stupus ske 2 blok kedaruratan

5
Glibenclamid Glibenklamid merupakan antidiabetik golongan kedua sulfonilurea.Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.Glibenklamid memiliki durasi aksi yang panjang dan cukup diberikan sekali sehari (Soegondo S, 2004). Farmakodinamik : Memiliki efek hipoglikemik yang poten (200 kali lebih kuat daripada Tolbutamida) sehingga pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal makan yang ketat.Glibenklamid efektif dengan pemberian dosis tunggal. Farmakokinetik : Absorpsi OHO sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat diberikan per oral.Setelah diabsorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstra sel. Dalam plasma sebagian besar pada protein plasma terutama albumin (70- 99%).pada protein plasma terutama albumin (70-99%).Studi menggunakan glibenklamid yang dilabel radioaktif menunjukkan bahwa, glibenklamid diserap sangat baik (84 ± 9%).libenklamid diserap sangat baik (84 ± 9%).Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin serum mulai meningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah pemberian kadardalam plasma hanya tinggal sekitar 5%.Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan jalan hidroksilasi gugus sikloheksil pada glibenklamid, menghasilkan satu metabolit dengan aktivitas sedang dan beberapa metabolit inaktif.Metabolit utama (M1) merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-trans, metabolit kedua (M2) merupakan hasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit lainnya belum

Upload: aga-suganda

Post on 26-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Stupus Ske 2 Blok Kedaruratan

Glibenclamid

Glibenklamid merupakan antidiabetik golongan kedua sulfonilurea.Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.Glibenklamid memiliki durasi aksi yang panjang dan cukup diberikan sekali sehari (Soegondo S, 2004).

Farmakodinamik :

Memiliki efek hipoglikemik yang poten (200 kali lebih kuat daripada Tolbutamida) sehingga pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal makan yang ketat.Glibenklamid efektif dengan pemberian dosis tunggal.

Farmakokinetik :

Absorpsi OHO sulfonilurea melalui usus baik sehingga dapat diberikan per oral.Setelah diabsorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstra sel. Dalam plasma sebagian besar pada protein plasma terutama albumin (70-99%).pada protein plasma terutama albumin (70-99%).Studi menggunakan glibenklamid yang dilabel radioaktif menunjukkan bahwa, glibenklamid diserap sangat baik (84 ± 9%).libenklamid diserap sangat baik (84 ± 9%).Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin serum mulai meningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah pemberian kadardalam plasma hanya tinggal sekitar 5%.Metabolisme glibenklamid sebagian besar berlangsung dengan jalan hidroksilasi gugus sikloheksil pada glibenklamid, menghasilkan satu metabolit dengan aktivitas sedang dan beberapa metabolit inaktif.Metabolit utama (M1) merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-trans, metabolit kedua (M2) merupakan hasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit lainnya belum teridentifikasi.Semua metabolit tidak ada yang diakumulasi.Hanya 25-50 % metabolit diekskresi melalui ginjal, sebagian besar diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan bersama tinja.Waktu paruh eliminasi sekitar 15-16 jam, dapat bertambah panjang apabila terdapat kerusakan hati atau ginjal.Bila pemberian dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum setelah 36 jam.Glibenklamid tidak diakumulasi di dalam tubuh, walaupun dalam pemberian berulang (Soegondo S, 2004).

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap glibenklamid atau senyawa OHO golongan sulfonilurea lainnya.Porfiria.Ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa koma.Penggunaan OHO golongan sulfonilurea pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal merupakan kontraindikasi, namun glibenklamid dalam batas-batas tertentu masih dapat diberikan pada beberapa pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal ringan.Diperkirakan mempunyai efek terhadap agregasi trombosit.

Page 2: Stupus Ske 2 Blok Kedaruratan

Efek Samping

Efek samping OHO golongan sulfonilurea umumnya ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, dan hipersekresi asam lambung.Gangguan susunan syaraf pusat berupa sakit kepala, vertigo, bingung, ataksia dan lain sebagainya.Gejala hematologik termasuk leukopenia, trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang sekali.Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia.Hipogikemia sering diakibatkan oleh obat-obat antidiabetik oral dengan masa kerja panjang.Golongan sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan (Soegondo S, 2004).

HCU

1. High Care Unit (HCU)

High Care Unit adalah unit pelayanan di Rumah Sakit bagi pasien dengan kondisi

repirasi, hemodinamik, dan kesadaran kurang stabil yang masih memerlukan

pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat.

Ruang lingkup pemantauan yang harus dilakukan antara lain:

a. Tingkat kesadaran

b. Fungsi pernapasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4

jam atau disesuaikan dengan keadaan pasien

c. Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus

d. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 jam atau

disesuaikan dengan keadaan pasien.

Tindakan medik dan asuhan keperawatan yang dilakukan:

a. Bantuan hidup dasar dan Bantuan hidup lanjut meliputi Airway

(membebaskan jalan nafas sampai dengan melakukan intubasi endotrakeal),

Breathing (mampu melakukan bantuan nafas), dan Circulation (Mampu

melakukan resusitasi cairan, defibrilasi, dan kompresi jantung luar).

b. Terapi Oksigen

c. Penggunaan obat-obatan untuk pemeliharaan/stabilisasi obat

inotropik, obat anti nyeri, obat aritmia jantung, obat-obat yang bersifat vasoaktif,

dan lain-lain).

d. Nutrisi enteral atau parenteral

Page 3: Stupus Ske 2 Blok Kedaruratan

e. Fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien

f. Evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan

Kriteria indikasi masuk dan indikasi keluar:

a. Indikasi masuk

1) Pasien dengan gagal organ tunggal yang mempunyai risiko tinggi

untuk terjadi komplikasi.

2) Pasien yang memerlukan perawatan perioperatif.

b. Indikasi keluar

1) Pasien sudah stabil yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang

ketat

2) Pasien yang memburuk sehingga perlu pindah ke ICU

c. Yang tidak perlu masuk HCU

1) Pasien dengan fase terminal suatu penyakit (seperti: kanker

stadium akhir)

2) Pasien/keluarga yang menolak untuk dirawat di HCU (atas dasar

informed consent (Depkes RI, 2010)

Sumber:

Departemen Kesehatan RI(2010). Pedoman Penyelenggaraan High Care Unit

(HCU) di Rumah Sakit .Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

834/Menkes/SK/VII/2010.

Soegondo S (2004). Prinsip Pengobatan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik Oral. Dalam:

Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.