studi kasus lapangan-hadi suhatman

20
STUDI LAPANGAN KONDISI SUNGAI CIHIDEUNG PASCABANJIR DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR Tugas Matakuliah Ekohidrolika HADI SUHATMAN F451120121

Upload: hsuhatman

Post on 12-Dec-2014

123 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

STUDI LAPANGAN

KONDISI SUNGAI CIHIDEUNG PASCABANJIR

DRAMAGA, KABUPATEN BOGOR

Tugas Matakuliah Ekohidrolika

HADI SUHATMANF451120121

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGANSEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2013

Page 2: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

Tektonik Geologi Iklim

Vegetasi

Sedimen Debit

Tampang Memanjang

Tampak Melintang

Syarat Alamiah

Proses Transpor

t

Geometri SungaiTampak Atas

1. Morfologi Sungai

Mangelsdorf & Scheuermann (1980) dalam Maryono (2001) mengusulkan empat faktor

utama yang berpengaruh terhadap pembentukan alur morfologi sungai selain sosia-

antropogenik yaitu, tektonik, geologi, iklim dan vegetasi.

Iklim, geologi dari formasi lapisan tanah dan proses tektonik merupakan initial condition

pembentukan geometri sungai yang mempengaruhi vegetasi di atasnya, kemudian seiring

sejalan mempengaruhi proses sedimentasi dan debit air sungai atau secara luas membentuk

geometri dari sungai itu sendiri.

2. Profil Sungai Cihideung

a) Topografi dan Antropogenik

Sungai Cihideung merupakan bagian dari DAS

Cisadane, Sungai Cihideung salah satu sungai yang

berada di hulu dari DAS Cisadane yang mengalir

dari Gunung Salak Kabupaten Bogor Selatan. Pada

kawasan hulu ini masih banyak tersebar kawasan

hijau sampai bagian hilir (± 33%). Berikut di bawah

ini gambar profil DAS Cisadane.

Sungai Cihideung melewati beberapa desa antara

lain: Desa Sukajadi, Desa Situ Daun, Desa

Purwasari, Desa Petir, Desa Neglasari, Desa

Dramaga dan Desa Babakan. Sungai ini oleh

masyarakat sekitar dimanfaatkan sebagai irigasi,

perikanan, media pembuangan air limbah rumah

Sistim proses pembentukan morfologi sungai

Gambar 1. DAS Sungai Cisadane

Page 3: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

tangga, serta untuk kegiatan mandi, cuci dan kakus (MCK). Daerah hulu sungai Cihideung

banyak terdapat aktivitas pertanian, ladang, dan kegiatan budidaya perikanan, serta sangat

jarang ditemukan pemukiman penduduk.

b) Kondisi Biotik Dasar Sungai dan Abiotik Sungai Cihideung

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya benthos yang ditemukan kebanyakan adalah jenis

keong-keongan dan nekton berupa kepiting. Jenis perifiton yang banyak ditemukan adalah

Nitzschia, Paramecium sp, Navicula, dan Mougeotia. pH air sungai adalah 6. Warna air

coklat keruh. Dalam pengamatan kisaran kedalaman adalah 1,0 m – 1,50 m, tipe substrat

perairan adalah batuan kecil dan kerikil. kisaran kecepatan arus 0,0917 m/s – 0,3448 m/s.

3. Pengamatan Lapangan

Pengamatan di lapangan dilakukan secara langsung dengan mendokumentasikan foto

sungai pasca terjadi banjir bandang dan dilakukan pula interview atau wawancara dengan

masyarakat setempat.

Pengamatan dilakukan di Desa Leuwikopo, dengan letak titik koordinat (LS

06056’34.32”) dan (BT 106073’11.17”) dengan kondisi lingkungannya padat oleh

pemukiman penduduk. Sungai ini memiliki arus yang sedang sampai cepat (0.51 m - 1.11 m/

detik), bersubstrat dasar berbatu dan berlumpur serta lebar sungai ± 10 meter.

Berikut dokumentasi foto yang diperoleh dan analisanya.

Dari Gambar 2, kondisi air yang sangat keruh setelah banjir bandang karena masuknya

material tanah ke dalam perairan sungai dan mengakibatkan erosi di sebagian tebing sungai.

Tebing sungai sangat bervariasi kemiringan dan ketinggiannya.

Kondisi air keruh dengan warna coklat

Ketinggian ± 2,0 -3,0 meter

Kondisi tebing yang bersih menandakan terjadi erosi

Kondisi tebing lebih landai

Gambar 2. Profil Tebing

Page 4: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

Prinsipnya air berusaha mencapai wilayah yang lebih rendah, jika air menumbuk bidang

sangat keras maka air akan membelok mencari bidang yang lebih mudah dilewati dan makin

lama akan membentuk cekungan/kelokan seperti Gambar 3.

Dari Gambar 4, sungai dengan tipe meander, belokan lengkungan pada tebing kanan

mengakibatkan arus mengalami kelembaman, sehingga ada arus yang mengalami turbulensi.

Turbulensi yang terjadi akan memperlambat arah arus utama dan mengakibatkan pada sisi

kiri tebing terjadi perlambatan arus. Arus yang membawa material sedimen melambat

mengakibatkan terjadi keseimbangan waktu tinggal endapan/sedimentasi pada sisi tersebut.

Sedimentasi karena tipe sungai meander Tebing meander lebih keras dan lebih berarus dibandingkan sisi seberangnya

Gambar 3. Profil Tebing Meander

Gambar 4. Model Arus Air di Sungai Bermeander

Page 5: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

Dari foto Gambar 3 di atas dapat diamati terkumpulnya endapan/sedimen pada sisi kiri

sungai. Jika profil melintang dari penampang sungai tersebut digambar, maka diperoleh

gambar penampang seperti di bawah ini.

Pada sisi kiri sungai akan terjadi sedimentasi terus menerus sebagai akibat melambatnya arus

dan jika berlangsung lama akan menyebabkan terjadinya pergeseran aliran karena di sisi kiri

tersebut akan menjadi daratan.

Gambar 5. Penampang Melintang Sungai Bermeander

Gambar 6. (a) Penanggulan Sungai, (b) Tanpa Penanggulan

(b) Tebing sudah ditanggul

(a) Tebing masih alami tanpa tanggul

Page 6: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

Pada Gambar 6 (a) tebing sudah ditanggul, hal ini dilakukan umumnya jika di atasnya sudah

dilakukan pembangunan. Hasil pengamatan pada tebing ini sudah banyak dibangun tempat

kos-kosan, jarak antara bangunan kurang lebih 2 meter dari bibir sungai. Penanggulan

dilakukan untuk memperkuat tanah agar tidak mengalami longsoran sehingga bangunan di

atasnya aman.

Pengamatan lapangan dilakukan tidak lama setelah terjadi banjir bandang. Jika

memperhatikan serasah atau sampah yang tersangkut pada Gambar 6, mengindikasikan

ketika banjir mencapai 3 meter atau 4 meter dari permukaan tanah. Berdasarkan hasil

wawancara dengan penduduk setempat, menurut penuturan Bapak Pieldrie Nanlohy dengan

posisi rumah kurang lebih satu meter dari bibir sungai, ketinggian banjir mencapai tiga

meteran.

Berikut tabel ketinggian banjir berdasarkan jarak rumah warga dari bibir sungai, jika tinggi

muka air banjir sebagai sumbu x, maka tanda (-) memberikan arti kedalaman tinggi muka air

ditentukan dari muka air (sumbu x) sampai permukaan tanah.

Pemilik Rumah Jarak dari bibir sungai (m) Ketinggian banjir (m)Hidayat Saputra 50 -0,8Yohanes 5 -2Magenta Mikhael 10 -2Agus Fitriani 50 -1,8Pieldrie Nanlohy 1 -3Jeannette Victoria Tonggal 20 -0,8Zevy Augrind Limin 15 -2,5Sofika Azizia Sasanti 15 -0,5

Serasah/sampah yang tersangkut ketika banjir

Ketinggian pada waktu banjir ± 3,0 – 3,5 mater

Gambar 6. Pendugaan Ketinggian Banjir Maksimum

Page 7: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

Untuk grafiknya seperti di bawah ini,

0 10 20 30 40 50 60

-3.5

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

f(x) = 0.0213509776812167 x − 2.11803278688525R² = 0.206999164783814

Grafik Hubungan Jarak Dari bibir Sungai terhadap Ket-inggian Banjir

Jarak dari bibir sungai (m)

Ting

gi m

uka

air b

anjir

Dari grafik dapat diamati hubungan antara jarak dari sungai terhadap ketinggian banjir.

Semakin jauh dari bibir sungai maka ketinggian banjir makin berkurang. Namun untuk data

di atas dirasakan masih terjadi bias, terutama untuk data bintang (*) pada data tabel di atas.

Data bias dimungkinkan ketika air banjir masuk rumah dan ketinggian banjir lebih rendah

dari sesungguhnya dimungkinkan pondasi lantai diurug/ditinggikan dari permukaan tanah

asal sehingga tinggi banjir menjadi lebih rendah. Jika data tersebut dibuang maka diperoleh

tabel sebagai berikut,

Pemilik Rumah Jarak dari bibir sungai (m) Ketinggian banjir (m)Hidayat Saputra 50 0,8Yohanes Magenta Mikhael 10 2Agus Fitriani 50 1,8Pieldrie Nanlohy 1 3Jeannette Victoria Tonggal Zevy Augrind Limin 15 2,5Sofika Azizia Sasanti

Dan grafiknya sebagai berikut,

Page 8: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

0 10 20 30 40 50 60

-3.5

-3

-2.5

-2

-1.5

-1

-0.5

0

f(x) = 0.0297656685884322 x − 2.77009484842849R² = 0.698533028970466

Grafik Hubungan Jarak Dari Bibir Sungai Terhadap Ket-inggian Banjir (Revisi)

Jarak Dari Bibir Sungai (m)

Tinn

gi m

uka

banj

ir

Jika persamaan di atas untuk menentukan jarak dari bibir sungai mencapai titik 0 meter

ketinggian banjir, maka perhitungannya sebagai berikut.

y=0,029 x−2,770

Tinggi banjir = 0 meter---> y=0

0=0,029 x−2,770

0,029 x=2,770

x=2,7700,029

≅ 95,52 meter

Jika dibandingkan berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitarnya mengenai

jangkauan wilayah terkena banjir, maka jarak antara bibir sungai sampai batas banjir sejauh ±

90 meter – 100 meter.

Batas Banjir90 meter – 100 meter

Bibir Sungai

Gambar 7. Jangkauan Banjir Dari Bibir Sungai

Kemiringan tanah

Page 9: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

Berdasarkan wawancara juga diperoleh data bahwa wilayah tersebut selalu terjadi banjir

tahunan, artinya minimal sekali dalam setahun daerah kos-kosan tersebut yang berada sekitar

maksimal 100 meter dari bibir sungai akan selalu tergenang air jika banjir datang.

Berdasarkan hasil grafik diperoleh kemiringan dari tanah pemukiman dari bibir sungai

sebesar 0,029 atau sebesar 2,9%.

Jika profil tebing Gambar 2 dikombinasikan dengan profil tebing di sisi seberangnya yang

merupakan wilayah pemukiman yang terkena banjir bandang maka diperoleh profil

penampang melintangnya seperti Gambar 8 di bawah ini.

4. Rekomendasi

Berdasarkan hasil wawancara dan perhitungan mengenai ketinggian muka air banjir serta

jarak jangkauan banjir sejauh kurang lebih 100 meter dari bibir sungai, sebaiknya diusulkan

kepada pihak Pemerintah Kabupaten Bogor untuk merelokasikan bangunan sepanjang sisi

kiri dan kanan bantaran Sungai Cihideung sejauh minimal 100 meter. Jika warga di wilayah

pemukiman tetap bertahan, sebaiknya disosialisasikan untuk membangun konstruksi rumah

panggung yang ketinggian lantai disesuaikan dengan tinggi muka air banjir

Wilayah pemukiman pada Gambar 8 dapat digeser atau direlokasi ke sisi kanan dari

bantaran sungai karena memiliki kontur tanah yang lebih tinggi sehingga diharapkan dapat

mengurangi risiko kebanjiran.

Diupayakan penyadaran kepada masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai agar

meminimalkan seminimal mungkin efek banjir karena sumbatan oleh sampah yang dibuang

oleh masyarakat.

Gambar 8. Profil penampang Sungai Cihideung

Page 10: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nama Hidayat saputra

Yohanes

Magenta Mikhael

Agus Fitriani T

Pieldrie Nanlohy

Jeannette Victoria Tonggal

Zevy Augrind Limin

Sofika Azizia Sasanti

Ahmad Sutopo

Umur 24 tahun

20 tahun

19 tahun

23 tahun

40 t ahu n

20 tahun

20 tahun 22 tahun

23 tahun

Daerah asal

Bandar Lampung

JakartaJakarta Langkat

Ambon

Palangkaraya

Palangkaraya Jakarta Riau

Lama domisili di Bogor

8 bulan 2 tahun

1 tahun

5 tahun 2 bulan

2 tahun

2 tahun 3,5 tahun

7 bulan

Jarak rumah dari pinggir sungai

50 meter

5 meter

10 meter

50 meter

1 meter

20 meter 15 meter

15 meter

10 meter

Intensitas banjir

1 x setahun

Besar dari 1 x setahun

1 x setahun

1 x setahun

1 x setahun

Lebih besar dari 1 x setahun

Lebih besar dari 1 x setahun

1 x setahun

Lebih besar dari 1 x setahun

Tinggi banjir

60 - 80 cm

2 meter

2 meter

1,8 meter

3 meter

80 cm 2,5 meter 50 cm -

Lokasi/cara pembu

Petugas TPS TPS TPS Petugas

TPS TPS Petugas

Dan lain-lain

Lampiran. Hasil wawancara

Page 11: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

angan sampahMengetahui tentang jembatan yang dibangun tanpa izin?

Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Tidak

Pembangunan perumahan di pinggir sungai

Tidak setuju, karena DAS tidak boleh digunakan untuk perumahan ; harus dijaga dengan ditanam banyak pohon. Meskipun dipaksa pasti lama

Tidak setuju, karena apabila sungai sempit tidak mampu menerima debit air yang besar

Tidak setuju, karena memperkecil lebar sungai sehingga memperluas debit sungai

Tidak setuju, karena potensi banjir sangat besar

Tidak setuju, karena akan mengganggu aliran sungai apalagi kalau limbahnya langsung dibuang ke sungai

Tidak setuju, karena mengambil badan sungai yang dapat menyebabkan banjir

Tidak setuju, karena merusak infiltrasi tanah, kebanyakan masyarakan di sekitar tepi sungai kurang peduli terhadap sungai tersebut sehingga mereka dengan mudahnya

Tidak setuju, karena jika sungai meluap akan terkena dampak, dan jika di dekat sungai ada perumahan akan menyebabkan pola hidup masyar

Tidak setuju, karena dapat mengakibatkan terganggunya aliran sungai karena badan sungai yang semakin menyempit dan air tidak dapat diserap

Page 12: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

kelamaan akan terjadi banjir hingga longsor

membuang sampah di sungai tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulkan

akat yang buruk akan berdampak pada sungai

lagi oleh tanah sehingga melimpah ruah pada aliran sungai, yang pada akhirnya debit aliran sungai semakin tinggi

Pembukaan lahan pertanian di pinggir sungai

Tidak setuju, karena DAS hanya untuk konservasi, tidak untuk diusahakan

Setuju, untuk mencegah longsor di tepi aliran sungai

Setuju, untuk irigasi

Setuju, mempermudah irigasi dan drainase bagi lahan pertanian

Tidak setuju, karena akan terjadi aberasi (pengikisan tanah oleh air

Tidak setuju. Lahan pertanian tidak mempunyai kemampuan menyerap air dalam jumlah banyak

Tidak setuju. Lebih baik dibuat hutan tanaman. Karena dibandingkan lahan pertanian, hutan lebih banyak menyera

Setuju, untuk daerah penyerapan air

Tidak setuju, karena dapat mempersempit badan sungai

Page 13: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

sungai) karena tidak adanya pohon besar

seperti pohon-pohon besar

p air dan dapat mengikat tanah agar tidak terkikis oleh air

Komentar tentang banjir/masukan agar tidak terjadi banjir

semoga tembok belakang segera dibeton, dan dicari penyebab terjadinya banjir dan dicari solusinya agar tidak berkepanjangan

Perlu memperbaiki lagi peraturan tata letak tentang pembangunan gedung

Buang sampah pada tempatnya. Jangan bangun bangunan di bantar kali

Jangan membuang sampah ke sungai yang menyebabkan aliran air terhambat, jangan melakukan pembangunan terutama perumahan di pinggir

Sebaiknya pemukiman di sekitar sungai kembali ditata dengan baik

Buang sampah pada tempat yang disediakan, tidak di sungai. Lahan di sekitar sungai tidak dikonversi ke pembangunan hingga jarak yang

sangat merugikan sekali karena semua barang rusak total dan tidak diganti oleh pihak yang bertanggungjawab. Masukan agar tidak terjadi banjir : mari kita jaga lingkunga

Pembangunan jembatan tanpa izin dapat ditindaklanjuti, dibuat d idaerah penyerapan air oleh para pemilik kosan, pembuatan tanggul

agar tidak terjadi banjir, maka perlu dilakukan pencegahan yaitu dengan cara tidak membuang sampah di sungai, tidak melakukan aktivita

Page 14: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

sungai yang mempersempit luas sungai

diperbolehkan . Sama-sama menjaga lingkungan

n kita terlebih yang berada di pinggiran sungai agar jangan membuang sampah sembarangan

s yang dapat mempersempit aliran sungai seperti pembukaan lahan pertanian, membangun perumahan di dekat sungai

Page 15: Studi Kasus Lapangan-Hadi Suhatman

Daftar Pustaka

Maryono, Agus. 2005. Eko-Hidrolika Pembangunan Sungai. Edisi 2. Yogyakarta: Magister Sistem Teknik Program Pascasarjana UGM

Silfiana, Ririn A. 2009. Penentuan Tingkat Kehatan Sungai Berdasarkan Struktur Komunitas Makroavertabrata di Sungai Cihideung, Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: Manajemen Sumberdaya Perairan IPB

Sariwati, Etty. 2010. Analisis Beban Pencemaran Sungai Cihideung Sebagai Bahan Baku Pengolahan Air di Kampus IPB DARMAGA. Tesis. Bogor: IPB Pascasarjana.