social kognitiv

Upload: hanayuki-vizurei

Post on 10-Oct-2015

109 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.3Latar BelakangFokus dari ilmu psikologi adalah perilaku manusia. Psikologi kepribadian merupakan cabang dari ilmu psikologi yang membahas kepribadian manusia, sehingga psikologi kepribadian membahas apa dan bagaimana kepribadian itu ada terbentuk pada diri manusia.Dalam konsep psikologi kepribadian II, terdapat berbagai teori-teori yang mendasarinya, yaitu teori classical conditioning, teori operant conditioning,teori stimulus respon, teori social cognitive, pengantar aliran humanistik, dan teori holisme dan humanisme.Pada teori sosial kognitif, dijelaskan mengenai tingkah laku manusia dari segi hubungan timbale balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkah laku, dan faktor lingkungan. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977). Dalam teori ini, digunakan penjelasan-penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana kita belajar dari orang lain. Di samping itu, pandangan dalam teori sosial kognitif tidak didorong oleh reinforcement dari dalam dan juga tidak berasal oleh stimulus-stimulus lingkungan.Teori sosial kognitif tidak hanya dikemukakan oleh Albert Bandura, ada tokoh lain yang mengemukakan teori mengenai sosial kognitif, yaitu Walter Mischel. Karya pertamanya adalah Personality and Assesment (1968). Dia menerangkan bahwa pada kondisi yang tepat orang sanggup memprediksi perilaku mereka tanpa harus menjalani tes. Sifat adalah alat prediksi perilaku yang sangat lemah karena situasilah yang mempengaruhi perilaku. Karya terbaiknya adalah Introduction to Personality (1971) dan sudah direvisi ke-7 pada 2004.

1.2Perumusan MasalahDalam penulisan makalah ini, permasalahan yang diambil, yaitu:1.Apa definisi belajar sosial kognitif secara umum?2.Bagaimana Profil dari Albert Bandura?3.Bagaimana Profil dari Walter Mischel?4.Bgaimanan Sejarah Munculnya Teori Sosial Kognitif?5.Konsep teori sosial kognitif gabungan dari Bandura-Mischel secara umum?6.Bagaimana Teori Pembelajaran Sosial dari Bandura?7.Bagaimana Experimen dan Aplikasi teori Albert Bandura?8.Apa saja Kontribusi yang diberikan oleh Albert Bandura?9.Bagaimana Teori Sosial Kognitif Walter Mischel?10.Bagaimana Experimen dan Aplikasi teori Walter Mischel?11.Apa saja kontribusi yang diberikan oleh Walter Mischel?

1.3Tujuan PenulisanTujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Kepribadian IIUntuk mengetahui :1.Definisi belajar sosial kognitif secara umum2.Profil dari Albert Bandura3.Profil dari Walter Mischel4.Sejarah Munculnya Teori Sosial Kognitif5.Konsep teori sosial kognitif gabungan dari Bandura-Mischel secara umum6.Teori Pembelajaran Sosial dari Bandura7.Experimen dan Aplikasi Teori Albert Bandura8.Kotribusi yang diberikan oleh Albert Bandura9.Teori Sosial Kognitif Walter Mischel10.Experimen dan Aplikasi teori Walter Mischel11.Kontribusi yang diberikan oleh Walter Mischel

1.4MetodeMetode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah menggunakan metode studi pustaka yang mengambil sumber dari beberapa buku dan internet.

1.5Sistematika Penulisan1.Penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu pendahuluan, pembahasan, dan penutup. Pada bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Pada bab pembahasan terdiri definisi belajar sosial kognitif secara umum, profil dari Albert Bandura, profil dari Walter Mischel, sejarah munculnya teori sosial kognitif, konsep teori sosial kognitif gabungan dari Bandura-Mischel secara umum, teori pembelajaran sosial dari Bandura, experimen dan aplikasi teori Albert Bandura, kotribusi yang diberikan oleh Albert Bandura, teori sosial kognitif Walter Mischel, experimen dan aplikasi teori Walter Mischel, kontribusi yang diberikan oleh Walter Mischel. Pada bab penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 DefinisiTeori belajar sosial adalah sebuah teori belajar yang relative masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Salah seorang tokoh utama teori ini adalah Albert Bandura, seorang psikologi pada Universitas Standford Amerika serikat, dianggap sebagai seorang behavioris masa kini yang moderat. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi anatar lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Prinsip dasar belajar hasil temuan Bandura termasuk belajar sosial dan moralMenurut Bandura, perilaku seseorang dapat dijelaskan melalui hubungan tiga faktor yang satu sama lainnya saling menentukan (triadic reciprocity).Prinsip dasar dari teori ini adalah adanya pengaruh timbal balik(reciprocal determinism)pada tiga faktor yang ada, yaitu individu, lingkungan dan perilaku.

2.2 Profil Albert BanduraAlbert Bandura Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada tanggal 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam Jurusan Psikologi. Dia memperoleh gelar Master di dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University. Bandura banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerahAmerican Psychological AssociationuntukDistinguished scientific contributionpada tahu 1980.Semenjak penelitian awal Bandura, ratusan penelitian eksperimental lainnya mengenai anak, remaja, dan orang dewasa telah menunjukkan hasil yang serupa, sehingga meyakinkan banyak psikolog bahwa mengobservasi agresi itu sendiri dapat meningkatkan agresivitas (Komisi Kekerasan dan Remaja APA, 1993: Bushman & Anderson, 2001; Eron, 1995). Sebuah meta-analisis menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi kontak terhadap kekerasan dalam film maupun televisi, semakin kuat pula kemungkinan seseorang untuk berperilaku secara agresif, bahkan setelah para peneliti mengontrol kelas sosial, kecerdasan, dan factor-faktor lainnya (Anderson & Bushman, 2001).2.3 Profil Walter MischelMischel lahir di Wina, Austria pada 22 Februari 1930. Bersama kakaknya Teodore awalnya jadi filsuf tumbuh di lingkungan kondusif tak jauh dari rumah Freud. Masa indahnya terenggut ketika Nazi menginvansi Austria pada 1938. Kemudian Mischel dan kelurganya pindah ke USA sampai akhirnya menetap di Broklyn sampai masa SD dan SMP-nya. Sebelum sempat kuliah, ayahnya sakit dan Walter terpaksa bekrja serabutan sampai akhirnya dia berhasil kuliah di New York University. Dia sangat tertarik pada seni lukis juga patung dan berbagi hidup menjadi seniman, juga mahasiswa psikologi di Greenwich Village.Saat perkuliahan ia muak dengan dosen yang selalu mengajarkan teori psikologi melalui eksperimen tikus yang menurutnya jauh dari manusia. Setelah lulus dia melanjutkan program MA psikologi klinis City College of New York. Sembari mengerjakan tesisnya, dia bekerja sosial di kawasan kumuh Lower East Side, sebuah pekerjaan yang membuatnya ragu dengan manfaat psikoanalitik. Perkembangan psikologi sosial kognitifnya memuncak saat mengambil studi doktoral di Ohio State University pada 1953-1956. Kala itu di kampusnya terbagi menjadi dua kubu, kubu Julian Rotter dan kubu George Kelly. Dia lebih memilih tidak memihak manapun. Namun belajar dari keduanya. Rotter mengajarkan pentingnya riset sedangkan Kelly mengajarinya eksperimen manusia haruslah memperhatikan aspek kognitif dan perasaan.Selanjutnya Mischel mengajar 2 tahun di Colorado University. Lalu bergabung dengan Departemen Hubungan Sosial di Havard dan akhirnya menetap di Columbia University. Di Havard ia bertemu Harriet Nerlove dan menikahinya.Karya pertamanya adalah Personality and Assesment (1968). Dia menerangkan bahwa pada kondisi yang tepat orang sanggup memprediksi perilaku mereka tanpa harus menjalani tes. Sifat adalah alat prediksi perilaku yang sangat lemah karena situasilah yang mempengaruhi perilaku. Karya terbaiknya adalah Introduction to Personality (1971) dan sudah direvisi ke-7 pada 2004.2.4 Sejarah Singkat dari Teori Sosial KognitifSebelum Albert Bandura mengemukakan teorinya, sudah ada beberapa penjelasan tentang bagaimana organisme belajar melalui observasi. Beberapa diantaranya dijelaskan sebagai berikut.1)THORNDIKE dan WATSONEdward L. Thorndike adalah adalah orang pertama yang mencoba mempelajari perilaku belajar secara observasi melalui eksperimen. Pada tahun 1989, dia melakukan eksperimen pada kucing. Thorndike membuat sebuahpuzzle box, dan mencoba melihat bagaimana perilaku kucing untuk keluar daripuzzle boxtersebut. Ketika dia menempatkan satu kucing dalam boks, dia menempatkan kucing di boks yang berdampingan-kucing di boks ini mengobservasi perilaku kucing dalampuzzle boxmencari jalan keluar. Ketika kucing yang mengobservasi kucing dalampuzzle boxditempatkan padapuzzle boxitu sendiri, si kucing tidak dapat langsung menggunakan cara yang telah dia amati untuk keluar daripuzzlebox, tetapi dia melakukan prosestrial-and-error, seperti ketika kucing pertama berusaha untuk keluar daripuzzle box. Thorndike pun melakukan percobaan yang sama pada ayam dan anjing, dan merekapun melakukan hal yang sama, bahkan dengan monyet sekalipun. Pada akhirnya, dia menyimpulkan bahwa hewan tidak memiliki kemampuan untuk belajar melakukan sesuatu dari mengobservasi hewan lain melakukannya (Hergenhahn dan Olson, 1997).J.B. Watson melakukan percobaan yang sama seperti yang dilakukan Thordike pada tahun 1901 dengan menggunakan monyet, dan hasilnya sama seperti percobaan Thorndike (Hergenhahn dan Olson, 1997).Pada akhirnya, baik Thorndike maupun Watson menyimpulkan bahwa belajar merupakan hasil daripengalaman langsungsaja, dan bukanpengalaman mengamati(Hergenhahn dan Olson, 1997, hal. 326).

a)MILLER dan DOLLARDMiller dan Dollard berpendapat bahwa bilaperilaku menirudiberi penguatan, perilaku tersebut akan diperkuat, seperti perilaku lainnya. Miller dan Dollard membagi perilaku menjadi tiga kategori:1.Perilaku sama,terjadi ketika dua atau lebih individu merespon situasi sama dengan cara yang sama, seperti ketika kita menyapa, semua orang akan merespon dengan hai.2.Perilaku meniru, meliputi penuntunan oleh seseorang kepada orang lain, misalnya seorang instruktur yoga mengajari muridnya posisi yoga. Ketika sang murid dipuji, dia akan mendapat penguatan atas perilaku itu.3.Perilaku menyocokkan-dependen, seorang pengamat diberi penguatan untuk meniru tindakan model. Misalnya ketika seorang kakak mendengar suara langkah kaki ayahnya pulang, dia berlari ke arah pintu, dan mendapatkan permen dari sang ayah sebagai penguatan. Adiknya yang ikut berlari juga mendapatkan permen. Karena mendapat penguatan, hal ini diulangi kembali oleh kedua anak. Namun, perbedaannya adalah, sang kakak terstimulasi oleh suara langkah kaki, sedangkan sang adik terstimulasi oleh kakaknya yang berlari. Perilaku adik merupakan perilaku dependen pada perilaku kakak.Miller dan Dollard menekankan bahwa perilaku meniru bisa menjadi kebiasaan, dan menyebut bahwa kecenderungan untuk meniru perilaku pada individu sebagaipeniruan umum(Hergenhahn dan Olson, 1997, hal. 326-327).Teori sosial kognitif terbentuk dalam cakupan yang luas dari konsep teori dan telah di realisasikan di beberapa bidang. Miller dan Dollart (1941) dengan jelas memperkenalkan apa yang mereka sebut dengan teori pembelajaran sosial yang menjelaskan tentang peniruan perilaku hewan dan manusia. Konsep teori pembelajaran sosial didasarkan pada prinsip pembelajaran klasik dan ide motivasi dari Hull (1943). Teori pembelajaran menjelaskan mekanisme dari perilaku.Rotter pertama kali mengaplikasikan prinsip pembelajaran sosial pada psikologi klinik (1954). Pada tahun 1962, Albert Bandura menerbitkan sebuah artikel tentang pembelajaran sosial dan tiruannya. Bandura dan Walters (1963) mengusulkan bahwa anak-anak dapat menyaksikan anak-anak lain untuk belajar perilaku baru dan tidak membutuhkan hadiah secara langsung. Jadi, seorang anak belajar dengan cara mengobservasi perilaku anak-anak lain dan menghargai pemberian orang lain. Pada tahun 1969 Bandura mendeskripsikan dasar konsepsual untuk perubahan perilaku dengan menegaskan pada teori pembelajaran tradisional.Mischel (1973) mengusulkan pertama kali gagasan kognitif yang membentuk sebuah dasar kognitif untuk teori sosial kognitif. Stokols (1975) mengaplikasikan konsep pembelajaran observasi pada penurunan risiko penyakit cardiovaskuler. Pada tahun 1977 Bandura menyatakan sanggahannya terhadap prinsip teori pembelajaran

2.5 Konsep Teori Sosial Kognitif Bandura-MischelPrinsip belajar menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami, hal ini berbeda dengan situasi di laboratorium atau pada lingkungan social yang banyak memerlukan pengamatan tentang pola perilaku beserta konsekuensinya. Kritik Bandura terhadap belajar itu sebagai hubungan antar stimulus dan respon adalah :1.Kurang menjelaskan tentang diperolehnya respon yang baru. Dalam situasi alami menurut Bandura, orang akan berbuat lebih banyak daripada sekedar meniru perilaku yang telah ada.2.Hanya mengamatidirect learning(belajar langsung) yaitu orang berperilaku sesuatu dan mengalami akibatnya. Sebaliknya bandura mengatakan bahwa seorang anak dalam hubungan pribadinya dengan orang dewasa, melalui interaksi anak dan orang tuanya, dengan persaan irinya dan sebagainya menyebabkan anak meniru perilaku tertentu.Mischel (1973) dan Bandura (1977, 1986) merumuskan sejumlah konsep teori sosial kognitif yang penting pada pemahaman dan intervensi dalam perilaku. Pembahasan berikutnya akan menjelaskan mengenai teori Bandura dan dan teroti Mischel secara spesifik, berikut adalah konsep teori secara umum kedua tokoh teori kognitif sosial, yaitu :Reciprocal DeterminismPada teori sosial kognitif, perilaku bersifat dinamis. Tergantung pada aspek lingkungan dan manusia dimana semuanya saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi ini berlanjut antara karakteristik manusia, perilaku manusia dan lingkungan dimana perilaku ditunjukkan yang disebut pengaruh timbal balik (reciprocal determinism).Lingkungan dan SituasiIstilah lingkungan berkenaan dengan sebuah gagasan objektif dari semua faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang tetapi merupakan faktor eksternal. Contoh dari lingkungan sosial termasuk anggota keluarga, teman, rekan di tempat kerja atau di ruang kelas. Lingkungan fisik termasuk diantaranya ukuran ruangan, temperature sekitar atau tersedianya makanan tertentu.Observational LearningLingkungan merupakan bagian yang penting dalam teori sosial kognitif karena menyediakanmodelsuntuk perilaku. Seseorang dapat belajar dari orang lain tidak hanya dari menerima penguatan dari mereka tetapi juga pengamatan mereka. Observational learning terpikir ketika seseorang menyaksikan tindakan orang lain dan kekuatan yang diterima seseorang. Proses ini juga disebut penghargaan pada diri sendiri (vicarious reward) atau pengalaman diri sendiri (vicarious experience) (Bandura, 1972, 1986).Behavioral CapabilityPerilaku sangat kompleks dan dapat dilihat dari banyak level (Frederiksen, Martin, dan Webster, 1979), dari pemilihan makanan, memakan makanan yang spesifik, mengambil sejumlah makanan ke dalam mulut, sebagai contoh pendidik kesehatan harus menentukan dengan jelas perilaku target. Behavioral capability merupakan hasil dari latihan individu, kemampuan kapasitas intelektual, dan gaya pembelajaran. Teknik kemampuan disebut mastery learning yang memberikan pengetahuan kognitif dari apa yang ditampilkan, latihan untuk menampilkan suatu aktivitasnya dan umpan balik untuk mendapatkan penampilan yang baik sampai dengan orang tersebut menampilkan perilaku pada tingkat yang dapat diterima (Block, 1971).ReinforcementReinforcement merupakan konsep utama dalam bentuk operant dari teori pembelajaran. Positif reinforcement atau penghargaan merupakaan respon perlaku seseorang yang meningkatkan kemungkinan dimana perilaku akan berulang. Dalam teori operant tradisional reinforcement bekerja dengan cara mekanisme yang tidak dikenal untuk mempengaruhi perilaku.Outcome ExpectationOutcome expectationadalah aspek perilaku yang sudah ada lebih dulu dimana Bandura menyebutnya perilakuantecedent determinants..Outcome ExpectanciesOutcome expectancies(disebutincentivesoleh Bandura, 1997b, 1996) berbeda dengan harapan (expectation) dimana ekspetasi (expectancies) merupakan nilai dimana seseorang bertempat pada hasil tertentu.Self-EfficacySelf-efficacyadalah keyakinan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, termasuk keyakinan dalam mengatasi masalah saat melakukan tindakan. Bandura mengemukakan bahwaself-efficacyadalah prasyarat yang paling penting dalam perubahan perilaku karena hal ini mempengaruhi seberapa besar usaha yang dilakukan dalam suatu tugas dan pada tingkat berapa suatu tindakan dapat dicapai (Erwart, Taylor, Reese, dan Debusk, 1983).Self-Control of PerformanceIstilahperformanceberkenaan tentang perilaku manusia yang berfokus pada pencapaian sebuah tujuan. Salah satu tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengarahkan tindakan perilaku sehat agar dapat dikendalikan oleh individu. Bandura (1991) mengemukakan bahwa sistemself-control memiliki beberapa komponen subfungsi.Management of Emosianal ArousalBandura (1977b) mengakui bahwa timbulnya emosi yang berlebih menghambat pembelajaran dan penampilan, dan dia mengusulkan stimulus tertentu memberikan peningkatan pada pemikiran ketakutan yang berlebih (stimulus-outcome-expectancies). Pikiran takut yang berlebih ini mengakibatkan timbulnya emosi dan perilaku bertahan yang cepat. Perilaku bertahan berhubungan secara efektif dengan stimulus, sehigga adanya penurunan rasa ketakutan, kegelisahan, permusuhan, atau emosi.Reciprocal Determinism RevisitedIni merupakan pembelajaran untuk mengembalikan pada konsep pengaruh timbal balik (resiprocal determinism) dan mengujinya dalam keterangan konsep komponen teori kognitif sosial. Jika karakteristik seseorang, lingkungan, atau perilaku berubah, situasi berubah, dan perilaku, situasi, dan orang-orang dievaluasi ulang.

2.6.Teori Pembelajaran Sosial dari BanduraTeori belajar sosial dari Bandura didasarkan pada 3 konsep, yaitu :1.Determinis ResiprokalBandura berpendapat, seseorang berperilaku tertentu karena adanya interaksitimbal balikantara orang, lingkungan, dan perilaku orang tersebut, menghasilkan perilaku berikutnya. Dari konsep ini, bisa dikatakan bahwa perilaku mempengaruhi lingkungan, atau lingkungan atau orang mempengaruhi perilaku.Determini resiprokal dalah konsep yang penting dalam teori belajar sosial Bandura, karena menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku. Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenpmena psiko-sosial diberbagai tingkat kompleksitas dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.Gambar berikut menunjukkan timbal balik antara orang-lingkungan-perilaku

2.Tanpa ReinforsemenBandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung kepada reinforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direinforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya, reinforsemen penting dalaa menentukan apakah tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapiitu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar lewat apa yang dia lihat dengan mengamati sesuatu dan kemudian mengulangnya. Belajar melalui reinforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok dari teori belajar sosial.3.Kognisi dan Regulasi DiriTeori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidak senangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep Bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri, mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri. Kemampuan kecerdasan untuk berpikir simbolik menjadi sarana yang kuat untuk menangani lingkungan, misalnya dengan menyimpang penagalaman (ingatan) dalam wujud verbal dan gambaran imajinasi untuk kepentingan tingkah laku pada masa mendatang. Kemampuan untuk menggambarkan secara imajinatif hasil yang diinginkan pada masa yang akan datang mengembangkan strategi tingkah laku yang membimbing ke arah tujuan jangka panjang.

Struktur Kepribadian1.Sistem Self (Self System)Tidak seperti Skinner yang teorinya tidak memilki konstruk self, Bandura yakin bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh self sebagai salah satu determinan tingkah laku tidak dapat dihilangkan tanpa membahayakan penjelasan dan kekuatan peramalan. Dengan kata lain self diakui sebagai unsur struktur kepribadian. Saling determinis menempatkan semua hal saling berinteraksi, dimana pusat atau pemulanya adalah sistem self. Sistem self itu bukan unsur psikis yang mengontrol tingkah laku, tapi mengacu ke struktur persepsi, evaluasi, dan pengaturan tingkah laku. Pengaruh self tidak otomatis atau mengatur tingkah laku secara ontonom, tetapi self menjadi interaksi resiprokal.

2.Regulasi DiriBandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakanperilaku yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior). Manusia belajar suatu standar performa (performance standards), yang menjadi dasar evaluasi diri. Apabila tindakan seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa, maka ia akan dinilai positif, tetapi sebaliknya, bila dia tidak mampu berperilaku sesuai standar, dengan kata lain performanya dibawah standar, maka ia akan dinilai negatif.Menurut Bandura manusia mempunyai kemampuan berpikir, dan dengan kemampuan itu mereka memanipulasi lingkungan, sehingga terjadi perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia. Bandura berpendapat akan terjadi strategi reaktif dan proaktif dalam regulasi diri.strategi reaktif dipakai untuk mencapai tujuan, namun ketika tujuan hampir tecapai strategi proaktif menentukan tujuan baru yang lebih tinggi. Orang memotivasi dan membimbing tingkah lakunya sendiri dengan strategi proaktif, menciptakan ketidakseimbangan, agar dapat memobilisasi kemampuan dan usahanya berdasarkan atisipasi apa saja yang dibutuhhkan untuki mencapai tujuan. Ada tiga proses yang dipakai untuk melakukan pengaturan diri, yaitu memanipulasi faktor eksternal, memonitor da mengevaluasi tingkah laku internal. Tingkah laku manusia adalah hasil pengaruh resiprokal faktor eksternal dan faktor internal itu.2.1.Faktor EksternalFaktor eksternal mempengaruhi bagian diri dengan dua cara, pertama faktor eksternal memberi standar untuk mengevaluasi tingkah laku. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh diri seseorang, melalui orang tua dan guru anak-anak belajar baik-buruk, tingkah laku ynag dikehendaki dan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Kedua, faktor eksternal meempengaruhi regulasi diri dalam bentuk penguatan (reinforcement). Hadiah intrinsik tidak selalu memberi kepuasan , orang membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan eksternal.2.2.Faktor InternalBanduran mengemukakan 3 bentuk pengaruh internal, yaitu :1.Observasi diri (self observation) : dilakukan berdasarkan faktor kualitas dan kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku, dan seterusnya. Orang harus mampu memonitor perfomansinya, apa yang diobservasi seseorang tergantung dari minat dan konsep dirinya. Kompetensi atau skill adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk menyelesaikan dan menghadapi masalah dalam hidupnya. Kompetensi meliputi cara bepikir tentang masalah dalam kehidupan dan kemampuan bertingkah laku dalam menyelesaikan masalah. Skill adalah kompetensi yang dimiliki individu dalam konteks yang spesifik. Kompetensi diperoleh melalui interaksi sosial dan observasi terhadap dunia. Perkembangan kompetensi kognitif dan tingkah laku juga turut mempengaruhidelay gratification skill, kemampuan individu dalam menunda kepuasan impuls yang tidak tepat secara social atau secara potential membahayakan diri sendiri.Delay gratificationskill ditentukan oleh hasil yang diinginkan, pengalaman pribadi di masa lalu serta observasi terhadap konsekuensi yang diterima oleh model.Proses penilaian atau mengadili tingkah laku (judgement procces) : melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi performansi.Standar pribadi bersumber dari pengalaman mengamati model misalnya orang tua.guru, dan menginterpretasi balikan/penguatan dari perfomansi diri. Berdasarkan sumber model dan performansi yang mendapat penguatan, proses kognitif menyusun ukuran-ukuran atau norma yang sifatnya sangat pribadi, karena ukuran itu tidak selalu sinkron dengan kenyataan. Standar pribadi ini jumlahnya terbatas. Sebagian besar aktivitas harus dinilai dengan membandingkan ddengan ukuran eksternal, berupa norma standar perbandingan sosial, perbandingan dengan orang lain, atau perbandingan kolektif.

2.Reaksi-diri-afektif : akhirnya berdasarkan pengamatan dan judgement itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri sendiri. bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual. Individu memiliki evaluative standards yang merepresentasikan tujuan yang akan dicapai dan landasan dalam mengharapkanreinforcementdari orang lain dan diri sendiri.Evaluative standardyang melibatkan pemikiran mengenai sesuatu harus seperti apa, yaitu kriteria mental untuk mengevaluasi baik atau buruknya suatu peristiwa. Hal ini meliputi pengalaman akan emosi seperti malu, bangga, merasa puas atau tidak puas terhadap dirinya.Evaluative standardsyang dipelajari juga meliputi prinsip-prinsip moral dan etika dalam bertingkah laku. Di dalamevaluative standardsyang dimiliki seseorang terdapat pengaruh eksternal meskipun berasal dari internal individu. Evaluative standards merupakan hal yang mendasari motivasi danperformancedari seseorang. Standar evaluasi sering memicu reaksi emosional. Seseorang merasa bangga bila mencapai standar performanya dan kecewa ketika gagal mencapai standar tersebut. Hal tersebut mengarah pada self-evaluation reactions,yaitu seseorang mengevaluasi tindakannya dan kemudian berespons secara emosional (puas atau tidak puas) sebagai hasil dari evaluasi.Tabel Proses Regulasi DiriFaktor EksternalFaktor Internal

Self-ObsevationJudgement ProcessSelf-Response

1.Standar masyarakat

2.Penguatan1. Dimensi Performansi :-Kualita-Keseringan-Kuantita-Orisinalitas-Kebenaran bukti-Dampak-Penyimpangan-Etika1. Standar Pribadi:Sumber modelSumber penguat

2. Pedoman Performansi :-Norma standar-Perbandingan sosial-Perbandingan personal -perbandingan kolektif

3. Menghargai Aktivitas :-Sangat dihormati-Netral-Direndahkan

4. Atribusi Performansi :-Lokus pribadi-Lokus eksternal1. Reaksi evaluasi diri:-positif-negatif

2. Dampak terhadap self :-dihadiahi-dihukum

3. Tanpa respon self

3.Efikasi Diri (Self-Efficacy)Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhunungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil. Bandura bependapat harapan/keyakinan ada 2, yaitu :1.Efikasi diri atau efikasi ekspektasiAdalah persepsi diri sendriri seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Dalam kata lain, efikasi diri juga disebutaspek perilaku yang sudah ada lebih dulu dimana Bandura menyebutnya perilakuantecedent determinants. Seseorang belajar bahwa kejadian-kejadian tertentu kemungkinan besar menimbulkan respon pada perilakunya dalam kondisi tertentu dan kemudian berharap terjadi ketika keadaan tersebut muncul lagi. Untuk perilaku yang tidak termasuk dalam kebiasaan, orang-orang mengantisipasi beberapa aspek dari keadaan dimana kemungkinan perilaku dilakukan, berkembang, dan pengujian strategi yang berhubungan dengan keadaan dan antisipasi apa yang akan mungkin terjadi sebagai hasil dari perilaku mereka pada keadaan tersebut. Pada keadaan seperti itu, orang-orang mengembangkan ekspektasinya mengenai keadaan dan ekspektasi untuk hasil dari perilaku mereka sebelum mereka benar-benar mengalami keadaan tersebut. Pada kasus yang paling banyak, perilaku yang sudah ada lebih dulu mengurangi kegelisahan mereka dan meningkatkan kemapuan mereka untuk mengendalikan situasi.Pencegahan merokok pada remaja memberikan contoh bagaimana ekspektasi dapat berkembang dan berubah. Secara umum, remaja belajar menduga-duga dari iklan, kawan orang yang lebih tua darinya, atau mencontoh dari peranan orang dewasa bahwa merokok dapat menjadi menyenangkan atau pengalaman yang menarik atau dia dapatmencapai kedewasaan atau bahkan penampilan yang lebih menarik dengan merokok. Pendekatan ini telah berhasil dalam menangulangi bahaya merokok (Flay, 1985). Hal ini berhasil karena konsekuensi sosial negatif (akibat negatif ekspektasi) untuk remaja yang lebih muda, hal ini telah berubah.2.Ekspektasi hasil (Outcome expectations)Outcome expectancies(disebutincentivesoleh Bandura, 1997b, 1996) berbeda dengan harapan (expectation) dimana ekspetasi (expectancies) merupakan nilai dimana seseorang bertempat pada hasil tertentu. Ekspetasi memiliki besaran, nilai kuantitatif bisa positif atau negatif dan biasanya mewakili dalam suatu rangkaian dari -1 sampai +1. Ekspektasi mempengaruhi perilaku menurut pada prinsip hedonic, yaitu jika semua barang adalah sama, seseorang akan memilih untuk melakukan aktivitas yang maksimumhasilnya positif atau minimal hasilnya negatif. Mischel (1973) mengusulkan bahwa ekspektasi menjelaskan kondisi klasik. Sebagai contoh, ketika mengajar kemampuan mengurangi berat badan pada orang dewasa yang kelebihan berat badan, salah satunya mungkin dibutuhkan untuk menolong orang tersebut menggantikan hasil positif dari komsumsi makanan dengan hasil yang negatif.Harapan positif seseorang akan bisa menafsirkan secepatnya dalam beberapa proyek membentuk perubahan dalam perilaku sehat, agar dapat mengidentifikasi motivator untuk perilaku tersebut. Beberapa peneliti telah mengobservasi, sebagai contoh , seseorang akan lebih menyukai untuk menyewa dalam kativitas fisik untuk menghasilkan keuntungan yang sementara (menjadi lebih baik, kompetitif dengan teman dalam tennis) dibandingan dengan menghasilkan penambahan dalam jangka panjang (sebagai contoh, menghindar dari serangan jantung selama 30 tahun dari sekarang). McAlister (1980) menunjukkan bahwa program pencegahan merokok bagi remaja lebih berhasil jika mereka mengemukakan efek negatif dari rokok secara serta merta, seperti sulit bernapas dibandingan dengan efek jangka panjang, seperti kesaitan dan kematian akibat kanker dan penyakit hati. Oleh sebab itu, penekanan secara serta merta akan lebih mempengaruhi terhadap perilaku dibandingkan dengan penekanan dalam jangka yang lama. Dari sumber lain juga mengatakan bahwa ekspektasi hasil merupakan perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan itu akan mencapai hasil tertentu (Alwisol, 2009)Jadi, Self-efficacy adalah keyakinan seseorang dalam melakukan suatu kegiatan tertentu, termasuk keyakinan dalam mengatasi masalah saat melakukan tindakan. Bandura mengemukakan bahwaself-efficacyadalah prasyarat yang paling penting dalam perubahan perilaku karena hal ini mempengaruhi seberapa besar usaha yang dilakukan dalam suatu tugas dan pada tingkat berapa suatu tindakan dapat dicapai (Erwart, Taylor, Reese, dan Debusk, 1983).Self-efficacymerupakan suatu peramal utama dalam pemilihan makanan sehat antara anak-anak kelas 3 dan 4 (Parcel dan lain-lain, 1995).Teknik observasional dan interactive learning dapat digunakan dalam memperkenalkan dan mempromosikan setiap rangkaian perilaku target (Badura, 1986). Pengulangan tindakan dalam suatu tugas tunggal membangun self-efficacy seseorang dengan terjadinya perubahan tindakan ekspetasi seseorang. Sebagai contoh, ahli kesehatan yang melatih penderita diabetes untuk melakukan sendiri injeksi insulin. Proses penginjeksian insulin terbagi dalam sejumlah tahapan-tahapan kecil dimana setiap individu dapat belajar secara berulang-ulang (contohnya, mengisi suntikan dengan jumlah insulin yang tepat, memastikan bahwa semua alat steril, melihat bahwa tidak ada gelembung yang masuk ke dalam suntikan, dan memastikan bahwa cairan tepat pada tanda dalam suntikan). Kemudahan setiap tahapan dan keikutsertaan individu dalam berlatih pada setiap tahapan secara terpisah disertai beberapa pengulangan tindakan, memungkinkan mereka untuk membentuk self-efficacy hampir di setiap tahapan. Ketika seseorang memiliki keyakinan di setiap tahapan, mereka akan menempatkan setiap tahapan secara bersama-sama dan membangunself-efficacyhampir di seluruh kegiatan. Pengukuran self-efficacy harus lebih spesifik pada perilaku target serta dalam menghadapi masalah yang berdasarkan pada pemahaman dan kemampuan target pendengar dan anggota pendengar (Maibach dan Murphy, 1995).

SumberEfikasi DiriPerubahan tingkah laku, dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu sumber, yakni :Pengalaman sebelumnya dalam situasi yang hampir sama (performing attainment) atau pengalaman menguasai suatu prestasi (performance accomplishment)Observasi lain dalam situasi yang hampir sama (vicarious experience)Mendengar situasi yang hampir sama dari orang lain atau kepercayaan sosial (sosial persuation)Respon/pembangkitan emosional (Emotionall Physiological states) atau psikologi perilaku (physiological arousal)

Tabel Strategi Pengubahan Sumber Ekspektasi EfikasiSumberCara Induksi

Pengalaman PerformansiParticipant modellingMeniru model yang berrprestasi

Performance desensitizationMenghilangkan pengaruh buruk pada prestasi buruk masa lalu

Performance exposureMenonjolkan keberhasilan yang prnah diraih

Self-instructed performanceMelatih diri untuk melakukan yang terbaik

Pengalaaman VikariusLive modellingMengamati model yang nyata

Symbolic modellingMengamati model simbolik, komik, film, cerita.

Persuasi VerbalSugestionMempengaruhi dengan kata-kata berdasarkan kenyataan

ExhortationNasihat, peringatan yang mendesak/memaksa

Self-instructionMemerintah diri sendiri

Intrepretive treatmentInterpretasi baru memperbaiki interpretasi lama yang salah

Pembangkitan EmosiAtributionMengubah atribusi, penanggung jawab suatu kejadia emosional

Relaxation biofeedbackRelaksasi

Symbolic desensitizationMenghilangkan sikap emosional dengan modeling sombolik

Symbolic exposureMemunculkan emosi secara simbolik

Pengalaman VikariusDiperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jiks mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya dan ternyata gagal. Kalau figur yang diamati bewrbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya, ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya dalam jangka waktu lama.Persuasi SosialEfikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat, atau diperlemahkan melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi sosial dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.Keadaan EmosiKeadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi diri dibidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri.Bandura (1977b) mengakui bahwa timbulnya emosi yang berlebih menghambat pembelajaran dan penampilan, dan dia mengusulkan stimulus tertentu memberikan peningkatan pada pemikiran ketakutan yang berlebih (stimulus-outcome-expectancies). Pikiran takut yang berlebih ini mengakibatkan timbulnya emosi dan perilaku bertahan yang cepat. Perilaku bertahan berhubungan secara efektif dengan stimulus, sehigga adanya penurunan rasa ketakutan, kegelisahan, permusuhan, atau emosi.Kategori dari manajemen perilaku untuk emosi dan psikologi diidentifikasi oleh Moos (1976). Salah satu kategrori termasuk psikologi bertahan (penolakan, penekanan, dan sublimasi). Kategori yang lain termasuk di dalamnya beberapa tehnik kognitif, seperti merestrukturisasi masalah. Kategori ketiga, yaitu tehnik manajemen stress (relaksasi atau olah raga) dimana merawat gejala penderitaan secara emosional. Kategori keempat termasuk metode-metode penyelesaian masalah secara efektif (klarifikasi masalah dan identifikasi, seleksi, dan implementasi solusi yang dapat mengakibatkan timbulnya emosi). Konsep dan metode teori sosial kognitif biasanya direalisasikan untuk mempelajari kemampuan manajemen perilaku tersebut.Meskipun banyak program menggunakan strategi manajemen perilaku, strategi ini berbeda berdasarkan individu dan budayanya (Diaz-Guerrero, 1979). Sebagai contoh, beberapa orang yang mengalami kelebihan berat badan menemukan bahwa sulit untuk menolak atau menahan kondisi mereka. Orang-orang sering bereaksi negatif pada orang yang kelebihan berat badan, dan reaksi ini dapat meningkatkan kegelisahan mengenai kelebihan berat badan (Hudson dan William, 1981). Untuk orang yang obesitas, kegelisahan ini mengakibatkan reaksi yang berlebihan di kemudian hari (Slochower dan Kaplan, 1980). Kegelisahan yang tinggi juga dapat membuat hal ini sulit bagi orang tersebut untuk menghadiri pesan kesehatan dari ahli kesehatan (Ley dan Spelman, 1965). Oleh karena itu, pendidik kesehatan dan sarjana jurusan perilaku dapat membantu orang belajar metode yang membantu meminimalisasi timbulnya emosi sebelum mereka menolong mereka merubah perilaku mereka atau menunda intervensi sampai dengan kegelisahan mereda.

Efikasi Diri sebagai Prediktor Tingkah LakuMenurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antar lingkungan, tingkah lakum dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi penentu tingkahlaku mendatang yang penting. Berbeda dengan konsep diri (Rogers) yang bersifat kesatuan umu, efikasi diri bersifatfragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada :1.Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu2.Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu3.Keadan fisiologis dan emosional : kelelaham, kecemasan, apatis, murung, dll.Efikasi yang tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku.Tabel kombinasi efikasi dengan lingkungan sebagai predikto tingkah lakuEfikasiLingkunganPrediksi hasil tingkah laku

TinggiResponsifSukses, melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuannya

RendahTidak responsifDepresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit

TinggiTidak responsifBerusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivasi sosial, bahkan melaksanakan perubahan

RendahResponsifOrang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu

Efikasi Kolektif (Collective Efficacy)Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat mengasilkan perubahan sosial tertentu disebut efikasi kolektif. Ini bukan jiwa kelompok tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari orang banyak yang bekerja sama. Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Efikasi kolektif timbul berkaitan dengan masalah-masalah perusakan hutan, kebijakan perdagangan internasional, perusakan ozone, kemajuan teknologi, huku, dan kejahatan, birokrasi, perang, kelaparan, bencana alam, dan sebagainya.Selain itu, ada lagi satu hal yang berkaitan dengan efikasi diri, yaitu beliefs. Sebuah pemikiran melibatkan beliefs mengenai seperti apa dunia yang sesungguhnya dan seperti apa masa depan. Ketika beliefs diarahkan pada masa depan maka disebut dengan expectancies. Ekspektansi terhadap masa depan merupakan hal utama yang menentukan bagaimana kita bertingkah laku. Individu memiliki ekspektansi pada tingkah laku yang diterima oleh orang, reward dan punishment yang mengikuti tingkah laku tertentu, serta kemampuan individu untuk mengatasi stres dan tantangan. Inti dari kepribadian adalah pada perbedaan cara dimana manusia sebagai individu yang unik menerima suatu situasi, mengembangkan ekspektansi mengenai keadaan yang akan datang, dan menampilkan perbedaan pola perilaku sebagai hasil dari perbedaan persepsi dan ekspektansi tersebut. Sama halnya dengan kompetensi, ekspektansi yang dimiliki individu bersifat kontekstual.Bandura (1997, 2001, dalam Pervin, Cervone, & John, 2005) telah menekankan bahwa ekpektansi manusia mengenai kemampuan performanya menjadi kunci dalam prestasi manusia dan kesejahteraannya. Bandura mengacu ekspektansi tersebut sebagai persepsi dariself-efficacy. Perceivedself-efficacykemudian mengacu pada persepsi seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk bertindak dalam situasi yang akan datang. Persepsi self-efficacy menjadi penting karena mempengaruhi keberhasilan seseorang.Dinamika KepribadianMenurut Bandura, motivasi adalah konstruk kognitif yang mempunyai dua sumber, gambaran hasil pada masa yang akan datang (yang dapat menimbulkan motivasi tingkah laku saat ini), dan harapan keberhasilan didasarkan pada pengalaman menetapkan tujuan-tujuan anatara.. Dengan kata lain, harapan mendapat reinforsemen pada masa yang akan datanng memotivasi seseorang untuk bertingkha laku tertentu, dan dengan menetapkan tujuan atau tingkat performansi yang diinginkan, dan kemudian mengevaluasi performansi dirinya, orang termotivasi untuk bertindak pada tingkat tertentu.Bandura setuju bahwa penguatan menjadi penyebab belajar. Namun orang juga dapat belajar dengan penganut yang diwakilkan (vicarious reinforcement),penguat yang ditunda (expectation reinforcement), atau bahkan tanpa penguat (beyond reinforcement) :1.Penguatan vikarius : mengamati orang lain yang berhasil dan berusaha dengan gigih untuk menjadi sperti orang yang diamati tersebut.2.Penguatan yang ditunda : orang terus menerus berbuat tanpa penguatan, karena yakin akan mendapatkan penguatan yang memuaskan dimasa yang mendatang.3.Tanpa penguatan : belar tanpa ada reinforsemen sama sekali, mirip dengan konsep otonomi fungsional dari Allport.

Dinamika kepribadian menurut teorisocial-cognitive, fungsi-fungsi kompetensi, ekspektasi, goal dan evaluative standards dapat berkembang melalui observasi terhadap orang lain (observational learning dan vicarious conditioning) maupun dari pengalaman sendiri.Observational learningadalah keadaan di mana individu dapat belajar dengan cara mengobservasi atau mengamati tingkah laku orang lain (model). Sementara itu,vicarious conditioningdapat diartikan sebagai proses mempelajari reaksi emosional melalui observasi terhadap orang lain. Bandura mengatakan bahwa terdapat dua prinsip teoritis yang harus digunakan untuk menganalisis dinamika proses kepribadian, yaitu penyebab perilaku yang disebut dengan reciprocal determinism, dan lainnya adalah kerangka kerja untuk berpikir mengenai proses kepribadian internal yang disebut dengancognitive-affective processing system (CAPS).CAPS ini akan dibahas dalam teori Walter Mischel.Tindakan Moral (Moral Conduct)Seseorang akan mempelajari kode moral (moral code) dari model. Kode moral ini menentukan perilaku mana yang boleh dilakukan dan perilaku mana yang akan mendapat sangsi bila dilakukan dan perilaku mana yang tidak. Apabila seseorang melanggar kode moral, orang tersebut akan mengalamiself-contempt(menyalahkan/jijik pada diri sendiri), yang merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan. Namun dalam perkembangannya, Bandura melihat sebuah mekanisme dimana seseorang bisa melakukan pelanggaran moral tanpa mengalamiself-contempt. Mekanisme ini seperti dijabarkan oleh Hergenhahn dan Olson (1997) adalah:-Justifikasi Moral (Moral Justification)Dalam justifikasi moral, seseorang membenarkan pelanggaran moral karena alasan yang lebih mulia.Contohnya, orang yang mencuri mengatakan bahwa dia mencuri untuk menghidupi keluarganya.-Pelabelan Eufemistis (Euphemistic Labelling)Dalam pelabelan eufimistis, seseorang menyebut hal yang tercela sebagai suatu ungkapan yang halus.Contohnya, seorang dokter disebut bukan membunuh pasiennya tetapi menghilangkan penderitaan pasien.-Perbandingan yang Menguntungkan (Advantageous Comparison)Dalam perbandingan yang menguntungkan, seseorang membandingkan perilaku pelanggaran moral dengan pelanggaran lain yang lebih berat, sehingga orang tersebut bisa membenarkan diri.Contohnya, seorang pencuri ayam membandingkan perbuatannya dengan seorang koruptor, yang dosanya lebih besar.-Pengalihan Tanggung Jawab (Displacement of Responsibility)Dalam pengalihan tanggung jawab, seseorang membenarkan pelanggaran moral karena ada perintah dari pihak otoritas yang lebih tinggi.Contohnya, seorang pembunuh bayaran tidak merasa beralah, karena yang menyuruhnya adalah sang bos.-Difusi Tanggung Jawab (Diffusion of Responsibility)Dalam difusi tanggung jawab, pertanggungjawaban atas suatu pelanggaran moral memudar (bias) atas pelanggaran moral karena ditanggung bersama-sama.Sebagai contoh, koruptor tidak merasa bersalah, karena dia melakukan korupsi bersama-sama dengan rekan-rekan kerjanya.-Pengabaian atau Distorsi Konsekuensi (Disregard or Distortion of Consequences)Dalam pengabaian atau distorsi konsekuensi, seseorang mengabaikan bahaya yang akan ditimbulkan dari perbuatannya.Contohnya, para teroris yang melakukan pemboman, mereka mungkin mengatakan bahwa mereka hanya menaruh bom, kemudian bom itu akan hilang ditelan asap.-Dehumanisasi (Dehumanization)Dengan menganggap manusia lain sebagai makhluk yang lebih rendah, pelanggaran moral bisa dilakukan tanpaself-contempt.Contohnya, pada zaman dahulu, orang kulit putih bisa dengan semena-mena mempekerjakan dan menyiksa orang kulit hitam karena merasa bahwa orang kulit hitam memiliki derajat yang lebih rendah dari dirinya.-Atribusi Kesalahan (Attribution of Blame)Dalam atribusi kesalahan, seseorang menyalahkan pihak lain atas pelanggaran moral yang telah diperbuatnya.Contohnya, pemerkosa tidak merasa bersalah karena korban memakai pakaian dan berperilaku menggoda.

Determinisme versus kebebasan (Determinism versus Freedom)Karena manusia bisa mengatur perilakunya sendiri, bukan berarti dia bisa bebas melakukan apa saja sekehendak hatinya. Bandura mendefinisikan kebebasan (freedom) sebagai sejumlah pilihan yang tersedia dan kesempatan untuk melakukannya (Hergenhahn dan Olson, 1997).Ketidakleluasaan daripilihan bebas:1.Inkompetensi (Incompetence)Pada inkompetensi, orang tidak mampu untuk memanfaatkan kesempatan dan pilihan-pilihan yang ada di lingkungan.2.Ketakutan akan ketidakterjaminan (Unwarranted Fears)Adanya ketakutan bahwa pilihan-pilihan dan kesempatan-kesempatan tidak menjamin keuntungan bagi diri membuat pilihan bebas seseorang terganggu.3.Kepastian diri yang berlebihan (Excessive Self-Ensure)Rasa kepercayaan diri yang berlebihan mengakibatkan seseorang untuk mengambil pilihan atau kesempatan yang terlalu tinggi, yang tidak sesuai dengan kondisi aktual dirinya, dan pada akhirnya, dia sendiri tidak mampu untuk menjalankannya.4.Penghambat Sosial, berupa prasangka dan diskriminasi (Social Inhibitors - prejudice, discrimination).Prasangka dan diskriminasi dari masyarakat membuat pilihan bebas seseorang terbatas.

Perkembangan KepribadianBelajar Melalui Obsevasi (Observational Learning)Observational learning merupakan pendekatan yang lebih efisien daripada operant learning untuk mempelajari perilaku yang kompleks. Pada pendekatan operant, seseorang harus memperlihatkan sebuah perilaku yang dikuatkan setelahnya. Melalui proses percobaan dan kesalahan, seseorang melanjutkan untuk memperlihatkan perilakunya yang mendekati sesuatu yang diinginkannya. Percobaan dan kesalahan adalah proses yang tidak efisien. Dalam observational learning, pengamat tidak perlu melalui proses yang membutuhkan waktu dan dalam keadaan yang tidak tentu. Bahkan, pelajar menemukan aturan yang mencatat perilaku lainnya dengan pengamatan dan kekuatan yang diterima pada perilaku mereka. Seseorang belajar dengan tepat dari pengamatan perilaku kesuksesan dan kesalahan orang lain. Banyak tipe dari perilaku yang dapat dipelajari selama observational learning (Bandura dan Walters, 1963; Bandura, 1972, 1986). Proses pencatatan ini untuk mengetahui pola perilaku umu yang dimiliki anggota keluarga. Anak-anak mengamati orang tua mereka ketika mereka makan, merokok, minum dan menggunakan sabuk pengaman, dan mereka melihat berbagai jenis penghargaan atau hukuman yang diberikan orang tua untuk aktivitas ini. Beberapa anak-anak mengamati anak-anak lain yang merokok di sekolah dan hukuman yang diterima perokok. Jika perokok mendapat respon dimana peneliti menyadari hukuman (dukungan dari teman sebaya atau gambaran yang diinginkan), pengamat menjadi lebih suka untuk merokok.-Peniruan (Modelling)Inti belajar malalui observasi adalah modelling. Peniruan atau meniru sesungguhnya tidak tepat untuk mengganti kada modeling, karena modeling bukan sekadar menirukan atau mengulangi apa yang telah dilakukan modelnya, tetapi modeling melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus melibatkan melibatkan proses kognitif.

Modelling Mengubah Tingkahlaku LamaDisamping dampak mempelajari tingkah laku baru, modelling mempunyai dua macam dampak terhadap tingkah laku lama. Pertama tingkah laku model; yang diterima secara sosial dapat memperkuat respon yang sudah dimiliki pngamat. Kedua, tingkahlaku model yang tidak diterima secara sosial dapat memperkuat/memperlemah pengamat untuk melakukan tingkah laku yang tidak diterima secara sosial, tergantung apakah tingkah laku model itu diganjar atau dihukum. Kalau tingkah laku itu diganjar, pengamat akan menirunya. Sedangkan apabila tingkah laku itu dihukum, maka pengamat respon pengamat cenderung melemah.Jenis-jenis modeling ada yaitu :Modeling SimbolikDewasa ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk simbolik. Media cetak dan media elektronik menyediakan contoh tingkah laku yang tak terhitung yang mungkin mempengaruhi pengamatnya. Ada 5 jenis, yaitu :1.Modeling Langsung Pembelajaran LangsungModeling ini dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran sosial Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang disukai.2.Modeling Tak Langsung.Modeling tak langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh: meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.3.Modeling Gabungan PeniruanModeling jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.4.Modeling Sesaat/seketika. Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.5.Modeling Berkelanjutan Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.Modeling KondisioningModeling dapat digabung dengan kondisioning klasik menjadi kondisioning klasik vikarius (vicarious classical conditioning). Modeling semacam ini banyak dipakai untuk mempelajari respon emosional. Pengamat mengobservasi model tingkah laku emosional yang mendapat penguatan. Muncul respon emosional yang sama di dalam diri si pengamat dan respon itu ditujukan kepada objek yang ada didekatnya (kondisioning klasik) saat mengamati model itu, atau yang dianggap mempunyai hubungan dengan objek yang menjadi sasaran emosional model yang diamati. Semosi seksual yang timbul akibat menonton film cabul dilampiaskan ke objek yangdidekatnya saat itu. Misalnya menjadi kasus pelecehan seksual, dan perkosaan anak.

Faktor-faktor Penting dalam Belajar Melalui ObservasiMeskipun Bandura menyatakan bahwa belajar observasional terjadi secara independen dari penguatan, bukan berarti bahwa variabel lainnya tidak memengaruhinya. Bandura (1986) menyebutkan empat proses yang memengaruhi belajar observasional, yaitu :1.Proses AtensionalSebelum suatu hal dapat dipelajari dari model, model itu harus mendapat perhatian. Bandura menganggap belajar adalah proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunjukkan bahwa hanya yang diamati sajalah yang dapat dipelajari.2.Proses RetentionalAgar informasi yang sudah diperoleh dari observasi bisa berguna, informasi itu harus diingat atau disimpan ke dalam memori. Bandura menyatakan bahwa ada proses dimana informasi itu disimpan secara simbolis melalui dua cara, secar imajinal (imajinatif) dan secara verbal.3.Proses Pembentukan PerilakuSetelah seseorang belajar dan melakukan observasi secara kognitif, informasi yang merupakan hasil belajarnya itu akan diterjemahkan ke dalam perilaku. Untuk menentukan sejauh mana hal-hal yang telah dipelajari yang kemudian diterjemahkan ke dalam tindakan atau performa, dapat dilihat dari proses pembentukan perilaku. Selain itu, akan ada modifikasi dari yang diobservasi ke dalam bentuk perilaku dikarenakan ada keterbatasan pada diri seseorang.4.Proses MotivasionalProses ini merupakan unsur yang menjadi penentu bila dibandingkan dari ketiga unsur sebelumnya, karena motivasi merupakan penggerak unsur untuk melakukan sesuatu. Dalam proses motivasi ini, Informasi tentang penguatan atau konsekuensi yang didapatkan model dalam proses modeling juga dapat menjadi alasan bagi pengamat dalam proses observasi untuk memberikan respon terhadap hasil pengamatan.Proses Kognitif yang Salah (Faulty Cognitive Processes)Sebagaimana manusia telah belajar tentang kode moral,self-efficacy, dan mampu mengatur perilakunya sendiri, bisa dikatakan bahwa perilaku manusia semuanya melibatkan proses kognitif. Seseorang bisa membayangkan berbagai hal dalam pikiran (imagine) dan bisa memperngaruhi perilaku. Sayangnya, proses kognitif yang salah (faulty cognitive processes) dapat menghambat perilaku atau bahkan bisa memunculkan perilaku yang salah.Sebab-sebab munculnya pemrosesan kognitif yang salah:1.Anak mengevaluasi penampilanAnak-anak cenderung untuk melihat dari penampilan. Pada perkembangannya, melihat berdasarkan penampilan ini bisa memunculkan perilaku yang salah. Misalnya ketika seseorang melihat pria yang kekar, berwajah sangar, dan bertato, orang tersebut bisa saja berperilaku waspada atau menjauhi, ataubahkan takut, karena berdasarkan penampilannya, pria tadi tampak seperti preman.2.Pemikiran keliru karena salah informasi dan bukti yang tidak mencukupiSeseorang terkadang berperilaku salah karena dia salah mempersepsi suatu hal, bisa disebabkan oleh informasi yang salah ataupun bukti terhadap suatu hal yang tidak cukup. Contohnya, kita mendengar gosip bahwa teman sekelas kita adalah seorang pencuri, kita akan menjauhi teman tersebut, membencinya, atau bahkan mencurigainya (informasi yang salah). Gosip tersebut juga beredar karena bukti belum cukup, tapi orang sudah berperilaku mencurigai duluan.3.Pemrosesan informasi yang keliruSeseorang terkadang percaya orang lain begini atau begitu, dan itu mempengaruhi persepsinya terhadap orang lain. Misalnya, seseorang percaya bahwa petani itu bodoh, maka orang tersebut akan menyimpulkan bahwa setiap petani yang dia temui adalah bodoh

2.7.Eksperimen Albert BanduraEksperimen Albert Bandura Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori belajar sosial ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan permodelan . Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar. Eksperimen Pemodelan Bandura :a.Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.Hasil = Meniru apa yang dilakukan orang dewasa malahan lebih agresifb. Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar BoboHasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok ARumusan : Tingkah laku anak-anak dipelajari melalui modeling adalah hasil dari penguatan.Hasil Keseluruhan Eksperimen : Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif.

Aplikasi Teori Belajar Sosial BanduraContoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para pengendara sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia anggap kurang menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda. Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya (semisal) untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah untuk memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap motivasi.Beberapa contoh lain dijelaskan dalam poin-poin berikut:Iklan mie instan, di iklan tersebut diperlihatkan seseorang yang sedang melihat orang lain makan mie instan dengan nikmatnya, membuatnya pada akhirnya makan mie instan yang sama.Melihat kecelakaan di konser sebuah band nasional yang mengakibatkan seseorang meninggal, seorang pemudi yang tadinya hendak menonton konser band tersebut di kotanya menggagalkan niatnya.Kejadian perampokan/pembacokan yang baru-baru ini terjadi di depan jalan sebuah perumahan di Ring Road Utara, memakan korban, membuat orang takut untuk lewat jalan tersebut, dan memilih melewati jalan lain.Iklan sebuah pasta gigi memperlihatkan seorang anak yang meniru kebiasaan ayahnya makan, ribut sendiri karena menonton bola, dan cara ayahnya menggosok gigi.Seorang balita yang kecanduan rokok dan berkata kasar karena lingkungan (orang-orang dewasa) sekitar terbiasa merokok dan berkata kasar.Seorang anak melompat dari lantai 4 sebuah rumah susun dengan menggunakan seprai setelah melihat film superhero.Sosialisasi penggunaan helm dan mengendarai motor yang baik menggunakan suatu film pendek yang mengilustrasikan seorang pemuda yang naik motor ugal-ugalan dan tidak memakai helm, berakibat fatal; kaum muda yang melihatnya menggunakan helm dan berkendara aman tak hanya untuk menghindari ditilang polisi, tetapi untuk mengamankan dirinya.Serangkaian novel yang bercerita tentang percintaan vampir dengan manusia menjadibestseller, memacu penulis lain untuk menulis novel-novel yang bercerita tentang percintaan vampir-manusia.Seorang selebritis mulai berkecimpung di dunia politik, menambah kesuksesannya, selebritis lain juga akhirnya banyak yang terjun ke dunia politik.Belakangan ini, ada aktor/aktris yang mencoba peruntungan di dunia tarik suara, dan cukup sukses. Melihat hal ini banyak aktor/aktris lain yang mulai ikut-ikutan terjun di dunia tarik suara.Sinetron-sinetron yang memilikihigh ratingsaat ini adalah bercerita tentang cinta dan judul sinetronnya adalah nama sang tokoh utama. Banyak sinetron-sinetron baru yang bermunculan bertema cinta dan judulnya pun adalah nama sang tokoh utama.Di negara yang terkenal dengan sebutan negara adikuasa, mulaiboomingselebritis yang terjun ke usaha garmen, diawali dengan segelintir selebritis yang mulai mempunyai usahaparfumatauclothing brand.Memenuhi kebutuhan transportasi anak muda, sebuah perusahaan mobil ternama mendesain sebuah mobil yang berjiwa muda, dengan ciri mobil kecil (untuk 4 orang) dan berbentuk kapsul dengan lekukan-lekukan di bodi mobilnya. Melihat jumlah penjualannya, kini banyak produsen mobil yang memproduksi mobil dengan bentuk yang mirip.Sebuah perusahaan telekomunikasi di sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Asia memproduksi secara massal ponsel murah dengan tombol QWERTY. Karena jumlah penjualannya, banyak produsen di negara yang sama, bahkan Indonesia sendiri memproduksi ponsel dengan bentuk yang sama.Seorang anak melihat temannya yang terluka karena terkena petasan, anak itu pun menghindari main petasan.Seorang pemuda melihat kesuksesan seorang bintang sepak bola dunia, memacunya untuk berlatih sepak bola sebaik mungkin, berharap bisa mengikuti jejak bintang sepak bola tersebut.Seorang remaja melihat sekelompok remaja lainperform dancedengan gemilang, remaja ini pun mulai belajar dan berlatihdanceserupa.Ada seorang yang kecopetan ponselnya yang dia taruh di tasnya, mengetahui hal tersebut, seseorang mengindari menaruh ponsel di tas.Seorang anak melihat ibunya makan bakso, dia juga ingin memakannya dan meminta pada ibunya. Namun, sang ibu menunjukkan ekspresi kepedasan dan akhirnya si anak tidak mau memakan bakso tersebut.

Penerapan Teori Bandura dalam PendidikanPenerapan Teori Bandura dalam Pembelajaran Proses pembentukan perilaku dari tidak suka belajar menjadi suka belajar dapat dilakukan melalui banyak cara, diantaranya adalah dengan modeling. Kalau siapapun yang ada di rumah atau di ingkungan anak sudah terbiasa belajar sejak kecil maka hal ini akan diobservasi oleh anak secara terus menerus dalam hidupnya. Kemudian anak ini difasilitasi dengan banyak media baik yang alami maupun buatan untuk mendorong minat belajarnya,misalnya berupa buku bacaan, buku tulis dan kelengkapannya, serta media cetak atau audio visual yang ditata secara menarik di rumah atau kelompok kelompok belajar yang ada. Orang tua atau guru atau pembimbing berperan ganda, sebagai model sekaligus sebagai pamong belajar. Tanpa ada ancaman, hukuman, ketegangan, ketakutan akan membuat anak nyaman, tenang, untuk belajar dengan pamongnya. Dominansi kasih sayang, kelembutan, contoh yang nyata, kejujuran, kesantunan, pujian, penghargaan, senyuman akan sangat mendorong munculnya perilaku yang diharapkan. Kesinambungan proses seperti ini akan mengkristal dalam jiwa dan pikir anak sehingga menjadi perilaku yang permanen dalam hidupnya. Tidak akan mudah lekang oleh waktu dan tuntutan zaman yang semakin tidak karuan.Penerapan dalam pelajaran ekonomi dan akuntansi guru dapat membawa para siswanya ke swalayan, pasar, toko, koperasi, bursa efek, bank, BMT, salon,dan lain lain yang jelas ke pusat pusat perdagangan atau ekonomi. Di tempat ini siswa dapat belajar menghitung laba, menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa, mengemas barang sehingga menjadi terjangkau untuk dibeli masyarakat kelas menengah ke bawah, memberi bonus bagi pelanggan yang tepat waktu membayar cicilan. Penerapan dalam pelajaran sejarah guru dapat membawa siswanya misalnya ke Gua Selarong untuk mengamati lokasi Pangeran Diponegoro bersembunyi dari kejaran Belanda yang menjajah Indonesia. Selain itu, mengamati tandu yang digunakan untuk mengusung Jendral Besar Sudirman saat bergerilya dalam kondisi sakit paru paru.Sambil mengamati objek objek belajar tersebut guru dapat memberikan informasi yang pas untuk menumbuhkan rasa patriotisme atau memberi informasi penting tentang sejarah Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa. Dengan metode observasi dan modeling yang menjadi ciri utama Teori Bandura siswa dapat belajar sambil menikmati indahnya alam sekitar ciptaan Yang Maha Pencipta, siswa dapat menghirup segarnya udara di luar kelas dengan sepuas puasnya. Siswa dapat mengembalikan kebugaran fisiknya dengan mengamati banyak objek alami dan fenomena fenomena baru dibawah bimbingan gurunya.Siswa dapat berdiskusi dan adu argumentasi setelah menemukan banyak data di lapangan yang dituliskan dalam tabel pengamatan. Siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan baru (inquiry) setelah mengamati dan berdiskusi serta tambahan informasi dari teman dan gurunya. Mereka tidak akan merasakan lelah atau terlalu lama belajar langsung di alam atau mengamati langsung objek belajar yang asli atau alami. Sekaligus guru dapat memberi penilaian yang sebenarnya dari kemampuan para siswanya setelah melihat, mendengar, mendiskusikan masalah, mengumpulkan data dan menarik kesimpulan bersama seluruh siswanya. Kondisi siswa yang seperti ini penting untuk dapat mengatasi kejenuhan fisik maupun psikis siswa dalam belajar, karena di metode belajar ini guru mengaitkan langsung antara materi pelajaran dengan alam ( yang memiliki komponen biotic berupa makhluk hidup dan komponen abiotik berupa benda mati ) atau kehidupan sehari hari. Memang diperlukan persiapan dan ketangguhan profesi dari sang guru atau orangf tua baik berupa fisik maupun psikis dalam menerapkan konsep belajar ini. Hal ini disebabkan karena akan munculnya banyak kreatifitas dan kenyataan kenyataan baru dari konsep ilmu yang diperoleh siswa, yang berbeda jauh dengan teori yang ada di buku atau media belajar cetak maupun elektronik yang lain. Guru akan menjadi sangat capek karena harus melayani banyaknya pertanyaan dan temuan temuan siswa yang mulai tumbuh pola berpikir analitik dan sintetiknya. Kemudian siswa akan terus memburu untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan ini,disini kemampuan guru ditantang untuk dapat mengelola setiap permasalahan yang diajukan. Guru dapat menghantarkan siswa untuk membuka buku buku sumber yang ada pada siswa atau di perpustakaan, membuka internet, memberi kesempatan diskusi pada kelompok, sebelum akhirnya kesimpulan yang benar akan diperoleh dibawah bimbingan guru. Dari contoh contoh di atas terbukti sudah bahwa dengan aplikasi teori belajar Bandura dapat menciptakan masyarakat belajar bagi seluruh siswa atau anak, menimbulkan banyak pertanyaan, membuat siswa atau anak dapat mengadakan refleksi, menemukan sendiri konsep konsep ilmu ,guru dapat mengadakan penilaian yang sesungguhnya dari kemampuan yang dimiliki setiap siswa atau anak, guru maupun siswa lain dapat menjadi model belajar anak , dan membiasakan berpikir konstruktif bagi siswa atau anak. Pada akhirnya diharapkan adanya perubahan perilaku anak dari tidak suka belajar menjadi terbiasa belajar.2.8. Kontribusi yang diberikan oleh Albert BAnduraAlbert Banduran memberikan kontribusi besar dalam psikologi, melalui teorinya teknik pembelajaran sosial. Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan modeling. Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan kognitif.Kelebihan Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata reflex atas stimulus (S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar sosial menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak-anak, faktor sosial dan kognitif.Kelemahan yang terdapat pada teori ini adalah pada saat proses penerimaan informasi yang tidak melihat aspek positif dan negatifnya. Jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative, termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

2.9.Teori Sosial Kognitif Walter MischelLatar Belakang Sistem Kepribadian Afektif-KognitifBeberapa teoritis seperti Hans Eysenck dan G. Allport yakin jika perilaku adalah produk dari sifat kepribadian yang relative stabil. Namun, Mischel merasa keberatan dengan asumsi ini. Riset-riset awalnya malah mendorong dia untuk percaya bahwa perilaku merupakan fungsi dari situasi.Paradoks KonsistensiMischel melihat bahwa semua orang baik psikolog atau orang awam yakin secara intutif bahwa perilaku manusia relatif konsisten (Paradoks Konsistensi), padahal bukti empiris menunjukkan keberagaman situasi. Banyak orang dan psikolog mendeskripsikan kejujuran, loyalitas agresifitas dan sifat-sifat lainnya adalah penentu perilaku. Mischel tidak sependapat dalam hal ini. Beberapa riset malah gagal mendukung paradoks konsistensi. Perilaku itu bergantung pada situasi, ada kalanya siswa yang jujur malah menyontek saat ujian, padahal dia tidak pernah mencuri atau suka berbohong.Interaksi antara Situasi dan KepribadianSeiring berjalannya waktu, Mischel (1973, 2004) melihat bahwa manusia bukan wadah kosong tanpa sifat-sifat kepribadian. Dia mulai mengakui sebagian besar orang memiliki konsistensi tertentu dalam perilaku mereka, meski dia terus menekanakan bahwa situasi memiliki efek yang sangat penting pada perilaku. Perilaku disebabakan oleh sifat-sifat personal secara global saja, namun oleh persepsi orang terhadap dirinya pada situasi tertentu. Misalnya seorang lelaki yang biasanya malu di depan para gadis, dapat bersikap terbuka dan terang-terangan bila di antara laki-laki atau perempuan yang lebih tua. Jadi sebenarnya ekstrovert atau intrivert?. Menurut Mischel kedua disposisi itu adalah miliknya tergantung kondisi dan situasinya.Pandangan kondisional ini yakin bahwa perilaku dibentuk oleh disposisi pribadi dan proses kognitif-afektif tertentu. Jika teori sifat yakin disposisi global adalah penentu utama perilaku, maka Mischel yakin kepercayaan, nilai, tujuan, kognisi dan perasaan seseorang berinteraksi disposisi-disposisi itulah penentu utama perilaku.

Sistem Kepribadian Afektif KognitifCognitive-affective Processing System (CAPS)Kepribadian harus dipahami sebagai sebuah sistem, yang mengacu pada sesuatu yang memiliki bagian-bagian dalam jumlah yang besar dan saling berinteraksi satu sama lain. Bagian-bagian yang saling berinteraksi tersebut sering menimbulkan bentuk yang kompleks dari suatu perilaku. Dinamika interaksi antara bagian-bagian tersebut menimbulkan kompleksitas dari sistem. CAPS (Mischel & Schoda, 1995, dalam Pervin, Cervone, & John, 2005) memiliki tiga ciri khas, yaitu:1) Aspek kognitif dan emosi saling berkaitan satu sama lain. Pemikiran mengenai goals akan memicu pemikiran mengenai skills, dan akhirnya memicu pemikiran self-efficacy. Pada akhirnya mempengaruhi self-evaluations dan emosi,2) Aspek situasi yang berbeda mengaktivasi bagian tertentu dari keseluruhan sistem kepribadian, dan3) Apabila situasi yang berbeda mengaktivasi bagian tertentu dari keseluruhan sistem kepribadian, maka perilaku manusia harus berbeda dari satu situasi ke situasi lainnya.

Mischel dan Shoda yakin kalau sistem kepribadian afektif-kognitif yang disebut juga sistem pemroresan afektif-kognitif adalah penyebab keberagaman perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda, keragaman perilaku seseorang dalam situasi yang berbeda walaupun sifatnya relatif stabil untuk waktu cukup lama. Variasi perilaku dapat dikonsepsikan sebagai :Jika A maka X namun jika B maka Y.Contohnya jika sesorang pria merasa tertekan isterinya, maka dia akan beraksi dengan agresi, Namun ketika variebeljikaberubah, variabelmakajuga berubah. Jika sang suami ditekan sang bos maka reaksinya adalah kepatuhan. Perilaku suami ini dengan stimulus sama (ditekan) menghasilkan respon yang berbeda.

Prediksi PerilakuPrediksi perilaku dinyatakan sebagai berikut. Jika kepribadian merupakan sistem stabil yang terus memproses informasi situasi eksternal dan internal, maka ketika individu mengahadapi situasi berbeda, perilaku mereka bisa tetap atau berubah. Konsep ini menyatakan bahwa prediksi perilaku bersandar sepenuhnya kepada pengetahuan tentang bagaimana dan kapan beragam unit kognitif dan afektif diaktifkan. Unit afektif dan kognitif ini meliputi pengkodean, ekspektansi, keyakinan, kompetensi, rencana dan strategi pengaturan diri, konsekunesi dan tujuan.1.Variabel-Variabel SituasiMischel yakin bahwa pengaruh relatif variabel-variabel situasi dan sifat pribadi dapat ditemukan dengan mengamati keseragaman dan keragaman respon seseorang pada situasi tertentu. Ketika pribadi yang berbeda bersikap dengan cara yang mirip, misalkan saat melihat film yang emosional, maka variabel situasi akan jauh lebih kuat dibandingkan dengan karakteristik pribadi. Di sisi lain kejadian yang sama menghasilkan respon yang berbeda, misalnya beberapa pekerja bisa saja mengundurkan diri, namun perbedaan individual akan mengarah kepada perilaku yang beragam tergantung kebutuhan akan pekerjaan. Orang akan membentuk perilakunya sesuai situasi, contohnya menunggu antrian di dokter yang membosankan akan diakal-akali (kognitif) dengan mendengar musik atau maingameagar lebih menyenangkan (afektif).2.Unit-Unit Afektif dan KognitifTahun 1973 Mischel menemukan variebel kepribadian yang relatif stabil, tumpang tindih dan berinteraksi dengan situasi yang menentukan perilaku. Kelima variabel itu adalah strategi pengkodean, kompetensi dan starategi pengaturan diri, ekspektansi dan keyakinan, tujuan dan nilai, dan respon-respon afektif.a.Strategi PengkodeanYaitu cara manusia mengkategorikan informasi yang diterimanya dari stimuli eksternal. Manusia menggunakan proses kognitif unutk mengubah stimuli menjadi konstruk kepribadian mereka; yaitu cara mereka memandang diri, orang lain dan dunia.Contoh: seseorang mungkin bereaksi dengan amarah saat dihina, sementara orang lain malah mengabaikannya.b.Beberapa kompetensi dan Strategi Pengaturan DiriKeyakinan terhadap apa yang bisa dilakukan berkaitan erat dengan kompetensi (Mischel, 1990), mengacu pada susunan luas informasi yang diperoleh manusia. Mischel setuju dengan Bandura bahwa manusia tidak bisa memahami semua stimuli hanya dapat mengkontruksi secara selektif atau membangkitkan versi kita mengetahui mengenai dunia nyata. Contoh: Seseorang mahasiswa yang berbakat mungkin percaya dia memiliki kompetensi bisa lulus, namun tak pernah tahu apa macam dan isi soalnya persis.Bandura dan Mischel yakin manusia menggunakanself regulatory strategiesunutk mengontrol perilaku melalui tujuan yang ditetapkannya sendiri (Self imposed goals) dan konsekunsi yang dibuatnya sendiri (self produce consecunces). Manusia tak perlu penghargaan eksternal atau hukuman untuk membentuk perilaku, mereka menentukan sendiri tujuan hidupnya dan menghargai usahanya sendiri atau mengkritik tindakannya sendiri (Fiest, Jess, & Fiest Gregory, 2008 terj.)c.Ekspektansi dan KeyakinanPengetahuan mengenai prediksi kekuatan yang dimiliki terhadap keyakinan akan hasil dan situasi tertentu adalah prediktor perilaku yang lebih baik dari pada pengetahuan tentang kemampuan bertindak (Mischel, 2002).Dari pengalamannya, manusia belajar mewujudkan perilaku tertentu yang mereka harapkan. Ketika tidak tahu apa yang harus dilakukan manusia akan cenderung melakukan sesuatu sesuai dengan pengaharapan pada pengalamannya di masa lalu. Contohnya ketika mahasiswa yang tidak pernah mengikuti tes pasca sarjana pasti pernah mempersiapkan diri untuk tes yang lain; dia berharap bentuk teknik belajar yang sama berhasil saat ujian pasca sarjana yang belum berpengalaman. Mischel menyebutnya denganbehaviour outcome expectancy.Manusia juga sering menggunakan kerangka jika. Maka.Jika saya mendekatinya dengan cara yang sebelumnya saya lakukan kepada orang lain, maka saya dengan cara itu berharap dia akan mau. Mischel juga mengidentifikasikan jenis kedua ekspektansi, ekspekatansi terhadap hasil stimulus (Stmimulus-outcome expectancy), yang mengacu pada banyaknya kondisi stimulus yang mempengaruhi konsekuensi. Ekspektansi ini membantu memprediksi kejadian yang paling mungkin muncul apda situasi tertentu. Contohnya seorang anak yang sudah dikondisikan mengaitkan rasa sakit dengan perawat di rumah sakit akan mulai menangis dan ketakutan saat melihat perawat mamandangnya.d.Tujuan dan NilaiManusia bereaksi aktif terhadap situasi. Mereka menentukan tujuan, rencana untuk mencapainya. Contohnya dua oarang mahasiswa mungkin memiliki prestasi akademik yang sama, dan ekpektansi terhadap lulus kuliah sama besar, namun nilai yang dipegang berbeda, mahasiswa satu mangartikan berhasil dengan nilai masksimal, sedangkan mahasiswa yang lain mengartikan berhasil dengan mendapatkan pekerjaan setelah lulus.Nilai, tujuan, minat, dan kompetensi adalah unit afektif kognitif yang paling stabil. Penyabab konsistennya adalah kadar kemunculan emosi. Contohnya seseorang bisa menempatkan nilai negatif pada makanan tertentu karena makanan itu berkaitan dengan rasa mual yang pernah dirasakannya dulu. Nilai patriotik yang tertanampun sama.e.Respon-Respon AfektifRespon afektif mencakup perasaan dan rekasi fisiologis lainnya. Konsep kognitif tidak terpisah dari afektif, contohnya saat pengkodean orang akan menggunakan sisi kognitif dan afektif secara bersamaan. Contohnya saya memandang saya sebagai orang yang baik dan saya bangga dengan itu. Dengan cara yang sama kompetensi dan strategi untuk mengatasi masalah, keyakinan dan ekpektansi tujuan dan nilai seseorang semuanya diwarnai respon afektif (Mischel & Shoda, 1995 dalam Theories of Personality).

2.10. Eksperimen dan Aplikasi Teori Walter Mischel

Marshmallow experimentDi akhir tahun 1960an, Walter Mischel, seorang profesor ilmu psikologi di Stanford University melakukan sebuah percobaan sederhana yang kemudian menjadi buah bibir di dunia psikologi. Awalnya, dia hanya ingin menyelidiki proses mental yang membuat sebagian orang mampu mengontrol diri mereka, sementara lainnya menyerah dengan cepat. Anak-anak yang ikut dalam eksperimennya diundang untuk masuk satu per satu ke sebuah ruangan di Bing Nursery School, yang terletak di kampus Stanford University. Ruangan tersebut tidak terlalu besar, dan hanya terdapat sebuah meja dan kursi di dalamnya. Di atas meja tersebut terdapat berbagai makanan kesukaan anak kecil: kembang gulamarshmallow, biskuit, danpretzel.Anak yang masuk kemudian akan diminta untuk duduk dan dipersilakan memilih salah satu dari makanan-makanan kecil tersebut. Seorang periset kemudian mengajukan tawaran: Anak tersebut boleh langsung mengambil pilihan mereka; atau jika mereka mau menunggu periset tersebut yang akan keluar selama beberapa menit, anak tersebut boleh mendapatkan dua jenis makanan kesukaan mereka. Bila mereka tidak sabar menunggu dan ingin segera menikmati makanan kecil tersebut, mereka boleh membunyikan lonceng yang ditaruh di atas meja, dan periset tersebut akan langsung masuk untuk memberikan anak satu jenis jajanan saja. Setelah anak-anak tersebut mengerti, periset tersebut kemudian meninggalkan ruangan sekitar lima belas menit.Eksperimen tersebut dilakukan selama beberapa tahun. Dalam upaya menahan godaan mereka untuk mendapatkan tawaran yang nilainya dua kali lebih banyak, sebagian anak-anak menutup mata mereka, bersembunyi di kolong meja, atau melihat ke arah lain. Yang lainnya menendang-nendang meja, atau bermain-main dengan rambut mereka. Salah seorang anak terlihat melirik sekeliling ruangan untuk memastikan tidak ada orang yang melihat. Kemudian dia mengambil sebuah Oreo, membuka bagian tengahnya, menjilati krim putihnya, dan kemudian dengan mengembalikan biskuit tersebut ke tempat semua dengan wajah penuh kemenangan. Dan tentu saja, beberapa anak menyerah dan tanpa membunyikan lonceng, langsung menyantap makanan kesukaan mereka.Setelah menerbitkan beberapa makalah dari percobaan di atas, Mischel berpindah ke penelitian-penelitian lain. Eksperimen yang melibatkan anak-anak yang berjuang melawan nafsu mereka memang cukup menarik, tetapi Mischel tidak merasa percobaan tersebut bisa melambungkan namanya. Masih banyak penelitian lain yang kelihatannya lebih menarik dan berbobot.Sesekali ketika Mischel berbincang-bincang dengan tiga orang anak perempuannya yang juga pernah bersekolah di Bing, dia menanyakan kabar teman-teman sekelas mereka. Bagaimana kabar Jane? Bagaimana kabar Eric? Dari jawaban-jawaban para putrinya, Mischel mulai menyadari adanya hubungan antara prestasi akademik teman-teman anaknya setelah remaja dengan kemampuan mereka menahan diri selama eksperimen di atas. Dia meminta putri-putrinya memberikan skala 0-5 untuk menilai prestasi akademik teman-teman mereka, dan hasil tersebut kemudian dibandingkan dengan data pada percobaan tersebut. Begitu dia menemukan adanya korelasi yang menarik antara kemampuan kontrol diri dan prestasi akademik anak-anak tersebut, dia segera memutuskan kembali meneliti data-data percobaan tersebut dengan serius.Di tahun 1981, ketika anak-anak tersebut sudah masuk usia sekolah menengah, Mischel mengirimkan kuisioner kepada para orang tua dan guru dari 653 anak-anak yang pernah mengikuti eksperimen di Bing tersebut. Kuisioner tersebut memuat pertanyaan-pertanyaan tentang semua perilaku yang bisa dipikirkannya, dari kemampuan mereka membuat rencana, atau berpikir ke depan, kemampuan mengatasi masalah atau konflik, atau kemampuan antar personal mereka. Dia juga meminta hasil ujian SAT mereka (SAT adalah ujian standar di Amerika untuk masuk ke perguruan tinggi).Ketika data-data masuk dan Mischel mulai menganalisis hasilnya, dia menemukan anak-anak yang tidak sabar, yang tidak bisa menahan diri mereka dalam percobaan tersebut, lebih mungkin menghadapi masalah tingkah laku, baik di sekolah atau pun di rumah. Mereka juga mendapatkan nilai ujian yang lebih rendah, sulit berkonsentrasi dan memiliki lebih sedikit teman. Mereka yang bisa bertahan selama 15 menit dalam ruangan tersebut tanpa menyentuh makanan kesukaan mereka, secara rata-rata berhasil meraih nilai SAT 210 poin lebih tinggi dari mereka yang hanya bertahan 30 detik. Ketika mereka berusia 30 tahun, anak-anak yang dulunya tidak bisa mengontrol diri mereka memiliki berat badan yang lebih tinggi, dan lebih mungkin terlibat dalam obat bius.Mengapa kontrol diri sangat penting? Selama berpuluh-puluh tahun, para psikolog dan masyarakat umum percaya bahwa kecerdasan adalah faktor utama untuk menentukan sukses di kemudian hari. Tetapi seperti yang kita baca di bukuKetika Mozart Kecil Memainkan Jemarinya, hal tersebut tidak benar. Kecerdasan tanpa pengetahuan mendalam di satu bidang tidaklah berguna, dan untuk mendapatkan pengetahuan tersebut dibutuhkan kerja keras. Mischel juga berpendapat demikian. Anak dengan IQ setinggi langit pun harus mengerjakan pekerjaan rumah mereka, dan kontrol diri memungkinkan mereka berfokus melakukan hal yang harus dilakukan, meski mereka tidak menyukainya.Menurut Mischel, apa yang penting dari eksperimen tersebut, yang kemudian dikenal dengan nama ujian marshmallow, bukanlah cuma tentang kontrol diri atau kekuatan keinginan, tetapi tentang bagaimana mereka mencari cara agar tujuan mereka tercapai dalam situasi yang menantang. Pada dasarnya, semua orang menginginkan marshmallow kedua, ketiga, dan seterusnya. Yang menjadi pertanyaan: Bagaimana cara mendapatkannya? Kita tidak bisa mengontrol lingkungan kita, tetapi kita bisa mengontrol tanggapan kita tentang situasi yang sedang kita hadapi tersebut. Kemampuan mengontrol diri kita sendiri tersebut, pada akhirnya yang akan menentukan ke arah mana hidup kita akan menuju.Menurut Mischel, itulah sebabnya ujian sederhana tersebut mampu meramalkan dengan baik keberhasilan anak-anak tersebut berpuluh tahun kemudian. Ujian tersebut adalah tentang kemampuan mengatasi emosi sesaat. Jika Anda bisa menghindari godaan sesaat tersebut, Anda bisa berfokus pada tujuan jangka panjang yang lebih penting seperti belajar, berlatih, atau menabung untuk masa depan. Meski eksperimen Mischel ini tidak ditujukan untuk menjelaskan pencapaian keahlian individu, bisa dipastikan kemampuan kontrol diri tersebut jelas dibutuhkan untuk menjalanideliberatepracticedan pembelajaran yang benar selama belasan tahun.Lalu bagaimana kemampuan kontrol diri tersebut diperoleh? Studi Mischel dan rekan-rekannya yang berikutnya menemukan perbedaan kemampuan kontrol diri tersebut sudah muncul sejak anak-anak belajar berjalan, sekitar satu setengah tahun. Anda yang masih percaya bahwa faktor keturunan adalah faktor utama dalam pencapaian sukses dan keahlian akan segera bersorak. Nah, akhirnya terbukti juga keturunan adalah faktor yang paling penting. Namun, tunggu dulu. Jangan bersorak gembira dulu karena Mischel tidak setuju dengan Anda. Lingkungan lebih mungkin menjelaskan perbedaan tersebut. Ketika Mischel melakukan eksperimen di keluarga miskin dengan keluarga kaya, dia menemukan anak-anak dari kalangan berada memiliki kontrol diri yang lebih tinggi. Mengingat tidak ada gen yang berkaitan dengan kekayaan, maka penjelasan yang lebih masuk akal adalah kontrol diri merupakan hasil dari pendidikan di rumah. Orang tua yang miskin tidak memiliki waktu untuk melatih anak-anak mereka menunda kesenangan karena sibuk dengan urusan perut yang lebih mendesak. Kontrol diri adalah hasil dari latihan yang diberikan orang tua sejak sedini mungkin.Untuk membuktikan hal tersebut, Mischel dan rekan-rekannya mengajari anak-anak untuk menganggap gula-gula marshmallow sebagai awan. Melalui latihan tersebut, kontrol diri anak-anak tersebut meningkat naik. Tentu saja agar kemampuan mengalihkan perhatian tersebut menjadi kebiasaan, hal tersebut perlu diulang dan dilatih.

Penerapan Teori Walter Mischel.Teori sosial kognitif oleh Walter Mischel sangat dapat dirasakan manfaat dalam penerapannya. Aplikasi dari teori ini yang terkenal adalahdelay gratification. Delay gratification adalah kemampuan individu dalam menunda kesenangan. Eksperimen telah dilakukan Mischel menjelaskan bahwa delay gratification sebenarnya bukan hanya bersifat mental, melainkan juga dapat dikaitkan dengan upaya kita untuk mengelola keuangan dan cara kita menjadi orang yang sukses secara finansial.Contoh delay gratification :Si A begitu menginginkan jenis HP tertentu tetapi harganya terlalu mahal baginya. Akhirnya, dia pun berusaha menunda. Justru, dengan beberapa bulan menunda, menyebabkan harga ponsel akhirnya jatuh drastis yang akhirnya memungkinkan dia membelinya dengan harga yang relatif lebih murahSi B awalnya menginginkan membeli rumah tipe yang sangat kecil. Namun, akhirnya, ia menahan diri dan menabung lebih banyak lagi sehingga dapat membeli rumah yang ukurannya lebih sesuai dengan harapannya.

2.11. Kontribusi yang diberikan oleh Walter MischelWalter Mischeladalah psikolog kognitif social yang tertarik menjelajahi bagaimana kepribadian memengaruhi prilaku. Mischel meninggalkan jejaknya pada bidang kepribadian dengan dua cara. Pertama, kritiknya atas gagasan kekonsistenan prilaku memicu sejumlah kontroversi yang kemudian dikenal sebagai perdebatan orang-situasi. Kedua, ia mengajukan model CAPS, suatu cara berpikir baru mengenai kepribadian. Berikut adalah kontribusi besar yang diberikan oleh Walter Mischel, :Kekonsistenan dan Perdebatan Orang-SituasiApakah kita membicarakan berbagai konflik seksual yang tidak disadari, trait atau motif, seluruh pendekatan yang kita bahas sejauh ini mengatakan bahwa berbagai karakteristik kepribadian adalah stabil dan memengaruhi prilaku.Mischel menyatakan bahwa kepribadian sering kali berubah menurut situasi yang terberi. Mischel menyatakan bahwa prilaku adalah diskriminatif-yaitu, seseorang memandang pada tiap-tiap situasi dan berespons sesuai situasi tersebut. Pandangan Mischel disebut situasionisme, gagasan bahwa kepribadian dan prilaku sering kali sangat bervariasi dari satu konteks ke konteks lainnya.

System Pengolahan Afektif Kognitif (CAPS)Pendekatan ini bermakna bahwa berbagai pikiran dan emosi kita mengenai diri kita dan dunia memengaruhi interaksi kita dengan lingkungan dan menjadi terkait sehingga penting bagi prilaku.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanTeori Sosial Kognitif