ss-20140721-lap sl ke-4 ypab_bilic_ypac_kp bratang.pdf

238
1 Universitas Kristen Petra LAPORAN ABDIMAS/ SERVICE-LEARNING No. 019/PPM/LPPM-UKP/2013 REDESAIN RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL UNTUK YPAB, YPAC, BILIC DAN KAMPUNG BRATANG TANGKIS Oleh: Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc., NIP: 10-012 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS KRISTEN PETRA TAHUN 2014

Upload: gunteitb

Post on 07-Feb-2016

138 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

LAPORAN ABDIMAS/ SERVICE-LEARNING No. 019/PPM/LPPM-UKP/2013REDESAIN RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL UNTUK YPAB, YPAC, BILIC DAN KAMPUNG BRATANG TANGKISOleh:Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc., NIP: 10-012LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATUNIVERSITAS KRISTEN PETRATAHUN 2014ABSTRACT (ABSTRAK) Tempat Tinggal atau Rumah yang aksesibel dan layak merupakan hak yang penting untuk warga Kota. Karena identifikasi kebutuhan tempat tinggal ini didapati pada observasi kami tentang toilet atau MCK di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta (SMPLB - A YPAB) maupun di Kampung Bratang Tangkis. Maka kami mengusulkan pengembangan SERVICE – LEARNING Desain Inklusi tahun lalu menjadi Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis. Hal ini dapat dipecahkan dengan proses desain inklusif. Karena itu mata kuliah Kuliah Kerja Pelayanan Desain Inklusi ini dilakukan dengan tujuan melibatkan para Mahasiswa untuk menghasilkan desain Rumah atau Tempat Tinggal dengan metode desain inklusif.Selain itu, hal ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman akan pentingnya proses pelibatan pengguna dalam desain agar lebih berkelanjutan dan dapat diterima sesuai kebiasaan lokal setempat (pengetahuan lokal). Kata Kunci: Aksesibilitas, Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis)

TRANSCRIPT

Page 1: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

1 Universitas Kristen Petra

LAPORAN ABDIMAS/ SERVICE-LEARNING

No. 019/PPM/LPPM-UKP/2013

REDESAIN RUMAH ATAU TEMPAT TINGGAL UNTUK YPAB,

YPAC, BILIC DAN KAMPUNG BRATANG TANGKIS

Oleh:

Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc., NIP: 10-012

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

TAHUN 2014

Page 2: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

2

Universitas Kristen Petra

LEGALISATION PAGE

HALAMAN PENGESAHAN

1. Name of Service Learning

(Nama Service Learning)

: Service Learning course C – Inclusive Design,

Shelter Or Home Redesigning for YPAB,

YPAC, BILIC and Bratang Tangkis Village

(Kuliah Kerja Pelayanan C – Desain Inklusi,

Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk

YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang

Tangkis)

No Report (No Laporan) /SL/Arsitektur/2014

Field of Research (Bidang Ilmu Riset) : Architectural History and Theory (Sejarah dan

Teori Arsitektur)

2. Lecturer in Charge/ Dosen Pengampu

a. Name (Nama) : Gunawan Tanuwidjaja ST. MSc.

b. Gender (Jenis Kelamin) : Male (Laki – laki)

c. Employee Index Number/Title (NIP/

Pangkat)

: 10-012/ IIIC

d. National Lecturer Index Number (Nomor

Indeks Dosen Nasional/ NIDN)

: 0708087806

e. Strata/ Functional Position (Strata/

Jabatan Fungsional)

: Asisten Ahli

f. Structural Position (Jabatan Struktural) : -

g. Field of Expertise (Bidang Keahlian) : Architectural History and Theory / Inclusive

Design (Sejarah dan Teori Arsitektur/ Desain

Inklusi)

h. Faculty/Program Study (Fakultas/

Program Studi)

: Civil Engineering and Planning/ Architecture

(Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan)

i. Telephone/Faks/E-mail (Telepon/ Fax/

Email)

: 031 298 3382/+62 812 212 208 42/

[email protected], [email protected]

4. Students of Service Learning (Mahasiswa

Peserta Service Learning):

: - 22411003, REBECCA ASTRID GUNAWAN

- 22411018, CINDY FRANSISCA TANRIM

- 22411044, ANNEKE DEBORA KUNCORO

- 22411053, WENNY STEFANIE

- 22411055, NERISSA KUMALA TANDIONO

- 22411061, ANNEKE CLAUVINIA PATRIAJAYA

- 22411066, VERONICA YUWONO

- 22411072, MICHELLE MIMOSA

- 22411074, PUSPITA RANI

- 22411075, CENDANA MARCHELIWAN PUTRA

- 22411077, MELLISA STEFANI YOLINO

- 22411086, HENDY GUNAWAN

- 22411095, YOVITA HADI

- 22411096, DICKY LIENARDO LIE

- 22411107, AARON SUTANTO PUTRA

- 22411108, IVAN VILANO

- 22411109, FENNY GUNAWAN

Page 3: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

3

Universitas Kristen Petra

- 22411110, THEODORUS AKWILA PREVIAN

- 22411117, ANDRE SUGIANTO

- 22411123, MARINA VICTORIA DHARMAWAN

- 22411124, RONNY CHANDRA KURNIAWAN

- 22411145, TERRY CHRISTIANTO SUROSO

- 22411150, TIFFANY TOMMY

- 22411160, ROBY ISMANTO

- 22411162, MARIA MONICA RAMPISELA

- 22411094, LOUIS SATRIA PURWANTO

5. Project Location (Lokasi Proyek) : in Several Homes in Surabaya (di berbagai

Rumah di Surabaya)

6. Cooperation with Other Institution

Name of Institution/ Address : SMPLB - A YPAB, Jl Gebang Putih no 5,

Surabaya, Rumah Tutus Setiawan

Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surabaya

(YPAC), Jl Semolowaru Utara V/2A

Surabaya, Rumah Abdul Syakur dan Rumah

Ahmad Fauzi

Bandung Independent Living Center (BILIC),

yang beralamat di Jl, Jimbaran no D-5

Kompleks Cluster Bali 2, Bandung,

Kampung Bratang Tangkis, Jl, Bratang Gede

VIi, Surabaya , Rumah Hariyono Karno

Rumah Paulina Mayasari, Jalan Bibis no 3

Surabaya

7. Time Extend (Jangka Waktu Kegiatan) : 4 months: February 2014 to May 2014 (4 bulan :

Februari 2014 – Mei 2014)

8. Cost

a. from Petra University : -

b. Other Sources : - Contribution from Students Rp. 1.250.000,-

- Green Impact Indonesia Rp. 650.000,-

Mengetahui :

Head of Program Study

(Ketua Program Studi)

Eunike Kristi Julistiono, S.T., M.Des.Sc.(Hons.)

NIP. 04-001

Surabaya, 24th

June 2014

(Surabaya, 24 June 2014)

Lecturer of Service Learning Course C –

Inclusive Design

(Dosen Pengampu KKP C - Desain Inklusi )

Gunawan Tanuwidjaja, ST., M.Sc.

NIP: 10-012

Page 4: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

4

Universitas Kristen Petra

Menyetujui:

Head of Research and Community Outreach Petra Christian University

(Kepala LPPM-UK Petra)

Juliana Anggono, M.Sc., Ph.D.

NIP: 94-016

Page 5: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

5

Universitas Kristen Petra

ABSTRACT (ABSTRAK)

Tempat Tinggal atau Rumah yang aksesibel dan layak merupakan hak yang penting untuk warga

Kota. Karena identifikasi kebutuhan tempat tinggal ini didapati pada observasi kami tentang toilet

atau MCK di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta (SMPLB - A

YPAB) maupun di Kampung Bratang Tangkis. Maka kami mengusulkan pengembangan SERVICE –

LEARNING Desain Inklusi tahun lalu menjadi Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB,

YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis.

Hal ini dapat dipecahkan dengan proses desain inklusif. Karena itu mata kuliah Kuliah Kerja

Pelayanan Desain Inklusi ini dilakukan dengan tujuan melibatkan para Mahasiswa untuk

menghasilkan desain Rumah atau Tempat Tinggal dengan metode desain inklusif.Selain itu, hal ini

juga bertujuan untuk memberikan pemahaman akan pentingnya proses pelibatan pengguna dalam

desain agar lebih berkelanjutan dan dapat diterima sesuai kebiasaan lokal setempat (pengetahuan

lokal).

Kata Kunci: Aksesibilitas, Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk YPAB, YPAC, BILIC dan

Kampung Bratang Tangkis)

Page 6: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

6

Universitas Kristen Petra

1. Nama Kegiatan:

Kuliah Kerja Pelayanan C – Desain Inklusi, Redesain Rumah atau Tempat Tinggal untuk

YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis

2. Bentuk Service Learning:

Bentuk dari Service Learning ini ialah melakukan observasi kebutuhan dari pengguna,

melakukan desain partisipatif dengan melibatkan pengguna dan mensosialisasikan desain tersebut

dalam Program Abdimas Sosialisasi Desain pada tahun mendatang.

3. Identitas Sasaran Service Learning:

3.1. Nama Komunitas Sasaran & Lokasi:

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta (SMPLB - A YPAB),

Jl Gebang Putih no 5, Surabaya, ialah sekolah yang membina rekan – rekan siswa Tuna netra. Dan

Yayasan ini ingin mengembangkan tempat tinggal untuk guru (difabel) di dalam kompleks sekolah

ini. Hal ini diperlukan agar meningkatkan kemudahan akses guru dan siswa.

Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surabaya (YPAC), Jl Semolowaru Utara V/2A Surabaya,

adalah organisasi sosial swasta yang bersifat nirlaba, yang bekerja untuk memberi layanan rehabilitasi

secara terpadu kepada penyandang cacat anak atau anak berkebutuhan khusus. Salah satu fungsinya

ialah meningkatkan mutu pelayanan dengan sistem terpadu antar rehabilitasi. Hal ini juga menyangkut

penyediaan lingkungan rumah yang aksesibel. Karena itu diperlukan juga desain asrama/ rumah /

tempat tinggal yang aksesibel.

Bandung Independent Living Center (BILIC), yang beralamat di Jl, Jimbaran no D-5

Kompleks Cluster Bali 2, Bandung, adalah lembaga non pemerintah yang memiliki konsep dasar

pergerakan Independent Living atau kemandirian bagi penyandang cacat. Berdasarkan filosofi

tersebut, penyandang cacat dianggap lebih mengetahui dan memahami kebutuhannya. Misi BILIC

juga untuk mengembangkan filosofi Independent Living sebagai pemberdayaan dan penguatan

penyandang cacat untuk meningkatkan partisipasinya dan memperoleh pengakuan sebagai warga guna

mencapai keseteraaan dalam hidup bermasyarakat. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan BILIC

bersama Gunawan T. ST. MSc. di masa lalu ialah Sayembara Internasional Desain Kamar Mandi dan

Evaluasi Aksesibilitas di Ruang Publik Kota Bandung. Serupa dengan organisasi lainnya di atas

BILIC juga mengemukakan kebutuhan desain rumah – tempat usaha yang aksesibel bagi difabel

(mayoritas difabel daksa).

Sedangkan komunitas keempat ialah Kampung Bratang Tangkis, Jl, Bratang Gede VIi,

Surabaya. Warga Kampung Bratang Tangkis dipilih karena kearifan lokal warganya untuk

membangun kawasannya secara swadaya dan kreatif terutama pembangunan rumah secara swadaya.

Page 7: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

7

Universitas Kristen Petra

Saat ini warga kampung senior dan difabel juga membutuhkan desain rumah – tempat usaha yang

aksesibel dan kreatif.

3.2. Jumlah Komunitas/ Masyarakat yang dilayani :

Di SMPLB - A YPAB, terdapat 7 orang guru, dan 27 siswa (11 siswa perempuan dan 16 siswa

laki – laki). Sementara YPAC memiliki TKLB, SDLB-D, SDLB-D1, SDLB-G, SMPLB, dan SMALB

dengan jumlah siswa dan guru yang cukup banyak. Sedangkan BILIC memiliki anggota total 200

orang dengan variasi kecacatan tuna daksa, Cerebral Palsy, tuna rungu, tuna netra dll. Sementara itu,

di Kampung Bratang Tangkis terdapat 429 KK di RW 12 dan RW 11, dan beberapa warga senior dan

difabel juga ditemukan di kampung ini dengan persentase 5%.

3.3. Permasalahan Komunitas:

Fasilitas Rumah atau tempat tinggal yang aksesibel merupakan isu penting bagi para difabel

(penyandang cacat), orang senior (usiawan) dan pengguna desain inklusi lainnya seperti ibu hamil,

orang yang membawa barang dan lain – lain. Untuk itu diperlukan sebuah desain partisipatif (yang

melibatkan) penggunanya untuk memberikan masukan dalam desain.

3.4. Tujuan dan Manfaat dari Service Learning:

Tujuan Kuliah Kerja Pelayanan C – Desain Inklusi adalah:

• Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang desain inklusi

• Memberikan pelayanan desain rumah atau tempat tinggal yang diterima secara lokal bagi komunitas

tersebut pada kedua komunitas di atas

• Memberikan contoh kepada masyarakat awam tentang penerapan prinsip desain inklusi.

Manfaat kegiatan ini ialah :

a. Mahasiswa Arsitektur

• Membantu mahasiswa mengerti dan menghargai keberagaman yang ada di masyarakat.

• Membuka wawasan mahasiswa arsitektur untuk membangun konsep berpikir mengenai desain

inklusi dalam perancangan rumah / tempat tinggal yang berdasarkan pengetahuan lokal

b. Komunitas Dampingan

• Membuka wawasan Komunitas untuk YPAB, YPAC, BILIC dan Kampung Bratang Tangkis)

tentang desain rumah / tempat tinggal yang berdasarkan pengetahuan lokal dan dengan proses

desain yang lebih inklusif.

Page 8: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

8

Universitas Kristen Petra

4. Jadwal Kegiatan Service Learning:

N

o

Tahapan

Proyek

Time

(Waktu)

Year

(Tahun)

20

14

Month (Bulan

ke)

2

Feb

3

Ma

r

4

Ap

r 5

Mei

Week (Ming

gu)

Week (Minggu

ke)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

1 Kuliah Desain

Rumah yang Inklusif

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Studi Literatur

Sederhana

(Desain Rumah yang

Inklusif)

4 1 1 1 1

3 Penjajakan ke Masyarakat

dan Perijinan

2 1 1

4 Wawancara

dan Dokumentasi

Foto

4 1 1 1 1

5 Desain dan pelaporan

oleh Mahasiswa

3 1 1 1

6 Lokakarya

Desain di UK Petra

1 1

7 Penyempurnaan Desain

3 1 1 1

8 Pelaporan

akhir

3 1 1 1

Total 14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Page 9: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

9

Universitas Kristen Petra

4.1. Service Learning Proposed Budget (Usulan Biaya Kegiatan Service Learning ) :

Karena dana Service Learning KKP-C tahun ini dialokasikan kepada KKP-A maka dana tidak

ada yang terserap dari Program Studi Arsitektur UK Petra.

No Planned Activities Planned Budget Percentage to

Total Fund

1 Personnel Fee Rp 0 0.0%

2 Supplies Rp 0 0.0%

3 Equipments Rp 0 0.0%

4 Transportation Rp 0 0.0%

5 Others Rp 0 0.0%

Total Funding Rp 0 0.0%

5. Activities Description (Uraian Kegiatan – Kegiatan):

Program ini difokuskan pada desain fasilitas Rumah atau tempat tinggal yang aksesibel

merupakan isu penting bagi para difabel (penyandang cacat), orang senior (usiawan) dan pengguna

desain inklusi lainnya seperti ibu hamil, orang yang membawa barang dan lain – lain; dengan metode

desain partisipatif (yang melibatkan) penggunanya untuk memberikan masukan dalam desain.

Tahapan yang akan dilakukan mencakup:

• Kuliah Desain Rumah yang Inklusif

• Studi Literatur Sederhana (Desain Rumah yang Inklusif)

• Penjajakan ke Masyarakat dan Perijinan

• Wawancara dan Dokumentasi Foto

• Desain dan Pelaporan oleh Mahasiswa

• Lokakarya Desain di UK Petra

• Penyempurnaan Desain

• Pelaporan Akhir

5.1. Persiapan

Kuliah Desain Rumah yang Inklusif, Studi Literatur Sederhana (Desain Rumah yang Inklusif)

dan Penjajakan ke Masyarakat dan Perijinan diadakan dalam tahapan persiapan.

5.1.1. Kuliah Desain Rumah yang Inklusif

Pada tanggal 19 Februari 2014, diadakan Kuliah 1 - Pengantar Desain Inklusi. Dalam

kuliah pertama disampaikan keseluruhan materi yang sekiranya akan dibahas selama satu

semester.

Page 10: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

10

Universitas Kristen Petra

Selanjutnya pada 26 Februari 2014, diadakan Kuliah 2 – dengan Nara Sumber Tamu

Pak Tutus tentang Desain Inklusi. Pak Tutus menjelaskan tentang proses orang-orang difabel

untuk tetap bertahan hidup dengan mandiri. Beliau menjelaskan bahwa fasilitas di Kota kita

ini tidak ramah terhadap mereka, orang-orang berkebutuhan khusus. Perlu gebrakan baru dari

arsitek dalam mendesain bangunan tidak hanya memikirkan keindahan belaka, namun juga

kenyamanan termasuk bagi kaum difabel.

Kemudian pada 12 Maret 2014 diadakan Kuliah 3 - Simulasi Desain Inklusi.

Mahasiswa diberikan kesempatan untuk merasakan menjadi berragam orang difable mulai

dari orang pincang, orang buta, sampai dengan orang berkursi roda. Simulasi dilakukan mulai

dari Gedung P lantai 7, Gedung P lantai 1, menyebrang ke Auditorium, dilanjutkan ke

Gedung W lantai 10. Mahasiswa berpasangan dua-dua demi saling menjaga satu dengan yang

lainnya. Dari simulai dapat dirasakan bagaimana susahnya menjadi orang difable. Selain itu

terbukti bahwa kampus UK Petra belum cukup ramah akan aksesibilitas kaum difabel.

Gambar 1 Kuliah Desain Inklusi

Page 11: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

11

Universitas Kristen Petra

Gambar 2 Kuliah Desain Inklusi

Gambar 3 Simulasi Desain Inklusi

Page 12: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

12

Universitas Kristen Petra

Gambar 4 Simulasi Desain Inklusi

5.1.2. Studi Literatur Sederhana

Fenomena aksesibilitas yang buruk terkait dengan sebuah pendekatan baru dalam Arsitektur

yang disebut Universal Design atau Inclusive Design.

Page 13: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

13

Universitas Kristen Petra

Gambar 5 Ilustrasi Universal Design atau Inclusive Design

Inclusive Design dapat didefinisikan sebagai “Rancangan produk mainstream dan/atau jasa

yang dapat diakses, dan digunakan oleh sebanyak mungkin orang secara wajar tanpa perlu untuk

adaptasi khusus atau desain khusus." Hal ini berarti desain ini dihasilkan secara holistik (http://www-

edc.eng.cam.ac.uk/betterdesign/). 1

Kebutuhan desain ini dihasilkan karena biasanya desain yang konvensional melayani mereka

yang memiliki kemampuan biasa, sehingga orang – orang yang memiliki kemampuan berbeda tidak

dapat menggunakan bangunan yang ada dan akhirnya mengalami diskriminasi bahkan pengucilan

secara tidak langsung dari masyarakat.

Di sisi lain terdapat definisi Desain Universal yang mengacu spektrum yang luas dari ide - ide

perencanaan arsitektur untuk menghasilkan bangunan, produk dan lingkungan yang lebih aksesibel

baik bagi individu berbadan sehat dan berkemampuan berbeda (penyandang cacat).

Istilah Universal Design/ Desain Universal diciptakan oleh arsitek Ronald L. Mace untuk

menggambarkan proses merancang semua produk dan lingkungan dibangun untuk menjadi estetika

dan digunakan semaksimal mungkin oleh semua orang, terlepas dari usia mereka, kemampuan, atau

status hidup. Hal ini kemudian dituangkan oleh Selwyn Goldsmith, penulis Designing for the

Disabled (1963), (Merancang untuk Penyandang Cacat), yang benar-benar memelopori konsep akses

yang mudah untuk orang cacat. Prestasinya yang paling signifikan adalah penciptaan ramp pinggir

jalan yang menjadi fitur standar dari lingkungan binaan

(http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_design). 2

Berbeda dengan Desain Universal, Desain Inklusi menyadari bahwa desain seharusnya

mewadahi kebutuhan semakin banyak orang dengan desain yang cukup adaptif dan tetap terjangkau.

1 ttp://www- edc.eng.cam.ac.uk / betterdesign / 2http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_design

Page 14: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

14

Universitas Kristen Petra

Hal ini diawali dengan pelibatan pengguna dalam desain yang ada.

(http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/).3

Sehingga dapat disimpulkan bahwa Inclusive Design bahkan Inclusive Architecture sangat

diperlukan untuk memfasilitasi pengguna – pengguna yang selama ini terpinggirkan seperti kaum

difabel, orang tua dan anak - anak. Golongan masyarakat ini memang biasanya tidak diperhatikan

karena kurangnya perhatian Pemerintah, Pihak Swasta dan Masyarakat terhadap kebutuhan mereka.

Salah satu pengguna Desain Inklusi ialah kaum difabel (different-ability people) yang berarti

orang dengan kemampuan yang berbeda (http://cakfu.info). Kaum difabel pada umumnya dipandang

sebelah mata, tetapi sebenarnya mereka memiliki potensi untuk berkembang jika didukung oleh

dengan fasilitas bangunan yang aksesibel.

Aksesibilitas para difabel di bangunan- bangunan umum telah dijamin dalam Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1997, pasal 1 (ayat 1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998, khususnya

pasal 1 (ayat 1) bahwa “kaum difabel berhak mempunyai kesamaan kedudukan, hak dan kewajiban

dalam berperan dan berintegrasi secara total sesuai dengan kemampuannya dalam segala aspek

kehidupan dan peng -hidupannya” (Undang – Undang No 4 Tahun 1997 dan PP 43 Tahun 1998).

Tetapi dalam kenyataannya bangunan – bangunan umum tidak mengikuti standar aksesibilitas

bagi pengguna desain inklusi. Data SUSENAS tahun 2000 menunjukkan bahwa kaum difabel di

Indonesia mencapai 1,46 juta penduduk (0,74 % dari 197 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun

itu). Sehingga mereka tidak menikmati aksesibilitas pada bangunan – bangunan umum terutama

pendidikan sehingga secara sosial mereka termarjinalisasikan.

Fasilitas Mandi Cuci Kakus merupakan bagian penting rumah bagi semua pengguna. Karena itu

diperlukan sebuah desain fasilitas mandi cuci kakus di SMPLB-A YPAB dan Kampung Bratang

Tangkis yang berdasarkan pengamatan prilaku dan wawancara penggunanya.

Pendekatan Desain Inklusi harus memenuhi etos sbb

(http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/): 4

• User Centered (Berpusat pada Kebutuhan Pengguna) – setiap Individu dalam populasi memiliki

berbagai kemampuan, ketrampilan, pengalaman masa lalu, keinginan dan pendapat yang berbeda.

Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal ini dengan waktu yang tepat, dengan fokus yang

tepat dan dalam kerangka desain yang tepat agar dapat menghasilkan pemahaman dan kebutuhan

pengguna.

• Population aware (Kesadaran atas Populasi) – Sudut pandang umum yang salah ialah seseorang

menggolongkan sebagai penyandang cacat atau sebagai orang yang mampu sepenuhnya, namun

sesungguhnya terdapat spektrum kemampuan yang luas yang tampak jelas pada populasi apapun.

3 ttp://www- edc.eng.cam.ac.uk / betterdesign / 4 ttp://www- edc.eng.cam.ac.uk / betterdesign /

Page 15: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

15

Universitas Kristen Petra

• Business focused (Terfokus pada Bisnis) - Setiap keputusan yang dibuat selama siklus desain dapat

mempengaruhi hasil desain inklusi dan kepuasan pengguna. Kegagalan untuk memahami

kebutuhan pengguna dapat menghasilkan produk yang memisahkan orang - orang secara tidak

perlu dan menimbulkan lebih banyak frustrasi, sehingga menimbulkan masalah lainnya.

Sebaliknya, keberhasilan implementasi desain inklusi dapat menghasilkan produk yang

fungsional, bermanfaat, diinginkan, dan akhirnya menguntungkan.

Dapat disimpulkan bahwa dengan pendekatan Desain Inklusi di atas maka desain arsitektural

juga harus memperhatikan kelayakan ekonomi, jumlah dan typologi pengguna, dan kebutuhan

pengguna yang akan menggunakannya. Untuk itu diperlukan riset awal sebelum melakukan desain.

Kondisi ini menyebabkan sulitnya penerapan Desain Inklusi dibandingkan dengan Desain

konvensional.

The 7 Prinsip Desain Universal dikembangkan pada tahun 1997 oleh sebuah kelompok kerja

dari arsitek, desainer produk, teknisi dan peneliti desain lingkungan, yang dipimpin oleh almarhum

Ronald Mace di North Carolina State University.The tujuan Prinsip adalah untuk memandu desain

lingkungan, produk dan komunikasi. Menurut Pusat untuk Desain Universal di NCSU, Prinsip "dapat

diterapkan untuk mengevaluasi desain yang ada, membimbing proses desain dan mendidik kedua

desainer dan konsumen tentang karakteristik produk yang lebih bermanfaat dan lingkungan."

(http://www.universaldesign.ie/exploreampdiscover/the7principles):

• PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan)

• PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan)

• PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif)

• PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas)

• PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan)

• PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah).

• PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang

untuk Pendekatan dan Penggunaan)

PRINSIP PERTAMA: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi

berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang beragam.

Panduan:

1a Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila

memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan.

1b Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun.

1c Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna.

1d Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna.

PRINSIP KEDUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain

mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu.

Page 16: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

16

Universitas Kristen Petra

Panduan:

2a. Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan.

2b. Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri.

2c. Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna.

2d. Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna.

PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) -

Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan

pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh

pengguna.

Panduan:

3a. Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu.

3b. Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna.

3c. Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa.

3d. Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya.

3e. Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau

tugas.

PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) – Desain harusnya

mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas

dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna.

Panduan:

4a. Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( engan gambar, verbal, taktil) untuk

mempresentasikan informasi penting secara memadai.

4b. Memberikan kontras yang cukup antara informasi penting dan sekitarnya.

4c. Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting.

4d. Melakukan diferensiasi elemen – elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk

penyampaian instruksi atau petunjuk).

4e. Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang

dengan keterbatasan indrawi.

PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) –

Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau

kecelakaan.

Panduan:

5a. Mengatur elemen untuk meminimalkan bahaya dan kesalahan: elemen yang paling mudah diakses;

unsur yang sangat berbahaya harus dieliminasi, terisolasi, atau dilindungi.

5b. Memberikan peringatan atas potensi bahaya dan kesalahan.

5c. Menyediakan gagal fitur yang tidak memberikan kesempatan untuk gagal (atau aman walaupun

gagal bekerja).

Page 17: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

17

Universitas Kristen Petra

5d. Mencegah terjadinya tindakan yang tidak sadar dalam hal yang membutuhkan kewaspadaan.

PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain

dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum.

Panduan:

6a. Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral.

6b. Menggunakan kekuatan operasi yang wajar.

6c. Meminimalkan tindakan berulang.

6d. Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus.

PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan

Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan)- Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan

untuk memudahkan pendekatan, pencapaian, manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh

pengguna, postur, atau mobilitasnya.

Panduan:

7a. Memberikan garis yang jelas terlihat pada unsur-unsur penting bagi setiap pengguna yang berada

pada posisi duduk atau berdiri.

7b. Membuat setiap pengguna dapat mencapai semua komponen secara nyaman baik dalam posisi

duduk atau berdiri.

7c. Mengakomodasi variasi di tangan dan ukuran genggaman.

7d. Menyediakan ruang yang cukup untuk penggunaan alat bantu atau bantuan pribadi.

(http://www.ncsu.edu/ncsu/design/cud/pubs_p/docs/poster.pdf). 5

Dapat disimpulkan bahwa Aksesibilitas dalam Desain Inklusi bukan semata - mata mengikuti

standar atau pedoman aksesibilitas, Tetapi mewadahi kebutuhan pengguna dengan solusi desain yang

kreatif, efektif dan layak secara ekonomi. Sehingga seharusnya kriteria Desain Inklusi mencakup sbb

(http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/) 6:

• Functional (Fungsional) – Produk - produk harus menyediakan fitur yang sesuai untuk memenuhi

kebutuhan – kebutuhan dan keinginan – keinginan pengguna dimaksud. Sebuah produk dengan

banyak fitur tidak dijamin akan fungsional!

• Usable (Dapat digunakan) – Produk – produk yang mudah dioperasikan adalah yang menyenangkan

dan memberikan kepuasan bagi pengguna, sedangkan produk – produk yang memberikan tuntutan

tinggi pada pengguna akan menyebabkan frustrasi bagi banyak orang dan bahkan memisahkan

beberapa orang sama sekali.

• Desirable (Diinginkan) – Sebuah produk mungkin sangat diinginkan karena berbagai alasan,

termasuk menjadi mencolok dari segi estetis atau menyenangkan untuk disentuh, menunjukkan status

sosial, atau membawa dampak positif terhadap kualitas hidup.

5 http://www.ncsu.edu/ncsu/design/cud/pubs_p/docs/poster.pdf 6 http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/):

Page 18: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

18

Universitas Kristen Petra

• Viable (Layak) – Keberhasilan bisnis dari produk dapat diukur dengan profitabilitasnya. Hal ini

biasanya merupakan hasil dari produk yang fungsional, bermanfaat, dan diinginkan, dan yang

dipasarkan pada saat yang tepat dengan harga yang tepat.

Gambar 6. Proses Desain Inklusi (http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/) 7:

Rumah yang Universal adalah kehidupan yang mudah untuk semua orang dengan membuat

rumah lebih dapat digunakan banyak orang dengan sedikit atau tanpa biaya tambahan. Desain

universal adalah sebuah pendekatan untuk desain yang menggabungkan produk serta fitur bangunan

dan unsurnya, sedapat mungkin dapat digunakan oleh semua orang. Sementara persyaratan desain

yang diperoleh atau diadaptasi oleh kode atau standar untuk beberapa bangunan dan ditujukan hanya

untuk menguntungkan beberapa orang (orang-orang dengan keterbatasan mobilitas), konsep desain

universal menargetkan semua orang dari segala usia, ukuran, dan kemampuan yang diterapkan untuk

semua bangunan (Mace, R, 1998).8

Apa yang dimaksud dengan fitur desain rumah yang universal? Setiap komponen dari sebuah

rumah yang dapat digunakan oleh semua orang, terlepas dari tingkat kemampuan atau kecacatan. Fitur

Universal adalah produk umumnya pada bangunan standar atau fitur yang telah ditempatkan berbeda,

dipilih dengan cermat, atau dihilangkan. Sebagai contoh, stopkontak yang standar dapat ditempatkan

lebih tinggi dari biasanya di atas lantai, standar tapi pintu yang lebih luas bisa dipilih, dan pijakan

pada pintu masuk dapat dihilangkan untuk membuat perumahan lebih universal digunakan (Mace, R,

1998).9

7 http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/): 8 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and

Urban Development, U.S. 9 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and

Urban Development, U.S.

Page 19: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

19

Universitas Kristen Petra

Bangunan dan desain industri telah merespon kebutuhan ini untuk perubahan dengan

memproduksi produk khusus dan ruang untuk kelompok khusus. Tapi "khusus" sering identik dengan

"mahal". Spesialisasi mengarah ke standar bangunan yang rumit dan produk yang pada akhirnya

jarang memenuhi kebutuhan lebih dari sebagian kecil dari mereka. Mereka dimaksudkan untuk

membantu dan sering tampak untuk menstigmatisasi dan memisahkan mereka lebih dari orang lain

(Mace, R, 1998).10

Desain universal berhasil karena melampaui spesialisasi. Konsep mempromosikan rancangan

setiap produk dan bangunan dilakukan sehingga setiap orang dapat menggunakannya semaksimal

mungkin - setiap kran, lampu, shower stall, telepon umum, atau pintu masuk. Desain universal adalah

lompatan revolusioner, tetapi praktis maju dalam evolusi bangunan dan prosedur desain. Ketika

desainer dan produsen merebut konsep ini, desain universal akan menjadi umum, nyaman, dan

menguntungkan (Mace, R, 1998).11

Fitur DESAIN UNIVERSAL di Perumahan yang penting diperhatikan adalah elemen, fitur, ide

atau konsep yang berkontribusi atau bisa juga terhadap komponen perumahan universal. Daftar ini

dimaksudkan sebagai panduan. Fitur yang dideskripsikan adalah yang akan kita cari di perumahan

universal, tetapi tidak semua diharapkan untuk dimasukkan dalam setiap rumah yang diberikan

(Mace, R, 1998).12

Beberapa rekomendasi yang terbatas, beberapa daftar pilihan, dan beberapa lingkup pernyataan

yang mengidentifikasi berapa banyak fitur tertentu harus atau akan dimasukkan. Jelas, karakteristik

desain yang lebih universal atau fitur yang disertakan, semakin membuat rumah mudah digunakan

(Mace, R, 1998).13

Sebuah komponen kunci dari desain universal adalah daya tarik pasar, itu ditambahkan pada

rumah karena fitur universal terintegrasi ke dalam desain secara keseluruhan. Dilakukan dengan baik,

desain universal menjadi elemen yang hampir tak terlihat (Mace, R, 1998).14

Daftar ini berisi fitur struktural dan non-struktural. Fitur struktural, harus dipertimbangkan

untuk rumah baru dan renovasi besar. Fitur Non-struktural, yang lebih murah dan lebih mudah untuk

dimasukkan ke dalam rumah yang sudah jadi (Mace, R, 1998).15

10 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and

Urban Development, U.S. 11 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and

Urban Development, U.S. 12 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and

Urban Development, U.S. 13 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and

Urban Development, U.S. 14 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and

Urban Development, U.S. 15 Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing and

Urban Development, U.S.

Page 20: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

20

Universitas Kristen Petra

PINTU MASUK

1. PINTU MASUK TANPA TANGGA (STEPLESS)

Karakteristik

• Cara terbaik adalah untuk membuat semua pintu masuk rumah stepless.

• Lebih dari satu pintu masuk stepless lebih disukai.

• Setidaknya satu pintu masuk stepless sangat penting, tidak melalui garasi atau dari teras atau

deck.

Manfaat

• Mudah untuk memindahkan perabot dan peralatan masuk dan keluar.

• Baik untuk kereta bayi dan sepeda.

• Mudah untuk membawa bahan makanan dan paket.

• Aman di kondisi basah atau dingin.

• Mudah untuk membersihkan salju, es, dan daun.

2. FITUR LAIN PINTU MASUK (ENTRANCE)

• Kenaikan maksimum satu-setengah inci pada ambang pintu. Mengurangi bahaya tersandung.

Boneka dan gerobak pindah dengan mudah .

• Minimum 5 ' x 5 ' ruang bersih di dalam dan di luar pintu masuk. (Bisa lebih kecil jika pintu

otomatis disediakan). Memungkinkan untuk manuver saat membuka atau menutup pintu.

• Perlindungan cuaca seperti teras, tenda, overhang atap, dan / atau carport. Menyediakan ruang

terlindung bagi orang-orang saat membuka pintu, menunggu carpool, dll. Sedikit kerusakan akibat

cuaca pada pintu.

• Jendela di pintu , dan / atau jendela di dekatnya. Memungkinkan semua penghuni, termasuk anak-

anak dan pengguna kursi roda untuk melihat siapa yang di pintu sebelum membukanya.

• Bel yang menyala pada ketinggian terjangkau, atau interkom dengan link telepon portabel.

Memungkinkan pengunjung untuk berkomunikasi dengan penghuni.

• Cahaya di luar pintu masuk dan detektor gerakan melalui cahaya. Menambahkan penerangan

umum dan rasa aman. Menghilangkan pandangan gelap ke rumah.

• Nomor rumah harus besar, kontras, terletak di tempat yang menonjol. Mudah untuk teman dan

personel gawat darurat untuk mencari tempat tinggal.

3. INTERIOR SIRKULASI

• Sebuah desain yang terbuka. Meminimalkan lorong-lorong dan pintu dan memaksimalkan garis

pandang.

• Setidaknya satu kamar tidur dan kamar mandi yang dapat diakses harus ditempatkan pada lantai

dasar (tingkat yang sama seperti dapur, ruang tamu, dll)

• Lebar bukaan bersih pintu (32" minimum, 34" - 36" lebar pintu), untuk semua pintu.

Meningkatkan sirkulasi, terutama dengan banyak pengunjung, seperti di pesta-pesta. Mengurangi

kerusakan kusen pintu saat memindahkan furnitur besar atau peralatan, peralatan, tangga.

Page 21: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

21

Universitas Kristen Petra

• Lebar rute sirkulasi minimum 42". Ruang berputar di semua kamar (5 'diameter). Menyediakan

ruang manuver di lorong dan lengkungan.

4. SIRKULASI VERTIKAL

• Semua tangga harus memiliki lebar yang tepat dan memiliki ruang di bagian bawah untuk

instalasi lift platform, jika diperlukan. Akses mudah antara lantai.

Jika dua lantai hunian:

• Setidaknya satu set lemari tumpuk, pantries, atau ruang penyimpanan.

• Sebuah lift dengan minimal 3' x 4' luas lantai yang dipasang pada saat pembangunan awal.

Menjadi poros untuk instalasi lift di kemudian hari untuk penghematan biaya yang besar.

• Pegangan tangga yang diperpanjang secara horizontal di luar anak tangga pada bagian atas dan

bawah. Pengguna yang stabil di atas dan bawah tangga.

5. KAMAR MANDI

• Ruang bersih ( 3 ') di depan dan satu sisi toilet. Memudahkan untuk manuver di sekitar toilet.

• Bebaskan dinding sekitar toilet , bak mandi , dan mandi untuk penempatan pegangan di masa

depan. Memungkinkan untuk penempatan pegangan setelah konstruksi tanpa membuka dinding

untuk menambahkan blocking.

• Pegangan tidak boleh stainless steel atau krom. Gunakan warna untuk mencocokkan dekorasi.

Pegangan membuatnya lebih mudah dan lebih aman untuk semua orang untuk masuk dan keluar

dari bak mandi atau shower. Pegangan juga berfungsi ganda sebagai tempat handuk.

• Cermin panjang harus ditempatkan dengan bagian bawah tidak lebih dari 36 " di atas lantai dan

ketinggian atas setidaknya 72 “. Anak-anak dan orang-orang yang duduk dapat menggunakan

cermin ketika di wastafel. Mengurangi kerusakan akibat air untuk dinding finish di belakang

wastafel. Membuat ruang tampak lebih luas.

• Kepala pancuran yang dapat digerakkan atau 60"-72" selang fleksibel memungkinkan mudah

digunakan oleh orang-orang dari semua ketinggian . Dapat disesuaikan dengan tinggi tiap

pengguna. Membantu menghindari basahnya rambut, perban, gips.

6. SAKLAR DAN KONTROL

• Saklar lampu tingginya 44 "- 48", dan termostat dengan ketinggian maksimum 48”. Mudah

dijangkau dengan seluruh tangan (misalnya dengan siku). Lebih mudah diakses oleh anak-anak.

• Outlet listrik di tempat tidur dan meja, setiap sisi untuk komputer dan peralatan elektronik serta

peralatan pribadi yang sering digunakan.

• Outlet listrik, tinggi minimum 18”. Mudah untuk mencapai tanpa membungkuk dan dari posisi

duduk. Pengguna cenderung untuk mencabut peralatan dengan menarik kabel.

7. JENDELA

• Jendela untuk melihat, tinggi maksimum 36”. Bisa melihat keluar dari posisi duduk. Jendela yang

lebih panjang menambahkan cahaya alami dan elegan untuk kamar. Mengurangi pencapaian

untuk membuka, menutup, dan mengunci jendela.

Page 22: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

22

Universitas Kristen Petra

Steinfeld, E. & White, J., (2009) 16

mengungkapkan bahwa tujuan dari desain inklusi adalah

membuat bangunan dan masyarakat yg semakin layak huni bagi semua orang. Desain inklusi harus

merangkul tujuan desain lain yg baik dan memperkuatnya, & tidak bertentangan dengan hal tersebut.

Lima hal yg paling penting adalah aspek berkelanjutan, pemasaran, keterjangkauan, keamanan, dan

interaksi sosial.

Dalam buku ini, ditunjukkan bagaimana aksesibilitas desain dapat menjadi sesuai dengan tujuan

tersebut. Visitability merupakan strategi yang sangat terfokus dalam kontinuitas evolusi yang

merupakan akses kebijakan perumahan dan praktek di Amerika Serikat. Ini adalah pendekatan

terjangkau yang dapat diarungi serta berkelanjutan untuk mengintegrasikan fitur aksesibilitas dasar

sebagai praktik konstruksi rutin di semua rumah yang baru dibangun pada 1-3 keluarga (Steinfeld, E.

& White, J., 2009) 17

.

Seperti yg dipahami, visitability berusaha untuk membuat rumah lebih mudah diakses dengan

bertemu tiga kondisi:

• One zero-step pintu masuk di depan, samping atau belakang rumah;

• jarak lebar pintu 32 inch dan lorong dengan setidaknya 36 inci lebar dalam;

• Dan, setidaknya half bath yang dapat diakses di lantai utama.

16 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive

Design & Environmental Access, New York, United States of America. 17 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive

Design & Environmental Access, New York, United States of America.

Page 23: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

23

Universitas Kristen Petra

Gambar 7. Denah Rumah yang dapat didatangi (Visitable Home) (Steinfeld, E. & White, J., 2009) 18

.

Hal-hal ini yg dianggap paling penting bagi orang dengan gangguan mobilitas, baik yg

mengunjungi atau tinggal di rumah, setidaknya untuk sementara (Steinfeld, E. & White, J., 2009) 19

.

Ini adalah contoh desain rumah keluarga tunggal yang menerapkan visitability. Dengan

memiliki sebuah pintu masuk dan teras di belakang rumah, teras depan dapat diakses dari dalam,

perencanaan terbuka, dan kamar mandi yg terletak pada lantai dasar. Kamar mandi memiliki pintu 36-

inch dan cukup untuk menggunakan kursi roda yang nyaman. Denah ini juga memiliki fitur tambahan

yang mendukung orang tua. Dapur berbentuk U mengurangi upaya untuk semua pengguna. Rumah

memiliki ruang untuk lift bagi perencanaan yg akan datang dan lantai kedua sepenuhnya dapat

diakses. Perancangan terbuka memungkinkan orang untuk menggunakan ruang-ruang yang ada

dengan banyak cara. Desain ini merupakan salah satu strategi desain inklusi (Steinfeld, E. & White, J.,

2009) 20

.

Standar Visitability: Sisa buku ini memberikan ringkasan dari persyaratan untuk unit hunian

visitable di ICC / ANSI A117.1 (2009). The ICC / ANSI A117.1 Standar Sarana Akses dan

Penggunaan Bangunan adalah standar konsensus di AS yg mendefinisikan rincian akses konstruksi,

serta direferensikan oleh sebagian besar kode bangunan di negara AS (Steinfeld, E. & White, J., 2009)

21.

Unit Entrance (1006.2): Setidaknya satu unit masuk akan berada pada jalur sirkulasi

sesuai dengan bagian 1006,5 (Circulation Path) dari jalan umum atau trotoar, unit hunian

jalan, atau garasi.

Connected and Interior Spaces/ Ruang Interior (1006.3 & 1006.4): Sebuah jalur sirkulasi

sesuai dengan bagian 1006,5 (Circulation Path) akan menghubungkan pintu masuk unit yang

terletak di jalur sirkulasi ke ruang berikut:

• Pintu masuk toilet/ kamar mandi

• Satu ruang hunian tambahan dengan area 70 m2

minimum

• Ketika berada pada lantai entrance, area persiapan makanan sesuai dengan bagian 1006.7 (food

preparation areas).

18 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive

Design & Environmental Access, New York, United States of America. 19 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive

Design & Environmental Access, New York, United States of America. 20 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive

Design & Environmental Access, New York, United States of America. 21 Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for Inclusive

Design & Environmental Access, New York, United States of America.

Page 24: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

24

Universitas Kristen Petra

Jalur Sirkulasi (1006.5): Komponen (1006.5.1): Jalur sirkulasi harus melengkapi satu atau

lebih dari elemen-elemen berikut: permukaan jalan dengan kemiringan yg tidak lebih dari 1:20,

perihal pintu, ramp, eskalator, & lift.

Gambar 8 Lorong & koridor minimum 36 inchi, dengan pinch points yg diijinkan sebesar 32 inchi.

Lebar bersih tidak lebih dari 24 inchi. Pintu berengsel – minimal lebar 31 ¾ inchi diukur dari kusen

ke pintu bagian dalam ketika terbuka 900.

Ramps (1006.5.4): Landai sesuai dengan pasal 405 mengenai ramp.

Kamar Mandi & Toilet (1006.6): Kamar mandi/ toilet sesuai dengan bagian 1006.4

(Ruang Interior), & mencakup hal-hal sebagai berikut

• WC & toilet

• Perkuatan & sisa ruang untuk pembersihan instalasi yg akan datang di toilet.

• Perkuatan dinding untuk instalasi yang akan datang pada grab bars sebesar 18 inchi (455 mm)

diukur dari dari tengah toilet.

• WC setidaknya 15 inchi (380 mm) diukur dari tengah toilet.

• Sisa ruang pada toilet harus memenuhi atau bahkan melampai persyaratan minimum untuk

setidaknya satu dari bagian-bagian berikut:

Page 25: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

25

Universitas Kristen Petra

Gambar 9 Denah Toilet Aksesibel di Rumah dengan “Pencapaian secara Pararel” (1004.11.3.1.2.1):

Gambar 10 Denah Toilet Aksesibel di Rumah dengan “Pencapaian dari Depan” (1004.11.3.1.2.2):

Area Persiapan Makanan (1006.7): Ketika ditempatkan pada level entrance, area untuk

persiapan makanan harus mencakup wastafel, alat memasak, dan kulkas. Jarak bebas antara semua

lemari yg berlawanan, counter tops, peralatan atau dinding dalam area persiapan makanan minimum

40 inchi (1015 mm).

Kontrol Pencahayaan & Wadah Outlet (1006.8): Garis tengah dari wadah outlet dan bagian

operasi kontrol terletak mininum 15inchi (380 mm) & maksimum 48 inchi (1220 mm) diatas lantai

finishing.

Thompson, A., (2005) 22

mengungkapkan bahwa manusia membutuhkan sebuah rumah

sebagai tempat berlindung. Namun konsekuensinya, manusia harus merawat rumahnya.

22 Thompson, A., (2005), “Homes That Heal and Those That Don’t”, New Society Publisher, Canada.

Page 26: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

26

Universitas Kristen Petra

Apabila manusia menjaga rumahnya tetap sehat, maka manusia juga turut menjaga kesehatan

keluarga kita.

1. Slab on grade (Lantai Beton)

Slab on grade berarti fondasi tiang beton dituangkan langsung ke site bangunan, setelah

site tersebut selesai disiapkan. Metode yang sederhana ini akan meminimalisir kemungkinan

adanya hewan-hewan dan benda-benda menjijikkan lain tinggal di daerah bawah rumah anda.

2. Attics You Can Live With (Lantai Attic yang dapat ditinggali)

Loteng yang sehat dapat didesain dengan insulasi yang terbuat dari kapas manufaktur

limbah jeans biru. Sebelum melakukan insulasi, ruang loteng harus dibersihkan dengan

vacuum cleaner HEPA untuk memastikan tidak ada puing-puing atau zat kontaminan.

Keseluruhan pipa ventilasi diarahkan keluar atap sehingga tidak menimbulkan kelembaban

atau bau-bauan sisa masakan di loteng rumah tersebut.

3. Big Fat Walls (Dinding tebal)

Mari membahas tentang high mass walls. High mass mengacu kepada kepadatan

material yang akan dibangun. Hal ini sangat penting dalam perancangan dinding eksterior

sebuah bangunan. Apakah penghuni menginginkan lingkungan yang hangat atau dingin,

apabila penghuni sudah mencapai suhu yang sesuai dan nyaman, maka high mass walls akan

secara dramatis memperlambat perubahan suhu yang tidak diinginkan. Contoh material yang

dapat digunakan adalah kayu dan semen blok khusus yang dikembangkan di Eropa.

4. The Delight Warm Floors (Lantai yang hangat)

Terdapat dua jenis metode floor heating (penghangatan lantai). Metode pertama adalah

dengan memanfaatkan air panas yang mengalir melalui pipa-pipa yang biasanya telah

tertanam dalam beton dibawah lantai. Metode kedua adalah dengan menggunakan kabel

listrik yang memanas karena ketahanan listrik yang dialirkan melalui kawat. Metode pertama

sangat mendukung kesehatan, sementara metode kedua tidak disarankan.

5. Floor Covering (Penutup Lantai)

• Untuk ruang tamu, dapat menggunakan lantai kayu yang dibuat dari veneer pohon maple

• Untuk dapur, dapat menggunakan ubin batu alam

• Untuk kamar tidur utama, kamar tidur anak, dan kamar mandi, dapat menggunakan gabus

alami

• Untuk ruang makan, lorong, mudroom, dan ruang-ruang lain, dapat menggunakan beton

berpigmen dengan berbagai komposisi alami yang berbeda

• Untuk ruang laundry, dapat menggunakan linoleum alami.

Page 27: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

27

Universitas Kristen Petra

6. Timeless Design and Modern Day Functionally (Desain yang tidak lekang oleh waktu

dan fungsional untuk kegiatan sehari – hari)

Ketika sebuah rumah didesain dan dibangun, maka rumah tersebut akan memberikan

suatu tampilan yang menarik bagi banyak orang. Yang menarik adalah bahwa ketika kita

mengunjungi sebuah “rumah sehat”, maka rumah tersebut meninggalkan sebuah kesan yang

tidak terlupakan yang bisa dibandingkan dengan rumah-rumah yang lain.

7. Ventilation and Natural Sunlight (Ventilasi dan sinar matahari)

Jendela adalah salah satu fitur penting dalam sebuah rumah sehat. Jendela memberikan

pencahayaan, view, ventilasi, dan karakter visual. Dalam sebuah rumah sehat, jendela tidak

hanya harus banyak, namun dapat juga double dan triple glazed untuk menghemat energi dan

harus diletakkan di posisi yang menerima cahaya paling maksimum serta memungkinkan

cross ventilasi. Jendela perlu dibuka setiap hari supaya udara segar, oksigen, dan penangkal

ion negatif dapat masuk kedalam rumah, serta polusi hasil kegiatan sehari-hari dapat keluar

dari rumah.

8. Low EMR Design (Radiasi elektromagnetik yang rendah)

• Beberapa poin utama untuk mengurangi EMR (Radiasi Elektromagnetik)

• Power supply yang masuk ke rumah dan panel listrik utama harus diletakkan jauh dari

kamar tidur atau area didalam rumah dimana banyak orang menghabiskan waktunya

• Panel listrik utama diletakkan dengan kohesif, mudah diakses dan dengan format yang

mudah diuji

• Dengan mengelompokkan entry point dari semua utilitas keseluruhan arus

elektromagnetik yang mengalir melalui jalur utilitas publik akan didorong kembali tanpa

masuk kedalam rumah

• Seluruh kabel di dinding harus dilapisi dengan logam

• Semua kamar tidur harus memiliki “kill switches” didalamnya

9. Water : The Elixir of Life (Air: cairan hidup)

Untuk memiliki rumah dengan air yang sehat dapat dilakukan dengan menginstal sistem

penyaringan air dengan blok karbon di seluruh rumah. Selain itu terdapat unit khusus yang

dipasang di keran dapur untuk menyaring air minum dan air untuk memasak.

10. Formaldehyde - Free Cabinets, Doors, and Built Ins (Lemari, pintu, lemari tanam

yang bebas dari formaldehyde)

Seluruh lemari, pintu, dan perabot dalam rumah dapat menggunakan material Wheat

Board (papan gandum) yang bebas dari formalin sintetis.

Page 28: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

28

Universitas Kristen Petra

11. Detached Garagei (Garasi yang terpisah)

Garasi mobil sebaiknya diletakkan terpisah dari rumah utama. Garasi sebaiknya

diletakkan di belakang rumah dan terhubung ke gang untuk masuk dan keluar. Saat pintu

garasi terbuka, exhaust fan yang terpasang di garasi akan menyala secara otomatis selama 30

menit setelah pintu tertutup.

12. Central Vacuum System (Sistem penyedot debu terpusat)

Fitur lain yang perlu ada untuk mencapai rumah sehat adalah Central Vacuum System

(CVS) yang berfungsi untuk membersihkan debu dan kotoran dalam rumah.

5.1.3. References (Daftar Pustaka)

Mace, Ron, (1998), Universal Design: Housing for the Lifespan of all People, Department of Housing

and Urban Development, U.S.

Steinfeld, E. & White, J., (2009), Visitability An Inclusive Design Approach of Housing, Center for

Inclusive Design & Environmental Access, New York, United States of America.

Thompson, A., (2005), “Homes That Heal and Those That Don’t”, New Society Publisher, Canada.

http://en.wikipedia.org/wiki/Universal_design

http://www- edc.eng.cam.ac.uk / betterdesign /

http://www.inclusivedesigntoolkit.com/betterdesign2/

http://www.ncsu.edu/ncsu/design/cud/pubs_p/docs/poster.pdf

5.1.4. Penjajakan ke Masyarakat dan Perijinan

Dilakukan penjajakan ke berbagai institusi di atas dalam kegiatan S-L semester sebelumnya

atau pada saat liburan semester. Hal ini dilakukan agar Masyarakat dapat menerima program S-L dan

juga dapat mengerti kebutuhan awal dari Masyarakat yang dilayani.

Page 29: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

29

Universitas Kristen Petra

Gambar 11 Pendekatan ke BILIC Bandung

Gambar 12 Pendekatan ke PWSS Surabaya

5.2. Pelaksanaan

Wawancara dan Dokumentasi Foto, Desain dan pelaporan oleh Mahasiswa, Lokakarya Desain

di UK Petra, Penyempurnaan Desain, dan Pelaporan akhir dilakukan pada tahapan pelaksanaan.

Page 30: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

30

Universitas Kristen Petra

Kegiatan ini dilakukan oleh Mahasiswa dibimbing dosen dan dikerjakan di sela – sela waktu Studio

Merancang 6 yang cukup padat.

5.2.1. Wawancara dan Dokumentasi Foto

Dilakukan wawancara dan dokumentasi foto dan video di kediaman para nara sumber sebagai

perwakilan masyarakat yang ada yaitu:

• Bapak Ahmad Fauzi M.Hum.yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed.

• Bapak Abdul Syakur S.E.

• Ibu Paulina Mayasari S.Sn.

• Bapak Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd.

• Bapak Hariyono Karno

Gambar 13 Kegiatan Wawancara dengan Narasumber Ibu Paulina Mayasari S.Sn.

Page 31: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

31

Universitas Kristen Petra

Gambar 14 Kegiatan Wawancara dengan Narasumber Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. dan Ibu Lilik

Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed.

Gambar 15 Kegiatan Wawancara dengan Bapak Hariyono Karno

Page 32: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

32

Universitas Kristen Petra

Gambar 16 Kegiatan Wawancara dengan P Tutus Setiawan S.Pd.

Gambar 17 Kegiatan Wawancara dengan Bapak Abdul Syakur S.E.

Keenam nara sumber ini diwawancarai di tempat kerja atau rumah tinggal selama proses 3

minggu eksplorasi mandiri Mahasiswa. Sesekali Dosen pengampu juga mendampingi eksplorasi

seperti menemui Ibu Paulina Mayasari S.Sn. Didapati ternyata proses eksplorasi ini memberikan

banyak sekali informasi tentang kebutuhan masing – masing pengguna yang spesifik.

Page 33: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

33

Universitas Kristen Petra

Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed.

adalah seorang penyandang cerebral palsy. Keadaan medis ini menyebabkan kelumpuhan dari leher

sampai ke badan sebelah bawah. Hal ini menyebabkan keterbatasan gerak Beliau terutama untuk

berdiri. Sehingga semua kegiatan Beliau dilakukan dengan merangkak. Beberapa kegiatan perlu

dibantu oleh Ibu Lilik atau anggota keluarga yang lain karena keterbatasan ini.

Bapak Abdul Syakur S.E. adalah penyandang keterbatasan gerak lokomotif (fungsi mobilitas

kaki) tetapi masih mampu memindahkan tubuh dengan lengan. Hal ini menyebabkan beliau harus

menggunakan kursi roda atau kruk pada saat bergerak. Di Sekolah YPAB, Beliau menggunakan kursi

roda untuk mencapai ruang – ruang kelas dan beraktivitas. Sementara itu di rumah, Beliau masih bisa

menggunakan kruk. Kebutuhan beliau ialah ramp dan juga lemari dan lainnya yang bisa dijangkau

pada saat duduk di kursi roda. Selain itu juga kebutuhan railing untuk memindahkan tubuh.

Ibu Paulina Mayasari S.Sn. mewakili Nenek, Bapak dan Ibu beliau yang tinggal di rumah toko

yang terletak di Kota Lama Surabaya. Rumah Toko ini kurang aksesibel bagi para penggunanya yang

merupakan warga senior. Nenek Bu Maya menggunakan kursi roda, sementara Bapak dan Ibu Bu

Maya masih dapat bergerak tetapi sangat rentan terhadap kecelakaan. Kebutuhan mereka ialah

aksesibilitas ramp, desain pengamanan lainnya.

Bapak Tutus Setiawan S.Pd. adalah penyandang tuna netra total blind sementara Ibu Desy

S.Pd.adalah penyandang tuna netra low vision. Kebutuhan Pak Tutus ialah kebutuhan alat

pengamanan dan pembedaan dengan tekstur di dalam rumah. Sementara Bu Desy membutuhkan alat

pengaman seperti warna yang kontras di dalam rumah.

Bapak Hariyono Karno adalah warga senior dari kampung pinggir kali. Beliau masih aktif

bekerja membuat usaha cetok di kampung ini. Kebutuhan beliau ialah tempat usaha yang aksesibel

dan rumah tinggal yang juga aksesibel. Selain itu keterbatasan dana menjadi salah satu kendala dalam

desain rumah ini.

5.2.2. Desain dan Pelaporan oleh Mahasiswa

Selanjutnya kebutuhan desain di atas dipikirkan oleh Mahasiswa, didampingi Dosen.

Lalu lima buah desain dihasilkan untuk ketujuh klien di atas. Desain ini dibagi dalam

beberapa konsep pada Sub-Bab 5.2.6. Hasil Desain

5.2.3. Lokakarya Desain di UK Petra

Lokakarya Desain di UK Petra juga dilakukan mengundang ketujuh nara sumber

tersebut. Ketujuh nara sumber ini diundang ke Petra dengan dukungan biaya dari Mahasiswa

peserta KKP-C ini . Kemudian sisa dana juga dikontribusikan kepada YPAC dan YPAB.

Lokakarya Desain ini dilakukan dengan metode desain partisipatif yang berlangsung selama

kurang lebih satu sampai dua jam. Waktu lokakarya ini dirasakan terlalu pendek oleh

Page 34: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

34

Universitas Kristen Petra

beberapa nara sumber. Kemungkinan dapat dibuat yang lebih panjang dengan waktu yang

lebih sore.

Gambar 18 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 19 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 35: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

35

Universitas Kristen Petra

Gambar 20 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 21 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 36: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

36

Universitas Kristen Petra

Gambar 22 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 23 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 37: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

37

Universitas Kristen Petra

Gambar 24 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 25 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 38: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

38

Universitas Kristen Petra

Gambar 26 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 27 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 39: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

39

Universitas Kristen Petra

Gambar 28 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 29 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 40: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

40

Universitas Kristen Petra

Gambar 30 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 31 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 41: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

41

Universitas Kristen Petra

Gambar 32 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

5.2.4. Penyempurnaan Desain

Hasil lokakarya desain di atas dikumpulkan dan disempurnakan kembali oleh

Mahasiswa dan Dosen. Kemudian dibuat sebuah desain sederhana bersama – sama

berdasarkan hasil lokakarya ini. Karena keterbatasan waktu masih banyak kelemahan dari

desain ini. Tetapi konsep rumah yang layak bagi semua (aksesibel bagi para penggunanya)

dapat dihasilkan.

Kuliah penjelasan Prinsip Desain Inklusi juga dilakukan untuk menunjang

kesempurnaan desain ini. Kegiatan ini dilakukan dengan penjelasan 7 prinsip dan diskusi

tentang hasil desain sesuai 7 prinsip di atas.

Page 42: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

42

Universitas Kristen Petra

Gambar 33 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 34 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 43: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

43

Universitas Kristen Petra

Gambar 35 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 36 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 44: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

44

Universitas Kristen Petra

5.2.5. Pelaporan Akhir

Pelaporan akhir dilakukan oleh Dosen dan Mahasiswa pada bulan Juni 2014. Kegiatan ini

merangkum seluruh proses yang dilakukan dari awal KKP-C Desain Inklusi.

5.2.6. Hasil Desain

Lima buah hasil desain dihasilkan oleh Mahasiswa bersama Dosen KKP-C yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

5.2.6.1. Desain Rumah untuk Penyandang Cerebral Palsy (Klien Bapak Ahmad Fauzi M.Hum.

yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. )

Desain Rumah untuk Penyandang Cerebral Palsy (Klien Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. yang

didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. ) didesain oleh Hendy Gunawan (22411086),

Rebecca (NRP 22411003), Dicky (NRP 22411096), Yovita Hadi (NRP 22411095), Theodorus

Akwila P (NRP 22411110). Rumah ini memiliki konsep yang unik karena memperhatikan kebutuhan

pergerakan di lantai oleh Bapak Ahmad Fauzi. Konsep Rumah itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Spektrum difabilitasnya pengguna ialah Cerebral Palsy (CP) yang mengalami kelumpuhan

tubuh bagian bawah tubuhnya (dari kepala sampai kaki). BApak A Fauzi ini tetap masih mampu

menggerakan sebagian tubuhnya khususnya tangan sebelah kanan. Dan pengguna melakukan seluruh

aktivitasnya dalam kondisi merayap di lantai.

Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Dosen KKP-C ini ialah: lebar akses pintu dan koridor

harus memadai untuk kursi roda. Selain itu pengguna harus mampu memanaskan makanan di dapur

yang ditambahkan. Jangkauan pengguna juga perlu diperhatikan.

Konsep rumah secara umum ialah rumah untuk penyandang CP yang dapat digunakan

beraktivitas secara mandiri dan nyaman (tidur, ke toilet, kerja, makan, memanaskan makanan). Selain

itu rumah ini juga akan memperhatikan kenyamaan secara termal dan kesehatan pengguna lebih

lanjut.

Page 45: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

45

Universitas Kristen Petra

Gambar 37 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP

Page 46: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

46

Universitas Kristen Petra

Gambar 38 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP

Gambar 39 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP

Page 47: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

47

Universitas Kristen Petra

Gambar 40 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP

Rumah ini menggunakan prinsip Selanjutnya 7 Prinsip Desain Inklusi yaitu sbb (modifikasi

sesuai kebutuhan):

PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan)

- Desain akan menjadi berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang

beragam.

- Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila

memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan.

- Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun.

- Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna.

- Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna.

Penerapan: Desain secara utama diperuntukkan bagi penderita cerebral palsy, namun secara

sirkulasidapatmemberikankenyamanan untuk pengguna kursi roda. Penggunaan ramp dan bukaan

dengan lebar yang cukup untuk kursi roda menyediakan keamanan dan keselamatan bagi

penggunanya. Penempatan sebagian besar perabot pada bagian bawah diterapkan atas dasar kebutuhan

penderita cerebral palsy, namun masih dapat digunakan oleh orang lain meskipun dengan tingkat

kenyamanan yang berbeda. Selain perabot, penempatan ventilasi/ bukaan yang ada pada bangunan ini

juga diletakkan pada bagian bawah. Hal ini juga mempertimbangkan prinsip kesetaraan dimana

pengguna dapat menikmati pemandangan serta dapat memperoleh udara yang cukup.

PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan)

- Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu.

Page 48: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

48

Universitas Kristen Petra

- Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan.

- Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri.

- Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna.

- Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna.

Penerapan: Sirkulasi pada rumah ini diperpendek dan cenderung linear sehingga memudahkan

penderita cerebral palsy untuk mengakses keseluruhan ruang dalam bangunan dengan jarak yang

pendek. Pintu pada bagian kamar dibuat miring sehingga pengguna dapat menjangkau pintu kamar

dengan mudah dari sisi manapun. KM/ WC memiliki 2 pintu yang bertujuan untuk memudahkan

akses jalan masuk dan keluar, serta menghindari kesulitan berotasi/ berputardi dalam ruang tersebut

(searah).

PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif)

- Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan

pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh

pengguna.

- Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu.

- Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna.

- Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa.

- Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya.

-Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau

tugas.

Penerapan: Peletakkan jet flush berada di sisi kanan bawahsehingga mudah dijangkau oleh

pengguna. Menyesuaikan kemampuan pengguna secara khusus (tangan kanan yang berfungsi) dan

pengguna lain pada umumnya menggunakan jet flush dengan tangan kanan. Stop kontak diletakkan di

sisi bawah, menyesuaikan dengan kemampuan pengguna secara khusus yang beraktivitas di bawah.

Selain itu peletakkan stop kontak yang dekat dengan barang-barang elektronik sehingga tidak

memerlukan kabel yang panjang dan tidak perlu usaha ekstra saat mau menggunakan stop

kontaktersebut.

PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas)

– Desain harusnya mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada

pengguna, terlepas dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna.

- Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( dengan gambar, verbal, taktil) untuk

mempresentasikan informasi penting secara memadai.

- Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting.

- Melakukan diferensiasi elemen

– Elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk penyampaian instruksi atau petunjuk).

Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang

dengan keterbatasan indrawi.

Page 49: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

49

Universitas Kristen Petra

Penerapan: Terdapat gambar arah panah kanan dan kiri pada penutup stop kontak yang

bertujuan untuk menyampaikan informasi secara jelas. Arah panah kanan dan kiri yang diletakkan

disesuaikan dengan arah bukaan penutup stop kontak yang

ada.Perbedaanwarnakeramiksebagaipembatasantarakamardanruanglainnyamemberikaninformasibahw

amemasukiruang yang berbedatingkatprivasinya.

PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan)

– Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau

kecelakaan.

- Mengatur elemen untuk meminimalkan bahaya dan kesalahan: elemen yang paling mudah diakses;

unsur yang sangat berbahaya harus dieliminasi, terisolasi, atau dilindungi.

- Memberikan peringatan atas potensi bahaya dan kesalahan.

- Menyediakan gagal fitur yang tidak memberikan kesempatan untuk gagal (atau aman walaupun

gagal bekerja).

- Mencegah terjadinya tindakan yang tidak sadar dalam hal yang membutuhkan kewaspadaan.

Penerapan: Pada desain bangunan banyak menggunakan ramp untuk memberi perbedaan

ketinggian ruang, sisi-sisi tajam pada ramp dihaluskan untuk menghindari kemungkinan melukai

penderita cerebral palsy yang beraktifitas dengan merayap di lantai. Stop kontak yang berada di sisi

bawah, diberi penutup untuk menghindari bahaya tersengat listrik terutama bila ada anak-anak di

dalam rumah tersebut. Selain itu peletakkan stop kontak menyesuaikan alat elektronik yang ada, agar

tidak ada kabel panjang yang terbentang di mana-mana, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

kemungkinan tersandung atau tersangkut. Selain itu, penempatan microwave yang masih diberikan

alas dan tidak diletakkan pada lantai bertujuan untuk mengantisipasi bahaya sengatan listrik dan

konsleting. Begitu pula dengan penempatan dispenser di bawah yang bertujuan untuk

memudahkanketikamengambil air danmenghindari pengguna agar tidak tertumpah air panas.

PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah)

- Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum.

- Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral.

- Menggunakan kekuatan operasi yang wajar.

- Meminimalkan tindakan berulang.

- Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus.

Penerapan: Dipilih televisi layar datar agar tidak mengganggu sirkulasi yang linear, diletakkan

di bagian atas sesuai dengan arah pandang pengguna yang menonton televisi dengan posisi berbaring.

Hal ini akan meningkatkan kenyamanan pengguna agar tidak terjadi kram pada bagian leher. Berbeda

dengan perabotan lainnya yang justru diletakkan di bawah, karena pengguna butuh untuk

menjangkaunya. Pada bagian kamar mandi, jet flushdan showerdiletakkan pada bagian bawah kanan,

sesuai dengan kemampuan jangkauan pengguna. Kloset juga ditanam ke dalam lantai disesuaikan

dengan kebiasaan pengguna yang menggunakannya dengan posisi tidur. Selain itu, lemari pakaian dan

Page 50: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

50

Universitas Kristen Petra

juga penggantung handuk juga diletakkan di bagian bawah untuk mempermudah jangkauan

pengguna. Tempat tidur ditanam sebagian di bawah lantai untuk memudahkan pengguna untuk naik

ke atasnya, namun tidak menghilangkan sisi kenyamanan dari tempat tidur tersebut. Meja komputer

dibuat pendek dengan tinggi kurang lebih 15cm sesuai dengan kebutuhan pengguna. Begitu pula

dengan beberapa perabot lainnya seperti rak buku, microwave, hingga stop kontak. Penempatan

dispenser yang juga diletakkan rendah (posisikeran15-20 cm), serta bukaan-bukaan pada bangunan

seperti jendela dan handlenya bertujuan untuk meminimalkan upaya fisik pengguna dalam

menggapainya. Selain itu, semua perabot yang dapat dibuka seperti lemari, jendela, rak, dan lain

sebagainya menggunakan pintu geser agar pengguna dapat mengaksesnya dengan upaya fisik yang

rendah. Akses pintu dalam bangunan pun dihilangkan dengan menggantinya dengan tirai dengan

dasar tujuan yang sama.

PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan

Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan)

- Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan untuk memudahkan pendekatan, pencapaian,

manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh pengguna, postur, atau mobilitasnya.

- Memberikan garis yang jelas terlihat pada unsur-unsur penting bagi setiap pengguna yang berada

pada posisi duduk atau berdiri.

- Membuat setiap pengguna dapat mencapai semua komponen secara nyaman baik dalam posisi

duduk atau berdiri.

- Mengakomodasi variasi di tangan dan ukuran genggaman.

- Menyediakan ruang yang cukup untuk penggunaan alat bantu atau bantuan pribadi

Penerapan: Keseluruhan desain bangunan telah menyediakan ukuran dan ruang dalam

pendekatan serta penggunaannyabagi pengguna cerebral palsy. Pertama-tama, seluruh jalur sirkulasi

pada bangunan dapat dilewati oleh kursi roda sebagai antisipasi kebutuhan pengguna cerebral palsy.

Kebutuhan space dan ruang pengguna disediakan pada setiap aktivitas yang dilakukannya, seperti

berbaring, berputar/ berotasi, hingga kebutuhan berguling dari posisi tengkurap menuju posisi

terlentang. Ruang yang disediakan tersebutmempertimbangkan dimensi atau ukuran pengguna.

PEMILIHAN MATERIAL. Lantai menjadi elemen yang penting dalam desain ini. Hal ini

disebabkan karena pengguna yang aktivitasnya secara dominan dilakukan di lantai, sehingga material

lantai menjadi sangat perlu untuk dipikirkan lebih jauh. Dalam kasus ini dipilih material lantai vinyl

yang bermotif kayu agar memberikan kesan hangat.

Page 51: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

51

Universitas Kristen Petra

Gambar 41 Lantai Vinyl Motif Kayu untuk Rumah Penyandang CP

Selain itu terdapat kelebihan lain dari lantai vinyl yang sangat bermanfaat bagi pengguna, yaitu

:Tabel 1 Kelebihan Material Vinyl

Kesimpulannya, Desain Rumah untuk penyandang Cerebral Palsy membutuhkan aksesibilitas

pengguna merangkak dan menggapai berbagai peralatan di lantai. Akibatnya diperlukan perletakkan

Page 52: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

52

Universitas Kristen Petra

perabotan dan jendela pada ketinggian pengguna (sekitar 0-30 cm) dari lantai. Hal ini merupakan hal

yang unik yang tidak ditemukan pada standar desain universal.

5.2.6.2. Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Daksa Kursi Roda (Klien Bapak Abdul Syakur

S.E.)

Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Daksa Kursi Roda (Klien Bapak Abdul Syakur S.E.)

didesain oleh Louis Satria Purwanto (22411004), Ivan Vilano (22411108), Andre Sugianto

(22411117), Terry Christianto Suroso (22411145), Tiffany Tommy (22411150), dan Maria Monica

Rampisela (22411162).

Spektrum Penghuni rumah ini ialah Pak Abdul Syakur (30 tahun) dan kedua orangtuanya (50

tahun). Secara khusus Pak Abdul Syakur adalah pria usia 35 tahun. Spektrum difabilitasnya adalah

kemampuan tubuh dari pinggul kebawah kurang bisa digerakkan karena penyakit polio yang

dideritanya saat berusia 5 tahun. Walaupun demikian Bapak Abdul Syakur masih mampu beraktivitas

menggunakan tongkat atau dengan bersandar di sisi tembok karena sebenarnya bagian kaki Beliau

masih mampu menopang tubuhnya. Namun di tempat pekerjaan Beliau, di Yayasan Panti Anak Cacat

Surabaya, Bapak Abdul Syakur memilih untuk menggunakan kursi roda agar lebih leluasa bergerak.

Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Tutor kami dalam Kuliah Kerja Pelayananan C

adalah kebutuhan pengguna kursi roda untuk dapat masuk ke dalam setiap ruang, yaitu ruang tidur,

toilet, ruang makan, dapur, ruang laundry, ruang tamu, ruang sholat meskipun tidak beraktivitas

(seperti memasak, mencuci baju). Benda khusus yang dimiliki oleh Bapak Syakur adalah kursi roda

dan sepeda motor roda tiga sehingga desain rumah perlu memikirkan kebutuhan ruang untuk benda

tersebut

Konsep rumah secara umum adalahpendalaman aspek-aspek pendukung aksesibilitas di dalam

rumahseperti kesederhanaan dan kemudahan untuk beraktivitas, fleksibilitas dan luas ruang yang

memenuhi kebutuhan ruang gerak, serta memperhatikan kenyamanan arsitektural, agar Bapak Abdul

Syakur beserta keluarga dapat beraktivitas dengan baik, mandiri, dan nyaman.

Page 53: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

53

Universitas Kristen Petra

Gambar 42 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda

Pada entrance dan ruang tamu menggunakan prinsip:

• Equitable Use

Ada ramp dari arah carport menuju pintu masuk rumah dengan kemiringan 4 derajat (perbedaan

ketinggian 15 cm). Ramp dibatasi oleh dinding dengan lasan keselamatan dan keamanan. Ramp

yang landai ini dapat digunakan oleh semua orang, baik orang biasa maupun kaum difabel, dan

tidak berbahaya

• Simple and Intuitive Use

Desain rumah secara keseluruhan dapat dikatakan sederhana melalui penempatan ruang yang

bersifat linear dan tidak ada dinding yang keluar dari axis. Selain itu, penempatan handrail di

daerah carport membuat pengguna kursi roda dengan mudah memahami fungsi handrail tersebut,

yaitu digunakan ketika berpindah tempat dari kendaraan ke kursi roda atau sebaliknya.

• Low Physical Effort

Handrail di beberapa spot dan ramp yang cukup landai dengan menggunakan material beton

(tidak licin) membuat pengguna lebih mudah untuk mengakses setiap ruang yang ada di dalam

rumah. Pintu sliding juga mempermudah pengguna kursi roda untuk membuka pintu dan

melintasi ruang

• Size and Space for Approach and Use

Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda.

Dimensi ruang tamu cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.

Page 54: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

54

Universitas Kristen Petra

Pada ruang tidur menggunakan prinsip:

• Equitable Use

Perabot yang digunakan adalah meja belajar tanpa kaki dengan ketinggian 80 cm sehingga kursi

roda dapat dengan mudah masuk ke dalam meja tersebut, tanpa tertahan oleh sudut-sudut meja.

Terdapat juga lemari baju dengan ketinggian 90 cm agar pengguna dapat meraih hingga tempat

teratas lemari tersebut.

• Low Physical Effort

Pintu dan jendela menggunakan sistem slide dengan ketinggian handle yang dapat dicapai dengan

mudah oleh pengguna kursi roda.

• Size and Space for Approach and Use

Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda.

Dimensi ruang tidur cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.

Pada ruang sholat menggunakan prinsip:

• Low Physical Effort

Pintu dan jendela menggunakan sistem slide dengan ketinggian handle yang dapat dicapai dengan

mudah oleh pengguna kursi roda.

• Size and Space for Approach and Use

Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda.

Dimensi ruang sholat cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.

Gambar 43 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (entrance dan ruang tamu)

Page 55: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

55

Universitas Kristen Petra

Gambar 44 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang tidur)

Gambar 45 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang sholat)

Page 56: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

56

Universitas Kristen Petra

Gambar 46 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Kamar mandi)

Gambar 47 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)

Page 57: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

57

Universitas Kristen Petra

Gambar 48 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)

Gambar 49 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)

Page 58: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

58

Universitas Kristen Petra

Gambar 50 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang laundry)

Pada kamar mandi menggunakan prinsip:

• Equitable Use

Penggunaan kloset duduk mudah bagi pengguna kursi roda, orang tua, dan orang biasa

• Flexibility in Use

Terdapat handrail yang bisa digunakan secara horizontal maupun vertikal dengan hanya

mendorongnya sebesar 90 derajat.

• Simple and Intuitive Use

Penempatan handrail di spot khusus yang memerlukan perpindah tempat dari kursi roda.

Ada pula dudukan di bawah shower (bahan keramik) untuk pengganti kursi roda saat pengguna

mandi

• Perceptible Information

Papan instruksi agar pengguna kursi roda berhati-hati jika lantai licin karena basah

• Tolerance for Error

Kelandaian ramp dan penggunaan material yang bertekstur dan tidak licin

• Low Physical Effort

Handraildipasang pada ketinggian 80 cm untuk mempermudah aktivitas di dalam kamar mandi.

Perabot-perabot, alat dan bahan juga diletakkan lebih rendah sesuai dengan jangkauan pengguna

kursi roda. Keran dan shower menggunakan sistem pengungkit.

• Size and Space for Approach and Use

Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda.

Dimensi kamar mandi cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.

Pada ruang makan dan dapur menggunakan prinsip:

• Flexibility in Use

Page 59: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

59

Universitas Kristen Petra

Terdapat meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk

pengguna kursi roda lebih rendah.

• Tolerance for Error

Perabotan tidak menggunakan kaki-kaki dan ujung lancip yang dapat membahayakan pengguna

kursi roda. Meja makan menggunakan satu kaki agar kursi roda dapat masuk ke meja makan

• Size and Space for Approach and Use

Area ruang makan dan dapur besar

Pada ruang laundry menggunakan prinsip:

• Size and Space for Approach and Use

Ruang laundry dapat diakses oleh pengguna kursi roda karena dimensi yang cukup besar.

Kesimpulannya, Desain Rumah untuk Tuna Daksa (pengguna Kursi Roda) membutuhkan

aksesibilitas pengguna ke semua ruangan dengan kursi roda. Pintu dan akses sirkulasi menjadi lebih

besar. Sementara ramp harus disediakan di setiap perbedaan ketinggian. Selain itu jangkauan

pengguna yang tidak terlalu tinggi (150cm) menyebabkan perabotan juga harus diletakkan terjangkau

oleh pengguna. Dan desain rumah seperti ini sudah banyak dibahas oleh Standar Desain Universal.

Tetapi memang perlu dicatat bahwa keadaan Klien pengguna seringkali tidak diperhatikan.

Desain pengguna kursi roda ini juga serupa dengan kebutuhan Bu Laeli Yuntari dan Bapak

Aden Al Hadad di BILIC Bandung. Sehingga desain ini dapat direplikasikan juga di Bandung dengan

perubahan minor.

5.2.6.3. Desain Rumah Toko (Bangunan Konservasi Arsitektur) untuk Warga Senior di Kota

Lama Surabaya (Klien Ibu Paulina Mayasari S.Sn.)

Desain Rumah Toko untuk Warga Senior di Kota Lama Surabaya (Klien Ibu Paulina Mayasari

S.Sn.) didesain oleh Aaron Sutanto Putra (22411107), Fenny Gunawan (22411109), Marina

Victoria Darmawan (22411123), Ronny Chandra Kurniawan (22411124), dan Roby Ismanto

(22411160). Bangunan merupakan rumah tinggal dua lantai yang dihuni oleh keluarga Ibu Maya.

Rumah tersebut dihuni oleh lima orang di mana terdapat nenek dan kedua orang tua Ibu Maya.

Spektrum difabilitas merupakan keadaan lanjut usia yang memiliki keterbatasan dalam berjalan.

Desain renovasi merupakan persiapan dari penghuni dalam menyambut masa tua, di mana pengghuni

senior akan menggunakan tongkat atau bahkan kursi roda.

Konsep rumah secara umum ialah menambahkan unsur-unsur arsitektural demi kenyamanan

yang dikhususkan untuk penghuni lanjut usia. Daerah yang direnovasi adalah daerah dimana beliau

biasa beraktivitas, meliputi kamar tidur, kamar mandi, ruang keluarga, dapur, dan ruang makan.

Sistem struktur yang ada tetap dipertahankan karena rumah merupakan bangunan lama di mana

memiliki sistem struktur khusus yang tidak dapat diubah.

Tuntutan kebutuhan yang diharapkan adalah hunian yang ramah terhadap pengguni senior yang

menggunakan tongkat dan kursi roda. Diharapkan elemen-elemen arsitektural yang ditambahkan tidak

Page 60: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

60

Universitas Kristen Petra

hanya menjadi ornamen namun juga membantu pengghuni dalam beraktifitas baik di dalam ruang

maupun antar ruang.

Gambar 51 Gambar Kondisi Asli Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior

Page 61: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

61

Universitas Kristen Petra

Gambar 52 Gambar Kondisi Asli Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior

Page 62: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

62

Universitas Kristen Petra

Gambar 53 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior

Page 63: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

63

Universitas Kristen Petra

Gambar 54 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior

Gambar 55 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Tangga

dengan ketinggian 10 cm demi memudahkan akses penghuni senior dan efisiensi ruang)

Page 64: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

64

Universitas Kristen Petra

Gambar 56 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Pispot

dalam kamar demi memudahkan penghuni lanjut usia untuk buang air pada malam hari).

Gambar 57 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Plat pada

pintu yang memudahkan pengguna untuk memahami bahwa pintu hanya dapat di dorong).

Page 65: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

65

Universitas Kristen Petra

Gambar 58 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Kanopi

polikarbonat demi mengurangi air hujan yang masuk).

Gambar 59 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Pintu geser

pada kamar utama).

Page 66: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

66

Universitas Kristen Petra

Gambar 60 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Desain

toilet dan pintunya yang lebar demi memudahkan pengguna kursi roda unruk mengakses).

Penerapan Prinsip Desain Inklusi pada desain ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan)

Pada dasarnya desain ditawarkan telah memenuhi prinsip Equitable Use, dimana ramp dan tangga

telah tersajikan dan dapat diakses oleh keseluruhan penghuni bangunan. Namun hal tersebut tidak

dapat direalisasikan karena ramp akan merubah pembalokan lantai dua dan mengurangi efisiensi

ruang keluarga. Solusi akhir yang ditawarkan adalah memperpendek anak tangga yang semula 20

cm menjadi 10 cm dan penambahan railing di tepinya sehingga memudahkan penghuni senior

untuk mengakses ruang tersebut.

2. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan)

Desain awal yang ditawarkanuntuk menambahkan ramp sebagai akses sirkulasi telah memenuhi

prinsip Flexibility in Use. Ramp menjadi jalur sirkulasi yang dapat diakses oleh semua penghuni

termasuk pengguna tongkat dan kursi roda. Namun pada realisasinya, ramp tersebut tidak dapat

direalisasikan karena keterbatasan struktur dan efisiensi ruang.

3. Simple and Intuitive Use (Penggunaan Sederhana dan Intuitif)

Prinsip Simple and Intuitive Use diterapkan pada penggunaan plat pada pintu. Hal ini dapat

memudahkan penghuni dalam memahami bahawa pintu tersebut hanya dapat didorong. Selain itu

memberikan pispot pada kamar utama demi memudahkan penghuni senior dalam buang air pada

malam hari.

4. Perceptible Information (Informasi yang Jelas)

Page 67: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

67

Universitas Kristen Petra

Desain yang ditawarkan tidak perlu menerapkan prinsip Perceptible Information karena penghuni

rumah tersebut sudah terbiasa dengan keadaan dan sirkulasi dalam rumah sehingga tidak

memerlukan tanda atau grafis informatif.

5. Tolerance of Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan)

Pada desain rumah lama, bagian taman tidak tertutup oleh atap, sehingga air hujan dapat masuk

dan menggenang. Hal tersebut dapat membahayakan sirkulasi penghuni terutama penghuni senior.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dirancanglah kanopi untuk menutup bagian taman dan

selasar sehingga mengurangi kapasitas air hujan yang masuk. Sebagian air hujan tetap masuk dan

jatuh tepat di area taman. Dari taman, air hujan akan disalurkan ke pembuangan melalui gutter.

Kanopi juga dirancang untuk tetap memasukkan angin supaya sirkulasi udara tetap terpenuhi.

6. Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yang Rendah)

Prinsip Low Physical Effort telah diterapkan pada penggunaan pintu geser. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi upaya fisik penghuni terutama bagi penghuni senior yang berkursi roda. Degan

hadirnya pintu geser akan memudahkan penghuni senior untuk mengakses ruang-ruang yang ada.

7. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan

dan Penggunaan)

Pada desain bangunan awal, terdapat pemisahan antara kamar mandi dan WC. Hal tersebut akan

mempersulit akses dari penghuni difable dan penghuni lanjut usia. Untuk memaksimalkan efisiensi

ruang di kamar mandi dan WC, maka dinding pembatas dihilangkan sehingga kamar mandi dan

WC menjadi satu ruang dan dapat diakses dengan mudah oleh semua penghuni termasuk penghuni

senior bertongkat maupun berkursi roda.

Kesimpulannya, Desain Rumah Toko (Bangunan Konservasi Arsitektur) untuk Warga Senior di

Kota Lama Surabaya membutuhkan aksesibilitas untuk penggunanya memasuki setiap ruangan. Lebar

pintu dan sirkulasi sebenarnya diperlukan lebih lebar tetapi karena struktur bangunan konservasi yang

perlu dipertahankan dan mungkin juga keterbatasan keuangan, maka desain pada bangunan ini berupa

perubahan minor yang memperhatikan kebutuhan penggunanya seperti tangga yang lebih pendek

pijakannya, railing, lantai anti-slip dan sosoran polykarbonat.

5.2.6.4. Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Klien Bapak

Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd.

Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Klien Bapak Tutus

Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd. didesain oleh: Cindy Fransisca (22411055), Anneke Debora

(22411044), Wenny (22411053), Nerissa Kumala Tandiono (22411055), dan Melissa Stefani

(22411077).

Spektrum pengguna rumah ini ialah Tuna Netra Total Blind dan Low Vision. Kebutuhan rekan –

rekan Tuna Netra ialah kebutuhan pengarah yang bisa diraba untuk beraktivitas dan perabotan atau

layout yang tidak berubah – ubah agar memudahkan aksesibilitasnya. Sementara Tuna Netra Low

Page 68: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

68

Universitas Kristen Petra

Vision membutuhkan warna – warna kontras yang bisa dipakai membedakan ujung tangga atau

dinding yang bisa membahayakan kegiatan mereka ketika beraktivitas. Kemudian juga menghindari

kesilauan karena mereka masih dapat menangkap cahaya secara terbatas (buram). Sehingga material

matte (tidak menyilaukan) sebaiknya dipakai.

Gambar 61 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

Page 69: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

69

Universitas Kristen Petra

Gambar 62 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

Konsep rumah secara umum ialah bagaimana memberi kemudahan pengguna rumah (Tuna

Netra Total Blind dan Low Vision) untuk beraktivitas dengan rasa nyaman maupun aman. Rumah

yang “bebas hambatan” / Free-Barrier bagi spektrum pengguna yang menghuni rumah.

Tuntutan kebutuhan ialah rumah ini dapat digunakan secara mandiri oleh kedua spektrum

pengguna dan mengurangi kecelakaan atau kesulitan menemukan jalan.

Page 70: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

70

Universitas Kristen Petra

Gambar 63 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Tactile tiles yang bertujuan untuk membatasi/ petunjuk area entrance)

Page 71: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

71

Universitas Kristen Petra

Gambar 64 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Ramp pada penurunan level lantai dengan kemiringan 1:12)

Page 72: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

72

Universitas Kristen Petra

Gambar 65 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Perancangan guiding path yang dipasang secara vertikal)

Gambar 66 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Perbedaan warna ekstrem di dapur lantai 1)

Page 73: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

73

Universitas Kristen Petra

Gambar 67 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Perbedaan warna ekstrem di selasar tempat istri bekerja)

Gambar 68 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Organisasi ruang yang terstruktur)

Page 74: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

74

Universitas Kristen Petra

Gambar 69 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Detail Guiding path pembatas ruang)

Gambar 70 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Handrail yang diberi tekstur tactiles dengan Braille)

Page 75: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

75

Universitas Kristen Petra

Gambar 71 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Detail Tactile pada pijakan tangga)

Gambar 72 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Suasana ruang santai dengan skylight)

Page 76: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

76

Universitas Kristen Petra

Gambar 73 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Suasana ruang makan dengan vertical garden )

Selanjutnya tujuh Prinsip Desain Inklusi diterapkan di dalam desain ini:

PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi

berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang beragam.

- Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila

memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan.

- Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun.

- Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna.

- Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna.

Penerapannya: Semua pengguna melalui level entrance,Rumah di desain dengan lebih banyak

mengandalkan indera peraba (permainan tekstur sebagai petunjuk arah), dan permainan warna

ekstrem ( untuk istri yang low-vision). Penerapan rancangan dapat dilihat pada gambar 1.1,

penggunaan tactile tiles dengan warna cerah(ekstrem) agar memberi petunjuk arah entrance bagi

pengguna tunanetra maupun lowvision

PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain

mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu.

- Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan.

- Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri.

- Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna.

- Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna.

Page 77: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

77

Universitas Kristen Petra

Penerapannya: Penggantian penurunan level dengan ramp dengan kemiringan 1:12 agar

fleksibel pagi semua spektrum pengguna, memudahkan pengguna seperti pak Tutus agar bisa

beraktivitas dengan aman. Hal ini juga diterapkan dengan pemberian warna perabot yang ekstrem

berbeda dengan warna dinding. Perancangan guiding path yang terpasang secara vertikal sebagai

petunjuk. Material guiding path memakai metal agar ketika diraba, terdapat efek dingin yang

dirasakan oleh pengguna sehingga memberi rasa nyaman (dalam kasus pengguna ditujukan untuk pak

Tutus).

Selain itu juga diterapkan warna merah yang cukup ekstrem agar pengguna (dalam kasus istri

pak Tutus) dapat mudah mengenali perabotan sehingga meningkatkan kecepatan dalam beraktivitas.

Pada ruang belajar istri yang terdapat di selasar lantai 2 juga menggunakan diterapkan permainan

dinding bewarna ekstrem karena sang istri merupakan low vision. Rancangan tersebut bertujuan agar

pengguna low-vision bisa lebih cepat membedakan mana perabot mana dinding (kemampuan adaptasi

lebih cepat dalam beraktivitas)

PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) -

Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan

pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh

pengguna.

- Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu.

- Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna.

- Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa.

- Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya.

- Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau

tugas.

Penerapannya: Desain perancangan bukaan pintu terlihat jelas dan mudah ditemukan (tidak

tersembunyi) sehingga memudahkan pengguna untuk pencapaian ruang yang berbeda. Perancangan

ruang yang teratur, hanya bercabang satu sisi, organisasi ruang lantai 1 & 2 sama sehingga

memudahkan pengguna dalam proses pengenalan ruang (Gambar 3.1). Perbedaan ruang tanpa bukaan

pintu dapat diketahui melalui penggunaan tactile tiles sebagai guiding path (gambar 3.2)

PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) – Desain harusnya

mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas

dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna.

- Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( dengan gambar, verbal, taktil) untuk

mempresentasikan informasi penting secara memadai.

- Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting.

- Melakukan diferensiasi elemen – elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk

penyampaian instruksi atau petunjuk).

Page 78: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

78

Universitas Kristen Petra

- Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang

dengan keterbatasan indrawi.

Penerapannya: Pengggunaan teks braille di tempat-tempat yang membutuhkan penjelasan.

Petunjuk arah yang dapat dikenali oleh pengguna dengan perubahan tekstur (bisa menggunakan

tactile tiles, penggunaan warna kontras pada perabot. Perancangan tangga dibuat sedemikian rupa

agar mampu memberi informasi yang jelas, setiap pijakan tangga diberi tactile sebagai petunjuk, pada

handrail di ujung anak tangga diberi tekstur teks braille agar dapat mengetahui jumlah anak tangga

yang tersisa.

PRINSIP KELIMA: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain

dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum.

- Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral.

- Menggunakan kekuatan operasi yang wajar.

- Meminimalkan tindakan berulang.

- Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus.

Penerapannya: Perancangan perabot sesuai dengan posisi tubuh normal pengguna, peletakkan

objek dengan jarak yang mudah diraih dan pemberian tekstur berbeda maupun permainan warna

ekstrim agar memudahkan pengguna pak Tutus beserta istri mengakomodasinya.

Karena lahan rumah Pak Tutus memanjang ke dalam, menjadikan ruang-ruang dalam tidak

dapat terkena cahaya matahari (pencahayaan alami) dan angin tidak dapat masuk sampai dalam

(penghawaan alami). Oleh karena itu ruang dirancang dengan skylight sebagai sumber cadangan

pencahayaan alami, dan memberi ruang hijau agar bisa terjadi pertukaran udara yang baik pada ruang,

Kesimpulannya, Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

membutuhkan layout yang lebih efektif dan tidak berbelok – belok. Sementara itu pembedaan dengan

tekstur, railing juga warna yang kontras akan berguna bagi teman – teman Tuna Netra. Hal ini juga

ditunjang dengan furnitur yang lebih bersifat tidak berubah – ubah.

5.2.6.5. Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Klien Bapak

Hariyono Karno)

Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Klien Bapak Hariyono

Karno) didesain oleh: Anneke Clauvinia Patriajaya (22411061), Veronica Yuwono

(22411066), Michelle Mimosa (22411072), Puspita Rani (22411074) dan Cendana Marcheliwan Putra

(22411075). Spektrum pengguna rumah ini ialah 2 Warga Senior (60 tahun) dan 2 orang dewasa (20-

30 tahun)

Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Dosen kami dalam Kuliah Kerja Pelayananan C ini

ialah Fasilitas tempat bekerja membuat cetok untuk pupuk kompos di dalam rumah.

Page 79: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

79

Universitas Kristen Petra

Konsep Rumah ini berada di stren kali sungai bratang, sehingga menurut rencana pemerintah

Kota Surabaya, sehingga tampak depan rumah adalah bagian yang menghadap sungai Bratang. Hal ini

disebabkan karena untuk kedepannya, sungai akan dimanfaatkan sebagai daerah wisata. Pemilik

rumah adalah pria manula yang berusia 60 tahun, walaupun kondisi pemilik rumah masih segar

rumah,tetapi rumah ini didesain untuk jangka waktu ke depan dengan pertimbangan apabila pemilik

rumah ini nantinya memiliki disabilitas akibat lanjut usia. Rumah ini juga didesain dengan

pertimbangan agar dapat digunakan untuk bekerja walaupun nantinya pemilik rumah ini sudah tidak

dapat menjangkau lantai 2. Rumah ini juga didesain agar mengeluarkan biaya seminimal mungkin

mengingat berlokasi di Kampung Tepi Sungai.

Gambar 74 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai

Rumah ini menggunakan prinsip Selanjutnya 7 Prinsip Desain Inklusi yaitu sbb:

Page 80: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

80

Universitas Kristen Petra

PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi

berguna dan dapat dipasarkan untuk semua kalangan dengan kemampuan yang beragam.

Penerapannya: Ruang-ruang untuk kegiatan kebersamaan (seperti ruang kerja (1) dan dapur

(2)) diletakkan di bawah sehingga dapat dijangkau oleh orang tua, maupun orang dewasa pada

umumnya. Ruang kerja (1) dibuat lapang dan tak bersekat. Ada kemenerusan dari pintu masuk (di

sebelah kanan) ke belakang sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan komunal dan nyaman. Pintu

lipat berfungsi untuk memberi pemandangan ke arah sungai saat pemilik rumah bekerja juga sebagai

ventilasi silang untuk menciptakan desain yang sehat.

Gambar 75 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Ruang kerja

untuk kegiatan komunal).

Terdapat 2 kamar mandi yaitu di lantai atas (7) dan lantai bawah (5) sebagai upaya

menyetarakan kebutuhan penyandang disabilitas dan pengguna pada umumnya.

PRINSIP KEDUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain

mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu.

Penerapannya: Ruang kerja didesain agar dapat dijangkau baik oleh pengguna manula maupun

orang dewasa. Pada ruang kerja perabot diposisikan rendah sesuai dengan tahapan pembuatan cetok

yang dapat dilakukan dengan duduk lesehan maupun berdiri, dan dalam proses kerjanya, pengguna

banyak merubah posisi badan , jongkok, berdiri, duduk bersila , berjalan. Peletakan perabot di bagian

samping ruangan untuk menciptakan ruang luas yang digunakan dalam proses pembuatan cetok yang

dilakukan oleh orang banyak.

Page 81: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

81

Universitas Kristen Petra

Gambar 76 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Fleksibilitas

dalam penggunaan pada ruang kerja).

PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) -

Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan

pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh

pengguna.

Penerapannya: Pada Kamar Mandi, Pintu kamar mandi menggunakan knop bulat sehingga

pengguna secara otomatis mendorong pintu.Letak Ember di kanan closet sehingga langsung dapat

dijangkau tanganTerdapat Railing pada sisi closet agar pengguna dapat memegang dan stabil saat

jongkok .

Gambar 77 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Railing pada

Dinding Samping Closet).

Page 82: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

82

Universitas Kristen Petra

PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) – Desain harusnya

mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas

dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna.

Penerapannya: Penggunaan pintu lipat pada ruang kerja, penggunaan bentuk handle pintu

pada kamar tidur dan kamar mandi.

PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) –

Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau

kecelakaan.

Penerapannya: Kamar tidur Pak Hariyono diletakkan di lantai satu agar mudah diakses

kapanpun dengan tujuan pertimbangan faktor usia yang akan terus bertambah dan pertimbangan

disabilitas manula dari Pak Hariyono untuk ke depannya. Jarak railing (4) disesuaikan untuk ukuran

pengguna. Untuk pertimbangan pengguna di masa depan apabila memiliki anak kecil railing

menyesuaikan dengan jarak 15 cm agar anak kecil tidak jatuh dari lubang railing.

Gambar 78 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Jarak lubang

railing menyesuaikan postur tubuh anak kecil).

Page 83: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

83

Universitas Kristen Petra

Penerapannya: Penggunaan Railing Pada kamar mandi pak Hariyono memudahkan Pak

Hariyono untuk dapat jongkok tanpa terjatuh dan Penggunaan jendela Geser pada area kamar tidur

guna agar saat jendela terbuka, tidak terkena kepada pengguna dan tidak mengakibatkan kecelakaan.

Gambar 79 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Jendela geser

untuk menghindari kecelakaan)

PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain

dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum.

Penerapannya: Prinsip ini hanya bisa diterapkan untuk pengguna senior yaitu untuk Bapak dan

Ibu Hariyono, mengingat minimnya modal yang tersedia namun semakin bertambahnya usia

pengguna. Oleh karena itu fasilitas yang digunakan oleh pengguna senior diletakkan di lantai bawah

dan berada pada satu area . Hal tersebut bertujuan agar pengguna senior tidak harus mengeluarkan

energy lebih untuk menjangkau kebutuhannya di lantai atas serta dalam bekerja, tidak perlu mondar-

mandir dalam bekerja seperti pada rumah yang lama .

Page 84: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

84

Universitas Kristen Petra

Gambar 80 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Lantai 1 yang

dikhususkan untuk memudahkan pergerakan Pak Hariyono).

PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan

Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan)- Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan

Page 85: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

85

Universitas Kristen Petra

untuk memudahkan pendekatan, pencapaian, manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh

pengguna, postur, atau mobilitasnya.

Penerapannya: Pada kamar mandi (5 dan 7) digunakan closet jongkok karena permintaan dari

Pak Haryono sendiri dan juga harga lebih terjangkau dibanding closet duduk untuk meminimalkan

biaya desain, sehingg diperoleh kebutuhan ruang yang mencukupi namun tidak terlalu membuang

tempat. Hal ini sesuai dengan prinsip ketujuh yaitu penyesuaian desain dengan pendekatan kebutuhan

dan penggunaan. Penggunaan ember disesuaikan dengan ukuran toilet yang tidak terlalu besar agar

ruang gerak Pak Haryono Lebih lebar dan leluasa.

Perlu dicatat bahwa Pak Hariyono tidak mau mengubah desain rumahnya seperti usulan di atas

karena pertimbangan dampak psikologi. Sehingga diusulkan desain kedua yang lebih konservatif

untuk Beliau seperti berikut ini juga.

Gambar 81 Usulan P Hariyono untuk Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi

Sungai (Lantai 1 yang dikhususkan untuk memudahkan pergerakan Pak Hariyono).

Page 86: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

86

Universitas Kristen Petra

Gambar 82 Denah Usulan P Hariyono untuk Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di

Kampung Tepi Sungai.

Kesimpulannya, Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai

membutuhkan aksesibilitas pengguna senior ke tempat pekerjaan juga tempat tidur di lantai satu.

Selain itu juga desain harus terjangkau secara ekonomi sehingga menimbulkan inovasi desain yang

terjangkau. Sementara itu lantai kedua dapat digunakan oleh anggota keluarga yang lebih muda atau

kos-kosan yang disewakan kepada orang lain.

6. Evaluasi Hasil Kegiatan

Disimpulkan ternyata kegiatan ini sangat bermanfaat karena dapat memberikan kontribusi nyata

kepada para difabel dan senior berbentuk usulan desain. Kegiatan ini mungkin cukup berat mengingat

beban Studio Merancang 6 yang cukup berat dan juga kebutuhan eksplorasi di masyarakat. Terakhir

kegiatan ini dapat direplikasikan di bebagai Program Studi yang lain.

Evaluasi lainnya ialah didapati ternyata waktu eksplorasi dan lokakarya desain dirasakan

kurang memadai sehingga nara sumber mengusulkan kegiatan ini dapat diadakan pada hari yang lebih

leluasa (seperti Jumat siang) agar interaksi wawancara dan loka karya dapat dilaksanakan dengan

maksimal.

7. Rekomendasi Untuk Kegiatan Selanjutnya

Diusulkan dapat dilanjutkan kegiatan ini di masa depan. Terutama untuk berkolaborasi dengan

mata kuliah yang berbasis SL lainnya di Prodi Arsitektur maupun dalam lingkup Universitas.

Page 87: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

87

Universitas Kristen Petra

8. Lampiran

Surat Permohonan

SMPLB - A YPAB, Jl Gebang Putih no 5, Surabaya, Tutus Setiawan

Page 88: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

88

Universitas Kristen Petra

Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surabaya (YPAC), Jl Semolowaru Utara V/2A Surabaya,

Abdul Syakur dan Ahmad Fauzi

Page 89: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

89

Universitas Kristen Petra

Bandung Independent Living Center (BILIC), yang beralamat di Jl, Jimbaran no D-5

Kompleks Cluster Bali 2, Bandung

Page 90: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

90

Universitas Kristen Petra

Paguyuban Warga Strenkali Surabaya, Kampung Bratang Tangkis, Jl, Bratang Gede VIi,

Surabaya, Hariyono Karno

Page 91: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

91

Universitas Kristen Petra

Paulina Mayasari, Jalan Bibis no 3 Surabaya

Page 92: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

92

Universitas Kristen Petra

Surat Tugas

(Belum)

Page 93: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

93

Universitas Kristen Petra

Surat Ucapan Terima Kasih

SMPLB - A YPAB, Jl Gebang Putih no 5, Surabaya, Tutus Setiawan

Page 94: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

94

Universitas Kristen Petra

Yayasan Pendidikan Anak Cacat Surabaya (YPAC), Jl Semolowaru Utara V/2A Surabaya,

Abdul Syakur dan Ahmad Fauzi

Page 95: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

95

Universitas Kristen Petra

Bandung Independent Living Center (BILIC), yang beralamat di Jl, Jimbaran no D-5

Kompleks Cluster Bali 2, Bandung

Page 96: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

96

Universitas Kristen Petra

Paguyuban Warga Strenkali Surabaya, Kampung Bratang Tangkis, Jl, Bratang Gede VIi,

Surabaya, Hariyono Karno

Page 97: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

97

Universitas Kristen Petra

Paulina Mayasari, Jalan Bibis no 3 Surabaya

Page 98: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

98

Universitas Kristen Petra

Daftar Hadir

Page 99: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

99

Universitas Kristen Petra

Rincian Biaya Kegiatan

Tidak Ada

Page 100: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

100

Universitas Kristen Petra

Materi Kegiatan

Usulan Desain Rumah untuk Penyandang Cerebral Palsy (Klien Bapak Ahmad Fauzi M.Hum.

yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. )

Desain Rumah untuk Penyandang Cerebral Palsy (Klien Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. yang

didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed. ) didesain oleh Hendy Gunawan (22411086),

Rebecca (NRP 22411003), Dicky (NRP 22411096), Yovita Hadi (NRP 22411095), Theodorus

Akwila P (NRP 22411110). Rumah ini memiliki konsep yang unik karena memperhatikan kebutuhan

pergerakan di lantai oleh Bapak Ahmad Fauzi. Konsep Rumah itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Spektrum difabilitasnya pengguna ialah Cerebral Palsy (CP) yang mengalami kelumpuhan

tubuh bagian bawah tubuhnya (dari kepala sampai kaki). BApak A Fauzi ini tetap masih mampu

menggerakan sebagian tubuhnya khususnya tangan sebelah kanan. Dan pengguna melakukan seluruh

aktivitasnya dalam kondisi merayap di lantai.

Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Dosen KKP-C ini ialah: lebar akses pintu dan koridor

harus memadai untuk kursi roda. Selain itu pengguna harus mampu memanaskan makanan di dapur

yang ditambahkan. Jangkauan pengguna juga perlu diperhatikan.

Konsep rumah secara umum ialah rumah untuk penyandang CP yang dapat digunakan

beraktivitas secara mandiri dan nyaman (tidur, ke toilet, kerja, makan, memanaskan makanan). Selain

itu rumah ini juga akan memperhatikan kenyamaan secara termal dan kesehatan pengguna lebih

lanjut.

Page 101: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

101

Universitas Kristen Petra

Gambar 83 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP

Page 102: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

102

Universitas Kristen Petra

Gambar 84 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP

Gambar 85 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP

Page 103: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

103

Universitas Kristen Petra

Gambar 86 Gambar Konsep Rumah Penyandang CP

Rumah ini menggunakan prinsip Selanjutnya 7 Prinsip Desain Inklusi yaitu sbb (modifikasi

sesuai kebutuhan):

PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan)

- Desain akan menjadi berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang

beragam.

- Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila

memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan.

- Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun.

- Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna.

- Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna.

Penerapan: Desain secara utama diperuntukkan bagi penderita cerebral palsy, namun secara

sirkulasidapatmemberikankenyamanan untuk pengguna kursi roda. Penggunaan ramp dan bukaan

dengan lebar yang cukup untuk kursi roda menyediakan keamanan dan keselamatan bagi

penggunanya. Penempatan sebagian besar perabot pada bagian bawah diterapkan atas dasar kebutuhan

penderita cerebral palsy, namun masih dapat digunakan oleh orang lain meskipun dengan tingkat

kenyamanan yang berbeda. Selain perabot, penempatan ventilasi/ bukaan yang ada pada bangunan ini

juga diletakkan pada bagian bawah. Hal ini juga mempertimbangkan prinsip kesetaraan dimana

pengguna dapat menikmati pemandangan serta dapat memperoleh udara yang cukup.

PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan)

- Desain mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu.

Page 104: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

104

Universitas Kristen Petra

- Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan.

- Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri.

- Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna.

- Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna.

Penerapan: Sirkulasi pada rumah ini diperpendek dan cenderung linear sehingga memudahkan

penderita cerebral palsy untuk mengakses keseluruhan ruang dalam bangunan dengan jarak yang

pendek. Pintu pada bagian kamar dibuat miring sehingga pengguna dapat menjangkau pintu kamar

dengan mudah dari sisi manapun. KM/ WC memiliki 2 pintu yang bertujuan untuk memudahkan

akses jalan masuk dan keluar, serta menghindari kesulitan berotasi/ berputardi dalam ruang tersebut

(searah).

PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif)

- Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan

pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh

pengguna.

- Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu.

- Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna.

- Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa.

- Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya.

-Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau

tugas.

Penerapan: Peletakkan jet flush berada di sisi kanan bawahsehingga mudah dijangkau oleh

pengguna. Menyesuaikan kemampuan pengguna secara khusus (tangan kanan yang berfungsi) dan

pengguna lain pada umumnya menggunakan jet flush dengan tangan kanan. Stop kontak diletakkan di

sisi bawah, menyesuaikan dengan kemampuan pengguna secara khusus yang beraktivitas di bawah.

Selain itu peletakkan stop kontak yang dekat dengan barang-barang elektronik sehingga tidak

memerlukan kabel yang panjang dan tidak perlu usaha ekstra saat mau menggunakan stop

kontaktersebut.

PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas)

– Desain harusnya mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada

pengguna, terlepas dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna.

- Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( dengan gambar, verbal, taktil) untuk

mempresentasikan informasi penting secara memadai.

- Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting.

- Melakukan diferensiasi elemen

– Elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk penyampaian instruksi atau petunjuk).

Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang

dengan keterbatasan indrawi.

Page 105: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

105

Universitas Kristen Petra

Penerapan: Terdapat gambar arah panah kanan dan kiri pada penutup stop kontak yang

bertujuan untuk menyampaikan informasi secara jelas. Arah panah kanan dan kiri yang diletakkan

disesuaikan dengan arah bukaan penutup stop kontak yang

ada.Perbedaanwarnakeramiksebagaipembatasantarakamardanruanglainnyamemberikaninformasibahw

amemasukiruang yang berbedatingkatprivasinya.

PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan)

– Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau

kecelakaan.

- Mengatur elemen untuk meminimalkan bahaya dan kesalahan: elemen yang paling mudah diakses;

unsur yang sangat berbahaya harus dieliminasi, terisolasi, atau dilindungi.

- Memberikan peringatan atas potensi bahaya dan kesalahan.

- Menyediakan gagal fitur yang tidak memberikan kesempatan untuk gagal (atau aman walaupun

gagal bekerja).

- Mencegah terjadinya tindakan yang tidak sadar dalam hal yang membutuhkan kewaspadaan.

Penerapan: Pada desain bangunan banyak menggunakan ramp untuk memberi perbedaan

ketinggian ruang, sisi-sisi tajam pada ramp dihaluskan untuk menghindari kemungkinan melukai

penderita cerebral palsy yang beraktifitas dengan merayap di lantai. Stop kontak yang berada di sisi

bawah, diberi penutup untuk menghindari bahaya tersengat listrik terutama bila ada anak-anak di

dalam rumah tersebut. Selain itu peletakkan stop kontak menyesuaikan alat elektronik yang ada, agar

tidak ada kabel panjang yang terbentang di mana-mana, hal ini dilakukan untuk mengantisipasi

kemungkinan tersandung atau tersangkut. Selain itu, penempatan microwave yang masih diberikan

alas dan tidak diletakkan pada lantai bertujuan untuk mengantisipasi bahaya sengatan listrik dan

konsleting. Begitu pula dengan penempatan dispenser di bawah yang bertujuan untuk

memudahkanketikamengambil air danmenghindari pengguna agar tidak tertumpah air panas.

PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah)

- Desain dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum.

- Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral.

- Menggunakan kekuatan operasi yang wajar.

- Meminimalkan tindakan berulang.

- Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus.

Penerapan: Dipilih televisi layar datar agar tidak mengganggu sirkulasi yang linear, diletakkan

di bagian atas sesuai dengan arah pandang pengguna yang menonton televisi dengan posisi berbaring.

Hal ini akan meningkatkan kenyamanan pengguna agar tidak terjadi kram pada bagian leher. Berbeda

dengan perabotan lainnya yang justru diletakkan di bawah, karena pengguna butuh untuk

menjangkaunya. Pada bagian kamar mandi, jet flushdan showerdiletakkan pada bagian bawah kanan,

sesuai dengan kemampuan jangkauan pengguna. Kloset juga ditanam ke dalam lantai disesuaikan

dengan kebiasaan pengguna yang menggunakannya dengan posisi tidur. Selain itu, lemari pakaian dan

Page 106: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

106

Universitas Kristen Petra

juga penggantung handuk juga diletakkan di bagian bawah untuk mempermudah jangkauan

pengguna. Tempat tidur ditanam sebagian di bawah lantai untuk memudahkan pengguna untuk naik

ke atasnya, namun tidak menghilangkan sisi kenyamanan dari tempat tidur tersebut. Meja komputer

dibuat pendek dengan tinggi kurang lebih 15cm sesuai dengan kebutuhan pengguna. Begitu pula

dengan beberapa perabot lainnya seperti rak buku, microwave, hingga stop kontak. Penempatan

dispenser yang juga diletakkan rendah (posisikeran15-20 cm), serta bukaan-bukaan pada bangunan

seperti jendela dan handlenya bertujuan untuk meminimalkan upaya fisik pengguna dalam

menggapainya. Selain itu, semua perabot yang dapat dibuka seperti lemari, jendela, rak, dan lain

sebagainya menggunakan pintu geser agar pengguna dapat mengaksesnya dengan upaya fisik yang

rendah. Akses pintu dalam bangunan pun dihilangkan dengan menggantinya dengan tirai dengan

dasar tujuan yang sama.

PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan

Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan)

- Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan untuk memudahkan pendekatan, pencapaian,

manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh pengguna, postur, atau mobilitasnya.

- Memberikan garis yang jelas terlihat pada unsur-unsur penting bagi setiap pengguna yang berada

pada posisi duduk atau berdiri.

- Membuat setiap pengguna dapat mencapai semua komponen secara nyaman baik dalam posisi

duduk atau berdiri.

- Mengakomodasi variasi di tangan dan ukuran genggaman.

- Menyediakan ruang yang cukup untuk penggunaan alat bantu atau bantuan pribadi

Penerapan: Keseluruhan desain bangunan telah menyediakan ukuran dan ruang dalam

pendekatan serta penggunaannyabagi pengguna cerebral palsy. Pertama-tama, seluruh jalur sirkulasi

pada bangunan dapat dilewati oleh kursi roda sebagai antisipasi kebutuhan pengguna cerebral palsy.

Kebutuhan space dan ruang pengguna disediakan pada setiap aktivitas yang dilakukannya, seperti

berbaring, berputar/ berotasi, hingga kebutuhan berguling dari posisi tengkurap menuju posisi

terlentang. Ruang yang disediakan tersebutmempertimbangkan dimensi atau ukuran pengguna.

PEMILIHAN MATERIAL. Lantai menjadi elemen yang penting dalam desain ini. Hal ini

disebabkan karena pengguna yang aktivitasnya secara dominan dilakukan di lantai, sehingga material

lantai menjadi sangat perlu untuk dipikirkan lebih jauh. Dalam kasus ini dipilih material lantai vinyl

yang bermotif kayu agar memberikan kesan hangat.

Page 107: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

107

Universitas Kristen Petra

Gambar 87 Lantai Vinyl Motif Kayu untuk Rumah Penyandang CP

Selain itu terdapat kelebihan lain dari lantai vinyl yang sangat bermanfaat bagi pengguna, yaitu

:Tabel 2 Kelebihan Material Vinyl

Kesimpulannya, Desain Rumah untuk penyandang Cerebral Palsy membutuhkan aksesibilitas

pengguna merangkak dan menggapai berbagai peralatan di lantai. Akibatnya diperlukan perletakkan

Page 108: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

108

Universitas Kristen Petra

perabotan dan jendela pada ketinggian pengguna (sekitar 0-30 cm) dari lantai. Hal ini merupakan hal

yang unik yang tidak ditemukan pada standar desain universal.

Usulan Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Daksa Kursi Roda (Klien Bapak Abdul Syakur

S.E.)

Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Daksa Kursi Roda (Klien Bapak Abdul Syakur S.E.)

didesain oleh Louis Satria Purwanto (22411004), Ivan Vilano (22411108), Andre Sugianto

(22411117), Terry Christianto Suroso (22411145), Tiffany Tommy (22411150), dan Maria Monica

Rampisela (22411162).

Spektrum Penghuni rumah ini ialah Pak Abdul Syakur (30 tahun) dan kedua orangtuanya (50

tahun). Secara khusus Pak Abdul Syakur adalah pria usia 35 tahun. Spektrum difabilitasnya adalah

kemampuan tubuh dari pinggul kebawah kurang bisa digerakkan karena penyakit polio yang

dideritanya saat berusia 5 tahun. Walaupun demikian Bapak Abdul Syakur masih mampu beraktivitas

menggunakan tongkat atau dengan bersandar di sisi tembok karena sebenarnya bagian kaki Beliau

masih mampu menopang tubuhnya. Namun di tempat pekerjaan Beliau, di Yayasan Panti Anak Cacat

Surabaya, Bapak Abdul Syakur memilih untuk menggunakan kursi roda agar lebih leluasa bergerak.

Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Tutor kami dalam Kuliah Kerja Pelayananan C

adalah kebutuhan pengguna kursi roda untuk dapat masuk ke dalam setiap ruang, yaitu ruang tidur,

toilet, ruang makan, dapur, ruang laundry, ruang tamu, ruang sholat meskipun tidak beraktivitas

(seperti memasak, mencuci baju). Benda khusus yang dimiliki oleh Bapak Syakur adalah kursi roda

dan sepeda motor roda tiga sehingga desain rumah perlu memikirkan kebutuhan ruang untuk benda

tersebut

Konsep rumah secara umum adalahpendalaman aspek-aspek pendukung aksesibilitas di dalam

rumahseperti kesederhanaan dan kemudahan untuk beraktivitas, fleksibilitas dan luas ruang yang

memenuhi kebutuhan ruang gerak, serta memperhatikan kenyamanan arsitektural, agar Bapak Abdul

Syakur beserta keluarga dapat beraktivitas dengan baik, mandiri, dan nyaman.

Page 109: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

109

Universitas Kristen Petra

Gambar 88 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda

Pada entrance dan ruang tamu menggunakan prinsip:

• Equitable Use

Ada ramp dari arah carport menuju pintu masuk rumah dengan kemiringan 4 derajat (perbedaan

ketinggian 15 cm). Ramp dibatasi oleh dinding dengan lasan keselamatan dan keamanan. Ramp

yang landai ini dapat digunakan oleh semua orang, baik orang biasa maupun kaum difabel, dan

tidak berbahaya

• Simple and Intuitive Use

Desain rumah secara keseluruhan dapat dikatakan sederhana melalui penempatan ruang yang

bersifat linear dan tidak ada dinding yang keluar dari axis. Selain itu, penempatan handrail di

daerah carport membuat pengguna kursi roda dengan mudah memahami fungsi handrail tersebut,

yaitu digunakan ketika berpindah tempat dari kendaraan ke kursi roda atau sebaliknya.

• Low Physical Effort

Handrail di beberapa spot dan ramp yang cukup landai dengan menggunakan material beton

(tidak licin) membuat pengguna lebih mudah untuk mengakses setiap ruang yang ada di dalam

rumah. Pintu sliding juga mempermudah pengguna kursi roda untuk membuka pintu dan

melintasi ruang

• Size and Space for Approach and Use

Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda.

Dimensi ruang tamu cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.

Page 110: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

110

Universitas Kristen Petra

Pada ruang tidur menggunakan prinsip:

• Equitable Use

Perabot yang digunakan adalah meja belajar tanpa kaki dengan ketinggian 80 cm sehingga kursi

roda dapat dengan mudah masuk ke dalam meja tersebut, tanpa tertahan oleh sudut-sudut meja.

Terdapat juga lemari baju dengan ketinggian 90 cm agar pengguna dapat meraih hingga tempat

teratas lemari tersebut.

• Low Physical Effort

Pintu dan jendela menggunakan sistem slide dengan ketinggian handle yang dapat dicapai dengan

mudah oleh pengguna kursi roda.

• Size and Space for Approach and Use

Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda.

Dimensi ruang tidur cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.

Pada ruang sholat menggunakan prinsip:

• Low Physical Effort

Pintu dan jendela menggunakan sistem slide dengan ketinggian handle yang dapat dicapai dengan

mudah oleh pengguna kursi roda.

• Size and Space for Approach and Use

Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda.

Dimensi ruang sholat cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.

Gambar 89 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (entrance dan ruang tamu)

Page 111: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

111

Universitas Kristen Petra

Gambar 90 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang tidur)

Gambar 91 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang sholat)

Page 112: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

112

Universitas Kristen Petra

Gambar 92 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Kamar mandi)

Gambar 93 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)

Page 113: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

113

Universitas Kristen Petra

Gambar 94 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)

Gambar 95 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang makan dan dapur)

Page 114: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

114

Universitas Kristen Petra

Gambar 96 Gambar Konsep Rumah Difabel dengan Kursi Roda (Ruang laundry)

Pada kamar mandi menggunakan prinsip:

• Equitable Use

Penggunaan kloset duduk mudah bagi pengguna kursi roda, orang tua, dan orang biasa

• Flexibility in Use

Terdapat handrail yang bisa digunakan secara horizontal maupun vertikal dengan hanya

mendorongnya sebesar 90 derajat.

• Simple and Intuitive Use

Penempatan handrail di spot khusus yang memerlukan perpindah tempat dari kursi roda.

Ada pula dudukan di bawah shower (bahan keramik) untuk pengganti kursi roda saat pengguna

mandi

• Perceptible Information

Papan instruksi agar pengguna kursi roda berhati-hati jika lantai licin karena basah

• Tolerance for Error

Kelandaian ramp dan penggunaan material yang bertekstur dan tidak licin

• Low Physical Effort

Handraildipasang pada ketinggian 80 cm untuk mempermudah aktivitas di dalam kamar mandi.

Perabot-perabot, alat dan bahan juga diletakkan lebih rendah sesuai dengan jangkauan pengguna

kursi roda. Keran dan shower menggunakan sistem pengungkit.

• Size and Space for Approach and Use

Lebar bersih pintu masuk adalah 1 meter termasuk ruang bebas gerak untuk pengguna kursi roda.

Dimensi kamar mandi cukup bagi kursi roda untuk melakukan manuver.

Pada ruang makan dan dapur menggunakan prinsip:

• Flexibility in Use

Page 115: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

115

Universitas Kristen Petra

Terdapat meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk

pengguna kursi roda lebih rendah.

• Tolerance for Error

Perabotan tidak menggunakan kaki-kaki dan ujung lancip yang dapat membahayakan pengguna

kursi roda. Meja makan menggunakan satu kaki agar kursi roda dapat masuk ke meja makan

• Size and Space for Approach and Use

Area ruang makan dan dapur besar

Pada ruang laundry menggunakan prinsip:

• Size and Space for Approach and Use

Ruang laundry dapat diakses oleh pengguna kursi roda karena dimensi yang cukup besar.

Kesimpulannya, Desain Rumah untuk Tuna Daksa (pengguna Kursi Roda) membutuhkan

aksesibilitas pengguna ke semua ruangan dengan kursi roda. Pintu dan akses sirkulasi menjadi lebih

besar. Sementara ramp harus disediakan di setiap perbedaan ketinggian. Selain itu jangkauan

pengguna yang tidak terlalu tinggi (150cm) menyebabkan perabotan juga harus diletakkan terjangkau

oleh pengguna. Dan desain rumah seperti ini sudah banyak dibahas oleh Standar Desain Universal.

Tetapi memang perlu dicatat bahwa keadaan Klien pengguna seringkali tidak diperhatikan.

Desain pengguna kursi roda ini juga serupa dengan kebutuhan Bu Laeli Yuntari dan Bapak

Aden Al Hadad di BILIC Bandung. Sehingga desain ini dapat direplikasikan juga di Bandung dengan

perubahan minor.

Usulan Desain Rumah Toko (Bangunan Konservasi Arsitektur) untuk Warga Senior di Kota

Lama Surabaya (Klien Ibu Paulina Mayasari S.Sn.)

Desain Rumah Toko untuk Warga Senior di Kota Lama Surabaya (Klien Ibu Paulina Mayasari

S.Sn.) didesain oleh Aaron Sutanto Putra (22411107), Fenny Gunawan (22411109), Marina

Victoria Darmawan (22411123), Ronny Chandra Kurniawan (22411124), dan Roby Ismanto

(22411160). Bangunan merupakan rumah tinggal dua lantai yang dihuni oleh keluarga Ibu Maya.

Rumah tersebut dihuni oleh lima orang di mana terdapat nenek dan kedua orang tua Ibu Maya.

Spektrum difabilitas merupakan keadaan lanjut usia yang memiliki keterbatasan dalam berjalan.

Desain renovasi merupakan persiapan dari penghuni dalam menyambut masa tua, di mana pengghuni

senior akan menggunakan tongkat atau bahkan kursi roda.

Konsep rumah secara umum ialah menambahkan unsur-unsur arsitektural demi kenyamanan

yang dikhususkan untuk penghuni lanjut usia. Daerah yang direnovasi adalah daerah dimana beliau

biasa beraktivitas, meliputi kamar tidur, kamar mandi, ruang keluarga, dapur, dan ruang makan.

Sistem struktur yang ada tetap dipertahankan karena rumah merupakan bangunan lama di mana

memiliki sistem struktur khusus yang tidak dapat diubah.

Tuntutan kebutuhan yang diharapkan adalah hunian yang ramah terhadap pengguni senior yang

menggunakan tongkat dan kursi roda. Diharapkan elemen-elemen arsitektural yang ditambahkan tidak

Page 116: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

116

Universitas Kristen Petra

hanya menjadi ornamen namun juga membantu pengghuni dalam beraktifitas baik di dalam ruang

maupun antar ruang.

Gambar 97 Gambar Kondisi Asli Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior

Page 117: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

117

Universitas Kristen Petra

Gambar 98 Gambar Kondisi Asli Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior

Page 118: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

118

Universitas Kristen Petra

Gambar 99 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior

Page 119: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

119

Universitas Kristen Petra

Gambar 100 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior

Gambar 101 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Tangga

dengan ketinggian 10 cm demi memudahkan akses penghuni senior dan efisiensi ruang)

Page 120: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

120

Universitas Kristen Petra

Gambar 102 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Pispot

dalam kamar demi memudahkan penghuni lanjut usia untuk buang air pada malam hari).

Gambar 103 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Plat pada

pintu yang memudahkan pengguna untuk memahami bahwa pintu hanya dapat di dorong).

Page 121: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

121

Universitas Kristen Petra

Gambar 104 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Kanopi

polikarbonat demi mengurangi air hujan yang masuk).

Gambar 105 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Pintu geser

pada kamar utama).

Page 122: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

122

Universitas Kristen Petra

Gambar 106 Gambar Konsep Rumah Toko (Bangunan Konservasi) untuk Warga Senior (Desain

toilet dan pintunya yang lebar demi memudahkan pengguna kursi roda unruk mengakses).

Penerapan Prinsip Desain Inklusi pada desain ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan)

Pada dasarnya desain ditawarkan telah memenuhi prinsip Equitable Use, dimana ramp dan tangga

telah tersajikan dan dapat diakses oleh keseluruhan penghuni bangunan. Namun hal tersebut tidak

dapat direalisasikan karena ramp akan merubah pembalokan lantai dua dan mengurangi efisiensi

ruang keluarga. Solusi akhir yang ditawarkan adalah memperpendek anak tangga yang semula 20

cm menjadi 10 cm dan penambahan railing di tepinya sehingga memudahkan penghuni senior

untuk mengakses ruang tersebut.

2. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan)

Desain awal yang ditawarkanuntuk menambahkan ramp sebagai akses sirkulasi telah memenuhi

prinsip Flexibility in Use. Ramp menjadi jalur sirkulasi yang dapat diakses oleh semua penghuni

termasuk pengguna tongkat dan kursi roda. Namun pada realisasinya, ramp tersebut tidak dapat

direalisasikan karena keterbatasan struktur dan efisiensi ruang.

3. Simple and Intuitive Use (Penggunaan Sederhana dan Intuitif)

Prinsip Simple and Intuitive Use diterapkan pada penggunaan plat pada pintu. Hal ini dapat

memudahkan penghuni dalam memahami bahawa pintu tersebut hanya dapat didorong. Selain itu

memberikan pispot pada kamar utama demi memudahkan penghuni senior dalam buang air pada

malam hari.

4. Perceptible Information (Informasi yang Jelas)

Page 123: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

123

Universitas Kristen Petra

Desain yang ditawarkan tidak perlu menerapkan prinsip Perceptible Information karena penghuni

rumah tersebut sudah terbiasa dengan keadaan dan sirkulasi dalam rumah sehingga tidak

memerlukan tanda atau grafis informatif.

5. Tolerance of Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan)

Pada desain rumah lama, bagian taman tidak tertutup oleh atap, sehingga air hujan dapat masuk

dan menggenang. Hal tersebut dapat membahayakan sirkulasi penghuni terutama penghuni senior.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, dirancanglah kanopi untuk menutup bagian taman dan

selasar sehingga mengurangi kapasitas air hujan yang masuk. Sebagian air hujan tetap masuk dan

jatuh tepat di area taman. Dari taman, air hujan akan disalurkan ke pembuangan melalui gutter.

Kanopi juga dirancang untuk tetap memasukkan angin supaya sirkulasi udara tetap terpenuhi.

6. Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yang Rendah)

Prinsip Low Physical Effort telah diterapkan pada penggunaan pintu geser. Hal ini dilakukan untuk

mengurangi upaya fisik penghuni terutama bagi penghuni senior yang berkursi roda. Degan

hadirnya pintu geser akan memudahkan penghuni senior untuk mengakses ruang-ruang yang ada.

7. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan

dan Penggunaan)

Pada desain bangunan awal, terdapat pemisahan antara kamar mandi dan WC. Hal tersebut akan

mempersulit akses dari penghuni difable dan penghuni lanjut usia. Untuk memaksimalkan efisiensi

ruang di kamar mandi dan WC, maka dinding pembatas dihilangkan sehingga kamar mandi dan

WC menjadi satu ruang dan dapat diakses dengan mudah oleh semua penghuni termasuk penghuni

senior bertongkat maupun berkursi roda.

Kesimpulannya, Desain Rumah Toko (Bangunan Konservasi Arsitektur) untuk Warga Senior di

Kota Lama Surabaya membutuhkan aksesibilitas untuk penggunanya memasuki setiap ruangan. Lebar

pintu dan sirkulasi sebenarnya diperlukan lebih lebar tetapi karena struktur bangunan konservasi yang

perlu dipertahankan dan mungkin juga keterbatasan keuangan, maka desain pada bangunan ini berupa

perubahan minor yang memperhatikan kebutuhan penggunanya seperti tangga yang lebih pendek

pijakannya, railing, lantai anti-slip dan sosoran polykarbonat.

Usulan Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Klien Bapak

Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd.

Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision (Klien Bapak Tutus

Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd. didesain oleh: Cindy Fransisca (22411055), Anneke Debora

(22411044), Wenny (22411053), Nerissa Kumala Tandiono (22411055), dan Melissa Stefani

(22411077).

Spektrum pengguna rumah ini ialah Tuna Netra Total Blind dan Low Vision. Kebutuhan rekan –

rekan Tuna Netra ialah kebutuhan pengarah yang bisa diraba untuk beraktivitas dan perabotan atau

layout yang tidak berubah – ubah agar memudahkan aksesibilitasnya. Sementara Tuna Netra Low

Page 124: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

124

Universitas Kristen Petra

Vision membutuhkan warna – warna kontras yang bisa dipakai membedakan ujung tangga atau

dinding yang bisa membahayakan kegiatan mereka ketika beraktivitas. Kemudian juga menghindari

kesilauan karena mereka masih dapat menangkap cahaya secara terbatas (buram). Sehingga material

matte (tidak menyilaukan) sebaiknya dipakai.

Gambar 107 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

Page 125: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

125

Universitas Kristen Petra

Gambar 108 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

Konsep rumah secara umum ialah bagaimana memberi kemudahan pengguna rumah (Tuna

Netra Total Blind dan Low Vision) untuk beraktivitas dengan rasa nyaman maupun aman. Rumah

yang “bebas hambatan” / Free-Barrier bagi spektrum pengguna yang menghuni rumah.

Tuntutan kebutuhan ialah rumah ini dapat digunakan secara mandiri oleh kedua spektrum

pengguna dan mengurangi kecelakaan atau kesulitan menemukan jalan.

Page 126: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

126

Universitas Kristen Petra

Gambar 109 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Tactile tiles yang bertujuan untuk membatasi/ petunjuk area entrance)

Page 127: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

127

Universitas Kristen Petra

Gambar 110 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Ramp pada penurunan level lantai dengan kemiringan 1:12)

Page 128: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

128

Universitas Kristen Petra

Gambar 111 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Perancangan guiding path yang dipasang secara vertikal)

Gambar 112 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Perbedaan warna ekstrem di dapur lantai 1)

Page 129: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

129

Universitas Kristen Petra

Gambar 113 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Perbedaan warna ekstrem di selasar tempat istri bekerja)

Gambar 114 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Organisasi ruang yang terstruktur)

Page 130: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

130

Universitas Kristen Petra

Gambar 115 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Detail Guiding path pembatas ruang)

Gambar 116 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Handrail yang diberi tekstur tactiles dengan Braille)

Page 131: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

131

Universitas Kristen Petra

Gambar 117 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Detail Tactile pada pijakan tangga)

Gambar 118 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Suasana ruang santai dengan skylight)

Page 132: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

132

Universitas Kristen Petra

Gambar 119 Gambar Konsep Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

(Suasana ruang makan dengan vertical garden )

Selanjutnya tujuh Prinsip Desain Inklusi diterapkan di dalam desain ini:

PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi

berguna dan dapat dipasarkan untuk seluruh orang dengan kemampuan yang beragam.

- Menyediakan sarana yang sama untuk digunakan oleh semua pengguna: fasilitas yang identik bila

memungkinkan, fasilitas yang setara bila tidak memungkinkan.

- Hindari memisahkan atau melakukan stigmatisasi pada pengguna manapun.

- Menyediakan privasi, keamanan, dan keselamatan yang sama bagi semua pengguna.

- Membuat desain yang menarik bagi semua pengguna.

Penerapannya: Semua pengguna melalui level entrance,Rumah di desain dengan lebih banyak

mengandalkan indera peraba (permainan tekstur sebagai petunjuk arah), dan permainan warna

ekstrem ( untuk istri yang low-vision). Penerapan rancangan dapat dilihat pada gambar 1.1,

penggunaan tactile tiles dengan warna cerah(ekstrem) agar memberi petunjuk arah entrance bagi

pengguna tunanetra maupun lowvision

PRINSIP DUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain

mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu.

- Memberikan pilihan dalam metode yang digunakan.

- Mengakomodasi kemungkinan pengguna tangan kanan atau tangan kiri.

- Memfasilitasi keakuratan dan tingkat presisi dari pengguna.

- Memberikan kemungkinan adaptasi terhadap kecepatan pengguna.

Page 133: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

133

Universitas Kristen Petra

Penerapannya: Penggantian penurunan level dengan ramp dengan kemiringan 1:12 agar

fleksibel pagi semua spektrum pengguna, memudahkan pengguna seperti pak Tutus agar bisa

beraktivitas dengan aman. Hal ini juga diterapkan dengan pemberian warna perabot yang ekstrem

berbeda dengan warna dinding. Perancangan guiding path yang terpasang secara vertikal sebagai

petunjuk. Material guiding path memakai metal agar ketika diraba, terdapat efek dingin yang

dirasakan oleh pengguna sehingga memberi rasa nyaman (dalam kasus pengguna ditujukan untuk pak

Tutus).

Selain itu juga diterapkan warna merah yang cukup ekstrem agar pengguna (dalam kasus istri

pak Tutus) dapat mudah mengenali perabotan sehingga meningkatkan kecepatan dalam beraktivitas.

Pada ruang belajar istri yang terdapat di selasar lantai 2 juga menggunakan diterapkan permainan

dinding bewarna ekstrem karena sang istri merupakan low vision. Rancangan tersebut bertujuan agar

pengguna low-vision bisa lebih cepat membedakan mana perabot mana dinding (kemampuan adaptasi

lebih cepat dalam beraktivitas)

PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) -

Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan

pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh

pengguna.

- Menghilangkan kompleksitas yang tidak perlu.

- Konsisten untuk mencapai harapan pengguna dan mengantisipasi intuisi pengguna.

- Mengakomodasi berbagai jenis keterampilan melek huruf dan keterampilan bahasa.

- Mengatur informasi sesuai dengan derajat kepentingannya.

- Menyediakan masukan dan umpan balik yang efektif selama dan setelah selesai penggunaan atau

tugas.

Penerapannya: Desain perancangan bukaan pintu terlihat jelas dan mudah ditemukan (tidak

tersembunyi) sehingga memudahkan pengguna untuk pencapaian ruang yang berbeda. Perancangan

ruang yang teratur, hanya bercabang satu sisi, organisasi ruang lantai 1 & 2 sama sehingga

memudahkan pengguna dalam proses pengenalan ruang (Gambar 3.1). Perbedaan ruang tanpa bukaan

pintu dapat diketahui melalui penggunaan tactile tiles sebagai guiding path (gambar 3.2)

PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) – Desain harusnya

mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas

dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna.

- Menggunakan bentuk komunikasi yang beragam ( dengan gambar, verbal, taktil) untuk

mempresentasikan informasi penting secara memadai.

- Memaksimalkan "keterbacaan" informasi penting.

- Melakukan diferensiasi elemen – elemen cara menjelaskan (misalnya, memudahkan untuk

penyampaian instruksi atau petunjuk).

Page 134: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

134

Universitas Kristen Petra

- Menyediakan kesesuaian dengan berbagai teknik atau peralatan yang digunakan oleh orang-orang

dengan keterbatasan indrawi.

Penerapannya: Pengggunaan teks braille di tempat-tempat yang membutuhkan penjelasan.

Petunjuk arah yang dapat dikenali oleh pengguna dengan perubahan tekstur (bisa menggunakan

tactile tiles, penggunaan warna kontras pada perabot. Perancangan tangga dibuat sedemikian rupa

agar mampu memberi informasi yang jelas, setiap pijakan tangga diberi tactile sebagai petunjuk, pada

handrail di ujung anak tangga diberi tekstur teks braille agar dapat mengetahui jumlah anak tangga

yang tersisa.

PRINSIP KELIMA: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain

dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum.

- Membiarkan pengguna untuk mempertahankan posisi tubuh netral.

- Menggunakan kekuatan operasi yang wajar.

- Meminimalkan tindakan berulang.

- Meminimalkan upaya fisik yang terus menerus.

Penerapannya: Perancangan perabot sesuai dengan posisi tubuh normal pengguna, peletakkan

objek dengan jarak yang mudah diraih dan pemberian tekstur berbeda maupun permainan warna

ekstrim agar memudahkan pengguna pak Tutus beserta istri mengakomodasinya.

Karena lahan rumah Pak Tutus memanjang ke dalam, menjadikan ruang-ruang dalam tidak

dapat terkena cahaya matahari (pencahayaan alami) dan angin tidak dapat masuk sampai dalam

(penghawaan alami). Oleh karena itu ruang dirancang dengan skylight sebagai sumber cadangan

pencahayaan alami, dan memberi ruang hijau agar bisa terjadi pertukaran udara yang baik pada ruang,

Kesimpulannya, Desain Rumah untuk Penyandang Tuna Netra Total Blind dan Low Vision

membutuhkan layout yang lebih efektif dan tidak berbelok – belok. Sementara itu pembedaan dengan

tekstur, railing juga warna yang kontras akan berguna bagi teman – teman Tuna Netra. Hal ini juga

ditunjang dengan furnitur yang lebih bersifat tidak berubah – ubah.

Usulan Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Klien Bapak

Hariyono Karno)

Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Klien Bapak Hariyono

Karno) didesain oleh: Anneke Clauvinia Patriajaya (22411061), Veronica Yuwono

(22411066), Michelle Mimosa (22411072), Puspita Rani (22411074) dan Cendana Marcheliwan Putra

(22411075). Spektrum pengguna rumah ini ialah 2 Warga Senior (60 tahun) dan 2 orang dewasa (20-

30 tahun)

Kebutuhan tambahan yang diberikan oleh Dosen kami dalam Kuliah Kerja Pelayananan C ini

ialah Fasilitas tempat bekerja membuat cetok untuk pupuk kompos di dalam rumah.

Page 135: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

135

Universitas Kristen Petra

Konsep Rumah ini berada di stren kali sungai bratang, sehingga menurut rencana pemerintah

Kota Surabaya, sehingga tampak depan rumah adalah bagian yang menghadap sungai Bratang. Hal ini

disebabkan karena untuk kedepannya, sungai akan dimanfaatkan sebagai daerah wisata. Pemilik

rumah adalah pria manula yang berusia 60 tahun, walaupun kondisi pemilik rumah masih segar

rumah,tetapi rumah ini didesain untuk jangka waktu ke depan dengan pertimbangan apabila pemilik

rumah ini nantinya memiliki disabilitas akibat lanjut usia. Rumah ini juga didesain dengan

pertimbangan agar dapat digunakan untuk bekerja walaupun nantinya pemilik rumah ini sudah tidak

dapat menjangkau lantai 2. Rumah ini juga didesain agar mengeluarkan biaya seminimal mungkin

mengingat berlokasi di Kampung Tepi Sungai.

Gambar 120 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai

Rumah ini menggunakan prinsip Selanjutnya 7 Prinsip Desain Inklusi yaitu sbb:

Page 136: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

136

Universitas Kristen Petra

PRINSIP SATU: Equitable Use (Kesetaraan dalam Penggunaan) - Desain akan menjadi

berguna dan dapat dipasarkan untuk semua kalangan dengan kemampuan yang beragam.

Penerapannya: Ruang-ruang untuk kegiatan kebersamaan (seperti ruang kerja (1) dan dapur

(2)) diletakkan di bawah sehingga dapat dijangkau oleh orang tua, maupun orang dewasa pada

umumnya. Ruang kerja (1) dibuat lapang dan tak bersekat. Ada kemenerusan dari pintu masuk (di

sebelah kanan) ke belakang sehingga dapat digunakan untuk pekerjaan komunal dan nyaman. Pintu

lipat berfungsi untuk memberi pemandangan ke arah sungai saat pemilik rumah bekerja juga sebagai

ventilasi silang untuk menciptakan desain yang sehat.

Gambar 121 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Ruang kerja

untuk kegiatan komunal).

Terdapat 2 kamar mandi yaitu di lantai atas (7) dan lantai bawah (5) sebagai upaya

menyetarakan kebutuhan penyandang disabilitas dan pengguna pada umumnya.

PRINSIP KEDUA: Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam Penggunaan) - Desain

mengakomodasi berbagai preferensi dan kemampuan setiap individu.

Penerapannya: Ruang kerja didesain agar dapat dijangkau baik oleh pengguna manula maupun

orang dewasa. Pada ruang kerja perabot diposisikan rendah sesuai dengan tahapan pembuatan cetok

yang dapat dilakukan dengan duduk lesehan maupun berdiri, dan dalam proses kerjanya, pengguna

banyak merubah posisi badan , jongkok, berdiri, duduk bersila , berjalan. Peletakan perabot di bagian

samping ruangan untuk menciptakan ruang luas yang digunakan dalam proses pembuatan cetok yang

dilakukan oleh orang banyak.

Page 137: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

137

Universitas Kristen Petra

Gambar 122 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Fleksibilitas

dalam penggunaan pada ruang kerja).

PRINSIP KETIGA: Simple and Intuitive Use (Penggunaan yang Sederhana dan Intuitif) -

Penggunaan desain harus dapat dimengerti dengan mudah, tidak tergantung pada perbedaan

pengalaman, pengetahuan, keterampilan bahasa, atau tingkat konsentrasi saat itu dari seluruh

pengguna.

Penerapannya: Pada Kamar Mandi, Pintu kamar mandi menggunakan knop bulat sehingga

pengguna secara otomatis mendorong pintu.Letak Ember di kanan closet sehingga langsung dapat

dijangkau tanganTerdapat Railing pada sisi closet agar pengguna dapat memegang dan stabil saat

jongkok .

Gambar 123 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Railing pada

Dinding Samping Closet).

Page 138: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

138

Universitas Kristen Petra

PRINSIP KEEMPAT: Perceptible Information (Informasi yang Jelas) – Desain harusnya

mengkomunikasikan informasi yang penting (diperlukan) secara efektif kepada pengguna, terlepas

dari kondisi lingkungan atau kemampuan indra pengguna.

Penerapannya: Penggunaan pintu lipat pada ruang kerja, penggunaan bentuk handle pintu

pada kamar tidur dan kamar mandi.

PRINSIP KELIMA: Tolerance for Error (Memberikan Toleransi terhadap Kesalahan) –

Desain harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan dari tindakan disengaja atau

kecelakaan.

Penerapannya: Kamar tidur Pak Hariyono diletakkan di lantai satu agar mudah diakses

kapanpun dengan tujuan pertimbangan faktor usia yang akan terus bertambah dan pertimbangan

disabilitas manula dari Pak Hariyono untuk ke depannya. Jarak railing (4) disesuaikan untuk ukuran

pengguna. Untuk pertimbangan pengguna di masa depan apabila memiliki anak kecil railing

menyesuaikan dengan jarak 15 cm agar anak kecil tidak jatuh dari lubang railing.

Gambar 124 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Jarak lubang

railing menyesuaikan postur tubuh anak kecil).

Page 139: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

139

Universitas Kristen Petra

Penerapannya: Penggunaan Railing Pada kamar mandi pak Hariyono memudahkan Pak

Hariyono untuk dapat jongkok tanpa terjatuh dan Penggunaan jendela Geser pada area kamar tidur

guna agar saat jendela terbuka, tidak terkena kepada pengguna dan tidak mengakibatkan kecelakaan.

Gambar 125 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Jendela geser

untuk menghindari kecelakaan)

PRINSIP KEENAM: Low Physical Effort (Memerlukan Upaya Fisik yg Rendah) - Desain

dapat digunakan secara efisien dan nyaman dan hanya menimbulkan kelelahan minimum.

Penerapannya: Prinsip ini hanya bisa diterapkan untuk pengguna senior yaitu untuk Bapak dan

Ibu Hariyono, mengingat minimnya modal yang tersedia namun semakin bertambahnya usia

pengguna. Oleh karena itu fasilitas yang digunakan oleh pengguna senior diletakkan di lantai bawah

dan berada pada satu area . Hal tersebut bertujuan agar pengguna senior tidak harus mengeluarkan

energy lebih untuk menjangkau kebutuhannya di lantai atas serta dalam bekerja, tidak perlu mondar-

mandir dalam bekerja seperti pada rumah yang lama .

Page 140: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

140

Universitas Kristen Petra

Gambar 126 Desain Rumah Bengkel untuk Warga Senior di Kampung Tepi Sungai (Lantai 1 yang

dikhususkan untuk memudahkan pergerakan Pak Hariyono).

PRINSIP KETUJUH: Size and Space for Approach and Use (Menyediakan Ukuran dan

Ruang untuk Pendekatan dan Penggunaan)- Ukuran dan ruang yang sesuai seharusnya disediakan

Page 141: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

141

Universitas Kristen Petra

untuk memudahkan pendekatan, pencapaian, manipulasi, dan penggunaan terlepas dari ukuran tubuh

pengguna, postur, atau mobilitasnya.

Penerapannya: Pada kamar mandi (5 dan 7) digunakan closet jongkok karena permintaan dari

Pak Haryono sendiri dan juga harga lebih terjangkau dibanding closet duduk untuk meminimalkan

biaya desain, sehingg diperoleh kebutuhan ruang yang mencukupi namun tidak terlalu membuang

tempat. Hal ini sesuai dengan prinsip ketujuh yaitu penyesuaian desain dengan pendekatan kebutuhan

dan penggunaan. Penggunaan ember disesuaikan dengan ukuran toilet yang tidak terlalu besar agar

ruang gerak Pak Haryono Lebih lebar dan leluasa.

Page 142: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

142

Universitas Kristen Petra

Daftar Nama & NRP Mahasiswa yang Terlibat

- 22411003, REBECCA ASTRID GUNAWAN

- 22411018, CINDY FRANSISCA TANRIM

- 22411044, ANNEKE DEBORA KUNCORO

- 22411053, WENNY STEFANIE

- 22411055, NERISSA KUMALA TANDIONO

- 22411061, ANNEKE CLAUVINIA PATRIAJAYA

- 22411066, VERONICA YUWONO

- 22411072, MICHELLE MIMOSA

- 22411074, PUSPITA RANI

- 22411075, CENDANA MARCHELIWAN PUTRA

- 22411077, MELLISA STEFANI YOLINO

- 22411086, HENDY GUNAWAN

- 22411095, YOVITA HADI

- 22411096, DICKY LIENARDO LIE

- 22411107, AARON SUTANTO PUTRA

- 22411108, IVAN VILANO

- 22411109, FENNY GUNAWAN

- 22411110, THEODORUS AKWILA PREVIAN

- 22411117, ANDRE SUGIANTO

- 22411123, MARINA VICTORIA DHARMAWAN

- 22411124, RONNY CHANDRA KURNIAWAN

- 22411145, TERRY CHRISTIANTO SUROSO

- 22411150, TIFFANY TOMMY

- 22411160, ROBY ISMANTO

- 22411162, MARIA MONICA RAMPISELA

- 22411094, LOUIS SATRIA PURWANTO

Page 143: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

143

Universitas Kristen Petra

Dokumentasi Kegiatan

Gambar 127 Pendekatan ke BILIC Bandung

Gambar 128 Pendekatan ke PWSS Surabaya

Page 144: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

144

Universitas Kristen Petra

Gambar 129 Kegiatan Wawancara dengan Narasumber Ibu Paulina Mayasari S.Sn.

Gambar 130 Kegiatan Wawancara dengan Narasumber Bapak Ahmad Fauzi M.Hum. dan Ibu Lilik

Ghoniyah Sofyan S.Pd. M.Ed.

Page 145: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

145

Universitas Kristen Petra

Gambar 131 Kegiatan Wawancara dengan Bapak Hariyono Karno

Gambar 132 Kegiatan Wawancara dengan P Tutus Setiawan S.Pd.

Page 146: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

146

Universitas Kristen Petra

Gambar 133 Kegiatan Wawancara dengan Bapak Abdul Syakur S.E.

Gambar 134 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 147: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

147

Universitas Kristen Petra

Gambar 135 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 136 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 148: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

148

Universitas Kristen Petra

Gambar 137 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 138 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 149: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

149

Universitas Kristen Petra

Gambar 139 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 140 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 150: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

150

Universitas Kristen Petra

Gambar 141 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 142 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 151: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

151

Universitas Kristen Petra

Gambar 143 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 144 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 152: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

152

Universitas Kristen Petra

Gambar 145 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 146 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 153: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

153

Universitas Kristen Petra

Gambar 147 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 148 Kegiatan Lokakarya Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 154: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

154

Universitas Kristen Petra

Gambar 149 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 150 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 155: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

155

Universitas Kristen Petra

Gambar 151 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Gambar 152 Kuliah dan Diskusi dalam Penyempurnaan Desain Inklusif Rumah Tinggal di UK Petra

Page 156: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

156

Universitas Kristen Petra

Refleksi Mahasiswa

Kelompok Bapak Ahmad Fauzi M.Hum.yang didampingi oleh Ibu Lilik Ghoniyah Sofyan

S.Pd. M.Ed.

Dicky Lienardo Lie, 22411096

Nama Dicky Lienardo Lie

NRP 22411096

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 20 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi

Penjelasan awal tugas mata kuliah inklusi yaitu mendesain ruang bagi kaum difabel serta kebutuhan-kebutuhan dari beberapa jenis difabel.

Perasaan yang dirasakan Semakin tertarik dengan desain inklusi dengan melihat bahwa hak kesetaraan mereka di

Indonesia belum terlalu dipikirkan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kebutuhan akan difabel belum terlalu diperhatikan bahkan diabaikan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada, hanya sekedar mencari tahu mengenai desain bagi kaum difabel yang sudah

ada.

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 27 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kuliah mengenai desain inklusi yang dibawakan oleh Pak Tutus sebagai narasumber. Pak

Tutus memberikan banyak hal, mulai dari pengalamannya di fasilitas-fasilitas umum yang tidak memperhatikan aksesibilitas kaum difabel, cara memegang tongkat, mengajarkan

fungsi penanda khusus dan perbedaannya masing-masing, penataan ruang untuk kaum tuna

netra, kesulitan-kesulitan yang didapatkan saat beraktivitas. - Selalu berjalan di dekat pembatas berupa dinding atau semacamnya untuk

memudahkan mengetahui arah, atau berjalan sambil meraba

- Menggunakan tongkat untuk mengetahui arah

- Ketika kaki kanan melangkah ke depan, maka tongkat diarahkan ke kiri, dan sebaliknya

- Tidak perlu mengayunkan tongkat terlalu tinggi

- Cara memegang tongkat (teknik grip) harus rileks, tidak kaku, dan tidak terlalu erat. Jari telunjuk yang akan menggerakkan tongkat ke kanan dan ke kiri.

Sewaktu hendak berjalan hendaknya mengecek keadaan yang ada di depannya

menggunakan tongkat

Perasaan yang dirasakan Merasakan bahwa kebutuhan orang normal dan yang memiliki disabilitas sangat berbeda,

sehingga semakin tertarik untuk mempelajari mata kuliah ini agar bisa mendesain bagi

kaum tersebut.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Tuna netra mengandalkan memori dalam beraktivitas, sehingga perabot dalam rumah sebaiknya tidak dipindahkan atau selalu ditata dengan posisi yang sama.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memperlajari lebih dalam lagi mengenai desain bagi kaum disable pada fasilitas-fasilitas umum agar mereka bisa menikmati juga fasilitas umum tersebut dengan lebih baik.

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi

- Ramp membutuhkan kemiringan tertentu agar mudah dilewati kursi roda

- Material ramp tidak boleh licin, untuk pengguna kursi roda maupun tuna netra

Perasaan yang dirasakan Terdapat perasaan khawatir ketika menjalani simulasi sebagai tuna netra. Tentunya

perasaan malu tidak dapat dihindari.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dalam mendesain ramp sangat dibutuhkan standard yang tepat dari kemiringan hingga material yang digunakan. Saat ini cukup banyak designer yang kurang memperhatikan hal

tersebut secara detail, sehingga banyak kaum difabel yang mengalami kesulitan ketika

melewati ramp.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mempelajari desain yang bersifat universal agar dapat digunakan oleh banyak orang

termasuk difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Page 157: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

157

Universitas Kristen Petra

Tanggal 19 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Narasumber (Luar Kampus) Kami mewawancarai Pak Fauzi, yang merupakan penderita CP. Ia menjalani

kesehariannya dengan berbaring. Perabotan dalam rumahnya semua didesain dengan

ketinggian pendek agar mudah dijangkau dalam posisi berbaring. Ia mengaku tidak mengalami kekurangan apapun dalam rumah yang saat ini ia tempati. Namun kami melihat

bahwa itu disebabkan karena kebiasaan. Kenyataannya masih banyak kekurangan yang

bisa didesain ulang agar membuat ia semakin lebih nyaman dalam beraktivitas.

Perasaan yang dirasakan Simpati sekaligus kagum terhadap P. Fauzi yang menjadi penderita cerebal palsy, namun masih memiliki semangat yang luar biasa untuk hidup.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Studi mengenai desain bagi penderita CP sangat jarang bahkan belum ditemui, sehingga

sulit untuk mempelajarinya. Akibatnya desain bagi penderita CP hanya sekedar berdasarkan pengalaman.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan simpati dan menggali info terhadap narasumber yang lebih dalam mengenai

kebutuhan-kebutuhannya.

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan narasumber (Luar Kampus) – Kelompok berdiskusi perihal hasil wawancara dan mulai melakukan pemecahan desain.

Perasaan yang dirasakan Semakin mengerti bagaimana menjadi seorang yang menderita cerebal palsy dilihat

melalui kegiatan sehari-harinya.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Untuk dapat mendesain harus dapat mengerti bagaimana pengguna yang di desain baik

secara mental maupun fisik. Pengalaman secara nyata menjadi referensi dalam desain.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mencoba untuk memberikan gambaran kasar desain secara sketsa dan gambaran untuk

kedepannya.

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara

Perasaan yang dirasakan Penasaran untuk berpikir lebih kompleks dikarenakan banyak hal yang kami lupakan dalam mendasain dan diingatkan oleh dosen pembimbing.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Memperdalam teori yang di dapat serta membandingkannya dengan keadaan nyata

dilapangan dengan dosen pembimbing.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mulai menatata ulang desain yang sudah di buat sebelumnya serta mengatur dimensi yang

dibutuhkan.

Kuliah/ Pertemuan ke 7 - 8

Tanggal 9 April 2014 & 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Tidak ada, merupakan pekan Ujian Tengah Semester (UTS).

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Merasa tertarik karena ada pembicara dari luar Indonesia.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Kenyataan terkadang belum sesuai dengan teori yang ada, namun teori dapat menjadi

pembelajaraan kedepannya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Tidak ada

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Berdikusi dengan kelompok untuk menyatukan pendapat agar lebih mendalami bagaimana

perasaan narasumber. Tujuannya adalah desain yang dapat menjadi lebih sesuai dengan

pengguna.

Page 158: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

158

Universitas Kristen Petra

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Rumah Pak Fauzi didesain ulang agar sirkulasi antar ruang lebih pendek dengan

mengeliminasi ruang-ruang yang kurang terpakai. Selain itu sirkulasi udara dalam ruang juga perlu diperhatikan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menyusun desain dalam sebuah skematik dan sketsa.

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Semakin tersadar setelah mendengar langsung dari sumber-sumber yang telah menghadiri

workshop sehingga bisa lebih mengerti dan menambah pengetahuan mengenai desain

kaum disable.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Setiap teori belum tentu sesuai dengan narasumber yang didesainkan karena terkadang

pengguna lebih memiliki preferensi sendiri dan juga teori dapat menjadi tolak ukur dalam

desain.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan ide – ide tambahan yang didapat melalui narasumber lainnya. Mengupdate

kembali pekerjaan desain rumah Pak Fauzi agar dapat lebih asesibel dengan masukan dari

kelompok lain serta sumber workshop.

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 14 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Menjadi semakin tertarik dan menjadi mengerti bagaimana prinsip – prinsip yang belum pernah di dengar dan menjadi dapat tambahan untuk desain yang dibuat.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Adanya tujuh prinsip dalam desain inklusi yaitu :

1. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna) 2. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah)

3. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana)

4. Perceptible Information (Informasi yang penting)

5. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya) 6. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum)

7. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak)

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Menerapkan prinsip tersebut ke dalam desain rumah satu per satu dengan detail sesuai kebutuhan.

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 21 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas akhir.

Perasaan yang dirasakan Yakin membuat desain yang baik untuk narasumber.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Melakukan pengecekan terhadap terori yang didapat dengan desain yang dibuat.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Hasil akhir dengan melakukan finalisasi terhadap gambar 3d serta penyusunan laporan untuk dijadikan buku yang diharapkan mampu membantu dalam desain.

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 28 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas akhir (UAS).

Perasaan yang dirasakan Senang karena bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

-

Hendy Gunawan, 22411086

Nama Hendy Gunawan

NRP 22411086

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 20 Februari 2014

Page 159: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

159

Universitas Kristen Petra

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Penasaraan terhadap desain inklusi dan masih bingung detailnya seperti apa

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Belum terlalu jelas karena baru hanya gambaran besar seluruh pelajaran

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kuliah mengenai desain inklusi yang dibawakan oleh Pak Tutus sebagai narasumber.

Perasaan yang dirasakan Menjadi lebih peka terhadap orang – orang berkebutuhan khusus

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Belajar untuk mulai memperhatikan orang – orang yang berkebutuhan khusus dan menjadi simpati dan mulai berpikir desain untuk arsitekturnya

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Belum ada.

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Cukup was – was dan malu saat melakukan simulasi karena di lihat banyak orang.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Belajar bagaimana menjadi orang yang berkebutuhan khusus itu tidak lah mudah. Selain secara fisik mental pun perlu diperkuat. Teori yang didapatpun tidak semudah seperti

kenyaataannya.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 19 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Narasumber (Luar Kampus)

Perasaan yang dirasakan Simpati terhadap P. Fauzi yang menjadi penderita cerebal palsy

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Khusus untuk penderita ini teori belum terlalu dipaparkan dikelas namun memperoleh pelajaran yang langsung nyata walaupun di desain oleh orang awan melalui pengalaman

saja.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberikan simpati dan menggali info terhadap narasumber

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan narasumber (Luar Kampus) – Kelompok berdiskusi perihal hasil

wawancara dan mulai melakukan pemecahan desain.

Perasaan yang dirasakan Semakin mengerti bagaimana menjadi seorang yang menderita cerebal palsy dilihat melalui kegiatan nya sehari – hari

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Untuk dapat mendesain harus dapat mengerti bagaimana pengguna yang di desain baik

secara mental maupun fisik. Pengalaman secara nyata menjadi referens desain

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mencoba untuk memberikan desain secara sketsa dan gambaran kedepannya

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara

Perasaan yang dirasakan Tidak ada

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Memperdalam teori yang di dapat serta membandingkannya dengan keadaan nyata

dilapangan dengan dosen pembimbing

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mulai menatata ulang desain yang sudah di buat sebelumnya serta mengatur dimensi yang

di butuhkan.

Kuliah/ Pertemuan ke 7 - 8

Tanggal 9 April 2014 & 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Tidak ada, merupakan pekan Ujian Tengah Semester (UTS).

Page 160: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

160

Universitas Kristen Petra

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Merasa tertarik karena ada pembicara dari luar Indonesia.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kenyaataan terkadang belum sesuai dengan teori yang ada namun teori dapat menjadi pembelajaraan kedepannya.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Tidak ada

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Berusaha untuk makin mendalami bagaimana perasaan narasumber agar desain dapat

menjadi lebih sesuai dengan pengguna

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menyusun desain dalam sebuah skematik dan sketsa

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Menjadi makin mengerti bagaimana keadaan narasumber lain yang juga membutuhkan bantuan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Setiap teori belum tentu sesusai dengan narasumber yang di desainkan karena terkadang

pengguna lebih memiliki preferensi sendiri dan juga teori dapat menjadi tolak ukur dalam desain.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan ide – ide tambahan yang di dapat melalui narasumber lain juga.

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 14 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Menjadi semakin tertarik dan menjadi mengerti bagaimana prinsip – prinsip yang belum

pernah di dengar dan menjadi dapat tambahan untuk desain yang dibuat.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Teori – teori yang di dapat dengan kenyaataan yang ada belum tentu sama serta sesusai dengan kebiasaan dan kenyamaan an pengguna menjadi pertimbangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mereview ualng desain yang telah dibuat dengan prinsip desain inklusi yang didapat

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 21 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas akhir.

Perasaan yang dirasakan Yakin membuat desain yang baik untuk narasumber

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Melakukan pengecekan terhadap terori yang di dapat dengan desain yang dibuat

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Hasil akhir dengan melakukan finalisasi terhadapa gamabr 3d

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 28 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas akhir (UAS).

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami -

Page 161: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

161

Universitas Kristen Petra

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Rebecca Astrid Gunawan, 22411003

Nama Rebecca Astrid Gunawan

NRP 22411003

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 20 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Semakin tertarik untuk lebih memahami dan mengenal desain inklusi lebih dalam.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Belum terlalu memahami karena masih berupa pengantar singkat dan belum langsung

terjun di lapangan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada.

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kuliah mengenai desain inklusi yang dibawakan oleh Pak Tutus sebagai narasumber.

Perasaan yang dirasakan Simpati melihat kondisi nyata yang dialami oleh narasumber mengingat selama ini hanya

memikirkan namun tidak pernah melihat secara langsung

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Teori yang ada bukan merupakan hal yang paten & dapat langsung diterapkan dalam

kenyataan di lapangan, namun masih harus memperhatikan & melihat kebutuhan serta kondisi orang yang bersangkutan secara langsung.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Belum ada.

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Merasakan perasaan narasumber tuna netra & berkursi roda secara langsung dengan

melakukan simulasi di Gedung W dan EH Universitas Kristen Petra. Perasaan yang

dirasakan cukup kaget merasakan keadaan yang ternyata tidak semudah dipikirkan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Teori merupakan hal pendukung dalam lapangan, namun bukan merupakan hal yang

langsung 100% dapat diterapkan dalam kenyataan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada.

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 19 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Narasumber (Luar Kampus)

Perasaan yang dirasakan Simpati melihat kondisi narasumber yang terjadi (P. Fauzi yang menderita Cerebral Palsy)

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Merupakan 2 hal yang berkesinambungan & tidak dapat terpisahkan (Jangan selalu

berpatokan pada teori & tidak memperhatikan kondisi narasumber yang bersangkutan).

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada secara khusus, hanya menampung kondisi & kebutuhan yang diperlukan oleh

narasumber.

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan narasumber (Luar Kampus) – Kelompok berdiskusi perihal hasil wawancara dan mulai melakukan pemecahan desain.

Perasaan yang dirasakan Semakin memperdalam perasaan setelah bertemu narasumber dan berusaha merasakannya

secara langsung agar desain yang dihasilkan pun maksimal.

Apakah yang saya pahami Dilatih untuk merasakan pengalaman penyandang cacat serta permasalahan mereka, serta

Page 162: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

162

Universitas Kristen Petra

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

mencari desain yang lebih baik agar dapat memenuhi kenyamanan narasumber.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mulai menghasilkan ide-ide desain yang masih abstrak.

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara

Perasaan yang dirasakan Sama dan semakin belajar untuk merasakan keadaan narasumber.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Semakin menggali & mendalami teori serta kenyataan di lapangan dengan asistensi hasil

wawancara pada dosen pembimbing.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Penataan ide-ide desain yang ada dan didiskusikan secara lebih mendalam.

Kuliah/ Pertemuan ke 7-8

Tanggal 9 April 2014 & 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Tidak ada, merupakan pekan Ujian Tengah Semester (UTS).

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Merasa semakin terbekali

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Sama dengan anggapan sebelumnya, yaitu keduanya harus diperhatikan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Semakin berusaha memahami perasaan narasumber agar dapat menciptakan desain yang baik bagi narasumber.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Sama dengan pertemuan sebelumnya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Ide desain yang mulai tersusun dengan rapi & sistematis.

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Semakin simpati terutama setelah melihat kehadiran dan keadaan narasumber kelompok

lain.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Setiap teori yang ada memiliki hubungan yang berbeda-beda bagi tiap-tiap orang yang berbeda pula terutama terhadap kebutuhan yang berbeda. Hal ini disadari setelah melihat

kehadiran narasumber kelompok lain dalam Workshop Desain ini.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Desain ide kelompok, namun masih akan mengalami proses perubahan lagi kedepannya.

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 14 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Semakin terbekali dalam mendesain khususnya dalam tugas yang saat ini sedang

dikerjakan, juga semakin tertantang untuk memenuhi prinsip-prinsip tersebut dalam desain yang sedang dilakukan oleh kelompok.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

Dari prinsip-prinsip di atas kami tahu bahwa ada standar-standar yang harus dipenuhi

dalam mendesain rumah untuk penderita disabilitas, kita tidak bisa menyamakan dengan

Page 163: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

163

Universitas Kristen Petra

kenyataan di lapangan rumah pada umumnya.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Koreksi ulang desain yang sedang dikerjakan agar memenuhi 7 prinsip desain inklusi yang telah dijelaskan.

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 21 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas akhir.

Perasaan yang dirasakan Semakin yakin dalam penyelesaian proses desain.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Semakin paham & berusaha menerapkannya dalam tugas akhir yang sedang dikerjakan.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Hasil desain yang semakin mencapai tahap akhir finalisasi serta kelengkapannya.

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 28 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas akhir (UAS).

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

-

Yovita Hadi, 22411095

Nama Yovita Hadi

NRP 22411095

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan, S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 20 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Ingin tahu lebih jauh apa yang dimaksud dengan desain inklusi

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Belum terlalu paham, karena hanya mendengar teorinya saja, dan hanya dijelaskan

gambaran besar dari desain inklusi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kuliah mengenai desain inklusi dengan narasumber Pak Tutus, penyandang tuna netra

Perasaan yang dirasakan Menjadi lebih peka pada kebutuhan orang-orang dengan disabilitas

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Belajar untuk memahami kebutuhan orang-orang berkebutuhan khusus, menjadi lebih

simpati dan mulai terbayang penerapannya dalam arsitektur

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 12 maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi (tuna netra)

Perasaan yang dirasakan Malu karena menjadi sorotan mata banyak orang dan takut karena kehilangan arah saat mata ditutup

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Menjadi orang berkebutuhan khusus tidaklah mudah, terlebih dengan desain yang tidak

ramah terhadapnya. Selain secara fisik, mental pun juga harus lebih kuat. Teori yang diberikan di kelas tidak semudah yang dijalani

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Page 164: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

164

Universitas Kristen Petra

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 19 maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara Dengan Narasumber (Luar Kampus)

Perasaan yang dirasakan Simpati terhadap Bp. Fauzi penderita cerebral palsy

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kebutuhan untuk penderita cerebral palsy tidak dibahas di kelas, namun dengan melihat apa yang telah dirancang oleh keluarga Bp. Fauzi sendiri untuk memenuhi kebutuhannya,

mendapat pelajaran langsung di lapangan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan simpati dan menggali info terhadap narasumber

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan narasumber (Luar Kampus) – Kelompok berdiskusi perihal hasil

wawancara dan mulai melakukan pemecahan desain.

Perasaan yang dirasakan Semakin peka dalam mencari tahu kebutuhan dari penderita cerebral palsy untuk melakukan aktivitas sehari-hari

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Untuk dapat mendesain, harus mengerti pengguna dari desain kita sendiri baik secara

mental dan fisik, karena tanpa pengalaman yang cukup, banyak hal akan terlewatkan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mencoba untuk memberikan desain secara sketsa dan gambaran kedepannya

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara

Perasaan yang dirasakan Tidak ada

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mencari teori yang didapat dan menerapkannya pada desain kenyataan yang ada di

lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mulai menatata ulang desain yang sudah di buat sebelumnya serta mengatur dimensi yang

di butuhkan.

Kuliah/ Pertemuan ke 7-8

Tanggal 9 April 2014 & 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Tidak ada, merupakan pekan Ujian Tengah Semester (UTS).

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Antusias

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kenyaataan terkadang belum sesuai dengan teori yang ada namun teori dapat menjadi

modal untuk mendesain di kemudian hari

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Tidak ada

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Berusaha untuk makin mendalami bagaimana perasaan narasumber agar desain dapat

menjadi lebih sesuai dengan pengguna

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menyusun desain dalam sebuah skematik dan sketsa

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Page 165: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

165

Universitas Kristen Petra

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Menjadi makin mengerti bagaimana desain untuk orang berkebutuhan khusus lainnya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Setiap teori belum tentu sesusai dengan narasumber yang di desainkan karena terkadang

pengguna lebih memiliki preferensi sendiri dan juga teori dapat menjadi tolak ukur dalam

desain

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan ide – ide tambahan yang di dapat melalui narasumber lain juga.

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 14 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Semakin mengerti akan prinsip-prinsip yang harus diterapkan di dalam desain

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Teori – teori yang di dapat dengan kenyaataan yang ada belum tentu sama serta sesusai

dengan kebiasaan dan kenyamaanan pengguna menjadi pertimbangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mereview desain yang telah dibuat dan merecheck apakan prinsip-prinsip sudah diterapkan

semua di dalam desain

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 21 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas akhir

Perasaan yang dirasakan Berusaha semaksimal mungkin membuat desain yang baik untuk narasumber

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Melakukan pengecekan ulang desain yang telah dibuat dan membandingkannya dengan

teori yang ada

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Hasil akhir dengan melakukan finalisasi terhadap gambar 3d

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 28 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas akhir (UAS).

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Theodorus Akwila Previan, 22411110

Nama Theodorus Akwila Previan

NRP 22411110

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C , Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan Tanuwidjaja, ST, M.Sc

Kuliah Pertemuan ke 1.

Tanggal Rabu, 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan

Pengantar Desain Inklusi. Pertemuan pertama membahas tentang pengantar Desain

Inklusi. Bapak Gunawan menjelaskan tentang definisi desain inklusi, perlunya desain inklusi, dan beberapa studi kasus tentang desain-desain yang memperhatikan disabilitas

pengguna.

Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan yang ada di

lapangan

Saya mendapatkan pengetahuan baru tentang Desain Inklusi. Desain Inklusi merupakan

desain yang memperhatikan secara khusus kebutuhan penggunanya. Kebanyakan yang dibahas merupakan pengguna yang memiliki kebutuhan khusus, antara lain seperti tuna

netra dan tidak bisa berjalan biasa. Di lapangan saya beberapa kali menemui desain-

desain untuk difabel, tetapi belum mengetahui secara detail.

Page 166: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

166

Universitas Kristen Petra

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Belum ada, baru sebatas perkenalan materi.

Kuliah Pertemuan ke 2.

Tanggal Rabu, 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan

Kuliah Tamu dari Narasumber Bp. Tutus. Pertemuan kedua mendatangkan

narasumber dari luar, yaitu Bp. Tutus. Beliau merupakan penyadang kebutuhan khusus tuna netra. Beliau datang bersama istrinya yang juga penyandang tuna netra. Bedanya bila

Bp. Tutus memiliki jenis tuna netra full (sama sekali tidak bisa melihat), istrinya memiliki

tuna netra setengah (bisa melihat tetapi kurang jelas, semacam katarak tetapi lebih di atas

katarak). Bp.Tutus membagikan pengalamannya dalam beradaptasi dengan fasilitas umum, yang sebagian besar ditujukan secara umum untuk orang-orang normal sehingga

beliau harus beradaptasi.

Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan yang ada di

lapangan

Saya mendapatkan pengetahuan baru tentang adaptasi penyandang tuna netra terhadap

lingkungan umum di sekitarnya. Yaitu bagaimana penggunaan tongkat tuna netra yang ternyata memiliki beberapa teknik penggunaan tersendiri yang tidak diketahui oleh orang

banyak. Diantaranya dengan meraba bidang-bidang di hadapan pengguna, dan meraba

tekstur bidang tersebut untuk mengenali suatu tempat atau lingkungan. Di samping itu

saya terkesan juga dengan usaha para penyandang tuna netra yang mau untuk berusaha mandiri tanpa dibantu orang lain.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Belum ada, baru sebatas perkenalan materi.

Kuliah Pertemuan ke 3.

Tanggal Rabu, 11 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan

Simulasi Desain Inklusi. Pada pertemuan ketiga kami melakukan simulasi penyandang

cacat. Beberapa peralatan yang kami gunakan yaitu tongkat tuna netra, penutup mata dan

kursi roda. Kami melakukannya dengan jalur dari gedung P sampai dengan puncak gedung W. Diusahakan spot-spot simulasi merupakan tempat-tempat yang mewakili

lingkungan yang biasa dijumpai oleh penyandang cacat, contohnya seperti tangga, ramp,

kamar mandi, dan lift.

Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan yang ada di

lapangan

Saya mendapatkan pengetahuan baru juga dan berkesempatan untuk mengalami sendiri

apa yang dialami oleh orang-orang berkebutuhan khusus dan bagaimana cara mereka

beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya. Yang paling berkesan menurut saya adalah bagaimana menggunakan kursi roda pada jalan yang berundak (tangga), pada ramp yang

curam, menghadapi keterbatasan ruang pada kamar mandi, dan juga keterbatasan ruang

pada lift juga untuk sirkulasi ke lantai atas yang cukup tinggi. Saya jadi memahami bahwa diperlukan waktu penyesuaian yang cukup lama terhadap semua itu dan butuh usaha yang

lebih besar untuk bisa beradaptasi, sehingga pelajaran yang saya dapat adalah saya

menjadi lebih menghargai para penyandang cacat karena mereka berpengalaman untuk memiliki usaha yang lebih besar untuk beradaptasi dibandingkan dengan orang normal.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada, baru sebatas pengenalan dan praktek tentang pengguna berkebutuhan khusus

Kuliah Pertemuan ke 4

Tanggal Rabu, 18 Maret 2014

Page 167: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

167

Universitas Kristen Petra

Materi teori yang didapatkan

Wawancara dengan Narasumber di luar kampus (1). Kami mewawancarai

narasumber di luar kampus bersama dengan kelompok yang sudah dibagi. Kelompok kami mendapat tugas menganalisis kebutuhan Bp. Fauzi yang memiliki penyakit cerebral

palsy, yaitu kelumpuhan permanen yang dialami sejak kecil berupa keterbatasan

penggunaan alat tubuh, yaitu kaki yang tidak memungkinkan penderita tidak dapat berjalan dan duduk layaknya orang biasa. Bp. Fauzi diharuskan untuk merangkak dalam

geraknya dan perpindahannya. Di rumah bapak Fauzi, kami mendapati bahwa rumah

beliau yang direnovasi sedemikian rupa sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan Bp.

Fauzi sendiri, antara lain peletakan meja-meja belajar yang pendek dan menyesuaikan pergerakan Bp. Fauzi, lantai area mandi yang diturunkan dan wc yang selevel lantai

sehingga memudahkan Bp. Fauzi untuk mandi dan buang air.

Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan yang ada di

lapangan

Kami mendapatkan pengetahuan baru tentang penyakit cerebral palsy dan kondisi

penderita cerebral palsy tersebut. Selain itu juga bagaimana penyesuaian diri mereka terhadap lingkungan sekitar, juga penyesuaian desain rumah tinggal mereka yang dapat

memenuhi segala kebutuhan penggunanya yang memiliki kebutuhan khusus. Di samping

itu, pelajaran yang saya dapatkan adalah bahwa ditengah keterbatasannya, Bp. Fauzi ternyata merupakan seorang yang berprestasi tinggi dan bisa menempuh pendidikan tinggi

seperti orang-orang lainnya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

belum ada, baru sebatas perkenalan dan eksplorasi .

Kuliah Pertemuan ke 5

Tanggal Rabu, 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan

Wawancara dengan Narasumber di luar kampus (2). Waktu ini kami gunakan untuk

berdiskusi dalam kelompok tentang pemecahan masalah yang perlu dalam usaha peningkatan kenyamanan penyandang cacat dalam menghuni rumahnya.

Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan yang ada di

lapangan

Kami dilatih untuk merasakan pengalaman penyandang cacat dan menganalisa

permasalahan mereka, serta mencari desain yang lebih baik untuk dapat memenuhi kenyamanan penyandang cacat dalam menghuni rumah mereka.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Analisis kebutuhan pengguna dan konsep awal pemecahan masalah desain.

Kuliah Pertemuan ke 6

Tanggal Rabu, 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan

Workshop UNDK. merupakan seminar internasional yang membahas mengenai berbagai

macam hal. Dalam hal ini diundang tamu dari berbagai macam Negara khususnya

ASEAN. 2 sesi yang sempat di ikuti saat itu yaitu mengenai cara pembelajaran yang kreatif melalui teknologi dan teknik. Selain itu terdapat materi tentang arsitektur

tradisional dengan tema Arsitektur Tionghoa.

Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan yang ada di

lapangan

Saya mendapat banyak pengetahuan tentang teknologi-teknologi dalam arsitektur yang

dapat mempermudah kita dalam melakukan aktifitas. Selain itu juga pengetahuan tentang

arsitektur tradisional Tionghoa yang ternyata juga telah memperhatikan kebutuhan dan kenyamanan penghuninya. Ini bisa dilihat dari bentuk desain dan tata ruang yang unik

bila dibandingkan dengan arsitektur di daerah lain.

Page 168: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

168

Universitas Kristen Petra

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

belum ada, sebatas pengenalan kepada desain-desain berteknologi maju.

Kuliah Pertemuan ke 7

Tanggal Selasa, 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan

Persiapan Workshop Desain. Waktu ini kami gunakan untuk mencari info lebih

mengenai contoh desain rumah untuk penderita cerebral palsy beserta kebutuhan mendasarnya, dan juga mendata kebutuhan khusus yang dibutuhkan oleh Bp. Fauzi

karena setiap penderita disabilitas memiliki kebutuhan yang berbeda meskipun sama-

sama menderita cerebral palsy. Kami juga mencoba mensimulasikan untuk menjadi Bp.

Fauzi dan melakukan aktivitas.

Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan yang ada di

lapangan

Kegiatan ini melatih kepekaan kita dalam menganalisis karakteristik dan mencari

kebutuhan yang diperlukan oleh pengguna sehingga mereka dapat nyaman dalam melakukan aktifitasnya melalui arsitektur yang bersahabat dengannya. Kami juga

memperoleh pandangan arsitektur dari mata pengguna difabel melalui proses mencoba

menjadi pengguna yang berkebutuhan khusus.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Pendalaman lebih tentang analisis karakter pengguna dan solusi yang lebih efektif lagi

untuk pengguna.

Kuliah Pertemuan ke 8

Tanggal Rabu, 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan

Pertemuan ke 8 mengundang narasumber dari luar untuk membahas tentang kebutuhan

khusus yang dimilikinya. Narasumber kelompok kami Bp. Fauzi berhalangan hadir

dikarenakan sedang mengikuti ibadah umroh. Yang kami lakukan adalah membahas desain apa yang diperlukan untuk dapat menampung kebutuhan penghuni sehingga bisa

beraktivitas dengan baik. Setelah itu kami mempresentasikan desain tersebut dihadapan

narasumber, Bp. Gunawan, dan peserta mata kuliah Desain Inklusi yang lain.

Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan yang ada di

lapangan

Di sini yang kami dapatkan adalah berpikir kritis dan solutif mengenai apa yang perlu

diperbaiki pada rumah penyandang kebutuhan khusus ini. Kami dilatih untuk

menganalisis masalah-masalah yang sering dialami oleh pengguna selama di rumahnya dan bagaimana pemecahannya sehingga pengguna bisa lebih nyaman dalam menghuni

rumahnya dan melakukan kegiatannya sehari-hari. Di sini kami juga berdiskusi dengan

kelompok lain yang narasumbernya datang dan berkesempatan untuk sharing pengalamannya. Dari mereka, kami memahami bahwa kenyataannya yang terjadi di

lapangan mungkin beberapa desain ideal tidak dapat terlaksana dikarenakan beberapa

kendala, baik dari segi pembangunan maupun nanti mau-tidaknya pengguna menerima desain ideal kita. bisa juga ternyata pengguna sudah merasa nyaman dengan desain yang

selama ini mereka gunakan.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Kuliah Pertemuan ke 9

Tanggal Rabu, 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Pertemuan ke-9 membahas pengenalan 7 prinsip desain inklusi, yaitu:

Page 169: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

169

Universitas Kristen Petra

1. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan). Desain harus memiliki kesetaraan,

yaitu mampu untuk dipakai semua pengguna yang memiliki kemampuan dan karakteristik yang beragam.

2. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan). Desain harus dapat memenuhi

kebutuhan setiap individu dan memberikan kemungkinan untuk setiap individu beraktifitas di dalamnya.

3. Simple and Intuitive Use (Pengunaan yang sederhana dan intuitif). Desain dapat

dinikmati dan digunakan dengan mudah, tanpa membutuhkan perlakuan khusus yang menyulitkan pengguna, justru harus dapat mempermudah pengguna.

4. Perceptible Information (Informasi yang jelas). Desain dapat memberikan

informasi yang penting bagi pengguna yang dapat dimengerti oleh setiap pengguna dengan bantuan indera apapun.

5. Tolerance for Error (Toleransi terhadap kesalahan). Desain harus meminimalkan

bahaya dan dan konsekuensi merugikan dari tindakan kecelakaan yang disengaja maupun tidak disengaja.

6. Low Physical Effort (Meminimalkan upaya fisik). Desain sebaiknya jangan terlalu

menuntut pengguna melakukan upaya fisik yang besar, sebaliknya dengan upaya fisik seminimal mungkin untuk mencapai tujuan yang besar.

7. Size and Space forApproach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang yang cukup

untuk pendekatan dan penggunaan).

Perasaan yang dirasakan Senang dan penasaran.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan yang ada di

lapangan

Kami mendapatkan pengetahuan baru tentang prinsip-prinsip yang benar dalam desain

inklusi. Menurut kami prinsip-prinsip ini sebaiknya juga dapat digunakan dalam semua desain arsitektur sehingga kita dapat menciptakan sebuah space yang ramah bagi semua

pengguna. Yang sering membuat bingung adalah pada saat kita ingin idealis membuat

suatu desain dengan bentuk yang kita inginkan tetapi ternyata bila diintegrasikan dengan prinsip inklusi jadinya adalah bertentangan dan tidak dapat dimasukkan. Tantangan yang

harus kita pecahkan adalah bagaimana membuat sebuah desain yang ideal dengan bentuk

yang baik dan juga bisa ramah dengan semua pengguna dengan karakter dan kemampuan

yang berbeda-beda.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

belum ada, sebatas pengenalan terhadap 7 prinsip desain inklusi.

Kelompok Bapak Abdul Syakur S.E.

Louis Satria Purwanto, 22411094

Nama Louis Satria Purwanto

NRP 22411094

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 20 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Pertemuan pertama kami dijelaskan mengenai tugas mata kuliah Inklusi secara garis besar,

bahwa kami akan mendesain ruang bagi kaum difabel, misalnya tuna netra, tuna daksa,

lansia, dan sebagainya. Bapak Gunawan mulai memberi contoh fasilitas umum yang tidak aksesibel bagi kaum difabel. Misalnya bagi tuna netra, mereka butuh bimbingan berupa

ubin dengan penanda khusus pada trotoar jalan. Penanda khusus pada jalan berbeda-beda

dengan fungsi yang berbeda. Ada yang menandakan bahwa jalan lurus, berhati-hati, atau perbedaan ketinggian. Tuna netra dapat mengetahuinya melalui bantuan tongkat. Misalnya

Page 170: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

170

Universitas Kristen Petra

bagi tuna daksa yang menggunakan kursi roda, sebaiknya menggunakan pintu geser,

karena pintu standar akan dapat menyusahkan bahkan membahayakan pengguna.

Perasaan yang dirasakan Ketidak setaraan hak untuk aksesibilitas antara manusia normal biasa dengan para kaum

difabel, yang saat ini masih sangat kurang perhatian dari kita semua bagi mereka yang membutuhkan itu. Pedestrian yang ada di Indonesia ini sangat tidak layak bagi kalangan

mereka

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Aksesibilitas fasum pedestrian saat ini hanya ditujukan pada masyarakat umum saja. Para penyandang disabilitas belum mendapatkan perhatian yang layak. Di beberapa titik kota

sudah ada yang mulai menggalakan atau memberikan perhatian lebih kepada mereka, tapi

belum 100% baik diterapkannya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mulai berpikir dan bertindak dengan kacamata kaum orang difable agar turut dapat

merasakan kekurangan dan kesulitan yang dialami mereka sehingga bisa lebih bereksplor

dalam mendesain.

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 27 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus

Pak Tutus menceritakan banyak hal, mulai dari pengalaman Beliau di fasilitas-fasilitas umum yang tidak memperhatikan aksesibilitas kaum difabel, cara memegang tongkat,

mengajarkan fungsi penanda khusus dan perbedaannya masing-masing, penataan ruang

untuk kaum tuna netra, kesulitan-kesulitan yang didapatkan saat beraktivitas. - Selalu berjalan di dekat pembatas berupa dinding atau semacamnya untuk

memudahkan mengetahui arah, atau berjalan sambil meraba

- Menggunakan tongkat untuk mengetahui arah

- Ketika kaki kanan melangkah ke depan, maka tongkat diarahkan ke kiri, dan sebaliknya

- Tidak perlu mengayunkan tongkat terlalu tinggi

- Cara memegang tongkat (teknik grip) harus rileks, tidak kaku, dan tidak terlalu erat. Jari telunjuk yang akan menggerakkan tongkat ke kanan dan ke kiri.

- Sewaktu hendak berjalan hendaknya mengecek keadaan yang ada di depannya

menggunakan tongkat

Perasaan yang dirasakan Perbedaan kesulitan yang sangat besar antara orang normal dan orang disabilitas dalam

menjalankan kegiatannya sehari-hari. Mengingatkan kita untuk lebih peka dalam

mendesain sehingga selalu berusaha untuk measukan unsur-unsur tersebut pada setiap

rancangan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Tuna netra bergerak melalui memori yang ada. Apabila mereka sudah terbiasa atau hafal

dengan keadaan di sekitarnya maka mereka dapat beraktivitas lebih mudah. Maka dari itu

pada tempat tinggal Pak Tutus keadaan perabot di rumahnya tidak boleh dipindah sedikit pun. Pada kehidupan bermasyarakat masih kurang teraplikasikan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Semakin menerapkan desain-desain bagi kaum disabillitas terutama pada fungsi fungsi

fasilitas umum lebih ditingkatkan kembali karena saat ini masih sangat kurang pada kenyataannya di lapangan.

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi - Ramp membutuhkan kemiringan tertentu agar mudah dilewati kursi roda

- Pengguna kursi roda sulit menaiki ramp di gedung EH, dan handrail yang disediakan

tidak berguna - Material ramp tidak boleh licin, untuk pengguna kursi roda maupun tuna netra

Perasaan yang dirasakan Sulit menaiki kursi roda karena membutuhkan tenaga ekstra, dan sangat berbahaya jika

menaiki atau menuruni ramp yang curam.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Ada suatu standar universal dalam perancangan ramp agar dapat dilalui dengan mudah

baik oleh pengguna kursi roda atau tongkat, maupun oleh tuna netra, lansia, ibu hamil,

dsb. Semakin landai suatu ramp maka akan lebih mudah diakses. Pemilihan material yang

tepat juga akan membantu aksesibilitas kaum difabel.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Desain yang bersifat universal agar dapat digunakan oleh kaum difabel bahkan orang

normal.

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 19 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara Kami mewawancarai Bapak Syakur di YPAC, Beliau adalah pengguna kursi roda di

YPAC, tetapi menggunakan tongkat di rumah karena masalah keterbatasan ruang. Bapak

Syakur mengaku bahwa tidak terlalu menemukan kesulitan dalam menggunakan tongkat, tetapi jika menggunakan kursi roda hal yang sering terjadi adalah kursi roda yang

menabrak perabot, misalnya tidak bisa masuk ke dalam meja makan, dsb.. Perabotan juga

Page 171: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

171

Universitas Kristen Petra

memerlukan tinggi yang dapat dijangkau oleh pengguna kursi roda, jadi segala

penempatan perabotan lebih rendah dari biasanya. - Kursi roda membutuhkan ruang yang lebih besar untuk manuver

- Kursi roda membutuhkan ramp untuk melalui naikan atau turunan, dengan

kemiringan yang cocok - Kursi roda mempunyai berbagai macam jenis dan semakin canggih untuk

membantu aktivitas penggunanya

- Pengguna kursi roda memerlukan kekuatan lebih untuk berpindah dari kursi roda

ke tempat lain, misalnya sofa, atau toilet - Saat berpindah tempat, pengguna kursi roda membutuhkan bantuan handrail

Perasaan yang dirasakan Para kaum difabel mampu untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari nya secara

mandiri membuat rasa respect pada diri saya muncul. Yang diharapkan oleh mereka hanyalah kesataran dan sedikit perhatian agar mereka mendapatkan kemudahan yang sama

dengan masyarakat umum lainnya. Tidak dibeda-bedakan.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Pengguna setiap fasilitas umum adalah semua orang baik itu masyarakat umum maupun kaum difable. Meskipun tidak cacat semua orang pasti akan tua atau dapat hamil. Sehingga

sebenarnya apabila kita telah membiasakan diri untuk mendesain dengan target spectrum

seperti di atas, maka desain kita kaan berhasil untuk semua pengguna.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Ingin lebih mengeksplore dan mengetahui bagaimana kesulitan-kesulitan yang dialami oleh sumber sehingga bisa lebih mengena dan sadar agar dapat menjadi perhatian yang

lebih.

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara

Perasaan yang dirasakan Rumah Pak Syakur sangat tidak mendukung dengan aksebilitas bagi kaum difabel membuat prihatin

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Setiap ruang harus didesain dengan ukuran yang pas sehingga dapat dilewati oleh kursi

roda, maupun kursi roda tersebut bermanuver. Namun pada lorong-lorong ruang tersebut

terlalu sempit untuk melakukan manuver kursi roda. Kemudian pintu-pintu yang digunakan menggunakan pintu engsel yang membuat pak Syakur kesulitan untuk

membuka pintu apabila menggunakan kursi roda. Pak Syakur sendiri menggunakan

kendaraan roda tiga yang diparkir pada ram depan rumahnya yang terlalu curam. Di dalam rumahnya sendiri banyak terdapat perbedaan ketinggian yang menyulitkan pak Syakur

untuk bergerak.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mulai memikirkan cara dan mendesain bagaimana desain yang ideal bagi rumah pak syakur yang baru dengan menambahkan akses ram-ram agar memudahkan sirkulasi kursi

roda.

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 3 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara

Perasaan yang dirasakan Semangat untuk membuat rancangan rumah Pak Syakur yang lebih asesibel bagi pengguna

kursi roda

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Pemberian handrail serta perbanyakan ramp harus ditambahkan agar kemudahan dan

keamanan aksesibilitas lebih meningkat dari yang sebelumnya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mengajukan ide-ide desain dan saran yang ingin diberikan untuk lebih mendukung

pengerjaan desain rumah Pak Syakur.

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 10 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Perasaan yang dirasakan Mencari tahu lebih tentang desain inklusi yang benar

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Perlu adanya prinsip-prinsip desain inklusi untuk semua desain bangunan yang bersifat

universe.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 17 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Perasaan yang dirasakan Mencari tahu lebih tentang desain inklusi yang benar

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Desain inklusi yang benar juga perlu memerhatikan kebutuhan dari setiap penggunanya

apabila lingkup kerjanya bersifat lebih mikro seperti rumah pengguna, ruang kerja dan sebagainya. Namun untuk fasilitas umum, desain yang digunakan dapat bersifat universal

Page 172: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

172

Universitas Kristen Petra

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 24 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Semangat memikirkan desain yang diterapkan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Perlu adanya 7 prinsip desain inklusi untuk semua desain bangunan yang bersifat universe.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 1 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Berdikusi dengan kelompok untuk menyatukan pendapat agar dapat menemukan ide

desain yang tepat untuk rumah Pak Syakur

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Rumah Pak Syakur didesain ulang agar lebih luas dengan mengeliminasi ruang-ruang yang kurang terpakai. Selain itu pembuatan bukaan yang lebih nyaman agar selain sesuai

dengan tempat tinggal penyandang disabilitas, tetapi juga tetap memikirkan aspek

kesehatannya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan saran serta pendapat pada kelompok

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 8 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Mata menjadi terbuka setelah mendengar langsung dari sumber-sumber yang telah menghadiri workshop sehingga bisa lebih mengerti dan menambah pengetahuan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Teori yang didapatkan lebih teori praktis dari sumber-sumber penyandang disabilitas

sendiri, selain itu saran-saran dari teman-teman kelompok lainnya menjadi ilmu yang baru bagi saya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mengupdate kembali pekerjaan desain rumah Pak Syakur agar dapat lebih asesibel dengan

masukan dari kelompok lain serta sumber workshop

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Menambah pengetahuan mengenai desain inklusi yang benar dan sesuai dengan prinsip

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Adanya tujuh prinsip dalam desain inklusi yaitu :

8. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna)

9. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah)

10. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana) 11. Perceptible Information (Informasi yang penting)

12. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya)

13. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum)

14. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menerapkan prinsip tersebut ke dalam desain rumah pak Syakur satu per satu dengan

detail sesuai kebutuhan

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi

Perasaan yang dirasakan Mengusahakan menyempurnakan kembali desain rumah Pak Syakur

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Kurang detailnya 7 prinsip desain inklusi pada desain sebelumnya. Perabot-perabot yang

ada belum inklusif serta aksesibilitas belum mencukupi idealnya di beberapa titik di ruangan rumahnya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mendesain kembali rumah yang telah ada agar lebih baik lagi

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Kumpul UAS

Page 173: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

173

Universitas Kristen Petra

Perasaan yang dirasakan Senang karena bisa memberikan kontribusi bagi masyarakat difable

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Materi dengan kenyataan sangatlah sulit diterapkan seluruhnya secara mendetail. Harus ada dorongan lebih untuk mencapai desain yang baik

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Menyelesaikan pekerjaan cadding serta sketchup untuk penyajian.

Page 174: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

174

Universitas Kristen Petra

Ivan Vilano, 22411108

Nama Ivan Vilano

NRP 22411108

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Merasa ingin tahu lebih banyak bagaimana desain inklusi seharusnya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Untuk setiap public space memang perlu adanya accessible untuk setiap pengguna jalan

termasuk orang-orang difable. Namun pada kenyataannya, orang-orang cenderung menghiraukan hal tersebut. Karena itu perlu adanya pengetahuan tentang inklusi pada

bidang arsitektur sehingga desain pada setiap bangunan dapat diakses oleh semua orang

karena memang itu hak milik semua orang.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Berusaha mencari tahu masalah yang dihadapi oleh orang-orang difable sehingga dapat

mendesain fasilitas umum dengan baik dan dapat diakses oleh semua orang

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus

Perasaan yang dirasakan Menambah pengetahuan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Memahami studi gerak para difable dengan kenyataan pada lapangan.

- Dimana orang yang berjalan dengan menggunakan tongkat dan tidak dapat

melihat membutuhkan adanya jalur pembantu seperti lantai yang bertekstur ataupun handrail untuk menuntun mereka

- Studi tentang luasan gerak orang difable dimana mereka memerlukan ukuran-

ukuran perabotan tersendiri untuk memudahkan mereka mengakses hal tersebut.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Berusaha memahami kekurangan dari pak Tutus dan menerapkannya pada pekerjaan lapangan lebih dalam lagi, sehingga orang-orang seperti pak Tutus ini tidak perlu

kerepotan untuk menuju ke suatu tempat

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 11 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Susah dan memang perlu adanya perhatian khusus

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Difable perlu adanya akses-akses khusus yang membantu mereka seperti ram, handrail dan

sebagainya. Dari simulasi ini pula kita mempelajari bahwa ukuran tinggi ram untuk

pengguna kursi roda tidak bisa terlalu curam. Perlu juga adanya penunjuk-penunjuk jalan

untuk membantu mereka menemukan lokasi yang ingin dituju. Adanya handrail ataupun guiding path akan sangat membantu mereka untuk bergerak. Penggunaan lift dimana

tombol lift harus terdapat huruf braille dan tidak boleh terlalu tinggi agar dapat lebih

mudah diakses.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Berusaha mengerti dan memahami kebutuhan para difable dimana hal-hal penting yang

perlu diperhatikan dalam mendesain

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 18 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara

Perasaan yang dirasakan Perlu adanya perhatian lebih bagi orang-orang difable salah satunya adalah orang yang kita wawancara yaitu pak Syaukur

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Orang-orang difable seperti pak Syakur dimana ia adalah pengguna kursi roda. Beliau

hanya bisa menuju ke public space yang memiliki accessibilitas dimana perlu adanya tuntunan untuk menuju ke tiap-tiap lokasi. Karena itu desain-desain public space yang

sekarang tidak memenuhi syarat untuk accessibilitas. Seperti misalnya tidak adanya

guiding path atau ram yang terlalu curam untuk dinaiki.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menawarkan desain inklusi kepada rumah Pak Syakur untuk dapat dibuat lebih

accessibilty namun tetap berestetika

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara

Perasaan yang dirasakan Prihatin terhadap desain rumah pak Syakur yang cukup susah untuk diakses oleh orang-orang difable

Page 175: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

175

Universitas Kristen Petra

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Setiap ruang harus didesain dengan ukuran yang pas sehingga dapat dilewati oleh kursi

roda, maupun kursi roda tersebut bermanuver. Namun pada lorong-lorong ruang tersebut terlalu sempit untuk melakukan manuver kursi roda. Kemudian pintu-pintu yang

digunakan menggunakan pintu engsel yang membuat pak Syakur kesulitan untuk

membuka pintu apabila menggunakan kursi roda. Pak Syakur sendiri menggunakan kendaraan roda tiga yang diparkir pada ram depan rumahnya yang terlalu curam. Di dalam

rumahnya sendiri banyak terdapat perbedaan ketinggian yang menyulitkan pak Syakur

untuk bergerak.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Desain rumah pak Syakur harus jelas terdapat ram-ram untuk membantu pergerakan. Pintu yang digunakan diganti dengan sliding door untuk memudahkan pak Syakur. Toilet

didesain secara khusus dengan berbagai peralatan mandi untuk orang-orang difable, seperti

shower, closet duduk, dan kursi mandi.

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara

Perasaan yang dirasakan Semangat memikirkan desain yang diterapkan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Perlu adanya perubahan ukuran denah dari rumah pak Syakur dimana lorong rumah harus

diperbesar untuk memudahkan manuver, dan mengganti tinggi permukaan lantai supaya

lebih accessible dan nyaman untuk pak Syakur. Ram kendaraan diperlebar dan diberi handrail untuk menuntun beliau. Ukuran pintu harus disesuaikan dengan ukuran kursi roda

pak Syakur.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Perasaan yang dirasakan Mencari tahu lebih tentang desain inklusi yang benar

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Perlu adanya prinsip-prinsip desain inklusi untuk semua desain bangunan yang bersifat universe.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Perasaan yang dirasakan Mencari tahu lebih tentang desain inklusi yang benar

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Desain inklusi yang benar juga perlu memerhatikan kebutuhan dari setiap penggunanya apabila lingkup kerjanya bersifat lebih mikro seperti rumah pengguna, ruang kerja dan

sebagainya. Namun untuk fasilitas umum, desain yang digunakan dapat bersifat universal

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Semangat memikirkan desain yang diterapkan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Perlu adanya 7 prinsip desain inklusi untuk semua desain bangunan yang bersifat universe.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Berusaha untuk menemukan solusi desain inklusi yang sesuai dengan rumah pak Syakur

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Setiap ruangan di dalam rumah pak Syakur harus memiliki accesibilitas yang dapat

digunakan oleh pak Syakur sendiri maupun keluarganya. Pemilihan material yang aman

dan nyaman juga perlu diperhitungkan di dalam perancangan.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberikan masukan-masukan dan kritik terhadap desain inklusi yang diajukan

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Page 176: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

176

Universitas Kristen Petra

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan Terinspirasi oleh pembicara workshop yang memberikan wawasan tambahan mengenai

desain inklusi

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Prinsip desain yang telah diajarkan di kuliah sesuai dengan kenyataan yang dialami oleh pembicara workshop, seperti penggunaan toilet yang accessible, penggunaan ramp, dain

lain-lain. Sekaligus mendapatkan masukan dari kelompok lain mengenai desain yang

disarankan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberikan masukan-masukan dan kiritik berdasarkan ilmu tambahan yang didapat dari workshop

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Menambah pengetahuan mengenai desain inklusi yang benar dan sesuai dengan prinsip

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Adanya tujuh prinsip dalam desain inklusi yaitu :

15. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna)

16. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah)

17. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana) 18. Perceptible Information (Informasi yang penting)

19. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya)

20. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum) 21. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menerapkan prinsip tersebut ke dalam desain rumah pak Syakur satu per satu dengan

detail sesuai kebutuhan

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi

Perasaan yang dirasakan Berusaha mencapai desain inklusi yang lebih baik lagi dari hasil sebelumnya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Bahwa desain inklusi juga tetap harus memikirkan tentang fungsi rumah secara sains

dimana cross ventilasi tetap harus dipertahankan. Butuh adanya integrasi antara prinsip desain inklusi dan nilai estetika suatu bangunan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Desain dan konsep renovasi rumah pak Syakur yang baru dan sudah didesain secara

inklusi.

Andre Sugianto, 22411117

Nama Andre Sugianto

NRP 22411117

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi

Pada pertemuan pertama dilakukan pengenalan tentang mata kuliah desain inklusi bagi kaum difabel (tuna daksa, tuna rungu, lansia, tuna netra, low vision, dan lain-lain).

Pengenalan tentang bagaimana seharusnya mendesain bangunan dengan memperhatikan

elemen-elemen desain yang seharusnya ada. Pada pertemuan ini dijelaskan juga tentang tugas dan jadwal perkuliahan yang akan dijalani selama satu semester.

Perasaan yang dirasakan Tertarik terhadap apa tentang desain inklusi itu. Mendesain dengan memperhatikan

aksesibilitas kaum difabel. Tertarik untuk memperlajari kebutuhan setiap kaum difabel

yang relatif berbeda-beda. Tertarik untuk mempelajari penerapan desain kedalam bangunan terhadap setiap kebutuhan yang diperluka kaum difabel tersebut.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Rata-rata bangunan dan fasilitas umum yang ada terutama di Indonesia belum

memperhatikan elemen desain yang memenuhi kebutuhan pengguna kaum difabel. Seperti contoh trotar yang belum didesain untuk tuna netra yang baik.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Berusaha untuk menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan ikut berkontribusi bagi

mereka lewat karya-karya desain kita sebagai seorang arsitek yang baik.

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus

Page 177: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

177

Universitas Kristen Petra

Pada pertemuan ini Bapak Tutus selaku pembicara banyak menjelaskan tentang

kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan kaum difabel dari segi pengguna tuna netra. Bapak Tutus juga menjelaskan dan banyak memberi contoh tentang kesalahan yang sering

dilakukan oleh perancang bangunan dalam mendesain sehingga tidak memenuhi

kebutuhan orang-orang difabel khususnya tuna netra. Bapak Tutus mempraktekan bagaimana seorang tuna netra melakukan aktivitas mereka sehari-hari dengan

menggunakan tongkat bantu. Bagaimana cara mereka berjalan dan beradaptasi pada suatu

ruang atau tempat yang baru bagi mereka.

Perasaan yang dirasakan Tertarik tentang setipa pembicaraan Bapak Tutus mengenai semua kebutuhan yang diperlukan sebagai seorang kaum difabel. Tertarik untuk dapat menerapkan setiap

bangunan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Sebagai mahasiswa arsitek saya sadar akan pentingnya kebutuhan kaum difabel. Pentingnya desain yang benar-benar nyaman bagi kaum ini. Banyak kebutuhan yang

seharusnya dipenuhi dalam mendesain bangunan. Mendesain bukan semata-mata

keindahan dan fungsi ruang saja tetapi juga memperhatikan aksesibiltas kaum difabel juga.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Berusaha memahami dan mengerti kebutuhan kaum difabel dan mengaplikasikan pada

desain bangunan setiap kebutuhan mereka dalam berkativitas sehari-hari sehingga dapat

memudahkan dan memberi kenyaman kepada mereka.

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 11 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi

Pada pertemuan ini dilakukan simulasi desain dimana kita sebagai mahasiswa mensimulasikan kaum difabel dengan menggunakan beberapa alat bantu seperti tongkat,

penutup mata dankursi roda yang dilakukan di gedung W dan di Entrance Hall.

Perasaan yang dirasakan Semangat untuk mencoba mensimulasikan bagaimana menjadi seorang difabel. Hal-hal apa saja yang menjadi kendala dalam berkativitas seperti berjalan, duduk, membuka pintu,

buang air, menggunakan kursi roda, dan lain-lain.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Saya paham dan dapat merasakan sendiri bagaimana kebutuhan sebenarnya seorang tuna

netra dan tuna daksa. Pentingnya sebuah desain bagi mereka kaum difabel.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 18 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara

Pada pertemuan ini saya bersama kelompok wawancara dengan klien desain kami bernama

Bapak Syakur yang merupakan seorang tuna daksa yang hanya mampu beraktivitas dengan

setengah badan keatas saja. Dari wawancara ini kami paham akan kebutuhan Bapak Syakur dan aktivitas sehari-hari beliau di rumahnya. Kami juga belajar bahwa sebenarnya

semua ketentuan dan peraturan tentang difabel sudah tercantum dalam peraturan

pemerintah. Hanya saja pelaksanaan yang belum benar-benar terlaksana di seluruh fasilitas umum dan bangunan yang ada.

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk mendesain rumah Bapak Syakur dan memperhatikan setiap kebutuhan

Bapak Syakur sehingga menunjang dan memberi kenyaman untuk beraktivitas di dalam rumah setiap hari.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya paham apa yang menjadi kebutuhan Bapak Syakur. Setiap perabot harus dapat diraih

dengan mudah oleh kursi roda, lebar pintu dan jalan menyesuaikan kebutuhan kursi roda,

memperhatikan ketinggian lantai dan kemiringan ramp yang ada.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel

kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya

kaum difabel

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara Pertemuan ini saya bersama kelompok berkunjung ke rumah Bapak Syakur untuk melihat

kondisi rumha. Mencatat setiap kekurangan dan hal-hal yang menjadi kendala pada rumah

Bapak Syakur. Mempelajari perabot-perabot yang ada di rumah tersebut. Tingkat aksesibilitas pada rumah beliau. Selanjutnya mengukur setiap ruangan dalam rumah beliau.

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat mendesain rumah beliau

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya memahami setiap kebutuhan beliau beserta setiap alat yang ia butuhkan dan kegiatan sehari-hari beliau di dalam rumah. Dari referensi tersebut dapat memudahkan kita untuk

menngerti dan mendesain rumah beliau sehingga tepat sesuai dengan kebutuhan beliau

dengan baik.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel

kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya

Page 178: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

178

Universitas Kristen Petra

dampingan kaum difabel

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara

Menceritakan ulang hasil dari wawancara dan observasi tentang klien (Bapak Syakur) kepada dosen dan diskusi bersama dosen tentang setiap kebutuhan mereka dan penerapan

desain ke dalam bangunan.

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk berdiskusi bersama untuk mendapatkan solusi desain yang baik dan tepat

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Memahami hasil diskusi dan menemukan bersama solusi yang seharusnya dapat masuk dalam desain rumah Bapak Syakur

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya

kaum difabel

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Mencari referensi untuk desain rumah kaum tuna daksa.

Perasaan yang dirasakan Senang karena tidak ada Ujian Tengah Semester

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mencari referensi desain dan mempelajari desain serta mencoba desain untuk rumah

Bapak Syakur. Lalu mencoba mengevaluasi hasil desain dengan setiap pelajaran yang telah

didapatkan selama setengah semester tentang desain inklusi.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel

kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya

kaum difabel

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Mendiskusikan hasil desain bersanma dengan teman kelompok dan saling mengkritik serta mmberi masukan desain untuk rumah Bapak Syakur. Mengombinasi semua hasil desain

menjadi satu desain yang nyaman dan aksesibel bagi Bapak Syakur dan mengasistensi hasi

desain bersama dosen.

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat bertukar pikiran serta saling memperbaiki hasil desain dan kebutuhan

desain rumah Bapak Syakur.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya paham bahwa desain yang baik untuk tuna daksa tidak mudah. Perlu memperhatikan setiap detail yang ada dalam rumah seperti lebar pintu, tinggi jendela, bentuk perabot, jenis

pintu, tekstur lantai, hand rail, letak perabot kamar mandi dan jenisnya, dan lain- lain.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel

kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Senang karena banyak mendapat hal baru dalam berpikir dan mendesain sesuatu

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Banyak hal yang saya dapatkan dan pahami dalam mendesain bangunan. Bagaimana cara mendesain bangunan yang baik dan nyaman. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

mendesain bangunan. Serta langkah-langkah mendesain yang baik dan efektif

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel

kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya kaum difabel

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain

Pada pertemuan ini saya bersama kelompok mencoba berdiskusi kembali serta

memperbaiki hasil desain yang telah kami buat. Kami mulai mencoba membuat gambar kerja dan bentuk 3D dari desain kami. Kami juga mencoba untuk berdiskusi kembali

dengan Bapak Syakur tentang hasil desain yang telah kami buat dan terbuka terhadap

masukan-masukan beliau

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk membuat gambar kerja serta memperbaiki desain yang telah dibuat menjadi

desain yang lebih baik dan benar-benar nyaman untuk Bapak Syakur

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Saya paham ternyata solusi desain yang telah kami buat tidak sepenuhnya dapat menjawab

semua kebutuhan Bapak Syakur. Bahkan ada beberapa desain yang malah menghambat aktivitas beliau dan membuat beliau tidak nyaman.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel

kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya

Page 179: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

179

Universitas Kristen Petra

dampingan kaum difabel

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Pada pertemuan ini saya bersama kelompok mencoba mempresentasikan kepada mahasiswa lain dan kepada dosen hasil dari desain rumah yang kami buat untuk Bapak

Syakur. Kami mencoba untuk menjelaskan setiap kebutuhan beliau dan menjelaskan

eksekusi desain yang kami lakukan di dalam desain kami.

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat menjelaskan ulang kepada mahasiswa lain serta belajar dari hasil presentasi proyek dari mahasiswa lain sehingga pengetahuan akan kebutuhan difabel lain

bertambah.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya menjadi mengerti apa yang menjadi kebutuhan kaum difabel lain selain Pak Syakur seperti lumpuh kaki, tuna netra, tuna rungu dan lain-lain serta bagaimana solusi desain

untuk memenuhi kebutuhan mereka semua.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberi masukan kepada kelompok lain tentang kekurangan dan kelebihan desain mereka masing-masing dan mencoba merefleksi hasil desain yang telah kami buat bersama

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Pada pertemuan ini dijelaskan tentang 7 prinsip desain iklusi yang sebenarnya dibutuhkan

bagi kaum difabe oleh dosen. Ke tujuh prinsip tersebut adalah 1. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna)

- Penggunaan WC duduk untuk pengguna kursi roda atau orang tua

- Pemberian ramp di bagian depan untuk masuknya kursi roda

2. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah)

- Misalnya ada meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk pengguna kursi roda lebih tinggi/rendah

3. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana)

- Handrail untuk pengguna kursi roda atau orang tua

4. Perceptible Information (Informasi yang penting)

- Papan instruksi untuk hal-hal baru misalnya untuk meja lipat

5. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya)

- Handrail agar memudahkan orang berdiri dari kursi roda

- Material lantai tidak licin

- Penggunaan ramp

- Dinding tidak bersudut 90o

- Perabotan tidak mempunyai kaki yang menyulitkan pengguna kursi roda

- Pintu dan jendela sliding

6. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum)

- Handrail

- Ramp

- Pintu dan jendela sliding

- Perabotan khusus 7. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak)

- Lebar pintu (lebar bersih) 1 meter untuk masuknya kursi roda

- Ukuran toilet agar kursi roda mampu berputar atau berpindah

- Manufer kursi roda muat di ruang ruang lainnya (misalnya ruang keluarga)

Perasaan yang dirasakan Saya tertarik untuk memeriksa ulang hasil desain yang telah kami buat. Apakah sudah

sesuai dengan ketujuh prinsip utama desain inklusi yang ada.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya mengerti konsep-konsep yang benar-benar harus dipenuhi dalam desain dan harus

diperhatikan dalam mendesain demi kepentingan kaum difabel

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya

kaum difabel

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi

Mendiskusikan hasil akhir desain yang telah saya buat bersama kelompok. Mencoba memperbaiki sedikit kekurangan yang ada dari hasil desain dan melengkapi gambar-

Page 180: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

180

Universitas Kristen Petra

gambar kerja yang ada

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat menyelesaikan hasil final dari desain rumah Bapak Syakur

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya paham bahwa dalam mendesain dengan memperhatikan ke tujuh prinsip desain

tidaklah mudah. Sangat banyak hambatan serta kekurangan dalam mendesain demi

memenuhi prinsip-prinsip tersebut.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel

kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya

kaum difabel

Terry Christianto Suroso, 22411145

Nama Terry Christianto Suroso

NRP 22411145

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi Pada pertemuan ini dilakukan pengenalan akan desain inklusi bagai mana dampak desain

arsitek kepada kaum difabel, pentingnya desain inklusi dalam sebuah desain arsitektur.

Bagaimana desain inklusi sangat bermanfaat bagi kaum difabel. Di lanjutkan dengan system perkuliahan dan materi materi yang akan di berikan

Perasaan yang dirasakan Cukup prihatin tentang desain inklusi yang belum pernah diajarkan pada semester

sebelumnya, karena sebelumnya kita mahasiswa menganggap gampangan tentang

ketinggian handrail, penggunaan material, kemiringan ramp dan lain lain

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Pada kenyataan di lapangan desain inklusi di sekitar kita sangat kurang di perhatikan,

mulai dari parkiran, ramp, toilet, trotoar dan lain lain. Di bandingkan dengan luar negeri

desain inklusi di Indonesia bisa di katakana gagal.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Berusaha untuk menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan ikut berkontribusi bagi

mereka lewat karya-karya desain kita sebagai seorang arsitek yang baik.

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus

Hari ini kami bertemu dengan Bapak Tutus yang mengalami difabel tuna netra dan membagi pengalaman tentang keseharian dia dan kebutuhan kebutuhan yang terpenting

yang di butuhkan oleh penderita tuna netra. Bapak tutus juga banyak bercerita tentang

kesalahan kesalahan desain di kota Surabaya yang sering kita kunjungi. Bapak tutus juga memperaktekan cara berjalan Seorang tuna netra dengan menggunakan alat bantu tongkat.

Perasaan yang dirasakan Senang karena berbagi pengalaman dengan narasumber langsung, serta mendapatkan

berbagai praktek cara berjalan menggunakan tongkat.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mungkin hanya sebagian kecil yang berani untuk berjalan jalan di kota Surabaya seperti

contohnya pak tutus. Kota kita Surabaya kurang dapat membantu penyandang tuna netra ,

mulai dari path hungga cara penyandang tuna netra berkomunikasi dengan rakyat sekitar

Surabaya

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mulai memandang tinggi desain inklusi terhadap kaum difable, dan belajar bagaimana

keperluan yang di butuhkan tuna netra

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 11 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi Pada pertemuan ini dilakukan simulasi desain dimana kita sebagai mahasiswa

mensimulasikan kaum difabel dengan menggunakan beberapa alat bantu seperti tongkat,

penutup mata dankursi roda yang dilakukan di gedung W dan di Entrance Hall.

Perasaan yang dirasakan Merasa sangat susah untuk pertama kali mencoba menjadi seorang difabel, dan pastinya senang dapat mencoba berpraktek secara langsung mulai dari berjalan, duduk hingga

menggunakan toilet.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya mulai sadar bagaimana perasaan penyandang difabel jika berkehidupan di sekitar kita. Mereka pasti sangat kesusahan jika ingin keluar dari daerah mereka.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 18 Maret 2014

Page 181: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

181

Universitas Kristen Petra

Materi teori yang didapatkan Wawancara

Pada pertemuan pertama ini saya sekelompok dalam matakuliah desain inklusi datang ke YPAC untuk bertemu secara langsung dengan bapak Syakur selaku tuna daksa yang hanya

mampu menggerakan bagian setengah badan ke atas saja. Sedangkan bagian pinggul

kebawah masih dapat berfungsi tapi tidak secara normal. Karena terkena gangguan syaraf pada bagian kakinya. Pada pertemuan ini bapak Syakur sangat banyak memberi

pengalaman tentang peraturan peraturan undang undang untuk kaum difabel tapi belum

terlaksanakan atau terpenuhi di sekitar kita kota Surabaya .

Perasaan yang dirasakan Cukup senang karena dapat bertemu langsung dengan pak syakur dan mendengar keluhan keluhan yang dia alami selama berkehidupan di sekitar Surabaya. Saya juga sangat prihatin

dengan desain desain arsitek yang besar tapi sangan menyampingkan desain inklusi.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya paham apa yang menjadi kebutuhan Bapak Syakur. Setiap perabot harus dapat diraih dengan mudah oleh kursi roda, lebar pintu dan jalan menyesuaikan kebutuhan kursi roda,

memperhatikan ketinggian lantai dan kemiringan ramp yang ada.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mulai mendapat bayangan dan mencatat beberapa yang harus diperhatikan dalam desain inklusi.

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara

Pada pertemuan ini kami bersama kelompok mengunjungi rumah orang tua Pak syakur

sebagai refrensi rumah yang akan kami desain , kami mulai mengukur ukuran ruang , perabot , dan ketinggian lantai. Dan mempelajari kesusahan aksesbilitan beliau dalam

rumah tersebut.

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk dapat mendesain rumah beliau

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya mulai mengerti apa saja keluhan keluhan beliau dan bagai mana cara mengatasi pada

desain kita nanti.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mencoba menerapkan apa yang telah saya perlajari tentang desain untuk kaum difabel

kepada desain sebagai seorang arsitektur yang berempati terhadap orang lain khususnya

kaum difabel

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara Asistensi dengan dosen inklusi kami tentang apa saja data yang kita dapat dan diskusi

bersama dosen bagaimana menanggapi setiap kebutuhan hingga penerapan kedalam desain

bangunan.

Perasaan yang dirasakan Mulai bersemangat karena kita mendapatkan banyak solusi untuk desain bangunan selanjutnya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Memahami hasil diskusi dan menemukan bersama solusi yang seharusnya dapat masuk

dalam desain rumah Bapak Syakur

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Penerapan pada desain bangunan bagaimana menerapkan 5 prinsip inklusi dalam bangunan

yang akan di desain. Mulai dari setiap ruangan.

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS Berdiskusi dengan kelompok bagaimana tindakan selanjutnya untuk desain bangunan

rumah pak syakur serta memberi masukan dan kritik tentang prinsip prinsip yang akan di

ambil. Dan akhirnya berdikusi dengan dosen tentang apa saja yang akan dilakukan.

Perasaan yang dirasakan Mulai pusing dengan berbagai kritik dan masukan, serta bangga dapat bertukar pikiran

dengan teman sekelompok

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya mulai memahami bagaimana seorang penyandang lumpuh setengah badan untuk mengakses rumah dia sendiri, dan kendala kendala dalam lapangan, seperti kemiringan

ramp, material yang terlalu licin, atau adanya undukan tangga yang sangat susah untuk di

akses oleh kursi roda.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Melakukan penerapan pada bangunan yang akan di desain, serta memasukan prinsip prinsip dalam desain inklusi.

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain

Pada pertemuan ini kami satu kelompok mencoba berdikusi dengan bapak syakur tentang desain kasaran 3D kepada bapak syakur

Page 182: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

182

Universitas Kristen Petra

Perasaan yang dirasakan Merasa senang karena Bapak syakur ikut berpartisipasi sehingga kebutuhan yang di

inginkan pak Syakur dapat tercapai.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Saya paham ternyata solusi desain yang telah kami buat tidak sepenuhnya dapat menjawab

semua kebutuhan Bapak Syakur. Bahkan ada beberapa desain yang malah menghambat

aktivitas beliau dan membuat beliau tidak nyaman.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mencoba menerapkan hasil diskusi bersama pak syakur serta melakukan perbaikan dalam

desain 3D yang telah kami buat.

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Pada Pertemuan ini kami sekelmompok mencoba mempersentasikan hasil karya kami serta mendapat masukan dari dosen tentang pemenuhan kebutuhan dalam desain bangunan pak

Syakur.

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan pengalaman lebih dari kelompok lain tentang desain inklusi yang harus spesifik terhadap penggunanya.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mulai sedikit paham akan kebutuhan difabel lain seperti tuna netra, tuna rungu, hingga

lumpuh kaki.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberi masukan kepada kelompok lain tentang kekurangan dan kelebihan desain mereka

masing-masing dan mencoba merefleksi hasil desain yang telah kami buat bersama

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi Pada pertemuan ini dijelaskan tentang 7 prinsip desain iklusi yang sebenarnya dibutuhkan

bagi kaum difabe oleh dosen. Ke tujuh prinsip tersebut adalah

8. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna)

- Penggunaan WC duduk untuk pengguna kursi roda atau orang tua

- Pemberian ramp di bagian depan untuk masuknya kursi roda

9. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah)

- Misalnya ada meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk pengguna kursi roda lebih tinggi/rendah

10. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana)

- Handrail untuk pengguna kursi roda atau orang tua

11. Perceptible Information (Informasi yang penting)

- Papan instruksi untuk hal-hal baru misalnya untuk meja lipat

12. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya)

- Handrail agar memudahkan orang berdiri dari kursi roda

- Material lantai tidak licin

- Penggunaan ramp

- Dinding tidak bersudut 90o

- Perabotan tidak mempunyai kaki yang menyulitkan pengguna kursi roda

- Pintu dan jendela sliding

13. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum)

- Handrail

- Ramp

- Pintu dan jendela sliding

- Perabotan khusus 14. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak)

- Lebar pintu (lebar bersih) 1 meter untuk masuknya kursi roda

- Ukuran toilet agar kursi roda mampu berputar atau berpindah

- Manufer kursi roda muat di ruang ruang lainnya (misalnya ruang keluarga)

Perasaan yang dirasakan Mulai senang karena mendapatkan banyak masukan mengenai prinsip prinsip yang harus di penuhi demi kenyamanan pengguna difabel.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Mahasiswa mulai paham akan kegagalan kegagalan desain inklusi , dan mulai

mempraktekannya dalam desain masing masing bangunan mereka.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mulai menerapkan Ketujuh prinsip tersebut, walaupun tidak semua prinsip terpenuhi

dalam setiap ruangan.

Page 183: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

183

Universitas Kristen Petra

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi

Mendiskusikan hasil akhir 3D kepada dosen inklusi kami

Perasaan yang dirasakan Merasa tertantang dan senang mendapat masukan dari dosen kami

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Ternyata sangat banyak yang di perhatikan dalam desain inklusi melalui 7 prinsip tersebut

dan tidak mudah untuk memperaktekan itu semua, sebagaimana matakuliah desain inklusi,

kita terus belajar bagaimana memenuhi prinsip tersebut secara maksimal

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Menerapkan 7 prinsip tersebut dalam desain , mulai dari perubahan ramp, denah , sirkulasi, perabotan, material. Hingga vegetasi dalam desain bangunan rumah pak Syakur

Tiffany Tommy, 22411150

Nama Tiffany Tommy

NRP 22411150

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi dijelaskan oleh Bapak Gunawan. Penjelasan tersebut meliputi

definisi desain inklusi, fungsi desain inklusi, dan beberapa studi kasus tentang desain-

desain yang memperhatikan disabilitas pengguna. Saya belajar mengenai Desain Inklusi pada kesempatan ini. Bagaimana desain inklusi sangat penting bagi mereka yang

merupakan penyandang cacat ataupun lansia.

Perasaan yang dirasakan Merasa tertarik mengenai desain inklusi yang memperhatikan aksesibilitas kaum difabel. Selain itu, kebutuhan kaum difabel yang berbeda satu sama lain menjadi tantangan untuk

dipelajari serta diterapkan dalam desain bangunan ke depannya.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kebanyakan bangunan dan fasilitas umum yang ada di Indonesia masih kurang memperhatikan bagi pengguna kaum difabel. Contohnya masih kurangnya toilet bagi

kaum difabel di tempat umum.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan menolong kaum difabel jika lagi

memerlukan bantuan, mengaplikasikan teori ke dalam desain bangunan agar dapat memenuhi kebutuhan kaum difabel dalam beraktivitas setiap harinya dengan nyaman dan

mudah.

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus

Pada pertemuan ini Bp. Tutus dan istrinya diundang sebagai pembicara tamu. Beliau dan istrinya merupakan penyandang tuna netra maupun tuna netra setengah. Pada kesempatan

ini, beliau membagikan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari terutama berkaitan

dengan fasilitas umum yang tidak memadai bagi mereka sehingga mereka harus

beradaptasi. Saya belajar secara langsung dari penyandang cacat mengenai kebutuhan mereka dalam

kehidupan sehari-hari. Saya juga belajar mengenai cara mereka beradaptasi dengan

menggunakan tongkat. Pada kesempatan ini saya juga belajar terhadap semangat dan usaha mereka untuk bisa beradaptasi tanpa mengharapkan bantuan terus menerus.

Perasaan yang dirasakan Merasa tertarik dengan kehidupan Bp. Tutus sebagai seorang kaum difabel, mengenai

kebutuhan yang diperlukan serta ketertarikan sebagai seorang arsitek untuk menerapkan kebutuhan kaum difabel pada masa yang akan datang.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Sebagai seorang mahasiswa arsitek haruslah sadar akan pentingnya kebutuhan kaum

difabel. Desain harus kompleks dan tidak hanya mementingkan sisi keindahan namun juga

memperhatikan kebutuhan pengguna khususnya bagi kaum difabel.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan menolong kaum difabel jika lagi

memerlukan bantuan, mengaplikasikan teori ke dalam desain bangunan agar dapat

memenuhi kebutuhan kaum difabel dalam beraktivitas setiap harinya dengan nyaman dan mudah.

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 11 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi

Pada pertemuan ini kami belajar melalui simulasi penyandang cacat. Kami juga dilengkapi

dengan peralatan berupa tongkat tuna netra, penutup mata, dan kursi roda. Kami melakukan simulasi ini dengan menyesuaikannya sebisa mungkin dengan lingkungan yang

Page 184: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

184

Universitas Kristen Petra

dijumpai penyandang cacat seperti tangga, lift, dan kamar mandi. Kami mengawalinya di

gedung P hingga ke puncak gedung W. Saya belajar untuk memahami penyandang tuna netra dengan sangat baik melalui

kesempatan ini karena dapat mencoba mengalami apa yang mereka rasakan. Saya juga

belajar bahwa lingkungan yang tidak memadai bagi mereka sangat menyulitkan untuk melakukan kegiatan sehari-hari, bagaimana mereka harus berusaha lebih dan

membutuhkan waktu lebih untuk dapat beradaptasi. Saya menjadi lebih mengapresiasi

kebutuhan mereka dan berharap bahwa kedepannya fasilitas umum dapat lebih disesuaikan

lagi terhadap kebutuhan penyandang cacat.

Perasaan yang dirasakan Bersemangat untuk mensimulasikan bagaimana caranya menjadi salah satu dari kaum

difabel. Menyadari berbagai kendala yang ditemui dalam beraktivitas sehari-hari seperti

buang air, membuka pintu, masuk ke lift, menaiki ramp, duduk, dll.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Melalui simulasi saya memahami berbagai kendala dan kebutuhan yang sebenarnya

dialami serta diperlukan oleh tuna netra dan tuna daksa. Desain seorang arsitek sangat

penting bagi para kaum difabel.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan menolong kaum difabel jika lagi

memerlukan bantuan, mengaplikasikan teori ke dalam desain bangunan agar dapat

memenuhi kebutuhan kaum difabel dalam beraktivitas setiap harinya dengan nyaman dan

mudah.

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 18 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara Pada pembelajaran hari ini kami lakukan di luar kampus berupa wawancara terhadap

penyandang cacat Bp. Syahkur di YPAC (Yayasan Pendidikan Anak Cacat) yang telah di

alaminya sejak kecil dan pada saat mengalami kecelakaan. Bp. Syahkur mengalami kesulitan untuk berjalan secara normal, dan terkadang menggunakan kursi roda maupun

alat bantu untuk berjalan.

Kami dapat belajar lebih mengenai kesulitan yang dihadapi para penderita disabilitas dari

penderitanya langsung. Kami tidak hanya belajar mengenai tuna daksa saja tapi juga bagaimana penderitanya beradaptasi dan juga menyesuaikan lingkungan sekitar dengan

kebutuhannya. Saya juga belajar bahwa keterbatasan gerak yang dialami Bp. Syahkur tidak

menghalanginya untuk senantiasa tetap semangat dan berprestasi.

Perasaan yang dirasakan Bersemangat dan tertarik untuk mendesainkan rumah tinggal yang memperhatikan

kebutuhan Bapak Syahkur sebagai penderita tuna daksa yaitu lumpuh setengah badan,

sehingga desain rumah dapat menunjang serta memudahkan Bapak Syahkur dalam beraktivitas setiap hari.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Memahami berbagai hal yang merupakan kebutuhan Bapak Syahkur dalam beraktivitas di

rumahnya. Setiap ruangan harus dapat mudah diakses dengan kursi roda, perabot yang

sesuai, kemiringan ramp, serta lebar pintu dan ruangan untuk manuver kursi roda.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menghargai setiap kebutuhan kaum difabel dan menolong kaum difabel jika lagi

memerlukan bantuan, mengaplikasikan teori ke dalam desain bangunan agar dapat

memenuhi kebutuhan kaum difabel dalam beraktivitas setiap harinya dengan nyaman dan mudah.

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara

Kesempatan pada pertemuan hari ini, kami sekelompok berkunjung ke rumah Bapak

Syahkur untuk melihat kondisi rumah. Kami mencatat berbagai kebutuhan dan kekurangan serta hal-hal yang menjadi kendala Bapak Syahkur untuk beraktivitas dalam rumah. Kami

juga mempelajari perabot yang ada dalam rumah serta mengukur setiap ruangan dalam

rumah dan tingkat aksesbilitas pada rumah.

Perasaan yang dirasakan Bersemangat dan merasa tertantang untuk mendesain rumah tinggal yang memenuhi

kebutuhan bagi Bapak Syahkur. Tertantang untuk dapat menganalisa permasalahan yang

dialami dan memikirkan solusi yang lebih baik bagi penyandang cacat untuk dapat

memperoleh kenyamanan dalam menghuni rumah mereka. Saya berharap kami dapat melakukan kontribusi yang berarti bagi penyandang cacat.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Banyak materi yang tidak diterapkan di lapangan, atau penerapan tidak sesuai dengan yang

di ajarkan sehingga kenyataan di lapangan menjadi tidak maksimal.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek

yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara

Menceritakan ulang hasil dari wawancara dan observasi tentang klien yaitu Bapak Syahkur

Page 185: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

185

Universitas Kristen Petra

kepada dosen. Melakukan diskusi bersama dengan dosen tentang setiap aspek yang

dibutuhkan dan penerapan desain ke dalam bangunan.

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk melakukan diskusi bersama agar mendapatkan solusi desain yang benar dan

baik untuk diterapkan.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Memahami hasil diskusi dan menemukan berbagai solusi yang dapat diterapkan ke dalam desain rumah Bapak Syahkur.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek

yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Mencari referensi untuk desain rumah kaum tuna daksa.

Perasaan yang dirasakan Merasa gembira karena tidak ada Ujian Tengah Semester untuk mata kuliah inklusi.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Melalui referensi, pembelajaran, serta percobaan desain ke rumah Bapak Syahkiur.

Mengevaluasi hasil desain bersama dengan teori yang telah didapatkan selama setengah

semester ini.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang

telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya

terhadap penyandang kaum difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS Mendiskusikan hasil desain rumah Bapak Syahkur bersama dengan teman kelompok.

Setiap anggota saling mengkritik dan memberikan saran atau masukan desain untuk rumah

Bapak Syakur. Mengombinasikan seluruh hasil desain menjadi satu desain yang nyaman

dan aksesibel bagi Bapak Syakur dan mengasistensi hasi desain bersama dosen.

Perasaan yang dirasakan Bersemangat untuk bertukar pikiran bersama dengan teman kelompok untuk mendapatkan

hasil desain yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan desain rumah Bapak Syahkur.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mendesain bagi tuna daksa maupun penyandang cacat lainnya merupakan suatu hal yang tidak mudah. Arsitek dituntut untuk memperhatikan setiap aspek dengan detail seperti

pintu rumah, tinggi jendela, kemiringan ramp, aksesibilitas ruang dan perabot, material,

letak perabot, dan lainnya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang

dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang

telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya

terhadap penyandang kaum difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Merasa bersemangat dan gembira karena banyak mendapat hal baru dalam mendesain dan

berpikir lebih terbuka serta dalam mengenai sesuatu.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dalam mendesain sesuatu terdapat banyak hal yang perlu dipahami. Bagaimana cara

mendesain suatu bangunan yang nyaman dan baik serta memenuhi kebutuhan penghuni

yang tidak hanya mementingkan keindahan namun juga desain yang kompleks dan efektif.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang

telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya

terhadap penyandang kaum difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Pada pertemuan ini, kami sekelompok mencoba berdiskusi kembali serta memperbaiki

hasil desain yang telah kami buat. Kami mulai mencoba membuat gambar kerja dan bentuk

3D dari desain kami serta berdiskusi kembali dengan Bapak Syahkur tentang hasil desain yang telah kami buat dan tetap terbuka terhadap masukan-masukan beliau demi

menghasilkan sebuah desain yang nyaman.

Perasaan yang dirasakan Merasa tertantang untuk membuat denah serta gambar kerja lainnya serta memperbaiki

desain yang telah dibuat sebelumnya menjadi desain yang kompleks, mudah, nyaman bagi Bapak Syahkur.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Memahami bahwa berbagai solusi yang telah kami pikirkan dan buat tidak dapat

sepenuhnya menjawab seluruh kebutuhan Bapak Syahkur. Selain itu, terdapat beberapa desain yang malahan dapat menghambat aktivitas Bapak Syahkur dan membuat beliau

Page 186: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

186

Universitas Kristen Petra

merasa tidak nyaman.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang

telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya

terhadap penyandang kaum difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Pada pertemuan ini kami sekelompok mencoba mempresentasikan kepada mahasiswa lain, klien, serta kepada dosen hasil dari desain rumah yang kami buat untuk Bapak Syahkur.

Kami mencoba untuk menjelaskan setiap kebutuhan beliau dan menjelaskan eksekusi

desain yang kami lakukan di dalam desain kami.

Perasaan yang dirasakan Merasa tertantang dan bersemangat dalam mempresentasikan hasil desain kepada

mahasiswa lainnya agar pengetahuan mengenai jenis kebutuhan dan kebutuhan difabel

dapat bertambah.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mengerti lebih dalam mengenai kebutuhan kaum difabel lain seperti penderita tuna netra

dan lansia. Selain itu, kami juga mengerti tentang solusi desain untuk memenuhi

kebutuhan penderita difabel sesuai dengan jenisnya.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Kami dapat memberikan masukan kepada kelompok lain mengenai kekurangan dan kelebihan hasil desain mereka dan mencoba untuk merefleksikan hasil desain yang telah

kami buat bersama.

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Pada pertemuan ini dijelaskan tentang 7 prinsip desain iklusi yang sebenarnya dibutuhkan bagi kaum difabe oleh dosen. Ke tujuh prinsip tersebut adalah

15. Equitable Use (Kesetaraan dalam penggunaan, menarik bagi semua pengguna)

- Penggunaan WC duduk untuk pengguna kursi roda atau orang tua

- Pemberian ramp di bagian depan untuk masuknya kursi roda

16. Flexibility in Use (Pengguna mampu beradaptasi dengan mudah)

- Misalnya ada meja yang dapat dilipat untuk kebutuhan ibu saat memasak, karena meja untuk pengguna kursi roda lebih tinggi/rendah

17. Simple and Intuitive Use (Penggunaan desain mampu dimengerti, sederhana)

- Handrail untuk pengguna kursi roda atau orang tua

18. Perceptible Information (Informasi yang penting)

- Papan instruksi untuk hal-hal baru misalnya untuk meja lipat

19. Tolerance for Error (Meminimalkan bahaya)

- Handrail agar memudahkan orang berdiri dari kursi roda

- Material lantai tidak licin

- Penggunaan ramp

- Dinding tidak bersudut 90o

- Perabotan tidak mempunyai kaki yang menyulitkan pengguna kursi roda

- Pintu dan jendela sliding

20. Low Physical Effort (Menimbulkan kelelahan minimum)

- Handrail

- Ramp

- Pintu dan jendela sliding

- Perabotan khusus 21. Size and Space for Approach and Use (Ruang yang cukup untuk bergerak)

- Lebar pintu (lebar bersih) 1 meter untuk masuknya kursi roda

- Ukuran toilet agar kursi roda mampu berputar atau berpindah

- Manufer kursi roda muat di ruang ruang lainnya (misalnya ruang keluarga) Pertemuan ini memberikan saya pengetahuan lebih tentang prinsip-prinsip yang harus

dipenuhi dalam desain inklusi. Prinsip ini sangat bermanfaat dikemudian hari karena hampir seluruh desain bangunan yang kita desain harus memperhatikan kebutuhan para

penderita disabilitas. Para penderita disabilitas juga manusia yang memiliki hati dan

membutuhkan perhatian dari kita para arsitek untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan mengikuti desain inklusi, saya dapat belajar banyak mengenai apa yang dirasakan para

penyandang cacat, dan apa yang mereka butuhkan dalam keseharian di luar bangunan

maupun di dalam bangunan karena sebagai arsitek, kita dituntut untuk memenuhi kebutuhan manusia baik yang cacat maupun yang tidak cacat.

Page 187: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

187

Universitas Kristen Petra

Perasaan yang dirasakan Menjadi bersemangat untuk mengecek ulang hasil desain yang telah dibuat sebelumnya,

apakah telah sesuai dengan 7 prinsip utama dalam desain inklusi.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Memahami seacara sepenuhnya mengenari konsep-konsep yang harus dipenuhi dalam

desain bagi kepentingan kaum difabel.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek

yang berempati khususnya terhadap penyandang kaum difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Desain

Mendiskusikan hasil akhir desain yang telah dibuat bersama dengan kelompok, kami mencoba untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan desain yang ditemukan pada saat

asistensi bersama dosen. Selain itu, kami juga memulai untuk melengkapi gambar-gambar

kerja serta laporan yang dibutuhkan.

Perasaan yang dirasakan Tertarik dan bersemangat untuk menyelesaikan hasil akhir dari desain rumah Bapak

Syahkur.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Dalam mendesain dengan memperhatikan 7 prinrip utama dalam desain inklusi merupakan

hal yang tidak mudah. Terdapat berbagai hal yang harus dipertimbangan serta ada banyak kekurangan dan masalah dalam mendesain agar dapat memenui ketujuh prinsip tersebut.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mendesainkan rencana rumah tinggal yang lebih baik dan cocok dengan keterbatasan yang

dialami oleh Bp. Syahkur yaitu penyandang cacat setengah badan. Menerapkan apa yang telah dipelajari mengenai desain inklusi sebagai seorang arsitek yang berempati khususnya

terhadap penyandang kaum difabel.

Maria Monica Rampisela, 22411162

Nama Maria Monica Rampisela

NRP 22411162

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 20 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi

Pertemuan pertama kami dijelaskan mengenai tugas mata kuliah Inklusi secara garis besar,

bahwa kami akan mendesain ruang bagi kaum difabel, misalnya tuna netra, tuna daksa, lansia, dan sebagainya. Bapak Gunawan mulai memberi contoh fasilitas umum yang tidak

aksesibel bagi kaum difabel. Misalnya bagi tuna netra, mereka butuh bimbingan berupa

ubin dengan penanda khusus pada trotoar jalan. Penanda khusus pada jalan berbeda-beda dengan fungsi yang berbeda. Ada yang menandakan bahwa jalan lurus, berhati-hati, atau

perbedaan ketinggian. Tuna netra dapat mengetahuinya melalui bantuan tongkat. Misalnya

bagi tuna daksa yang menggunakan kursi roda, sebaiknya menggunakan pintu geser,

karena pintu standar akan dapat menyusahkan bahkan membahayakan pengguna.

Perasaan yang dirasakan Saya baru menyadari bahwa aksesibilitas bagi kaum difabel itu penting karena selama ini

saya tidak pernah memikirkannya atau mempertimbangkannya di dalam desain. Saya juga

baru mengetahui fungsi penanda jalan yang ada di trotoar, dan ada berbagai bentuk penanda jalan dengan fungsi yang berbeda.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Ternyata fasilitas umum belum mengutamakan aksesibilitas kaum difabel, dibuktikan

dengan sangat sedikitnya trotoar jalan yang menggunakan penanda khusus, atau meskipun menggunakan penanda khusus tetapi ada pohon-pohon yang memutuskan penanda khusus

tersebut.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Berusaha untuk selalu memikirkan aksesibilitas kaum difabel dalam mendesain fasilitas

umum apapun, atau memikirkan aksesibiltas di dalam rumah kaum difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 27 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kedatangan Pak Tutus

Pak Tutus menceritakan banyak hal, mulai dari pengalaman Beliau di fasilitas-fasilitas

umum yang tidak memperhatikan aksesibilitas kaum difabel, cara memegang tongkat, mengajarkan fungsi penanda khusus dan perbedaannya masing-masing, penataan ruang

untuk kaum tuna netra, kesulitan-kesulitan yang didapatkan saat beraktivitas.

- Selalu berjalan di dekat pembatas berupa dinding atau semacamnya untuk memudahkan mengetahui arah, atau berjalan sambil meraba

Page 188: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

188

Universitas Kristen Petra

- Menggunakan tongkat untuk mengetahui arah

- Ketika kaki kanan melangkah ke depan, maka tongkat diarahkan ke kiri, dan sebaliknya

- Tidak perlu mengayunkan tongkat terlalu tinggi

- Cara memegang tongkat (teknik grip) harus rileks, tidak kaku, dan tidak terlalu erat. Jari telunjuk yang akan menggerakkan tongkat ke kanan dan ke kiri.

- Sewaktu hendak berjalan hendaknya mengecek keadaan yang ada di depannya

menggunakan tongkat

Perasaan yang dirasakan Membayangkan jika berjalan dengan mata tertutup akan sangat sulit, tetapi Pak Tutus terlihat sudah sangat lihai dan terbiasa dalam beraktivitas. Kita sebagai orang yang peduli

dengan kaum difabel harus lebih menerapkan aksesibilitas dalam desain.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Tuna netra beraktivitas menggunakan memori mereka akan benda-benda yang menjadi patokan. Jadi seharusnya tidak memindahkan benda-benda tuna netra yang telah menjadi

patokan dan telah dihafalkan. Pada kenyataannya, benda Pak Tutus di dalam rumahnya

sendiri tidak pernah berganti tempat. Untuk mengurangi bahaya terbentur saat berjalan, maka tidak ada benda-benda yang keluar dari dinding.

Berbicara mengenai fasilitas umum, pada kenyataannya masih sangat kurang

memperhatikan aksesibilitas.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Sebagai mahasiswa yang peduli akan desain inklusif, kita seharusnya lebih memperjuangkan hak kaum difabel untuk menikmati fasilitas-fasilitas umum sebagaimana

orang lain menikmatinya. Dimulai dengan memaksimalkan aksesibilitas di dalam desain.

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi

- Ramp membutuhkan kemiringan tertentu agar mudah dilewati kursi roda - Pengguna kursi roda sulit menaiki ramp di gedung EH, dan handrail yang disediakan

tidak berguna

- Material ramp tidak boleh licin, untuk pengguna kursi roda maupun tuna netra

Perasaan yang dirasakan Sulit menaiki kursi roda karena membutuhkan tenaga ekstra, dan sangat berbahaya jika menaiki atau menuruni ramp yang curam.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Ada suatu standar universal dalam perancangan ramp agar dapat dilalui dengan mudah

baik oleh pengguna kursi roda atau tongkat, maupun oleh tuna netra, lansia, ibu hamil, dsb. Semakin landai suatu ramp maka akan lebih mudah diakses. Pemilihan material yang

tepat juga akan membantu aksesibilitas kaum difabel.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Desain yang bersifat universal agar dapat digunakan oleh kaum difabel bahkan orang normal.

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 19 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara

Kami mewawancarai Bapak Syakur di YPAC, Beliau adalah pengguna kursi roda di

YPAC, tetapi menggunakan tongkat di rumah karena masalah keterbatasan ruang. Bapak Syakur mengaku bahwa tidak terlalu menemukan kesulitan dalam menggunakan tongkat,

tetapi jika menggunakan kursi roda hal yang sering terjadi adalah kursi roda yang

menabrak perabot, misalnya tidak bisa masuk ke dalam meja makan, dsb.. Perabotan juga memerlukan tinggi yang dapat dijangkau oleh pengguna kursi roda, jadi segala

penempatan perabotan lebih rendah dari biasanya.

- Kursi roda membutuhkan ruang yang lebih besar untuk manuver

- Kursi roda membutuhkan ramp untuk melalui naikan atau turunan, dengan kemiringan yang cocok

- Kursi roda mempunyai berbagai macam jenis dan semakin canggih untuk

membantu aktivitas penggunanya - Pengguna kursi roda memerlukan kekuatan lebih untuk berpindah dari kursi roda

ke tempat lain, misalnya sofa, atau toilet

- Saat berpindah tempat, pengguna kursi roda membutuhkan bantuan handrail

Perasaan yang dirasakan Merasa bahwa Bapak Syakur serba bisa di dalam setiap keterbatasannya, padahal

sebelumnya saya merasa iba dan berpikir bahwa melakukan segala sesuatu itu dapat

menjadi sulit karena menggunakan kursi roda. Bapak Syakur juga menitikberatkan kepada kemandirian dalam beraktivitas, dan di situlah aksesibilitas berperan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Ada spektrum pengguna yang harus diperhitungkan dalam mendesain, baik desain

universal maupun desain inklusif. Saya menyadari bahwa fleksibiltas dalam desain harus

berperan karena kita tidak tahu apa yang dapat terjadi pada kita, sehingga suatu saat kita membutuhkan desain yang aksesibel, misalnya saat lanjut usia, dsb.

Yang terjadi di YPAC adalah ramp yang sangat curam bahkan orang normal pun tidak

ingin melewati jalur itu, ditambah lagi dengan material yang licin.

Kontribusi yang diberikan Mendengarkan dengan seksama sharing Bapak Syakur dan mulai memikirkan hal-hal

Page 189: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

189

Universitas Kristen Petra

terhadap komunitas

dampingan

penting yang perlu diperhatikan dalam mendesain ruang untuk kaum difabel pengguna

kursi roda.

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara Wawancara kedua kami dengan Bapak Syakur, menceritakan tentang banyak hal mengenai

kebutuhan-kebutuhan beliau di fasilitas umum dan rumah. Selain itu beliau menceritakan

tingkatan tuna daksa, mulai dari yang terkena polio dan masih bisa berjalan, bahkan ada

yang sampai tidak bisa bergerak sama sekali dan agak sulit melakukan beberapa aktivitas. Jadi, setiap penyakit mempunyai spektrumnya masing-masing, dan Bapak Syakur masuk

dalam spektrum pengguna yang menggunakan kursi roda tetapi masih kuat jika

menggunakan tongkat untuk beraktivitas.

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan banyak hal baru, mendengarkan kisah-kisah Bapak Syakur

dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dalam beraktivitas seperti orang lain.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Model kursi roda ada bermacam-macam mulai dari yang tidak terlalu canggih dan kurang nyaman seperti kursi roda di rumah sakit, hingga kursi roda yang canggih yang mampu

membantu pengguna dalam beraktivitas, misalnya gagang bisa dilepas, atau berjalan

dengan menggunakan setir, lebih empuk, dsb.. Perabot-perabot juga ada yang menghambat

aktivitas pengguna kursi roda, sehingga dalam mendesain harus lebih memperhatikan tingkat aksesibilitasnya. Untuk fasilitas umum sebaiknya didesain untuk seluruh spektrum,

yaitu spektrum dengan tingkat ketidakmampuan paling tinggi atau sulit, agar secara

otomatis, spektrum yang lebih ringan dapat dengan mudah beraktivitas melalui desain tersebut, atau biasa disebut dengan desain universal.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Saya mulai berpikir untuk detail-detail yang dapat kami berikan agar aksesibilitas kursi

roda di suatu ruang dapat terlaksana dan membatu para pengguna kursi roda, dimulai dari ketinggian perabot agar dapat dicapai pengguna kursi roda, karena pencapaian tangan

mereka lebih rendah dari orang biasa.

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 3 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Hasil Wawancara

Saya diajarkan bahwa spektrum pengguna penting dalam sebuah desain, bagaimana cara

kita menentukan tingkat aksesibilitas suatu ruang, apakah dengan mengikuti spektrum pengguna khusus, atau didesain secara universal. Untuk memudahkan desain, kami

dianjurkan untuk melakukan studi gerak menggunakan kursi roda, sampai mana

jangkauan tangan kita atau bahkan kebebasan kita bergerak, agar bisa lebih detail dalam mendesain rumah untuk Bapak Syakur.

Perasaan yang dirasakan Saya senang bisa mendapatkan beberapa masukan yang membangun dalam tugas Desain

Inklusi ini. Saya cukup bersemangat dalam mendesain, dan pikiran lebih terbuka akan hal-

hal yang menyangkut desain untuk kaum difabel

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kenyataan di lapangan, hampir semua orang mendesain menggunakan desain universal,

terutama di fasilitas-fasilitas umum, karena jika menggunakan desain yang inklusif sesuai

spektrum pengguna, akan lebih besar kemungkinan adanya ketidakcocokan jika muncul spektrum-spektrum berbeda dari kaum difabel lainnya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mendesain secara universal

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 10 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS Kami langsung menuju lokasi, yaitu rumah orang tua Bapak Syakur. Ruang yang simpel

dan tidak berbelok-belok, dan penggunaan ramp akan membantu pengguna kursi roda

dalam beraktivitas di rumah. Selain desain toilet yang perlu diperhatikan secara khusus, ruang-ruang lainnya juga tidak kalah pentingnya untuk didesain sesuai dengan kebutuhan

gerak kursi roda

Perasaan yang dirasakan Senang bisa menuju lokasi dan diterima dengan baik oleh keluarga Bapak Syakur, meskipun Bapak Syakur sedang sakit dan kami tidak bisa bertemu dengan beliau.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Rumah orang tua Bapak Syakur sangat kurang nyaman untuk menggunakan kursi roda

karena tidak simpel, sempit, berbelok-belok, menggunakan WC jongkok, banyak kenaikan lantai sekitar 15 cm ke atas, dan keadaan rumah yang pengap dan gelap. Bapak Syakur

hanya bisa berputar arah di daerah ruang tamu dan ruang makan dengan menggunakan

kursi roda. Untuk penggunaan kamar mandi, Bapak Syakur selalu mandi sambil duduk di

kursi plastik, dan dulunya masih bisa menggunakan kloset jongkok. Karena keadaan kaki yang semakin lemah, Bapak Syakur sudah tidak mampu menggunakan kloset jongkok.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mulai memikirkan desain yang cocok untuk memperbaiki keadaan rumah, agar bisa

diakses oleh Bapak Syakur jika menggunakan kursi roda. Kami juga bercerita dengan orang tua Bapak Syakur mengenai Beliau, apa saja kesulitan-kesulitan yang dialami di

Page 190: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

190

Universitas Kristen Petra

dalam rumah. Dengan bercerita demikian, mulai tumbuh rasa kepedulian yang besar

terhadap kaum difabel sekaligus menjalin kekerabatan dengan keluarga narasumber

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 17 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS Mencari referensi dan melakukan studi gerak menggunakan kursi roda, dengan lebar kursi

roda 75 cm, maka membutuhkan pintu dengan lebar bersih sekitar 90 cm ke atas, untuk

ruang gerak bebas pengguna. Seluruh perabot juga harus disesuaikan ketinggiannya

dengan jarak jangkau pengguna kursi roda, misalnya tidak menaruh rak terlalu tinggi.

Perasaan yang dirasakan Tertarik untuk melakukan perbaikan desain terhadap rumah orang tua Bapak Syakur, dan

semangat mengerjakan bersama teman kelompok

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Ketinggian jalan lebih tinggi dari rumah Bapak Syakur sehingga dengan terpaksa ada banyak penurunan dan penaikan ketinggian lantai yang drastis pada rumah, dan

menggunakan tangga bukan ramp. Hal ini menyulitkan pengguna kursi roda. Handrail

juga tidak ada untuk membantu perpindahan tempat pengguna kursi roda. Mungkin bagi keluarga Pak Syakur, lebih memilih untuk tidak menggunakan hal-hal seperti handrail

melainkan seperti rumah biasa saja. Hal ini juga dipengaruhi karena desain rumah sudah

lebih dulu ada, lalu Bapak Syakur mengalami kecelakaan dan akhirnya menggunakan kursi

roda. Akhirnya, rumah tersebut tidak nyaman untuk dipakai beraktivitas menggunakan kursi roda

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Ingin mendesain rumah yang ditinggikan hampir sejajar dengan jalan, dan ketika harus ada

turunan, maka akan diberi ramp agar turunan menjadi mulus dan kursi roda lebih mudah melaluinya. Kami juga ingin untuk mendesain rumah yang lebih simpel dan mudah untuk

dilalui kursi roda, baik jalan lurus ataupun berputar.

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 24 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Karena tidak ada kelas, kami menggunakan waktu mandiri untuk mendesain. Kami masih

melalukan studi pustaka mengenai ruang gerak dan kebutuhan pengguna kursi roda

Perasaan yang dirasakan Masih semangat dalam mengerjakan tugas

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Kebutuhan kaum pengguna kursi roda berbeda dengan kebutuhan orang biasa, yaitu di

perbedaan ketinggian perletakan perabot, jenis perabot, jenis material khusus yang dibutuhkan, dan alat-alat pembantu khusus untuk memudahkan kaum pengguna kursi roda

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mulai merancang rumah dengan berusaha memperbaiki keadaan rumah yang sudah

dibangun, agar nyaman dipakai dan aksesibel bagi pengguna kursi roda, dan nyaman secara arsitektural

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 1 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain Ternyata kami tidak perlu mempertahankan keadaan rumah yang telah ada, tetapi dapat

mendesain rumah dengan keadaan yang benar-benar baru, hanya menggunakan kavling

yang sudah ada. Hal ini jauh lebih memudahkan kami dalam mendesain dikarenakan tidak perlu memperhatikan struktural rumah yang sudah ada

Perasaan yang dirasakan Senang karena lebih dipermudah dalam mendesain

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Akan lebih baik jika kita mendesain rumah lebih awal untuk aksesibel bagi kaum difabel, agar menjadi lebih siap jika suatu saat desain tersebut dibutuhkan, bukan jika ada kejadian

yang tidak diinginkan lalu rumah sudah terbangun dengan desain yang tidak aksesibel

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mulai mendesain rumah yang aksesibel dan dapat dijadikan contoh bagi pengguna kursi

roda lainnya. Kami mendesain dengan memperhatikan kenyamanan arsitektural seperti meletakkan taman di dalam rumah agar terjadi ventilasi silang dan suasana ruang yang

lebih nyaman.

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 8 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Bapak Syakur berhalangan hadir sehingga kami hanya berdiskusi sesama anggota kelompok dan juga pak Gunawan. Harus ada ruang yang cukup agar kursi roda dapat

melakukan manuver dan lebih mudah melakukan aktivitas dari satu ruang ke ruang

lainnya, misalnya dengan melakukan desain dengan sirkulasi linear dan lebar selasar yang cukup lebar. Ruang gerak untuk manuver kursi roda adalah 1,5 meter. Besar ruang juga

perlu diperhatikan agar setiap ruang dapat dimasuki oleh kursi roda. Lebar setiap pintu

juga bertambah dibandingkan lebar pintu biasanya.

Perasaan yang dirasakan Senang mendapatkan banyak masukan saat Workshop juga menyaksikan presentasi kelompok lain dengan spektrum kaum difabel yang berbeda

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Dengan keterbatasan yang berbeda, maka kebutuhan desain juga berbeda. Misalnya jika

mendesain untuk pengguna kursi roda maka secara otomatis perbedaan yang paling mencolok adalah masalah besar ruang yang akan jauh lebih besar dibandingkan kaum

Page 191: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

191

Universitas Kristen Petra

difabel yang tuna netra. Tuna netra lebih menitikberatkan pada peletakan perabot yang

tidak membahayakan dan tidak berubah-ubah, agar dihafal dengan memori

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Tidak hanya terpaku pada narasumber kami (pengguna kursi roda) tetapi juga

memperhatikan kaum difabel lain dan bagaimana cara teman-teman menyelesaikan

permasalahan yang ada

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

- Kesetaraan dalam penggunaan - Fleksibilitas

- Simpel dan mudah dimengerti

- Meminimalkan bahaya, aman - Ukuran ruang

- Menimbulkan kelelahan minimum

- Informasi yang penting Ketujuh prinsip tersebut harus ada dalam sebuah desain yang universal agar dapat

menciptakan aksesibilitas bagi kaum difabel

Perasaan yang dirasakan Mendapatkan teori baru mengenai desain inklusi dan desain universal, mengenai

pentingnya desain untuk aksesibiltas kaum difabel

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kenyataan yang ada dalam desain rumah Pak Syakur sebelumnya tidak memenuhi ketujuh

prinsip tersebut. Lalu desain baru pada saat workshop juga belum terlalu nyaman, bahkan

tidak memenuhi standar ukuran ruang tidur dan ruang sholat. Kami perlu memperbaiki desain lagi.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Berusaha membuat desain yang lebih baik

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi Kami membuat desain kedua untuk perbaikan desain rumah Bapak Syakur lalu setelah

asistensi kami mendapat beberapa masukan

- Pintu sliding kurang lebar karena kami lupa menghitung jarak bersih yang ada setelah dikurangi gagang pintu

- Ada turunan 5 cm pada kamar mandi tetapi tidak diberikan ramp

- Perabotan tidak didesain khusus untuk kursi roda. Sebaiknya perabotan tidak mempunyai kaki yang bisa menghalangi masuknya kursi roda, misalnya meja makan

yang mempunyai 4 kaki. Akan lebih cocok jika menggunakan meja makan dengan 1

kaki di tengah.

- Tidak memperhatikan kenyamanan arsitektural, seperti ventilasi silang - Daerah teras masih kurang nyaman

Perasaan yang dirasakan Merasa kurang puas dengan desain karena tidak dipikirkan secara matang, dan banyak hal

yang tidak didesain dengan baik

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Ternyata dalam sebuah rumah banyak sekali detail-detail yang harus diperhatikan untuk

aksesibilitas kaum difabel. Bukan hanya sekedar aksesibel, tetapi harus nyaman secara

arsitektural. Hal ini yang biasanya terlupakan di daerah perkampungan yang padat, seperti daerah rumah Bapak Syakur yang sangat pengap

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memperbaiki desain dan meningkatkan simpati serta empati

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Kumpul UAS Pemenuhan tujuh prinsip di dalam desain sangat penting untuk mencapai aksesibilitas

kaum difabel

Perasaan yang dirasakan Sangat senang karena merupakan tugas terakhir dan saya mendapatkan banyak hal, meskipun belum sempurna

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Rumah yang nyaman adalah ketika rumah itu aksesibel di segala ruang

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Lebih empati kepada kaum difabel, dan rasa empati tidak hanya berhenti di tugas ini. Saya

akan lebih memperhatikan desain inklusif dalam mendesain di tugas-tugas selanjutnya.

Page 192: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

192

Universitas Kristen Petra

Kelompok Ibu Paulina Mayasari S.Sn.

Aaron Sutanto Putra, 22411107

Nama Aaron Sutanto Putra

NRP 22411107

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1. Pengantar Desain Inklusi

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan • Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester.

• Penjelasan awal tentang Desain Inklusi.

Perasaan yang dirasakan Tertarik terhadap materi-materi yang akan didapatkan selama satu semester. Menantang diri untuk menghasilkan desain-desain yang inklusif dan ramah akan orang-orang

berkebutuhan khusus (difable).

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Perlunya pemahaman lebih akan desain inklusi yang dikarenakan banyaknya desain arsitektural masa kini tidak ramah terhadap orang-orang berkebutuhan khusus. Hal ini

dapat kita lihat bahwa orang-orang difable cukup kesusahan pada saat berada di tempat

umum.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mempersiapkan kontribusi yang akan diberikan.

Kuliah/ Pertemuan ke 2. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan "Mendesain aksebilitas berguna bagi orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat

hidup mandiri." - Pak Tutus Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah bagi penyandang tuna netra:

• Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah).

• Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot).

• Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak.

• Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan.

• Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser

• Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda).

• Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya

keteraturan).

• Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai

petunjuk bagi orang tuna netra).

• Jika adanya perbedaan level lantai, membuat tangga akan menyulitkan orang tuna

netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan).

• Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang

dari kursi roda ke kamar mandi).

Perasaan yang dirasakan • Simpati akan orang-orang difable yang ternyata tidak memperoleh hak hidup yag

ayak seperti kita.

• Jika diposisikan sebagai orang tuna netra tentu akan merasa takut dan kebingungan

karena tidak dapat mengetahui keadaan di sekitar kita.

• Sebagai seorang arsitek memiliki rasa ingin membantu dengan menciptakan karya-

karya yang bukan hanya sekedar indah namun juga nyaman digunakan bagi orang-

orang difable.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Teori yang diberikan sudah baik adanya, namun beum ada penerapan yang cukup

pada kenyataannya. Banyak tempat-tempat umum yang susah diakses bagi orang difable.

• Perlunya praktek/ simulasi sebagai orang difable demi merasakan ramah atau

tidaknya tempat-tempat tertentu bagi orang difable.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mempersiapkan kontribusi yang akan diberikan

Kuliah/ Pertemuan ke 3. Simulasi Desain Inklusi

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra

Perasaan yang dirasakan • Memerlukan keberanian dan iman yang ebih untuk menjadi seorang difable.

• Ketika menjadi orang pincang, dapat dirasakan betapa susahnya menaiki tangga.

• Ketika menjadi orang berkursi roda dapat dirasakan bahwa benar-benar kesusahan

dalam mengakses gedung K (auditorium). Walaupun terdapat ramp, namun hal

Page 193: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

193

Universitas Kristen Petra

tersebut tidak banyak membantu.

• Ketika menjadi tuna netra dapat dirasakan kegelapan sepanjang masa dimana kita

benar-benar tidak dapat melihat sekeliling kita.

• Peran teman sangat berarti untuk saling membantu satu dengan yang lainnya.

• Perasaan yang terberat mungin bukan datang dari dalam melainkan dari luar di mana

banyak orang yang memperhatikan kami sebagai orang difable dengan pandangan

yang tidak menyenangkan.

• Adanya simpati untuk memabantu orang-orang difable di sekitar kita.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable yang telah didapatkan, UK Petra tidak ramah bagi orang-orang berkebutuhan khusus. Hal ini terbukti dari susahnya orang-orang difable

dalam mengakses kampus dari gedung P lantai 7 menuju auditorium dan W 10.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mulai menentukan subjek difable yang akan menjadi komunitas dampingan dan

mempersiapkan observasi dan wawancara yang akan dilakukan.

Kuliah/ Pertemuan ke 4. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior)

Tanggal 22 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Nenek Ibu Maya yang merupakan penghuni senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya

karena rumah tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior.

• Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi.

• Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang

keluarga.

• Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi.

• Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable.

• Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses

menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin.

Perasaan yang dirasakan Senang dapat terjun langsung melihat kondisi/ kenyataan yang ada.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah Bu Maya, saya dan kelompok dapat memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah

beliau.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mulai menyusun kerangka permasalahan yang ada dalam hunian tersebut dan mulai

mengeluarkan ide-ide desain demi memabantu kenyamanan penghuni senior di rumah tersebut.

Kuliah/ Pertemuan ke 5. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan • Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang.

• Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja.

• Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi

orang difable.

• Memberikan solusi–solusi desain sementara terhadap rumah Bu Maya.

Perasaan yang dirasakan Mulai menantang diri untuk memberikan desain yang terbaik bagi kenyamanan orang

senior dalam rumah tersebut.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi yang ada.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mulai menyusun solusi-solusi yang ditawarkan dalam desain renovasi rumah.

Kuliah/ Pertemuan ke 6. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan • Melakukan pengembangan ide desain terhadap rumah Bu Maya.

• Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu

sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot). Hal ini

dikarenakan rumah tersebut merupakan rumah pecinan tua yang sangat tidak memungkinkan untuk merubah sistem struktur yang ada.

Perasaan yang dirasakan Berharap desain yang ditawarkan dapat direalisasikan demi membantu kenyamanan orang

difable dalam rumah tersebut.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi yang ada.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Pengembangan desain renovasi.

Kuliah/ Pertemuan ke 7. UTS

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan lomba desain Rumah Urban Indonesia (Arbbi).

Page 194: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

194

Universitas Kristen Petra

• Rumah yang didesain memiliki konsep Sun and Shade di mana rumah memanfaatkan

matahari dan bayangan demi membentuk karakter ruang yang ada.

• Rumah didesain sesuai dengan konsep urban, dimana fungsi ruang dapat berkembang

sesuai dengan kebutuhan penghuni. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kamar yang fleksibel. Jika pasangan muda yang baru saja menikah dapat menggunakan kapar

utama, sedangkan kamar-kamar lain dapat berfungsi sebagai ruang keluarga dan

ruang kerja.

• Ketika hadir satu anak makan kamar yag lain mulai berubah fungsi pada jam-jam

tertentu. Begitu juga seterusnya jika anak kedua lahir.

• Rumah terdapat tiga lantai dimana ruang-ruangnya secara fleksibel dapat di buka dan

menghadirkan ruang yang leuasa bagi anak-anak untuk bermain pada siang hari.

Namun pada malam hari ruang-ruang tersebut menjadi ruang private bagi masing-

masing penghuni di dalamnya.

Perasaan yang dirasakan Senang mendapatkan pengalaman dan ilmu baru dari mengikuti lomba tersebut.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi yang ada.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Hasil desain lomba Arbbi.

Kuliah/ Pertemuan ke 8. UTS

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan lomba desain Rumah Urban Indonesia (Arbbi).

• Rumah yang didesain memiliki konsep Sun and Shade di mana rumah memanfaatkan

matahari dan bayangan demi membentuk karakter ruang yang ada.

• Rumah didesain sesuai dengan konsep urban, dimana fungsi ruang dapat berkembang

sesuai dengan kebutuhan penghuni. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kamar yang

fleksibel. Jika pasangan muda yang baru saja menikah dapat menggunakan kapar utama, sedangkan kamar-kamar lain dapat berfungsi sebagai ruang keluarga dan

ruang kerja.

• Ketika hadir satu anak makan kamar yag lain mulai berubah fungsi pada jam-jam

tertentu. Begitu juga seterusnya jika anak kedua lahir. Rumah terdapat tiga lantai dimana ruang-ruangnya secara fleksibel dapat di buka dan

menghadirkan ruang yang leuasa bagi anak-anak untuk bermain pada siang hari.

Namun pada malam hari ruang-ruang tersebut menjadi ruang private bagi masing-masing penghuni di dalamnya.

Perasaan yang dirasakan Senang mendapatkan pengalaman dan ilmu baru dari mengikuti lomba tersebut.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi yang ada.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Hasil desain lomba Arbbi.

Kuliah/ Pertemuan ke 9. Workshop UNDK

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan • Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut

dapat diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai.

• Dengan menerapkan budaya sekitar dalam desain toilet, maka penduduk sekitar akan

merasa lebih nyaman dalam menggunakan dan turut berpartisipasi untuk menjaga dan

melestarikan budaya di tempat tersebut.

Perasaan yang dirasakan Kurang dapat dimengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi yang ada.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Turut berpartisipasi sebagai peserta seminar.

Kuliah/ Pertemuan ke 10. Persiapan Workshop Desain

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan • Menyajikan desain dalam gambar kerja.

• Mempersiapkan presentasi dalam bentu transparansi.

• Mempersiapkan foto dan video hasil wawancara untuk dipresentasikan.

Perasaan yang dirasakan Sedikit tegang karena akan mempresentasikan halis desain pada klien.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi yang ada (menyesuaikan permintaan klien).

Page 195: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

195

Universitas Kristen Petra

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada Bu Maya sebagai klien.

Kuliah/ Pertemuan ke 11. Workshop Desain

Tanggal 8 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya

• Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan

karena akan mengubah struktur bangunan.

• Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya

matahari.

• Penambahan elemen-elemen arsitektural demi kenyamanan orang-orang senior dalam

berktifitas di dalamnya.

Perasaan yang dirasakan Cukup senang karena workshop dapat berjalan dengan lancar dan dapat menjalin

komunikasi yang baik dengan klien.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi yang ada (menyesuaikan permintaan klien).

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan usulan desain renovasi yang baru pada klien.

Kuliah/ Pertemuan ke 12. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi

Tanggal 21 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi adalah sebagai berikut:

1. equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan), 2. flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan),

3. simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif),

4. perceptible Information (informasi yang jelas), 5. tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan),

6. low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah), dan

7. size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk

pendekatan dan penggunaaan).

Perasaan yang dirasakan Senang mendapatkan pengetahuan baru yang sekiranya dapat membantu dalam desain bagi

orang difable.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi yang aad (menyesuaikan permintaan klien).

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Merevisi desain dan menyesuaikan desain yang ditawarkan dengan ketujuh prinsip yang telah dijelaskan.

Kuliah/ Pertemuan ke 13. Asistensi Usulan Desain

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan • Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain

renovasi kelompok.

• Pengembangan ide dalam desain kelompok.

• Penjelasan aakn produk akhir yang diminta.

Perasaan yang dirasakan Mulai merasa diburu oleh waktu yang ada melihat banyaknya tugas-tugas perkuliahan

yang lain di samping tugas desain inklusi.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi yang ada (menyesuaikan permintaan klien).

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang

sudah dijelaskan.

Kuliah/ Pertemuan ke 14. Pengumpulan UAS

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester yang telah diberikan.

Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas desain inklusi selama 1 semester dengan maksimal.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi yanga ada (menyesuaikan permintaan klien).

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan usulan desain renovasi final rumah Bu Maya yang diharapkan sedikit banyak

dapat membantu orang-orang senior beraktifitas di dalamnya.

Page 196: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

196

Universitas Kristen Petra

Fenny Gunawan, 22411109

Nama Fenny Gunawan

NRP 22411124

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 15. Pengantar Desain Inklusi

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan • Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester

• Penjelasan awal tentang Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Penasaran terhadap materi yang akan diberikan.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Belum ada yang saya pahami

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 16. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Mendesain aksebilitas berguna supaya orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat

hidup mandiri

Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah untuk orang tuna netra:

• Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah)

• Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot)

• Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak

• Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan

• Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser

• Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda)

• Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya

keteraturan)

• Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai

petunjuk bagi orang tuna netra)

• Jika adanya perbedaan level lantai, jika membuat tangga akan menyulitkan orang

tuna netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan)

• Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang

dari kursi roda ke kamar mandi)

Perasaan yang dirasakan • Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi

disekitar kita

• Perasaan simpati dan empati untuk ingin membantu mendesain bagi orang difable

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dari teori yang didapatkan, sangat susah untuk dapat merasakan menjadi difable, maka perlu mempraktekkannya

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 17. Simulasi Desain Inklusi

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra

Perasaan yang dirasakan • Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi

disekitar kita

• Adanya simpati dan empati untuk menolong orang difable yang berada di Kampus

UK. Petra

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable, Kampus UK. Petra masih belum memenuhi

untuk digunakan oleh orang difable

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 18. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior)

Tanggal 22 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Orang tua ibu Maya yang senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya, karena rumah

tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior seperti orang tua ibu Maya.

Page 197: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

197

Universitas Kristen Petra

Contohnya:

• Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi

• Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang

keluarga

• Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi

• Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable

• Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses

menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin

Perasaan yang dirasakan Senang, karena dapat melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya, saya dan kelompok dapat memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah ibu

Maya

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Adanya simpati dan empati untuk ingin membantu mendesainkan rumah ibu Maya agar

dapat dipergunakan oleh orang tua ibu Maya yang sudah senior

Kuliah/ Pertemuan ke 19. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan • Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang

• Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja

• Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi

orang difable

• Melakukan solusi – solusi desain sementara terhadap rumah ibu Maya

Perasaan yang dirasakan Tidak ada

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan desain renovasi

Kuliah/ Pertemuan ke 20. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan • Melakukan pengembangan solusi – solusi desain terhadap rumah ibu Maya

• Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu

sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot)

Perasaan yang dirasakan Senang, dapat membantu mendesain rumah ibu Maya agar dapat digunakan oleh orang difable

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan desain renovasi

Kuliah/ Pertemuan ke 21. UTS

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004), Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada - Chapter 4 – The

Remodeled Home

Kegiatan merenovasi rumah pasti memengaruhi kesehatan penghuninya baik positif maupun negatif.

Beberapa bahaya kesehatan yang dapat ditemukan pada material bangunan saat

merenovasi rumah :

• Jamur

• Timah

• Asbes

• Serat Kaca

Untuk mengetahui apakah bahan material yang digunakan mengandung bahan berbahaya,

diperlukan ahli untuk mengujinya.

Selama proses renovasi, ada baiknya penghuni rumah tidak tinggal didalamnya untuk

mencegah bahaya kesehatan memengaruhi kesehatan penghuni rumah.

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca

Page 198: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

198

Universitas Kristen Petra

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 22. UTS

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004),

Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada - Chapter 4 – The Remodeled Home

Kegiatan merenovasi rumah pasti memengaruhi kesehatan penghuninya baik positif

maupun negatif.

Beberapa bahaya kesehatan yang dapat ditemukan pada material bangunan saat merenovasi rumah :

• Jamur

• Timah

• Asbes

• Serat Kaca

Untuk mengetahui apakah bahan material yang digunakan mengandung bahan berbahaya,

diperlukan ahli untuk mengujinya.

• Selama proses renovasi, ada baiknya penghuni rumah tidak tinggal didalamnya

untuk mencegah bahaya kesehatan memengaruhi kesehatan penghuni rumah.

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca

Kuliah/ Pertemuan ke 23. Workshop UNDK

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut dapat

diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai.

Perasaan yang dirasakan Kurang mengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Turut berpartisipasi sebagai peserta.

Kuliah/ Pertemuan ke 24. Persiapan Workshop Desain

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Tidak ada

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada ibu Maya sebagai klien

Kuliah/ Pertemuan ke 25. Workshop Desain

Tanggal 8 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya

• Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan

karena mengubah struktur bangunan dibawahnya

• Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya

matahari

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan usulan desain baru

Kuliah/ Pertemuan ke 26. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi

Tanggal 21 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi

8. Equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan)

9. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan)

Page 199: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

199

Universitas Kristen Petra

10. Simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif)

11. Perceptible Information (informasi yang jelas) 12. Tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan)

13. Low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah)

14. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk pendekatan dan penggunaaan)

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat pengetahuaan baru

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menyesuaikan desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan

Kuliah/ Pertemuan ke 27. Asistensi Usulan Desain

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan • Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain

renovasi kelompok

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang

sudah dijelaskan

Kuliah/ Pertemuan ke 28. Pengumpulan UAS

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester

Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas-tugas desain inklusi selama 1 semester

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yg diberikan thd

komunitas dampingan

Memberikan usulan desain aksebilitas difable pada rumah ibu Maya

Marina Victoria D, 22411123

Nama Marina Victoria D

NRP 22411160

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 29. Pengantar Desain Inklusi

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan • Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester

• Penjelasan awal tentang Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Penasaran terhadap materi yang akan diberikan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Tidak sesuai denagn kenyataan. Pemahaman teori kurang

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 30. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Mendesain aksebilitas berguna supaya orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat hidup mandiri

Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah untuk orang tuna netra:

• Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah)

• Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot)

• Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak

• Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan

• Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser

• Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda)

• Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya

Page 200: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

200

Universitas Kristen Petra

keteraturan)

• Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai

petunjuk bagi orang tuna netra)

• Jika adanya perbedaan level lantai, jika membuat tangga akan menyulitkan orang

tuna netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan)

• Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang

dari kursi roda ke kamar mandi)

Perasaan yang dirasakan • Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi

disekitar kita

• Perasaan simpati dan empati untuk ingin membantu mendesain bagi orang difable

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Perlu pengertian lebih dalam tentang difable dan teorinya, sehingga perlu ada praktik

utnuk mengetahui lebih lanjut tentang perliaku difable dan masalahnya

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 31. Simulasi Desain Inklusi

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra

Perasaan yang dirasakan • Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi

disekitar kita

• Adanya simpati dan empati untuk menolong orang difable yang berada di Kampus

UK. Petra

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable, Kampus UK. Petra masih belum memenuhi

untuk digunakan oleh orang difable

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 32. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior)

Tanggal 22 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Orang tua ibu Maya yang senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya, karena rumah tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior seperti orang tua ibu Maya.

Contohnya:

• Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi

• Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang

keluarga

• Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi

• Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable

• Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses

menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin

Perasaan yang dirasakan Senang, karena dapat melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya, saya dan kelompok dapat

memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah ibu Maya

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Adanya simpati dan empati untuk ingin membantu mendesainkan rumah ibu Maya agar

dapat dipergunakan oleh orang tua ibu Maya yang sudah senior

Kuliah/ Pertemuan ke 33. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan • Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang

• Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja

• Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi

orang difable

• Melakukan solusi – solusi desain sementara terhadap rumah ibu Maya

Perasaan yang dirasakan Tidak ada

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberikan desain renovasi

Kuliah/ Pertemuan ke 34. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 2 April 2014

Page 201: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

201

Universitas Kristen Petra

Materi teori yang didapatkan • Melakukan pengembangan solusi – solusi desain terhadap rumah ibu Maya

• Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu

sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot)

Perasaan yang dirasakan Senang, dapat membantu mendesain rumah ibu Maya agar dapat digunakan oleh orang difable

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan desain renovasi

Kuliah/ Pertemuan ke 35. UTS

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengikuti kegiatang lomba ARBI, tentang rumah urban sehat. Konsep yang diambil adalah rumah sehat sederhana dan dapat multifungsi tempat bekerja, sebagai rumah urban

sekarang.

• Mengumpulkan hasil portfolio ARBI sebagai hasil UTS

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca

Kuliah/ Pertemuan ke 36. UTS

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004),

Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada Chapter 17 Home Maintenance – Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan

rumah :

• Pemilihan material yang bebas dari bahan kimia (dari baunya)

• Pembersihan perabot rumah yang dilakukan secara berkala

• Renovasi rumah dilakukan oleh orang yang mengerti material bangunan

• Pemeliharaan rumah saat melakukan renovasi rumah

• Pemeliharaan rumah dalam jangka pendek dan jangka panjang

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca

Kuliah/ Pertemuan ke 37. Workshop UNDK

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut dapat

diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai.

Perasaan yang dirasakan Kurang mengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Turut berpartisipasi sebagai peserta.

Kuliah/ Pertemuan ke 38. Persiapan Workshop Desain

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Tidak ada

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada ibu Maya sebagai klien

Kuliah/ Pertemuan ke 39. Workshop Desain

Tanggal 8 Mei 2014

Page 202: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

202

Universitas Kristen Petra

Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya

• Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan

karena mengubah struktur bangunan dibawahnya

• Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya

matahari

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan usulan desain baru

Kuliah/ Pertemuan ke 40. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi

Tanggal 21 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi

15. Equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan)

16. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan) 17. Simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif)

18. Perceptible Information (informasi yang jelas)

19. Tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan)

20. Low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah) 21. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk

pendekatan dan penggunaaan)

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat pengetahuaan baru

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menyesuaikan desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan

Kuliah/ Pertemuan ke 41. Asistensi Usulan Desain

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan • Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain

renovasi kelompok

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang

sudah dijelaskan

Kuliah/ Pertemuan ke 42. Pengumpulan UAS

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester

Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas-tugas desain inklusi selama 1 semester

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan usulan desain aksebilitas difable pada rumah ibu Maya

Roby Ismanto, 22411160

Nama Roby Ismanto

NRP 22411160

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 43. Pengantar Desain Inklusi

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan • Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester

• Penjelasan awal tentang Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Penasaran terhadap materi yang akan diberikan.

Page 203: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

203

Universitas Kristen Petra

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Belum ada yang saya pahami

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 44. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Mendesain aksebilitas berguna supaya orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat hidup mandiri

Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah untuk orang tuna netra:

• Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah)

• Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot)

• Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak

• Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan

• Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser

• Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda)

• Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya

keteraturan)

• Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai

petunjuk bagi orang tuna netra)

• Jika adanya perbedaan level lantai, jika membuat tangga akan menyulitkan orang

tuna netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan)

• Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang

dari kursi roda ke kamar mandi)

Perasaan yang dirasakan • Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi

disekitar kita

• Perasaan simpati dan empati untuk ingin membantu mendesain bagi orang difable

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Dari teori yang didapatkan, sangat susah untuk dapat merasakan menjadi difable, maka

perlu mempraktekkannya

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 45. Simulasi Desain Inklusi

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra

Perasaan yang dirasakan • Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi

disekitar kita

• Adanya simpati dan empati untuk menolong orang difable yang berada di Kampus

UK. Petra

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable, Kampus UK. Petra masih belum memenuhi untuk digunakan oleh orang difable

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 46. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior)

Tanggal 22 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Orang tua ibu Maya yang senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya, karena rumah

tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior seperti orang tua ibu Maya.

Contohnya:

• Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi

• Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang

keluarga

• Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi

• Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable

• Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses

menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin

Perasaan yang dirasakan Senang, karena dapat melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya, saya dan kelompok dapat

memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah ibu

Maya

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

Adanya simpati dan empati untuk ingin membantu mendesainkan rumah ibu Maya agar dapat dipergunakan oleh orang tua ibu Maya yang sudah senior

Page 204: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

204

Universitas Kristen Petra

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 47. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan • Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang

• Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja

• Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi

orang difable

• Melakukan solusi – solusi desain sementara terhadap rumah ibu Maya

Perasaan yang dirasakan Tidak ada

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan desain renovasi

Kuliah/ Pertemuan ke 48. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan • Melakukan pengembangan solusi – solusi desain terhadap rumah ibu Maya

• Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu

sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot)

Perasaan yang dirasakan Senang, dapat membantu mendesain rumah ibu Maya agar dapat digunakan oleh orang

difable

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan desain renovasi

Kuliah/ Pertemuan ke 49. UTS

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004),

Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada

Chapter 17 Home Maintenance – Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan rumah :

• Pemilihan material yang bebas dari bahan kimia (dari baunya)

• Pembersihan perabot rumah yang dilakukan secara berkala

• Renovasi rumah dilakukan oleh orang yang mengerti material bangunan

• Pemeliharaan rumah saat melakukan renovasi rumah

• Pemeliharaan rumah dalam jangka pendek dan jangka panjang

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca

Kuliah/ Pertemuan ke 50. UTS

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004),

Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada

Chapter 17 Home Maintenance – Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan

rumah :

• Pemilihan material yang bebas dari bahan kimia (dari baunya)

• Pembersihan perabot rumah yang dilakukan secara berkala

• Renovasi rumah dilakukan oleh orang yang mengerti material bangunan

• Pemeliharaan rumah saat melakukan renovasi rumah

• Pemeliharaan rumah dalam jangka pendek dan jangka panjang

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca

Page 205: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

205

Universitas Kristen Petra

Kuliah/ Pertemuan ke 51. Workshop UNDK

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut dapat

diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai.

Perasaan yang dirasakan Kurang mengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Turut berpartisipasi sebagai peserta.

Kuliah/ Pertemuan ke 52. Persiapan Workshop Desain

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Tidak ada

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada ibu Maya sebagai klien

Kuliah/ Pertemuan ke 53. Workshop Desain

Tanggal 8 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya

• Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan

karena mengubah struktur bangunan dibawahnya

• Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya

matahari

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan usulan desain baru

Kuliah/ Pertemuan ke 54. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi

Tanggal 21 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi

22. Equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan)

23. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan)

24. Simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif) 25. Perceptible Information (informasi yang jelas)

26. Tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan)

27. Low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah) 28. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk

pendekatan dan penggunaaan)

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat pengetahuaan baru

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menyesuaikan desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan

Kuliah/ Pertemuan ke 55. Asistensi Usulan Desain

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan • Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain

renovasi kelompok

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang

sudah dijelaskan

Kuliah/ Pertemuan ke 56. Pengumpulan UAS

Page 206: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

206

Universitas Kristen Petra

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester

Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas-tugas desain inklusi selama 1 semester

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan usulan desain aksebilitas difable pada rumah ibu Maya

Ronny Chandra K, 22411124

Nama Ronny Chandra K.

NRP 22411124

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 57. Pengantar Desain Inklusi

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan • Pengenalan terhadap materi yang akan diajarkan selama 1 semester

• Penjelasan awal tentang Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Penasaran terhadap materi yang akan diberikan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Belum ada yang saya pahami

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 58. Kuliah P. Tutus tentang Desain Inklusi

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Mendesain aksebilitas berguna supaya orang yang memiliki keterbatasan (tuna netra) dapat hidup mandiri

Hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain rumah untuk orang tuna netra:

• Rumah yang ramah terhadap orang tuna netra (mempermudah)

• Tempatnya tidak berubah-ubah (letak perabot)

• Menata meja dan kursi dalam ruang yang sejajar, tidak acak

• Ketinggian benda-benda yang dipasang secara menggantung perlu diperhatikan

• Mendesain pintu untuk tuna netra sebaiknya menggunakan pintu geser

• Dimensi pintu perlu dibuat lebar (penggunaan kursi roda)

• Penataan lemari harus dipisahkan dan letaknya tidak boleh berubah-ubah (adanya

keteraturan)

• Jika rumahnya besar maka perlu membuat tonjolan-tonjolan pada lantai (sebagai

petunjuk bagi orang tuna netra)

• Jika adanya perbedaan level lantai, jika membuat tangga akan menyulitkan orang

tuna netra. Sebaiknya membuat ramp (dengan mengatur kemiringan)

• Memperhatikan lebar kamar mandi (membutuhkan space untuk memindahkan orang

dari kursi roda ke kamar mandi)

Perasaan yang dirasakan • Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi

disekitar kita

• Perasaan simpati dan empati untuk ingin membantu mendesain bagi orang difable

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Dari teori yang didapatkan, sangat susah untuk dapat merasakan menjadi difable, maka

perlu mempraktekkannya

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 59. Simulasi Desain Inklusi

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi menjadi difabel di Kampus UK. Petra

Perasaan yang dirasakan • Menjadi difabel kurang menyenangkan, takut karena tidak tahu apa yang terjadi

disekitar kita

• Adanya simpati dan empati untuk menolong orang difable yang berada di Kampus

UK. Petra

Apakah yang saya pahami Dari teori aksebilitas bagi pengguna difable, Kampus UK. Petra masih belum memenuhi

Page 207: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

207

Universitas Kristen Petra

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

untuk digunakan oleh orang difable

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 60. Wawancara dengan Ibu Maya (orang senior)

Tanggal 22 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Orang tua ibu Maya yang senior sudah tidak dapat tinggal dirumahnya, karena rumah

tersebut tidak memenuhi aksebilitas bagi orang senior seperti orang tua ibu Maya. Contohnya:

• Ketinggian anak tangga yang terlalu tinggi

• Adanya tonjolan balok pada sirkulasi dari dapur munuju kamar tidur dan ruang

keluarga

• Lebar pintu kamar mandi dan ukuran dimensi kamar mandi yang tidak memenuhi

• Model pintu masuk ke kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable

• Akses menuju kamar tidur yang tidak memenuhi bagi orang difable. Karena akses

menuju kamar tidur tidak ada penutup atap sehingga ketika hujan, jalan menjadi licin

Perasaan yang dirasakan Senang, karena dapat melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Dengan melakukan eksplorasi langsung di rumah ibu Maya, saya dan kelompok dapat

memahami langsung masalah-masalah tentang aksebilitas bagi orang difable di rumah ibu Maya

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Adanya simpati dan empati untuk ingin membantu mendesainkan rumah ibu Maya agar

dapat dipergunakan oleh orang tua ibu Maya yang sudah senior

Kuliah/ Pertemuan ke 61. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan • Menentukan ruangan-ruangan yang akan didesain ulang

• Membuat gambar sketsa tangan menjadi gambar kerja

• Mendata permasalahan pada rumah ibu Maya yang belum memenuhi aksebilitas bagi

orang difable

• Melakukan solusi – solusi desain sementara terhadap rumah ibu Maya

Perasaan yang dirasakan Tidak ada

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberikan desain renovasi

Kuliah/ Pertemuan ke 62. Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan • Melakukan pengembangan solusi – solusi desain terhadap rumah ibu Maya

• Desain yang dilakukan mengusahakan tidak mengubah struktur dari bangunan itu

sendiri (lebih kearah perbaikan aksebilitas difable dan peletakan perabot)

Perasaan yang dirasakan Senang, dapat membantu mendesain rumah ibu Maya agar dapat digunakan oleh orang

difable

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memberikan desain renovasi

Kuliah/ Pertemuan ke 63. UTS

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004),

Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada - Chapter 5 Material dan sistem yangn dapat digunakan untuk membangun sebuah rumah yang sehat.

• Slab on Grade

• Attics You Can Live With

• Big Fat Walls

• The Delight Warm Floors

• Floor Covering

• Timeless Design and Modern Day Functionaly

• Ventilation and Natural Sunlight

• Low EMR Design

Page 208: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

208

Universitas Kristen Petra

• Water : The Elixir of Life

• Formaldehyde – Free Cabinets, Doors, and Built Ins

• Detached Garage

• Cntral Vacum System

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca

Kuliah/ Pertemuan ke 64. UTS

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengerjakan tugas UTS merangkum literatur dari dari Buku : Thompson, Athena, (2004),

Homes that Heal, New Society Publishers, National Library of Canada - Chapter 5

Material dan sistem yangn dapat digunakan untuk membangun sebuah rumah yang sehat.

• Slab on Grade

• Attics You Can Live With

• Big Fat Walls

• The Delight Warm Floors

• Floor Covering

• Timeless Design and Modern Day Functionaly

• Ventilation and Natural Sunlight

• Low EMR Design

• Water : The Elixir of Life

• Formaldehyde – Free Cabinets, Doors, and Built Ins

• Detached Garage

• Cntral Vacum System

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapatkan ilmu tambahan dari membaca buku

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Hasil rangkuman dari literatur yang sudah dibaca

Kuliah/ Pertemuan ke 65. Workshop UNDK

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Toilet harus tetap mempertahankan budaya di daerah sekitarnya. Budayan tersebut dapat diaplikasikan dengan memberikan desain cat yang sesuai.

Perasaan yang dirasakan Kurang mengerti karena penyampaian materi kurang komunikatif.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Turut berpartisipasi sebagai peserta.

Kuliah/ Pertemuan ke 66. Persiapan Workshop Desain

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Tidak ada

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Menyiapkan usulan desain yang akan diajukan pada ibu Maya sebagai klien

Kuliah/ Pertemuan ke 67. Workshop Desain

Tanggal 8 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Permintaan dari ibu Maya

• Kamar mandi yang direncanakan di dalam kamar tidur tidak dapat diaplikasikan

karena mengubah struktur bangunan dibawahnya

• Ibu Maya menyarankan pemberian kanopi tetap memasukkan angin dan cahaya

matahari

Perasaan yang dirasakan

Page 209: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

209

Universitas Kristen Petra

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan

materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memberikan usulan desain baru

Kuliah/ Pertemuan ke 68. Penjelasan tujuh prinsip Desain Inklusi

Tanggal 21 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Tujuh prinsip yang harus diterapkan dalam desain inklusi 29. Equitable Use (kesetaraan dalam penggunaan)

30. Flexibility in Use (Fleksibilitas dalam penggunaan)

31. Simple and Intuitive Use (penggunaan sederhana dan intuitif) 32. Perceptible Information (informasi yang jelas)

33. Tolerance of Error (Memberikan toleransi terhadap kesalahan)

34. Low Physical Effort (memerlukan upaya fisik yang rendah) 35. Size and Space for Approach and Use (Menyediakan ukuran dan ruang untuk

pendekatan dan penggunaaan)

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat pengetahuaan baru

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Menyesuaikan desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan

Kuliah/ Pertemuan ke 69. Asistensi Usulan Desain

Tanggal 10 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan • Penjelasan ulang tentang tujuh desain inklusi dan penerapannya dalam desain

renovasi kelompok

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Menyesuaikan dan meninjau kembali desain renovasi kelompok dengan tujuh prinsip yang sudah dijelaskan

Kuliah/ Pertemuan ke 70. Pengumpulan UAS

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Kompilasi dari seluruh materi desain inklusi selama 1 semester

Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat menyelesaikan tugas-tugas desain inklusi selama 1 semester

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Realisasi praktek lapangan bersifat menyesuaikan tidak terlalu terpaku oleh teori dan materi (menyesuaikan permintaan klien)

Kontribusi yg diberikan thd komunitas dampingan

Memberikan usulan desain aksebilitas difable pada rumah ibu Maya

Kelompok Bapak Tutus Setiawan S.Pd. dan Ibu Desy S.Pd.

Anneke Debora Kuncoro, 22411044

Nama Anneke DeboraKuncoro

NRP 22411044

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1. Pengantar Desain Inklusi

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan - Penjelasan singkat mengenai materi yang akan di pelajari selama satu semester

- Pembentukan kelompok

Perasaan yang dirasakan Tau sekilas mengenai materi yang akan diajarkan.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dalam mendesain bangunan umum, seringkali kita lupa akan kebutuhan semua pengguna. Sehingga di kenyataan, banyak orang disable, kesulitan mengakses bangunan tersebut.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

Mengumpulkan jadwal kuliah, uts, uas. Agar tidak terjadi bentrokan antara tugas inklusi

dengan tugas yang lainnya.

Page 210: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

210

Universitas Kristen Petra

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 2. Kuliah Pak Tutus tentang Desain Inklusi

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Apa saja yang harus di perhatika dalam mendesain rumah untuk orang disable, khususnya

para tunanetra.

Perasaan yang dirasakan Diingatkan kembali, bahwa pengguna bangunan umum bukan hanya orang normal saja,

tapi juga orang disable. Sehingga, bangunan juga harus “ramah” kepada orang disable.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Banyak fasilitas yang kurang memperhatikan para disable. Sehingga para disable menjadi

tidak nyaman ketika berada di sana.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mendesain bangunan yang sesuai dan cocok dengan para pengguna, kesetaraan, dan

fleksibilitas para pengguna.

Kuliah/ Pertemuan ke 3. Simulasi Desain Inklusi

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang disable agar tau fasilitas seperti apa dirasa

nyaman atau menganggu. Serta tau fasilitas apa saja yang dibutuhkan para disable.

Perasaan yang dirasakan Merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang disable. Tau fasilitas apa yang pas atau

fasilitas yang masih kurang bagi para disable.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Arsitek masih kurang memperhatikan para disable pada saat mendesain suatu bangunan.

Sehingga, banyak area yang sulit, bahkan tidak bisa diakses oleh para disable.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Dalam mendesain suatu bangunan, arsitek harus memperhatikan seluruh aspek. Smulai

dari pengguna, kesetaraan, dan fleksibilitas para pengguna. Agar bangunan dapat diakses

semua orang.

Kuliah/ Pertemuan ke 4. Wawancara dengan Disable / Orang Senior

Tanggal 19 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Pak Tutus adalah seorang tunanetra, sedangkan istrinya adalah seorang low vision. Oeh

karena itu, dalam mendesain rumah untuk mereka berdua, harus sesuai dengan kebutuhan

mereka.

Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan oleh pak Tutus dan istrinya, dan diaplikasikan ke dalam

desain rumah bagi mereka berdua.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Dalam mendesain rumah, kita harus melihat spekturm para penggunanya. Hal ini bertujuan

untuk memberikan fasilitas yang setara dengan kebutuhan para pengguna.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Desain rumah untuk pak Tutus, diperlukan perbedaan tekstur. Agar pak Tutus tau bahwa ia

berada di ruang yang berbeda. Sedangkan unbutuk istrinya, dibutuhkan warna-warna yang cerah/ekstrem, agar sang istri bisa membedakan warna dengan baik.

Kuliah/ Pertemuan ke 5. Wawancara dengan Disable / Orang Senior

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Pak Tutus adalah seorang tunanetra, sedangkan istrinya adalah seorang low vision. Oeh

karena itu, dalam mendesain rumah untuk mereka berdua, harus sesuai dengan kebutuhan

mereka.

Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan oleh pak Tutus dan istrinya, dan diaplikasikan ke dalam desain rumah bagi mereka berdua.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Dalam mendesain rumah, kita harus melihat spekturm para penggunanya. Hal ini bertujuan

untuk memberikan fasilitas yang setara dengan kebutuhan para pengguna.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Desain rumah untuk pak Tutus, diperlukan perbedaan tekstur. Agar pak Tutus tau bahwa ia

berada di ruang yang berbeda. Sedangkan unbutuk istrinya, dibutuhkan warna-warna yang cerah/ekstrem, agar sang istri bisa membedakan warna dengan baik.

Kuliah/ Pertemuan ke 6 . Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mendesain sesuai dengan spectrum pengguna

Perasaan yang dirasakan Perlu pertimbangan dalam mendesain, apakah perlu didesain ulang atau hanya beberapa

objek yang perlu diperbaiki.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Perlunya penerapan dalam mendesain sesuai teori tersebut, sehingga terkadang mendesain sesuatu juga melihat objek yang didesain, misalnya bekas bangunan kolonil, cina, dll

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Menerapkan pehaman tersebut ke dalam desain

Kuliah/ Pertemuan ke 7. UTS

Tanggal 9 April 2014

Page 211: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

211

Universitas Kristen Petra

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 8. UTS

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 9. Workshop UNDK

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Bagaimana cara mengembangkan potensi inovasi lokal yang dimiliki, ke dunia

internasional

Perasaan yang dirasakan Sedikit membosankan, karena materi yang di presentasikan olek Pak Loekito, sudah di

jelaskan pada saat perkuliahan.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dunia internasional terkadang menganggap sebelah mata potensi yang dimiliki suatu daerah.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Bekerja sama dengan banyak pihak internasional, agar potensi inovasi lokal yang kita

miliki dapat diakui oleh dunia

Kuliah/ Pertemuan ke 10. Persiapan Workshop Desain

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 11. Workshop Desain

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 12. Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Tanggal 14 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Menjelaskan bahwa mendesain bangunan perlu memperhatikan prinsip-prinsip dari

inclusive design

Perasaan yang dirasakan Memahami prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam desain

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mendesain ataupun merancang sebuah bangunan perlu memperhatikan : kesetaraan,

fleksibilitas, sederhana, jelas, fisik, ukuran dan ruang sesuai pengguna

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menerapkan prinsip tersebut kedalam desain bangunan

Kuliah/ Pertemuan ke 13. Asistensi Tugas Akhir Inklusi

Tanggal 14 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan mengenai tugas. Seperti, produk apa saja yang dikumpulkan, tanggal berapa

tugas dikumpulkan, dan lain-lain.

Page 212: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

212

Universitas Kristen Petra

Perasaan yang dirasakan Senang, karena bisa belajar mengenai hal-hal yang baru. Khususnya pengetahuan

mengenai inclusive design.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mengembangkan materi yang didapat selama perkuliahan ke dalam desain

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mengikuti serta mempertimbangkan prosedur yang ada dalam mendesain bangunan

Kuliah/ Pertemuan ke 14. UAS

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas akhir di P8 jam 10 dalam bentuk soft copy di burn di CD per

kelompok.

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Cindy F.Tanrim, 22411018

Nama Cindy Tanrim

NRP 22411018

Email Mahasiswa [email protected],

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1. Pengantar Desain Inklusi

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan materi dan tugas inklusi yang akan dipelajari, serta pembagian kelompok dan

jadwal pertemuan inklusi.

Perasaan yang dirasakan Masih kurang paham apa yang seharusnya dilakukan karena masih awal kuliah.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Materi yang akan dipelajari, dan tugas bisa dipersiapkan jadwal kerja serta

pengumpulannya, selain itu juga menjelaskan bahwa mendesain inklusi harus mempertimbangkan spektrum pengguna

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mengumpulkan jadwal kuliah, uts, uas sehingga dirangkum menjadi jadwal pertemuan

inklusi, jadwal ini dibuat tujuannya tidak menghambat pertemuan mahasiswa agar dosen pembimbing dan mahasiswa puas dengan hasil pertemuannya.

Kuliah/ Pertemuan ke 2. Kuliah Pak Tutus tentang Desain Inklusi

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Peraturan, persyaratan dalam mendesain rumah untuk disable people termasuk tunanetra yang harus perlu diperhatikan

Perasaan yang dirasakan Memahami dalam mendesain objek sesuatu yang dapat bisa digunakan untuk mereka,

seperti ramp yg tidak licin dengan sudut miringnya ± 2º, dsb

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kenyataannya masih banyak fasilitas kurang memperhatikan fasilitas untuk disable people,

seperti fasilitas ramp petra, yg bisa digunakan distribusi untuk kereta barang seharusnya

bisa digunakan untuk kursi roda bagi yg disable atau mahasiswa yang mengalami musibah.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Merancang desain sesuai dengan penjelasan materi yang cocok dengan spektrum

pengguna, perencanaan desain, kesetaraan, fleksibilitas dengan pengguna

Kuliah/ Pertemuan ke 3. Simulasi Desain Inklusi

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Mencermati apa yang dilakukan bagi tunanetra ataupun disable people untuk fasilitas

umum, serta bagaimana kita menanggapi kebutuhan mereka?

Perasaan yang dirasakan Bersama-sama mengalami apa yang dirasakan disable people, apa yang mereka kehendak

jika fasilitas yang didesain masih kurang cukup untuk mereka?

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kenyataan apa yang dijelaskan terasa berbeda dengan kenyataan di lapangan, bahwa masih ada fasilitas umum, rumah yang kurang memperhatikan disable people

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Sebagai calon arsitek, mempelajari dengan merancang desain yg dilihat spectrum penggunanya dengan begitu kita bisa memahami sapa saja yang menggunakan objek

tersebut.

Kuliah/ Pertemuan ke 4. Wawancara dengan Disable / Orang Senior

Tanggal 19 Maret 2014

Page 213: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

213

Universitas Kristen Petra

Materi teori yang didapatkan Pak Tutus seorang tunanetra sedangkan istrinya seorang low vision, oleh karena itu dalam

mendesain rumah untuk mereka butuh fungsinya masing-masing.

Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan dalam mendesain spectrum penggunanya spt pak Tutus

dengan istrinya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Yang saya pahami bahwa mendesain rumah untuk penggunanya kita harus melihat

spekturm penggunanya guna memberikan fasilitas yang setara antara disable people

dengan kita

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mendesain rumah Pak Tutus butuh tekstur yang bisa berguna bagi indera perabanya,

sedangkan istrinya butuh warna yang ekstrem sehingga bisa membedakan warna yg polos

dengan warna gelap.

Kuliah/ Pertemuan ke 5. Wawancara dengan Disable / Orang Senior

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Pak Tutus seorang tunanetra sedangkan istrinya seorang low vision, oleh karena itu dalam

mendesain rumah untuk mereka butuh fungsinya masing-masing.

Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan dalam mendesain spectrum penggunanya spt pak Tutus

dengan istrinya

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Yang saya pahami bahwa mendesain rumah untuk penggunanya kita harus melihat spekturm penggunanya guna memberikan fasilitas yang setara antara disable people

dengan kita

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mendesain rumah Pak Tutus butuh tekstur yang bisa berguna bagi indera perabanya,

sedangkan istrinya butuh warna yang ekstrem sehingga bisa membedakan warna yg polos dengan warna gelap.

Kuliah/ Pertemuan ke 6 . Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mendesain sesuai dengan spectrum pengguna, ciri bentuk rumahnya seperti bangunan

kolonial biasanya rumah khas orang senior tidak bisa dilepas,

Perasaan yang dirasakan Perlu pertimbangan dalam mendesain, apakah perlu didesain ulang atau hanya beberapa objek yang perlu diperbaiki supaya tidak menghilangkan desain tersebut.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Perlunya penerapan dalam mendesain sesuai teori tersebut, sehingga terkadang mendesain

sesuatu juga melihat objek yang didesain apa dulu, misalnya bekas bangunan kolonil, cina,

dll

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menerapkan pehaman tersebut ke dalam desain

Kuliah/ Pertemuan ke 7. UTS

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 8. UTS

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 9. Workshop UNDK

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Bagaimana cara mengembangkan potensi inovasi lokal yang dimiliki, ke dunia internasional

Perasaan yang dirasakan Sedikit membosankan, karena materi yang di presentasikan olek Pak Loekito, sudah di

jelaskan pada saat perkuliahan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dunia internasional terkadang menganggap sebelah mata potensi yang dimiliki suatu

daerah.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

Bekerja sama dengan banyak pihak internasional, agar potensi inovasi lokal yang kita miliki dapat diakui oleh dunia

Page 214: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

214

Universitas Kristen Petra

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 10. Persiapan Workshop Desain

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 11. Workshop Desain

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 12. Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Tanggal 14 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Menjelaskan bahwa mendesain bangunan perlu memperhatikan prinsip-prinsip dari

inclusive design

Perasaan yang dirasakan Memahami prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam desain, dan dihubungkan

dengan spectrum penggunanya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Mendesain ataupun merancang sebuah bangunan perlu memperhatikan : kesetaraan,

fleksibilitas, sederhana, jelas, fisik, ukuran dan ruang sesuai pengguna

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menerapkan prinsip tersebut kedalam desain bangunan

Kuliah/ Pertemuan ke 13. Asistensi Tugas Akhir Inklusi

Tanggal 14 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Memperhatikan dan mengumpulkan tugas apa saja yang dibutuhkan serta produk apa saja

yang perlu dikumpulkan

Perasaan yang dirasakan Senang, bisa dapat menyelesaikan ke desain ini selama penjelasan teori berlangsung

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mengembangkan materi yang didapat selama perkuliahan ke dalam desain

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mengikuti serta mempertimbangkan prosedur yang ada dalam mendesain bangunan

Kuliah/ Pertemuan ke 14. UAS

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas akhir di P8 jam 10 dalam bentuk soft copy di burn di CD per

kelompok.

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mellisa S.Y/22411077

Nama Mellisa Stefani Yolino

NRP 22411077

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1. Pengantar Desain Inklusi

Tanggal 19 Februari 2014

Page 215: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

215

Universitas Kristen Petra

Materi teori yang didapatkan Penjelasan lingkup materi yang akan dibahas dalam kelas KKP inklusi. Pembagian

kelompok dan penjelasan pembagian jadwal materi selama satu semester.

Perasaan yang dirasakan Secara umum, paham akan konsep pembelajaran yang akan digunakan selama satu

semester. Namun tidak paham dengan tugas untuk UTS dan tugas besar (desain kelompok)

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Lingkup materi pembelajaran, jadwal materi tiap minggu. Tidak terlalu paham tugas UTS

dan tugas desain kelompok

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Belum ada

Kuliah/ Pertemuan ke 2. Kuliah Pak Tutus tentang Desain Inklusi

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Sharing tentang pengalaman orang tuna netra yang berkaitan dengan arsitektur (penataan

ruang dalam dan ruang luar)

Perasaan yang dirasakan Membayangkan dengan lingkungan yang ada sekarang dan bila dalam kondisi yang serupa

dengan narasumber, mungkin banyak kesulitan yang terjadi.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kenyataannya masih banyak fasilitas tidak memperhatikan kebutuhan dari orang difabel. Contohnya adalah guiding path untuk orang buta yang ada di setapak jalan utama (Jl.

Darmo) sering kali tidak menerus dan celakanya berhenti bila ada pohon.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Pengertian bahwa desain arsitektur harus ramah untuk orang-orang difabel.

Kuliah/ Pertemuan ke 3. Simulasi Desain Inklusi

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Mencermati apa yang dilakukan bagi tunanetra ataupun disable people terhadap kondisi

fasilitas umum yang ada di lingkungan (di kompleks Petra)

Perasaan yang dirasakan Mengalami rasanya jadi orang tuna netra di kompleks Petra dan harus mencari jalan yang sebenarnya sudah hafal kondisi.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Kenyataan bahwa memang kurang ramahnya desain yang ada terhadap orang difabel.

Contohnya ram yang ada terlalu curam dan material yang kurang sesuai sehingga cukup berbahaya untuk orang dengan kursi roda (cenderung tidak mungkin dilalui sendiri dan

sulit dengan bantuan orang lain)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Tidak ada

Kuliah/ Pertemuan ke 4. Wawancara dengan Disable / Orang Senior

Tanggal 19 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Diskusi dengan Pak Tutus yang seorang tuna netra, sedangkan istrinya adalah low vision,

Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan dalam mendesain spectrum penggunanya, yaitu pak

Tutus dengan istrinya

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Yang saya pahami bahwa mendesain rumah untuk penggunanya kita harus melihat spekturm penggunanya guna memberikan fasilitas yang setara antara disable people

dengan kita

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Desain untuk seorang tuna netra harus ‘bermain’ dengan tekstur. Sedangkan untuk low vision lebih ke permainan warna. Berhati-hati dengan penggunaan warna yang ada.

Kuliah/ Pertemuan ke 5. Wawancara dengan Disable / Orang Senior

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Diskusi dengan Pak Tutus yang seorang tuna netra, sedangkan istrinya adalah low vision,

Perasaan yang dirasakan Memahami apa yang dibutuhkan dalam mendesain spectrum penggunanya, yaitu pak

Tutus dengan istrinya

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Yang saya pahami bahwa mendesain rumah untuk penggunanya kita harus melihat

spekturm penggunanya guna memberikan fasilitas yang setara antara disable people

dengan kita

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Desain untuk seorang tuna netra harus ‘bermain’ dengan tekstur. Sedangkan untuk low

vision lebih ke permainan warna. Berhati-hati dengan penggunaan warna yang ada.

Kuliah/ Pertemuan ke 6 . Asistensi Hasil Wawancara

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Hasil desain sementara dengan spektrum pengguna

Perasaan yang dirasakan Perlu perbaikan dengan tambahan pertimbangan-pertimbangan baru yang ada dan mungkin terlewat

Apakah yang saya pahami Perlunya penerapan dalam mendesain sesuai teori tersebut, sehingga terkadang mendesain

Page 216: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

216

Universitas Kristen Petra

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

sesuatu juga melihat objek yang didesain apa dulu, misalnya bekas bangunan kolonil, cina,

dll

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menerapkan hasil pemahaman materi ke desain

Kuliah/ Pertemuan ke 7. UTS

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 8. UTS

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas UTS sesuai jadwal yang diberikan dan ketentuannya

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 9. Workshop UNDK

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop mengenai inovasi kedaerahan yang ada di Indonesia (dan beberapa Negara lain

yang tergabung) dan potensi untuk menglobalkannya.

Perasaan yang dirasakan Tergabung sebagai panitia acara sehingga tidak dapat sepenuhnya menyimak materi yang

dibahas.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Tidak seberapa paham karena hampir separuh bagian acara berada di luar ruangan untuk menyiapkan acara selanjutnya

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Tidak ada

Kuliah/ Pertemuan ke 10. Persiapan Workshop Desain

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Persiapan desain fix

Kuliah/ Pertemuan ke 11. Workshop Desain

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Mempersiapkan tugas akhir yang sudah diberikan

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 12. Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Tanggal 14 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan tentang inclusive design

Perasaan yang dirasakan Pemahaman tentang apa itu inclusive design sendiri

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Seharusnya dalam mendesain yang baik tidak boleh lagi mengglobalkan pengguna dari bangunan tersebut. Menyesuaikan dengan spektrum yang ada.

Kontribusi yang diberikan Tidak ada

Page 217: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

217

Universitas Kristen Petra

terhadap komunitas

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 13. Asistensi Tugas Akhir Inklusi

Tanggal 14 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Memperhatikan dan mengumpulkan tugas apa saja yang dibutuhkan serta produk apa saja yang perlu dikumpulkan

Perasaan yang dirasakan Senang karena tugas akan berakhir dan tidak banyak perubahan yang harus dilakukan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Mengembangkan materi yang didapat selama perkuliahan ke dalam desain

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Pra desain untuk rumah tinggal dengan penghuni tuna netra dan low vision

Kuliah/ Pertemuan ke 14. UAS

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Mengumpulkan tugas akhir di P8 jam 10 dalam bentuk soft copy di burn di CD per

kelompok.

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Nerissa Kumala Tandiono, 22411055

Nama Nerissa Kumala Tandiono

NRP 22411055

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1- Pengantar desain inklusi

Tanggal 19/2/14

Materi teori yang didapatkan Materi singkat tentang hal-hal apa yang akan dipelajari selama satu semester dalam kuliah inklusi

Perasaan yang dirasakan Tertarik mengetahui lebih dalam tentang desain inklusi

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Masih tahap perkenalan rancangan inklusi, sebuah rancangan yang dapat diakses oleh

semua orang tanpa memerlukan upaya yang khusus. Tetapi kenyataan di lapangan

rancangan fasilitas umum saja masih susah digunakan khususnya bagi orang berkebutuhan khusus karena cacat

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Kumpul jadwal kuliah, uts, uas menghindari bentrok tugas inklusi dengan tugas lain

Kuliah/ Pertemuan ke 2- Kuliah tamu (pak Tutus) tentang desain inklusi

Tanggal 26/2/14

Materi teori yang didapatkan Pengalaman pribadi dari tamu yang seorang tunanetra dalam beraktivitas ( baik di dalam

maupun luar ruang )

Perasaan yang dirasakan Terinspirasi bagaimana desain dapat berpengaruh besar bagi penyandang cacat

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dibutuhkan desain ruang baik luar maupun ruang dalam yang harus memberi kenyamanan & keamanan bagi seorang penyandang cacat (tunanetra khususnya) karena seorang

penyandang cacat memiliki ruang gerak yang berbeda dari orang pada umumnya

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mulai memikirkan ide desain bangunan yang mampu memberi ruang gerak yang nyaman dan aman bagi semua spektrum pengguna

Kuliah/ Pertemuan ke 3- Simulasi desain inklusi

Tanggal 12/3/14

Materi teori yang didapatkan Turut merasakan menjadi seorang disabled, merasakan menjalani aktivitas di gedung

Radius Prawiro.

Perasaan yang dirasakan Merasa ‘susah’ menjadi disaled ketika memasuki bangunan fasum (pada kasus universitas

Kristen Petra pada gedung Radius Prawiro

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Pada saat belajar teori perancangan bangunan pada umumnya seringkali merasa desain

sudah ‘nyaman’, akan tetapi hal sepele misal seperti desain ramp yang sering tidak dihitung karena sudah dirasa mampu dinaiki terbukti ketika dicoba saat pengguna kursi

Page 218: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

218

Universitas Kristen Petra

roda menaiki ramp, pengguna kursi roda terjatuh karena kemiringan ramp yang terlalu

tajam.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Penting adanya kesadaran bahwa dalam perancangan suatu bangunan (baik fasilitas umum

maupun fasilitas pribadi/ rumah) hendaknya melihat spektrum pengguna dahulu. Penting

mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengguna karena sudah kewajiban seorang arsitek merancang ruang yang nyaman bagi pengguna ruang.

Kuliah/ Pertemuan ke 4- Wawancara dengan disabled

Tanggal 18/3/14

Materi teori yang didapatkan Kelompok kami mendapat wawancara dengan pak Tutus (tunanetra), beserta istrinya (low vision) tentang beraktivitas di kediaman bapak Tutus beserta istrinya

Perasaan yang dirasakan Ikut merasakan kegiatan yang dilakukan oleh pak Tutus yang merupakan tunanetra,

rancangan rumah yang terkesan memaksa pak Tutus untuk beradaptasi, seharusnya rancangan rumah otomatis membuat nyaman penggunanya, bukan memaksa pengguna

untuk beradaptasi agar nyaman

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Rancangan rumah yang nyaman harus melihat aspek pengguna dahulu. Apabila terdapat pengguna yang difabel seharusnya desain rumah tidak sama dengan desain rumah pada

umumnya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Setelah mengetahui permasalahan pada rumah yang telah dihuni, perlu adanya

penyesuaian desain rumah dengan permainan yang mengandalkan indera peraba (tekstur) bagi pak Tutus sebagai pemberi petunjuk arah, dan permainan warna cerah tetapi tidak

silau (agar tidak menyakiti mata) untuk istri pak Tutus yang low vision

Kuliah/ Pertemuan ke 5 -Wawancara dengan difabel

Tanggal 26/3/2014

Materi teori yang didapatkan

Perasaan yang dirasakan Idem dengan pertemuan 4

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Idem dengan pertemuan 4

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Idem dengan pertemuan 4

Kuliah/ Pertemuan ke 6 -Asistensi hasil wawancara

Tanggal 2/4/2014

Materi teori yang didapatkan Perancangan disesuaikan dengan kebutuhan pengguna yang beraktivitas

Perasaan yang dirasakan Merasa butuh perbaikan/ perancangan ulang setelah melakukan wawancara dan observasi

dari rumah tamu pendukung (pak Tutus)

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Teori tentang studi ruang gerak pada umumnya oleh pengguna orang normal tidak

memberi kenyamanan bagi pengguna tunanetra (pak Tutus) & lowvision (istri pak Tutus), seperti contoh tangga tanpa guiding path, perabot yang memenuhi selasar (bisa tertubruk),

terdapat penurunan level. Adanya hal-hal ini akhirnya terpaksa membuat pak Tutus

membiasakan diri dengan ingatan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Penerapan teori kedalam desain

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 9/4/2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 16/04/2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9 -Workshop UNDW

Page 219: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

219

Universitas Kristen Petra

Tanggal 23/04/2014

Materi teori yang didapatkan Cara mengembangkan potensi inovasi lokal yang telah dimiliki di kancah internasional

Perasaan yang dirasakan Agak hambar, mungkin karena materi yang diberikan sudah pernah disinggung pada saat

perkuliahan sebelumnya.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Arsitektur di Indonesia terkadang dipandang sebelah mata oleh kalangan internasional

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Bekerja sama dengan berbagai pihak agar inovasi kita dapat diakui oleh kalangan

internasional

Kuliah/ Pertemuan ke 10 -Persiapan Workshop desain

Tanggal 30/04/2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan tugas akhir

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 11 -Workshop desain

Tanggal 07/05/2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan tugas akhir

Perasaan yang dirasakan Banyak mendapat informasi dari sharing kelompok maupun tamu pendukung

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Apabila spektrum pengguna berbeda ( tunanetra/ lumpuh/ penyandang kursi roda/ maupun

senior), maka otomatis desain juga berbeda pula karena tingkat kenyamanannya berbeda.

Contoh tunanetra memakai indera ‘peraba’ untuk menggantikan indera penglihatan

sehingga desain bermain tekstur & bidang untuk memberi petunjuk bagi pengguna tunanetra.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

memberi ide atas saran-saran akan perbaikan/ perancangan rumah dan mendengarkan

keinginan dari pengguna akan perancangan rumah yang baru

Kuliah/ Pertemuan ke 12- Penjelasan 7 prinsip desain inklusi

Tanggal 15/05/2014

Materi teori yang didapatkan Teori akan 7 prinsip dalam perancangan suatu ruang (ruang luar & ruang dalam) dari

desain inklusi

Perasaan yang dirasakan Mengerti akan kebutuhan untuk lebih peka lagi terhadap perancangan suatu ruang agar

nantinya semua spektrum pengguna dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Sebelum menentukan memakai desain universal atau desain inklusi, kita harus

memperhatikan spektrum dari penggunanya. Apabila fungsi bangunan sebagai fasilitas

umum, maka ditujukan untuk semua spektrum pengguna, sehingga bangunan harus memiliki aksesibilitas bagi semua khalayak. Berbeda dengan desain rumah, yang apabila

pengguna bukan berkebutuhan khusus maka bisa memakai desain yang universal, tetapi

apabila terdapat pengguna yang berkebutuhan khusus maka harus disesuaikan dengan penggunanya (desain inklusi)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Menerapkan prinsip kedalam perancangan rumah untuk tugas UAS

Kuliah/ Pertemuan ke 13 -Asistensi tugas UAS

Tanggal 18/0

Materi teori yang didapatkan Penjelasan tugas, produk tugas yang harus dikumpulkan

Perasaan yang dirasakan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Merancang kembali secara inklusi rumah pak Tutus agar rancangan rumah dapat memberi

rasa aman dan nyaman bagi pengguna (pak Tutus beserta istri maupun keluarga) yang memiliki kebutuhan khusus (tunanetra & low vision)

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 14- UAS

Tanggal 14/06/2014

Materi teori yang didapatkan UAS (Pengumpulan tugas)

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

-

Page 220: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

220

Universitas Kristen Petra

kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

-

Wenny Stefanie, 22411053

Nama Wenny Stefanie

NRP 22411053

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19-02-2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar desain inklusi.

Apa yang akan dilakukan selama kuliah 1 semester dan pengetahuan-pengetahuan dasar mengenai desain inklusi

Perasaan yang dirasakan Merasakan bahwa orang-orang difabel memerlukan desain kusus agar mereka dapat

merasa nyaman.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Bahwa desain untuk orang-orang defabel membutuhkan perhatian khusus karena

kebanyakan bangunan tidak dapat digunakan oleh orang-orang defabel dengan nyaman

akibat desain yang tidak memperhatikan kebutuhan khusus mereka.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26-02-2014

Materi teori yang didapatkan Kuliah P.Tutus tentang desain inklusi

Pengetahuan-pengetahuan mengenai desain yang baik dan yang cocok untuk orang-orang difabel yang disharekan sendiri oleh P.Tutus yang merupakan seorang difabel.

Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dan ketidaknyamanan para difabel serta kebutuhan-

kebutuhan orang difabel.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

bangunan yang tidak didesain dengan memperhatiakan orang-orang difabel membuat para

difabel menjadi kesulitan dan merasa tidak nyaman menggunakan bangunan tersebut.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 12-03-2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi desain inklusi

Mencoba merasakan sendiri apa yang diperlukan oleh orang-orang difabel beserta kesulitan-kesulitannya pada saat berada di tempat yang tidak didesain khusus untuk orang-

orang difabel.

Perasaan yang dirasakan merasakan apa yang dirasakan oleh para difabel dan kesulitan-kesulitan orang-orang

difabel pada saat berada di fasiitas yang didesain untuk umum.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

kebanyakan bangunan-bangunan dan fasilitas umum yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan pengguna defabel dan belum terlalu memikirkan kenyamanan mereka.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 19-03-2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan orang defabel/orang tua

Kebutuhan-kebutuhan P.Tutus sebagai pengguna defabel yang rumahnya akan kelompok desain sebagai tugas akhir semester ini.

Perasaan yang dirasakan Merasakan kesulitan dan kebutuhan dari pak Tutus yang tuna netra dan istrinya yang low

vision

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

bangunan yang ditinggali oleh komunitas yang kami damping sebenarnya sudah cukup

mendukung kondisi pak Tutus yang tuna netra dan istrinya yang low vision. Namun, ada

beberapa aspek di dalam rumah yang harus diubah seperti perletakkan barang-barang dan posisi ruang yang dapat menghambat sirkulasi pak Tutus dan istrinya yang kesulitan

melihat.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

Berkonsutasi dan memberikan ide-ide desain kepada komunitas dampingan

Page 221: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

221

Universitas Kristen Petra

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26-03-2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan orang defabel/orang tua

Kebutuhan-kebutuhan P.Tutus sebagai pengguna defabel yang rumahnya akan kelompok desain sebagai tugas akhir semester ini.

Perasaan yang dirasakan Merasakan kesulitan dan kebutuhan dari pak Tutus yang tuna netra dan istrinya yang low

vision.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

bangunan yang ditinggali oleh komunitas yang kami damping sebenarnya sudah cukup mendukung kondisi pak Tutus yang tuna netra dan istrinya yang low vision. Namun, ada

beberapa aspek di dalam rumah yang harus diubah seperti perletakkan barang-barang dan

posisi ruang yang dapat menghambat sirkulasi pak Tutus dan istrinya yang kesulitan melihat.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Berkonsutasi dan memberikan ide-ide desain kepada komunitas dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 02-04-2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi hasil wawancara Kekurangan-kekurangan dan teori-teori yang dibutuhkan untuk memperbaiki dan

melengkapi ide desain

Perasaan yang dirasakan Merasakan kesulitan-kesulitan dalam penerapan teori kedalam desain.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Cukup banyak kenyataan di lapangan yang kurang sesuai dengan teori dan memang

kenyataannya menyulitkan pak Tutus sehingga bisa akan lebih baik bila diperbaiki dalam

desain akhir

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mengembangkan dan memperbaiki ide-ide desain rumah tinggal komunitas dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 09-04-2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Pengembangan ide desain

Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain untuk dapat memenuhi

kebutuhan komunitas dampingan

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan kenyamanan pengguna.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mengembangkan ide desain

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 16-04-2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Pengembangan ide desain

Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain untuk dapat memenuhi kebutuhan komunitas dampingan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan

kenyamanan pengguna.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Megembangkan ide desain

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23-04-2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK Mengikuti workshop UNDK dan mengembangkan desain

Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain untuk dapat memenuhi

kebutuhan komunitas dampingan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan

kenyamanan pengguna.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mengembangkan ide desain

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Page 222: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

222

Universitas Kristen Petra

Tanggal 30-04-2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan workshop desain Mempersiapkan workshop desain

Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain dan mempersiapkan

workshop desain

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan

kenyamanan pengguna.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mengembangkan ide desain

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 07-05-2014

Materi teori yang didapatkan Workshop desain

Masukan-masukan dan ide-ide dari komunitas dampingan.

Perasaan yang dirasakan Merasakan pentingnya kebutuhan-kebutuhan yang lebih detail dan kenyamanan yang

dibutuhkan oleh komunitas dampingan

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Bahwa kommunitas dampingan membutuhkan sebuah hunian yang masih sesuai dengan

kebiasaannya namun dengan beberapa perbaikan pada penataan perabot dan lokasi ruang.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mengembangkan ide desain sesuai dengan hasil wokshop.

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15-05-2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 prinsip desain inklusi

Prinsip-prinsip yang harus diterapkan agar sebuah bangunan dapat nyaman digunakan oleh

orang-orang difabel beserta penjelasan mengenai desain universal.

Perasaan yang dirasakan Merasakan pentingnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan para difabel yang lebih spesifik

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Teori-teori tentang desain inklusi memang tidak dapat diterapkan pada semua jenis

bangunan karena akan menimbulkan banyak kesulitan dan kerugian akibat biaya dan space

yang bertambah. Namun, banyak juga bangunan-bangunan khusus difabel yang telah menerapkan teori desain inklusi dengan cukup baik meskipun belum maksimal.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mengembangkan desain dan melengkapi dengan mencoba memasukkan prinsip-prinsip

desain inklusi ke dalam desain,

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 14-06-2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas UAS Mengembangkan ide desain dengan masukan-masukan dari dosen

Perasaan yang dirasakan Merasakan berbagai kesulitan dalam mengembangkan ide desain untuk dapat memenuhi

kebutuhan komunitas dampingan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Cukup banyak kenyataan di lapangan yang masih harus diperbaiki untuk meningkatkan

kenyamanan pengguna.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mengembangkan dan menyajikan desain rumah tinggal untuk komunitas dampingan.

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 18-06-2014

Materi teori yang didapatkan UAS

Perasaan yang dirasakan Merasakan pentingnya desain inklusi bagi orang-orang difabel.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Bahwa bangunan untuk orang difabel memang membutuhkan perhatian khusus dan harus

mempertimbangkan banyak hal.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Hasil akhir desain rumah tinggal untuk komunitas dampingan.

Kelompok Bapak Hariyono Karno

Anneke Clauvinia Patriajaya, 22411061

Nama Anneke Clauvinia Patriajaya

Page 223: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

223

Universitas Kristen Petra

NRP 22411061

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19 / 02/ 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan • Ingin tahu desain inklusi yang dipelajari seperti apa.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Adanya pengguna khusus yang seringkali tidak diperhatikan dalam perancangan

sehingga desain yang dihasilkan tidak dapat digunakan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 / 02/ 2014

Materi teori yang didapatkan Kuliah Pak Tutus (total blind) dan istrinya (low vision) tentang Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan • Ingin tahu bagaimana rasanya saat menjadi buta dan harus berjalan sendiri

menggunakan tongkat seperti Pak Tutus

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Pentingnya path khusus bagi orang berkebutuhan khusus seperti keluarga Pak

Tutus.

• Perabotan di dalam rumah juga tidak boleh sembarangan dipindah dan harus

sesuai dengan jangkuan tangan.

• Warna-warna yang mencolok untuk low vision.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 04 / 03 / 2014

Materi teori yang didapatkan Mencari referensi tentang Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan • Masih kebingungan mencari referensi karena masih kurangnya pengetahuan

tentang orang-orang berkebutuhan khusus.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Banyaknya pengguna khusus yang memiliki kebutuhan berbeda-beda.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 11 / 03 / 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan • Perasaan takut jika saya menabrak saat menjadi orang buta.

• Kehilangan orientasi dan segalanya menjadi membingungkan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Orang buta membutuhkan area yang mana dapat menjadi petunjuk arah jalan,

saat petunjuk itu ada dan terputus, mereka akan menjadi bingung.

• Orang buta harus dijauhkan dari hal-hal yang bersifat tajam atau halangan di

depannya karena ada perasaan khawatir akan terluka.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 18 / 03 / 2014

Materi teori yang didapatkan Observasi di rumah warga Stren Kali Jagir.(bertemu dengan Pak Hariyono, salah satu warga pembuat cetok)

Perasaan yang dirasakan • Tidak biasa berkunjung ke daerah lain yang dimana mindset saya mengatakan itu

adalah daerah kumuh, namun kenyataannya tidak.

• Penasaran bagaimana warga stren kali membuat cetok yang membuat mereka

sampai terkenal dan masuk koran.

Page 224: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

224

Universitas Kristen Petra

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Pembuatan cetok tidak sesederhana yang ada di pikiran saya. Perlu beberapa

langkah dan hal tersebut dikerjakan oleh beberapa warga di rumah mereka

masing-masing.

• Perlunya area khusus untuk warga bekerja di dalam rumah mereka karena saat

ini semua tercampur aduk dengan kegiatan sehari-hari.

• Belum adanya perhatian terhadap orang berkebutuhan khusus (orang senior).

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

• Mengamati situasi daerah stren kali, bagaimana mereka saling berinteraksi antara

satu dengan lainnya, serta tindakan mereka terhadap lingkungan.

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 26 / 03 / 2014

Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok di luar kelas (keadaan dan bagaimana mendesain ulang rumah Pak Hariyono)

Perasaan yang dirasakan • Semangat untuk mengerjakan desain karena cukup menantang dengan lahan

yang sangat sempit tetapi Pak Hariyono tidak mau desain rumahnya diubah.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Untuk kasus Pak Hariyono sudah seharusnya desain rumahnya diubah total

karena tidak sesuai dengan kebutuhan umum dan khusus dari pengguna, tetapi

pengguna tidak mau diubah desainnya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 02 / 04 / 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi dengan dosen pembimbing terkait hasil survey dan wawancara

Perasaan yang dirasakan • Bingung dengan desain yang harus dikerjakan karena sempitnya lahan dan

banyaknya aktivitas yang harus ditampung.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Stren kali merupakan area wisata kampung yang mana area kerja seharusnya

menjadi titik utama bangunan yang mampu menarik pengunjung.

• Perhatian kepada area ruang kerja tidak boleh sampai mengabaikan kebutuhan

utama dari pengguna yang memiliki kebutuhan khusus (orang senior).

• Belum adanya kesesuian fungsi ruang dengan kenyataan di lapangan (mix-used

area).

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 09 / 04 / 2014

Materi teori yang didapatkan UTS – Merangkum artikel tentang housing

Perasaan yang dirasakan • Penasaran akan hal-hal terkait rumah.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Beberapa hal perlu diperhatikan untuk menciptakan lingkungan sehat. Tidak

semua yang dikatan Feng Shui dapat dilakukan, perlu pemikiran logis dalam

menciptakan lingkungan sehat.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 16 / 04 / 2014

Materi teori yang didapatkan UTS – Mempersiapkan workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan • Ingin tahu yang dibahas tentang apa dalam workshop.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 23 / 04 /2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan • Sedih karena pada saat hari H saya tidak dapat hadir karena sakit.

Page 225: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

225

Universitas Kristen Petra

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Saya sempat bertanya dengan teman isi dari workshop. Yang saya dapatkan

adalah perlunya perhatian khusus terhadap macam-macam pengguna dalam

setiap desain. Seperti dalam desain toilet, setiap pengguna membutuhkan desain tersendiri yang mana fungsi dari desain dapat digunakan dengan nyaman oleh

pengguna.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 30 / 04 / 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan • Penasaran tentang workshop.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 07 / 05 /2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain

Perasaan yang dirasakan • Antusias mendengarkan cerita dari narasumber.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Orang senior seringkali merasa masih mampu beraktivitas berat.

• Adanya kebutuhan ruang khusus untuk bekerja dengan nyaman dan aman.

• Permintaan pengguna yang tidak ingin desainnya diubah cukup membuat pusing

karena desain yang dihasilkan tidak bisa memenuhi standar bagi orang

berkebutuhan khusus (orang senior).

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas • Desain yang dihasilkan didiskusikan kembali dengan Pak Hariyono sebagai

pengguna. Apakah desain tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan Beliau atau

tidak.

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 14 / 05 / 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 Prinsip Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan • Semakin ingin tahu tentang Desain Inklusi dan penerapannya dalam desain.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Ada perbedaan besar antara desain inklusi dan desain universal. Yang selama ini

saya pelajari dalam perancangan hanyalah desain universal.

• Desain inklusi lebih memperhatikan spektrum pengguna yang beragam sehingga

perlu penyelesaian desain yang berbeda-beda.

• Beberapa keterbatasan yang memang tidak bisa diganggu bisa menciptakan

desain yang tidak mencakup semua prinsip desain.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 21 / 04 / 2014

Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok dan pra-desain

Perasaan yang dirasakan • Kebingungan saat memulai desain.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Area yang cukup sempit membuat kami semua harus memutar otak untuk

mencapai desain yang maksimal.

• Kebutuhan orang senior diusahakan diletakkan semua di lantai bawah.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 15

Tanggal 28 / 05 /2014

Materi teori yang didapatkan Mencari referensi tentang desain

Perasaan yang dirasakan • Semangat menyelesaikan desain.

Apakah yang saya pahami • Banyak alternatif yang bisa diterapkan terkait desain.

Page 226: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

226

Universitas Kristen Petra

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan • Pengetahuan tentang lebar sirkulasi dan ruang yang sesuai dengan spektrum

pengguna.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 16

Tanggal 04 / 06 / 2014

Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok dan Asistensi Desain dengan dosen pembimbing

Perasaan yang dirasakan • Semangat menyelesaikan desain.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Jarak railing masih perlu diperhatikan lagi untuk memenuhi aspek keselamatan

pengguna.

• Area toilet harus memiliki ventilasi.

• Area ruang kerja dibuat luas agar pengguna dapat beraktivitas dengan nyaman.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 17

Tanggal 11 / 06 / 2014

Materi teori yang didapatkan Masa UAS – penyempurnaan desain

Perasaan yang dirasakan • Semangat menyelesaikan desain dan UAS.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Perletakan perabot diusahakan sesuai urutan pekerjaan.

• Bukaan disesuaikan agar mudah digunakan.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 18

Tanggal 18 / 06 / 2014

Materi teori yang didapatkan UAS Inklusi – pengumpulan desain

Perasaan yang dirasakan • Senang bisa menyelesaikan UAS dengan baik.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Desain bukan hanya tentang keindahan tetapi lebih kepada kenyamanan

pengguna dengan memperhatikan spektrum pengguna dan kebutuhan mereka.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Cendana Marcheliwan Putra, 22411075

Nama Cendana Marcheliwan Putra

NRP 22411075

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19 / 02/ 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi, Apa yang dimaksud dengan desain inkusi , apa yang akan

dilakukan selama 1 semester pada mata kuliah ini

Perasaan yang dirasakan Ingin tahu lebih mengenai desain inklusi itu apa

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Yang dimaksud dengan desain inklusi adalah dalam kita mendesain , kita harus

menyesuaikan apa yang kita desain , dengan spectrum kebutuhan penggunanya

yang bervariasi

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 / 02/ 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan Pak tutus (total blind ) dan Istrinya (low vision ) mengenai bagaimana

cara mereka untuk beraktivitas sehari hari .

Perasaan yang dirasakan • Merasa bersyukur karena sudah dilahirkan dengan kondisi yang Normal

• Merasa lebih empati dan peka kondisi setiap orang yang berbeda akan

kebutuhannya

• Terkadang desain yang saya buat tidak memperhatikan spectrum pengguna ini

Page 227: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

227

Universitas Kristen Petra

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Perlu diperhatikan texture jalan dan kekontinuitasnya karena itu sangat penting

bagi spectrum pengguna ini, kenyataannya, guiding path orang buta tidak selalu ada , kalaupun ada, tidak selalu kontinu

• Menghindari benda benda yang berada di atas jangkauan tongkat, terkadang ada

benda benda seperti lemari dinding, tonjolan dinding, dan bukaan jendela yang

akan mengakibatkan orang buta tidak tahu dan akhirnya menabrak benda tersebut .

• Menggunakan perabot yang fixed / paling tidak, tidak dirubah rubah ,

kenyataannya, tanpa sadar, orang yang tinggal dengan spektrum pengguna ini ,

sering memindah barang sehingga membuat bingung.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 04/03/2014

Materi teori yang didapatkan Melakukan pencarian referensi berkaitan dengan desain Inklusi baik dari buku maupun website

Perasaan yang dirasakan Sedikit bingung karena desain inklusi benar benar focus pada kebutuhan orang difabel

yang berbeda beda

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 11/03/2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Menjadi orang difabel ( orang buta, pengguna kursi roda, pengguna kruck )

Perasaan yang dirasakan • Takut menabrak objek di depan baik orang maupun benda , takut ditabrak

kendaraan waktu menyebrang jalan

• Sedikit malu karena dilihat banyak orang dengan tatapan yang tidak enak

• Kehilangan Orientasi waktu menutup mata.

• Saat menggunakan kursi roda dan kruck, pergelangan tangan lelah .

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Perlu ada desain khusus yang sesuai dengan spektrum penggunanya

• Kursi Roda : Pada ramp, teori dan praktek sesuai, karena kemiringan ramp di

gedung W (KJ) dan Ramp auditorium termasuk curam, sehingga pengguna kursi

roda dapat celaka karena kursi roda tidak dapat naik dan terbalik , sehingga harus

didorong agar naik . Posisi tombol lift yang terlalu atas dan model pintu dorong

yang menyulitkan . Sebaiknya ramp memenuhi standart kemiringan tertentu dan posisi tombol lift yang dapat di jangkau, model pintu yang dapat memudahkan

orang kursi roda dan ruang toilet yang lebih besar karena butuh ruang lebih .

• Orang Buta : Pada saat menjadi orang buta, halangan yang tidak sampai ke

bawah jumlahnya lumayan banyak , sangat berbahaya dan dapat mencelakakan

karena tidak dapat terdeteksi / dijangkau oleh tongkat oleh karena itu, jika

mendesain untuk spektrum pengguna ini , hal hal tersebut dihindarkan . Perlu ada desain khusus agar spektrum ini dapat berorientasi dengan cepat tanpa

kebingungan .

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 18/03/2014

Materi teori yang didapatkan Observasi ke Perumahan Stren Kali bratang dengan Pak Hariyono pembuat Cetok

Kampung

Perasaan yang dirasakan • Canggung dan Tidak biasa, karena untuk pertama kalinya mengunjungi

perumahan daerah stren kali, dan ternyata tidak seburuk yang saya bayangkan

karena daerah tersebut merupakan kampong wisata

• Penasaran bagaimana perilaku orang yang tinggal di daerah stren kali dan

bagaimana proses pembuatan cetok .

Apakah yang saya pahami • Dalam pembuatan cetok kampong , terdiri dari beberapa proses dimana masing

Page 228: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

228

Universitas Kristen Petra

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

masing proses tersebut dilakukan bersama warga lain dan memiliki kebutuhan

ruang yang berbeda beda

• Memerlukan desain yang khusus terkait dengan spektrum pengguna yang lansia

dan sehari hari bekerja dirumah

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas • Mengamati situasi daerah stren kali bratang , warga, interaksi antar warga,

interaksi warga dengan linkungan .

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 26 / 03 / 2014

Materi teori yang didapatkan Berkumpul dengan kelompok berdiskusi mengenai hasil survey dan mengolah data guna

kebutuhan mendesain

Perasaan yang dirasakan Sedikit bingung dikarenakan Pak Haryono sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkan rumah yang sekarang ditempati .

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 02 / 04 / 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi hasil wawancara dan survey dengan Pak Gunawan

Perasaan yang dirasakan Antusias ingin segera memulai pembuatan desain

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Terdapat beberapa hal yang perlu di perhatikan dari kondisi rumah asal, yaitu

letak dapur yang berada di luar. Lalu permintaan privasi dari Pak Haryono yang

mana tidak dapat membuat bukaan dari depan terlalu lebar

• Hal hal lain yang harus diperhatikan antara lain kesesuaian ukuran ruang kerja

dengan tindakan yang dilakukan dalam bekerja, desain kamar mandi dan dapur .

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 09/04/2014

Materi teori yang didapatkan UTS – Membuat tugas merangkum dari sebuah artikel tentang housing .

Perasaan yang dirasakan Ingin menyelesaikan tugas UTS dengan cepat

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 16/04/2014

Materi teori yang didapatkan UTS – Mempersiapkan workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Penasaran dengan workshop UNDK

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 23/04/2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK membahas budaya toileting local dan beberapa topic lain yang

cukup menarik untuk diikuti

Perasaan yang dirasakan Penasaran karena acara ini diikuti tak hanya dari dalam kampus saja, tetapi banyak dari

kampus luar juga

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Budaya Toilleting merupakan budaya yang berbeda beda pada setiap spektrum

pengguna, berdasar kebiasaan, adat, ketersediaan fasilitas, dan lain lain. Oleh

karena itu dalam mendesain melibatkan unsur kenyamanan dan keamanan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 30 / 04 / 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan workshop Desain – membaca serta berdiskusi dengan kelompok mengenai

Page 229: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

229

Universitas Kristen Petra

desain inklusi sesuai spektrumnya

Perasaan yang dirasakan Penasaran dengan workshop desain

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 07/05/2014

Materi teori yang didapatkan Workshop Desain : Memanggil narasumber yang berbeda spektrumnya, setiap kaum

difabel memiliki kebutuhan sendiri sendiri

Perasaan yang dirasakan Tertarik karena dapat pengetahuan yang cukup banyak dari beberapa narasumber yang diundang

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

• Masalah yang dihadapi oleh para difabel / orang senior, tidak hanya berkaitan

dengan kemampuan diri sendiri nya saja , tetapi juga masalah social, contohnya

adalah pemikiran orang lain mengenai mereka

• Tugas sebagai arsitek adalah memfasilitasi mereka agar dapat hidup berkegiatan

sehari hari dengan nyaman dan aman.Oleh karena itu intensi desain yang

mencakup spektrum pengguna, sangatlah penting.

• Terkadang para difabel tidak dapat menggunakan / tidak nyaman dengan desain

yang telah ada (terutama pada fasilitas umum dan bangunan komersial ) karena

hanya dirancang secara universal desain dan terkadang tidak memenuhi dan memikirkan spektrum pengguna difabel .

• Melakukan praktik pendekatan desain inklusi secara langsung, yaitu berdiskusi

mengenai desain yang cocok/ dirasa nyaman untuk mereka. Akan tetapi desain

seperti ini sangat subjektif, karena didesain spesifik untuk penggunanya

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

Karena Pak haryono adalah salah satu dari narasumber. Desain yang telah dihasilkan oleh

kelompok, didiskusikan dengan pak Haryono, apakah sudah memenuhi dan sesuai untuk kebutuhannya.

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 15/05/2014

Materi teori yang didapatkan Prinsip desain universal dan desain inklusi, presentasi singkat hasil observasi ke kelompok lain .

Perasaan yang dirasakan Ingin cepat menyelesaikan tugas desain inklusi ini .

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Ada perbedaan desain inklusi dengan desain universal. Desain inklusi berbicara

tentang suatu desain yang sangat spesifik untuk spektrum penggunanya, sehingga sulit untuk diaplikasikan secara umum .

• Ada beberapa tolak ukur untuk desain universal. Yang paling mengena adalah

desain sesuai intuitif manusia

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 19/05/2014

Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok masing-masing, segera membuat pra rancangan yang

menggunakan data yang telah didapatkan

Perasaan yang dirasakan Antusias untuk segera menyelesaikan desain .

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 15

Tanggal 28/05/2014

Materi teori yang didapatkan Mencari data/ referensi secara kelompok ke perpustakaan dan sumber sumber lain

mengenai desain rumah stren kali yang telah ada .

Perasaan yang dirasakan Semakin bersemangat , karena ternyata desain rumah stren kali tidak hanya begitu saja, Banyak alternative desain dan pendekatan yang harus dibuat .

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 16

Page 230: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

230

Universitas Kristen Petra

Tanggal 04/06/2014

Materi teori yang didapatkan Diskusi kelompok masing-masing – Asistensi desain yang telah dibuat kepada Dosen

Perasaan yang dirasakan Ingin segera menyelesaikan desain inklusi

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 17

Tanggal 11/06/2014

Materi teori yang didapatkan Masa UAS – Asistensi desain yang telah dibuat

Perasaan yang dirasakan Perasaan ragu dengan desain yang dipilih karena merasa belum maksimal

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

• Daun pintu kamar mandi, harus sesuai dan mudah digunakan sesuai dengan arah

bukaan pintu

• Toilet yang tidak memiliki ventilasi alami yang baik dapat menyebabkan

penyakit dan kelembaban.

• Peletakan perabot untuk bekerja yang disesuakan dengan alur pekerjaan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

-

Kuliah/ Pertemuan ke 18

Tanggal 18/06/2014

Materi teori yang didapatkan Pengumpulan tugas UAS

Perasaan yang dirasakan Senang karena tugas telah usai .

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

-

Michelle Mimosa, 22411072

Nama Michelle Mimosa

NRP 22411072

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan PENGANTAR DESAIN INKLUSI

Perasaan yang dirasakan Perasaan lebih terbuka untuk penyandang disabilitas

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Pada pertemuan ini mempelajari tentang teori dan dasar desain utuk penyandang disabilitas.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mengusahakan desain yang aman dan nyaman untuk penyandang disabilitas, memiliki

kesadaran bahwa mereka membutuhkan desain yang berbeda.

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan KULIAH PAK TUTUS (TUNANETRA) TENTANG DESAIN INKLUSI

Perasaan yang dirasakan Mengetahui dan mengalami secara langsung interaksi dengan penyandang tunanetra, lebih

berempati dengan penyandang tunanetra.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Penyandang tunanetra dapat beraktivitas dengan normal tetapi memiliki perbedaan dengan orang normal. Mereka mengandalkan memori dan sentuhan untuk menganalisis keadaan dan

kondisi di sekitar. Tongkat wajib dibutuhkan oleh penyandang tunanetra apabila sedang

berada di tempat asing.

Page 231: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

231

Universitas Kristen Petra

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memiliki kesadaran akan kebutuhan-kebutuhan penyandang tunanetra. Diharapkan desain ke

depannya dapat lebih memperhatikan kebutuhan mereka.

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 15 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan SIMULASI DESAIN INKLUSI

Perasaan yang dirasakan Mengetahui dan memahami secara langsung pengalaman penyandang disabilitas, yaitu

menjadi tunanetra dan berkursi roda.

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Saat mendapatkan teori, hanya sekedar mengetahui secara teoritis. Tetapi setelah menjalankan simulasi secara langsung, ternyata berbeda dengan yang dibayangkan. Menjadi

penyandang disabilitas amat sulit, terutama jika berada pada daerah yang tidak memiliki

sarana penunjang khusus.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Memiliki empati terhadap penyandang disabilitas, dan memiliki kesadaran penuh akan

kebutuhan dan kenyamanan mereka pada saat mendesain

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 18 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan EKSPLORASI LITERATUR KELOMPOK

Perasaan yang dirasakan Mencari teori-teori yang mendukung eksplorasi terhadap orang tua.

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Kaum lanjut usia memerlukan kebutuhan-kebutuhan yang lebih daripada orang normal.

Meskipun kebutuhan tersebut tidak sebanyak penyandang disabilitas seperti tunanetra, tunarungu, berkursi roda dan lain sebagainya.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

Mengetahui secara teoritis hal apa saja yang dibutuhkan oleh kaum senior di tempat tinggalnya.

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan WAWANCARA DEGAN ORANG SENIOR (PAK HARIYONO PEMBUAT CETOK)

Perasaan yang dirasakan Berempati. Tempat tinggal yang berada di bantaran kali terasa tidak layak dan tidak

memenuhi standar kesehatan dan kenyamanan.

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Bapak Hariyono tergolong kaum lanjut usia yang masih produktif dan aktif, sehingga belum

banyak kebutuhan khusus yang diperlukan. Namun, kendala terbesar ada pada masalah biaya

dan ukuran rumah stren kali yang relative sempit.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mengetahui dan berinteraksi secara langsung dengan kaum lanjut usia. Mengetahui bahwa

terdapat kendala biaya, sehingga diharapkan desain ke depannya dapat mempertimbangkan

masalah desain.

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan ASISTENSI HASIL WAWANCARA

Perasaan yang dirasakan Lebih berempati dalam mendesain tempat tinggal untuk kaum lanjut usia.

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Dalam teori, kita dapat lebih mudah mengatur dan mendesain sesuai prinsip dan keinginan,

namun dalam prakteknya seringkali desain terbentur dengan masalah-masalah lain,

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mengetahui desain yang sesuai untuk kaum lanjut usia. Mengetahui bahwa terdapat kendala

biaya, sehingga diharapkan desain ke depannya dapat mempertimbangkan masalah desain.

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

-

Page 232: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

232

Universitas Kristen Petra

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS KKP-C DESAIN INKLUSI-PEMBUATAN TINJAUAN PUSTAKA

Perasaan yang dirasakan Pengumpulan desain

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan WORKSHOP UNDK

Perasaan yang dirasakan Lebih berempati

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Mengetahui toileting culture. Dengan hal tersebut dapat membantu melestarikan budaya

setempat

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan PERSIAPAN WORKSHOP DESAIN

Perasaan yang dirasakan Lebih memahami prinsip desain untuk kaum lanjut usia

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori

Teori desain harus melewati proses perancangan yang matang hingga dapat diaplikasikan

secara inklusif untuk satu pihak tertentu.

dan kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

Pengaplikasian teori desain terhadap desain rumah tinggal Pak Harioyono

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan WORKSHOP DESAIN

Perasaan yang dirasakan Terkejut karena desain ternyata kurang dapat diterima oleh pemilik rumah

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Meskipun secara teoritis desain sudah memenuhi prinsip-prinsip inklusivitas, namun pada

kenyataannya, pihak klien atau pemilik yang lebih berpengaruh, karena berhubungan langsung dengan mereka.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

Menampung masukan pemilik (Pak Harioyono) dan mencoba embuat desain yang dapat mengakomodir kebutuhan mereka

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan PENJELASAN 7 PRINSIP DESAIN INKLUSI

Perasaan yang dirasakan Mendapatkan ilmu baru mengenai prinsip-prinsip desain

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Secara teoritis mungkin terlihat mudah dalam pengaplikasian, namun terdapat benturan-benturan kepentingan, baik dengan pihak pemilik maupun kendala biaya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Mencoba membuat desain yang dapat mengakomodir kebutuhan pemilik.

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Page 233: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

233

Universitas Kristen Petra

Tanggal 11 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan ASISTENSI TUGAS UAS

Perasaan yang dirasakan Lebih mengerti dan memahami maksud dari desain inklusi, yang khusus/inklusif sehingga kebutuhan klien merupakan titik ukur terutama

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Secara teoritis mungkin terlihat mudah dalam pengaplikasian, namun terdapat benturan-

benturan kepentingan, baik dengan pihak pemilik maupun kendala biaya

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

Membuat 2 alternatif desain yang merupakan desain permintaan klien, dan desain ideal yang diperlukan untuk rumah usaha kaum lanjut usia.

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan UAS KKP-C DESAIN INKLUSI : DESAIN RUMAH TINGGAL DENGAN PENGGUNA

SENIOR (PENGUMPULAN TUGAS)

Perasaan yang dirasakan Lebih berempati terhadap sesama, dan mengerti kebutuhan kaum penyandang disabilitas.

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Secara teoritis mungkin terlihat mudah dalam pengaplikasian, namun terdapat benturan-

benturan kepentingan, baik dengan pihak pemilik maupun kendala biaya

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

Membuat 2 alternatif desain yang merupakan desain permintaan klien, dan desain ideal yang diperlukan untuk rumah usaha kaum lanjut usia.

Format Refleksi KKP - C Desain Inklusi

Puspita Rani, 22411074

Nama Puspita Rani

NRP 22411074

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Pengantar Desain Inklusi

Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Berbeda. Tidak semudah yang selama ini dibayangkan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Kontribusi yg dapat diberikan antara lain adalah design yang lebih peka dan membantu

komunitas defable agr dapat melakukan aktivitas dg lebih nyaman

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan Kuliah oleh P.Tutus (penyandang tunanetra)

Perasaan yang dirasakan Lebih berempati terhadap penyandang tunanetra

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Penyandang tujanetra sebagian besar melakukan aktivitas dengan mengandalkan ingatan, adanya perbedaan elemen maupun tekstur suatu material memberikan dampak yang

signifikan bagi tunanetra.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 12 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Simulasi Desain Inklusi

Page 234: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

234

Universitas Kristen Petra

. Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Merasakan secara langsung kebutuhan yang diperlukan oleh komunitas defable memberikan

kepekaan yang lebih terhadap proses perancangan.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

Perancangan design bagi komunitas defable yang sesuai dan nyaman

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 18 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan Eksplorasi literatur kelompok

Perasaan yang dirasakan Mencari teori yang mendukung eksplorasi

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Design yang diberikan selain diharapkan memudahkan mereka untuk bekerja juga nyaman

bagi kesehatan.

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Wawancara dengan P.Hariyono

Perasaan yang dirasakan Lebih berempati

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

(orang senior/lanjut usia) komunitas defable ini memerlukan ruang yang mudah diakses untuk

bekerja dan tempat tinggal, menghindari naik tangga krn kaki sering sakit.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

Desain yang membantu subjek untukd dapat bekerja dengan lebih nyaman

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi hasil wawancara

Perasaan yang dirasakan Lebih mengerti relevansi antara desain inklusi dengan kebutuhan subjek

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Banyak kebutuhan yang perlu diwujudkan untuk menciptakan tempat tinggal yg nyaman bagi

komunitas defable

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

Design yang nyaman dan sesuai kebutuhan

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS Inklusi – pembuatan tinjauan pustaka

Perasaan yang dirasakan Pengumpulan desain

Page 235: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

235

Universitas Kristen Petra

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop UNDK

Perasaan yang dirasakan Lebih berempati terhadap komunitas defable

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Mengenal lebih dalam mengenai budaya di toilet, sehingga dapat membantu melestarikan

budaya

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan Persiapan workshop design

Perasaan yang dirasakan Memahami lebih jelas konsep-konsep desain untuk orang lanjut usia

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori

Dasar konsep desain perlu melewati proses perancangan yang baik agar dapat diaplikasikan dengan tepat pada subjek

dan kenyataan di lapangan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Aplikasi dasar konsep desain pada desain rumah tinggal P.Hariyono

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Workshop desain

Perasaan yang dirasakan Sedikit kecewa karena desain tidak sepenuhnya diterima oleh subjek

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Desain yag diinginkan oleh subjek lebih memperhatikan budaya dan kebiasaan mereka,

bukan teori-teori desain yang seperti diajarkan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menampung masukan subjek dan mengolah desain menjadi lebih sesuai, baik dengan

kebutuhan maupun keingina subjek

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan Penjelasan 7 prinsip desain inklusi

Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Aplikasi prinsip desain terlihat simple, namjn terkadang tidak sesuai dengan subjek ataupun

biaya

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Merancang sebuah bangunan yang sesuai dengan kebutuhan dan kamampuan subjek

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 11 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan Asistensi tugas UAS

Perasaan yang dirasakan Memahami bahwa kebutuhan subjek merupakan poin yang paling penting dalam desain

inklusi

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Aplikasi desain inklusi seringkali terhambat kemampuan finansial subjek

Page 236: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

236

Universitas Kristen Petra

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Membuat alternatif desain yang sesuai bagi subjek

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan UAS

Perasaan yang dirasakan Lebih berempati kepada penyandang defable

Apakah yang saya pahami yang

antara materi teori dan kenyataan

di lapangan

Desain yang memenuhi prinsip inklusi tidak semerta-merta diterima oleh subjek, melainkan

ada pula faktor-faktor lain yang harus diperhatikan

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Menciptakan desain yang sesuai kebutuhan kemampuan subjek

Veronica Yuwono, 22411066

Nama Veronica Yuwono

NRP 22411066

Email Mahasiswa [email protected]

Mata Kuliah KKP-C Desain Inklusi

Dosen Pengampu Gunawan,S.T, M.Sc

Kuliah/ Pertemuan ke 1

Tanggal 19 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan PENGANTAR DESAIN IINKLUSI

Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Teori tidak sama dengan prakteknya, untuk dapat mendesain sesuatu yang berbeda dari

biasanya dengan baik harus dipraktekkan.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Lebih peka dalam mendesain dan mencoba merasakan kebutuhan komunitas dampingan.

Kuliah/ Pertemuan ke 2

Tanggal 26 Februari 2014

Materi teori yang didapatkan KULIAH PAK TUTUS TENTANG DESAIN INKLUSI

Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Ketika seseorang mengalami kekurangan dalam suatu bagian tubuhnya, indera lain akan

berusaha beradaptasi. Untuk beradaptasi Pak Tutus sebagai penyandang tuna netra

mempunyai beberapa teori.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Memikirkan jalan keluar lain yang dapat dilakukan dengan mengoptimalkan kemampuan

bertahan hidup melalui anggota tubuh lain.

Kuliah/ Pertemuan ke 3

Tanggal 15 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan SIMULASI DESAIN INKLUSI

Perasaan yang dirasakan Memahami bagaimana perasaan yang dirasakan penyandang disabilitas.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Ketika mencoba simulasi saya dapat benar-benar merasakan kesusahan yang dialami

penderita disabilitas.

Pada kenyataannya mendesain tidak bisa hanya sekedar menggunakan teori namun lebih bermanfaat apabila diimbangi dengan simulasi.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas dampingan

Studi gerak seperti yang dirasakan oleh komunitas dampingan dalam hal kebutuhan desain.

Kuliah/ Pertemuan ke 4

Tanggal 18 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan EKSPLORASI KELOMPOK LITERATUR

Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Banyak kebutuhan tambahan yang seharusnya dipenuhi dalam mendesain untuk

penyandang disabilitas.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

Mendesainkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.

Page 237: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

237

Universitas Kristen Petra

dampingan

Kuliah/ Pertemuan ke 5

Tanggal 26 Maret 2014

Materi teori yang didapatkan WAWANCARA DEGAN ORANG SENIOR (PAK HARIYONO PEMBUAT CETOK)

Perasaan yang dirasakan Tertarik karena dapat secara langsung melihat keadaan dan kebutuhan komunitas dampingan.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Keadaan komunitas dampingan belum sesuai dengan kebutuhannya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Membayangkan apa saja kebutuhan komunitas dampingan, berusaha melengkapi desain

yang akan dibuat dengan kebutuhan-kebutuhan yang belum ada.

Kuliah/ Pertemuan ke 6

Tanggal 2 April 2014

Materi teori yang didapatkan ASISTENSI HASUL WAWANCARA

Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Banyak hal yang masih perlu diperbaiki pada rumah Pak Hariyono.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mendesainkan dengan menambahkan kebutuhan yang diperlukan namun sesuai dengan

kemampuan Pak Hariyono.

Kuliah/ Pertemuan ke 7

Tanggal 9 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS

Perasaan yang dirasakan -

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

-

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 8

Tanggal 16 April 2014

Materi teori yang didapatkan UTS KKP-C DESAIN INKLUSI-PEMBUATAN TINJAUAN PUSTAKA

Perasaan yang dirasakan Senang karena mendapat teori baru.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Dari tinjauan pustaka yang saya dapatkan, saya mendapat bahwa ternyata banyak material

alam lain yang dapat dimanfaatkan dengan optimal dan rendah biaya.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 9

Tanggal 23 April 2014

Materi teori yang didapatkan WORKSHOP UNDK

Perasaan yang dirasakan Lebih berempati

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Mengetahui toileting culture untuk lebih mengetahui dan melestarikan kebudayaan yang

ada.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

-

Kuliah/ Pertemuan ke 10

Tanggal 30 April 2014

Materi teori yang didapatkan PERSIAPAN WORKSHOP DESAIN

Perasaan yang dirasakan Mempersiapkan dengan baik.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan kenyataan di lapangan

Kebutuhan Pak Hariyono belum terpenuhi.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Membuatkan alternatif desain sesuai kebutuhan dan kemampuan Pak Hariyono.

Kuliah/ Pertemuan ke 11

Tanggal 7 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan WORKSHOP DESAIN

Page 238: SS-20140721-Lap SL ke-4 YPAB_BILIC_YPAC_Kp Bratang.pdf

238

Universitas Kristen Petra

Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Kebiasaan Pak Hariyono dengan desain yang sudah ada menimbulkan rasa nyaman yang sebenarnya tidak sesuai dengan kebutuhan.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberi gambaran dan saran berupa alternatif desain kepada Pak Hariyono bagaimana desain yang baik.

Kuliah/ Pertemuan ke 12

Tanggal 15 Mei 2014

Materi teori yang didapatkan PENJELASAN 7 PRINSIP DESAIN INKLUSI

Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Bahwa terdapat beberapa prinsip desain inklusi yang dapat menjadi tolok ukur suatu desain inklusi yang baik.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Memberi desain sesuai kebutuhan dan sesuai dengan prinsip desain inklusi.

Kuliah/ Pertemuan ke 13

Tanggal 11 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan ASISTENSI TUGAS UAS

Perasaan yang dirasakan Tertarik

Apakah yang saya pahami yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Ada banyak kebutuhan dan prinsip bahkan dalam hal terkecil dalam desain yang harus dipenuhi untuk mencapai desain yang baik.

Kontribusi yang diberikan terhadap komunitas

dampingan

Mendesain dengan lebih detail dan menerapkan prinsip desain inklusi dalam desain.

Kuliah/ Pertemuan ke 14

Tanggal 18 Juni 2014

Materi teori yang didapatkan UAS KKP-C DESAIN INKLUSI : DESAIN RUMAH TINGGAL DENGAN

PENGGUNA SENIOR (PENGUMPULAN TUGAS)

Perasaan yang dirasakan Senang karena dapat membantu mendesainkan pengguna khusus.

Apakah yang saya pahami

yang antara materi teori dan

kenyataan di lapangan

Ada banyak kebutuhan dan prinsip bahkan dalam hal terkecil dalam desain yang harus

dipenuhi untuk mencapai desain yang baik.

Kontribusi yang diberikan

terhadap komunitas

dampingan

Mendesain dengan lebih detail dan menerapkan prinsip desain inklusi dalam desain.