studi kasus tn.j finish

67
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sejak dasawarsa 1990-an telah terjadi pergeseran pola penyebab kematian dan sakit di Indonesia, yakni dari jenis penyakit infeksi ke penyakit yang bersifat degeneratif. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995 menunjukkan penyebab utama kematian penduduk berusia di atas 35 tahun adalah penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah. 1 Salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah hipertensi. Lebih kurang seperlima dari seluruh penduduk dewasa di seluruh dunia diperkirakan mengalami hipertensi. Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1 miliar orang dengan angka kematian mencapai 7,1 juta orang per tahun. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di Indonesia pada tahun 1995, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Mengingat hipertensi bersifat kronis, diperlukan penatalaksanaan jangka panjang dan holistik serta dukungan keluarga. Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII Tekanan Darah Sisstol ik Diastoli k Modifikas i gaya hidup Terapi inisial Tanpa indikasi khusus Dengan indikasi khusus 1

Upload: maulana-aziz

Post on 01-Dec-2015

84 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kasus

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kasus Tn.j Finish

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Sejak dasawarsa 1990-an telah terjadi pergeseran pola penyebab kematian dan sakit di

Indonesia, yakni dari jenis penyakit infeksi ke penyakit yang bersifat degeneratif. Hasil Survei

Kesehatan Rumah Tangga 1995 menunjukkan penyebab utama kematian penduduk berusia di

atas 35 tahun adalah penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah.1

Salah satu penyakit kardiovaskular yang menjadi perhatian dunia saat ini adalah

hipertensi. Lebih kurang seperlima dari seluruh penduduk dewasa di seluruh dunia diperkirakan

mengalami hipertensi. Prevalensi di seluruh dunia diperkirakan mencapai 1 miliar orang dengan

angka kematian mencapai 7,1 juta orang per tahun. Hasil survey kesehatan rumah tangga

(SKRT) di Indonesia pada tahun 1995, menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup

tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Mengingat hipertensi bersifat kronis, diperlukan

penatalaksanaan jangka panjang dan holistik serta dukungan keluarga.

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII

Tekanan Darah Sisstolik Diastolik Modifikasi gaya hidup

Terapi inisial

Tanpa indikasi khusus

Dengan indikasi khusus

Normal < 120 Dan < 80 Dianjurkan Tidak perlu obat Antihipertensi sesuai indikasi

PrehiHipertensi 120 - 139 Atau 80 - 89 Wajib

Hipertensi I 140 - 159 Atau 90 -99 Wajib Terutama diuretik Antihipertensi sesuai indikasi khusus

Hipertensi II ≥160 Atau ≥100 Wajib Kombinasi 2 obat

Hipertensi bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,

bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal. Banyak faktor yang berperan

untuk terjadinya hipertensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah meliputi faktor

1

Page 2: Studi Kasus Tn.j Finish

yang tidak bisa dikontrol, seperti keturunan, jenis kelamin, ras, dan umur. Sedangkan faktor yang

dapat dikontrol yakni olahraga, makanan, alkohol, stress, rokok, kelebihan berat badan,

kehamilan dan menggunakan pil kontrasepsi.2 Hipertensi dapat menjadi penyebab sekunder

penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke akibat proses patologi pada sistem pembuluh darah

otak berupa penyumbatan lumen pembuluh darah oleh trombosis atau emboli, pecahnya dinding

pembuluh darah otak, perubahan permeabilitas dinding pembuluh darah dan perubahan

viskositas darah.

Pasien seorang laki – laki bekerja di perusahaan cargo sebagai pengawas (supervisor),

tinggal di keluarga inti, menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu namun tidak pernah

mengkonsumsi obat. Kondisi rumah pengap, berdebu, pencahayaan yang kurang dengan

lingkungan padat dan kumuh. Disamping itu juga didapat partisipasi dari keluarga inti yang

kurang.

Sehingga kasus ini perlu dikaji untuk membina pasien tentang penyakitnya, kesadaran

untuk kontrol walaupun tanpa serangan dapat dicegah dengan adanya partisipasi dari anggota

keluarga.

Dukungan dari keluarga sangat diperlukan untuk meningkatkan disiplin pasien agar

menjaga tekanan darah dalam keadaan senormal mungkin dan membantu pasien dalam

menjalankan kehidupan sehari – harinya yang sudah mengalami keterbatasan akibat penyakit

stroke. Keluarga sebagai komunitas terkecil di sekitar pasien berpotensi besar untuk membantu

keberhasilan terapi. Keluarga dapat memberi dukungan moral ataupun finansial kepada pasien.

Penatalaksanaan yang berpusat kepada keluarga akan meningkatkan keberhasilan terapi sehingga

menguntungkan tidak hanya bagi pasien, tetapi juga bagi dokter.

Kenaikan TD yang sangat pada seorang penderita dipikirkan suatu keadaan emergensi

bila terjadi kerusakan secara cepat dan progresif dari sistem syaraf sentral, miokardinal, dan

ginjal.

Dan dalam kasus ini adalah stroke. Dalam melakukan tatalaksana hipertensi dan stroke

diperlukan pendekatan berbeda daripada penyakit lain mengingat terus menerus serta perlu

penatalaksanaan jangka panjang dan holistik. Dalam hal ini pendekatan pelayanan kedokteran

2

Page 3: Studi Kasus Tn.j Finish

keluarga merupakan salah satu cara yang cukup efektif. Pelayanan kedokteran keluarga adalah

pelayanan kesehatan/asuhan medis yang bersifat holistik, komprehensif, terpadu, dan

berkesinambungan yang didukung oleh pengetahuan kedokteran terkini untuk menyelesaikan

semua keluhan dari pasien sebagai komponen keluarga dengan tidak memandang umur, jenis

kelamin, dan sesuai dengan kemampuan sosialnya.

Pada studi kasus ini akan dikemukakan mengenai pembinaan pasien dengan riwayat

hipertensi derajat II dan stroke dengan perilaku pasien dan keluarga yang kurang mendukung

pengobatan. Juga akan dikemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan

pelaksanaannya dari segi biologis, perilaku kesehatan dan keluarga, sarana dan prasarana

kesehatan.

3

Page 4: Studi Kasus Tn.j Finish

BAB II

ILUSTRASI KASUS

II.I Ilustrasi Kasus

Tn. J usia 51 tahun adalah seorang kepala keluarga yang mempunyai 1 orang istri dan 3

orang anaknya yang semua berjenis kelamin laki-laki , yang bertempat tinggal di Jl. Temu Giring

no.5 RT 10 RW 08, Kelurahan Kayu Putih, Jakarta Timur, datang ke Klinik Dokter Keluarga

Kayu Putih ( KDK KP ) pada tanggal 5 April 2011 atas keinginan sendiri yang didampingi oleh

isteri dan seorang anaknya menggunakan bajaj. Saat turun bajaj, pasien dibantu oleh anaknya

dan beberapa petugas kesehatan KDK, karena tidak mampu berjalan sendiri. Saat di meja

TRIASE, pasien mengutarakan keluhannya yaitu seluruh badannya terasa lemas dan demam

sejak 2 hari yang lalu. Lemas dirasa secara tiba-tiba, dan demam dirasa terus menerus sepanjang

hari Pasien tidak merasakan pusing yang berputar, pasien juga tidak merasakan nyeri kepala

hebat yang disertai muntah yang menyemprot. Sakit kepala timbul sepanjang hari dan tidak

menentu. Keluhan tersebut membuat pasien sulit untuk beristirahat.

Pada saat pertanyaan selanjutnya, pasien lebih banyak diam, dengan tatapan hampa dan

terlihat lemas. Menurut pengakuan anaknya, pasien sering marah-marah dan berbicara kasar jika

merasa sakit kepalanya. Pasien tidak mengeluhkan batuk ataupun pilek, mengaku sulit makan

dan terkadang tersedak jika minum air.

Pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengeluh nyeri di bagian dada sebelah kiri. Akan

tetapi menurut keterangan dari isteri pasien, pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5 bulan

yang lalu. Sehingga pasien saat ini mudah sekali marah dan juga aktifitas pasien saat ini

terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat mengeluhkan bahwa saat ini

sering mengompol.

Pasien tidak merokok, akan tetapi mengaku sering makan makanan yang mengandung

santan dan goreng-gorengan. Akan tetapi, akhir-akhir ini pasien mengatakan bahwa pasien

sekarang jarang sekali makan.

4

Page 5: Studi Kasus Tn.j Finish

Pasien selama ini tidak pernah berobat teratur dan jarang datang untuk kontrol ke dokter.

Kurang lebih satu tahun yang lalu, pasien sempat berobat ke dokter dengan keluhan sakit kepala

dan dinyatakan hipertensi, akan tetapi sejak saat itu pun pasien tidak pernah datang kembali

untuk kontrol ataupun berobat. Pasien hanya sering minum obat panadol di warung jika sudah

merasa sakit kepala.

Keluarga :

Istri pasien sebagai pelaku rawat Ny. A, 47 tahun, lulusan SMEA dan bekerja sebagai ibu

rumah tangga, terkadang membuka usaha sebagai penjahit di rumah. Sedangkan 3 anaknya tidak

berada dalam 1 rumah, anak yang pertama usia 26 tahun sudah tinggal di Serang bersama

keluarganya (1 orang isteri dan 2 orang anak), anak yang kedua usia 9 tahun meninggal karena

kanker kelenjar getah bening, lalu anak yang ketiga usia 17 tahun lebih memilih tinggal di

Bekasi.

II.I.I Identitas Pasien

Nama : Tn. Jumhamsyah

Umur : 51 th

Alamat : Jl. Temu Giring no.5 RT 10/ RW 08, Kelurahan Kayu

Putih, Jakarta Timur.

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Pegawai Pabrik

Kedudukan dalam keluarga : Kepala Keluarga

Status perkawinan : Menikah

Asuransi kesehatan : Ada

5

Page 6: Studi Kasus Tn.j Finish

Identitas pelaku rawat

Nama : Ny. Agustinus

Umur : 47 th

Alamat : Jl. Temu Giring no.5 RT 10/ RW 08, Kelurahan Kayu

Putih, Jakarta Timur.

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Kedudukan dalam keluarga : Isteri

Status perkawinan : Menikah

Asuransi kesehatan : -

6

Page 7: Studi Kasus Tn.j Finish

II.I.II Genogram

Tn. A (70), HT Ny.S (68) Tn. C (78) Ny. H (86)

Tn. J (51) Ny. A (47)

Ny. I (22) Tn. A (26) Tn. D (9) Tn. G (17)

An. A (5) An. E (4)

Keterangan

: Pasien : DM

: Wanita : meninggal

: Pria : Jarang bertemu

: Sangat dekat

7

Page 8: Studi Kasus Tn.j Finish

II.I.III. Anamnesis

- Keluhan utama (alloanamnesa)

Seluruh badan terasa lemas dan demam sejak 2 hari yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang :

Sejak 2 hari yang lalu pasien merasa seluruh badannya demam dan lemas. Lemas

dirasa secara tiba-tiba, dan demam dirasa terus menerus sepanjang hari. Pasien tidak

merasakan pusing yang berputar, pasien juga tidak merasakan nyeri kepala hebat yang

disertai muntah yang menyemprot. Sakit kepala timbul sepanjang hari dan tidak menentu.

Keluhan tersebut membuat pasien sulit untuk beristirahat.

Menurut pengakuan anaknya, pasien sering marah-marah dan berbicara kasar jika

merasa sakit kepalanya. Pasien tidak mengeluh sesak, tidak mengeluh nyeri di bagian

dada sebelah kiri. Pasien tidak mengeluhkan batuk ataupun pilek, mengaku sulit makan

dan terkadang tersedak air jika minum air. Pasien pun kerap emosi dan terlihat menangis

jika disinggung tentang anak-anaknya, dan pasien lebih menganggap bahwa anak-

anaknya sudah tidak ada.

Sebenarnya pasien bukanlah merupakan pribadi yang kasar, menurut isteri pasien,

pasien adalah pribadi yang sangat suka sekali bekerja, mudah bergaul dan sangat sayang

dengan anak-anaknya. Akan tetapi pasien memang memiliki kebiasaan yang tidak baik,

yaitu tidak pernah sholat 5 waktu. Pasien mengaku sangat terpukul dengan

meninggalnya anak kedua pasien yang di diagnosa kanker getah bening 5 tahun lalu. Hal

ini juga dirasakan oleh anak bungsu pasien yang sangat kehilangan kakaknya, sehingga si

bungsu lebih sering menghabiskan waktu di luar rumah.

Diawali pada bulan Juni 2010 menurut pengakuan isteri pasien mengaku setengah

badannya terasa lemas. Saat itu pun pasien dibawa ke rumah sakit terdekat dan dikatakan

stroke. Sejak saat itu pasien kerap marah-marah dirumah. Diakui oleh isteri pasien,

memang pada saat itu pasien jarang kontrol ke klinik ataupun rumah sakit guna 8

Page 9: Studi Kasus Tn.j Finish

mengontrol kesehatannya, otomatis pasien pun jadi jarang minum obat. Ditambah lagi

sikap dan perilaku pasien yang kerap mulai kasar pada isteri dan anak-anaknya. Pasien

pun kerap terlihat berbicara sendiri dan mengaku memang selalu ada yang mengajaknya

berbicara, padahal menurut isteri pasien di dalam rumah hanya diisi oleh pasien dan isteri

saja.

Anak-anak pun lebih senang mencari kehidupan diluar, seperti contoh : anak

pertamanya yang sudah menikah akan tetapi tidak pernah memberi kabar sampai dia

sudah memiliki 2 anak dari hasil pernikahannya. Saat ini pun anak pertamanya tersebut

lebih memilih tinggal di Serang dan tidak pernah menjenguk pasien. Menurut pengakuan

isteri pasien, pernah di bulan September, pasien beserta isteri ingin sekali menjenguk

anak pertamanya di Serang, dan si anak pun memutuskan untuk bersedia merawat pasien

selama di Serang, sehingga si isteri pun pulang ke Jakarta. Akan tetapi tidak lama dari itu,

pasien saat di Serang sempat menghubungi isterinya melalui telepon seluler dengan nada

yang memprihatinkan, pasien mengutarakan keinginannya untuk pulang ke Jakarta akan

tetapi tidak punya uang. Akhirnya pasien pergi dari rumah anak yang pertama, lalu

menjual telepon selulernya kepada orang lain yang dihargai Rp. 50.000. Sesampainya di

Jakarta, pasien mengeluhkan kondisinya yang memprihatinkan kepada isterinya. Isteri

pun mengakui bahwa kondisi pasien saat pulang dengan keadaan di bagian kedua

tangannya didapati warna kebiru-biruan seperti lebam. Pasien juga mengaku bahwa

kedua tangannya sempat diikat saat di Serang. Pasien terlihat sangat trauma saat itu.

Sejak saat itu pasien sering terlihat melamun dan pastinya selalu emosi jika

ditanya tentang anak-anaknya. Pasien sempat menanyakan tentang kebingungannya,

terutama masalah “keimanannya”, dalam hal ini isteri masih pada keyakinan awalnya

yaitu Kristen protestan. Pasien mengaku sangat merasa hampa, tidak dapat berpikir jernih

dan merasa sudah tidak berdaya. Isteri mengaku tidak pernah memaksakan tentang

masalah keyakinan terhadap suaminya, akan tetapi melihat kondisi suaminya yang sangat

“miskin jiwa dan raga” serta “miskin lahir dan batin”, akhirnya isteri pasien memutuskan

untuk membawa pendeta ke rumahnya setelah mendapat persetujuan dari pasien dan saat

9

Page 10: Studi Kasus Tn.j Finish

itu pun pasien sepakat untuk “pindah agama”. Sejak saat itu, pendeta selalu rajin datang

ke rumah pasien untuk memberikan siraman rohani.

Riwayat penyakit dahulu :

Pasien pernah terkena stroke kurang lebih 5 bulan yang lalu. Sehingga aktifitas

pasien saat ini terganggu dan butuh bantuan dari keluarga di rumah. Pasien sempat

mengeluhkan bahwa saat ini sering mengompol.

Pasien tidak merokok, akan tetapi mengaku sering makan makanan yang

mengandung santan dan goreng-gorengan. Akan tetapi, akhir-akhir ini pasien

mengatakan bahwa pasien sekarang jarang sekali makan.

Pasien selama ini tidak pernah berobat teratur dan jarang datang untuk kontrol ke

dokter. Karena saat satu tahun yang lalu, pasien sempat berobat ke dokter dengan keluhan

sakit kepala dan dinyatakan hipertensi, akan tetapi sejak saat itu pun pasien tidak pernah

datang kembali untuk kontrol ataupun berobat. Pasien hanya sering minum obat panadol

dari warung jika sudah merasa sakit kepala.

Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat gangguan psikiatri

Tidak terdapat gangguan psikiatri sebelumnya.

2. Riwayat gangguan medik

Tidak terdapat riwayat gangguan medic sebelumnya.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif

Tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikoaktif..

10

Page 11: Studi Kasus Tn.j Finish

Riwayat penyakit keluarga :

Anak kedua pasien meninggal karena kanker getah bening.

Tidak terdapat riwayat gejala yang sama dengan pasien di keluarganya.

Riwayat Kebiasaan dan Perilaku :

Pasien memiliki kebiasaan makan makanan yang mengandung santan dan

goreng-gorengan. Pasien tidak merokok ataupun mengkonsumsi kopi. Namun saat ini

pasien sulit makan.

Riwayat situasi sosial sekarang

Saat ini pasien jarang bersosialisasi dengan warga sekitar, pasien cenderung

memilih untuk bertemu dengan teman-temannya di jalan Pemuda dan kerap bertandang

ke pabrik, tempat dimana dulu pasien bekerja.

Pemeriksaan Fisik (Tanggal 5 April 2011)

A. Keadaan umum, tanda-tanda vital dan status gizi

Secara umum didapatkan sikap kurang kooperatif , pasien lebih banyak diam,

tatapan kosong, penampilan kurus dan kurang bersih, tampak lemas, kesadaran kompos

mentis, tampak pucat.

Tanda-tanda vital didapatkan

TD: 180/120 mmHg, N : 100 x/m, RR : 24 x/m, S: 38,5ºC.

Tensi sempat diulang karena tinggi :

180 / 120 diturunkan dengan nifedipine 1 x ½ tablet sublingual.

15’ 180 / 120 mmHg

30’ 180 / 120 mmHg (nifedipine diulang 1 x 1 tab sublingual)

15’ 170 / 110 mmHg

11

Page 12: Studi Kasus Tn.j Finish

30’ 160 / 110 mmHg

TB= 175 cm, BB= 60 kg,

IMT= BB(kg)/TB(m²) = 19.60 kg/m2

Status Gizi : Cukup

B. Status generalis

Kepala : Normochepal, deformitas (-)

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil bulat

isokor, reflek cahaya +/+.

Telinga : Normotia (+/+),tidak ada serumen, membrane timpani intak (+).

Hidung : Simetris, septum tidak deviasi , konka nasalis tidak hipertrofi,

tidak ada sekret.

Tenggorokan : Uvula ditengah, tonsil T1-T1 tenang, faring tidak hiperemis.

Mulut : Bibir tidak simetris, cenderung lemah di bagian kiri, kulit bibir tampak

kering, lidah tidak kotor.

Leher : Terdapat benjolan di leher bagian depan sebelah kanan, ukuran kurang

lebih 7 x 2 cm mulai dari superfisialis superior sampai dengan jugularis

superior, terfiksir (+), massa padat (+), nyeri (-), hiperemi (-).

KGB : KGB tidak teraba membesar (aksilla, submandibula, supraclavicula,

inguinal).

12

Page 13: Studi Kasus Tn.j Finish

Thoraks

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba kuat angkat.

Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra.

Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra.

Batas kiri : ICS IV linea mid klavikula sinistra.

Auskultasi : BJ I-II normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada.

Paru

Inspeksi : Gerakan dinding thorax simetris dalam keadaan statis dan

dinamis, retraksi sela iga (-).

Palpasi : Vokal fremitus sama pada kedua hemithoraks.

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.

Auskultasi : Suara nafas vesikuler (N/N) , ronkhi (-/-), wheezing (-/-).

Abdomen

Inspeksi : Cembung

Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-).

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) N

13

Page 14: Studi Kasus Tn.j Finish

Ekstremitas :Tungkai tidak edema, akral tidak pucat serta tidak

Sianosis, kekuatan otot 5555 4444

5555 4444

Muskuloskeletal : Dalam batas normal

Status neurologist

Sensorik :

Refleks fisiologis :

JENIS REFLEKS HASIL

Refleks Bicep +/+

Refleks Tricep +/+

Refleks Patellar +/+

Refleks Tendon Achilles +/+

Refleks patologis :

JENIS REFLEKS HASIL

Refleks Babinski -/-

Refleks Chaddock -/-

Refleks Oppenheim -/-

Refleks Gordon -/-

Refleks Scheiffier -/-

14

Page 15: Studi Kasus Tn.j Finish

Refleks Hoffman Tromner -/-

Nervus Kranialis :

NERVUS KRANIALIS KELAINAN KETERANGAN

I. Olfaktorius -

II. Optikus -

III. Okulomotoris + M. Rectus Medialis

Orbicularis Dekstra tidak

bisa bergerak ke kiri.

IV. Troklearis + M. Obliqus superior

Orbicularis Dekstra tidak

bisa bergerak menyilang

ke atas.

V. Trigeminus -

VI. Abdusens -

VII. Fasialis + Mulut jatuh ke sebelah

kiri.

VIII. Vestibulokoklaris -

IX. Glosofaringeus -

X. Vagus + Sering tersedak

XI. Asesorius -

XII. Hipoglosus -

15

Page 16: Studi Kasus Tn.j Finish

Skala Depresi Geriatrik

1. Apakah pada dasarnya anda puas dengan hidup Anda? ya tidak

2. Apakah anda mengalami penurunan minat dan penurunan dalam

melakukan kegiatan?

ya tidak

3. Apakah Anda merasa bahwa hidup Anda kosong? ya tidak

4.Apakah Anda sering merasa bosan? ya tidak

5. Apakah Anda selalu bersemangat setiap waktu? ya tidak

6. Apakah Anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi pada

Anda?

ya tidak

7. Apakah Anda merasa bahagia sepanjang waktu? ya tidak

8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? ya tidak

9. Apakah Anda lebih memilih untuk tinggal di rumah, daripada

melakukan hal-hal lain di luar rumah?

ya tidak

10. Apakah Anda merasa bahwa Anda memiliki banyak masalah? ya tidak

11. Apakah Anda berpikir bahwa hidup anada sekarang bahagia? ya tidak

12. Apakah anda merasa tidak berharga dengan jalan hidup Anda

sekarang?

ya tidak

13. Apakah anda merasa penuh dengan energi? ya tidak

14. Apakah Anda merasa bahwa situasi sesuai dengan yang Anda

harapkan?

ya tidak

15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang lebih yang baik daripada

Anda?

ya tidak

16

Page 17: Studi Kasus Tn.j Finish

TOTAL SKOR = 15

Skor >5 = menunjukkan episode depresi

Pasien merupakan pasien dengan episodik depresi berat.

Fungsi saraf otonom : Inkontinensia urin (+)

Status lokalis : (-)

Pemeriksaan Penunjang

Dokter menyarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan GDS, DPL, UL dan

foto thoraks, karena alasan biaya pihak keluarga pasien hanya menyetujui pemeriksaan

DPL dan GDS

Hasil:

Hb = 17, eritrosit = 5.71, leukosit = 5000, trombosit = 119.000, Ht = 50

Diff count : 0 / 1 / 0 / 82 / 13/ 4

GDS = 106 mg / dl

Diagnosa

Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 / 110

mmHg.

Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik

Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD

Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik

dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.

Episode depresi berat e.c konflik dalam keluarga

17

Page 18: Studi Kasus Tn.j Finish

dd/ pasca stroke iskemik.

Terapi

Piracetam 1 x 1 tablet (seminggu)

Simvastatin 1 x 20 mg

Captopril 3 x 25 mg

Amlodipine 1 x 10 mg

Ascardia stop sementara karena TD tidak terkonrol

Cefixime 2 x 1 tablet

Pihak dokter menyarankan untuk dirujuk ke IGD pasien menolak informed consent

Diagnosis Holistik (awal)

1. Alasan kedatangan (keluhan utama), harapan, kekhawatiran :

Alasan kedatangan : seluruh badan terasa demam dan lemas sejak 2 hari yang

lalu.

Harapan : ingin sembuh.

Kekhawatiran : tidak peduli lagi dengan penyakit yang dideritanya karena

pasien menganggap keluarga sudah tidak sayang dengan pasien.

2. Perilaku dan mental psikologikal

Tingkat pengetahuan pasien yang rendah.

Tidak pernah kontrol rutin ke klinik.

Tidak pernah minum obat hipertensi.

18

Page 19: Studi Kasus Tn.j Finish

Pola makan yang bersantan dan goreng-gorengan.

Pengalokasian dana yang tidak tepat untuk kesehatan.

Tidak pernah olahraga.

3. Fungsi psikososial, sosial dan ekonomi keluarga

Pasien merupakan kepala keluarga yang mendominasi dalam mengambil

keputusan

Sejak terkena stroke, pasien cenderung mudah terpancing emosi, berbicara

kasar terhadap keluarga, sehingga dalam keluarga kurang komunikasi & isteri

serta anak cenderung menghindar dari suami

Pendapatan masih berasal dari suami, dan juga berasal dari rumah yang

dikontrakan

4. Skala fungsional

Derajat 4

Tabel . Skala Fungsional

Skala Aktivitas menjalankan fungsi sosial dalam

kehidupan

Keterangan

1 Mampu melakukan pekerjaan seperti sebelum sakit Perawatan diri, bekerja di dalam

dan di luar rumah (mandiri)

2 Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di

dalam dan luar rumah (pekerjaan kantor)

Mulai mengurangi aktifitas kerja

3 Mampu melakukan perawatan diri, tapi hanya

mampu melakukan pekerjaan ringan

Perawatan diri masih bisa

dilakukan, hanya mampu

melakukan kerja ringan

19

Page 20: Studi Kasus Tn.j Finish

4 Dalam keadaan tertentu masih mampu merawat

diri, namun sebagian besar pekerjaan hanya duduk

dan berbaring

Tak melakukan aktifitas kerja,

tergantung pada keluarga

5 Perawatan diri dilakukan orang lain, tak mampu

berbuat apa-apa berbaring pasif

Tergantung pada pelaku rawat

Masalah Prastudi

Medis

Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 / 110 mmHg.

Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik

Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD

Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik

dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.

Episode depresi berat e.c konflik dalam keluarga

dd/ pasca stroke iskemik.

Non Medis

1. Tidak kontrol teratur ke klinik.

2. Tidak mau berolahraga.

3. Perilaku suka makan gorengan.

4. Perilaku suka makan makanan bersantan.

5. Ketidakpahaman keluarga terhadap penyakit pasien sehingga kurangnya

dukungan keluarga terhadap kesembuhan pasien.

20

Page 21: Studi Kasus Tn.j Finish

Pembinaan Kesehatan Keluarga

Tujuan pembinaan kesehatan keluarga adalah untuk meningkatkan status

kesehatan keluarga dan partisipatif dalam upaya kemandirian untuk kehidupan yang sehat

fisik, mental psikologikal, sosial dan lingkungannya.

Tujuan manajemen penatalaksanaaan terhadap pasien adalah :

1. Berkurangnya keluhan.

2. Terkontrolnya tekanan darah.

3. Rutinnya pasien dalam meminum obat.

4. Mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi lebih lanjut.

5. Diterapkannya pola hidup sehat.

6. Pasien dapat menerima kondisi fisiknya saat ini.

7. Pasien bersemangat untuk menjalani hidup bersama keluarga.

Tujuan studi

a. Tujuan umum

Mempraktekkan pelayanan kesehatan dengan pendekatan kedokteran keluarga

b. Tujuan khusus

21

Page 22: Studi Kasus Tn.j Finish

Terhadap Pasien

1. Berkurangnya keluhan.

2. Terkontrolnya tekanan darah.

3. Rutinnya pasien dalam meminum obat.

4. Mencegah dan memperlambat timbulnya komplikasi lebih lanjut.

5. Diterapkannya pola hidup sehat.

6. Pasien dapat menerima kondisi fisiknya saat ini.

7. Pasien bersemangat untuk menjalani hidup bersama keluarga.

Terhadap keluarga

1. Memberikan pemahaman kepada keluarga tentang penyakit pasien.

2. Meningkatkan peran serta atau partisipasi keluarga dalam pengobatan pasien.

3. Adanya motivasi dari anak sebagai pengawas kontrol berobat dan pengawas pola makan

pasien.

4. Ikut sertanya anggota keluarga yang lain dalam menjalankan perilaku hidup.

Identifikasi Fungsi Keluarga

Untuk mendaptakan faktor-faktor intrinsik atau ekstrisik dengan adanya partisipasi

keluarga maka dilakukan pembinaan keluarga dengan mengidentifikasi fungsi-fungsi keluarga :

Organisasi keluarga

Bentuk keluarga adalah keluarga inti dengan siklus kehidupan seluruh anak sudah

meninggalkan keluarga dengan orang tua di usia pertengahan. Kehidupan pria dewasa tua

yang memiliki hipertensi dan riwayat stroke dengan satu orang istri, satu anak dewasa yang

telah berkeluarga dan sekarang tidak tinggal satu rumah, anak kedua meninggal karena

22

Page 23: Studi Kasus Tn.j Finish

kanker kelenjar getah bening, dan anak ketiga lebih memilih tidak tinggal satu rumah dengan

orang tua karena merasa tidak nyaman.

Fungsi biologis

Pasien mengalami hipertensi yang diketahui sejak 5 tahun yang lalu dan riwayat stroke

sejak 5 bulan yang lalu.

Anak-anak pasien memiliki risiko terkena penyakit Hipertensi.

Fungsi psikososial

Sejak terkena stroke, hubungan pasien dengan isteri serta anak-anaknya kurang

baik.Sikap pasien dengan isteri cenderung pecemburu sehingga terkadang pasien bersikap

dan berbicara kasar, sedangkan terhadap anak ketiga pasien lebih sering marah-marah

dengan alasan tidak jelas. Sehingga si anak pun cenderung menjaga jarak dengan pasien.

Pasien sangat terpukul dengan kepergian anak keduanya yang dianggap lebih sayang dan

peduli terhadap dirinya.

Anak pertama sudah menikah, akan tetapi sangat jarang menjenguk pasien.

Jika kepala sudah terasa sakit, pasien cenderung marah-marah dan terlihat berbicara

sendiri.

Fungsi sosial

Pasien sudah tidak pernah bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan

Pasien masih dipekerjakan oleh atasannya di pabrik, walaupun pasien hanya datang dan

diam saja disana. Pasien masih mendapat pendapatan sebanyak Rp. 2.000.000.

Pasien juga menyewakan rumah (kontrak) yang letaknya tepat disamping rumahnya

dengan pemasukan sebesar Rp. 500.000.

23

Page 24: Studi Kasus Tn.j Finish

Isteri pasien terkadang membuka jasa menjahit dirumahnya, akan tetapi pendapatannya

sendiri tidak tentu.

Fungsi perilaku kesehatan keluarga

Pasien berobat didampingi isteri dan anaknya.

Tidak ada kebiasaan olahraga dalam keluarga.

Perilaku pasien yang suka makan makanan bersantan.

Perilaku pasien yang suka makan goreng-gorengan..

Kebiasaan pasien hanya diam di rumah, waktu paling banyak dihabiskan hanya untuk

tidur.

Menu makanan sehari-hari hanya tinggal beli di warung makanan dekat rumah.

Fungsi non perilaku (sarana dan prasarana kesehatan)

Jarak Puskesmas dari rumah pasien sekitar 2 km, pasien terbiasa diantar oleh isterinya

menggunakan motor.

Lingkungan

Letak rumah pasien di pinggir jalan, masuk gang dengan jarak rumah antar rumah yang

berdempetan satu dengan yang lain. Jumlah penghuni dalam satu rumah adalah 2 orang. Luas

rumah ± 50 m2, dengan dua lantai. Lantai pertama terdapat ruang tamu, kamar mandi dan dapur

sedangkan lantai kedua terdapat 1 buah kamar untuk anaknya jika pulang. Lantai rumah terbuat

dari ubin dan dindingnya terbuat dari tembok. Sumber penerangan berasal dari listrik dan 2 buah

jendela beserta ventilasinya, tetapi jendela jarang di buka dan sering tertutup gorden sehingga

mengesankan lembab. Selain itu terdapat kipas angin untuk bantuan ventilasi. Sumber air minum

dari Aqua galon, mandi dan cuci berasal dari PAM dan pompa listrik. Kamar mandi 2 buah

dengan 1 buah WC jongkok dan 1 buah bak mandi

24

Page 25: Studi Kasus Tn.j Finish

Diagnosis Holistik

I. Alasan kedatangan, harapan dan kekhawatiran

Pasien mengeluh lemas seluruh badan dan demam sejak 2 hari yang lalu.

Pasien ingin segera sembuh, akan tetapi pasien khawatir akan kepedulian

keluarganya terhadap dirinya yang semakin berkurang.

II. Diagnosa Klinik

Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 / 110 mmHg.

Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik

Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD

Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik

dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.

Episode depresi berat e.c konflik dalam keluarga

dd/ pasca stroke.

III. Masalah perilaku dan mental psikologikal

1. Perilaku tidak berolahraga.

2. Perilaku makan-makanan yang bersantan.

3. Perilaku makan goreng-gorengan.

IV. Masalah fungsi psikososial, sosial dan ekonomi keluarga

Pasien merupakan kepala keluarga yang mendominasi dalam mengambil

keputusan

25

Page 26: Studi Kasus Tn.j Finish

Sejak terkena stroke, pasien cenderung mudah terpancing emosi, berbicara

kasar terhadap keluarga, sehingga dalam keluarga kurang komunikasi & isteri

serta anak cenderung menghindar dari suami

Pendapatan masih berasal dari suami

Pasien lebih suka bersosialisasi dengan teman kantornya, disbanding dengan

tetangga sekitar.

V. Skala fungsional

Derajat 4

Kemampuan Mengatasi Masalah Keluarga

Tanggal,11 April 2011, 15 April 2011, 21 April 2011, dilakukan kunjungan ke rumah

pasien untuk mendeteksi faktor-faktor dan risiko yang berkaitan dengan masalah fisik,

psikososial, dan lingkungan keluarganya serta melakukan edukasi dan motivasi kepada anggota

keluarga yang lain sehingga dapat ikut serta dalam penatalaksanaan pasien secara menyeluruh

Penilaian kemampuan mengatasi masalah secara keseluruhan dan kemampuan adaptasi

dengan skala :

Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak ada partisipasi.

Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak mampu, tak ada sumber (hanya

keinginan), penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya oleh provider.

Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu penggalian sumber yang belum

dimanfaatkan, penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar oleh

provider.

Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak sepenuhnya masih tergantung pada

upaya provider.

26

Page 27: Studi Kasus Tn.j Finish

Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh keluarga.

NO MASALAH SKOR AWAL

INTERVENSI INDIKATOR KEBERHASILAN

TARGET WAKTU

HASIL PEMBINAAN

SKOR AKHIR

1. Pasien

a. Medis

Hipertensi Grade II180/120mmHg

OverweightIMT : 19

kg/m²

2

2

Medis: Menurunkan tekanan darah dengan pengobatan catopril 3x25mg dan amlodipin 1x10mg

Non Medis : diet rendah garam II(1/4sdt atau 1gr/hari).

Diet rendah natrium dan cukup kalori

(lampiran)

Non Medis :

Menaikkan berat badan dengan makanan sesuai kebutuhan dan olahraga minimal jalan kaki selama 30’ setiap hari serta melakukan senam aerobik jika kondisi ekstremitas sudah stabil.

Tekanan darah terkontrol, < 160/100 mmHg

Berat badan IMT > 23 kg/mm2.

Kontrol teratur ke Puskesmas 1x/mgg untuk mendapatkan edukasi diet

Tercapainya kebugaran tubuh dan berat badan naik.

2 minggu

1bulan

2 minggu

Tekanan darah 140/90 mmHg

Kontrol seminggu sekali ke Puskesmas untuk timbang berat badan

Jalan cepat sudah dilakukan 30mnt, streching belum total di

4

4

4

27

Page 28: Studi Kasus Tn.j Finish

Pasca stroke

b. Non Medis

Tidak kontrol teratur ke Klinik

Tidak mau berolah raga

2

2

2

Medis:

-

Non medis :

Kepada orang di rumah (istri&anak) melatih pergerakan tangan dan kaki dengan menggunakan bola karet, jalan kaki secara rutin tiap hari dan

Menganjurkan untuk kontrol teratur ke Klinik

Edukasi pentingnya keteraturan berobat

Menganjurkan pasien untuk melakukan jalan kaki setiap pagi/ sore selama 30’ setiap hari dan senam jantung sehat setiap hari senin dan kamis di Klinik.

Motivasi untuk mengurangi

Gejala sisa pasca stroke berkurang/tidak terjadi stroke berulang

Kontrol 1mgg/x ke Klinik

Pasien kini sudah mau berkomunikasi dengan anak pertamanya

Melakukan jalan

6 bulan

2 minggu

2 minggu

2 minggu

lakukan

Kekuatan motorik sudah meningkat

Kontrol 1 mgg/x

Pasien melakukan jalan kaki di sore hari

5

5

4

4

28

Page 29: Studi Kasus Tn.j Finish

Perilaku suka makan makanan gurih

Faktor stress karena kesendirian

2

2

makanan dengan vetsin yang tinggi

Edukasi perlunya berinteraksi dengan anak- anaknya untuk mengurangi kesendirian dan dpt berbagi cerita dengan orang senasib

Edukasi kepada keluarga pasien bahwa hipertensi dan stroke dapat beresiko pada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit tersebut dan juga dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makan

Family converence dengan anak2 pasien 1mgg/x dgn memberi edukasi ttg penyakit pasien dan penatalaksanaanya spy bisa di hadapi bersama

kaki setiap hari selama 30’ dan senam jantung sehat setiap hari senin dan kamis.

Istri pasien mengurangi makanan gurih dan asin

Dapat berinteraksi aktif dengan anak pertamanya.

2 minggu

2 minggu

selama 30’ setiap hari.

Istri pasien harus menyediakan makanan pasien harus sedikit mengandung garam.

Pasien memiliki hubungan baik dengan anak-anaknya agar tidak stress dan punya teman berbagi cerita dengan lebih sering ikut kegiatan gereja dan senam jantung

4

4

5

29

Page 30: Studi Kasus Tn.j Finish

2.

Keluarga

a. Medis Anak-

anak pasien mempunyai risiko hipertensi dan stroke

b.Non Medis

Kurangnya komunikasi dan perhatian antara pasien dengan anak yg tinggal serumah dan di luar rumah

Sarana dan prasarana kesehatan

3

2

2

Sebagai provider wajib menginformasikan mengenai keadaan penyakit serta komplikasi yang mungkin terjadi

Anak pasien mengerti akan risiko terkena penyakit tersebut dan mau mencegah dengan merubah gaya hidup, pola makan dan rajin berolah raga

Anak dapat meluangkan waktu min 1mgg/x untuk family converence, anak dapat memahami penyakit pasien dgn peran serta aktif dlm penatalaksanaan

Provider dapat

1 bulan

1 minggu

sehat

Anak pasien sudah mau merubah pola makan yang berlemak dan mengurangi ikan asin.

Anak dapat meluangkan waktu 1mgg/x untuk berkumpul di rumah bersama bapak, memahami pentingnya dukungan terhadap pasien untuk kesembuhan pasien

4

5

4

30

Page 31: Studi Kasus Tn.j Finish

Kurangnya informasi yang di berikan oleh dokter Klinik tentang penyakit pasien

memberikan informasi tentang penyakit pasien dengan membuat leaflet tntg penyakit pasien dan makanan yang harus dihindari sehingga menambah edukasi pasien

Provider sudah memberikan informasi tentang penyakit Hipertensi dengan membuat leaflet di rumah sehingga menambah edukasi pasien

31

Page 32: Studi Kasus Tn.j Finish

BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, ditegakkan diagnosis hipertensi grade II atas dasar pemeriksaan tekanan

darah 180/120 mmHg. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan 3 kali menurut rekomendasi

pengukuran tekanan darah pada manusia. Berbagai faktor genetik, faktor lingkungan,

intermediary phenotypes, seperti susunan saraf otonom, hormon, vasopressor/vasodepressor,

struktur sistem kardiovaskular, volume cairan tubuh, fungsi ginjal, dan faktor hipertensinogenik,

seperti stroke, asupan garam yang tinggi, asupan alkohol yang tinggi, resistensi insulin,

dislipidemi, asupan kalium rendah dan asupan kalsium rendah, mempunyai peranan dalam

peningkatan tekanan darah pada hipertensi primer. Pada anamnesis tidak terdapat gejala penyakit

yang sama seperti pada pasien di keluarganya.

Faktor lingkungan yang banyak diperhatikan adalah intake garam. Asupan garam kurang

dari 3 gram/hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan asupan garam

antara 5 – 15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15 –20%. Pengaruh asupan

garam terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume plasma, curah jantung, dan

tekanan darah. Pada pasien ini diketahui bahwa pasien sering mengkonsumsi makanan yang

banyak mengandung santan dan gorengan, faktor lain yang juga berpengaruh terhadap timbulnya

hipertensi antara lain stress psikososial dan kurang olahraga. Faktor stress pada pasien ini

menurut pasien berhubungan dengan tidak adanya perhatian dari istri dan anak baik yang di

rumah maupun di luar rumah untuk menyediakan waktu luang menemani pasien(stressor

kesendirian). Tidak terkontrolnya tekanan darah berhubungan dengan kurangnya perhatian

pasien akan kesehatan dirinya, yang disebabkan kurangnya dukungan keluarga sehingga pasien 32

Page 33: Studi Kasus Tn.j Finish

tidak kontrol secara teratur. Pasien tidak memiliki tingkat pemahaman yang cukup mengenai

hipertensi sehingga diperlukan edukasi mengenai hipertensi, kemungkinan penyebab dan

komplikasinya, serta penatalaksanaan hipertensi.

Berdasarkan JNC VII pasien ini di diagnosis hipertensi stage II yang sebaiknya diterapi

dengan menggunakan thiazide type diuretics, dapat dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB,

atau kombinasi. Penatalaksanaan medikamentosa yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan

pemberian obat antihipertensi golongan ACE inhibitor, Captopril 3x25 mg. Efek kerja dari obat

ini adalah menghambat kerja dari enzim konversi angiotensin sehingga menghambat perubahan

angiotensin I menjadi angiotensin II, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah arteriola

eferen. Captopril merupakan obat yang sering digunakan karena spektrum penggunaannya yang

cukup luas dibandingkan obat-obat antihipertensi lainnya, dapat ditoleransi dengan baik oleh

penderita hipertensi, dan efek samping yang minimal. Obat ini dipilih karena tidak menyebabkan

hipokalemia, hiperglikemia, hiperurisemia atau hiperkolesterolemia seperti golongan diuretik,

dan tidak menyebabkan sakit kepala seperti golongan antagonis kalsium, kepustakaan

menyebutkan efek samping berupa batuk, namun setelah pemakaian selama 5 hari, tidak ada

keluhan dari pasien. Selain bekerja dengan menghambat enzim konversi angiotensin sehingga

terjadi penurunan aldosteron. Obat ini juga menghambat degradasi baradikinin yang merupakan

vasodilator kuat.7

Penatalaksanaan Non farmakologis meliputi modifikasi gaya hidup. Menjalankan pola

hidup sehat adalah cara yang paling tepat untuk mencegah terjadinya hipertensi pada individu.

Penatalaksanaan pasien hipertensi pun tidak terlepas dari penatalaksanaan pola hidup sehat.

Modifikasi gaya hidup paling utama untuk menurunkan tekanan darah tinggi meliputi penurunan

berat badan, perencanaan pola makan dengan diet yang ketat, namun kaya akan potassium dan

kalsium untuk mencegah hipertensi, aktivitas yang sesuai dengan kondisi pasien dan penghentian

konsumsi alkohol dan hindari stres. Modifikasi gaya hidup terbukti dapat menurunkan tekanan

darah, mempertinggi kinerja obat-obat antihipertensi dan mengurangi terserang penyakit

kardiovaskuler. Pengkombinasian dua atau lebih modifikasi gaya hidup akan mendapatkan hasil

yang baik.7

33

Page 34: Studi Kasus Tn.j Finish

Berdasarkan pada DASH (Dietary approach to Stop Hypertension) JNC VII, pasien

hipertensi sebaiknya mengkonsumsi rendah natrium. Dalam hal ini diberikan edukasi untuk

mengurangi atau bahkan menghindari konsumsi garam dan bahan makanan yang tinggi kadar

natriumnya seperti makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (keju, biskuit,

craker, keripik dan makanan kering yang asin), makanan dan minuman dalam kaleng (sarden,

sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), dan makanan yang

diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai

kacang). Selain itu soda kue, baking powder, penyedap rasa (maggi, royco, dll), dan vetsin juga

mengandung natrium. Dalam menjalankan diet ini sangat diperlukan partisipasi anggota

keluarga.

Tabel 2. Modifikasi gaya hidup untuk mencegah da mengendalikan hipertensi8

Modifikasi Rekomendasi Penurunan darah sistolik

Penurunan berat badan

Mempertahankan berat badan ideal ( IMT 18,5 – 24,9 kg/m2)

5-20 mmHg/ 10 kg

Mengadopsi DASH

Mengkonsumsi buah-buahan, sayuran dan makanan rendah lemak

8 – 14 mmHg

Diet rendah natrium

Mengurangi intake natrium : 2,4 g Na atau 6 g NaCl per hari

2 – 8 mmHg

Aktivitas fisik Melakukan olahraga aerobic secara teratur, seperti jalan cepat (minimal 30 menit/hari, 5 hari/minggu)

4 – 9 mmHg

Konsumsi alcohol Membatasi konsumsi alcohol tidak lebih dari 2 gelas untuk pria dan 1 gelas untuk wanita serta orang berberat badan kurang

2 – 4 mmHg

Pasien dianjurkan untuk memulai perencanaan diet rendah garam. Hipertensi pada

umumnya memiliki karakteristik dimana pasiennya peka terhadap garam (Na) dan terkadang

dikaitkan dengan fungsi barorefleks yang terganggu. Mengurangi asupan natrium sangatlah 34

Page 35: Studi Kasus Tn.j Finish

penting dan efektif pada pasien hipertensi, dan harus dilakukan sebelum atau bersamaan dengan

terapi medikamentosa. Sehari-hari pasiennya tidak melakukan pengaturan diet. Pada seorang

pasien yang mengalami hipertensi, dianjurkan untuk menjalani diet rendah garam (RG). Diet

rendah garam adalah diet yang mengandung garam natrium lebih rendah dari biasanya. Diet

rendah garam dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu : 9

1. Diet RG I, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 200 – 400 mg per hari.

Ditujukan terutama untuk pasien dengan hipertensi berat, asites, dan edema

anasarka.

2. Diet RG II, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 600 – 800 mg per hari

atau setara dengan ¼ sendok teh garam dapur. Ditujukan terutama untuk pasien

dengan hipertensi yang berat.

3. Diet RG III, yaitu diet dengan kandungan garam Natrium 1.000 – 1.200 mg per

hari atau setara dengan ½ sendok teh garam dapur. Ditujukan terutama untuk

pasien dengan hipertensi ringan.

Rehabilitasi pasca stroke pada pasien ini dengan melakukan upaya

mengembalikan fungsi anggota gerak mendekati fungsi normal dengan melakukan

latihan setiap hari di rumah. Dalam hal ini di perlukan perhatian dan keterampilan dari

istri untuk melatih bicara pasien dan streching agar tidak terjadi kekakuan otot. Pasien

tidak pernah mau diajak untuk jalan kaki pada pagi hari, dengan demikian kami

menganjurkan pasien untuk menjaga kebugaran jasmani dengan sering melakukan jalan

pagi minimal 30 menit setiap hari bersama sang istri. Dukungan keluarga istri pasien

kepada pasien untuk melakukan jalan kaki di pagi hari tidak pernah berhasil, karena

pasien selalu marah – marah jika dibangunkan di pagi hari, sehingga istri pasien tidak

pernah memotivasi pasien untuk melakukannya lagi. Olahraga secara teratur dianjurkan

selain untuk menurunkan berat badan juga dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga ini

dilakukan secara berkelanjutan dengan meningkatkan intensitasnya secara bertahap.

Olahraga yang dianjurkan adalah sebanyak 3-5 kali per minggu selama minimal 30

35

Page 36: Studi Kasus Tn.j Finish

menit, disamping itu olahraga sebaiknya yang bersifat aerobik, seperti jogging, senam

jantung, bersepeda, berenang dan lari.

Dalam pembinaan keluarga, kami menyarankan anak- anak pasien untuk lebih

sering memperhatikan ibunya terutama juga kondisi pasien dengan meluangkan waktu

seperti berkunjung seminggu sekali ke rumah mereka. Dalam kegiatan menjenguk ini

banyak hal yang dapat dilakukan seperti misalnya berbincang-bincang, melatih memori

pasien, dan terutama melatih emosi pasien jika disinggung tentang anak keduanya yang

telah meninggal, sehingga pasien akan merasa lebih pasrah dan menerima kenyataan.

Pada pasien ini didapatkan IMT sebesar 19.0 kg/m2. Hal ini berarti pasien dalam

kondisi rata-rata.

Tabel 2. Klasifikasi berat badan berdasarkan IMT untuk orang Asia9

Klasifikasi IMT (kg/m2) Risiko ko-morbiditas

Underweight : < 18,5

Normal : 18,5 – 22,9

Overweight : > 23

At risk : 23 – 24,9

Obese I : 25 – 29,9

Obese II : ≥ 30

Rendah (tetapi meningkat bila ada masalah klinis lainnya)

Rata-rata

Meningkat

Sedang

Berat

Diagnosis bahwa IMT pasien adalah rata-rata ditegakkan atas dasar anamnesis dan

pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan fisik diperoleh BB 6 kg dengan TB 175 cm. Didapatkan

perhitungan IMT pasien adalah 19,60kg/m2, hal ini memberi kesan bahwa pasien termasuk

kategori rata-rata.

Pada pasien ini kebutuhan energi pasien per hari adalah 1500 Kalori dengan

penghitungan sebagai berikut.

36

Page 37: Studi Kasus Tn.j Finish

Penentuan kebutuhan kalori :

Kalori basal wanita : BBI x 25 kalori = 54 x 30 = 1620 kalori

Usia lebih > 40 tahun : -5 % x kalori basal = - 40 kalori

Aktivitas sedang. : + 20 % x kalori basal = + 162 kalori

BB Lebih : -10 % x kalori basal = - 162 kalori

Total kebutuhan kalori = 1539 kalori 1500 kalori

Dari food record diketahui bahwa rata-rata dalam sehari pasien mengkonsumsi sebesar

1900 kalori yang sangat jauh melebihi kebutuhan kalorinya. Pada pasien ini perlu dilakukan

perubahan gaya hidup dan olah raga teratur, perubahan gaya hidup ini termasuk diantaranya

adalah perubahan pola makan. Pasien didorong untuk mengurangi jumlah asupan kalorinya

dengan mengurangi asupan kalorinya sampai 400 kalori perhari sehingga anjuran pemberian

kalori pada pasien adalah sebesar 1500 kalori. Dengan penatalaksanan diet ini, diharapkan

walaupun pasien masih dalam kategori rata-rata, pasien lebih dapat menjalankan pola makan

yang sehat dan teratur.

Dalam menjalankan diet ini pasien memiliki beberapa kendala antara lain isteri pasien

yang lebih suka membeli makanan di warung, mengakibatkan menu keseharian pasien tidak

terkontrol kalorinya. Untuk itu maka perlu adanya perhatian dari sang isteri untuk lebih

mengutamakan memasak dibanding membeli makanan di luar. Agar sesuai dengan jumlah kalori

yang telah dianjurkan. Dengan menginformasikan kepada pasien, serta isteri tentang berbagai

manfaat yang didapatkan seperti penurunan tekanan darah diharapkan dapat menjadi motivasi

bagi pasien, serta isteri untuk melakukannya.

37

Page 38: Studi Kasus Tn.j Finish

BAB IV

KESIMPULAN & SARAN

IV.I Kesimpulan

1. Telah ditegakkannya diagnosis Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah

terkahir 160 / 110 mmHg, Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik, Observasi febris

ec suspek viral infection ec DBD, Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik ,

dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan serta Episode depresi berat e.c konflik dalam

keluarga dd/ pasca stroke pada pasien laki-laki usia 51 tahun.

2. Telah dilaksanakannya pelayanan yang komprehensif, paripurna berkesinambungan pada

pasien untuk mencegah timbulnya komplikasi. Tindakan adalah pemberian obat anti

hipertensi dan menganjurkan pola hidup sehat.

3. Telah dilaksanakannya kegiatan pembinaan keluarga untuk mengidentifikasi masalah

dalam keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan.

4. Telah dilakukan penilaian kemampuan keluarga untuk menyelesaikan masalah dan

penyelesaiannya adalah :

Diberikan petunjuk pada pasien dan anaknya untuk merubah kesadaran akan

pentingnya pencegahan timbulnya penyakit.

Diberikan petunjuk pada pasien dan anaknya serta pembantu mengenai pentingnya

pengaturan pola makan pasien dan untuk menjadi pelaku rawat pasien.

Diberikan petunjuk pada pasien dan anaknya mengenai pentingnya mengikuti kegiatan

sosial dilingkungannya.

38

Page 39: Studi Kasus Tn.j Finish

5. Pelayanan ini layak dilakukan di pelayanan kesehatan strata pertama dengan menempatkan

anak sebagai pembuat keputusan atau pengawas terhadap kesehatan pasien.

IV.II Saran

A. Bagi pembina selanjutnya

1. Mengevaluasi kembali kondisi keluarga inti tersebut dalam membina kekompakan

dan kerja samanya dalam mewujudkan kesembuhan pasien.

2. Mengevaluasi keberhasilan diet yang dianjurkan sehingga tercapai berat badan

ideal.

3. Memantau kepatuhan minum obat hipertensi dan tekanan darah.

4. Mengevaluasi kembali proses pembuatan SKTM, yang sampai saat ini pihak

Puskesmas belum mensurvey kondisi rumah pasien.

B. Bagi puskesmas

1. Adanya rekam medis yang memadai untuk memudahkan pelayanan

berkesinambungan.

2. Mensurvey kondisi rumah pasien perihal pembuatan SKTM untuk pengobatan

pasien.

C. Bagi program kepaniteraan kedokteran keluarga

Membimbing calon dokter umum agar mengaplikasikan pelayanan pada strata

pertama dengan pendekatan keluarga di masyarakat.

39

Page 40: Studi Kasus Tn.j Finish

DAFTAR PUSTAKA

1. Suteno B. Peran LSM dalam pencegahan Penyakit Jantung. Disitasi dari http : //www.suara

merdeka.com/harian/0506/20/ragam3.htm. Diakses tanggal 2 September 2006.

2. Misbach H.J. Stroke Aspek Diagnostik, Patofisiologi dan Manajemen. Balai Penerbitan Fakultas

Kedokteran Indonesia, Jakarta 1999. Hal: 1

3. Anonim.Modifikasi Gaya Hidup. Disitasi dari http :// www. indomedia.

com/stripo/2004/02/22/2202kes1.htm. Diakses tanggal 2 September 2006.

4. Zulkarnain Arsyad. Aspek Psikosomatik Obesitas. Dalam: H.Slamet Suyono, ed.Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI, Jakarta 1996. Hal: 762

5. Konsensus Penatalaksanaan DM 1998. Disitasi dari http://perkeni.freeservers.com/kons_dm.html

tanggal 2 September 2006.

6. Anynomous. Penyebab Terbanyak Timbulnya Penyakit Ginjal. 2005. Available from:

http://www.perdughi.org/medical.php. Diakses pada tanggal 9 September 2006.

7. Bustani ZA, Setiawati. Antihipertensi. Dalam : farmakologi dan Terapi edisi 4. Ganiswana SG

(editor). Balai Pnerbit FKUI, 2001,h 337-340

8. Aram VC, George LB, Henry RB et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation, an Treatment of High Blood Pressure, The JNC 7 Report,

JAMA May 2003;289;2560-2572

9. Bagian Gizi RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. Penuntun Diet. 2001. Jakarta :

PT.Gramedia Pustaka Utama. p.28-31

40

Page 41: Studi Kasus Tn.j Finish

Lampiran 1.

Tanggal SOAP

Follow up I

11-04-2011

S : Pusing disertai dengan tengkuk yang terasa kaku, susah tidur.

O : KU : Tampak sakit ringan

Kesadaran : CM

TD : 160/100 mmhg, N : 85 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 37ºC

Status generalis dalam batas normal

N. Kranialis :

N. Okulomotoris M. Rectus Medialis Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak

ke kiri.

N. Troklearis M. Obliqus superior Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak

menyilang ke atas.

N. Fasialis Mulut jatuh ke kiri.

N. Vagus Sering tersedak

Status lokalis :

Terdapat benjolan di leher bagian depan sebelah kanan, ukuran kurang lebih 7 x

2 cm mulai dari servikalis superior sampai dengan servikalis superfisialis,

terfiksir (+), massa padat (+), nyeri (-), hiperemi (-)

A : Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 /

41

Page 42: Studi Kasus Tn.j Finish

100 mmHg.

Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik

Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD

Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik

dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan

Episode depresi berat e.c konflik dalam keluarga

dd/ pasca stroke.

P: - Non Farmakologis

Menenangkan emosi pasien agar tekanan darah pasien dapat turun

Memberikan edukasi tentang hipertensi, gejala, komplikasi dan

penatalaksanaan

Istirahat teratur dan hindari faktor stres

Menganjurkan pasien agar mau makan teratur

Menganjurkan minum obat dan kontrol secara teratur

- Farmakologis

Captopril 2 x 12,5 mg

Cefixime

Neurobion 3 x 500 mg

Tanggal SOAP

Follow up II S : Pasien hanya merasa ”linglung” (bingung dengan keadaan sekitar)

42

Page 43: Studi Kasus Tn.j Finish

15-04-2011 O : KU : Tampak sakit ringan

Kesadaran : CM

TD : 160/120 mmhg, N : 85 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 36ºC

Status generalis dalam batas normal

N. Kranialis :

N. Okulomotoris M. Rectus Medialis Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak

ke kiri.

N. Troklearis M. Obliqus superior Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak

menyilang ke atas.

N. Fasialis Mulut jatuh ke kiri.

N. Vagus Sering tersedak

Status lokalis :

A: Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 / 120 mmHg.

Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik

Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik

dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.

Episode depresi sedang e.c konflik dalam keluarga

dd/ pasca stroke.

P: - Non Farmakologis

Memberikan edukasi tentang hipertensi, gejala, komplikasi dan

penatalaksanaan

Istirahat teratur dan hindari faktor strees

Menganjurkan minum obat dan kontrol secara teratur

Merencanakan untuk diadakannya pertemuan keluarga

43

Page 44: Studi Kasus Tn.j Finish

- Farmakologis

Captopril 2 x 12,5 mg

Neurobion 3 x 500 mg

Tanggal SOAP

Follow up I

21-04-2011

S: tidak ada keluhan

O : KU : Tampak sakit ringan

Kesadaran : CM

TD : 160/100 mmhg, N : 85 x/mnt, RR : 20 x/mnt, S : 36ºC

Status generalis dalam batas normal

N. Kranialis :

N. Okulomotoris M. Rectus Medialis Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak

ke kiri.

N. Troklearis M. Obliqus superior Orbicularis Dekstra tidak bisa bergerak

menyilang ke atas.

N. Fasialis Mulut jatuh ke kiri.

N. Vagus Sering tersedak

Status lokalis :

Terdapat benjolan di leher bagian depan sebelah kanan, ukuran kurang lebih 7 x

2 cm mulai dari servikalis superior sampai dengan servikalis superfisialis,

terfiksir (+), massa padat (+), nyeri (-), hiperemi (-)

A : Hipertensi Grade II dengan stroke dengan tekanan darah terkahir 160 /

44

Page 45: Studi Kasus Tn.j Finish

100 mmHg.

Hemaperesis sinistra ec. Pasca stroke iskemik

Observasi febris ec suspek viral infection ec DBD

Benjolan di leher ec suspek limfadentitis nonspesifik

dd/ limfadenitis spesifik, suspek keganasan.

Episode depresi ringan e.c konflik dalam keluarga

dd/ pasca stroke.

P: - Non Farmakologis

Memberikan edukasi tentang hipertensi, gejala, komplikasi dan

penatalaksanaan

Istirahat teratur dan hindari faktor strees

Menganjurkan minum obat dan kontrol secara teratur

Partisipasi dari istri dan kedua anak sangat dibutuhkan (telah dilakukannya

pertemuan keluarga)

- Farmakologis

Captopril 2 x 12,5 mg

Neurobion 3 x 500 mg

45

Page 46: Studi Kasus Tn.j Finish

Lampiran 2. Penghitungan Jumlah Kalori dan Perencanaan Makan.

Kebutuhan kalori

TB = 175 cm, BB = 60 Kg

BB ideal = (TB-100)x10% = 60-6,0 = 54 Kg.

Status Gizi = BBx100% = 120%

TB(cm)-100

IMT = BB(Kg) = 60 = 19.06

TB(M)2 3,06

Kesan : rata-rata

Penentuan kebutuhan kalori

Kalori basal wanita : BBI x 30 kalori = 54 x 30 = 1620 kalori

Usia > 40 tahun : -5% x kalori basal = - 81 kalori

Aktivitas ringan : +20% x kalori basal = + 162 kalori

BB lebih : -10% x kalori basal = -162 kalori

Total Kebutuhan kalori : 1539 kalori 1500 kalori

Distribusi makanan

Kebutuhan karbohidrat : 65% x 1500 kalori : 975 kalori

Kebutuhan Lemak : 20% x 1500 kalori : 300 kalori

46

Page 47: Studi Kasus Tn.j Finish

Kebutuhan protein : 10% x 1500 kalori : 150 kalori

Perencanaan makanan

Waktu Jenis Makanan URT Kalori

Pagi Nasi putih

Ikan segar

Tahu

Minyak goreng

Sayur oyong

Pisang

¾ gelas

1 potong sedang

½ bj besar

1 sendok teh

Sekehendak

1 buah

175

50

55

50

Dapatdi abaikan

50

Siang Nasi putih

Ayam tanpa kulit

Tahu/tempe

Sayur bayam

Sayur tomat

Pisang

Minyak goring

2 gelas

1 potong sedang

1 potong sedang

1 gelas

sekehendak

1 buah

2 sendok the

300

50

50

25

Dapat di abaikan

50

100

Malam Nasi putih

Sayur bayam

Tempe/tahu

Ikan segar

Minyak goreng

Pisang

¾ gelas

1 gelas

1 potong sedang

1 potong

1 sendok teh

1 buah

175

-

75

75

100

20

47

Page 48: Studi Kasus Tn.j Finish

TOTAL 1500

lampiran 3. Food Record (3 hari terakhir)

Hari ke-1

Waktu Jenis Makanan URT Kalori

Pagi Teh manis

Nasi

Telur ayam

Minyak

Gula 2 sendok makan

1 butir

2 sendok makan

100

300

75

200

Siang Nasi

kangkung

Minyak goreng

Melon

1 gelas

1 gelas

3 sendok makan

1 buah

23

-

270

40

Malam Nasi

Tahu

Minyak goreng

1 gelas

2 potong sedang

2 sendok makan

230

80

200

TOTAL 1518 kalori

Hari ke-2

Waktu Jenis Makanan URT Kalori

Pagi Teh manis Gula 2 sendok makan 100

48

Page 49: Studi Kasus Tn.j Finish

Nasi

Tahu goreng

Minyak

1 gelas

2 buah

2 sendok makan

230

150

200

Siang Nasi

Ikan

Sayur bayam

Minyak goreng

1 gelas

1 potong sedang

1 gelas

2 sendok makan

230

75

25

200

Malam Nasi

Sate ayam

Melon

1 gelas

1 porsi

1 buah

230

150

40

TOTAL 1630 kalori

Hari ke-3

Waktu Jenis Makanan URT Kalori

Pagi Teh manis

Nasi

Tahu goreng

Gula 2 sendok makan

1 gelas

2 potong sedang

100

230

150

Siang Nasi

Tempe goreng

Sayur bayam

Minyak goreng

1 gelas

2 potong sedang

1 gelas

2 sendok makan

230

150

25

200

Malam Nasi

Telur ayam

Sayur bayam

Minyak goreng

1 gelas

1 butir

1 gelas

2 sendok makan

230

95

25

200

Total 1633 kalori

49

Page 50: Studi Kasus Tn.j Finish

50