skripsi hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus …repository.stikes-bhm.ac.id/224/1/59.pdf ·...
TRANSCRIPT
-
SKRIPSI
HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN
TINGKAT KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS DI KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD
dr.SAYIDIMAN MAGETAN
Oleh :
NUNING RAHAYU
NIM 201302039
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
-
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN
TINGKAT KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES
MELLITUS DI KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD
dr.SAYIDIMAN MAGETAN
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan dalam Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
NUNING RAHAYU
NIM 201302039
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
-
iii
-
iv
-
v
PERSEMBAHAN
Bismillahhirohmannirohim..
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT
atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan,
kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.
Saya persembahkan karya sederhana ini, yang saya buat dengan sepenuh
hati, sekuat tenaga dan pikiran untuk orang yang saya kasihi dan saya sayangi.
Untuk Bapak yang telah menjadi sosok ayah terbaik dalam kehidupan saya. Untuk
Ibu tercinta terimakasih telah selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a
yang tiada hentinya. Untuk adik saya terima kasih karena telah menjadi saudara
my partner in crime. Saya yakin bahwa keberhasilan yang saya raih ini tidak lepas
dari do’a-do’a yang kalian panjatkan disetiap sujudnya.
Untuk Ibu Eulis Liawati S.Kp.,M.Kes dan Bapak Priyoto S.Kep
Ns.,M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan
proposal dan skripsi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Semoga Allah
memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan oleh ibu dan bapak.
Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terimakasih
yang telah mendidik dan membimbing saya selama ini. Semoga Allah membalas
semua kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.
Untuk kalian Kelompok Kelas (Mba Ajar, Mba Ayu Galuh, Mba Dian,
Sevi, Rosydah, Temy, Andra dan Pungky Pramita), Genk Judi (Zefri, Ria, Rere)
terima kasih atas bantuan kalian, candaan kalian, mendukung dan menyemangati
saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selamanya tetap dekat seperti ini.
Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuangan perjuangan kita
belum selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita
mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat
mengharumkan nama STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
-
vi
-
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nuning Rahayu
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Bogorejo rt 10 rw 02 Kec. Barat Kab. Magetan
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
- 2000-2001 : TK Darma Wanita Bogorejo Barat
- 2001-2007 : SDN Bogorejo 1, Barat magetan
- 2007-2010 : SMP Negeri 1 Barat
- 2010-2013 : SMA Negeri 1 Barat
- 2013- Sekarang : Prodi S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia
Madiun
mailto:[email protected]
-
viii
ABSTRAK
HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN TINGKAT
KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI KLINIK
PENYAKIT DALAM RSUD dr.SAYIDIMAN MAGETAN
Nuning Rahayu
96 Halaman + 22 Tabel + 2 Gambar + 13 Lampiran
Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan
tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi
insulin, gangguan aktivitas insulin, atau keduanya, DM dapat menimbulkan
komplikasi jika tidak dikelola dengan baik, perilaku pengelolaan DM yang baik
bagi pasien perlu dilakukan dengan menjaga kepatuhan dalam menjalani terapi
gizi dan perencanaan makan yang baik untuk memperbaiki tingkat kadar gula
darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan
diet diabetes mellitus dengan tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes
mellitus di klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan.
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik sampling Purposive Sampling
dengan jumlah sampel 56 responden, pengumpulan data menggunakan kuesioner
dan dianalisis dengan menggunakan uji Spearman Rank.
Hasil penelitian didapatkan sebanyak 15 responden (26,8%) patuh diet, 29
responden (51,8%) cukup patuh diet, 12 responden (21,4%) tidak patuh diet,
sedangkan untuk tingkat kadar gula darah sebanyak 23 responden (41,1%) baik,
17 responden (30,4%) sedang dan 16 responden (28,6%) buruk. Dari uji spearman
rank didapatkan nilai p =0,000, p
-
ix
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN ADHERENCE OFDIABETES MELLITUS
DIET WITH LEVEL OF BLOOD SUGAR IN DIABETES MELLITUS PATIENTS
IN INTERNAL DISEASES CLINICAT dr. SAYIDIMAN GENERAL HOSPITAL
MAGETAN
Nuning Rahayu
Page 96, Table 22, Picture 2, Enclosure 13.
Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by high blood sugar
levels (hyperglycemia) as a result of a deficiency of insulin secretion, insulin
activity disorder, or both, DM may cause complications if not managed properly,
good DM management behaviors for patients need to be done by maintaining
Adherence of nutritional therapy and good eating planning to improve blood
sugar levels. The purpose of this study was to determine the relationship between
adherence of diabetes mellitus diet with blood sugar levels in patients with
diabetes mellitus at the clinic of internaldiseaseat dr. Sayidiman General
Hospital Magetan.
The design of this researchwas correlation with cross sectional approach.
This research used purposive sampling technique with sample number 56
respondents, data collected by using questioner and analyzed by using Spearman
Rank test.
The results of the study were 15 respondents (26.8%) had obedient diet, 29
respondents (51.8%) were adequately adherent to diet, 12 respondents (21.4%)
did not adhere to diet, while for blood sugar level as much as 23 respondents
(41,1%) were good, 17 respondents (30,4%) were medium and 16 respondents
(28,6%) were bad. From spearman rank test obtained p value = 0,000, p
-
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan ............................................................................................. i
Sampul Dalam ............................................................................................. ii
Lembar Persetujuan .................................................................................... iii
Lembar Pengesahan .................................................................................... iv
Persembahan .............................................................................................. v
Halaman Pernyataan.................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. vii
Abstrak ........................................................................................................ viii
Abstract ...................................................................................................... ix
Daftar Isi ..................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................... xii
Daftar Gambar ............................................................................................ xiii
Daftar Lampiran ......................................................................................... xiv
Daftar Singkatan dan Istilah ...................................................................... xv
Kata Pengantar ........................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 6 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 7 1.5 Keaslian Penelitian ............................................................. 7 1.6 Perbedaan Penelitian .......................................................... 9
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10
2.1 Konsep Kepatuhan............................................................... 10 2.2 Konsep Diet Diabetes Mellitus ............................................ 17 2.3 Konsep Kadar Gula Darah................................................... 33 2.4 Konsep Diabetes Mellitus.................................................... 41
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ...................... 58
3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 58 3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................ 59
BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................. 60
4.1 Desain Penelitian ................................................................ 60 4.2 Populasi dan Sampel ........................................................... 60 4.3 Tehnik Sampling ................................................................ 62 4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................. 63 4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ...... 65 4.6 Instrumen Penelitian ........................................................... 67 4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 69 4.8 Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 69 4.9 Teknik Analisa Data ........................................................... 74 4.10 Etika Penelitian ................................................................... 76
-
xi
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 77
5.1 Gambaran umum dan lokasi penelitian .............................. 77 5.2 Hasil Penelitian ................................................................... 78 5.3 Pembahasan ........................................................................ 82 5.4 Keterbatasan Penelitian ...................................................... 90
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
6.1 Kesimpulan ......................................................................... 91 6.2 Saran ................................................................................... 92
Daftar Pustaka ............................................................................................ 93
Lampiran-lampiran ..................................................................................... 97
-
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT ........................... 21
Tabel 2.2 Daftar sumber karbohidrat ................................................... 26
Tabel 2.3 Daftar protein hewan ........................................................... 27
Tabel 2.4 Daftar sumber potein nabati ................................................ 27
Tabel 2.5 Sayuran kelompok A ........................................................... 28
Tabel 2.6 Sayuran kelompok B ........................................................... 28
Tabel 2.7 Sayuran kelompok C ........................................................... 29
Tabel 2.8 Golongan buah A ................................................................. 29
Tabel 2.9 Golongan buah B ................................................................. 30
Tabel 2.10 Contoh pemberian makan diet DM ..................................... 30
Tabel 2.11 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus menurut
PERKENI 2011 .................................................................. 35
Tabel 2.12 Karakteristik diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 ............................. 44
Tabel 4.1 Definisi Operasional ............................................................ 66
Tabel 4.2 Daftar nilai keeratan hubungan antar variabel ..................... 76
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien DM .................... 78
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi usia pasien DM ................................... 78
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan pasien DM ............ 79
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pekerjaan pasien DM .......................... 79
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi lama menderita DM ............................ 80
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi Kepatuhan diet DM ............................. 80
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat kadar gula darah pasien
DM ....................................................................................... 81
Tabel 5.8 Tabulasi silang kepatuhan diet DM dengan tingkat
kadar gula darah pasien DM ................................................ 81
-
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 58
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .................................................. 64
-
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pengesahan Judul .................................................. 97
Lampiran 2 Lembar Konsultasi .............................................................. 98
Lampiran 3 Surat ijin Penelitian ............................................................ 100
Lampiran 4 Lembar penjelasan penelitian ............................................. 103
Lampiran 5 Lembar persetujuan menjadi responden ............................. 104
Lampiran 6 Kisi-kisi kuesioner .............................................................. 105
Lampiran 7 Kuesioner ............................................................................ 106
Lampiran 8 Surat selesai penelitian ....................................................... 112
Lampiran 9 Data distribusi frekuensi dan tendensi sentral .................... 113
Lampiran 10 Tabulasi Silang kepatuhan Diet DM dengan Tingkat
Kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus ........................ 116
Lampiran 11 Hasil Perhitungan SPSS Uji Spearman Rank Hubungan
Kepatuhan Diet DM dengan Tingkat Kadar gula darah
pasien Diabetes Mellitus ..................................................... 124
Lampiran 12 Tabulasi data ....................................................................... 125
Lampiran 13 Dokumentasi ....................................................................... 128
-
xv
DAFTAR ISTILAH
Cross sectional : Penelitian untuk mengembangkan
hubungan antar variabel dan menjelaskan
hubungan yang di temukan.
Screening : Penyaring
World Health Organization : Organisasi Kesehatan Dunia.
Oral Glukose Test : Test yang paling peka untuk mengevaluasi
kasus-kasus yang tidak tertentu dari
diabetes.
Poliuria : Sering kencing
Polidipsi : Sering haus
Poliphagia : Sering lapar
HbA1c : Komonen minor hemoglobin yang
berikatan dengan glukosa.
Low density lipoprotein : Kolestrol Jahat
High density lipoprotein : Kolestrol Baik
Diabetic Hipersomolar
syndrom
: Kondisi yang disebabkan kadar gula darah
pada puncah terukur sebesar 600 mg/dl.
Hiperinsulinemia : Suatu kondisi pada seseorang dimana
pancreas memproduksi insulin dalam
jumlah banyak dan secara tidak normal
untuk membantu tubuh saat menyerap
glukosa dari aliran darah.
Hipoglikemia : Gangguan kesehatan yang terjadi ketika
kadar gula didalam darah berada dibawah
kadar normal.
Hiperglikemia : Istilah medis untuk keadaan dimana kadar
gula dalam darah lebih tinggi dari nilai
normal. Dalam keadaan normal gula darah
berkisar antara 70-100 mg/dl. Kadar gula
darah biasanya sedikit meningkat dari nilai
normal sesaat sesudah makan tapi keadaan
ini tidak dianggap hiperglikemia.
-
xvi
Other specific tipes : Tipe lain
Gestasional diabetes : Diabetes yang terjadi saat kehamilan.
Self monitoring blood
glucose
: Pemantauan glukosa secara mandiri.
-
xvii
DAFTAR SINGKATAN
DM : Diabetes Mellitus
DMT1 : Diabetes Mellitus Tipe 1
DMT2 : Diabetes Mellitus Tipe 2
GDP : Gula Darah Puasa
GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu
GDS : Gula Darah Sewaktu
HDL : High Density Lipoprotein
KGDS : Kadar Gula Dara Sewaktu
KGD : Kadar Gula Darah
LDL : Low Density Lipoprotein
OGTT : Oral Glukose Tolerance Tst
OHO : Obat Hipoglikemia Oral
PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
PTM : Penyakit Tidak Menular
RISKESDAS : Riset Kesehatan dasar
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
WHO : World Health Organization
-
xviii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus dengan Tingkat Kadar
Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Penyakit Dalam RSUD
dr.Sayidiman Magetan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan tugas akhir Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan
penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,
arahan, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr Yunus Mahatma, Sp.PD selaku Direktur RSUD dr Sayidiman Magetan.
2. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
Program Studi S1 Keperawatan.
-
xix
4. Eulis Liawati S.Kp.,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah meluangkan
banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
penyelesaian skripsi ini.
5. Priyoto S.Kep Ns.,M.Kes, selaku pembimbing II yang dengan kesabaran dan
ketelitiannya dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat teselesaikan
dengan baik.
6. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, nasehat-nasehat dan semangat
yang tiada hentinya kepada saya.
7. Sahabat-sahabat saya yang selalu menyemangati saya disaat semangat saya
mulai goyah dan selalu menemani saya disaat suka dan duka.
8. Teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2013 atas kerja sama
dan motivasinya.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan
yang telah mereka berikan selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.
Madiun, Agustus 2017
Penulis
NUNING RAHAYU
201302039
-
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diabetes mellitus yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan
penyakit “kecing manis” merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian
lama kian meningkat. Diabetes mellitus merupakan kelainan pengolahan
karbohidrat dalam tubuh yang disebabkan oleh kurangnya hormone insulin,
sehingga karbohidrat tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga.
Akibatnya, karbohidrat yang ada di dalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam
darah. Peningkatan prevalensi diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga
berkaitan dengan gaya hidup yaitu asupan makanan yang berlebihan dan
kurangnya olahraga (Dewi, 2009).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme
kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemia) disebabkan
karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam
tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat
digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya
insulin menjadikan glukosa tertahan didalam darah dan menimbulkan peningkatan
glukosa darah.Sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat penting
dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarowoto, 2011 dalam Ninda
fauzi, 2015).
-
2
World Health Organization (WHO) dikutip dari Esti Windusari (2013),
memperkirakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam jumlah pasien
Diabetes Mellitus. Indonesia dengan populasi 230 juta penduduk merupakan
Negara ke-4 terbesar pasien dengan Diabetes Mellitus setelah China, India, dan
Amerika Serikat. Bedasarkan laporan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes
mellitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu (1,1%) pada tahun 2007
menjadi (1,5%) pada tahun 2013, sedangkan prevalensi diabetes mellitus
berdasarkan diagnosa dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan
prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan
paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Sementara itu prevalensi Diabetes
Mellitus di pulau Jawa adalah sebagai berikut di provinsi DKI Jakarta sebesar
(2,5%) di provinsi Jawa Barat (1,3%), di provinsi Jawa tengah sebesar (1,6%), di
provinsi D.I Yogyakarta sebesar (2,6%), dan di provinsi Banten sebesar (1,3%),
Sementara di provinsi Jawa Timur sebesar (2,1%). Dari data RSUD dr Sayidiman
Magetan mengatakan diabetes mellitus termasuk sepuluh besar penyakit rawat
inap dan rawat jalan di RSUD dr Sayidiman pada tahun 2014 (Nanda Dwi, 2016).
Sementara itu berdasarkan data survey awal yang dilakukan bahwa penderita DM
yang melakukan rawat jalan di RSUD dr Sayidiman Magetan pada tahun 2014
sebesar 284 kasus, pada tahun 2015 sebesar 656 kasus dan pada tahun 2016
sendiri sebesar 772 kasus (Rekam Medik RSUD dr. Sayidiman Magetan). Pada
data di poli klinik penyakit dalam “RSUD dr. Sayidiman Magetan” di peroleh
-
3
data pada bulan Febuari sampai Maret 2017 terdapat sekitar 180 pasien yang
datang untuk control dengan rerata satu bulan terakhir sebesar 65 pasien.
Konsensus pengolahan dan pencegahan DM di Indonesia (2006)
mengungkapkan 4 pilar utama dalam pengelolaan penyakit Diabetes mellitus
adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis.
Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap
pada tingkat normal (tidak terjadi hipoglikemia/hiperglikemia). Penderita DM
yang tidak patuh pada 4 pilar penatalaksanaan maka kadar gula darahnya tidak
terkontrol dan akan terjadi komplikasi misalnya Stroke, Gagal ginjal, Jantung,
Kebutaan dan Bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita
luka yang sukar atau tidak bisa mengering darahnya. Komplikasi dapat timbul
karena ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan program terapi yaitu :
pengaturan diet, pengunaan obat-obatan (Devi, 2008).
Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan
diabetes.Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan
merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus.Pada pasien DM banyak
yang tersiksa sehubung jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan (Waspanji
2009 dalam Een 2013). Hasil Riskesdas 2013 prevalensi nasional DM
berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan
6,9%. Sedangkan prevalensi TGT pada penduduk usia
-
4
sebesar 26,2% dan yang ketiga mengkonsumsi makanan/ minuman berlemak lebih
dari 1x/hari sebesar 40,7% serta prevalensi aktivitas fisik kurang aktif pada
penduduk >10 tahun sebesar 26,1%. Dari data tersebut resiko bertambahnya
penderita DM kemungkinan besar akan terus bertambah, hal ini disebabkan pola
makan yang tidak teratur menyebabkan penyembuhan Diabetes Mellitus (DM)
akan lama (Riskesdas, 2013).
Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan harapan dari setiap
penderita diabetes mellitus.Hal ini berarti bahwa setiap penderita diabetes mellitus
harus mampu menjalankan anjuran dokternya agar penyakit diabetes mellitus
tetap terkontrol. Dalam prakteknya kepatuhan diartikan sebagai tingkat pasien
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau
paramedis, sebagaimanan ketentuan yang disarankan pada penderita diabetes
mellitus yang mengalami kegagalan pengobatan , hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya tidak menjalani diet dengan baik (Tjokroprawiro
dalam Fahrun dan Rustini, 2010).
Dari penelitian yang dilakukan oleh Fahrun dan Rustini pada tahun 2010
menunjukan bahwa dari 30 responden yang mempunyai tingkat kepatuhan diet
tergolong patuh terhadap terapi diet yaitu sebanyak 15 orang dengan presentase
(50%), responden yang cukup patuh sebanyak 9 orang dengan presentase (30%)
dan responden yang tidak patuh sebanyak 6 orang dengan presentase (20%).
Sedangkan responden yang mempunyai pengendalian kadar gula darahnya yang
terkendali dengan baik/tinggi yaitu sebanyak 15 dengan presentase (50%),
pengendalian kadar gula darah normal yaitu sebanyak 12 dengan presentase
-
5
(40%) sedangkan responden yang tingkat pengendalian kadar gula darahnya
rendah sebanyak 3 orang (10%)
Ketidakpatuhan terhadap pengaturan diet pasien DM disebabkan oleh
beberapa factor antara lain pendidikan, pengetahuan, kejenuhan dalam pengobatan
dan keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu
maka diet Diabetes Mellitus harus diakukan sesuai program yang dianjurkan.
Pasien harus belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari
guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak,
disamping itu juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk
menghindari komplikasi diabetik jangka panjang (Brunner & Suddaerth, 2002)
Ketidakpatuhan diet merupakan masalah yang sangat berat. Karena
ketidakpatuhan diet, kadar gula darah akan meningkat. Untuk itu, bagi penderita
diabetes mellitus dianjurkan untuk mematuhi terapi diet yang disingkat 3J yaitu
tepat jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis. Kepatuhan diet merupakan aspek
penting untuk keberhasilan dalam menjalankan dan mengendalikan kadar gula
darah. Dengan demikian pasien DM harus mengikuti dan mematuhi program
penatalaksanaan diet sesuai dengan ketentuan dari tim kesehatan agar tercapai
control metabolic yng optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah
komponen utama keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus
(Misnadiarly, 2006 dalm Ninda fauzi, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus dengan Tingkat
-
6
Kadar Gula Darah pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD dr Sayidiman
Magetan”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut “Apakah ada hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus
dengan tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit
dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet diabetes
mellitus dengan tingkat kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di klinik
penyakit dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan.
1.3.2 TujuanKhusus
1. Mengetahui kepatuhan diet diabetes mellitus pada pasien Diabetes mellitus
di klinik penyakit RSUD dr. Sayidiman Magetan.
2. Mengetahui tingkat kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di
klinik penyakit dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan.
3. Mengetahui hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus dengan tingkat
kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di klinik penyakit dalam
RSUD dr. Sayidiman Magetan.
-
7
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi istitusi tempat penelitian
1. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah dengan memberikan
inforormasi dan sosialisasi perilaku kepatuhan diet diabetes mellitus yang
baik untuk meningkatkan derajat kesehatan.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan dalam menangani kadar gula darah penderita diabetes
mellitus.
1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah bagi peneliti
selanjutnya.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu
keperawatan khususnya keperawatan medical bedah.
1.4.3 Manfaat bagi peneliti sendiri
1. Hasil penelitian ini sebagai syarat kelulusan sarjana strata 1 keperawatan.
2. Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu dan wawasan peneliti sendiri.
1.5 Keaslian Penelitian
No. Judul Variabel Jenis
penelitian Hasil
1. Hubungan empat
pilar
pengendalian DM
tipe 2 dengan
rerata kadar gula
darah, (Nurlaili
Haida Kurnia
- Empat pilar pengendalian
DM tipe 2
- Rerata kadar gula darah
Cross sectional Terdapat
hubungan
antara
pengaturan
makan,
olahraga, dan
kepatuhan
-
8
Putri, Muhammad
Atoillah
Isfandiari, 2013)
pengobatan
mempunyai
dampak
menstabilkan
glukosa darah
dan
meningkatkan
kualitas hidup.
2. Hubungan tingkat
kepatuhan diet
pasien diabetes
mellitus dengan
munculnya
komplikasi di
puskesmas
pesantren di kota
kediri (Norma
Risnasari, 2014)
- Tingkat kepatuhan
diet DM
- Munculnyakomplikasi
DM
Cross sectional Ada hubungan
tingkat
kepatuhan diet
pasien diabetes
mellitus
dengan
munculnya
komplikasi.
3. Hubungan
kepatuhan diit
dengan kadar
gula darah
sewaktu pada
pasien diabetes
mellitus tipe 2 di
rawat inap RSUD
sukoharjo (Reni
Febriana,
Sigit,Widyatmok
o, Nining Lestari,
2014)
- Kepatuhan diit DM
- Kadar gula darah sewaktu
Cross sectional Terdapat
hubungan
antara
kepatuhan diit
dengan kadar
gula darah
sewaktu
padapasien
diabetes
mellitus tipe 2
di rawat inap
RSUD
Sukoharjo.
4. Hubungan
kepatuhan diit
dengan kadar
glukosa darah
sewaktu pada
pasien diabetes
mellitus tipe 2 di
klinik pratama
gracia ungaran
kabupaten
semarang (Mila
Dewi Kusuma
Ayu, 2014)
- Kepatuhan diit - Kadar glukosa
darah sewaktu
Cross sectional Ada hubungan
antara
kepatuhan diit
dengan kadar
glukosa darah
sewaktu pada
pasien diabetes
mellitus tipe 2
di Klinik
Pratama Gracia
Ungaran
Kabupaten
Semarang
5. Hubungan
perilaku diet - Perilaku diet - Tingkat kadar
Cross sectional Terdapat
hubungan
-
9
dengan tingkat
kadar gula darah
sewaktu pada
penderita
diabetes mellitus
tipe 2 di ambar
ketawang
yogyakarta
(Herni Trilestari,
2016)
gula darah
sewaktu
antara perilaku
diet dengan
tingkat kadar
gula darah
sewaktu pada
penderita
Diabetes
Mellitus di
Ambar
ketawang
Yogyakarta.
1.6 Perbedaan Penelitian
Perbedaan dari kelima penelitian diatas yaitu lokasi atau tempat penelitian,
perbedaan variabel Independen dan Dependent. Pada penelitian ini variabel
independent adalah kepatuhan diet diabetes mellitus dan variabel dependent
adalah tingkat kadar gula darah. Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Klinik
Penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan. Disain penelitian Korelasi dengan
pendekatan Cross sectional dan teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling.
-
10
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kepatuhan
2.1.1 Definisi Kepatuhan
Kepatuhan adalah sikap patuh, ketaatan, sedangkan patuh adalah suka
menurut perintah, taat kepada aturan/perintah (Depdikbud, 1990). Menurut
Sackett (1976) cit Niven (2002) kepatuhan klien adalah sejauh mana prilaku klien
sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Kepatuhan
merupakan manifestasi dari suatu sikap dan perilaku berkaitan erat dengan
motivasi. Motivasi ini daya yang menggerakan manusia untuk berperilaku
(Iriwanto, 1998 dalam Ninda fauzi, 2015).
Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi
atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik
diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley,
2007 dalam Bragista Guntur, 2016)
Menurut Sarwono 1997 dalam Ninda fauzi, 2015 perubahan sikap dan
perilaku individu dimulai dengan tahap identifikasi lalu kemudian menjadi tahap
internalisasi, tahap ini biasanya kepatuhan akan muncul. Tahap kepatuhan
awalnya bersifat sementara artinya bahwa mula-mula individu mematuhi anjuran
atau intruksi petugas tetapi berdasarkan keterpaksaan atau ketidakpahaman
dimana pada tahap ini biasanya masih dibawah pengawasan petugas.
-
11
Kepatuhan kemudian dapat berubah bentuk menjadi kepatuhan yang di
dasari alasan demi menjaga hubungan dengan petugas kesehatan atau tokoh yang
menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Kepatuhan ini timbul karena
individu merasa tertarik atau mengagumi tokoh tersebut tanpa memahami
sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut tahap
identifikasi.
Setelah 2 tahapan diatas akan terjadi tahapan berikutnya yaitu tahap
internalisasi. Tahap inilah perubahan individu dapat menjadi optimal dimana
individu mulai berfikir dan merasakan bahwa perilaku baru yang dapat
diintergrasikan kedalam nilai-nilai lain dari hidupnya (Sarwono, 1997 dalam
Ninda fauzi, 2015).
2.1.2 Variabel yang Memepengaruhi Kepatuhan
Variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan, beberapa variabel yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Brunner & Suddart (2002) adalah :
1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial
ekonomi dan pendidikan.
2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat
terapi.
3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping
yang tidak menyenangkan.
4. Variabel psikososial seperti intelgensia, sikap terhadap tenaga kesehatan
penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakianan agama atau
budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti
-
12
regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bartsmet dalam psikologi
kesehatan.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mendukung Kepatuhan
Menurut Feur Stein ada beberapa faktor yang mendukung sikap patuh,
diantaranya (Faktul, 2009) :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan
kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan
penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan
mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohani (cipta, rasa,
krasa) dan jasmani.
Domain pendidikan dapat diukur dari (Notoatmodjo, 2003) :
a. Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan (Knowledge).
b. Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan.
c. Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan yang
diberikan.
2. Akomodasi
Suatu usaha dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang
dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus dilibatkan secara
aktif dalam program pengobatan.
-
13
3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial
Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman sangat
penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu memahami
kepatuhan terhadap program pengobatan.
4. Perubahan model terapi
Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien
terlihat aktif dalam pembuatan program tersebut :
a. Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien.
b. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien
setelah memperoleh informasi diagnosa.
5. Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien
Suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah
memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien menbutuhkan penjelasan
tentang kondisi saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan
dengan kondisi seperti itu. Suatu penjelasan tentang penyebab penyakit dan
bagaimana pengobatannya, dapat membantu meningkatkan kepercayaan
pasien. Untuk melakukan konsultasi dan selanjutnya dapat membantu
meningkatkan kepatuhan.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan
(Carpenito, 2000 dalam Bragista Guntur, 2016) berpendapat bahwa factor-
faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat
berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan
-
14
kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun factor-
faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya :
a. Faktor Intrinsik
Faktor intrinsic adalah factor yang tidak perlu rangsangan dariluar, yang
berasal dari diri sendiri, yang terdiri dari :
1. Motivasi
Motivasi adalah daya yang menggerakkan manusia untuk berprilaku
(Irwanto dkk, 1998 dalam Ninda fauzi, 2015).
2. Keyakinan, Sikap dan Kepribadian
Blumental (1982) cit Niven (2002) telah menyelidiki tentang
hubungan antara pengukuran kepribadian dengan kepatuhan. Orang-
orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami
depresi, ansietas, memiliki kekuatan ego yang lemah dan yang kehidupan
socialnya lebih memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Ciri-ciri
kepribadian yang disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang
cenderung tidak patuh (Drop Out) dari program pengobatan.
3. Pendidikan
Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan pasien sepanjang
bahwa pendidikan tersebut adalah pendidikan yang aktif seperti
penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri (Niven,
2002).
-
15
4. Pemahaman Terhadap Intruksi
Tidak seorang pun dapat memahami intruksi jika dia salah paham
tentang intruksi yang diberikan kepadanya. Kadang-kadang hal ini
disebabkan oleh kegagalan keprofesionalan kesehatan dalam
memberikan informasi yang tepat, penggunaan istilah medis, dan
memberikan banyak intruksi yang harus di ingat pasien (Niven, 2002)
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah fkctor yang perlu rangsangan dari luar, yang
terdiri dari :
1. Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota
keluarga yang lain, teman, dan uang merupakan faktor-faktor penting
dalam kepatuhan. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan skor kesehatan individu
serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat
mereka trima. Keluarga juga member dukungan dan member keputusan
mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit (Niven, 2002).
2. Dukungan dari Profesional Kesehatan
Dukungan ini merupakan faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan.
Dukungan mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa
perilaku yang sehat merupakan hal yang penting (Niven, 2002).
-
16
3. Kualitas Interaksi
Kualitas interaksi antara professional kesehatan dengan pasien
merupakan bagian yang penting dalam menentukan kepatuhan (Niven,
2002).
4. Perubahan Model Terapi
Program-program kesehatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan
pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut (Niven, 2002).
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan menurut (Rantucci, 2007 dalam Bragista Guntur, 2016)
terjadi karena ketiga faktor, antara lain:
1. Faktor pasien
a. Ketidak seriusan pasien terhadap penyakitnya.
b. Ketidakpuasan terhadap hasil terapinya.
c. Kurangnya dukungan dari keluarga terkait pelaksanaan terapi.
2. Faktor komunikasi
a. Tingkat pengawasan tim kesehatan
b. Kurang penjelasan yang lengkap, tepat, dan jelas.
c. Interaksi dengan petugas kesehatan sedikit atau tidak sama sekali.
3. Faktor perilaku
a. Munculnya efek yang merugikan.
b. Hambatan fisik atau biaya untuk mendapatkan obat.
-
17
2.1.6 Manfaat Kepatuhan
Menurut (Widodo ,2004) manfaat dari kepatuhan yaitu :
1. Keberhasilan pengobatan, diet sangat berarti dan mempunyai efek bagi
penyembuhan.
2. Menurunkan biaya perawatan, karena kepatuhan terhadap obat dan diet
mempercepat perawatan sehingga tidak perlu lama-lama dirawat.
3. Tingkat kesembuhan meningkat, karena kepatuhan minum obat dan diet
mempunyai peluang untuk sembuh sangat besar.
Sedangkan ketidakpatuhan memperlama masa sakit atau meningkatkan
keparahan penyakit (Pratiwi, 2011).
2.1.7 Kepatuhan dalam Diet Diabetes Mellitus
Menurut (Hartono 1995 dari Esti Windusari 2013) kepatuhan diet DM
adalah ketaat terhadap makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien DM setiap
hari untuk menjaga kesehatan dan mempercepat proses penyembuhan, diet ini
berupa 3J yaitu tepat jadwal, tepat jenis dan tepat jumlah.
2.2 Konsep Diet Diabetes Mellitus
2.2.1 Pengertian Diet Diabetes Mellitus
Dalam Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga (2009) keluaran
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dalam Ninda Fauzi (2015), diet memiliki
arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan seta minuman yang dilarang,
dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk
tujuan terapi penyakit yang diderita, kesehtan atau penurunan berat badan.
-
18
Diet diabetes mellitus adalah diet yang diberikan kepada penyandang
diabetes mellitus, dengan tujuan membantu memperbaiki kebiasaan makan un tuk
mendapatkan control metabolic yang lebih baik dengan cara menyeimbangkan
asupan makanan dengan obat penurun glukosa oral maupuninsulin dan aktivitas
fisik untuk mencapai kadar gula darah normal, mencapai dan mempertahankan
kadar lipida dalam normal.
Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita
diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal pemberian makan
(Syahbudin,2007).
2.2.2 Tujuan Diet Diabetes Mellitus
Menurut Priyoto (2015) Tujuan dari terapi gizi pada penyakit Diabetes
Mellitus adalah menyesuaikan makanan dengan kesangupan dari tubuh untuk
menggunakannya, sehingga membantu penderita untuk :
1. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal yang menjadi tujuan utama
dalam terapi gizi ini, meskipun kadar gula darah yang benar-benar dalam
kisaran normal sangat sulit untuk dipertahankan.
2. Menurunkan gula darah urine menjadi negative.
3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat
badan yang ideal bagi orang dewasa dan mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang normal pada anak dan remaja.
4. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes mellitus
dan komplikasi kronik diabetes mellitus seperti penyakit ginjal, neuropatik
diabetikum, hipertensi dan penyakit jantung.
-
19
2.2.3 Syarat-syarat Diet Diabetes
Syarat-syarat yang diperlukan untuk diet Diabetes Mellitus (DM) menurut
Priyoto (2015) adalah :
1. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan kelainan metabolic, umur, berat badan,
tinggi badan, dan aktivitas tubuh.
2. Jumlah hidrat arang disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam
menggunakannya.
3. Cukup protein, mineral, vitamin didalam makanan.
2.2.4 Pengaturan Diet bagi Penderita Diabetes Mellitus
Prinsip pengaturan makan pada diabetes mellitus hamper sama dengan
anjuran makan untuk orang sehat masyarakat umumnya, yaitu makanan yang
beragam bergizi dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang
maksudnya adalah sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing
individu. Hal yang sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin
dalam hal Jadwal makan, Jenis dan jumlah makanan atau dikenal dengan istilah 3J
(Priyoto, 2015). Prinsip pengaturan diet diabetes mellitus adalah 3J, yaitu :
1. J 1 = Jadwal (Tepat Jadwal)
Tepat jadwal sangat penting bagi penderita diet untuk pasien DM, karena
memakan makanan yang tepat jadwal sudah sangat membantu menjaga kadar
gula dalam darah. Tepat jadwal yang dimaksud disini adalah penderita harus
mengikuti jadwal makanan yang sudah deprogram yaitu jadwal makan harus
diikuti interval 3 jam. Yaitu 6x makan, yaitu 3x makan berat dan 3x makan
selingan atau snack. Itu berarti jika pasien sudah sarapan, penderita tidak
-
20
boleh makan makanan yang berat seperti nasi dan kue sampai jadwal makan
siang. Pasien hanya diperkenankan makan snack yang berupa potongan kecil
makanan rendah karbohidrat dalam selang waktu 3 jam setelah sarapan dan 3
jam setelah snack penderita boleh makan makanan utama lagi, begitu samapai
makan malam. Pada malam hari tidak diperkenankan makan lagi setelah
makan malam (Tjokroprawiro, 2007 dalam Ninda fauzi, 2015). Contoh
jadwal makan pasien adalah makan pasien adalah sebagai berikut :
a. Makan pagi atau sarapan dilakukan pada pukul 07.00
b. Snack pertama dikonsumsi pada pukul 10.00
c. Makan siang dilakukan pada pukul 13.00
d. Snack kedua dikonsumsi pukul 16.00
e. Makan malam dilakukan pukul 19.00
f. Snack ketiga dikonsumsi pukul 21.00
Usahakan makan tepat waktu. Apabila terlambat makan maka akan bisa
terjadi hipoglikemia atau rendahnya gula darah. Hipoglikemia meliputi gejala
seperti pusing, mual dan pingsan. Apabila terjadi hal seperti ini segera minum
air gula atau the manis.
2. J 2 = Jenis (Tepat Jenis)
Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari dalam melakukan
diet. Untuk pasien diabetes mellitus bukan karena tidak enak namun karena
makanan tersebut dapat membuat kadar gula darah naik secara drastis.
Makanan-makanan yang harus dibatasi misalnya segala macam kue dan roti
yang mengandung banyak gula, selai, es krim, permen, susu manis, buah-
-
21
buhan yang berasa manis dan tentu saja gula. Sementara itu makanan yang
dianjurkan adalah banyak mengkonsumsi sayuran mentah, sayuran olahan
dan buah-buahan yang tidak terlalu manis (Tjokroprawiro, 2007 dalam Ninda
fauzi, 2015).
3. J 3 = Jumlah (Tepat Jumlah)
Bagi penderita DM, gula dalam darah mereka sudah sangat tinggi oleh
sebab itu tubuh tidak membutuhkan banyak tambahan gula.Dan ketika pasien
DM makan, maka kalori yang masuk harus tepat bagi pasien DM, maka
jumlah makanan yang boleh dimakan harus tepat jumlahnya.Hal ini bisa
dihitung dengan IMT (Index Masa Tubuh) yang didapat dengan membagi
berat badan dan tinggi badan.Jika IMT tergolong kurus mengkonsumsi 40-60
kalori/hari x berat badan.Jika normal bisa mengkonsumsi 30 kalori x berat
badan.Untuk orang gemuk 20 kalori x berat badan. Untuk orang obesitas
kalori yang diperbolehkan yaitu 10-15 kalori x berat badan (Tjokroprawiro,
2007 dalam Ninda fauzi, 2015).
Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT
Klasifikasi Status Gizi Indek Masa Tubuh (IMT)(kg/m2)
1. Kurus (Underweight) 23
4. Resiko obesitas (At Risk) 23-24,9
5. Obesitas I 25-29,9
6. Obesitas II >30
Sumber : Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dalam Tjokroprawiro, 2007
Menurut Priyoto (2015) pengaturan porsi makan sedemikian rupa
sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan
ringan atau sedang (5-10 kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control
-
22
diabetes, walaupun berat badan idaman tidak tercapai. Penurunan berat badan
dapat diusahakan dicapai secara baik dengan penurunan asupan energi
moderat dan peningkatan pengeluaran energi.Dianjurkan pembatasan kalori
sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.
Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi :
1. Karbohidrat
Rekomen dari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah
total karbohiodrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih
liberal. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang
lebih rendah dari pada sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun
berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda,
prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi
daripada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk
penderita diabetes mellitus di Indonesia :
- 45-65% total asupan energy
- Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan
-
23
- Fruktosa
-
24
yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang
makanan yang mengandung pemanis fruktosa.
Sorbotol, manitol dan xylitol adalh gula alcohol biasa mengandung 7
kalori/gram menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa
dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis secara berlebihan dapat
mempunyai pengaruh laktatif.Sakarin, aspartame adalah pemanis tak
bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.
2. Serat
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama
dengan untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi
20-35 gr serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di
Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/100 kalori/hari dengan
mengutamakan serat larut air.
3. Protein
Menurut konsensun pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006
kebutuhan protein untuk diabetes 15-20% energy. Perlu penurunan
asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan / hari atau 10% dari
kebutuhan energy dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan
655 hendaknya bernilai biologis tinggi. Sumber protein yang baik adalah
ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, prpduk susu rendah
lemak, kacang-kacangan dan tahu tempe.
-
25
4. Total lemak
Anjuran nanjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25%
energy.Lemak jenuh
-
26
pancreatitris, displipidemia atu neuropati mungkin perlu anjuran untuk
mengurangi atau menghindari alcohol. Asupan kalori dari alcohol
diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai
penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan 2 penukar lemak).
Pasien Diabetes Mellitus hendaknya bisa mengira-ngira porsi makan
yang akan dimakan, berikut contoh jumlah makanan diet diabetes
mellitus, antara lain:
a. Karbohidrat
Tabel 2.2 Daftar Sumber Karbohidrat
Satuan penukar = 175 kalori, 4 g protein, 4 g karbohidrat
Sebagian boleh dikonsumsi untuk pasien DM
Bahan Makanan Ukuran Berat (g)
Bihun ½ gelas 50
Bubur beras 2 gelas 400
Biscuit 4 buah besar 40
Havermout 5 ½ sendok makan 50
Kentang 2 biji sedang 210
Krekers 5 buah besar 50
Makaroni ½ gelas 50
Mi kering 1 gelas 50
Mi basah 2 gelas 50
Nasi ¾ gelas 200
Nasi tim 1 gelas 70
Roti putih 3 potong sedang 120
Singkong 1 potong 40
Tepung sagu 7 sendok makan 40
Tepung hunkwae 8 sendok makan 40
Tepung singkong 8 sendok makan 40
Talas 1 potong 125
Tepung terigu 5 sendok makan 50
Tepung maizena 10 sendok makan 50
Tepung beras 8 sendok makan 50
Ubi 1 biji 135
Dinas Kabupaten Madiun, 2012
-
27
b. Protein hewani
Tabel 2.3 Daftar Protein Hewani
Satuan penukaran = 95 kalori, 10 g protein, 6 g lemak
Bahan Makanan Ukuran Berat (g)
Daging sapi
Daging babi
Daging ayam
Hati sapi
Didih sapi
Babat
Telur ayam biasa
Telur bebek
Ikan segar
Ikan asin
Udang basah
Keju
Bakso daging
1 potong sedang
1 potong kecil
1 potong sedang
1 potong sedang
2 potong sedang
2 potong sedang
2 butir besar
1 butir
1 potong sedang
1 mpotong sedang
¼ gelas
1 potong besaer
10 biji besar
50
25
50
50
50
60
75
60
50
25
50
30
100
Dinas Kabupaten Madiun, 2012
c. Protein nabati
Tabel 2.4 Daftar Sumber Protein nabati
Satuan penukaran =80 kalori, 6 g protein, 3 g lemak
Bahan Makanan Ukuran Berat (g)
Kacang ijo
Kacang kedelai
Kacang merah
Kacang tanah terkupas
Kacang tolo
Oncom
Tahu
Tempe
2 ½ sendok makan
1 ½ sendok makan
2 ½ sendok makan
2 sendok makan
2 ½ sendok makan
2 potong kasar
1 biji besar
2 potong kasar
25
25
25
20
25
50
100
50
Dinas Kabupaten Madiun,2012
-
28
Daftar Menu Sayuran
Untuk diet Diabetes Mellitus sayuran dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu :
1) Sayuran kelompok A
Mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang. Sayuran
ini boleh digunakan sekehendak tanpa diperhitungkan serta bebas
dimakan kandungan kalorinya dapat diabaikan adalah :
Tabel 2.5 Sayuran kelompok A
Bahan Makanan
Baligo
Gambas
Jamur kuping segar
Ketimun
Labu air
Lobak
Lettuce
Lada air
Slada
Tomat
Dinas Kabupaten Madiun, 2012
2) Sayuran kelompok B
Kelompok sayur ini agaknya dibatasi dalam pengkonsumsian
bagi penderita dieabetes mellitus
Satuan penukaran (100g) = 25 kalori, 1 g protein, 5 g karbohidrat
Tabel 2.6 Sayuran Kelompok B
Bahan Makanan
Bayam
Bin
Boncis
Caisim
Daun pakis
Daun waluh
Jagung muda
Jantung pisang
Kangkung
Kucai
Kacang panjang
Labu siam
Labu waluh
Pare
Papaya muda
Sawi
Dinas Kabupaten Madiun, 2012
-
29
3) Sayuran kelompok C
Kelompok sayuran ini sebaiknya dibatasi oleh penderita
diabetes mellitus
Satuan penukaran (100g) = 50 kalori, 3 g protein, 10 g
karbohidrat
Tabel 2.7 Sayuran Kelompok C
Bahan Makanan
Bayam merah
Daun mlinjo
Daun papaya
Daun singkong
Daun talas
Kacang kapri
Kluwih
Mlinjo
Nangka muda
Toge kacang kedelai
Dinas Kabupaten Madiun, 2012
Daftar Menu Buah-buhan
Dalam diet DM dibagi menjadi 2 golongan buah-buahan, yaitu :
1) Golongan Buah-buahan A
Golongan ini boleh dikonsumsi, satuan pengukuran 40 kalori, 10g
karbohidrat.
Tabel 2.8 Golongan Buah-buahan A
Bahan makanan Ukuran Berat (g)
Alpukat
Pear
Belimbing
Jambu biji
Jambu air
Kedondong
Papaya
Pisang ambon,kapok
Salak
Semangka
½ buah besar
½ buah sedang
1 buah besar
1 buah besar
1 buah besar
1 buah besar
1 potong sedang
1 buah sedang
1 buah besar
1 potong besar
50
75
125
100
100
100
100
50
75
150
-
30
2) Golongan Buah-buahan B
Golongan buah ini sebaiknya dihindari bagi penderita berdiet
DM. satuan penukaran 40 kalori, 10 g karbohidrat.
Table 2.9 tabel buah-buahan golongan B
Bahan Makanan Ukuran Berat (g)
Anggur
Duku
Durian
Jeruk manis
Mangga
Nanas
Nagka muda
Pisang raja dan pisang susu
Rambutan
Sawo
Sirsak
Kelemgkeng
10 biji
15 buah
3 biji
2 buah sedang
½ buah sedang
1/6 buah sedang
3 biji
2 buah kecil
8 buah
1buah sedamg
½ gelas
10 biji
75
75
50
100
50
75
50
50
75
50
75
50
Tabel 2.10 Contoh Pemberian Menu makan Diet DM
Menu pagi pukul 07.00 Menu siang pukul 13.00 Menu malam pukul 19.00
a. Nasi ¾ gelas atau 200g
b. Sayur bayam c. Tempe 2 potong besar
atau 50g
d. Tahu 1 biji besar atau 100g
e. Daging sapi 1 potong sedang atau 50g
f. Daging ayam 1 potong sedang atau 50g
a. Nasi ¾ gelas atau 200g
b. Sayur daun singkong c. Tempe 2 potong besar
atau 50g
d. Tahu 1 biji besar atau 100g
e. Daging sapi 1 potong sedang atau 50g
f. Daging ayam 1 potong sedang atau 50g
a. Nasi ¾ gelas atau 200g
b. Sayur bayam c. Tempe 2 potong
besar atau 50g
d. Tahu 1 biji besar atau 100g
e. Daging sapi 1 potong sedang atau
50g
f. Daging ayam 1 potong sedang atau
50g
2.2.5 Pengaruh Diet Terhadap Kadar Gula Darah
Diabetes mellitus merupakan kelainan pengolahan karbohidrat dalam
tubuh yang disebabkan oleh kurangnya hormone insulin, sehingga karbohidrat
-
31
tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga. Akibatnya,
karbohidrat yang ada didalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam darah.
Peningkatan prevalensi diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga
berkaitan dengan gaya hidup yaitu asupan makanan yang berlebihan dan
kurangnya olahraga (Dewi, 2009).
Konsensus pengolahan dan pencegahan DM di Indonesia (2006)
mengungkapkan 4 pilar utama dalam pengelolaan penyakit Diabetes mellitus
adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis.
Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap
pada tingkat normal (tidak terjadi hipoglikemia/hiperglikemia). (Devi,2008).
Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan
diabetes.Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan
merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus. (Waspanji 2009 dalam
Een 2013). Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan harapan dari setiap
penderita diabetes mellitus. Hal ini berarti bahwa setiap penderita diabetes
mellitus harus mampu menjalankan anjuran dokternya agar penyakit diabetes
mellitus tetap terkontrol. Dalam prakteknya kepatuhan diartikan sebagai tingkat
pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter
atau paramedis, sebagaimanan ketentuan yang disarankan pada penderita diabetes
mellitus yang mengalami kegagalan pengobatan , hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor diantaranya tidak menjalani diet dengan baik (Tjokroprawiro
dalam Fahrun dan Rustini,2010).
-
32
Ketidakpatuhan terhadap pengaturan diet pasien DM disebabkan oleh
beberapa factor antara lain pendidikan, pengetahuan, kejenuhan dalam pengobatan
dan keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu
maka diet Diabetes Mellitus harus diakukan sesuai program yang dianjurkan.
Pasien harus belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari
guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak,
disamping itu juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk
menghindari komplikasi diabetic jangka panjang (Brunner & Suddaerth,2002)
Ketidakpatuhan diet merupakan masalah yang sangat berat. Karena
ketidakpatuhan diet, kadar gula darah akan meningkat. Untuk itu, bagi penderita
diabetes mellitus dianjurkan untuk mematuhi terapi diet yang disingkat 3J yaitu
tepat jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis. Kepatuhan diet merupakan aspek
penting untuk keberhasilan dalam menjalankan dan mengendalikan kadar gula
darah. Dengan demikian pasien DM harus mengikuti dan mematuhi program
penatalaksanaan diet sesuai dengan ketentuan dari tim kesehatan agar tercapai
control metabolic yng optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah
komponen utama keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus
(Misnadiarly, 2006 dalam Nindafauzi, 2015)
-
33
2.3 Konsep Kadar Gula Darah
2.3.1 Definisi Kadar Gula Darah
Gula darah merupakan istilah yang mengacu pada kadar atau banyakanya
kandungan gula did alam sirkulasi darah di dalam tubuh. Gula di dalam tubuh
sebenarnya terdapat dalam beberapa bentuk.Gula yang ada di dalam darah disebut
glukosa, yakni bentuk gula yang paling sederhana.Selain glukosa, terdapat
glikogen.Glikogen adalah gula dalam bentuk yang lebih kompleks biasa
ditemukan di hati dan otot yang fungsinya sebagai cadangan makanan.Kadar
glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah
(Qurratuaeni, 2009).Kadar glukosa pada orang normal berlangsung konstan,
karena pengaturan karbohidrat yang baik.Seorang penderita diabetes harus
melakukan pengobatan sedini dan sebaik mungkin hal ini sangat erat kaitannya
dengan sifat penyakit diabetes yang berlangsung kronik progresif, yaitu
berkembang lambat namun tidak bisa berhenti seumur hidup. Kadar gula darah
yang tinggi secara terus menerus akan menyebabkan komplikasi yang serius.
Kenaikan kadar gula darah menyebabkan penyempitan seluruh pembuluh
darah. Akibatnya organ-organ tubuh menjadi layu dan fungsinya mengalami
kemunduran. Pada akhirnya, organ-organ tubuh akan mengalami kerusakan total
(Noviyanti, 2015).
2.3.2 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah
Menurut ADA (2014), ada berbagai cara yang biasa dilakukan untuk
memeriksa kadar glukosa darah, di antaranya :
-
34
1. Tes Glukosa Darah Puasa
Tes glukosa darah puasa mengukur kadar glukosa darah setelah tidak
mengkonsumsi apa pun kecuali air selama 8 jam. Tes ini biasanya dilakukan
pada pagi hari sebelum sarapan.
2. Tes Glukosa Darah Sewaktu
Kadar glukosa darah sewaktu disebut juga kadar glukosa darah acak atau
kasual. Tes glukosa darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja.Kadar glukosa
darah sewaktu dikatakan normal jika tidak lebih dari 200 mg/dL.
3. Uji Toleransi Glukosa Oral
Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah
sebelum dan dua jam sesudah mengkonsumsi glukosa sebanyak 75 gram yang
dilarutkan dalam 300 mL air.
4. Uji HBA1C
Uji HBA1C mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2 – 3 bulan
terakhir. Uji ini lebih sering digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah
pada penderita diabetes.
2.3.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus
Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan
pengendalian Diabetes Mellitus yang baik yang merupakan sasaran terapi.
Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang
diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan,
demikian status gizi dan tekanan darah.
-
35
Tabel 2.11 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus menurut PERKENI 2011
Baik Sedang Buruk
Glukosa darah puasa (mg/dL) 80-100 100-125 ≥ 126 Glukosa darah 2 jam setelah
makan/postprandial (mg/dL)
80-144 145-179 ≥ 180
A1c (%) 8
Kolestrol total (mg/dL) 50
Trigliserida (mg/dL) 130-140/>80-90
>140/90
Sumber : PERKENI, 2011
Ket : Angka diatas adalah hasil pemeriksaan plasma vena
Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari darah kapiler darah utuh
keplasma vena.
Untuk pasien berumur ≥ 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali
kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa 100-125 mg/dL, dan
sesudqah makan 145-180 mg/dL). Demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dan
lain-lain mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang hal ini dilakukan
mengigat kemungkinan sifat-sifat khusus pasien lansia juga untuk mencegah
kemungkinan timbulnya ekek samping hipoglikemi dan interaksi obat.
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah
1. Faktor Internal
a. Penyakit dan stress
Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri
tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara langsung
berpengaruh pada KGD (Tandra, 2008 dalam Qurratuaeni, 2009).
-
36
Stress adalah suatu keadaan batin yang diliputi rasa kekhawatiran
akibat perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang
berlebihan, cemas dan berbagai tekanan yang merusak keseimbangan
tubuh (Helmawati, 2015). Bila stress menetap respon stress akan
melibatkan hipotalamus puitutary. Hipotalamus mensekresi
corticotrophin realeasing factor, yang menstimulasi pituitary anterior
untuk memproduksi adrenocorticotropin hormone (ACTH) kemudian
ACTH menstimulasi pituitary anterior untuk memproduksi
glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol akan
mempengaruhi peningkatan kadar gula darah (Qurratuaeni, 2009).
Selain itu kortisol juga dapat meninsibisi ambilan glukosa oleh sel
tubuh (Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories 2008 dalam
Qurratuaeni, 2009)
b. Obesitas
Obesitas adalah suatu penyakit yang multifaktorial (dipengaruhi
banyak factor), kronik, dan dianggap merupakan suatu penyakit
epidemic yang menglobal.Obesitas meningkatkan resiko Diabetes
Mellitus Tipe 2 lebih besar dari factor resiko lainnya.Pada orang
dengan obesitas, ditemukan kdar asam lemak bebas yang tinggi dalam
darah.Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pecahnya trigliserida
(proses lipolisis) di jaringan lemak. Pada keadaan normal otot akan
menggunakan glukosa dalam darah untuk menghasilkan energy.
Namun, karena banyakanya asam lemak bebas dalam darah maka
-
37
menyebabkan otot melakukan oksidasi asam lemak, hal inilah yang
kemudian menghambat pengambilan glukosa oleh otot sehingga
terjadilah hiperglikemia (Helmawati, 2015)
c. Makanan
Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam pembentukan
ATP.Selama pencernaan, banyak zat gizi yang diabsorsi untuk
memenuhi kebutuhan energi tubuh sampai makanan berikutnya. Di
dalam makanan yang dikonsumsi, terkandung karbohidrat, lemak, dan
protein (Tandra, 2008 dalan Qurratuaeni, 2009). Pada pasien Diabetes
Mellitus Tipe 2 memiliki kemampuan tubuh yang terbatas mengatur
metabolisme hidrat arang dan jika toleransi dilampaui, pasien akan
mengalami glukosuria dan ketonuria yang ada akhirnya dapat menjadi
ketoasidosis, maka pembatasan kandungan hidrat arang dalam diet
pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 harus dilakukan (PERKENI, 1998
dalam Qurratuaeni, 2009)
d. Latihan fisik dan Olahraga
Olahraga mengaktivasi ikatan dan reseptor insulin di membrane
plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Manfaat
latihan fisik adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatakan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otit,
mengubah kadar lemak darah yaitru meningkatakan kadar HDL-
kolestrol dan menurunkan kadar kolestrol toral sera trigliserida
-
38
(Sudoyo et al, 2009 dalam Aulia, 2016). Pada studi yang lain
dikatakan bahwa pasien DM Tipe 2 terjadi penurunan kapasitas
mitokondria pada otot skeletal yang menyebabkan peningkatan resiko
gangguan fisik dan aktifitas fisik atau olahraga dapat memperbaiki
kondisi tersebut (Tolendo et al, 2007 dalam Aulia, 2016).
Prinsip latihan fisik pasien DM pada umumnya sama saja
dengan prinsip latihan jasmani pada umumnya, yaitu mengikuti
F,I,D,J yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
F : Frekuensi 3-5 kali/minggu secara teratur
I : Intensitas ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate)
D : Durasi 30-60 menit setiap melakukan latihan jasmani
J : Jenis latihan fisik yang dianjurkan adalah aerobic yang bertujuan
untuk meningkatkan stamina seperti jalan, jogging, berenang,
senam berkelompok atau aerobic dan bersepedah (Damayanti,
2015)
e. Perawatan baik dengan OHO maupun dengan insulin
Cara kerja Obat Hipoglikemik Oral (OHO) pada umumnya
merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin atau
mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga dapat menurunkan
kadar glukosa darah (Soegondo, 1995 dalam Qurratuaeni, 2009).
Sedangkan tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah
normal atau mendekati normal. Pada DM Tipe 2, insulin terkadang
diprlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar
-
39
glukosa darah jika dengan diet, latihan fisik dan Obat Hipoglikmik
Oral (OHO) tdak dapat menjaga kadar gula darah dalam rentang
normal ( Damayanti, 2015)
f. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang tidak bisa dimodifikasi atau
di rekayasa. Sesorang yang menderita DM apabila memiliki luka akan
lama atau sulit sembuhnya, dikarenakan semakin bertambahnaya usia
semakin membuat kondisi tubuh berkurang vitalitasnya salah satunya
berkurangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki.
g. Pemantauan (Monitoring)kadar gula darah
Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-
Monitiring Blood Glucose (SMBG) memungkinkan untuk deteksi dan
mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, pada akhirnya akan
mengurangi komplikasi diabetic jangka panjang. Pemeriksaan ini
sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit DM yang tidak stabil,
kecenderungan untuk mengalami ketosis berat, hiperglikemia dan
hipoglikemia tanpa gejala dengan ringan.Kaitanya dengan pemberian
insulin, dosis insulin yang diperlukan pasien ditenukan oleh kadr
glukosa darah yang akurat. SMBG telah menjadi dasar dalam
memberikan terapi insulin (Damayanti, 2015)
-
40
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu upaya persuasi atau pembelajaran
kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan untuk
memelihara atau mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan
kesehatanya.Pendidikan mempunyai kaitan yang tinggi terhadap
perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan kesehatanya.
Pendidikan bagi pasien DMT2 berhubungan dengan perilaku pasien
dalam melakukan pengendalian kadar glukosa darah agar tetap stabil.
Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan waktu
yang lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama karena
didasari oleh kesadaran sendiri ( Qurratuaeni, 2009)
b. Pengetahuan
Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang sebelum seseorang mengadopsi
perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses
(Rogers 1994 dalam Qurratuaeni 2009). Pasien DM tipe 2 akan
mampu melakukan pengendalian kadar gula darah (KGD) dengan baik
apabila didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit DM, baik
tanda dan gejala serta penatlaksanaannya (Qurratuaeni, 2009)
-
41
2.4 Konsep Diabetes Mellitus
2.4.1 Pengertian Diabetes Melitus
Menurut Helmawati (2015) penyakit Diabetes atau diabetes mellitus atau
sering juga disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula adalah
penyakit yang disebabkan oleh kelainan yang berhubungan dengan hormone
insulin. Kelainan yang dimaksud berupa jumlah produksi hormone insulin yang
kurang karena ketidakmampuan organ pancreas menproduksinya atau sel tubuh
tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan organ pancreas secara
baik. Akibat dari kelainan ini, maka kadar gula (glukosa) didalam akan meningkat
tidak terkendali. Kadar gula darah yang tinggi terus menerus akan meracuni tubuh
termasuk organ-organnya. Pengaruh jangka pendek dari peningkatan kadar gula
darah mungkin tidak begitu terlihat. Namun, dalam jangka panjang peningkatan
kadar gula dalam darah ini bisa mengakibatakan kondisi-kondisi tubuh yang tidak
menguntungkan. Kadar gula darah yang tinggi akan menyebabkan fungsi sel-sel
tubuh menurun.
DM merupakan penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan
protein awal terjadinya hyperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah (Black
& Hawk 2009 dalam Damayanti 2015).
Dewasa ini diketahui bahwa DM bukan hanya dianggap sebagai gangguan
metabolism karnohidrat, namun juga menyangkut tentang metabolism protein dan
lemak yang diikuti dengan komplikasi-komplikasi yang bersifat menahun
terutama yang menimpa struktur dan fungsi pembuluh darah.Gejala khas pada
-
42
penderita DM berupa poliuria (kencing berlebih), polidipsia (haus berlebih),
lemas dan berat badan turun meskipun nafsu makan meningkat (polifagia). Gejala
lain yang mungkin dirasakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan
impoten pada pasien pria serta priuritis pada pasien wanita.
2.4.2 Etiologi Diabetes Mellitus
Menurut Padila (2012) Etiologi dari Penyakit Diabetes Mellitus yaitu :
1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Mellitus)
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes mellitus tipe 1 itu sendiri,
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya DM Tipe 1.
b. Faktor imunologi
Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana
antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan distruksi sel beta.
2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM/Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor
genetic memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
-
43
Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe
2, di antaranya adalah :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
2.4.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus
1. DM Tipe 1/DMT1 (DM tergantung Insulin)
Diabetes tipe 1 merupakan suatu keadaan ketika tubuh sudah sama
sekali tidak dapat memproduksi hormone insulin. Hal itu menyebabkan
penderita harus menggunakan suntikan insulin dalam mengatur gula
darahnya. DMT1 terjadi ketika sel pancreas yang mengeluarkan insulin
(sel beta di pulau-pulau langerhans) berhenti bekerja. Dengan insulin
melalui injeksi, biasanya tipe ini muncul sebelum umur 40 tahun dan
sebagian besar penderitanya adalah anak-anak dan remaja (Noviyanti,
2015)
2. DM Tipe 2/DMT2 (DM tidak tergantung Insulin)
Diabetes tipe 2 ini9 juga dikenal sebagai “diabetes serangan Lambat”
atau “diabetes yang tidak tergantung pada insulin” walaupun faktanya ada
beberapa pederita DMT2 ini diobati dengan insulin. Jenis diabetes yang
paling umum terjadi adalah jenis DMT2 sekitar 80% pengidap diabetes di
Indonesia menderita tipe ini.Diabetes ini terjadi karena tubuh tidak
memproduksi hormone insulin yang mencukupi atau insulin tidak dapat
digunakan dengan baik (resistensi insulin) tipe ini merupakan yang
-
44
terbanyak diderita saat ini sekitar 90% lebih. Diabetes Tipe 2 biasanya
berkembang dari hari kehari dan terutama terjadi pada orang yang
memiliki kelebihan berat badan dan biasanya juga karena faktor keturunan
(Noviyanti, 2015)
3. Diabetes pada kehamilan (Gestasional diabetes)
Menurut Porth (2007) dalam Damayanti (2015) diabetes kehamilan
terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui selama kehamilan
pertama.Jumlah glukosa sekitar 2-4% kehamilan. Wanita dengan diabetes
kehamilan akan mengalami peningkatan resiko diabetes setelah 5-10
tahun melahirkan.
4. DM Tipe lain (Other Spesific types)
Menurut Porth (2007) dalam Damayanti (2015), DM Tipe lain
(Other Spesific types) merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan
hiperglikemia akibat peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan
penggunaan glukosa oleh sel.
2.4.4 Karakteristik Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2
Tabel 2.12 Karakteristik Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2
Tipe 1 Tipe 2
Usia Biasanya < 30 tahun Biasanya >40 tahun
Kecepatan Biasanya cepat Biasanya bertahap
Berat badan Normal atau kurus
(kurang gizi) selalu
mengalami kehilangan
berat badan
80% overweight
Hereditas • Berhubungan dengan Specific Human
Leukocyte antigen
(HLA)
• Penyakit Autoimun
• Tidak berhubungan dengan Specific
Human Leukocyte
antigen (HLA)
• Tidak ada bukti
-
45
• Kemungkinan dipicu oleh inveksi virus
picuan infeksi virus
Insulin Sekresi pada awal
gangguan muncul
kemudian atau tidak ada
sama sekali
Terjadi defisiensi atau
resistensi insulin
Ketosis Umum terjadi Langka/jarang terjadi
Frekuensi 15% dari kejadian 85% dari kejadian
Komplikasi Umum terjadi Umumnya muncul saat
terdiagnosis
Treatment Insulim, diet dan olahraga Diet, OHO, olahraga
dan insulin
Sumber : Dunning 2003 dalam Damayanti 2015
2.4.5 Faktor-faktor Resiko Diabetes Mellitus
Menurut Sudoyo (2006) dalam Damayanti (2015), faktor-faktor resiko
terjadinya DM antara lain :
1. Faktor keturunan (genetic)
Riwayat keluarga dengan DM tipe 2, akn mempunyai peluang
menderita DM sebesar 15% dan mengalami intoleransi glukosa yaitu
ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal sebesar
30%. Faktor genetic dapat langsung mempengaruhi sel beta dan dapat
langsung mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan
rangsangan sekretoris insulin.Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu
tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas
dan fungsi sel beta pancreas. Secara genetic risiko DM Tipe 2 meningkat
pada saudara kembar monozigotik seorang DM tipe 2, ibu dari neonates yang
beratnya lebih dari 4 kg, individu dengan gen obesitas, rasa tau etnis tertentu
yang mempunyai insiden tinggi terhadap DM (Price & Wilson 2002 dalam
Damayanti, 2015)
-
46
2. Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan >20% dari berat
ieal atau BMI (Body Mass Index) >27kg/m2. Kegemukan menyebabkan
berkurangnya jumlah reseptir yang dapat bekerja didalam sel pada otot
skeletal dan jaringan lemak.hal ini dinamakan resistensi insulin perifer
(Damayanti, 2015)
3. Usia
Faktor usia yang resiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30
tahun, hal ini karenan adanya perubahan antomis, fisiologis dan biokimia.
Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat organ
yang dapat mempengaruhi homeostasis. Setelah seseoran mencapai umur 30
tahun maka kadar gula darah naik 1-2mg% tiap tahun saat puasa dan akan
naik 6-13% pada saat 2 jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut umur
merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta
gangguan toleransi glukosa (Sudoyo, et al, 2009 dalam Damayanti, 2015)
4. Tekanan Darah
Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai
tekanan darah tinggi (Hypertensi) yaitu tekanan darah >140/90mmHg.Pada
umumnya pada diabetes mellitus menderita juga hipertensi. Hipertensi yang
tidak dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan
kelianan kardiovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah dapat dikontrol
makan aan memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang
disertai pengelolaan hipoglikemia yang terkontrol (Damayanti, 2015)
-
47
5. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada DM
tipe 2 (Soegondo, Soewondo & subekti, 2009).Aktifitas fisik berdampak
terhadap aksi insulin pada orang yang beresiko DM. Suyono dalam Soegondo
(2007) menjelaskan bahwa kurangnya aktivitas merupakan salah satu faktor
yang ikut berperan yang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2.
6. Kadar Kolestrol
Dalam proses terjadinya pelepasan asam asam lemak bebas secara
cepat yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar .sehingga
menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas
dihati, sehingga kemampuan hai untuk meningkat dan menghekstrak insulin
dari darah menjadi berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia.
Akibatnya adalah peningkatan glukonesis dimana glukosa darah meningkat.
7. Stress
Stress memicu terjadinya reaksi biokimia melalui sitem neural dan
neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi
sitem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis-adrenal-medular dan
bila stress menetap maka system hipotalamus mensekresi corticotrophin-
releasing factor, yang menstimulasi pituitary anterior memproduksi
adenocorticitropin hormone (ACTH). ACTH menstimulasi produk kortisol,
yang akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (Smelzer&Bare,
2008).
-
48
8. Riwayat diabetes gestasional
Wanita yang memiliki riwayat diabetes gestasinal mempunyai resiko
untuk menderita DM tipe 2. Hal ini terjadi karena ibu gagal mempertahankan
euglikemia (kadar glukosa darah normal). Faktor resiko DM gestasinal adalah
riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria.
2.4.6 Manifestasi Klinis dan Tanda Gejala Diabetes Mellitus
Menurut Tjokoprawiro (2007) dalam Ninda fauzi (2015) manifestasi klinis
dari diabetes mellitus daiantaranya :
1. Fase kompensasi
Pada fase ini penderita menunjukan beberapa gejala klinis DM yang
klasik diantaranya : mual-mual, polifagia, polidpsi, dan berat badan naik.
2. Fase dekompensasi (denkompensasi pancreas)
Apabila keadaan tidak segera diobati, penderita akan masuk fase
dekompensasi, dengan gejala klasik : poliuria, polidipsi dan pasien yang
muka mulanya berat badan naik menjadi turun. Ketiga gejala diatas tersebut
pula “TRIAS SINDROM DIABETES AKUT” (poliuria, polidipsi dan berat
badan menurun).Bhkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan
mual muntah dan ketoasidosis diabetic.
Sementara itu Tanda dan gejala dari Diabetes mellitus menurut
Tjokoprawiro (2007) dan Hans Tandra (2008) diantaranya :
1. Poliuria (banyak kencing)
2. Polidipsi (banyak minum)
3