status psikiatrikus fatimah shellya

38
STATUS PSIKIATRIKUS Nama : Fatimah Shellya NIM : 04054821517118 Semester : VIII Tanggal : 10 Juni 2015 Pembimbing : dr. H.M. Zainie Hassan AR. SpKJ (K) Kegiatan : Ujian Kepaniteraan Klinik BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA RUMAH SAKIT Dr. ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN 2014

Upload: fatimah-shellya-shahab

Post on 06-Nov-2015

234 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

lala

TRANSCRIPT

  • STATUS PSIKIATRIKUS

    Nama : Fatimah Shellya

    NIM : 04054821517118

    Semester : VIII

    Tanggal : 10 Juni 2015

    Pembimbing : dr. H.M. Zainie Hassan AR. SpKJ (K)

    Kegiatan : Ujian Kepaniteraan Klinik

    BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    RUMAH SAKIT Dr. ERNALDI BAHAR

    PROVINSI SUMATERA SELATAN

    2014

  • 1

    BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA Nomor Status : 061838

    FAKULTAS KEDOKTERAN Nomor Registrasi : 0000021084

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA Tahun : 2015

    PALEMBANG Tanggal Masuk : 9 Juni 2015

    Tanggal Meninggal :

    STATUS PASIEN JIWA

    Nama : Tn. H Laki-laki/Perempuan

    Tanggal Lahir/Umur : 7 Oktober 1979 Tempat Lahir : Indralaya

    Status Perkawinan : Belum menikah Warga Negara : Indonesia

    Agama : Islam Suku Bangsa : Palembang

    Tingkat Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Tidak bekerja

    Alamat dan nomor telepon keluarga terdekat pasien : Rantau Alai Tanjung Raja Ogan Ilir

    Indralaya

    Dikirim Oleh : Kakak kandung

    Nama Mahasiswa : Fatimah Shellya

    NIM : 04054821517118

    Dokter Supervisor / yang mengobati : dr. H.M. Zainie Hassan AR. SpKJ

    Poli : Poli RS Ernaldi Bahar

    MENGETAHUI

    SUPERVISOR

    ( ...................................... )

  • 2

    STATUS PRESENS TANGGAL : 09 Juni 2015

    STATUS INTERNUS

    Keadaan Umum

    Sensorium : Compos mentis Suhu : 36,30C Berat Badan : 61 kg

    Nadi : 84 x/menit Pernafasan : 22 x/menit Tinggi Badan : 168 cm

    Tekanan Darah : 120/80 mmHg Turgor : Baik Status Gizi : Normoweight

    Sistem Kardiovaskular : Tidak ada kelainan

    Sistem Respiratorik : Tidak ada kelainan

    Sistem Gastrointestinal : Tidak ada kelainan

    Sistem Urogenital : Tidak ada kelainan

    Kelainan Khusus : Tidak ada

    STATUS NEUROLOGIKUS

    Urat Syaraf Kepala (Panca Indera) : Tidak ada kelainan

    Gejala Rangsang Meningeal : Tidak ada

    Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial : Tidak ada

    Mata : - Gerakan : Gerakan baik ke segala arah, tidak ada

    kelumpuhan, tidak ada nistagmus.

    - Persepsi Mata : Baik, tidak ada diplopia, visus normal

    - Pupil : Bentuk : Bulat Ukuran : Diameter 3 mm

    Refleks Cahaya : +/+ Refleks Konvergensi : +/+

    - Refleks Kornea : +/+

    - Pemeriksaan Oftalmoskopi : Tidak dilakukan

    Motorik : - Tonus : Eutoni ........................................................................................

    - Koordinasi : Baik ...........................................................................................

    - Turgor : Baik ...........................................................................................

    - Refleks : Refleks fisiologis +/+ normal, refleks patologis -/-

    - Kekuatan : Kekuatan otot lengan 5/5, kekuatan otot tungkai 5/5

    Sensibilitas : Tidak ada kelainan

    Susunan Syaraf Vegetatif : Tidak ada kelainan

    Fungsi Luhur : Tidak ada kelainan

    Kelainan Khusus : Tidak ada

  • 3

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN

    Darah Rutin : Tidak dilakukan Khusus : -

    Urine Rutin : Tidak dilakukan Khusus : -

    Tinja Rutin : Tidak dilakukan Khusus : -

    Liquor Serebrospinalis (Pungsi Lumbal) : Tidak dilakukan

    PEMERIKSAAN ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG)

    Tidak dilakukan

    PEMERIKSAAN RADIOLOGI

    BRAIN COMPUTERIZED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN OTAK)

    Tidak dilakukan

    HASIL

    -

  • 4

    STATUS PSIKIATRIKUS

    ALLOANAMNESIS (Boleh lebih dari satu sumber)

    Diperoleh dari : Tn. M

    Umur : 49 tahun

    Alamat dan Nomor Telepon : Rantai Alai Tanjung Raja, Ogan Ilir Indralaya

    Pendidikan : Tamat SMA

    Hubungan dengan pasien : Kakak kandung

    Sebab Utama : Mengoceh sendiri serta membawa kayu dan parang untuk melawan

    orang yang ingin mencelakainya

    Keluhan utama : Sulit tidur

    Riwayat Perjalanan Penyakit

    Sejak 2 bulan yang lalu pasien terlihat sering mengoceh sendiri. Pasien

    mengaku ada yang mengajaknya bicara, namun tidak ada orangnya. Pasien

    meyakini banyak orang yang ingin mencelakai dan membunuh pasien, salah

    satunya adalah tetangganya sendiri. Pasien merasa ada yang memanggil-manggil

    dan mengintip pasien. Pasien juga meyakini ada orang yang ingin mencelakai

    keluarganya. Karena merasa terancam, pasien selalu siaga dengan kayu dan

    parang untuk melawan orang yang ingin mencelakai keluarganya. Pasien sering

    tidak terima dan marah jika dinasihati keluarganya, dan juga sering melawan

    orang tuanya. Pasien sering melihat ada orang yang mengintip, ada bayangan

    seperti hantu yang menakutinya. Pasien juga merasa ada bermacam-macam hewan

    yang ingin menerkam dan mencelakainya, dan ia mengaku terkadang hewan

    tersebut masuk ke kulit dan mengendalikan serta menakut-nakuti pasien. Pasien

    tidak mau lagi bersosialisasi dengan sekitar karena merasa curiga dan takut bahwa

    orang sekitar akan mencelakainya. Pasien tidak mau bekerja karena merasa malas.

    Pasien masih mampu mengurus dirinya, seperti makan, minum, dan mandi masih

    dapat dilakukannya sendiri. Pasien juga mengeluh sulit tidur, namunnafsu

    makannya baik. Pasien mulai sulit diajak berkomunikasi karena saat diajak bicara

    terkadang jawabannya tidak nyambung. Pasien tidak berobat ke dokter, namun

    hanya berobat alternatif ke beberapa tempat, namun tidak mengalami perbaikan.

    Sejak 1 bulan yang lalu pasien semakin sering mengoceh sendiri dan

    semakin takut serta merasa terancam dengan lingkungan sekitarnya. Pasien

    mengaku semakin sering melihat hantu dan orang yang mengintip untuk

    mencelakainya. Pasien juga merasa semakin banyak hewan-hewan yang ingin

    mencelakai dan menerkam dirinya seperti kumbang, kupu-kupu, kelelawar, ular,

    dan lain sebagainya. Pasien semakin malas mengurus dirinya, yaitu pasien

    semakin jarang mandi. Pasien tidak mau lagi keluar rumah karena semakin curiga

    bahwa ada orang yang ingin membunuh dan mencelakai pasien. Pasien semakin

    sulit tidur dan pada beberapa waktu pasien bahkan tidak tidur sama sekali. Nafsu

    makan pasien masih baik, namun pasien mulai malas dan ingin dilayani. Pasien

    masih tidak berobat ke dokter dan hanya berobat alternatif, namun belum ada

    perbaikan.

  • 5

    Riwayat Premorbid

    - Bayi : Cukup bulan, lahir spontan, langsung menangis, ditolong oleh

    dukun beranak

    - Anak-anak : Interaksi sosial baik, banyak teman

    - Remaja : Interaksi sosial baik, banyak teman

    - Dewasa : Interaksi sosial baik, banyak teman

    Riwayat Perkembangan Organobiologik dan Penyakit-Penyakit yang Pernah

    Diderita

    - Riwayat trauma kepala (-)

    - Riwayat kejang (-)

    - Riwayat menderita penyakit berat (-)

    - Riwayat asma (-)

    - Riwayat hipertensi (-)

    - Riwayat diabetes melitus (-)

    - Riwayat merokok (+) sejak SMP, jumlahnya tidak tentu

    - Riwayat NAPZA (+)

    - Riwayat alkohol (+) sejak 5 tahun yang lalu, jumlah pemakaian tidak tentu,

    jarang

    - Riwayat alergi obat (-)

    Riwayat Pendidikan

    - SD : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata

    - SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata

    - SMA : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata

    Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat kuliah karena lebih memilih untuk

    mencari uang.

    Riwayat Pekerjaan

    Pasien pernah ikut bekerja bangunan beberapa kali beberapa tahun yang lalu,

    namun pasien belum memiliki pekerjaan tetap.

    Riwayat Pernikahan

    Pasien belum menikah

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Pasien tinggal bersama orang tua dan dua orang saudara laki-lakinya. Saudaranya

    bekerja sebagai petani karet dan petani padi. Semua biaya kehidupan sehari-hari

    ditanggung oleh kedua saudara pasien. Kesan ekonomi menengah (cukup).

    Riwayat Keluarga

    -

    Pasien

  • 6

    Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal

    - Pola asuh : Pasien diperlakukan secara wajar, kasih sayang

    yang cukup dan adil antar saudara

    - Hubungan antar saudara : Baik

    - Hubungan dengan orang tua : Baik

    AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI

    Selama dilakukan autoanamnesis juga sekaligus dilakukan observasi atas sikap

    dan tingkah laku pasien (bagaimana ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku pasien selama

    berbicara atau menjawab pertanyaan yang diajukan).

    Sebelum melakukan pemeriksaan ini, pemeriksa sudah menguasai kerangka yang

    terdapat pada IKHTISAR DAN KESIMPULAN AUTOANAMNESIS DAN

    OBSERVASI (pada halaman 10), agar pemeriksa dapat menangkap dan mengenal

    gejala-gejala psikopatologi yang muncul.

    Selama autoanamnesis berlangsung, gunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien

    dan jawaban pasien sedapat-dapatnya ditulis dalam kata-kata asli dari pasien (secara

    verbatim). Gejala-gejala psikopatologi yang tidak muncul secara spontan dapat dilakukan

    wawancara secara terpimpin, namun usahakan tidak bersifat sugestif.

    Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol, tulislah yang perlu-

    perlu saja. Cerita pasien yang tidak perlu diberi tanda ........ yang memisahkan antara

    bagian cerita pasien yang ditulis sebelum dan sesudahnya.

    Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol seperti di bawah ini:

    Kalimat ucapan ditulis dalam tanda petik ........... dan hasil observasi yang berkaitan

    ditulis dalam tanda kurung ( ) di belakang kalimat tersebut.

    Sebelum penulisan protokol tersebut, terlebih dahulu deskripsikanlah keadaan dan

    penampilan pasien ketika ditemui untuk diajak wawancara.

    Wawancara dilakukan pada hari Selasa, 09 Juni 2015, pukul 10.30 WIB di poli RS

    Ernaldi Bahar. Penampilan pasien cukup rapi dan bersih. Pasien mengenakan baju warna

    abu-abu dan celana hitam.

    Wawancara dilakukan dalam bahasa Palembang dan Indonesia.

    PEMERIKSA PASIEN INTERPRETASI

    (PSIKOPATOLOGI)

    Assalamualaikum Pak

    (Pemeriksa tersenyum sambil

    menatap mata pasien dan

    mengajak bersalaman)

    Saya dokter muda Sella yang

    bertugas disini, boleh kita

    ngobrol dan bercerita sebentar

    Pak?

    Bapak namonyo siapo?

    Waalaikumussalam

    (Pasien menjabat tangan

    pemeriksa lalu segera duduk

    menyamping dan tidak menatap

    pemeriksa)

    Iyo dok, boleh

    Hamdi dok

    Kesadaran : compos

    mentis

    Perhatian : Adekuat

    Sikap : kooperatif

    Tingkah laku :

    normoaktif

    Ekspresi fasial : ada

    Verbalisasi : jelas

    Cara bicara : lancar

    Kontak psikis :

    - Mata : tidak ada

    - Fisik : ada

  • 7

    Pak Hamdi umurnyo berapo?

    Bapak kelahiran tahun

    berapo?

    Berarti umur bapak sekitar 35

    atau 36 tahun yo?

    Iyo Pak dak apo. Bapak

    begawe apo sekarang?

    Ngapo idak begawe tu Pak?

    Ngapo sungkan tu Pak?

    Gangguan apo Pak?

    Jadi bapak takut nak

    begawe?

    Yo jadi ngapo Pak dak galak

    begawe?

    Bapak ngapo duduk nyamping

    tu? Takut samo aku yo Pak?

    Bapak sekolah tamat apo Pak

    kemaren?

    Bapak tau dak ngapo dibawa

    kesini?

    Gangguan apa Pak?

    Setan itu ngapoi bapak?

    Bapak gangguannyo kan baru

    duo bulan ini, sebelumnyo ado

    dak Pak?

    Emm.. 34 tahun dok

    Tahun 79 dok

    Eh iyo dok, lupo aku, cuma

    lupo-lupo dikit be dok, dak

    ngapo-ngapo aku ni

    Idak begawe dok

    Ado perasaan dak lemak bae,

    sungkan

    Iyolah kareno ado gangguan

    ini nah

    Yo macam-macam lah,

    banyak

    Bukannyo takut, ngapo nak

    takut, kan begawe tu nyari duet,

    ngapo nak takut

    Yo gangguan inilah, cak ado

    uong nak nyelakoi aku,

    nganggu aku

    Idak takut dok, kito cerito cak

    ini be yo dok, nyamping be

    Tamat sekolah MAN

    Idak tau, yo kadang kurang

    tidur inilah gara-gara ado

    gangguan-gangguan

    Iyolah cak ado yang datang,

    gangguan cak ado setan-setan

    itu ngejar aku

    Nganggu aku, nganggu tedok,

    nakut-nakuti aku

    Sebelumnyo katek

    - Verbal : ada

    Daya ingat : baik

    Afek : sesuai

    Mood : eutimik

    Hidup emosi : stabil,

    terkendali

    Waham curiga

    Taraf pendidikan

    sesuai

    Waham kejaran

    Halusinasi visual

  • 8

    Jadi bapak tau yo bapak

    sakit?

    Pak kiro-kiro ngapolah bapak

    cak ini, ado sebabnya dak

    Pak?

    Oh bapak ni ado ngilmu

    Nyesal dak Pak ngambek

    ilmu?

    Dak nyubo dibuang apo Pak

    ilmunyo? Balek kesano lagi

    Pak kito lagi dimano

    sekarang?

    Sekarang ni pagi, siang, sore,

    apo malem?

    Hari ini hari apo Pak?

    Tahun berapo Pak?

    Bapak dibawa siapo kesini?

    Bapak kakaknyo yang lanang

    berapo ikok?

    Tamat SMA kapan?

    Bapak apo yang dirasoken

    sekarang?

    Jadi yang gangguan tadilah yo

    Pak?

    Bapak ado curiga samo uong

    yo Pak?

    Ngapo dio ngintip bapak tu,

    kalo perasaan bapak bae

    Bapak ngeraso ado dapet

    wahyu dak Pak?

    Yo susah tedok samo ado

    gangguan-gangguan inilah

    Ngambek ngisi badan untuk

    jago diri

    Iyo

    Nyesal dak nyesal lah

    Iyo balik kesano lagi, tapi yo

    cak inilah dak pacak lagi

    Rumah sakit

    Sekarang? Siang lah ini, jam

    berapo sekarang ni, tau aku ni

    Selaso

    2015 lah dok

    Ini nah kakak aku, yang ini

    dengen yang ini kakak aku

    (Pasien sambil menunjuk kakak

    kandungnya)

    3 ikok dok

    2002 kalo dak salah

    Dak katek, yo takut tadilah

    dok, cak ado uong nak nganu

    aku

    Iyo dok

    Iyo curiga ado uong ngintip-

    ngintip ni nah dok

    Yo perasaan kito tu nak nganu

    kan, nak nembak, iyo nian

    Iyo dapet wahyu

    Discriminative

    insight baik

    Orientasi tempat baik

    Orientasi waktu baik

    Orientasi orang baik

    Daya ingat : baik

    Daya konsentrasi :

    baik

    Waham curiga

    Waham bizzare

  • 9

    Apo wahyunyo Pak?

    Yo salah satunyo apo Pak?

    Jadi bapak ngeraso punyo

    kekuatan?

    Bapak ado nyingok hewan yo

    Pak?

    Hewan nian, apo barang

    berubah jadi hewan, misal tali

    jadi ular

    Ngapo dio masuk tu Pak?

    Jadi dio ngontrol bapak yo?

    Pak ngeraso ado bau-bauan

    dak Pak?

    Kalo raso manis, asem, pahit

    di lidah ado dak?

    Gara-gara bapak abis makan

    ato ngerokok yo?

    Cak mano Pak rasonyo?

    Bapak ngapo galak bawa

    kayu, bawa parang?

    Oh bapak nenger suaro-suaro

    merintah bapak, ado uongnyo

    dak Pak

    Ngomong apo bae lagi Pak

    suaro itu?

    Ngapo uong nak nganu

    bapak?

    Yo macem-macem lah

    Yo kalo ado uong nak nganu

    tu aku biso ngelawan

    Iyo, mano kito tu galak

    sembahyang pulo kan

    Iyo ado

    Idak do, hewan nian dok,

    perasaan nak nerkam aku, terus

    dio masuk ke badan aku, ke

    dalem kulit aku, kesini nah

    (pasien menunjuk paha kakinya)

    Dio ngendalike aku

    Iyo dok, nyuruh macem-

    macem lah

    Katek

    Ado

    Idak, dateng dewek tibo-tibo

    Yo berubah-ubah, kadang

    masin, manis, asem

    Yo ado uong nak nganu tadi,

    nak siap kito, terus ado uong

    merintah aku, nyuruh dak

    bebaju

    Iyo ado yang ngomong

    dengen aku, tapi katek

    uongnyo

    Ado uong nak bunuh aku,

    tetanggo nak nganu aku, tulah

    aku takut nak keluar rumah

    Dak tau aku dok

    Halusinasi visual

    Ilusi disangkal

    Waham kontrol

    Halusinasi gustatorik

    Halusinasi auditorik

  • 10

    Apolagi Pak yang bapak

    rasoke?

    Ado yang dipikirke dak Pak?

    Ado masalah dak Pak dengen

    keluargo, tetanggo, kawan, apo

    masalah lain?

    Bapak tau dak bawa parang tu

    dak bagus?

    Bales bunuh uong bagus dak

    Pak?

    Yo sudah gek kito ngobrol

    lagi yo Pak, kalo gek dikasih

    obat jangan lupo diminum.

    Makasih yo Pak

    Yang tadilah dok

    Banyak dok, macem-macem,

    yo yang tadilah

    Katek dok, paling kakak aku

    nilah galak marahi aku

    sekarang ni garo-garo bawak

    parang ni

    Yo makmano, persiapan kito,

    kalo tibo-tibo uong nak ngapak

    cakmano?

    Idak, tapi cakmano daripada

    dianuke

    Iyo dok

    Discriminative

    judgement baik

    Sikap : kooperatif

  • 11

    IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

    (AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI)

    KEADAAN UMUM

    Kesadaran/Sensorium : Compos mentis terganggu

    Perhatian : Adekuat

    Sikap : Kooperatif

    Inisiatif : Ada

    Tingkah Laku Motorik : Normoaktif

    Karangan/Tulisan/Gambaran (bila ada lampirkan) : Tidak dilakukan pemeriksaan

    Ekspresi Fasial : Wajar

    Verbalisasi : Jelas Cara Bicara : Lancar

    Kontak Psikis : - Kontak Fisik : Ada

    - Kontak Mata : Tidak ada

    - Kontak Verbal : Ada

    KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK)

    1. Keadaan Afektif (Mood) : afek : sesuai, mood : eutimik

    2. Hidup Emosi

    Stabilitas : Stabil Dalam-dangkal : Normal

    Pengendalian : Terkendali Adekuat-Inadekuat : Adekuat

    Echt-Unecht : Echt Skala Diferensiasi : Normal

    Einfuhlung : Bisa dirabarasakan Arus Emosi : Normal

    3. Keadaan dan Fungsi Intelek

    Daya ingat (amnesia, dsb) : Baik, tidak ada amnesia

    Daya Konsentrasi : Baik

    Orientasi : Tempat : Baik

    Waktu : Baik

    Personal : Baik

    Luas Pengetahuan umum dan Sekolah : Sesuai taraf pendidikan

    Discriminative Judgement : Baik

    Discriminative Insight : Baik

    Dugaan taraf intelegensi : Rata-rata

    Kemunduran intelektual (demensia, dsb) : Tidak ada

    4. Kelainan Sensasi dan Persepsi

    Ilusi : Tidak ada

    Halusinasi :

    - Halusinasi visual : pasien melihat bayangan setan, orang mengintip, dan ada hewan

    yang ingin menerkam pasien.

    - Halusinasi gustatorik : pasien merasa tiba-tiba ada bermacam-macam rasa di lidah

    pasien yang berubah-ubah

  • 12

    - Halusinasi auditorik : pasien merasa ada yang mengajak pasien bicara, memanggil-

    manggil, dan ada yang membisiki pasien bahwa ada yang ingin membunuhnya dan

    mencelakainya

    5. Keadaan Proses Berpikir

    Psikomotilitas : Biasa

    Mutu proses berpikir : Jelas

    Arus Pikiran

    Flight of ideas : Tidak ada Inkoherensi : Tidak ada

    Sirkumstansial : Tidak ada Tangensial : Tidak ada

    Terhalang : Tidak ada Terhambat : Tidak ada

    Perseverasi : Tidak ada Verbigerasi : Tidak ada

    Lain-lain : Tidak ada

    Isi Pikiran

    Pola Sentral : Tidak ada Rasa permusuhan/dendam : Tidak ada

    Waham :

    - Waham curiga : Pasien yakin ada orang yang mengintip, mengganggu, ingin

    membunuh dan mencelakai pasien

    - Waham kejaran : Pasien merasa ada setan yang mengejar-ngejar pasien

    - Waham bizzare : Pasien yakin diberikan wahyu untuk melawan orang yang

    ingin mencelakainya

    - Waham kontrol : Pasien yakin hewan yang masuk mengendalikan tubuhnya dan

    menyuruhnya

    Fobia : Tidak ada Hipokondria : Tidak ada

    Konfabulasi : Tidak ada Banyak sedikit isi pikiran : Normal

    Perasaan inferior : Tidak ada Perasaan berdosa/salah Tidaka ada

    Kecurigaan (belum taraf waham) : Tidak ada

    Lain-lain : Tidak ada

    Pemilikan Pikiran

    Obsesi : Tidak ada

    Alienasi : Tidak ada

    Bentuk Pikiran

    Autistik/dereistik : Ada Simbolik : Tidak ada

    Paralogik : Tidak ada Simetrik : Tidak ada

    Konkritisasi : Tidak ada Lain-lain : Tidak ada

    Lain-lain : Tidak ada

    6. Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan

    Abulia/Hipobulia : Ada Vagabondage : Tidak ada

    Stupor : Tidak ada Pyromania : Tidak ada

  • 13

    Raptus/Impulsivitas : Tidak ada Mannerisme : Tidak ada

    Kegaduhan Umum : Tidak ada Autisme : Tidak ada

    Deviasi Seksual : Tidak ada Logore : Tidak ada

    Ekopraksi : Tidak ada Mutisme : Tidak ada

    Ekolalia : Tidak ada Lain-lain : Tidak ada

    7. Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) : Ada

    8. Reality Testing Ability : RTA terganggu dalam hal perasaan, pikiran, dan perbuatan

  • 14

    PEMERIKSAAN LAIN-LAIN

    1. Evaluasi psikologik (oleh Psikolog) tanggal : Tidak dilakukan

    2. Evaluasi sosial (oleh Ahli Pekerja Sosial) tanggal : Tidak dilakukan

    3. Evaluasi lain-lain tanggal : Tidak dilakukan

  • 15

    FOLLOW UP

    -

  • 16

    RESUME

    I. IDENTIFIKASI

    Tn. H / Laki-laki / Lahir di Indralaya ; 7 Oktober 1979 / Belum menikah / Islam /

    Tamat SMA / Tidak bekerja / Alamat : Rantau Alai Tanjung Raja, Ogan Ilir Indralaya

    II. STATUS INTERNUS

    Sensorium : Compos mentis Berat badan : 61 kg

    TD : 120/80 mmHg Tinggi badan : 168 cm

    N : 84 x/menit Turgor : Baik

    RR : 22 x/menit Status gizi : Normoweight

    T : 36,3 0C Sistem organ : Tidak ada kelainan

    III. STATUS NEUROLOGIKUS

    Tidak ada kelainan

    IV. STATUS PSIKIATRIKUS

    Sebab Utama : Mengoceh sendiri (autisme) serta membawa kayu dan parang

    untuk melawan orang yang ingin mencelakainya

    Keluhan utama : Sulit tidur (insomnia)

    Riwayat Perjalanan Penyakit

    2 bulan yang lalu

    - Pasien terlihat sering mengoceh sendiri. (autisme)

    - Pasien mengaku ada yang mengajaknya bicara, namun tidak ada orangnya.

    (halusinasi auditorik)

    - Pasien meyakini banyak orang yang ingin mencelakai dan membunuh pasien,

    salah satunya adalah tetangga pasien sendiri. (waham curiga)

    - Pasien merasa ada yang memanggil-manggil dan ada orang yang mengintip

    pasien. (halusinasi auditorik dan halusinasi visual)

    - Pasien juga meyakini ada yang ingin mencelakai keluarganya. (waham curiga)

    - Karena merasa terancam, pasien selalu siap siaga dengan kayu dan parang untuk

    melawan orang yang ingin mencelakai dia dan keluarganya.

    (ansietas/kecemasan)

    - Pasien sering tidak terima dan marah jika dinasihati keluarganya, dan sering

    melawan orang tuanya. (agresif)

    - Pasien sering melihat ada orang yang mengintip, ada bayangan seperti hantu

    yang menakutinya. (halusinasi visual)

    - Pasien juga merasa ada bermacam-macam hewan yang ingin menerkam dan

    mencelakainya. (halusinasi visual)

    - Pasien mengaku terkadang hewan tersebut masuk ke kulit dan mengendalikan

    serta menakut-nakuti pasien. (waham kontrol)

    - Pasien tidak mau bersosialisasi dengan sekitar karena takut bahwa orang sekitar

    akan mencelakainya. (waham curiga)

    - Pasien malas bekerja. (hipobulia)

  • 17

    - Pasien masih mampu mengurus dirinya, seperti makan, minum, dan mandi

    masih dapat dilakukannya sendiri.

    - Pasien mengeluh sulit tidur (insomnia), namun nafsu makannya masih baik.

    - Pasien mulai sulit diajak berkomunikasi, karena saat diajak berbicara terkadang

    jawabannya tidak nyambung. (asosiasi longgar)

    - Pasien tidak berobat ke dokter, namun hanya berobat alternatif ke beberapa

    tempat, namun tidak mengalami perbaikan.

    1 bulan yang lalu

    - Pasien semakin sering mengoceh sendiri. (autisme)

    - Semakin takut dan merasa terancam dengan lingkungannya. (ansietas /

    kecemasan)

    - Pasien mengaku semakin sering melihat hantu dan orang yang mengintip untuk

    mencelakainya. (halusinasi visual)

    - Pasien juga merasa semakin banyak hewan-hewan yang ingin mencelakai

    dirinya seperti kumbang, kupu-kupu, kelelawar, ular, dan lain sebagainya.

    (halusinasi visual)

    - Pasien semakin malas mengurus dirinya, yaitu pasien semakin jarang mandi.

    (hipobulia)

    - Pasien tidak mau lagi keluar rumah karena semakin curiga bahwa ada orang

    yang ingin membunuh dan mencelakai pasien. (waham curiga)

    - Pasien semakin sulit tidur dan pada beberapa waktu pasien bahkan tidak tidur

    sama sekali. (insomnia)

    - Nafsu makan pasien masih baik, namun pasien mulai malas dan ingin dilayani.

    (hipobulia)

    - Pasien masih tidak berobat ke dokter dan hanya berobat ke alternatif, namun

    belum ada perbaikan.

    Riwayat Premorbid

    - Bayi : Cukup bulan, lahir spontan, langsung menangis, ditolong oleh

    dukun beranak

    - Anak-anak : Interaksi sosial baik, banyak teman

    - Remaja : Interaksi sosial baik, banyak teman

    - Dewasa : Interaksi sosial baik, banyak teman

    Riwayat Perkembangan Organobiologik dan Penyakit-Penyakit yang Pernah

    Diderita

    - Riwayat trauma kepala (-)

    - Riwayat kejang (-)

    - Riwayat menderita penyakit berat (-)

    - Riwayat asma (-)

    - Riwayat hipertensi (-)

    - Riwayat diabetes melitus (-)

    - Riwayat merokok (+) sejak SMP, jumlahnya tidak tentu

    - Riwayat NAPZA (+)

    - Riwayat alkohol (+) sejak 5 tahun yang lalu, jumlah pemakaian tidak tentu,

    jarang

    - Riwayat alergi obat (-)

  • 18

    Riwayat Pendidikan

    - SD : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata

    - SMP : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata

    - SMA : Tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata

    Pasien tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat kuliah karena lebih memilih untuk

    mencari uang.

    Riwayat Pekerjaan

    Pasien pernah ikut bekerja bangunan beberapa kali beberapa tahun yang lalu,

    namun pasien belum memiliki pekerjaan tetap.

    Riwayat Pernikahan

    Pasien belum menikah

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Pasien tinggal bersama orang tua dan dua orang saudara laki-lakinya. Saudaranya

    bekerja sebagai petani karet dan petani padi. Semua biaya kehidupan sehari-hari

    ditanggung oleh kedua saudara pasien. Kesan ekonomi menengah (cukup).

    Riwayat Keluarga

    Riwayat gangguan jiwa dalam keluarga disangkal

    - Pola asuh : Pasien diperlakukan secara wajar, kasih sayang

    yang cukup dan adil antar saudara

    - Hubungan antar saudara : Baik

    - Hubungan dengan orang tua : Baik

    PSIKOPATOLOGI

    I. Keadaan Umum : Compos mentis terganggu, perhatian adekuat, sikap kooperatif,

    inisiatif ada, tingkah laku motorik normoaktif, ekspresi fasial

    wajar, verbalisasi jelas, cara bicara lancar, kontak psikis

    (fisik: ada, verbal: ada, mata: tidak ada).

    II. Keadaan Spesifik :

    - Keadaan afektif (Mood) : Afek: sesuai, mood: eutimik

    - Hidup emosi : Stabil, terkendali, echt, bisa dirabarasakan, normal,

    adekuat, skala diferensiasi normal, arus emosi

    normal

    - Keadaan dan fungsi intelek : Daya ingat baik, daya konsentrasi baik, orientasi

    tempat, waktu, dan personal baik, luas pengetahuan

    umum dan sekolah sesuai taraf pendidikan,

    Pasien

  • 19

    discriminative insight baik, discriminative

    judgement baik, dugaan taraf intelegensi: rata-rata,

    kemunduran intelektual tidak ada.

    - Keadaan sensasi dan persepsi : Halusinasi visual, gustatorik, dan auditorik ada

    Ilusi disangkal

    - Keadaan proses berpikir : Psikomotilitas biasa, mutu proses berpikir jelas,

    waham curiga ada, waham kejaran ada, waham

    bizzare ada, waham kontrol ada, bentuk pikiran

    autistik ada.

    - Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan : Hipobulia ada, autisme ada

    - Kecemasan (anxiety yang terlihat secara nyata) : ada

    - Reality Testing Ability (RTA) : RTA terganggu dalam hal perasaan, pikiran, dan

    perbuatan

  • 20

    FORMULASI DIAGNOSTIK

    Seorang laki-laki berusia 35 tahun, belum menikah, tidak bekerja, pendidikan

    terakhir tamat SMA, dan beragama Islam datang dengan sebab utama mengoceh sendiri

    (autisme) dan membawa senjata karena takut akan dicelakai. Pasien mengeluh sulit tidur

    karena takut dan cemas akan dibunuh dan dicelakai. Pasien tahu kalau dirinya sakit

    (discriminative insight baik). Selama 2 bulan ini pasien mengalami ketakutan dan rasa

    cemas yang berlebihan, halusinasi auditorik, halusinasi visual, halusinasi gustatorik,

    waham curiga, waham kejaran, waham bizzare, dan waham kontrol. Pasien mulai malas

    (hipobulia), sulit tidur (insomnia), dan jika diajak bicara tidak nyambung (asosiasi

    longgar). Namun, nafsu makannya masih baik. Pasien tidak berobat ke dokter dan hanya

    berobat alternatif, namun tidak ada perbaikan. Sejak 1 bulan yang lalu keluhan pasien

    sama, namun semakin berat, nafsu makannya masih baik, namun sudah malas untuk

    mengambil makanan dan ingin dilayani. Pasien makin malas mengurus diri dan pasien

    masih belum berobat ke dokter.

    Berdasarkan keluhan pasien, maka diagnosis skizofrenia dapat ditegakkan. Jika

    menurut PPDGJ III maka diperlukan salah satu perangkat gejala, yaitu sedikitnya satu

    gejala kuat dan sedikitnya dua gejala lemah yang berlangsung selama setidaknya satu

    bulan dan mengakibatkan penurunan kualitas hidup secara bermakna. Dalam hal ini

    pasien memiliki tiga gejala kuat (delusion of control/waham kontrol, halusinasi komentar

    dan perintah, visual, dan gustatorik, serta waham yang bizzare), dan hal tersebut

    mengganggu pasien dalam berhubungan dengan keluarga maupun lingkungan sekitarnya.

    Kemudian jika disesuaikan dengan diagnosis skizofrenia menurut DSM IV, terdapat dua

    atau lebih gejala tertentu yang muncul dalam satu bulan, dalam hal ini adalah waham dan

    halusinasi, kemudian terdapat penurunan yang jelas dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau

    mengurus diri, lama gangguan setidaknya enam bulan, dengan satu bulan menunjukkan

    gejala yang jelas. Kriteria gangguan mood, gangguan mental organik, dan gangguan

    akibat zat tidak dipenuhi. Kemudian untuk diagnosis subtipe pada pasien ini memenuhi

    kriteria skizofrenia paranoid, karena jika berdasarkan PPDGJ III, waham dan halusinasi

    merupakan gejala yang paling menonjol, sedangkan gangguan atau gejala lain tidak

    menonjol. Kemudian jika disesuaikan dengan DSM IV sama saja, yaitu waham dan

    halusinasi auditorik menetap dan merupakan gejala yang menonjol, sedangkan gejala lain

    tidak menonjol. Maka dari itu pada aksis I pasien di diagnosis dengan F20.09 Skizofrenia

    Paranoid dengan periode pengamatan kurang dari satu tahun karena gejala tampak baru

    pada dua bulan terakhir.

    Kemudian diagnosis aksis II tidak ada karena pada perkembangan pasien hingga

    dewasa tidak menunjukkan adanya gambaran atau gangguan kepribadian tertentu. Pada

    aksis III kondisi medis umumnya adalah penyalahgunaan zat, dikarenakan pasien

    mengkonsumsi shabu dan ganja serta alkohol. Pada aksis IV jika disesuaikan dengan

    autoanamnesis, maka stressornya adalah masalah berkaitan dengan belajar ilmu ghaib.

    Kemudian pada aksis V GAF scale atau penilaian fungsi global pasien adalah 20-11

    karena perilaku pasien cenderung membahayakan diri orang lain yang dilihat dari

    perilakunya yang membawa senjata kemana-mana akibat adanya halusinasi yang

    berkomentar bahwa ada yang ingin membunuh dan mencelakakan pasien. Diagnosis

    banding pasien ini adalah gangguan paranoid akibat penggunaan zat dikarenakan pasien

    mengkonsumsi shabu, ganja, dan alkohol, serta terdapat rasa curiga yang berlebihan,

    namun belum memenuhi kriteria gangguan kepribadian paranoid, serta sudah terdapat

    gejala positif seperti berbagai jenis halusinasi dan waham yang tidak ada dalam kriteria

    diagnosis gangguan kepribadian paranoid.

  • 21

    DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

    AKSIS I : F20.09 Skizofrenia Paranoid (Periode pengamatan kurang dari satu tahun)

    AKSIS II : Z03.2 Tidak ada diagnosis aksis II

    AKSIS III : Penyalahgunaan zat (shabu, ganja, alkohol)

    AKSIS IV : Masalah berkaitan dengan belajar ilmu ghaib

    AKSIS V : GAF scale 20-11

    DIAGNOSIS DIFERENSIAL

    F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid e.c Penyalahgunaan Zat (shabu, ganja, alkohol)

    TERAPI

    1. Psikofarmaka : Haloperidol 5 mg 2x1/2

    2. Psikoterapi :

    Terapi Individual : Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien agar dapat

    memotivasi dan memberikan pemahaman yang baik

    terhadap pasien mengenai penyakitnya, sehingga pasien

    dapat lebih percaya diri dan meningkat kualitas hidupnya.

    Kemudian dengan adanya komunikasi yang baik juga

    dapat memotivasi pasien agar dapat meminum obat secara

    teratur.

    Terapi Keluarga : Memberi penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif,

    dan edukatif tentang penyakit pasien sehingga keluarga

    dapat menerima dan memahami keadaan pasien, serta

    mendukung proses penyembuhannya dengan kontrol dan

    minum obat secara teratur, mendukung psikologis pasien,

    dan mencegah kekambuhan.

    Terapi Lingkungan : Membiarkan pasien berinteraksi sosial kembali dan

    meningkatkan komunikasi pasien dengan orang-orang

    disekitarnya.

    Terapi Perilaku : Memodifikasi perilaku yang dianggap aneh dalam

    masyarakat

    Terapi Religius : Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan

    ibadah sesuai ajaran agama yang dianutnya, yaitu

    menjalankan solat lima waktu, menegakkan amalan sunah

    seperti mengaji, berzikir, dan berdoa kepada Allah SWT.

    Terapi Okupasi : Mengingatkan pasien dan keluarga agar pasien mencari

    aktivitas dan kesibukan, agar pasien tidak banyak berdiam

    diri dirumah.

    PROGNOSIS

    Dubia ad malam

  • 22

    TUGAS ILMU KESEHATAN JIWA

    1. Apa perbedaan impulsif dan agresif?

    - Impulsif adalah dorongan yang tiba-tiba dan tidak dapat ditahan / ditunda.

    - Agresif adalah tindakan yang kuat dan diarahkan dengan tujuan yang mungkin

    verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan, atau

    permusuhan.

    - Beda keduanya yaitu impulsif berupa dorongan internal untuk melakukan suatu

    hal yang tidak dapat ditahan, sedangkan agresif berupa reaksi motoriknya yang

    dilakukan baik verbal ataupun fisik yang merupakan suatu tanda kemarahan,

    kekasaran, dan permusuhan.

    2. Jelaskan mengenai pemeriksaan urine pada penderita penyalahgunaan zat?

    Efek klinis amfetamin akan muncul dalam waktu 2-4 jam setelah penggunaan.

    Senyawa ini memiliki waktu paruh 4-24 jam dan dieksresikan melalui urin sebanyak

    30% dalam bentuk metabolit. Metabolit amfetamin terdiri dari p-hidroksiamfetamin,

    p-hidroksinorepedrin, dan penilaseton. Karena waktu paruhnya yang pendek

    menyebabkan efek dari obat ini relatif cepat dan dapat segera terekskresikan, hal ini

    menjadi salah satu kesulitan tersendiri untuk pengujian terhadap pengguna, bila

    pengujian dilakukan lebih dari 24 jam jumlah metabolit sekunder yang di terdapat

    pada urin menjadi sangat sedikit dan tidak dapat lagi dideteksi dengan KIT.

    Metode atau teknologi laboratorium yang digunakan untuk skrining harus

    memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi. EIA (enzyme immunoassay) dan

    imunokromatografi merupakan dua metode yang memenuhi kriteria ini. Pertimbangan

    tekniknya yang sederhana, membuat kedua metode ini menjadi umum digunakan

    untuk skrining narkoba. Hasil skrining yang "ragu" atau positif yang bertalian dengan

    hukum selanjutnya dikonfirmasi dengan metode GC/MS; metode ini merupakan

    paduan optimal antara alat ukur mass spectrometry yang memiliki sensitivitas sangat

    tinggi (mengukur intensitas ion obat) dengan gas chromatography yang memiliki

    spesifisitas tinggi [mendiferensiasi obat menurut intensitas ion (m/z), hambatan waktu

    (HW) dan bentuk kromatografi (K), dan terbukti bahwa cara ini mampu membedakan

    jutaan obat tanpa satupun diketahui memiliki m/z, HW dan K yang sama). Paduan

    optimal ini selain mampu mendeteksi narkoba secara spesifik juga mampu mendeteksi

    dosis abuse/toksik paling minim.

    1) Dasar Dan Validitas Test

    Test didasarkan pada kompetisi penjenuhan IgG anti-narkoba yang

    mengandung substrat enzim (ada dalam keadaan bebas di zone S) oleh narkoba

    sampel atau narkoba yang telah dikonjugasi enzim (ada dan terfiksir di zone T). Jika

    dijenuhi oleh narkoba sampel (sampel positif narkoba), maka IgG anti-narkoba.

    Substrat tidak akan berikatan dengan narkoba-enzimnya, sehingga tidak terjadi reaksi

    enzim-subtrat yang berwarna. Sebaliknya jika tidak dijenuhi (sampel negatif narkoba)

    atau hanya sebagian dijenuhi (sampel mengandung narkoba dalam jumlah di bawah

    ambang batas pemeriksaan), maka IgG anti-narkoba-substrat akan berikatan dengan

    narkoba-enzimnya secara penuh atau sebagian, sehingga terjadi reaksi enzim-substrat

    yang berwarna penuh (gelap) atau lamat-lamat (ragu-ragu). Valid tidaknya test

    dikontrol dengan mengikutsertakan pada zone S suatu kontrol validitas yang berupa

    IgG goat-substrat. Karena IgG goat bukan antibodi spesifiknya narkoba, maka baik

    pada sampel urin yang ada, ada dalam jumlah di bawah ambang batas pemeriksaan

  • 23

    atau tidak ada sama sekali narkobanya, semua-nya tidak akan menjenuhi dan hanya

    akan mendifusikan IgG goat-substrat dari zone S ke zone C untuk menemui dan

    mengikat IgG anti-IgG goat yang dikonjugasi enzim (KAGE) sehingga terjadi reaksi

    enzim-substrat yang berwarna di zone C.

    a. Bila Sampel Urin Negatif

    Pada sampel urin yang tidak mengandung narkoba, maka jika urin ini

    diteteskan di zone S, urin hanya mendifusikan IgG anti-narkoba-substrat dan

    IgG goat-substrat dari zone S ke zone T dan zone C. Di zone T IgG anti-Narkoba

    akan berikatan dengan narkoba-enzimnya (KNE); sementara di zone C

    IgG goat akan berikatan dengan IgG anti-IgG goat-enzim (KAGE), sehingga baik

    di zone T maupun zone C terjadi reaksi enzim-substrat berupa pita warna pink.

    b. Bila Sampel Urin Positif

    Di zone S narkoba urin positif akan langsung berikatan dan menjenuhi IgG

    anti-narkoba-substrat, sehingga waktu didifusikan ke zone T tidak bisa mengikat

    (bercelah) narkoba-enzimnya (KNE), tidak terjadi reaksi enzim-substrat dan

    karenanya tidak muncul reaksi warna. Sebaliknya di zone C tetap terjadi

    reaksi warna (pita pink) sebab narkoba urin tidak spesifik untuk dapat berikatan

    dengan IgG goat.

    c. Bila Sampel Urin Ragu-Ragu

    Di zone S narkoba urin yang berkadar tepat di batas ambang pemeriksaan

    akan menjenuhi IgG anti-narkoba-substrat tidak secara penuh. Penjenuhan

    berikutnya akan dipenuhi oleh Narkoba-ensim di zone T, sehingga terjadi reaksi

    ensim-substrat yang tidak penuh, yang akan memberikan warna lamat-lamat

    (ragu-ragu) di zone T.

    d. Bila Test Valid atau Tidak Valid

    Zone C adalah zone kontrol validitas yakni zone untuk menilai apakah

    test valid atau tidak. Reaksi hanya membutuhkan H2O urin, karenanya tidak

    tergantung pada ada tidaknya narkoba, hasil reaksi pada zone C ini akan selalu

    muncul warna. Jika warna ini muncul berarti test dikatakan valid dan dengan

    demikian hasil test dapat dipercaya dan siap diberikan ke yang berkepentingan.

    Sebaliknya jika warna tidak muncul ini berarti test tidak valid, dan harus diulang

    dengan test kit yang baru, atau dengan kit dari pabrik lain.

    3. Jelaskan pengertian skizofrenia!

    Gangguan skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang menyebabkan

    gangguan berat pada area fungsi individu, termasuk berfikir dan berkomunikasi,

    menerima dan menginterpretasikan realitas, merasakan dan menunjukkan emosi, dan

    berperilaku dengan sikap yang dapat diterima secara sosial.

    4. Jelaskan kriteria skizofrenia menurut Kurt Schneider!

    1. Gejala Urutan Pertama

    a. Pikiran yang dapat didengar

    b. Suara-suara yang berdebat atau berdiskusi atau keduanya

    c. Suara-suara yang mengomentari

    d. Pengalaman pasivitas somatik

    e. Penarikan pikiran dan pengalaman pikiran yang dipengaruhi lainnya

    f. Siar pikiran

    g. Persepsi bersifat waham

    h. Semua pengalaman lain yang melibatkan kemauan, membuat afek, dan

    membuat impuls

  • 24

    2. Gejala Urutan Kedua

    a. Gangguan persepsi lain

    b. Gagasan bersifat waham yang tiba-tiba

    c. Kebingungan

    d. Perubahan mood disforik dan euforik

    e. Perasaan kemiskinan emosional

    f. dan beberapa lainnya juga

    5. Jelaskan patofisiologi psikososial pada pasien skizofrenia serta jelaskan mengenai

    mekanisme pertahanan yang digunakannya!

    FAKTOR PSIKOSOSIAL

    Penting untuk mengerti masalah individu, keluarga, dan sosial yang

    mempengaruhi pasien dengan skizofrenia. Jika skizofrenia adalah suatu penyakit dari

    otak, maka kemungkinan penyakit ini sejalan dengan penyakit dari organ lain (sebagai

    contoh infark miokardium dan diabetes) yang perjalanannya dipengaruhi oleh stres

    psikososial. Secara historis, suatu faktor psikososial secara langsung dan secara

    kausatif berhubungan dengan perkembangan skizofrenia.

    1. Teori tentang Pasien Individual

    Skizofrenia mempengaruhi pasien individual yang masing-masingnya

    memiliki susunan psikologis yang unik.

    a. Teori Psikoanalitis

    Sigmund Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi

    perkembangan yang terjadi lebih awal dari yang menyebabkan perkembangan

    neurosis. Pandangan psikoanalisis umum tentang skizofrenia menhipotesiskan

    bahwa defek ego mempengaruhi interpretasi kenyataan dan pengendalian

    dorongan-dorongan dari dalam (inner drives), seperti seks dan agresi.

    Gangguan terjadi sebagai akibat dari penyimpangan dalam hubungan timbal

    balik antara bayi dan ibunya. Seperti yang dijelaskan oleh Margaret Mahler,

    anak-anak adalah tidak mampu untuk berpisah dan berkembang melebihi

    kedekatan dan ketergantungan lengkap yang menandai hubungan ibu anak

    didalam fase oral perkembangan. Orang skizofrenia tidak pernah mencapai

    ketetapan objek, yang ditandai oleh suatu perasaan identitas yang pasti dan

    yang disebabkan oleh perlekatan erat dengan ibunya selama masih bayi.

    b. Teori Psikodinamika

    Pandangan psikodinamika tentang skizofrenia, mereka cenderung

    menganggap hipersensitivitas terhadap stimuli persepsi yang didasarkan

    secara konstitusional sebagai suatu defisit. Malahan suatu penelitian yang baik

    menyatakan bahwa pasien dengan skizofrenia adalah sulit untuk menyaring

    berbagai stimuli dan untuk memusatkan pada suatu data pada suatu waktu.

    Defek pada barier stimulus tersebut menciptakan kesulitan pada keseluruhan

    tiap fase perkembangan selama masa anak-anak dan menempatkan stress

    tertentu pada hubungan interpersonal.

    c. Teori Belajar

    Menurut ahli teori belajar, anak-anak yang kemudian menderita

    skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berpikir yang irrasional dengan

    meniru orangtuanya yang memiliki masalah emosionalnya sendiri yang

    bermakna. Hubungan interpersonal yang dari orang skizofrenia, menurut teori

    belajar, juga berkembang karena dipelajarinya model yang buruk selama masa

    anak-anak.

  • 25

    2. Teori Sistem Keluarga

    Menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan

    disfungsi keluarga. Gregory Bateson (konsep ikatan ganda) untuk menggambarkan

    suatu keluarga dimana anak-anak mendapatkan pesan yang bertentangan dari

    orangtuanya tentang prilaku, sikap, dan perasaan anak. Di dalam hipotesis tersebut

    anak menarik diri ke dalam psikostik mereka sendiri untuk meloloskan dari

    kebingungan ikatan ganda yang tidak dapat dipecahkan.

    3. Teori Sosial

    Industrialisasi dan urbanisasi banyak berpengaruh dalam menyebabkan

    skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun penekanan saat ini adalah

    dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya onset dan keparahan

    penyakit.

    6. Jika terjadi gangguan pada bagian mesolimbik, maka gejala apa yang timbul?

    Jalur dopamin mesolimbik diproyeksi dari badan-badan sel dopaminrgik di area

    tegmental ventral dari batang otak ke terminal akson di area limbik otak, seperti

    nukleus akumbens. Jalur ini telah dipikirkan memiliki peran penting pada perilaku

    emosional, khususnya halusinasi pendengaran tapi juga waham dan gangguan pikiran.

    7. Jelaskan jaras dopamin pada pasien skizofrenia!

    Jalur dopamin dan area-area kuncinya di otak

    Gambar 1. Lima jalur dopamin di otak. Neuroanatomi dari jalur neuronal dopamin pada otak

    dapat menjelaskan gejala-gejala skirofren serta efek terapetik dan efek samping dari obat

    antipsikosis, (a) jalur dopamin nigrostriatal, yang berproyeksi dari substantsia nigra ke basal

    ganglia atau striatum, merupakan bagian dari system saraf ekstrapiramidal dan mengkontrol

    fungsi motor dan pergerakan, (b) jalur dopamin mesolimbik berproyeksi dari area midbrain

    ventral tegmental ke nucleus accumbens, bagian dari system limbic otak yang dianggap terlibat

    dalam berbagai perulaku dan sensai menyenangkan, (c) jalur mesokortikal, sebuah jalur yang

    berhubungan dengan jalur mesolimbik, dimana mereka mungkin memiliki peran dalam mediasi

    gejala kognitif (dorsolateral prefrontal cortex) dan gejala affective (ventromedial prefrontal

    cortex) skizofren. (d) jalur tuberoinfundibular, berproyeksi dari hipotalamus menuju anterior

    glandula pituitary dan mengkontrol sekresi prolactin, (e) jalur kelima yang berasal dari berbagai

    tempat, termasuk periaqueductal gray, ventral mesencephalon, hypothalamic nuclei, nukelus

    parabrachial lateral, yang lalu berpoyeksi ke thalamus. Fungsinya masih belum diketahui.

  • 26

    1. Jalur mesolimbik Jalur ini berperan penting dalam beberapa perilaku emosional

    termasuk gejala positif psikosis seperti waham dan halusinasi.

    Gambar 2. Jalur mesolimbik dopamin yang berproyeksi dari area ventral tegmental ke

    batang otak menuju nucleus akumbens di ventral striatum (A), terlibat dalam regulasi

    perilaku emosi dan diyakini sebagai jalur predominan yang meregulasi gejala positif

    psikosis. Secara khusus, hipereaktivitas jalur ini diyakini berperan pada munculnya

    waham dan halusinasi (B).

    Gambar 3. Hipotesis dopamin mesolimbik. Hiperaktivitas neuron dopamin pada jalur

    dopamin mesolimbik secara teori memediasi gejala positif psikosis seperti waham dan

    halusinasi. Jalur ini juga terlibat dalam kesenangan, reward, memperkuat perilaku dan

    banyak penyalahan gunaan obat berinteraksi di sini. Hipereaktivitas jalur mesolimbik

    juga berperan pada perilaku agresif dan permusuhan pada skizofren dan penyakit terkait,

    khususnya jika kontrol serotonergic dopamin menyimpang pada pasian yang memiliki

    kontrol impuls yang kurang.

  • 27

    2. Jalur mesokortikal hipotesis dopamin mesokortikal dari gejala kognisi, negatif dan

    afektif skizofren.

    .

    Gambar 4. A dan B Jalur mesokortikal korteks prefrontal dan dorsolateral. Jalur utama

    lain dari jalur mesokortikal yang berproyeksi dari area ventral tegmental menuju korteks

    prefrontal (A). Proyeksi secara spesifik ke area korteks dorsolateral prefrontal diyakini

    terlibat dalam gejala kognitif dan negatif skizofren. Pada kasus ini, munculnya gejala

    tersebut mungkin berhubungan dengan hipoaktivitas jalur ini.

    Gambar 5. Jalur mesokortikal menuju koteks prefrontal ventromedial, diyakini

    memediasi gejala negatif dan afektif yang berhubungan dengan skizofren (A). Gejala

    ini diakini muncul dari hipoaktivitas jalur ini (B).

    3. Jalur nigrostriatal bagian dari system saraf ekstrapiramidal dan kontrol pergerakan.

    Defisiensi dopamin di jalur ini menyebabkan penyakit Parkinson, ditendai dengan

    rigiditas, akinesia/bradikinesia dan tremor. Defisiensi dopamin di basal ganglia juga

    menyebabkan akathisia dan distonia. Hiperaktivitas domain di jalur ini diyakini

  • 28

    mendasari gerakan hiperkinetik seperti chorea, dyskinesias dan tics. Blokade kronik

    reseptor D-2 di jalur ini dapat menimbulkan gangguan yang dikenal sebagai tardive

    dyskinesia diinduksi neuroleptic.

    Gambar 6. Jalur nigrostriatal. Jalur ini

    berproyeksi dari substansia nigra

    menuju basal ganglia atau striatrum.

    Defisiensi dopamin pada jalur ini

    menyebabkan parkinsonisme dengan

    tremor, rigiditas dan akinesia atau

    bradikinesia. Kelebihan dopamin pada

    jalur ini menyebabkan gerakan

    hiperkinetik seperti tics dan dyskinesia.

    Pada skizofrenia yang tidak diobati,

    aktivasi jalur ini dipercaya sebagai

    sesuatu yang normal.

    4. Jalur tuberoinfundibular Normalnya aktif dan menginhibisi pelepasan prolactin.

    Jalur ini berproyeksi dari hipotalamus menuju anterior pituitary. Pada postpartum,

    aktivitas dopamin menurun sehingga prolactin meningkat dan terjadi proses laktasi.

    Pada gangguan akibat lesi atau obat menyebabkan level prolactin juga meningkat.

    Peningkatan ini berhubungan dengan galaktorea (sekresi susu), amenorea dan

    mungkin masalah lain seperti disfungsi seksual. Masalah ini juga dapat muncul pada

    terapi dengan antipsikosis yang memblok reseptor dopamin-2.

    Gambar 7. Jalur tuberoinfundibular.

    Jalur ini meregulasi prolactin dalam

    sirkulasi.

  • 29

    5. Jalur thalamic masih dalam penelitian. Kemungkinan terlibat dalam mekanisme

    tidur

    Gambar 8. Integrasi jalur dopamin. Gejala utama berhubungan dengan skizofren

    mungkin dijelas oleh disregulasi jalur dopaminrgic; khususnya oleh hiperaktifitas

    jalur dopamin mesolimbik (gejala positif), hipoaktifitas jalur mesokortikal menuju

    kortex prefrontal dorsolateral (gejala kognisi dan negatif), dan hipoaktifitas jalur

    mesokortikal dopamin menuju kortex ventromedial (gejala efektif dan negatif). Jalur

    nigrostriatal dan tuberoinfundibular yang dipengaruhi oleh antipsikosis pada

    pengobatan skizofren diyakini normal pada skizofrenia yang tidak diobati.

    Interaksi:

    NE brale & accelator 5HT

    HT feedback negatif utk efek accelerator NE

    5HT

    5HT2A brake DA

    5HT1A accelerate DA

    8. Jelaskan mengenai haloperidol!

    HALDOL (HALOPERIDOL)

  • 30

    NAMA GENERIK

    Haloperidol

    NAMA KIMIA

    Haloperidolum, 4-[4-(4-Chlorophenyl)-4-hydroxypiperidino]-4-fluorobutyrophenone

    STRUKTUR KIMIA

    C21H23ClFNO2.

    SIFAT FISIKOKIMIA

    Mikrokristal tidak berbentuk, berwarna putih-putih kekuningan. Praktis tidak larut

    dalam air, kelarutan dalam alkohol 1:60.

    SUB KELAS TERAPI

    Psikofarmaka

    FARMAKOLOGI

    Memblok reseptor dopaminrgik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak.

    Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisis, menekan Reticular

    Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur

    tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

    STABILITAS PENYIMPANAN

    Hindari cahaya, injeksi haloperidol laktat disimpan di temperatur ruang, hindari

    cahaya, pembekuan dan temperatur>400C, paparan sinar dapat menghilangkan warna

    dan menyebabkan endapan merah abu-abu setelah beberapa minggu. Stabilitas larutan

    standar (0,5 -100 mg/50-100 ml dekstrosa 5% adalah 38 hari pada suhu kamar 240C.

    KONTRA INDIKASI

    Hipersensitif terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit Parkinson,

    depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau hati berat, koma.

  • 31

    EFEK SAMPING

    KV: takikardia, hiper/hipotensi, aritmia, gelombang T abnormal dengan perpanjangan

    repolarisasi ventrikel, torsade de pointes (sekitar 4%). SSP : gelisah, cemas, reaksi

    ekstrapiramidal, reaksi distonik, tanda pseudoparkinson, diskinesia tardif, sindroma

    neurolepsi malignan, perubahan pengaturan temperatur tubuh, akathisia, distonia

    tardif, insomnia, eforia, agitasi, pusing, depresi, lelah, ;sakit kepala, mengantuk,

    bingung, vertigo, kejang. ;Kulit : kontak dermatitis, fotosensitifitas, rash,

    hiperpigmentasi, alopesia ;Metabolik & endokrin : amenore, gangguan seksual, nyeri

    payudara, ginekomastia, laktasi, pembesaran payudara, gangguan keteraturan

    menstruasi, hiperglisemia, hipoglisemia, hiponatremia; ;Saluran cerna : berat : mual

    muntah, anoreksia, konstipasi, diare, hipersalivasi, dispepsia, xerostomia. ;Saluran

    genito-urinari : retensi urin, priapisme; ;Hematologi : cholestatic jaundice, obstructive

    jaundice; ;Mata : penglihatan kabur, ;Pernafasan : spasme laring dan bronkus; ;Lain-

    lain : diaforesis dan heat stroke.

    INTERAKSI OBAT

    Efek haloperidol meningkat oleh klorokuin, propranolol, sulfadoksin-piridoksin, anti

    jamur azol, chlorpromazin, siprofloksacin, klaritromisin, delavirdin, diklofenak,

    doksisiklin, aritromisin, fluoksetin, imatinib, isoniasid, mikonazol, ;nefazodon,

    paroksetin, pergolid, propofol, protease inhibitor, kuinidin, kuinin, ritonavir,

    ropinirole, telitromisin, verapamil, dan inhibitor CYP2D6 atau 3A4. ;Haloperidol

    dapat meningkakan efek amfetamin, betabloker tertentu, benzodiazepin tertentu,

    kalsium antagonis, cisaprid, siklosporin, dekstrometorfan, alkaloid ergot, fluoksetin,

    inhibitor HMG CoA reductase tertentu, ;lidokain, paroksetin, risperidon, ritonavir,

    sildenafil , takrolimus, antidepresan trisiklik, venlafaksin, dan sunstrat CYP2D6 atau

    3A4. Haloperidol dapat meningkatkan efek antihipertensi, SSP depresan, litium,

    trazodon dan antidepresan trisiklik. Kombinasi haloperidol dengan indometasin dapat

    menyebabkan mengantuk, lelah dan bingung sedangkan dengan metoklopramid dapat

    meningkatkan resiko ekstrapiramidal. Haloperidol dapat menghambat kemampuan

    bromokriptin menurunkan konsentrasi prolaktin. Benztropin dan antikholinergik

    lainnya dapat menghambat respons terapi haloperidol dan menimbulkan efek

    antikholinergik. ;Barbiturat, karbamazepin, merokok, dapat meningkatkan

    metabolisme haloperidol.;Haloperidol dapat menurunkan efek levodopa, hindari

    kombinasi.;Efek haloperidol dapat menurun oleh aminoglutetimid, karbamazepin,

    nafsilin, nevirapin, fenobarbital, fenitoin, rifamisin dan induser CYP3A4 lainnya.

    Haloperidol mungkin menurunkan efek substrat prodrug CYP2D6 seperti kodein,

    hirokodon, oksikodon dan tramadol.

    PENGARUH ANAK

    Keaman dan efikasi pada anak

  • 32

    BENTUK SEDIAAN

    Injeksi Sebagai Dekanoat, 50 mg/ml, 1 ml; Larutan Injeksi Sebagai Laktat, Tablet 1,5

    mg, 2 mg, 5 mg

    PERINGATAN

    Hati-hati penggunaan pada pasien dengan depresi SSP, penyakit hati dan jantung

    berat. Hipotensi mungkin terjadi terutama pada pemberian parenteral. Bentuk

    dekanoat jangan diberikan secara iv. Hindari penggunaan pada tirotoksikosis. Hati-

    hati digunakan pada gangguan yang menunjukkan depresi SSP karena menimbulkan

    sedasi. Hati-hati penggunaan pada pasien yang mengalami ketidakstabilan

    hemodinamik, kecenderungan kejang, kerusakan subkortikal otak, penyakit ginjal dan

    pernafasan. Hati-hati pada penderita yang beresiko menderita pneumonia (misalnya

    penyakit Alzheimer) karena kemungkinan terjadi dismotil esofagus dan aspirasi. Hati-

    hati pada penderita kanker payudara atau tumor yang dependen terhadap prolaktin

    karena mungkin meningkatkan kadar prolaktin. Mungkin mengubah pengaturan

    temperatur tubuh, atau menutupi efek toksik obat lain karena efek anti emetik.

    Mungkin mengubah hantaran di jantung, aritmia yang mengancam jiwa. Hipotensi

    dapat terjadi dengan pemberian secara im, hati-hati pada pasien dengan penyakit:

    serebrovaskuler, kardiovaskuler, atau obat yang menimbulkan penyakit-penyakit

    tersebut karena dapat menimbulkan hipotensi ortostatik.Pemberian sebagai dapat

    memperpanjang reaksi yang tidak dikehendaki. Beberapa obat mengandung tartazine.

    INFORMASI PASIEN

    Obat ini untuk mengobati gangguan emosi, mental dan kecemasan. Juga digunakan

    untuk gejala Tourette dan kondisi lain yang ditetapkan dokter Katakan ke dokter bila

    pernah alergi dengan obat ini atau dengan obat atau makanan lain. Gunakan obat

    sesuai anjuran dokter. Kadang obat ini harus digunakan beberapa minggu sebelum

    efek penuh dicapai. Bila lupa meminum obat ini yang aturan pakainya satu tablet pada

    malam hari, jangan meminumnya pagi hari kecuali setelah berkonsultasi dengan

    dokter. Bila digunakan lebih dari satu dosis/tablet per hari, segera minum obat bila

    lupa, tetapi bila sudah dekat dengan waktu minum kedua, tinggalkan dosis pertama

    dan mulai dengan dosis reguler. Jangan hentikan minum obat tanpa berkonsultasi

    dengan dokter. Konsultasikan dengan dokter bila memakan obat lain. Bila merasakan

    reaksi yang tidak menyenangkan/menganggu karena memakan obat ini konsultasikan

    dengan dokter. Simpan obat ini jauh dari jangkauan anak-anak.

    MEKANISME AKSI

    Memblok reseptor dopaminrgik D1 dan D2 di postsinaptik mesolimbik otak.

    Menekan penglepasan hormon hipotalamus dan hipofisa, menekan Reticular

    Activating System (RAS) sehingga mempengaruhi metabolisme basal, temperatur

    tubuh, kesiagaan, tonus vasomotor dan emesis.

    9. Jelaskan patofisiologi dari penyalahgunaan zat sehingga menyebabkan gangguan

    psikotik!

    1. Meningkatkan pelepasan monoamines (norepinefrin, 5-HT dan dopamin) dari

    situs vesikuler penyimpanan mereka dalam terminal presinaps saraf.

    2. Bersaing dengan monoamines untuk reuptake melalui DAT, NET atau SERT.

    3. Memfasilitasi pelepasan sitoplasma presinaps monoamines dengan merangsang

    "mundur" transporter asing (misalnya pertukaran intraseluler monoamines untuk

    extracelluar amfetamin - mekanisme symport).

    4. Lemah menghambat MAO, menyebabkan kenaikan tingkat presinaps monoamine

  • 33

    5. Amfetamin mungkin memiliki beberapa langsung reseptor agonis tindakan

    (misalnya 5-HT) di beberapa daerah SSP.

    Amfetamin dosis tinggi dapat mengubah tindakan dopamin dan noradrenaline di

    otak. Pada dosis tinggi, amfetamin meningkatkan konsentrasi dopamin di celah sinaptik

    dalam 4 cara: (1) itu dapat mengikat membran pra-sinaptik dari dopaminrgik neurones

    dan menginduksi pelepasan dopamin dari ujung saraf; (2) amfetamin dapat berinteraksi

    dengan dopamin yang mengandung vesikel, melepaskan dopamin gratis ke saraf

    terminal;(3) amfetamin dapat mengikat monoamine oksidase di dopaminrgik neurones

    dan mencegah degradasi dopamin, meninggalkan dopamin gratis di saraf terminal; dan

    (4) amfetamin dapat mengikat dopamin transporter re-uptake, menyebabkan ia bertindak

    secara terbalik dan transportasi gratis dopamin dari ujung saraf. Amfetamin dosis tinggi

    memiliki efek yang sama pada noradrenergik neurones; dapat menginduksi pelepasan

    noradrenaline ke dalam celah synaptic dan menghambat noradrenaline re-uptake

    transporter.

  • 34

    10. Jelaskan penilaian prognosis pasien skizofrenia dan kaitkan dengan kasus!

    Prognosis Baik Prognosis Buruk

    Onset tua

    Faktor pencetus jelas

    Onset cepat

    Riwayat premorbid baik

    Gejala-gejala afektif (terutama

    depresif)

    Menikah

    Riwayat gangguan mood pada

    keluarga

    Dukungan sosial baik

    Gejala-gejala positif

    Onset muda

    Faktor pencetus tidak jelas

    Onset lambat

    Riwayat premorbid jelek

    Gejala-gejala penarikan diri

    Tidak menikah

    Riwayat skizofrenia pada

    keluarga

    Dukungan sosial buruk

    Gejala-gejala negatif,

    neurologis, riwayat trauma

    perinatal, tiga tahun tanpa

    remisi, sering kambuh, riwayat

    agresi

    Laki-laki

    Penggunaan obat-obatan

    Pada kasus ini mengarah pada prognosis yang buruk (dubia ad malam) karena

    pada pasien terdapat lebih banyak tanda dan gejala yang mengarah pada prognosis

    buruk dibanding prognosis baik. Yaitu pada pasien faktor pencetus masih belum jelas,

    terdapat gejala-gejala penarikan diri, tidak menikah, dukungan sosial buruk, laki-laki,

    dan menggunakan obat-obatan.

    11. Jelaskan mengenai efek samping ekstrapiramidal!

    Susunan ekstrapiramidal terdiri atas korpus striatum, globus palidus, inti-inti

    talamik, nukleus subtalamikus, subtansia nigra, formatio retikularis batang

    otak,serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yaitu area 4, area 6 dan

    area 8. komponen-komponen tersebut dihubungkan satu dengan yang lain oleh akson

    masing-masing komponen itu. Dengan demikian terdapat lintasan yang melingkar

    yang dikenal sebagai sirkuit. Oleh karena korpus striatum merupakan penerima

    tunggal dari serabut-serabut segenap neokorteks, maka lintasan sirkuit tersebut

    dinamakan sirkuit striatal yang terdiri dari sirkuit striatal utama (principal) dan 3

    sirkuit striatal penunjang (aksesori).

    Sirkuit striatal prinsipal tersusun dari tiga mata rantai, yaitu (a) hubungan

    segenap neokorteks dengan korpus striatum serta globus palidus, (b) hubungan korpus

    striatum/globus palidus dengan thalamus dan (c) hubungan thalamus dengan korteks

    area 4 dan 6. Data yang tiba diseluruh neokorteks seolah-olah diserahkan kepada

    korpus striatum/globus paidus/thalamus untuk diproses dan hasil pengolahan itu

    merupakan bahan feedback bagi korteks motorik dan korteks motorik tambahan. Oleh

    karena komponen-komponen susunan ekstrapiramidal lainnya menyusun sirkuit yang

    pada hakekatnya mengumpani sirkuit striata utama, maka sirkuit-sirkuit itu disebut

    sirkuit striatal asesorik.

    Sirkuit striatal asesorik ke-1 merupakan sirkuit yang menghubungkan stratum-

    globus palidus-talamus-striatum. Sirkuit-striatal asesorik ke-2 adalah lintasan yang

    melingkari globus palidus-korpus subtalamikum-globus palidus. Dan akhirnya sirkuit

  • 35

    asesorik ke-3, yang dibentuk oleh hubungan yang melingkari striatum-subtansia

    nigra-striatum.

    Umumnya semua neuroleptik menyebabkan beberapa derajat disfungsi

    ekstrapiramidal dikarenakan inhibisi transmisi dopaminrgik di ganglia basalis. Pada

    pasien skizofrenia dan pasien dengan gangguan psikotik lainnya terjadi disfungsi pada

    sitem dopamin sehingga antipsikotik tipikal berfungsi untuk menghambat transmisi

    dopamin di jaras ekstrapiramidal dengan berperan sebagai inhibisi dopaminrgik yakni

    antagonis reseptor D2 dopamin. Namun penggunaan zat-zat tersebut menyebabkan

    gangguan transmisi di korpus striatum yang mengandung banyak reseptor D1 dan D2

    dopamin. Gangguan jalur striatonigral dopamin menyebabkan depresi fungsi motorik

    sehingga bermanifestasi sebagai sindrom ekstrapiramidal. Beberapa neuroleptik

    tipikal (seperti haloperidol, fluphenazine) merupakan inhibitor dopamin ganglia

    basalis yang lebih poten, dab sebagai akibatnya menyebabka efek samping gejala

    ekstrapiramidal yang lebih menonjol.

    Gejala ekstrapiramidal sering dibagi dalam beberapa kategori yaitu reaksi

    distonia akut, tardive diskinesia, akatisia, dan parkinsonism (Sindrom Parkinson).

    Obat antispikosis dengan efek samping gejala ekstrapiramidalnya sebagai berikut:

    Antipsikosis Dosis (mg/hr) Gej. ekstrapiramidal

    Chlorpromazine

    Thioridazine

    Perphenazine

    trifluoperazine

    Fluphenazine

    Haloperidol

    Pimozide

    Clozapine

    Zotepine

    Sulpride

    Risperidon

    Quetapine

    Olanzapine

    Aripiprazole

    150-1600

    100-900

    8-48

    5-60

    5-60

    2-100

    2-6

    25-100

    75-100

    200-1600

    2-9

    50-400

    10-20

    10-20

    ++

    +

    +++

    +++

    +++

    ++++

    ++

    -

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    Reaksi Distonia Akut (Acute Dystonia Reaction)

    Keadaan ini merupakan spasme atau kontraksi involunter, akut dari satu atau

    lebih kelompok otot skeletal yang lazimnya timbul dalam beberapa menit. Kelompok

    otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau otot ekstraokuler,

    bermanifestasi sebagai tortikolis, disartria bicara, krisis okulogirik dan sikap badan

    yang tidak biasa.

    Suatu ADR lazimnya mengganggu sekali bagi pasien. Dapat nyeri atau bahkan

    dapat mengancam kehidupan dengan gejala-gejala seperti distonia laring atau

    diafragmatik.

    Reaksi distonia akut sering sekali terjadi dalam satu atau dua hari setelah

    pengobatan dimulai, tetapi dapat terjadi kapan saja. Keadaan ini terjadi pada kira-kira

    10% pasien, lebih lazim pada pria muda, dan lebih sering dengan neuroleptik dosis

    tinggi yang berpotensi lebih tinggi, seperti haloperidol dan flufenazine.

  • 36

    Reaksi distonia akut dapat merupakan penyebab utama dari ketidakpatuhan

    dengan neuroleptik karena pandangan pasien mengenai medikasi secara permanen

    dapat memudar oleh suatu reaksi distonik yang menyusahkan.

    Tardive Diskinesia

    Dari namanya sudah dapat diketahui merupakan sindrom yang terjadi lambat

    dalam bentuk gerakan koreoatetoid abnormal, gerakan otot abnormal, involunter,

    menghentak, balistik, atau seperti tik. Ini merupakan efek yang tidak dikehendaki dari

    obat antipsikotik. Hal ini disebabkan defisiensi kolinergik yang relatif akibat

    supersensitif reseptor dopamin di putamen kaudatus. Wanita tua yang diobati jangka

    panjang mudah mendapatkan gangguan tersebut walaupun dapat terjadi di perbagai

    tingkat umur pria ataupun wanita. Prevalensi bervariasi tetapi tardive diskinesia

    diperkirakan terjadi 20-40% pasien yang berobat lama. Tetapi sebagian kasus sangat

    ringan dan hanya sekitar 5% pasien memperlihatkan gerakan berat nyata. Namun,

    kasus-kasus berat sangat melemahkan sekali, yaitu mempengaruhi berjalan, berbicara,

    bernapas, dan makan.

    Faktor predisposisi dapat meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita, dan

    pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang. Pasien dengan gangguan afektif atau

    organik juga lebih berkemungkinan untuk mengalami tardive diskinesia. Gejala hilang

    dengan tidur, dapat hilang timbul dengan berjalannya waktu dan umumnya memburuk

    dengan penarikan neuroleptik. Diagnosis banding jika mempertimbangkan tardive

    diskinesia meliputi penyakit Hutington, Khorea Sindenham, diskinesia spontan, tik

    dan diskinesia yang ditimbulkan obat (contohnya levodopa, stimulant dan lain-lain).

    Perlu dicatat bahwa tardive diskinesia yang diduga disebabkan oleh

    kesupersensitivitasan reseptor dopamin pasca sinaptik akibat blokade kronik dapat

    ditemukan bersama dengan sindrom Parkinson yang diduga disebabkan karena

    aktifitas dopaminrgik yang tidak mencukupi. Pengenalan awal perlu karena kasus

    lanjut sulit di obati. Banyak terapi yang diajukan tetapi evaluasinya sulit karena

    perjalanan penyakit sangat beragam dan kadang-kadang terbatas. Tardive diskinesia

    dini atau ringan mudah terlewatkan dan beberapa merasa bahwa evaluasi sistemik,

    Skala Gerakan Involunter Abnormal (AIMS) harus dicatat setiap enam bulan untuk

    pasien yang mendapatkan pengobatan neuroleptik jangka panjang.

    Akatisia

    Sejauh ini EPS ini merupakan yang paling sering terjadi. Kemungkinan terjadi

    pada sebagian besar pasien yang diobati dengan medikasi neuroleptik, terutama pada

    populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup atau

    suatu keinginan untuk tetap bergerak. Juga telah dilaporkan sebagai rasa gatal pada

    otot.

    Pasien dapat mengeluh karena anxietas atau kesukaran tidur yang dapat disalah

    tafsirkan sebagai gejala psikotik yang memburuk. Sebaliknya, akatisia dapat

    menyebabkan eksaserbasi gejala psikotik akibat perasaan tidak nyaman yang ekstrim.

    Agitasi, pemacuan yang nyata, atau manifestasi fisik lain dari akatisia hanya dapat

    ditemukan pada kasus yang berat. Juga, akinesis yang ditemukan pada parkinsonisme

    yang ditimbulkan neuroleptik dapat menutupi setiap gejala objektif akatisia.

    Akatisia sering timbul segera setelah memulai medikasi neuroleptik dan pasien

    sudah pada tempatnya mengkaitkan perasaan tidak nyaman. Yang dirasakan ini

    dengan medikasi sehingga menimbulkan masalah ketidakpatuhan pasien.

  • 37

    Sindrom Parkinson

    Merupakan EPS lain yang agak lazim yang dapat dimulai berjam-jam setelah

    dosis pertama neuroleptik atau dimulai secara berangsur-angsur setelah pengobatan

    bertahun-tahun. Patofisiologi parkinsonisme akibat neuroleptik melibatkan

    penghambatan reseptor D2 dalam kaudatus pada akhir neuron dopamin nigrostriatal,

    yaitu neuron yang sama yang berdegenerasi pada penyakit Parkinson idiopatik. Pasien

    yang lanjut usia dan wanita berada dalam resiko tertinggi untuk mengalami

    parkinsonisme akibat neuroleptik.

    Manifestasinya meliputi berikut :

    Akinesia : yang meliputi wajah topeng, kejedaan dari gerakan spontan, penurunan

    ayunan lengan pada saat berjalan, penurunan kedipan, dan penurunan mengunyah

    yang dapat menimbulkan pengeluaran air liur. Pada bentuk yang yang lebih ringan,

    akinesia hanya terbukti sebagai suatu status perilaku dengan jeda bicara, penurunan

    spontanitas, apati dan kesukaran untuk memulai aktifitas normal, kesemuanya dapat

    dikelirukan dengan gejala negatif skizofrenia.

    Tremor : khususnya saat istirahat, secara klasik dari tipe penggulung pil. Tremor

    dapat mengenai bibir dan otot-otot perioral yang disebut sebagai sindrom kelinci.

    Keadaan ini dapat dikelirukan dengan tardive diskinesia, tapi dapat dibedakan melalui

    karakter lebih ritmik, kecerendungan untuk mengenai rahang daripada lidah dan

    responnya terhadap medikasi antikolinergik.

    Kekakuan otot/rigiditas : merupakan gangguan pada tonus otot, yaitu derajat

    ketegangan yang ada pada otot. Gangguan tonus otot dapat menyebabkan hipertonia.

    Hipertonia yang berhubungan dengan parkinsonisme akibat neuroleptik adalah tipe

    pipa besi (lead-pipe type) atau tipe roda gigi (cogwheel type). Istilah tersebut

    menggambarkan kesan subjektif dari anggota gerak atau sendi yang terkena.

    Penanganan Efek Samping Ekstrapiramidal

    Gejala ekstrapiramidal dapat sangat menekan sehingga banyak ahli

    menganjurkan terapi profilaktik. Gejala ini penting terutama pada pasien dengan

    riwayat EPS atau para pasien yang mendapat neuroleptik poten dosis tinggi.

    Medikasi anti-EPS yang digunakan terutama adalah antikolinergik. Hal tersebut

    disebabkan adanya reaksi reciprocal (berlawanan) antara dopamin dan asetilkolin

    pada jalur dopamin nigrostriatal. Neuron-neuron dopamin pada jalur nigrostriatal

    mempunyai koneksi postsinaps dengan neuron kolinergik. Secara normal, dopamin

    menghambat pelepasan asetilkolin dari postsinaps jalur kolinergik nigrostriatal. Obat

    antipsikosis menghambat dopamin sehingga menyebabkan aktivitas asetilkolin

    berlebih.

    Untuk mengurangi efek asetilkolin yang berlebih ini, digunakan antikolinergik.

    Sehingga untuk setiap pemberian obat antipsikosis diberikan antikolinergik untuk

    mencegah adanya efek samping ekstrapiramidal. Medikasi anti-EPS mempunyai efek

    sampingnya sendiri yang dapat menyebabkan komplians yang buruk. Antikolinergik

    umumnya menyebabkan mulut kering, penglihatan kabur, gangguan ingatan,

    konstipasi dan retensi urine. Selain dengan medikasi anti-EPS, dapat juga dilakukan

    pengurangan dosis obat anti-psikosis atau dengan mengganti obat anti-psikosis

    dengan jenis atipikal seperti olanzapine, risperidone, atau clozapine. Obat anti-

    psikosis atipikal ini hanya sedikit berpengaruh terhadap jalur nigrostriatal sehingga

    efeknya terhadap ekstrapiramidal lebih sedikit dibanding obat-obat anti-psikosis

    konvensional. Umumnya disarankan bahwa suatu usaha dilakukan setiap enam bulan

    untuk menarik medikasi anti-EPS pasien dengan pengawasan seksama terhadap

    kembalinya gejala.