skripsi pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai …repository.stikes-bhm.ac.id/181/1/25.pdf ·...

111
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN Oleh : DEVI PURWATI NIM : 201302070 PRODI S1 KEPERAWATAN STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017

Upload: others

Post on 24-Oct-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • SKRIPSI

    PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI

    GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK

    PRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI

    DI RSUD KOTA MADIUN

    Oleh :

    DEVI PURWATI

    NIM : 201302070

    PRODI S1 KEPERAWATAN

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2017

  • ii

    SKRIPSI

    PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI

    GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK

    PRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI

    DI RSUD KOTA MADIUN

    Diajukan untuk memenuhi

    Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

    Sarjana Keperawatan (S.Kep)

    Oleh :

    DEVI PURWATI

    NIM : 201302070

    PRODI S1 KEPERAWATAN

    STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

    2017

  • v

    PERSEMBAHAN

    Dengan segala puja dan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan

    atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini

    dapat dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh

    karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa

    syukur dan terimakasih saya kepada:

    Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini

    dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak

    terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan

    segala do’a.

    Bapak dan Ibu saya, yang telah memberikan dukungan moril maupun

    materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada

    kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain

    do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan

    pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu

    terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak ibuku.

    Pratu Amyrul M, kupersembahkan karya kecil ini buatmu. Terimakasih

    atas perhatian, kesabaran, dan terimakasih telah memberikanku

    semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

    Sahabat tercintaku “Anindyah,Anita,Defri,dan Ella”, terimakasih atas

    doa, nasehat, bantuan, hiburan, semangat yang kalian beri selama ini,

    aku tak akan melupakan kalian “LOVE YOU SO MUCH”.

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : DEVI PURWATI

    Nim : 201302070

    Judul Skripsi :

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini adalah hasil

    pekerjaan saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan

    dalam memperoleh gelar (sarjana) di suatu perguruan tinggi daan lembaga

    pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang

    sudah maupun belum/tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan

    dan daftar pustaka.

    Madiun, 9 Agustus 2017

    Yang membuat pernyataan,

    DEVI PURWATI

    PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN

    MEWARNAI GAMBAR TERHADAP TINGKAT

    KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH SELAMA

    HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN

  • vii

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : DEVI PURWATI

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Tempat dan Tanggal Lahir : Magetan, 05 Desember 1994

    No. Hp : 085785978299

    Riwayat Pendidikan :

    2001 – 2007 : 1. SDN Gebyog 2

    2007 – 2010 : 2. SMP Negeri 2 Karangrejo

    2010 – 2013 : 3. SMA PGRI 1 Maospati

    2013 – Sekarang : 4. STIKES Bhakti Husada Mulia

    Madiun

    Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja

  • viii

    ABSTRAK

    PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR

    TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH SELAMA

    HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN

    Devi Purwati

    Hospitalisasi merupakan kondisi dimana anak mengalami sakit dan harus

    dirawat di rumah sakit. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah

    kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Salah

    satu dari terapi bermain adalah mewarnai gambar. Mewarnai adalah terapi untuk

    mengurangi stress dan kecemasan anak serta meningkatkan komunikasi pada

    anak. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pemberian terapi bermain

    mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah selama

    hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.

    Jenis penelitian ini menggunakan metode Pra-Eksperimental dengan

    pendekatan One Group Pra-Post Test Design. Sampel penelitian berjumlah 21

    anak usia prasekolah pada bulan Juli 2017, dengan menggunakan teknik sampling

    Total Sampling dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Analisa data

    menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan derajat signifikansi α 0,05.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dilakukan terapi bermain

    mewarnai gambar sejumlah 11 anak (52,4%) mengalami kecemasan sedang.

    Setelah dilakukan terapi bermain mewarnai gambar sejumlah 15 anak (71,4%)

    mengalami kecemasan ringan. Hasil analisa dari penelitian ini didapatkan bahwa

    nilai P value = 0,000 (p < α 0,05) yang mempunyai makna terdapat pengaruh

    pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak

    prasekolah selama hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.

    Diharapkan khususnya tenaga perawat dapat menerapkan terapi bermain

    mewarnai gambar ini sebagai upaya untuk mengurangi tingkat kecemasan anak

    usia prasekolah.

    Kata Kunci : Terapi bermain, Mewarnai Gambar, Tingkat Kecemasan,

    Hospitalisasi.

  • ix

    ABSTRACT

    THE EFFECT OF GRANTING OF PLAY THERAPY COLORING

    PICTURES AGAINST ANXIETY LEVELS OF PRESCHOOL DURING

    HOSPITALIZATION IN REGION PUBLIC HOSPITAL OF MADIUN

    Devi Purwati

    Hospitalization is a condition where children got sick and had to be

    hospitalized. In general, the chold’s reaction to their pain is anxiety, being

    separation, feel lost, body injury, and feel pain. One of play therapy for childrens

    is coloring picture. Coloring is therapy for reduced stress and anxiety as well as

    improve communication in children. The aim of this study is to investigate the

    effect of granting of play therapy coloring pictures against anxiety level of

    preschool during hospitalization in Region Public Hospital of Madiun.

    The design of this research is used pre-experimental approach with one

    group pre test – post test design. The sample included 21 preschool children in

    July 2017, using sampling technique of total sampling and measurement

    instrument used questioannaire. Data analysis used Wilcoxon at significant level

    = 0,05. The result showed that children who do the prior drawing of play therapy

    are 11 children (52,4%) experienced of being anxiety. After drawing a nimber of

    play therapy are 15 (71,4%) experienced a mild anxiety. The results of this

    analysis of these study had beed obtained that P Value is = 0,000 (p< 0,05) which

    mean there is influence the granting of play therapy coloring pictures against

    anxiety level of preschool during hospitalization in Region Public Hospital of

    Madiun.

    Therapy expected particulary nurse personel apply this play therapy

    coloring picture as an effort to reduce anxiety level of preschool children.

    Keywords : Play Therapy, Coloring Pictures, Anxiety, Hospitalization

  • x

    DAFTAR ISI

    Sampul Depan ......................................................................................................... i

    Sampul Dalam ........................................................................................................ ii

    Lembar Persetujuan ...............................................................................................iii

    Lembar Pengesahan ............................................................................................. iv

    Lembar Persembahan ............................................................................................ v

    Pernyataan Keaslian Penelitian ............................................................................. vi

    Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vii

    Abstrak ...............................................................................................................viii

    Abstract ................................................................................................................ ix

    Daftar Isi................................................................................................................. x

    Daftar Tabel ......................................................................................................... xii

    Daftar Gambar .....................................................................................................xiii

    Daftar Lampiran .................................................................................................. xiv

    Daftar Istilah......................................................................................................... xv

    Daftar Singkatan.................................................................................................. xvi

    Kata Pengantar ................................................................................................... xvii

    BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

    1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5

    1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5

    1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

    2.1 Konsep Bermain ....................................................................................... 8

    2.1.1 Pengertian ....................................................................................... 8

    2.1.2 Tujuan Terapi Bermain .................................................................. 9

    2.1.3 Fungsi Bermain ........................................................................ …10

    2.1.4 Bermain Untuk Anak yang Dirawat di Rumah Sakit ................... 11

    2.1.5 Syarat Bermain ............................................................................. 13

    2.1.6 Terapi Bermain dengan Mewarnai Gambar ................................. 17

    2.2 Konsep Tingkat Kecemasan pada anak prasekolah ................................ 21

    2.2.1 Pengertian ..................................................................................... 21

    2.2.2 Gejala Umum Kecemasan ............................................................ 22

    2.2.3 Kecemasan Pada Anak ................................................................. 24

    2.2.4 Respon – Respon Kecemasan ...................................................... 26

    2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak .................. 28

    2.2.6 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kecemasan Pada

    Anak ............................................................................................. 29

    2.2.7 Cara Penilaian Tingkat Kecemasan ............................................ 30

    2.3 Konsep Hospitalisasi .............................................................................. 32

  • xi

    2.3.1 Pengertian ..................................................................................... 32

    2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak....... 33

    2.3.3 Dampak Hospitalisasi Pada Anak ................................................ 34

    2.3.4 Kerangka Teori............................................................................ 36

    BAB 3 KERANGKA KOSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ............ 37

    3.1 Kerangka Konsep ..................................................................................... 37

    3.2 Hipotesis ................................................................................................... 38

    BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN............................................................... 39

    4.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 39

    4.2 Populasi Dan Sampel ............................................................................... 40

    4.2.1 Populasi ......................................................................................... 40

    4.2.2 Sampel ........................................................................................... 40

    4.3 Teknik Sampling ...................................................................................... 41

    4.4 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................................... 42

    4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional ......................................... 43

    4.5.1 Identifikasi Variabel ...................................................................... 43

    4.5.2 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 43

    4.6 Instrumen Penelitian................................................................................. 45

    4.7 Uji Validitas Dan Reliabilitas .................................................................. 45

    4.8 Lokasi Dan Waktu.................................................................................... 46

    4.9 Prosedur Pengumpulan Data .................................................................... 46

    4.10 Pengolahan Data Dan Analisis Data ...................................................... 48

    4.10.1 Pengolahan Data ............................................................................. 48

    4.10.2 Analisis Data................................................................................... 49

    4.11 Etika Penelitian ...................................................................................... 50

    BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 53

    5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ................................................ 53

    5.2 Hasil Penelitian ........................................................................................ 54

    5.2.1 Data Umum....................................................................................... 54

    5.2.2 Data Khusus ...................................................................................... 55

    5.3 Pembahasan .............................................................................................. 57

    5.3.1 Tingkat Kecemasan Sebelum diberikan terapi ................................. 58

    5.3.2 Tingkat Kecemasan Sesudah diberikan terapi ................................. 61

    5.3.3 Pengaruh Pemberian Terapi .............................................................. 63

    5.4 Keterbatasan Penelitian ............................................................................ 65

    BAB 6 PENUTUP ............................................................................................... 67

    6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 67

    6.2 Saran ......................................................................................................... 67

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 69

    LAMPIRAN ................................................................................................... 72

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian .............................................................. 39

    Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 44

    Tabel 5.1 Tendensi Sentral Pasien Berdasarkan Usia ......................................... 54

    Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 55

    Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pasien Berdasarkan Lama Dirawat .................... 55

    Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pre-Test Pada Anak

    Usia Prasekolah Di Ruang Melati RSUD Kota Madiun .................... 56

    Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Post-Test Pada Anak

    Usia Prasekolah Di Ruang Melati RSUD Kota Madiun .................... 56

    Tabel 5.6 Hasil Uji Wilcoxon Data Pretest Dan Posttest Tingkat Kecemasan

    Anak Usia Prasekolah ......................................................................... 57

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 36

    Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .................................................................... 37

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................ 42

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Pencarian Data Awal ............................................................ 72

    Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ....................................................................... 73

    Lampiran 3 Surat Rekomendasi Penelitian ....................................................... 74

    Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian .............................................. 75

    Lampiran 5 SOP Terapi Bermain Mewarnai Gambar....................................... 76

    Lampiran 6 Penjelasan Penelitian ..................................................................... 82

    Lampiran 7 Persetujuan Menjadi Responden ................................................... 83

    Lampiran 8 Kuesioner Kecemasan Pada Anak ................................................. 84

    Lampiran 9 Jadwal Penelitian ........................................................................... 85

    Lampiran 10 Hasil Tabulasi .............................................................................. 86

    Lampiran 11 Hasil Olah Data Distribusi Frekuensi .......................................... 88

    Lampiran 12 Hasil Uji Wilcoxon ...................................................................... 90

    Lampiran 13 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 91

    Lampiran 14 Lembar Konsultasi ....................................................................... 92

  • xv

    DAFTAR ISTILAH

    Amigdala : Bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk

    mendeteksi rasa takut dan mempersiapkan diri

    untuk kejadian darurat

    Anxiety : Ansietas / Kecemasan

    Benefit : Prinsip Manfaat

    Hippocampus : Bagian dari sistem limbik yang berfungsi sebagai

    tempat penyimpanan memori

    Inform Concent : Persetujuan

    Kriteria Inklusi : Ciri-ciri anggota populasi yang tidak dijadikan

    sampel

    Kriteria Eksklusi : Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

    setiap anggota populasi yang dapat diambil atau

    dijadikan sebagai sampel

    Neocortex : Pengatur pesan-pesan yang diterima melalui

    penglihatan, pendengaran, perabaan dan penciuman

    Nontoxic : Tidak beracun

    One group Pra-Post

    Test Design

    : Eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok

    saja tanpa kelompok pembanding

    Realiting Testing

    Ability

    : Kemampuan menilai realitas

    Thalamus : Kontrol tubuh motorik secara sadar, kesadaran dan

    siklus tidur / bangun-nya.

    Treatment : Pengobatan

    Total Sampling : Jumlah sampel sama dengan jumlah populasi

    Uji Non Parametric : Metode yang tidak mendasarkan pada asumsi

    distribusi populasi

    Uji Wilcoxon : Uji non parametris untuk mengukur signifikansi

    antara 2 kelompok data berpasangan berskala

    ordinal atau interval tetapi berdistribusi tidak

    normal.

  • xvi

    DAFTAR SINGKATAN

    SAS/SRAS : Zung-Self Rating Anxiety Scale

    RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah

    RTA : Reality Testing Of Ability

    WHO : World Health Organization

  • xvii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan

    kuruniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul

    “Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat

    Kecemasan Anak Prasekolah Selama Hospitalisasi Di RSUD Kota Madiun”.

    Tersusunnya proposal skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan

    dukungan moral kepada saya, untuk itu saya sampaikan ucapan terima kasih

    kepada :

    1. dr. Resti Lestantini, M.Kes selaku direktur RSUD Kota Madiun yang

    telah memberikan izin serta kerja samanya selama proses pengambilan

    data.

    2. Zaenal Abidin, S.KM.,M(Epid) selaku Ketua STIKES Bhakti Husada

    Mulia Madiun.

    3. Mega Arianti P., S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dewan Penguji dan Ketua

    Prodi S1 Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

    4. Sesaria Betty M., S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai pembimbing I skripsi

    yang dengan kesabaran dan ketelitian dalam membimbing, sehingga

    skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

    5. Sunarsih.,S.ST.,M.M sebagai pembimbing II skripsi yang telah

    meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

    bimbingan dalam penyusunan skripsi.

    6. Keluarga yang telah memberikan dukungan, doa dan nasehat.

  • xviii

    7. Teman-teman program studi Ilmu Keperawatan atas dukungan dan

    kerja samanya.

    8. Pasien anak usia prasekolah di RSUD Kota Madiun yang telah

    bersedia menjadi responden atas kerja samanya dalam pengambilan

    data.

    9. Semua pihak yang peneliti tidak sebutkan satu persatu atas bantuan

    dalam menyelesaikan skripsi ini.

    Peneliti menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya

    membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya peneliti berharap

    semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita semua.

    Madiun, 9 Agustus 2017

    Peneliti

    DEVI PURWATI

    201302070

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Hospitalisasi adalah suatu proses oleh suatu alasan yang berencana dan

    darurat, mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan

    perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah, selama proses tersebut

    anak dapat mengalami kejadian berupa pengalaman yang sangat traumatik dan

    penuh dengan stress (Supartini, 2012). Anak yang sakit dan harus dirawat

    dirumah sakit akan mengalami masa sulit karena tidak dapat melakukan

    kebiasaan seperti biasanya (Nelson dalam Elfira, 2011). Lingkungan dan

    orang-orang asing, perawatan dan berbagai prosedur yang dijalani oleh anak

    merupakan sumber utama stres, kecewa dan cemas, terutama untuk anak yang

    pertama kali dirawat di rumah sakit (Nelson dalam Elfira, 2011).

    Anak menjalani perawatan di rumah sakit, biasanya anak akan dilarang

    untuk banyak bergerak dan harus banyak beristirahat. Hal tersebut tentunya

    akan mengecewakan anak sehingga dapat meningkatkan kecemasan pada anak

    (Samiasih, 2007). Reaksi anak pada hospitalisasi secara garis besar adalah

    sedih, takut dan bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum pernah

    dialami sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan

    sesuatu yang biasa dialami dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Wong,

    2009). Dampak yang ditimbulkan dari hospitalisasi jika tidak segera diatasi

    maka akan mempengaruhi perkembangan psikososial, terutama pada anak-

    anak (Supartini, 2006).

  • 2

    Di Amerika Serikat, diperkirakan lebih dari 5 juta anak menjalani

    hospitalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih dari 50% dari jumlah

    tersebut, anak mengalami kecemasan dan stres. Di Indonesia diperkirakan 35

    per 1000 anak menjalani hospitalisasi. Di RSUD Dr.Soetomo Surabaya

    tentang perilaku anak sakit menunjukkan bahwa 70% pasien pada awalnya

    menunjukkan perilaku yang negative (agresif maupun depresif) dengan tidak

    melihat jenis diagnosanya (Suparto dalam Tjahjono, 2014). Dari studi

    pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kota Madiun didapatkan jumlah pasien

    anak dari bulan Desember 2016 – Februari 2017 jumlah anak yang dirawat

    yaitu 462 anak, sedangkan anak usia (3-6) tahun yang dirawat mencapai 62

    anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2016) di RSUD Kota

    Madiun didapatkan bahwa dari 10 anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang di

    rawat di ruangan tersebut 2 (20%) anak mengalami kecemasan ringan, 4

    (40%) anak mengalami kecemasan sedang, dan 4 (40%) anak mengalami

    kecemasan berat.

    Anak yang mengalami stress akan mengalami peningkatan kortisol, yang

    mana kortisol tersebut akan menghambat pembentukan antibody, menurunkan

    sel darah putih dan imunitas tubuh. Adanya penekanan system imun inilah

    nampaknya akan berakibat pada penghambatan proses penyembuhan,

    sehingga memerlukan waktu perawatan yang cukup lama dan bahkan akan

    mempercepat terjadinya komplikasi selama perawatan (Tjahjono, 2014).

    Khususnya pada masa prasekolah (3-6tahun) reaksi anak terhadap

    hospitalisasi adalah menolak makan,sering bertanya, menangis perlahan, tidak

  • 3

    kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sering sekali hospitalisasi

    dipersepsikan oleh anak sebagai hukuman, sehingga ada perasaan malu, takut

    sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau bekerja

    sama dengan perawat (Wong, 2009).

    Bermain adalah suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau

    mempraktikkan ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran,

    menjadi kreatif mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa

    (Alimul, 2005). Bermain adalah media terbaik untuk belajar karena dengan

    bermain, anak-anak akan berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri dengan

    lingkungan, dan melakukan apa yang dapat dilakukannya (Whaley dan Wong,

    2009). Bermain penting untuk mengembangkan emosi, fisik, dan pertumbuhan

    kognitif anak, selain itu bermain juga merupakan cara anak untuk belajar,

    bermain bisa menurunkan dampak kecemasan dan untuk meningkatkan

    kreatifitas anak melalui beberapa jenis permainan (Nelson dalam aidar, 2011).

    Bermain dapat digunakan sebagai media psiko terapi atau pengobatan

    terhadap anak yang dikenal dengan terapi bermain (Tedjasaputra, 2007). Pada

    anak-anak yang belum bisa mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka

    misalnya pada anak usia prasekolah usia (3-6tahun) permainan menggambar,

    melukis atau mewarnai merupakan permainan yang sesuai prinsip bermain di

    Rumah Sakit dan dapat membantu mengekspresikan pikiran perasaan cemas,

    takut, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 2004).

    Menggambar atau mewarnai merupakan salah satu permainan yang

    memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik

  • 4

    (sebagai permainan penyembuh). Anak dapat mengekspresikan perasaannya

    dengan cara menggambar, ini berarti menggambar bagi anak merupakan suatu

    cara untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata (Suparto, 2003,

    dalam Paat, 2010 ). Dengan menggambar atau mewarnai gambar juga dapat

    memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia pra sekolah sudah

    sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan

    perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar meskipun

    masih menjalani perawatan di rumah sakit (Suparto, 2003, dalam Paat, 2010 ).

    Mewarnai memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan

    sangat terapeutik (Sebagai permainan penyembuh/therapeutic play) yang

    membuat anak mengekspresikan perasaannya sebagai komunikasi tanpa

    menggunakan kata, warna juga merupakan media terapi untuk membaca

    emosi seseorang dan dapat meringankan stress pada anak ( Farida, 2009).

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fricilia Euklesia

    Wowiling, Amatus Yudi Ismanto, dan Abram Babakal (2013) tentang

    kecemasan anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi, hasil penelitian

    menunjukkan bahwa nilai p value = 0,000 (

  • 5

    1.2 Rumusan Masalah

    Apakah ada pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai gambar

    terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi di RSUD

    Kota Madiun?.

    1.3 Tujuan Penelitian

    1.3.1 Tujuan Umum

    Untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai gambar

    terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi di RSUD

    Kota Madiun.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Mengidentifikasi kecemasan pada anak prasekolah selama hospitalisasi

    sebelum dilakukan terapi bermain mewarnai gambar di RSUD Kota

    Madiun.

    2. Mengidentifikasi kecemasan pada anak prasekolah selama hospitalisasi,

    setelah dilakukan terapi bermain mewarnai gambar di RSUD Kota

    Madiun.

    3. Menganalisis pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat

    kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.

  • 6

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

    sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan tentang pengaruh

    pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap penurunan tingkat

    kecemasan anak prasekolah selama hospitalisasi.

    1.4.2 Manfaat Praktis

    1.4.1 Manfaat Bagi Keluarga

    Memberikan informasi tentang pengaruh terapi bermain mewarnai

    gambar terhadap penurunan tingkat kecemasan selama hospitalisasi

    pada keluarga.

    1.4.2 Manfaat Bagi Perawat di Ruang Anak RSUD Kota Madiun

    Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dan

    sumbangan pemikiran serta bahan evaluasi bagi kecemasan anak

    selama hospitalisasi.

    1.4.3 Manfaat Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun

    Hasil penelitian ini dapat dijadikan literatur di keperawatan anak

    dan menjadi tambahan informasi tentang pengaruh terapi bermain

    mewarnai gambar terhadap penurunan tingkat kecemasan selama

    hospitalisasi pada anak.

  • 7

    1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

    Dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis serta lebih memahami

    tentang teori dan aplikasi terapi bermain mewarnai pada anak prasekolah selama

    hospitalisasi.

  • 8

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Bermain

    2.1.1 Pengertian

    Bermain adalah media terbaik untuk belajar karena dengan

    bermain, anak-anak akan berkomunikasi, belajar menyesuaikan diri

    dengan lingkungan, dan melakukan apa yang dapat dilakukannya ( Whaley

    & Wong, 2009). Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

    seseorang untuk memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangkan hasil

    akhir. Supartini (2012) menjelaskan bahwa bermain sebagai aktifitas yang

    dapat dilakukan anak sebagai upaya stimulasi pertumbuhan dan

    perkembangannya dan bermain pada anak di rumah sakit menjadi media

    bagi anak untuk mengekspresikan perasaan, relaksasi dan distraksi

    perasaan yang tidak nyaman. Sedangkan menurut Wong (2009) bermain

    merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan

    bermain merupakan media terbaik untuk belajar karena dengan bermain,

    anak – anak akan berkata-kata atau berkomunkasi, belajar menyesuaikan

    diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya dan

    mengenal waktu, jarak, serta suara.

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bermain

    merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk

    memperoleh kesenangan tanpa mempertimbangakan hasil akhir sebagai

    cara untuk mengekspresikan perasaan, relaksasi, distraksi perasaan tidak

  • 9

    nyaman dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak karena bermain

    sama dengan bekerja pada orang dewasa yang dapat menurunkan stress

    anak, media bagi anak untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan

    lingkungannya.

    2.1.2 Tujuan Terapi Bermain

    Supartini (2012) mengemukakan beberapa tujuan dari terapi bermain

    antara lain :

    1) Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal

    pada saat sakit anak mengalami gangguan pertumbuhan dan

    perkembangannya, walaupun demikian selama anak dirawat di

    rumah sakit, kegiatan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan

    masih harus tetap di lanjutkan untuk menjaga kesinambungannya.

    2) Mengespresikan perasaan, keinginan dan fantasi, serta ide-idenya

    pada saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit anak mengalami

    berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan. Pada anak yang

    belum dapat mengespresikannya secara verbal, permainan adalah

    media yang sangat efektif untuk mengeskpresikannya.

    3) Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah,

    permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi dan fantasinya

    untuk menciptakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.

    4) Dapat beradaptasi secara efektif terhadap sters karena sakit dan

    dirawat di rumah sakit.

  • 10

    2.1.3 Fungsi Bermain

    Wong (2009) mengemukakan bahwa fungsi bermain antara lain :

    1) Perkembangan Sensori Motorik; memperbaiki keterampilan

    motorik kasar dan halus serta koordinasi, meningkatkan

    perkembangan semua indera, mendorong eksplorasi pada sifat

    fisik dunia, memberikan pelampiasan kelebihan energy.

    2) Perkembangan Intelektual; memberikan sumber-sumber yang

    beranekaragam untuk pembelajaran, eksplorasi dan manipulasi

    bentuk, ukuran, tekstur dan warna, pengalaman dengan angka,

    hubungan yang renggang, konsep abstrak, kesempatan untuk

    mempraktekkan dan memperluas ketrampilan

    berbahasa,memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman

    masa lalu dalam upaya mengasimilasinya ke dalam persepsi

    dan hubungan baru, membantu anak memahami dunia dimana

    mereka hidup dan membedakan antara fantasi dan realita.

    3) Perkembangan Sosialisasi dan Moral ; mengajarkan peran

    orang dewasa, termasuk perilaku peran seks, memberikan

    kesempatan untuk menguji hubungan, mengembangkan

    ketrampilan sosial, mendorong interaksi dan perkembangan

    sikap yang positif terhadap orang lain, menguatkan pola

    perilaku yang telah disetujui oleh standar moral.

  • 11

    2.1.4 Bermain Untuk Anak yang Dirawat di Rumah Sakit

    Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang

    penuh dengan stres, baik bagi anak maupun orang tua. Beberapa

    bukti ilmiah menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit itu sendiri

    merupakan penyebab stres bagi anak dan orang tuanya, baik

    lingkungan fisik rumah sakit seperti bangunan ruang rawat, alat-alat,

    bau yang khas, pakaian putih petugas kesehatan maupun lingkungan

    sosial, seperti sesama pasien anak, ataupun interaksi dan sikap

    petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan seperti takut, cemas, tegang,

    nyeri dan perasaan yang tidak menyenangkan lainnya, sering kali

    dialami anak. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat

    mengekspresikan perasaan tersebut. Media yang paling efektif adalah

    melalui kegiatan bermain, permainan yang terapeutik didasari oleh

    pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktifitas yang sehat

    dan diperlukan untuk kelangsungan tumbuh kembang anak dan

    memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan

    pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri dan relaksasi. Dengan

    demikian, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari

    pelayanan kesehatan anak dirumah sakit (Brenan dalam Supartini,

    2004).

    Aktifitas bermain yang dilakukan perawat di rumah sakit

    akan memberi keuntungan sebagai berikut :

  • 12

    1) Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan

    perawat karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat

    mempunyai kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan

    menyenangkan dengan anak dan keluargannya.

    2) Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak

    untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan

    memulihkan perasaan mandiri pada anak.

    3) Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan

    rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak

    mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih,

    tegang dan nyeri.

    4) Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan

    anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif.

    5) Permainan yang memberi kesempatan pada beberapa anak untuk

    berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan

    pada anak dan keluarganya.

    Menurut Supartini (2004), terapi bermain yang

    dilaksanakan di rumah sakit tetap harus memperhatikan kondisi

    kesehatan anak. Adapun beberapa prinsip permainan pada anak di

    rumah sakit, yaitu :

    1) Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang

    sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring,

    harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan

  • 13

    anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat

    bermain khusus yang ada di ruangan rawat.

    2) Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan

    sederhana. Pilih jenis permainan yang tidak melelahkan anak,

    menggunakan alat permainan yang ada pada anak atau yang

    tersedia diruangan. Kalaupun membuat suatu alat permainan, pilih

    yang sederhana supaya tidak melelahkan anak.

    3) Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak. Pilih alat

    permainan yang aman untuk anak, tidak tajam, tidak merangsang

    anak untuk berlari-lari dan bergerak secara berlebihan misalnya:

    bercerita atau membacakan cerita yang sifatnya menghibur.

    4) Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama.

    5) Melibatkan orang tua. Satu hal yang harus diingat bahwa orang

    tua mempunyai kewajiban untuk tetap melangsungkan upaya

    stimulasi tumbuh kembang pada anak walaupun sedang dirawat di

    rumah sakit, termasuk dalam aktifitas bermain anaknya. Orang tua

    harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak mulai dari awal

    permainan sampai mengevaluasi hasil permainan anak bersama

    dengan perawat dan orang tua anak lainnya.

    2.1.5 Syarat Bermain

    Ada beberapa hal yang dipersyaratkan untuk dapat

    melakukan kegiatan bermain yang baik untuk anak (Adriana,

    2013), yaitu :

  • 14

    1) Perhatikan faktor usia anak

    Sesuaikan mainan aktivitas dengan kematangan motorik

    anak, yaitu sejauh mana gerakan-gerakan otot tubuh siap

    melakukan gerakan-gerakan tertentu. Juga sesuaikan dengan

    kognisinya, yaitu sejauh mana anak mampu memahami

    permainan itu. Jika terlalu sulit, anak jadi malas bermain dan

    jika terlalu gampang ia cepat bosan. Untuk itu pilihlah mainan

    yang dapat merangsang kreativitas anak.

    2) Tidak harus sehat

    Tentu akan lebih baik jika anak dalam kondisi sehat, namun

    anak yang sakitpun diperbolehkan untuk bermain, malah bisa

    mempercepat proses kesembuhannya tentunya jenis

    permainannya disesuaikan kondisi fisik. Misalnya pilih

    permainan yang bisa dilakukan ditempat tidur seperti melipat,

    mewarnai, menggambar atau mendengarkan dongeng,

    memainkan jari-jemari sambil bercerita, main tebak-tebakan,

    dll.

    3) Lama bermain

    Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif.

    Namun sebaiknya bermain tak terlalu lama agar anak tak

    mengabaikan tugas-tugas lainnya seperti makan, mandi dan

    tidur. Untuk bayi, cukup 10-30 menit karena rentang

    perhatiannya pun masih terbatas. Untuk anak yang lebih besar,

  • 15

    buatlah komitmen lebih dulu. Misal, boleh main selama 1 jam,

    setelah itu makan atau mandi. Namun kita harus konsisten

    dengan aturan itu agar anak tidak bingung. Bagi anak yang

    sakit, jika ia butuh banyak istirahat, jangan dipaksa.

    4) Pastikan mainannya aman

    Terlebih untuk bayi, keamanan mainan harus diperhatikan

    betul. Pilih yang tidak mudah rusak pecah ataupun terurai

    seperti manik-manik karena di khawatirkan akan masuk mulut

    atau lubang telinga hidung. Jangan pula memberikan mainan

    yang bertali panjang, berukuran kecil dan menggunakan

    listrik. Selain itu secara umum mainan anak haruslah tidak

    boleh ada bagian yang mudah tertelan, tidak tajam atau

    berujung runcing, catnya tidak beracun (nontoxic), tidak

    mudah mengelupas, menjepit, dan tidak menimbulkan api.

    5) Dampingi anak

    Perlu diingat, mainan bukan pengganti orang tua,

    melainkan sarana untuk mendekatkan hubungan orang tua

    dengan anak jadi, selalu dampingi anak kala bermain. Tanpa

    arahan kita, anak akan bermain sendiri tanpa mengenal tujuan

    dari permainan tersebut. Oleh karena itu kita perlu selalu

    mendampingi mereka dalam bermain. Hal ini juga untuk

    mengatasi segala persoalan yang dihadapi tiap anak, seperti

    sulitnya berkonsentrasi terhadap suatu kegiatan. Situasi ini

  • 16

    juga dapat memacu pertumbuhan harga diri anak dengan

    memberikan penghargaan pada setiap hasil kegiatan atau

    penemuan-penemuan anak dalam proses bermain.

    Ada beberapa macam permainan anak sebagaimana

    disebutkan (Abu Ahmadi dalam Yusuf, 2011), yaitu :

    1) Permainan fungsi (permainan gerak), seperti meloncat-loncat,

    naik, dan turun tangga, berlari-lari, naik dan turun tangga,

    bermain tali dan bermain bola.

    2) Permainan fiksi, seperti menjadikan kursi sebagai kuda, main

    sekolah-sekolahan, dagang-dagangan, perang-perangan dan

    masak-masakan.

    3) Permainan membentuk (konstruksi), seperti membuat kue dari

    tanah liat, membuat kue dari tanah liat membuat gunung pasir,

    membuat gerobak dari kulit jeruk, membentuk bangunan

    rumah-rumahan dari potongan-potongan kayu dan membuat

    senjata dari pelepah daun pisang.

    4) Permainan prestasi, seperti sepak bola, bola voli, tenis meja

    dan bola basket.

    5) Permainan reseptif dan apresiatif, seperti mendengarkan cerita

    atau dongeng, melihat gambar, atau melihat orang melukis.

    Beberapa permainan pada anak pra sekolah, saat mereka

    mengalami sakit ringan, alat mainan yang dapat diberikan

    berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan, buku gambar, teka-

  • 17

    teki, menyusun potongan gambar, kertas untuk melipat-lipat,

    crayon, alat mainan bermusik dan majalah anak-anak. Dan

    saat anak prasekolah mengalami sakit sedang, mainan yang

    diberikan dapat berupa boneka-bonekaan, mobil-mobilan,

    buku bergambar, dan alat mainan musik (Wong, et al, 2008).

    2.1.6 Terapi Bermain dengan Mewarnai Gambar

    1) Pengertian Mewarnai

    Menurut Nursetyaningsih (2015) mewarnai merupakan

    proses memberi warna pada suatu media, mewarnai gambar

    diartikan sebagai proses memberi warna pada media yang sudah

    bergambar. Mewarnai buku gambar adalah terapi permainan

    melalui buku gambar untuk mengembangkan kreativitas pada

    anak untuk mengurangi stress dan kecemasan serta

    meningkatkan komunikasi pada anak (Supartini, 2004).

    Menurut Supartini (2004) manfaat mewarnai gambar sebagai

    berikut :

    a) Mewarnai gambar merupakan media berekspresi.

    b) Membantu mengenal perbedaan warna.

    c) Mewarnai merupakan media terapi.

    d) Mewarnai melatih kemampuan koordinasi.

    e) Dapat membantu menggenggam pensil.

    f) Mewarnai membantu kemampuan motorik

    g) Mewarnai meningkatkan konsentrasi.

  • 18

    h) Mewarnai dapat melatih anak mengenal garis bidang

    i) Mewarnai melatih anak membuat target.

    h) Warna sebagai media komunikasi.

    Menurut Gusnadi(2013) tujuan mewarnai gambar sebagai

    berikut :

    a) Gerakan motorik halusnya lebih terarah

    b) Berkembang kognitifnya

    c) Dapat bermain sesuai tumbuh kembangnya

    d) Dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman

    sebaya

    e) Cemas/stress selama dirawat di RS berkurang/hilang

    2) Pengaruh Pemberian Terapi Mewarnai

    Menurut Faris (2009) Dalam otak manusia, terdapat

    struktur yang mengelilingi pangkal otak, yaitu sistem limbik.

    Didalam sistem limbik tersebut terdapat amigdala, yang

    berfungsi sebagai bank memori emosi otak, tempat menyimpan

    semua kenangan baik tentang kejayaan dan kegagalan, harapan

    dan ketakutan, kejengkelan dan frustasi Struktur otak lainnya

    adalah hippocampus dan neocortex. Dalam ingatan, amigdala

    dan hippocampus bekerja bersama – sama, masing – masing

    menyimpan dan memunculkan kembali informasi khusus secara

    mandiri. Bila hippocampus memunculkan kembali informasi

  • 19

    maka amigdala menentukan apakah informasi mempunyai nilai

    emosi tertentu.

    Menurut Potter (2005) Sakit dan dirawat di rumah sakit

    merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak.

    Pada saat itu, data yang masuk melalui lima panca indera

    (penglihatan, penciuman, pengecapan, pendengaran, dan

    sentuhan) semua masuk melalui otak tengah (thalamus) dan

    direkam, disimpan secara tidak sadar oleh hipocampus dan

    muatan emosi tersimpan di amigdala. Menurut Potter (2005)

    Melalui mewarnai gambar, seorang dapat menuangkan

    simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang dialaminya

    kedalam coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara

    psikologis menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan

    perasaan – perasaan yang tersimpan dalam bawah sadarnya dan

    tidak dapat dimunculkan kedalam realita melalui gambar.

    Melalui mewarnai gambar, seseorang secara tidak sadar telah

    mengeluarkan muatan amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa

    sedih, tertekan, stres, menciptakan gambaran – gambaran yang

    membuat kita kembali merasa bahagia, dan membangkitkan masa

    – masa indah yang pernah kita alami bersama orang – orang yang

    kita cintai. Melalui aktifitas mewarnai gambar, emosi dan

    perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan, sehingga dapat

    menciptakan koping yang positif. Koping positif ini ditandai

  • 20

    dengan perilaku dan emosi yang positif. Keadaan tersebut akan

    membantu dalam mengurangi stress/cemas yang dialami anak.

    (Hidayah, 2011).

    3) Aturan Bermain Mewarnai Gambar

    Menurut Gusnadi (2013), yaitu :

    1. Persiapan

    a. Waktu : 5 menit

    b. Menyiapkan ruangan

    c. Menyiapkan alat

    d. Menyiapkan peserta

    2. Pembukaan

    a. Waktu : 5 menit

    b. Perkenalan dengan anak dan keluarga

    c. Anak yang akan bermain saling berkenalan

    d. Menjelaskan maksud dan tujuan

    3. Kegiatan

    a. Waktu : 20 menit

    b. Anak diminta untuk memilih gambar yang ingin diwarnai

    yang sudah tersedia

    c. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar yang

    disukai

    4. Penutup

    a. Waktu : 5 menit

  • 21

    b. Memberikan pujian pada anak yang menyelesaikan

    mewarnai gambar dengan baik

    c. Merapikan alat

    d. Cuci tangan

    5. Evaluasi Proses

    a. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik

    b. Anak merasa senang

    c. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai

    Evaluasi Hasil

    a. Anak terlihat tidak cemas

    b. Anak tidak takut lagi dengan perawat

    Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan

    aktifitas bermain

    2.2 Konsep Tingkat Kecemasan pada anak prasekolah

    2.2.1 Pengertian

    Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan

    (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran

    yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

    menilai realitas (Reality Testing Ability/RTA, masih baik), kepribadian

    masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/ Splitting of

    Personality), perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas

    normal (Hawari, 2011). Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri

  • 22

    Fauziah & Julianti Widuri, 2007) Kecemasan adalah respon terhadap

    situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi

    menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum

    pernah dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

    2.2.2 Gejala Umum Kecemasan

    Menurut Kaplan (1998), Setiap orang mempunyai reaksi yang

    berbeda terhadap stres tergantung pada kondisi masing-masing individu,

    beberapa simtom yang muncul tidaklah sama. Kadang beberapa diantara

    simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa individu, lainnya

    sangat mengganggu.

    1) Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat

    Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara

    berlebihan pada pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung

    semakin cepat dan memunculkan rasa berdebar. Namun dalam

    beberapa kasus yang ditemukan individu yang mengalami gangguan

    kecemasan kontinum detak jantung semakin lambat dibandingkan pada

    orang normal.

    2) Rasa sakit atau nyeri pada dada

    Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa

    individu dapat merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini

    sering diartikan sebagai tanda serangan jantung yang sebenarnya

    adalah bukan. Hal ini kadang menimbulkan rasa panik yang justru

    memperburuk kondisi sebelumnya.

  • 23

    3) Rasa sesak napas

    Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan

    yang menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi

    pendek seperti kesulitan bernafas karena kehilangan udara.

    4) Berkeringat secara berlebihan

    Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi.

    Keringat yang muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan

    fight or flight terhadap stressor.

    5) Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas

    seksual

    6) Gangguan tidur

    7) Tubuh gemetar

    Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal

    pada situasi yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi

    pada individu yang mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan

    gugup tersebut terekspresikan secara berlebihan, rasa gemetar pada

    kaki, atau lengan maupun pada bagian anggota tubuh yang lain.

    8) Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat

    9) Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri

    10) Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).

  • 24

    2.2.3 Kecemasan Pada Anak

    Derajat kecemasan yang tinggi terjadi pada anak usia antara dua

    sampai enam tahun. Dalam jumlah tertentu kecemasan adalah sesuatu

    yang normal. Stres utama dari masa bayi pertengahan sampai usia

    prasekolah adalah kecemasan akibat perpisahan (Wong, 2009).

    Kecemasan yang timbul pada anak tidak selalu bersifat patologi tetapi

    dapat juga disebabkan oleh proses perkembangan itu sendiri atau karena

    tingkah laku yang salah satu dari orang tua.

    Menurut Nursalam (2008), manifestasi cemas pada anak antara lain :

    a) Fase protes

    Perilaku yang dapat diobservasi pada fase ini yakni menangis,

    berteriak, menghindari dan menolak kontak mata dengan orang

    asing, mencoba menahan orang tua secara fisik untuk tetap tinggal.

    Perilaku-perilaku tersebut dapat berlangsung dari beberapa jam

    sampai beberapa hari. Protes seperti menangis, dapat terus

    berlangsung hanya berhenti bila lelah, Pendekatan orang asing

    dapat mencetuskan peningkatan stres.

    b) Fase putus asa

    Perilaku yang dapat diobservasi pada fase ini yakni tidak aktif,

    menarik diri dari orang lain, depresi, sedih, tidak komunikatif,

    lamanya perilaku tersebut berlangsung bervariasi.

    c) Fase pelepasan

  • 25

    Pada fase ini perilaku yang dapat diobservasi antara lain

    menunjukkan peningkatan minat terhadap lingkungan sekitar,

    berinteraksi dengan orang asing atau pemberi asuhan yang

    dikenalnya, membentuk hubungan baru namun dangkal, tampak

    bahagia, pelepasan biasanya terjadi setelah perpisahan yang terlalu

    lama dengan orang tua. Selain itu anak juga menunjukkan perilaku

    yang kaku dan kekhawatiran yang berlebih terhadap suatu aturan.

    Sebagian anak menunjukkan sikap pemalu, dan tidak merasa

    nyaman dengan suatu hobi atau kegiatan rekreasi bersama. Tidak

    jarang diantara mereka menyadari bahwa keadaan dan

    kekhawatiran yang dialami lebih disebabkan karena situasi yang

    sedang terjadi, namun mereka tidak dapat menghentikan

    kecemasan tersebut. Berikut ini bentuk perilaku dari gangguan

    kecemasan umum pada anak-anak:

    a) Gelisah, gemetar, berkeringat dingin.

    b) Jantung berdengup kencang, sesak nafas.

    c) Sering buang air kecil.

    d) Susah berkonsentrasi.

    e) Menangis, berdiam diri, ketakutan.

    f) Mudah merasa lelah.

    g) Menghindari interaksi dengan orang baru.

    h) Merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut.

  • 26

    2.2.4 Respon – Respon Kecemasan

    Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui

    perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung

    melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya

    untuk melawan timbulnya kecemasan (Kaplan & Sadock, 1998).

    Menurut Stuart (2001) pada orang yang cemas akan muncul

    beberapa respon yang meliputi :

    1) Respon fisiologis

    a) Kardiovaskular : palpitasi, tekanan darah meningkat, tekanan

    darah menurun, denyut nadi menurun.

    b) Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan

    terengah-engah.

    c) Gastrointestinal : nafsu makan menurun, tidak nyaman pada

    perut, mual dan diare.

    d) Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan

    pusing.

    e) Traktus urinarius : sering berkemih.

    f) Kulit : keringat dingin, gatal, wajah kemerahan.

    2) Respon perilaku

    Respon perilaku yang muncul adalah gelisah, tremor,

    ketegangan fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat,

    menghindar, kurang kooordinasi, menarik diri dari hubungan

    interpersonal dan melarikan diri dari masalah.

  • 27

    3) Respon kognitif

    Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu,

    pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir,

    kesadaran diri meningkat, tidak mampu berkonsentrasi, tidak

    mampu mengambil keputusan, menurunnya lapangan persepsi

    dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut pada

    gambaran visual dan takut cedera atau kematian.

    4) Respon afektif

    Respon afektif yang sering muncul adalah mudah

    terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, waspada,

    gugup, mati rasa, rasa bersalah dan malu.

    Menurut Nevid, dkk (2005) Respon yang muncul yaitu :

    1) Respon Fisik

    a) Kegelisahan, kegugupan

    b) Tangan atau anggota tubuh bergetar atau gemetar

    c) Banyak berkeringat

    d) Sulit bicara

    e) Sulit bernafas

    f) Bernafas pendek

    g) Jantung berdebar keras atau berdetak kencang

    h) Pusing

    i) Merasa lemas atau mati rasa

    j) Tangan yang dingin dan lembab

  • 28

    k) Sering buang air

    l) Wajah terasa memerah

    m) Diare

    n) Panas dingin

    2) Respon Behaviour

    a) Perilaku menghindar

    b) Perilaku terguncang

    c) Perilaku melekat dan dependen

    Menurut Sundari (2004) Respon psikis yang muncul

    yaitu :

    a) Ketakutan merasa akan ditimpa bahaya, tidak dapat

    memusatkan perhatian

    b) Tidak tenteram, ingin lari dari kenyataan

    2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Pada Anak

    Menurut Perry & Potter (2005), faktor-faktor yang berhubungan

    dengan kecemasan antara lain :

    a) Jenis kelamin

    Pada umur 2-5 tahun, kecemasan lebih sering terjadi pada anak

    laki laki daripada anak perempuan. Selain itu umumnya

    perempuan dalam merespon stimulus atau rangsangan yang

    berasal dari luar lebih kuat dan lebih intensif dari pada laki-laki

    (Kartono 2002).

    b) Umur

  • 29

    Menurut Kartono (2002), bahwa semakin tua seseorang semakin

    baik seseorang dalam mengendalikan emosinya.

    c) Lama hari rawat

    Lama hari rawat dapat mempengaruhi kecemasan seseorang yang

    sedang dirawat juga keluarga dari klien tersebut. Kecemasan

    anak yang dirawat di rumah sakit akan sangat terlihat pada hari

    pertama sampai kedua bahkan sampai hari ketiga, dan biasanya

    memasuki hari keempat atau kelima kecemasan yang dirasakan

    anak akan mulai berkurang. Kecemasan pada anak yang sedang

    dirawat bisa berkurang karena adanya dukungan orang tua yang

    selalu menemani anak selama dirawat, teman-teman anak yang

    datang berkunjung kerumah sakit atau anak sudah membina

    hubungan yang baik dengan petugas kesehatan (perawat, dokter)

    sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan anak.

    2.2.6 Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kecemasan Pada Anak

    Menurut Wong (2000), upaya untuk mengatasi kecemasan pada

    anak antara lain yaitu :

    a) Melibatkan orang tua anak, agar orang tua berperan aktif dalam

    perawatan anak dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal

    bersama anak selama 24 jam. Jika tidak mungkin, beri kesempatan

    orang tua untuk melihat anak setiap saat dengan maksud untuk

    mempertahankan kontak antara mereka.

  • 30

    b) Modifikasi lingkungan rumah sakit, agar anak tetap merasa

    nyaman dan tidak asing dengan lingkungan baru.

    c) Peran dari petugas kesehatan rumah sakit (dokter, perawat),

    dimana diharapkan petugas kesehatan khususnya perawat harus

    menghargai sikap anak karena selain orang tua perawat adalah

    orang yang paling dekat dengan anak selama perawatan dirumah

    sakit. Sekalipun anak menolak orang asing (perawat), namun

    perawat harus tetap memberikan dukungan dengan meluangkan

    waktu secara fisik dekat dengan anak mengajak bermain dengan

    mewarnai gambar.

    2.2.7 Cara Penilaian Tingkat Kecemasan

    Menurut Nursalam (2013) untuk menilai tingkat kecemasan

    memakai Zung – Self Rating Anxiety Scale (SAS). Metode SAS sebagai

    berikut :

    No Pertanyaan Jawaban

    0 1

    1 Anak saya/Saya merasa lebih gelisah

    atau gugup dan cemas dari biasanya

    2 Anak saya/Saya merasa takut tanpa

    alasan yang jelas

    3 Anak saya/Saya mudah marah,

    tersinggung atau panic

    4 Kedua kaki dan tangan saya gemetar

  • 31

    5 Anak saya/Saya sering terganggu oleh

    sakit kepala, nyeri leher atau nyeri otot

    6 Anak saya/Saya merasa badan saya

    lemah dan mudah lelah

    7 Anak saya/Saya tidak dapat istirahat

    atau duduk dengan tenang

    8 Anak saya/Saya merasa jantung saya

    berdebar-debar dengan keras dan cepat

    9 Anak saya/Saya sering mengalami

    pusing

    10 Anak saya/Saya merasa kaku atau mati

    rasa dan kesemutan pada jari - jari saya

    11 Anak saya/Saya merasa sakit perut atau

    gangguan pencernaan

    12 Anak saya/Saya sering kencing daripada

    biasanya

    13 Anak saya/Saya merasa tangan saya

    dingin dan sering basah oleh keringat

    14 Wajah saya terasa panas dan kemerahan

    15 Anak saya/Saya sulit tidur dan tidak

    dapat istirahat malam

    16 Anak saya/Saya mengalami mimpi –

    mimpi buruk

  • 32

    Keterangan :

    0 : Tidak pernah sama sekali

    1 : Ya

    Kriteria :

    Ringan : 1-4 Berat : 9-12

    Sedang : 5-8 Panik : 13-16

    2.3 Konsep Hospitalisasi

    2.3.1 Pengertian

    Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang

    berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,

    menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah

    (Supartini, 2004). Sedangkan menurut Wong (2000) Hospitalisasi

    merupakan Suatu kejadian krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat

    dirumah sakit. Kejadian ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi

    dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi

    tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun

    orang tua dan keluarga. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat

    mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian

    ditunjukkan dengan pengalaman yang traumatik dan menimbulkan stress.

    Pasien anak yang dirawat di rumah sakit masih sering mengalami stress

    hospitalisasi yang berat, khususnya takut terhadap pengobatan, asing

  • 33

    dengan lingkungan baru, dan takut terhadap petugas kesehatan

    (Nursalam,2008).

    2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Anak Terhadap Sakit

    dan Rawat Inap di Rumah Sakit

    Menurut Supartini (2004), Faktor-faktor yang mempengaruhi

    reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di Rumah Sakit antara lain:

    a) Pola asuh keluarga

    Pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu memanjakan

    anak juga dapat mempengaruhi reaksi takut dan cemas anak

    dirawat di rumah sakit. Beda dengan keluarga yang suka

    memandirikan anak untuk aktivitas sehari-hari anak akan lebih

    kooperatif bila dirumah sakit.

    b) Keluarga

    Keluarga yang terlalu khawatir atau stres anaknya yang dirawat di

    rumah sakit akan menyebabkan anak menjadi semakin stres dan

    takut.

    c) Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya

    Apabila anak pernah mengalami pengalaman tidak menyenangkan

    dirawat di rumah sakit sebelumnya akan menyebabkan anak takut

    dan trauma. Sebaliknya apabila anak dirawat di rumah sakit

    mendapatkan perawatan yang baik dan menyenangkan anak akan

    lebih kooperatif pada perawat dan dokter.

    d) Support system yang tersedia

  • 34

    Anak mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk

    melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritanya. Anak

    biasanya akan minta dukungan kepada orang terdekat dengannya

    misalnya orang tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya ditandai

    dengan permintaan anak untuk ditunggui selama dirawat di rumah

    sakit, didampingi saat dilakukan treatment padanya, minta dipeluk

    saat merasa takut dan cemas bahkan saat merasa kesakitan.

    e) Ketrampilan koping dalam menangani stressor.

    Apabila mekanisme koping anak baik dalam menerima dia harus

    dirawat di rumah sakit akan lebih kooperatif anak tersebut dalam

    menjalani perawatan di rumah sakit.

    2.3.3 Dampak Hospitalisasi Pada Anak

    Menurut Wong (2009), penyakit dan hospitalisasi merupakan krisis

    bagi anak, terutama karena adanya stress akibat perubahan lingkungan

    dan kondisi dari sehat menjadi sakit, serta anak mempunyai

    keterbatasan dalam mekanisme koping dalam menghadapi stressor.

    Menurut wong (2009), stressor yang ditunjukkan anak usia

    prasekolah pada saat hospitalisasi adalah :

    1) Cemas akibat perpisahan

    Kecemasan akibat perpisahan adalah stres terbesar yang dialami

    anak usia prasekolah saat hospitalisasi. Kecemasan tersebut

    ditunjukkan dengan cara menolak makan, mengalami sulit tidur,

    menangis, selalu menanyakan orang tua, dan menarik diri.

  • 35

    2) Kehilangan kendali

    Kehilangan kendali pada anak usia prasekolah akan meningkatkan

    persepsi ancaman dan dapat mempengaruhi anak dalam melakukan

    mekanisme koping. Kehilangan kendali pada anak usia prasekolah

    diakibatkan oleh adanya perubahan rutinitas, retriksi fisik, serta

    ketergantungan yang harus dipatuhi.

    3) Cedera tubuh

    Konflik psikoseksual anak sangat rentan terhadap ancaman cedera

    tubuh. Prosedur invasif yang dilakukan terhadap anak

    menimbulkan sakit maupun tidak menjadi ancaman anak usia

    prasekolah karena konsep integritas tubuh yang belum berkembang

    dengan baik.

    4) Nyeri

    Reaksi nyeri pada usia prasekolah hampir sama dengan anak usia

    toddler. Anak usia prasekolah akan mendorong orang yang akan

    melakukan prosedur agar menjauh, mencoba mengamankan atau

    menyingkirkan peralatan, atau berusaha mengunci dirinya ditempat

    yang aman.

  • 36

    2.3.4 Kerangka Teori

    Gambar 2.1. Kerangka teori tentang pengaruh pemberian terapi bermain

    mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah

    selama hospitalisasi.

    Faktor yang berhubungan dengan

    kecemasan pada anak :

    a. Jenis kelamin b. Umur

    c. Lama hari rawat

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    reaksi anak terhadap sakit dan rawat

    inap di rumah sakit :

    a. Pola asuh keluarga b. Keluarga c. Pengalaman dirawat di

    rumah sakit sebelumnya

    d. Support system yang tersedia

    e. Ketrampilan koping dalam

    mengangani stressor

    Kecemasan anak

    prasekolah selama

    hospitalisasi

    Manifestasi cemas pada anak :

    1. Fase protes 2. Fase putus asa 3. Fase pelepasan

    Upaya untuk mengatasi kecemasan

    pada anak :

    1. Melibatkan orang tua dalam perawatan

    2. Modifikasi lingkungan

    rumah saakit

    Kecemasan pada anak

    berkurang/teratasi

    3. Terapi Bermain mewarnai

    gambar

  • 37

    BAB 3

    KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

    3.1 Kerangka Konsep

    Keterangan :

    : Diukur : Berhubungan

    : Berpengaruh

    : Tidak diukur

    Gambar 3.1. Kerangka konseptual tentang pengaruh pemberian terapi bermain

    mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah

    selama hospitalisasi.

    Faktor yang berhubungan dengan

    kecemasan pada anak :

    a. Jenis kelamin b. Umur

    c. Lama hari rawat

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    reaksi anak terhadap sakit dan rawat

    inap di rumah sakit :

    a. Pola asuh keluarga b. Keluarga c. Pengalaman dirawat di

    rumah sakit

    sebelumnya

    d. Support system yang tersedia

    e. Ketrampilan koping dalam mengangani

    stressor

    Upaya untuk mengatasi

    kecemasan pada anak :

    1. Melibatkan orang tua dalam perawatan

    2. Mofifikasi lingkungan rumah sakit

    3. Terapi bermain mewarnai

    gambar

    Kecemasan

  • 38

    Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa pada penelitian ini, penulis

    ingin melihat pengaruh antara terapi bermain mewarnai gambar dengan

    kecemasan anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi/perawatan di rumah

    sakit. Faktor yang berhubungan kecemasan pada anak usia prasekolah yang

    mengalami hospitalisasi/perawatan di rumah sakit antara lain adalah jenis

    kelamin, umur, lama hari rawat. Kemudian faktor-faktor yang mempengaruhi

    reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap di rumah sakit antara lain adalah

    pola asuh keluarga, keluarga, pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya,

    support system yang tersedia, ketrampilan koping dalam menangani stressor.

    Sedangkan untuk mengatasi kecemasan pada anak ada 3 cara antara lain

    dengan melibatkan orang tua dalam perawatan, memodifiksi lingkungan

    rumah sakit, dan melakukan terapi bermain mewarnai gambar.

    Dengan demikian, diharapkan dengan adanya pemberian terapi bermain

    mewarnai gambar kecemasan pada anak prasekolah yang mengalami

    perawatan di rumah sakit/hospitalisasi dapat teratasi/berkurang.

    3.2 Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

    pertanyaan penelitian (Nursalam, 2013).

    Ha : ada pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap kecemasan anak

    prasekolah selama hospitalisasi di RSUD Kota Madiun.

  • 39

    BAB 4

    METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, desain yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Pra-Eksperimental

    dengan pendekatan One Group Pra-Post Test Design. Ciri tipe penelitian ini

    adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu

    kelompok subyek. Kelompok subyek diobservasi sebelum dilakukan

    intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2013).

    Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian

    Subyek Pra-Tes Perlakuan Post-Tes

    S O1 X O2

    Keterangan :

    S : Subyek

    O1 : Observasi tingkat kecemasan sebelum dilakukan terapi bermain

    mewarnai gambar

    X : Intervensi (terapi bermain mewarnai gambar)

    O2 : Observasi tingkat kecemasan setelah dilakukan terapi bermain

    mewarnai gambar

  • 40

    4.2 Populasi dan Sampel

    4.2.1 Populasi

    Populasi adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi

    kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2013). Populasi dalam

    penelitian ini adalah seluruh anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang

    mengalami hospitalisasi di ruang Melati RSUD Kota Madiun rata-rata

    dari bulan Desember 2016 sampai dengan Februari 2017 berjumlah 21

    anak. Dengan kriteria sebagai berikut :

    a) Kriteria Inklusi

    1. Anak yang diijinkan orang tuanya menjadi responden

    2. Anak yang dapat diajak komunikasi atau berbicara

    3. Anak yang sadar atau tidak dalam keadaan koma

    4. Anak yang dirawat minimal 1 hari dan maksimal 7 hari

    5. Anak yang baru pertama kali mengalami rawat inap

    b) Kriteria Eksklusi

    1. Kondisi sangat lemah

    2. Menjalani perawatan intensif

    4.2.2 Sampel

    Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek

    penelitian (Mardalis, 2010). Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak

    21 anak usia prasekolah yang dirawat di ruang Melati RSUD Kota

    Madiun yang sesuai dengan kriteria inklusi.

  • 41

    4.3 Teknik Sampling

    Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan pengambilan

    sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitian

    (Nursalam,2013). Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ini

    dilakukan dengan metode total sampling yaitu suatu taknik pengambilan

    sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono,

    2007).

  • 42

    4.4 Kerangka Kerja Penelitian

    Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan

    penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2007).

    Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian

    Populasi :

    Seluruh anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat diruang Melati

    RSUD Kota Madiun yang berjumlah 21 anak

    Sampel :

    Seluruh anak usia prasekolah (usia 3-6 tahun) yang dirawat diruang

    Melati RSUD Kota Madiun dengan jumlah 21 anak sesuai dengan kriteria

    inklusi

    Sampling : total sampling

    Pengumpulan data :

    Kuesioner kecemasan Terapi bermain mewarnai gambar Kuesioner

    kecemasan

    Pengolahan dan analisis data :

    Editing, Coding, Scoring dan Tabulating.

    Uji Statistik Wilcoxon Sign Rank Test dengan 0,05

    Hasil dan kesimpulan

    Desain Penelitian :

    Pra-eksperimental (one group pre-post test design)

  • 43

    4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

    4.5.1 Identifikasi Variabel

    Identifikasi variabel merupakan bagian penelitian dengan cara

    menetukan variabel-variabel yang ada dalam penelitian seperti variabel

    independen, dependen, moderator, kontrol dan interving (Hidayat, 2007).

    Variabel penelitian ini yaitu :

    1) Variable independent (variabel bebas)

    Variable independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

    menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependent (Sugiyono,

    2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah terapi bermain

    mewarnai gambar.

    2) Variable dependent (variabel terikat)

    Variable dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

    menjadi akibat karena adanya variable independent (Sugiyono, 2011).

    Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada anak

    prasekolah selama hospitalisasi.

    4.5.2 Definisi Operasional Variabel

    Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

    diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan

    peneliti untuk melakukan observasi atau pengkuran secara cermat terhadap

    suatu objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk

    kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).

  • 44

    Tabel 4.2. Definisi operasional variabel

    Variabel

    Penelitian

    Definisi

    Operasional

    Indikator

    Alat

    Ukur

    Skala

    Data

    Skor Kriteria

    Variabel

    bebas :

    Terapi

    bermain

    mewarnai

    gambar

    Metode

    bermain

    mewarnai

    gambar untuk

    anak

    prasekolah (3-

    6 tahun) yang

    mengalami

    hospitalisasi

    Persiapan,

    proses terapi

    bermain

    mewarnai

    gambar,

    kesimpulan

    SOP - - -

    Variabel

    terikat :

    Kecemasan

    anak usia

    prasekolah

    Ketakutan atau

    kekhawatiran

    yang dialami

    anak usia

    prasekolah (3-

    6 tahun) yang

    mengalami

    hospitalisasi

    1. Kecemasan 2. Takut 3. Mental 4. Nyeri tubuh 5. Tremor 6. Kelemahan 7. Gelisah 8. Jantung 9. Pusing 10. Kesemutan 11. Sakit perut 12. Frekuensi

    kencing

    13. Berkeringat 14. Wajah

    memerah

    15. Gangguan tidur

    16. Mimpi buruk

    Kuesioner Ordinal Tidak

    pernah :

    0

    Ya : 1

    Ringan

    : 1-4

    Sedang

    : 5-8

    Berat

    : 9-12

    Panik

    : 13-16

  • 45

    4.6 Instrumen Penelitian

    Instrumen atau alat penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

    pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).

    Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

    1) Kuesioner tingkat kecemasan pada anak berupa 16 pertanyaan

    menggunakan skala Zung – Self Rating Anxiety (SAS).

    2) Instrument pada variabel mewarnai gambar adalah menggunakan lembar

    Standart Operasional Prosedur (SOP).

    4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

    1. Uji Validitas

    Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

    yang diinginkan dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

    tepat (Arikunto, 2010). Untuk menghitung r atau koefisien korelasi dan tingkat

    signifikannya dapat digunakan bantuan program komputer. Menurut arikunto

    (2010). Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas. Kuesioner yang

    digunakan adalah kuesioner Zung – Self Rating Anxiety Scale (SAS) yang baku

    dan dimodifikasi oleh Yudha (2016) di RS dr.Soeroto Ngawi dan di ujikan

    kepada 15 orang responden dan diperoleh hasil uji dari 20 pertanyaan yang

    tidak valid no 3,5,12,13.

    2. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah

    instrument yang digunakan telah reliabel. Suatu alat yang dikatakan

  • 46

    reliable alat itu mengukur suatu gejala dalam waktu berlainan senantiasa

    menunjukkan hasil yang sama (Notoadmojo, 2012). Uji reliabilitas dapat

    dilakukan bersama – sama terhadap seluruh butir pertanyaan, jika nilai

    alpha > 0,60 maka reliabel (Sujarweni, 2012).

    Pengujian reliabilitas pada penelitian ini tidak dilakukan. Kuesioner

    yang digunakan adalah kuesioner Zung – Self Rating Anxiety Scale (SAS)

    telah dimodifikasi oleh Yudha (2016) di RS dr.Soeroto Ngawi, dan

    diperoleh hasil nilai alpha cronbach 0,890 maka nilai alpha reliable.

    4.8 Lokasi dan Waktu

    1. Lokasi penelitian

    Lokasi penelitian ini dilakukan di ruang Melati RSUD Kota Madiun.

    2. Waktu penelitian

    Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan Juni

    2017.

    4.9 Prosedur Pengumpulan Data

    Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

    proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

    penelitian (Nursalam, 2013).

    Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah sebagai

    berikut :

  • 47

    1. Mengurus ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKES Bhakti

    Husada Mulia Madiun kepada Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota

    Madiun.

    2. Mengurus ijin penelitian kepada RSUD Kota Madiun.

    3. Meminta ijin kepada kepala ruang Melati RSUD Kota Madiun untuk

    melakukan penelitian.

    4. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, tujuan dan

    manfaat penelitian kepada calon responden dan orang tua calon responden,

    bila bersedia menjadi responden maka orang tua calon responden

    dipersilahkan untuk menandatangani inform consent.

    5. Mengumpulkan orangtua dan responden ke Play Ground Ruang Bermain

    anak di RSUD Kota Madiun.

    6. Kuisioner tentang tingkat kecemasan diberikan kepada orang tua

    responden/ dilakukan observasi.

    7. Memberikan terapi bermain mewarnai gambar kepada responden selama

    ±35 menit.

    8. 1 hari setelah diberikan terapi bermain mewarnai gambar orang tua

    responden diberikan kuesioner tentang tingkat kecemasan.

    9. Mengumpulkan kuesioner yang telah diisi oleh responden dan memeriksa

    kelengkapannya.

    10. Peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data.

  • 48

    4.10 Pengolahan Data dan Analisis Data

    4.10.1 Pengolahan Data

    Pengolahan data pada penelitian ini melalui tahap-tahap antara lain :

    a. Editing

    Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

    yang diperoleh atau dikumpulkan (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini,

    data yang diperoleh diteliti kembali dengan maksud untuk mengetahui

    kelengkapan data yang diberikan. Setiap data yang terkumpul dilakukan

    pengecekan apakah semua data telah lengkap, jika belum lengkap akan

    dicari selengkapnya.

    b. Coding

    Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

    data yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2007).

    a) Pemberian kode untuk kriteria kecemasan pada anak :

    Kecemasan ringan : 1

    Kecemasan sedang : 2

    Kecemasan berat : 3

    Panik : 4

    c. Scoring

    Scoring (pemberian skor) adalah suatu kegiatan untuk memberikan

    skor sesuai jawaban yang dipilih oleh responden. Hal ini dimaksudkan

    untuk memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga

    mempermudah perhitungan.

  • 49

    a. Pemberian skor untuk tingkat kecemasan pada anak :

    1 : Ya

    0 : Tidak

    d. Tabulating

    Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

    penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2010).

    4.10.2 Analisis Data

    Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    analisis statistik menggunakan program SPSS 16.0. Analisa data adalah

    mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,

    mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan

    data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab

    rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis

    yang telah diajukan (Sugiyono, 2011).

    Analisa data dalam penelitian ini meliputi :

    1. Analisa Univariat

    Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

    mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk

    menganalisis pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap

    kecemasan selama hospitalisasi pada anak prasekolah. Penyajiannya

    dalam bentuk distribusi dan prosentase dari setiap variabel

    (Notoatmodjo, 2012). Semua karakteristik responden dalam penelitian

    ini seperti : usia, jenis kelamin dan lama hari rawat berbentuk

  • 50

    kategorik yang dianalisis menggunakan analisa proporsi dan

    dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi.

    2. Analisa Bivariat

    Analisa bivariat adalah analisis yang menunjukkan hubungan

    antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen (Lapau,

    2013). Penelitian ini menggunakan analisa bivariat untuk melihat

    perbedaan tingkat kecemasan anak usia prasekolah akibat hospitalisasi

    sebelum dan setelah diberikan terapi bermain mewarnai gambar.

    Karena data berskala ordinal, berpasangan dan dilakukan 2 kali

    pengukuran, maka untuk menguji ada tidaknya perbedaan tingkat

    kecemasan anak usia prasekolah sebelum dan setelah diberikan terapi

    bermain mewarnai gambar digunakan uji non parametric yaitu uji

    Wilcoxon Sign Rank Test (Nursalam, 2013). Penelitian ini

    menggunakan derajat signifikansi 0,05. Dinyatakan signifikan jika P

    value ≤ 0,05 dan tidak signifikan jika P value > 0,05 sehingga ada

    pengaruh pemberian terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat

    kecemasan anak prasekolah.

    4.11 Etika Penelitian

    Dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan atau kelompok apapun,

    manusia tidak terlepas dari etika atau nurani. Demikian juga dalam

    kegiatan keilmuan yang berupa penelitian, manusia sebagai pelaku

    penelitian dengan manusia lain sebagai objek penelitian juga tidak terlepas

  • 51

    dari etika sopan santun. Dalam hubungannya antar kedua belah pihak,

    masing-masing terikat dalam hak dan kewajibannya. Pelaku penelitian

    atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau melakukan penelitian

    hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta

    berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin penelitian yang

    dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek

    penelitian (Nugroho, 2012).

    1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)

    Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

    dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang

    berhak untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang

    lain. Oleh sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi

    mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek. Peneliti

    seyogyanya cukup menggunakan coding sebagai penggati identitas

    responden (Nugroho, 2012).

    2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice an

    Inclusiveness)

    Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

    kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

    penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

    yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini

    menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

  • 52

    keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, dan

    sebagainya (Nugroho, 2012).

    3. Prinsip Manfaat (Benefit)

    Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

    mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada

    khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

    merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus

    dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress,

    maupun kematian subjek penelitian (Nugroho, 2012).

  • 53

    BAB 5

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh

    Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat Kecemasan

    Anak Prasekolah Selama Hospitalisasi di RSUD Kota Madiun” pada tanggal

    14 Juni – 11 Juli 2017 dengan jumlah sampel dari penelitian ini sejumlah 21

    responden yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

    5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

    RSUD Kota Madiun merupakan salah satu layanan kesehatan milik

    Pemerintah Kota Madiun yang terletak di Jl. Campursari No.12b Madiun.

    RSUD Kota Madiun dibangun pada tahun 2004 dan mulai beroperasi pada

    tahun 2005 yang tercatat sebagai rumah sakit negeri kelas C. Masyarakat

    madiun tentunya sudah tidak asing dan menyebutnya Rumah Sakit Sogaten

    karena terletak di Kelurahan Sogaten, Mangunharjo, Madiun. RSU milik

    Pemerintah Kota ini mempunyai luas tanah 45.000 m² dengan luas bangunan

    10.966,74 m². Di RSUD Kota Madiun terdapat 217 tempat tidur yang terdiri

    dari : 14 tempat tidur kamar VIP, 36 tempat tidur kamar kelas I, 32 tempat

    tidur kamar kelas II, 85 tempat tidur kamar kelas III, 6 tempat tidur kamar

    ICU, 10 tempat tidur kamar HCU, 16 tempat tidur di IGD, 11 tempat tidur

    kamar bersalin, 5 tempat tidur ruang operasi, 2 tempat tidur ruang isolasi.

    Sedangkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di RSUD Kota Madiun antara

    lain : 71 perawat, 26 bidan, dan 33 dokter.

  • 54

    Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tempat penelitian di Ruang

    Melati RSUD Kota Madiun. Fasilitas yang ada di ruangan ini antara lain : 30

    tempat tidur yang terdiri dari : 8 tempat tidur kamar kelas I, 6 tempat tidur

    kamar kelas II, 12 tempat tidur kamar kelas III, 3 tempat tidur kamar HCU, 1

    tempat tidur kamar isolasi, ruang perawat, ruang dokter, ruang obat, dan area

    tempat bermain anak-anak.

    5.2 Hasil Penelitian 5.2.1 Data Umum

    a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

    Karakteristik pasien di Ruang Melati RSUD Kota Madiun berdasarkan

    usia adalah sebagai berikut :

    Tabel 5.1 Tendensi Sentral P