stroke
DESCRIPTION
StrokeTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO, stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimbulkan kematian disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak (WHO, 2010). Terdapat dua jenis umum
stroke yaitu hemoragik dan iskemik. Stroke hemoragik terjadi bila suatu arteri
atau arteriol serebrum mengalami ruptur, kadang-kadang di tempat aneurisma
kecil berada. Stroke iskemik terjadi bila aliran dalam suatu pembuluh terganggu
oleh plak aterosklerotik tempat terbentuknya trombus. Trombus juga dapat
terbentuk di tempat lain seperti di atrium pada pasien fibrilasi atrium dan masuk
ke otak sebagai embolus (Ganong, 2008).
Stroke sampai saat ini masih merupakan masalah besar, sekaligus
tantangan di bidang kesehatan, baik di negara maju maupun negara berkembang,
termasuk di Indonesia (Sacco et al, 2006). Survei ASEAN Neurological
Association (ASNA) tahun 1996-1997 di 26 rumah sakit seluruh Indonesia
didapatkan penderita stroke terbanyak antara usia 45-64 tahun sebesar 54,2% dan
diatas usia 65 tahun 33,5% (Misbach, 2001). Menurut data Departemen
Kesehatan RI tahun 2008, stroke merupakan penyebab kematian yang pertama
(15,4%) dibandingkan dengan penyakit lainnya. Stroke pendarahan merupakan
kasus kematian terbanyak dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 37,28% dan
stroke iskemik sebesar 10,07%. (Jannis, 2009). Selain sering menyebabkan
1
kematian, stroke juga mengakibatkan kecacatan. Jika ditinjau dari segi psikologik
dan sosio ekonomi penyakit tersebut merupakan masalah besar (Bahrudin, 2009).
Tiap stroke memiliki golden period masing-masing yaitu suatu masa di
mana penanganan terbaik harus dilakukan untuk menekan progresifitas kerusakan
dari stroke seperti nekrosis yang permanen. Golden period dari stroke hemoragik
adalah empat jam sedangkan golden period dari stroke iskemik adalah tiga jam
sejak awal serangan. Oleh karena itu, penanganan pada pasien stroke seharusnya
dilakukan dengan cepat serta ketepatan penentuan jenis patologis stroke secara
lebih dini sama pentingnya dikarenakan pengobatan untuk stroke hemoragik dan
stroke iskemik sangat berbeda. Obat untuk terapi stroke iskemik seperti
antikoagulasi atau trombolisis intravena tidak boleh diberikan kepada stroke
hemoragik karena akan makin mempermudah terjadinya perdarahan dan akan
memperburuk kondisi pasien (Bahrudin, 2009).
Saat ini tehnik pemeriksaan neurologi telah mengalami kemajuan,
diantaranya dengan penggunaan CT-scan dan MRI yang sangat membantu klinis
dalam menentukan lokasi dan volume lesi otak serta untuk evaluasi, namun ada
beberapa faktor tidak memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan ini yaitu
seperti pada pelayanan kesehatan primer yang tersebar di seluruh Indonesia
belum tentu memiliki fasilitas CT-scan dan MRI, jika adapun tentu biaya yang
dikeluarkan tidak sedikit. Efek lain dari penggunaan alat-alat tersebut yaitu
pasien akan terpapar sinar-x yang apabila tubuh tidak dalam kondisi baik maka
akan menimbulkan masalah penyakit lainnya sehingga dibutuhkan pemeriksaan
yang dapat dilakukan namun tidak mengganggu stabilitas pasien, dapat dilakukan
berulang-ulang untuk evaluasi dan tidak terlalu memberatkan ekonomi pasien.
2
Guna memenuhi keterbatasan di atas, para ahli kedokteran membuat beberapa
skor untuk menentukan diagnosis stroke dengan mengidentifikasi gejala klinis
yang muncul pada pasien terhadap patofisiologi dari penyakit tersebut yaitu
Siriraj Stroke Score, Guy’s Hospital Score dan Greek Stroke Score.
Dari perspektif Islam mengenai unsur-unsur dalam mendeteksi,
mendiagnosis, dan mengobati suatu penyakit di atas, dalam ajaran Islam baik
dalam Al-Qur’an, sunnah, maupun hadits mensyaratkan untuk melakukan suatu
penelitian, pemeriksaan, dan pengobatan berpedoman pada hasil yang bermanfaat
serta harus memiliki tujuan untuk kemashlahatan umat, dilakukan oleh orang-
orang yang ahli, dan menggunakan alat, cara, serta bahan yang tidak bertentangan
dengan syariat Islam. Untuk itu, atas dasar uraian di atas penulis tertarik untuk
mengangkat masalah tersebut dalam penulisan skripsi berjudul “Perbandingan
Penggunaan Beberapa Skor Untuk Diagnosis Stroke pada Pelayanan Kesehatan
Primer Ditinjau dari Kedokteran dan Islam”.
1.2. Perumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana perbandingan penggunaan beberapa skor untuk diagnosis
stroke pada pelayanan kesehatan primer ditinjau dari kedokteran?
1.2.2. Bagaimana perbandingan penggunaan beberapa skor untuk diagnosis
stroke pada pelayanan kesehatan primer ditinjau dari islam?
3
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui perbandingan penggunaan beberapa skor untuk diagnosis
stroke pada pelayanan kesehatan primer ditinjau dari kedokteran dan
Islam.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui perbandingan penggunaan beberapa skor untuk diagnosis
stroke pada pelayanan kesehatan primer ditinjau dari kedokteran.
2. Mengetahui perbandingan penggunaan beberapa skor untuk diagnosis
stroke pada pelayanan kesehatan primer ditinjau dari Islam.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis mengenai penentuan
diagnosis penyakit stroke ditinjau dari kedokteran dan Islam serta dapat
mengetahui cara penulisan ilmiah yang baik dan benar.
1.4.2. Bagi Universitas
Diharapkan dapat menambah masukan ilmu bagi civitas akademika
Universitas YARSI mengenai penentuan diagnosis penyakit stroke
ditinjau dari Kedokteran dan Islam.
1.4.3. Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat
mengenai penentuan diagnosis penyakit stroke ditinjau dari Kedokteran
dan Islam.
4
BAB II
PENENTUAN DIAGNOSIS STROKE MENGGUNAKAN SKOR
DIAGNOSIS STROKE DITINJAU DARI KEDOKTERAN
2.1. Stroke
Stroke didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsional otak yang terjadi
secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang
berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung menimbulkan kematian disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak (WHO, 2010). Stroke dapat diklasifikasikan
menjadi dua kategori utama yaitu, stroke iskemik dan stroke hemoragik.
A. Stroke iskemik
Stroke iskemik pada dasarnya terjadi akibat kurangnya aliran darah ke
otak. Penurunan aliran darah yang semakin parah dapat menyebabkan kematian
jaringan otak yang disebut infark. Perjalanan klinis pasien dengan stroke infark
akan sebanding dengan tingkat penurunan aliran darah ke jaringan otak,
perjalanan klinis ini dibagi menjadi empat tahapan, yaitu :
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
Adalah suatu gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang
gejalanya berlangsung kurang dari 24 jam dan disebabkan oleh trombus
atau emboli. Pada tahapan ini terdapat golden period yang merupakan
masa terbaik dalam penanganan stroke. Satu sampai dua jam biasanya
TIA dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga masih belum
teratasi sekitar 50% pasien sudah terdapat infark. Setelah TIA, 10%
5
sampai 15% pasien dalam 7 hari, 30 hari, 90 hari akan terkena stroke,
namun lebih banyak pasien terkena stroke 2 hari setelah TIA.
2. Reversible Ischemic Neurological Defisit (RIND)
Seperti TIA, gejala neurologi dari RIND akan menghilang lebih dari
24 jam, biasanya akan membaik dalam waktu 24-48 jam.
3. Stroke In Evolution (Progressing Stroke)
Pada keadaan ini gejala atau tanda neurologis fokal terus memburuk
setelah 48 jam. Defisit neurologis yang timbul berlangsung secara
bertahap dari yang ringan menjadi lebih berat.
4. Complete Stroke Ischaemic
Kelainan neurologis yang sudah menetap tidak berkembang lagi
bergantung daerah bagian otak mana yang mengalami infark.
Patofisiologi dari stroke iskemik adalah dikarenakan adanya
perubahan aliran darah di otak, dimana terjadi penurunan aliran darah
secara signifikan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aliran darah
di otak, antara lain :
Keadaan pembuluh darah; dapat menyempit akibat aterosklerosis
atau tersumbat oleh trombus atau embolus.
Keadaan darah; viskositas darah dan hematokrit yang meningkat
menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat, anemia yang berat
menyebabkan oksigenasi otak menurun.
6
Tekanan darah sistemik memegang peranan terhadap tekanan
perfusi otak.
Kelainan jantung; menyebabkan menurunnya curah jantung serta
lepasnya embolus yang menimbulkan iskemia otak.
Gambar 1. Gambaran CT-scan otak normal dan otak yang mengalami stroke iskemik
(Sumber: Gofir, 2009)
B. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik pada dasarnya terjadi akibat pembuluh darah intra
serebrum yang mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang
subarachnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Sebagian dari lesi vascular
yang dapat menyebabkan perdarahan subarachnoid (PSA) adalah aneurisma
sakular (Berry) dan malformasi arterivenosus (MAV).
Gambaran patofisiologi pada otak menunjukkan ekstravasasi darah karena
robeknya pembuluh darah otak di ikuti pembentukan edema dalam jaringan otak
7
di sekitar hematom. Akibatnya terjadi diskontuinitas jaringan dan kompresi oleh
hematom dan edema pada struktur sekitar dan menyempitkannya.
A B
Gambar 2. Gambaran CT-scan (A) stroke perdarahan subarakhnoid/PSA dan (B) stroke perdarahan intraserebral/PIS (Sumber: Anwar, 2008)
Gejala klinis Stroke hemoragik Stroke iskemikDefisit lokal Berat ringanOnset menit/jam jam/hariNyeri kepala Hebat ringanMuntah Sering tidak adaHipertensi sering pada PSA ; jarang
pada PISsering kali
Penurunan kesadaran Ada tidak adaKaku kuduk Jarang tidak adaHemiparesis Tidak ada diawal pada PSA ;
sering dari awal pada PISsering dari awal
Gangguan bicara jarang pada PSA ; ada pada PIS
sering
Cairan otak Berdarah jernihParesis ada pada PSA ; tidak pada
PIStidak ada
Tabel 1. Gejala klinis stroke (Sumber: Israr, 2008)
8
Dari masing-masing gejala klinisnya dapat diambil kesimpulan bahwa
adanya hubungan antara patofisiologi masing-masing stroke yang terjadi pada
otak menimbulkan beberapa tanda gejala klinis dominan yang berbeda sehingga
dapat dianalisa secara diskriptip analitik dengan statistik yang sesuai dan
dimasukkan ke tabel distribusi dan dianalisa, dan ditemukan model skoring untuk
mendiagnosa stroke yang terkenal diantaranya adalah Siriraj Stroke Score, Guy’s
Hospital Score dan Greek Stroke Score.
Di sisi lain, diagnosis baku emas (gold standard) stroke adalah dengan
menggunakan CT scan untuk membedakan infark dengan perdarahan dan MRI
lebih sensitif dari CT scan dalam mendeteksi infark serebri dan infark batang
otak. Pilihan CT scan daripada MRI dikarenakan CT scan praktis, cepat
(beberapa menit untuk memeriksa otak), tersedia luas, mudah digunakan pada
pasien gawat, biaya lebih murah, akurat dalam mengidentifikasi perdarahan
intrakranial secepatnya setelah perdarahan tersebut terjadi dan penting untuk
gambaran yang dicurigai stroke hemoragik subarachnoid. Sedangkan,
penggunaan MRI jika penilaian awal diperlukan untuk kondisi yang terlewatkan
oleh CT scan seperti infark vertebrobasiler, oklusi sinus venosus, hematoma
serebral, namun tidak semua rumah sakit di Indonesia memiliki alat tersebut.
Untuk itu ada skor diagnosis stroke yang dapat digunakan utnuk membedakan
stroke hemoragik dan stroke iskemik.
9
2.2. Macam-macam Skor Diagnosis Stroke
2.2.1. Siriraj Stroke Score
Siriraj Stroke Score sebagai skor diagnosis stroke telah dipakai di
Thailand sejak 1986 yang didapatkan dari hasil tanya jawab 5 variabel gejala
klinis umum penyakit stroke yaitu tingkat kesadaran, muntah, sakit kepala,
tekanan diastolik, dan petanda atheroma kepada populasi penderita stroke dan
dikembangkan dan disederhanakan konstantanya sehingga didapatkan Siriraj
Stroke Score yang lebih sederhana dan akurat. Studi yang membuktikan bahwa
skor ini dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan dan terdokumentasi dengan baik dilakukan di Siriraj Hospital
Medical School, Mahidol University, Bangkok, Thailand tahun 1987-1988
(Poungvarin, 1991).
Siriraj Stroke Score= (2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x sakit kepala) + (0,1 x tekanan darah diastolik) – (3 x petanda atheroma) – 12.
Kesadaran : Sadar = 0 Mengantuk, stupor = 1 Koma = 2Muntah : Tidak = 0 Ya = 1Sakit kepala : Tidak = 0 Ya = 1Petanda atheroma : Tidak = 0 1 atau lebih petanda atheroma = 1
Total skor :Skor > 1 : perdarahan otakSkor -1 sampai 1 : ragu-raguSkor < -1: infark otak
Tabel 2. Siriraj Stroke Score (Sumber: Israr, 2008)
10
Hasil menunjukkan bahwa tingkat sensitifitas untuk stroke hemoragik
sebesar 89,3% sedangkan untuk stroke iskemik sebesar 93,2% serta spesifisitas
sebesar 90,3% (Poungvarin, 1991).
2.2.2. Guy’s Hospital Score
Guy’s Hospital Score biasa dikenal juga dengan Allen Score sebagai skor
diagnosis stroke telah dipakai di Eropa sejak dulu yang didapatkan dari hasil
tanya jawab 13 variabel gejala klinis umum penyakit stroke yaitu tingkat
kesadaran, refleks babinski, permulaan serangan, tekanan diastolik, penyakit
katub aorta, gagal jantung, kardiomiopati, fibrilasi atrial, rasio kardio-thorak,
adanya infark jantung, adanya angina/klaudiksaio/diabetes, adanya TIA/stroke
sebelumnya, dan riwayat hipertensi kepada populasi penderita stroke. Studi yang
membuktikan bahwa skor ini dapat memberikan hasil yang konsisten sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan (Israr, 2008).
Guy’s Hospital Score1. Derajat kesadaran 24 jam setelah MRS ( Mengantuk + 7.3;Tak dapat dibangunkan +
14.6)2. Babinski bilateral + 7.13. Permulaan serangan
Sakit kepala dalam 2 jam setelah serangan atau kaku kuduk: + 21.94. Tekanan darah diastolik setelah 24 jam + (tekanan darah diastolik x 0.17)5. Penyakit katub aorta/mitral – 4.36. Gagal jantung – 4.37. Kardiomiopati – 4.38. Fibrilasi atrial – 4.39. Rasio kardio-torasik > 0.5 (pada x-foto toraks) – 4.310. Infark jantung (dalam 6 bulan) – 4.311. Angina, klaudiksaio atau diabetes – 3.712. TIA atau stroke sebelumnya – 6.713. Anamnesis adanya hipertensi – 4.1
Total skor :Skor : < + 25 : infark (stroke non hemoragik)
> + - 5 : perdarahan (stroke hemoragik)+ 14 : kemungkinan infark dan perdarahan 1 : 1< + 4 : kemungkinan perdarahan 10%
Tabel 3. Guy’s Hospital Score (Sumber: Israr, 2008)
11
Hasil menunjukkan bahwa tingkat sensitifitas untuk stroke hemoragik
sebesar 81-88% sedangkan untuk stroke iskemik sebesar 76-82% serta
spesifisitas sebesar 76-82% (Israr, 2008).
2.2.3. Greek Stroke Score
Skor ini diperkenalkan di Yunani dan merupakan skor diagnosis stroke
termuda yang digunakan dibandingkan dua skor diatas. Hasil tanya jawab 4
variabel gejala klinis umum penyakit stroke yaitu tingkat disorientasi saraf,
muntah, jumlah leukosit, dan tingkat kesadaran kepada populasi penderita stroke
merupakan metode dari skor ini. Studi yang membuktikan bahwa skor ini dapat
memberikan hasil yang konsisten sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan
dan terdokumentasi dengan baik dilakukan di Departemen Kesehatan dan
Neurologi Kairo dan Universitas Kedokteran Zagazig (Sheta, 2012).
Greek Stroke Score1. Disorientasi neurologi selama 3 jam perawatan = 62. Muntah = 43. Leukosit >12000 = 44. Penurunan tingkat kesadaran = 3
Total skor : Skor <= 3 : infark
Skor 4-10 : ragu-ragu Skor >= 11 : perdarahan
Tabel 4. Greek stroke score (Sumber: Sheta, 2012)
Hasil menunjukkan bahwa untuk stroke hemoragik tingkat sensitifitas
sebesar 87,5%; tingkat spesifisitas 89,3% sedangkan untuk stroke iskemik tingkat
sensitifitas sebesar 66,7%; tingkat spesifisitas 77,8% (Sheta, 2012).
12
2.3. Perbandingan Siriraj Stroke Score, Guy’s Hospital Score dan Greek
Stroke Score Sebagai Alat Diagnosis
Tiap skor diagnosis stroke diatas tentu memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Hal tersebut memberikan perbandingan yang
signifikan sehingga diperlukan kejelian dari para dokter dalam memilih
penggunaan skor diagnosis stroke yang tepat diantara ke tiga skor yang ada.
Maka perlu di ketahui berbagai segi perbandingannya sebagai alat diagnosis
stroke yang tepat untuk digunakan di Indonesia terutama pada pelayanan
kesehatan primer yang tersebar di berbagai Kecamatan.
Siriraj Stroke Score Guy’s Hospital Score Greek Stroke Score
Jumlah variabel 5 variabel 15 variabel 4 variabelPenjumlahan total skor
Rumus Jumlah nilai positif negatif
Jumlah nilai positif
Sampel pertama kali Thailand Eropa YunaniSpesifisitas 90,3% 76-82% 89,3%Sensitifitas 89,3% 81-88% 66,7-87,5%
Tabel 5. Perbandingan skor diagnosis stroke
Pertama, dari segi jumlah variabel yang ditanyakan kepada pasien; Siriraj
Stroke Score menggunakan 5 variabel gejala klinis umum penyakit stroke yaitu
tingkat kesadaran, muntah, sakit kepala, tekanan diastolik, dan petanda atheroma;
Guy’s Hospital Score menggunakan 13 variabel gejala klinis umum penyakit
stroke yaitu tingkat kesadaran, refleks babinski, permulaan serangan, tekanan
diastolik, penyakit katub aorta, gagal jantung, kardiomiopati, fibrilasi atrial, rasio
kardio-thorak, adanya infark jantung, adanya angina/klaudiksaio/diabetes, adanya
TIA/stroke sebelumnya, dan riwayat hipertensi kepada populasi penderita stroke;
Greek Stroke Score menggunakan 4 variabel gejala klinis umum penyakit stroke
yaitu tingkat disorientasi saraf, muntah, jumlah leukosit, dan tingkat kesadaran;
13
semakin sedikit variabel yang ditanyakan akan semakin mudah dalam
pengaplikasian skor diagnosis stroke pada pasien maka Greek Stroke Score akan
menjadi pilihan utama dengan hanya 4 variabel, kemudian Siriraj Stroke Score
dengan 5 variabel lalu terakhir Guy’s Hospital Score dengan 13 variabel.
Kedua, dari segi penjumlahan total skor; Siriraj Stroke Score
menggunakan rumus; Guy’s Hospital Score menggunakan penjumlahan nilai
negatif positif; Greek Stroke Score menggunakan penjumlahan nilai positif;
penggunaan rumus tentu akan membutuhkan waktu lebih lama dalam
menjumlahkan total skor yang dicari dibandingkan penjumlahan nilai secara
langsung, namun penjumlahan nilai negatif positif tentu juga merepotkan dan
dibutuhkan ketelitian yang lebih daripada penjumlahan nilai positif saja maka
Greek Stroke Score akan menjadi pilihan utama dengan hanya penjumlahan nilai
positif, kemudian Guy’s Hospital Score dengan penjumlahan nilai negatif positif
dan terakhir Siriraj Stroke Score dengan penggunaan rumus.
Ketiga, dari segi populasi yang digunakan pertama kali; Siriraj Stroke
Score pertama kali dipakai di Thailand dan menggunakan populasi penderita
stroke orang Thailand lokal; Guy’s Hospital Score pertama kali dipakai di Eropa
dan menggunakan populasi penderita stroke orang Eropa; Greek Stroke Score
pertama kali dipakai di Yunani dan menggunakan populasi penderita stroke orang
Yunani lokal; terdapat berbagai macam ras yang tersebar di dunia membawa
keanekaragaman gen sehingga tidak dapat dijadikan satu patokan untuk membuat
suatu diagnosis bekerja pada seluruh ras yang ada. Untuk di Indonesia sendiri
tentu saja ras yang mendekati adalah sesama penduduk Asia Tenggara yaitu
penduduk Thailand maka Siriraj Stroke Score akan menjadi pilihan utama karena
14
menggunakan ras yang hampir sama dengan penduduk Indonesia, kemudian
Guy’s Hospital Score dan Greek Stroke Score menjadi pilihan terakhir karena
perbedaan ras yang cukup jauh dengan penduduk Indonesia.
Keempat, dari segi spesifisitas; Siriraj Stroke Score memiliki tingkat
spesifisitas sebesar 90,3% dalam mendeteksi stroke; Guy’s Hospital Score
memiliki tingkat spesifisitas sebesar 76-82% dalam mendeteksi stroke; Greek
Stroke Score memiliki tingkat spesifisitas sebesar 89,3% untuk stroke hemoragik
sedangkan untuk stroke iskemik tingkat spesifisitas sebesar 77,8%; spesifisitas
merupakan indikator seberapa besar masing-masing skor diagnosis stroke
tersebut dapat membedakan stroke, maka Siriraj Stroke Score akan menjadi
pilihan utama dengan tingkat spesifisitas tertinggi sebesar 90,3%, kemudian
Greek Stroke Score dengan tingkat spesifisitas sebesar 77,8%-89,3% dan terakhir
Guy’s Hospital Score dengan tingkat spesifisitas sebesar 76-82%.
Kelima, dari segi sensitifitas; Siriraj Stroke Score tingkat sensitifitas
untuk stroke hemoragik sebesar 89,3%; Guy’s Hospital Score tingkat sensitifitas
untuk stroke hemoragik sebesar 81-88%; Greek Stroke Score untuk stroke
hemoragik tingkat sensitifitas sebesar 87,5% sedangkan untuk stroke iskemik
tingkat sensitifitas sebesar 66,7%; sensitifitas merupakan indikator seberapa besar
masing-masing skor diagnosis stroke tersebut dapat mendeteksi adanya stroke
stroke pada pasien, maka Siriraj Stroke Score akan menjadi pilihan utama dengan
tingkat sensitifitas tertinggi sebesar 89,3%, kemudian Greek Stroke Score dengan
tingkat sensitifitas sebesar 81%-88% dan terakhir Guy’s Hospital Score dengan
tingkat sensitifitas sebesar 66,7%-87,5%.
15
BAB III
PENENTUAN DIAGNOSIS PENYAKIT STROKE MENGGUNAKAN
SKOR DIAGNOSIS STROKE DITINJAU DARI ISLAM
3.1 Penyakit Stroke Ditinjau Dari Islam
Setiap umat manusia yang mengetahui bahwa dalam dirinya mengidap
suatu penyakit terutama penyakit stroke, sudah pasti akan mengalami
ketidakseimbangan jiwa dan cara berpikir bahkan berlanjut pada menyalahkan
pihak lain. Dalam kondisi ini sebagai umat muslim yang beriman kepada Allah
SWT dalam mencari solusi atas permasalahan harus berpegang pada al-Qur’an
dan hadits yang bersandar kepada Allah SWT dan Rasul. Bagi umat muslim
dalam kondisi apapun selayaknya memelihara kehidupan sejalan dengan tujuan
utama dari ilmu kedokteran dan kesehatan, yakni untuk mempertahankan
kehidupan. Namun demikian, harus diyakinkan bahwa pengobatan tidak berarti
menunda kematian, sebab kematian merupakan takdir Allah SWT, tetapi hanya
sebatas mempertahankan kualitas hidup (Zuhroni, 2010).
Berbagai upaya menjaga kesehatan atau kehidupan dengan menjaga
nutrisi yang dikonsumsi, mencegah penyakit, menjaga kesehatan, berobat,
merehabilitasi, dan lain-lain semata-mata untuk tujuan tersebut (Zuhroni, 2010).
Kemashlahatan yang ingin dituju dan diciptakan dalam syariat Islam meliputi
“lima pemeliharaan yang paling urgen (al-Kulliyyat al-Khams)”. Lima
kemashlahatan tersebut disebut al-Dharuriyyat al-Khams. Dharuriyyah adalah
16
sesuatu yang harus dibangun/ditegakkan dalam rangka menciptakan
kemashlahatan agama dan dunia, jika tidak ada maka bangunan kemashlahatan
dunia tidak tercipta secara stabil, justru akan terjadi kerusakan atau kehancuran
atau mengancam kehidupan, di sisi lain ketiadaannya akan menjadikannya
kehilangan kenikmatan dan keselamatan serta akan kembali mendapatkan
kerugian yang nyata. Imam al-Syathibi menyebutkan lima kemashlahatan
tersebut meliputi:
1. Hifzh al-Din (memelihara agama)
2. Hifzh al-Nafs (memelihara jiwa)
3. Hifzh al-Nasl (memelihara keturunan)
4. Hifzh al-‘Aql (memelihara akal)
5. Hifzh al-Mal (memelihara harta) (Zuhroni, 2010).
Dilihat dari segi kepentingannya, cara untuk memelihara lima
kepentingan tersebut dibagi atas tiga peringkat, yaitu:
1. Al-Dlaruriyyah (kebutuhan primer) adalah segala sesuatu yang tidak
dapat ditinggalkan dalam kehidupan keagamaan dan kehidupan manusia.
2. Hajjiyah (kebutuhan sekunder) yaitu sesuatu yang dibutuhkan manusia
untuk menghindari kesempitan dan menolak kesulitan.
3. Tahsiniyyah (kebutuhan tertier) adalah kebutuhan yang menunjang
peningkatan martabat seorang dalam masyarakat dan di hadapan Tuhan
(Zuhroni, 2010).
Memelihara jiwa pada peringkat hajjiyah, seperti mengonsumsi makanan
secara seimbang dan proporsional, berolah raga, menjaga kesehatan, dan lain-
17
lain. Jika kegiatan itu diabaikan, tidak akan mengancam eksistensi jiwa manusia,
melainkan hanya mempersulit hidupnya (Zuhroni, 2010).
Karena sesuai firman Allah SWT:
… …
Artinya: “…dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan…” (QS. Al-Baqarah (2): 195)
Menurut ayat tersebut, Allah SWT melarang manusia membiarkan dirinya
binasa. Dan setiap orang yang sengaja menjatuhkan dirinya pada kebinasaan
sebagai orang kafir dan telah keluar dari agama Islam. Mereka akan mendapatkan
balasan neraka jahanam dan kekal di dalamnya (Qindil, 2008). Upaya yang
dilakukan penderita sebaiknya selalu menegakkan kemashlahatan jiwa (Hifzh al-
Nafs) dan masih memiliki keyakinan bahwa ada pertolongan agar dapat hidup
lebih nyaman, tidak terganggu oleh gejala-gejala penyakit ini.
3.2 Penentuan Diagnosis Penyakit Stroke Menggunakan Skor Diagnosis
Stroke Ditinjau Dari Islam
Islam tidak menentang ilmu pengetahuan yang bermanfaat, Islam justru
mendukung dan memuliakan para ilmuwan. Namun bila ilmu pengetahuan itu
membahayakan serta tidak mengandung manfaat atau lebih banyak mudharatnya
daripada manfaat, maka Islam mengharamkannya demi melindungi manusia dari
bahaya itu. Dalam qaidah fiqhiyah dijelaskan bahwa menolak mafsadah
(kerusakan) lebih didahulukan daripada mengambil mashlahat (Sarwat, 2011).
18
Artinya: “Menolak kerusakan didahulukan daripada menarik kemashlahatan”
Di dalam ajaran Islam, semua tindakan pengobatan terapi kesehatan dan
penggunaan metode pengobatan jika nyata-nyata bermanfaat maka hukumnya
boleh, dan jika membahayakan maka hukumnya haram berdasarkan kaidah fiqih
(Zuhroni, 2010):
Artinya: “(Hukum) asal atas sesuatu yang bermanfaat adalah boleh (ibahah)”
Artinya: “(Hukum) asal atas sesuatu yang membahayakan adalah dilarang dan yang bermanfaat boleh (ibahah)”
Prinsip yang dapat digunakan sebagai dalil dalam menjalankan
pemeriksaan ini yaitu prinsip kehalalan sesuatu, dimana asal segala sesuatu yang
datang dari Allah SWT adalah halal dan mubah. Tidak ada yang haram kecuali
apa yang disebutkan oleh nash yang shahih (Qardhawi, 2000).
19
Artinya: “Yang halal ialah apa yang dihalalkan Allah di dalam kitab-Nya, dan yang haram ialah apa yang diharamkan Allah di dalam kitab-Nya; sedang apa yang didiamkan oleh-Nya berarti dimaafkan untukmu” (HR. At Tirmidzi).
Pemeriksaan skor diagnosis stroke tidak mengandung unsur haram karena
pemeriksaan ini hanya terdiri atas tanya jawab ada tidaknya gejala klinis yang
dirasakan dan dicocokkan dengan tabel skor yang ada. Siriraj Stroke Score dari
segi agama Islam memiliki kelebihan dibandingkan dengan Guy’s Hospital Score
dan Greek Stroke Score dari segi kemudahan pengaplikasian karena selain Siriraj
Stroke Score, kedua skor lainnya membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti
foto rontgen thorak dan pemeriksaan darah.
Selain itu para dokter dan ahli laboratorium juga memberikan bukti teks
berupaya secara maksimal menggunakan akal dan pikir yang melekat pada diri
mereka guna perkembangan ilmu pengetahuan yang pada akhirnya bermanfaat
bagi masyarakat. Upaya yang terus-menerus dalam mencari solusi perbaikan
guna deteksi penyakit yang selanjutnya mengarah pada pengobatan penyakit,
telah secara jelas dianjurkan dalam Al-Qur’an dan hadits, seperti penegasan ayat
Al-Qur’an (Zuhroni, 2010):
20
Artinya: “Dan di bumi terdapat tanda bagi kaum yang berpikir. Dan dalam diri kalian, mengapa engkau tidak memperhatikannya.” (QS. Al-Dzariyat (51): 20-21)
Ayat di atas menekankan dorongan atau anjuran mencari ilmu
pengetahuan tentang segala hal. Dalam ayat yang umum dan khusus, terdapat
ajakan agar menggali, memikirkan, dan mencari tahu tentang berbagai hal
(Zuhroni, 2010). Dalam ajaran Islam, hal-hal yang berhubungan dengan mencari
obat, membuat obat, mendeteksi penyakit, dan belajar tentang ilmu yang
berhubungan dengan pengobatan, antara lain tersirat dalam pernyataan Nabi:
Artinya: Sahabat bertanya, Ya Rasulullah SAW, apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab: “Berobatlah, sebab, Allah tidak menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya” (HR. Ahmad).
Banyak hadits Nabi yang berisi anjuran bagi kaum Muslimin untuk
mencari ilmu, antara lain:
Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: “mencari ilmu wajib bagi setiap Muslim” (HR Ibnu Aday, al-Baihaqi, al-Thabarani, Ibnu Majah, Ibnu ‘Abd al-Barr).
Berbagai keterangan dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi mengisyaratkan
21
agar mencari inovasi dalam bidang kesehatan dan kedokteran yang pada
umumnya bersifat global dan bernilai sebagai anjuran atau ‘pancingan’ untuk
penggalian lebih jauh, mendalam, detail, dan rinci. Menyangkut soal teknis, maka
jabarannya diserahkan kepada upaya manusia itu sendiri, hal tersebut termasuk
bidang katagori duniawi, seperti diisyaratkan dalam hadits Nabi yang
menyatakan: “Kamu lebih mengetahui persoalanmu” (Zuhroni, 2010):
Artinya: Rasulullah SAW berkata: “Jika sesuatu itu menyangkut urusan dunia kalian maka kalianlah yang lebih mengetahui tetapi jika menyangkut urusan agama kalian maka itu kepadaku” (HR. Ahmad).
Disemangati oleh berbagai hadits tersebut, tercatat dalam sejarah, umat
Islam masa lalu telah berhasil menjelajahi berbagai ilmu, banyak di antara
mereka menjadi penemu atau pengembang disiplin ilmu pengetahuan, di
antaranya adalah berhubungan dengan ilmu kesehatan dan kedokteran (Zuhroni,
2010).
3.3 Perkiraan Kecacatan Atau Kematian Pada Penyakit Stroke Ditinjau
Dari Islam
Permasalahan kecacatan atau kematian umat manusia secara jelas
merupakan kehendak dari Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
22
Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”(QS. AlSyura (42): 49-50)
Kondisi ini merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT.
Sesungguhnya telah ditegaskan Allah sebagaimana disebutkan:
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekuranngan harta, jiwa dan buah-buahan; dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS. Al Baqarah (2): 155)
Semua peristiwa memiliki sebab termasuk dengan penyakit stroke ini.
Semua keberhasilan membutuhkan upaya konkrit dengan cara berikhtiar secara
optimal. Yang dimaksud adalah ikhtiar dan terus berusaha dan tidak lupa berdo’a
yang diperbolehkan oleh Allah SWT dan tidak bertentangan dengan syariat
(Asmayani, 2011). Ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan agar umat Islam
berdo’a kepada Allah SWT antara lain:
23
Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a apabila ia berdo’a kepada-Ku, maka hendaki mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah (2): 186)
Dalam pandangan Agama Islam, segala sesuatu diciptakan Allah dengan
ukurannya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan qadar.”Q.S. Al Qamar (54): 49).
Seperti pendapat ahli agama yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
raya ini dari sisi kejadiannya, dalam kadar/ukuran tertentu, pada tempat dan
waktu tertentu, itulah yang dinamai takdir. Manusia berada di bawah hukum-
hukum Allah SWT sehingga segala yang dilakukan pun tidak terlepas dari
hukum-hukum yang telah mempunyai kadar dan ukuran tertentu (Shihab, 2011).
Kecacatan atau kematian telah ditetapkan oleh Allah SWT sesuai takdir-
Nya. Takdir itu sendiri dibagi menjadi 2 yaitu takdir mubram yaitu takdir yang
tidak dapat dielakkan dan pasti terjadi sehingga manusia tidak mempunyai
kesempatan untuk menghindari dan takdir mu’allaq yaitu takdir yang
digantungkan pada ikhtiar seseorang atau usahanya, menurut kemampuan yang
ada pada manusia (Zuhroni, 2010). Menurut pengertian kedua takdir di atas,
maka kecacatan atau kematian termasuk takdir mubram karena hal tersebut sudah
ditetapkan Allah SWT dan tidak dapat diubah sebagaimana dijelaskan pada
firman Allah SWT :
24
Artinya: “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilikinya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka.Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia).” (Q.S. Al Qashash (28): 68)
Seorang mukmin yang bertaqwa kepada Allah SWT harus senantiasa
bersyukur, bersabar, berikhtiar, menerima dan tidak terlalu bersedih dalam
menghadapi cobaan-Nya sehingga lambat laun dapat tercipta ketenangan jiwa
dan sifat qana’ah dalam dirinya. Sesungguhnya segala sesuatu telah ditentukan
oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya:
Artinya: “Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pda dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauful Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah SWT. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira (1460) terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah SWT tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.”(Q.S. Al Hadid (57): 22-23)
25
BAB IV
KAITAN PANDANGAN ANTARA KEDOKTERAN DAN ISLAM
MENGENAI PENENTUAN DIAGNOSIS PENYAKIT STROKE
MENGGUNAKAN SKOR DIAGNOSIS STROKE
Pendapat ilmu kedokteran bahwa penyakit stroke adalah suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik
fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau langsung
menimbulkan kematian disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke
dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori utama yaitu, stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Penyakit stroke memiliki gejala klinis dominan (sakit kepala,
muntah, kesadaran menurun, tekanan sistol >=180).
Penggunaan CT-scan dan MRI merupakan pemeriksaan baku emas yang
sangat membantu klinis dalam menentukan lokasi dan volume lesi otak serta
untuk evaluasi, namun terkadang terdapat faktor-faktor yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan ini. Maka digunakan skor diagnosis
stroke yang sudah sering digunakan oleh para ahli yaitu Siriraj Stroke Score,
Guy’s Hospital Score dan Greek Stroke Score.
Pertama, dari segi jumlah variabel yang ditanyakan kepada pasien,
semakin sedikit variabel yang ditanyakan akan semakin mudah dalam
pengaplikasian skor diagnosis stroke pada pasien maka Greek Stroke Score akan
menjadi pilihan utama. Kedua, dari segi penjumlahan total skor, penggunaan
26
rumus tentu akan membutuhkan waktu lebih lama dalam menjumlahkan total
skor yang dicari dibandingkan penjumlahan nilai secara langsung, namun
penjumlahan nilai negatif positif tentu juga merepotkan dan dibutuhkan ketelitian
yang lebih daripada penjumlahan nilai positif saja maka Greek Stroke Score akan
menjadi pilihan utama. Ketiga, dari segi populasi yang digunakan pertama kali,
terdapat berbagai macam ras yang tersebar di dunia membawa keanekaragaman
gen sehingga tidak dapat dijadikan satu patokan untuk membuat suatu diagnosis
bekerja pada seluruh ras yang ada. Untuk di Indonesia sendiri tentu saja ras yang
mendekati adalah sesama penduduk Asia Tenggara yaitu penduduk Thailand
maka Siriraj Stroke Score akan menjadi pilihan utama. Keempat, dari segi
spesifisitas yang merupakan indikator seberapa besar masing-masing skor
diagnosis stroke tersebut dapat membedakan stroke, maka Siriraj Stroke Score
akan menjadi pilihan utama dengan tingkat spesifisitas tertinggi sebesar 90,3%,.
Kelima, dari segi sensitifitas yang merupakan indikator seberapa besar masing-
masing skor diagnosis stroke tersebut dapat mendeteksi adanya stroke stroke
pada pasien, maka Siriraj Stroke Score akan menjadi pilihan utama dengan
tingkat sensitifitas tertinggi sebesar 89,3%.
Bagi umat muslim dalam kondisi apapun selayaknya memelihara
kehidupan sejalan dengan tujuan utama dari ilmu kedokteran dan kesehatan,
yakni untuk mempertahankan kehidupan. Kemashlahatan yang ingin dituju dan
diciptakan dalam syariat Islam meliputi “lima pemeliharaan yang paling urgen
(al-Kulliyyat al-Khams)” yang disebut al-Dharuriyyat al-Khams dengan salah
satu diantaranya adalah Hifzh al-Nafs (memelihara jiwa). Dalam qaidah fiqhiyah
27
dijelaskan bahwa menolak mafsadah (kerusakan) lebih didahulukan daripada
mengambil mashlahat.
Upaya yang terus-menerus dalam mencari solusi perbaikan guna deteksi
penyakit yang selanjutnya mengarah pada pengobatan penyakit, telah secara jelas
dianjurkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Berbagai keterangan dalam Al-Qur’an
dan hadits Nabi mengisyaratkan agar mencari inovasi dalam bidang kesehatan
dan kedokteran. Semua keberhasilan membutuhkan upaya konkrit dengan cara
berikhtiar secara optimal. Yang dimaksud adalah ikhtiar dan terus berusaha dan
tidak lupa berdo’a yang diperbolehkan oleh Allah SWT dan tidak bertentangan
dengan syariat.
Semua peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam raya ini dari sisi
kejadiannya, dalam kadar/ukuran tertentu, pada tempat dan waktu tertentu, itulah
yang dinamai takdir. Tidak ada sesuatu tanpa takdir, termasuk manusia.
Peristiwa-peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan ketentuan Allah
SWT. Manusia berada di bawah hukum-hukum Allah SWT sehingga segala yang
dilakukan pun tidak terlepas dari hukum-hukum yang telah mempunyai kadar dan
ukuran tertentu. Takdir itu sendiri dibagi menjadi 2 yaitu takdir mubram yaitu
takdir yang tidak dapat dielakkan dan pasti terjadi sehingga manusia tidak
mempunyai kesempatan untuk menghindari dan takdir mu’allaq yaitu takdir yang
digantungkan pada ikhtiar seseorang atau usahanya, menurut kemampuan yang
ada pada manusia.
Menurut Islam penentuan diagnosis penyakit stroke dengan menggunakan
skor diagnosis stroke yang didasarkan atas patofisiologi penyakit tersebut
28
sehingga dapat dinilai dari gambaran klinis yang terdeteksi dini diperbolehkan
karena memberikan manfaat kepada masyarakat, khususnya bagi yang terdeteksi
penyakit tersebut. Penanganan dan pengobatan yang cepat dan akurat harus
dilaksanakan oleh para dokter ahli di bidangnya. Tindakan yang dilakukan ini
sesuai dengan kaidah fiqih “Hukum asal atas sesuatu yang membahayakan adalah
dilarang dan yang bermanfaat boleh (ibahah)”.
Hal ini sesuai dengan penggunaan skor diagnosis stroke yang tidak perlu
menggunakan alat CT-scan dan MRI untuk diagnosis awal sehingga dapat
dilakukan tanpa memindahkan pasien, tidak mengganggu stabilitas pasien, dapat
dilakukan berulang-ulang untuk evaluasi (tidak perlu terpapar sinar-x berulang)
dan tidak terlalu memberatkan ekonomi pasien. . Hal-hal yang membahayakan
adalah dilarang termasuk faktor resiko dalam penyakit stroke ini yaitu kebiasaan
merokok, makan berlebihan dan pola hidup yang tidak teratur. Allah SWT
memberikan cobaan sesuai dengan kemampuan umat-Nya sehingga diperlukan
semangat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan dengan berburuk
sangka kepada-Nya.
Para ahli sampai saat ini masih menggunakan skor diagnosis stroke dalam
menutupi halangan dalam penggunaan CT scan dan MRI dimana skor-skor ini
menggunakan prinsip patofisiologi yang menimbulkan gejala klinis pada
penderita sehingga dapat terlacak lebih dini. Pemeriksaan skor diagnosis stroke
jika dibandingkan dengan pemeriksaan CT scan dan MRI lebih hemat secara
ekonomi dan lebih mudah untuk dilakukan karena tidak memerlukan alat atau
keahlian khusus dan dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan darah
lainnya yang diperlukan dalam menegakkan diagnosis penyakit stroke.
29
Keterlambatan diagnosis dan penanganan penyakit stroke ini dapat
meningkatan angka kejadian kecacatan seperti kelumpuhan baik di wajah tangan
ataupun tungkai, lebih jauh lagi dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian
penyakit ini merupakan satu dari penyebab paling umum terjadinya kelumpuhan
ataupun kematian. Penyakit stroke itu sendiri merupakan takdir mu’allaq.
Termasuk takdir mu’allaq, karena sindroma ini dapat dicegah antara lain dengan
menerapkan gaya hidup yang baik, seperti berolahraga, tidak merokok dan
memakan makanan yang baik. Jika manusia telah melakukan itu semua dan tetap
terkena penyakit ini, maka dimasukkan dalam takdir mubram.
Dokter melakukan pemeriksaan serta terapi pengobatan berdasarkan
evidence based medicine yang dapat dipercaya manfaatnya. Hal ini merupakan
wujud bukti dari perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan kedokteran
yang telah dicapai oleh para dokter dan ahli dalam penelitian dan evaluasi yang
berulang-ulang dengan melibatkan beberapa dokter dan ahli selama bertahun-
tahun atas dasar ilmu dan pengetahuan serta profesionalisme yang rasional
sehingga dapat dibuktikan manfaatnya kepada masyarakat. Penentuan diagnosis
dengan menggunakan pemeriksaan selama itu bermanfaat dan menggunakan cara
yang halal maka diperbolehkan dalam Islam. Penentuan diagnosis menggunakan
skor diagnosis stroke ini lebih cepat dan tingkat keakuratannya cukup
memuaskan, hal ini memberikan dorongan serta semangat kepada pasien agar
tetap berikhtiar dan tawakal kepada Allah SWT.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Siriraj Stroke Score yang akan menjadi pilihan utama dalam
penggunaannya pada pelayanan kesehatan primer di Indonesia karena
memiliki beberapa keunggulan pada sampel yang pertama digunakan,
spesifisitas serta sensitifitas dibandingkan dengan Guy’s hospital Score
dan Greek Stroke Score.
2. Penggunaan Siriraj Stroke Score diperbolehkan sesuai syariat Islam dari
segi tidak membahayakan, tidak menggunakan cara ataupun alat yang
diharamkan, dan lebih mudah pengaplikasiannya dalam keadaan gawat
darurat untuk menyelamatkan nyawa seseorang.
5.2 Saran
1. Bagi dokter, diharapkan dokter dapat menjelaskan bahwa penggunaan
skor diagnosis stroke akan bermanfaat untuk mendiagnosis penyakit
stroke cukup efektif dan efisien.
2. Bagi keluarga dan penderita, dengan mengetahui menderita penyakit
stroke dari penggunaan skor diagnosis stroke diharapkan terus
melakukan kontrol terhadap perkembangan penyakit tersebut agar tidak
memperburuk tubuhnya dan agar menjalani hidup yang sehat.
3. Bagi masyarakat, diharapkan penggunaan skor diagnosis strokeuntuk
mendiagnosis penyakit stroke ini dapat menginspirasi masyarakat
khususnya para dokter dan ahli laboratorium untuk terus mengembangkan
31
ilmu pengetahuan khususnya bidang kesehatan demi kemajuan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahnya. 2004. Departemen Agama Republik Indonesia, Jakarta.
Ahmad B, 2009. Diabetes Mellitus And Stroke : The Pathobiogenesis. Dalam Makalah Lengkap Neurology UpDate 2009. Medan. Departemen Neurologi FK USU ; 97-114.
Anwar, Y. 2008. Stroke Hemoragik. Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara. Medan
Asmayani, N. 2011. Ya Allah, beri aku satu saja. Quntum Media, Jakarta.
Bahrudin, M. 2009. Model diagnostik Stroke Berdasarkan Gejala Klinis. Malang
Badam, P. 2003. Poor Accuracy of The Siriraj and Guy’s Hospital stroke Scores in Distingushing haemorrhagic from Ischaemic Stroke in a Rural, Tertiary Care Hospital. The National Medical Journal of India. Vol.16/No.1
Ganong, W. F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Gofir, A. 2009. Diagnosis Dini dan Penanganan Pertama Stroke. Fakultas Kedokteran UGM/RS Sardjito Yogyakarta.
Guyton, A and John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.
Israr, Y. 2008. Stroke. University of Riau. Pekanbaru
Jannis J, 2009. National policy of Stroke Prevention in Community. Dalam Makalah Lengkap Simposium Manajemen Terkini Stroke dan Komplikasi Menuju Kemandirian Hidup Penderita. Bukit tinggi.
Misbach J, 2001. Pattern Of hospitalized stroke Patient in ASEAN Countries an ASEAN Stroke Epidemiology Study. Med J Indones ; 10 : 48-56.
Poungvarin, N. 1991. Siriraj Stroke Score and Validation Study to Distinguish Supratentorial Intracerebral Haemorrhage from Infarction. Bangkok. BMJ 1991;302:1565-7
32
Price, S and Lorraine McCarty. 2006. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. EGC. Jakarta.
Qardhawi, Y. 2000. Halal dan Haram dalam Islam. Diunduh dari http://media.inset.org/islam/Qardhawi/Halal/index.html pada Minggu 17 Maret 2013.
Qindil, A M. 2008. Berobat dengan Al-Qur’an. Irsyad Baitus Salam, Bandung.
Reese, A. 1992. The Design and Automated Testing of an Expert System For the Differential Diagnosis of Acute Stroke. Montefiore Medical Center and the Albert Einstein college of Medicine. 0195-4210/91
Sacco RL, Adams R, Albers G, 2006. Guidelines for Prevention of Stroke in Patients With Ischemic stroke or Transient Ischemic Attack 2006. A Statement for Healthcare Professional From AHA/ASA. Stroke; 37 : 577-617.
Sandercock, P A. 1985. Clinical Diagnosis of Intracranial haemorrhage Using Guy’s Hospital Score. British Medical Journal.
Sarwat, A. 2011. Fiqih kontemporer. DU Center, Jakarta.
Setyopranoto, I. 2011. Stroke : Gejala dan Penatalaksanaan. Continuing Medical Education. Jakarta. CDK 185/Vol. 38 no.4
Sheta, Y. 2012. Accuracy of Clinical Sub-typing of Stroke in Comparasion to Radiological Evidence. British Journal of Science. Vol.6 (2)
Shihab, M Q. 2011. Membumikan Al-Qur’an jilid 2. Lentera Hati, Tangerang.
Soman, A. 2004. Greek Stroke Score, Siriraj Score and Allen Score in Clinical Diagnosis of Intracerebral hemorrhage and Infarct: Validation and Comparison Study. Indian Journal of Medical Sciences. Mumbai
Zuhroni, 2010. Pandangan Islam terhadap masalah kedokteran dan kesehatan. Universitas Yarsi, Jakarta.
Zuhroni. 2012. Hukum Islam terhadap berbagai masalah kedokteran dan kesehatan kontemporer. Universitas Yarsi, Jakarta.
33