skripsi hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus …repository.stikes-bhm.ac.id/224/1/59.pdf ·...

147
SKRIPSI HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN TINGKAT KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD dr.SAYIDIMAN MAGETAN Oleh : NUNING RAHAYU NIM 201302039 PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN

    TINGKAT KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES

    MELLITUS DI KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

    dr.SAYIDIMAN MAGETAN

    Oleh :

    NUNING RAHAYU

    NIM 201302039

    PRODI S1 KEPERAWATAN

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2017

  • ii

    SKRIPSI

    HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN

    TINGKAT KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES

    MELLITUS DI KLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

    dr.SAYIDIMAN MAGETAN

    Diajukan Untuk Memenuhi

    Salah Satu Persyaratan dalam Mencapai Gelar

    Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    Oleh :

    NUNING RAHAYU

    NIM 201302039

    PRODI S1 KEPERAWATAN

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2017

  • iii

  • iv

  • v

    PERSEMBAHAN

    Bismillahhirohmannirohim..

    Puji syukur Alhamdulillah senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT

    atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan,

    kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini

    menjadi satu langkah awal bagi saya untuk dapat meraih cita-cita saya.

    Saya persembahkan karya sederhana ini, yang saya buat dengan sepenuh

    hati, sekuat tenaga dan pikiran untuk orang yang saya kasihi dan saya sayangi.

    Untuk Bapak yang telah menjadi sosok ayah terbaik dalam kehidupan saya. Untuk

    Ibu tercinta terimakasih telah selalu memberikan dukungan, motivasi dan do’a

    yang tiada hentinya. Untuk adik saya terima kasih karena telah menjadi saudara

    my partner in crime. Saya yakin bahwa keberhasilan yang saya raih ini tidak lepas

    dari do’a-do’a yang kalian panjatkan disetiap sujudnya.

    Untuk Ibu Eulis Liawati S.Kp.,M.Kes dan Bapak Priyoto S.Kep

    Ns.,M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan

    proposal dan skripsi dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Semoga Allah

    memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan oleh ibu dan bapak.

    Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terimakasih

    yang telah mendidik dan membimbing saya selama ini. Semoga Allah membalas

    semua kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.

    Untuk kalian Kelompok Kelas (Mba Ajar, Mba Ayu Galuh, Mba Dian,

    Sevi, Rosydah, Temy, Andra dan Pungky Pramita), Genk Judi (Zefri, Ria, Rere)

    terima kasih atas bantuan kalian, candaan kalian, mendukung dan menyemangati

    saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga selamanya tetap dekat seperti ini.

    Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuangan perjuangan kita

    belum selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita

    mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat

    mengharumkan nama STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

  • vi

  • vii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Nuning Rahayu

    Jenis kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Alamat : Desa Bogorejo rt 10 rw 02 Kec. Barat Kab. Magetan

    Email : [email protected]

    Riwayat Pendidikan :

    - 2000-2001 : TK Darma Wanita Bogorejo Barat

    - 2001-2007 : SDN Bogorejo 1, Barat magetan

    - 2007-2010 : SMP Negeri 1 Barat

    - 2010-2013 : SMA Negeri 1 Barat

    - 2013- Sekarang : Prodi S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia

    Madiun

    mailto:[email protected]

  • viii

    ABSTRAK

    HUBUNGAN KEPATUHAN DIET DIABETES MELLITUS DENGAN TINGKAT

    KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI KLINIK

    PENYAKIT DALAM RSUD dr.SAYIDIMAN MAGETAN

    Nuning Rahayu

    96 Halaman + 22 Tabel + 2 Gambar + 13 Lampiran

    Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan

    tingginya kadar gula darah (hiperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi

    insulin, gangguan aktivitas insulin, atau keduanya, DM dapat menimbulkan

    komplikasi jika tidak dikelola dengan baik, perilaku pengelolaan DM yang baik

    bagi pasien perlu dilakukan dengan menjaga kepatuhan dalam menjalani terapi

    gizi dan perencanaan makan yang baik untuk memperbaiki tingkat kadar gula

    darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan

    diet diabetes mellitus dengan tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes

    mellitus di klinik penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan.

    Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan

    cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik sampling Purposive Sampling

    dengan jumlah sampel 56 responden, pengumpulan data menggunakan kuesioner

    dan dianalisis dengan menggunakan uji Spearman Rank.

    Hasil penelitian didapatkan sebanyak 15 responden (26,8%) patuh diet, 29

    responden (51,8%) cukup patuh diet, 12 responden (21,4%) tidak patuh diet,

    sedangkan untuk tingkat kadar gula darah sebanyak 23 responden (41,1%) baik,

    17 responden (30,4%) sedang dan 16 responden (28,6%) buruk. Dari uji spearman

    rank didapatkan nilai p =0,000, p

  • ix

    ABSTRACT

    THE RELATIONSHIP BETWEEN ADHERENCE OFDIABETES MELLITUS

    DIET WITH LEVEL OF BLOOD SUGAR IN DIABETES MELLITUS PATIENTS

    IN INTERNAL DISEASES CLINICAT dr. SAYIDIMAN GENERAL HOSPITAL

    MAGETAN

    Nuning Rahayu

    Page 96, Table 22, Picture 2, Enclosure 13.

    Diabetes Mellitus is a metabolic disease characterized by high blood sugar

    levels (hyperglycemia) as a result of a deficiency of insulin secretion, insulin

    activity disorder, or both, DM may cause complications if not managed properly,

    good DM management behaviors for patients need to be done by maintaining

    Adherence of nutritional therapy and good eating planning to improve blood

    sugar levels. The purpose of this study was to determine the relationship between

    adherence of diabetes mellitus diet with blood sugar levels in patients with

    diabetes mellitus at the clinic of internaldiseaseat dr. Sayidiman General

    Hospital Magetan.

    The design of this researchwas correlation with cross sectional approach.

    This research used purposive sampling technique with sample number 56

    respondents, data collected by using questioner and analyzed by using Spearman

    Rank test.

    The results of the study were 15 respondents (26.8%) had obedient diet, 29

    respondents (51.8%) were adequately adherent to diet, 12 respondents (21.4%)

    did not adhere to diet, while for blood sugar level as much as 23 respondents

    (41,1%) were good, 17 respondents (30,4%) were medium and 16 respondents

    (28,6%) were bad. From spearman rank test obtained p value = 0,000, p

  • x

    DAFTAR ISI

    Sampul Depan ............................................................................................. i

    Sampul Dalam ............................................................................................. ii

    Lembar Persetujuan .................................................................................... iii

    Lembar Pengesahan .................................................................................... iv

    Persembahan .............................................................................................. v

    Halaman Pernyataan.................................................................................... vi

    Daftar Riwayat Hidup ................................................................................. vii

    Abstrak ........................................................................................................ viii

    Abstract ...................................................................................................... ix

    Daftar Isi ..................................................................................................... x

    Daftar Tabel ............................................................................................... xii

    Daftar Gambar ............................................................................................ xiii

    Daftar Lampiran ......................................................................................... xiv

    Daftar Singkatan dan Istilah ...................................................................... xv

    Kata Pengantar ........................................................................................... xviii

    BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 6 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 6 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 7 1.5 Keaslian Penelitian ............................................................. 7 1.6 Perbedaan Penelitian .......................................................... 9

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 10

    2.1 Konsep Kepatuhan............................................................... 10 2.2 Konsep Diet Diabetes Mellitus ............................................ 17 2.3 Konsep Kadar Gula Darah................................................... 33 2.4 Konsep Diabetes Mellitus.................................................... 41

    BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ...................... 58

    3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 58 3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................ 59

    BAB 4 METODE PENELITIAN ............................................................. 60

    4.1 Desain Penelitian ................................................................ 60 4.2 Populasi dan Sampel ........................................................... 60 4.3 Tehnik Sampling ................................................................ 62 4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................. 63 4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ...... 65 4.6 Instrumen Penelitian ........................................................... 67 4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 69 4.8 Prosedur Pengumpulan Data ............................................. 69 4.9 Teknik Analisa Data ........................................................... 74 4.10 Etika Penelitian ................................................................... 76

  • xi

    BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 77

    5.1 Gambaran umum dan lokasi penelitian .............................. 77 5.2 Hasil Penelitian ................................................................... 78 5.3 Pembahasan ........................................................................ 82 5.4 Keterbatasan Penelitian ...................................................... 90

    BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................

    6.1 Kesimpulan ......................................................................... 91 6.2 Saran ................................................................................... 92

    Daftar Pustaka ............................................................................................ 93

    Lampiran-lampiran ..................................................................................... 97

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Judul Tabel Halaman

    Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT ........................... 21

    Tabel 2.2 Daftar sumber karbohidrat ................................................... 26

    Tabel 2.3 Daftar protein hewan ........................................................... 27

    Tabel 2.4 Daftar sumber potein nabati ................................................ 27

    Tabel 2.5 Sayuran kelompok A ........................................................... 28

    Tabel 2.6 Sayuran kelompok B ........................................................... 28

    Tabel 2.7 Sayuran kelompok C ........................................................... 29

    Tabel 2.8 Golongan buah A ................................................................. 29

    Tabel 2.9 Golongan buah B ................................................................. 30

    Tabel 2.10 Contoh pemberian makan diet DM ..................................... 30

    Tabel 2.11 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus menurut

    PERKENI 2011 .................................................................. 35

    Tabel 2.12 Karakteristik diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 ............................. 44

    Tabel 4.1 Definisi Operasional ............................................................ 66

    Tabel 4.2 Daftar nilai keeratan hubungan antar variabel ..................... 76

    Tabel 5.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin pasien DM .................... 78

    Tabel 5.2 Distribusi frekuensi usia pasien DM ................................... 78

    Tabel 5.3 Distribusi frekuensi tingkat pendidikan pasien DM ............ 79

    Tabel 5.4 Distribusi frekuensi pekerjaan pasien DM .......................... 79

    Tabel 5.5 Distribusi frekuensi lama menderita DM ............................ 80

    Tabel 5.6 Distribusi frekuensi Kepatuhan diet DM ............................. 80

    Tabel 5.7 Distribusi frekuensi tingkat kadar gula darah pasien

    DM ....................................................................................... 81

    Tabel 5.8 Tabulasi silang kepatuhan diet DM dengan tingkat

    kadar gula darah pasien DM ................................................ 81

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Judul Gambar Halaman

    Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ......................................................... 58

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian .................................................. 64

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Pengesahan Judul .................................................. 97

    Lampiran 2 Lembar Konsultasi .............................................................. 98

    Lampiran 3 Surat ijin Penelitian ............................................................ 100

    Lampiran 4 Lembar penjelasan penelitian ............................................. 103

    Lampiran 5 Lembar persetujuan menjadi responden ............................. 104

    Lampiran 6 Kisi-kisi kuesioner .............................................................. 105

    Lampiran 7 Kuesioner ............................................................................ 106

    Lampiran 8 Surat selesai penelitian ....................................................... 112

    Lampiran 9 Data distribusi frekuensi dan tendensi sentral .................... 113

    Lampiran 10 Tabulasi Silang kepatuhan Diet DM dengan Tingkat

    Kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus ........................ 116

    Lampiran 11 Hasil Perhitungan SPSS Uji Spearman Rank Hubungan

    Kepatuhan Diet DM dengan Tingkat Kadar gula darah

    pasien Diabetes Mellitus ..................................................... 124

    Lampiran 12 Tabulasi data ....................................................................... 125

    Lampiran 13 Dokumentasi ....................................................................... 128

  • xv

    DAFTAR ISTILAH

    Cross sectional : Penelitian untuk mengembangkan

    hubungan antar variabel dan menjelaskan

    hubungan yang di temukan.

    Screening : Penyaring

    World Health Organization : Organisasi Kesehatan Dunia.

    Oral Glukose Test : Test yang paling peka untuk mengevaluasi

    kasus-kasus yang tidak tertentu dari

    diabetes.

    Poliuria : Sering kencing

    Polidipsi : Sering haus

    Poliphagia : Sering lapar

    HbA1c : Komonen minor hemoglobin yang

    berikatan dengan glukosa.

    Low density lipoprotein : Kolestrol Jahat

    High density lipoprotein : Kolestrol Baik

    Diabetic Hipersomolar

    syndrom

    : Kondisi yang disebabkan kadar gula darah

    pada puncah terukur sebesar 600 mg/dl.

    Hiperinsulinemia : Suatu kondisi pada seseorang dimana

    pancreas memproduksi insulin dalam

    jumlah banyak dan secara tidak normal

    untuk membantu tubuh saat menyerap

    glukosa dari aliran darah.

    Hipoglikemia : Gangguan kesehatan yang terjadi ketika

    kadar gula didalam darah berada dibawah

    kadar normal.

    Hiperglikemia : Istilah medis untuk keadaan dimana kadar

    gula dalam darah lebih tinggi dari nilai

    normal. Dalam keadaan normal gula darah

    berkisar antara 70-100 mg/dl. Kadar gula

    darah biasanya sedikit meningkat dari nilai

    normal sesaat sesudah makan tapi keadaan

    ini tidak dianggap hiperglikemia.

  • xvi

    Other specific tipes : Tipe lain

    Gestasional diabetes : Diabetes yang terjadi saat kehamilan.

    Self monitoring blood

    glucose

    : Pemantauan glukosa secara mandiri.

  • xvii

    DAFTAR SINGKATAN

    DM : Diabetes Mellitus

    DMT1 : Diabetes Mellitus Tipe 1

    DMT2 : Diabetes Mellitus Tipe 2

    GDP : Gula Darah Puasa

    GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu

    GDS : Gula Darah Sewaktu

    HDL : High Density Lipoprotein

    KGDS : Kadar Gula Dara Sewaktu

    KGD : Kadar Gula Darah

    LDL : Low Density Lipoprotein

    OGTT : Oral Glukose Tolerance Tst

    OHO : Obat Hipoglikemia Oral

    PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

    PTM : Penyakit Tidak Menular

    RISKESDAS : Riset Kesehatan dasar

    TGT : Toleransi Glukosa Terganggu

    WHO : World Health Organization

  • xviii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

    rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul “Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus dengan Tingkat Kadar

    Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Penyakit Dalam RSUD

    dr.Sayidiman Magetan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam

    menyelesaikan tugas akhir Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti

    Husada Mulia Madiun.

    Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan

    penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa

    adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,

    arahan, dan motivasi kepada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis

    ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

    1. Dr Yunus Mahatma, Sp.PD selaku Direktur RSUD dr Sayidiman Magetan.

    2. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia

    Madiun.

    3. Mega Arianti Putri, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1

    Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah memberikan

    kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di

    Program Studi S1 Keperawatan.

  • xix

    4. Eulis Liawati S.Kp.,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah meluangkan

    banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam

    penyelesaian skripsi ini.

    5. Priyoto S.Kep Ns.,M.Kes, selaku pembimbing II yang dengan kesabaran dan

    ketelitiannya dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat teselesaikan

    dengan baik.

    6. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, nasehat-nasehat dan semangat

    yang tiada hentinya kepada saya.

    7. Sahabat-sahabat saya yang selalu menyemangati saya disaat semangat saya

    mulai goyah dan selalu menemani saya disaat suka dan duka.

    8. Teman-teman Program Studi S1 Keperawatan angkatan 2013 atas kerja sama

    dan motivasinya.

    9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan

    dalam penyelesaian skripsi ini.

    Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan

    yang telah mereka berikan selama ini kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

    membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap

    semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.

    Madiun, Agustus 2017

    Penulis

    NUNING RAHAYU

    201302039

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyakit diabetes mellitus yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan

    penyakit “kecing manis” merupakan salah satu penyakit yang prevalensinya kian

    lama kian meningkat. Diabetes mellitus merupakan kelainan pengolahan

    karbohidrat dalam tubuh yang disebabkan oleh kurangnya hormone insulin,

    sehingga karbohidrat tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga.

    Akibatnya, karbohidrat yang ada di dalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam

    darah. Peningkatan prevalensi diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga

    berkaitan dengan gaya hidup yaitu asupan makanan yang berlebihan dan

    kurangnya olahraga (Dewi, 2009).

    Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme

    kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (Hiperglikemia) disebabkan

    karena ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam

    tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat

    digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya

    insulin menjadikan glukosa tertahan didalam darah dan menimbulkan peningkatan

    glukosa darah.Sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat penting

    dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel (Tarowoto, 2011 dalam Ninda

    fauzi, 2015).

  • 2

    World Health Organization (WHO) dikutip dari Esti Windusari (2013),

    memperkirakan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-4 dalam jumlah pasien

    Diabetes Mellitus. Indonesia dengan populasi 230 juta penduduk merupakan

    Negara ke-4 terbesar pasien dengan Diabetes Mellitus setelah China, India, dan

    Amerika Serikat. Bedasarkan laporan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

    tahun 2013 menyebutkan terjadi peningkatan prevalensi pada penderita diabetes

    mellitus yang diperoleh berdasarkan wawancara yaitu (1,1%) pada tahun 2007

    menjadi (1,5%) pada tahun 2013, sedangkan prevalensi diabetes mellitus

    berdasarkan diagnosa dokter atau gejala pada tahun 2013 sebesar 2,1% dengan

    prevalensi terdiagnosis dokter tertinggi pada daerah Sulawesi Tengah (3,7%) dan

    paling rendah pada daerah Jawa Barat (0,5%). Sementara itu prevalensi Diabetes

    Mellitus di pulau Jawa adalah sebagai berikut di provinsi DKI Jakarta sebesar

    (2,5%) di provinsi Jawa Barat (1,3%), di provinsi Jawa tengah sebesar (1,6%), di

    provinsi D.I Yogyakarta sebesar (2,6%), dan di provinsi Banten sebesar (1,3%),

    Sementara di provinsi Jawa Timur sebesar (2,1%). Dari data RSUD dr Sayidiman

    Magetan mengatakan diabetes mellitus termasuk sepuluh besar penyakit rawat

    inap dan rawat jalan di RSUD dr Sayidiman pada tahun 2014 (Nanda Dwi, 2016).

    Sementara itu berdasarkan data survey awal yang dilakukan bahwa penderita DM

    yang melakukan rawat jalan di RSUD dr Sayidiman Magetan pada tahun 2014

    sebesar 284 kasus, pada tahun 2015 sebesar 656 kasus dan pada tahun 2016

    sendiri sebesar 772 kasus (Rekam Medik RSUD dr. Sayidiman Magetan). Pada

    data di poli klinik penyakit dalam “RSUD dr. Sayidiman Magetan” di peroleh

  • 3

    data pada bulan Febuari sampai Maret 2017 terdapat sekitar 180 pasien yang

    datang untuk control dengan rerata satu bulan terakhir sebesar 65 pasien.

    Konsensus pengolahan dan pencegahan DM di Indonesia (2006)

    mengungkapkan 4 pilar utama dalam pengelolaan penyakit Diabetes mellitus

    adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis.

    Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap

    pada tingkat normal (tidak terjadi hipoglikemia/hiperglikemia). Penderita DM

    yang tidak patuh pada 4 pilar penatalaksanaan maka kadar gula darahnya tidak

    terkontrol dan akan terjadi komplikasi misalnya Stroke, Gagal ginjal, Jantung,

    Kebutaan dan Bahkan harus menjalani amputasi jika anggota badan menderita

    luka yang sukar atau tidak bisa mengering darahnya. Komplikasi dapat timbul

    karena ketidakpatuhan pasien dalam menjalankan program terapi yaitu :

    pengaturan diet, pengunaan obat-obatan (Devi, 2008).

    Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan

    diabetes.Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan

    merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus.Pada pasien DM banyak

    yang tersiksa sehubung jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan (Waspanji

    2009 dalam Een 2013). Hasil Riskesdas 2013 prevalensi nasional DM

    berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan

    6,9%. Sedangkan prevalensi TGT pada penduduk usia

  • 4

    sebesar 26,2% dan yang ketiga mengkonsumsi makanan/ minuman berlemak lebih

    dari 1x/hari sebesar 40,7% serta prevalensi aktivitas fisik kurang aktif pada

    penduduk >10 tahun sebesar 26,1%. Dari data tersebut resiko bertambahnya

    penderita DM kemungkinan besar akan terus bertambah, hal ini disebabkan pola

    makan yang tidak teratur menyebabkan penyembuhan Diabetes Mellitus (DM)

    akan lama (Riskesdas, 2013).

    Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan harapan dari setiap

    penderita diabetes mellitus.Hal ini berarti bahwa setiap penderita diabetes mellitus

    harus mampu menjalankan anjuran dokternya agar penyakit diabetes mellitus

    tetap terkontrol. Dalam prakteknya kepatuhan diartikan sebagai tingkat pasien

    melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter atau

    paramedis, sebagaimanan ketentuan yang disarankan pada penderita diabetes

    mellitus yang mengalami kegagalan pengobatan , hal ini dapat disebabkan oleh

    berbagai faktor diantaranya tidak menjalani diet dengan baik (Tjokroprawiro

    dalam Fahrun dan Rustini, 2010).

    Dari penelitian yang dilakukan oleh Fahrun dan Rustini pada tahun 2010

    menunjukan bahwa dari 30 responden yang mempunyai tingkat kepatuhan diet

    tergolong patuh terhadap terapi diet yaitu sebanyak 15 orang dengan presentase

    (50%), responden yang cukup patuh sebanyak 9 orang dengan presentase (30%)

    dan responden yang tidak patuh sebanyak 6 orang dengan presentase (20%).

    Sedangkan responden yang mempunyai pengendalian kadar gula darahnya yang

    terkendali dengan baik/tinggi yaitu sebanyak 15 dengan presentase (50%),

    pengendalian kadar gula darah normal yaitu sebanyak 12 dengan presentase

  • 5

    (40%) sedangkan responden yang tingkat pengendalian kadar gula darahnya

    rendah sebanyak 3 orang (10%)

    Ketidakpatuhan terhadap pengaturan diet pasien DM disebabkan oleh

    beberapa factor antara lain pendidikan, pengetahuan, kejenuhan dalam pengobatan

    dan keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu

    maka diet Diabetes Mellitus harus diakukan sesuai program yang dianjurkan.

    Pasien harus belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari

    guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak,

    disamping itu juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk

    menghindari komplikasi diabetik jangka panjang (Brunner & Suddaerth, 2002)

    Ketidakpatuhan diet merupakan masalah yang sangat berat. Karena

    ketidakpatuhan diet, kadar gula darah akan meningkat. Untuk itu, bagi penderita

    diabetes mellitus dianjurkan untuk mematuhi terapi diet yang disingkat 3J yaitu

    tepat jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis. Kepatuhan diet merupakan aspek

    penting untuk keberhasilan dalam menjalankan dan mengendalikan kadar gula

    darah. Dengan demikian pasien DM harus mengikuti dan mematuhi program

    penatalaksanaan diet sesuai dengan ketentuan dari tim kesehatan agar tercapai

    control metabolic yng optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah

    komponen utama keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus

    (Misnadiarly, 2006 dalm Ninda fauzi, 2015).

    Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

    yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus dengan Tingkat

  • 6

    Kadar Gula Darah pada pasien Diabetes Mellitus di RSUD dr Sayidiman

    Magetan”

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

    masalah sebagai berikut “Apakah ada hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus

    dengan tingkat kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di klinik penyakit

    dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan?”

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet diabetes

    mellitus dengan tingkat kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di klinik

    penyakit dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan.

    1.3.2 TujuanKhusus

    1. Mengetahui kepatuhan diet diabetes mellitus pada pasien Diabetes mellitus

    di klinik penyakit RSUD dr. Sayidiman Magetan.

    2. Mengetahui tingkat kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di

    klinik penyakit dalam RSUD dr. Sayidiman Magetan.

    3. Mengetahui hubungan kepatuhan diet diabetes mellitus dengan tingkat

    kadar gula darah pada pasien Diabetes mellitus di klinik penyakit dalam

    RSUD dr. Sayidiman Magetan.

  • 7

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat bagi istitusi tempat penelitian

    1. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu

    keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah dengan memberikan

    inforormasi dan sosialisasi perilaku kepatuhan diet diabetes mellitus yang

    baik untuk meningkatkan derajat kesehatan.

    2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat dalam melakukan

    asuhan keperawatan dalam menangani kadar gula darah penderita diabetes

    mellitus.

    1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan

    1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi ilmiah bagi peneliti

    selanjutnya.

    2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perkembangan ilmu

    keperawatan khususnya keperawatan medical bedah.

    1.4.3 Manfaat bagi peneliti sendiri

    1. Hasil penelitian ini sebagai syarat kelulusan sarjana strata 1 keperawatan.

    2. Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu dan wawasan peneliti sendiri.

    1.5 Keaslian Penelitian

    No. Judul Variabel Jenis

    penelitian Hasil

    1. Hubungan empat

    pilar

    pengendalian DM

    tipe 2 dengan

    rerata kadar gula

    darah, (Nurlaili

    Haida Kurnia

    - Empat pilar pengendalian

    DM tipe 2

    - Rerata kadar gula darah

    Cross sectional Terdapat

    hubungan

    antara

    pengaturan

    makan,

    olahraga, dan

    kepatuhan

  • 8

    Putri, Muhammad

    Atoillah

    Isfandiari, 2013)

    pengobatan

    mempunyai

    dampak

    menstabilkan

    glukosa darah

    dan

    meningkatkan

    kualitas hidup.

    2. Hubungan tingkat

    kepatuhan diet

    pasien diabetes

    mellitus dengan

    munculnya

    komplikasi di

    puskesmas

    pesantren di kota

    kediri (Norma

    Risnasari, 2014)

    - Tingkat kepatuhan

    diet DM

    - Munculnyakomplikasi

    DM

    Cross sectional Ada hubungan

    tingkat

    kepatuhan diet

    pasien diabetes

    mellitus

    dengan

    munculnya

    komplikasi.

    3. Hubungan

    kepatuhan diit

    dengan kadar

    gula darah

    sewaktu pada

    pasien diabetes

    mellitus tipe 2 di

    rawat inap RSUD

    sukoharjo (Reni

    Febriana,

    Sigit,Widyatmok

    o, Nining Lestari,

    2014)

    - Kepatuhan diit DM

    - Kadar gula darah sewaktu

    Cross sectional Terdapat

    hubungan

    antara

    kepatuhan diit

    dengan kadar

    gula darah

    sewaktu

    padapasien

    diabetes

    mellitus tipe 2

    di rawat inap

    RSUD

    Sukoharjo.

    4. Hubungan

    kepatuhan diit

    dengan kadar

    glukosa darah

    sewaktu pada

    pasien diabetes

    mellitus tipe 2 di

    klinik pratama

    gracia ungaran

    kabupaten

    semarang (Mila

    Dewi Kusuma

    Ayu, 2014)

    - Kepatuhan diit - Kadar glukosa

    darah sewaktu

    Cross sectional Ada hubungan

    antara

    kepatuhan diit

    dengan kadar

    glukosa darah

    sewaktu pada

    pasien diabetes

    mellitus tipe 2

    di Klinik

    Pratama Gracia

    Ungaran

    Kabupaten

    Semarang

    5. Hubungan

    perilaku diet - Perilaku diet - Tingkat kadar

    Cross sectional Terdapat

    hubungan

  • 9

    dengan tingkat

    kadar gula darah

    sewaktu pada

    penderita

    diabetes mellitus

    tipe 2 di ambar

    ketawang

    yogyakarta

    (Herni Trilestari,

    2016)

    gula darah

    sewaktu

    antara perilaku

    diet dengan

    tingkat kadar

    gula darah

    sewaktu pada

    penderita

    Diabetes

    Mellitus di

    Ambar

    ketawang

    Yogyakarta.

    1.6 Perbedaan Penelitian

    Perbedaan dari kelima penelitian diatas yaitu lokasi atau tempat penelitian,

    perbedaan variabel Independen dan Dependent. Pada penelitian ini variabel

    independent adalah kepatuhan diet diabetes mellitus dan variabel dependent

    adalah tingkat kadar gula darah. Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Klinik

    Penyakit dalam RSUD dr Sayidiman Magetan. Disain penelitian Korelasi dengan

    pendekatan Cross sectional dan teknik sampling yang digunakan adalah purposive

    sampling.

  • 10

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Kepatuhan

    2.1.1 Definisi Kepatuhan

    Kepatuhan adalah sikap patuh, ketaatan, sedangkan patuh adalah suka

    menurut perintah, taat kepada aturan/perintah (Depdikbud, 1990). Menurut

    Sackett (1976) cit Niven (2002) kepatuhan klien adalah sejauh mana prilaku klien

    sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional kesehatan. Kepatuhan

    merupakan manifestasi dari suatu sikap dan perilaku berkaitan erat dengan

    motivasi. Motivasi ini daya yang menggerakan manusia untuk berperilaku

    (Iriwanto, 1998 dalam Ninda fauzi, 2015).

    Kepatuhan adalah tingkat perilaku pasien yang tertuju terhadap instruksi

    atau petunjuk yang diberikan dalam bentuk terapi apapun yang ditentukan, baik

    diet, latihan, pengobatan, atau menepati janji pertemuan dengan dokter (Stanley,

    2007 dalam Bragista Guntur, 2016)

    Menurut Sarwono 1997 dalam Ninda fauzi, 2015 perubahan sikap dan

    perilaku individu dimulai dengan tahap identifikasi lalu kemudian menjadi tahap

    internalisasi, tahap ini biasanya kepatuhan akan muncul. Tahap kepatuhan

    awalnya bersifat sementara artinya bahwa mula-mula individu mematuhi anjuran

    atau intruksi petugas tetapi berdasarkan keterpaksaan atau ketidakpahaman

    dimana pada tahap ini biasanya masih dibawah pengawasan petugas.

  • 11

    Kepatuhan kemudian dapat berubah bentuk menjadi kepatuhan yang di

    dasari alasan demi menjaga hubungan dengan petugas kesehatan atau tokoh yang

    menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Kepatuhan ini timbul karena

    individu merasa tertarik atau mengagumi tokoh tersebut tanpa memahami

    sepenuhnya arti dan manfaat dari tindakan tersebut, tahap ini disebut tahap

    identifikasi.

    Setelah 2 tahapan diatas akan terjadi tahapan berikutnya yaitu tahap

    internalisasi. Tahap inilah perubahan individu dapat menjadi optimal dimana

    individu mulai berfikir dan merasakan bahwa perilaku baru yang dapat

    diintergrasikan kedalam nilai-nilai lain dari hidupnya (Sarwono, 1997 dalam

    Ninda fauzi, 2015).

    2.1.2 Variabel yang Memepengaruhi Kepatuhan

    Variabel yang mempengaruhi tingkat kepatuhan, beberapa variabel yang

    mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Brunner & Suddart (2002) adalah :

    1. Variabel demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial

    ekonomi dan pendidikan.

    2. Variabel penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat

    terapi.

    3. Variabel program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping

    yang tidak menyenangkan.

    4. Variabel psikososial seperti intelgensia, sikap terhadap tenaga kesehatan

    penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakianan agama atau

    budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam mengikuti

  • 12

    regimen hal tersebut diatas juga ditemukan oleh Bartsmet dalam psikologi

    kesehatan.

    2.1.3 Faktor-faktor yang Mendukung Kepatuhan

    Menurut Feur Stein ada beberapa faktor yang mendukung sikap patuh,

    diantaranya (Faktul, 2009) :

    1. Pendidikan

    Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan

    kepribadian atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dan

    penyempurnaan kehidupan manusia dengan jalan membina dan

    mengembangkan potensi kepribadiannya, yang berupa rohani (cipta, rasa,

    krasa) dan jasmani.

    Domain pendidikan dapat diukur dari (Notoatmodjo, 2003) :

    a. Pengetahuan terhadap pendidikan yang diberikan (Knowledge).

    b. Sikap atau tanggapan terhadap materi pendidikan yang diberikan.

    c. Praktek atau tindakan sehubungan dengan materi pendidikan yang

    diberikan.

    2. Akomodasi

    Suatu usaha dilakukan untuk memahami ciri kepribadian pasien yang

    dapat mempengaruhi kepatuhan. Pasien yang mandiri harus dilibatkan secara

    aktif dalam program pengobatan.

  • 13

    3. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

    Membangun dukungan sosial dari keluarga dan teman-teman sangat

    penting, kelompok pendukung dapat dibentuk untuk membantu memahami

    kepatuhan terhadap program pengobatan.

    4. Perubahan model terapi

    Program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan pasien

    terlihat aktif dalam pembuatan program tersebut :

    a. Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien.

    b. Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien

    setelah memperoleh informasi diagnosa.

    5. Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien

    Suatu hal penting untuk memberikan umpan balik pada pasien setelah

    memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien menbutuhkan penjelasan

    tentang kondisi saat ini, apa penyebabnya dan apa yang dapat mereka lakukan

    dengan kondisi seperti itu. Suatu penjelasan tentang penyebab penyakit dan

    bagaimana pengobatannya, dapat membantu meningkatkan kepercayaan

    pasien. Untuk melakukan konsultasi dan selanjutnya dapat membantu

    meningkatkan kepatuhan.

    2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan

    (Carpenito, 2000 dalam Bragista Guntur, 2016) berpendapat bahwa factor-

    faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat

    berpengaruh positif sehingga penderita tidak mampu lagi mempertahankan

  • 14

    kepatuhannya, sampai menjadi kurang patuh dan tidak patuh. Adapun factor-

    faktor yang mempengaruhi kepatuhan diantaranya :

    a. Faktor Intrinsik

    Faktor intrinsic adalah factor yang tidak perlu rangsangan dariluar, yang

    berasal dari diri sendiri, yang terdiri dari :

    1. Motivasi

    Motivasi adalah daya yang menggerakkan manusia untuk berprilaku

    (Irwanto dkk, 1998 dalam Ninda fauzi, 2015).

    2. Keyakinan, Sikap dan Kepribadian

    Blumental (1982) cit Niven (2002) telah menyelidiki tentang

    hubungan antara pengukuran kepribadian dengan kepatuhan. Orang-

    orang yang tidak patuh adalah orang-orang yang lebih mengalami

    depresi, ansietas, memiliki kekuatan ego yang lemah dan yang kehidupan

    socialnya lebih memusatkan perhatian kepada dirinya sendiri. Ciri-ciri

    kepribadian yang disebutkan diatas itu yang menyebabkan seseorang

    cenderung tidak patuh (Drop Out) dari program pengobatan.

    3. Pendidikan

    Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan pasien sepanjang

    bahwa pendidikan tersebut adalah pendidikan yang aktif seperti

    penggunaan buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri (Niven,

    2002).

  • 15

    4. Pemahaman Terhadap Intruksi

    Tidak seorang pun dapat memahami intruksi jika dia salah paham

    tentang intruksi yang diberikan kepadanya. Kadang-kadang hal ini

    disebabkan oleh kegagalan keprofesionalan kesehatan dalam

    memberikan informasi yang tepat, penggunaan istilah medis, dan

    memberikan banyak intruksi yang harus di ingat pasien (Niven, 2002)

    b. Faktor Ekstrinsik

    Faktor ekstrinsik adalah fkctor yang perlu rangsangan dari luar, yang

    terdiri dari :

    1. Dukungan sosial

    Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

    keluarga yang lain, teman, dan uang merupakan faktor-faktor penting

    dalam kepatuhan. Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat

    berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan skor kesehatan individu

    serta dapat juga menentukan tentang program pengobatan yang dapat

    mereka trima. Keluarga juga member dukungan dan member keputusan

    mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit (Niven, 2002).

    2. Dukungan dari Profesional Kesehatan

    Dukungan ini merupakan faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan.

    Dukungan mereka terutama berguna saat pasien menghadapi bahwa

    perilaku yang sehat merupakan hal yang penting (Niven, 2002).

  • 16

    3. Kualitas Interaksi

    Kualitas interaksi antara professional kesehatan dengan pasien

    merupakan bagian yang penting dalam menentukan kepatuhan (Niven,

    2002).

    4. Perubahan Model Terapi

    Program-program kesehatan dapat dibuat sesederhana mungkin dan

    pasien terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut (Niven, 2002).

    2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan

    Ketidakpatuhan menurut (Rantucci, 2007 dalam Bragista Guntur, 2016)

    terjadi karena ketiga faktor, antara lain:

    1. Faktor pasien

    a. Ketidak seriusan pasien terhadap penyakitnya.

    b. Ketidakpuasan terhadap hasil terapinya.

    c. Kurangnya dukungan dari keluarga terkait pelaksanaan terapi.

    2. Faktor komunikasi

    a. Tingkat pengawasan tim kesehatan

    b. Kurang penjelasan yang lengkap, tepat, dan jelas.

    c. Interaksi dengan petugas kesehatan sedikit atau tidak sama sekali.

    3. Faktor perilaku

    a. Munculnya efek yang merugikan.

    b. Hambatan fisik atau biaya untuk mendapatkan obat.

  • 17

    2.1.6 Manfaat Kepatuhan

    Menurut (Widodo ,2004) manfaat dari kepatuhan yaitu :

    1. Keberhasilan pengobatan, diet sangat berarti dan mempunyai efek bagi

    penyembuhan.

    2. Menurunkan biaya perawatan, karena kepatuhan terhadap obat dan diet

    mempercepat perawatan sehingga tidak perlu lama-lama dirawat.

    3. Tingkat kesembuhan meningkat, karena kepatuhan minum obat dan diet

    mempunyai peluang untuk sembuh sangat besar.

    Sedangkan ketidakpatuhan memperlama masa sakit atau meningkatkan

    keparahan penyakit (Pratiwi, 2011).

    2.1.7 Kepatuhan dalam Diet Diabetes Mellitus

    Menurut (Hartono 1995 dari Esti Windusari 2013) kepatuhan diet DM

    adalah ketaat terhadap makanan dan minuman yang dikonsumsi pasien DM setiap

    hari untuk menjaga kesehatan dan mempercepat proses penyembuhan, diet ini

    berupa 3J yaitu tepat jadwal, tepat jenis dan tepat jumlah.

    2.2 Konsep Diet Diabetes Mellitus

    2.2.1 Pengertian Diet Diabetes Mellitus

    Dalam Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga (2009) keluaran

    Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) dalam Ninda Fauzi (2015), diet memiliki

    arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan seta minuman yang dilarang,

    dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk

    tujuan terapi penyakit yang diderita, kesehtan atau penurunan berat badan.

  • 18

    Diet diabetes mellitus adalah diet yang diberikan kepada penyandang

    diabetes mellitus, dengan tujuan membantu memperbaiki kebiasaan makan un tuk

    mendapatkan control metabolic yang lebih baik dengan cara menyeimbangkan

    asupan makanan dengan obat penurun glukosa oral maupuninsulin dan aktivitas

    fisik untuk mencapai kadar gula darah normal, mencapai dan mempertahankan

    kadar lipida dalam normal.

    Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita

    diabetes mellitus berdasarkan jumlah, jenis dan jadwal pemberian makan

    (Syahbudin,2007).

    2.2.2 Tujuan Diet Diabetes Mellitus

    Menurut Priyoto (2015) Tujuan dari terapi gizi pada penyakit Diabetes

    Mellitus adalah menyesuaikan makanan dengan kesangupan dari tubuh untuk

    menggunakannya, sehingga membantu penderita untuk :

    1. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal yang menjadi tujuan utama

    dalam terapi gizi ini, meskipun kadar gula darah yang benar-benar dalam

    kisaran normal sangat sulit untuk dipertahankan.

    2. Menurunkan gula darah urine menjadi negative.

    3. Memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat

    badan yang ideal bagi orang dewasa dan mencapai pertumbuhan dan

    perkembangan yang normal pada anak dan remaja.

    4. Menghindari dan menangani komplikasi akut orang dengan diabetes mellitus

    dan komplikasi kronik diabetes mellitus seperti penyakit ginjal, neuropatik

    diabetikum, hipertensi dan penyakit jantung.

  • 19

    2.2.3 Syarat-syarat Diet Diabetes

    Syarat-syarat yang diperlukan untuk diet Diabetes Mellitus (DM) menurut

    Priyoto (2015) adalah :

    1. Kebutuhan kalori disesuaikan dengan kelainan metabolic, umur, berat badan,

    tinggi badan, dan aktivitas tubuh.

    2. Jumlah hidrat arang disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam

    menggunakannya.

    3. Cukup protein, mineral, vitamin didalam makanan.

    2.2.4 Pengaturan Diet bagi Penderita Diabetes Mellitus

    Prinsip pengaturan makan pada diabetes mellitus hamper sama dengan

    anjuran makan untuk orang sehat masyarakat umumnya, yaitu makanan yang

    beragam bergizi dan berimbang atau lebih dikenal dengan gizi seimbang

    maksudnya adalah sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing

    individu. Hal yang sangat penting ditekankan adalah pola makan yang disiplin

    dalam hal Jadwal makan, Jenis dan jumlah makanan atau dikenal dengan istilah 3J

    (Priyoto, 2015). Prinsip pengaturan diet diabetes mellitus adalah 3J, yaitu :

    1. J 1 = Jadwal (Tepat Jadwal)

    Tepat jadwal sangat penting bagi penderita diet untuk pasien DM, karena

    memakan makanan yang tepat jadwal sudah sangat membantu menjaga kadar

    gula dalam darah. Tepat jadwal yang dimaksud disini adalah penderita harus

    mengikuti jadwal makanan yang sudah deprogram yaitu jadwal makan harus

    diikuti interval 3 jam. Yaitu 6x makan, yaitu 3x makan berat dan 3x makan

    selingan atau snack. Itu berarti jika pasien sudah sarapan, penderita tidak

  • 20

    boleh makan makanan yang berat seperti nasi dan kue sampai jadwal makan

    siang. Pasien hanya diperkenankan makan snack yang berupa potongan kecil

    makanan rendah karbohidrat dalam selang waktu 3 jam setelah sarapan dan 3

    jam setelah snack penderita boleh makan makanan utama lagi, begitu samapai

    makan malam. Pada malam hari tidak diperkenankan makan lagi setelah

    makan malam (Tjokroprawiro, 2007 dalam Ninda fauzi, 2015). Contoh

    jadwal makan pasien adalah makan pasien adalah sebagai berikut :

    a. Makan pagi atau sarapan dilakukan pada pukul 07.00

    b. Snack pertama dikonsumsi pada pukul 10.00

    c. Makan siang dilakukan pada pukul 13.00

    d. Snack kedua dikonsumsi pukul 16.00

    e. Makan malam dilakukan pukul 19.00

    f. Snack ketiga dikonsumsi pukul 21.00

    Usahakan makan tepat waktu. Apabila terlambat makan maka akan bisa

    terjadi hipoglikemia atau rendahnya gula darah. Hipoglikemia meliputi gejala

    seperti pusing, mual dan pingsan. Apabila terjadi hal seperti ini segera minum

    air gula atau the manis.

    2. J 2 = Jenis (Tepat Jenis)

    Ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari dalam melakukan

    diet. Untuk pasien diabetes mellitus bukan karena tidak enak namun karena

    makanan tersebut dapat membuat kadar gula darah naik secara drastis.

    Makanan-makanan yang harus dibatasi misalnya segala macam kue dan roti

    yang mengandung banyak gula, selai, es krim, permen, susu manis, buah-

  • 21

    buhan yang berasa manis dan tentu saja gula. Sementara itu makanan yang

    dianjurkan adalah banyak mengkonsumsi sayuran mentah, sayuran olahan

    dan buah-buahan yang tidak terlalu manis (Tjokroprawiro, 2007 dalam Ninda

    fauzi, 2015).

    3. J 3 = Jumlah (Tepat Jumlah)

    Bagi penderita DM, gula dalam darah mereka sudah sangat tinggi oleh

    sebab itu tubuh tidak membutuhkan banyak tambahan gula.Dan ketika pasien

    DM makan, maka kalori yang masuk harus tepat bagi pasien DM, maka

    jumlah makanan yang boleh dimakan harus tepat jumlahnya.Hal ini bisa

    dihitung dengan IMT (Index Masa Tubuh) yang didapat dengan membagi

    berat badan dan tinggi badan.Jika IMT tergolong kurus mengkonsumsi 40-60

    kalori/hari x berat badan.Jika normal bisa mengkonsumsi 30 kalori x berat

    badan.Untuk orang gemuk 20 kalori x berat badan. Untuk orang obesitas

    kalori yang diperbolehkan yaitu 10-15 kalori x berat badan (Tjokroprawiro,

    2007 dalam Ninda fauzi, 2015).

    Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT

    Klasifikasi Status Gizi Indek Masa Tubuh (IMT)(kg/m2)

    1. Kurus (Underweight) 23

    4. Resiko obesitas (At Risk) 23-24,9

    5. Obesitas I 25-29,9

    6. Obesitas II >30

    Sumber : Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) dalam Tjokroprawiro, 2007

    Menurut Priyoto (2015) pengaturan porsi makan sedemikian rupa

    sehingga asupan zat gizi tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan

    ringan atau sedang (5-10 kg) sudah terbukti dapat meningkatkan control

  • 22

    diabetes, walaupun berat badan idaman tidak tercapai. Penurunan berat badan

    dapat diusahakan dicapai secara baik dengan penurunan asupan energi

    moderat dan peningkatan pengeluaran energi.Dianjurkan pembatasan kalori

    sedang yaitu 250-500 kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.

    Komposisi makanan yang dianjurkan meliputi :

    1. Karbohidrat

    Rekomen dari ADA tahun 1994 lebih memfokuskan pada jumlah

    total karbohiodrat daripada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih

    liberal. Buah dan susu sudah terbukti mempunyai respon glikemik yang

    lebih rendah dari pada sebagian besar tepung-tepungan. Walaupun

    berbagai tepung-tepungan mempunyai respon glikemik yang berbeda,

    prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi

    daripada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk

    penderita diabetes mellitus di Indonesia :

    - 45-65% total asupan energy

    - Pembatasan karbohidrat tidak dianjurkan

  • 23

    - Fruktosa

  • 24

    yang mengandung fruktosa alami maupun konsumsi sejumlah sedang

    makanan yang mengandung pemanis fruktosa.

    Sorbotol, manitol dan xylitol adalh gula alcohol biasa mengandung 7

    kalori/gram menghasilkan respon glikemik lebih rendah daripada sukrosa

    dan karbohidrat lain. Penggunaan pemanis secara berlebihan dapat

    mempunyai pengaruh laktatif.Sakarin, aspartame adalah pemanis tak

    bergizi yang dapat diterima sebagai pemanis pada semua penderita DM.

    2. Serat

    Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama

    dengan untuk orang yang tidak diabetes yaitu dianjurkan mengkonsumsi

    20-35 gr serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di

    Indonesia anjurannya adalah kira-kira 25 gr/100 kalori/hari dengan

    mengutamakan serat larut air.

    3. Protein

    Menurut konsensun pengelolaan diabetes di Indonesia tahun 2006

    kebutuhan protein untuk diabetes 15-20% energy. Perlu penurunan

    asupan protein menjadi 0,8 g/kg berat badan / hari atau 10% dari

    kebutuhan energy dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan

    655 hendaknya bernilai biologis tinggi. Sumber protein yang baik adalah

    ikan, seafood, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, prpduk susu rendah

    lemak, kacang-kacangan dan tahu tempe.

  • 25

    4. Total lemak

    Anjuran nanjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20-25%

    energy.Lemak jenuh

  • 26

    pancreatitris, displipidemia atu neuropati mungkin perlu anjuran untuk

    mengurangi atau menghindari alcohol. Asupan kalori dari alcohol

    diperhitungkan sebagai bagian dari asupan kalori total dan sebagai

    penukar lemak (1 minuman alcohol sama dengan 2 penukar lemak).

    Pasien Diabetes Mellitus hendaknya bisa mengira-ngira porsi makan

    yang akan dimakan, berikut contoh jumlah makanan diet diabetes

    mellitus, antara lain:

    a. Karbohidrat

    Tabel 2.2 Daftar Sumber Karbohidrat

    Satuan penukar = 175 kalori, 4 g protein, 4 g karbohidrat

    Sebagian boleh dikonsumsi untuk pasien DM

    Bahan Makanan Ukuran Berat (g)

    Bihun ½ gelas 50

    Bubur beras 2 gelas 400

    Biscuit 4 buah besar 40

    Havermout 5 ½ sendok makan 50

    Kentang 2 biji sedang 210

    Krekers 5 buah besar 50

    Makaroni ½ gelas 50

    Mi kering 1 gelas 50

    Mi basah 2 gelas 50

    Nasi ¾ gelas 200

    Nasi tim 1 gelas 70

    Roti putih 3 potong sedang 120

    Singkong 1 potong 40

    Tepung sagu 7 sendok makan 40

    Tepung hunkwae 8 sendok makan 40

    Tepung singkong 8 sendok makan 40

    Talas 1 potong 125

    Tepung terigu 5 sendok makan 50

    Tepung maizena 10 sendok makan 50

    Tepung beras 8 sendok makan 50

    Ubi 1 biji 135

    Dinas Kabupaten Madiun, 2012

  • 27

    b. Protein hewani

    Tabel 2.3 Daftar Protein Hewani

    Satuan penukaran = 95 kalori, 10 g protein, 6 g lemak

    Bahan Makanan Ukuran Berat (g)

    Daging sapi

    Daging babi

    Daging ayam

    Hati sapi

    Didih sapi

    Babat

    Telur ayam biasa

    Telur bebek

    Ikan segar

    Ikan asin

    Udang basah

    Keju

    Bakso daging

    1 potong sedang

    1 potong kecil

    1 potong sedang

    1 potong sedang

    2 potong sedang

    2 potong sedang

    2 butir besar

    1 butir

    1 potong sedang

    1 mpotong sedang

    ¼ gelas

    1 potong besaer

    10 biji besar

    50

    25

    50

    50

    50

    60

    75

    60

    50

    25

    50

    30

    100

    Dinas Kabupaten Madiun, 2012

    c. Protein nabati

    Tabel 2.4 Daftar Sumber Protein nabati

    Satuan penukaran =80 kalori, 6 g protein, 3 g lemak

    Bahan Makanan Ukuran Berat (g)

    Kacang ijo

    Kacang kedelai

    Kacang merah

    Kacang tanah terkupas

    Kacang tolo

    Oncom

    Tahu

    Tempe

    2 ½ sendok makan

    1 ½ sendok makan

    2 ½ sendok makan

    2 sendok makan

    2 ½ sendok makan

    2 potong kasar

    1 biji besar

    2 potong kasar

    25

    25

    25

    20

    25

    50

    100

    50

    Dinas Kabupaten Madiun,2012

  • 28

    Daftar Menu Sayuran

    Untuk diet Diabetes Mellitus sayuran dibagi menjadi 3 kelompok,

    yaitu :

    1) Sayuran kelompok A

    Mengandung sedikit sekali protein dan hidrat arang. Sayuran

    ini boleh digunakan sekehendak tanpa diperhitungkan serta bebas

    dimakan kandungan kalorinya dapat diabaikan adalah :

    Tabel 2.5 Sayuran kelompok A

    Bahan Makanan

    Baligo

    Gambas

    Jamur kuping segar

    Ketimun

    Labu air

    Lobak

    Lettuce

    Lada air

    Slada

    Tomat

    Dinas Kabupaten Madiun, 2012

    2) Sayuran kelompok B

    Kelompok sayur ini agaknya dibatasi dalam pengkonsumsian

    bagi penderita dieabetes mellitus

    Satuan penukaran (100g) = 25 kalori, 1 g protein, 5 g karbohidrat

    Tabel 2.6 Sayuran Kelompok B

    Bahan Makanan

    Bayam

    Bin

    Boncis

    Caisim

    Daun pakis

    Daun waluh

    Jagung muda

    Jantung pisang

    Kangkung

    Kucai

    Kacang panjang

    Labu siam

    Labu waluh

    Pare

    Papaya muda

    Sawi

    Dinas Kabupaten Madiun, 2012

  • 29

    3) Sayuran kelompok C

    Kelompok sayuran ini sebaiknya dibatasi oleh penderita

    diabetes mellitus

    Satuan penukaran (100g) = 50 kalori, 3 g protein, 10 g

    karbohidrat

    Tabel 2.7 Sayuran Kelompok C

    Bahan Makanan

    Bayam merah

    Daun mlinjo

    Daun papaya

    Daun singkong

    Daun talas

    Kacang kapri

    Kluwih

    Mlinjo

    Nangka muda

    Toge kacang kedelai

    Dinas Kabupaten Madiun, 2012

    Daftar Menu Buah-buhan

    Dalam diet DM dibagi menjadi 2 golongan buah-buahan, yaitu :

    1) Golongan Buah-buahan A

    Golongan ini boleh dikonsumsi, satuan pengukuran 40 kalori, 10g

    karbohidrat.

    Tabel 2.8 Golongan Buah-buahan A

    Bahan makanan Ukuran Berat (g)

    Alpukat

    Pear

    Belimbing

    Jambu biji

    Jambu air

    Kedondong

    Papaya

    Pisang ambon,kapok

    Salak

    Semangka

    ½ buah besar

    ½ buah sedang

    1 buah besar

    1 buah besar

    1 buah besar

    1 buah besar

    1 potong sedang

    1 buah sedang

    1 buah besar

    1 potong besar

    50

    75

    125

    100

    100

    100

    100

    50

    75

    150

  • 30

    2) Golongan Buah-buahan B

    Golongan buah ini sebaiknya dihindari bagi penderita berdiet

    DM. satuan penukaran 40 kalori, 10 g karbohidrat.

    Table 2.9 tabel buah-buahan golongan B

    Bahan Makanan Ukuran Berat (g)

    Anggur

    Duku

    Durian

    Jeruk manis

    Mangga

    Nanas

    Nagka muda

    Pisang raja dan pisang susu

    Rambutan

    Sawo

    Sirsak

    Kelemgkeng

    10 biji

    15 buah

    3 biji

    2 buah sedang

    ½ buah sedang

    1/6 buah sedang

    3 biji

    2 buah kecil

    8 buah

    1buah sedamg

    ½ gelas

    10 biji

    75

    75

    50

    100

    50

    75

    50

    50

    75

    50

    75

    50

    Tabel 2.10 Contoh Pemberian Menu makan Diet DM

    Menu pagi pukul 07.00 Menu siang pukul 13.00 Menu malam pukul 19.00

    a. Nasi ¾ gelas atau 200g

    b. Sayur bayam c. Tempe 2 potong besar

    atau 50g

    d. Tahu 1 biji besar atau 100g

    e. Daging sapi 1 potong sedang atau 50g

    f. Daging ayam 1 potong sedang atau 50g

    a. Nasi ¾ gelas atau 200g

    b. Sayur daun singkong c. Tempe 2 potong besar

    atau 50g

    d. Tahu 1 biji besar atau 100g

    e. Daging sapi 1 potong sedang atau 50g

    f. Daging ayam 1 potong sedang atau 50g

    a. Nasi ¾ gelas atau 200g

    b. Sayur bayam c. Tempe 2 potong

    besar atau 50g

    d. Tahu 1 biji besar atau 100g

    e. Daging sapi 1 potong sedang atau

    50g

    f. Daging ayam 1 potong sedang atau

    50g

    2.2.5 Pengaruh Diet Terhadap Kadar Gula Darah

    Diabetes mellitus merupakan kelainan pengolahan karbohidrat dalam

    tubuh yang disebabkan oleh kurangnya hormone insulin, sehingga karbohidrat

  • 31

    tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi tenaga. Akibatnya,

    karbohidrat yang ada didalam tubuh dalam bentuk glukosa dalam darah.

    Peningkatan prevalensi diabetes mellitus, selain dari faktor keturunan juga

    berkaitan dengan gaya hidup yaitu asupan makanan yang berlebihan dan

    kurangnya olahraga (Dewi, 2009).

    Konsensus pengolahan dan pencegahan DM di Indonesia (2006)

    mengungkapkan 4 pilar utama dalam pengelolaan penyakit Diabetes mellitus

    adalah Edukasi, Terapi gizi medis, Latihan jasmani, dan Intervensi Farmakologis.

    Tujuan dari 4 pilar tersebut ialah menjaga kadar gula darah (glukosa) darah tetap

    pada tingkat normal (tidak terjadi hipoglikemia/hiperglikemia). (Devi,2008).

    Terapi gizi merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan

    diabetes.Kepatuhan pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan

    merupakan kendala utama pada pasien diabetes mellitus. (Waspanji 2009 dalam

    Een 2013). Kepatuhan dalam menjalankan diet merupakan harapan dari setiap

    penderita diabetes mellitus. Hal ini berarti bahwa setiap penderita diabetes

    mellitus harus mampu menjalankan anjuran dokternya agar penyakit diabetes

    mellitus tetap terkontrol. Dalam prakteknya kepatuhan diartikan sebagai tingkat

    pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokter

    atau paramedis, sebagaimanan ketentuan yang disarankan pada penderita diabetes

    mellitus yang mengalami kegagalan pengobatan , hal ini dapat disebabkan oleh

    berbagai faktor diantaranya tidak menjalani diet dengan baik (Tjokroprawiro

    dalam Fahrun dan Rustini,2010).

  • 32

    Ketidakpatuhan terhadap pengaturan diet pasien DM disebabkan oleh

    beberapa factor antara lain pendidikan, pengetahuan, kejenuhan dalam pengobatan

    dan keinginan untuk sembuh sehingga mengakibatkan komplikasi. Oleh karena itu

    maka diet Diabetes Mellitus harus diakukan sesuai program yang dianjurkan.

    Pasien harus belajar keterampilan khusus untuk merawat diri sendiri setiap hari

    guna menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah mendadak,

    disamping itu juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya hidup untuk

    menghindari komplikasi diabetic jangka panjang (Brunner & Suddaerth,2002)

    Ketidakpatuhan diet merupakan masalah yang sangat berat. Karena

    ketidakpatuhan diet, kadar gula darah akan meningkat. Untuk itu, bagi penderita

    diabetes mellitus dianjurkan untuk mematuhi terapi diet yang disingkat 3J yaitu

    tepat jadwal, tepat jumlah dan tepat jenis. Kepatuhan diet merupakan aspek

    penting untuk keberhasilan dalam menjalankan dan mengendalikan kadar gula

    darah. Dengan demikian pasien DM harus mengikuti dan mematuhi program

    penatalaksanaan diet sesuai dengan ketentuan dari tim kesehatan agar tercapai

    control metabolic yng optimal, karena kepatuhan pasien terhadap diet adalah

    komponen utama keberhasilan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus

    (Misnadiarly, 2006 dalam Nindafauzi, 2015)

  • 33

    2.3 Konsep Kadar Gula Darah

    2.3.1 Definisi Kadar Gula Darah

    Gula darah merupakan istilah yang mengacu pada kadar atau banyakanya

    kandungan gula did alam sirkulasi darah di dalam tubuh. Gula di dalam tubuh

    sebenarnya terdapat dalam beberapa bentuk.Gula yang ada di dalam darah disebut

    glukosa, yakni bentuk gula yang paling sederhana.Selain glukosa, terdapat

    glikogen.Glikogen adalah gula dalam bentuk yang lebih kompleks biasa

    ditemukan di hati dan otot yang fungsinya sebagai cadangan makanan.Kadar

    glukosa darah adalah jumlah atau konsentrasi glukosa yang terdapat dalam darah

    (Qurratuaeni, 2009).Kadar glukosa pada orang normal berlangsung konstan,

    karena pengaturan karbohidrat yang baik.Seorang penderita diabetes harus

    melakukan pengobatan sedini dan sebaik mungkin hal ini sangat erat kaitannya

    dengan sifat penyakit diabetes yang berlangsung kronik progresif, yaitu

    berkembang lambat namun tidak bisa berhenti seumur hidup. Kadar gula darah

    yang tinggi secara terus menerus akan menyebabkan komplikasi yang serius.

    Kenaikan kadar gula darah menyebabkan penyempitan seluruh pembuluh

    darah. Akibatnya organ-organ tubuh menjadi layu dan fungsinya mengalami

    kemunduran. Pada akhirnya, organ-organ tubuh akan mengalami kerusakan total

    (Noviyanti, 2015).

    2.3.2 Pemeriksaan Kadar Glukosa Darah

    Menurut ADA (2014), ada berbagai cara yang biasa dilakukan untuk

    memeriksa kadar glukosa darah, di antaranya :

  • 34

    1. Tes Glukosa Darah Puasa

    Tes glukosa darah puasa mengukur kadar glukosa darah setelah tidak

    mengkonsumsi apa pun kecuali air selama 8 jam. Tes ini biasanya dilakukan

    pada pagi hari sebelum sarapan.

    2. Tes Glukosa Darah Sewaktu

    Kadar glukosa darah sewaktu disebut juga kadar glukosa darah acak atau

    kasual. Tes glukosa darah sewaktu dapat dilakukan kapan saja.Kadar glukosa

    darah sewaktu dikatakan normal jika tidak lebih dari 200 mg/dL.

    3. Uji Toleransi Glukosa Oral

    Tes toleransi glukosa oral adalah tes yang mengukur kadar glukosa darah

    sebelum dan dua jam sesudah mengkonsumsi glukosa sebanyak 75 gram yang

    dilarutkan dalam 300 mL air.

    4. Uji HBA1C

    Uji HBA1C mengukur kadar glukosa darah rata-rata dalam 2 – 3 bulan

    terakhir. Uji ini lebih sering digunakan untuk mengontrol kadar glukosa darah

    pada penderita diabetes.

    2.3.3 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus

    Untuk dapat mencegah terjadinya komplikasi kronik, diperlukan

    pengendalian Diabetes Mellitus yang baik yang merupakan sasaran terapi.

    Diabetes terkendali baik, apabila kadar glukosa darah mencapai kadar yang

    diharapkan serta kadar lipid dan A1C juga mencapai kadar yang diharapkan,

    demikian status gizi dan tekanan darah.

  • 35

    Tabel 2.11 Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus menurut PERKENI 2011

    Baik Sedang Buruk

    Glukosa darah puasa (mg/dL) 80-100 100-125 ≥ 126 Glukosa darah 2 jam setelah

    makan/postprandial (mg/dL)

    80-144 145-179 ≥ 180

    A1c (%) 8

    Kolestrol total (mg/dL) 50

    Trigliserida (mg/dL) 130-140/>80-90

    >140/90

    Sumber : PERKENI, 2011

    Ket : Angka diatas adalah hasil pemeriksaan plasma vena

    Perlu konversi nilai kadar glukosa darah dari darah kapiler darah utuh

    keplasma vena.

    Untuk pasien berumur ≥ 60 tahun dengan komplikasi, sasaran kendali

    kadar glukosa darah dapat lebih tinggi dari biasa (puasa 100-125 mg/dL, dan

    sesudqah makan 145-180 mg/dL). Demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dan

    lain-lain mengacu pada batasan kriteria pengendalian sedang hal ini dilakukan

    mengigat kemungkinan sifat-sifat khusus pasien lansia juga untuk mencegah

    kemungkinan timbulnya ekek samping hipoglikemi dan interaksi obat.

    2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kadar Gula Darah

    1. Faktor Internal

    a. Penyakit dan stress

    Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau bakteri

    tertentu, merangsang produksi hormone tertentu yang secara langsung

    berpengaruh pada KGD (Tandra, 2008 dalam Qurratuaeni, 2009).

  • 36

    Stress adalah suatu keadaan batin yang diliputi rasa kekhawatiran

    akibat perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang

    berlebihan, cemas dan berbagai tekanan yang merusak keseimbangan

    tubuh (Helmawati, 2015). Bila stress menetap respon stress akan

    melibatkan hipotalamus puitutary. Hipotalamus mensekresi

    corticotrophin realeasing factor, yang menstimulasi pituitary anterior

    untuk memproduksi adrenocorticotropin hormone (ACTH) kemudian

    ACTH menstimulasi pituitary anterior untuk memproduksi

    glukokortikoid, terutama kortisol. Peningkatan kortisol akan

    mempengaruhi peningkatan kadar gula darah (Qurratuaeni, 2009).

    Selain itu kortisol juga dapat meninsibisi ambilan glukosa oleh sel

    tubuh (Individual Wellbeing Diagnostic Laboratories 2008 dalam

    Qurratuaeni, 2009)

    b. Obesitas

    Obesitas adalah suatu penyakit yang multifaktorial (dipengaruhi

    banyak factor), kronik, dan dianggap merupakan suatu penyakit

    epidemic yang menglobal.Obesitas meningkatkan resiko Diabetes

    Mellitus Tipe 2 lebih besar dari factor resiko lainnya.Pada orang

    dengan obesitas, ditemukan kdar asam lemak bebas yang tinggi dalam

    darah.Hal ini disebabkan oleh meningkatnya pecahnya trigliserida

    (proses lipolisis) di jaringan lemak. Pada keadaan normal otot akan

    menggunakan glukosa dalam darah untuk menghasilkan energy.

    Namun, karena banyakanya asam lemak bebas dalam darah maka

  • 37

    menyebabkan otot melakukan oksidasi asam lemak, hal inilah yang

    kemudian menghambat pengambilan glukosa oleh otot sehingga

    terjadilah hiperglikemia (Helmawati, 2015)

    c. Makanan

    Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam pembentukan

    ATP.Selama pencernaan, banyak zat gizi yang diabsorsi untuk

    memenuhi kebutuhan energi tubuh sampai makanan berikutnya. Di

    dalam makanan yang dikonsumsi, terkandung karbohidrat, lemak, dan

    protein (Tandra, 2008 dalan Qurratuaeni, 2009). Pada pasien Diabetes

    Mellitus Tipe 2 memiliki kemampuan tubuh yang terbatas mengatur

    metabolisme hidrat arang dan jika toleransi dilampaui, pasien akan

    mengalami glukosuria dan ketonuria yang ada akhirnya dapat menjadi

    ketoasidosis, maka pembatasan kandungan hidrat arang dalam diet

    pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 harus dilakukan (PERKENI, 1998

    dalam Qurratuaeni, 2009)

    d. Latihan fisik dan Olahraga

    Olahraga mengaktivasi ikatan dan reseptor insulin di membrane

    plasma sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Manfaat

    latihan fisik adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan

    meningkatakan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki

    pemakaian insulin, memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otit,

    mengubah kadar lemak darah yaitru meningkatakan kadar HDL-

    kolestrol dan menurunkan kadar kolestrol toral sera trigliserida

  • 38

    (Sudoyo et al, 2009 dalam Aulia, 2016). Pada studi yang lain

    dikatakan bahwa pasien DM Tipe 2 terjadi penurunan kapasitas

    mitokondria pada otot skeletal yang menyebabkan peningkatan resiko

    gangguan fisik dan aktifitas fisik atau olahraga dapat memperbaiki

    kondisi tersebut (Tolendo et al, 2007 dalam Aulia, 2016).

    Prinsip latihan fisik pasien DM pada umumnya sama saja

    dengan prinsip latihan jasmani pada umumnya, yaitu mengikuti

    F,I,D,J yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

    F : Frekuensi 3-5 kali/minggu secara teratur

    I : Intensitas ringan dan sedang (60-70% Maximum Heart Rate)

    D : Durasi 30-60 menit setiap melakukan latihan jasmani

    J : Jenis latihan fisik yang dianjurkan adalah aerobic yang bertujuan

    untuk meningkatkan stamina seperti jalan, jogging, berenang,

    senam berkelompok atau aerobic dan bersepedah (Damayanti,

    2015)

    e. Perawatan baik dengan OHO maupun dengan insulin

    Cara kerja Obat Hipoglikemik Oral (OHO) pada umumnya

    merangsang sel beta pancreas untuk mengeluarkan insulin atau

    mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga dapat menurunkan

    kadar glukosa darah (Soegondo, 1995 dalam Qurratuaeni, 2009).

    Sedangkan tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah

    normal atau mendekati normal. Pada DM Tipe 2, insulin terkadang

    diprlukan sebagai terapi jangka panjang untuk mengendalikan kadar

  • 39

    glukosa darah jika dengan diet, latihan fisik dan Obat Hipoglikmik

    Oral (OHO) tdak dapat menjaga kadar gula darah dalam rentang

    normal ( Damayanti, 2015)

    f. Usia

    Faktor usia merupakan faktor yang tidak bisa dimodifikasi atau

    di rekayasa. Sesorang yang menderita DM apabila memiliki luka akan

    lama atau sulit sembuhnya, dikarenakan semakin bertambahnaya usia

    semakin membuat kondisi tubuh berkurang vitalitasnya salah satunya

    berkurangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki.

    g. Pemantauan (Monitoring)kadar gula darah

    Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri atau Self-

    Monitiring Blood Glucose (SMBG) memungkinkan untuk deteksi dan

    mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, pada akhirnya akan

    mengurangi komplikasi diabetic jangka panjang. Pemeriksaan ini

    sangat dianjurkan bagi pasien dengan penyakit DM yang tidak stabil,

    kecenderungan untuk mengalami ketosis berat, hiperglikemia dan

    hipoglikemia tanpa gejala dengan ringan.Kaitanya dengan pemberian

    insulin, dosis insulin yang diperlukan pasien ditenukan oleh kadr

    glukosa darah yang akurat. SMBG telah menjadi dasar dalam

    memberikan terapi insulin (Damayanti, 2015)

  • 40

    2. Faktor Eksternal

    a. Pendidikan

    Pendidikan adalah salah satu upaya persuasi atau pembelajaran

    kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan untuk

    memelihara atau mengatasi masalah-masalah, dan meningkatkan

    kesehatanya.Pendidikan mempunyai kaitan yang tinggi terhadap

    perilaku pasien untuk menjaga dan meningkatkan kesehatanya.

    Pendidikan bagi pasien DMT2 berhubungan dengan perilaku pasien

    dalam melakukan pengendalian kadar glukosa darah agar tetap stabil.

    Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan waktu

    yang lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama karena

    didasari oleh kesadaran sendiri ( Qurratuaeni, 2009)

    b. Pengetahuan

    Pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya tindakan seseorang sebelum seseorang mengadopsi

    perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses

    (Rogers 1994 dalam Qurratuaeni 2009). Pasien DM tipe 2 akan

    mampu melakukan pengendalian kadar gula darah (KGD) dengan baik

    apabila didasari dengan pengetahuan mengenai penyakit DM, baik

    tanda dan gejala serta penatlaksanaannya (Qurratuaeni, 2009)

  • 41

    2.4 Konsep Diabetes Mellitus

    2.4.1 Pengertian Diabetes Melitus

    Menurut Helmawati (2015) penyakit Diabetes atau diabetes mellitus atau

    sering juga disebut sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula adalah

    penyakit yang disebabkan oleh kelainan yang berhubungan dengan hormone

    insulin. Kelainan yang dimaksud berupa jumlah produksi hormone insulin yang

    kurang karena ketidakmampuan organ pancreas menproduksinya atau sel tubuh

    tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan organ pancreas secara

    baik. Akibat dari kelainan ini, maka kadar gula (glukosa) didalam akan meningkat

    tidak terkendali. Kadar gula darah yang tinggi terus menerus akan meracuni tubuh

    termasuk organ-organnya. Pengaruh jangka pendek dari peningkatan kadar gula

    darah mungkin tidak begitu terlihat. Namun, dalam jangka panjang peningkatan

    kadar gula dalam darah ini bisa mengakibatakan kondisi-kondisi tubuh yang tidak

    menguntungkan. Kadar gula darah yang tinggi akan menyebabkan fungsi sel-sel

    tubuh menurun.

    DM merupakan penyakit kronik, progresif yang dikarakteristikan dengan

    ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolism karbohidrat, lemak dan

    protein awal terjadinya hyperglikemia (kadar gula yang tinggi dalam darah (Black

    & Hawk 2009 dalam Damayanti 2015).

    Dewasa ini diketahui bahwa DM bukan hanya dianggap sebagai gangguan

    metabolism karnohidrat, namun juga menyangkut tentang metabolism protein dan

    lemak yang diikuti dengan komplikasi-komplikasi yang bersifat menahun

    terutama yang menimpa struktur dan fungsi pembuluh darah.Gejala khas pada

  • 42

    penderita DM berupa poliuria (kencing berlebih), polidipsia (haus berlebih),

    lemas dan berat badan turun meskipun nafsu makan meningkat (polifagia). Gejala

    lain yang mungkin dirasakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan

    impoten pada pasien pria serta priuritis pada pasien wanita.

    2.4.2 Etiologi Diabetes Mellitus

    Menurut Padila (2012) Etiologi dari Penyakit Diabetes Mellitus yaitu :

    1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM/Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

    a. Faktor genetik

    Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes mellitus tipe 1 itu sendiri,

    tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah

    terjadinya DM Tipe 1.

    b. Faktor imunologi

    Adanya respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana

    antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

    terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai

    jaringan asing.

    c. Faktor lingkungan

    Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang

    menimbulkan distruksi sel beta.

    2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM/Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus)

    Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan

    gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Faktor

    genetic memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

  • 43

    Faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe

    2, di antaranya adalah :

    a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia 65 tahun)

    b. Obesitas

    c. Riwayat keluarga

    2.4.3 Klasifikasi Diabetes Mellitus

    1. DM Tipe 1/DMT1 (DM tergantung Insulin)

    Diabetes tipe 1 merupakan suatu keadaan ketika tubuh sudah sama

    sekali tidak dapat memproduksi hormone insulin. Hal itu menyebabkan

    penderita harus menggunakan suntikan insulin dalam mengatur gula

    darahnya. DMT1 terjadi ketika sel pancreas yang mengeluarkan insulin

    (sel beta di pulau-pulau langerhans) berhenti bekerja. Dengan insulin

    melalui injeksi, biasanya tipe ini muncul sebelum umur 40 tahun dan

    sebagian besar penderitanya adalah anak-anak dan remaja (Noviyanti,

    2015)

    2. DM Tipe 2/DMT2 (DM tidak tergantung Insulin)

    Diabetes tipe 2 ini9 juga dikenal sebagai “diabetes serangan Lambat”

    atau “diabetes yang tidak tergantung pada insulin” walaupun faktanya ada

    beberapa pederita DMT2 ini diobati dengan insulin. Jenis diabetes yang

    paling umum terjadi adalah jenis DMT2 sekitar 80% pengidap diabetes di

    Indonesia menderita tipe ini.Diabetes ini terjadi karena tubuh tidak

    memproduksi hormone insulin yang mencukupi atau insulin tidak dapat

    digunakan dengan baik (resistensi insulin) tipe ini merupakan yang

  • 44

    terbanyak diderita saat ini sekitar 90% lebih. Diabetes Tipe 2 biasanya

    berkembang dari hari kehari dan terutama terjadi pada orang yang

    memiliki kelebihan berat badan dan biasanya juga karena faktor keturunan

    (Noviyanti, 2015)

    3. Diabetes pada kehamilan (Gestasional diabetes)

    Menurut Porth (2007) dalam Damayanti (2015) diabetes kehamilan

    terjadi pada intoleransi glukosa yang diketahui selama kehamilan

    pertama.Jumlah glukosa sekitar 2-4% kehamilan. Wanita dengan diabetes

    kehamilan akan mengalami peningkatan resiko diabetes setelah 5-10

    tahun melahirkan.

    4. DM Tipe lain (Other Spesific types)

    Menurut Porth (2007) dalam Damayanti (2015), DM Tipe lain

    (Other Spesific types) merupakan gangguan endokrin yang menimbulkan

    hiperglikemia akibat peningkatan produksi glukosa hati atau penurunan

    penggunaan glukosa oleh sel.

    2.4.4 Karakteristik Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2

    Tabel 2.12 Karakteristik Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2

    Tipe 1 Tipe 2

    Usia Biasanya < 30 tahun Biasanya >40 tahun

    Kecepatan Biasanya cepat Biasanya bertahap

    Berat badan Normal atau kurus

    (kurang gizi) selalu

    mengalami kehilangan

    berat badan

    80% overweight

    Hereditas • Berhubungan dengan Specific Human

    Leukocyte antigen

    (HLA)

    • Penyakit Autoimun

    • Tidak berhubungan dengan Specific

    Human Leukocyte

    antigen (HLA)

    • Tidak ada bukti

  • 45

    • Kemungkinan dipicu oleh inveksi virus

    picuan infeksi virus

    Insulin Sekresi pada awal

    gangguan muncul

    kemudian atau tidak ada

    sama sekali

    Terjadi defisiensi atau

    resistensi insulin

    Ketosis Umum terjadi Langka/jarang terjadi

    Frekuensi 15% dari kejadian 85% dari kejadian

    Komplikasi Umum terjadi Umumnya muncul saat

    terdiagnosis

    Treatment Insulim, diet dan olahraga Diet, OHO, olahraga

    dan insulin

    Sumber : Dunning 2003 dalam Damayanti 2015

    2.4.5 Faktor-faktor Resiko Diabetes Mellitus

    Menurut Sudoyo (2006) dalam Damayanti (2015), faktor-faktor resiko

    terjadinya DM antara lain :

    1. Faktor keturunan (genetic)

    Riwayat keluarga dengan DM tipe 2, akn mempunyai peluang

    menderita DM sebesar 15% dan mengalami intoleransi glukosa yaitu

    ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal sebesar

    30%. Faktor genetic dapat langsung mempengaruhi sel beta dan dapat

    langsung mengubah kemampuannya untuk mengenali dan menyebarkan

    rangsangan sekretoris insulin.Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu

    tersebut terhadap faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas

    dan fungsi sel beta pancreas. Secara genetic risiko DM Tipe 2 meningkat

    pada saudara kembar monozigotik seorang DM tipe 2, ibu dari neonates yang

    beratnya lebih dari 4 kg, individu dengan gen obesitas, rasa tau etnis tertentu

    yang mempunyai insiden tinggi terhadap DM (Price & Wilson 2002 dalam

    Damayanti, 2015)

  • 46

    2. Obesitas

    Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan >20% dari berat

    ieal atau BMI (Body Mass Index) >27kg/m2. Kegemukan menyebabkan

    berkurangnya jumlah reseptir yang dapat bekerja didalam sel pada otot

    skeletal dan jaringan lemak.hal ini dinamakan resistensi insulin perifer

    (Damayanti, 2015)

    3. Usia

    Faktor usia yang resiko menderita DM tipe 2 adalah usia diatas 30

    tahun, hal ini karenan adanya perubahan antomis, fisiologis dan biokimia.

    Perubahan dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat organ

    yang dapat mempengaruhi homeostasis. Setelah seseoran mencapai umur 30

    tahun maka kadar gula darah naik 1-2mg% tiap tahun saat puasa dan akan

    naik 6-13% pada saat 2 jam setelah makan, berdasarkan hal tersebut umur

    merupakan faktor utama terjadinya kenaikan relevansi diabetes serta

    gangguan toleransi glukosa (Sudoyo, et al, 2009 dalam Damayanti, 2015)

    4. Tekanan Darah

    Seseorang yang beresiko menderita DM adalah yang mempunyai

    tekanan darah tinggi (Hypertensi) yaitu tekanan darah >140/90mmHg.Pada

    umumnya pada diabetes mellitus menderita juga hipertensi. Hipertensi yang

    tidak dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan

    kelianan kardiovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah dapat dikontrol

    makan aan memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang

    disertai pengelolaan hipoglikemia yang terkontrol (Damayanti, 2015)

  • 47

    5. Aktivitas fisik

    Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada DM

    tipe 2 (Soegondo, Soewondo & subekti, 2009).Aktifitas fisik berdampak

    terhadap aksi insulin pada orang yang beresiko DM. Suyono dalam Soegondo

    (2007) menjelaskan bahwa kurangnya aktivitas merupakan salah satu faktor

    yang ikut berperan yang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe 2.

    6. Kadar Kolestrol

    Dalam proses terjadinya pelepasan asam asam lemak bebas secara

    cepat yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar .sehingga

    menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas

    dihati, sehingga kemampuan hai untuk meningkat dan menghekstrak insulin

    dari darah menjadi berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia.

    Akibatnya adalah peningkatan glukonesis dimana glukosa darah meningkat.

    7. Stress

    Stress memicu terjadinya reaksi biokimia melalui sitem neural dan

    neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi

    sitem saraf simpatis yang diikuti oleh sekresi simpatis-adrenal-medular dan

    bila stress menetap maka system hipotalamus mensekresi corticotrophin-

    releasing factor, yang menstimulasi pituitary anterior memproduksi

    adenocorticitropin hormone (ACTH). ACTH menstimulasi produk kortisol,

    yang akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah (Smelzer&Bare,

    2008).

  • 48

    8. Riwayat diabetes gestasional

    Wanita yang memiliki riwayat diabetes gestasinal mempunyai resiko

    untuk menderita DM tipe 2. Hal ini terjadi karena ibu gagal mempertahankan

    euglikemia (kadar glukosa darah normal). Faktor resiko DM gestasinal adalah

    riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria.

    2.4.6 Manifestasi Klinis dan Tanda Gejala Diabetes Mellitus

    Menurut Tjokoprawiro (2007) dalam Ninda fauzi (2015) manifestasi klinis

    dari diabetes mellitus daiantaranya :

    1. Fase kompensasi

    Pada fase ini penderita menunjukan beberapa gejala klinis DM yang

    klasik diantaranya : mual-mual, polifagia, polidpsi, dan berat badan naik.

    2. Fase dekompensasi (denkompensasi pancreas)

    Apabila keadaan tidak segera diobati, penderita akan masuk fase

    dekompensasi, dengan gejala klasik : poliuria, polidipsi dan pasien yang

    muka mulanya berat badan naik menjadi turun. Ketiga gejala diatas tersebut

    pula “TRIAS SINDROM DIABETES AKUT” (poliuria, polidipsi dan berat

    badan menurun).Bhkan apabila tidak segera diobati dapat disusul dengan

    mual muntah dan ketoasidosis diabetic.

    Sementara itu Tanda dan gejala dari Diabetes mellitus menurut

    Tjokoprawiro (2007) dan Hans Tandra (2008) diantaranya :

    1. Poliuria (banyak kencing)

    2. Polidipsi (banyak minum)

    3