skripsi memperoleh gelar sarjana...
TRANSCRIPT
FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL SIRIH (Piper betle L.)
DAN KAPUR SIRIH (CaCO3) DENGAN MIKROKRISTALIN SELULOSA
(AVICEL) SEBAGAI PENGIKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP
KADAR CD4 DALAM DARAH
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Farmasi
Disusun oleh :
NIDA NURNABILA
NIM : 106102003369
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2011 M
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
NAMA : NIDA NURNABILA
NIM : 106102003369
JUDUL : FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL SIRIH
(Piper betle L.) DAN KAPUR SIRIH (CaCO3) DENGAN
MIKROKRISTALIN SELULOSA (AVICEL) SEBAGAI
PENGIKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KADAR
CD4 DALAM DARAH
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
DR. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt Farida Sulistiawati, M.Si, Apt
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DR. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt
NIP. 1956010619851010001
iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul
FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL SIRIH (Piper betleL.) DAN KAPUR SIRIH (CaCO3) DENGAN MIKROKRISTALIN
SELULOSA (AVICEL) SEBAGAI PENGIKAT SERTA PENGARUHNYATERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh
Nama : Nida Nurnabila
NIM : 106102003369
Menyetujui,
Pembimbing :
1. Pembimbing I DR. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt ………………………...
2. Pembimbing II Farida Sulistiawati, M.Si, Apt ………………………...
Penguji :
1. Ketua Penguji DR. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt ………………………...
2. Anggota penguji I Ismiarni Komala, M.Sc, PhD, Apt ………………………...
3. Anggota penguji II Sabrina, M.Farm, Apt ………………………...
4. Anggota penguji III Nurmeilis, M.Si, Apt ………………………...
Mengetahui
DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Prof. Dr (hc). Dr. M. K Tadjudin, Sp, And
Tanggal lulus : 20 Juni 2011
iv
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA LAIN.
Jakarta, Maret 2011
Nida Nurnabila
106102003369
v
MOTTO
Life is struggle and life is competition
If we are able to live it than we will continue to live
But if we give up than we will die, left behind
And mired in powerlessness
But the merciful god
No difficulties are not ended
Therefore try and continue to strive
(Author, 150311)
Love is a catastrophe for the people who are weak
(Author, 150311)
vi
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbil’alamin, sujud syukurku kehadirat Illahi Robbi atas
segala nikmat dan kemudahan yang telah diberikan-Nya.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
*Kakekku tercinta H. Agus Effendi, S. Ag*
Sebagai wujud bakti dan rasa hormatku yang telah memberikan segala
bentuk do’a, dorongan, kasih-sayang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.
Afwan atas segala khilaf yang telah ananda lakukan.
*Ayahanda Drs. H. Endang Hidayat , MM dan Ibunda Dra. Hj.
Neneng Hulliyah, MMPd*
yang selalu memberikan limpahan kasih sayang serta memberikan semangat
dan dukungan, baik secara moril maupun materiil dan juga untaian do’a yang
selalu dipanjatkan dalam setiap langkah yang penulis lakukan.
*Adik-adikku tersayang Dea, Fahmi, dan Salma*
Perjalananmu masih panjang. Semoga cita-cita kalian tercapai, berjuanglah
untuk terus maju melangkah menjadi lebih baik.
*Sebagai ungkapan rasa cintaku bagi rekan, sahabat, serta teman-
temanku*
Terimakasih atas motivasi yang tak henti, tawa, kebersamaan, harapan
sehingga aku mampu bertahan.
vii
*Seluruh pejuang intelektual sejati*
Rasional yang tinggi dan spiritual yang dalam akan menghantarkan pada
keikhlasan.
*Sang Maha…Allah SWT*
Salah satu jalan untuk semakin dekat dengan-Mu
Kuharap selalu ruh illahi menyertai jiwaku.
*Almamater-ku*
Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang tanpa henti sedetikpun senantiasa
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul
“Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle L.) Dan
Kapur Sirih (CaCO3) Dengan Mikrokristalin Selulosa (Avicel)
Sebagai Pengikat Serta Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam
Darah”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak
lepas dari perhatian, bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai
pihak yang sungguh berarti dan berharga bagi penulis. Dengan rasa tulus
ikhlas dan dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. DR (hc). dr. M. K Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Drs. M Yanis Musdja, M.Sc, Apt, selaku Pembimbing dan Ketua
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Nurmeilis M.Si, Apt, selaku Sekretaris Program Studi Farmasi.
4. Ibu Farida Sulistiawati M.Si, Apt, selaku pembimbing yang telah
memberikan waktu, tenaga, pikiran, bimbingan serta motivasi kepada
penulis selama penelitian.
5. Dosen-dosen Program Studi Farmasi yang telah banyak memberikan
saran dan masukan untuk penulis.
ix
6. Kak Via dan Kak Eris yang telah banyak membantu selama penelitian
berlangsung.
7. Teman–teman seperjuangan Farmasi angkatan 2006 kelas A dan B.
Semoga silaturahmi kita bisa tetap terus terjaga, karena kita adalah
keluarga.
8. Adik-adikku jurusan Farmasi, terimakasih banyak untuk
partisipasinya.
9. Ibu Isnawati serta teman-teman kost-an Cheryl-Haikal, terimakasih
untuk dukungannya.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah membantu baik langsung maupun tidak langsung selama
penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dicatat
sebagai amal sholeh dan dibalas oleh Allah SWT. Dan penulis berharap,
semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang farmasi dan dunia
kesehatan pada umumnya. Amin.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
(Nida Nurnabila)
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................... v
PERSEMBAHAN...................................................................................... vi
KATA PENGANTAR............................................................................... viii
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
ABSTRAK ................................................................................................. xvii
ABSTRACT............................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 4
1.3 Hipotesis ................................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Sirih (Piper betle L.) .............................. 7
2.1.1 Klasifikasi ..................................................................... 7
2.1.2 Nama Daerah ................................................................ 7
2.1.3 Pertelaan........................................................................ 8
2.1.4 Ekologi dan Penyebaran ............................................... 9
2.1.5 Budidaya ....................................................................... 9
2.1.6 Kandungan Kimia ......................................................... 11
2.1.7 Khasiat dan Kegunaan .................................................. 11
2.1.8 Efek Farmakologi ......................................................... 12
2.2 Deskripsi Kapur Sirih............................................................. 13
2.2.1 Kandungan dan Manfaat ............................................... 14
xi
2.3 Simplisia................................................................................. 15
2.3.1 Definisi Simplisia ......................................................... 15
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia 16
2.4 Ekstraksi................................................................................. 20
2.4.1 Metode Ekstraksi .......................................................... 20
2.5 Ekstrak ................................................................................... 23
2.5.1 Proses Pembuatan Ekstrak ............................................ 25
2.6 Tablet Hisap ........................................................................... 27
2.6.1 Definisi Tablet Hisap .................................................... 27
2.6.2 Bahan Tambahan Tablet Hisap..................................... 28
2.6.3 Monografi Bahan Formulasi Tablet Hisap ................... 31
2.6.4 Metode Pembuatan Tablet Hisap .................................. 35
2.6.5 Parameter Sifat Fisik Massa Tablet .............................. 37
2.6.6 Evaluasi Tablet ............................................................. 39
2.7 Sistem Imunitas Tubuh .......................................................... 41
2.7.1 CD4 (Cluster of Differentiation 4)................................ 42
2.7.2 Imunomodulator............................................................ 43
2.7.3 Kontrol Pembanding ..................................................... 44
BAB III. KERANGKA KONSEP............................................................ 45
BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 46
4.2 Alat dan Bahan Penelitian...................................................... 46
4.2.1 Alat Penelitian............................................................... 46
4.2.2 Bahan Penelitian............................................................ 46
4.3 Prosedur Penelitian ................................................................ 47
4.3.1 Pemeriksaan Simplisia (Determinasi) ........................... 47
4.3.2 Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Sirih ...................... 47
4.3.3 Penapisan Fitokimia ...................................................... 48
4.3.4 Pembuatan Ekstrak Kental ............................................ 52
4.3.5 Karakterisasi Ekstrak .................................................... 52
4.3.6 Pembuatan Ekstrak Kering............................................ 54
xii
4.4 Formulasi Tablet Hisap.......................................................... 55
4.4.1 Evaluasi Massa Tablet................................................... 56
4.4.2 Evaluasi Tablet.............................................................. 58
4.5 Uji Kesukaan (Hedonic test).................................................. 59
4.6 Uji CD4.................................................................................. 60
4.7 Analisa Data........................................................................... 61
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ...................................................................... 63
5.1.1 Identifikasi Serbuk Sirih ............................................... 63
5.1.2 Karakterisasi Ekstrak .................................................... 64
5.1.3 Formula Tablet Hisap.................................................... 65
5.1.4 Evaluasi Massa Tablet................................................... 65
5.1.5 Evaluasi Tablet.............................................................. 67
5.1.6 Uji Kesukaan (Hedonic test) ......................................... 68
5.1.7 Uji CD4 ......................................................................... 70
5.2 Pembahasan............................................................................ 71
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 80
6.2 Saran....................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 81
LAMPIRAN............................................................................................... 86
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Persentase kompresibilitas terhadap sifat aliran serbuk................ 37
Tabel 2. Nilai sudut henti terhadap sifat alir ............................................... 38
Tabel 3. Laju alir terhadap sifat alir ............................................................ 39
Tabel 4. Formula tablet hisap...................................................................... 55
Tabel 5. Hasil identifikasi serbuk dan ekstrak sirih .................................... 63
Tabel 6. Hasil karakterisasi ekstrak ............................................................ 64
Tabel 7. Hasil evaluasi massa tablet ........................................................... 65
Tabel 8. Hasil evaluasi distribusi ukuran partikel ....................................... 66
Tabel 9. Hasil evaluasi tablet ...................................................................... 67
Tabel 10. Hasil uji kesukaan terhadap rasa tablet ....................................... 68
Tabel 11. Hasil uji kesukaan terhadap aroma tablet ................................... 69
Tabel 12. Persentase CD4 dalam limfosit ................................................... 70
Tabel 13. Konversi dari dosis hewan ke dosis manusia (HED)berdasarkan luas permukaan tubuh ............................................ 90
Tabel 14. Dosis daun sirih........................................................................... 92
Tabel 15. Dosis kapur sirih ......................................................................... 93
Tabel 16. Hasil pengukuran kadar lembab.................................................. 93
Tabel 17. Hasil pengukuran kadar abu........................................................ 94
Tabel 18. Hasil uji kadar lembab ................................................................ 94
Tabel 19. Hasil uji kompresibilitas ............................................................. 95
Tabel 20. Hasil uji sudut henti .................................................................... 95
Tabel 21. Hasil uji laju alir.......................................................................... 96
Tabel 22. Hasil uji distribusi ukuran partikel.............................................. 97
Tabel 23. Hasil uji friabilitas....................................................................... 98
Tabel 24. Hasil uji kekerasan tablet ............................................................ 98
Tabel 25. Hasil uji keseragaman ukuran ..................................................... 99
xiv
Tabel 26. Hasil uji keseragaman bobot ....................................................... 100
Tabel 27. Hasil uji waktu hisap................................................................... 101
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik distribusi ukuran partikel ................................................ 66
Gambar 2. Grafik persentase CD4 dalam limfosit ....................................... 70
Gambar 3. Ekstrak kental sirih..................................................................... 86
Gambar 4. BD Tritest CD4 .......................................................................... 86
Gambar 5. Rotary evaporator....................................................................... 86
Gambar 6. Furnace....................................................................................... 86
Gambar 7. Neraca analitik ........................................................................... 86
Gambar 8. Desikator .................................................................................... 86
Gambar 9. Moisture balance ........................................................................ 87
Gambar 10. Sieving analyzer ....................................................................... 87
Gambar 11. Hardness tester ......................................................................... 87
Gambar 12. Friabilator................................................................................. 87
Gambar 13. Sysmex pouch 100i .................................................................. 87
Gambar 14. FACSCalibur............................................................................ 87
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar bahan dan alat penelitian ........................................... 86
Lampiran 2. Preparasi simplisia daun sirih.................................................. 88
Lampiran 3. Proses pembuatan ekstrak etanol sirih..................................... 89
Lampiran 4. Perhitungan dosis ekstrak etanol sirih dan kapur sirih ............ 90
Lampiran 5. Perhitungan dosis penelitian sebelumnya................................ 91
Lampiran 6. Perhitungan dosis daun sirih.................................................... 92
Lampiran 7. Perhitungan dosis kapur sirih ................................................. 93
Lampiran 8. Perhitungan karakterisasi ekstrak sirih.................................... 93
Lampiran 9. Hasil evaluasi massa tablet ...................................................... 94
Lampiran 10. Evaluasi tablet ....................................................................... 98
Lampiran 11. Angket uji kesukaan (Hedonic test) ...................................... 102
Lampiran 12. Hasil uji statistik .................................................................... 103
Lampiran 13. Sertifikat determinasi tanaman .............................................. 107
Lampiran 14. Sertifikat bahan baku CaCO3 ................................................ 108
Lampiran 15. Sertifikat bahan baku avicel pH 102 .................................... 109
Lampiran 16. Sertifikat bahan baku manitol................................................ 111
xvii
ABSTRAK
FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL SIRIH (Piper betle L.)DAN KAPUR SIRIH (CaCO3) DENGAN MIKROKRISTALIN SELULOSA(AVICEL) SEBAGAI PENGIKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAPKADAR CD4 DALAM DARAH
Telah dilakukan penelitian aktivitas imunomodulator ekstrak sirih dan CaCO3. Sirihdan CaCO3 digunakan sebagai bahan obat yang berfungsi sebagai imunomodulator.Pada penelitian ini dilakukan pengembangan sediaan dalam bentuk tablet hisap,selanjutnya dilakukan pengukuran kadar CD4 dalam darah. Ekstrak sirih dan CaCO3
diformulasi menjadi tablet hisap dengan memvariasikan konsentrasi avicel sebagaibahan pengikat tablet hisap yang dibuat secara kempa langsung. Tablet hisapdirancang dalam tiga formula, yaitu formula A, formula B, dan formula C. Tiapformula dibedakan atas konsentrasi yang digunakan. Formula A mengandung avicel10%, formula B 15%, dan formula C 20%. Hasil evaluasi menunjukkan, bahwasemakin tinggi konsentrasi avicel yang digunakan sebagai pengikat, maka semakinmeningkat pula nilai kekerasan dan waktu hisap tablet yang dihasilkan. Namun hasilyang memenuhi syarat, diperoleh pada formula A dengan kekerasan 13,9 kg/cm2 danwaktu hisap 22.17 menit. Dalam hal ini, maka formula A yang akan digunakansebagai uji CD4 dalam darah. Uji statistik yang dilakukan terhadap kadar CD4panelis yang mengkonsumsi tablet hisap selama 5 hari berturut-turut menunjukkantidak adanya perbedaan bermakna antara data sebelum dan sesudah perlakuanterhadap kontrol positif dan terdapat perbedaan makna terhadap kontrol negatif.
Kata kunci : Tablet hisap, sirih (Piper betle L.), kapur sirih (CaCO3), CD4.
xviii
ABSTRACT
LOZENGES FORMULATION OF BETEL EXTRACT (Piper betle L.) ANDCaCO3 WITH MICROCRYSTALLINE CELLULOSE (AVICEL) AS BINDERAND ITS EFFECT CD4 ON THE LEVEL IN THE BLOOD
Research of immunomodulatory extract of betel and CaCO3 has been investigated.Betel and CaCO3 is applied as component of drug. In this research, the developmentof preparations of lozenges, then performed the measurement of CD4 levels in theblood. Extracts of betel and CaCO3 formulated into lozenges with variousconcentrations of avicel as binding agent, made in direct compression method.Lozenges are designed in three formulas, those are formula A, formula B, andformula C. Each formula is divided based on the concentration used. Formula Acontains 10% of avicel, formula B contains 15% of avicel, and formula C contains20% of avicel. The evaluation results show that the greater concentration of avicelused as a binder, hence increasing the value of hardness and the resulting ofdisintegration time. But the results of qualifying, obtained in the formula A with 13.9kg/cm2 of hardness and 22.17 minutes of disintegration time. In this case, formula Ato be used as a test of CD4 in the blood. The statistical test carried out on CD4 levelspanelists who consume lozenges for 5 successively days showed no significantdifferences between before and after treatment of the positive control and there aredifferences in meaning to the negative control.
Keywords : Lozenges, betel (Piper betle L.), whiting (CaCO3), CD4.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan.
Pengobatan dengan menggunakan bahan alam sudah menjadi kebiasaan
turun temurun bagi masyarakat Indonesia, hal ini terbukti dengan
banyaknya ramuan-ramuan yang beredar di masyarakat. Kecenderungan
untuk kembali kepada cara-cara pengobatan yang menerapkan konsep
back to nature atau kembali ke alam yaitu mengkonsumsi obat tradisional
dengan cara mendayagunakan sumber-sumber alam secara optimal namun
tetap mengacu pada pendekatan rasional (Soedibyo, 1998).
Tanaman sirih (Piper betle L.) sejak lama dikenal oleh nenek
moyang kita sebagai daun multi khasiat. Bagian tanaman yang digunakan
adalah daunnya, daunnya digunakan untuk menyirih (betel chew) oleh
penduduk asli India, Malaya, Indonesia, dan sebagian Asia yang beriklim
tropis. Daun sirih dicampur dengan sedikit kapur, pinang, dan gambir
sehingga akan memberikan rasa hangat, aromatis, dan pahit. Kandungan
daun sirih antara lain saponin, polifenol, minyak atsiri dan flavonoid.
Selain itu daun sirih juga mempunyai khasiat sebagai obat hidung
berdarah, obat bisul, obat batuk, obat sariawan, dan obat sakit mata
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991), dan sebagai antibakteri serta
imunomodulator (Dalimartha, 2006). Menurut Gunawan (2004), daun sirih
2
juga dapat berefek sebagai mukolitik, karena didalamnya mengandung
senyawa saponin.
Menyirih merupakan kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia
terutama di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Berdasarkan
pengalaman yang ada di masyarakat, komponen yang digunakan untuk
menyirih adalah berupa daun sirih, gambir, pinang, dan kapur sirih.
Masyarakat mempercayai bahwa dengan menyirih, dapat memperkuat gigi
dan menjauhkan mulut dari berbagai macam penyakit mulut seperti
sariawan, gusi berdarah, dan radang tenggorokan.
Salah satu komponen menyirih yaitu daun sirih, daun sirih telah
dikenal masyarakat sebagai antiseptik (Sari, 2006), antibatuk (Arifin,
1990) dan antibakteri. Sedangkan getahnya dapat menghentikan gusi
berdarah, sakit gigi, obat kumur, mengurangi produksi air susu (Depkes
RI, 1980). Penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian efek
imunomodulator kombinasi ekstrak etanol 70% daun sirih (Piper betle L.)
117 mg/kg BB dan kapur sirih 51 mg/kg BB mencit menunjukkan
aktivitas sebagai imunomodulator (Awalia, 2010).
Umumnya masyarakat menggunakan daun sirih sebagai obat masih
dengan cara yang sederhana, mulai dari penggunaannya yang harus
direbus dahulu, kemudian diminum sarinya. Namun sekarang ini penyajian
demikian itu kurang begitu disukai oleh masyarakat karena dianggap
kurang praktis, sehingga diperlukan inovasi baru untuk meningkatkan
kenyamanan dan kemudahan dalam penggunaan, diantaranya dibuat
sediaan tablet hisap.
3
Tablet hisap merupakan bentuk sediaan padat berbentuk cakram
yang mengandung bahan obat dan juga umumnya bahan pewangi,
dimaksudkan untuk secara perlahan-lahan melarut dalam rongga mulut
untuk efek setempat (Ansel, 1989). Tablet hisap dipilih karena sebagai
salah satu inovasi baru untuk merintis jalan bagi pengembangan obat-obat
tradisional, bentuk sediaan ini diharapkan dapat disukai karena mudah
dalam penyimpanan dan mudah dalam penggunaannya. Bentuk sediaan ini
juga diharapkan dapat memberikan takaran dosis zat aktif yang lebih tepat
dan benar.
Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap ekstrak
daun sirih dan kapur sirih yaitu dengan metode kempa langsung. Metode
ini diharapkan dapat memberikan sifat alir dan kompresibilitas sediaan
yang baik (Banker and Anderson, 1989).
Tablet hisap yang berkualitas baik adalah yang memiliki tingkat
kekerasan yang cukup tinggi, karena sediaan ini akan menghasilkan efek
lokal pada mulut sehingga diperlukan tablet yang cukup keras dan tidak
mudah larut dalam mulut. Dan untuk itu diperlukan bahan pengikat yang
benar-benar bagus untuk menghasilkan tablet hisap yang memenuhi
syarat-syarat tersebut.
Avicel merupakan suatu bahan yang mempunyai potensi besar
sebagai bahan pengikat. Kenaikan konsentrasi avicel, dapat meningkatkan
kekerasan tablet dan memperlama waktu melarut tablet.
4
Tablet hisap ini dibuat dengan menggunakan bahan pengikat avicel
dengan berbagai variasi konsentrasi. Variasi konsentrasi avicel yang
digunakan diharapkan dapat memberikan formulasi yang optimum untuk
sediaan tablet hisap dari ekstrak daun sirih dan kapur sirih.
Imunomodulator adalah suatu agen atau zat yang dapat
mempengaruhi atau menjaga sistem pertahanan tubuh. Sistem imun tubuh
merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam
resistensi terhadap berbagai penyakit terutama infeksi (Baratawidjaja,
2004). Selain ekstrak daun sirih dan kapur sirih diformulasikan dalam
bentuk sediaan tablet hisap, penelitian ini juga ditujukkan untuk
mengetahui efek imunomodulator tablet hisap dari ekstrak daun sirih dan
kapur sirih terhadap kadar CD4 dalam tubuh.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apakah ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3)
dapat dibuat menjadi sediaan tablet hisap dengan bahan pengikat
avicel ?
2. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi avicel sebagai bahan
pengikat terhadap sifat fisik tablet ?
3. Apakah sediaan tablet hisap ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan
kapur sirih (CaCO3) dapat mempengaruhi kadar CD4 dalam darah ?
5
1.3 Hipotesis
1. Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3) dapat
dibuat menjadi sediaan tablet hisap dengan bahan pengikat avicel.
2. Dapat diperoleh konsentrasi optimal avicel sebagai bahan pengikat
terhadap sifat fisik tablet.
3. Sediaan tablet hisap ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih
(CaCO3) dapat mempengaruhi kadar CD4 dalam darah.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Membuat sediaan tablet hisap ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan
kapur sirih (CaCO3) dengan avicel sebagai bahan pengikat.
2. Mengetahui konsentrasi optimal dari avicel sebagai bahan pengikat
tablet ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3)
sehingga diperoleh sediaan yang baik.
3. Mengetahui apakah tablet hisap ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan
kapur sirih (CaCO3) dapat mempengaruhi kadar CD4 dalam darah.
6
1.5 Manfaat Penelitian
Diantara manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :
1. Memberikan informasi tentang pengaruh konsentrasi avicel sebagai
bahan pengikat dalam tablet hisap ekstrak daun sirih (Piper betle L.)
dan kapur sirih (CaCO3).
2. Memberikan informasi tentang pengaruh ekstrak daun sirih (Piper
betle L.) dan kapur sirih (CaCO3) yang dikonsumsi dalam bentuk
sediaan tablet hisap terhadap kadar CD4 dalam darah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Sirih (Piper betle L.)
2.1.1 Klasifikasi
Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman daun sirih adalah
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Diperales
Suku : Diperaceae
Marga : Piper
Jenis : Piper betle L. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
Sinonim : Chavica auriculata Miq., C. betle Miq., Artanthe hixagona
(Dalimartha, 2006).
2.1.2 Nama Daerah
Sumatra: Furu kuwe, purokuwo (Enggano), ranub (Aceh), blo, sereh
(Gayo), blo (Alas), belo (Batak Karo), demban (Batak Toba), burangir
(Angkola dan Mandailing), ifan, tafuo (Simalur), afo, lahina,tawuo
(Nias), cabai (Mentawai), ibun, serasa, seweh (Lubu), sireh, sirih, suruh
(Palembang, Minangkabau), jabai (Lampung). Kalimantan: Uwit
(Dayak), buyu (Bulungan), uduh sifa (Kenya), sirih (Sampit), urusipa
(Seputan). Jawa: Seureuh (Sunda), sedah, suruh (Jawa), sere (Madura).
8
Bali: Base, sedah. Nusatenggara: Nahi (Bima), kuta (Sumba), mota
(Flores), orengi (Ende), taa (Sika), malu (Solor), mokeh (Alor).
Sulawesi: Ganjang, gapura (Bugis), baulu (Bare), buya, dondili (Buol),
bolu (Parigi), komba (Selayar), lalama, sangi (Talaud). Maluku: Ani Ani
(Hok), papek, raunge, rambika (Alfuru), nein (Bonfia), kakina (Waru),
kamu (Piru, Sapalewa), amu (Rumakai, Elpaputi, Ambon, Ulias), garmo
(Buru), bido (Bacan). Irian: Reman (Wendebi), manaw (Makimi),
namuera (Saberi), eouwon (Armahi), nai wadok (Sarmi), mera (Sewan),
mirtan (Berik), afo (Sentani), wangi (Sawe), freedor (Awija), dedami
(Marind). Indonesia: Sirih (Depkes RI, 1980).
2.1.3 Pertelaan
Tanaman sirih merupakan tumbuhan memanjat, tinggi 5 m sampai
15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar telur lonjong,
pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun
bagian bawah gundul atau berambut sangat pendek, tebal, berwarna
putih, panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm. Bunga
berbentuk bulir, berdiri sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan
daun. Daun pelindung berbentuk lingkaran, bundar telur terbalik atau
lonjong, panjang kira-kira 1 mm. Bulir jantan, panjang gagang 1,5 cm
sampai 3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang
2,5 cm sampai 6 cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni, bulat, dengan
ujung gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1,5
cm. Biji membentuk lingkaran (Depkes RI, 1980).
9
2.1.4 Ekologi dan Penyebaran
Sirih ditemukan di bagian timur pantai Afrika, di sekitar pulau
Zanzibar, daerah sekitar sungai Indus ke timur menelusuri sungai Yang
Tse Kiang, kepulauan Bonin, kepulauan Fiji dan kepulauan Indonesia.
Sirih tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa
tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300 m diatas
permukaan laut. Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan
tanah yang kaya akan humus, subur dan pengairan yang baik (Depkes RI,
1980).
2.1.5 Budidaya
Tanaman ini dapat diperbanyak dengan stek. Stek diambil dari
sulur yang tumbuh dari bagian ujung atas sepanjang 40 cm sampai 50 cm.
Untuk pertumbuhannya, sirih memerlukan sandaran pohon hidup seperti
dadap, kapok randu, kelor, waru atau gamal. Stek atau stump dari pohon-
pohon ini disiapkan penanamannya dalam musim hujan sebelum menanam
sirih. Sandaran ditanam dengan jarak 1,5 m dengan panjang stek atau
stump 3 m atau 4 m. Tiap selang dua baris dibuat selokan atau parit untuk
mengalirkan air karena sirih tidak tahan terhadap tanah yang terlalu basah.
Selokan ini digunakan juga untuk mengairi sirih di musim kemarau,
karena dalam keadaan kering pembentukan daunnya akan berkurang atau
berhenti sama sekali.
10
Sirih dapat juga dipanjatkan langsung pada pohon hidup yang
sudah ada seperti pohon aren, pohon pinang, atau pohon kelapa. Bila
sandaran sudah berakar baik, pada permulaan musim hujan dibuat lubang
sekitar sandaran. Stek sirih ditanam sepanjang dua buku dan sisanya
diikatkan pada tiang sandaran. Cara lain ialah dengan memotong sulur
panjang yang sudah dewasa pada pangkalnya, daunnya dihilangkan,
kemudian sulur ini dibagi menjadi 3 atau 4 bagian dan ditanam secara
mendatar. Setelah stek itu berakar, biasanya cukup tiga sulur saja yang
dibiarkan tumbuh dan memanjat keatas. Dengan pemeliharaan yang cukup
baik, sirih akan bertahan selama bertahun-tahun dengan tetap memberikan
hasil yang cukup baik. Dari ketiak daun akan tumbuh cabang dan ranting
yang menggantung dan bagian inilah yang akan dipanen. Bila tanaman
telah berumur satu tahun, panen dapat dimulai.
Produksi tertinggi akan diperoleh apabila sirih telah mencapai
ujung sandarannya. Yang dipanen adalah daun yang berasal dari sulur
yang menggantung sebanyak 3 atau 4 ruas. Panen dilakukan pada waktu
pagi sekali ketika daunnya masih segar. Bila tanaman telah terkena cahaya
matahari, warnanya akan berubah menjadi kuning kehijauan dan bila
dikunyah terasa lebih pedas. Bila sirih tumbuh di tempat yang teduh,
daunnya berbentuk panjang, lemas, berwarna hijau segar dan tidak begitu
pedas. Di samping pengaruh cahaya matahari, macam pupuk juga
mempengaruhi rasa daun. Dianjurkan untuk menggunakan pupuk kotoran
ayam, karena sifatnya dingin dan daun yang dihasilkan berwarna kuning
muda. Jika digunakan pupuk kotoran kuda, sapi atau kerbau, daunnya
11
berwarna kuning tua. Sulur yang telah dipanen diikat dan dikemas dalam
keranjang. Cara lain ialah dengan melepas daun dari sulurnya, kemudian
tiap 25 lembar diikat menjadi satu. Untuk dikirim ke tempat lain, daun
dibungkus dengan daun pisang dan bila perlu dibungkus lagi dengan
pelepah pisang (gedebok) (Depkes RI, 1980).
2.1.6 Kandungan Kimia
Daun sirih mengandung banyak minyak atsiri yang terdiri dari
hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metil eugenol, karvakrol,
terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, tanin (Depkes RI, 1980). Sirih
mengandung 1-4,2% minyak atsiri; hidroksikavicol; 7,2-16,7% kavicol;
2,7-6,2%, kavibetol; 0-9,6% allypyrokatekol; 2,2-5,6% karvakol; 26,8-
42,5% eugenol; eugenol metil eter; 4,2-15,8% eugenol metil eter; 1,2-
2,5% p-cymene; 2,4–4,8% cineole; 3-9,8% caryophyllene; dan 2,4-15,8%
cadinene. Selain itu, sirih juga mengandung estragol, terpennena,
seskuiterpena, fenil propana, tanin, diastase, gula, dan pati (Hariana,
2008).
2.1.7 Khasiat dan Kegunaan
Khasiat daun sirih adalah sebagai anti sariawan, anti batuk, dan
antiseptik (Depkes RI, 1980). Selain itu juga sebagai antiradang,
karminatif, dan menghilangkan gatal. Efek zat aktif eugenol (daun) untuk
mencegah ejakulasi, mematikan jamur Candida albicans yang
merupakan penyebab keputihan, antikejang, analgetik. Tanin (daun)
untuk mengurangi sekresi cairan pada vagina, pelindung hati, antidiare,
dan antimutagenik (Standar of ASEAN, 1993 dan Hariana, 2008).
12
Daun sirih mempunyai efek sebagai antibakteri karena
mengandung banyak senyawa fenol sehingga dapat membunuh kuman-
kuman penyebab penyakit. Secara tradisional, daun sirih memang
disebutkan sebagai obat sariawan namun belum diketahui bagaimana
mekanisme kerjanya, sebagai antibakteri atau berfungsi lain. Karvakrol
bersifat sebagai desinfektan dan anti jamur sehingga bisa digunakan
untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Zat lainnya yaitu
eugenol dan metil eugenol yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa
sakit pada gigi (Depkes RI, 2000).
2.1.8 Efek Farmakologi
Piperis Folium mempunyai efek sebagai antibakteri karena
kandungan kimia Piperis Folium mengandung banyak senyawa fenol
dapat membunuh kuman-kuman penyebab penyakit. Sehingga dengan
matinya bakteri akan sembuh penyakit yang disebabkannya dan akan
hilang pula bau yang ditimbulkannya. Peranan Piperis Folium dalam
pengobatan kerusakan gigi adalah sebagai antibakteri walaupun tidak
menutup kemungkinan tambahan peranan bau khas kandungan kimia
Piperis Folium menutupi bau yang tidak enak akibat pembusukan di
mulut. Bau mulut tidak hanya disebabkan oleh kerusakan pada gigi,
namun juga dapat disebabkan oleh organ tubuh bagian dalam, seperti
lambung.
13
Secara tradisional, Piperis Folium memang disebutkan sebagai
obat sariawan, namun belum diketahui bagaimana mekanisme kerjanya,
sebagai antibakteri atau berfungsi lain. Tanaman Piper betle mengandung
minyak atsiri salah satu diantara komponennya adalah kavakrol. Kavakrol
bersifat sebagai desinfektan, antijamur, sehingga bisa digunakan untuk
obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Zat lainnya yaitu eugenol
dan metil-eugenol, dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada gigi
(Depkes RI, 2000).
2.2 Deskripsi Kapur Sirih
Kapur atau cunam (kapur mati) berwarna putih likat seperti krim
yang dihasilkan dari cangkang siput laut yang telah dibakar. Hasil dari
debu cangkang tersebut perlu dicampurkan air untuk mempermudah bila
dioleskan ke atas daun sirih. Kapur dapat diperoleh dengan membakar batu
kapur (kalsium karbonat/CaCO3). Apabila dibakar dengan suhu tertentu
CaCO3 dapat mengeluarkan gas yang disebut dengan karbondioksida
(CO2) dan menjadi kalsium oksida (CaO). Kalsium oksida kemudian
dicampur dengan sedikit air yang menyebabkan CaO menyerap dan
mengembang, selain menghasilkan panas serta menjadi serbuk kapur yang
dikenal sebagai kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Proses tersebut disebut
dengan tindakan air (slaking) dan serbuk kapur adalah kapur terhidrat.
Serbuk kapur akan menjadi cair jika campuran airnya berlebihan. Serbuk
kapur jika didiamkan terlalu lama, kandungan airnya akan hilang dan
14
mengikat karbondioksida di udara sehingga kembali menjadi kalsium
karbonat seperti semula (Perpustakaan Negara Malaysia, 2001).
Kapur sirih telah digunakan sejak dahulu sebagai salah satu
komponen untuk menyirih. Dengan menyirih, dipercaya dapat
meningkatkan daya tahan tubuh (imunomodulator), dapat mencegah
kerusakan gigi, membasmi cacing dan berkhasiat juga sebagai aprodisiaka.
Kapur sirih mempunyai rumus kimia CaCO3 yang dengan adanya faktor
lingkungan dapat menjadi CaO dan Ca(OH)2.
2.2.1 Kandungan dan Manfaat
Kapur sirih mempunyai rumus kimia CaCO3, sehingga kandungan
utama dari kapur sirih adalah kalsium. Secara umum, kalsium merupakan
mineral yang amat penting bagi manusia terutama sebagai pembentuk
massa tulang.
Kapur sirih bisa digunakan sebagai obat bersamaan dengan bahan
lain, seperti untuk mengatasi batuk selesma, gusi bengkak, bisul, masalah
haid, digigit serangga serta penyakit kulit misalnya panu, kurap, kutil
(Perpustakaan Negara Malaysia, 2001).
15
2.3 Simplisia
2.3.1Definisi Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum
mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan/mineral.
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian
tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Eksudat
tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau
dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman
dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Simplisia hewani adalah
simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa bahan kimia murni. Simplisia pelikan atau
mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang
belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni
(Depkes RI, 1979).
Simplisia tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh
mengandung lendir, atau menunjukkan adanya kerusakan. Sebelum
diserbukkan, simplisia nabati harus dibebaskan dari pasir, debu, atau
pengotoran lain yang berasal dari tanah maupun benda anorganik asing
(Depkes RI, 1995).
16
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia
Kualitas simplisia dipengaruhi oleh faktor bahan baku dan proses
pembuatannya.
a. Bahan baku simplisia
Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat diperoleh dari
tanaman liar dan atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia
diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen,
dan galur (asal usul, garis keturunan) tanaman dapat dipantau.
Sementara jika diambil dari tanaman liar maka banyak kendala dan
variabilitas yang tidak bisa dikendalikan seperti asal tanaman, umur,
dan tempat tumbuh.
b. Proses pembuatan simplisia
Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun
tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah,
pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering,
pengepakan, dan penyimpanan.
1) Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan
kualitas bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan
ini adalah masa panen. Berdasarkan garis besar pedoman panen,
pengambilan bahan baku tanaman dilakukan pada saat yang
berbeda-beda untuk setiap bagian tumbuhan, seperti biji, buah,
bunga, daun atau herba, kulit batang, umbi lapis, rimpang, dan
akar. Panen daun dilakukan pada saat proses fotosintesis
17
berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman
mulai berbunga atau buah mulai masak.
2) Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman
masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-
rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang
tidak digunakan, dan bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat dan
sebagainya).
3) Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan
kotoran yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari
dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida.
4) Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah
untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas
permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering.
5) Pengeringan
Proses pengeringan simplisia, terutama bertujuan untuk
menurunkan kadar air sehingga bahan tersebut tidak mudah
ditumbuhi kapang dan bakteri; menghilangkan aktivitas enzim
yang bisa menguraikan lebih lanjut kandungan zat aktif; serta
memudahkan dalam hal pengelolaan proses selanjutnya (ringkas,
mudah disimpan, tahan lama, dan sebagainya). Faktor yang
mempengaruhi pengeringan diantaranya adalah waktu
18
pengeringan, suhu pengeringan, kelembaban udara di sekitar
bahan, kelembaban bahan atau kandungan air dari bahan, ketebalan
bahan yang dikeringkan, sirkulasi udara, dan luas permukaan
bahan.
Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan
secara alamiah dan buatan (Depkes RI, 1985).
1. Pengeringan alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam
bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara
pengeringan :
a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakukan
untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras
seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan
mengandung senyawa aktif yang relatif stabil.
b. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar
matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk
mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga,
daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah
menguap.
2. Pengeringan buatan
Pengeringan buatan dilakukan dengan menggunakan
suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan
dan aliran udaranya dapat diatur. Dengan menggunakan
pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang
19
lebih baik, karena pengeringan akan lebih merata dan waktu
pengeringan akan lebih cepat tanpa dipengaruhi oleh keadaan
cuaca.
6) Sortasi kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami
proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan
yang terlalu gosong, bahan yang rusak, atau dibersihkan dari
kotoran hewan.
7) Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka
simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri dan
disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan adalah cahaya,
oksigen atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara
kandungan aktif dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan
terjadinya proses dehidrasi, pengotoran dan atau pencemaran, baik
yang diakibatkan oleh serangga, kapang atau pengotor yang lain.
Persyaratan wadah untuk penyimpanan simplisia adalah harus inert
(tidak mudah bereaksi dengan bahan lain); tidak beracun; mampu
melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, dan
serangga; mampu melindungi bahan simplisia dari penguapan
kandungan zat aktif, pengaruh cahaya, oksigen, dan uap air
(Gunawan dan Sri Mulyani, 2004).
20
2.4 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan
senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-
lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-
lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta
stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya,
logam berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif
yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara
ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).
Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan
kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa
yang diisolasi. Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa
organik dari jaringan tumbuhan kering (galih, biji kering, akar, daun) ialah
dengan mengekstraksi-sinambung serbuk bahan dengan alat soxhlet dengan
menggunakan sederetan pelarut secara berganti-ganti (Harborne, 1987).
2.4.1 Metode ekstraksi (Depkes RI, 2000)
a. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut
1) Cara dingin
- Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
21
temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi
dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
- Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan,
tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
(penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2) Cara panas
- Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
- Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
22
- Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.
- Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).
- Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan
temperatur sampai titik didih air.
b. Destilasi uap
Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap
(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air
berdasarkan peristiwa tekanan parsial senyawa kandungan menguap
dengan fase uap air dari ketel secara kontinu sampai sempurna dan diakhiri
dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa kandungan menguap ikut
terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa kandungan yang
memisah sempurna atau memisah sebagian. Destilasi uap, bahan
(simplisia) benar-benar tidak tercelup ke air yang mendidih, namun
dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut terdestilasi.
Destilasi uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagian
dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut
terdestilasi.
23
2.5 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI,
1995). Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung
etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain
pada masing-masing monografi tiap mililiter ekstrak mengandung senyawa
aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang
cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian
yang bening dienaptuangkan (dekantasi). Beningan yang diperoleh
memenuhi persyaratan Farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak
yang sesuai (Depkes RI, 2000).
Parameter spesifik ekstrak terdiri dari :
a. Identitas
Memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari
senyawa identitas dengan cara melihat kandungan dari ekstrak yang
dibuat (Depkes RI, 2000).
b. Organoleptik
Mengamati bentuk, warna, bau dan rasa dari ekstrak yang dibuat
(Depkes RI, 2000).
24
Parameter non spesifik ekstrak terdiri dari :
a. Susut pengeringan
Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan
pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang
dinyatakan sebagai nilai persen (%). Tujuannya untuk memberikan
batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada
proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan jika tidak dinyatakan
lain adalah kurang dari 10%.
b. Kadar lembab
Kadar lembab adalah pengukuran kandungan lembab yang berada
di dalam bahan. Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal
(rentang) tentang besarnya kandungan lembab di dalam bahan. Nilai
untuk kadar lembab sesuai dengan yang tertera dalam monografi.
c. Kadar abu
Untuk penentuan kadar abu, bahan dipanaskan pada temperatur
dimana senyawa organik dan turunannya terdestruksi dan menguap
sehingga hanya tersisa unsur mineral dan anorganik. Tujuannya adalah
untuk memberikan gambaran tentang kandungan mineral internal dan
eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak.
Nilai untuk kadar abu sesuai dengan yang tertera dalam monografi
(Depkes RI, 2000).
25
2.5.1 Proses Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya
Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk
simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia
dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini
dapat mempengaruhi mutu ekstrak karena makin halus serbuk
simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan efisien, namun makin
halus serbuk maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk
tahapan filtrasi.
b. Cairan pelarut
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang
baik (optimal) untuk kandungan zat aktif sehingga senyawa tersebut
dapat terpisahkan dari senyawa lainnya dan ekstrak hanya
mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan.
Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan
hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama
untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai
berikut :
1. Selektivitas
2. Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut
3. Ekonomis
4. Ramah lingkungan
5. Keamanan
26
c. Separasi dan pemurnian
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menghilangkan (memisahkan)
senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa
berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga
diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini
adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi,
dekantasi, filtrasi, serta proses adsorbsi dan penukar ion.
d. Pemekatan/Penguapan (Vaporasi dan Evaporasi)
Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute (senyawa
terlarut) dengan cara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering
tetapi ekstrak hanya menjadi kental/pekat.
e. Pengeringan ekstrak
Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga
menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh, tergantung proses dan
peralatan yang digunakan. Ada berbagai proses pengeringan ekstrak,
yaitu dengan cara pengeringan evaporasi, vaporasi, sublimasi,
konveksi, kontak, radiasi, dan dielektrik.
f. Rendemen
Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh
dengan simplisia awal (Depkes RI, 2000).
27
2.6 Tablet Hisap
2.6.1 Definisi Tablet Hisap
Tablet hisap (lozenges) adalah sediaan padat yang mengandung
bahan tambahan satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar
beraroma dan manis serta dapat membuat tablet melarut atau hancur
perlahan di mulut. Tablet hisap umumnya ditujukan untuk pengobatan
iritasi lokal atau infeksi tenggorokan, dapat juga mengandung bahan aktif
yang dimaksudkan untuk absorbsi sistemik setelah ditelan. Jenis tablet ini
dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi larut
atau terkikis secara perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang.
Berbeda dengan tablet kempa biasa, pada tablet hisap tidak digunakan
bahan penghancur, bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan
yang bersifat larut dalam air dan mengandung lebih banyak bahan pemanis
(50% dari berat keseluruhan tablet atau lebih) seperti sukrosa, laktosa,
manitol, dekstrosa dan sebagainya. Selain itu pada umumnya tablet hisap
mempunyai diameter yang besar yaitu >12,5 mm dengan berat >700 mg.
Tablet hisap yang baik memiliki kekerasan sebesar 10-20 kg/cm2
(Lachman, 1986).
Tablet hisap didesain untuk memiliki karakteristik disintegrasi dan
disolusi cepat, tablet khas yang dimaksudkan untuk bekerja pada selaput
mukosa mulut dan faring ini biasanya merupakan tablet yang berdiameter
besar (5/8 sampai ¾ inci) dan dikempa dalam rentang bobot 1,5-4,0 g.
Akan tetapi, tablet hisap dapat pula diformulasi dengan tujuan disintegrasi
lambat, seragam, dan disintegrasi atau erosi lancar di sepanjang periode
28
waktu yang diperpanjang/diperlama (5-10 menit). Bentuk tablet hisap
dapat beragam dan bentuk yang paling umum adalah datar, bulat,
oktagonal (segi delapan), dan bikonveks. Selain itu, ada yang berbentuk
batang (bacilli), yaitu batang pendek atau silinder (Siregar Charles J.P dan
Saleh Wikarsa, 2010).
2.6.2 Bahan Tambahan Tablet Hisap
Bahan tambahan yang diperlukan pada formulasi tablet hisap adalah
bahan pengisi, pengikat, pelincir, pewarna, perasa, dan pemanis. Bahan
tablet harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Lachman, 1986) :
1. Inert secara fisiologi
2. Stabil secara fisika dan kimia
3. Bebas dari mikroba
4. Tidak memiliki kontraindikasi dengan bahan obat
5. Tidak mempengaruhi bioavailabilitas obat
6. Tidak toksik
7. Memenuhi standar farmasetik dalam hal bentuk dan kemurnian.
Bahan tambahan dalam tablet hisap adalah sebagai berikut :
a. Pengisi (Filler)
Bahan tambahan yang diperlukan sebagai pemenuhan
kecukupan massa tablet, dan berfungsi untuk memperbaiki daya
kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memicu
aliran. Contohnya adalah laktosa, laktosa spray-dried,
maltodekstrin, amilum, manitol, sorbitol, mikrokristalin selulosa,
dan dekstrosa-maltosa (Voight R, 1999).
29
b. Pengikat (Binder)
Bahan tambahan yang diperlukan untuk memberikan sifat
kohesif terhadap serbuk sehingga dapat membentuk struktur tablet
yang kompak setelah pencetakan dan dapat ditambahkan dalam
bentuk kering, cairan, atau larutan tergantung pada metode
pembuatan tablet hisap. Bahan pengikat kering antara lain :
hidroksi propil metil selulosa, carboxy metil selulosa, etil selulosa,
dan avicel, sedangkan bahan pengikat dalam bentuk basah antara
lain : gom, gelatin, tragakan, dan PVP (Voight R, 1999).
c. Pelincir (Voight R, 1999; Siregar Charles J.P dan Saleh Wikarsa,
2010)
Pelincir dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Pelincir (Glidan)
Bahan yang berfungsi untuk memperbaiki daya luncur masa
atau granulat yang ditabletasi dengan mengurangi gesekan antar
partikel. Contohnya adalah pati (amilum), talk, bahan silikat,
magnesium oksida.
2. Pelicin (Lubricant)
Bahan yang berfungsi untuk mengurangi gesekan antara
dinding dalam lubang ruang cetak dengan permukaan sisi tablet.
Contohnya adalah logam stearat, stearowet C, talk, amilum,
natrium benzoat dan natrium klorida, natrium dan magnesium
lauril sulfat, polietilen glikol, gliseril behanat.
30
3. Anti adhesi (Anti sticking)
Bahan yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan
yang dikempa pada permukaan punch. Contohnya adalah talk,
amilum maidis, Cab-O-Sil, natrium lauril sulfat, logam stearat.
d. Adsorben
Bahan yang dimaksudkan untuk melindungi bahan
berkhasiat dari pengaruh kelembaban, membantu meningkatkan
homogenitas campuran, menghindari lembab akibat reaksi antara
bahan dalam sediaan bahan tablet. Contohnya adalah aerosil,
avicel, Mg oksida, Mg karbonat, laktosa, bentonit dan kaolin
(Voight R, 1999).
e. Pemanis
Bahan yang digunakan untuk menutupi rasa yang tidak
enak dari bahan lain dalam tablet. Contohnya adalah manitol,
sukrosa, sakarin, aspartam.
f. Pengharum
Bahan yang digunakan untuk menutupi aroma yang tidak
enak dari bahan lain dan menimbulkan aroma tertentu. Contohnya
adalah oleum citri dan oleum menthae piperenthae.
g. Pewarna
Bahan yang digunakan untuk memberi identitas pada
produk, meminimalkan kemungkinan kesimpangsiuran selama
pembuatan, untuk nilai estetik atau nilai pemasarannya. (Siregar
Charles J.P dan Saleh Wikarsa, 2010).
31
2.6.3 Monografi Bahan Formulasi Tablet Hisap
a. Ekstrak Sirih
Berupa ekstrak etanol sirih (Piper betle L.) yang telah
dikeringkan dengan kadar lembab rata-rata 4,9%.
b. CaCO3
Kalsium karbonat mengandung kalsium setara tidak kurang
dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% CaCO3.
Pemerian : Serbuk, hablur mikro, putih, tidak berbau, tidak berasa,
stabil di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; kelarutan dalam air meningkat
dengan adanya sedikit garam amonium atau karbon
dioksida, adanya alkali hidroksida menurunkan kelarutan,
tidak larut dalam etanol, larut dalam asam asetat 1 N, dalam
asam klorida 3 N dan dalam asam nitrat 2 N dengan
membentuk gelembung gas.
Berat molekul : 100,09 (Depkes, 1995)
c. Sukrosa
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, masa hablur atau
berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis,
stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Rumus kimia : C12H22O11
32
Berat molekul : 342,30
Kegunaan : Pemanis (Wade, 1994; Depkes, 1995)
d. Manitol
Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih
dari 101,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
(Depkes, 1995). Manisnya manitol 0,5-0,7 manisnya sukrosa
(Daruwala, 1975).
Pemerian : Serbuk hablur atau granul mengalir bebas, putih, tidak
berbau, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut
dalam piridina, sangat sukar larut dalam etanol, praktis
tidak larut dalam eter.
Rumus kimia : C6H14O6
Berat molekul :182,17
Kegunaan : Pengisi tablet (Wade, 1994; Depkes, 1995)
e. Laktosa
Pemerian : Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak
berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah
menyerap bau.
Kelarutan : Mudah (pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut
dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak
larut dalam kloroform dan dalam eter.
Kegunaan : Pengisi tablet (Wade, 1994; Depkes, 1995)
33
f. Avicel pH 102
Avicel pH 102 merupakan produk aglomerasi dengan distribusi
ukuran partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir serta
kompresibilitas yang baik (Banker and Anderson, 1989). Avicel pH 102
merupakan selulosa yang terdepolimerasi parsial berwarna putih, tidak
berasa, tidak berbau, serbuk kristal yang terdiri dari partikel porous,
tidak larut dalam asam encer dan sebagian pelarut organik (Wade,
1994).
g. Mg stearat
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan
campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak,
terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam
berbagai perbandingan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3%
MgO.
Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berasa, bau lemah khas, mudah
melekat di kulit, bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter.
Rumus kimia : C36H70MgO4
Kegunaan : Lubrikan tablet
Konsentrasi : 0,25-5% (Wade, 1994; Depkes, 1995)
h. Talk
Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang
mengandung sedikit aluminium silikat.
34
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut
Rumus kimia : Mg6(Si2O5)4(OH)4
Kegunaan : Glidan, pengisi tablet, lubrikan tablet
Konsentrasi : Glidan dan lubrikan (1-10%), pengisi (5-30%) (Wade,
1994; Depkes, 1995)
i. Vanilla
Pemerian : Serbuk putih atau agak kuning berbentuk jarum-jarum
kristal dengan aroma dan rasa vanilla.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam
kloroform, dalam eter, dan dalam larutan alkali hidroksida
tertentu, larut dalam gliserin dan dalam air panas.
Kegunaan : Pengaroma dan perfumery
Diperkirakan jumlah yang dapat diterima per hari sampai dengan 10
mg/kg berat badan (Wade, 1982).
35
2.6.4 Metode Pembuatan Tablet Hisap
Pembuatan tablet hisap dengan cara pengempaan atau kompresi
dapat dilakukan dengan granulasi basah, granulasi kering, dan kompresi
langsung. Pemilihan metode pembuatan tablet hisap tergantung dari sifat
bahan aktif.
Metode pembuatan tablet hisap dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Metode granulasi basah (Wet granulation)
Metode ini merupakan metode yang terluas digunakan orang
dalam memproduksi tablet kompresi. Granul dibuat melalui
penambahan bahan pengikat dalam bentuk cairan ke dalam campuran
serbuk, kemudian massa serbuk yang lembab digiling dan diayak
hingga diperoleh ukuran granul yang diinginkan. Kelembaban pada
granul dapat dihilangkan melalui proses pengeringan. Tujuan utama
dari proses granulasi ini adalah untuk meningkatkan sifat alir dan
densitas, mengurangi porositas bahan, memudahkan kompresi, menjaga
keseragaman pencampuran massa tablet, mengurangi debu,
meningkatkan pembasahan tablet, serta meningkatkan waktu disolusi
(Ansel, 1989).
b. Metode granulasi kering (Dry granulation)
Pada metode ini granul dibentuk dengan penambahan bahan
pengikat kering ke dalam campuran serbuk obat dan dilakukan dengan
memadatkan massa yang jumlahnya besar, setelah itu dipecah menjadi
pecahan granul yang lebih kecil dan ditambahkan bahan pelicin.
Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah
36
dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air
atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang
dinaikkan (Ansel, 1989).
c. Kompresi langsung (Direct compression)
Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang mudah mengalir
atau sifat kohesivitasnya tinggi sehingga memungkinkan untuk
langsung dicetak dalam mesin tablet. Pada metode kempa langsung
tidak memerlukan proses pembasahan saat pencampuran antara bahan
berkhasiat dengan bahan penolong dan juga tidak diperlukan bahan
pelicin (Ansel, 1989).
Keuntungan utama dari proses kempa langsung adalah bahwa
bahan obat yang peka lembab, panas, dan stabilitasnya terganggu akibat
operasi granulasi, akan dapat dibuat menjadi tablet. Meskipun
demikian, hanya sedikit bahan obat yang mampu dikomprimasikan
secara langsung tanpa pengolahan awal dan tanpa penambahan bahan
pembantu. Sifat fisik masing-masing bahan menjadi hal kritis, karena
sedikit perubahan dapat mempengaruhi sifat alir dan kempa sehingga
menjadi tidak sesuai lagi untuk dikempa secara langsung.
37
2.6.5 Parameter Sifat Fisik Massa Tablet
a. Kadar lembab (Voight, 1994)
Pengukuran kadar lembab merupakan hal penting yang harus
dilakukan sebelum melakukan pengempaan serbuk menjadi tablet.
Pengukuran kadar lembab dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut moisture balance.
b. Kompresibilitas
Volume dan bangun timbunan serbuk ditentukan oleh ukuran
partikel dan bentuk partikel. Uji kompresibilitas dilakukan untuk melihat
kemampuan serbuk untuk dapat dikempa sehingga akan menghasilkan
dengan kekerasan yang baik. Uji kompresibilitas dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut bulk density. Persen kompresibilitas
dihitung dengan menggunakan rumus :
% Kompresibilitas = (Bj mampat-Bj bulk) x 100%Bj mampat
Syarat persen kompresibilitas yang baik yaitu tidak lebih dari 20%
Tabel 1. Persentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Aliran Serbuk
% Kompresibilitas Sifat Aliran
5-12 Sangat baik
12-18 Baik
18-23 Cukup
23-33 Kurang
33-38 Sangat kurang
>38 Sangat buruk
38
c. Distribusi ukuran partikel (Lachman, 1994)
Serbuk yang baik akan mengikuti distribusi normal, ukuran dari
butiran-butiran halus dan kasar mempunyai prosentase kecil. Bahan
pengikat yang kuat umumnya menghasilkan persentase ukuran yang lebih
kecil. Distribusi ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut sieving analyzer.
d. Sifat alir (Voight, 1994; Lachman, 1994; Aulton, 1988)
Untuk menentukan sifat alir berlaku sudut kemiringan aliran (sudut
lereng, sudut tuang, sudut luncur), yang diberikan, jika suatu zat berupa
serbuk mengalir bebas dari sebuah corong membentuk kerucut. Adapun
untuk mengukur sudut henti adalah dengan mengukur tinggi dan
diameter kerucut yang dihasilkan, sedangkan untuk mengukur laju alir
adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sejumlah serbuk
untuk dapat habis melewati corong. Syarat sudut henti yang baik yaitu
tidak lebih dari 30o dan syarat laju alir yang baik yaitu >10 gram/detik.
Tabel 2. Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir
Sudut Henti (o) Sifat Aliran
<25 Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Cukup
>40 Buruk
39
Tabel 3. Laju Alir Terhadap Sifat Alir
Laju Alir (gram/detik) Sifat Aliran
>10 Bebas mengalir
4-10 Mudah mengalir
1,6-4 Kohesif
<1,6 Sangat kohesif
2.6.6 Evaluasi Tablet
a. Pemeriksaan organoleptik (Ansel, 1989)
Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau, rasa, penampilan
(mengkilap atau kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar), derajat
kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda padat asing (rambut,
tetesan minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam serta adanya
kecacatan pada tablet selain menurunkan nilai estetikanya juga dapat
menimbulkan persepsi adanya ketidakseragaman kandungan dan kualitas
produk yang buruk.
b. Keseragaman bobot (Depkes RI, 1979)
Pada tablet yang didesain mengandung sejumlah obat di dalam
sejumlah formula, bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara rutin
untuk memastikan bahwa setiap tablet mengandung obat dengan jumlah
yang tepat. Syarat keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia
adalah bila bobot rata-rata lebih dari 300 mg, jika ditimbang satu per satu
tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang
5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya
menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya.
40
c. Keseragaman ukuran (Ansel,1989)
Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan tablet
berhubungan dengan proses pembuatan tablet. Ketebalan tablet harus
terkontrol sampai perbedaan 5% dari nilai standar. Pengontrolan
ketebalan tablet diperlukan agar diterima oleh konsumen dan dapat
mempermudah pengemasan.
d. Kekerasan (Lachman, 1994)
Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan tertentu agar tahan
terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan
dan transportasi. Kekerasan tablet merupakan fungsi dari isi die dan gaya
kompresi. Pada tenaga kompresi yang tetap, kekerasan tablet akan
meningkat dengan menambah isi die. Jika tekanan ditambah, kekerasan
akan meningkat sampai batasan tertentu. Jika tekanan melebihi batas
tersebut akan terjadi capping atau laminating.
e. Keregasan/Friabilitas (Agoes, 2006)
Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1%. Keregasan
tablet dinyatakan sebagai selisih bobot sebelum dan sesudah pengujian,
dibagi dengan bobot mula-mula lalu dikali 100%.
f. Waktu hisap (Lachman, 1994)
Waktu hisap adalah waktu yang dibutuhkan oleh sediaan untuk
melarut/terkikis perlahan-lahan di dalam mulut. Syarat waktu hisap untuk
tablet hisap yaitu terkikis perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit
atau kurang.
41
2.7 Sistem Imunitas Tubuh
Sistem imun tubuh merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan
yang berperan dalam resistensi terhadap berbagai penyakit terutama
infeksi (Baratawidjaja, 2004).
Infeksi yang terjadi pada orang normal umumnya singkat dan
jarang meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh
manusia memiliki suatu sistem yang disebut sistem imun yang
memberikan respons dan melindungi tubuh terhadap unsur-unsur patogen
tersebut. Respons imun sangat bergantung pada kemampuan sistem imun
untuk mengenali molekul asing (antigen) yang terdapat pada patogen
potensial dan kemudian membangkitkan reaksi yang tepat untuk
menyingkirkan sumber antigen bersangkutan. Sistem imun dapat
membedakan zat asing (non-self) dari zat yang berasal dari tubuh sendiri
(self). Pada beberapa keadaan patologik, sistem imun tidak dapat
membedakan self dari non-self sehingga sel-sel dalam sistem imun
membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri. Zat anti itu disebut
antibodi (Kresno, 2001).
42
2.7.1 CD4 (Cluster of Differentiation 4)
CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4
pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat
penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia
menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang
seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4
berkisar antara 31%-60%. Pada orang dengan sistem kekebalan yang
terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama
akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).
Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada
dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun manusia tidak setiap
saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk
melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen
akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada
tubuh manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah CD4 antara lain meliputi
perbedaan analisis, perbedaan musim, beberapa penyakit bersamaan, dan
penggunaan kortikosteroid. Di samping itu, terdapat pula beberapa faktor
yang dilaporkan memberikan sedikit pengaruh terhadap jumlah nilai CD4
yaitu gender, usia pada orang dewasa, faktor risiko, stres psikologis, stres
fisik, dan kehamilan (Anonim, 2010; Hopkins, 2006; Runggu, 2010).
43
2.7.2 Imunomodulator
Imunomodulator berasal dari kata “imuno” yang berarti kekebalan
dan “modulator” yang berarti pembawa. Imunomodulator adalah suatu
agen atau zat yang dapat mempengaruhi atau menjaga sistem pertahanan
tubuh. Imunomodulator merupakan obat yang bekerja dengan cara
melakukan modulasi pada sistem imun. Pada individu dengan defisiensi
sistem imun, imunomodulator bekerja dengan cara merangsang
(imunostimulan), sedangkan pada individu dengan reaksi imun berlebih
maka imunomodulator bekerja dengan cara menekan atau menormalkan
(imunosupresan). Imunomodulator bekerja mengoptimalkan pertahanan
tubuh maka secara tidak langsung telah mengatasi atau mengurangi
berbagai keadaan patologis atau gangguan kesehatan lainnya akibat tidak
optimalnya sistem pertahanan tubuh, diantaranya penyakit infeksi, alergi,
kanker, neoplasma jinak ataupun ganas (kanker) (Sunaryo dkk., 2007).
Obat golongan imunomodulator bekerja dengan 3 cara, yaitu melalui :
a. Imunorestorasi
Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi
sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen
sistem imun.
b. Imunostimulasi
Imunostimulasi yang juga disebut imunopotensiasi adalah cara
memperbaiki sistem imun dengan menggunakan bahan yang
merangsang sistem tersebut.
44
c. Imunosupresan
Imunosupresan merupakan tindakan untuk memperbaiki fungsi
sistem pertahanan tubuh dengan cara menekan respon imun (Anonim,
2004).
2.7.3 Kontrol Pembanding
Imboost® merupakan merk dagang dari imunomodulator dengan
bahan aktif yaitu Echinacea. Imboost® mengandung Echinacea purpurea
250 mg, Zn picolinate 10 mg, dan ekstrak Black eldelberry 400 mg yang
dikemas dalam bentuk sediaan kaplet. Imboost® diindikasikan untuk
membantu memperbaiki daya tahan tubuh dan membantu meredakan
gejala selesma (Anonim, 2010). Echinacea adalah tumbuhan pertama yang
dibuktikan secara ilmiah khasiat stimulasinya terhadap sistem imun (Tjay
Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2002). Echinacea biasa digunakan secara
tradisional sebagai obat herbal yang dipercaya memiliki efek
imunostimulan (Rininger, 2000). Selain itu, Echinacea merupakan suatu
imunomodulator yang dapat merangsang dan menyeimbangkan sistem
imunologi tubuh dalam mengatasi proses peradangan atau infeksi
(Katzung, 2004).
Konstituen kimia dari Echinacea meliputi flavonoid, konstituen
larut lemak (misalnya alkamide, polyancetylene), polisakarida larut air,
dan konjugat caffeoyl yang larut air (misalnya echinacoside, chicoric acid,
caffeic acid). Namun, konstituen yang paling sering disebut mempunyai
khasiat memodulasi sistem imun yaitu chicoric acid, alkamide, dan
polisakarida (Katzung, 2004).
45
BAB III
KERANGKA KONSEP
PembuatanEkstrak Kental
PembuatanSerbuk
Evaluasi Tablet
1. Daun sirih dan kapur sirih dipergunakan sejak lama oleh masyarakatIndonesia sebagai obat tradisional.
2. Pengembangan bentuk sediaan daun sirih dan kapur sirih yang lebih praktisyaitu dalam bentuk tablet hisap.
Membuat tablet hisap ekstrak etanol sirih dan kapur sirih denganberbagai variasi konsentrasi bahan pengikat dari avicel
Diperoleh konsentrasi optimal avicel yang sesuaidengan persyaratan fisik tablet menurut
Farmakope Indonesia
PembuatanEkstrak Kering
PenapisanFitokimia
DeterminasiTanaman
Formula Tablet Hisap
Mixing
Pembuatan Tablet Hisapdengan Kempa Langsung
Evaluasi Massa Tablet
Uji CD4
T Test
Uji Kesukaan(Hedonic Test)
Anova Test
46
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam
Farmasi UIN Jakarta, Balitro Bogor, Laboratorium Teknologi Sediaan
Padat Farmasi UIN Jakarta, Laboratorium Farmasi Angkatan Laut Jakarta,
Laboratorium Makmal Terpadu Fakultas Kedokteran UI Salemba.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Maret 2011.
4.2 Alat dan Bahan Penelitian
4.2.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan adalah blender, neraca analitik, beaker glass,
batang pengaduk, kapas steril, rotary evaporator, refrigerator, cawan
porselen, spatel, krustang, desikator, oven, moisture content balance,
furnace, alat pencetak tablet, gelas ukur, sieving analyzer, stop watch,
corong, statif, jangka sorong, hardness tester, friabilator, tube, vortex,
micropipettor, sysmex pouch 100i, FACSCalibur.
4.2.2 Bahan Penelitian
Simplisia
Simplisia yang digunakan adalah daun sirih (Piper betle L.).
Bahan kimia dan pereaksi
Bahan pelarut untuk ekstraksi adalah etanol 70%.
47
Bahan untuk penapisan fitokimia adalah ammonia (10%, 25%), kloroform,
HCL (1%, 1:10), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, aquadest,
lempeng magnesium, HCL pekat, butanol, larutan besi (III) klorida (FeCl3)
1%, pereaksi Stiasny, NaOH 1 N, eter, asam asetat anhidrat, H2SO4 pekat,
pereaksi Libermann-Burchard, petroleum eter.
Bahan untuk pembuatan tablet hisap
Ekstrak kering daun sirih, kapur sirih (CaCO3), sukrosa, manitol, avicel,
laktosa, mg stearat, talk, vanilla.
Bahan untuk uji CD4
Reagen BD Tritest CD4, BD FACS lysing solution.
4.3 Prosedur Penelitian
4.3.1 Pemeriksaan Simplisia (Determinasi)
Simplisia yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih
(Piper betle L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat
Aromatik (BALITRO), Bogor. Sebelum dilakukan penelitian terhadap
tumbuhan, terlebih dahulu dilakukan determinasi untuk mengidentifikasi
jenis dan memastikan kebenaran simplisia. Determinasi dilakukan di
Herbarium Bogoriense, Puslit Biologi Bidang Botani LIPI Cibinong.
4.3.2 Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Sirih
Daun sirih segar dibersihkan dari kotoran yang melekat. Daun sirih
tersebut dicuci dengan air mangalir dan terakhir dibilas. Setelah itu daun
sirih dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Daun yang telah kering
48
dihaluskan dengan blender dan disaring dengan ayakan sehingga diperoleh
simplisia dalam bentuk serbuk.
4.3.3 Penapisan Fitokimia
Serbuk diperiksa secara organoleptis dan dilakukan uji penapisan
fitokimia. Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid
dan triterpenoid, minyak atsiri dan kumarin.
Prosedur masing-masing pengujian adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi golongan alkaloid
Sebanyak 2 gram serbuk ditambahkan dengan 5 ml ammonia
25%, digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml etil asetat
dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan
kertas saring. Filtrat berupa larutan organik diambil (sebagai larutan
A), sebagian dari larutan A (10 ml) diekstraksi dengan 10 ml larutan
HCl 1:10 dengan pengocokan dalam tabung reaksi, diambil larutan
bagian atasnya (larutan B). Larutan A diteteskan beberapa tetes pada
kertas saring dan ditetesi dengan pereaksi Dragendorff. Jika terbentuk
warna merah atau jingga pada kertas saring maka hal itu menunjukkan
adanya senyawa golongan alkaloid dalam sampel. Larutan B dibagi
dalam dua tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi
Dragendorff dan pereaksi Mayer. Jika terbentuk endapan merah bata
dengan pereaksi Dragendorff dan endapan putih dengan pereaksi
Mayer maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid.
49
b. Identifikasi golongan flavonoid
Sebanyak 1 gram serbuk ditambahkan 50 ml air panas,
dididihkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh
filtrat yang akan digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml
larutan percobaan (dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau
lempeng magnesium secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml
butanol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika
terbentuk warna pada lapisan butanol (lapisan atas) maka hal itu
menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid.
c. Identifikasi golongan saponin
Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan
b (identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung
reaksi dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian
dibiarkan selama 10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa
yang stabil dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil
maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan saponin.
d. Identifikasi golongan tanin
Sebanyak 2 gram serbuk ditambahkan 100 ml air, dididihkan
selama 15 menit lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring,
filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat
pertama ditambahkan 10 ml larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna
biru tua atau hijau kehitaman maka hal itu menunjukkan adanya
senyawa golongan tanin.
50
Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny
(formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas
penangas air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan
warna merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya
endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat,
ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna
biru tinta maka menunjukkan adanya tanin galat.
e. Identifikasi golongan kuinon
Diambil 5 ml larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi
golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna
merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon.
f. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid
Sebanyak 1 gram serbuk ditambahkan dengan 20 ml eter,
dibiarkan selama 2 jam dalam wadah dengan penutup rapat lalu
disaring dan diambil filtratnya. 5 ml dari filtrat tersebut diuapkan
dalam cawan penguap hingga diperoleh residu/sisa. Ke dalam residu
ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat
(pereaksi Libermann-Burchard). Jika terbentuk warna hijau atau
merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan steroid
dan triterpenoid dalam simplisia tersebut.
51
g. Identifikasi golongan minyak atsiri
Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi
(volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut petroleum eter dan
dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi
dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas
penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring.
Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga
diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5
ml lalu disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dalam
cawan penguap, jika residu berbau aromatik/menyenangkan maka hal
itu menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.
h. Identifikasi golongan kumarin
Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi
(volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut kloroform dan dipasang
corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air)
pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air
dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang
diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu.
Residu ditambahkan air panas sebanyak 10 ml lalu didinginkan.
Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5
ml larutan ammonia (NH4OH) 10%. Lalu diamati di bawah sinar
lampu ultraviolet pada panjang gelombang 365 nm. Jika terjadi
fluoresensi warna biru atau hijau maka hal itu menunjukkan adanya
senyawa golongan kumarin.
52
4.3.4 Pembuatan Ekstrak Kental
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Serbuk
simplisia dari daun sirih dimaserasi dengan pelarut etanol 70% dan
dilakukan pengocokan sesekali, kemudian diendapkan selama 48 jam, lalu
disaring, sehingga diperoleh filtrat ke-1 dan ampas. Kemudian ampas
dilarutkan kembali dengan pelarut etanol 70%, dilakukan pengocokan
sesekali kemudian didiamkan selama 48 jam dan disaring, diperoleh filtrat
ke-2 dan ampas. Perlakuan tersebut dilakukan hingga filtrat berwarna
bening/jernih. Lalu semua filtrat digabung, dan diuapkan atau dipekatkan
dengan rotary evaporator pada suhu 40-50°C hingga diperoleh ekstrak
kental. Dihitung hasil rendemen ekstrak (hasil perolehan kembali) dengan
rumus :
Bobot ekstrak yang didapat% Rendemen = x 100%
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi
4.3.5 Karakterisasi Ekstrak
a. Parameter Spesifik
1. Identitas
Memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari
senyawa identitas dengan cara melihat kandungan dari ekstrak yang
dibuat (Anonim, 2000).
2. Organoleptik
Mengamati bentuk, warna, bau dan rasa dari ekstrak yang
dibuat (Anonim, 2000).
53
b. Parameter Non Spesifik
1. Susut pengeringan
Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 gram sampai 2
gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan
telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol
timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan
setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. kemudian dimasukkan ke
dalam oven, dibuka tutupnya, dikeringkan pada suhu 105oC hingga
bobot tetap. Biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam
eksikator hingga suhu kamar. Timbang kembali bobot setelah
pengeringan (Anonim, 2000; Anonim, 1994).
% Susut pengeringan = Berat awal-Berat akhir x 100%Berat awal
2. Kadar lembab
Ditimbang 1 gram ekstrak pada alumunium foil yang telah
ditara. Kemudian dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Alat
dihidupkan. Kemudian kadar lembab yang terukur dicatat (Anonim,
2000; Anonim, 1994).
54
3. Kadar abu
Kurang lebih 2 gram sampai 3 gram ekstrak ditimbang dan
dimasukkan ke dalam krus yang telah dipijarkan dan ditara. Kemudian
dimasukkan ke dalam furnace dan dipijarkan hingga bobot tetap.
Sampel diangkat, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Jika
dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas
lalu saring dengan kertas saring bebas abu. Pijarkan residu dan kertas
dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan,
pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap
bahan yang telah dikeringkan di udara (Anonim, 2000; Anonim,
1994).
% Kadar abu = 1 – A – B x 100%C
Dimana : A = Berat ekstrak + wadah awal (gram)
B = Berat ekstrak + wadah akhir (gram)
C = Berat ekstrak (gram)
4.3.6 Pembuatan Ekstrak Kering
Ekstrak kental yang diperoleh ditambahkan dengan avicel pH 102
dengan perbandingan terhadap ekstrak 1,72 : 1. Setelah kering kemudian
ekstrak tersebut digerus dalam lumpang hingga diperoleh serbuk kering
ekstrak.
55
4.4 Formulasi Tablet Hisap
a. Formula Tablet Hisap
Tabel 4. Formula Tablet Hisap
Catatan : Dosis zat aktif terbagi dalam 3 dosis
b. Pembuatan Tablet
Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan tablet yaitu
menimbang seluruh bahan yang akan digunakan. Massa tablet untuk
masing-masing formula dibuat sebanyak 400 gram untuk mendapatkan
100 buah tablet (@ 4 gram). Ekstrak kering daun sirih dan kapur sirih
dicampur pengisi dan pengikat. Kemudian campuran serbuk diaduk
hingga homogen. Setelah itu, ditambahkan aroma vanilla. Selanjutnya
langkah yang terakhir yaitu dengan menambahkan pelincir, lalu diaduk
hingga homogen. Sebelum dicetak, alat cetak tablet diset terlebih
Bahan Formula (gr)
A B C
Ekstrak kental daun sirih 0,184 0,184 0,184
Avicel 0,317 0,317 0,317
Kapur sirih 0,08 0,08 0,08
Sukrosa 0,8 0,8 0,8
Manitol 1,2 1,2 1,2
Avicel 0,4 0,6 0,8
Laktosa 0,839 0,639 0,439
Mg stearat 0,04 0,04 0,04
Talk 0,04 0,04 0,04
Vanilla 0,1 0,1 0,1
Jumlah Total 4 4 4
56
dahulu, sesuai dengan bobot pada tiap tablet yaitu 4 gram. Tablet yang
telah dicetak dievaluasi untuk mengetahui mutu fisik tablet.
4.4.1 Evaluasi Massa Tablet
Evaluasi serbuk yang dilakukan meliputi kadar lembab,
kompresibilitas, distribusi ukuran partikel, laju alir, dan sudut henti.
1. Kadar lembab (Voight, 1994)
Sebanyak 1 gram serbuk dimasukkan ke dalam alat moisture
balance, serbuk diratakan dan dibiarkan alat membaca kadar lembab
yang terkandung dalam serbuk.
Syarat : 2-5%
2. Kompresibilitas (Voight, 1994; Aulton, 1988)
Sebanyak 100 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan ke
dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat volumenya (Vo). Serbuk tersebut
kemudian diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali dan dicatat kembali
volume setelah pengetukan (V1). Data yang diperoleh dimasukkan ke
dalam rumus :
% Kompresibilitas = (Vo-V1) x 100%Vo
Syarat : Tidak lebih dari 20%
3. Distribusi ukuran partikel (Voight, 1994)
Masing-masing ayakan pada alat sieving analyzer disusun
berturut-turut mulai dari yang teratas adalah mesh 12, 14, 16, 18, 20,
dan 22. Kemudian serbuk dimasukkan ke dalam alat sieving analyzer.
Alat dihidupkan, kemudian serbuk yang terdapat pada masing-masing
ayakan ditimbang. Lalu dihitung persen bobot serbuk pada masing-
57
masing ayakan dan dibuat kurva hubungan antara persen bobot serbuk
(sebagai sumbu y) dengan ukuran ayakan (sebagai sumbu x).
4. Laju alir (Lachman, 1994; Aulton, 1988)
Sebanyak 100 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan ke
dalam corong yang telah disumbat. Ketika sumbatan dibuka, lalu dicatat
waktu yang diperlukan seluruh serbuk untuk keluar habis melewati
corong.
Kecepatan alir serbuk = Bobot (gr) = 100 grWaktu (detik) t (detik)
Syarat : >10 gram/detik
5. Sudut henti (Aulton, 1988)
Dihitung diameter dan tinggi kerucut yang terbentuk pada
gundukan serbuk pada uji laju alir, kemudian dicari besar sudut henti
dengan rumus :
tan α = 2hd
Dimana : h = tinggi kerucut gundukan serbuk
d = diameter gundukan serbuk
Syarat : Tidak lebih dari 30o
58
4.4.2 Evaluasi Tablet
1. Pemeriksaan organoleptik
Tablet yang dihasilkan dinilai secara keseluruhan baik
bentuknya maupun warna, aroma, dan rasanya.
2. Uji keseragaman bobot (Depkes RI, 1979)
Ditimbang sebanyak 20 buah tablet yang diambil secara acak,
kemudian dihitung bobot rata-rata tiap tablet.
Syarat : Bila bobot rata-rata lebih dari 300 mg. Jika ditimbang satu per
satu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya. Dan tidak ada 1 pun tablet
yang bobotnya menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-ratanya.
3. Uji keseragaman ukuran (Depkes RI, 1979)
Sebanyak 20 buah tablet yang diambil secara acak, diukur
diameter dan tebal tablet dengan menggunakan jangka sorong.
Syarat : >12,5 mm
4. Uji kekerasan (Parrott, 1971)
Ditimbang sebanyak 10 buah tablet yang diambil secara acak
kemudian ditentukan kekerasannya dengan alat hardness tester. Pada
umumnya tablet hisap memiliki kekerasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tablet biasa.
Syarat : 10-20 kg/cm2
59
5. Uji keregasan/Friabilitas (Agoes, 2006; Lachman, 1994)
Ditimbang sebanyak 20 buah tablet yang diambil secara acak
dan dibersihkan dari debu. Kemudian diletakkan dalam alat friabilator
dan alat dijalankan sebanyak 100 putaran dengan kecepatan 25 rpm.
Syarat : <1%
6. Uji waktu hisap (Lachman, 1994)
Tablet hisap dirancang agar tidak mengalami kehancuran di
dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan dalam jangka
waktu 30 menit atau kurang.
4.5 Uji Kesukaan (Hedonic test)
Uji kesukaan dilakukan terhadap ketiga formula tablet hisap pada
20 orang panelis dewasa baik laki-laki maupun perempuan yang diminta
untuk memberikan penilaian dalam hal rasa dan aroma tablet hisap.
Penilaian dilakukan dengan cara mengisi kuesioner untuk mengetahui
tingkat kesukaan terhadap rasa dan aroma dari masing-masing formula
tablet hisap.
60
4.6 Uji CD4
a. Panelis
Tiap panelis masing-masing diambil darahnya sebanyak 3 ml,
dengan jumlah panelis sebanyak 8 orang. Dengan 6 orang yang
diberikan tablet hisap ekstrak sirih dan kapur sirih, 1 orang kontrol
positif yang diberikan Imboost® Force, dan 1 orang kontrol negatif yang
tidak diberikan perlakuan.
Panelis harus memenuhi beberapa persyaratan agar dapat berfungsi
sebagai instrumen, antara lain :
1. Panelis yang memiliki kondisi kesehatan yang baik atau orang sehat.
Orang yang menderita sakit, sebaiknya tidak diikutsertakan dalam
pengujian.
2. Panelis yang berjenis kelamin wanita dan tidak dalam keadaan
menstruasi/haid.
3. Panelis yang berumur antara 20-25 tahun.
4. Tidak stress. Karena stress dapat mempengaruhi jumlah CD4 antara
lain melalui aktivitas ß2-adrenergik dan steroid endogen.
b. Pengujian CD4
Sampel darah yang telah diambil dari responden segera diukur
kadar limfositnya dengan alat Sysmex Pouch 100i. 50 µL sampel darah
dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup dan ditambahkan reagen
BD Tritest TM sebanyak 20 µL sambil tabung digoyangkan secara
perlahan. Tabung reaksi tersebut kemudian diinkubasikan di ruang gelap
selama 15 menit pada suhu ruangan, dan ditambahkan 450 µL lysing
61
solution ke dalamnya. Tabung reaksi berisi sampel tersebut kemudian
diinkubasikan kembali di lemari pendingin pada suhu 4o selama 15
menit, dan selanjutnya dimasukkan ke dalam alat FACSCalibur dan
diperoleh nilai CD4 dalam darah.
4.7 Analisa Data
Data hasil uji kesukaan yang diperoleh, dianalisa dengan menggunakan
program pengolahan data statistik SPSS 17. Pada analisa data ini,
ditentukan terlebih dahulu normalitas data dan homogenitas sampel dari
setiap variabel dan dilanjutkan dengan uji parametrik Oneway ANOVA
dengan taraf signifikansi 95% jika data terdistribusi normal dan homogen.
Namun jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen, maka
dilakukan dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis. Apabila ada perbedaan
bermakna, maka dilanjutkan dengan uji perbandingan antara kelompok uji
(Least Significant Difference atau LSD).
Hipotesis :
Ho : tidak ada perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok
Ha : terdapat perbedaan yang bermakna antara setiap kelompok
Pengambilan Keputusan :
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak
Adapun data hasil tes CD4 yang diperoleh, dianalisa dengan
menggunakan program pengolahan data statistik SPSS 17 dengan metode
Paired Sampel T Test. Uji ini dilakukan terhadap dua sampel yang
62
berpasangan (paired), sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah
sampel dengan subyek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau
pengukuran yang berbeda, subyek A akan mendapat perlakuan I kemudian
perlakuan II.
Pengambilan Keputusan :
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
63
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Identifikasi Serbuk Sirih
Tabel 5. Hasil Identifikasi Serbuk dan Ekstrak Sirih
Golongan Penapisan Serbuk Penapisan Ekstrak
Alkaloid + +
Flavonoid + +
Saponin + +
Tanin + +
Kuinon - -
Steroid - -
Triterpenoid + +
Minyak Atsiri + +
Kumarin + +
Keterangan : (+) = Ada
(-) = Tidak ada
64
5.1.2 Karakterisasi Ekstrak
Tabel 6. Hasil Karakterisasi Ekstrak
Jenis Karakterisasi
Hasil
Nilai Berdasarkan
Literatur (Depkes RI,
2000; BPOM 2004;
Depkes RI, 1980)
Parameter Spesifik :
a. Identitas
b. Organoleptik
o Bentuk
o Warna
o Bau
o Rasa
Ekstrak Kental
(Piper betle L.)
Kental
Coklat
Khas
Agak pahit dan pedas
Ekstrak Kental
(Piper betle L.)
Kental
Coklat
Khas
Agak pahit dan pedas
Parameter Non
Spesifik :
a. Susut Pengeringan
b. Kadar Lembab
c. Kadar Abu
0,45%
4,9%
5,49%
Tidak lebih dari 10%
Tidak lebih dari 5,4%
Tidak lebih dari 14%
Rendemen 16%
65
5.1.3 Formula Tablet Hisap
Bahan Formula (gr)
A B C
Ekstrak kental daun
sirih0,184 0,184 0,184
Avicel 0,317 0,317 0,317
Kapur sirih 0,08 0,08 0,08
Sukrosa 0,8 0,8 0,8
Manitol 1,2 1,2 1,2
Avicel 0,4 0,6 0,8
Laktosa 0,839 0,639 0,439
Mg stearat 0,04 0,04 0,04
Talk 0,04 0,04 0,04
Vanilla 0,1 0,1 0,1
Jumlah Total 4 4 4
Catatan : Dosis zat aktif terbagi dalam 3 dosis
5.1.4 Evaluasi Massa Tablet
Tabel 7. Hasil Evaluasi Massa Tablet
Jenis Evaluasi
Formula
Nilai Berdasarkan
Literatur (Voight, 1994;
Aulton, 1988)
A B C
Kadar lembab (%) 2,22 2,82 2,86 2-5%
Kompresibilitas (%) 12,08 12,79 14,41 Tidak lebih dari 20%
Sudut henti (o) 29,37 28,95 27,23 Tidak lebih dari 30Laju alir (gr/detik) 9,89 9,51 9,81 4-10 gr/detik (Mudah
mengalir)
66
Tabel 8. Hasil Evaluasi Distribusi Ukuran Partikel
Jenis Evaluasi Jumlah Granul (gr)
Formula A Formula B Formula C
Distribusi
ukuran partikel
Bobot
(gr)
Fraksi
(%)
Bobot
(gr)
Fraksi
(%)
Bobot
(gr)
Fraksi
(%)
1.7 mm 1,527 2,156 1,672 2,570 1,820 2,702
1.4 mm 2,828 3,994 1,122 1,724 2,903 4,462
1.18 mm 3,779 5,337 1,336 2,053 3,660 5,434
1 mm4,677 6,606 2,373 3,648 3,359 4,987
850 µm 7,704 10,881 6,177 9,496 7,886 11,709
<850 µm 50,282 71,022 52,366 80,506 47,719 70,855
Grafik Distribusi Ukuran Partikel
Gambar 1. Grafik Distibusi Ukuran Partikel
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
80.000
90.000
< 850-850μm
850 μm-1μm
1 μm-1.18μm
Ukuranayakan
1.18 μm -1.40 μm
1.40 μm -1.70 μm
> 1.70 μm
Series 1
Series 2
Series 3
BobotGranul
67
5.1.5 Evaluasi Tablet
Tabel 9. Hasil Evaluasi Tablet
Jenis Evaluasi Formula Nilai BerdasarkanLiteraturA B C
Organoleptik :
-
Bentuk Bundar Bundar Bundar
Warna Putih Putih Putih
Bau
Sirih dan
vanilla
Sirih dan
vanilla
Sirih dan
vanilla
Rasa
Manis sedikit
pedas
Manis sedikit
pedas
Manis sedikit
pedas
Keseragamanbobot
Memenuhisyarat
Memenuhisyarat
Memenuhisyarat
Tidak lebih dari 2 tabletyang bobotnyamenyimpang 5% daribobot rata-ratanya dantidak ada 1 pun tablet yangbobotnya menyimpang 10% dari bobot rata-ratanya(Depkes RI, 1979)
Diameter(mm)
24,85 24,95 24,75 >12,5 mm (Depkes RI,1979)
Kekerasan
(kg/cm2) 13,9 15,9 17,9
10-20 kg/cm2 (Parrott,
1971)
Friabilitas (%) 0,80 0,80 0,81 <1% (Agoes, 2006)
Waktu hisap
(menit) 22,17 32,3 35,46
30 menit atau kurang
(Lachman, 1994)
68
5.1.6 Uji Kesukaan (Hedonic test)
Tabel 10. Hasil Uji Kesukaan Terhadap Rasa Tablet
RespondenFormula A
10%Formula B
15%Formula C
20%1 SS SS S2 SS S S3 S S S4 S S N5 S S N6 S S N7 S S N8 S S N9 S S N10 S N TS11 S N TS12 S N TS13 N N TS14 N N TS15 N N TS16 N N TS17 N N TS18 TS N TS19 TS TS STS20 TS TS STS
Jumlah
SS : 2 SS : 1 SS : -S : 10 S : 8 S : 3N : 5 N : 9 N : 6TS : 3 TS : 2 TS : 9STS : - STS : - STS : 2
Keterangan : SS : Sangat suka
S : Suka
N : Netral
TS : Tidak suka
STS : Sangat tidak suka
69
Tabel 11. Hasil Uji Kesukaan Terhadap Aroma Tablet
RespondenFormula A
10%Formula B
15%Formula C
20%1 S S S2 S S S3 S S S4 S S S5 S S S6 S S S7 N N N8 N N N9 N N N10 N N N11 N N N12 N N N13 N N N14 N N N15 N N N16 TS TS TS17 TS TS TS18 TS TS TS19 TS TS TS20 TS TS TS
Jumlah
SS : - SS : - SS : -S : 6 S : 6 S : 6N : 9 N : 9 N : 9TS : 5 TS : 5 TS : 5STS : - STS : - STS : -
Keterangan : SS : Sangat suka
S : Suka
N : Netral
TS : Tidak suka
STS : Sangat tidak suka
70
5.1.7 Uji CD4
Tabel 12. Persentase CD4 dalam Limfosit
% CD4 dalam Limfosit
Panelis
Sebelum Sesudah
1. 27 31
2. 31 34
3. 33 33
4. 33 35
5. 34 38
6. 37 40
Kontrol (+) 30 33
Kontrol (-) 34 31
Keterangan : Kontrol positif : Panelis diberikan Imboost® Force
Kontrol negatif : Panelis tidak diberikan perlakuan
Grafik Persentase CD4 dalam Limfosit
Gambar 2. Grafik Persentase CD4 dalam Limfosit
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Kontrol(-)
Kontrol(+)
relawan1
relawan2
relawan3
relawan4
relawan5
relawan6
Sebelum
Sesudah
71
5.2 Pembahasan
Daun sirih (Piper betle L.) yang digunakan dalam penelitian uji efek
imunomodulator ini diperoleh dari satu tempat pembibitan di Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan kemungkinan
adanya variasi kandungan kimia tumbuhan yang terlalu besar karena kondisi iklim
dan lingkungan (Depkes RI, 2000). Untuk memastikan kebenaran tanaman
maka dilakukan determinasi tanaman dan hasilnya menunjukkan bahwa tanaman
tersebut adalah Sirih (Piper betle L.) dari familia piperaceae.
Dalam proses penyiapan tanaman, daun sirih yang sudah dicuci cukup
dikeringkan dengan diangin-anginkan tanpa dilakukan perajangan karena
dikhawatirkan kandungan minyak atsiri dan kandungan kimia yang lain akan
berkurang dengan perajangan (Gunawan dan Sri Mulyani, 2004). Simplisia yang
telah kering kemudian dilakukan penyerbukan. Serbuk simplisia daun sirih
kemudian dimaserasi menggunakan pelarut etanol 70%.
Untuk mengekstraksi serbuk sirih, metode yang digunakan adalah metode
maserasi. Metode maserasi dipilih karena dapat memisahkan zat-zat aktif yang
terdapat dalam serbuk sirih secara sempurna sehingga diperoleh senyawa-senyawa
yang terkandung di dalam tanaman, selain itu penggunaan metode ini didasarkan
pada keuntungan yang diberikan baik dari segi efisiensi waktu, pengerjaan dan
peralatan yang sederhana serta tidak merusak zat-zat yang tidak tahan dengan
pemanasan (Depkes RI, 2000). Karena pada metode maserasi ini dilakukan secara
berulang sampai diperoleh filtrat yang jernih, diharapkan kandungan kimia dapat
tertarik lebih banyak.
72
Adapun pemilihan pelarut etanol 70% didasarkan karena etanol memiliki
beberapa keuntungan, diantaranya yaitu lebih selektif dalam pemisahan zat aktif
yang terkandung dalam tanaman, dapat menjaga proses ekstraksi agar tidak
mudah ditumbuhi kapang dan bakteri, menghasilkan absorbsi yang baik, netral
dan dapat dicampur dengan segala pembanding serta panas yang diperlukan untuk
pemekatan relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pelarut lain (Depkes RI,
2000). Selain itu etanol 70% juga dapat melarutkan senyawa organik baik yang
bersifat polar maupun non polar.
Tahap selanjutnya yaitu proses pengentalan yang dilakukan dengan
menggunakan alat rotary evaporator. Prinsip utama alat ini terletak pada
penurunan tekanan sehingga pelarut dapat menguap pada suhu di bawah titik
didihnya. Rotary evaporator lebih disukai karena mampu menguapkan pelarut
dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak
oleh suhu yang tinggi. Dalam penelitian ini diperoleh nilai rendemen ekstrak
sebesar 16%. Nilai ini memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yaitu tidak
kurang dari 10,2% (Badan POM RI, 2004).
Ekstrak distandarisasi dengan pengujian parameter spesifik yaitu identitas
dan pemeriksaan organoleptik. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan,
diperoleh bentuk ekstrak yang kental, berwarna hijau, baunya khas dan memiliki
rasa yang agak pahit dan pedas.
Pengujian parameter non spesifik ekstrak dilakukan dengan mengukur
susut pengeringan, kadar lembab, dan kadar abu. Penetapan susut pengeringan
bertujuan untuk memberikan batasan maksimal besarnya senyawa yang hilang
pada proses pengeringan. Syarat untuk susut pengeringan jika tidak dinyatakan
73
lain adalah tidak lebih dari 10% (Depkes RI, 2000). Hasil pengukuran susut
pengeringan adalah sebesar 0,45%, nilai ini memenuhi syarat sehingga dapat
dikatakan bahwa tidak banyak senyawa yang hilang saat proses pengeringan.
Parameter non spesifik yang kedua adalah kadar lembab. Pengukuran kadar
lembab pada ekstrak bertujuan untuk memberikan batas minimal besarnya
kandungan lembab di dalam ekstrak. Syarat kadar lembab untuk ekstrak kental
daun sirih adalah tidak lebih dari 5,4% (Badan POM RI, 2004). Hasil dari
pengukuran kadar lembab ekstrak etanol 70% daun sirih adalah sebesar 4,9%.
Nilai ini menunjukkan bahwa kadar lembab yang terkandung di dalam ekstrak uji
masih dalam batas yang disyaratkan. Pengujian parameter non spesifik yang
berikutnya adalah penetapan kadar abu yang bertujuan untuk memberikan
gambaran tentang kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari
proses awal sampai terbentuknya ekstrak. Syarat kadar abu untuk ekstrak kental
daun sirih adalah tidak lebih dari 14% (Depkes RI, 1980). Hasil dari pengukuran
kadar abu adalah sebesar 5,49%, nilai ini memenuhi syarat yang telah ditetapkan.
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui senyawa-senyawa yang
terkandung dalam ekstrak etanol 70% daun sirih. Dari hasil yang diperoleh pada
uji penapisan fitokimia ekstrak etanol 70% daun sirih menunjukkan adanya
kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, minyak atsiri, dan kumarin.
Tahap selanjutnya yaitu pembuatan tablet. Tablet dibuat dalam tiga
formula dengan memvariasikan konsentrasi avicel sebagai pengikat. Formula A
mengandung avicel 10%, formula B 15% dan formula C 20%. Adapun bahan-
bahan yang dipilih dalam pembuatan tablet yaitu ekstrak sirih (Piper betle L.),
kapur sirih (CaCO3), sukrosa, manitol, laktosa, avicel, mg stearat, talk, vanilla,
74
kemudian dilakukan pencampuran seluruh bahan, kemudian dilakukan evaluasi
terhadap massa tablet. Evaluasi tersebut meliputi : uji kadar lembab,
kompresibilitas, distribusi ukuran partikel, sudut henti dan laju alirnya.
Hasil evaluasi kadar lembab rata-rata massa tablet pada ketiga formula,
yaitu pada formula A 2,22%, formula B 2,82%, dan untuk formula C sebesar
2,86%. Kadar ini memenuhi persyaratan kadar lembab massa tablet yang baik
yaitu 2-5% (Voight, 1994), sehingga diharapkan tablet hisap yang dihasilkan baik
dan tidak rapuh. Karena jika kadar lembab massa tablet lebih dari persyaratan
yang telah ditentukan, yaitu >5% maka tablet yang dihasilkan akan menjadi
lembab. Karena kadar lembab menentukan stabilitas ekstrak dan bentuk sediaan
selanjutnya. Biasanya kadar lembab yang cukup beresiko adalah lebih dari 10%
(Aziz, 2010).
Uji kompresibilitas bertujuan untuk membentuk massa yang stabil dan
kompak jika diberi tekanan. Hasil evaluasi yang diperoleh pada uji
kompresibilitas untuk formula A yaitu 12,08%, formula B 12,79%, dan formula C
14,41%. Adapun syarat untuk kompresibilitas serbuk yang baik adalah 5-15%
(Aulton, 1988). Berarti hasil yang telah diperoleh pada ketiga formula memenuhi
persyaratan uji kompresibilitas.
Hasil evaluasi pada uji laju alir serbuk untuk formula A sebesar 9,89
gram/detik, formula B 9,51 gram/detik, dan untuk formula C sebesar 9,81
gram/detik. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing ketiga formula ini
memiliki sifat mudah mengalir. Sedangkan nilai sudut henti untuk formula A
sebesar 29,37o, formula B 28,95o, dan untuk formula C sebesar 27,23o. Hal ini
menunjukkan bahwa masing-masing ketiga formula ini memiliki sifat aliran
75
serbuk yang baik. Hal ini mendukung bahwa karakteristik serbuk memenuhi
syarat. Syarat sudut henti yang baik adalah 25-30o dan syarat laju alir yang baik
adalah 4-10 gram/detik serbuk mudah mengalir. Hasil dari evaluasi sifat alir
menunjukkan bahwa serbuk yang dihasilkan mudah mengalir, karena semakin
tinggi konsentrasi pengikat maka semakin tinggi daya ikat antar partikel serbuk
dan semakin sedikit jumlah fines sehingga serbuk yang dihasilkan akan mudah
mengalir dan diharapkan dapat diperoleh keseragaman bobot dan keseragaman
ukuran tablet hisap yang baik.
Distribusi ukuran partikel yang baik adalah mengandung tidak lebih dari
10% serbuk halus (fines). Distribusi ukuran partikel serbuk dapat mempengaruhi
kerenyahan tablet dan daya mengalir serbuk yang dapat mempengaruhi bobot
rata-rata tablet, variasi bobot, dan waktu hancur tablet. Hasil evaluasi dari ketiga
formula menunjukkan distribusi ukuran partikel mengandung lebih dari 10%
serbuk berukuran <850 µm.
Setelah dilakukan evaluasi terhadap serbuk, tahap yang dilakukan
selanjutnya yaitu proses pencetakan tablet dengan metode kempa langsung.
Metode ini digunakan karena pada uji pendahuluan dengan metode granulasi
basah menghasilkan sediaan tablet hisap yang lengket. Disamping itu, keuntungan
dari metode ini adalah dapat digunakan untuk zat yang tidak tahan lembab, lebih
ekonomis, dan pengerjaannya relatif lebih mudah karena tidak melewati proses
granulasi. Hasil dari pencetakan tablet kemudian dievaluasi organoleptiknya baik
dari rasanya maupun dari aromanya. Dari ketiga formula tablet hisap ini,
menunjukkan hasil yang relatif baik.
76
Selanjutnya dilakukan evaluasi tablet yang meliputi uji keseragaman
bobot, keseragaman ukuran, friabilitas, kekerasan, dan waktu hisap serta uji kadar
CD4 dalam darah.
Syarat keseragaman bobot menurut Farmakope Indonesia, jika ditimbang
satu persatu tidak boleh lebih dari dua buah tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 5% dan tidak satu pun tablet yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari 10%. Dari ketiga
formula, hasil evaluasi uji keseragaman bobot menunjukkan bahwa tidak lebih
dari dua buah tablet yang menyimpang lebih dari 5% dan tidak ada satu pun tablet
yang menyimpang lebih dari 10% dari bobot rata-rata.
Hasil evaluasi uji keseragaman ukuran dari tablet hisap ekstrak sirih dan
kapur sirih untuk ketiga formula menunjukkan perbedaan keseragaman ukuran
yang kecil. Syarat keseragaman ukuran tablet adalah diameternya >12,5 mm
(Depkes RI, 1979). Hasil diameter tablet untuk masing-masing ketiga formula
yaitu pada formula A 24,85 mm, formula B 24,95 mm, dan formula C 24,75 mm.
Syarat dari uji keregasan atau friabilitas tablet hisap adalah <1% (Agoes,
2006; Lachman, 1994). Uji ini dilakukan untuk menggambarkan kekuatan tablet
yang berhubungan dengan kekuatan ikatan partikel pada bagian tepi atau
permukaan tablet (Kuswahyuning, 2005). Dari hasil uji friabilitas yang dilakukan
terhadap ketiga formula memenuhi syarat, yaitu dengan nilai friabilitas untuk
formula A 0,80%, formula B 0,80%, dan formula C 0,81%.
77
Syarat dari kekerasan tablet hisap adalah 10-20 kg/cm2 (Parrot, 1971). Uji
ini dilakukan untuk menggambarkan ketahanan tablet terhadap tekanan,
goncangan, maupun pengikisan selama proses produksi, pengemasan, transportasi
ataupun distribusi (Kuswahyuning, 2005). Hasil uji kekerasan dari ketiga formula
memenuhi syarat. Diperoleh 13,9 kg/cm2 untuk formula A, 15,9 kg/cm2 untuk
formula B, dan 17,9 kg/cm2 untuk formula C.
Syarat untuk tablet hisap adalah tidak hancur dalam mulut tetapi larut atau
terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang, sedangkan
syarat waktu hancur untuk tablet biasa adalah <15 menit (Lachman, 1994). Dari
hasil evaluasi yang didapat formula B dan C menunjukkan waktu hisap yang lebih
lama yaitu 32 menit 3 detik untuk formula B dan 35 menit 46 detik untuk formula
C. Sedangkan waktu hisap tablet pada formula A lebih memenuhi syarat, yaitu 22
menit 17 detik. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dengan peningkatan
konsentrasi avicel yang digunakan sebagai bahan pengikat, maka akan
memperlambat waktu hisap tablet yang dihasilkan.
Uji kesukaan atau uji hedonik adalah salah satu uji penerimaan produk.
Pengujian kesukaan oleh panelis dilakukan melalui uji organoleptik terhadap
pengaruh rasa dan aroma tablet hisap yang dihasilkan. Berdasarkan hasil penilaian
20 orang panelis, tingkat kesukaan terhadap rasa dan aroma tablet hisap sangat
berpengaruh terhadap formula tablet hisap yang paling disukai.
Hasil uji kesukaan atau uji hedonik panelis terhadap rasa tablet hisap
diolah menggunakan SPSS 17 dengan uji Oneway ANOVA untuk melihat
perbedaan bermakna terhadap uji waktu hisap antara ketiga formula. Dari hasil uji
SPSS menggunakan one-sample kolmogorov smirnov test terlihat bahwa nilai
78
probabilitas 0.520. Karena nilai probabilitas >0.05, berarti data hasil uji kesukaan
panelis terhadap rasa tablet hisap menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi
normal. Sedangkan untuk mengetahui bahwa data uji kesukaan panelis terhadap
rasa tablet hisap memiliki varians yang sama, maka dilakukan pula test
homogeneity variances terlihat bahwa nilai probabilitas 0.409. karena nilai
probabilitas >0.05, maka Ho diterima atau ketiga varians sama. Dengan demikian,
asumsi kesamaan varians untuk uji ANOVA sudah terpenuhi. Pada descriptive
ANOVA, terlihat perbedaan rata-rata pada ketiga formula. Formula A memiliki
rata-rata nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan formula B dan C.
Data analisa statistik uji kesukaan menunjukkan bahwa formula yang
paling diminati oleh panelis dalam hal rasa adalah formula A. Disamping itu
diantara ketiga formula, formula A yang paling memenuhi syarat dalam hal
kekerasan dan waktu hisapnya. Oleh karena itu, tablet formula inilah yang
selanjutnya akan digunakan dalam uji CD4.
CD4 (Cluster of Differentiation 4) adalah sebuah marker atau penanda
yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.
CD4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting,
karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya
sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi
infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Hasil tes CD4 dapat berubah-ubah yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain waktu pengambilan darah, faktor
fisik pasien, maupun faktor kondisi kejiwaan pasien. Oleh karena itu, darah
diambil pada jam yang sama dan dilakukan di laboratorium yang sama untuk
meminimalisasi faktor kesalahan.
79
Metode yang digunakan dalam pengujian efek imunomodulator pada
penelitian ini adalah dengan melihat perubahan kadar CD4 dalam darah panelis
yang mengkonsumsi tablet hisap selama 5 hari berturut-turut. Pemilihan CD4
dalam pengujian efek imunomodulator ini dikarenakan kadar CD4 dapat
menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh.
Pada penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok perlakuan yaitu kelompok
uji yang diberikan tablet hisap ekstrak sirih dan kapur sirih, kelompok kontrol
positif yang diberikan Imboost® Force yang banyak beredar dipasaran dan telah
mengalami uji klinik serta kelompok negatif yang tidak diberikan perlakuan.
Untuk kelompok uji, diberikan tablet dengan aturan pakai 3 kali sehari sedangkan
untuk kontrol positif diberikan dengan aturan pakai 1 kali sehari.
Dari analisa statistik yang dilakukan terhadap % CD4 dalam limfosit,
diketahui bahwa hasil uji T-Test menunjukkan bahwa data kadar CD4 dalam
limfosit berbeda secara nyata antara sebelum dan sesudah perlakuan (ρ <0.05)
maka Ho ditolak. Berarti, tablet hisap yang dibuat dari ekstrak sirih dan kapur
sirih berperan dalam meningkatkan kadar limfosit dalam darah. Dari data ini
kemudian dibandingkan dengan kontrol positif dan negatif, diperoleh bahwa data
sampel sesudah perlakuan tidak menunjukkan perbedaan secara signifikan antara
data sampel dengan kontrol positif (ρ >0.05), akan tetapi menunjukkan perbedaan
secara signifikan antara data sampel dengan kontrol negatif (ρ <0.05).
80
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstrak etanol sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3) dapat
diformulasikan menjadi bentuk sediaan tablet hisap dengan menggunakan
avicel sebagai pengikat dengan konsentrasi 10% formula A, 15% formula
B, dan 20% formula C.
2. Dari ketiga formula tablet hisap yang dibuat, formula A yang memenuhi
syarat dari segi uji keseragaman ukuran, keseragaman bobot, kekerasan,
friabilitas, dan waktu hisapnya serta uji kesukaan panelis terhadap rasa
dari tablet hisap.
3. Formulasi tablet hisap ekstrak etanol sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih
(CaCO3) dapat mempengaruhi jumlah CD4 dalam darah secara signifikan
dengan kontrol positif (Imboost® Force).
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengujian
imunomodulator dengan menggunakan jumlah panelis yang representatif.
2. Sebaiknya dilakukan penentuan kadar ekstrak etanol sirih (Piper betle L.)
dan kapur sirih (CaCO3) serta uji stabilitas sediaan tablet hisap terhadap
lamanya waktu penyimpanan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. Penerbit ITB,Bandung.
Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat.Penerjemah Farida Ibrahim. UI Press : Jakarta. Hal 261, 269, 271.
Anonim. 2004. Pemberian Terapi Imunomodulator Herbal. Hal : 3-6.http://www.yanmedikdepkes.net/hta/Hasil%20Kajian%20HTA/2004/Pem-berian%20Terapi%20Imunomodulator%20Herbal.doc.Diakses tanggal 15 Maret 2011, pukul 17.32.
Anonim. 2010. Tes CD4. Diambil dari :http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=124
Arifin, Helmi. 1990. Evaluasi Aktivitas Antibatuk Ekstrak Air Daun Sirih(Piper betle L.). Tesis : Institut Teknologi Bandung : 39.
Aulton, Michael E. 1988. Pharmaceutic : The Science of Dossage FormDesign. Churchill Livingstone, New York.
Awalia, Silma. 2010. Uji Efektivitas Imunomodulator Kombinasi EkstrakEtanol 70% Daun Sirih (Piper betle L.) Dan Kapur Sirih TerhadapAktivitas Dan Kapasitas Fagositosis Serta Perubahan Nilai AktivitasEnzim Asam Fosfatase Sel Makrofag Peritoneum Mencit. FKIK UINSyarif Hidayatullah, Jakarta.
Aziz, Saifudin., Viesa Rahayu., Hilwan Yuda. 2010. Standardisasi Bahan ObatAlam. Graha Ilmu : Jakarta. Hal 70.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, 2004. Monografi EkstrakTumbuhan Obat Indonesia : Jakarta. Hal 97.
Banker, G.S. and Anderson, N.R. 1989. Tablet In The Theory and Practice ofIndustrial Pharmacy Edisi III, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, UIPress : Jakarta.
82
Baratawidjaja, Karnen Garna. 2004. Imunologi Dasar Edisi ke enam. BalaiPenerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Dalimartha, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. PuspaSwara. Hal 87.
Daruwala, Jahan B., 1975. Chewable Tablets in Pharmaceutical Dosage FormsTablet Volume I. Lieberman, H.A., dan Lachman, (editor). MarcelDekker Inc : New York.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. DirektoratJenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal 279.
Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia Jilid IV.Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal 92,94-95.
Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. DirektoratJenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal 13-14.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. DirektoratJenderal Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta. Hal 6, 1030.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal Edisi Pertama.Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan : Jakarta. Hal115-116.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum EkstrakTumbuhan Obat Cetakan pertama. Direktorat Jenderal PengawasanObat dan makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional :Jakarta. Hal 1, 9-12.
Gunawan, Didik dan Sri Mulyani. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid1. Penebar Swadaya : Jakarta. Hal 10-15.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern MenganalisisTumbuhan. Penerbit ITB : Bandung. Hal 6-7.
83
Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Seri 3. PenebarSwadaya : Jakarta. Hal 86-87.
John G. Bartlett dan Joel E. Gallant, Johns Hopkins University School ofMedicine. 2006. Medicinal Management of HIV Infections.
Katzung, Bertram G. 2004. Farmakologi : Dasar dan Klinik Buku 3. AlihBahasa Bagian Farmakologi FK UNAIR. Penerbit Salemba Empat,Jakarta. Hal 580.
Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi Diagnosis dan Prosedur LaboratoriumEdisi ke-4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Hal5-7 dan 105.
Kuswahyuning Rina dan Sri Sulihtyowati Soebagyo. 2005. Pengaruh Laktosadan Povidon Dalam Formulasi Tablet Ekstrak Kaempferia GalangaL. Secara Granulasi Basah. Dalam : Majalah Farmasi Indonesia, 16(2). Bagian Farmasetika, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek FarmasiIndustri II Edisi Ketiga. Alih bahasa Siti Suyatmi. UI Press : Jakarta.
Nugrahani Ilma, Rahmat Hasan, Djajadisastra Joshita. 2005. KarakteristikGranul dan Tablet Propanolol Hidroklorida Dengan MetodeGranulasi Peleburan. Dalam : Majalah Ilmu Kefarmasian Vol IINo. 2. Departemen Farmasi FMIPA UI, UP. Hal 103.
Parrott, Eugene L. 1971. Pharmaceutical Technology, FundamentalPharmaceutics. Burgess Publishing Company, Minneapolis.
Perpustakaan Negara Malaysia. 2001. Kapur Sirih. Diambil darihttp://www.pnm.my/sirihpinang/sp-kapur.htm 2001. Diakses padatanggal 15 Maret 2011. pukul 23.25 WIB.
Pramudianto, Arlina., Evarina., R. Susantio., 2008/2009, MIMS Indonesia,Petunjuk Konsultasi Edisi 8, Jakarta : MIMS Pharmacy Guide. Hal267.
84
Rininger, A. Joseph, dkk. 2000. Immunopharmacological activity ofEchinacea preparations following stimulated digestion on murinemachropages and peripheral blood mononuclear cells. Dalam :Journal of leukocyte biology volume 68. 2000 : 503-510.
Runggu, Caprina. 2010. Komunitas AIDS Indonesia. Diambil dari http://aids-ina.org/modules.php?name=FAQ&myfaq=yes&idcat=1&categories=HIV-AIDS.
Sari, Retno dan Dewi Isadiartuti. 2006. Studi Efektivitas Sediaan GelAntiseptik Tangan Ekstrak Daun Sirih (Piper betle Linn.). MajalahFarmasi Indonesia 17 (4) : 163-169.
Siregar, Charles J.P., Saleh Wikarsa, 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet.EGC : Jakarta. Hal 505-506.
Soedibyo, B.R.A. Moeryati. 1998. Alam Sumber kesehatan. Balai pustaka :Jakarta. Hal 8.
Shaw, Shannon Reagan, Nihal M., Nihal A. 2007. Dose Translation fromAnimal to Human Studies Revisited. Dalam : The FASEB journalvol.22. USA : 659-661.
Standard of ASEAN Herbal Medicine, volume 1. 1993. ASEAN Countries :Jakarta, Indonesia. Hal 341-344.
Sunaryo, H., Chairul, Winaningrum. 2007. Uji Efek Imunomodulator EkstrakDaun, Kulit Batang dan Buah Ki Pahit (Picrasma javanica Blume).Dalam : FAKTA (Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Eksakta) Vol.3 (3).Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Prof.Dr. Hamka, Jakarta. Hal 121-126.
Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia(1), Badan Litbangkes Depkes RI : Jakarta. Hal 454.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Kelima CetakanPertama. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
85
Voight, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi ke-5. GadjahMada University Press, Yogyakarta.
Wade, Ainley and Paul J weller. 1994. Handbook of PharmaceuticalExcipients Second Edition. The Pharmaceutical Press : London. Hal47, 204, 310, 494, 538.
Wade A, dkk. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia Twenty-eightEdition. The Pharmaceutical Press : London. Hal 45.
85
LAMPIRAN
86
Lampiran 1. Gambar Bahan dan Alat Penelitian
Gb 3. Ekstrak Kental Sirih Gb 4. BD Tritest CD4
Gb 5. Rotary Evaporator Gb 6. Furnace
Gb 7. Neraca Analitik Gb 8. Desikator
87
Gb 9. Moisture Balance Gb 10. Sieving Analyzer
Gb 11. Hardness Tester Gb 12. Friabilator
Gb 13. Sysmex Pouch 100i Gb 14. FACSCalibur
88
Lampiran 2. Preparasi Simplisia Daun Sirih
Penyediaan Daun Sirih
Determinasi tanamanDilakukan sortasi basah untuk menghilangkanbagian tanaman yang tidak diperlukan
Daun sirih dicuci dengan air mengalir
Ditiriskan agar bebas dari air bekas cucian
Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
Setelah kering, simplisia kemudian digilinghingga menjadi serbuk
\Disimpan dalamwadah tertutup rapat
Penapisan fitokimia
89
Lampiran 3. Proses Pembuatan Ekstrak Etanol Sirih
Dimaserasi dengan menggunakanetanol 70% selama 48 jam
Serbuk simplisia
Disaring dengan kapas
Ampas Filtrat 1
Dimaserasi kembali dengan etanol70%, dikocok lalu didiamkan,kemudian disaring. Dilakukanberulang-ulang hingga diperolehfiltrat yang berwarna bening/jernih
Filtrat 2Diuapkan dengan alat
rotary evaporator
Ekstrak kentalDihitung rendemen
ekstrakPemeriksaan karakterisasiekstrak
90
Lampiran 4. Perhitungan Dosis Ekstrak Etanol Sirih dan Kapur Sirih
Untuk pemberian obat kepada hewan percobaan, dosis manusia harus dikonversikan
berdasarkan perhitungan menggunakan luas permukaan tubuh yang berasal dari U.S.
Department of Health and Human Services, Food and Drug Administration, Center for Drug
Evaluation Research (Shaw et al., 2007).
Perhitungannya adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Human Equivalent Dose (HED) = Animal dose x Animal KmHuman Km
Tabel 13. Konversi dari Dosis Hewan ke Dosis Manusia (HED) Berdasarkan Luas
Permukaan Tubuh
Spesies Bobot (kg) Luas Permukaan
Tubuh (m2)
Faktor Km
Manusia
Dewasa 60 1,6 37
Anak-anak 20 0,8 25
Baboon 12 0,6 20
Anjing 10 0,5 20
Monyet 3 0,24 12
Kelinci 1,8 0,15 12
Guinea pig 0,4 0,05 8
Tikus 0,15 0,025 6
Hamster 0,08 0,02 5
Mencit 0,02 0,007 3
Keterangan : Nilai tersebut berdasarkan data dari FDA Draft Guidelines (Shaw, et al., 2007)
91
Lampiran 5. Perhitungan Dosis Penelitian Sebelumnya (Awalia, 2010)
Dosis hasil penelitian sebelumnya diperoleh dosis ekstrak etanol sirih (Piper betle L.) pada
mencit yang berkhasiat sebagai imunomodulator adalah 117 mg/kg BB dan kapur sirih 51
mg/kg BB.
Selanjutnya, dosis pada mencit diubah menjadi dosis pada manusia :
1. Sirih
Dosis ekstrak etanol sirih (Piper betle L.) untuk mencit = 117 mg/kg BB, maka :
HED = Animal dose x Animal KmHuman Km
= 117 mg/kg BB x 337
= 9,48 mg/kg BB x 60 kg
= 569 mg
2. Kapur sirih
Dosis kapur sirih untuk mencit = 51 mg/kg BB, maka :
HED = Animal dose x Animal KmHuman Km
= 51 mg/kg BB x 337
= 4,13 mg/kg BB x 60 kg
= 248 mg
92
Lampiran 6. Perhitungan Dosis Daun Sirih
Berat total awal daun sirih segar = 2300 gr = 2.300.000 mg
Rata-rata 1 helai daun sirih = 1600 mg
Banyaknya helai = Berat awal = 2.300.000 mg̅ 1 helai 1600 mg
= 1437,5
≈ 1438 helai
Di dapat ekstrak kental 72,2 gr
Rendemen ekstrak 72,2 x 100% = 16%450
Banyaknya helai daun sirih 1438 helai∴1 helai daun sirih akan menghasilkan ekstrak kental sebanyak :Ekstrak kental = 72,2 grBanyaknya helai 1438 helai
= 0,0502 gr/helai
= 50,2 mg/helai
Rata-rata orang menyirih menggunakan 1-3 helai daun sirih
Dalam dosis penelitian ini, 3 helai daun sirih digunakan sebagai dosis rendah
Tabel 14. Dosis Daun Sirih
Dosis Rendah (3 helai)
(3 x 50,2 mg)
Dosis Sedang (11 helai)
(11 x 50,2 mg)
Dosis Tinggi (27 helai)
(27 x 50,2 mg)
150,6 mg = 0,1506 gr 552,2 mg = 0,5522 gr 1355,4 mg = 1,3554 gr
93
Lampiran 7. Perhitungan Dosis Kapur Sirih
Kebiasaan orang menyirih menggunakan kapur sirih sebanyak 125-250 mg
Tabel 15. Dosis Kapur Sirih
Dosis Rendah Dosis Sedang Dosis Tinggi
125 mg 250 mg 500 mg
Lampiran 8. Perhitungan Karakterisasi Ekstrak Sirih
1. Susut Pengeringan
W1 = 27,404
W2 = 27,278
% Susut Pengeringan = W1 - W2 x 100%W1
= 27,404 – 27,278 x 100%27,404
= 0,45%
2. Kadar Lembab
Tabel 16. Hasil Pengukuran Kadar Lembab
Berat Sebelum (gr) Berat Sesudah (gr) Kadar Lembab (%)
1,002 0,999 4,9
3. Kadar Abu
Berat ekstrak + wadah awal = 26,512 gr
Berat ekstrak + wadah akhir = 25,569 gr
Berat ekstrak = 1,038 gr
94
Tabel 17. Hasil Pengukuran Kadar Abu
No Waktu (menit) Berat (gr)
1 0 26,512
2 30 25,575
3 60 25,569
% Kadar abu = 1- berat awal – berat akhir x 100%berat ekstrak
= 1- 26,512 – 25,569 x 100%1,038
= 5,49%
Lampiran 9. Hasil Evaluasi Massa Tablet
Tabel 18. Hasil Uji Kadar Lembab
No
Kadar Lembab (%)
Formula
A B C
1 2,20 3,00 2,79
2 2,38 2,69 3,00
3 2,10 2,79 2,79
Rata-rata
± SD
2,22 ± 0,1158 2,82 ± 0,1291 2,86 ± 0,0989
95
Tabel 19. Hasil Uji Kompresibilitas
Formula Berat (gr) Ketukan Vo (ml) Vn (ml) (%) Kesimpulan
A 25
25
25
25
10
50
100
500
42
42
42
42
37,7
37,5
36,5
36
10,238
10,714
13,095
14,285
Baik
B 25
25
25
25
10
50
100
500
43
43
43
43
38
37,5
37,5
37
11,627
12,790
12,790
13,953
Baik
C 25
25
25
25
10
50
100
500
43
43
43
43
37
36,8
36,7
36,7
13,953
14,418
14,651
14,651
Baik
Tabel 20. Hasil Uji Sudut Henti
Formula Berat (gr) H (cm) D (cm) Α α Rata-rata Kesimpulan
A
100
100
100
4,2
4,4
4,6
14,5
15,2
17,3
30,08
30,06
27,99
29,37 Baik
B
100
100
100
4,3
4,6
4,4
15,9
17,5
14,8
28,40
27,73
30,73
28,95 Baik
C
100
100
100
3,9
3,6
3,8
14,4
14,7
14,8
28,43
26,09
27,18
27,23 Baik
96
Tabel 21. Hasil Uji Laju Alir
Formula Berat (gr) Waktu (dt)Waktu Alir
(gr/dt)
Waktu AlirRata-rata
(gr/dt)Kesimpulan
A
100
100
100
10.51
10.42
9.46
9,51
9,59
10,57
9,89 Mudah
mengalir
B
100
100
100
10.20
10.6
10.73
9,80
9,43
9,31
9,51 Mudah
mengalir
C
100
100
100
10.45
9.60
10.56
9,56
10,41
9,46
9,81 Mudah
mengalir
97
Tabel 22. Hasil Uji Distribusi Ukuran Partikel
Formula Ukuran Pengayak
(Mesh)
Ukuran Partikel
(mm)
Berat Tiap
Mesh (gr)
%
A 12
14
16
18
20
22
1.7
1.4
1.18
1
850
<850
1,527
2,828
3,779
4,677
7,704
50,282
2,156
3,994
5,337
6,606
10,881
71,022
B 12
14
16
18
20
22
1.7
1.4
1.18
1
850
<850
1,672
1,122
1,336
2,373
6,177
52,366
2,570
1,724
2,053
3,648
9,496
80,506
C 12
14
16
18
20
22
1.7
1.4
1.18
1
850
<850
1,820
2,903
3,660
3,359
7,886
47,719
2,702
4,462
5,434
4,987
11,709
70,855
98
Lampiran 10. Evaluasi Tablet
Tabel 23. Hasil Uji Friabilitas
Formula Friabilitas (%)
A 0,80
B 0,80
C 0,81
Tabel 24. Hasil Uji Kekerasan Tablet
No Formula
A B C
1 13,5 15,5 17,5
2 13,5 15,5 17,5
3 14 16 18
4 14 16 18
5 14,5 16,5 18,5
Rata-rata ±
SD
13,9 ± 0,3741 15,9 ± 0,3741 17,9 ± 0,3741
99
Tabel 25. Hasil Uji Keseragaman Ukuran
No
Tebal Tablet (mm) Diameter (mm)
Formula Formula
A B C A B C
1 5 5 4 25 25 25
2 4 4 4 24 25 25
3 4 5 4 25 25 24
4 4 5 4 25 25 24
5 4 4 4 25 25 25
6 4 5 4 25 25 25
7 4 4 4 25 25 24
8 4 5 4 25 25 24
9 4 5 4 25 25 24
10 4 4 5 25 25 25
11 5 4 5 25 24 25
12 4 4 4 25 25 25
13 5 5 4 25 25 25
14 5 5 4 25 25 25
15 5 4 4 25 25 25
16 4 4 4 25 25 25
17 5 4 5 24 25 25
18 4 4 4 24 25 25
19 4 5 4 25 25 25
20 5 4 4 25 25 25
Rata-rata
± SD
4,35 ±
0,4769
4,45 ±
0,4974
4,15 ±
0,3570
24,85 ±
0,3570
24,95 ±
0,2179
24,75 ±
0,4330
100
Tabel 26. Hasil Uji Keseragaman Bobot
No
Bobot Tablet (gr) Bobot Penyimpangan
(mg)
Penyimpangan (%)
Formula Formula Formula
A B C A B C A B C
1 4,082 4,113 4,106 0,020 0,028 0,026 0,512 0,706 0,662
2 4,092 4,109 4,105 0,023 0,027 0,026 0,575 0,681 0,656
3 4,114 4,099 4,095 0,029 0,024 0,023 0,712 0,619 0,593
4 4,108 4,125 4,093 0,027 0,031 0,023 0,675 0,781 0,581
5 4,106 4,103 4,082 0,027 0,025 0,020 0,662 0,643 0,512
6 4,104 4,112 4,075 0,026 0,028 0,019 0,650 0,700 0,469
7 4,073 4,118 4,119 0,018 0,029 0,029 0,456 0,737 0,743
8 4,102 4,104 4,136 0,026 0,026 0,034 0,637 0,650 0,850
9 4,134 4,092 4,088 0,033 0,023 0,022 0,837 0,575 0,550
10 4,084 4,113 4,085 0,021 0,028 0,021 0,525 0,706 0,531
11 4,101 4,100 4,104 0,025 0,025 0,026 0,631 0,625 0,650
12 4,091 4,099 4,119 0,022 0,024 0,029 0,569 0,619 0,743
13 4,103 4,078 4,101 0,026 0,019 0,025 0,643 0,487 0,631
14 4,091 4,075 4,093 0,022 0,019 0,023 0,569 0,469 0,581
15 4,094 4,105 4,100 0,023 0,026 0,025 0,587 0,656 0,625
16 4,126 4,103 4,096 0,031 0,025 0,024 0,787 0,643 0,600
17 4,119 4,091 4,085 0,029 0,022 0,021 0,743 0,569 0,531
18 4,097 4,118 4,127 0,024 0,029 0,031 0,606 0,737 0,793
19 4,087 4,105 4,105 0,021 0,026 0,026 0,543 0,656 0,656
20 4,081 4,116 4,095 0,020 0,029 0,023 0,506 0,725 0,593
Rata-
rata ±
SD
4,099
±
0,0152
4,103
±
0,0125
4,100
±
0,0150
0,024
±
0,0038
0,025
±
0,0031
0,024
±
0,0036
0,621
±
0,0949
0,649
±
0,0780
0,627
±
0,0941
101
Tabel 27. Hasil Uji Waktu Hisap
Formula No Waktu Hisap (menit)
A 1
2
3
Rata-rata ± SD
22.32
22.48
21.72
22.17 ± 0,3271
B 1
2
3
Rata-rata ± SD
33.7
32.1
31.2
32.3 ± 1,0338
C 1
2
3
Rata-rata ± SD
35.56
36.4
34.42
35.46 ± 0,8114
102
Lampiran 11. Angket Uji Kesukaan (Hedonic test)
Saudara/i akan diberi satu persatu sampel tablet hisap dari ekstrak sirih dan kapur
sirih untuk dicicipi rasanya dan dicium aromanya. Saudara/i diminta untuk menilai
berdasarkan atas kesukaan saudara/i pada sampel-sampel tersebut.
Setelah mencoba satu sampel, harap minum air putih dahulu atau berkumpul sambil
menunggu sampel berikutnya disajikan, antar sampel kurang lebih ada selang waktu 2 menit.
Sampel A
PemeriksaanPenilaian
SS S N TS STS
Rasa
Aroma
Sampel B
PemeriksaanPenilaian
SS S N TS STS
Rasa
Aroma
Sampel C
PemeriksaanPenilaian
SS S N TS STS
Rasa
Aroma
Keterangan :
SS : Sangat suka
S : Suka
N : Netral
TS : Tidak suka
STS : Sangat tidak suka
103
Lampiran 12. Hasil Uji Statistik
1. Kesukaan Terhadap Rasa Tablet Hisap
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
A 15 4.0000 3.56571 .00 10.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
A
N 15
Normal Parametersa,,b Mean 4.0000
Std. Deviation 3.56571
Most Extreme
Differences
Absolute .210
Positive .210
Negative -.136
Kolmogorov-Smirnov Z .815
Asymp. Sig. (2-tailed) .520
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Oneway
Descriptives
A
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for
Mean
Minimum MaximumLower Bound Upper Bound
TABLET A 5 14.2000 15.43373 6.90217 -4.9635 33.3635 .00 40.00
TABLET B 5 13.6000 14.74110 6.59242 -4.7035 31.9035 .00 32.00
TABLET C 5 10.0000 8.60233 3.84708 -.6812 20.6812 .00 18.00
Total 15 12.6000 12.44875 3.21425 5.7061 19.4939 .00 40.00
104
Test of Homogeneity of Variances
A
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.964 2 12 .409
ANOVA
A
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 51.600 2 25.800 .146 .866
Within Groups 2118.000 12 176.500
Total 2169.600 14
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
AA
LSD
(I) B (J) B
Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
TABLET A TABLET B .60000 8.40238 .944 -17.7072 18.9072
TABLET C 4.20000 8.40238 .626 -14.1072 22.5072
TABLET B TABLET A -.60000 8.40238 .944 -18.9072 17.7072
TABLET C 3.60000 8.40238 .676 -14.7072 21.9072
TABLET C TABLET A -4.20000 8.40238 .626 -22.5072 14.1072
TABLET B -3.60000 8.40238 .676 -21.9072 14.7072
105
2. Persentase CD4 dalam Limfosit
T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 sebelum 32.5000 6 3.33167 1.36015
sesudah 35.1667 6 3.31160 1.35195
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum &
sesudah
6 .897 .015
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean Std. Deviation Std. Error Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 sebelum -
sesudah
-2.66667 1.50555 .61464 -4.24664 -1.08669 -4.339 5 .007
106
Perbandingan dengan kontrol positif
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Sesudah 6 35.1667 3.31160 1.35195
One-Sample Test
Test Value = 33
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Sesudah 1.603 5 .170 2.16667 -1.3086 5.6420
Perbandingan dengan kontrol negatif
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Sesudah 6 35.1667 3.31160 1.35195
One-Sample Test
Test Value = 31
t Df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Sesudah 3.082 5 .027 4.16667 .6914 7.6420
107
Lampiran 13. Sertifikat Determinasi Tanaman
108
Lampiran 14. Sertifikat Bahan Baku CaCO3
109
Lampiran 15. Sertifikat Bahan Baku Avicel pH 102
110
Lampiran 15. Sertifikat Bahan Baku Avicel pH 102 (Lanjutan)
111
Lampiran 16. Sertifikat Bahan Baku Manitol
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127