stroke

30
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan serta merupakan satu dari tiga penyebab terbesar kematian di Amerika Serikat, termasuk di banyak negara lainnya di dunia, setelah penyakit jantung dan kanker. Hampir ¾ juta individu di Amerika Serikat mengalami stroke setiap tahunnya dan dari jumlah tersebut sebanyak 150.000 orang (90.000 wanita dan 60.000 pria) meninggal akibat stroke. Sekitar 1,5 juta penduduk di Cina meninggal setiap tahunnya akibat stroke (Ali M dkk, 2007; Sacco dkk, 2000; Caplan, 2000). Insiden stroke bervariasi di berbagai negara Eropa, diperkirakan terdapat 100-200 kasus stroke baru per 100.000 penduduk per tahun (Hacke dkk, 2003). Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, dengan 4,8 juta penderita yang bertahan hidup (Goldstein dkk, 2006). Di Amerika Selatan rata-rata insiden stroke pertahun 0, 35-1,83 per 1000 penduduk (Saposnik, 2003). Di antara penduduk asli Amerika, Indian/ Alaska yang berumur diatas usia 18 tahun, 5,1% mengalami stroke. Diantara orang Amerika yang berkulit hitam atau Afrika angkanya 3,2% pada mereka yang berkulit putih 2,5% dan pada orang-orang Asia 2,4%. Prevalensi silent infark serebri diantara umur 55-64 tahun kira-kira 11%. Prevalensi ini meningkat menjadi 22% diantara umur 65-69 tahun, 28%

Upload: kokorostu-mastemamma

Post on 05-Dec-2014

57 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan serta merupakan satu dari

tiga penyebab terbesar kematian di Amerika Serikat, termasuk di banyak negara lainnya

di dunia, setelah penyakit jantung dan kanker. Hampir ¾ juta individu di Amerika Serikat

mengalami stroke setiap tahunnya dan dari jumlah tersebut sebanyak 150.000 orang

(90.000 wanita dan 60.000 pria) meninggal akibat stroke. Sekitar 1,5 juta penduduk di

Cina meninggal setiap tahunnya akibat stroke (Ali M dkk, 2007; Sacco dkk, 2000;

Caplan, 2000).

Insiden stroke bervariasi di berbagai negara Eropa, diperkirakan terdapat 100-200

kasus stroke baru per 100.000 penduduk per tahun (Hacke dkk, 2003). Di Amerika

diperkirakan terdapat lebih dari 700.000 insiden stroke per tahun, dengan 4,8 juta

penderita yang bertahan hidup (Goldstein dkk, 2006). Di Amerika Selatan rata-rata

insiden stroke pertahun 0, 35-1,83 per 1000 penduduk (Saposnik, 2003). Di antara

penduduk asli Amerika, Indian/ Alaska yang berumur diatas usia 18 tahun, 5,1%

mengalami stroke. Diantara orang Amerika yang berkulit hitam atau Afrika angkanya

3,2% pada mereka yang berkulit putih 2,5% dan pada orang-orang Asia 2,4%. Prevalensi

silent infark serebri diantara umur 55-64 tahun kira-kira 11%. Prevalensi ini meningkat

menjadi 22% diantara umur 65-69 tahun, 28% diantara umur 70-74 tahun, 32% diantara

umur 75-79 tahun, 40% diantara umur 80-85 tahun dan 43% pada umur diatas 85 tahun.

Bila angka ini digunakan pada tahun 1998 pada perkiraan populasi di Amerika maka

diperkirakan 13 juta penduduk mengalami silent stroke. (Rosamond dkk, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh oleh Machfoed di beberapa rumah sakit di

Surabaya diperoleh data bahwa dari 1.397 pasien yang didiagnosa dengan stroke, 808

pria dan 589 wanita. Sebanyak 1001 (71,73%) pasien adalah stroke iskemik dan 396

(28,27%) adalah stroke hemoragik. Umur rata-rata untuk semua pasien stroke adalah

76,43 tahun dengan umur rata-rata untuk pasien stroke iskemik 77,43 tahun dengan umur

rata-rata untuk pasien stroke iskemik 77,43 tahun dan 75,21 tahun untuk stroke

hemoragik (Machfoed, 2003). Meskipun dapat mengenai semua usia, insiden stroke

meningkat dengan bertambahnya usia dan terjadi lebih banyak pada wanita usia muda

tetapi tidak pada usia yang lebih tua (Misbach, 1999).

Penyakit serebrovaskuler (CVD) atau stroke yag menyerang kelompok usia diatas

usia 40 tahun adalah setiap kelainan otak akibat proses patologi pada sistem pembuluh

darah otak. Proses ini dapat disebabkan penyumbatan lumen pembuluh darah oleh

trombosis dan emboli, pecahnya dinding pembuluh darah dan perubahan viskositas

maupun kualitas darah sendiri. Perubahan dinding pembuluh darah otak serta komponen

lainnya dapat bersifat primer karena kelainan kongenital maupun degeneratif atau akibat

proses lain seperti peradangan, atherosclerosis, hipertensi, dan diabetes mellitus

(Misbach, 1999).

Stroke menjadi penyebab kecacatan utama diantara semua orang dewasa dan

kecacatan yang memerlukan fasilitas perawatan jangka panjang diantara populasi usia

dan merupakan penyebab utama gangguan fungsional dengan 20% penderita yang masuh

bertahan hidup memerlukan perawatan institusi setelah 3 bulan dan 15% sampai 30%

menjadi cacat permanen. Stroke juga merupakan kejadian yang dapat merubah kehidupan

yang tidak hanya mengenai seseorang yang dapat menjadi cacat tetapi juga seluruh

keluarga dan pengasuh yang lain (Johnson dan Kubal, 1999; Ropper dan Brown, 2005;

Gilroy, 2000; Hacke, 2003; Goldstein dkk, 2006).

BAB II

TINJAUAN TEORI

I. STROKE

A. PENGERTIAN

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya terjadi

karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Hal ini disebabkan gangguan

aliran darah pada pembuluh darah otak, mungkin karena aliran yang terlalu perlahan, atau

karena aliran yang terlalu kencang sehingga pecah (perdarahan), akhirnya sel-sel otak

yang diurus oleh pembuluh darah tersebut mati ( Yatim F, 2005 ).

Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi

otak fokal atau global, dengan gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih

atau menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler

(WHO, 2005).

Sroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus di tangani

secara tepat dan cepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak

yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada

siapa saja dan kapan saja. (Muttaqin, 2008)

Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagian sel-sel otak mengalami

kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah

di otak. Aliran darah yang terhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga

terhenti, sehingga sebagian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya ( Utami P,

2009 ).

Berdasarkan atas jenisnya, stroke dibagi menjadi :

1. Stroke Iskemik / Non Hemorogik

Stroke iskemik terjadi karena aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis atau

bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah.

2. Stroke Hemorogik

Diakibatkan karena pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang

normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.

( Fatimah Detty N, 2009 )

B. ETIOLOGI

Banyak kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stroke, tetapi pada awalnya adalah dari

pengerasan arteri atau yang disebut juga sebagai arteriosklerosis. Karena arteriosklerosis

merupakan gaya hidup modern yang penuh stress, pola makan tinggi lemak, dan kurang

berolahraga. Ketiganya sebenarnya tergolong dalam faktor risiko yang dapat

dikendalikan. Selain itu, ada pula faktor-faktor lain yang tidak dapat dikendalikan, yaitu

antara lain :

1. Faktor Risiko Tidak Terkendali

a. Usia

Semakin bertambah tua usia, semakin tinggi risikonya. Setelah berusia 55 tahun,

risikonya berlipat ganda setiap kurun waktu sepuluh tahun. Dua pertiga dari

semua serangan stroke terjadi pada orang yang berusia di atas 65 tahun. Tetapi,

itu tidak berarti bahwa stroke hanya terjadi pada orang lanjut usia karena stroke

dapat menyerang semua kelompok umur.

b. Jenis kelamin

Pria lebih berisiko terkena stroke daripada wanita, tetapi penelitian menyimpulkan

bahwa justru lebih banyak wanita yang meninggal karena stroke. Risiko stroke

pria 1,25 lebih tinggi daripada wanita, tetapi serangan stroke pada pria terjadi di

usia lebih muda sehingga tingkat kelangsungan hidup juga lebih tinggi. Dengan

perkataan lain, walau lebih jarang terkena stroke, pada umumnya wanita terserang

pada usia lebih tua, sehingga kemungkinan meninggal lebih besar.

c. Keturunan-sejarah stroke dalam keluarga

Nampaknya, stroke terkait dengan keturunan. Faktor genetik yang sangat

berperan antara lain adalah tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan

cacat pada bentuk pembuluh darah. Gaya hidup dan pola suatu keluarga juga

dapat mendukung risiko stroke. Cacat pada bentuk pembuluh darah (cadasil)

mungkin merupakan faktor genetik yang paling berpengaruh dibandingkan faktor

risiko stroke yang lain.

d. Ras dan etnik

2. Faktor Risiko Terkendali

a. Hipertensi

Hipertensi (tekanan darah tinggi) merupakan faktor risiko utama yang

menyebabkan pengerasan dan penyumbatan arteri. Penderita hipertensi memiliki

faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa

hipertensi dan sekitar 40 hingga 90 persen pasien stroke ternyata menderita

hipertensi sebelum terkena stroke. Secara medis, tekanan darah di atas 140—90

tergolong dalam penyakit hipertensi. Oleh karena dampak hipertensi pada

keseluruhan risiko stroke menurun seiring dengan pertambahan umur, pada orang

lanjut usia, faktor-faktor lain di luar hipertensi berperan lebih besar terhadap

risiko stroke. Pada orang yang tidak menderita hipertensi, risiko stroke meningkat

terus hingga usia 90, menyamai risiko stroke pada orang yang menderita

hipertensi. Sejumlah penelitian menunjukkan obat-obatan anti hipertensi dapat

mengurangi risiko stroke sebesar 38 persen dan pengurangan angka kematian

karena stroke sebesar 40 persen.

b. Penyakit Jantung

Setelah hipertensi, faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung, terutama

penyakit yang disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut

jantung yang tidak teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini

mencapai empat kali lebih cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini

menyebabkan aliran darah menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi

pembentukan gumpalan darah. Gumpalangumpalan inilah yang kemudian dapat

mencapai otak dan menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas 80

tahun, atrial fibrilation merupakan penyebab utama kematian pada satu di antara

empat kasus stroke. Faktor lain dapat terjadi pada pelaksanaan operasi jantung

yang berupaya memperbaiki cacat bentuk jantung atau penyakit jantung. Tanpa

diduga, plak dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu hanyut

mengikuti aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian menyebabkan stroke.

c. Diabetes

Penderita diabetes memiliki risiko tiga kali lipat terkena stroke dan mencapai

tingkat tertinggi pada usia 50-60 tahun. Setelah itu, risiko tersebut akan menurun.

Namun, ada factor penyebab lain yang dapat memperbesar risiko stroke karena

sekitar 40 persen penderita diabetes pada umumnya juga mengidap hipertensi.

d. Kadar kolesterol darah

Penelitian menunjukkan bahwa makanan kaya lemak jenuh dan kolesterol seperti

daging, telur, dan produk susu dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam tubuh

dan berpengaruh pada risiko aterosklerosis dan penebalan pembuluh. Kadar

kolesterol di bawah 200 mg/dl dianggap aman, sedangkan di atas 240 mg/dl sudah

berbahaya dan menempatkan seseorang pada risiko terkena penyakit jantung dan

stroke. Memperbaiki tingkat kolesterol dengan menu makan yang sehat dan

olahraga yang teratur dapat menurunkan risiko aterosklerosis dan stroke. Dalam

kasus tertentu, dokter dapat memberikan obat untuk menurunkan kolesterol.

e. Merokok

Merokok merupakan faktor risiko stroke yang sebenarnya paling mudah diubah.

Perokok berat menghadapi risiko lebih besar dibandingkan perokok ringan.

Merokok hampir melipatgandakan risiko stroke iskemik, terlepas dari faktor

risiko yang lain, dan dapat juga meningkatkan risiko subaraknoid hemoragik

hingga 3,5 persen. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke, yang lebih

banyak terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia tengah baya atau lebih tua.

Sesungguhnya, risiko stroke menurun dengan seketika setelah berhenti merokok

dan terlihat jelas dalam periode 2-4 tahun setelah berhenti merokok. Perlu

diketahui bahwa merokok memicu produksi fibrinogen (faktor penggumpal darah)

lebih banyak sehingga merangsang timbulnya aterosklerosis. Pada pasien

perokok, kerusakan yang diakibatkan stroke jauh lebih parah karena dinding

bagian dalam (endothelial) pada sistem pembuluh darah otak (serebrovaskular)

biasanya sudah menjadi lemah. Ini menyebabkan kerusakan yang lebih besar lagi

pada otak sebagai akibat bila terjadi stroke tahap kedua.

f. Alkohol berlebih

Secara umum, peningkatan konsumsi alkohol meningkatkan tekanan darah

sehingga memperbesar risiko stroke, baik yang iskemik maupun hemoragik.

Tetapi, konsumsi alkohol yang tidak berlebihan dapat mengurangi daya

penggumpalan platelet dalam darah, seperti halnya asnirin. Dengan demikian,

konsumsi alkohol yang cukup justru dianggap dapat melindungi tubuh dari

bahaya stroke iskemik. Pada edisi 18 November, 2000 dari The New England

Journal of Medicine, dilaporkan bahwa Physicians Health Study memantau

22.000 pria yang selama rata-rata 12 tahun mengkonsumsi alcohol satu kali

sehari. Ternyata, hasilnya menunjukkan adanya penurunan risiko stroke secara

menyeluruh. Klaus Berger M.D. dari Brigham and Women’s Hospital di Boston

beserta rekan-rekan juga menemukan bahwa manfaat ini masih terlihat pada

konsumsi seminggu satu minuman. Walaupun demikian, disiplin menggunakan

manfaat alkohol dalam konsumsi cukup sulit dikendalikan dan efek samping

alkohol justru lebih berbahaya. Lagipula, penelitian lain menyimpulkan bahwa

konsumsi alkohol secara berlebihan dapat mempengaruhi jumlah platelet sehingga

mempengaruhi kekentalan dan penggumpalan darah, yang menjurus ke

pendarahan di otak serta memperbesar risiko stroke iskemik.

g. Obat-obatan terlarang

Penggunaan obat-obatan terlarang seperti kokain dan senyawa olahannya dapat

menyebabkan stroke, di samping memicu faktor risiko yang lain seperti

hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit pembuluh darah. Kokain juga

meyebabkan gangguan denyut jantung (arrythmias) atau denyut jantung jadi lebih

cepat. Masing-masing menyebabkan pembentukan gumpalan darah. Marijuana

mengurangi tekanan darah dan bila berinteraksi dengan faktor risiko lain, seperti

hipertensi dan merokok, akan menyebabkan tekanan darah naik turun dengan

cepat. Keadaan ini pun punya potensi merusak pembuluh darah.

h. Cedera kepala dan leher

Cedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapat menyebabkan pendarahan di

dalam otak dan menyebabkan kerusakan yang sama seperti pada stroke

hemoragik. Cedera pada leher, bila terkait dengan robeknya tulang punggung atau

pembuluh karotid akibat peregangan atau pemutaran leher secara berlebihan atau

adanya tekanan pada pembuluh merupakan penyebab stroke yang cukup berperan,

terutama pada orang dewasa usia muda.

i. Infeksi

Infeksi virus maupun bakteri dapat bergabung dengan factor risiko lain dan

membentuk risiko terjadinya stroke. Secara alami, sistem kekebalan tubuh

biasanya melakukan perlawananan terhadap infeksi dalam bentuk meningkatkan

peradangan dan sifat penangkalan infeksi pada darah. Sayangnya, reaksi

kekebalan ini juga meningkatkan faktor penggumpalan dalam darah yang memicu

risiko stroke embolik-iskemik ( Yuli Saraswati, 2008 ).

C. PATOFISIOLOGI

Infark regional kortikal, subkortikal ataupun infark regional di batang otak terjadi karena

kawasan perdarahan suatu arteri tidak/kurang mendapat jatah darah lagi. Jatah darah tidak

disampaikan ke daerah tersebut. Lesia yang terjadi dinamakan infark iskemik jika arteri

tersumbat dan infark hemoragik jika arteri pecah. Maka dari itu “Stroke” dapat dibagi

dalam :

1. Stroke iskemik / Non Hemorogik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau

embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada

dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area

thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks

iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus

yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri

tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan

neurologis fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh

darah oleh emboli.

2. Stroke hemoragik

Pembuluh darah yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan

subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya

konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi

tubuh akan menimbulkan tingkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan

herniasi otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke

substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh

darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang

atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. ( Wulandari Vina, 2007 )

D. MANISFESTASI KLINIS

Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala penyakit

stroke adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh,

hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda atau kesulitan

melihat pada satu atau kedua mata, pusing dan pingsan, nyeri kepala mendadak tanpa

kausa yang jelas, bicara tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata

yang tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, ketidakseimbangan dan terjatuh

dan hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Angiografi serebral: Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik.

Ex: Perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik oklusi atau ruptur.

2. CT Scan: Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.

3. Fungsi Lumbal: Menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada thrombus

emboli serebral dan TIA.

4. MRI: Menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragik, malfarmasi arteriovena

(MAV).

5. Ultrasonogravi doppler: Mengidentivikasi penyakit arteriovena.

6. EEG: Mengidentifikasi masalah pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan

daerah lesi yang spesifik.

7. Sinar X tengkorak: Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang

berlawanan dari masa yang meluas.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Stroke embolik dapat diterapi dengan antikoagulan

2. Stroke hemoragik diobati dengan penekanan pada penghentian perdarahan dan

pencegahan kekambuhan mungkin diperlukan tindakan bedah.

3. Semua stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsangan eksternal/untuk

mengurangi kebutuhan oksigen serebrum, dapat di lakukan tindakan-tindakan untuk

menurunkan tekanan dan edema intraktanium.

Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:

1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3

sampai 5 hari setelah infark serebral.

2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain

dalam sistem kardiovaskuler.

3. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan

thrombus dan embolisasi.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit stroke menurut Smeltzer & Bare (2002)

adalah:

1. Hipoksia serebral, diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah adekuat ke otak.

Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang dikirimkan ke jaringan.

Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan hemoglobin serta hematokrit pada

tingkat dapat diterima akan membantu dalam mempertahankan oksigenasi jaringan.

2. Penurunan aliran darah serebral, bergantung pada tekanan darah, curah jantung, dan

integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intrvena) harus menjamin

penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral. Hipertensi dan

hipotensi ekstrim perlu dihindari untuk mencegah perubahan pada aliran darah

serebral dan potensi meluasnya area cedera.

3.   Embolisme serebral, dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau

dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah

ke otak dan selanjutnya akan menurunkan aliran darah serebral. Disritmia dapat

mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. Selain

itu, disritmia dapat menyebabkan embolus serebral dan harus diperbaiki.

II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Merasa kesulitan dalam melakukan aktivitas karena kelemahan

kehilangan sensasi atau paralysis (Hemiplagia).

Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spatis) paralitik (Hemiplagia) dan terjadi

kelemahan umum, gangguan penglihatan, dan gangguan tingkat kesadaran.

2. Sirkulasi

Gejala : Adanya penyakit jantung (Mi, reumatik, penyakit jantung vaskuler, GJK

endokarditis bacterial, polisitemia, riwayat hipotensi post ural).

Tanda : Hipertensi arterial (dapat ditemukan/terjadi pada CSV) sehubungan

dengan adanya embolisme/malformasi vaskuler. Nadi dapat berfariasi (kerena

ketidakstabilan fungsi jantung), obat-obatan, efek stroke pada pusat vasomotor.

3. Integritas

Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.

Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira,

sulit dalam mengekspresikan diri.

4.  Eliminasi

Gejala : Perubahan pada berkemih seperti inkotenensia urine, anuria, distensi

abdomen (kandung kemih berlabihan), bising usus negatif (ileus paralitik)

5. Makanan/cairan

Gejala : Nafsu makan hilang, mual muntah selama akut (peningkatan TIK),

kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi dan tenggorokan disfagia.

Tanda : Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal),

obesitas (faktor resiko).

6. Neurosensori

Gejala : Sinkope/pusing sakit kepala, akan sangat berat dengan adanya

perdarahan intraserebral dan subaraknoid.

Tanda : Status mental/tingkat kesadaran biasanya terjadi koma pada tahap awal

hemoragik, ketidaksadaran biasanya akan tetap sadar jika penyebabnya adalah

trombosis yang bersifat alami, gangguan tingkah laku. Ex: latergi apatis, dll.

7. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri karotis

terkena).

Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.

8. Pernafasan

Gejala : Merokok (faktor resiko)

Tanda : Ketidakmampuan menelan/batuk/hambatan jalan nafas, timbulnya

pernafasan sulit dan/tak teratur, suara nafas terdengar ronki.

9. Keamanan

Tanda : Motorik/sensorik masalah dengan penglihatan perubahan persepsi

terhadap orientasi dengan tubuh stroke kanan kesulitan dalam menelan tidak mampu

memenuhi kebutuhan nutrisi sendiri.

10. Interaksi Sosial

Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.

11. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Adanya riwayat hipertensi pada keluarga, stroke faktor resiko,

pemakaian kontrasepsi oral, kecanduan alkohol faktor resiko.

B. Diagnosa

1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan interupsi aliran darah:

gangguan oklusif, hemoragik, nasospasme edema serebral.

2. Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler kelemahan.

3. Kerusakan komunikasi verbal b.d kerusakan sirkulasi serebral kerusakan

neuromuskuler, kehilangan tonus/ control otot fasia/oral kelemahan/kelelahan umum.

C. Intervensi

NODIAGNOSA

KEPERAWATANINTERVENSI RASIONAL

1. Perubahan perfusi

jaringan serebral

berhubungan dengan

interupsi aliran darah:

gangguan oklusif,

hemoragik, nasospasme

edema serebral.

Hasil:

       Mempertahankan

tingkat kesadaran

biasanya membaik,

fungsi kognitif dan

motorik/ sensorik.

       Mendemonstrasikan

tanda-tanda stabil dan

Tentukan faktor-

faktor yang

berhubungan dengan

keadaan penyebab

khusus selama

koma/ penurunan

perfusi serebral dan

potensial terjadinya

peningkatan TIK.

Monitor status

neurologist sesering

Mempengaruhi

tingkat penetapan

intervensi

kerusakan

neurologist atau

kegagalan

memperbaiki

setelah fase awal

memerlukan

tindakan

pembedahan atau

dipindahkan ke

ruang ICU.

Mengetahui

kecenderungan

tak adanya tanda-tanda

peningkatan TIK.

mungkin dan

membandingkan

dengan keadaan

normal/ standar.

Evaluasi pupil, catat

ukuran bentuk,

kesamaam dan

reaksinya terhadap

cahaya.

Letakkan kepala

dengan posisi agak

di tinggikan dan

dalam posisi

anatomis (netral).

Cegah terjadinya

mengejan saat

defekasi dan

pernafasan yang

memaksakan batuk

terus menerus.

tingkat kesadaran

dan potensi

peningkatan TIK

dan mengetahui

lokasi luas dan

kemajuan/ resolusi

kerusakan SSP.

Reaksi pupil di

atur oleh saraf

cranial

okumolator dan

berguna dalam

menentukan

apakah batang

otak tersebut

masih baik.

Menurunkan

tekanan arteri

dengan

meningkatkan

drainase dan

meningkatkan

sirkulasi perfusi

jaringan serebral.

Manuver valsava

dapat

meningkatkan

TIK dan

memperbesar

resiko terjadi

perdarahan.

Kolaborasi dengan

tim medis untuk

pemberian oksigen.

Menurunkan

hipoksia yang

dapat

menyebabkan

vasodilatasi

serebral.

2 Kerusakan mobilitas

fisik b.d keterlibatan

neuromuskuler

kelemahan.

Perestaria:

Flaksid/paralysis

hipotonik awal

paralysis spatis.

Hasil:

       Mempertahankan

posisi optimal dari

fungsi yang dibuktikan

oleh tak adanya

kontraktur footdrop.

      

Mempertahankan/meni

ngkatkan kekuatan dan

fungsi bagian tubuh

yang terkena atau

kompensasi.

Kaji kemampuan

secara

fungsional/luasnya

kerusakan awal

dengan cara teratur,

klasifikasikan

melalui skala 0-4.

Ubah posisi minimal

setiap 2 jam

(terlentang, miring)

dan jika

memungkinkan bisa

lebih sering jika

diletakkan dalam

posisi yang

terganggu.

Letakkan pada posisi

telungkup satu kali

atau dua kaki sehari

jika penderita dapat

Mengidentifikasi

kekuatan,

kelemahan dan

dapat memberikan

informasi

menjalani

pemulihan.

Menurunkan

resiko terjadi

trauma/iskemia

jaringan daerah

yang mengalami

kerusakan

sirkulasi yang

lebih jelek dan

menurunkan

sensasi dan besar

meminimalkan

dekubitus.

Membantu

mempertahankan

ekstensi pinggul

fungsional.

mentoleransinya.

Lakukan latihan

rentang gerak aktif

dan pasif.

Sokong ekstremitas

dalam posisi

fungsional, gunakan

papan kaki (food

board) selama

periode paralysis

flaksid,

mempertahankan

Gunakan penyangga

lengan ketika

penderita berada

dalam posisi tegak,

sesuai indikasi.

Posisi lutut dan

Meminimalkan

atrofi otot

meningkatkan

sirkulasi

membantu

mensegah

kontraktur.

Mencegah

kontraktur (foot

drop) dan

memfasilitasi

kegunaanya jika

berfungsi kembali.

Selama paralysis

flaksid

penggunaan

penyangga dapat

menurunkan

resiko terjadinya

subluksasio

lengan dan

sindrom bahu

lengan.

Mempertahankan

panggul dalam

posisi ekstensi.

Kolaborasi/

konsultasi dengan

ahli fisioterapi

secara aktif latihan

resistif dan

ambulasi.

posisi fungsional.

Program yang

khusus dapat

dikembangkan

untuk

menentukan/

menemukan

kebutuhan yang

berarti/mencegah

kekurangan

tersebut dalam

keseimbangan,

koordinasi dan

kekuatan.

3 Kerusakan komunikasi

verbal b.d kerusakan

sirkulasi serebral

kerusakan

neuromuskuler,

kehilangan tonus/

control otot fasia/oral

kelemahan/kelelahan

umum.

Hasil:

       Mengindikasikan

pemahaman tentang

masalah komunikasi.

       Membuat metode

komunikasi dimana

Kaji tipe fungsional

seperti penderita

tidak tampak

memahami kata atau

mengalami kesulitan

untuk

berbicara/membuat

pengertian sendiri.

Minta penderita

untuk menulis nama

atau kalimat yang

pendek.

Membantu

menentukan

daerah dan derajat

kerusakan serebral

yang terjadi dan

kesulitan dalam

beberapa tahap

proses

komunikasi.

Menilai

kemampuan

menulis (agratia)

dan kekurangan

dalam membaca

kebutuhan dapat

diekspresikan.

       Menggunakan sumber-

sumber dengan tepat.

Berikan metode

komunikasi

alternative. Ex:

menulis dipapan

tulis dan berikan

petunjuk visual.

Antisipasi dan

penuhi kebutuhan

penderita.

Kolaborasi pada ahli

terapi wicara.

.

yang benar

(aleksia) yang

juga merupakan

bagian dari afasia

sensorik dan

afasia motorik.

Memberikan

komunikasi

tentang kebutuhan

berdasarkan

keadaan/deficit

yang

mendasarinya.

Bermanfaat

menurunkan

frustasi.

Berfungsi untuk

mengidentifikasi

kebutuhan terapi.

III. KEGAWATDARURATAN

Tujuan dalam penatalaksaan stroke iskemik adalah menghancurkan dan menghilangkan

bekuan darah yang terbentuk dan menghalangi aliran darah ke otak.

Obat – obatan yang sering dipakai untuk menangani stroke iskemik adalah anti platelet,

contohnya aspirin. Aspirin diberikan dosis kecil. Di beberapa negara sudah

dilakukan “Primary Prevention” dimana aspirin dikonsumsi tidak hanya saat terjadi

serangan namun dikonsumsi secara terus menerus pada wanita setelah menopause dan

pria dengan faktor resiko seperti Hiperlipidemik, Diabetes, Hipertensi, dan Obesitas

sehingga dapt mencegah terjadinya stroke..

Beberapa obat – obatan lain yang diberikan dalam  penatalaksanaan stroke iskemik

meliputi

1. RTPA (Recombinant Tissue Plasminogen Activator) : Alteplase, Streptokinase

Diberikan secara intravena digunakan untuk menghancurkan bekuan darah yang

terbentuk. Hanya digunakan dengan syarat

kurang lebih 3-6 jam setelah serangan,

jangan diberikan bila ada tanda – tanda trombosis vena serebral

tidak pernah ada riwayat operasi kepala

 hipertensi ≥185 mmHg

Dapat menimbulkan efek samping yang cukup tinggi seperti terjadinya perdarahan

otak:

1. Anti Koagulan : Heparin, Warfarin, Enoxaparin Digunakan untuk mencegah

terbentuknya emboli atau mencegah bila ada bekuan baru, hanya sebatas untuk

kasus pada stroke dengan fibrilasi atrium

2. Anti Platelet : Aspirin, Tidopidine, Clopidogrel 

3. Neuroprotector : Citikolin 

4. Anti Hipertensi : Labetolol, Nicardipine, Enalapril, Sodium Nitropruside

Untuk beberapa kasus kegawatdaruratan tidak dianjurkan pemberian vasodilator

cepat (Nitrogliserin, Hydralazin) karena dapat memperburuk keadaan.Pada stroke

sumbatan, penurunan tekanan darah tidak dianjurkan terlalu agresif, bahkan

tekanan darah dibiarkan tinggi kecuali bila diatas 220/120 mmHg maka harus

segera diturunkan. Penurunan tekanan darah yang dianjurkan ≤ 20%

5. Menurunkan tekanan Intrakranial : Manitol 

6. Obat lambung : Antasid (untuk mencegah ulcer dan refluks lambung) hanya

diberikan sesuai dengan indikasi tertentu

Untuk kasus perdarahan biasanya penatalaksaan hanya konservatif dan beberapa

kasus membutuhkan penatalaksanaan dengan teknik operasi. Tujuan dalam

penatalaksaan stroke perdarahan adalah menghentikan perdarahan secepatnya

dan  menyingkirkan gumpalan darah yang terjadi di otak sehingga tidak terjadi

penumpukan darah yang dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan dalam

otak.Beberapa indikasi untuk dilakukan tindakan operasi antara lain:

Cukup luas dan terletak di pinggir

Masuk ke ruang ventrikel

Terjadi pada usia muda

Terdapat kelainan arteri vena (Arteriovenous Malformation)

DAFTAR PUSTAKA

Doengus, (2002), Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Muttaqin. A (2008), Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan,

Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 vol

3. Jakarta: EGC