. Oxford University Press.
Casper R 1987. A double-blind trial of evening primerose oil in premenstrualsyndrome. 2nd International Symposium on PMS, Kiawah Island.
Chakmakjian Z, Higgins C, Abraham G. 1985. The effect of a nutritionalsupplement, Optivite for women on premenstrual tensions syndrome:effect of symptomatology, using double-blind crossover design. JournalAppl Nutrition.
Chou P. and Carol AM. 2005. Understanding premenstrual syndrome from aChinese medicine perspective. The Journal of Alternative andComplementary Medicine. Vol.11 (2) : 355-361.
Coad J dan Melvyn D. 2002. Anatomi dan fisiologi untuk bidan. penerjemah;Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. Terjemahan dari: Anatomy andPhysiology for Midwives.
Collins JJ. 2006. Phytotherapeutic management of endocrine dysfunctions. http://www.douglaslabs.com.html [10 Juli 2007].
Craig WJ. 1999. Health-promoting properties of common herbs. American JournalClinical Nutrition. 70:4915S-9S.
95
Cunningham, Macdonald, Grand, 1995, Obstetri Williams, Edisi 18, EDC, Jakarta.
Dalton. 1983. The menstrual cycle. Pantheon Books. New York.
Damanik R, et al. 2001. Consumtion of bangun-bangun leaves (Coleus amboinicusLour) to increase breast milk production among Bataknese Women in NortSumatera Island, Indonesia. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition. 10(4).
Damanik R, N. Watanapenpaiboon & ML. Wahlqvist. 2004. The use of a putativelactagogue plant on breast milk production in Simalungun, North Sumatra,Indonesia. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition. No. 16(4):S87.
Damanik R. 2005. Effect of consumtion of Torbangun soup (Coleus amboinicusLour) on Micronutrient intake of the Bataknese Lactating women. MediaGizi dan Keluarga. Vol 29 No.1:63-74.
Di Pietro A. et al. 2002. Modulation by flavonoids of cell multidrug resistancemediated by P-glycoprotein and related ABC transporters. Cell Mol Life Sci;59 : 307-322
Daugherty JE. 1998. Treatment strategies for premenstrual syndrome. AmericanFarmarcy Physician. 58:183-192, 197-198.
Departemen Kesehatan RI. 2001. Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia.Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat . Pusat Penelitian danPengembangan Gizi.
Deutch B. 1995. Menstrual pain in Danish women correlated with low n-3polyunsaturated fatty acid. European Journal Clinical Nutrition. Vol 49;508-516
de Padua, L.S., 1988. Some medicinal plants for common ailments. TechguidSeries No. 14. National Book Store, Inc., Philippines.
De Souza MC. et al . 2000. A synergistic effect of a daily supplement for one monthof 200 mg magnesium plus 50 mg Vit. B6 for the relief of anxiety relatedpremenstrual symptoms : a randomized, double blind , crosseover study.Journal Womens Health Gend Based Medicine; 9: 131-139.
Dickerson LM, Pharm D, Pamela J, Mazyck and Melissa H. 2003. Premenstrualsyndrome. American Family Physicians. 67:1743-1752
Dietary Suplement Education Aliance. 2002. How dietary supplement are regulated.dietary suplement education International Bureau. http://www.Suplement.info.org [7 Juli 2008]
Dennerstein I. et al. 1985. Progesterone and premenstrual syndrome: a double blindcrossover trial. British Medicine Journal 290:1617-21
96
Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. 2002. Pelestarian tanaman obat.Direktorat Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman. DepartemenPertanian R.I.
Dorgan J.F. et al . 1996. Relation of energy, fat and fiber intakes to plasmaconcentration of estrogens and androgens in PMS. American Journal andClinical Nutrition; 64: 25-31.
aFacchinetti F. et al. 1991. Oral magnesium successfully relieves premenstrualmood changes. Obstetrics Gynecology ;78:177–81.
bFacchinetti F. et.al. 1991. Magnesium prophylaxis of menstrual migraine: effectson intracellular magnesium. Headache;31:298–301.
Foster S, Tyler V.E. 1999. Tyler’s honest herbal. 4th ed. New York: Hawoeth Press.
Freeman E.W, K Rickels, Steven J.S, Marcia P and Sha Xiao. 2004. Continuous orintermittent dosing with Sertraline for patients with severe premenstrualsyndrome or Premenstrual dysphoric disorder. American Journal Psychiatry;161: 343-31
Fujino M, EB. Dawson, T. Holeman, W.J. McGanity. 1966. Interrelationshipsbetwen estrogenic activity, serum iron and ascorbic Acid level during themenstrual cycle. American Journal and Clinical Nutrition. Vol. 18:256-260.
Gong EJ, D Garrel and DH. Calloway. 1989. Menstrual cycle and voluntary foodintake. American Journal and Clinical Nutrition; 49: 252-8.
Greenspan S, Francis, Baxter D. John, 1998, Endroklinologi dasar dan klinik, EdisiIV, EGC, Jakarta.
Gunawan, A. 1999. Fisiologi Kedokteran (10th ed). EGC Penerbit Buku Kedokteran,Jakarta
Halbreich UR, Bergeron, Kimberly, E. Freeman, Anna LS. and L. Cohen. 2002.Efficacy of Intermittent, Luteal phase sertraline treatment of premenstrualdysphoric disorder. The American College of Obstetrics and Gynecology.100; 1219-1229.
Hamilton, P. (2006). Serotonin PMS dan Hubungannya dengan Pembangunan.http://ezinearticles.com.html [12 November 2008].
Hartawan,R. 1998. 7 dari 10 Remaja putri Hamil Terkena Anemia.http://www.indomedia.com.html [10 Maret 2007].
Hartawan, R. 1999. Hamil dan anemia. http://www.mail-archive.com.html [14Pebruari 2007].
97
Hill P. L. Garbaczewski, P.Helman, J.Huskisson, E.Sporangisa dan E.L Wynder.1980. Diet, lifestyle and menstrual activity. Journal American CollegeNutrition 33: June 1192-1198.
Imansyah B. 2003. Biji jintan atasi berbagai penyakit. Buletin Iptek danLingkungan. Sinar Harapan No. 5420.
Indusekhar R, S.B Usman dan S O’Brien. 2007. Psychological aspects ofpremenstrual Syndrome. Best Practice & Research Clinical Obstetrics andGynaecology. Vol. 21, No. 2, pp. 207-220.
Iskandar.2006. Klinik mengatasi PMS. http://www.bisnis.com.html [10 April 2006].
Ismail. 2008. Struktur Kelenjar Endokrin. http://images.mailmkes.multiply. com.html [ 3 November 2008].
Jacoeb T.Z., Baziad Ali, 1994, Anovulasi : Patofisiologi dan Penanganannya, Edisi2, Balai penerbit FKUI, Jakarta.
Jones, C.L. 2002. Premenstrual syndrome. Gale Encyclopedia of Medicine, PublisedDesember by The Gale Group.
Joseph L. dan Mayo MD. 1997. A healthy menstrual cycle. Clinical NutritionInsights. Vol 5 No. 9
Karyadi E. 2005. Menangkal rasa sakit menjelang menstruasi. www.indomedia.com.html [6 Mei 2006].
Lawrence A. 2004. Treating PMS; What relationship does magnesium play fourcategories of PMS? [email protected] [7September 2004].
Lichten EM. 2005. Medical Treatment of PMS premenstrual syndrome.Birmingham, Michigan
Linder, M. 1992. Biokimia nutrisi dan metabolisme. Penerjemah Aminudin P;Jakarta: enerbitUniversitas Indonesia. Terjemahan dari: NutritionalBiochemistry and Metabolism.
London RS., Bradley, Chiamori. 1983. The effect of alpha-tocopherol onpremenstrual symptomatology: a double-blind study. Journal AmericanCollege Nutrition; 2 (2) : 115-122
London RS, Murphy L, Kitslowski, Reynolds. 1987. Efficacy of alpha-tocopherolin treatment of premenstrual syndrome. Journal Reproduction Medicine; 32(6): 400-404.
98
London RS, Bradley, Chiamori. 1991. Effect of nutritional supplement onpremenstrual symptomatology in women with premenstrual syndrome: adouble-blind study. Journal American College Nutrition; 10 (5) : 494-499.
Luconi M, Bonaccorsi L, Maggi M, Pecchioli P, Krausz C, Forti G, Baldi E (1998)."Identification and characterization of functional nongenomic progesteronereceptors on human sperm membrane". J. Clin. Endocrinol. Metab. 83 (3):877–85 Mayo JL. 1997. A Healthy menstrual cycle. Clinical NutritionInsights. Vol 5, No 9
Mira M, P. M Stewart and S. Abraham. 1988. Vitamin and trace element status inpremenstrual syndrome. American Journal Clinical Nutrition; 47:636-641
Macdougall. 2000. Research digest west. Journal of Medicine. Vol 233
Mommies WR. 2005. Premenstrual Syndrome. www.wrm-indonesia.org.html [23Mei 2007]
Mortola JF. 1998. Premenstrual syndrome – pathophysiologic considerations. TheNew England Journal of Medicine. Volume 338:256-257
Morton JF. 1992. Country borage (Coleus amboinicus Lour): a potent flavoring andmedicinal . Journal of Herbs, Spices Medicinal Plants 1. 77-90
Muskoka. 1998. Nutrition and premenstrual syndrome. Psychiatry Clinical NorthAmerican; 21 (3): 577-90
Nagata CK. Hirokawa, N. Shimizu dan H. Shimizu. 2005. Associations ofmenstrual pain with intake of soy, fat dan dietary fiber in Japanesewomen. European Journal of Clinical Nutrition; 59, 88-92
Neuwinger, H.D., 2000. African traditional medicine. A Dictionary of Plant Useand Applications. Medpharm Scientific Publishers, Stuttgart, pp. 406–408.
Owen JA. 1975. Physiology of the menstrual cycle. American Journal of ClinicalNutrition; 28: 333-338.
Penland J.G, Johnson P.E. 1993. Dietari calcium and manganese effects onmenstrual cycle symptoms. American Journal Obstetrics and Gynecology;168:1417-1423
Pragasta R. 2008. Anatomi dan fisiologi sistem endokrin. Fakultas KedokteranUniversitas Islam Malang.
Pudjiadi S. 2003. Ilmu gizi klinis pada anak. Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia.
99
Quaranta S. 2007. Pilot study of the efficacy and safety of a modified-releasemagnesium 250 mg tablet (Sincromag) for the treatment ofpremenstrual syndrome. Clinical Drug Investig; 27 (1): 51-8
Rapkin AJ, Edelmuth E, Chang LC. et al. 1987. Whole blood serotonin in thepremenstrual syndrome. Obstetrics and Gynaecology : 533-537.
Rajikin MH. 2007. Haid antara suka dan duka. UI Press Jakarta.
Ruhana A. 2005. Upaya mengurangi keluhan menstruasi oleh mahasiswa putri IPBTPB IPB Tahun 2003/2004. Departemen Gizi Masyarakat dan SumberdayaKeluarga, Fakultas Pertanian. IPB Bogor. Skripsi.
Santosa C.M dan Triana H. 2005. Kandungan senyawa nimia dan efek ekstrak airdaun bangun-bangun (Coleus amboinicus L.) pada aktivitas fagositosisnetrofil tikus putih. Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3).
Sauberlich HE. 1999. Laboratory tests for the assessment of nutritional status.Second Ed. CRC Press, Washington.
Schellenberg. 2001. Treatment for the premenstrual syndrome with agnus castusfruit extract: prospective, randomised, plasebo controlled study. BritishMedicine Journal; 322:134-137
Schoellhorn,R. 2002. Plectranthus coleus’ cousin. Ricks weed read. University ofFlorida. Gainesville
Sherwood R, Rocks B, Steward A et al. 1986. Magnesium and the premenstrualsyndrome. Ann Clinical Biology; 23:667-670
Shreeve C, 1983, Sindrom Pramenstruasi, ARCAN, Jakarta
Simon H. 2003. Premenstrual syndrome. Associate Profesor of Medicine, HarvardMedical School; Physician, Massachusetts General Hospital. A.D.A.M. Inc.
Siregar, CT. 2004. Nutrisi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas KedokteranUniversitas Sumatera Utara
Smith E. 2006. Premenstrual Syndrome. What is premenstrual syndrome.
Sobotta, J. 1989. Atlas anatomi manusia-Atlas II, Jakarta: EGC.
Stephenson J. 2001. Fruit extract for PMS. Journal American Medical Association.Vol. 285 No. 6.
Stewart A. 1987. Clinical and biochemical effects of nutritional supplementation onthe premenstrual syndrom. Journal Reproduction Medicine; 32:435-41.
100
Syahrum MH, Kamaludin, Tjokronegoro.1994. Reproduksi dan embriologi : Darisatu sel menjadi organisme, FKUI, Jakarta.
Subanu, Pudjiastuti, Adji. 1985. Pengaruh beberapa tanaman obat pada uterusmarmut terisolasi. Disajikan pada Pertemuan Ilmiah Nasional II Fitoterapidan Fito farmasi, Bandung.
Suryana EA. 2005. Pengaruh suplemen herbal kiranti terhadap skor keluhanmenstruasi pada mahasiswa putri tingkat persiapan bersama IPB tahun2003/2004. departemen Gizi Masyarakat. Fakultas pertanian IPB Bogor.
Surono, A. 1999. Penuhi kalsium dari berbagai sumber. http://www.indomedia.com.html. (14 Juni 2008)
Tambunan AH dan Lamhot PM. 2000. Mekanisme pengeringan beku produkpertanian. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.2, No.3, (Juni2000), hal. 66-74 Humas-BPPT/AN.
Tanaman Obat Indonesia. 2005. Daftar Tanaman Obat Indonesia. Indonesia SharingCommunity.
Thys-Jacobs S, Ceccarelli S, Bierman A. 1989. Calcium supplementation inpremenstrual syndrome. Journal Gen Intern Medica; 4:183-189.
Thys-Jacobs S, MD. 2000. Micronutrients and premenstrual syndrome: The case forCalcium. Journal of the American College of Nutrition. Vol 19, No 2:220-227.
Tolson, D. 2007. Forskolin. http://IronMagazine. com. html [3 Juni 2009]
Utari D. 2004. Salah Diet Bisa Mengakibatkan Osteoporosis.www.dnet.net.id.html [3 Juni 2007].
Webb P. 1986. 24-hour energy expenditure and the menstrual cycle. AmericanJournal Clinical Nutrition; 44:614-9.
Werbach MR. 1994. Premenstrual syndrome: magnesium. International JournalAlternative Complementary Medicine; Feb:29 [review].
Whincup PP, Gilk, Odoki, Taylor dan Cook. 2001. Age of menarche incontemporary British teenagers: survey of girls born between 1982 and 1986.British Medical Journal. Vol 322:1095-1096.
Wijayakusumah, H. 2007. Anemi karena kekurangan zat besi.http://medicastore. com. html [14 Pebruari 2007].
Wirakusumah E. 2009. Manfaat dan bahaya kopi. http://www.azk4.com.html [30april 2009].
101
Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanan pangan dan gizi di eraotonomi daerah dan globalisasi. Jakarta 15-19 Mei 2004.
WRC. 2002. Penilaian WRC Mengenai P.T Dada Indonesia Rekomendasidan Temuan Awal. Laporan Workers Rights Consortium (Konsorsium Hak-hak Pekerja – WRC).
Wurtman JJ, Brzezinski A, Wurtman RJ, Laferrere B. 1994. Effect of nutrient intakeon premenstrual depression. British Journal Obstetrics Gynecology;101 (8):689-695.
Wyatt KM, PW. Dimnock, PW. Jones and S. O’Brien. 1993. Eficacy of vitamin B6in the treatment of premenstrual syndrome: systematic review. BritishMedical Journal; 318: 1375-1381.
Wyatt K.M, P.W. Dimnock, and S. O’Brien. 1999. PMS Premenstrual syndrome.Clinical evidence. 1:286-297.
Wyatt KP Dimmock, P. Jones, M Obhrain and S. O’Brien. 2001. Efficacy ofprogesteron and progesteron in management of premenstruasl syndrome:systematic review. British Medical Journal. Vol. 323: 776-780.
102
Lampiran 1Form Perkembangan Peserta Riset
”Pengaruh Minuman Daun Torbangun(Coleus amboinicus Lour) Terhadap Kejadian Sindrom Pramenstruasi”
Nama Peserta : ....................................................No urut : ....................................................
Isilah pernyataan di bawah ini dengan sesungguhnya dan sejujurnya sesuai denganperubahan kejadian sindrom pramenstruasi yang anda alami.
IntensitasKeluhan
1 2 3 4 51. Sakit Kepala2. Keram perut bagian bawah3. Nyeri pada payudara4. Daerah panggul terasa berat atau tertekan5. Pembengkakan pada tangan dan kaki6. Kelelahan yang luar biasa7. Perut kembung8. Emosional9. Cemas
Keterangan :
1 Tidak ada perubahan
2 Sedikit berkurang
3 Cukup berkurang
4 Berkurang banyak
5 Sangat berkurang
103
Lampiran 2
Formulir Persetujuan Setelah Mendapat Penjelasan
(INFORMED CONSENT)
Kegiatan Pengaruh Ekstrak keringdaun Torbangun (Coleus Amboinicus Lour)terhadap Kejadian Sindrom Pramenstruasi Pada Remaja Putri
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA
KELUARGA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ........................................................................................................
Umur : ........................................................................................................
Alamat : ........................................................................................................
.................................................................................... ....................
No. KTP : ........................................................................................................
Menyatakan bahwa setelah mendapat keterangan tentang kegiatan Program Studigizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, saya menyadari manfaat dan resikokegiatan ini serta dengan sukarela menyetujui untuk ikut serta dalam kegiatan ini,dengan catatan waktu berhak membatalkan persetujuan ini.
Bogor, ....................................2008
Mengetahui, Yang menyetujui,
Penanggung jawab kegiatan Peserta kegiatan
(Mazarina Devi) (......................................)
Saksi dari perusahaan
(.......................................)
104
Lampiran 3 Tahapan analisis Hemoglobin
Analisis Hemoglobin
Metode : Cyanmethemoglobin
Alat : spektofotometer
Reagen : Potassium hexacyanoferrate solution (larutan 1)
Potassium cyanide solution (larutan 2)
Sampel : Darah dengan EDTA
Tahapan analisis :
1. Membuat larutan drabkin yaitu dengan mencampurkan reagen (larutan 1 dan
larutan 2) masing-masing sebanyak 5 ml ke dalam 1000 ml aquadest
2. Masukan larutan drabkin sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan darah dengan pipet sebanyak20 µl ke dalam tabung reaksi
4. Baca absorbans pada panjang gelombang 540 nm setelah 3 menit
105
Lampiran 4 Analisis hormon Progesteron
Analisis Hormon Progesteron
1. Dipipet 25 ul Calibrator A ke dalam sumur A1
2. Dipipet 25 ul Calibrator B ke dalam sumur B1
3. Dipipet 25 ul Calibrator C ke dalam sumur C1
4. Dipipet 25 ul Calibrator C ke dalam sumur D1
5. Dipipet 25 ul Calibrator C ke dalam sumur E1
6. Dipipet 25 ul Calibrator C ke dalam sumur F1
7. Dipipet 25 ul Calibrator C ke dalam sumur G1
8. Dipipet 25 ul Calibrator C ke dalam sumur III
9. Dipipet 200 ul tiap sampel ke dalam sumur masing masing dari sumur 2 A2.
10. Dipipet 200 ul HRP-Progesteron Conjugate ke dalam semua sumur.
11. Inkubasi 120 menit suhu ruang 37°C
12. Dicuci dengan Mikroplate Washer sebanyak 3 kali dengan isi tiap sumur 300ul.
Setelah selesai buang sisa cairan dengan tisu pembersih.
13. Dipipet 100ul Substrate ke dalam semua sumur, hindari dari sinar matahari
langsung
14. Inkubasi 15 menit suhu ruang (15-25°C)
15. Dipipet 100ul Stop Solution ke dalam tiap sumur, goyang 5 detik
16. Dibaca plate dengan Microplate Reader pada 450nm sebelum 30 menit
106
Lampiran 5 Hasil analisis tabulasi silang karakteristik subjek penelitian
Kelompok usia * Kelompok perlakuan Crosstabulation
Kelompok perlakuantorbangun tuntas placebo Total
Kelompokusia
15 - 164 3 4 11
17 - 19 8 9 7 24Total 12 12 11 35
Pendidikan * Kelompok perlakuan Crosstabulation
Kelompok perlakuantorbangun tuntas placebo Total
Pendidikan SD 9 7 7 23SMP 2 4 4 10SMU 1 1 0 2
Total 12 12 11 35
Kelompok Berat badan * Kelompok perlakuan Crosstabulation
Kelompok perlakuantorbangun tuntas placebo
Total
kelompok Berat badan35-44 3 4 8 1545-54 7 7 2 16>55 2 1 1 4
Total 12 12 11 35
Kelompok tinggi badan * Kelompok perlakuan Crosstabulation
Kelompok perlakuantorbangun tuntas placebo Total
Kelompok tinggi badan <150 1 2 4 7150-159 7 9 7 23160-169 4 1 0 5
Total 12 12 11 35
107
Lampiran 6 Analisis tabulasi indeks massa tubuh
Kelompok indeks massa tubuh * Kelompok perlakuan Crosstabulation
Kelompok perlakuantorbangun tuntas placebo
Total
Kelompok indeks massa tubuh <18.5 1 2 5 818.5-25 8 9 5 22>25 3 1 1 5
Total 12 12 11 35
Lampiran 7 Analisis tabulasi silang menarke dan kisaran menstruasi
Kelompok usia pertama mens (menarke) * Kelompok perlakuan Crosstabulation
Kelompok perlakuantorbangun tuntas placebo
Total
Kelompok usiapertama mens(menarke)
<12 1 1 0 2
12-15 9 9 10 28>15 2 2 1 5
Total 12 12 11 35
Lama mens rata rata * Kelompok perlakuan Crosstabulation
Kelompok perlakuan Totaltorbangun tuntas placebo
Lamamens ratarata
3-5 hari 7 6 6 19
6-7 hari 5 6 5 16Total 12 12 11 35
108
Lampiran 8 Sebaran sampel yang mengalami kejadian sindrompramenstruasi sebelum dan sesudah intervensi
Payudara Nyeri Sakit kepala Nyeri perut bagbawah
EmosionalSampel
Sebelum Sesudah sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum SesudahDT123456789
101112
HK131415161718192021222324
Plasebo25262728293031323334
35
YaYaYaYaYaYa-
YaYa-
YaYa
-YaYa-
Ya-
YaYaYaYaYaYa
YaYaYaYaYaYaYaYa-
Ya-
TidakTidakTidakTidak
YaTidak
-TidakTidak
-TidakTidak
-TidakTidak
-Ya-
TidakTidakTidakTidakTidak
Ya
YaYaYaYa
TidakYaYa
Tidak-
Ya-
Ya-
YaYa-
YaYa---
Ya-
YaYa-
YaYa-
YaYaYa--
Ya
Ya-
Ya-
Ya--
YaYaYaYa
Tidak-
TidakTidak
-TidakTidak
---
Tidak-
TidakTidak
-TidakTidak
-YaYa
Tidak--
Tidak
Ya-
Ya-
Ya--
TidakYaYaYa
YaYaYa-
YaYaYaYaYa-
YaYa
YaYa-
YaYaYa--
YaYaYaYa
YaYaYaYaYaYaYaYa-
YaYa
TidakTidakTidak
-Ya
TidakTidakTidakTidak
-TidakTidak
YaTidak
-Tidak
YaTidak
--
TidakTidakTidakTidak
YaYaYaYa
TidakYaYaYa-
TidakTidak
YaYaYaYaYaYaYaYa-
YaYaYa
YaYaYaYaYaYa-
YaYaYaYaYa
YaYa-
YaYaYaYaYaYaYa-
TidakYa
TidakTidakTidakTidakTidakTidak
-TidakTidakTidak
YaTidakTidak
YaYa
Tidak-
TidakTidakTidakTidakTidak
YaYa-
YaTidak
YaYaYaYaYa-
109
Lampiran 9 Selisih Nilai Kalsium serum (mg/dl) sampel dalam Darah sebelumintervensi (I), sesudah intervensi (II) dan sesudah menstruasi III)
Sampel Selisih Tahap I-II(%)
Selisih Tahap II-III (%)
Selisih Tahap I-III (%)
Torbangun123456789
101112_x
Herbal komersil131415161718192021222324_x
Plasebo2526272829303132333435_x
-160
-8,5-1,4-1,18,7-5,6
-15,6-2,5-7,9
-1,08-7,5
-4,87
-13,77,3-7,8-2,5
-33,1-19,9-4,8-4,8-6,6
-12,7-12-5,8
-9,7
-8,4-6,1-3,7
-9,98-0,513,8-10,80,60,7-2,3-2,7
-2,67
-25,2-1,26,7-4
-2,60
-12,9-12,6-10-4,8-2,6-2,4
-5,97
-0,7-2,87,6-1
12,1-9,9-6,83,7-0,4-6,610,2-1,1
0,36
8,1-9
-11,563,4-4,4
-14,40,80
0,9-15,30,6
-3,71
-37,41,2-2
-5,3-3,68,7
-17,8-26,2-2,5
-12,3-3,6-9,7
-9,21
-14,2-2,7
-0,08-3,5-25
-22,12-11,3-8,6-6,9
-18,5-3,1-4,8
-10,07
-1-14,5-14,8-6,9-4
-2,6-10,10,61,7
-17,2-2,2
-6,45
110
Lampiran 10 Nilai Magnesium serum (mg/dl) sampel dalam Darah sebelumIntervens (I)i, sesudah intervensi (II) dan sesudah menstruasi III)
Sampel Selisih Tahap I-II(%)
Selisih Tahap II-III(%)
Selisih Tahap I-III(%)
Torbangun123456789
101112_x
Herbal komersil131415161718192021222324_x
Plasebo2526272829303132333435_x
3,23,72,60,50,5-2,70,50-22
4,40
1,06
-3,411,40,57
-3,40,62,70,511
-4,45,8
1,61
-8,7-5,5-8,3-4,83,3
14,1-6,71,12,7-4,30,5
-1,51
-10,3-9,1-7,5-1
-1,6-3,2-1
-11,5-2,7-1,5-1,1-9
-4,96
-2,90,5-40-4
-3,51,1-40,54,21,74
-0,5
5,61,15,7-14,8-0,55,65,92,12
-2,5
2,62
-7,4-5,8-5
-0,5-1
-5,7-0,5
-11,5-4,7-0,5-3,3-9,1
-4,58
-6,112
-3,57
-7,24,13,8-3,51,55,3-2,810
1,72
-3,6-4,5-3,1-5,78,2
13,5-1,6
74,9-2,4-2
0,97
111
Lampiran 11 Nilai Hb (mg/dl) sampel dalam Darah sebelum intervensi (I),sesudah intervensi (II) dan sesudah menstruasi (III)
Sampel Selisih I-II (%) SelisihII-III (%)
SelisihI-III (%)
Torbangun123456789
101112_x
Herbal komersil131415161718192021222324_x
Plasebo2526272829303132333435_x
0,44,7-0,614,123
-8,50,22,74,51,73,31,2
3,89
10,6-3,80,10
-0,20,20,2-1,80,1-1,4-0,20,3
0,34
-2,4-1,8-1,4-4,3-5,2-4,7
-10,4-7,4-11-5,4-8
-5,64
-4,7-0,2-1,3-6,9-0,20,6-1,5-0,12,80,21,1-0,3
-0,88
-9,3-1
-2,2-1,3-0,8-7
-2,1-0,9-4,5-2,8-1,3-1,5
-2,89
41
1,41,1-0,30,64,6-11
0,32,1
1,35
-5,2-4,5-1,96,3
-22,7-7,9-1,32,67,31,84,40,9
-1,68
0,3-4,7-2,2-1,3-1,1-6,8-1,9-1,8-4,4-4,1-1,5-1,2
-2,56
6,6-0,80,1-3,3-5,5-4,2-6,3-8,3
-10,1-5,2-6,1
-3,92
112
Lampiran 12 Sebaran sampel berdasarkan jumlah penurunan keluhansindrom pramenstruasi sebelum dan sesudah Intervensi
Payudara Nyeri Sakit kepala Nyeri perut bagbawah
EmosionalSampel
n % n % n % n %
D T Sebelum Sesudah
Selisih
Herbal komersil Sebelum Sesudah
Selisih
Plasebo Sebelum Sesudah
Selisih
101
9
92
7
97
2
10010
90
10022,22
77,78
10077,78
22,22
60
6
82
6
76
1
1000
100
10025
75
10085,71
14,29
101
9
92
7
107
3
10010
90
10022,22
77,78
10070
30
111
10
113
8
98
1
1009,09
90,9
10027,27
72,73
10088,89
11,11
Lampiran 13 Hasil analaisis Chi Square jumlah jenis keluhan sebelum pemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan
CrosstabKelompok perlakuan Total
torbangun tuntas placebo
Total keluhan sebelum intervensi2 2 3 2 73 6 5 5 164 4 4 4 12
Total 12 12 11 35
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Pearson Chi-Square .346(a) 4 .987Likelihood Ratio .340 4 .987Linear-by-Linear Association .002 1 .968N of Valid Cases 35
113
Lampiran 14 Hasil analaisis Chi Square jumlah jenis keluhan sesudahpemberian suplemen berdasarkan kelompok perlakuan
Crosstab
Kelompok perlakuan Totaltorbangun tuntas placebo
Total keluhansesudah intervensi
0 0 0 1 1
1 0 1 7 82 1 1 2 43 1 4 1 64 10 6 0 16
Total 12 12 11 35
Chi-Square Tests
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)Pearson Chi-Square 26.261(a) 8 .001Likelihood Ratio 30.918 8 .000Linear-by-Linear Association 19.749 1 .000N of Valid Cases 35
Lampiran 15 Hasil analisis Uji t keluhan payudara terasa nyeri sesudahpemberian suplemen antar kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan _
x ± SD SE F P
DT
HK
0,08 ± 0,289
0,17 ± 0,389
0,083
0,112 1,497 0,234
DT
Kontrol
0,08 ± 0,289
0,64 ± 0,505
0,083
0,152 14,026 0,001*
114
Lampiran 16 Hasil analisis Uji t keluhan sakit kepala sesudah pemberian suplemen antar kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan _
x ± SD SE F P
DT
HK
0,00 ± 0,000
0,17 ± 0,389
0,000
0,112 13,750 0,001*
DT
Kontrol
0,00 ± 0,000
0,55 ± 0,522
0,000
0,157 1314,783 0,000*
Lampiran 17 Hasil analisis Uji t keluhan nyeri pada bagian bawah perutsesudah pemberian suplemen antar kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan _
x ± SD SE F P
DT
HK
0,08 ± 0,289
0,33 ± 0,778
0,083
0,225 5,949 0,023*
DT
Kontrol
0,08 ± 0,289
1,27 ± 1,009
0,083
0,304 51,643 0.000*
Lampiran 18 Hasil analisis Uji t keluhan emosi sesudah pemberian suplemenantar kelompok perlakuan
Kelompok perlakuan _
x ± SD SE F PDT
HK
0,00 ± 0,000
0,17 ± 0,389
0,000
0,112 5,436 0,029*
DT
Kontrol
0,08 ± 0,289
0,73 ± 0,467
0,083
0,141 6,594 0.018*
115
Lampiran 19 Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan kalsium serum
Payudaraterasanyeri
Sakitkepala
Nyeri perutbagianbawah
Emosi/mudah marah
Kalsium serumtahap 2
Pearson Correlation-.101 .082 -.012 .057
Sig. (2-tailed) .564 .639 .946 .744N 35 35 35 35
Payudara terasanyeri
Pearson Correlation1 -.237 .152 .045
Sig. (2-tailed) . .171 .385 .798N 35 35 35 35
Sakit kepala Pearson Correlation -.237 1 -.193 -.090Sig. (2-tailed) .171 . .267 .606N 35 35 35 35
Nyeri perut Pearson Correlation .152 -.193 1 .075Sig. (2-tailed) .385 .267 . .669N 35 35 35 35
Emosi/mudahmarah
Pearson Correlation.045 -.090 .075 1
Sig. (2-tailed) .798 .606 .669 .N 35 35 35 35
Lampiran 20 Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan magnesium serum
Payudaraterasa nyeri
Sakitkepala
Nyeri perutbagianbawah
Emosi/mudah marah
Payudara terasa nyeri Pearson Correlation 1 -.237 .152 .045Sig. (2-tailed) . .171 .385 .798N 35 35 35 35
Sakit kepala Pearson Correlation -.237 1 -.193 -.090Sig. (2-tailed) .171 . .267 .606N 35 35 35 35
Nyeri perut bagian Pearson Correlation .152 -.193 1 .075Sig. (2-tailed) .385 .267 . .669N 35 35 35 35
Emosi/mudah marah Pearson Correlation .045 -.090 .075 1Sig. (2-tailed) .798 .606 .669 .N 35 35 35 35
Magnesium serum 2 Pearson Correlation .096 .019 -.197 .183Sig. (2-tailed) .582 .912 .257 .294N 35 35 35 35
116
Lampiran 21 Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan Hb darah
Payudaraterasa nyeri
Sakitkepala
Nyeri perutbagian bawah
Emosi/mudah marah
Payudara terasanyeri
PearsonCorrelation
1 -.237 .152 .045
Sig. (2-tailed) . .171 .385 .798N 35 35 35 35
Sakit kepala PearsonCorrelation
-.237 1 -.193 -.090
Sig. (2-tailed) .171 . .267 .606N 35 35 35 35
Nyeri perutbagian bawah
PearsonCorrelation
.152 -.193 1 .075
Sig. (2-tailed) .385 .267 . .669N 35 35 35 35
Emosi/mudahmarah
PearsonCorrelation
.045 -.090 .075 1
Sig. (2-tailed) .798 .606 .669 .N 35 35 35 35
Hb tahap 2 PearsonCorrelation
.072 .063 .086 .010
Sig. (2-tailed) .680 .721 .622 .955N 35 35 35 35
Lampiran 22 Hasil analisis korelasi antara jenis keluhan dengan hormon progesteron serum
payudaraterasa nyeriintervensi
sakit kepalaintervensi
perut bagianbawah terasa
nyeriintervensi
emosiintervensi
payudara terasa nyeriintervensi
Pearson Correlation1 .108 .580 .609
Sig. (2-tailed) . .538 .000 .000N 35 35 35 35
sakit kepala intervensi Pearson Correlation .108 1 -.043 .037Sig. (2-tailed) .538 . .806 .833N 35 35 35 35
perut bagian bawahterasa nyeri intervensi
Pearson Correlation.580 -.043 1 .609
Sig. (2-tailed) .000 .806 . .000N 35 35 35 35
emosi intervensi Pearson Correlation .609 .037 .609 1Sig. (2-tailed) .000 .833 .000 .N 35 35 35 35
progesteron tahap 2 Pearson Correlation -.452(**) -.295 -.230 -.444(**)Sig. (2-tailed) .006 .085 .185 .008N 35 35 35 35
117
Lampiran 23 Hasil analisis Anova nilai rata rata progesteron darah (ng/ml)sebelum dan sesudah pemberian suplemen serta sesudahmenstruasi
Kelompokperlakuan
progesterontahap 1
progesterontahap 2
progesterontahap 3
torbangun Mean .6332 8.0076 .7913N 12 12 12Std. Deviation .29008 5.07197 .27474
tuntas Mean .5008 5.0139 .5123N 12 12 12Std. Deviation .18814 .79688 .17615
placebo Mean .5801 2.5936 .6129N 11 11 11Std. Deviation .26342 1.19968 .21700
Total Mean .5711 5.2797 .6396N 35 35 35Std. Deviation .24943 3.73324 .24977
ANOVA
Sum ofSquares df
MeanSquare F Sig.
progesterontahap 1
Between Groups.107 2 .053 .848 .438
Within Groups 2.009 32 .063Total 2.115 34
progesterontahap 2
Between Groups169.510 2 84.755 8.911 .001
Within Groups 304.351 32 9.511Total 473.860 34
progesterontahap 3
Between Groups.478 2 .239 4.661 .017
Within Groups 1.643 32 .051Total 2.121 34
118
Lampiran 24. Post Hoc
ANOVA
Progesteron
Sum ofSquares df
MeanSquare F Sig.
8,911Antar kelompok
Diantara kelompok
0,001
Total
169,510
304,351
473,860
2
32
34
84,755
9,511
UJI Post Hoc (LSD)
Peubah dependen: Progesteron setelah suplementasi
95% Confidence IntervalKelompokperlakuan (I)
Kelompokperlakuan
(J)
MeanDifference (I-
J)
Std.Error
SigLowerBound
UpperBound
torbangun
tuntas
placebo
tuntas
placebo
torbangun
placebo
torbangun
tuntas
2.9937
5.4140(*)
-2.9937
2.4203
-5.4140(*)
-2.4203
1.25903
1.28733
1.25903
1.28733
1.28733
1.28733
.024
.000
.024
.069
.000
.069
0.429
2.7918
-5.5582
-.2019
-8.0362
-5.0425
5.5582
8.0362
-.4291
5.0425
-2.7918
.2019
.
119
Lampiran 25 Persetujuan Etik (Ethical Clearance)
120
Lampiran 26. Hasil Analisis kandungan mineral bubuk daun Torbangun