tugas dr.billy (fatimah tuzahra, 04124708072)

30
1 TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT Oleh : FATIMAH TUZAHRA 04124708072 F A K U L T A S K E D O K T E R A N UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Upload: kes25251

Post on 24-Nov-2015

96 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dfdfdf

TRANSCRIPT

21

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Oleh :

FATIMAH TUZAHRA04124708072 F A K U L T A S K E D O K T E R A N

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

20141. Apa pengertian dari ?a. White spot/ lesi putih: Proses awal terjadinya lubang gigi yang timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan demineralisasi namun pada fase ini permukaan gigi masih utuh. Bercak putih (White spot) timbul akibat pelepasan ion kalsium dan fosfat dari email gigi yang disebut dengan demineralisasi.b. Iritasi pulpa: Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi mengalami kerusakan sampai batas dentino enamel junction.c. Karies email: Karies email merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkaras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email. Apabila keseimbangan antara laju proses demineralisasi dengan remineralisasi berlanjut maka permukaan lesi awal akan runtuh akibat dari pelarutan apatie yang sudah melemah sehingga menghasilkan kavitas.d. Karies dentin: Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.

e. Hiperemi pulpa: Hiperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan , terjadi sirkulasi darah bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah halus di dalam pulpa. Pulpa terdiri dari saluran pembuluh darah halus, urat-urat syaraf,dan saluran lympe.f. Pulpitis reversible: Inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika penyebabnya dilenyapkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali normal. Stimulus ringan atau sebentar seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi oklusal, sebagianbesar prosedur operatif, kuretase periodonsium yang dalam, dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkanpulpitis reversibel.g. Pulpitis Irreversibel: Inflamasi parah yang tidak akan bisa pulih walaupun penyebabnya dihilangkan dan lambat atau cepat pulpa akan menjadi nekrosis. Pulpa irreversible ini seringkali merupakan akibat atau perkembangan dari pulpa reversible. Dapat pula disebabkan oleh kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama prosedur operatif, trauma atau pergerakan gigi dalam perawatan ortodontic yang menyebabkan terganggunya aliran darah pulpa.

h. Nekrosis Pulpa: Suatu perubahan morfologis yang menunjukkan kematian sel pada jaringan pulpa.

i. Periodontitis: Peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (= jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi, tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang).2. Bagaimana penggunaan Antibiotik pada ibu hamil ?Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri. Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.Macam-macam antibiotikaAntibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika dilihat dari target atau sasaran kerjanya:

Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penisilin, Polipeptida dan Sefalosporin, misalnya ampisilin, penisilin G;

Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone, misalnya rifampisin, aktinomisin D, asam nalidiksat;

Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan Makrolida, Aminoglikosida, dan Tetrasiklin, misalnya gentamisin, kloramfenikol, kanamisin, streptomisin, tetrasiklin, oksitetrasiklin, eritromisin, azitromisin;

Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomisin, valinomisin;

Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida, misalnya oligomisin, tunikamisin; dan

Antimetabolit, misalnya azaserine.Golongan penisilin.Golongan penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan mengganggu sintesis dinding sel. Antibiotika pinisilinmempunyai ciri khas secara kimiawi adanya nukleus asam amino-penisilinat, yang terdiri dari cincin tiazolidindan cincin betalaktam. Spektrum kuman terutama untuk kuman koki Gram positif. Beberapa golongan penisilinini juga aktif terhadap kuman Gram negatif. Golongan penisilin masih dapat terbagi menjadi beberapakelompok, yakni:

Penisilin yang rusak oleh enzim penisilinase, tetapi spektrum anti kuman terhadap Gram positif paling kuat.Termasuk di sini adalah Penisilin G (benzil penisilin) dan derivatnya yakni penisilin prokain dan penisilinbenzatin, dan penisilin V (fenoksimetil penisilin). Penisilin G dan penisilin prokain rusak oleh asam lambungsehingga tidak bisa diberikan secara oral, sedangkan penisilin V dapat diberikan secara oral. Spektrumantimikroba di mana penisilin golongan ini masih merupakan pilihan utama meliputi infeksi-infeksi streptokokusbeta hemolitikus grup A, pneumokokus, meningokokus, gonokokus, Streptococcus viridans, Staphyloccocus,pyoneges (yang tidak memproduksi penisilinase), Bacillus anthracis, Clostridia, Corynebacterium diphteriae,Treponema pallidum, Leptospirae dan Actinomycetes sp. Penisilin yang tidak rusak oleh enzime penisilinase, termasuk di sini adalah kloksasilin, flukloksasilin,dikloksasilin, oksasilin, nafsilin dan metisilin, sehingga hanya digunakan untuk kuman-kuman yang memproduksienzim penisilinase. Penisilin dengan spektrum luas terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi rusak oleh enzimpenisilinase. Termasuk di sini adalah ampisilin dan amoksisilin. Kombinasi obat ini dengan bahan-bahanpenghambat enzim penisiline, seperti asam klavulanat atau sulbaktam, dapat memperluas spektrum terhadapkuman-kuman penghasil enzim penisilinase. Penisilin antipseudomonas (antipseudomonal penisilin). Penisilin ini termasuk karbenisilin, tikarsilin, meklosilindan piperasilin diindikasikan khusus untuk kuman-kuman Pseudomonas aeruginosa.Berbagai jenis Antibiotika Golongan sefalosporin.Golongan ini hampir sama dengan penisilin oleh karena mempunyai cincin beta laktam. Secara umum aktifterhadap kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapi spektrum anti kuman dari masing-masing antibiotikasangat beragam, terbagi menjadi 3 kelompok, yakni:1. Generasi pertama yang paling aktif terhadap kuman Gram positif secara in vitro. Termasuk di sini misalnyasefalotin, sefaleksin, sefazolin, sefradin. Generasi pertama kurang aktif terhadap kuman Gram negatif.2. Generasi kedua agak kurang aktif terhadap kuman Gram positif tetapi lebih aktif terhadap kuman Gram negatif,termasuk di sini misalnya sefamandol dan sefaklor.3. Generasi ketiga lebih aktif lagi terhadap kuman Gram negatif, termasuk Enterobacteriaceae dan kadang-kadangpeudomonas. Termasuk di sini adalah sefoksitin (termasuk suatu antibiotika sefamisin), sefotaksim danmoksalatam.Golongan amfenikolGolongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-derivatnya yakni kloramfenikol palmitat,natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupunricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemiaaplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. influenzae.

Golongan tetrasiklinMerupakan antibiotika spektrum luas bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram positif dan Gram negatif, tetapiindikasi pemakaiannya sudah sangat terbatas oleh karena masalah resistensi, namun demikian antibiotika ini masihmerupakan pilihan utama untuk infeksi-infeksi yang disebabkan oleh klamidia, riketsia, dan mikoplasma. Mungkinjuga efektif terhadap N. meningitidis, N. gonorhoeae dan H. influenzae., termasuk di sini adalah tetrasiklin,klortetrasiklin, oksitetrasiklin, doksisiklin, minosiklin, metasiklin dan demeklosiklin. Golongan aminoglikosidaMerupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapamungkin aktif terhadap Gram positif. Streptomisin dan kanamisin juga aktif terhadap kuman TBC. Termasuk di siniadalah amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya sifatkhas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik. Golongan makrolidaGolongan makrolida hampir sama dengan penisilin dalam hal spektrum antikuman, sehingga merupakan alternatifuntuk pasien-pasien yang alergi penisilin. Bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Aktif secara invitroterhadap kuman-kuman Gram positif, Gram negatif, mikoplasma, klamidia, riketsia dan aktinomisetes. Selainsebagai alternatif penisilin, eritromisin juga merupakan pilihan utama untuk infeksi pneumonia atipik (disebabkanoleh Mycoplasma pneumoniae) dan penyakit Legionnaires (disebabkan Legionella pneumophilla) termasuk dalamgolongan makrolida selain eritromisin juga roksitromisin, spiramisin, josamisin, rosaramisin, oleandomisin dantrioleandomisin. Golongan linkosamid.Termasuk di sini adalah linkomisin dan klindamisin, aktif terhadap kuman Gram positif termasuk stafilokokus yangresisten terhadap penisilin. Juga aktif terhadap kuman anaerob, misalnya bakteroides. Sering dipakai sebagaialternatif penisilin antistafilokokus pada infeksi tulang dan sendi serta infeksi-infeksi abdominal. Sayangnya,pemakaiannya sering diikuti dengan superinfeksi C. difficile, dalam bentuk kolitis pseudomembranosa yang fatal. Golongan polipeptida.Antibiotika ini meliputi polimiksin A, B, C, D dan E. Merupakan kelompok antibiotika yang terdiri darirangkaian polipeptida dan secara selektif aktif terhadap kuman Gram negatif, misalnya psedudomonas maupunkuman-kuman koliform yang lain. Toksisitas polimiksin membatasi pemakaiannya, terutama dalam bentukneurotoksisitas dan nefrotoksisitas. Mungkin dapat berperan lebih penting kembali dengan meningkatnya infeksipseudomonas dan enterobakteri yang resisten terhadap obat-obat lain. Golongan antimikobakteriumGolongan antibiotika dan kemoterapetika ini aktif terhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obatanti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain. Golongan sulfonamida dan trimetropimKepentingan sulfonamida dalam kemoterapi infeksi banyak menurun karena masalah resistensi. Tetapi beberapamungkin masih aktif terhadap bentuk-bentuk infeksi tertentu misalnya sulfisoksazol untuk infeksi dan infeksi salurankencing. Kombinasi sulfamektoksazol dan trimetoprim untuk infeksi saluran kencing, salmonelosis, kuman bronkitis,prostatitis. Spektrum kuman mencakup kuman-kuman Gram positif dan Gram negatif.

Golongan kuinolonMerupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan spektrum antikuman yang luasterutama untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram positif, enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutamadipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat, norfloksasin, ofloksasin,pefloksasin dan lain-lain. Golongan lain-lainMasih banyak jenis-jenis antibiotika dan kemoterapetika lain yang tidak tercakup dalam kelompok yang disebutkan diatas. Misalnya saja vankomisin, spektinomisin, basitrasin, metronidazol, dan lain-lain. Informasi mengenaipemakaian dan sifat masing-masing dapat dicari dari sumber pustaka baku. Vankomisin terutama aktif untuk Grampositif, terutama untuk S. areus, S. epidermidis, S. pneumoniae. Juga merupakan pilihan untuk infeksi stafilokokusyang resisten terhadap metisilin. Tetapi karena toksisitasnya, maka vankomisin hanya dianjurkan kalau antibiotikalain tidak lagi efektif.Penggunaan antibiotikaKarena biasanya antibiotika bekerja sangat spesifik pada suatu proses, mutasi yang mungkin terjadi pada bakteri memungkinkan munculnyastrainbakteri yang kebal terhadap antibiotika. Itulah sebabnya, pemberian antibiotika biasanya diberikan dalam dosis yang menyebabkan bakteri segera mati dan dalam jangka waktu yang agak panjang agar mutasi tidak terjadi. Penggunaan antibiotika yang tanggung hanya membuka peluang munculnya tipe bakteri yang kebal.

Pemakaian antibiotika di bidang pertanian sebagai antibakteri umumnya terbatas karena dianggap mahal, namun dalam bioteknologi pemakaiannya cukup luas untuk menyeleksi sel-sel yang mengandung gen baru. Praktik penggunaan antibiotika ini dikritik tajam oleh para aktivis lingkungan karena kekhawatiran akan munculnya hama yang tahan antibiotika.

Indikasi Pemakaian Antibiotika Indikasi yang tepat dan benar dalam pemberian antibiotika pada anak adalah bila penyebab infeksi tersebut adalah bakteri. Menurut CDC (Centers for Disease Control and Prevention) indikasi pemberian antibiotika adalah bila batuk dan pilek yang berkelanjutan selama lebih 10 14 hari.yang terjadi sepanjang hari (bukan hanya pada malam hari dan pagi hari). Batuk malam dan pagi hari biasanya berkaitan dengan alergi atau bukan lagi dalam fase infeksi dan tidak perlu antibiotika Indikasi lain bila terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas > 39 C dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah. Pilihan pertama pengobatan antibiotika untuk kasus ini cukup dengan pemberian Amoxicillin, Amoxicillinm atau Clavulanate. Bila dalam 2 3 hari membaik pengobatan dapat dilanjutkan selama 7 hari setelah keluhan membaik atau biasanya selama 10 14 hari. Indikasi lainnya adalah radang tenggorokan karena infeksi kuman streptokokus. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak berusia 7 tahun atau lebih. Pada anak usia 4 tahun hanya 15% yang mengalami radang tenggorokan karena kuman ini. Penyakit yang lain yang harus mendapatkan antibiotika adalah infeksi saluran kemih dan penyakit tifus Untuk mengetahui apakah ada infeksi bakteri biasanya dengan melakukan kultur darah atau urine. Apabila dicurigai adanya infeksi saluran kemih, dilakukan pemeriksaan kultur urine. Setelah beberapa hari akan diketahui bila ada infeksi bakteri berikut jenis dan sensitivitas terhadap antibiotika. Untuk mengetahui penyakit tifus harus dilakukan pemeriksaan darah Widal dan kultur darah gal. Anak usia di bawah 5 tahun yang mengalami infeksi virus sering mengalami overdiagnosis penyakit Tifus. Sering terjadi kesalahan persepsi dalam pembacaan hasil laboratorium. Infeksi virus dengan peningkatan sedikit pemeriksaan nilai widal sudah divonis gejala tifus dan dihantam dengan antibiotika. Sebagian besar kasus penyakit pada anak yang berobat jalan penyebabnya adalah virus. Dengan kata lain seharusnya kemungkinan penggunaan antibiotika yang benar tidak besar atau mungkin hanya sekitar 10 15% penderita anak. Penyakit virus adalah penyakit yang termasuk self limiting disease atau penyakit yang sembuh sendiri dalam waktu 5 7 hari. Sebagian besar penyakit infeksi diare, batuk, pilek dan panas penyebabnya adalah virus. Secara umum setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali penyakit saluran napas karena virus. Sebaiknya jangan terlalu mudah mendiagnosis (overdiagnosis) sinusitis pada anak. Bila tidak terdapat komplikasi lainnya secara alamiah pilek, batuk dan pengeluaran cairan hidung akan menetap paling lama sampai 14 hari setelah gejala lainnya membaik Sebuah penelitian terhadap gejala pada 139 penderita pilek(flu) karena virus didapatkan bahwa pemberian antibiotik pada kelompok kontrol tidak memperbaiki cairan mucopurulent dari hidung. Antibiotika tidak efektif mengobati Infeksi saluran napas Atas dan tidak mencegah infeksi bakteri tumpangan. Sebagian besar infeksi Saluran napas Atas termasuk sinus paranasalis sangat jarang sekali terjadi komplikasi bakteri.Klasifkasi FDA tentang obat yang mempunyai efek terhadap janin. Pada tahun 1979, FDA merekomendasikan 5 kategori obat yang memerlukan perhatian khusus terhadap kemungkinan efek terhadap janin.

A. Obat yang sudah pernah diujikan pada manusia hamil dan terbukti tidak ada risiko terhadap janin dalam rahim. Obat golongan ini aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil (vitamin)

B. Obat yang sudah diujikan pada binatang dan terbukti ada atau tidak ada efek terhadap janin dalam rahim akan tetapi belum pernah terbukti pada manusia. Obat golongan ini bila diperlukan dapat diberikan pada ibu hamil (Penicillin).

C. Obat yang pernah diujikan pada binatang atau manusia akan tetapi dengan hasil yang kurang memadai. Meskipun sudah dujikan pada binatang terbukti ada efek terhadap janin akan tetapi pada manusia belum ada bukti yang kuat. Obat golongan ini boleh diberikan pada ibu hamil apabila keuntungannya lebih besar disbanding efeknya terhadap janin (Kloramfenicol, Rifampisin, PAS, INH).

D. Obat yang sudah dibuktikan mempunyai risiko terhadap janin manusia. Obat golongan ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi ibu hamil. Terpaksa diberikan apabila dipertimbangkan untuk menyelamatkan jiwa ibu (Streptomisin, Tetrasiklin, Kanamisin).

X. Obat yang sudah jelas terbukti ada risiko pada janin manusia dan kerugian dari obat ini jauh lebih besar daripada manfaatnya bila diberikan pada ibu hamil, sehingga tidak dibenarkan untuk diberikan pada ibu hamil atau yang tersangka hamil

Klasifikasi (FDA) untuk antibiotika dan risikonya terhadap janin

3. Penggunaan analgetik pada ibu hamil?Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan

pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat

atau farmakoterapi. Tujuan setiap terapi obat yang diresepkan selama kehamilan

adalah untuk menghindari reaksi obat yang merugikan baik pada ibu maupun janin.

Telah diketahui bahwa tidak satupun obat yang digunakan untuk merawat rasa nyeri

atau infeksi sepenuhnya tanpa risiko. Namun akibat yang ditimbulkan dari tidak di

rawatnya infeksi selama kehamilan melebihi risiko yang mungkin ditimbulkan oleh

sebagian besar obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan gigi.5,30

Pada masa kehamilan, obat-obatan sangat mudah diabsorbsi, oleh karena itu dokter gigi harus sangat berhati-hati dalam memberi resep obat-obatan kepada pasien

hamil. Reaksi toksik , alergi atau hipersensitivitas yang terjadi pada wanita hamil

dapat mempengaruhi kesehatannya dan membatasi kemampuannya untuk menjalani

kehamilan. Efek obat yang merugikan secara spesifik terhadap kesehatan janin adalah

mencakup cacat kongenital, keguguran, komplikasi kelahiran, berat badan rendah dan

ketergantungan obat pasca lahir.

Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermatdalam memilih obat untuk suatu penyakit. Tidak kalah penting, obat harus selalu

digunakan secara benar baik masa pemberian obat (trimester pertama, kedua atau ketiga),dosis dan durasi terapi agar memberikan manfaat klinik yang optimal. Dalam kasus pasienhamil, praktisi dental harus menetapkan bahwa manfaat potensial terapi gigi yangdibutuhkan untuk perawatan ibu hamil masih lebih besar dibanding risikonya terhadap janin.atau FDA Amerika telah menetapkan lima kategori untuk mengklasifikasikan obatberdasarkan risiko terhadap wanita hamil dan janinnya. Kelima kategori ini memberikanpedoman untuk keamanan relatif obat yang diresepkan bagi wanita hamil.Berikut ini kategori obat-obatan berdasarkan

FDA.

1.KategoriA : Kategori ini melipu i obat-obatan dan bahan yang telah diuji melalui penelitian

terkontrol pada wanita. Penelitian tersebut menunjukkan tidak ada resiko terhadap fetus selama semester pertama kehamilan dan kemungkinan bahaya terhadap janin kecil.2.Katego ri B: Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa bahan ini tidak beresiko terhadap janin, tetapi belum ada penelitian terkontrol yang telah dilakukan pada manusia untuk memastikan kemungkinan efek samping terhadap janin. Kategori ini juga meliputi obat-obatan yang telah menunjukkan efek samping pada janin hewan, tetapi penelitian terkontrol pada manusia tidak diungkapkan adanya resiko terhadap janin.

3.Kategori C: Penelitian pada hewan telah memperlihatkan bahwa obat ini mungkin memilikiefek teratogenik dan/atau toksik terhadap embrio, tetapi belum dilakukan penelitian terkontrol pada wanita. Suatu obat juga masuk ke dalam kategori ini bila tidak ada

penelitian terkontrol yang dilakuka n pada manusia maupun hewan

4.Kategori D: Terdapat bukti risiko terhadap janin manusia, tetapi manfaatnya

dalam situasi tertentu, misalnya penyakit yang serius atau keadaan yang membahayakan nyawa tanpa tersedia terapi alternatif lainnya, dapat membenarkan pemakaian obat-

obatan ini semasa kehamilan.

5.Kategori X: Penelitianpada hewan atau manusia telah memperlihatkan bahwa obat ini menyebabkan perubahan pada janin atau telah menunjukkan bukti-bukti peningkatan resiko terhadap janin, berdasarkan eksperimen pada hewan dan manusia. Risiko terhadap

janin melebihi segala manfaatnya.Obat-obatan dalam kategori A dan B umumnya dianggap tepat untuk digunakan selama kehamilan. Obat-obatan kategori C harus digunakan dengan

peringatan, dan obat-obatan kategori D dan X harus dihindari atau merupakan kontraindikasi.Obat-obatan yang digunakan di kedokteran gigi seperti anestestikum lokal,analgesik, antibiotik, antifungi dan obat-obatan lainnya biasanya memiliki

waktu paruh metabolik pendek yang diberikan untuk periode terbatas, oleh karena itu cenderung kurang menyebabkan komplikasi selama kehamilan.Pada umumnya anestetikum lokal tidak bersifat teratogenik terhadap manusia dan dianggap relatif aman untuk digunakan selama kehamilan. Anestetikum lokal yang paling aman digunakan pada masa kehamilan adalah lidokain tanpa epinefrin (kategori B). Sebagian besar anestetikum lokal yang digunakan di kedokteran gigi tergolong dalam FDA kategori B seperti lidokain, prilokain,etidokain. Mepivikain dan bupivikain (kategori C) tidak direkomendasikan sebabtidak terdapat data yang mendukung keamanannya dan terdapat kemungkinan timbulnya efek teratogenik pada fetus.Berikut ini tabel anestetikum lokal yang aman dan tidak aman digunakan pada

masa kehamilan.Tabel 1. DAFTAR ANESTETIKUM LOKAL BESERTA KATEGORI FDANama Obat

1.2% lidokain (Xylokain) dengan 1:100000 epinefrin

2.4% prilokain HCl dengan 1:200000 epinefrin (Citanest

Forte)

3.4% prilokain HCl tanpa epinefrin (Citanest Plain)

4.Etidokain (Duranest)

5.0.5% bupivikain (Markain)

6.4% septokain (Artikain) dengan 1:100000 atau 1:200000

epinefrin

7.2% mepivikain (Karbokain) dengan 1:20000

levonordefrin (NeoCobefrin)

8.3% mepivikain HCl (Karbokain, Polokain)

9.Prokain (Novokain, Ester)

Kategori FDA

BB

B

B

CCC

C

C

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan anestetikum lokal selama kehamilan antara lain:

1.Penggunaan yang aman adalah anestetikum lokal dengan kadar rendah atau tanpa epinefrin, sebab pada masa kehamilan biasanya terdapat komplikasi kehamilan berupa peningkatan tekanan darah.

2.Untuk kategori anestetikum lokal yang aman(Tabel 1), maksimum penggunaan adalah karpul.

3.Hindari pemberian epinefrin pada pasien wanita hamil yang menderita hipertensi.

Gunakan 4% prilokain tanpa epinefrin (Citanest Plain) setelah konsultasi dan

mendapat keterangan dari obstetrisian pasien.Padakasus penanganan nyeri orofasial, kasus kasus emergensi yang disertai rasa nyeri ataupun terdapat potensi nyeri setelah dilakukannya perawatan, maka analgesik diberikan untuk meredakan rasa nyeri tersebut. Idealnya, analgesik haruslah aman, tidak memilikiefek samping, tidak invasif, penggunaannya sederhana dan onsetserta offset yang cepat.Analgesik yang paling sering digunakan pada masa kehamilan yaitu asetaminofen (kategori B) dapat diberikan pada setiap trimester kehamilan.Analgesik golongan opium tertentu seperti oksikodon, morfin, kodein atau propoksifen digunakan secara hati-hati dan hanya jika diindikasikan. Penggunaan analgesik opium yang berkelanjutan dan dosis yang tinggi akan berakibat retardasi pertumbuhan dan perkembangan, risikojanin menderita cacat kongenital mutipel seperti cacat jantung dan celah bibir atau palatum serta ketergantungan fisik.Pada sebagian analgesik golongan opium kategori B pada akhir trimester ketiga kehamilan menjadi kategori C/D, seperti kodein, hidrokodon dan oksikodon dikontraindikasikan pada trimester ketiga karena dapatmenyebabkan neonatal respiratory depressiondan ketergantungan opium. Meperidin(Demerol) dianjurkan penggunaannya pada rasa nyeri yang sangat parah.Aspirin (kategori C) harus dihindari pemakaiannya karena dapat menyebabkan komplikasi persalinan dan perdarahan pasca melahirkan pada ibu. Anti-inflamasi nonsteroid (AINS) hanya diberikan pada masa kehamilan jika diindikasikan. AINS diberikan secara intermiten dengandosis efektif yang paling rendah pada masa kehamilan. Pada minggu ke-6 hingga minggu ke-8 prepartum, penggunaan AINS sudah harus dihentikan. Aspirin dan AINS mempunyai mekanisme lazim menghambat sintesa prostaglandin yang dapat menyebabkan konstriksi duktus arteriosus pada janin yang mengakibatkan hipertensi pulmoner pada janin.

Berikut ini analgesik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa

kehamilan berdasarkan FDA.Tabel 2. DAFTAR ANALGESIK BESERTA KATEGORI BERDASARKAN FDA Nama Obat

Asetaminofen

Asetaminofen dengan kodein

Kodein

Hidrokodon

Meperidin

Morfin

Oksikodon

Propoksifen

Setelah trimester pertama (24-72 jam)

Ibuprofen

Naprosin

Aspirin

Kategori FDA

B

C

C/D

C/D

B

B

B/D

C

B/D

B/D

B/D

Ket: 3D = kontraindikasi pada trimester ketiga

Banyak prosedur dental yang memerlukan obat antibiotik untuk mencegah

infeksi. Penggunaan bahan - bahan antibiotik sangat terbatas indikasinya di bidang

kedokteran gigi. Dokter gigi harus memberikan perawatan khusus bagi pasien hamil khususnya jika ada infeksi akut. Pemilihan bahan yang paling aman, pembatasan durasi pemberian obat dan meminimalkan dosis merupakan prinsip yang mendasar untuk terapi yang aman. Antibiotik derivat beta-laktam (penisilin dan sefalosporin) merupakan pilihan pertama pada kasus infeksi orofasial. Obat-obatan ini tergolong kategori B dan aman digunakan pada masa kehamilan. Antibotik golongan makrolida seperti eritromisin, klindamisin, azitromisin, metronidazol (kategori B) diyakini mempunyai risiko kecil dan diberikan pada pasien hamil yang alergi terhadap penisilin.Aminoglikosida sepertistreptomisin, gentamisin (kategori C) dan klorheksidin (kategori B) aman digunakan pada masa kehamilan, tetapi bila digunakan pada akhir kehamilan akan menyebabkan toksisitas pada janin. Tetrasiklin \termasuk doksisikolin hiklat yang berdampak diskolorasi gigi, kerusakan pada hati dan pankreas, malformasi serta menghambat pertumbuhan tulang pada janin, sehingga tetrasiklin dikontraindikasikan pada pasien wanita hamil. Kloramfenikol

juga dikontraindikasikan karena akan menyebabkan toksisitas pada ibu dan kegagalan

sirkulasi pada janin yang disebut gray syndrome.Berikut ini antibiotik yang aman dan tidak aman diresepkan selama masa

kehamilan.Tabel2. DAFTAR ANTIBIOTIK BESERTA KATEGORI FDANama Obat Antibiotik

Penisilin

Amoksisilin

Sefalosporin

Klindamisin

Metronidazol

Klorheksidin

Gentamisin

Tetrasiklin

Kuinolon

Klaritromisin

Kloramfenikol

Doksisiklin

Kategori FDA

B

B

B

B

B

B

C

D

C

C

X

D

Obat-obatan lain seperti klorheksidin kumur, antifungi nistatin (kategori B) dan klotrimazol (kategori C) aman diresepkan pada masa kehamilan. Klotrimazol, ketoconazol, fluconazol (kategori C) sebaiknya dihindari pemakaiannya. Kortikosteroid tergolong dalam FDAkategori C. Umumnya digunakan untuk mengobati berbagai kondisi oral yang terinflamasi, untuk pasien wanita hamil biasanya diresepkan kortikosteroid topikal misalnya obat kumur.

4. Sebutkan dan jelaskan macam-macam obat kumur ?Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri perusak, bekerja sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap, mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi. Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray. Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel dan dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga mulut.1. Hexadol

Heksetidin 0,1% Alkohol 9% untuk gingivitis, periodontitis, stomatitis bertukak, perikoronitis, dan sariawan. Obatkumur dalam bentuk botol 120 ml. dosis 15ml obat kumur dikumur selama 30 detik saat pagi dan malam hari.2. Minosep

Clorheksidine 0,2% untuk gingivitis, periodontitis, stomatitis bertukak, sariawan, angina Vincent, rasa sakit setelah perawatan periodontitis, perikoronitis, faringitis. Dalam bentuk botol 60ml, dosis 15ml. dikumur saat pagi dan malam hari.Beberapa bahan-bahan aktif beserta fungsinya secara umum dapat dijumpai dalam obat kumur, antara lain :

a) Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol, benzethonium, cetylpyridinium chloride, boric acid, benzoic acid, hexetidine, hypochlorous acid.

b) Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga mulut dan busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat, contoh: hidrogen peroksida, perborate

c) Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan, contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan asam-asam organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat

d) Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol, minyak eukaliptol, minyak watergreen.e) Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate .f) deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil.

g) deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian menyebabkan bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Di samping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci mikroorganisme ke luar rongga mulut, contoh: sodium laurel sulfate.

Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:

a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan

b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin

c. Bahan pewarna

d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).5. Bagaimana perjalanan Nervus 5 ?Saraf trigeminusadalah saraf yang berperan dalam mengirimkan sensasi dari kulit bagiananteriorkepala, rongga mulut dan hidung, gigi danmeninges(Lapisan otak). Saraf Trigeminus memiliki tiga divisi (mata/oftalmik, rahang atas/maksilaris dan rahang bawah/mandibula) yang selanjutnya diperlakukan sebagai saraf-saraf terpisah. Pada divisi mandibula terdapat juga serabut saraf motorik yang mensarafi otot-otot yang digunakan dalam mengunyah.Saraf Trigeminus merupakan saraf campuran dimana sebagian besar merupakan serat saraf sensoris wajah, dan sebagian yang lain merupakan serat saraf motoris dari ototmastikasi.

Anatomi Nervus TrigeminusNervus Trigeminus merupakan nervus cranialis yang terbesar dan melayani arcus branchialis pertama. Nervus ini mengandung serat-serat branchiomotorik dan aferen somatik umum (yang terdiri atas komponen ekteroseptif dan komponen proprioseptif), dengan nuclei sebagai berikut :a. Nucleus Motorius Nervus TrigeminiDari Nucleus ini keluar serat-serat branchiomotorik yang berjalan langsung ke arah ventrolateral menyilang serat-serat pedunculus cerebellaris medius (fibrae pontocerebellares) dan pada akhirnya akan melayani m. Masticatores melalui rami motori nervi mandibularis dan m. Tensor Veli Palatini serta m. Mylohyoideus.b. Nucleus Pontius, Nervi Trigemini dan Nucleus Spinalis Nervi TrigeminiKedua Nucleus ini menerima impuls-impuls eksteroseptif dari daerah muka dan daerah calvaria bagian ventral sampai vertex.Di antara kedua nucleus di atas terdapat perbedaan fungsional yang penting : di dalam nucleus Pontius berakhir serat-serat aferan N. V yang relatif kasar, yang mengantarkan impuls-impuls rasa raba, sedangkan nucleus spinalis N. V terdiri atas sel-sel neuron kecil dan menerima serat-serat N. V yang halus yang mengantarkan impuls-impuls eksteroseptif nyeri dan suhu.

Saraf trigeminal atau saraf kranial ke 5 terutama memberi persarafan pada kulit muka, konjungtiva dan kornea, mukosa dari hidung , sinus-sinus dan bagian frontal dari rongga mulut , juga sebagian besar dari duramater. Saraf ini keluar dari bagian lateral pons berupa akar saraf motoris dan saraf sensoris. Akar saraf yang lebih kecil, yang disebut juga portio minor nervi trigemini, merupakan akar saraf motoris. Berasal dari nukleus motoris dari saraf trigeminal dibatang otak terdiri dari serabut-serabut motoris, terutama mensarafi otot-otot pengunyah. Dalam perjalanannya akar saraf ini melalui ganglion disebelah medial dari akar sensoris yang jauh lebih besar, sebelum bergabung dengan saraf mandibularis pada saat melalui foramen ovale dari os. Sphenoid. Akar sensoris saraf trigeminal yang lebih besar disebut dengan portio major nervi trigemini yang memberi penyebaran serupa dengan akar-akar saraf dorsalis dari saraf spinal. Akar-akar saraf sensoris ini akan melalui ganglion trigeminal ( ganglion gasseri ) dan dari sini keluar tiga cabang saraf tepi yaitu cabang optalmikus, cabang maksilaris dan cabang mandibularis.Cabang pertama yaitu saraf optalmikus berjalan melewati fissura orbitalis superior dan memberi persarafan sensorik pada kulit kepala mulai dari fissura palpebralis sampai bregma ( terutama dari saraf frontalis ) dan suatu cabang yang lebih kecil ke bagian atas dan medial dari dorsum nasi. Konjungtiva, kornea dan iris, mukosa dari sinus frontalis dan sebagian dari hidung, juga sebagian dari duramater dan pia-arakhnoid juga disarafi oleh serabut, saraf sensoris dari saraf ophtalmikus. Cabang kedua, yaitu saraf maksilaris memasuki fossa pterygopalatina melalui foramen maksilaris superior memberikan cabang saraf zygomatikus yang menuju ke orbita melewati fissura orbitalis inferior. Batang utamanya yaitu saraf infra orbitalis menuju ke dasar orbita melewati fissura yang sama. Sewaktu keluar dari foramen infra orbitalis, saraf ini terbagi menjadi beberapa cabang yang menyebar di permukaan maksila bagian atas dari wajah bagian lateral dari hidung dan bibir sebelah atas. Sebelum keluar dari foramen infra orbitalis, didapat beberapa cabang yang mensarafi sinus maksilaris dan gigi-gigi molar dari rahang atas, ginggiva dan mukosa mulut yang bersebelahan. Cabang yang ketiga, merupakan cabang yang terbesar yaitu saraf mandibularis. Saraf ini keluar dari rongga kepala melalui foramen ovale dari os sphenoid, selain terdiri dari akar-akar saraf motoris dari saraf trigeminal, juga membawa serabut-serabut sensoris untuk daerah buccal, ke rahang bawah dan bagian depan dari lidah, gigi mandibularis, ginggiva.

Cabang aurikulo temporalis yang memisahkan diri sejak awal, mensarafi daearah didepan dan diatas daun telinga maupun meatus akustikus eksternus dan membrana tympani. Serabut serabut sensoris untuk duramater yang merupakan cabang cabang dari ketiga bagian saraf trigeminal berperan dalam proyeksi rasa nyeri yang berasal dari intrakranial. Terdapat hubungan yang erat dari saraf trigeminal dengan saraf otonomik/simpatis, dimana ganglia siliaris berhubungan dengan saraf ophtalmikus , ganglion pterygopalatina dengan saraf maksilaris sedangkan ganglion otikus dan submaksilaris berhubungan dengan cabang mandibularisNervus sensori yang terdapat pada bagian rahang dan gigi dalam tubuh kita berasal dari suatu cabang nervus cranial yang ke-V atau dikenal juga sebagai nervus trigeminal. N.trigeminusberasaldaripermukaananterolateralpertengahanpons varoli sebagai 2 akar (radices) yaitu: Portio major: radix sensorial yang terdiri atas komponen-komponen sensorik dan portio minor: radix motorik yang terdiri atas komponen motorik.

Serabut portio major n. trigeminus muncul dari sisi lateral permukaan ventral pons varoli sedangkan portio minor dari permukaan pons kira-kira 2mm- 5mm disebelah medioanterior portio major. Radik ini kemudian akan berjalan ke anterior didalam fossa crania anterior dimana berkas-berkas tersebut akan bergabung didalam ganglion semilunare gasseri (ganglion trigeminal), ganglion ini terdapat di suatu lekukan pada duramater yang dinamakan cavum trigeminus (cavum meckeli). Nervus trigeminus di lepaskan dari ganglion semilunaris dan memiliki 3 cabang nervus yaitu N. ophtalmicus,N. maxillaris dan N. mandibularis.

N. ophtalmicus terletak disebelah kaudal, N. mandibularis terletak rostral dan N. maxillaries diantara keduanya. N. ophtalmicus dan N. maxillaries bersifat sensorik, sedangkan N. mandibularis bersifat sensorik dan motorik. Kemudian meninggalkan cavum cranii melalui foramen ovale bersama-sama dengan N. mandibularisNervus MaksilarisCabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila, palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus alveolaris superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu nervus alveolaris superior anterior, nervus alveolaris superior medii, dan nervus alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian mesial, nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I bagian distal serta molar II dan molar III.Nervus MandibularisCabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior. Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi ini tidaklah merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior ini memasuki tiap akar gigi.

Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus sentral dan ligament periodontal.6. Apa yang dimaksud dengan Ludwigs Angina?

Ludwigs angina adalah suatu penyakit kegawatdaruratan, yaitu terjadinya penyebaran infeksi secara difus progresif dengan cepat yang menyebabkan timbulnya infeksi dan tumpukan nanah pada daerah rahang bawah kanan dan kiri (submandibula) dan dagu (submental) serta bawah lidah (sublingual), yang dapat berlanjut menyebabkan gangguan jalan nafas dengan gejala berupa perasaan tercekik dan sulit untuk bernafas secara cepat (mirip dengan pada saat terjadinya serangan jantung yang biasa dikenal dengan angina pectoris).