[summary] struktur dan proses organisasi chapter 4
TRANSCRIPT
[Summary]
Struktur dan Proses Organisasi
Chapter 4
CH 4: Relationship Between Organizations
Tren yang sedang meluas di kalangan organisasi saat ini adalah mengurangi batas dan
meningkatkan kerjasama antar perusahaan, bahkan antar kompetitor. Pada banyak industri,
lingkungan bisnisnya begitu kompleks sehingga tidak satupun perusahaan yang dapat menguasai
segala keahlian dan sumber daya yang dibutuhkan untuk tetap kompetitif. Mengapa? Globalisasi dan
perkembangan teknologi, komunikasi dan transportasi telah menciptakan kesempatan-kesempatan
baru yang menarik, tetapi globalisasi dan segala perkembangan tersebut juga meningkatkan biaya
dalam menjalankan bisnis dan disaat yang bersamaan perusahaan juga sulit untuk memanfaatkan
segala kesempatan tersebut jika hanya mengusahakannya sendiri saja.
Tujuan dari Bab Ini
Bab ini membahas tren terbaru dalam organizing. yang merupakan jaringan dari hubungan-
hubungan diantara organisasi. Perusahaan selalu bergantung kepada perusahaan lain dalam hal
supplies, materials, dan informasi.
Organizational Ecosystems
Interorganizational relationships adalah transaksi dan aliran sumber daya yang saling terkait
antara dua atau lebih organisasi. Segala transaksi dan hubungan tersebut merupakan hal yang utama
agar perusahaan dapat memperoleh kebutuhan-kebutuhannya.
Sedangkan organizational ecosystem adalah sebuah system yang terbentuk dari interaksi
dalam sebuah komunitas organisasi dan lingkungannya. Sebuah perusahaan dapat menciptakan
ekosistemnya sendiri. Apple, contohnya, membangun bisnisnya pada beberapa industri utama, seperti
consumer electronics, layanan internet, telepon seluler, personal computers, dan entertainment.
Ekosistem Apple juga terdiri dari ratusan supplier dan jutaan konsumen pada banyak market.
Apakah persaingan sudah tidak ada lagi?
Tidak ada perusahaan yang dapat menghadapi persaingan yang sangat ketat, perubahan
teknologi yang terus menerus, dan berbagai macam peraturan pemerintah yang mengikat seorang diri.
Perusahaan-perusahaan di dunia terikat dalam hubungan-hubungan yang kompleks, mereka
bekerjasama dalam beberapa pasar, tetapi bersaing ketat dalam beberapa pasar yang lain.
Persaingan sebagaimana mestinya, dimana suatu perusahaan bersaing dengan perusahaan
lainnya secara individu agar tetap bertahan, sudah tidak berlaku lagi karena pada era sekarang ini
setiap perusahaan saling bergantung dan mendukung satu sama lain untuk meraih kesuksesan, dan
pastinya agar tetap bertahan.
Perusahaan-perusahaan saat ini juga harus coevolve dengan perusahaan lainnya dalam
ekosistem agar setiap perusahaan secara individu dapat berkembang menjadi lebih kuat. Melalui
coevolution, secara keseluruhan sistem dari ekosistem menjadi lebih kuat. Perusahaan melakukan
coevolve melalui diskusi satu sama lain, visi yang ditetapkan bersama, persekutuan dan mengatur
hubungan yang kompleks.
Contoh 4.1 menggambarkan kerumitan dari sebuah ekosistem yang terdiri dari hubungan-
hubungan begitu banyak perusahaan teknologi yang tumpang tindih pada tahun 1999. Sejak saat itu,
banyak dari perusahaan ini telah melakukan merger, diakuisisi, atau bangkrut. Ekosistem seperti ini
akan selalu berubah dan berkembang, dan hubungan-hubungan antar perusahaan yang terjadi di
dalamnya sebagian akan menguat dan sebagian lagi melemah atau terhenti. Pola hubungan dan
interaksi yang selalu berubah dalam ekosistem berperan dalam kekuatan sistem tersebut secara
keseluruhan.
Ketergantungan satu sama lain adalah sebuah fakta dalam hidup. Apakah dengan begini
persaingan menjadi hilang? Perusahaan pasti berusaha keras untuk mengalahkan pesaingnya, tetapi
pada akhirnya kerjasamalah yang membantu mengatasi semuanya.
Peran Manajemen yang Berubah
Dalam ekosistem bisnis, manajer belajar untuk berkembang lebih jauh dari traditional
responsibility of corporate strategy and designing hierarchical structures and control systems. Dalam
dunia yang baru ini, managers think about horizontal processes rather than vertical structures.
Important initiatives are not just top down, they cut across the boundaries separating organizational
units. Lebih jauh, horizontal relationships sudah termasuk hubungan dengan suppliers dan konsumen,
who become part of the team.
Manajer juga bertanggung jawab dalam berkoordinasi dengan perusahaan lain untuk
menguasai new executive skills. Sebuah kajian mengenai executive roles oleh Hay Group
membedakan antara operations roles dan collaborative roles. Manajer pada umumnya memiliki skill
dalam menangani operations roles, yang memiliki traditional vertical authority dan memberikan hasil
melalui pengendalian langsung atas SDM dan sumber daya lainnya. Sedangkan untuk collaborative
roles, walaupun tidak memiliki pengendalian langsung atas horizontal collegues or partners, tetap
berperan dalam mencapai goals tertentu. Manajer yang menerapkan collaborative roles memenuhi
goals melalui personal communication dan secara kontiyu mencari informasi dan sumber daya yang
dibutuhkan.
Interorganizational Framework
Model dan perspektif mengenai interorganizational relationships membantu manajer
melakukan transisi dari top-down management menjadi horizontal management. Contoh 4.2
menunjukkan framework/kerangka untuk menganalisa perspektif yang berbeda-beda dari
interorganizational relationships. Hubungan antar organisasi dapat digambarkan by whether the
organizations are dissimilar or similar and whether relationships are competitive or cooperative.
Contoh 4.2
Perspektif yang pertama disebut resource-dependence theory. Teori ini menjelaskan rational ways
organizations deal with each other untuk mengurangi ketergantungan terhadap lingkungan. Perspektif
yang kedua adalah mengenai collaborative networks, dimana organisasi sengaja bergantung kepada
organisasi yang lain demi meningkatkan value dan produktivitas. Perspektif yang ketiga adalah
population ecology, yang menelaah bagaimana new organizations mengisi celah yang berasal dari
established organizations dan bagaimana beragam new organizational forms membawa keuntungan
bagi masyarakat. Perspektif yang terakhir adalah institusionalism yang menjelaskan mengapa dan
bagaimana organisasi legitimate themselves in the larger environment dan merancang struktur dengan
saling bertukar ide dengan organisasi lainnya.
Resource Dependence
Resource-dependence theory berpendapat bahwa organisasi berusaha untuk memperkecil
ketergantungan kepada organisasi lain dalam hal supply of important resources and try to influence
the environment to make resources available. Organizations succeed by striving for independence and
autonomy. Ketika organisasi menghadapi keterbatasan sumber daya, the resource dependence
perspective berpendapat bahwa organisasi akan berusaha untuk mempertahankan autonomi melalui
berbagai strategi, beberapa akan dibahas pada bab 6. One strategy is to adapt to or alter the
interdependent relationships. Hal ini dapat berupa membeli kepemilikan pada perusahaan supplier,
developing long-term contracts or joint ventures to lock in necessary resources, or building
relationships in other ways.
Supply Chain Relationships
Organisasi membangun hubungan yang erat dengan supplier untuk memperoleh sumber daya
yang dibutuhkan. Supply chain management refers to managing the sequence of suppliers and
purchasers, mencakup semua tahap pemrosesan mulai dari memperoleh raw materials hingga
mendistribusikan barang jadi kepada konsumen. Contoh 4.3 menggambarkan a basic supply chain
model. Supply chain adalah jaringan dari berbagai usaha bisnis dan individu yang terhubung melalui
the flow of products or service.
Organisasi mengatur supply chain relationship menggunakan internet dan berbagai teknologi
terkini lainnya, membangun hubungan secara elektronik antara organisasi yang bersangkutan dan
partner eksternal dalam berbagi dan bertukar data. Perusahaan-perusahaan seperti Apple, Wal-Mart,
Nokia, Toyota, Tesco dan Samsung misalnya, terhubung secara elektronik dengan partner masing-
masing sehingga semua yang ada dalam supply chain memiliki hampir segala informasi mengenai
penjualan, pemesanan, pengiriman dan data lainnya.
Contoh 4.3
Power Implications
Di dalam resource-dependence theory, perusahaan yang besar dan mandiri memiliki
kekuasaan terhadap suppliers kecil. Ketika suatu perusahaan memiliki kekuasan terhadap yang
lainnya, maka perusahaan tersebut dapat meminta suppliers untuk mengurangi biaya, mengirim
barang dengan lebih efisien, hingga menyediakan pelayanan yang lebih dari sebelumnya tanpa perlu
menaikkan harga. Terkadang suppliers tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti perusahaan
tersebut, dan suppliers yang tidak dapat memenuhinya berkemungkinan untuk out of business.
COLLABORATIVE NETWORKS
Collaborative-network perspective merupakan alternatif yang muncul dari resource-
dependence theory. Di dalam perspektif ini perusahaan – perusahaan bekerja sama dengan tujuan
untuk menjadi lebih kompetitif dan untuk bersama-sama menghadapi kelangkaan sumber daya yang
mereka hadapi.
Contoh dari collaborative-network adalah seperti yang dilakukan oleh perusahaan provider
telepon, Telkomsel yang berkolaborasi dengan produsen smartphone, Apple dalam melakukan
bundling untuk menjadi lebih kompetitif di pasar provider dan smartphone. Contoh lain adalah
consulting firms, investment companies, dan accounting firms yang membentuk persekutuan
(alliances) untuk memenuhi permintaan pelanggan serta untuk memperluas pelayanan mereka.
Perusahaan – perusahaan yang melakukan collaborative-network percaya bahwa pendekatan
tersebut merupakan cara terbaik untuk mengalahkan rival mereka. Selain itu, di dalam corporate
alliances dibutuhkan manajer yang mampu serta baik dalam membangun personal networks.
Why Collaboration?
Beberapa alasan yang mendasari perusahaan – perusahaan untuk melakukan collaboration
antara lain:
a. Untuk sharing risks ketika memasuki pasar baru
b. Untuk menyusun program baru yang mahal dan untuk mengurangi biaya
c. Untuk meningkatkan / mempertinggi organizational profile di industri atau teknologi tertentu
Kerjasama (cooperation) merupakan prasyarat untuk inovasi yang lebih besar, pemecahan
masalah, dan hasil yang baik. Sedangkan partnership merupakan jalur utama untuk memasuki pasar
global. Banyak perusahaan yang secara tradisional bekerja sendiri, berkompetisi dengan yang lainnya,
dan percaya pada individualism serta self-reliance. Namun, lambat laun mereka belajar mengenai
bagaimana efektifnya suatu hubungan antar organisasi (interorganizational relationships) dari
pengalaman – pengalaman internasional mereka. Bagaimanapun, pengalaman berkolaborasi dengan
perusahaan – perusahaan lain menunjukkan bahwa kompetisi di antara perusahaan dapat menjadi
sengit di beberapa area walaupun mereka berkolaborasi satu sama lain.
Hubungan antar organisasi memberikan semacam jaring pengaman yang dapat mendorong
long-term investment dan pengambilan resiko. Organisasi dapat mencapai inovasi dan hasil dengan
level yang lebih tinggi ketika mereka belajar untuk mengubah mindset mereka dari adversarial
(musuh/lawan) menjadi partnership (persekutuan). Contoh dari partnership adalah Nintendo dengan
Namco Bandai Games dalam mengembangkan permainan untuk Nintendo Wii, kemudian ada Procter
& Gamble dengan Clorox yang merupakan rival dalam kategori cleaning product namun
berkolaborasi dalam memproduksi Glad Press „n Seal.
From Adversaries to Partners
Di Amerika Utara, kolaborasi biasanya terjadi di antara organisasi pelayanan sosial nonprofit
dan organisasi kesehatan mental, di mana kepentingan umum terlibat. Community organizations
berkolaborasi agar menjadi lebih efektif dan agar dapat menggunakan sumber daya yang langka
dengan lebih baik. Berikut merupakan karakteristik perubahan mindset terhadap hubungan antar
organisasi:
Dari karakteristik di atas, kita dapat melihat bahwa partnership didasari oleh saling
ketergantungan dan rasa saling percaya. Ukuran performa dari partnership didefinisikan dengan
bebas, dan masalah diselesaikan melalui diskusi dan dialog. Mengelola hubungan yang strategis
dengan perusahaan/organisasi lain telah menjadi management skill yang penting. Di dalam
partnership orang – orang berusaha untuk memberikan value bagi kedua belah pihak. Selain itu,
mereka juga lebih percaya pada komitmen tinggi daripada kecurigaan dan persaingan. Perusahaan –
perusahaan yang melakukan partnership bekerja untuk keuntungan yang adil bagi kedua belah pihak,
bukan hanya untuk keuntungan pribadi. Terdapat banyak shared information di dalam partnership
yang bertujuan untuk mendapatkan feedback, memecahkan masalah, serta koordinasi yang baik dan
cepat. Partners juga akan lebih mengembangkan solusi yang adil bagi permasalah mereka daripada
bergantung pada kontrak hukum dan perkara hukum yang ada, dengan kata lain merupakan hal yang
biasa bagi partners untuk saling tolong menolong di luar ketentuan yang ada di dalam kontrak mereka.
Di dalam pandangan partnership, bergantung pada perusahaan lain dapat mengurangi resiko
mereka, bukan meningkatkan resiko. Value yang lebih besar bisa didapatkan oleh kedua belah pihak
ketika melakukan partnership. Dengan menjalin hubungan antar organisasi, semua orang dapat
melakukan banyak hal dengan lebih baik karena mereka saling menolong satu sama lain.
POPULATION ECOLOGY
Population-ecology perspective berbeda dari perspektif lainnya, karena perspektif ini
berfokus pada keragaman organisasi dan adaptasi organisasi di dalam populasi. Populasi adalah
sekumpulan organisasi yang memiliki kesamaan aktifitas dengan kesamaan pola penggunaan sumber
daya dan hasil. Organisasi – organisasi di dalam populasi bersaing untuk mendapatkan sumber daya
dan pelanggan yang serupa. Contohnya adalah japanese restaurants di Jakarta, car dealerships di
Surabaya, serta advertising companies di Jakarta.
Di dalam populasi, organizational forms yang baru dan menambah keragaman seringkali
muncul. Mengapa? Karena adaptasi dari organisasi sungguh terbatas bila dibandingkan dengan
perubahan permintaan dari lingkungan sekitar. Inovasi dan perubahan di dalam populasi lebih banyak
menyebabkan lahirnya tipe – tipe organisasi yang baru daripada menyebabkan perubahan dan
pembaharuan pada organisasi – organisasi yang telah ada. Organisasi yang baru lebih dapat
memenuhi kebutuhan baru masyarakat dibandingkan dengan organisasi yang telah ada sebelumnya
yang lambat untuk berubah.
Teori ini memiliki arti bahwa organisasi yang besar dan mapan terkadang dapat menjadi
“dinosaurus” atau dengan kata lain “punah”. Karena organisasi yang besar dan mapan terkadang
memiliki kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah dengan cepat. Oleh karena itu,
organizational forms yang baru yang dapat fit dengan current environtment dan dapat mengisi tempat
baru di dalam kebutuhan masyarakat telah mengambil alih bisnis dari established companies.
Berdasarkan pandangan dari population-ecology, ketika kita melihat populasi organisasi
secara keseluruhan, maka perubahan pada lingkungan akan menentukan organisasi mana yang akan
bertahan atau tidak. Ketika perubahan dengan cepat terjadi, organisasi yang lama biasanya akan
menurun atau gagal, sedangkan organisasi yang baru muncul akan lebih cocok dengan kebutuhan
environment yang baru.
Organisasi yang telah mapan sangat sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan yang berubah
dengan cepat karena mereka memiliki beberapa hal yang membatasi organisasi tersebut untuk
berubah, antara lain:
a. Telah memiliki investasi di bangunan, perlengkapan, dan personel berspesialisasi
b. Memiliki informasi yang terbatas
c. Sudut pandang yang established dari si pembuat keputusan
d. Memiliki kisah sukses organisasi sehingga hal tersebut membuat organisasi membenarkan
prosedur yang selama ini telah dilakukan
e. Kesulitan dalam mengubah budaya organisasi
Population-ecology perspective dikembangkan dari teori seleksi alam di ilmu biologi. Teori
ini menjelaskan mengapa bentuk kehidupan tertentu muncul dan bertahan sedangkan kehidupan yang
lainnya binasa. Belakangan ini, teknologi telah membawa perubahan besar pada environment yang
mengarah pada banyaknya kemunduran perusahaan – perusahaan yang ketinggalan jaman dan muncul
serta berkembangnya perusahaan – perusahaan baru seperti Google, Facebook, eBay, dan sebagainya.
Organizational Form and Niche
Model population-ecology concerned dengan organizational forms. Organizational form
adalah teknologi, struktur, produk, tujuan, dan personil organisasi yang dapat dipilih atau ditolak oleh
lingkungan. Setiap organisasi baru selalu berusaha untuk menemukan niche (tempat di masyarakat
yang berasal dari sumber daya dan kebutuhan lingkungan yang unik) yang dapat mendukungnya.
Niche biasanya berukuran kecil di tahap awal organisasi, namun akan meluas seiring dengan
kesuksesan organisasi tersebut. Jika organisasi tidak menemukan niche yang tepat, maka organisasi
tersebut akan mengalami kemunduran lalu kemudian binasa.
Keberuntungan, kesempatan, dan randomness memiliki peran penting dalam kelangsungan
hidup suatu organisasi. Sedangkan produk baru dan ide secara berkelanjutan diusulkan oleh
entrepreneurs dan large organizations. Apakah ide dan organizational forms akan bertahan atau gagal
merupakan masalah peruntungan–apakah keadaan eksternal mendukung mereka atau tidak.
Kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi dapat diprediksi dari karakteristik lingkungannya, sama
seperti kemampuan dan strategi yang digunakan oleh manajer organisasi tersebut.
Proses Perubahan Ecological
Proses perubahan dalam populasi terjadi dalam tiga tahap:
1. Variation
Varriation berarti munculnya oraganization form yang baru dan berbeda dalam populasi.
Bentuk-bentuk organisasi baru yang diprakarsai oleh pengusaha, didirikan dengan venture
capital oleh perusahaan besar, atau dibentuk oleh pemerintah dan berusaha untuk
menyediakan layanan baru. Contohnya adalah Axiom. Axiom adalah salah satu yang memulai
menggunakan variasi ini pada traditional law firm.
2. Selection
Selection mengacu pada apakah bentuk organisasi baru cocok untuk lingkungan dan dapat
bertahan hidup atau tidak. Hanya beberapa variation yang "selected in" oleh lingkungan dan
bertahan dalam jangka panjang. Beberapa variation akan sesuai dengan lingkungan eksternal
yang lebih baik daripada yang lain. Beberapa membuktikan manfaatnya dan dengan demikian
dapat menemukan tempat yang sesuai dan memperoleh sumber daya dari lingkungan yang
diperlukan untuk bertahan hidup. Variation lainnya gagal memenuhi kebutuhan lingkungan
dan mati. Ketika ada yang tidak mencukupi permintaan untuk produk perusahaan dan ketika
sumber daya yang tersedia tidak mencukupi bagi organisasi, organisasi itu yang akan
"selected out."
3. Retention
Retention adalah pelestarian dan pelembagaan bentuk organisasi yang telah dipilih. Teknologi
khusus, produk, dan service adalah yang sangat dinilai oleh lingkungan. Bentuk organisasi
yang ditahan mungkin menjadi bagian yang dominan dari lingkungan. Banyak bentuk
organisasi telah dilembagakan, seperti pemerintah, sekolah, gereja, dan produsen mobil.
Contoh lainnya McDonald, yang memiliki 43% dari pasar makanan cepat saji dan
memberikan pekerjaan pertama bagi banyak remaja, telah menjadi organisasi yang
dilembagakan dalam kehidupan Amerika.
Strategies For Survival
Prinsip lain yang mendasari model ekologi populasi adalah perjuangan untuk eksistensi, atau
kompetisi. Organisasi dan populasi organisasi terlibat dalam perjuangan kompetitif atas sumber daya,
dan masing-masing bentuk organisasi yang berjuang untuk bertahan hidup. Perjuangan yang paling
kuat berada pada organisasi-organisasi baru, dan timbulnya frekuensi kelangsungan hidup organisasi
baru yang terkait dengan faktor-faktor di lingkungan yang lebih besar.
Pada populasi ekologi perspektif, generalist dan spesialist strategi membedakan bentuk
organisasi dalam perjuangan untuk bertahan hidup. Organisasi dengan tempat atau domain yang luas,
yaitu orang yang menawarkan berbagai produk atau jasa atau yang melayani pasar yang luas adalah
generalist. Organisasi yang menyediakan berbagai sempit barang atau biometric atau melayani pasar
sempit adalah spesialist. Dalam dunia bisnis, Amazon.com mulai dengan strategi spesialist, menjual
buku melalui Internet, tapi berkembang ke strategi generalist dengan penambahan musik, DVD, kartu
ucapan, dan produk lainnya, ditambah bermitra dengan organisasi lain sebagai belanja online mal
untuk menjual berbagai macam produk.
Institutionalism
Perspektif institutional menggambarkan bagaimana organisasi bertahan dan berhasil melalui
kesesuaian antara organisasi dan ekspektasi dari lingkungannya. Lingkungan intitutional terdiri dari
norma-norma dan nilai-nilai dari para stakeholder (pelanggan, investor, asosiasi, petinggi, organisasi
lain, pemerintah, masyarakat, dan sebagainya). Dari gambar Contoh 4.2 tadi dapat dijelaskan bahwa
Institutionalism memiliki hubungan organisasi yang kooperatif dan tipr organisasi-organisasi di
dalamnya yang serupa (similar).
Di institutionalism terdapat legitimasi yang didefinisikan sebagai persepsi umum bahwa
tindakan organisasi yang diinginkan, tepat, dan sesuai dalam sistem lingkungan terhadap norma, nilai,
dan keyakinan. Teori institutional berkaitan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang membentuk
perilaku, yang berbanding terbalik dengan unsur-unsur nyata dari teknologi dan struktur. Organisasi
dan industri harus sesuai dengan ekspektasi kognitif dan emosional dari audiens mereka. Misalnya,
orang tidak akan menyimpan uang di bank kecuali mematuhi terhadap norma-norma pengelolaan
keuangan yang baik. Contoh lainnya adalah kerjasama antar bank seperti “ATM Bersama” yang
memudahkan nasabah untuk bertransaksi antar bank, karena agar tetap bisa survive, suatu bank harus
menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya, dengan maraknya berbagai macam merk bank seperti
sekarang ini, orang-orang akan mempunyai pilihan yang banyak juga dan tidak terpaut dengan 1 atau
2 bank saja.
The Institutional View and Organization Design
Pandangan intitutional juga melihat organisasi memiliki dua dimensi penting, technical dan
institutional. Dimensi technical adalah pekerjaan sehari-hari, teknologi, dan kebutuhan operasi.
Struktur institutional adalah bagian dari organisasi yang paling terlihat masyarakat umum. Selain itu,
dimensi technical diatur oleh norma-norma rasionalitas dan efisiensi, tetapi dimensi institutional
ditentukan oleh ekspektasi dari lingkungan eksternal.
Institutional Similarity
Organisasi memiliki kebutuhan yang besar untuk tampil logis. Dengan demikian, banyak
aspek struktur dan perilaku mungkin ditargetkan ke arah penerimaan lingkungan daripada terhadap
efisiensi teknis internal. Hubungan antarorganisasi demikian dicirikan oleh kekuatan yang
menyebabkan organisasi dalam populasi yang sama untuk terlihat seperti satu sama lain. Kesamaan
instituitonal, disebut institutional isomorphism, dalam literatur akademis adalah munculnya struktur
umum dan pendekatan antar organisasi di bidang yang sama. Isomorphim adalah proses yang
menyebabkan satu unit dalam populasi menyerupai unit lain yang menghadapi set kondisi lingkungan
yang sama.
Tabel di bawah ini memberikan ringkasan dari tiga mekanisme untuk adaptasi kelembagaan.
Tiga mekanisme inti ini adalah mimetic forces, yang merupakan hasil dari tanggapan terhadap
ketidakpastian; coercive forces, yang berasal dari pengaruh politik, dan normative forces, yang
merupakan hasil dari pelatihan umum dan profesionalisme.
Mimetic Forces. Kebanyakan organisasi, terutama organisasi bisnis, menghadapi ketidakpastian yang
besar. Hal ini tidak jelas bagi eksekutif senior apa produk, layanan, teknologi, atau praktek
manajemen yang akan mencapai tujuan yang diinginkan, dan kadang-kadang tujuan itu sendiri tidak
jelas. Dalam menghadapi ketidakpastian ini, mimetic forces, yaitu terjadinya dorongan untuk
mengikuti atau memodelkan organisasi lain. Para eksekutif mengamati suatu inovasi dalam sebuah
perusahaan yang umumnya dianggap sebagai inovasi yang sukses, sehingga praktek ini diikuti secara
cepat. Salah satu contoh adalah pesatnya pertumbuhan hotspot wi-fi di kafe-kafe, hotel, bandara, dan
tempat umum lainnya.
Coercive Forces. Semua organisasi tunduk pada tekanan, baik formal maupun informal, dari
pemerintah, lembaga regulator, dan organisasi penting lainnya di lingkungan, terutama di mana
perusahaan bergantung. Coercive forces adalah tekanan eksternal yang diberikan pada suatu
organisasi untuk mengadopsi struktur, teknik, atau perilaku yang mirip dengan organisasi lain.
Normative Forces. Alasan ketiga organisasi mengubah sesuai dengan pandangan institusional adalah
normative forces. Normative forces adalaha tekanan untuk mengubah agar mencapai standar
profesionalisme dan mengadopsi teknik yang dianggap oleh komunitas profesional up to date dan
efektif. Perubahan mungkin dilakukan di area manapun, seperti teknologi informasi, persyaratan
akuntansi, teknik pemasaran, atau hubungan kolaboratif dengan organisasi lain.
Disusun Oleh:
Dimas Nugroho Wardhana Putra 1106019703
Firdianti Safitri 1106013763
Santi Prameswari Ramadhani 1106016185