bab iv penerapan terapi bermain dalam menurunkan …repository.uinbanten.ac.id/4592/6/bab iv.pdf ·...
TRANSCRIPT
-
63
BAB IV
PENERAPAN TERAPI BERMAIN DALAM MENURUNKAN
KECEMASAN HOSPITALISASI
A. Penerapan Terapi Bermain Dalam Menurunkan Kecemasan
Hospitalisasi
Upaya yang dilakukan dalam menurunkan kecemasan
hospitalisasi pada anak usia sekolah tentunya dapat dilakukan
dengan berbagai teknik dan terapi, salah satunya menggunakan
terapi bermain. Dalam penelitian ini terdapat enam responden yaitu
NS, DN, SR, IL, BM, SL. Responden dari penelitian ini adalah
pasien rawat inap Rumah Sakit Budiasih yang mengalami
kecemasan hospitalisasi.
Proses penerapan terapi bermain ini, dilakukan berdasarkan
tiga langkah yaitu langkah awal, langkah pertengahan dan langkah
akhir. Terapi bermain ini menggunakan media menggambar dan
mewarnai. Bertujuan untuk menurunkan kecemasan hospitalisasi,
setelah dilakukan penerapan terapi bermain.
-
64
1. Responden NS
a. Langkah awal
Pada tanggal 15 Mei 2019 pada pukul 11.00 WIB peneliti
datang bertemu dengan responden untuk melakukan proses terapi
bermain dengan media yang digunakan adalah menggambar dan
mewarnai. Di pertemuan kedua ini peneliti melihat responden sedikit
ketakutan dan waspada saat peneliti menghampiri responden.
Melihat respon yang ditunjukkan terhadap peneliti, peneliti pun
tersenyum dan menanyakan kabar untuk memberikan suasana yang
nyaman dan ramah menunjukkan sikap attending. Dalam tahap ini
peneliti membangun kepercayaan responden dan memberikan
kenyamanan agar selama pelaksanaan terapi bermain anak dapat
menceritakan yang dirasakan terhadap peneliti. Pada tahap ini
perilaku yang muncul pada diri anak adalah perasaan takut dan
waspada terhadap peneliti
b. Langkah pertengahan
Pada tahapan kedua ini peneliti mengajak anak untuk
menceritakan kecemasan yang dialami selama dirawat inap. Dalam
tahap ini peneliti menggunakan teknik mengarahkan (directing).
Teknik ini merupakan keterampilan konseling untuk mengarahkan
-
65
responden untuk melakukan sesuatu. Untuk mengetahui perasaan
anak, peneliti memberikan beberapa gambar emotikon perasaan.
Emotikon perasaan ini ada beberapa perasaan yaitu perasaan marah,
senang, sedih, takut, dan cemas. Peneliti menunjukkan gambar
emotikon perasaan terhadap responden dan pilih salah satu perasaan
yang dirasakan responden dan digambarkan. Responden pun
memilih emotikon perasaan sedih dan digambarkan. Untuk
mengetahui seberapa perasaan sedih responden, peneliti
mengarahkan responden untuk mengambar titik-titik agar
mengetahui perasaan sedih responden. Responden pun menggambar
titik-titik di bagian wajah yang digambarkan. Ada lebih dari sepuluh
titik yang menandakan bahwa responden merasa sedih berada di
rumah sakit. Peneliti pun menanyakan alasannya mengapa sedih.
Responden sedih karena jauh dari teman-temannya, dan ia tidak bisa
bermain bersama dengan teman-temanya. Kemudian peneliti
menanyakan kembali perasaan yang dirasakan selama dirawat inap
dan menunjukkan gambar emotikon perasaan. Responden memilih
gambar emotikon takut dan digambarkan. Peneliti pun bertanya
kembali seberapa besar takutnya. Kemudian responden memberikan
titik-titik di bagian wajahnya dan peneliti dapat menyimpulkan
-
66
bahwa responden sangat takut. Peneliti pun menanyakan alasan
responden mengapa memilih gambar takut. Responden memilih
gambar emotikon takut, karena responden takut ketinggalan
pelajaran di sekolah dan takut terhadap lingkungan rumah sakit yang
sangat menyeramkan. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa perasaan
yang dirasakan responden adalah perasaan sedih dan takut.
Kemudian peneliti menanyakan kembali apa yang disukain di rumah
sakit dan yang tidak sukai di rumah sakit dan digambarkan.
Responden menggambar tensi untuk yang ia suka dan gambar kursi
roda dan jarum suntik yang tidak di suka. Peneliti pun menanyakan
alasan gambar yang ia buat. Responden menggambar tensi karena
sangat lucu seperti squisi yang ia suka di rumah sakit. Kemudian
responden menggambar kursi roda dan jarum suntik dengan alasan
bahwa ia takut kursi roda bergerak sendiri sehingga ia sangat takut
dan alasan ia menggambar jarum suntik karena jarum suntik sangat
tajam sehingga ia takut jika melihat jarum suntik.
Pada tahap ini anak menunjukkan emosi yang terpendam
dalam diri anak. Peneliti dapat melihat bahwa responden sadar akan
ketakutan yang dirasakan selama dirawat inap. Pikiran yang
irasional mengakibatkan kecemasan itu muncul pada diri anak ini
-
67
terlihat pada saat responden takut dengan kursi roda dan lingkungan
rumah sakit yang menyeramkan, namun perasaan takut dan sedih
sudah mulai terarah saat proses terapi bermain terlihat dari perilaku
yang ditunjukkan responden. Perilaku yang ditunjukkan responden
terhadap peneliti adalah responden merasa nyaman ketika bercerita
terhadap peneliti tidak ada perasaan takut dan waspada.62
c. Langkah akhir
Pertemuan ketiga dengan responden yang merupakan tahap
akhir dari proses terapi bermain yang dilaksanakan Pada tanggal 16
Mei 2019 pukul 11.00 WIB Pada tahap ini peneliti mengajak
responden mewarnai gambar yang diberikan peneliti dan
memberikan beberapa penguatan kata-kata dan doa. Peneliti
mengatakan “ Ade tidak boleh takut jika ada perawat ataupun
dokter datang untuk memeriksa keadaan Ade karena perawat
ataupun dokter datang untuk menyembuhkan Ade bukan untuk
menyakiti dan selalu makan walaupun dua sendok ataupun lebih
karena biar proses penyembuhannya cepat dan tidak lupa minum
obat seperti yang disarankan dokter, biar bisa sekolah lagi dan
62
Responden NS (12 tahun), diwawancarai oleh Dita, Serang, 15 Mei
2019 pukul 10.00 WIB.
-
68
main sama teman-teman lagi, harus semangat dan Teteh berharap
semoga Ade cepat sembuh” ungkap peneliti.
Dalam tahap akhir ini peneliti melakukan evaluasi kegiatan
terapi bermain dan terlihat bahwa responden NS mulai adanya
penurunan kecemasan hospitalisasi walaupun tidak signifikan. NS
sudah mulai terbiasa ketika perawat ataupun dokter datang
menghampiri untuk melakukan pemeriksaan tidak ada perasaan
gelisah atau pun takut. kekhawatiran NS terhadap sekolah sudah bisa
mengontrol walaupun masih sedikit ada perasaan khawatir. NS juga
sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dan tidak
mengalami mimpi buruk.63
2. Responden DN
a. Langkah awal
Pada tahap ini dilaksanakan pada tanggal 17 Mei 2019 jam
13.00 WIB. Peneliti datang bertemu responden untuk melakukan
terapi bermain dengan media yang ditentukan oleh peneliti. Pada
pertemuan kedua ini peneliti melihat DN terlihat waspada dan
sedikit gelisah sama seperti responden sebelumnya. Seperti
sebelumnya pada tahap ini peneliti bertujuan untuk mencoba
63
Responden NS (12 Tahun), diwawancarai oleh Dita, Serang 16 Mei
2019 pukul 11.00 WIB.
-
69
menjalin keakraban dan kenyamanan terhadap responden. Peneliti
menanyakan bagaimana kabar dan keadaan yang menunjukkan sikap
attending. Hal ini bertujuan agar responden dapat dengan nyaman
menceritakan kecemasan yang ia alami selama dirawat inap.
b. Langkah pertengahan
Pada tahap ini peneliti mengajak anak untuk menceritakan
kecemasan yang ia alami melalui gambar. Seperti sebelumnya
peneliti menggunakan teknik mengarahkan (directing). Peneliti
mengarahkan responden untuk memilih gambar emotikon perasaan.
Responden memilih gambar emotikon perasan senang dan sedih
serta digambarkan. Peneliti menanyakan kembali seberapa senang
dan sedih responden dan gambarkan titik-titik di bagian wajah untuk
menunjukkan seberapa besar perasaan senang dan sedih. Responden
pun menambahkan gambar titik di bagian wajah senang sebanyak
delapan titik yang menandakan bahwa responden sedikit ada
perasaan senang. Serta responden memberikan gambar titik terhadap
gambar perasaan sedih sebanyak lebih dari sepuluh titik yan
menandakan bahwa ia sedih berada di rumah sakit. Peneliti
menanyakan alasan responden memilih perasaan emotikon senang
dan sedih. Alasan responden memilih perasaan emotikon senang
-
70
karena banyak yang perhatian dengan responden, kemudian alasan ia
memilih gambar perasaan emotikon sedih karena ia tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya dan jauh dari teman-temannya. Peneliti
menanyakan kembali apa yang ia suka di rumah sakit dan yang ia
tidak suka di rumah sakit. Responden pun menggambar jarum suntik
yang ia tidak sukai serta tv dan hp yang ia suka. Alasan responden
menggambarkan jarum suntik karena ia pernah disuntik berkali-kali
sehingga menimbulkan trauma dalam diri responden. Kemudian
alasan ia menyukai tv dan hp ialah ia bisa menonton dan
memainkan hp dengan sepuasnya.
Pada tahap ini responden menyadari kecemasan yang ia
rasakan namun, ia tidak tahu cara menghilangkan perasaan
emosionalnya. Peneliti dapat melihat sedikit perubahan terhadap diri
responden. Perubahan yang responden tunjukan adalah menatap
peneliti ketika menceritakan permasalahan yang ia alami,
sebelumnya responden sama sekali tidak menatap peneliti. Peneliti
berusaha untuk membantu responden berpikir dan bersikap berbeda
pada kecemasan yang ia rasakan. Peneliti mengatakan “ Abang kalo
dokter atau pun perawat bawa jarum suntik itu buat nyembuhin
Abang, biar Abang cepat sembuh, Abang gak boleh nangis ya kalo
-
71
ada dokter ataupun perawat bawa jarum suntik ya bang. Dan Abang
harus minum obat sama makan ya biar cepat sembuh, nanti Teteh
datang bawa gambar ultarmen. Tapi abang harus janji kalo ada
perawat atau dokter datang gk boleh nangis dan harus minum obat
sama makan ok Abang” ungkap peneliti. Responden pun
mengatakan “ ia Teh , nanti aku gak nangis kalo ada dokter ataupun
perawat datang janji” ungkap responden. Peneliti memberikan
tugas terhadap responden untuk tidak nangis jika ada perawat
ataupun dokter.64
c. Langkah akhir
Pertemuan ketiga ini adalah tahap akhir dari proses terapi
bermain yang dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2019 pukul 13.00
WIB. Peneliti mengajak responden mewarnai gambar yang sudah
dijanjikan peneliti terhadap responden. Pada tahap ini peneliti
memberikan penguatan kata-kata dan doa. Peneliti mengatakan “
Abang semangat ya, Abang harus cepat sembuh biar bisa main
sama teman-temannya, ok Bang” ungkap peneliti.
Pada tahap terakhir ini mengevaluasi kegiatan terapi
bermain. Pada tahap ini responden terlihat ada penurunan
64
Responden DN, diwawancarai oleh Dita, Serang 17 Mei 2019 pukul
13.00 WIB.
-
72
kecemasan. Responden sudah tidak mulai menangis setiap dokter
ataupun perawat membawa jarum suntik, respon yang ditunjukkan
responden saat dokter ataupun perawat membawa jarum suntik
hanya meringis tidak seperti hari sebelumnya respon yang
ditunjukkan adalah menangis.65
3. Responden SR
a. Langkah awal
Pada tahap ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2019 pukul
11.00 WIB. Peneliti bertemu responden untuk melakukan proses
terapi bermain dengan media yang ditentukan peneliti. Pertemuan
yang kedua ini sikap yang ditunjukkan responden terhadap peneliti
sama seperti pertemuan pertama yaitu merasa khawatir dan waspada,
ia takut peneliti adalah seorang dokter ataupun perawat. Seperti
sebelumnya pada tahap ini peneliti mencoba menjalin keakraban
terhadap responden seperti menanyakan kabar dan keadaan yang
menunjukkan sikap attending tidak lupa peneliti memberikan
senyuman terhadap responden. Hal ini bertujuan agar responden
nyaman bercerita tentang kecemasan selama dirawat inap.
65
Responden DN, diwawancarai oleh Dita, Serang 18 Mei 2019 pukul
13.00 WIB.
-
73
b. Langkah pertengahan
Pada tahap ini peneliti berusaha untuk mengajak responden
bercerita tentang kecemasan ia selama dirawat inap melalui
menggambar. Seperti sebelumnya peneliti menggunakan teknik
mengarahakan (directing). Teknik ini merupakan keterampilan
konseling untuk mengarahkan responden untuk melakukan sesuatu.
Peneliti mengarahakan responden untuk memilih perasaan emotikon
yang ditunjukkan peneliti dan digambarkan. Pada tahap ini
responden memilih gambar emotikon takut, marah dan cemas.
Peneliti pun mengarahkan kembali responden untuk
menggambarkan titik di bagian wajah yang ia gambarkan untuk
mengetahui seberapa besar perasaan yang ia rasakan. Pertama
perasaan emotikon takut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
responden sangat takut berada di rumah sakit, terlihat gambar titik-
titik hampir di seluruh wajah emotikon perasaan takut. Alasan
responden menggambarkan perasaan takut adalah ia sangat takut
dengan jarum suntik. Kemudian yang kedua perasaan emotikon
marah, peneliti dapat menyimpulkan bahwa responden sangat marah
dengan keadaan yang ia alami, terlihat gambar titik-titk hampir di
seluruh bagian emotikon perasaan marah. Alasan ia menggambar
-
74
perasaan emotikon marah adalah ia marah terhadap dokter ataupun
perawat yang selalu menyuntik setiap saat dan ia marah kenapa ia
harus sakit. Serta gambar emotikon perasaan cemas. Peneliti melihat
gambar yang digambarkan responden menujukan bahwa responden
sedikit cemas terlihat gambar titik-titik di bagian wajah sebanyak
delapan titik-titk. Alasan responden menggambar perasaan cemas
karena ia takut ketinggalan pelajaran di sekolah. Peneliti
mengarahkan kembali responden untuk menggambarkan apa yang ia
suka di rumah sakit dan yang ia tidak suka di rumah sakit.
Responden menggambarkan jarum suntik untuk yang ia tidak suka
dengan alasan ia takut dengan jarum suntik.
Pada tahap ini responden sadar akan kecemasan yang ia
rasakan selama dirawat inap. Peneliti dapat melihat ada perubahan
pada sikap yang ditunjukkan responden. Perilaku yang ditunjukkan
adalah responden sudah tidak terlihat ketakutan saat menceritakan
permasalahannya terhadap peneliti. Pada tahap ini peneliti berusaha
untuk mengubah sikap dan pikiran responden dan peneliti
memberikan tugas terhadap responden. Peneliti mengatakan “ Ade
kalo dokter ataupun perawat bawa jarum suntik itu buat nyembuhin
Dede, biar Dede bisa main lagi dan sekolah makanya dokter
-
75
ataupun perawat sering nyuntikin Dede. Teteh kasih tugas ya buat
Dede kalo Dede, gak boleh ngamuk dan nangis saat disuntik dan
jangan lupa minum obat sama makan yaaa biar Dede jadi sehat
kayak teman-teman yang lainnya, kalo udah sehat kan Dede bisa
pulang, nanti kita mewarnai gambar kuda poni yang Dede suka,
gimana ?” ungkap peneliti. Responden merespon dengan
memberikan anggukan yang menandakan bahwa responden siap
melaksanakan tugas yang diberikan peneliti.66
c. Langkah akhir
Pertemuan ketiga ini adalah tahap akhir dari proses terapi
bermain yang dilaksanakan pada tanggal 23 Mei 2019 pukul 11.00
WIB. Peneliti mengajak responden untuk mewarnai gambar yang
diberikan peneliti sesuai dengan janji peneliti terhadap responden.
peneliti memberikan penguatan kata-kata atau motivasi dan doa,
peneliti mengatakan “ Dede harus selalu semangat yaa, jangan
takut sama dokter ataupun perawat, ok. Semoga Ade cepat sembuh
yaa, dan jangan lupa makan sama minum obatnya ok, biar bisa
main sama teman-teman lagi.” Ungkap peneliti.
66
Responden SR (10 Tahun), diwawancarai oleh Dita, Serang, Rabu 22
Mei pukul 11.00 WIB.
-
76
Pada tahap terakhir ini peneliti mengevaluasikan kegiatan
proses terapi bermain. Evaluasi dari kegiatan ini bahwa responden
mengalami penurunan kecemasan. Responden tidak mengamuk saat
dokter ataupun perawat memeriksa responden namun, responden
masih tetap menangis ketika disuntik oleh dokter atau pun perawat.67
4. Responden IL
a. Langkah awal
Pada tahap ini dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2019 pukul
13.30 WIB. Peneliti bertemu dengan responden untuk melakukan
proses terapi bermain dalam menurunkan kecemasan hospitalisasi
dengan media yang sudah ditentukan oleh peneliti. Pada pertemuan
kedua ini respon yang dilihatkan responden terhadap peneliti hanya
sedikit gelisah saja dan bingung. Seperti sebelumnya peneliti
menyapa responden dengan senyuman dan menanyakan kabar yang
menunjukkan sikap Attending. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kenyaman terhadap responden, saat responden menceritakan
perasaaan yang ia alami selama dirawat inap.
67
Responden SR, (10 tahun), diwawancarai oleh Dita, Serang, Kamis 23
Mei 2019 pukul 11.00 WIB.
-
77
b. Langkah Pertengahan
Pada tahap ini peneliti berusaha mengajak responden untuk
menceritakan kecemasan yang ia rasakan dengan menggambar.
Seperti sebelumnya peneliti menggunakan teknik mengarahkan
(directing). Peneliti mengarahkan responden untuk memilih
perasaan emotikon yang ditunjukkan terhadap peneliti. Responden
memilih gambar emotikon perasaan senang dan perasaan takut, tidak
lupa responden menggambar emotikon perasaan yang ia pilih.
Peneliti mengarahkan kembali untuk mengambar titik-titik di bagian
wajah yang ia gambar untuk mengetahui seberapa perasaan takut
dan senang yang ia rasakan. Pertama perasaan emotikon senang
responden menggambar titik-titik lebih dari sepuluh yang
menandakan ia senang berada di rumah sakit. Kemudian yang
kedua perasaan emotikon takut responden menggambarkan titik-titik
lebih dari sepuluh yang menandakan ia takut berada di rumah sakit.
peneliti menanyakan alasan ia menggambar emotikon senang dan
takut. Respoden menggambar perasaan senang karena banyak yang
perhatian sama ia, dan banyak yang sayang sama responden.
Kemudian alasan ia menggambar emotikon takut karena ia takut
dengan lingkungan rumah sakit dan ia takut jarum suntik serta obat.
-
78
Pada tahap ini responden sadar akan kecemasan yang ia
rasakan selama dirawat inap. Untuk menurunkan kecemasan yang ia
rasakan peneliti berusaha mengubah pikiran dan sikap responden.
Peneliti memberikan tugas terhadap responden untuk tidak takut
terhadap jarum suntik. peneliti mengatakan “ Ade kalo ada dokter
atau pun perawat datang bawa jarum suntik untuk melakukan
pemeriksaan Ade jangan takut yaa, kan cita-citanya pengen jadi
dokter, masa calon dokter takut sama jarum suntik. Dokter atau pun
perawat sering meriksa Ade supaya Ade cepat sembuh, biar Ade
bisa sekolah lagi sama seperti teman-temannya. Janji sama Teteh
yaa, jangan takut nanti besok kita mewanai bareng ya “ ungkap
peneliti. Responden pun mengatakan “ ia Teh, janji aku gak takut
lagi”. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa responden siap
melaksanakan tugas yang diberikan kepada peneliti.68
c. Langkah akhir
Pertemuan ketiga ini adalah tahap akhir yang dilaksanakan
pada tanggal 23 Mei 2019 pukul 13.30 WIB. Pada tahap ini peneliti
mengajak responden untuk mewarnai dengan gambar yang sudah
ditentukan oleh peneliti. Peneliti memberikan penguatan kata-kata
68
Responden IL, (10 Tahun), diwawancarai oleh Dita, Serang, Jumaat 22
Mei 2019 pukul 13.00 WIB.
-
79
atau motivasi dan doa untuk kesembuhan responden. Peneliti
mengatakan “ Ade semoga cepat sembuh ya, dan beraktivitas
kembali, jangan takut sama jarum suntik kan Ade cita-citanya
pengen jadi dokter jadi harus berani dan harus semangat minum
obatnya biar cepat sembuh, dan semoga cita-cita ade yang ingin
menjadi dokter tercapai. Ok” ungkap peneliti.
Dalam tahap akhir ini peneliti melakukan evaluasi terapi
bermain terhadap responden. Perubahan responden terlihat saat
perawat ataupun dokter membawa jarum suntik sudah tidak terlihat
takut walaupun, ada sedikit tegang tapi responden bisa mengontrol
perasaan itu. Perubahan responden tidak secara signifikan namun
ada kemajuan dalam menyingkapi kecemasaan yang ia rasakan
selama dirawat inap.69
5. Responden IM
a. Langkah awal
Pada tahap ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2019 pukul
13.00 WIB. Peneliti bertemu dengan responden untuk proses terapi
bermain dengan media yang sudah ditentukan oleh peneliti. Pada
pertemuan kedua ini respon yang diperlihatkan responden sama
69
Responden IL, (10 Tahun), diwawancarai oleh Dita, Serang, Sabtu 23
Mei 2019 pukul 13.00 WIB.
-
80
seperti pertemuan pertama yaitu sangat waspada dengan lingkungan
sekitar dan sedikit perasaan takut. Dalam tahap ini peneliti bertujuan
untuk menjalin keakraban dengan menyapa dan menanyakan kabar
menunjukkan sikap attending. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kenyamanan terhadap responden, agar responden dapat
menceritakan permasalahan kecemasan yang ia rasakan saat dirawat
inap.
b. Langkah pertengahan
Pada tahap ini peneliti mengajak responden untuk bercerita
permasalahan yang ia rasakan saat dirawat inap. Dalam proses ini
peneliti melakukan teknik mengarahkan (directing) untuk
mengetahui perasaan yang ia rasakan saat ini. Peneliti mengarahkan
responden untuk memilih gambar emotikon perasaan dan
digambarkan oleh responden. Responden memilih gambar emotikon
perasaan senang dan takut. Untuk mengetahui seberapa besar
perasaan senang dan takut yan dirasakan responden peneliti
mengarahkan responden untuk menggambarkan titik di bagian
wajah. Pada gambar pertama yaitu emotikon senang responden
menggambar titik-titik di bagian wajah sebanyak lima titik yang
menandakan bahwa responden sedikit senang berada dirawat inap.
-
81
Kemudian gambar yang kedua yaitu emotikon perasaan takut
responden menggambar titik-titik lebih dari sepuluh titik yang
menandakan bahwa responden takut berada di rumah sakit. Peneliti
menanyakan kembali alasan ia menggambar emotikon perasaan
senang dan takut. Alasan responden menggambar perasaan senang
karena ia senang banyak yang perhatian terhadap responden.
Kemudian alasan yang kedua ia menggambar emotikon takut karena
ia takut dengan jarum suntik dan dokter atau pun perawat. Peneliti
mengarahkan kembali untuk menggambar yang ia sukai di rumah
sakit dan yang tidak disukai. Responden menggambar jarum suntik
untuk yang tidak disukai dan yang disukai di rumah sakit tidak ada.
Alasan ia menggambar jarum suntik karena ia takut dengan benda
tajam.
Pada tahap ini responden IM sadar akan kecemasan yang ia
rasakan selama dirawat inap. Untuk menurunkan kecemasana
peneliti berusaha untuk mengubah sikap dan pikiran responden
dengan penguatan kata-kata dan diberikan tugas terhadap responden.
peneliti mengatakan “ Abang, kalo dokter atau perawat bawa jarum
suntik, itu untuk nyembuhin Abang, kalo Abang gak mau diperiksa
terus disuntik nanti Abang gk sembuh-sembuh, jadi Abang gk boleh
-
82
takut ya kalo ada dokter ataupun perawat bawa jarum suntik. Abang
kan laki-laki masa takut sama jarum suntik. Abang kalo Abang udah
gak takut sama jarum suntik besok kita mewarnai gambar pesawat
ya, tapi Abang harus janji sama Teteh gk boleh meluk mamah sama
jangan takut kalo ada dokter atau pun perawat bawa jarum suntik,
biar Abang cepat sembuh”. Responden menganggukan kepala yang
menandakan bahwa responden paham akan tugas yang diberikan
terhadap peneliti.70
c. Langkah akhir
Pertemuan ketiga dengan responden yang merupakan tahap
akhir dari proses terapi bermain yang dilaksanakan pada tanggal 21
Juni 2019 pukul 13. 00 WIB. Pada tahap ini peneliti mengajak
responden untuk mewarnai gambar yang sudah ditentukan oleh
peneliti. Peneliti memberikan penguatan kata-kata atau motivasi dan
doa untuk kesembuhan responden. Dalam tahap ini peneliti
melakukan evaluasi terhadap responden. Perubahan responden
terlihat saat dokter ataupun perawat datang untuk melakukan
pemeriksaan responden tidak memegang erat ibunya walaupun
70
Responden IM, (7 Tahun), diwawancarai oleh Dita, Serang, Kamis 20
Juni 2019 Pukul 13.00 WIB
-
83
sesekali ia melihat ibunya saat disuntik tapi, ada sedikit perubahan
dalam diri responden.71
6. Responden SL
a. Langkah awal
Pada tahap ini, peneliti datang bertemu responden di rumah
sakit untuk melakukan pendekatan terhadap responden. Pertemuan
kedua ini dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2019 pukul 10.00 WIB.
Respon yang ditunjukkan responden saat bertemu peneliti adalah
sangat waspada dan enggan untuk berkomunikasi dengan peneliti.
Dalam tahap ini peneliti menyapa responden dengan senyuman dan
menanyakan kabar untuk menjalin keakraban terhadap reponden
yang menunjukkan sikap attending. Hal ini bertujuan agar responden
nyaman terhadap peneliti saat responden menceritakan
permasalahan yang ia rasakan dirawat inap.
b. Langkah pertengahan
Pada tahap ini peneliti mengajak responden untuk
menceritakan permasalahan yang ia alami saat dirawat inap. Dalam
proses ini peneliti mengarahkan responden untuk mengetahui
perasaan yang ia rasakan. Peneliti mengarahkan responden untuk
71 Responden IM, (7 Tahun), diwawancarai oleh Dita, Serang, Jumaat 21
Juni 2019 Pukul 13.00 WIB
-
84
memilih gambar emotikon perasaan dan digambarkan oleh
responden. Responden menggambarkan perasaan emotikon marah
dan sedih. Untuk mengetahui perasaan marah dan sedih responden,
peneliti mengarahkan responden untuk menggambar titik-titik di
bagian wajah emotikon perasaan. Pada gambar emotikon marah
responden menggambar titik-titik sebanyak delapan, yang
menandakan bahwa responden sedikit marah dengan kondisinya.
Kemudian menggambar emotikon perasaan sedih sebanyak lebih
dari sepuluh titik yang menandakan bahwa responden sedih dengan
kondisinya saat ini. Peneliti menanyakan kembali alasan responden
menggambar perasaan sedih dan marah. Alasan responden
menggambar marah karena ia merasa dirinya lemah dan ia tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya. Kemudian alasan ia menggambar
perasaan emotikon sedih adalah ia sedih harus rawat inap kembali
sehingga merepotkan kembali keluarganya dan sedih kenapa
memiliki tubuh yang lemah.
Pada tahap ini responden sadar akan kecemasan yang ia
rasakan. Dan responden mengalami sedikit perubahan sikap.
Sebelumnya sikap responden saat peneliti melakukan wawancara
adalah menghindar dan tidak nyaman. Namun, responden sudah
-
85
nyaman dengan peneliti dan tidak menghindar terlihat saat
responden mencceritakan kecemasan yang ia rasakan dan
menceritakan kegiatan ia di sekolah. Untuk menurunkan kecemasan
peneliti berusaha untuk mengubah pikiran dan sikap responden
mengenai kecemasan yang ia rasakan. Peneliti mengatakan “Ade
Allah sayang sama Ade, makanya Allah memberikan ujian kepada
Ade berupa penyakit. Ade gak lemah kok buktinya Ade bisa sekolah,
main bersama teman-teman dan bantu ibu di sawah Ade itu justru
kuat. Pokoknya Ade gk boleh takut ya sama dokter ataupun perawat
saat melakukan pemeriksaan ya, dokter atau pun perawat suka
meriksa Adekan biar Ade cepat sembuh, dan Ade kalo udah sembuh
bisa beraktivitas kembali jadi gak boleh takut ok. Janji sama Teteh
gak boleh takut lagi sama jarum suntik dan dokter atau pun perawat
ok “ungkap peneliti. Responden pun mengangguk yang menandakan
bahwa responden menerima semua perkataan peneliti.72
c. Langkah akhir
Pertemuan ketiga ini merupakan tahap akhir kegiatan proses
bermain yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2019 pukul 10.00
WIB. Pada tahap ini peneliti mengajak responden untuk mewarnai
72 Responden SL, (10 Tahun), diwawancarai oleh Dita,Serang, Kamis 20
Juni 2019 Pukul 10.00 WIB.
-
86
gambar yang sudah ditentukan oleh peneliti. Peneliti memberikan
penguatan kata-kata dan doa untuk responden. Dalam tahap ini
peneliti melakukan evaluasi proses terapi bermain. Perubahan
responden terlihat saat dokter ataupun perawat membawa jarum
suntik tidak terlalu gugup, dan takut sudah berkurang.73
B. Kondisi Psikologis Setelah Penerapan Terapi Bermain
Setelah melakukan penerapan terapi bermain responden
mengalami penurunan kecemasan hospitalisasi. Penururnan
kecemasan ini memiliki respon yang berbeda-beda bagi setiap
responden. Berikut adalah hasil terapi bermain yang diterapkan pada
enam responden:
1. Responden NS
Setelah melakukan penerapan terapi bermain responden NS
pasien rawat inap mengalami penurunan kecemasan. Perubahan NS
adalah terlihat saat dokter ataupun perawat melakukan pemeriksaan
NS sudah mulai bisa tenang tidak ada gelisah ataupun waspada dan
NS sudah mulai berpikir positif terlihat saat NS sudah tidak terlalu
73
Responden SL, (10 Tahun), diwawancarai oleh Dita, Serang, Jumaat
21 Juni 2019 pukl 10.00 WIB
-
87
takut dengan rumah sakit. Perasaan yang ia rasakan saat di rumah
sakit, sudah bisa mengelolanya walaupun tidak signifikan.
2. Responden DN
Setelah melakukan penerapan terapi bermain DN mengalami
penurunan kecemasan. Perubahan yang terlihat oleh DN adalah saat
dokter ataupun perawat datang untuk melakukan pemeriksaan DN
bisa mengatasi kegelisahan yang dihadapi DN. Ia sudah bisa
bersikap tenang. Kemudian perubahan yang terlihat dari DN adalah
DN sudah bisa berpikir positif, ia tidak terlalu waspada dengan
lingkungan sekitar di rumah sakit dan sudah tidak mengalami mimpi
buruk. DN pun sudah bisa mengelola perasaan negatif menjadi
positif walaupun perasaan cemas dan khawatir masih ia rasakan
namun ia bisa mengelola perasaan itu.
3. Responden SR
Setelah melakukan penerapan terapi bermain SR mengalami
penurunan kecemasan. Perubahan ini terlihat saat dokter ataupun
perawat melakukan pemeriksaan terhadap SR sudah tidak
menghindar namun, SR masih gelisah dan masih menangis saat
proses menyuntik. Kemudian perubahan yang terlihat dari SR adalah
-
88
ia sedikit bisa mengelola perasaan negatif menjadi postif dan SR
tidak terlalu waspada dengan lingkungan rumah sakit.
4. Responden IL
Setelah melakukan penerapan terapi bermain IL mengalami
penurunan kecemasan. Perubahan ini terlihat saat dokter ataupun
perawat melakukan pemeriksaan IL sudah bisa bersikap tenang.
Kemudian perubahan yang terlihat dari IL adalah IL sudah bisa
mengelola perasaan negatif menjadi positif dan ia sudah tidak
waspada dengan lingkungan rumah sakit peneliti melihat IL sudah
bisa beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
5. Responden IM
Setelah melakukan penerapan terapi bermain IM mengalami
penurunan kecemasan. Perubahan ini terlihat saat dokter ataupun
perawat datang untuk melakukan pemeriksaan IM sudah bersikap
tenang dan IM sudah tidak waspada dengan lingkungan rumah sakit.
IM sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
Kemudian perubahan yang terlihat dari IM adalah IM sudah bisa
mengelola perasaan negatif menjadi positif.
-
89
6. Responden SL
Setelah melakukan penerapan terapi bermain SL mengalami
penurunan kecemasan. Perubahan ini terlihat saat dokter ataupun
perawat melakukan pemeriksaan SL bisa bersikap tenang dan SL
sudah tidak waspada dengan rumah sakit. Kemudian perasaan
negatif yang ia rasakan SL sudah bisa mengelola perasaan itu
walaupun tidak terlalu signifikan namun ada sedikit perubahan SL
dalam mengatasi kecemasan hospitalisasi.
Tabel 4.1
Kondisi Kecemasan Hospitalisasi Setelah Di Terapi
Responden Sebelum terapi Sesudah terapi
NS Merasa gelisah
saat dokter atau
pun perawat
melakukan
pemeriksaan
Mengalami
mimpi buruk
saat dirawat
inap
Merasa
khawatir dengan
sekolahnya, ia
takut
ketinggalan
pelajaran
Sudah bisa
bersikap
tenang saat
dokter atau
pun perawat
melakukan
pemriksaan
Sudah tidak
mengalami
mimpi buruk
Sudah bisa
mengontrol
perasaan
khawatir
Sudah bisa
-
90
Responden
waspada dengan
lingkungan
rumah sakit
Takut dengan
jarum suntik
beradaptasi
dengan
lingkungan
rumah sakit
Sedikit tidak
takut dengan
jarum suntik
DN Merasa gelisah
saat dokter atau
pun perawat
melakukan
pemeriksaan.
Takut dengan
jarum suntik
Merasakan
cemas dengan
sekolahnya
Waspada
dengan
lingkungan
rumah sakit
Mengalami
mimpi buruk
saat dirawat
inap
Sudah bisa
bersikap
tenang saat
dokter atau
pun perawat
melakukan
pemeriksaan
Sudah sedikit
tidak takut
dengan jarum
suntik
Sudah bisa
beradaptasi
dengan
lingkungan
rumah sakit
Sudah bisa
mengontrol
perasaan
cemas
Sudah tidak
mengalami
mimpi buruk
-
91
SR Merasa gelisah
saat dokter atau
pun perawat
melakukan
pemeriksaan
Khawatir
dengan
sekolahnya, ia
takut
ketinggalan
pelajaran
Merasa takut
dengan penyakit
nya, ia takut
tidak sembuh-
sembuh.
Waspada
dengan
lingkungan
rumah sakit
Menghindar
saat melakukan
pemeriksaan
dan saat
berinteraksi
dengan peneliti
Masih
mengalami
gelisah saaat
dokter atau
pun perawat
melakukan
pemeriksaan
namun masih
dibatas wajar.
sudah bisa
mengelola
perasaan
khawatir
yang
dirasakan
responden
walaupun
tidak
signifikan.
Sudah sedikit
bisa
beradaptasi
dengan
lingkungan
rumah sakit.
Sudah tidak
menghindar
saat dokter
ataupun
perawat
-
92
melakukan
pemeriksaan
IL Merasa gelisah
saat dokter atau
pun perawat
melakukan
pemeriksaan.
Takut terhadap
jarum suntik.
Cemas saat
memikirkan
sekolahnya.
Wasapada
dengan
lingkungan
rumah sakit
Sudah bisa
bersikap
dengan
tenang saat
dokter atau
pun perawat
melakukan
pemeriksaan.
Sudah sedikit
tidak takut
dengan jarum
suntik.
Perasaan
cemas yang
ia rasakan
sudah bisa
mengelolanya
.
Sudah bisa
beradaptasi
dengan
lingkungan
rumah sakit.
IM Merasa gelisah
saat dokter atau
pun perawat
melakukan
Sudah bisa
bersikap
tenang saat
dokter atau
-
93
pemeriksaan.
Perasaan Takut
dan cemas saat
dokter
membawa
jarum suntik.
Waspada
dengan
lingkungan
rumah sakit
pun perawat
melakukan
pemeriksaan.
Perasaan
takut dan
cemas sudah
bisa
mengontrol.
Sudah bisa
beradaptasi
dengan
lingkungan
rumah sakit.
SL Merasa gelisah
dan gugup saat
dokter atau pun
perawat
melakukan
pemeriksaaan
SL khawatir
dengan
sekolahnya ia
takut
ketinggalan
pelajaran.
Perasaan takut
dan cemas saat
dokter
membawa
jarum suntik.
Sudah bisa
bersikap
tenang
walaupun ada
sedikit
perasaan
gugup.
Perasaan
khawatir
sudah bisa
dikontrol.
Sudah tidak
cemas dan
sedikit tidak
takut dengan
jarum suntik.
sudah bisa
-
94
SL merasa malu
dengan
kondisinya, ia
malu banyak
yang
mengunjunginy
a
mengelola
perasaan
malu, SL
sudah bisa
berpikir
bahwa
banyak yang
sayang
dengan SL.
Sumber: Data Lapangan dan Hasil Wawancara