skripsi efektivitas pemberian video edukasi …repository.stikes-bhm.ac.id/656/1/1.pdfalam tentang...
TRANSCRIPT
1
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PEMBERIAN VIDEO EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN
MAHASISWA PECINTA ALAM TENTANG PERTOLONGAN
PERTAMA PADA HIPOTERMIA DI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO
Oleh :
DIMAS ARI SABELLA
NIM : 201502049
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PEMBERIAN VIDEO EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN
MAHASISWA PECINTA ALAM TENTANG PERTOLONGAN
PERTAMA PADA HIPOTERMIA DI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
DIMAS ARI SABELLA
NIM : 201502049
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PEMBERIAN VIDEO EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN
MAHASISWA PECINTA ALAM TENTANG PERTOLONGAN
PERTAMA PADA HIPOTERMIA DI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Faqih Nafiul U, S.Kep.,Ns., M.Kep
NIS. 20150121
Kuswanto, S.kep., Ns., M.Kes
NIS. 20050004
Mengetahui,
Ketua Program StudiKeperawatan
Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep
NIS. 20130092
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan dinyatakan
telah memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar (S.Kep)
Pada Tanggal Agustus 2019
Dewan Penguji
1. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep :…………………………..
(Ketua Dewan Penguji)
2. Faqih Nafiul U, S.Kep., Ns., M.Kep : .................................................
(Dewan Penguji 1)
3. Kuswanto, S.kep., Ns., M.Kes :………………………………..
(Dewan Penguji 2)
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes (Epid)
NIS. 20160130
v
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dimas Ari Sabella
NIM : 201502049
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
(sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan
yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/tidak
dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, 03 Agustus 2019
Dimas Ari Sabella
NIM. 201502049
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dimas Ari Sabella
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Ponorogo, 04 Desember 1996
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Lulus Dari Sekolah Dasar Negeri 01 Nglayang 2009
2. Lulus Dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Jenangan 2012
3. Lulus Dari Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 1 Ponorogo
2015
4. Sekolah tinggi llmu kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun 2015-
Sekarang
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Ibu dan Bapak Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada
terhinggakupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Bapak yang telah
memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga
yang tidak dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata
cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan
bapak bahagia karena kusadar selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk
Ibu dan Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih
sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik. Terima
kasih Ibu…..Terima kasih Bapak….. I Love You
Dosen Pembimbing Tugas Akhirku
Bapak Faqih Nafiul Umam S. Kep. Ns., M. Kep dan Bapak Kuswanto S. Kep.
Ns., M. Kes selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terima kasih banyak
pak…. , saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak
akan lupa atas bantuan dan kesabaran bapak . Terima kasih banyak pak… Seluruh
dosen pengajar di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Terima kasih banyak
untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah kalian
berikan kepada saya.
My Best Friend’s
Terimakasih kepada Micin Squad ( Bella Okta, Devi Risnawati, Arinta Putri,
Mina Wasik, Leni Pitrina, Nurul Fatonah, Dosi Ayu ), terimakasih juga buat Mas
Imam Adi Saputra yang selalu mengdengarkan keluh kesah, senang susahku, serta
selalu menyempatkan waktu untukku dan semuanya yang gak bisa aku sebutkan
satu persatu. Terima kasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, traktiran dan
semangat yang kamu berikan selama aku kuliah, aku tak akan melupakan semua
yang telah kamu berikan selama ini. Semoga keakraban di antara kita selalu
terjaga.
viii
ABSTRAK
Dimas Ari Sabella
EFEKTIFITAS PEMBERIAN VIDEO EDUKASI TERHADAP
PENGETAHUAN MAHASISWA PECINTA ALAM TENTANG
PERTOLONGAN PERTAMA PADA HIPOTERMIA DI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO
Hipotermia adalah ketika tubuh kehilangan suhu panas dengan cepat,
sehingga menyebabkan temperatur tubuh menurun drastis di bawah 35ºC.
Hipotermia sering terjadi pada saat pendakian, angka kejadian hipotermia pada
pendaki gunung di Indonesia dari tahun 2016-2018 terdapat 5 orang pendaki yang
harus dirawat di rumah sakit dan terdapat 9 orang meninggal, sehingga
dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan untuk menghindari hipotermia pada
pendaki, salah satunya menggunakan media video edukasi. Video merupakan
salah satu jenis media audio-visual dan dapat menggambarkan suatu objek
bergerak bersama-sama dengan suara yang sesuai. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis efektifitas video edukasi terhadap pengetahuan mahasiswa pecinta
alam tentang pertolongan pertama pada hipotermia di Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
metode pra eksperimental dengan desain one group pre-test and post-test.
Populasi 37 mahasiswa pecinta alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling jumlah sample
sebanyak 27 mahasiswa pecinta alam yang di tentukan dengan rumus slovin.
Pengambilan data menggunakan lembar kuesioner yang dianalisis dengan uji
wilcoxon signed rank test. Intervensi diberikan selama 30 menit dan dilakukan
oleh peneliti dengan video edukasi pertolongan pertama hipotermia.
Hasil penelitian Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam sebelum
diberikan Video Edukasi adalah sebanyak 27 mahasiswa dengan nilai rata- rata
8.59 pada kategori cukup. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam sesudah
diberikan Video Edukasi adalah sebanyak 27 mahasiswa dengan nilai rata- rata
10.85 pada kategori baik.Analisis uji statistik dengan menggunakan uji wilcoxon
signed rank test didapatkan nilai p value 0,000 < α = 0,005 menunjukan bahwaH1
diterima sehingga video edukasi efektif meningkatkan tingkat pengetahuan
mahasiswa pecinta alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Tingkat pengetahuan mahasiswa pecinta alam meningkat setelah diberikan
video edukasi. Saran untuk anggota mahasiswa pecinta alam di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo di harapkan pemberian pendidikan kesehatan dapat
dilanjutkan untuk menambah informasi dan meningkatkan pengetahuan
mahasiswa pecinta alam.
Kata kunci : Video edukasi, pengetahuan, pertolongan pertama, hipotermia
ix
ABSTRACT
Dimas Ari Sabella
THE EFFECTIVENESS OF GIVING AN EDUCATIONAL VIDEO
AGAINST A KNOWLEDGE OF STUDENT MOUNTAINEERING CLUB
ABOUT A HYPOTHERMIA FIRST AID AT MUHAMMADIYAH
UNIVERSITY OF PONOROGO
Hypothermia is a state where body losing heat caused by conduction,
which make a body temperature drop below 35ºC. Hypothermia is often occured
to climbers. from 2016 untill 2018, there are few incident caused by hypothermia.
5 climbers need to be hospitalized, and 9 of them are died. So there are some
skills and knowledge need to be improved to avoid a hypothermia to the
climbers, one of the ways are using an educational video. Video are one of the
many audio-visual media which represent a moving object with a matching voice
inside it. The aim of this research is to analyze the effectiveness of providing
educational video on student’s knowledge of the first aid of hypothermia in
Muhammadiyah University of Ponorogo.
The kind of this research is quantitative, with pre experimental method and
one group pre-test and post-test design. The population used on this research are
37 Students Mountaineering Club at Muhammadiyah university of Ponorogo.
Sampling method used on this research is purposive sampling technique with 27
sample amount of Student Mountaineering Club which is determined with slovin
formula and mining data used a questionnaire which is analyzed with wilcoxon
signed rank test. An intervention given in 30 minutes and carried out by
researcher using hypothermia's first aid educational video.
The result of knowledge level of Students Mountaineering Club before
shown educational video was on "good enough" category with 8.59 average value.
after showing an educational video, the knowledge level of Students
Mountaineering Club is increased with 10.85 average value on excelent catagory.
The analyze of statistic test used wilcoxon signed rank test obtained a value of p
value 0,000 < α = 0,005 which shown that H1 is accepted. So the educational
video is effective to increase a knowledge level of Student Mountaineering Club
of Muhammadiyah University of Ponorogo.
The knowledge level of the Student mountaineering club was increased after saw
an educational videos. A suggestion for all members of the Student
mountaineering club of muhammadiyah university of ponorogo is expected to
spread out about healtness education, to helping out another student
mountaineering club for gaining more information and increasing its knowledge
level.
Keyword : Educational video, Knowledge, First Aid, Hypothermia
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Pernyataan.............................................................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi
Lembar Persembahan .......................................................................................... vii
Abstrak ................................................................................................................ viii
Daftar Isi.............................................................................................................. x
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xv
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvi
Daftar Istilah........................................................................................................ xvii
Daftar Singkatan..................................................................................................xviii
Kata Pengantar .................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan .................................................... 8
2.1.1 Pengertian Pendidikan ................................................... 8
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan ....................................... 8
2.1.3 Faktor-Faktor Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan ... 9
2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan ...................................... 10
2.1.5 Media Penyuluhan ......................................................... 11
2.1.6 Fungsi Media dalam Pendidikan ................................... 13
2.2 Konsep Media Video ................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Media Video ................................................ 14
2.2.2 Tujuan Penggunaan Media Video ................................. 14
2.2.3 Manfaat Penggunaan Media Video ............................... 15
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Media Video ...................... 16
2.3 Konsep Pengetahuan ................................................................... 17
2.3.1 Definisi Pengetahuan ..................................................... 17
2.3.2 Tingkat Pengetahuan ...................................................... 18
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ..................... 20
2.3.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan ........................................ 21
2.4 Konsep Hipotermia ...................................................................... 21
2.4.1 Pengertian Hipotermia ................................................... 21
2.4.2 Etiologi Hipotermia ....................................................... 22
xi
2.4.3 Manifestasi Klinis Hipotermia ...................................... 22
2.4.4 Patofisiologi Hipotermia ............................................... 23
2.5 Konsep Pertolongan Pertama Pada Hipotermia .......................... 24
2.5.1 Definisi Pertolongan Pertama ........................................ 24
2.5.2 Tujuan Pertolongan Pertama ......................................... 24
2.5.3 Prosedur Pertolongan Pertama pada Hipotermia ........... 25
2.5.4 Penggunaan Video Edukasi pada Pendidikan ............... 27
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 29
3.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 30
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 31
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................... 32
4.2.1 Populasi .............................................................................. 32
4.2.2 Kriteria Sampel .................................................................. 32
4.2.3 Teknik Sampling ................................................................ 33
4.3 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 35
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............... 36
4.4.1 Variabel Penelitian ............................................................. 36
4.4.2 Definisi Operasional Variabel ............................................ 37
4.5 Instrumen Penelitian .................................................................... 39
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 39
4.7 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 40
4.8 Pengolahan Data .......................................................................... 41
4.9 Uji Normalitas ............................................................................. 44
4.10 Analisa Data ................................................................................ 44
4.10.1 Analisa Univariat ........................................................... 44
4.10.2 Analisa Bivariat ............................................................. 45
4.11 Etika Penelitian ............................................................................ 46
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................... 48
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................... 49
5.2.1 Data Umum ........................................................................... 50
5.2.2 Data Khusus .......................................................................... 53
5.2.2.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam
Sebelum diberikan Video Edukasi ............................ 53
5.2.2.2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam
Setelah diberikan Video Edukasi .............................. 54
5.2.2.3 Efektifitas pemberian Video Edukasi terhadap
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta
Alam di Universitas Muhammadiyah
Ponorogo ................................................................... 56
xii
5.3 Pembahan ........................................................................................ 56
5.3.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam Sebelum
diberikan Video Edukasi ....................................................... 56
5.3.2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam Setelah
diberikan Video Edukasi ...................................................... 58
5.3.3 Efektifitas pemberian Video Edukasi terhadap Tingkat
Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo ...................................................... 59
BAB VI KESIMPULAN SARAN ...................................................................... 62
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 62
6.2 Saran ............................................................................................... 62
Daftar Pustaka .................................................................................................... 64
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 67
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 4.1 Desain Penelitian Pra Eksperimental One Group pre-test
and post-test design .................................................................. 30
Tabel 4.2 Definisi Operasional Efektifitas Pemberian Video Edukasi
Terhadap Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam Tentang
Pertolongan Pertama Pada Hipotermia .................................... 35
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
umur mahasiswa pecinta alam di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo ....................................................... 49
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin mahasiswa pecinta alam di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo ....................................................... 49
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pendakian mahasiswa pecinta alam Universitas
Muhammadiyah Ponorogo ....................................................... 50
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
menjadi anggota organisasi mahasiswa pecinta alam di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo .................................... 51
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pengalaman mengalami hipotermia di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo ....................................................... 51
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
memberikan pertolongan hipotermia mahasiswa pecinta
alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo ....................... 52
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
sumber informasi pertolongan hipotermia mahasiswa
pecinta alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo .......... 53
Tabel 5.8 Mean, Median, Modus Sebelum diberikan Video Edukasi di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo .................................... 53
Tabel 5.9 Mean, Median, Modus Setelah diberikan Video Edukasi di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo .................................... 55
Tabel 5.10 Analisa efektifitas pemberian video edukasi terhadap
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo .................................... 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Efektifitas Pemberian Video Edukasi Terhadap
Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam Tentang Pertolongan Pertama
Pada Hipotermia .................................................................. 28
Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian Efektifitas Pemberian Video
Edukasi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam
Tentang Pertolongan Pertama Pada Hipotermia .................. 33
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data Awal ................................................ 67
Lampiran 2 Surat Persetujuan Pengambilan Data Awal ............................... 68
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ................................................................... 69
Lampiran 4 Persetujuan Izin Penelitian ......................................................... 70
Lampiran 5 Surat Selesai Penelitian .............................................................. 71
Lampiran 6 Lembar Permohonan Menjadi Responden ................................. 72
Lampiran 7 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................. 73
Lampiran 8 Kuesioner ................................................................................... 74
Lampiran 9 Tabel Validitas ........................................................................... 79
Lampiran10 Distribusi Frekuensi Responden ................................................ 82
Lampiran11 Hasil Mean Median Pre Post Video Edukasi ........................... 85
Lampiran 12 Uji Normalitas .......................................................................... 86
Lampiran 13 Uji Wilcoxon Sign Rank Test................................................... 88
Lampiran14 Mean Median Modus Kuesioner .............................................. 90
Lampiran15 Tabulasi Data ............................................................................ 92
Lampiran 16 Tabulasi Kuesioner ................................................................... 93
Lampiran17 Video Edukasi .......................................................................... 95
Lampiran18 Dokumentasi ............................................................................. 98
Lampiran 19 Lembar Bimbingan ................................................................... 99
xvi
DAFTAR ISTILAH
Afektif : Kemampuan sikap dan nilai
Application : Aplikasi
Audio Aid : Alat bantu dengar
Booklet : Suatu media untuk menyampaikan pesan
kesehatan Buget : Biaya
Complicated : Rumit
Comprehension : Memahami
Disorientasi : Tidak mampu memahami
Ekstermitas : Anggota gerak bagian bawah/tepi Enabling : Penguat
Flyer : Seleberan
Hipoksia : Kondisi kurangnya pasokan oksigen di
sel dan jaringan tubuh Inkontinensia Urine : Ketidakmampuan bleder mengeluarkan
urine Interview : Wawancara
Kognitif : Kemampuan proses berfikir
Leaflet : Media penyampaian informasi kesehatan
Reinforcing : Pemungkin Sleeping bag : Selimut tidur
Thermal blanket : Selimut penghangat
Visual aid : Alat bantu lihat
xvii
DAFTAR SINGKATAN
FGD : Focus Group Discussion
MAHIPA : Mahasiswa Pecinta Alam
PMK : Perawatan Metode Kanguru
SMK : Sekolah Menengah Kejuruan
xviii
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Efektifitas Pemberian Video Edukasi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa
Pecinta Alam Tentang Pertolongan Pertama Pada Hipotermia Di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo” dengan baik.Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, saran dan dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Happy Susanto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.
2. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Mega Arianti P., S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua Prodi S-1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Faqih Nafiul Umam, S.Kep.,Ns.,M.Kep sebagai pembimbing I Skripsi
yang dengan Kesabaran dan Ketelitian dalam membimbing sehingga
Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Kuswanto, S.Kep., Ns., M.Kes sebagai pembimbing II Skripsi yang
dengan Kesabaran dan Ketelitian dalam membimbing sehingga Skripsi
ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu
kritik dan saran selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Madiun, 03 Agustus 2019
Penulis
(Dimas Ari Sabella)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi kurang dari 35ºC
atau 95ºF secara involunter (Hardisman, 2014). Berdasarkan etiologinya
hipotermia dapat dibagi menjadi hipotermia primer dan hipotermia sekunder,
hipotermia primer terjadi apabila tubuh terpapar langsung oleh suhu udara yang
dingin sehingga metabolisme panas dalam tubuh tidak dapat mengimbangi
adanya udara dingin. Sedangkan hipotermia sekunder terjadi apabila memiliki
penyakit atau sedang mengonsumsi obat tertentu yang menyebabkan
penurunan suhu tubuh (Tanto 2014).
Hipotermia dapat terjadi pada pencinta alam di Indonesia yang sedang
melakukan pendakian di gunung. Hal tersebut diperkuat dengan data jumlah
pendaki gunung yang dinyatakan terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Berdasarkan data dari Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango pada tahun 2013 jumlah pengunjung sebanyak 82.577 orang serta
jumlah pengunjung ditahun 2014 meningkat menjadi 96.587 orang. Sedangkan
jumlah pengunjung di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Lombok
Timur pada tahun 2014 pendaki mancanegara maupun nusantara mencapai
58.000 orang, serta jumlah pendaki tahun 2015 meningkat menjadi 70.000
orang (Mandiri, 2016). Serta data dari Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru (TNBTS) provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 jumlah pendaki
2
mencapai 50-100 orang setiap hari. Jumlah tersebut meningkat pada 2014
sebanyak 500-1000 orang setiap hari (Purnomo, 2014).
Ketika melakukan pendakian para pendaki dapat terserang penyakit
gunung atau mountain sicknes yang dapat mengancam jiwa yaitu seperti
hipotermia, hipoksia, dehidrasi dan kram. Angka kejadian hipotermia pada
pendaki gunung di Indonesia dari tahun 2016-2018 terdapat 5 orang pendaki
yang harus dirawat di rumah sakit dan terdapat 9 orang meninggal. Sebagian
besar korban meninggal di gunung disebabkan oleh hipotermia. Pada bulan
Februari 1 orang meninggal karena hipotermia di Gunung Merbabu (Munir,
2016). Kemudian pada bulan Maret 2016 di Gunung Lawu 1 orang harus
dirawat intensif karena hipotermia (Setiadi, 2016). Sampai saat ini kejadian
hipotermia pada pendaki gunung belum disebutkan secara detail (Setiawan,
2016).
Hipotermia mempunyai dampak negatif yang bervariasi tergantung
pada kategori dan lama waktu seseorang terpapar langsung oleh suhu udara
dingin. Kategori hipotermia dibagi menjadi 3 yaitu hipotermia ringan,
hipotermia sedang dan hipotermia berat. Hipotermia ringan dengan rentang
suhu tubuh antara 32-35ºC yang menyebabkan penderita akan mengalami tanda
gejala seperti pucat, terasa dingin saat disentuh, mati rasa terutama pada bagian
ekstermitas, respon melambat, mengantuk, mengigil, lesu, mengalami
peningkatan detak jantung dan pernafasan. Hipotermia sedang terjadi ketika
dalam rentang 28-32ºC yang dapat menyebabkan penderita mengalami tanda
gejala seperti penurunan tingkat kesadaran, disorientasi, inkontinensia
3
urine,dan reflek melambat, sedangkan hipotermia berat terjadiapabila suhu
tubuh dibawah 28ºC yang dapat menyebabkan penderita mengalami detak
jantung lemah, respon pupil tidak ada, kaku otot serta penderita tidak sadar dan
tidakmerespon. Sehingga pada penderita hipotermia dibutuhkan
penatalaksanaan secara cepat dan tepat (Setiati, 2014).
Hasil penelitian tentang metode penatalaksanaan hipotermi dengan
judul penelitian hubungan pelaksanaan perawatan metode kanguru (pmk)
dengan kejadian hipotermi pada bayi berat lahir rendah didapatkan hasil ada
hubungan pelaksanaan pmk pada kejadian hipotermi dengan korelasi yang kuat
(Nurlaila, 2015). Serta pada penelitian lain tentang efektifitas selimut elektrik
dalam meningkatkan suhu tubuh pasien post seksio caesar yang mengalami
hipotermi dengan hasil terdapat peningkatan suhu tubuh sebelum dan sesudah
penggunaan selimut elektrik pada pasien post seksio sesarea. Penatalaksanaan
yang dilakukan pada hipotermi berhasil sehingga dibutuhkan pengetahuan
untuk memberikan penatalaksanaan hipotermi dengan tepat (Mutiara, 2015).
Pengetahuan tentang penatalaksanaan hipotermia pada pecinta alam
yang melakukan kegiatan di gunung perlu ditingkatkan dengan pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi individu maupun kelompok, sehingga mampu melakukan yang
diharapkan seperti perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
yang kondusif (Notoatmojo, 2012).
Metode dalam pembelajaran dan penyuluhan kesehatan dapat
menggunakan berbagai media. Salah satu media yang dapat digunakan adalah
4
dengan menggunakan media video. Media video dapat menyajikan informasi,
menjelaskan konsep, mengajarkan keterampilan, menyingkat waktu, dan
mempengaruhi sikap. Kelebihan pembelajaran menggunakan media video yaitu
mencakup tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor.Pada ranah kognitif dapat
mengobservasi kejadian aktual dari peristiwa terkini, karena unsur warna, suara
dan gerak dapat memperkuat pemahaman terhadap materi ajar. Pada ranah
afektif, video dapat memperkuat dalam merasakan unsur emosi dan penyikapan
dari pembelajaran yang efektif. Pada ranah psikomotorik, video memiliki
keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja, video
pembelajaran yang merekam kegiatan motorik atau gerak dapat memberikan
kesempatan untuk mengamati dan mengevaluasi kembali kegiatan tersebut
(Azhar, 2011).
Hasil penelitian tentang pengaruh penggunaan video pembelajaran
terhadap peningkatan hasil belajar mata pelajaran ilmu pengetahuan di
madrasah ibtidaiyah negeri kroya dengan metode pembelajaran menggunakan
video mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap minat dan hasil pembelajaran
pada siswa (Busyaeri, 2016). Pada penelitian lain tentang efektifitas pemberian
edukasi dengan metode video dan focus group discussion (FGD) terhadap
tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus (DM) tipe 2 disimpulkan adanya
perbedaan pengetahuan tentang tentang diabetes mellitus yang signifikan
sebelum dan sesudah edukasi (Julita, 2018).
Hasil studi pendahuluan dengan Ketua Organisasi Mahasiswa Islam
Pecinta Alam (Mahipa) Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMP)
5
mengatakan belum pernah ada edukasi tentang pertolongan pertama pada
hipotermia, dan pada 3 orang anggota organisasi Mahipa belum memahami
tentang pertolongan pertama hipotermia, pertolongan yang sering dilakukan
pada saat pendakian adalah dengan menggunakan mantel dan saling
berpelukan saat mengalami hipotermia, sehingga peneliti mengambil judul
Efektifitas Pemberian Video Edukasi Terhadap Pengetahuan Mahasiswa
Pecinta Alam Tentang Pertolongan Pertama pada Hipotermia di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
“Bagaimana efektifitas pemberian video edukasi terhadap pengetahuan
mahasiswa pecinta alam tentang pertolongan pertama pada hipotermia di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektifitas pemberian video edukasi terhadap
pengetahuan mahasiswa pecinta alam tentang pertolongan pertama pada
hipotermia di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengetahuan mahasiswa pecinta alam sebelum di berikan
video edukasi pertolongan pertama pada hipotermia di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
6
2. Mengetahui pengetahuan mahasiswa pecinta alam sesudah di berikan
video edukasi pertolongan pertama pada hipotermia di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
3. Menganalisis efektifitas pemberian video edukasi terhadap
pengetahuan mahasiswa pecinta alam tentang pertolongan pertama
pada hipotermia di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktis
1. Bagi Responden
Memberi informasi tentang pemberian video edukasi
terhadap mahasiswa pecinta alam tentang pertolongan pertama
pada hipotermia.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan sumbangan
pemikiran serta mampu memberikan motivasi bagi profesi
keperawatan untuk mengkaji dan memberikan penyuluhan kepada
mahasiswa pecinta alam tentang pertolongan pertama pada
hipotermia.
3. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Menambah informasi dalam perpustakaan tentang
keperawatan hipotermi dan untuk meningkatkan pengetahuan bagi
pembaca tentang pertolongan pertama pada hipotermia.
7
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat di gunakan peneliti
sebagai bahan referensi dalam meneliti lebih lanjut terkait
pemberian edukasi terhadap pertolongan pertama pada hipotermia.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendidikan Kesehatan
2.1.1 Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai – nilai dalam masyarakat dan
kebudayaan (Purwanto, 2009).
Pendidikan kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi individu maupun kelompok, sehingga mampu
melakukan yang diharapkan seperti perilaku untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif (Notoatmojo, 2014).
Pendidikan kesehatan dapat disimpulkan sebagai kegiatan
pembelajaran individu maupun kelompok, untuk meningkatkan
pengetahuan dan merubah perilaku, agar tercipta kesadaran masyarakat
tentang pencegahan dan penanganan kesehatan.
2.1.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor
penyebab terbentuknya perilaku kesehatan, sehingga pendidikan
kesehatan harus disesuaikan dengan faktor yang mempengaruhi
perilaku (Notoadmojo, 2012) dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Promosi kesehatan dalam faktor predisposisi
Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran,
memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
9
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri,
keluarganya maupun masyarakatnya. Disamping itu dalam konteks
promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi,
kepercayaan masyarakat, baik yang merugikan maupun yang
menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan
penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan, iklan-iklan layanan
kesehatan, billboard, dan sebagainya.
2. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)
Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat
memberdayakan dan mampu mengadakan sarana prasarana
kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan bantuan
teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk
pengadaan sarana dan prasarana.
3. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)
Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk
mengadakan pelatihan misalnya bagi tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan petugas kesehatan.
2.1.3 Faktor - faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan
dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :
1. Tingkat pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang
terhadap informasi yang baru diterimanya. Maka dapat dikatakan
10
bahwa semakin tinggi pendidikannya semakin mudah seseorang
menerima informasi yang didapatnya.
2. Tingkat sosial ekonomi
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang semakin
mudah pula dalam menerima informasi baru.
3. Adat istiadat
Sebagian masyarakat masih sangat menghargai dan
menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh
diabaikan.
4. Kepercayaan masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan
oleh orang-orang yang sudah mereka kenal karena sudah ada
kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.
5. Ketersediaan waktu di masyarakat
Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat
aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat
dalam penyuluhan.
2.1.4 Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang
ingin dicapai penggolongan metode pendidikan ada 3 yaitu :
1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk
membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik
11
pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakannya
pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah
atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau
perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)
b. Wawancara (Interview)
2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok
Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok.
Dalam penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu
mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat
pendidikan formal dari sasaran.
3. Metode berdasarkan pendekatan massa
Metode pendekatan massa cocok untuk mengkomunikasikan
pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga
sasaran dari metode ini bersiat umum, dalam arti tidak membedakan
golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi,
tingkat pendidikan dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan
yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga
dapat ditangkan oleh massa.
2.1.5 Media Penyuluhan
Menurut Notoadmojo (2012) pada garis besar ada 3 macam alat
bantu pendidikan atau alat peraga yaitu :
12
1. Berdasarkan stimulasi indra
a. Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indra pengelihatan.
b. Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu
untuk menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian
bahan pendidikan.
c. Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids).
2. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya
a. Alat peraga atau media yang rumit (complicated) seperti film,
slide, dan sebagainnya yang memerlukan listrik dan proyektor.
b. Alat peraga sederhana yang mudah dibuat sendiri dari bahan-
bahan lokal.
3. Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur media kesehatan
a. Media Cetak
1) Leaflet
Merupakan bentuk penyampaian informasi kesehatan
melalui lembaran yang dilipat. Keuntungan menggunakan
media ini antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan
belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan
mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan
sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau
dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa
didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail,
13
mudah dibuat , diperbanyak, dan diperbaiki sementara itu
ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu tidak cocok untuk
sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah
hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak
diikut sertakan secara akti, serta perlu proses penggandaan
yang baik.
2) Booklet
Booklet adalah suatu media untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tulisan dan gambar.
Booklet sebagai alat bantu, sarana dan sumber daya
pendukung untuk menyampaikan pesan harus
menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.
3) Selebaran (Flyer).
4) Lembar balik ( Flip chart).
5) Rubrik adalah surat kabar, poster atau foto.
b. Media Elektronik
1) Video dan film strip.
2) Slide.
2.1.6 Fungsi Media dalam Pendidikan
Menurut Notoadmojo (2012), media sebagai alat bantu
menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat bantu tersebut mempunyai
fungsi sebagai berikut :
1. Menimbulkan minat sasaran pendidikan.
14
2. Mencapai sasaran yang lebih banyak.
3. Membantu dan mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman.
4. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan
yang diterima orang lain.
5. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan.
2.2 Konsep Media Video
2.2.1 Pengertian Media Video
Video merupakan salah satu jenis media audio-visual dan dapat
menggambarkan suatu objek bergerak bersama-sama dengan suara yang
sesuai. Video menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan
konsep, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang
waktu, dan mempengaruhi sikap (Azhar Arsyad, 2011).
2.2.2 Tujuan Penggunaan Media Video
Menurut Azhar Arsyad (2011) mengemukakan tentang beberapa
tujuan dari pembelajaran menggunakan media video yaitu mencakup
tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga tujuan ini dijelaskan
sebagai berikut :
a. Tujuan Kognitif
1. Dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang menyangkut
kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan
rangsangan berupa gerak dan sensasi.
15
2. Video dapat digunakan untuk menunjukkan contoh cara bersikap
atau berbuat dalam suatu penampilan, khususnya menyangkut
interaksi manusiawi.
b. Tujuan Afektif
Dengan menggunakan efek dan tehnik, video dapat menjadi
media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi.
c. Tujuan Psikomotorik
1. Video merupakan media yang tepat untuk memperlihatkan contoh
keterampilan gerak. Dengan alat ini diperjelas baik dengan cara
memperlambat ataupun mempercepat gerakan yang ditampilkan.
2. Melalui video seseorang langsung mendapat umpan balik secara
visual terhadap kemampuan mereka sehingga mampu mencoba
keterampilan yang menyangkut gerak.
2.2.3 Manfaat Penggunaan Media Video
Manfaat media video menurut (Andi Prastowo, 2012 ) antara lain :
a. Memberikan pengalaman yang tak terduga.
b. Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak
mungkin bisa dilihat.
c. Menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu.
d. Memberikan pengalaman untuk merasakan suatu keadaan tertentu.
e. Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya
yang dapat memicu diskusi.
16
2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Media Video
Kelebihan dan Kekurangan media video menurut (Daryanto, 2011)
kelebihan media video antara lain :
1. Video menambah suatu dimensi baru di dalam pembelajaran, video
menyajikan gambar bergerak disamping suara yang menyertainya.
2. Video dapat menampilkan suatu fenomena yang sulit untuk dilihat
secara nyata.
3. Dapat mengembangkan kemampuan kognitif yang menyangkut
kemampuan mengenal kembali dan kemampuan memberikan
rangsangan berupa gerak dan sensasi.
4. Mengembangkan kemampuan afektif, video menggunakan efek dan
teknik sehingga dapat menjadi media yang sangat baik dalam
mempengaruhi sikap dan emosi.
5. Video mempengaruhi perkembangan psikomotor, karena seseorang
langsung mendapat umpan balik secara visual terhadap kemampuan
dan keterampilan yang menyangkut gerak.
Kekurangan media video, antara lain :
1. Opposition
Pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan
timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang
dilihatnya.
17
2. Material pendukung
Video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat
menampilkan gambar yang ada di dalamnya.
3. Budget
Untuk membuat video membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
2.3 Konsep Pengetahuan
2.3.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui indera manusia (Wawan A dan Dewi M, 2010).
Pengetahuan erat hubungannya dengan pendidikan dimana
diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut
akan semakin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bukan
berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan
rendah. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak
diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek
ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif
dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif
terhadap obyek tertentu (Wawan & Dewi, 2010).
18
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut (Wawan & Dewi, 2010) pengetahuan yang mencakup
dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2. Memahami (Comperhension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham
terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan dan
menyebutkan.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau
19
penggunaan hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam
konteks atau situasi lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja.
5. Sintesis (Synthetic)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-
penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
20
2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2014) :
1. Faktor pendidikan
Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka akan
semakin mudah untuk menerima informasi tentang obyek atau yang
berkaitan dengan pengetahuan.
Pengetahuan dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan
oleh orang tua, guru, dan media masa. Pendidikan sangat erat
kaitannya dengan pengetahuan, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akan semakin mudah untuk menerima serta
mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
2. Faktor pekerjaan
Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses
mengakses informasi yang dibutuhkan terhadap suatu obyek.
Pekerjaan yang lebih sering mengakses informasi di media serta
yang lebih mengutamakan fikiran akan lebih meningkatkan
pengetahuan seseorang.
3. Faktor pengalaman
Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan.
Semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan
semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut.
21
4. Keyakinan
Keyakinan yang diperoleh seseorang biasanya bisa didapat
secara turun-temurun, keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
5. Sosial budaya
Kebudayaan beserta kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
2.3.4 Kriteria Tingkat Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui
dan diinterpretasiakan menjadi tiga tingkatan :
1. Baik, bila subyek menjawab benar ≥76% - 100% seluruh pertanyaan.
2. Cukup, bila subyek menjawab benar 60% - 75% seluruh pertanyaan.
3. Kurang, bila subyek menjawab benar ≤60% seluruh pertanyaan.
2.4 Konsep Hipotermia
2.4.1 Pengertian Hipotermia
Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi kurang dari
35ºC atau 95ºF secara involunter (Hardisman, 2014). Hipotermia adalah
ketika tubuh kehilangan suhu panas dengan cepat, disebabkan oleh
lepasnya panas secara konduksi, konveksi, radiasi, maupun evaporasi,
sehingga menyebabkan temperatur tubuh menurun drastis di bawah 35ºC
(Setiati, 2014).
22
2.4.2 Etiologi Hipotermia
Berdasarkan etiologinya hipotermia dapat dibagi menjadi
hipotermia primer dan hipotermia sekunder (Tanto, 2014) :
1. Hipotermia primer terjadi apabila tubuh terpapar langsung oleh suhu
udara yang dingin sehingga metabolisme panas dalam tubuh tidak
dapat mengimbangi adanya udara dingin.
2. Hipotermia sekunder terjadi apabila memiliki penyakit atau sedang
mengonsumsi obat tertentu yang menyebabkan penurunan suhu
tubuh. Berbagai kondisi yang mengakibatkan hipotermia menurut
(Hardisman, 2014) yaitu:
a. Penyakit endokrin : Hipoglikemi, hipotiroid, diabetes mellitus.
b. Penyakit kardiovaskuler : Infark miokard, gagal jantung
kongestif.
c. Penyakit neurologis :Cedera kepala, tumor, cedera tulang
belakang.
d. Obat – obatan : Alkohol, sedatif, klonidin, neuroleptik.
2.4.3 Manifestasi Klinis Hipotermia
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita akan berbeda-beda
tergantung dari tingkat hipotermia yang dialami. Menurut Setiati (2014)
manifestasi yang muncul antara lain :
23
1. Hipotermia Ringan (35-32ºC)
Pucat, terasa dingin saat disentuh, mati rasa terutama pada
bagian ekstermitas, respon melambat, mengantuk, mengigil, lesu,
mengalami peningkatan detak jantung dan pernafasan.
2. Hipotermia sedang (28-32ºC)
Penurunan tingkat kesadaran, disorientasi, inkontinensia urine,
bila suhu terus menurun sampai dibawah 30ºC maka korban tidak
dapat melakukan relek mengigil.
3. Hipotermia berat (<28ºC)
Penderita tidak sadar dan tidak merespon, kaku otot, detak
jantung lemah dan tidak teratur, respon pupil tidak ada, tanda-tanda
vital sulit diukur.
2.4.4 Patofisiologi Hipotermia
Menurut Setiati (2014), tubuh menghasilkan panas melalui
metabolisme makanan dan minuman, metabolisme otot, dan reaksi
kimia. Panas tubuh hilang melalui beberapa cara, yaitu :
1. Radiasi : Perpindahan panas berdasarkan gelombang
elektromagnetik.Ketika tubuh terpapar suhu lingkungan yang lebih
rendah atau lebih dingin, maka suhu tubuh akan beradaptasi atau
mengikuti suhu lingkungan disekitarnya.
2. Konduksi : Pindahnya panas ke objek terdekat dengan suhu yang
lebih rendah. Ketika tubuh terjadi kontak fisik secara langsung
24
dengan benda yang memiliki suhu lebih rendah, maka suhu pada
benda akan mempengaruhi suhu tubuh pada manusia.
3. Konveksi :Hilangnya panas melalui aliran udara, kecepatan
hilangnya panas dipengaruhi oleh kecepatan angin. Ketika tubuh
terpapar suhu udara atau kecepatan angin yang memiliki suhu lebih
rendah maka tubuh akan melepaskan partikel yang menyebabkan
suhu tubuh akan terus turun.
4. Evaporasi : Hilangnya panas melalui cairan tubuh yang menjadi
gas, seperti keringat dan pernafasan.
2.5 Konsep Pertolongan Pertama Pada Hipotermia
2.5.1 Definisi Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama adalah tindakan pemberian perawatan
pertama pada saat terjadi kecelakaan, sakit atau keadaan gawat darurat
dengan cepat dan tepat sebelum mendapatkan pertolongan yang lebih
lanjut (Susilo, 2012).
2.5.2 Tujuan Pertolongan Pertama
Menurut Susilo (2012), tujuan dari pemberian pertolongan pertama adalah:
1. Mempertahankan korban tetap hidup.
2. Mencegah kecacatan yang lebih parah.
3. Mencegah keadaan korban semakin buruk sampai bantuan tiba.
4. Memudahkan perawatan selanjutnya.
25
2.5.3 Prosedur Pertolongan Pertama Pada Hipotermia
Adapun prosedur pemberian pertolongan pertama pada hipotermia
sesuai dengan tingkatan hipotermi yang dialami adalah :
1. Hipotermia Ringan dan Sedang
Prinsip dari pertolongan pertama pada korban yang mengalami
hipotermi ringan - sedang adalah mempertahankan kondisi suhu tubuh
agar pengeluaran panas tidak semakin buruk dan tetap menjaga
kestabilan tubuh. Menurut New Zaeland Mountain Safety Resorce
(2013) yang harus dilakukan dalam menangani hipotermi ringan –
sedang adalah :
a. Pindahkan korban di tempat yang lebih hangat, seperti tenda.
b. Bila pakaian korban basah, lepas dan ganti dengan pakaian yang
kering.
c. Berikan selimut atau bila ada berikan thermal blanket untuk
mengisolasi panas agar tidak semakin parah, kemudian berikan
sleeping bag.
d. Periksa tanda vital korban seperti nadi dan respirasi.
e. Berikan penghangat tambahan seperti api unggun, atau kompres air
hangat dengan cara memberikan botol yang diisi air hangat atau
menepelkan benda hangat pada bagian arteri seperti leher, ketiak,
atau diantara kedua paha.
f. Berikan asupan makanan dan minuman manis yang hangat untuk
membantu meningkatkan suhu korban. Hindari minuman
26
beralkohol dan kafein supaya tidak kehilangan panas yang semakin
parah.
g. Jaga kesadaran korban dengan mengajak bicara. Jangan sampai
korban tertidur agar metabolisme tidak mengalami penurunan.
h. Segera hubungi bantuan.
i. Pantau tanda vital dan tingkat kesadaran sampai bantuan tiba.
2. Hipotermia Berat
Pemberian pertolongan pertama pada saat kondisi darurat pada
penderita hipotermia berat adalah mencegah peningkatan jumlah panas
yang keluar, karena bagaimanapun panas yang dihasilkan dari dalam
tubuh lebih efektif meningkatkan suhu inti dibandingkan suhu panas
dari luar (New Zaeland Mountain Safety Resources, 2013).
Menurut New Zaeland Montain Safety Resources (2013),
pertolongan pertama yang harus dilakukan pada hipotermia berat
adalah :
a. Pindahkan korban di tempat yang lebih hangat.
b. Berikan pertolongan dengan hati-hati, usahakan jangan terlalu
mengganggu korban kerena dapat memperberat sistem kerja
organ korban.
c. Periksa respon korban.
d. Apabila pakaian korban basah, ganti dengan pakaian kering dan
berikan jaket agar hangat.
27
e. Bungkus seluruh tubuh dengan selimut, thermal blanket dan
sleeping bag secara berlapis untuk mengisolasi suhu korban.
f. Berikan kompres hangat dengan menggunakan botol yang diisi air
hangat atau benda yang dihangatkan pada bagian leher, kedua
ketiak, dan diantara kedua paha.
g. Segera hubungi bantuan.
h. Pantau tanda vital korban sampai bantuan tiba.
i. Bila tanda vital tidak dapat diukur atau korban mengalami henti
jantung, maka lakukan resusitasi jantung paru (RJP).
2.5.4 Penggunaan Video Edukasi pada Pendidikan Kesehatan
1. Pengembangan Media Video Audio Animasi untuk Pembelajaran Siswa
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelas XI Teknik Gambar
Bangunan Pelajaran Gambar Konstruksi Bangunan SMK 7 Surabaya.
Hasil penelitian menunjukan perkembangan pembelajaran
menggunakan media video audio animasi menunjukan presentase
sebesar 81,25% (sangat baik) pada pertemuan 1 dan pada pertemuan 2
sebesar 86,25% (sangat baik). Hasil belajar siswa menunjukan
presentase ketuntasan sebesar 80% (tinggi). Hasil respon siswa
menunjukan presentase sebesar 83,2% (baik sekali). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa media video audio animasi dapat digunakan
sebagai alternatif pembelajaran pada pelajaran gambar konstruksi
bangunan di SMKN 7 Surabaya (Javier, 2017).
28
2. Pengaruh Penggunaan Video Pembelajaran terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan di Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Kroya Cirebon. Hasil belajar siswa dengan menggunakan video
pembelajaran pada materi alat pencernaan manusia di kelas V Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Kroya Cirebon yang dilakukan terhadap 27 responden
yang menjadi sample penelitian diperoleh hasil belajarnya mencapai
80,63 (Busyaeri, 2016).
3. Efektifitas Pemberian Edukasi dengan Metode Video dan Focus Group
Discussion (FGD) terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes
Mellitus (DM) Tipe 2 di Klinik Diabetes Kimia Farma Husada Manado.
Nilai mean sebelum diberikan edukasi dengan video dan FGD adalah
24.06 dan sesudah diberikan edukasi adalah 40.60 dengan standar
deviasi sebelum adalah 5.873 dan sesudah 0.828 dengan nilai p sebelum
edukasi dengan metode video dan FGD adalah 0.000, dan sesudah
edukasi adalah 0.000, ini berarti lebih kecil dari nilai α 0.05 (p<0.05),
maka dapat disimpulkan adanya perbedaan pengetahuan tentang tentang
DM yang signifikan sebelum dan sesudah edukasi (Julita, 2018).
29
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep – konsep
yang ingin diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoadmojo, 2010).
Keterangan :
: Diteliti : Berpengaruh
: Tidak diteliti
Gambar 3.1 : Kerangka Konsep Efektifitas Pemberian Video Edukasi
terhadap Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam tentang
Pertolongan Pertama pada Hipotermia.
Dampak negatif hipotermia : pucat, mengantuk, mengigil, lesu, penurunan
tingkat kesadaran, disorientasi, detak jantung lemah, hingga henti jantung.
Hipotermia
Tubuh terpapar langsung oleh
udara dingin secara terus menerus
Hipotermia primer Hipotermia sekunder
Penyakit atau sedang
mengonsumsi obat
Meningkatkan pengetahuan tentang
pertolongan pertama pada hipotermia.
Media cetak : Leaflet,
booklet, selebaran,
poster, surat kabar.
Media elektonik : Video, slide
Pendidikan kesehatan.
Pengetahuan tentang penatalaksanaan hipotermia. Faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan :
pendidikan,
pekerjaan,
pengalaman,
keyakinan, sosial
budaya.
Upaya peningkatan pengetahuan.
30
Dari Gambar 3.1 Menjelaskan bahwa hipotermia dapat dibagi
menjadi hipotermia primer dan hipotermia sekunder, hipotermia dapat
menyebabkan dampak negatif seperti pucat,mengantuk, mengigil, lesu,
penurunan tingkat kesadaran, disorientasi, detak jantung lemah, hingga henti
jantung. Sehingga dibutuhkan pendidikan kesehatan dengan menggunakan
media video, karena media video menggunakan efek dan tehnik, video dapat
menjadi media yang sangat baik dalam mempengaruhi sikap dan emosi,
untuk meningkatkan pengetahuan tentang pertolongan pertama pada
hipotermia.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pernyataan penelitian (Nursalam, 2016).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
H1 : Video edukasi efektif untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa
pecinta alam tentang pertolongan pertama pada hipotermia di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
31
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
metode pra eksperimental one group pre-test and post-test design. Sampel
dalam penelitian ini di observasi terlebih dahulu menggunakan kuesioner dan
setelah diberikan perlakuan yaitu video edukasi kemudian sampel tersebut
diobservasi kembali dengan menggunakan kuesioner. Dengan demikian hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan
keadaan sebelum diberi perlakuan (Sugiono, 2010). Dalam hal ini akan melihat
Efektifitas Pemberian Video Edukasi terhadap Pengetahuan Mahasiswa Pecinta
Alam tentang Pertolongan Pertama pada Hipotermia di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo, bentuk rancangan pre dan post test design ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Desain penelitian pra eksperimental one group pre-test and post-test
design.
Subyek Pra-Tes Perlakuan Post-Tes
K O X O1
Keterangan :
K : Subjek (mahasiswa pencinta alam)
O : Observasi pengetahuan mahasiswa pecinta alam sebelum
diberikan perlakuan tentang pertolongan pertama pada hipotermia
X : Perlakuan 30 menit
O1 : Observasi pengetahuan mahasiswa pecinta alam setelah diberikan
perlakuan tentang pertolongan pertama pada hipotermia
32
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri dari atas objek
atau subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang
digunakan peneliti untuk di teliti dan kemudian di tarik kesimpulannya
(Sujarweni, 2014).
Populasi pada penenlitian ini adalah seluruh mahasiswa pecinta
alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo sejumlah 37 mahasiswa.
4.2.2 Kriteria Sampel
Adapun kriteria sampel dibagi menjadi 2 sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum sebjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016). Dalam
penelitian ini kriteria inklusinya adalah :
a. Responden yang menjadi anggota mahasiswa pecinta alam
b. Responden yang memiliki pengalaman mendaki
c. Bersedia menjadi responden
2. Kriteria Ekslusi
Kriteria Eklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi karena adanya penyakit yang mengganggu,
33
hambatan etis dan subjek menolak berpartisipasi (Nursalam, 2016). Dalam
penelitian ini kriteria eklusinya adalah :
a. Responden yang sakit
b. Responden yang memiliki keterbatasan pendengaran
4.2.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2016).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik purposive sampling adalah pengambilan sampel yang
berdasarkan suatu pertimbangan tertentu seperti sifat populasi atau ciri yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoadmodjo, 2012). Rumus sampel dalam
penelitian ini menggunakan rumus Slovin, adapun rumus slovin sebagai
berikut:
= N
1+N (d)²
= 37
1 + 37 (0,1)²
= 37
1 + 37 (0,01)
= 37
1,37
34
= 27,00
= 27
Keterangan :
n : perkiraan jumlah sampel
N : perkiraan besar populasi
d : Tingkat signifikansi p(0,1)
35
4.3 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.3 Kerangka Kerja Penelitian “Efektifitas Pemberian Video Edukasi
terhadap Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam tentang
Pertolongan Pertama pada Hipotermia di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo”.
Populasi :Seluruh mahasiswa pecinta alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo 37
responden
Desain Penelitian :Metode Pra Eksperimental dengan one group pre test post test design
Tehnik Sampling : Purposive sampling
Sample :Seluruh mahasiswa pecinta alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo 27
responden
Pengumpulan Data : Video Edukasi dan lembar kuesioner
Pengolahan dan analisis data :Editing, Coding, Entry, Scoring, Tabulating
Analisa Data :Uji Statistik Paired T Test
Hasil dan pembahasan
Kesimpulan
Observasi pengetahuan sebelum pemberian
video edukasi
Pemberian video edukasi
Observasi pengetahuan setelah pemberian video edukasi
Variabel dependen : Pengetahuan Mahasiswa Pecinta
Alam tentang Pertolongan Pertama pada Hipotermia.
Variabel Independen :
Video edukasi
36
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.4.1 Variabel Penelitian
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan
variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel independen dalam penelitian
ini adalah Video Edukasi.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel
lain, variabel respon akan muncul sebagai akibat dari manipulasi
variabel-variabel lain (Nursalam, 2016). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam tentang
Pertolongan Pertama pada Hipotermia.
37
4.4.2 Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.2 Definisi Operasional Efektifitas Pemberian Video Edukasi terhadap Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam tentang
Pertolongan Pertama pada Hipotermia di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Variabel Definisi Operasional Parameter Instrument Skala Skor
Variabel
independen:
Video Edukasi
Video memberikan
informasi, menjelaskan
proses, mengajarkan
ketrampilan, menyingkat
waktu, dan
mempengaruhi sikap.
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomorik
Video
Edukasi
- -
38
Variabel Definisi Operasional Parameter Instrument Skala Skor
Variabel
Dependen:
Pengetahuan
Mahasiswa
Pecinta Alam
tentang
Pertolongan
Pertama pada
Hipotermia.
Pengetahuan erat
hubungannya dengan
pendidikan, semakin
tinggi pendidikan maka
semakin luas
pengetahuan.
1. Tahu (Know)
2. Memahami
(Comperhensi
on)
Kuesioner Ordinal 1. Baik, bila subyek menjawab
benar ≥11-15 dari seluruh
pertanyaan.
2. Cukup, bila subyek menjawab
benar 9-10 dari seluruh
pertanyaan.
3. Kurang, bila subyek
menjawab benar ≤8 dari
seluruh pertanyaan.
39
4.5 Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Video Edukasi
Video edukasi pertolongan pertama pada hipotemia, yaitu
langkah-langkah beserta penjelasannya, berdurasi 7 menit dengan 2
prosedur pertolongan pertama pada hipotermia ringan-sedang dan
pertolongan pertama pada hipotermia berat.
2. Kuesioner
Menggunakan instrument lembar kuesioner yang berpusat pada
pengetahuan mahasiswa pecinta alam dengan pertanyaan berjumlah 20
dengan skor benar 1 dan salah 0. Dengan adanya kuesioner peneliti
dapat mengumpulkan data yang diperlukan dari responden dengan
waktu yang cukup pendek karena pertanyaan dan jawaban dapat
dilakukan secara tertulis. Lembar kuesioner belum baku sehingga
membutuhkan uji validitas dan reliabilitas, uji validitas adalah
pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen
dalam mengumpulkan data, serta reliabilitas adalah kesamaan hasil
pengukuran dan diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan.
4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Ponorogo
dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Mei - Juni2019.
40
4.7 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2016). Dalam melakukan penelitian, prosedur yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengajukan persetujuan judul kepada Kaprodi Keperawatan yang telah
disetujui oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2.
2. Mengajukan permohonan izin kepada institusi pendidikan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
3. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Rektor Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
4. Setelah mendapatkan izin, peneliti menemui calon responden secara
langsung untuk melakukan pendekatan serta memberikan penjelasan
tentang tujuan dan manfaat penelitian yang akan dilakukan kepada calon
responden.
5. Saat penelitian seluruh responden bersedia menandatangani informed
concent.
6. Sebelum diberikan video edukasi mahasiswa diberikan kuesioner untuk
mengukur tingkat pengetahuan tentang pertolongan pertama pada
hipotemia.
7. Kemudian responden diberikan intervensi video edukasi beserta
penjelasannya selama 30menit.
41
8. Pemberian video edukasi dilakukan pada hari yang sama yaitu 1 hari pada
pukul 10.00 WIB.
9. Setelah diberikan video edukasi kembali di evaluasi skor tingkat
pengetahuan guna mengetahui efektifitas pemberian video edukasi.
4.8 Pengolahan Data
Pada tahap awal pengambilan data awal menggunakan kuesioner.
Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan menggunakan software
statistik SPSS 16. Menurut Notoatmojo (2012). Pengolahan data meliputi :
1. Editing (Penyuntingan data)
Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing)
terlebih dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan perbaikan, apabila ada data-data yang belum lengkap.Jika
memungkinkan bisa dilakukan pengambilan data ulang untuk melengkapi
data-data tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka data tidak
akan lengkap tersebut tidak memungkinkan untuk diolah, maka data tidak
akan lengkap tersebut tidak diolah atau dimasukkan dalam pengolahan
“data missing”.
2. Coding ( Membuat lembaran kode atau kartu kode)
Setelah data diedit atau di sunting, selanjutnya dilakukan
pengkodean atau “coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan. Dalam penelitian ini kategori usia,
jenis kelamin, pengalaman lama menjadi anggota mahasiswa pecinta alam,
42
pengalaman memberikan pertolongan pada korban hipotermia, dan tingkat
pengetahuan.
a. Kategori usia :
kode “1” (19-20 tahun)
kode “2” (21-22 tahun)
kode “3” (23-24 tahun)
b. Kategori jenis kelamin :
kode “1” (laki-laki)
kode “2” (perempuan)
c. Pengalaman mengikuti pendakian
kode “1” (1kali)
kode “2” (2-3kali)
kode “3” (>4kali)
d. Pengalaman lama menjadi anggota mahasiswa pecinta alam
kode “1” (1th)
kode “2” (2-3th)
kode “3” (>4th)
e. Pengalaman mengalami hipotermia
kode “1” (Pernah)
kode “2” (Tidak pernah)
f. Pengalaman memberikan pertolongan pada korban hipotermia
kode “1” (Pernah)
kode “2” (Tidak pernah)
43
g. Kategori tingkat pengetahuan :
kode “1” (Baik, bila subyek menjawab benar ≥11-15 dari seluruh
pertanyaan)
kode “2” (Cukup, bila subyek menjawab benar 9-10 dari seluruh
pertanyaan)
kode “3” (Kurang, bila subyek menjawab benar ≤8 dari seluruh
pertanyaan)
3. Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan
dalam program atau “software” komputer. Dibutuhkan ketelitian peneliti
ketika melakukan “data entry” ini.
4. Scoring
Scoring yaitu menentukan skor/nilai untuk tiap item pertanyaan dan
tentukan nilai terendah dan tertinggi (Setiadi, 2007)
a. Skor Kuesioner
Benar = 1
Salah = 0
b. Skor kuesioner
Baik, bila subyek menjawab benar ≥11-15 dari seluruh pertanyaan.
Cukup, bila subyek menjawab benar 9-10 dari seluruh pertanyaan.
Kurang, bila subyek menjawab benar ≤8 dari seluruh pertanyaan.
44
5. Cleaning
Setelah setiap sumber data responden selesai dimasukkan, perlu di
cek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-
kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data
cleaning).
6. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
4.9 Uji Normalitas
Sebelum dilakukan pengolahan data, terlebih dahulu dilakukan uji
Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas data, distribusi data dikatakan
normal jika p > 0,05 dan tidak normal jika hasil p < 0,05. Uji normalitas
Shapiro-Wilk digunakan jika jumlah sampel < 50 pada penelitian ini
jumlah sampel sebanyak 27 responden sehingga cocok menggunakan uji
Shapiro-Wilk.
4.10 Analisis Data
4.10.1 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis
univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik
responden. Dari data umum meliputi usia, jenis kelamin, pengalaman
lama menjadi anggota mahasiswa pecinta alam, pengalaman
45
memberikan pertolongan pada korban hipotermia data khusus meliputi
data pre and post tingkat pengetahuan.
4.10.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa untuk menguji hubungan yang
signifikan antara dua variabel, atau untuk mengetahui apakah ada
perbedaan yang signifikan antara dua kelompok atau lebih
(Notoatmodjo, 2012). Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel
yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Penelitian ini menggunakan
analisa bivariat untuk melihat efektifitas pemberian video edukasi
terhadap pengetahuan mahasiswa pecinta alam tentang pertolongan
pertama pada hipotermia. Untuk mengetahui adakah hubungan antara
dua variabel pada subjek pre dan post intervensi maka digunakan uji
Wilcoxon Signed Rank Test dengan skala data rasio atau interval, data
berdistribusi tidak normal dengan menggunakan uji normalitas Shapiro
Wilk, data harus homogen. Pengolahan data analisa bivariat
menggunakan program software SPSS 16.0. Hasil uji statistik diperoleh
dengan membandingkan p valuedan nilai α = 0,05 dengan ketentuan
yang berlaku adalah :
1. Jika p-value > 0,05 maka H₁ diterima, artinya video edukasi
efektif meningkatkan tingkat pengetahuan mahasiswa pecinta
alam tentang pertolongan pertama pada hipotermia.
46
4.11 Etika Penelitian
Etika penelitian merupakan perilaku peneliti atau perlakuan
peneliti terhadap subjek penelitian serta sesuatu yang dihasilkan oleh
peneliti bagi masyarakat Nursalam(2016). Prinsip-prinsip yang diambil
peneliti dalam mematuhi etika penelitian adalah sebagai berikut:
1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)
Peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas
subjek. Peneliti menggunakan coding sebagai pengganti identitas
responden (Nugroho, 2012)
2. Informed Consent
Peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan dan manfaat
penelitian serta memberikan hak menolak dijadikan responden
penelitian.
3. Prinsip manfaat (Benefit)
Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi
subjek. Oleh sebab itu pelaksanaan penelitian harus dapat
mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress,
dan kematian subjek penelitian (Nugroho, 2012)
4. Autonomy
Peneliti menghargai dan menghormati keputusan
responden, dan melindungi responden yang tidak bisa memberikan
keputusan bagi dirinya sendiri.
47
5. Justice
Peneliti tidak membeda-bedakan responden, peneliti
memperlakukan semua responden secara adil, tidak pilih kasih dan
tidak membeda-bedakan berdasarkan ras, suku, warna kulit, dll.
48
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Universitas Muhammadiyah Ponorogo berdiri sejak tahun 1960,
dengan diawali berdirinya fakultas tarbiyah Jurusan Pendidikan agama Islam
Institut Agama Islam Muhammadiyah Ponorogo, yang berinduk di Surakarta.
Kemudian berdasarkan SK Menteri Agama RI Nomor 86 Tanggal 15 Agustus
1978, Jurusan dimaksudka mendapatkan status diakui.
Pada tahun 1975 menyusul kemudian berdiri Fakultas Ilmu Sosialdan
Ilmu Politik (FISIP) Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial (S1). Tahun 1978
dibuka lagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan PMP dan
KN (S1) dan Pendidikan Matematikan (S1). Dengan semangat idealisme yang
tinggi dan perjuangan yang tak mengenal resa lelah, akhirnya keluarlah SK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0813/O/1986 tanggal 19
Nopember 1986 yang mengesahkan berdirinya Universitas Muhammadiyah
Ponorogo dengan 5 fakultas dan 7 jurusan yaitu, Fakultas Tabiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam (S1), Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP),
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial (S1), Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan (FKIP), Jurusan PMP dan KN (S1), Jurusan Matematika (S1),
Fakultas Ekonomi, Jurusan Manajemen (S1), IESP (S1), Fakultas Tekhnik,
Jurusan Tekhnik Mesin (S1).
49
Menyediakan sarana dan prasarana fisik berupa pembangunan gedung
perkuliahan 2 lokasi masing-masing berlantai 3 dengan kapasitas 36 ruang,
perpustakaan berlantai 2, berbagai laboraturium seperti Lab bahasa, Lab
tekhnik, Lab akuntansi, Lab elektro dan Lab akutansi yang semuanya itu untuk
mendukung praktikum mahasiswa, dan pengembangan lahan untuk
mendukung praktikum kampus terpadu di atas tanah 13.934 m2. Visi, menjadi
universitas yang unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni berdasarkan nilai-nilai Islam, misi, menyelenggarakan pendidikan
akademik, profesi, dan vokasi yang berkualitas berdasarkan nilai-nilai Islam,
menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang
berkualitas berdasarkan nilai-nilai Islam, menyelenggarakan pengelolaan
institusi yang amanah dan bertumpu pada sistem penjaminan mutu.
5.2 Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis menyajikan hasil dan pembahasan penelitian
tentang efektifitas pemberian video edukasi terhadap pengetahuan mahasiswa
pecinta alam tentang pertolongan pertama pada hipotermia di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2019
yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Ponorogo dengan jumlah
responden 27 mahasiswa.
50
5.2.1 Data Umum
Data umum akan menyajikan karakteristik responden berdasarkan
umur, jenis kelamin, mengikuti pendakian, menjadi anggota mahasiswa pecinta
alam, mengalami hipotermia, pertolongan pertama hipotermia, sumber
informasi.
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik reponden berdasarkan usia mahasiswa pecinta alam
di Universitas Muhammadiyah Ponorogo dapat dilihat pada tabel 5.1
dibawah ini :
Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
usia di Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada bulan
Juli 2019.
Usia
N Mean Median Modus SD Min-max
27 20.41 20.00 20 0.971 19-22
Sumber : Kuesioner di Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2019.
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 27
responden di dapatkan bahwa sebagian besar usia responden adalah
20 tahun.
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik reponden berdasarkan jenis kelamin di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini :
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin di Universitas Muhammadiyah Ponorogo
pada bulan Juli 2019.
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki – laki 15 55,6%
Perempuan 12 44,4%
Jumlah 27 100% Sumber : Kuesioner di Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2019.
51
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 27
responden terdapat 15 anak (55,6%) berjenis kelamin laki-laki dan 12
anak (44,4%) berjenis kelamin perempuan.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Mengikuti Pendakian
Karakteristik reponden berdasarkan pendakian mahasiswa pecinta
alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo dapat dilihat pada
tabel 5.3 dibawah ini :
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pendakian mahasiswa pecinta alam Universitas
Muhammadiyah Ponorogo pada bulan Juli 2019.
Mengikuti Pendakian Frekuensi Persentase (%)
1 kali 0 0%
2-3 kali 20 74,1%
>4kali 7 25,9%
Jumlah 27 100% Sumber : Kuesioner di Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2019
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 27
responden sebagian besar mengikuti pendakian 2-3 kali yaitu
sebayak 20 mahasiswa (74,1%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Anggota
Organisasi Pecinta Alam
Karakteristik reponden berdasarkan lama menjadi anggota
organisasi mahasiswa pecinta alam di Universitas Muhammadiyah
Ponorogo dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini :
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
menjadi anggota organisasi mahasiswa pecinta alam di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada bulan Juli
2019.
52
Menjadi Anggota Frekuensi Persentase (%)
1 tahun 6 22,2%
2-3 tahun 21 77,8%
>4 tahun 0 0%
Jumlah 27 100% Sumber : Kuesioner di Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2019
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 27
responden sebagian besar mengikuti pendakian 2-3 tahun yaitu
sebayak 21 mahasiswa (77,8%) dan sebagian kecil mengikuti
pendakian 1 tahun yaitu sebanyak 6 mahasiswa (22,2%).
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Mengalami
Hipotermia
Karakteristik reponden berdasarkan mengalami hipotermia pada
mahasiswa pecinta alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo
dapat dilihat pada tabel 5.5 dibawah ini :
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pengalaman mengalami hipotermia di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo pada bulan Juli 2019.
Mengalami Hipotermia Frekuensi Persentase (%)
Pernah 3 11,1%
Tidak Pernah 24 88,9%
Jumlah 27 100% Sumber : Kuesioner di Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2019.
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 27
responden sebagian besar tidak pernah mengalami hipotermia yaitu
sebayak 24 mahasiswa (88,9%).
6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Memberikan
Pertolongan Hipotermia
53
Karakteristik reponden berdasarkan memberikan pertolongan
hipotermia saat pendakian mahasiswa pecinta alam di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini :
Tabel 5.6 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
memberikan pertolongan hipotermia mahasiswa pecinta
alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada bulan
Juli 2019.
Pertolongan Hipotermia Frekuensi Persentase (%)
Pernah 2 7,4%
Tidak Pernah 25 92,6%
Jumlah 27 100% Sumber : Kuesioner di Universitas Muhammadiyah Ponorogo 2019.
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 27
responden sebagian besar tidak pernah memberikan pertolongan
hipotermia yaitu sebayak 25 mahasiswa (92,6%).
5.2.2 Data Khusus
5.2.2.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam Sebelum diberikan
Video Edukasi
Hasil analisa nilai tingkat pengetahuan sebelum diberikan video
edukasi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tanggal 6 Juli 2019
dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 5.7 Mean, Median, Modus Sebelum diberikan Video
Edukasi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo tanggal 6 Juli 2019.
Tingkat
Pengetahuan
Sebelum
Video
Edukasi
N Mean Median Modus SD Min-max
27 8.59 9.00 9 1.010 7-10
Sumber : Lembar Observasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam di
Universitas Muhammadiyah Ponororgo pada tanggal 6 Juli 2019.
Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebelum diberikan
Video Edukasi dengan rata-rata nilai tingkat pengetahuan mahasiswa
54
pecinta alam 8.59 dengan kategori cukup, nilai tengah 9.00, nilai yang
sering muncul 9, tingkat presisi 1.010, nilai minimal 7 dan nilai maksimal
10.
Hasil pengukuran sebelum diberikan video edukasi sebagian besar
mahasiswa pecinta alam belum memahami soal nomer 2 tentang tanda
gejala hipotermia berdasarkan suhu tubuh, dengan rata-rata 0.33, dan nilai
yang sering muncul 0 yaitu, dan soal nomer 13 tentang langkah
pertolongan pertama hipotermia berat dengan rata-rata 0.56, dan nilai yang
sering muncul 0. Responden lebih banyak menjawab benar pada nomor 1
dengan persentase (66.7%), nomor 6 dengan persentase (63%), nomor 7
dengan persentase (63%), nomor 9 dengan persentase (70.4%), nomor 10
dengan persentase (74.1%) dan lebih banyak menjawab salah pada nomor
2 dengan persentase (33.3%), nomor 13 dengan persentase (37%).
5.2.2.2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam Setelah diberikan
Video Edukasi
Hasil analisa nilai tingkat pengetahuan mahasiswa pecinta alam
sesudah diberikan video edukasi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo
pada tanggal 6 Juli 2019 dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 5.8 Mean, Median, Modus Setelah diberikan Video Edukasi
di Universitas Muhammadiyah Ponorogo tanggal 6 Juli 2019
Tingkat
Pengetahua
n Sesudah
Video
Edukasi
N Mean Median Modus SD Min-max
27 10.85 10 11 1.027 9-12
Sumber : Lembar Observasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo tanggal 6 Juli 2019.
55
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa setelah diberikan video edukasi
dengan rata-rata nilai tingkat pengetahuan 10.85, nilai tengah 10, nilai
yang sering muncul 11, tingkat presisi 1.027, nilai minimal 9 dan nilai
maksimal 12.
Hasil pengukuran setelah diberikan video edukasi sebagian besar
mahasiswa pecinta alam sudah memahami soal nomer 4 tentang tanda
gejala hipotermia berdasarkan suhu tubuh dengan rata-rata 0.89, nilai yang
sering muncul 1, dan soal nomor 8 tentang langkah pertolongan pertama
pada hipotermia ringan dengan rata-rata 0.93, dan nilai yang sering
muncul 1.
Responden lebih banyak menjawab benar pada nomor 4 dengan
persentase (88.9%), nomor 5 dengan persentase (85.2%), nomor 7 dengan
persentase (85.2%), nomor 8 dengan persentase (92.6%), nomor 9 dengan
persentase (88.9%) dan lebih banyak menjawab salah pada nomor 2
dengan persentase (33.3%), nomor 11 dengan persentase (66.7%), nomor
12 dengan persentase (55.6%), nomor 13 dengan persentase (44.4%),
nomor 15 dengan persentase (63%), setelah diberikan video edukasi dari
15 soal terdapat peningkatan tingkat pengetahuan dengan nilai minimal
peningkatan 1 dan maksimal 9.
56
5.2.2.3 Efektifitas pemberian Video Edukasi terhadap Tingkat Pengetahuan
Mahasiswa Pecinta Alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Tabel 5.9 Analisa efektifitas pemberian video edukasi terhadap
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo pada tanggal 6 Juli 2019.
Tingkat Pengetahuan N Prosentase (%) P Value
Negative Ranks 0 0%
0,000 Positive Ranks 27 100%
Ties 0 0%
Jumlah 27 100%
Sumber : Lembar Observasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam di
Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada tanggal 6 Juli 2019.
Berdasarkan hasil analisia tingkat pengetahuan sebelum dan
sesudah diberikan intervensi video edukasi dijelaskan bahwa sebelum
diberikan intervensi video edukasi dengan jumlah 27 mahasiswa pecinta alam.
Sedangkan sesudah diberikan intervensi video edukasi semua mahasiswa
terdapat peningkatan tingkat pengetahuan. Uji statistik Wilcoxon Sign Rank
Test menunjukkan nilai p = 0,000< α = 0,05 hal ini berarti H1 diterima artinya
dapat diartikan video edukasi efektif meningkatkan tingkat pengetahuan
mahasiswa pecinta alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam Sebelum
diberikan Video Edukasi
Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa penelitian yang
dilakukan pada 27 mahasiswa, terhadap tingkat pengetahuan
mahasiswa pecinta alam sebelum diberikan intervensi video edukasi di
57
Universitas Muhammadiyah Ponorogo, dengan tingkat pengetahuan
rata-rata 8.59 yaitu pada kategori cukup.
Faktor pendidikan dan faktor pengalaman akan pempengaruhi
tingkat pengetahuan seseorang, semakin tinggi tingkat pengetahuan
seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima informasi dan
semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan
semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut
(Notoatmodjo, 2014). Hasil penelitian dari (Busyaeri, 2016) tentang
Pengaruh Penggunaan Video Pembelajaran terhadap Peningkatan
Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Kroya Cirebon. Hasil belajar siswa sebelum
diberikan video yaitu sebesar 68,43 pada kategori cukup dan setelah
diberikan pembelajaran dengan menggunakan video diperoleh hasil
belajarnya mencapai 80,63 pada kategori baik .
Peneliti berpendapat bahwa mahasiswa pecinta alam belum
memahami soal nomer 2 tentang tanda gejala hipotermia berdasarkan
suhu tubuh, dengan jawaban benar sebanyak 9 mahasiswa dan dari 18
mahasiswa yang menjawab salah, 12 mahasiswa tidak pernah
mengalami hipotermia, serta pada soal nomer 13 tentang langkah
pertolongan pertama hipotermia berat dengan jawaban benar sebanyak
10 mahasiswa, dari 17 mahasiswa yang menjawab salah, 15
mahasiswa tidak pernah menolong korban hipotermia, pada tabel 5.5
tentang pengalaman mengalami hipotermia yang masih sangat kurang
58
yaitu sebanyak 3 mahasiswa (11,1%) dan pada tabel 5.6 tentang
pengalaman menolong korban hipotermia yang sangat kurang yaitu
sebanyak 2 mahasiswa (7,4%) dari 27 mahasiswa, sehingga peneliti
berpendapat bahwa penyebab dari kurangnya pengetahuan mahasiswa
pecinta alam tentang hipotemia yaitu kurangnya pengalaman tentang
mengalami hipotermia dan pengalaman menolong korban hipotermia.
5.3.2 Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam Setelah diberikan
Video Edukasi
Hasil penelitian berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa
penelitian yang dilakukan pada 27 mahasiswa, terhadap tingkat
pengetahuan mahasiswa pecinta alam setelah diberikan intervensi
video edukasi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo, dengan
tingkat pengetahuan rata-rata 10.85 yaitu pada kategori baik.
Video merupakan salah satu jenis media audio visual yang
menggambarkan suatu objek dengan suara yang sesuai, sehingga
dapat mengembangkan kemampuan kognitif memberikan rangsangan
berupa gerak dan sensasi dalam mempengaruhi sikap dan emosi,
sehingga mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Azhar
Arsyad, 2011). Hasil penelitian dari (Julita, 2018) tentang Efektifitas
Pemberian Edukasi dengan Metode Video dan Focus Group
Discussion (FGD) terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Diabetes
Mellitus (DM) Tipe 2 di Klinik Diabetes Kimia Farma Husada
Manado didapatkan nilai mean sebelum diberikan edukasi dengan
59
video dan FGD adalah 24.06 (kurang) dan sesudah diberikan edukasi
adalah 40.60 (baik) dengan standar deviasi sebelum adalah 5.873 dan
sesudah 0.828 dengan nilai p sebelum edukasi dengan metode video
dan FGD adalah 0.000, dan sesudah edukasi adalah 0.000, ini berarti
lebih kecil dari nilai α 0.05 (p<0.05), maka dapat disimpulkan adanya
perbedaan pengetahuan tentang tentang DM yang signifikan sebelum
dan sesudah diberikan video edukasi.
Peneliti berpendapat bahwa sebagian besar mahasiswa pecinta
alam sudah memahami video edukasi, karena langkah – langkah video
edukasi sesuai dengan keadaan di alam dan saat mempresentasikan
peneliti menjelaskan setiap langkah – langkah pertolongan pertama
hipotermia, sehingga mahasiswa mudah saat menjawab kuesioner, hal
tersebut dibuktikan pada soal nomor 4 tentang tanda gejala hipotermia
berdasarkan suhu tubuh dengan persentase (88.9%), nomor 5 tentang
tanda gejala hipotermia dengan persentase (85.2%), nomor 8 tentang
langkah pertolongan pertama pada hipotermia ringan dengan
persentase (92.6%), dan soal nomor 9 tentang langkah hipotermia
sedang dengan persentase (88.9%).
5.3.3 Efektifitas pemberian Video Edukasi Terhadap Tingkat
Pengetahuan di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 6
Juli 2019 juga terdapat perubahan tingkat pengetahuan sebelum dan
sesudah diberikan intervensi video edukasi. Peneliti membagikan
60
kuesioner, memberikan video edukasi dan membagikan kuesioner
kembali. Hasil perbedaan tersebut diperoleh dari hasil lembar
kuesioner yang dilakukan pada mahasiswa pecinta alam kemudian
dianalisis dengan menggunakan uji statistik, sehingga terdapat hasil
perbedaan tingkat pengetahuan sebelum diberikan intervensi video
edukasi dengan nilai rata-rata 8.59 pada kategori cukup dan nilai rata-
rata sesudah pemberian video edukasi pada kategori baik yaitu 10.85,
sehingga terdapat peningkatan sebesar 2,27. Perubahan ini
menunjukkan bahwa video edukasi efektif untuk meningkatkan
tingkat pengetahuan mahasiswa pecinta alam.
Pendidikan kesehatan adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi individu maupun kelompok, sehingga mampu
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif
(Notoatmojo, 2014). Salah satu media yang dapat digunakan untuk
pendidikan kesehatan adalah video edukasi, karena video merupakan
media audio visual sehingga video akan menambah suatu dimensi
baru di dalam pembelajaran, serta dapat menampilkan suatu fenomena
yang dapat dilihat secara nyata dan sangat baik dalam mempengaruhi
sikap dan emosi untuk meningkatkan keterampilan (Daryanto, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian (Javier, 2017) menunjukan
perkembangan pembelajaran menggunakan media video audio
animasi menunjukan presentase sebesar 81,25% (sangat baik) pada
pertemuan 1 dan pada pertemuan 2 sebesar 86,25% (sangat baik).
61
Hasil belajar siswa menunjukan presentase ketuntasan sebesar 80%
(tinggi). Hasil respon siswa menunjukan presentase sebesar 83,2%
(baik sekali). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media video
audio animasi efektif untuk media pembelajaran pada pelajaran
gambar konstruksi bangunan di SMKN 7 Surabaya.
Peneliti berpendapat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa
pecinta alam dapat meningkat pada soal nomer 4 tentang tanda gejala
hipotermia berdasarkan suhu tubuh dengan jawaban benar sebelum
diberikan video sebanyak 16 mahasiswa, dan setelah diberikan video
sebanyak 24 mahasiswa dari total 27 mahasiswa, dan soal nomer 8
tentang langkah pertolongan pertama pada hipotermia ringan dengan
jawaban benar sebelum diberikan video edukasi sebanyak 16
mahasiswa, dan setelah diberikan video edukasi sebanyak 25
mahasiswa dari total 27 mahasiswa. Sehingga media video edukasi
dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa pecinta alam tentang
tanda gejala berdasarkan suhu tubuh dan langkah pertolongan pertama
hipotermia ringan.
62
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan di uraikan pada
pembahasan, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan pada mahasiswa pecinta alam sebelum diberikan
intervensi video edukasi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo rata-
rata 8.59 yaitu pada kategori cukup.
2. Tingkat pengetahuan pada mahasiswa pecinta alam setelah diberikan
intervensi video edukasi di Universitas Muhammadiyah Ponorogo rata-
rata 10.85 yaitu pada kategori baik.
3. Video edukasi efektif meningkatkan tingkat pengetahuan mahasiswa
pecinta alamtentang pertolongan pertama hipotermia di Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
6.2 Saran
1. Bagi Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, pemberian pendidikan
kesehatan dapat dilanjutkan untuk menambah informasi dan meningkatkan
pengetahuan mahasiswa pecinta alam.
2. Bagi Institusi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan skripsi ini dapat dijadikan referensi dan digunakan bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian.
63
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan mahasiswa pecinta alam tentang pertolongan pertama
hipotermia serta penanganan lebih lanjut tentang hipotermia.
67
DAFTAR PUSTAKA
Andi, Prastowo. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Yogyakarta: Diva Press.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Cetakan ke-15. Jakarta: Rajawali
Pers.
Busyaeri, Akhmad. Udin, Tamsik, dan Zaenudin A. 2016. Pengaruh Penggunaan
Video Pembelajaran terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kroya Cirebon.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: PT Sarana Tutorial.
Hardisman. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis. Yogyakarta: Gosyen Publising.
Javier. 2017. Pengembangan Media Video Audio Animasi Untuk Pembelajaran
Siswa Smk Kelas Xi Teknik Gambar Bangunan Pelajaran Gambar Konstruksi
Bangunan Di Smkn 7 Surabaya.
Julita. 2018. Efektifitas pemberian edukasi dengan metode video dan focus group
discussion (FGD) terhadap tingkat pengetahuan pasien diabetes mellitus
(DM) tipe 2.
Mandiri, Ardi. 2016. Pendaki Gunung Rinjani Berasal dari 60 Negara.
www.suara.com diakses pada tanggal 04 januari 2019
Munir, Syahrul. 2016. Alami Hipotermia, Seorang Pendaki Tewas di Gunung
Merbabu. www.kompas.com diakses pada tanggal 04 januari 2019
68
Mutiara. 2015. Efektifitas Selimut Elektrik Dalam Meningkatkan Suhu Tubuh
Pasien Post Seksio Sesarea Yang Mengalami Hipotermi.
New Zaeland Mountain Safety Resources. 2013. Hypothermia in the Hills:
Treating Hypothermia. Wellington: MSC.
Notoadmojo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
2014. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurlaila. 2015. Metode Penatalaksanaan Hipotermi Dengan Judul Penelitian
Hubungan Pelaksanaan Perawatan Metode Kanguru (PMK) Dengan Kejadian
Hipotermi Pada Bayi Berat Lahir Rendah.
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.
Ed. 4. Jakarta: Salemba Medika
Purnomo, Abdi. 2014. Pendaki Semeru Berdatangan Untuk Upacara Bendera.
www.tempo.com diakses pada tanggal 04 januari 2019
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar
Setiadi, Arif. 2016. Alami Hypotermia di Puncak Gunung Lawu.
www.okezone.com diakses pada tanggal 04 januari 2019
Setiati, S. 2014. Buku ajar ilmu penyakit dalam, edisi IV, jilid I. Jakarta: Interna
Publishing.
Setiawan, Eko Huda. 2014. Mahasiswi Semarang Tewas di Gunung Merbabu.
www.liputan6.com diakses pada tanggal 04 januari 2019
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Sujarweni, V. W. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustakabarupress.
69
Susilo, Taufik. 2012. Siap Mendaki! Panduan dasar kegiatan pendakian.
Bandung: Jejak Pendaki.
Tanto, C. 2014. Kapita Selecta Kedokteran: edisi 4 jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius.
Wawan, A dan Dewi M. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Prilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika.
70
Lampiran 1
71
Lampiran 2
72
Lampiran 3
73
Lampiran 4
74
Lampiran 5
75
Lampiran 6
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Dimas Ari Sabella
NIM : 201502049
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Efektifitas Pemberian Video
Edukasi terhadap Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam tentang Pertolongan
Pertama pada Hipotermia di Universitas Muhammadiyah Ponorogo”. Sehubungan
dengan ini, saya memohon kesediaan saudari untuk menjadi responden dalam
penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data saudari akan sangat saya
jaga dan informasi yang saya dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan
penelitian ini.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.
Ponorogo, 2019
Responden,
Dimas Ari Sabella
NIM. 201502049
76
Lampiran 7
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Inform Concent)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Saya telah menyetujui untuk menjadi responden pada penelitian yang
dilakukan oleh Mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
Nama : Dimas Ari Sabella
NIM : 201502049
Judul : Efektifitas Pemberian Video Edukasi terhadap Pengetahuan
Mahasiswa Pecinta Alam tentang Pertolongan Pertama pada
Hipotermia di Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Sebelumnya Saya telah di beri penjelasan tentang tujuan penelitian dan
informasi yang saya butuhkan. Jika saya tidak berkenan peneliti akan
menghentikan pengumpulan data ini dan saya berhak mengundurkan diri.
Dengan sadar dan sukarela serta tidak ada unsur paksaan dari siapapun
saya bersedia ikut serta dalam penelitian ini.
Ponorogo, 2019
Responden,
77
Lampiran 8
Variabel Parameter No.Soal Jawaban Penilaian
Pengetahua
n
mahasiswa
pecinta alam
tentang
pertolongan
pertama
pada
hipotermia.
Pengetahuan
mahasiswa alam
tentang :
a. Pengertian
pertolongan
pertama ?
b. Manifestasi
klinis
hipotermia?
c. Langkah
Pertolongan
Pertama Pada
Hipotermi:
1. Ringan-
sedang?
2. Berat?
C1 1 A Benar = 1
Salah = 0
4. Baik, bila
subyek
menjawab
benar ≥11-
15 dari
seluruh
pertanyaan.
5. Cukup, bila
subyek
menjawab
benar 9-10
dari seluruh
pertanyaan.
6. Kurang,
bila subyek
menjawab
benar ≤8
dari seluruh
pertanyaan.
C1,C1,C1,
C1,C1,C1
2, 3, 4, 5,
6, 7
C, B, A, C,
A, B
C2,C2,C2,
C2,C2,C2,
C2,C2
8, 9, 10,
11, 12, 13,
14, 15
B, C, B, C,
A, A, A, B
78
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
Isilah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan data diri anda!
1. Nama : Umur : th Jenis kelamin : L
P
2. Mengikuti pendakian berapa kali : 1 kali 2-3 kali > 4 kali
3. Berapa tahun ikut dalam kelompok/organisasi mahasiswa pecinta alam
Universitas Muhammadiyah Ponorogo ? 1th 2-3th >4th
4. Pernah mengalami hipotermia saat mendaki? Pernah Tidak pernah
5. Pernah memberikan pertolongan pada korban hipotermia ?
Pernah Tidak pernah
79
KUESIONER
Pengetahuan Mahasiswa Pecinta Alam Tentang Pertolongan Pertama Pada
Hipotermia. Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban yang paling benar dibawah
ini:
1. Tindakan pemberian perawatan pertama pada saat terjadi kecelakaan, sakit atau
keadaan gawat darurat dengan cepat dan tepat sebelum mendapatkan
pertolongan yang lebih lanjut. Kalimat diatas adalah pengertian dari. . .
a. Pertolongan pertama
b. Perawatan darurat
c. Gawat darurat
2. Berapakah suhu tubuh seseorang dikatakan hipotermia ringan ?
a. 28-32ºC
b. <28ºC
c. 35-32ºC
3. Apa yang dirasakan pada saat suhu tubuh <28ºC ?
a. Lesu
b. Kaku otot
c. Mengigil
4. Berapakah suhu tubuh seseorang dikatakan hipotermia sedang ?
a. 28-32ºC
b. <28ºC
c. 35-32ºC
5. Manakah dibawah ini yang bukan gejala pada hipotermia ringan ?
a. Dingin dan mati rasa
b. Menggigil
c. Diare
6. Apakah kategori korban hipotermi yang mulai mengalami penurunan kesadaran
dan tidak mengigil ?
a. Sedang
b. Berat
c. Ringan
80
7. Manakah berikut ini yang bukan gejala hipotermia berat ?
a. Korban tidak sadar
b. Nadi dan nafas sulit diukur
c. Lesu
8. Apa langkah pertama yang dilakukan saat melakukan pertolongan pada
hipotermia?
j. Ganti dengan pakaian yang kering
k. Pindahkan korban di tempat yang lebih hangat, seperti tenda
l. Berikan selimut dan sleeping bag
9. Manakah dibawah ini yang dianjurkan di berikan pada penderita hipotermia
untuk menghangatkan tubuh ?
a. Minuman beralkohol
b. Kopi
c. Minuman manis hangat
10. Pertolongan pertama apa yang dilakukan bila menemukan korban dengan
kondisi mengigil?
a. Berikan makanan dan minuman beralkohol untuk membantu menghangatkan
tubuh
b. Berikan selimut dan jaket untuk mengisolasi panas tubuh
c. Mengajak korban bicara agar tidak tertidur
11. Apa yang harus dilakukan bila menemui korban hipotermia dengan pakaian
basah?
a. Berikan selimut hangat pada korban
b. Pindahkan korban ke dalam tenda
c. Lepaskan pakaian dan ganti dengan pakaian kering, lalu berikan penghangat
12. Manakah salah satu cara untuk mempercepat peningkatan suhu pada korban
hipotermia setelah memberikan selimut ?
a. Menempelkan benda hangat atau kompres hangat pada korban
b. Mengajak korban beraktivitas
c. Memberikan kopi hangat
81
13. Manakah yang tidak boleh dilakukan dalam menangani hipotermia berat ?
a. Jaga kesadaran korban dengan mengajak bicara
b. Selimuti dengan selimut setebal 4 inci
c. Berikan kompres hangat
14. Manakah cara berikut ini dalam pemberian kompres hangat pada hipotermia
secara benar ?
a. Menggunakan botol yang diisi air hangat dan meletakkan pada bagian
tubuh
b. Menggunakan handuk yang dibasahi air hangat dan meletakan pada tubuh
c. Menggunakan air hangat dan dibasahi pada tubuh
15. Apa yang harus dilakukan dalam memberikan kompres pada korban
hipotermia ?
a. Berikan kompres pada kepala, tangan, dan kaki
b. Berikan kompres pada bagian leher, ketiak dan kedua paha
c. Berikan kompres pada bagian kepala dan telinga
82
Lampiran 9
Tabel Validitas
Correlations
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 STOTAL
S1 Pearson Correlation
1 -
.250 -
.250 .764
*
-.327
-.167
.218 .218 -
.250 -
.250 .218
-.250
-.167
-.327
-.327 .647**
Sig. (2-tailed)
.486 .486 .010 .356 .645 .545 .545 .486 .486 .545 .486 .645 .486 .486 .043
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S2 Pearson Correlation
-.250
1 -
.250 -
.327 .218 .667
*
-.327
.218 .375 -
.250 .218
-.250
-.167
-.250
.375 .688**
Sig. (2-tailed)
.486 .486 .356 .545 .035 .356 .545 .286 .486 .545 .486 .645 .486 .286 .370
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S3 Pearson Correlation
-.250
-.250
1 -
.327 -
.327 -
.167 -
.327 .218
-.250
.375 -
.327 .375 .667
*
-.250
.375 .667**
Sig. (2-tailed)
.486 .486 .356 .356 .645 .356 .545 .486 .286 .356 .286 .035 .486 .286 .803
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S4 Pearson Correlation
.764*
-.327
-.327
1 -
.429 -
.218 .048 .048
-.327
.218 .048 .218 -
.218 .218 -.327 .786
**
Sig. (2-tailed)
.010 .356 .356 .217 .545 .896 .896 .356 .545 .896 .545 .545 .545 .356 .545
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S5 Pearson Correlation
-.327
.218 -
.327 -
.429 1
-.218
.048 .048 .218 -
.327 .048
-.327
-.218
-.327
.218 .792**
Sig. (2-tailed)
.356 .545 .356 .217 .545 .896 .896 .545 .356 .896 .356 .545 .356 .545 .622
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S6 Pearson Correlation
-.167
.667*
-.167
-.218
-.218
1 -
.218 -
.218 .667
*
-.167
-.218
-.167
-.111
-.167
-.327
.667**
Sig. (2-tailed) .645 .035 .645 .545 .545
.545 .545 .035 .645 .545 .645 .760 .645 .645 .803
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S7 Pearson Correlation
.218 -
.327 -
.327 .048 .048
-.218
1 -
.429 -
.327 -
.327 .524
-.327
-.218
.218 -.327 .791**
Sig. (2-tailed)
.545 .356 .356 .896 .896 .545 .217 .356 .356 .120 .356 .545 .545 .356 .622
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S8 Pearson Correlation
.218 .218 .218 .048 .048 -
.218 -
.429 1
-.327
-.327
.048 .218 .509 -
.327 .764
* .824
**
83
Sig. (2-tailed)
.545 .545 .545 .896 .896 .545 .217 .356 .356 .896 .545 .133 .356 .010 .003
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S9 Pearson Correlation
-.250
.375 -
.250 -
.327 .218 .667
*
-.327
-.327
1 -
.250 -
.327 -
.250 -
.167 -
.250 -.250 .763
**
Sig. (2-tailed)
.486 .286 .486 .356 .545 .035 .356 .356 .486 .356 .486 .645 .486 .486 .302
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S10 Pearson Correlation
-.250
-.250
.375 .218 -
.327 -
.167 -
.327 -
.327 -
.250 1
-.327
.375 -
.167 .375 -.250 .647
**
Sig. (2-tailed)
.486 .486 .286 .545 .356 .645 .356 .356 .486 .356 .286 .645 .286 .486 .707
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S11 Pearson Correlation
.218 .218 -
.327 .048 .048
-.218
.524 .048 -
.327 -
.327 1
-.327
-.218
.218 .218 .655**
Sig. (2-tailed)
.545 .545 .356 .896 .896 .545 .120 .896 .356 .356 .356 .545 .545 .545 .231
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S12 Pearson Correlation
-.250
-.250
.375 .218 -
.327 -
.167 -
.327 .218
-.250
.375 -
.327 1 .667
* .375 .375 .632
**
Sig. (2-tailed)
.486 .486 .286 .545 .356 .645 .356 .545 .486 .286 .356 .035 .286 .286 .103
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S13 Pearson Correlation
-.167
-.167
.667*
-.218
-.218
-.111
-.218
.509 -
.167 -
.167 -
.218 .667
* 1
-.167
.667* .667
**
Sig. (2-tailed)
.645 .645 .035 .545 .545 .760 .545 .133 .645 .645 .545 .035 .645 .035 .128
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S14 Pearson Correlation
-.250
-.250
-.250
.218 -
.327 -
.167 .218
-.327
-.250
.375 .218 .375 -
.167 1 -.250 .688
**
Sig. (2-tailed)
.486 .486 .486 .545 .356 .645 .545 .356 .486 .286 .545 .286 .645 .486 .803
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
S15 Pearson Correlation
-.250
.375 .375 -
.327 .218
-.167
-.327
.764*
-.250
-.250
.218 .375 .667*
-.250
1 .773**
Sig. (2-tailed)
.486 .286 .286 .356 .545 .645 .356 .010 .486 .486 .545 .286 .035 .486 .009
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
STOTAL Pearson Correlation
.091 .318 .091 .218 -
.179 -
.091 -
.179 .615
-.364
-.136
.417 .545 .515 .091 .773** 1
Sig. (2-tailed)
.803 .370 .803 .545 .622 .803 .622 .058 .302 .707 .231 .103 .128 .803 .009
N 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
84
Lampiran 10
DISTRIBUSI FREKUENSI RESPONDEN
Data Umum Responden
usia jenis_kelamin pendakian organisasi hipotermia pertolongan_
hipotermia
N Valid 27 27 27 27 27 27
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 1.44 1.44 2.26 1.78 1.89 1.93
Std. Error of Mean .097 .097 .086 .082 .062 .051
Median 1.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Mode 1 1 2 2 2 2
Std. Deviation .506 .506 .447 .424 .320 .267
Variance .256 .256 .199 .179 .103 .071
Skewness .237 .237 1.164 -1.416 -2.623 -3.447
Std. Error of Skewness .448 .448 .448 .448 .448 .448
Kurtosis -2.106 -2.106 -.702 .000 5.265 10.670
Std. Error of Kurtosis .872 .872 .872 .872 .872 .872
Range 1 1 1 1 1 1
Minimum 1 1 2 1 1 1
Maximum 2 2 3 2 2 2
Sum 39 39 61 48 51 52
85
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Statistics
USIA
N Valid 27
Missing 0
Mean 20.41
Median 20.00
Mode 20
Std. Deviation .971
Range 3
Minimum 19
Maximum 22
Sum 551
USIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 19 5 18.5 18.5 18.5
20 10 37.0 37.0 55.6
21 8 29.6 29.6 85.2
22 4 14.8 14.8 100.0
Total 27 100.0 100.0
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin jenis_kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 15 55.6 55.6 55.6
perempuan 12 44.4 44.4 100.0
Total 27 100.0 100.0
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Mengikuti Pendakian pendakian
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 2-3kali 20 74.1 74.1 74.1
>4kali 7 25.9 25.9 100.0
Total 27 100.0 100.0
86
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Anggota Organisasi
Pecinta Alam organisasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1tahun 6 22.2 22.2 22.2
2-3tahun 21 77.8 77.8 100.0
Total 27 100.0 100.0
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Mengalami Hipotermia hipotermia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid pernah 3 11.1 11.1 11.1
tidak pernah 24 88.9 88.9 100.0
Total 27 100.0 100.0
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Memberikan Pertolongan
Hipotermia pertolongan_hipotermia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid pernah 2 7.4 7.4 7.4
tidak pernah 25 92.6 92.6 100.0
Total 27 100.0 100.0
87
Lampiran 11
HASIL MEAN MEDIAN PRE POST VIDEO EDUKASI
Statistics
NILAI PRE TEST
NILAI POST TEST
N Valid 27 27
Missing 0 0
Mean 8.59 10.85
Median 9.00 11.00
Mode 9 10a
Std. Deviation 1.010 1.027
Range 3 3
Minimum 7 9
Maximum 10 12
Sum 232 293
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
NILAI PRE TEST
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 7 5 18.5 18.5 18.5
8 6 22.2 22.2 40.7
9 11 40.7 40.7 81.5
10 5 18.5 18.5 100.0
Total 27 100.0 100.0
NILAI POST TEST
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 9 2 7.4 7.4 7.4
10 10 37.0 37.0 44.4
11 5 18.5 18.5 63.0
12 10 37.0 37.0 100.0
Total 27 100.0 100.0
88
Lampiran 12
UJI NORMALITAS
Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pre_post 1 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%
2 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
pre_post 1 Mean 2.44 .097
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 2.24
Upper Bound 2.64 5% Trimmed Mean 2.44
Median 2.00
Variance .256 Std. Deviation .506
Minimum 2
Maximum 3
Range 1 Interquartile Range 1
Skewness .237 .448
Kurtosis -2.106 .872
2 Mean 1.44 .097
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.24
Upper Bound 1.64 5% Trimmed Mean 1.44
Median 1.00
Variance .256
Std. Deviation .506 Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 1 Skewness .237 .448
Kurtosis -2.106 .872
Tests of Normality
89
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre_post 1 .366 27 .000 .634 27 .000
2 .366 27 .000 .634 27 .000
a. Lilliefors Significance Correction
90
Lampiran 13
UJI WILCOXON SIGN RANK TEST
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Post test - Pre test Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 27b 14.00 378.00
Ties 0c
Total 27
a. Post test < Pre test
b. Post test > Pre test
c. Post test = Pre test
Test Statisticsb
Post test - Pre
test
Z -4.724a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
90
Lampiran 14
MEAN, MEDIAN, MODUS KUESIONER
1. Pre test
Statistics
SOAL1
SOAL2
SOAL3
SOAL4
SOAL5
SOAL6
SOAL7
SOAL8
SOAL9
SOAL10
SOAL11
SOAL12
SOAL13
SOAL14
SOAL15
N Valid 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27
Missing
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean .67 .33 .56 .59 .59 .63 .63 .59 .70 .74 .56 .48 .37 .56 .59
Median 1.00 .00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 .00 .00 1.00 1.00
Mode 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
Sum 18 9 15 16 16 17 17 16 19 20 15 13 10 15 16
Tabulasi mean, median, modus kuesioner Tingkat Pengetahuan mahasiswa pecinta
alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada 6 Juli 2019.
NO MEAN MODUS FREKUENSI PERSENTASE
SOAL1 0.67 1 18 66.7%
SOAL2 0.33 0 9 33.3%
SOAL3 0.56 1 15 55.6%
SOAL4 0.59 1 16 59.3%
SOAL5 0.59 1 16 59.3%
SOAL6 0.63 1 17 63%
SOAL7 0.63 1 17 63%
SOAL8 0.59 1 16 59.3%
SOAL9 0.70 1 19 70.4%
SOAL10 0.74 1 20 74.1%
SOAL11 0.56 1 15 55.6%
SOAL12 0.48 0 13 48.1%
SOAL13 0.37 0 10 37%
SOAL14 0.56 1 15 55.6%
SOAL15 0.59 1 16 59.3%
91
2. Post test Statistics
SOAL1
SOAL2
SOAL3
SOAL4
SOAL5
SOAL6
SOAL7
SOAL8
SOAL9
SOAL10
SOAL11
SOAL12
SOAL13
SOAL14
SOAL15
N Valid 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean .81 .33 .78 .89 .85 .81 .85 .93 .89 .81 .67 .56 .44 .59 .63
Median 1.00 .00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 .00 1.00 1.00
Mode 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
Sum 22 9 21 24 23 22 23 25 24 22 18 15 12 16 17
Tabulasi mean, median, modus kuesioner Tingkat Pengetahuan mahasiswa pecinta
alam di Universitas Muhammadiyah Ponorogo pada 6 Juli 2019.
NO MEAN MODUS FREKUENSI PRESENTASI
SOAL1 0.81 1 22 81.5%
SOAL2 0.33 0 9 33.3%
SOAL3 0.78 1 21 77.8%
SOAL4 0.89 1 24 88.9%
SOAL5 0.85 1 23 85.2%
SOAL6 0.81 1 22 81.5%
SOAL7 0.85 1 23 85.2%
SOAL8 0.93 1 25 92.6%
SOAL9 0.89 1 24 88.9%
SOAL10 0.81 1 22 81.2%
SOAL11 0.67 1 18 66.7%
SOAL12 0.56 1 15 55.6%
SOAL13 0.44 0 12 44.4%
SOAL14 0.59 1 16 59.3%
SOAL15 0.63 1 17 63%
92
Lampiran 15
TABULASI DATA
NA
MA
UM
UR
JEN
IS K
ELA
MIN
PEN
DA
KIA
N
OR
GA
NIS
ASI
HIP
OTE
RM
IA
PER
TOLO
NG
AN
H
IPO
TER
MIA
PR
E TE
ST
NIL
AI
PO
ST T
EST
NIL
AI
M. I 2 1 2 1 2 2 2 10 1 12
M.P 2 1 2 2 1 2 2 9 1 12
M.E 1 2 2 2 2 2 3 8 2 10
M.ED 1 2 2 2 1 2 3 8 2 10
M.S 1 1 3 1 1 2 2 9 1 12
M.H 2 1 3 2 2 2 2 10 1 12
M.G 1 2 3 2 2 2 2 9 1 11
M.J 2 1 2 2 2 2 2 10 1 12
M.W 2 1 2 2 2 2 3 7 2 9
M.ER 1 2 2 1 2 2 3 8 2 10
M.D 2 2 2 1 2 2 2 9 2 10
M.P 1 2 2 2 2 2 3 8 2 10
M.M 2 1 2 2 2 2 2 9 1 12
M.C 1 2 3 2 2 2 2 9 1 11
M.DS 2 1 2 2 2 2 3 7 2 9
M.R 2 1 3 1 2 1 2 9 1 11
M.F 2 2 2 2 2 2 2 9 1 11
M.N 1 2 2 2 2 2 3 7 2 10
M.HR 1 1 2 1 2 2 2 9 1 12
M.MN 1 1 2 2 2 1 2 9 1 11
M.L 1 2 3 2 2 2 2 10 1 12
M.A 1 1 2 2 2 2 3 8 2 10
M.V 1 2 2 2 2 2 3 7 2 10
M.G 1 1 2 2 2 2 3 8 2 10
M.C 1 2 2 2 2 2 2 9 1 12
M.B 2 1 2 2 2 2 3 7 2 10
M.S 2 1 3 2 2 2 3 10 1 12
93
Lampiran 16
TABULASI KUESIONER
1. Pre test
NO
SOA
L1
SOA
L2
SOA
L3
SOA
L4
SOA
L5
SOA
L6
SOA
L7
SOA
L8
SOA
L9
SOA
L10
SOA
L11
SOA
L12
SOA
L13
SOA
L14
SOA
L15
TOTA
L
1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 10
2 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 9
3 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 8
4 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 8
5 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 9
6 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 10
7 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 9
8 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 10
9 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 7
10 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 8
11 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 9
12 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 8
13 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 9
14 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 9
15 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 7
16 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 9
17 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 9
18 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 7
19 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 9
20 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 9
21 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 10
22 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 8
23 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 7
24 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 8
25 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 9
26 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 7
27 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 10
TOTAL 18 9 15 16 16 17 17 16 19 20 15 13 10 15 16
94
2. Post test
NO
SOA
L1
SOA
L2
SOA
L3
SOA
L4
SOA
L5
SOA
L6
SOA
L7
SOA
L8
SOA
L9
SOA
L10
SOA
L11
SOA
L12
SOA
L13
SOA
L14
SOA
L15
TOTA
L
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 12
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 12
3 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10
4 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 10
5 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 12
6 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 12
7 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 11
8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 12
9 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 9
10 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 10
11 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 10
12 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 10
13 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 12
14 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 11
15 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 9
16 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 11
17 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 11
18 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 10
19 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 12
20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 11
21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 12
22 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 10
23 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 10
24 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 10
25 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12
26 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 10
27 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 12
TOTAL 22 9 21 24 23 22 23 25 24 22 18 15 12 16 17
95
Lampiran 17
VIDEO EDUKASI
96
97
98
Lampiran 18
DOKUMENTASI
99
Lampiran 19
LEMBAR BIMBINGAN