status psikiatrikus fatimah shellya
DESCRIPTION
lalaTRANSCRIPT
-
STATUS PSIKIATRIKUS
Nama : Fatimah Shellya
NIM : 04054821517118
Semester : VIII
Tanggal : 10 Juni 2015
Pembimbing : dr. H.M. Zainie Hassan AR. SpKJ (K)
Kegiatan : Ujian Kepaniteraan Klinik
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT Dr. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
2014
-
1
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Nomor Status : 061838
FAKULTAS KEDOKTERAN Nomor Registrasi : 0000021084
UNIVERSITAS SRIWIJAYA Tahun : 2015
PALEMBANG Tanggal Masuk : 9 Juni 2015
Tanggal Meninggal :
STATUS PASIEN JIWA
Nama : Tn. H Laki-laki/Perempuan
Tanggal Lahir/Umur : 7 Oktober 1979 Tempat Lahir : Indralaya
Status Perkawinan : Belum menikah Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam Suku Bangsa : Palembang
Tingkat Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat dan nomor telepon keluarga terdekat pasien : Rantau Alai Tanjung Raja Ogan Ilir
Indralaya
Dikirim Oleh : Kakak kandung
Nama Mahasiswa : Fatimah Shellya
NIM : 04054821517118
Dokter Supervisor / yang mengobati : dr. H.M. Zainie Hassan AR. SpKJ
Poli : Poli RS Ernaldi Bahar
MENGETAHUI
SUPERVISOR
( ...................................... )
-
2
STATUS PRESENS TANGGAL : 09 Juni 2015
STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
Sensorium : Compos mentis Suhu : 36,30C Berat Badan : 61 kg
Nadi : 84 x/menit Pernafasan : 22 x/menit Tinggi Badan : 168 cm
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Turgor : Baik Status Gizi : Normoweight
Sistem Kardiovaskular : Tidak ada kelainan
Sistem Respiratorik : Tidak ada kelainan
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan
Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : Tidak ada
STATUS NEUROLOGIKUS
Urat Syaraf Kepala (Panca Indera) : Tidak ada kelainan
Gejala Rangsang Meningeal : Tidak ada
Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : Tidak ada
Mata : - Gerakan : Gerakan baik ke segala arah, tidak ada
kelumpuhan, tidak ada nistagmus.
- Persepsi Mata : Baik, tidak ada diplopia, visus normal
- Pupil : Bentuk : Bulat Ukuran : Diameter 3 mm
Refleks Cahaya : +/+ Refleks Konvergensi : +/+
- Refleks Kornea : +/+
- Pemeriksaan Oftalmoskopi : Tidak dilakukan
Motorik : - Tonus : Eutoni ........................................................................................
- Koordinasi : Baik ...........................................................................................
- Turgor : Baik ...........................................................................................
- Refleks : Refleks fisiologis +/+ normal, refleks patologis -/-
- Kekuatan : Kekuatan otot lengan 5/5, kekuatan otot tungkai 5/5
Sensibilitas : Tidak ada kelainan
Susunan Syaraf Vegetatif : Tidak ada kelainan
Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan
Kelainan Khusus : Tidak ada
-
3
PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN
Darah Rutin : Tidak dilakukan Khusus : -
Urine Rutin : Tidak dilakukan Khusus : -
Tinja Rutin : Tidak dilakukan Khusus : -
Liquor Serebrospinalis (Pungsi Lumbal) : Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG)
Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
BRAIN COMPUTERIZED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN OTAK)
Tidak dilakukan
HASIL
-
-
4
STATUS PSIKIATRIKUS
ALLOANAMNESIS (Boleh lebih dari satu sumber)
Diperoleh dari : Tn. M
Umur : 49 tahun
Alamat dan Nomor Telepon : Rantai Alai Tanjung Raja, Ogan Ilir Indralaya
Pendidikan : Tamat SMA
Hubungan dengan pasien : Kakak kandung
Sebab Utama : Mengoceh sendiri serta membawa kayu dan parang untuk melawan
orang yang ingin mencelakainya
Keluhan utama : Sulit tidur
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 2 bulan yang lalu pasien terlihat sering mengoceh sendiri. Pasien
mengaku ada yang mengajaknya bicara, namun tidak ada orangnya. Pasien
meyakini banyak orang yang ingin mencelakai dan membunuh pasien, salah
satunya adalah tetangganya sendiri. Pasien merasa ada yang memanggil-manggil
dan mengintip pasien. Pasien juga meyakini ada orang yang ingin mencelakai
keluarganya. Karena merasa terancam, pasien selalu siaga dengan kayu dan
parang untuk melawan orang yang ingin mencelakai keluarganya. Pasien sering
tidak terima dan marah jika dinasihati keluarganya, dan juga sering melawan
orang tuanya. Pasien sering melihat ada orang yang mengintip, ada bayangan
seperti hantu yang menakutinya. Pasien juga merasa ada bermacam-macam hewan
yang ingin menerkam dan mencelakainya, dan ia mengaku terkadang hewan
tersebut masuk ke kulit dan mengendalikan serta menakut-nakuti pasien. Pasien
tidak mau lagi bersosialisasi dengan sekitar karena merasa curiga dan takut bahwa
orang sekitar akan mencelakainya. Pasien tidak mau bekerja karena merasa malas.
Pasien masih mampu mengurus dirinya, seperti makan, minum, dan mandi masih
dapat dilakukannya sendiri. Pasien juga mengeluh sulit tidur, namunnafsu
makannya baik. Pasien mulai sulit diajak berkomunikasi karena saat diajak bicara
terkadang jawabannya tidak nyambung. Pasien tidak berobat ke dokter, namun
hanya berobat alternatif ke beberapa tempat, namun tidak mengalami perbaikan.
Sejak 1 bulan yang lalu pasien semakin sering mengoceh sendiri dan
semakin takut serta merasa terancam dengan lingkungan sekitarnya. Pasien
mengaku semakin sering melihat hantu dan orang yang mengintip untuk
mencelakainya. Pasien juga merasa semakin banyak hewan-hewan yang ingin
mencelakai dan menerkam dirinya seperti kumbang, kupu-kupu, kelelawar, ular,
dan lain sebagainya. Pasien semakin malas mengurus dirinya, yaitu pasien
semakin jarang mandi. Pasien tidak mau lagi keluar rumah karena semakin curiga
bahwa ada orang yang ingin membunuh dan mencelakai pasien. Pasien semakin
sulit tidur dan pada beberapa waktu pasien bahkan tidak tidur sama sekali. Nafsu
makan pasien masih baik, namun pasien mulai malas dan ingin dilayani. Pasien
masih tidak berobat ke dokter dan hanya berobat alternatif, namun belum ada
perbaikan.
-
5
Riwayat Premorbid
- Bayi : Cukup bulan, lahir spontan, langsung menangis, ditolong oleh
dukun beranak
- Anak-anak : Interaksi sosial baik, banyak teman
- Remaja : Interaksi sosial baik, banyak teman
- Dewasa : Interaksi sosial baik, banyak teman
Riwayat Perkembangan Organobiologik dan Penyakit-Penyakit yang Pernah
Diderita
- Riwayat trauma kepala (-)
- Riwayat kejang (-)
- Riwayat menderita penyakit berat (-)
- Riwayat asma (-)
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat diabetes melitus (-)
- Riwayat merokok (+) sejak SMP, jumlahnya tidak tentu
- Riwayat NAPZA (+)
- Riwayat alkohol (+) sejak 5 tahun yang lalu, jumlah pemakaian tidak tentu,
jarang
- Riwayat alergi obat (-)
Riwayat Pendidikan
- SD : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
- SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
- SMA : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat kuliah karena lebih memilih untuk
mencari uang.
Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah ikut bekerja bangunan beberapa kali beberapa tahun yang lalu,
namun pasien belum memiliki pekerjaan tetap.
Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama orang tua dan dua orang saudara laki-lakinya. Saudaranya
bekerja sebagai petani karet dan petani padi. Semua biaya kehidupan sehari-hari
ditanggung oleh kedua saudara pasien. Kesan ekonomi menengah (cukup).
Riwayat Keluarga
-
Pasien
-
6
Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal
- Pola asuh : Pasien diperlakukan secara wajar, kasih sayang
yang cukup dan adil antar saudara
- Hubungan antar saudara : Baik
- Hubungan dengan orang tua : Baik
AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI
Selama dilakukan autoanamnesis juga sekaligus dilakukan observasi atas sikap
dan tingkah laku pasien (bagaimana ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku pasien selama
berbicara atau menjawab pertanyaan yang diajukan).
Sebelum melakukan pemeriksaan ini, pemeriksa sudah menguasai kerangka yang
terdapat pada IKHTISAR DAN KESIMPULAN AUTOANAMNESIS DAN
OBSERVASI (pada halaman 10), agar pemeriksa dapat menangkap dan mengenal
gejala-gejala psikopatologi yang muncul.
Selama autoanamnesis berlangsung, gunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien
dan jawaban pasien sedapat-dapatnya ditulis dalam kata-kata asli dari pasien (secara
verbatim). Gejala-gejala psikopatologi yang tidak muncul secara spontan dapat dilakukan
wawancara secara terpimpin, namun usahakan tidak bersifat sugestif.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol, tulislah yang perlu-
perlu saja. Cerita pasien yang tidak perlu diberi tanda ........ yang memisahkan antara
bagian cerita pasien yang ditulis sebelum dan sesudahnya.
Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol seperti di bawah ini:
Kalimat ucapan ditulis dalam tanda petik ........... dan hasil observasi yang berkaitan
ditulis dalam tanda kurung ( ) di belakang kalimat tersebut.
Sebelum penulisan protokol tersebut, terlebih dahulu deskripsikanlah keadaan dan
penampilan pasien ketika ditemui untuk diajak wawancara.
Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 09 Juni 2015, pukul 10.30 WIB di poli RS
Ernaldi Bahar. Penampilan pasien cukup rapi dan bersih. Pasien mengenakan baju warna
abu-abu dan celana hitam.
Wawancara dilakukan dalam bahasa Palembang dan Indonesia.
PEMERIKSA PASIEN INTERPRETASI
(PSIKOPATOLOGI)
Assalamualaikum Pak
(Pemeriksa tersenyum sambil
menatap mata pasien dan
mengajak bersalaman)
Saya dokter muda Sella yang
bertugas disini, boleh kita
ngobrol dan bercerita sebentar
Pak?
Bapak namonyo siapo?
Waalaikumussalam
(Pasien menjabat tangan
pemeriksa lalu segera duduk
menyamping dan tidak menatap
pemeriksa)
Iyo dok, boleh
Hamdi dok
Kesadaran : compos
mentis
Perhatian : Adekuat
Sikap : kooperatif
Tingkah laku :
normoaktif
Ekspresi fasial : ada
Verbalisasi : jelas
Cara bicara : lancar
Kontak psikis :
- Mata : tidak ada
- Fisik : ada
-
7
Pak Hamdi umurnyo berapo?
Bapak kelahiran tahun
berapo?
Berarti umur bapak sekitar 35
atau 36 tahun yo?
Iyo Pak dak apo. Bapak
begawe apo sekarang?
Ngapo idak begawe tu Pak?
Ngapo sungkan tu Pak?
Gangguan apo Pak?
Jadi bapak takut nak
begawe?
Yo jadi ngapo Pak dak galak
begawe?
Bapak ngapo duduk nyamping
tu? Takut samo aku yo Pak?
Bapak sekolah tamat apo Pak
kemaren?
Bapak tau dak ngapo dibawa
kesini?
Gangguan apa Pak?
Setan itu ngapoi bapak?
Bapak gangguannyo kan baru
duo bulan ini, sebelumnyo ado
dak Pak?
Emm.. 34 tahun dok
Tahun 79 dok
Eh iyo dok, lupo aku, cuma
lupo-lupo dikit be dok, dak
ngapo-ngapo aku ni
Idak begawe dok
Ado perasaan dak lemak bae,
sungkan
Iyolah kareno ado gangguan
ini nah
Yo macam-macam lah,
banyak
Bukannyo takut, ngapo nak
takut, kan begawe tu nyari duet,
ngapo nak takut
Yo gangguan inilah, cak ado
uong nak nyelakoi aku,
nganggu aku
Idak takut dok, kito cerito cak
ini be yo dok, nyamping be
Tamat sekolah MAN
Idak tau, yo kadang kurang
tidur inilah gara-gara ado
gangguan-gangguan
Iyolah cak ado yang datang,
gangguan cak ado setan-setan
itu ngejar aku
Nganggu aku, nganggu tedok,
nakut-nakuti aku
Sebelumnyo katek
- Verbal : ada
Daya ingat : baik
Afek : sesuai
Mood : eutimik
Hidup emosi : stabil,
terkendali
Waham curiga
Taraf pendidikan
sesuai
Waham kejaran
Halusinasi visual
-
8
Jadi bapak tau yo bapak
sakit?
Pak kiro-kiro ngapolah bapak
cak ini, ado sebabnya dak
Pak?
Oh bapak ni ado ngilmu
Nyesal dak Pak ngambek
ilmu?
Dak nyubo dibuang apo Pak
ilmunyo? Balek kesano lagi
Pak kito lagi dimano
sekarang?
Sekarang ni pagi, siang, sore,
apo malem?
Hari ini hari apo Pak?
Tahun berapo Pak?
Bapak dibawa siapo kesini?
Bapak kakaknyo yang lanang
berapo ikok?
Tamat SMA kapan?
Bapak apo yang dirasoken
sekarang?
Jadi yang gangguan tadilah yo
Pak?
Bapak ado curiga samo uong
yo Pak?
Ngapo dio ngintip bapak tu,
kalo perasaan bapak bae
Bapak ngeraso ado dapet
wahyu dak Pak?
Yo susah tedok samo ado
gangguan-gangguan inilah
Ngambek ngisi badan untuk
jago diri
Iyo
Nyesal dak nyesal lah
Iyo balik kesano lagi, tapi yo
cak inilah dak pacak lagi
Rumah sakit
Sekarang? Siang lah ini, jam
berapo sekarang ni, tau aku ni
Selaso
2015 lah dok
Ini nah kakak aku, yang ini
dengen yang ini kakak aku
(Pasien sambil menunjuk kakak
kandungnya)
3 ikok dok
2002 kalo dak salah
Dak katek, yo takut tadilah
dok, cak ado uong nak nganu
aku
Iyo dok
Iyo curiga ado uong ngintip-
ngintip ni nah dok
Yo perasaan kito tu nak nganu
kan, nak nembak, iyo nian
Iyo dapet wahyu
Discriminative
insight baik
Orientasi tempat baik
Orientasi waktu baik
Orientasi orang baik
Daya ingat : baik
Daya konsentrasi :
baik
Waham curiga
Waham bizzare
-
9
Apo wahyunyo Pak?
Yo salah satunyo apo Pak?
Jadi bapak ngeraso punyo
kekuatan?
Bapak ado nyingok hewan yo
Pak?
Hewan nian, apo barang
berubah jadi hewan, misal tali
jadi ular
Ngapo dio masuk tu Pak?
Jadi dio ngontrol bapak yo?
Pak ngeraso ado bau-bauan
dak Pak?
Kalo raso manis, asem, pahit
di lidah ado dak?
Gara-gara bapak abis makan
ato ngerokok yo?
Cak mano Pak rasonyo?
Bapak ngapo galak bawa
kayu, bawa parang?
Oh bapak nenger suaro-suaro
merintah bapak, ado uongnyo
dak Pak
Ngomong apo bae lagi Pak
suaro itu?
Ngapo uong nak nganu
bapak?
Yo macem-macem lah
Yo kalo ado uong nak nganu
tu aku biso ngelawan
Iyo, mano kito tu galak
sembahyang pulo kan
Iyo ado
Idak do, hewan nian dok,
perasaan nak nerkam aku, terus
dio masuk ke badan aku, ke
dalem kulit aku, kesini nah
(pasien menunjuk paha kakinya)
Dio ngendalike aku
Iyo dok, nyuruh macem-
macem lah
Katek
Ado
Idak, dateng dewek tibo-tibo
Yo berubah-ubah, kadang
masin, manis, asem
Yo ado uong nak nganu tadi,
nak siap kito, terus ado uong
merintah aku, nyuruh dak
bebaju
Iyo ado yang ngomong
dengen aku, tapi katek
uongnyo
Ado uong nak bunuh aku,
tetanggo nak nganu aku, tulah
aku takut nak keluar rumah
Dak tau aku dok
Halusinasi visual
Ilusi disangkal
Waham kontrol
Halusinasi gustatorik
Halusinasi auditorik
-
10
Apolagi Pak yang bapak
rasoke?
Ado yang dipikirke dak Pak?
Ado masalah dak Pak dengen
keluargo, tetanggo, kawan, apo
masalah lain?
Bapak tau dak bawa parang tu
dak bagus?
Bales bunuh uong bagus dak
Pak?
Yo sudah gek kito ngobrol
lagi yo Pak, kalo gek dikasih
obat jangan lupo diminum.
Makasih yo Pak
Yang tadilah dok
Banyak dok, macem-macem,
yo yang tadilah
Katek dok, paling kakak aku
nilah galak marahi aku
sekarang ni garo-garo bawak
parang ni
Yo makmano, persiapan kito,
kalo tibo-tibo uong nak ngapak
cakmano?
Idak, tapi cakmano daripada
dianuke
Iyo dok
Discriminative
judgement baik
Sikap : kooperatif
-
11
IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI
(AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI)
KEADAAN UMUM
Kesadaran/Sensorium : Compos mentis terganggu
Perhatian : Adekuat
Sikap : Kooperatif
Inisiatif : Ada
Tingkah Laku Motorik : Normoaktif
Karangan/Tulisan/Gambaran (bila ada lampirkan) : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekspresi Fasial : Wajar
Verbalisasi : Jelas Cara Bicara : Lancar
Kontak Psikis : - Kontak Fisik : Ada
- Kontak Mata : Tidak ada
- Kontak Verbal : Ada
KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)
1. Keadaan Afektif (Mood) : afek : sesuai, mood : eutimik
2. Hidup Emosi
Stabilitas : Stabil Dalam-dangkal : Normal
Pengendalian : Terkendali Adekuat-Inadekuat : Adekuat
Echt-Unecht : Echt Skala Diferensiasi : Normal
Einfuhlung : Bisa dirabarasakan Arus Emosi : Normal
3. Keadaan dan Fungsi Intelek
Daya ingat (amnesia, dsb) : Baik, tidak ada amnesia
Daya Konsentrasi : Baik
Orientasi : Tempat : Baik
Waktu : Baik
Personal : Baik
Luas Pengetahuan umum dan Sekolah : Sesuai taraf pendidikan
Discriminative Judgement : Baik
Discriminative Insight : Baik
Dugaan taraf intelegensi : Rata-rata
Kemunduran intelektual (demensia, dsb) : Tidak ada
4. Kelainan Sensasi dan Persepsi
Ilusi : Tidak ada
Halusinasi :
- Halusinasi visual : pasien melihat bayangan setan, orang mengintip, dan ada hewan
yang ingin menerkam pasien.
- Halusinasi gustatorik : pasien merasa tiba-tiba ada bermacam-macam rasa di lidah
pasien yang berubah-ubah
-
12
- Halusinasi auditorik : pasien merasa ada yang mengajak pasien bicara, memanggil-
manggil, dan ada yang membisiki pasien bahwa ada yang ingin membunuhnya dan
mencelakainya
5. Keadaan Proses Berpikir
Psikomotilitas : Biasa
Mutu proses berpikir : Jelas
Arus Pikiran
Flight of ideas : Tidak ada Inkoherensi : Tidak ada
Sirkumstansial : Tidak ada Tangensial : Tidak ada
Terhalang : Tidak ada Terhambat : Tidak ada
Perseverasi : Tidak ada Verbigerasi : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Isi Pikiran
Pola Sentral : Tidak ada Rasa permusuhan/dendam : Tidak ada
Waham :
- Waham curiga : Pasien yakin ada orang yang mengintip, mengganggu, ingin
membunuh dan mencelakai pasien
- Waham kejaran : Pasien merasa ada setan yang mengejar-ngejar pasien
- Waham bizzare : Pasien yakin diberikan wahyu untuk melawan orang yang
ingin mencelakainya
- Waham kontrol : Pasien yakin hewan yang masuk mengendalikan tubuhnya dan
menyuruhnya
Fobia : Tidak ada Hipokondria : Tidak ada
Konfabulasi : Tidak ada Banyak sedikit isi pikiran : Normal
Perasaan inferior : Tidak ada Perasaan berdosa/salah Tidaka ada
Kecurigaan (belum taraf waham) : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Pemilikan Pikiran
Obsesi : Tidak ada
Alienasi : Tidak ada
Bentuk Pikiran
Autistik/dereistik : Ada Simbolik : Tidak ada
Paralogik : Tidak ada Simetrik : Tidak ada
Konkritisasi : Tidak ada Lain-lain : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
6. Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan
Abulia/Hipobulia : Ada Vagabondage : Tidak ada
Stupor : Tidak ada Pyromania : Tidak ada
-
13
Raptus/Impulsivitas : Tidak ada Mannerisme : Tidak ada
Kegaduhan Umum : Tidak ada Autisme : Tidak ada
Deviasi Seksual : Tidak ada Logore : Tidak ada
Ekopraksi : Tidak ada Mutisme : Tidak ada
Ekolalia : Tidak ada Lain-lain : Tidak ada
7. Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) : Ada
8. Reality Testing Ability : RTA terganggu dalam hal perasaan, pikiran, dan perbuatan
-
14
PEMERIKSAAN LAIN-LAIN
1. Evaluasi psikologik (oleh Psikolog) tanggal : Tidak dilakukan
2. Evaluasi sosial (oleh Ahli Pekerja Sosial) tanggal : Tidak dilakukan
3. Evaluasi lain-lain tanggal : Tidak dilakukan
-
15
FOLLOW UP
-
-
16
RESUME
I. IDENTIFIKASI
Tn. H / Laki-laki / Lahir di Indralaya ; 7 Oktober 1979 / Belum menikah / Islam /
Tamat SMA / Tidak bekerja / Alamat : Rantau Alai Tanjung Raja, Ogan Ilir Indralaya
II. STATUS INTERNUS
Sensorium : Compos mentis Berat badan : 61 kg
TD : 120/80 mmHg Tinggi badan : 168 cm
N : 84 x/menit Turgor : Baik
RR : 22 x/menit Status gizi : Normoweight
T : 36,3 0C Sistem organ : Tidak ada kelainan
III. STATUS NEUROLOGIKUS
Tidak ada kelainan
IV. STATUS PSIKIATRIKUS
Sebab Utama : Mengoceh sendiri (autisme) serta membawa kayu dan parang
untuk melawan orang yang ingin mencelakainya
Keluhan utama : Sulit tidur (insomnia)
Riwayat Perjalanan Penyakit
2 bulan yang lalu
- Pasien terlihat sering mengoceh sendiri. (autisme)
- Pasien mengaku ada yang mengajaknya bicara, namun tidak ada orangnya.
(halusinasi auditorik)
- Pasien meyakini banyak orang yang ingin mencelakai dan membunuh pasien,
salah satunya adalah tetangga pasien sendiri. (waham curiga)
- Pasien merasa ada yang memanggil-manggil dan ada orang yang mengintip
pasien. (halusinasi auditorik dan halusinasi visual)
- Pasien juga meyakini ada yang ingin mencelakai keluarganya. (waham curiga)
- Karena merasa terancam, pasien selalu siap siaga dengan kayu dan parang untuk
melawan orang yang ingin mencelakai dia dan keluarganya.
(ansietas/kecemasan)
- Pasien sering tidak terima dan marah jika dinasihati keluarganya, dan sering
melawan orang tuanya. (agresif)
- Pasien sering melihat ada orang yang mengintip, ada bayangan seperti hantu
yang menakutinya. (halusinasi visual)
- Pasien juga merasa ada bermacam-macam hewan yang ingin menerkam dan
mencelakainya. (halusinasi visual)
- Pasien mengaku terkadang hewan tersebut masuk ke kulit dan mengendalikan
serta menakut-nakuti pasien. (waham kontrol)
- Pasien tidak mau bersosialisasi dengan sekitar karena takut bahwa orang sekitar
akan mencelakainya. (waham curiga)
- Pasien malas bekerja. (hipobulia)
-
17
- Pasien masih mampu mengurus dirinya, seperti makan, minum, dan mandi
masih dapat dilakukannya sendiri.
- Pasien mengeluh sulit tidur (insomnia), namun nafsu makannya masih baik.
- Pasien mulai sulit diajak berkomunikasi, karena saat diajak berbicara terkadang
jawabannya tidak nyambung. (asosiasi longgar)
- Pasien tidak berobat ke dokter, namun hanya berobat alternatif ke beberapa
tempat, namun tidak mengalami perbaikan.
1 bulan yang lalu
- Pasien semakin sering mengoceh sendiri. (autisme)
- Semakin takut dan merasa terancam dengan lingkungannya. (ansietas /
kecemasan)
- Pasien mengaku semakin sering melihat hantu dan orang yang mengintip untuk
mencelakainya. (halusinasi visual)
- Pasien juga merasa semakin banyak hewan-hewan yang ingin mencelakai
dirinya seperti kumbang, kupu-kupu, kelelawar, ular, dan lain sebagainya.
(halusinasi visual)
- Pasien semakin malas mengurus dirinya, yaitu pasien semakin jarang mandi.
(hipobulia)
- Pasien tidak mau lagi keluar rumah karena semakin curiga bahwa ada orang
yang ingin membunuh dan mencelakai pasien. (waham curiga)
- Pasien semakin sulit tidur dan pada beberapa waktu pasien bahkan tidak tidur
sama sekali. (insomnia)
- Nafsu makan pasien masih baik, namun pasien mulai malas dan ingin dilayani.
(hipobulia)
- Pasien masih tidak berobat ke dokter dan hanya berobat ke alternatif, namun
belum ada perbaikan.
Riwayat Premorbid
- Bayi : Cukup bulan, lahir spontan, langsung menangis, ditolong oleh
dukun beranak
- Anak-anak : Interaksi sosial baik, banyak teman
- Remaja : Interaksi sosial baik, banyak teman
- Dewasa : Interaksi sosial baik, banyak teman
Riwayat Perkembangan Organobiologik dan Penyakit-Penyakit yang Pernah
Diderita
- Riwayat trauma kepala (-)
- Riwayat kejang (-)
- Riwayat menderita penyakit berat (-)
- Riwayat asma (-)
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat diabetes melitus (-)
- Riwayat merokok (+) sejak SMP, jumlahnya tidak tentu
- Riwayat NAPZA (+)
- Riwayat alkohol (+) sejak 5 tahun yang lalu, jumlah pemakaian tidak tentu,
jarang
- Riwayat alergi obat (-)
-
18
Riwayat Pendidikan
- SD : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
- SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
- SMA : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata
Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat kuliah karena lebih memilih untuk
mencari uang.
Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah ikut bekerja bangunan beberapa kali beberapa tahun yang lalu,
namun pasien belum memiliki pekerjaan tetap.
Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama orang tua dan dua orang saudara laki-lakinya. Saudaranya
bekerja sebagai petani karet dan petani padi. Semua biaya kehidupan sehari-hari
ditanggung oleh kedua saudara pasien. Kesan ekonomi menengah (cukup).
Riwayat Keluarga
Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal
- Pola asuh : Pasien diperlakukan secara wajar, kasih sayang
yang cukup dan adil antar saudara
- Hubungan antar saudara : Baik
- Hubungan dengan orang tua : Baik
PSIKOPATOLOGI
I. Keadaan Umum : Compos mentis terganggu, perhatian adekuat, sikap kooperatif,
inisiatif ada, tingkah laku motorik normoaktif, ekspresi fasial
wajar, verbalisasi jelas, cara bicara lancar, kontak psikis
(fisik: ada, verbal: ada, mata: tidak ada).
II. Keadaan Spesifik :
- Keadaan afektif (Mood) : Afek: sesuai, mood: eutimik
- Hidup emosi : Stabil, terkendali, echt, bisa dirabarasakan, normal,
adekuat, skala diferensiasi normal, arus emosi
normal
- Keadaan dan fungsi intelek : Daya ingat baik, daya konsentrasi baik, orientasi
tempat, waktu, dan personal baik, luas pengetahuan
umum dan sekolah sesuai taraf pendidikan,
Pasien
-
19
discriminative insight baik, discriminative
judgement baik, dugaan taraf intelegensi: rata-rata,
kemunduran intelektual tidak ada.
- Keadaan sensasi dan persepsi : Halusinasi visual, gustatorik, dan auditorik ada
Ilusi disangkal
- Keadaan proses berpikir : Psikomotilitas biasa, mutu proses berpikir jelas,
waham curiga ada, waham kejaran ada, waham
bizzare ada, waham kontrol ada, bentuk pikiran
autistik ada.
- Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan : Hipobulia ada, autisme ada
- Kecemasan (anxiety yang terlihat secara nyata) : ada
- Reality Testing Ability (RTA) : RTA terganggu dalam hal perasaan, pikiran, dan
perbuatan
-
20
FORMULASI DIAGNOSTIK
Seorang laki-laki berusia 35 tahun, belum menikah, tidak bekerja, pendidikan
terakhir tamat SMA, dan beragama Islam datang dengan sebab utama mengoceh sendiri
(autisme) dan membawa senjata karena takut akan dicelakai. Pasien mengeluh sulit tidur
karena takut dan cemas akan dibunuh dan dicelakai. Pasien tahu kalau dirinya sakit
(discriminative insight baik). Selama 2 bulan ini pasien mengalami ketakutan dan rasa
cemas yang berlebihan, halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi gustatorik,
waham curiga, waham kejaran, waham bizzare, dan waham kontrol. Pasien mulai malas
(hipobulia), sulit tidur (insomnia), dan jika diajak bicara tidak nyambung (asosiasi
longgar). Namun, nafsu makannya masih baik. Pasien tidak berobat ke dokter dan hanya
berobat alternatif, namun tidak ada perbaikan. Sejak 1 bulan yang lalu keluhan pasien
sama, namun semakin berat, nafsu makannya masih baik, namun sudah malas untuk
mengambil makanan dan ingin dilayani. Pasien makin malas mengurus diri dan pasien
masih belum berobat ke dokter.
Berdasarkan keluhan pasien, maka diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan. Jika
menurut PPDGJ III maka diperlukan salah satu perangkat gejala, yaitu sedikitnya satu
gejala kuat dan sedikitnya dua gejala lemah yang berlangsung selama setidaknya satu
bulan dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup secara bermakna. Dalam hal ini
pasien memiliki tiga gejala kuat (delusion of control/waham kontrol, halusinasi komentar
dan perintah, visual, dan gustatorik, serta waham yang bizzare), dan hal tersebut
mengganggu pasien dalam berhubungan dengan keluarga maupun lingkungan sekitarnya.
Kemudian jika disesuaikan dengan diagnosis skizofrenia menurut DSM IV, terdapat dua
atau lebih gejala tertentu yang muncul dalam satu bulan, dalam hal ini adalah waham dan
halusinasi, kemudian terdapat penurunan yang jelas dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
mengurus diri, lama gangguan setidaknya enam bulan, dengan satu bulan menunjukkan
gejala yang jelas. Kriteria gangguan mood, gangguan mental organik, dan gangguan
akibat zat tidak dipenuhi. Kemudian untuk diagnosis subtipe pada pasien ini memenuhi
kriteria skizofrenia paranoid, karena jika berdasarkan PPDGJ III, waham dan halusinasi
merupakan gejala yang paling menonjol, sedangkan gangguan atau gejala lain tidak
menonjol. Kemudian jika disesuaikan dengan DSM IV sama saja, yaitu waham dan
halusinasi auditorik menetap dan merupakan gejala yang menonjol, sedangkan gejala lain
tidak menonjol. Maka dari itu pada aksis I pasien di diagnosis dengan F20.09 Skizofrenia
Paranoid dengan periode pengamatan kurang dari satu tahun karena gejala tampak baru
pada dua bulan terakhir.
Kemudian diagnosis aksis II tidak ada karena pada perkembangan pasien hingga
dewasa tidak menunjukkan adanya gambaran atau gangguan kepribadian tertentu. Pada
aksis III kondisi medis umumnya adalah penyalahgunaan zat, dikarenakan pasien
mengkonsumsi shabu dan ganja serta alkohol. Pada aksis IV jika disesuaikan dengan
autoanamnesis, maka stressornya adalah masalah berkaitan dengan belajar ilmu ghaib.
Kemudian pada aksis V GAF scale atau penilaian fungsi global pasien adalah 20-11
karena perilaku pasien cenderung membahayakan diri orang lain yang dilihat dari
perilakunya yang membawa senjata kemana-mana akibat adanya halusinasi yang
berkomentar bahwa ada yang ingin membunuh dan mencelakakan pasien. Diagnosis
banding pasien ini adalah gangguan paranoid akibat penggunaan zat dikarenakan pasien
mengkonsumsi shabu, ganja, dan alkohol, serta terdapat rasa curiga yang berlebihan,
namun belum memenuhi kriteria gangguan kepribadian paranoid, serta sudah terdapat
gejala positif seperti berbagai jenis halusinasi dan waham yang tidak ada dalam kriteria
diagnosis gangguan kepribadian paranoid.
-
21
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : F20.09 Skizofrenia Paranoid (Periode pengamatan kurang dari satu tahun)
AKSIS II : Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II
AKSIS III : Penyalahgunaan zat (shabu, ganja, alkohol)
AKSIS IV : Masalah berkaitan dengan belajar ilmu ghaib
AKSIS V : GAF scale 20-11
DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid e.c Penyalahgunaan Zat (shabu, ganja, alkohol)
TERAPI
1. Psikofarmaka : Haloperidol 5 mg 2x1/2
2. Psikoterapi :
Terapi Individual : Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien agar dapat
memotivasi dan memberikan pemahaman yang baik
terhadap pasien mengenai penyakitnya, sehingga pasien
dapat lebih percaya diri dan meningkat kualitas hidupnya.
Kemudian dengan adanya komunikasi yang baik juga
dapat memotivasi pasien agar dapat meminum obat secara
teratur.
Terapi Keluarga : Memberi penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif,
dan edukatif tentang penyakit pasien sehingga keluarga
dapat menerima dan memahami keadaan pasien, serta
mendukung proses penyembuhannya dengan kontrol dan
minum obat secara teratur, mendukung psikologis pasien,
dan mencegah kekambuhan.
Terapi Lingkungan : Membiarkan pasien berinteraksi sosial kembali dan
meningkatkan komunikasi pasien dengan orang-orang
disekitarnya.
Terapi Perilaku : Memodifikasi perilaku yang dianggap aneh dalam
masyarakat
Terapi Religius : Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan
ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya, yaitu
menjalankan solat lima waktu, menegakkan amalan sunah
seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.
Terapi Okupasi : Mengingatkan pasien dan keluarga agar pasien mencari
aktivitas dan kesibukan, agar pasien tidak banyak berdiam
diri dirumah.
PROGNOSIS
Dubia ad malam
-
22
TUGAS ILMU KESEHATAN JIWA
1. Apa perbedaan impulsif dan agresif?
- Impulsif adalah dorongan yang tiba-tiba dan tidak dapat ditahan / ditunda.
- Agresif adalah tindakan yang kuat dan diarahkan dengan tujuan yang mungkin
verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan, atau
permusuhan.
- Beda keduanya yaitu impulsif berupa dorongan internal untuk melakukan suatu
hal yang tidak dapat ditahan, sedangkan agresif berupa reaksi motoriknya yang
dilakukan baik verbal ataupun fisik yang merupakan suatu tanda kemarahan,
kekasaran, dan permusuhan.
2. Jelaskan mengenai pemeriksaan urine pada penderita penyalahgunaan zat?
Efek klinis amfetamin akan muncul dalam waktu 2-4 jam setelah penggunaan.
Senyawa ini memiliki waktu paruh 4-24 jam dan dieksresikan melalui urin sebanyak
30% dalam bentuk metabolit. Metabolit amfetamin terdiri dari p-hidroksiamfetamin,
p-hidroksinorepedrin, dan penilaseton. Karena waktu paruhnya yang pendek
menyebabkan efek dari obat ini relatif cepat dan dapat segera terekskresikan, hal ini
menjadi salah satu kesulitan tersendiri untuk pengujian terhadap pengguna, bila
pengujian dilakukan lebih dari 24 jam jumlah metabolit sekunder yang di terdapat
pada urin menjadi sangat sedikit dan tidak dapat lagi dideteksi dengan KIT.
Metode atau teknologi laboratorium yang digunakan untuk skrining harus
memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi. EIA (enzyme immunoassay) dan
imunokromatografi merupakan dua metode yang memenuhi kriteria ini. Pertimbangan
tekniknya yang sederhana, membuat kedua metode ini menjadi umum digunakan
untuk skrining narkoba. Hasil skrining yang "ragu" atau positif yang bertalian dengan
hukum selanjutnya dikonfirmasi dengan metode GC/MS; metode ini merupakan
paduan optimal antara alat ukur mass spectrometry yang memiliki sensitivitas sangat
tinggi (mengukur intensitas ion obat) dengan gas chromatography yang memiliki
spesifisitas tinggi [mendiferensiasi obat menurut intensitas ion (m/z), hambatan waktu
(HW) dan bentuk kromatografi (K), dan terbukti bahwa cara ini mampu membedakan
jutaan obat tanpa satupun diketahui memiliki m/z, HW dan K yang sama). Paduan
optimal ini selain mampu mendeteksi narkoba secara spesifik juga mampu mendeteksi
dosis abuse/toksik paling minim.
1) Dasar Dan Validitas Test
Test didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG anti-narkoba yang
mengandung substrat enzim (ada dalam keadaan bebas di zone S) oleh narkoba
sampel atau narkoba yang telah dikonjugasi enzim (ada dan terfiksir di zone T). Jika
dijenuhi oleh narkoba sampel (sampel positif narkoba), maka IgG anti-narkoba.
Substrat tidak akan berikatan dengan narkoba-enzimnya, sehingga tidak terjadi reaksi
enzim-subtrat yang berwarna. Sebaliknya jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba)
atau hanya sebagian dijenuhi (sampel mengandung narkoba dalam jumlah di bawah
ambang batas pemeriksaan), maka IgG anti-narkoba-substrat akan berikatan dengan
narkoba-enzimnya secara penuh atau sebagian, sehingga terjadi reaksi enzim-substrat
yang berwarna penuh (gelap) atau lamat-lamat (ragu-ragu). Valid tidaknya test
dikontrol dengan mengikutsertakan pada zone S suatu kontrol validitas yang berupa
IgG goat-substrat. Karena IgG goat bukan antibodi spesifiknya narkoba, maka baik
pada sampel urin yang ada, ada dalam jumlah di bawah ambang batas pemeriksaan
-
23
atau tidak ada sama sekali narkobanya, semua-nya tidak akan menjenuhi dan hanya
akan mendifusikan IgG goat-substrat dari zone S ke zone C untuk menemui dan
mengikat IgG anti-IgG goat yang dikonjugasi enzim (KAGE) sehingga terjadi reaksi
enzim-substrat yang berwarna di zone C.
a. Bila Sampel Urin Negatif
Pada sampel urin yang tidak mengandung narkoba, maka jika urin ini
diteteskan di zone S, urin hanya mendifusikan IgG anti-narkoba-substrat dan
IgG goat-substrat dari zone S ke zone T dan zone C. Di zone T IgG anti-Narkoba
akan berikatan dengan narkoba-enzimnya (KNE); sementara di zone C
IgG goat akan berikatan dengan IgG anti-IgG goat-enzim (KAGE), sehingga baik
di zone T maupun zone C terjadi reaksi enzim-substrat berupa pita warna pink.
b. Bila Sampel Urin Positif
Di zone S narkoba urin positif akan langsung berikatan dan menjenuhi IgG
anti-narkoba-substrat, sehingga waktu didifusikan ke zone T tidak bisa mengikat
(bercelah) narkoba-enzimnya (KNE), tidak terjadi reaksi enzim-substrat dan
karenanya tidak muncul reaksi warna. Sebaliknya di zone C tetap terjadi
reaksi warna (pita pink) sebab narkoba urin tidak spesifik untuk dapat berikatan
dengan IgG goat.
c. Bila Sampel Urin Ragu-Ragu
Di zone S narkoba urin yang berkadar tepat di batas ambang pemeriksaan
akan menjenuhi IgG anti-narkoba-substrat tidak secara penuh. Penjenuhan
berikutnya akan dipenuhi oleh Narkoba-ensim di zone T, sehingga terjadi reaksi
ensim-substrat yang tidak penuh, yang akan memberikan warna lamat-lamat
(ragu-ragu) di zone T.
d. Bila Test Valid atau Tidak Valid
Zone C adalah zone kontrol validitas yakni zone untuk menilai apakah
test valid atau tidak. Reaksi hanya membutuhkan H2O urin, karenanya tidak
tergantung pada ada tidaknya narkoba, hasil reaksi pada zone C ini akan selalu
muncul warna. Jika warna ini muncul berarti test dikatakan valid dan dengan
demikian hasil test dapat dipercaya dan siap diberikan ke yang berkepentingan.
Sebaliknya jika warna tidak muncul ini berarti test tidak valid, dan harus diulang
dengan test kit yang baru, atau dengan kit dari pabrik lain.
3. Jelaskan pengertian skizofrenia!
Gangguan skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang menyebabkan
gangguan berat pada area fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi,
menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan
berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial.
4. Jelaskan kriteria skizofrenia menurut Kurt Schneider!
1. Gejala Urutan Pertama
a. Pikiran yang dapat didengar
b. Suara-suara yang berdebat atau berdiskusi atau keduanya
c. Suara-suara yang mengomentari
d. Pengalaman pasivitas somatik
e. Penarikan pikiran dan pengalaman pikiran yang dipengaruhi lainnya
f. Siar pikiran
g. Persepsi bersifat waham
h. Semua pengalaman lain yang melibatkan kemauan, membuat afek, dan
membuat impuls
-
24
2. Gejala Urutan Kedua
a. Gangguan persepsi lain
b. Gagasan bersifat waham yang tiba-tiba
c. Kebingungan
d. Perubahan mood disforik dan euforik
e. Perasaan kemiskinan emosional
f. dan beberapa lainnya juga
5. Jelaskan patofisiologi psikososial pada pasien skizofrenia serta jelaskan mengenai
mekanisme pertahanan yang digunakannya!
FAKTOR PSIKOSOSIAL
Penting untuk mengerti masalah individu, keluarga, dan sosial yang
mempengaruhi pasien dengan skizofrenia. Jika skizofrenia adalah suatu penyakit dari
otak, maka kemungkinan penyakit ini sejalan dengan penyakit dari organ lain (sebagai
contoh infark miokardium dan diabetes) yang perjalanannya dipengaruhi oleh stres
psikososial. Secara historis, suatu faktor psikososial secara langsung dan secara
kausatif berhubungan dengan perkembangan skizofrenia.
1. Teori tentang Pasien Individual
Skizofrenia mempengaruhi pasien individual yang masing-masingnya
memiliki susunan psikologis yang unik.
a. Teori Psikoanalitis
Sigmund Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi
perkembangan yang terjadi lebih awal dari yang menyebabkan perkembangan
neurosis. Pandangan psikoanalisis umum tentang skizofrenia menhipotesiskan
bahwa defek ego mempengaruhi interpretasi kenyataan dan pengendalian
dorongan-dorongan dari dalam (inner drives), seperti seks dan agresi.
Gangguan terjadi sebagai akibat dari penyimpangan dalam hubungan timbal
balik antara bayi dan ibunya. Seperti yang dijelaskan oleh Margaret Mahler,
anak-anak adalah tidak mampu untuk berpisah dan berkembang melebihi
kedekatan dan ketergantungan lengkap yang menandai hubungan ibu anak
didalam fase oral perkembangan. Orang skizofrenia tidak pernah mencapai
ketetapan objek, yang ditandai oleh suatu perasaan identitas yang pasti dan
yang disebabkan oleh perlekatan erat dengan ibunya selama masih bayi.
b. Teori Psikodinamika
Pandangan psikodinamika tentang skizofrenia, mereka cenderung
menganggap hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang didasarkan
secara konstitusional sebagai suatu defisit. Malahan suatu penelitian yang baik
menyatakan bahwa pasien dengan skizofrenia adalah sulit untuk menyaring
berbagai stimuli dan untuk memusatkan pada suatu data pada suatu waktu.
Defek pada barier stimulus tersebut menciptakan kesulitan pada keseluruhan
tiap fase perkembangan selama masa anak-anak dan menempatkan stress
tertentu pada hubungan interpersonal.
c. Teori Belajar
Menurut ahli teori belajar, anak-anak yang kemudian menderita
skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berpikir yang irrasional dengan
meniru orangtuanya yang memiliki masalah emosionalnya sendiri yang
bermakna. Hubungan interpersonal yang dari orang skizofrenia, menurut teori
belajar, juga berkembang karena dipelajarinya model yang buruk selama masa
anak-anak.
-
25
2. Teori Sistem Keluarga
Menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan
disfungsi keluarga. Gregory Bateson (konsep ikatan ganda) untuk menggambarkan
suatu keluarga dimana anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan dari
orangtuanya tentang prilaku, sikap, dan perasaan anak. Di dalam hipotesis tersebut
anak menarik diri ke dalam psikostik mereka sendiri untuk meloloskan dari
kebingungan ikatan ganda yang tidak dapat dipecahkan.
3. Teori Sosial
Industrialisasi dan urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan
skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini adalah
dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan keparahan
penyakit.
6. Jika terjadi gangguan pada bagian mesolimbik, maka gejala apa yang timbul?
Jalur dopamin mesolimbik diproyeksi dari badan-badan sel dopaminrgik di area
tegmental ventral dari batang otak ke terminal akson di area limbik otak, seperti
nukleus akumbens. Jalur ini telah dipikirkan memiliki peran penting pada perilaku
emosional, khususnya halusinasi pendengaran tapi juga waham dan gangguan pikiran.
7. Jelaskan jaras dopamin pada pasien skizofrenia!
Jalur dopamin dan area-area kuncinya di otak
Gambar 1. Lima jalur dopamin di otak. Neuroanatomi dari jalur neuronal dopamin pada otak
dapat menjelaskan gejala-gejala skirofren serta efek terapetik dan efek samping dari obat
antipsikosis, (a) jalur dopamin nigrostriatal, yang berproyeksi dari substantsia nigra ke basal
ganglia atau striatum, merupakan bagian dari system saraf ekstrapiramidal dan mengkontrol
fungsi motor dan pergerakan, (b) jalur dopamin mesolimbik berproyeksi dari area midbrain
ventral tegmental ke nucleus accumbens, bagian dari system limbic otak yang dianggap terlibat
dalam berbagai perulaku dan sensai menyenangkan, (c) jalur mesokortikal, sebuah jalur yang
berhubungan dengan jalur mesolimbik, dimana mereka mungkin memiliki peran dalam mediasi
gejala kognitif (dorsolateral prefrontal cortex) dan gejala affective (ventromedial prefrontal
cortex) skizofren. (d) jalur tuberoinfundibular, berproyeksi dari hipotalamus menuju anterior
glandula pituitary dan mengkontrol sekresi prolactin, (e) jalur kelima yang berasal dari berbagai
tempat, termasuk periaqueductal gray, ventral mesencephalon, hypothalamic nuclei, nukelus
parabrachial lateral, yang lalu berpoyeksi ke thalamus. Fungsinya masih belum diketahui.
-
26
1. Jalur mesolimbik Jalur ini berperan penting dalam beberapa perilaku emosional
termasuk gejala positif psikosis seperti waham dan halusinasi.
Gambar 2. Jalur mesolimbik dopamin yang berproyeksi dari area ventral tegmental ke
batang otak menuju nucleus akumbens di ventral striatum (A), terlibat dalam regulasi
perilaku emosi dan diyakini sebagai jalur predominan yang meregulasi gejala positif
psikosis. Secara khusus, hipereaktivitas jalur ini diyakini berperan pada munculnya
waham dan halusinasi (B).
Gambar 3. Hipotesis dopamin mesolimbik. Hiperaktivitas neuron dopamin pada jalur
dopamin mesolimbik secara teori memediasi gejala positif psikosis seperti waham dan
halusinasi. Jalur ini juga terlibat dalam kesenangan, reward, memperkuat perilaku dan
banyak penyalahan gunaan obat berinteraksi di sini. Hipereaktivitas jalur mesolimbik
juga berperan pada perilaku agresif dan permusuhan pada skizofren dan penyakit terkait,
khususnya jika kontrol serotonergic dopamin menyimpang pada pasian yang memiliki
kontrol impuls yang kurang.
-
27
2. Jalur mesokortikal hipotesis dopamin mesokortikal dari gejala kognisi, negatif dan
afektif skizofren.
.
Gambar 4. A dan B Jalur mesokortikal korteks prefrontal dan dorsolateral. Jalur utama
lain dari jalur mesokortikal yang berproyeksi dari area ventral tegmental menuju korteks
prefrontal (A). Proyeksi secara spesifik ke area korteks dorsolateral prefrontal diyakini
terlibat dalam gejala kognitif dan negatif skizofren. Pada kasus ini, munculnya gejala
tersebut mungkin berhubungan dengan hipoaktivitas jalur ini.
Gambar 5. Jalur mesokortikal menuju koteks prefrontal ventromedial, diyakini
memediasi gejala negatif dan afektif yang berhubungan dengan skizofren (A). Gejala
ini diakini muncul dari hipoaktivitas jalur ini (B).
3. Jalur nigrostriatal bagian dari system saraf ekstrapiramidal dan kontrol pergerakan.
Defisiensi dopamin di jalur ini menyebabkan penyakit Parkinson, ditendai dengan
rigiditas, akinesia/bradikinesia dan tremor. Defisiensi dopamin di basal ganglia juga
menyebabkan akathisia dan distonia. Hiperaktivitas domain di jalur ini diyakini
-
28
mendasari gerakan hiperkinetik seperti chorea, dyskinesias dan tics. Blokade kronik
reseptor D-2 di jalur ini dapat menimbulkan gangguan yang dikenal sebagai tardive
dyskinesia diinduksi neuroleptic.
Gambar 6. Jalur nigrostriatal. Jalur ini
berproyeksi dari substansia nigra
menuju basal ganglia atau striatrum.
Defisiensi dopamin pada jalur ini
menyebabkan parkinsonisme dengan
tremor, rigiditas dan akinesia atau
bradikinesia. Kelebihan dopamin pada
jalur ini menyebabkan gerakan
hiperkinetik seperti tics dan dyskinesia.
Pada skizofrenia yang tidak diobati,
aktivasi jalur ini dipercaya sebagai
sesuatu yang normal.
4. Jalur tuberoinfundibular Normalnya aktif dan menginhibisi pelepasan prolactin.
Jalur ini berproyeksi dari hipotalamus menuju anterior pituitary. Pada postpartum,
aktivitas dopamin menurun sehingga prolactin meningkat dan terjadi proses laktasi.
Pada gangguan akibat lesi atau obat menyebabkan level prolactin juga meningkat.
Peningkatan ini berhubungan dengan galaktorea (sekresi susu), amenorea dan
mungkin masalah lain seperti disfungsi seksual. Masalah ini juga dapat muncul pada
terapi dengan antipsikosis yang memblok reseptor dopamin-2.
Gambar 7. Jalur tuberoinfundibular.
Jalur ini meregulasi prolactin dalam
sirkulasi.
-
29
5. Jalur thalamic masih dalam penelitian. Kemungkinan terlibat dalam mekanisme
tidur
Gambar 8. Integrasi jalur dopamin. Gejala utama berhubungan dengan skizofren
mungkin dijelas oleh disregulasi jalur dopaminrgic; khususnya oleh hiperaktifitas
jalur dopamin mesolimbik (gejala positif), hipoaktifitas jalur mesokortikal menuju
kortex prefrontal dorsolateral (gejala kognisi dan negatif), dan hipoaktifitas jalur
mesokortikal dopamin menuju kortex ventromedial (gejala efektif dan negatif). Jalur
nigrostriatal dan tuberoinfundibular yang dipengaruhi oleh antipsikosis pada
pengobatan skizofren diyakini normal pada skizofrenia yang tidak diobati.
Interaksi:
NE brale & accelator 5HT
HT feedback negatif utk efek accelerator NE
5HT
5HT2A brake DA
5HT1A accelerate DA
8. Jelaskan mengenai haloperidol!
HALDOL (HALOPERIDOL)
-
30
NAMA GENERIK
Haloperidol
NAMA KIMIA
Haloperidolum, 4-[4-(4-Chlorophenyl)-4-hydroxypiperidino]-4-fluorobutyrophenone
STRUKTUR KIMIA
C21H23ClFNO2.
SIFAT FISIKOKIMIA
Mikrokristal tidak berbentuk, berwarna putih-putih kekuningan. Praktis tidak larut
dalam air, kelarutan dalam alkohol 1:60.
SUB KELAS TERAPI
Psikofarmaka
FARMAKOLOGI
Memblok reseptor dopaminrgik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak.
Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisis, menekan Reticular
Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur
tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.
STABILITAS PENYIMPANAN
Hindari cahaya, injeksi haloperidol laktat disimpan di temperatur ruang, hindari
cahaya, pembekuan dan temperatur>400C, paparan sinar dapat menghilangkan warna
dan menyebabkan endapan merah abu-abu setelah beberapa minggu. Stabilitas larutan
standar (0,5 -100 mg/50-100 ml dekstrosa 5% adalah 38 hari pada suhu kamar 240C.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson,
depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau hati berat, koma.
-
31
EFEK SAMPING
KV: takikardia, hiper/hipotensi, aritmia, gelombang T abnormal dengan perpanjangan
repolarisasi ventrikel, torsade de pointes (sekitar 4%). SSP : gelisah, cemas, reaksi
ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda pseudoparkinson, diskinesia tardif, sindroma
neurolepsi malignan, perubahan pengaturan temperatur tubuh, akathisia, distonia
tardif, insomnia, eforia, agitasi, pusing, depresi, lelah, ;sakit kepala, mengantuk,
bingung, vertigo, kejang. ;Kulit : kontak dermatitis, fotosensitifitas, rash,
hiperpigmentasi, alopesia ;Metabolik & endokrin : amenore, gangguan seksual, nyeri
payudara, ginekomastia, laktasi, pembesaran payudara, gangguan keteraturan
menstruasi, hiperglisemia, hipoglisemia, hiponatremia; ;Saluran cerna : berat : mual
muntah, anoreksia, konstipasi, diare, hipersalivasi, dispepsia, xerostomia. ;Saluran
genito-urinari : retensi urin, priapisme; ;Hematologi : cholestatic jaundice, obstructive
jaundice; ;Mata : penglihatan kabur, ;Pernafasan : spasme laring dan bronkus; ;Lain-
lain : diaforesis dan heat stroke.
INTERAKSI OBAT
Efek haloperidol meningkat oleh klorokuin, propranolol, sulfadoksin-piridoksin, anti
jamur azol, chlorpromazin, siprofloksacin, klaritromisin, delavirdin, diklofenak,
doksisiklin, aritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniasid, mikonazol, ;nefazodon,
paroksetin, pergolid, propofol, protease inhibitor, kuinidin, kuinin, ritonavir,
ropinirole, telitromisin, verapamil, dan inhibitor CYP2D6 atau 3A4. ;Haloperidol
dapat meningkakan efek amfetamin, betabloker tertentu, benzodiazepin tertentu,
kalsium antagonis, cisaprid, siklosporin, dekstrometorfan, alkaloid ergot, fluoksetin,
inhibitor HMG CoA reductase tertentu, ;lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir,
sildenafil , takrolimus, antidepresan trisiklik, venlafaksin, dan sunstrat CYP2D6 atau
3A4. Haloperidol dapat meningkatkan efek antihipertensi, SSP depresan, litium,
trazodon dan antidepresan trisiklik. Kombinasi haloperidol dengan indometasin dapat
menyebabkan mengantuk, lelah dan bingung sedangkan dengan metoklopramid dapat
meningkatkan resiko ekstrapiramidal. Haloperidol dapat menghambat kemampuan
bromokriptin menurunkan konsentrasi prolaktin. Benztropin dan antikholinergik
lainnya dapat menghambat respons terapi haloperidol dan menimbulkan efek
antikholinergik. ;Barbiturat, karbamazepin, merokok, dapat meningkatkan
metabolisme haloperidol.;Haloperidol dapat menurunkan efek levodopa, hindari
kombinasi.;Efek haloperidol dapat menurun oleh aminoglutetimid, karbamazepin,
nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lainnya.
Haloperidol mungkin menurunkan efek substrat prodrug CYP2D6 seperti kodein,
hirokodon, oksikodon dan tramadol.
PENGARUH ANAK
Keaman dan efikasi pada anak
-
32
BENTUK SEDIAAN
Injeksi Sebagai Dekanoat, 50 mg/ml, 1 ml; Larutan Injeksi Sebagai Laktat, Tablet 1,5
mg, 2 mg, 5 mg
PERINGATAN
Hati-hati penggunaan pada pasien dengan depresi SSP, penyakit hati dan jantung
berat. Hipotensi mungkin terjadi terutama pada pemberian parenteral. Bentuk
dekanoat jangan diberikan secara iv. Hindari penggunaan pada tirotoksikosis. Hati-
hati digunakan pada gangguan yang menunjukkan depresi SSP karena menimbulkan
sedasi. Hati-hati penggunaan pada pasien yang mengalami ketidakstabilan
hemodinamik, kecenderungan kejang, kerusakan subkortikal otak, penyakit ginjal dan
pernafasan. Hati-hati pada penderita yang beresiko menderita pneumonia (misalnya
penyakit Alzheimer) karena kemungkinan terjadi dismotil esofagus dan aspirasi. Hati-
hati pada penderita kanker payudara atau tumor yang dependen terhadap prolaktin
karena mungkin meningkatkan kadar prolaktin. Mungkin mengubah pengaturan
temperatur tubuh, atau menutupi efek toksik obat lain karena efek anti emetik.
Mungkin mengubah hantaran di jantung, aritmia yang mengancam jiwa. Hipotensi
dapat terjadi dengan pemberian secara im, hati-hati pada pasien dengan penyakit:
serebrovaskuler, kardiovaskuler, atau obat yang menimbulkan penyakit-penyakit
tersebut karena dapat menimbulkan hipotensi ortostatik.Pemberian sebagai dapat
memperpanjang reaksi yang tidak dikehendaki. Beberapa obat mengandung tartazine.
INFORMASI PASIEN
Obat ini untuk mengobati gangguan emosi, mental dan kecemasan. Juga digunakan
untuk gejala Tourette dan kondisi lain yang ditetapkan dokter Katakan ke dokter bila
pernah alergi dengan obat ini atau dengan obat atau makanan lain. Gunakan obat
sesuai anjuran dokter. Kadang obat ini harus digunakan beberapa minggu sebelum
efek penuh dicapai. Bila lupa meminum obat ini yang aturan pakainya satu tablet pada
malam hari, jangan meminumnya pagi hari kecuali setelah berkonsultasi dengan
dokter. Bila digunakan lebih dari satu dosis/tablet per hari, segera minum obat bila
lupa, tetapi bila sudah dekat dengan waktu minum kedua, tinggalkan dosis pertama
dan mulai dengan dosis reguler. Jangan hentikan minum obat tanpa berkonsultasi
dengan dokter. Konsultasikan dengan dokter bila memakan obat lain. Bila merasakan
reaksi yang tidak menyenangkan/menganggu karena memakan obat ini konsultasikan
dengan dokter. Simpan obat ini jauh dari jangkauan anak-anak.
MEKANISME AKSI
Memblok reseptor dopaminrgik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak.
Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular
Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur
tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.
9. Jelaskan patofisiologi dari penyalahgunaan zat sehingga menyebabkan gangguan
psikotik!
1. Meningkatkan pelepasan monoamines (norepinefrin, 5-HT dan dopamin) dari
situs vesikuler penyimpanan mereka dalam terminal presinaps saraf.
2. Bersaing dengan monoamines untuk reuptake melalui DAT, NET atau SERT.
3. Memfasilitasi pelepasan sitoplasma presinaps monoamines dengan merangsang
"mundur" transporter asing (misalnya pertukaran intraseluler monoamines untuk
extracelluar amfetamin - mekanisme symport).
4. Lemah menghambat MAO, menyebabkan kenaikan tingkat presinaps monoamine
-
33
5. Amfetamin mungkin memiliki beberapa langsung reseptor agonis tindakan
(misalnya 5-HT) di beberapa daerah SSP.
Amfetamin dosis tinggi dapat mengubah tindakan dopamin dan noradrenaline di
otak. Pada dosis tinggi, amfetamin meningkatkan konsentrasi dopamin di celah sinaptik
dalam 4 cara: (1) itu dapat mengikat membran pra-sinaptik dari dopaminrgik neurones
dan menginduksi pelepasan dopamin dari ujung saraf; (2) amfetamin dapat berinteraksi
dengan dopamin yang mengandung vesikel, melepaskan dopamin gratis ke saraf
terminal;(3) amfetamin dapat mengikat monoamine oksidase di dopaminrgik neurones
dan mencegah degradasi dopamin, meninggalkan dopamin gratis di saraf terminal; dan
(4) amfetamin dapat mengikat dopamin transporter re-uptake, menyebabkan ia bertindak
secara terbalik dan transportasi gratis dopamin dari ujung saraf. Amfetamin dosis tinggi
memiliki efek yang sama pada noradrenergik neurones; dapat menginduksi pelepasan
noradrenaline ke dalam celah synaptic dan menghambat noradrenaline re-uptake
transporter.
-
34
10. Jelaskan penilaian prognosis pasien skizofrenia dan kaitkan dengan kasus!
Prognosis Baik Prognosis Buruk
Onset tua
Faktor pencetus jelas
Onset cepat
Riwayat premorbid baik
Gejala-gejala afektif (terutama
depresif)
Menikah
Riwayat gangguan mood pada
keluarga
Dukungan sosial baik
Gejala-gejala positif
Onset muda
Faktor pencetus tidak jelas
Onset lambat
Riwayat premorbid jelek
Gejala-gejala penarikan diri
Tidak menikah
Riwayat skizofrenia pada
keluarga
Dukungan sosial buruk
Gejala-gejala negatif,
neurologis, riwayat trauma
perinatal, tiga tahun tanpa
remisi, sering kambuh, riwayat
agresi
Laki-laki
Penggunaan obat-obatan
Pada kasus ini mengarah pada prognosis yang buruk (dubia ad malam) karena
pada pasien terdapat lebih banyak tanda dan gejala yang mengarah pada prognosis
buruk dibanding prognosis baik. Yaitu pada pasien faktor pencetus masih belum jelas,
terdapat gejala-gejala penarikan diri, tidak menikah, dukungan sosial buruk, laki-laki,
dan menggunakan obat-obatan.
11. Jelaskan mengenai efek samping ekstrapiramidal!
Susunan ekstrapiramidal terdiri atas korpus striatum, globus palidus, inti-inti
talamik, nukleus subtalamikus, subtansia nigra, formatio retikularis batang
otak,serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yaitu area 4, area 6 dan
area 8. komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh akson
masing-masing komponen itu. Dengan demikian terdapat lintasan yang melingkar
yang dikenal sebagai sirkuit. Oleh karena korpus striatum merupakan penerima
tunggal dari serabut-serabut segenap neokorteks, maka lintasan sirkuit tersebut
dinamakan sirkuit striatal yang terdiri dari sirkuit striatal utama (principal) dan 3
sirkuit striatal penunjang (aksesori).
Sirkuit striatal prinsipal tersusun dari tiga mata rantai, yaitu (a) hubungan
segenap neokorteks dengan korpus striatum serta globus palidus, (b) hubungan korpus
striatum/globus palidus dengan thalamus dan (c) hubungan thalamus dengan korteks
area 4 dan 6. Data yang tiba diseluruh neokorteks seolah-olah diserahkan kepada
korpus striatum/globus paidus/thalamus untuk diproses dan hasil pengolahan itu
merupakan bahan feedback bagi korteks motorik dan korteks motorik tambahan. Oleh
karena komponen-komponen susunan ekstrapiramidal lainnya menyusun sirkuit yang
pada hakekatnya mengumpani sirkuit striata utama, maka sirkuit-sirkuit itu disebut
sirkuit striatal asesorik.
Sirkuit striatal asesorik ke-1 merupakan sirkuit yang menghubungkan stratum-
globus palidus-talamus-striatum. Sirkuit-striatal asesorik ke-2 adalah lintasan yang
melingkari globus palidus-korpus subtalamikum-globus palidus. Dan akhirnya sirkuit
-
35
asesorik ke-3, yang dibentuk oleh hubungan yang melingkari striatum-subtansia
nigra-striatum.
Umumnya semua neuroleptik menyebabkan beberapa derajat disfungsi
ekstrapiramidal dikarenakan inhibisi transmisi dopaminrgik di ganglia basalis. Pada
pasien skizofrenia dan pasien dengan gangguan psikotik lainnya terjadi disfungsi pada
sitem dopamin sehingga antipsikotik tipikal berfungsi untuk menghambat transmisi
dopamin di jaras ekstrapiramidal dengan berperan sebagai inhibisi dopaminrgik yakni
antagonis reseptor D2 dopamin. Namun penggunaan zat-zat tersebut menyebabkan
gangguan transmisi di korpus striatum yang mengandung banyak reseptor D1 dan D2
dopamin. Gangguan jalur striatonigral dopamin menyebabkan depresi fungsi motorik
sehingga bermanifestasi sebagai sindrom ekstrapiramidal. Beberapa neuroleptik
tipikal (seperti haloperidol, fluphenazine) merupakan inhibitor dopamin ganglia
basalis yang lebih poten, dab sebagai akibatnya menyebabka efek samping gejala
ekstrapiramidal yang lebih menonjol.
Gejala ekstrapiramidal sering dibagi dalam beberapa kategori yaitu reaksi
distonia akut, tardive diskinesia, akatisia, dan parkinsonism (Sindrom Parkinson).
Obat antispikosis dengan efek samping gejala ekstrapiramidalnya sebagai berikut:
Antipsikosis Dosis (mg/hr) Gej. ekstrapiramidal
Chlorpromazine
Thioridazine
Perphenazine
trifluoperazine
Fluphenazine
Haloperidol
Pimozide
Clozapine
Zotepine
Sulpride
Risperidon
Quetapine
Olanzapine
Aripiprazole
150-1600
100-900
8-48
5-60
5-60
2-100
2-6
25-100
75-100
200-1600
2-9
50-400
10-20
10-20
++
+
+++
+++
+++
++++
++
-
+
+
+
+
+
+
Reaksi Distonia Akut (Acute Dystonia Reaction)
Keadaan ini merupakan spasme atau kontraksi involunter, akut dari satu atau
lebih kelompok otot skeletal yang lazimnya timbul dalam beberapa menit. Kelompok
otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau otot ekstraokuler,
bermanifestasi sebagai tortikolis, disartria bicara, krisis okulogirik dan sikap badan
yang tidak biasa.
Suatu ADR lazimnya mengganggu sekali bagi pasien. Dapat nyeri atau bahkan
dapat mengancam kehidupan dengan gejala-gejala seperti distonia laring atau
diafragmatik.
Reaksi distonia akut sering sekali terjadi dalam satu atau dua hari setelah
pengobatan dimulai, tetapi dapat terjadi kapan saja. Keadaan ini terjadi pada kira-kira
10% pasien, lebih lazim pada pria muda, dan lebih sering dengan neuroleptik dosis
tinggi yang berpotensi lebih tinggi, seperti haloperidol dan flufenazine.
-
36
Reaksi distonia akut dapat merupakan penyebab utama dari ketidakpatuhan
dengan neuroleptik karena pandangan pasien mengenai medikasi secara permanen
dapat memudar oleh suatu reaksi distonik yang menyusahkan.
Tardive Diskinesia
Dari namanya sudah dapat diketahui merupakan sindrom yang terjadi lambat
dalam bentuk gerakan koreoatetoid abnormal, gerakan otot abnormal, involunter,
menghentak, balistik, atau seperti tik. Ini merupakan efek yang tidak dikehendaki dari
obat antipsikotik. Hal ini disebabkan defisiensi kolinergik yang relatif akibat
supersensitif reseptor dopamin di putamen kaudatus. Wanita tua yang diobati jangka
panjang mudah mendapatkan gangguan tersebut walaupun dapat terjadi di perbagai
tingkat umur pria ataupun wanita. Prevalensi bervariasi tetapi tardive diskinesia
diperkirakan terjadi 20-40% pasien yang berobat lama. Tetapi sebagian kasus sangat
ringan dan hanya sekitar 5% pasien memperlihatkan gerakan berat nyata. Namun,
kasus-kasus berat sangat melemahkan sekali, yaitu mempengaruhi berjalan, berbicara,
bernapas, dan makan.
Faktor predisposisi dapat meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita, dan
pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang. Pasien dengan gangguan afektif atau
organik juga lebih berkemungkinan untuk mengalami tardive diskinesia. Gejala hilang
dengan tidur, dapat hilang timbul dengan berjalannya waktu dan umumnya memburuk
dengan penarikan neuroleptik. Diagnosis banding jika mempertimbangkan tardive
diskinesia meliputi penyakit Hutington, Khorea Sindenham, diskinesia spontan, tik
dan diskinesia yang ditimbulkan obat (contohnya levodopa, stimulant dan lain-lain).
Perlu dicatat bahwa tardive diskinesia yang diduga disebabkan oleh
kesupersensitivitasan reseptor dopamin pasca sinaptik akibat blokade kronik dapat
ditemukan bersama dengan sindrom Parkinson yang diduga disebabkan karena
aktifitas dopaminrgik yang tidak mencukupi. Pengenalan awal perlu karena kasus
lanjut sulit di obati. Banyak terapi yang diajukan tetapi evaluasinya sulit karena
perjalanan penyakit sangat beragam dan kadang-kadang terbatas. Tardive diskinesia
dini atau ringan mudah terlewatkan dan beberapa merasa bahwa evaluasi sistemik,
Skala Gerakan Involunter Abnormal (AIMS) harus dicatat setiap enam bulan untuk
pasien yang mendapatkan pengobatan neuroleptik jangka panjang.
Akatisia
Sejauh ini EPS ini merupakan yang paling sering terjadi. Kemungkinan terjadi
pada sebagian besar pasien yang diobati dengan medikasi neuroleptik, terutama pada
populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup atau
suatu keinginan untuk tetap bergerak. Juga telah dilaporkan sebagai rasa gatal pada
otot.
Pasien dapat mengeluh karena anxietas atau kesukaran tidur yang dapat disalah
tafsirkan sebagai gejala psikotik yang memburuk. Sebaliknya, akatisia dapat
menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim.
Agitasi, pemacuan yang nyata, atau manifestasi fisik lain dari akatisia hanya dapat
ditemukan pada kasus yang berat. Juga, akinesis yang ditemukan pada parkinsonisme
yang ditimbulkan neuroleptik dapat menutupi setiap gejala objektif akatisia.
Akatisia sering timbul segera setelah memulai medikasi neuroleptik dan pasien
sudah pada tempatnya mengkaitkan perasaan tidak nyaman. Yang dirasakan ini
dengan medikasi sehingga menimbulkan masalah ketidakpatuhan pasien.
-
37
Sindrom Parkinson
Merupakan EPS lain yang agak lazim yang dapat dimulai berjam-jam setelah
dosis pertama neuroleptik atau dimulai secara berangsur-angsur setelah pengobatan
bertahun-tahun. Patofisiologi parkinsonisme akibat neuroleptik melibatkan
penghambatan reseptor D2 dalam kaudatus pada akhir neuron dopamin nigrostriatal,
yaitu neuron yang sama yang berdegenerasi pada penyakit Parkinson idiopatik. Pasien
yang lanjut usia dan wanita berada dalam resiko tertinggi untuk mengalami
parkinsonisme akibat neuroleptik.
Manifestasinya meliputi berikut :
Akinesia : yang meliputi wajah topeng, kejedaan dari gerakan spontan, penurunan
ayunan lengan pada saat berjalan, penurunan kedipan, dan penurunan mengunyah
yang dapat menimbulkan pengeluaran air liur. Pada bentuk yang yang lebih ringan,
akinesia hanya terbukti sebagai suatu status perilaku dengan jeda bicara, penurunan
spontanitas, apati dan kesukaran untuk memulai aktifitas normal, kesemuanya dapat
dikelirukan dengan gejala negatif skizofrenia.
Tremor : khususnya saat istirahat, secara klasik dari tipe penggulung pil. Tremor
dapat mengenai bibir dan otot-otot perioral yang disebut sebagai sindrom kelinci.
Keadaan ini dapat dikelirukan dengan tardive diskinesia, tapi dapat dibedakan melalui
karakter lebih ritmik, kecerendungan untuk mengenai rahang daripada lidah dan
responnya terhadap medikasi antikolinergik.
Kekakuan otot/rigiditas : merupakan gangguan pada tonus otot, yaitu derajat
ketegangan yang ada pada otot. Gangguan tonus otot dapat menyebabkan hipertonia.
Hipertonia yang berhubungan dengan parkinsonisme akibat neuroleptik adalah tipe
pipa besi (lead-pipe type) atau tipe roda gigi (cogwheel type). Istilah tersebut
menggambarkan kesan subjektif dari anggota gerak atau sendi yang terkena.
Penanganan Efek Samping Ekstrapiramidal
Gejala ekstrapiramidal dapat sangat menekan sehingga banyak ahli
menganjurkan terapi profilaktik. Gejala ini penting terutama pada pasien dengan
riwayat EPS atau para pasien yang mendapat neuroleptik poten dosis tinggi.
Medikasi anti-EPS yang digunakan terutama adalah antikolinergik. Hal tersebut
disebabkan adanya reaksi reciprocal (berlawanan) antara dopamin dan asetilkolin
pada jalur dopamin nigrostriatal. Neuron-neuron dopamin pada jalur nigrostriatal
mempunyai koneksi postsinaps dengan neuron kolinergik. Secara normal, dopamin
menghambat pelepasan asetilkolin dari postsinaps jalur kolinergik nigrostriatal. Obat
antipsikosis menghambat dopamin sehingga menyebabkan aktivitas asetilkolin
berlebih.
Untuk mengurangi efek asetilkolin yang berlebih ini, digunakan antikolinergik.
Sehingga untuk setiap pemberian obat antipsikosis diberikan antikolinergik untuk
mencegah adanya efek samping ekstrapiramidal. Medikasi anti-EPS mempunyai efek
sampingnya sendiri yang dapat menyebabkan komplians yang buruk. Antikolinergik
umumnya menyebabkan mulut kering, penglihatan kabur, gangguan ingatan,
konstipasi dan retensi urine. Selain dengan medikasi anti-EPS, dapat juga dilakukan
pengurangan dosis obat anti-psikosis atau dengan mengganti obat anti-psikosis
dengan jenis atipikal seperti olanzapine, risperidone, atau clozapine. Obat anti-
psikosis atipikal ini hanya sedikit berpengaruh terhadap jalur nigrostriatal sehingga
efeknya terhadap ekstrapiramidal lebih sedikit dibanding obat-obat anti-psikosis
konvensional. Umumnya disarankan bahwa suatu usaha dilakukan setiap enam bulan
untuk menarik medikasi anti-EPS pasien dengan pengawasan seksama terhadap
kembalinya gejala.