spm kel 2

14
SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN Result Control Dan Komparatif Dari Model Tradisional Ke Just In Time (JIT) Disusun Oleh : Anisa Salam Pratama (8435120539) Faathir Rasyid AlAraaf (8335123492) Laraswati Aprillia (8335123484) Muhammad Fadel (8335123530) Mochammad Rendy Pagih S1 Akuntansi Reguler A 2012

Upload: isfanfazar

Post on 16-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah Matkul SPM

TRANSCRIPT

Page 1: SPM KEL 2

SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

Result Control Dan Komparatif Dari Model Tradisional Ke Just In Time (JIT)

Disusun Oleh :

Anisa Salam Pratama (8435120539)

Faathir Rasyid AlAraaf (8335123492)

Laraswati Aprillia (8335123484)

Muhammad Fadel (8335123530)

Mochammad Rendy Pagih

S1 Akuntansi Reguler A 2012

Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Jakarta

Page 2: SPM KEL 2

PENGANTAR PENULIS

Dewasa ini berbagai perekembangan dalam disiplin ilmu semakin berkembang, demikian pula dengan manajemen perusahaan. Khususnya untuk perusahaan manufaktur. Bergerak dibidang ini tentu saja tidak mudah mengingat kegiatan utama perusahaan adalah mengolah bahan baku menjadi barang jadi, yang tentu saja tidak akan lepas dari persediaan perusahaan. Sehingga perusahaan akan mempunyai fokus yang lebih luas, karena perusahaan harus mengeluarkan biaya dan perhatian khusus terhadap persediaan yang tersimpan pada gudang mereka. Paling tidak seperti inilah gambaran dari perusahaan manufaktur yang masih menerapkan sistem tradisional.

Dengan berjalannya waktu dan berbagai metode baru dikembangkan untuk peningkatan kualitas, efisiensi modal dan aktifitas serta kelayakan sistem produksi. Maka hadirlah istilah Just In Time, dimana metode ini akan sangat membantu perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur bisa merampingkan sistem pengendalian persediaanya. Kelompokn kami mencoba menuliskan materi ini dalam sebuah paper sebagai bentuk hasil diskusi yang terkait dengan tugas Sistem Pengendalian Manajemen. Terimakasih kepada Yang Terhormat bapak Petrolis yang sudah membimbing dan teman-teman yang sudah bekerjasama dalam merampungkan tugas ini.

Jakarata, September 2014

Penulis

Page 3: SPM KEL 2

PENDAHULUAN

   Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory controll), karena kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain. Kegiatan mengatur persediaan merupakan kegiatan fundamental untuk membangun keunggulan kompetitif jangka panjang. Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis ( operation, marketing, dan finance). Berkaitan dengan persediaan ini terdapat konflik kepentingan diantara fungsi bisnis tersebut. Finance menghendaki tingkat persediaan yang serendah-rendahnya supaya tidak banyak modal yang tertanam, sedangkan  marketing  dan operasi menginginkan tingkat persediaan yang  tinggi agar  kebutuhan konsumen dan kebutuhan produksi dapat dipenuhi dengan baik.

Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi tidak terganggu maupun kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi.

Tujuan  utama  dari  pengendalian   persediaan   adalah  agar perusahaan selalu mempunyai   persediaan  dalam  jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau mutu  yang telah ditentukan  sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu) dan biaya yang  dikeluarkan  untuk mengadakan persediaan minimal. Dengan meminimalkan biaya persediaan  berarti  laba yang diperoleh perusahaan akan meningkat. Mengendalikan persediaan atau inventory management yang tepat bukanlah hal yang mudah. Apabila jumlah persediaan terlalu besar mengakibatkan timbulnya dana yang dikeluarkan terlalu besar, meningkatnya biaya penyimpanan (seperti biaya pegawai, Biaya operasional pabrik, biaya gedung, dll) dan resiko kerusakan barang yang lebih besar. Namun bila persediaan terlalu sedikit mengakibatkan resiko terjadinya kekurangan persediaan ( stock out ) karena seringkali barang persediaan tidak dapat didatangkan secara mendadak yang menyebabkan terhentinya proses produksi, tertundanya keuntungan, bahkan hilangnya pelanggan. Keadaan  ini sudah tentu tidak diharapkan oleh perusahaan karena kehilangan pelanggan pertanda kurang baik bagi perusahaan.

Untuk mengendalikan persediaan, perusahaan dapat memilih salah satu pendekatan yang cocok dengan kondisi perusahaannya agar tujuan perusahaan untuk meningkatkan laba dapat tercapai.

A. PENDEKATAN TRADISIONAL 

    System manajemen persediaan dengan pendekatan tradisional menganggap bahwa ketidakpastian permintaan konsumen mengakibatkan ketidakpastian produksi dan pembelian sehingga  perusahaan harus memiliki persediaan. Manajemen berusaha untuk mengatasi ketidakpastian tersebut melalui perencanaan sediaan yang sebaik mungkin. Dalam pendekatan tradisional beranggapan bahwa masalah produksi dapat diatasi dengan mengelola persediaan. Ada beberapa alasan yang mendorong  kenapa dalam pendekatan tradisional perlu diadakan persediaan seperti:

•untuk menyeimbangkan biaya penyimpanan dan pemesanan

•untuk memuaskan permintaan pelanggan

•untuk memanfaatkan potongan harga

•untuk berjaga jaga jika terjadi kenaikan harga

•untuk menjaga kelancaran proses produksi

Page 4: SPM KEL 2

    Dalam pendekatan manajemen persediaan tradisional didasarkan pada metode minimal dan maksimal. Metode ini menggambarkan batas minimal dan maksimal persediaan yang harus diadakan opeh perusahaan. Supaya persediaan itu selalu berada diantara batas minimal dan maksimal tersebut maka   harus melakukan  langkah-langkah berikut.

a. Menentukan Economic order quantity (EOQ)/ kuantitas pemesanan yang paling ekonomis.

Economic Order Quantity (EOQ) menjawab pertanyaan berapa banyak yang harus dipesan . Economic Order Quantity (EOQ) atau Economic Lot Size (ELS) merupakan suatu metode manajemen persediaan paling terkenal dan paling tua yand diperkenalkan oleh FW. Harris sejak tahun 1914. Model ini dapat dipergunakan baik untuk persediaan yang dibeli maupun yang dibuat sendiri, dan banyak digunakan sampai saat ini karena penggunaannya relatif mudah.

Penentuan besarnya  EOQ ini dihitung dengan cara:

          

b. Reorder point (ROP) / Titik Pemesanan Ulang.

Mengetahui kapan melakukan pemesanan ulang juga merupakan hal yang penting dalam kebijakan perusahaan. Titik pemesanan ulang merupakan titik waktu dimana pesanan baru harus dilakukan. Waktu tunggu merupanan waktu yang diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan. Untuk dapat menghitung titik pemesanan ulang, maka tingkat pemakaian (rate of usage) dan waktu tunggu perlu diketahui. Titik pemesanan ulang dihitung dengan cara pemakaian per hari x rata-rata waktu tunggu.

c. Persediaan Pengaman (Safety Stock).

Jika permintaan bahan atau produk tidak diketahui secara pasti, kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan muncul. Persediaan pengaman (safety stock) merupakan persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan yang berpluktuasi. Persediaan pengaman dihitung dengan cara pemakaian per hari x rata-rata keterlambatan bahan.

d. Persediaan Maksimum.

Jika perusahaan harus memelihara persediaan pengaman, maka pada saat bahan atau barang yang dipesan datang, persediaan menunjukkan tingkat minimal yaitu sebesar persediaan pengaman,  sehingga setelah bahan yang dipesan diterima, maka  persediaan akan naik  kembali ke tingkat maksimal yaitu sebesar persediaan pengaman ditambah Economic Order Quantity (EOQ).

B. PENDEKATAN JUST IN TIME (JIT)

  Perubahan lingkungan tradisional ke pemanufakturan maju yang diikuti dengan persaingan tajam bahkan berlevel global mengakibatkan system manajemen dengan pendekatan tradisional yang berbasis Economic Order Quantity (EOQ) dan metode minimal-maksimal tidak cocok lagi dalam lingkungan yang baru sehingga mendorong perusahaan menggunakan Just In Time (JIT).

Page 5: SPM KEL 2

JIT merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki impilkasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar JIT sangat sederhana, yaitu produksi hanya apabila ada permintaan (pull system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta dan hanya sebesar kuatitas yang diminta. Filosofi JIT digunakan pertama kali oleh Toyota dan kemudian diadopsi oleh banyak perusahaan manufaktur dijepang .

Bila JIT merupakan suatau filosofi manajemen operasi yang berusaha untuk menghilangkan pemborosan pada semua aspek dari kegiatan-kegiatan produksi perusahaan. Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system produksi atau opersi dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menembah nilai bagi suatui produk.Just in Time (JIT) mendasakan pada delapan kunci utama, yaitu:

1. Menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.2. Memproduksi dengan jumlah kecil3. Menghilangkan pemborodan4. Memperbaiki aliran produksi5. Menyempurnakan kualitas produk6. Orang-orang yang tanggap7. Menghilangkan ketidakpastian8. Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.

Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pemerapan JIT:

A. Organisasi Pabrik  : Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu diletakkan dalam satu lokasi.

B. Pelatihan/Tim/keterampilan : JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi perubahanyang dilakukan dari system tradisional dan bagaimana cara kerja JIT  yaitu

1. Membentuk Aliran/Penyederhanaan : Idealnya suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal.

2. Kanbal Pull System : Kanbal merupakan system manajemen suatu pengendalian perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan.

3. Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya. 4. Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan. 5. Memproduksi hanya sejumlah proses berikutnya.

6. Meratakan beban produksi.7. Menaati instruktur kanban pada saat fine tuning. 8. Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.

C. Visibiltas/ pengendalian visual : Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang merupakan system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional sulit dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam prosess dan banyak rute produksi yang saling bersilangan.

Page 6: SPM KEL 2

D. Eliminasi Kemacetan : Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim fungsi silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti perekayasaan, manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan.

E. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup  : Ukuran lot yang ideal bukan ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini esuai bila nesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.

F. Total Productive Maintance  : TPM merupakan suatu keharusan dalam sisitem JIT. Mesi-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin tersebut.

Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan Berkesinambungan.

Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIt tidak ada bahan cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus bekerja dengan prima.

Keuntungan JIT antar lain :

A. Waktu set-up pada gudang dapat dikurangi. Dengan pemotongan waktu dan biaya ini akan membuat perusahaan lebih efficient, dan perusahaan dapat lebih fokus untuk perbaikan pada bidang lainnya.

B. Aliaran barang dari gudang ke produksi akan meningkat. Beberapa pekerja akan fokus pada daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat.

C. Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih efisien.D. Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten.E. Adanya peningkatan hubungan dengan suplyer.F. Persediaan selalu dipertahankan untuk menjaga produkstivitas pekerja dan bisnis akan fokus

pada turn over.

C. PERBANDINGAN SISTEM MANAJEMEN JIT DAN TRADISIONAL

JIT TRADISIONAL

1. Sistem tarikan2. Persediaan tidak signifikan3. Basis pemasok sedikit4. Kontrak jangka panjang dengan pemasok5. Pemanufakturan berstruktur seluler6. Karyawan berkeahlian ganda7. Jasa terdesentralisasi8. Keterlibatan karyawan tinggi9. Gaya manajemen sebagai penyedia

fasilitas10. Total quality control (TQC)

1. Sistem dorongan2. Persediaan signifikan3. Basis pemasok banyak4. Kontrak jangka pendek dengan pemasok5. Pemanufakturan berstruktur departemen6. Karyawan terspesialisasi7. Jasa tersentralisasi8. Keterlibatan karyawan rendah9. Gaya manajemen sebagai pemberi

perintah10. Acceptable quality level (AQL)

Page 7: SPM KEL 2

1. Sistem tarikan dibanding sistem dorongan

Sistem tarikan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar atas permintaan konsumen, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Sebagai contoh dalam perusahaan pemanufakturan permintaan konsumen melalui aktivitas penjualan menentukan aktivitas produksi, dan aktivitas produksi menentukan aktivitas pembelian.

System dorongan adalah system penentuan aktivitas-aktivitas berdasar dorongan aktivitas-aktivitas sebelumnya. Pembelian bahan melalui aktivitas pembelian mendorong aktivitas produksi, dan aktivitas produksi mendorong aktivitas penjualan.

2. Persediaan tidak signifikan dibanding persediaan signifikan

Karena JIT menggunakan system tarikan maka dapat mengurangi persediaan menjadi tidak signifikan atau sangat sedikit dan bahkan mencita-citakan nol. Sebaliknya, dalam system tradisional, karena menggunakan system dorongan maka persediaan jumlanya signifikan sebagai akibat jumlah bahan yang dibeli melebihi kebutuhan produksi, jumlah produk yang diproduksi melebihi permintaan konsumen dan perlu adanya persediaan penyangga. Persediaan penyangga diperlukan jika permintaan konsumen melebihi jumlah produksi dan jumlah bahan yang digunakan untuk produksi melebihi jumlah bahan yang dibeli.

3. Basis pemasok sedikit dibanding basis pemasok banyak

JIT hanya menggunakan pemasok dalam jumlah sedikit untuk mengurangi atau mengeliminasi aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah, memperoleh bahan yang bermutu tinggi dan berharga murah. Sedangkan system tradisioanl menggunakan banyak pemasok untuk memperoleh harga yang murah dan mutu yang baik, tapi akibatnya banyak aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah dan untuk memperoleh harga yang lebih murah harus dibeli bahan dalam jumlah yang banyak atau mungkin dengan mutu yang rendah.

4. Kontrak jangka panjang dibanding kontrak jangka pendek

JIT menerapkan kontrak jangka panjang dengan beberapa pemasoknya guna membangun hubungan baik yang saling menguntungkan sehingga dapat dipilih pemasok yang memasok bahan berharga murah, bermutu tinggi, berkinerja pengiriman tepat waktu dan tepat jumlah serta dapat mengurangi frekuensi pemesanan. Sedangkan tradisional menerapkan kontrak-kontrak jangka pendek dengan banyak pemasok sehingga untuk memperoleh harga murah harus dibeli dalam jumlah yang banyak atau mungkin mutunya rendah.

5. Struktur seluler dibanding struktur departemen

Struktur seluler dalam JIT adalah pengelompokan mesin-mesin dalam satu keluarga, biasanya kedalam struktur semilingkaran atau huruf “U” sehingga satu sel tertentu dapat digunakan untuk melakukan pengolahan satu jenis atau satu keluarga produk tertentu secara berurutan. Setiap sel pemanufakturan pada dasarnya merupakan pabrik mini atau pabrik di dalam pabrik. Penggunaan struktur seluler ini dapat mengeliminasi aktivitas, waktu, dan biaya yang tidak bernilai tambah.  Sedangkan struktur departemen dalam system departemen adalah struktur pengolahan produk melalui beberapa departemen produksi sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memerlukan beberapa departemen jasa yang memasok jasa bagi departemen produksi. Akibatnya struktur departemen menimbulkan aktivitas-aktivitas serta waktu dan biaya-biaya tidak bernilai tambah dalam jumlah besar.

Page 8: SPM KEL 2

6. Karyawan berkeahlian ganda dibanding karyawan terspesialisasi

System JIT yang menggunakan system tarikan waktu “bebas” harus digunakan oleh karyawan struktur seluler untuk berlatih agar berkeahlian ganda sehingga ahli dalam berproduksi dan dalam bidang-bidang jasa tertentu misalnya pemeliharaan pencegahan, reparasi, setup, inspeksi mutu. Sedangkan pada system tradisional system karyawan terspesialisasi berdasarkan departemen tempat kerjanya misalnya departemen produksi atau departemen jasa. Karyawan pada departemen jasa terspesialisasi pada aktivitas penangan bahan, listrik, reparasi, dan pemeliharaan, karyawan pada departemen produksi terspesialisasi pada aktivitas pencampuran, peleburan, pencetakan, perakitan, dan penyempurnaan.

7. Jasa terdesentralisasi dibanding jasa tersentralisasi

System tradisional mendasarkan pada system spesialisasi sehingga jasa tersentralisasi pada masing-masing departemen jasa. Sedangkan pada system JIT jasa terdesentralisasi pada masing-masing struktur seluler, para karyawan selain selain ditugaskan untuk berproduksi tapi juga harus ditugaskan pada pekerjaan jasa yang secara langsung mendukung produksi si struktur selulernya.

8. Keterlibatan tinggi dibanding keterlibatan rendah

Dalam system tradisional, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan relative rendah karena karyawan fungsinya melaksanakan perintah atasan. Sedangkan dalam system JIT manajemen harus dapat memberdayakan para karyawannya dengan cara melibatkan mereka atau member peluang pada mereka untuk berpartisipasi dalam manajemen organisasi. Menurut pandangan JIT, peningkatan keberdayaan dan keterlibatan karyawan dapat meningkatkan produktviitas dan efisiensi biaya secara menyeluruh. Para karyawan dimungkinkan untuk membuat keputusan mengenai bagaimana pabrik beroperasi.

9. Gaya pemberi fasilitas dibanding gaya pemberi perintah

System tradisional umumnya menggunakan gaya manajemen sebagai atasan karena fungsi utamanya adalah memerintah para karyawannya untuk melaksanakan kegiatan. Sedangkan pada system JIT memerlukan keterlibatan karyawan sehingga mereka dapt diberdayakan, maka gaya maanjemen yang cocok adalah sebagai fasilitator dan bukanlah sebagai pemberi perintah.

10. TQC dibanding AQL

TQC (Total Quality Control) dalam JIT adalah pendekatan pengendalian mutu yang mencakup seluruh usaha secara berkesinambungan dan tiada akhir untuk menyempurnakan mutu agar tercapai kerusakan nol atau bebas dari kerusakan. Produk rusak haruslah dihindari karena dapat mengakibatkan penghentian produksi dan ketidakpuasan konsumen.

AQL (Accepted Quality Level) dalam system tradisional adalah pendekatan pengendalian mutu yang memungkinkan atau mencadangkan terjadinya kerusakan namun tidak boleh melebihi tingkat kerusakan yang telah ditentukan sebelumnya.

D. PT. Tri Dharma Wisesa, dari Tradisional ke JIT

Latar Belakang Perusahaan

PT. Tri Dharma Wisesa yang beralamatkan di Jl. Pegangsaan Dua Blok A1, Kelapa Gading, Jakarta Utara adalah salah satu perusahaan manufaktur yang fokus bergerak di bidang Broke System (Disk Brake & Drum Brake). Perusahaan yang berdiri pada 3 Desember 1981 ini pada awalnya berdiri sendiri, namun pada tahun 1996 perusahaan ini bekerjasama dengan Akebono Brake Industri Co., Ltd.

Page 9: SPM KEL 2

Sejak awal didirikannya perusahaan ini berkembang pesat dan mendapatkan berbagai pengakuan salah satunya OHSMS Certification pada tahun 2004. Segala prestasi yang diraih oleh PT. Tri Dharma Wisesa ini tentu saja akan meningkatkan kepercayaan para customer nya akan produk-produk yang ditawarkan. Pada tahun 2000 perusahaan ini sudah mampu mengekspansi pasar ASEAN, Jepang dan bahkan pada tahun 2004 sudah membuka pasar di United Kingdom dan North America. Untuk pasar dalam negeri perusahaan ini menjadi supplier berbagai perusahaan besar seperti Yamaha, Toyota, Honda, Suzuki dan lainnya.

Masalah Perusahaan dengan Menggunakan Sistem Tradisional

Dibalik kesuksesan tersebut, ternyata banyak sekali masalah produksi yang dihadapai oleh perusahaan ketika menggunakan sistem sederhana atau tradisional. Hal ini tentu saja menghambat peningkatan kinerja produksi perusahaan. Tindakan yang berguna untuk mengurangi permasalahan tersebut adalah dengan melakukan perubahan sistem produksi. PT Tri Dharma Wisesa mempunyai lini khusus untuk memasok ke perusahaan Yamaha untuk produksi disc brake. Untuk hal ini perusahaan sering mengalami maslah-maslah seperti :

1. Volume kegiatan departemen Production Planing & Control yang besar2. Ketidakcocokan rencana dan produksi aktual3. Kurang adaptif terhadap perubahan permintaan 4. Mekanisme informasi yang kurang baik5. Inventory yang menumpuk

Oleh karena itu ada beberapa aspek yang ingin diperbaiki perusahaan, seperti :

1. Menghilangkan semua aktifitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan nilai tambah terhadap produksi

2. Komitmen terhadap kualitas prima3. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi4. Memeberikan tekanan pada penyederhanaan aktifitas dan peningkatan visibilitas aktifitas

yang memberikan nilai tambah untuk perusahaan

Untuk perusahaan jenis manufaktur kaliber PT. Tri Dharma Wisesa, masalah produksi seperti ini akan menghambat aktifitas produksi untuk berkembang sehingga perusahaan membutuhkan solusi yang lebih bagus dalam manajemen kegiatan produksinya. Oleh karena itu metode Just In Time mulai dipertimbangkan sebagai solusi dalam menjawab permaslahan tersebut.

JIT mempunyai dua tujuan strategis, yang pertama untuk meningkatkan laba dan yang kedua untuk memperkiuat posisi perusahaan dalam persaingan pasar. Untuk tujuan meningkatkan profitabilitas tentu saja JIT menjadi jawaban, mengingat JIT mengatur tentang tata kelola persediaan yang efisien dan efektif untuk kegiatan produksi. Mulai dari memilih supplier, lokasi atau tata letak kegiatan produksi serta supply chain management system nya.

Ketika semua permasalahan produksi sudah dijawab oleh metode JIT, tentu saja peningkatan profitabilitas perusahaan bukan suatu hal yang tidak mungkin terjadi. Misalnya saja dalam pemeliharaan gudang, karena JIT bertumpu pada zero inventory system, maka biaya pemeliharan gudang dan resiko barang rusak akan lebih kecil.

Untuk tujuan memperkuat posisi persaingan, JIT juga menjadi jawaban strategis. Tak hanya memperhatikan persediaan sebagai titik utama dengan metode JIT secara tidak langsung posisi perusahaan akan lebih matang dan kuat, hal ini karena terjadinya kepuasan pelanggan dan ramping sistem produksi perusahaan sehingga perusahaan lebih fleksibel dan efisien dalam melakukan inovasi dan pengembangan kualitas produk serta kinerja.

Page 10: SPM KEL 2

Keuntungan yang diperoleh PT Tri Dharma Wisesa

Lalu apa saja keuntungan yang akan diraih oleh PT Tri Dharma Wisesa ketika menerapkan metode JIT ini?

Berikut adalah keuntungannya :

1. Efisiennya seluruh sistem yang berjalan dalam perusahaan2. Biaya yang dikeluarkan oleh pabrik untuk para staffnya akan lebih sedikit dibandingkan

ketika menggunakan metode tradisional3. Tidak ada lagi sistem re-check persediaan atau retur persediaan di gudang4. Kertas kerja dapat lebih simple5. Profit yang dihasilkan akan lebih tinggi dengan adanya penghematan biaya yang

berhubungan dengan persediaan6. Biaya-biaya yang dikeluarkan dapat dilacak dengan mudah7. Biaya produk bisa ditentukan dengan lebih akurat8. Dapat mengeliminasi kegiatan yang tidak memiliki nilai tambah9. Meminimumkan persediaan10. Zero defect 11. Harga pokok produksi akan lebih ramping12. Menghemat biaya penyimpanan dan gudang13. Menghemat waktu perpindahan