fatimah - bengkulu

9
INVENTARISASI BATUBARA MARGINAL DAERAH SEGINIM DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BENGKULU SELATAN (Fatimah dan Soleh Basuki) SARI Daerah inventarisasi secara geografis terletak pada 4°15’00” - 4°30’00” LS dan 102°55’00” - 103°10’00” BT. Secara administratif daerah ini termasuk dalam Kecamatan Seginim, Kecamatan Pino Baru dan Kecamatan Pino Masat, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Daerah ini juga terdapat dalam Peta Geologi Lembar Manna berdasarkan indeks peta geologi regional yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Secara fisiografi daerah inventarisasi terdapat dalam Cekungan Bengkulu, yang litologinya terdiri dari seri batuan sedimen dan volkanik berumur Oligosen sampai Holosen. Struktur geologi yang sangat umum terdiri atas pelipatan dan pensesaran. Arah perlapisan batuan hampir Utara – Selatan dengan kemiringan bervariasi antara 40º - 70º. Informasi dari peta geologi regional mengindikasikan bahwa formasi pembawa batubara di daerah inventarisasi adalah Formasi Lemau. Formasi ini tersusun atas breksi dengan sisipan batupasir dan lempung, pada beberapa tempat menyerpih dan mengandung lapisan batubara. Endapan batubara yang ditemukan di daerah inventarisasi hanya terdapat di Anak Air Manna di barat laut lembar peta, dengan ketebalan 0,30 m yang menipis menjadi 0,15m. Analisa laboratorium menunjukkan bahwa batubara tersebut memiliki kandungan karbon tertambat 29,06%, kandungan abu 29,58% dan kandungan sulfur total 1,76%. Nilai kalori batubaranya adalah 3661 cal/gr (adb). Sedangkan pada beberapa lokasi ditemukan shaly coal dan batulempung karbonan. Tidak berkembangnya endapan batubara di daerah penyelidikan kemungkinan disebabkan oleh aktivitas volkanik yang berpengaruh pada saat proses pembatubaraan. Interpretasi data lapangan dan hasil analisa menunjukkan bahwa endapan batubara di daerah inventarisasi hanya berupa lensa batubara. Sumberdaya batubara di daerah inventarisasi tidak dihitung mengingat minimnya data sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan perhitungan sumberdaya batubara sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Endapan batubara di daerah inventarisasi kurang prospek untuk dikembangkan. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai dampak dari makin berkembangnya industri dewasa ini, maka kebutuhan energi dalam negeri dirasakan semakin meningkat pula. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar agar kebutuhan energi yang semakin meningkat tersebut dapat diatasi dengan baik. Batubara merupakan salah satu pilihan energi yang perlu dikembangkan semaksimal mungkin, mengingat endapan batubara tersedia cukup melimpah terutama di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Irian dan Pulau Jawa. Salah satu lokasi endapan batubara di Pulau Sumatera adalah di daerah Bengkulu. Untuk itulah, pada tahun 2005 ini Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral melaksanakan program inventarisasi endapan batubara di daerah Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Kegiatan ini juga menindaklanjuti surat permohonan dari Bupati Bengkulu Selatan yang meminta bantuan meninjau potensi batubara di daerah Seginim, Kabupaten Bengkulu Selatan, yang menurut informasi penduduk setempat diduga mengandung batubara. Kegiatan inventarisasi ini didukung oleh pembiayaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2005. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud pekerjaan inventarisasi endapan batubara ini adalah untuk mencari data endapan batubara di daerah Kecamatan Seginim dan sekitarnya, Kabupaten Bengkulu Selatan, yang mencakup lokasi singkapan, ketebalan, arah sebaran dan kemiringan serta karakter batubara lainnya. Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mengevaluasi potensi endapan batubara di daerah Seginim dan sekitarnya, Kabupaten Bengkulu Selatan, yang diharapkan dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. 1.3. Lokasi Penyelidikan Daerah inventarisasi secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Seginim, Kecamatan Pino Masat dan Kecamatan Pino Baru, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu (Gambar 1). Pemilihan daerah ini didasarkan atas informasi dari Bupati Bengkulu Selatan yang menyatakan bahwa di daerah Seginim terdapat endapan batubara yang perlu ditinjau untuk mengetahui potensi endapan batubara tersebut. Secara geografis daerah inventarisasi terletak pada koordinat 4°15’00” - 4°30’00” LS dan 102°55’00” - 103°10’00” BT, yang terdapat pada peta topografi berskala 1:100.000 lembar Manna (Lembar PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM

Upload: samuel-sirait

Post on 02-Aug-2015

92 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fatimah - Bengkulu

INVENTARISASI BATUBARA MARGINAL DAERAH SEGINIM DAN SEKITARNYA, KABUPATEN BENGKULU SELATAN

(Fatimah dan Soleh Basuki)

SARI Daerah inventarisasi secara geografis terletak pada 4°15’00” - 4°30’00” LS dan 102°55’00” - 103°10’00” BT. Secara administratif daerah ini termasuk dalam Kecamatan Seginim, Kecamatan Pino Baru dan Kecamatan Pino Masat, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Daerah ini juga terdapat dalam Peta Geologi Lembar Manna berdasarkan indeks peta geologi regional yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Secara fisiografi daerah inventarisasi terdapat dalam Cekungan Bengkulu, yang litologinya terdiri dari seri batuan sedimen dan volkanik berumur Oligosen sampai Holosen. Struktur geologi yang sangat umum terdiri atas pelipatan dan pensesaran. Arah perlapisan batuan hampir Utara – Selatan dengan kemiringan bervariasi antara 40º - 70º. Informasi dari peta geologi regional mengindikasikan bahwa formasi pembawa batubara di daerah inventarisasi adalah Formasi Lemau. Formasi ini tersusun atas breksi dengan sisipan batupasir dan lempung, pada beberapa tempat menyerpih dan mengandung lapisan batubara. Endapan batubara yang ditemukan di daerah inventarisasi hanya terdapat di Anak Air Manna di barat laut lembar peta, dengan ketebalan 0,30 m yang menipis menjadi 0,15m. Analisa laboratorium menunjukkan bahwa batubara tersebut memiliki kandungan karbon tertambat 29,06%, kandungan abu 29,58% dan kandungan sulfur total 1,76%. Nilai kalori batubaranya adalah 3661 cal/gr (adb). Sedangkan pada beberapa lokasi ditemukan shaly coal dan batulempung karbonan. Tidak berkembangnya endapan batubara di daerah penyelidikan kemungkinan disebabkan oleh aktivitas volkanik yang berpengaruh pada saat proses pembatubaraan. Interpretasi data lapangan dan hasil analisa menunjukkan bahwa endapan batubara di daerah inventarisasi hanya berupa lensa batubara. Sumberdaya batubara di daerah inventarisasi tidak dihitung mengingat minimnya data sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan perhitungan sumberdaya batubara sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Endapan batubara di daerah inventarisasi kurang prospek untuk dikembangkan. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Sebagai dampak dari makin berkembangnya industri dewasa ini, maka kebutuhan energi dalam negeri dirasakan semakin meningkat pula. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar agar kebutuhan energi yang semakin meningkat tersebut dapat diatasi dengan baik.

Batubara merupakan salah satu pilihan energi yang perlu dikembangkan semaksimal mungkin, mengingat endapan batubara tersedia cukup melimpah terutama di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Irian dan Pulau Jawa. Salah satu lokasi endapan batubara di Pulau Sumatera adalah di daerah Bengkulu.

Untuk itulah, pada tahun 2005 ini Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral melaksanakan program inventarisasi endapan batubara di daerah Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Kegiatan ini juga menindaklanjuti surat permohonan dari Bupati Bengkulu Selatan yang meminta bantuan meninjau potensi batubara di daerah Seginim, Kabupaten Bengkulu Selatan, yang menurut informasi penduduk setempat diduga mengandung batubara. Kegiatan inventarisasi ini didukung oleh pembiayaan dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2005.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud pekerjaan inventarisasi endapan batubara ini adalah untuk mencari data endapan batubara di daerah Kecamatan Seginim dan sekitarnya, Kabupaten Bengkulu Selatan, yang mencakup lokasi singkapan, ketebalan, arah sebaran dan kemiringan serta karakter batubara lainnya.

Tujuan pekerjaan ini adalah untuk mengevaluasi potensi endapan batubara di daerah Seginim dan sekitarnya, Kabupaten Bengkulu Selatan, yang diharapkan dapat dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. 1.3. Lokasi Penyelidikan

Daerah inventarisasi secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Seginim, Kecamatan Pino Masat dan Kecamatan Pino Baru, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu (Gambar 1). Pemilihan daerah ini didasarkan atas informasi dari Bupati Bengkulu Selatan yang menyatakan bahwa di daerah Seginim terdapat endapan batubara yang perlu ditinjau untuk mengetahui potensi endapan batubara tersebut.

Secara geografis daerah inventarisasi terletak pada koordinat 4°15’00” - 4°30’00” LS dan 102°55’00” - 103°10’00” BT, yang terdapat pada peta topografi berskala 1:100.000 lembar Manna (Lembar

PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM

Page 2: Fatimah - Bengkulu

36) dan Lembar Tanjungsakti (Lembar 46) berdasarkan indeks peta topografi terbitan Jawatan Geologi Bandung.

Daerah invetarisasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melintasi Lintas Barat Trans Sumatera, dengan jarak sekitar 140 km ke arah selatan dari Kota Bengkulu menuju Kota Manna (ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan). Daerah ini dapat juga dicapai dari arah Lampung melalui Kotabumi (Propinsi Lampung).

Gambar 1. Daerah inventarisasi

1.4. Keadaan Lingkungan

Daerah Inventarisasi terletak di Kecamatan Seginim dan sekitarnya, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Daerah ini umumnya merupakan lahan pertanian dan sebagian hutan lindung yang termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Barisan Selatan. Jenis flora yang tumbuh di daerah inventarisasi sebagian besar merupakan tanaman palawija dan hutan primer, serta sebagian kecil tanaman padi. Fauna yang umum dijumpai di daerah inventarisasi adalah sapi, kerbau, kambing biri-biri, ayam dan berbagai hewan ternak yang merupakan hewan peliharaan penduduk serta hewan-hewan liar yang merupakan penghuni taman nasional.

Penduduk yang tinggal di daerah peninjauan sebagian besar merupakan penduduk asli suku Bengkulu. Pendatang dari Jawa dan daerah lain di Sumatera (misalnya Padang, Palembang) kebanyakan ditemui di kota Kabupaten. Umumnya penduduk bermata pencaharian sebagai pencari rotan, petani nilam dan pedagang. Agama yang dianut rata-rata agama Islam. Sarana pendidikan yang terdapat di daerah inventarisasi cukup memadai, diantaranya terdapat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Atas. Sarana-sarana pendidikan tersebut sudah dapat menampung semua siswa di daerah tersebut.

Sarana transportasi yang menghubungkan daerah penyelidikan dengan daerah lainnya umumnya

cukup baik dengan jalan-jalan beraspal dan pada beberapa bagian jalan tanah berbatu.

Iklim yang mempengaruhi daerah inventarisasi adalah iklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar antara 25oC - 34oC, musim hujan berkisar antara bulan Oktober sampai April dengan curah hujan rata-rata 2668 mm/tahun, sedangkan musim kemarau berlangsung pada bulan Mei sampai September. 1.5. Waktu Penyelidikan

Pelaksanaan inventarisasi endapan batubara di daerah Bengkulu Selatan ini dilaksanakan selama 50 hari, termasuk didalamnya waktu perjalanan dan kegiatan pengurusan ijin inventarisasi yang dilakukan mulai dari tingkat provinsi, kemudian dilanjutkan ke kabupaten dan seterusnya sampai ke tingkat yang paling bawah yaitu tingkat desa yang wilayahnya akan dikunjungi.

Waktu inventarisasi dilakukan mulai akhir bulan Mei sampai dengan pertengahan bulan Juli 2005, dengan pekerjaan meliputi pemetaan endapan batubara dan pengambilan conto batuan untuk keperluan analisa kualitatif di laboratorium.

1.6. Pelaksana dan Peralatan

Pelaksanaan inventarisasi ini dilakukan oleh 1 (satu) tim lapangan yang terdiri dari 2 (dua) orang ahli geologi dan 2 (dua) orang tenaga surveyor, yang keseluruhannya berasal dari staf Sub Direktorat Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, serta dibantu oleh staf Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bengkulu Selatan.

Untuk keperluan pekerjaan lapangan, peralatan yang digunakan adalah :

1. Kompas geologi (Brunton), 2 buah. 2. Palu geologi (Estwing), 2 buah. 3. GPS (Garmin 12 XL), 2 buah. 4. Loupe (16 X), 2 buah. 5. Roll meter, 2 buah. 6. Kamera foto, 2 buah. 7. Tali ukur (25 m), 2 buah.

1.7. Penyelidik Terdahulu

Gafoer, S., Amin, T.C., dan Pardede., tahun 1992, telah memetakan Geologi Lembar Bengkulu, Sumatera, dengan skala 1 : 250.000. Syufra Ilyas., 1995, melakukan Eksplorasi Endapan Batubara Di Daerah Tanjung Dalam Kecamatan Ketaun, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Propinsi Bengkulu, tahun 2000, membuat peta potensi sumberdaya mineral dan energi Propinsi Bengkulu. Tarsis AD (2003), melakukan inventarisasi endapan batubara di daerah Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan (daerah Seluma). 2. GEOLOGI UMUM 2.1. Stratigrafi Berdasarkan asosiasi batuannya, secara regional daerah Cekungan Bengkulu sebagian besar termasuk dalam Zona Busur Magmatik Barisan yang

PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM

Page 3: Fatimah - Bengkulu

dicirikan oleh batuan sedimen dan gunungapi tertua, yaitu Formasi Lingsing, Formasi Sepingtiang dan Formasi Saling yang berumur Jura Akhir-Kapur Awal, ketiga formasi ini diduga terbentuk secara bersamaan.

Apabila mengikuti lajur tektono-geografinya, maka sebaran batuan tersier di daerah Bengkulu terdapat dalam 3 lajur utama, yaitu Lajur Bengkulu di bagian Barat, Lajur Barisan di Tengah dan Lajur Palembang di bagian Timurlaut. Lajur Barisan terisi atas formasi batuan yang mempunyai kisaran umur antara Paleosen sampai Plistosen, membujur di sepanjang bagian Barat dan sejajar dengan memanjangnya sumbu Pulau Sumatera. Lajur ini merupakan daerah kegiatan magmatik selama Tersier dan Kuarter dengan jenis batuannya terdiri atas tuff, breksi gunungapi, lava dan terobosan batuan plutonik.

Tabel 1 memperlihatkan urutan stratigrafi regional pada Cekungan Bengkulu. Tatanan stratigrafi yang terdapat di daerah inventarisasi terdiri atas batuan yang mempunyai kisaran umur dari Tersier – Kuarter. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Manna, Sumatera maka di daerah inventarisasi terdapat 4 formasi batuan di mana urutannya dari tua ke muda adalah sebagai berikut : Formasi Seblat Formasi Seblat berumur Oligosen Akhir-Miosen Tengah. Di daerah penyelidikan batuan yang tersingkap terdiri atas lapisan batupasir berwarna abu-abu kecoklatan dengan ukuran butir sedang sampai kasar, perlapisan sejajar. Pada bagian bawahnya terdapat lapisan konglomerat dan lapisan batulempung. Satuan batuan ini terdapat pada bagian timur laut daerah inventarisasi yang menempati sekitar 5% dari seluruh formasi yang ada. Menurut Amin, T.C., dkk (1993), Formasi Seblat ini diendapkan dalam lingkungan laut dangkal. Formasi Lemau Litologi Formasi Lemau terutama terdiri atas breksi dengan sisipan batupasir dan lempung, pada beberapa tempat menyerpih dan mengandung lapisan batubara. Breksi umumnya terdiri dari komponen dasitan dengan ukuran antara 0.5 – 5 cm, menyudut sampai menyudut tanggung. Sisipan batupasir berwarna abu-abu sampai kekuningan dengan ukuran butir halus, klastik dan berkomposisi dasitan, mengandung glaukonit, memperlihatkan perlapisan dan mempunyai struktur sedimen paralel laminasi. Satuan batuan ini menempati bagian tengah lembar peta (hampir 50%) dengan arah sebaran relatif baratlaut-tenggara. Dari adanya kandungan glaukonit formasi ini diperkirakan diendapkan dalam lingkungan laut dangkal. Formasi Simpangaur Formasi Simpangaur berada selaras diatas formasi Lemau. Secara umum litologinya terdiri atas konglomerat dengan sisipan batupasir dan batubara, batulempung dan batulanau. Namun di daerah inventarisasi tidak ditemukan indikasi batubara pada Formasi Simpangaur.

Konglomerat dijumpai dengan ukuran komponen antara 0.5 – 2 cm, berwarna abu-abu sampai kecoklatan, pemilahan cukup baik. Batupasir berbutir sedang sampai kasar, karbonan, berlapis tipis-tipis. Formasi ini tersebar di bagian selatan lembar peta dan menempati sekitar 40% dari seluruh luas formasi yang ada. Endapan Permukaan Endapan permukaan terdiri atas aluvium dan endapan rawa, berupa material-material lepas tak terkonsolidasi, seperti bongkah, kerakal, pasir dan lumpur, mengandung sisa-sisa tumbuhan. Batuan-batuan ini umumnya terdapat di bagian selatan lembar peta yang berupa muara-muara sungai (dekat pantai). 2.2. Struktur Geologi

Pelipatan dan pensesaran yang terjadi pada Kapur Akhir diikuti dengan terobosan granit dan pengangkatan sedimen menyeluruh di sepanjang Busur Gunungapi Barisan. Kegiatan tektonik dan sesar bongkah yang terus berlangsung sampai Tersier Awal mengakibatkan terbentuknya Cekungan Sumatera Selatan di bagian Timur dan Cekungan Bengkulu di Barat. Selama Paleogen pada kedua cekungan berlangsung pengendapan genang laut.

Sementara itu kegiatan plutonik dan tektonik minor yang terjadi selama Miosen Tengah berlanjut sepanjang Pliosen dan produk tektonik Plio-Pliosen ini menghasilkan struktur sesar berarah Baratlaut-Tenggara yang sejajar dengan arah struktur yang sangat umum di seluruh Sumatera. Sedangkan selama Kuarter kegiatan gunungapi di Pegunungan Barisan menghasilkan tuff, lava dan breksi gunungapi serta diakhiri dengan endapan sedimen dan rawa selama Holosen.

Struktur geologi yang sangat umum terdiri atas pelipatan dan pensesaran. Arah perlapisan batuan hampir Utara – Selatan dengan kemiringan bervariasi antara 40º - 70º. Intensitas dan deformasi pelipatan menunjukan terjadi lebih dari satu perioda pelipatan dan deformasi utama diperkirakan terjadi pada Kapur Awal.

Pada Tersier sampai Kuarter deformasi batuan lebih kecil dibandingkan deformasi batuan pada Pra Tersier, pelipatannya mempunyai sumbu Baratlaut – Tenggara, sejajar dengan arah struktur Pulau Sumatera dan menghasilkan lipatan tegak, terbuka dan landai tanpa belahan. Pelipatan batuan yang berumur Tersier Awal-Tersier Tengah umumnya lebih kuat dibandingkan daripada yang terjadi pada batuan Tersier Akhir-Kuarter. 2.3. Endapan Batubara

Informasi penyelidik terdahulu menunjukkan bahwa pada Cekungan Bengkulu terdapat endapan batubara. Bahkan pada beberapa lokasi terutama di daerah Bengkulu Utara telah dilakukan penambangan oleh beberapa perusahaan batubara. Penyelidikan batubara di bagian selatan Bengkulu pun telah

PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM

Page 4: Fatimah - Bengkulu

dilakukan oleh beberapa penyelidik. Dinarna (2003) diataranya mengemukakan bahwa batubara tersingkap cukup baik di daerah Seluma dan ke arah utara daerah Bintuhan. Sedangkan informasi keberadaan batubara di Kabupaten Bengkulu Selatan hanya berdasarkan informasi dari Bupati Kabupaten Bengkulu Selatan yang menyatakan bahwa di daerah Kecamatan Segimin terdapat endapan batubara. Berdasarkan informasi penyelidik terdahulu, satuan batuan yang bertindak sebagai formasi pembawa batubara pada Cekungan Bengkulu adalah Formasi Lemau.

3.2. Analisa Laboratorium Analisa laboratorium dilakukan untuk mengetahui kandungan batubara yang pada akhirnya akan menentukan kualitas dari batubara itu sendiri. Pada intinya, analisa yang dilakukan terdiri dari analisa petrografi batubara dan analisa kimia batubara. Analisa petrografi batubara dilakukan untuk mengetahui kandungan material organik yang terdapat dalam batubara dan juga untuk mengetahui nilai reflektan batubara. Sedangkan analisa kimia dilakukan untuk mengetahui komposisi kandungan inorganik batubara.

3. KEGIATAN PENYELIDIKAN Analisa kimia terdiri dari analisa proksimat

(inherrent moisture, kandungan zat terbang, karbon tertambat, kandungan abu, sulfur total dan berat jenis) serta analisa ultimat (kandungan karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen). Selain itu dilakukan juga analisa untuk mengetahui nilai kalori batubara, free moisture dan total moisture dalam basis udara kering (adb / air dried basis). Keseluruhan analisa dilakukan di Laboratorium Penguji Kimia – Fisika Mineral dan Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral, Bandung.

3.1. Penyelidikan Lapangan Pekerjaan yang dilakukan di lapangan

sebagian besar merupakan pemetaan geologi permukaan yang dilakukan dengan cara menyusuri sungai ataupun mencermati tebing sungai maupun jalan yang terdapat di daerah inventarisasi, dimana titik berat pekerjaannya adalah mencari singkapan-singkapan batubara yang tersingkap pada tempat-tempat tersebut. Singkapan batubara yang ditemukan kemudian diukur arah jurus dan kemiringannya serta ditentukan posisinya dengan bantuan alat Global Positioning System (GPS) Garmin tipe 12 CX dan 12 XL , yang kemudian hasilnya dicatat dan diplot pada peta dasar berskala 1 : 50.000 yang merupakan perbesaran dari peta topografi berskala 1:100.000.

3.3. Pengolahan Data

Pengamatan singkapan batubara dan litologi lainnya dilakukan pada seluruh Formasi batuan yang terdapat di daerah inventarisasi, akan tetapi lebih dikonsentrasikan pada Formasi Lemau yang diperkirakan sebagai formasi pembawa batubara.

Data dari kegiatan penyelidikan lapangan yang telah diplot pada peta dasar kemudian dianalisa pola jurus dan arah sebarannya, serta direkonstruksi untuk mengetahui jumlah lapisan batubara serta sebaran batuan lainnya. Hasil analisa laboratorium juga diharapkan dapat menunjang interpretasi mengenai karakteristik endapan batubara yang terdapat di daerah inventarisasi. Analisa dan rekonstruksi data tersebut dituangkan dalam bentuk peta geologi dan sebaran batubara.

Selain itu juga dilakukan pengambilan conto batuan untuk keperluan analisa kualitatif di laboratorium. Pengambilan conto batubara dilakukan dengan metoda Grab Sampling dan diupayakan agar conto ini dapat mewakili lapisan batuan yang akan dianalisa. Conto batuan yang diambil diusahakan dari bagian yang masih segar yang dianggap masih terbebas dari pengotoran akibat proses pelapukan batuan serta akar dan humus. Conto yang diperoleh kemudian dibersihkan dan dikemas dalam kantong plastik untuk keperluan analisa laboratorium.

4. HASIL PENYELIDIKAN 4.1. Geologi Daerah Penyelidikan 4.1.1. Morfologi

Tahapan penyelidikan yang dilakukan dalam penyelidikan ini sebagai berikut : 1. Mencari lokasi singkapan batubara baik yang

berasal dari informasi penduduk maupun informasi laporan terdahulu.

Morfologi daerah inventarisasi dapat dibagi menjadi dua satuan morfologi yaitu : Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang dan Satuan Morfologi Dataran. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang terletak pada bagian utara dan tengah lembar peta menempati luas sekitar 70 % daerah inventarisasi. Satuan morfologi ini ditandai dengan bukit-bukit dengan ketinggian berkisar antara 300 m – 400 m dengan ketinggian maksimum gunung Bukit Riki Besar yang mempunyai ketinggian 432 m dari permukaan laut. Kemiringan lereng pada satuan ini cukup tinggi berkisar antara 25 % sampai 70 %. Secara geologi satuan ini ditempati oleh satuan batuan dari Formasi Seblat dan Formasi Lemau.

2. Mengukur kedudukan dan tebal lapisan batubara. 3. Mengamati batuan samping dan hubungannya

dengan batubara. 4. Mengambil conto batubara untuk kepentingan

analisa. 5. Menggambarkan hasil-hasil lapangan pada peta

kerja skala 1:50.000

Satuan Morfologi Dataran terletak sebelah barat daya dan selatan lembar peta menempati luas sekitar 30 % daerah inventarisasi. Satuan morfologi ini ditandai dengan dataran yang membentuk sedikit undulasi dengan ketinggian berkisar antara 0m – 200m dari permukaan laut.

6. Membuat laporan dan peta penyebaran batubara, serta menghitung jumlah sumberdaya batubara yang terdapat di lokasi.

PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM

Page 5: Fatimah - Bengkulu

Tabel 1. Stratigrafi regional Cekungan Bengkulu

BATU DASAR ?

SETARA LAHAT

HULU SIMPANG

S E B L A T

LEMAU / BAL

SIMPANG AUR

BINTUNAN

DARATAN

O L

I G

O S

E N

ATAS

P A

L E

O G

E N

PRA - TERSIER

T O

S E

N

BAWAH

TENGAH

PALE

OSE

N

BAWAH

TENGAH

ATAS

BATU DASAR ?

SETARA LAHAT

N E

O G

E N

UNITSTRATIGRAFI

BAWAH

TENGAH

M I

O S

E N

ATAS

BAWAH

TENGAH

ATAS

PLEO

SEN

PLEISTOSEN

U M U R

TALANG AKAR

BATURAJA

PARIGI EQUIV

GUMAI

AIR BENAKAT

MUARA ENIM

LEPAS PANTAI

EBURNA

B E N G K U L U

SUNGAIDANAU AIR TAWAR

TARIKAN

DARAT - PERALIHAN

SHALLOWDEEP MARINE

PERALIHAN LAUT DANGKAL

PERALIHAN

DARAT PERALIHAN

LINGKUNGANPENGENDAPAN

TARIKAN

AMBLASAN CEKUNGAN

TARIKAN( Lokal )

AKTIVITASTEKTONIK

AMBLASAN CEKUNGAN

INVERSI CEKUNGAN

Morfologi gelombang yang terjadi pada

satuan ini disebabkan oleh adanya struktur patahan serta pelipatan pada daerah ini. Secara geologi satuan ini ditempati oleh batuan-batuan sedimen dari Formasi Simpangaur serta endapan permukaan (aluvium).

Pola aliran sungai yang terdapat di daerah inventarisasi antara lain Pola Aliran Trelis dengan Air Napal, Air Manna dan Air Endelengau sebagai sungai utama. Pola-pola aliran sungai ini dikontrol oleh litologi pembentuk satuan morfologi dan struktur yang

terdapat pada satuan itu. Tahapan yang terjadi pada sungai-sungai itu beragam, misalnya pada Satuan Morfologi Perbukitan umumnya tahapan sungai-sungainya muda. Proses pembentukan morfologi daerah inventarisasi merupakan gabungan antara proses pengangkatan dengan proses erosi oleh air. Ringkasan mengenai satuan morfologi yang terdapat di daerah inventarisasi tertera pada Tabel 2.

Tabel 2. Pembagian Satuan Morfologi

SATUAN MORFOLOGI KETERANGAN

Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang

Menempati 70 % daeran Inventarisasi terletak sebelah utara dan tengah, dibentuk oleh batuan volkanik, dicirikan dengan kemiringan lereng yang cukup tinggi dan Sungai-Sungai pada tahapan muda.

Satuan Morfologi Dataran Menempati 30 % daerah inventarisasi terletak sebelah baratdaya dan selatan, dibentuk oleh batuan sedimen, dicirikan oleh kemiringan lereng yang rendah, Sungai pada tahapan dewasa.

4.1.2. Stratigrafi

Secara umum Sumatera terletak di sepanjang tepi Baratdaya Lempeng Benua Sunda dan di tepi barat Busur Sunda. Pada awal Perm Kerak Samudera yang berada di bawah Lempeng benua tersebut menunjam miring dengan arah sekitar utara-timurlaut. Akibat penunjaman tersebut terjadi peningkatan kegiatan magma yang mengakibatkan terbentuknya busur gunungapi Tersier sampai Resen dari Pegunungan Barisan di sepanjang tepi barat Sumatera dan terpotong oleh sistim Sesar Sumatera.

Fisiografi daerah inventarisasi termasuk dalam Cekungan Bengkulu dan sebagian merupakan Geantiklin Bukit Barisan. Sedangkan berdasarkan pembagian Mandala Geologi Tersier Pulau Sumatera daerah ini terletak pada tiga zona atau lajur Busur, yaitu Lajur Busur Depan, Busur Magmatik dan Busur

Belakang atau sering disebut juga dengan Lajur Bengkulu, Lajur Barisan dan Lajur Palembang. Secara umum formasi batuan yang mengisi Cekungan Bengkulu ini terdiri atas seri batuan sedimen dan volkanik yang berumur antara Oligosen sampai Holosen. Di bagian Timurlaut, daerah ini berbatasan dengan cekungan Sumatera Selatan sedangkan di bagian Baratdaya cekungan Bengkulu terbuka ke Samudera Hindia.

Berdasarkan asosiasi batuannya, secara regional daerah Bengkulu sebagian besar termasuk dalam Zona Busur Magmatik Barisan, yang dicirikan oleh batuan sedimen dan gunungapi tertua, yaitu Formasi Lingsing, Formasi Sepingtiang dan Formasi Saling yang berumur Jura Akhir-Kapur Awal, ketiga formasi ini diduga terbentuk secara bersamaan.

PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM

Page 6: Fatimah - Bengkulu

Tatanan stratigrafi yang terdapat di daerah inventarisasi terdiri atas batuan yang mempunyai kisaran umur dari Tersier – Kuarter, dengan mengacu pada Peta Geologi Lembar Manna, Sumatera, maka satuan batuan yang terdapat di daerah inventarisasi (berurut dari tua ke muda) adalah sebagai berikut:

Formasi Seblat Formasi Seblat berumur Oligosen Akhir-Miosen Tengah. Di daerah penyelidikan batuan yang tersingkap terdiri atas lapisan batupasir berwarna abu-abu kecoklatan dengan ukuran butir sedang sampai kasar, perlapisan sejajar. Pada bagian bawahnya terdapat lapisan konglomerat dan lapisan batulempung. Satuan batuan ini terdapat pada bagian timur laut daerah inventarisasi yang menempati sekitar 5% dari seluruh formasi yang ada. Menurut Amin, T.C., dkk (1993), Formasi Seblat ini diendapkan dalam lingkungan laut dangkal. Formasi Lemau

Litologi formasi Lemau terutama terdiri atas breksi dengan sisipan batupasir, lempung dan pada beberapa tempat menyerpih dan mengandung lapisan batubara. Breksi umumnya terdiri dari komponen dasitan dengan ukuran antara 0.5 – 5 cm, menyudut sampai menyudut tanggung. Sisipan batupasir berwarna abu-abu sampai kekuningan dengan ukuran butir halus, klastik dan berkomposisi dasitan, mengandung glaukonit, memperlihatkan perlapisan dan mempunyai struktur sedimen parallel laminasi. Dari adanya kandungan glaukonit formasi ini diperkirakan diendapkan dalam lingkungan laut dangkal. Pada umumnya Formasi Lemau di daerah inventarisasi tertutup oleh batuan volkanik. Formasi Simpangaur

Formasi Simpangaur berada selaras diatas Formasi Lemau. Di daerah inventarisasi litologinya terdiri atas konglomerat dengan sisipan batupasir dan batubara, batulempung dan batulanau.

Konglomerat dijumpai dengan ukuran komponen antara 0.5 – 2 cm, berwarna abu-abu sampai kecoklatan, pemilahan cukup baik. Batupasir berbutir sedang sampai kasar, karbonan, berlapis tipis-tipis. Endapan Permukaan

Endapan permukaan terdiri atas aluvium dan endapan rawa, tersusun oleh material-material lepas tak terkonsolidasi, berupa bongkah, kerakal, pasir dan lumpur mengandung sisa-sisa tumbuhan. 4.1.3. Struktur Geologi

Struktur geologi di daerah inventarisasi terdiri dari 4 (empat) buah sesar utama yang cukup berperan di daerah ini, yaitu sesar yang berarah Baratlaut-Tengara, sesar Timurlaut-Baratdaya, sesar Utara-Selatan dan sesar Timur-Barat.

Sesar Baratlaut-Tenggara merupakan sesar mendatar sepanjang kurang lebih 75 km dan ditafsirkan merupakan bagian dari sistim sesar Sumatera. Sesar ini merupakan batas dari tinggian Pra-

Tersier dan salah satu unsur sesar utama yang mengontrol geometri cekungan sedimen tersier.

Sesar Timurlaut-Baratdaya terbentuk sebagai pasangan dari sesar Baratlaut-Tenggara pada awal Tersier dan berdasarkan data bawah permukaan menunjukan bahwa sesar- sesar ini membentuk batas utama antara cekungan sedimen tersier dan tinggian yang terletak diantaranya.

Sedangkan sesar Utara-Selatan dan sesar Timur-Barat pada umumnya merupakan sesar normal. Sesar Utara-Selatan berumur Miosen Awal-Miosen Tengah dengan kelurusan-kelurusannya yang sejajar dan terletak didekat jalur sesar Sumatera. Sementara itu sesar Timur-Barat lebih berperan sejak permulaan Tersier dengan bagian utaranya sebagai blok yang turun. 4.2. Potensi Endapan Batubara 4.2.1. Data Lapangan dan Interpretasi Endapan

Informasi singkapan batubara di Kecamatan Seginim yang ditunjukkan aparat Pemda Kabupaten Bengkulu Selatan (menindaklanjuti surat permohonan Bupati), setelah diobservasi ternyata bukan singkapan batubara. Singkapan yang diinformasikan sebagai batubara di Pematang Umbar (lokasi BB-01) ternyata hanya berupa batulempung karbonan berwarna hitam yang diduga merupakan milonitisasi yang terbentuk akibat gerusan sesar. Sedangkan di lokasi lainnya (di sekitar Danau Panahar / Air Endelengau – lokasi BB-01A) yang terlihat sebagai batubara hanyalah kayu terkersikkan (silicified wood) berwarna hitam yang sepintas mirip dengan batubara.

Di daerah penyelidikan, singkapan batubara ditemukan di bagian Barat Laut daerah penyelidikan yaitu di cabang-cabang S. Manna dan S. Temrawan. Singkapan yang ditemukan sebanyak 5 lokasi dengan ketebalan bervariasi dari 5 cm – 1,0 m. Arah umum perlapisan barat laut – tenggara dengan kemiringan yang bervariasi antara 5° - 24° (Tabel 3). Dari kelima singkapan batubara yang ditemukan, secara umum kenampakan batubara di daerah inventarisasi terlihat hitam kecoklatan, kusam, getas, berlapis.

4.2.2. Potensi Endapan Batubara Hasil analisa petrografi batubara (Tabel 4) menunjukkan bahwa dari keempat conto yang diperkirakan batubara, ternyata hanya 1 (satu) yang dikategorikan sebagai batubara, yaitu conto dari lokasi singkapan BB-04 (anak Air Manna). Conto dari lokasi singkapan BB-02 dan BB-03 (pada anak Air Manna) secara petrografis dikategorikan sebagai shaly coal, sedangkan conto dari lokasi singkapan BB-05 (Sungai Temrawan) dikategorikan sebagai Batulempung Karbonan. Batubara yang terdapat di anak Air Manna (lokasi BB-04), seperti umumnya batubara di Indonesia, didominasi oleh maseral vitrinit (80,6%). Hasil analisa menunjukkan bahwa batubara ini memiliki kandungan abu cukup tinggi (29,58%) dengan kandungan sulfur total 1,76%, sedangkan nilai kalorinya hanya 3661 cal /gr (adb).

PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM

Page 7: Fatimah - Bengkulu

Tabel 3. Daftar Singkapan batubara daerah Seginim, Bengkulu Selatan

Koordinat NO Singkapan

X Y Lokasi strike/dip

(N..E/..) Tebal (m) Deskripsi/keterangan

1 BB-01 0293396 9525717 Pematang Umbar - -

Lempung karbonan/ milonitisasi??, warna

hitam, lunak, mengotori tangan.

2 BB-01 A 0290137 9525229 Endelengau Tengah

sekitar Danau Penahar

Kayu terkersikkan, hitam, keras. Bagian luar berwarna coklat

kemerahan (teroksidasi)

3 BB-02 0275175 9525653 Anak Air Manna 135/8

0.05

Batubara, hitam kecoklatan, getas, kusam,

berlapis.

4 BB-03 0275119 9525729 Anak Air Manna - - Batubara, hitam

kecoklatan, getas, kusam, berlapis.

5 BB-04 0275108 9525771 Anak Air Manna 90/5 0.30

Batubara, hitam kecoklatan, getas, kusam, berlapis. Ke arah kiri dan kanan, singkapan menipis

menjadi 0.15 m

6 BB-05 0272022 9526357 S. Temrawan 145/24 0.15 Batubara, hitam

kecoklatan, getas, kusam, berlapis.

Data lapangan dan hasil analisa laboratorium menunjukkan bahwa endapan batubara kurang berkembang baik di daerah inventarisasi. Ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh aktivitas volkanik yang terjadi setelah proses pengendapan sedimen pembentuk batubara namun sebelum proses pembatubaraan (coalification) tercapai dengan sempurna. Hal ini salah satunya terbukti dengan ditemukannya kayu terkersikkan (silicified wood – BB01A / Pematang Umbar) yang menurut penduduk setempat dianggap sebagai batubara. Aktivitas volkanik ini juga kemungkinan menyebabkan tingginya kandungan abu pada batubara yang terbentuk sehingga mempengaruhi nilai kalori batubara.

Perhitungan sumberdaya batubara tidak dilakukan untuk daerah inventarisasi mengingat hanya satu singkapan batubara yang ditemukan berbentuk lensa batubara berketebalan relatif tipis (hanya 30 cm) yang menipis ke arah kiri dan kanan dari singkapan. 4.3. Prospek Pemanfaatan dan Pengembangan Batubara Ditinjau dari kondisi singkapan yang ada, endapan batubara di daerah Seginim dan sekitarnya, Kabupaten Bengkulu Selatan, dinilai kurang bernilai ekonomis untuk ditambang. Selain bentuk endapan yang tidak menerus dan umumnya tertutup oleh batuan volkanik muda, akses menuju endapan batubara ini juga sulit dicapai.

Tabel 4. Hasil Analisa Petrografi Batubara

No. Lab./Conto

Rvmean (%)

Kisaran & Std. Dev (%)

Jml Pemerian

D-552/ BB-02

0.33 0.29-0.38 (0.03)

25 Kutinit ‘common’, kuning sampai jingga, resinit dan sporinit ‘sparse’, kuning sampai jingga. ‘Shaly coal’. Vitrit,

V>>L>I. Vitrinit-66.5%, inertinit-0.1%, liptinit-1.4%. Material mineral-33.5%.

D-553/ BB-03

0.36 0.31-0.44 (0.04)

25 Kutinit ‘common’, kuning sampai jingga, resinit dan sporinit ‘sparse’, kuning sampai jingga. ‘Shaly coal’. Vitrit,

V>>L>I. Vitrinit-51.7%, inertinit-0.1%, liptinit-1.2%. Material mineral-48.3%.

D-554/ BB-04

0.37 0.30-0.44 (0.04)

25 Kutinit ‘abundant’, kuning sampai jingga, resinit ‘common’, kuning sampai jingga, sporinit ‘sparse’, kuning

sampai jingga. ‘Batubara’. Vitrit>>clarit, V>>L>I. Vitrinit-80.6%, inertinit-0.1%, liptinit-3.3%. Material

mineral-16.0%. D-555/ BB-05

0.28 0.22-0.33 (0.03)

25 Kutinit dan sporinit ‘sparse’, kuning sampai jingga. ‘Batulempung Karbonan’. Dom abundant, V>>I>L.

Vitrinit ‘abundant’, inertinit dan liptinit ‘sparse’. Oksida besi ‘abundant’. Pirit ‘major’.

PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM

Page 8: Fatimah - Bengkulu

Tabel 5. Hasil Analisa Kimia Batubara

SAMPLE CODE ANALYSIS UNIT BASIS BB-02 BB-03 BB-04 BB-05

Free moisture % ar 28.05 29.08 31.91 34.04 Total Moisture % ar 35.95 35.95 38.99 40.78 PROXIMATE Moisture % adb 10.98 9.69 10.40 10.22 Volatile matter % adb 29.68 29.83 30.95 18.51 Fixed Carbon % adb 26.70 25.83 29.06 10.17 Ash % adb 32.64 34.65 29.58 61.10 Total sulphur % adb 1.57 5.32 1.76 0.85 Specific Gravity adb 1.65 1.73 1.62 1.98 Calorific Value Cal/gr adb 3449 3267 3661 1067 ULTIMATE Carbon % daf 67.93 64.32 67.64 51.97 Hydrogen % daf 5.01 4.75 4.94 6.14 Nitrogen % daf 1.11 1.18 1.18 0.97 Sulphur % daf 2.78 9.56 2.93 2.97 Oxygen % daf 23.17 20.19 23.31 37.95

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN • Batubara yang terdapat di daerah inventarisasi

hanya berupa lensa batubara yang tersingkap di bagian barat laut lembar peta. Batubara ini termasuk dalam Formasi Lemau.

• Informasi keberadaan batubara di Kecamatan Seginim yang diperoleh dari Pemda setempat setelah diobservasi ternyata bukan endapan batubara.

• Endapan batubara kurang berkembang baik kemungkinan diakibatkan pada saat proses pengendapannya, dimana daerah tersebut kurang memungkinkan untuk tumbuhnya tanaman pembentuk batubara.

5.2. SARAN Penyelidikan lebih lanjut sebaiknya dilakukan untuk menyelidiki keberadaan shaly coal yang kemungkinan berpotensi sebagai sumberdaya bitumen padat. DAFTAR PUSTAKA

1. Gafoer, S., Amin, T.C., & Pardede., 1992. Geologi Lembar Bengkulu, Sumatera, skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi, Bandung.

2. Ilyas, S. 1995. Laporan Eksplorasi Endapan Batubara Di Daerah Tanjung Dalam Ketaun, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung

PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM

Page 9: Fatimah - Bengkulu

Gambar 2. Peta geologi daerah Seginim dan sekitarnya

PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN SUBDIT BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGINIM