skripsi perbedaan perubahan intensitas dismenorea …repository.stikes-bhm.ac.id/237/1/69.pdf ·...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERBEDAAN PERUBAHAN INTENSITAS DISMENOREA
ANTARA KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN
PADA SISWI MAN 1 KOTA MADIUN
OLEH :
SEPTIARA PUTRI KUMALASARI
NIM : 201302102
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2017
i
SKRIPSI
PERBEDAAN PERUBAHAN INTENSITAS DISMENOREA ANTARA
KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN PADA SISWI MAN 1 KOTA
MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
SEPTIARA PUTRI KUMALASARI
NIM: 201302102
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2017
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
PERBEDAAN PERUBAHAN INTENSITASDISMENOREA ANTARA
KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN PADA SISWI MAN 1 KOTA
MADIUN
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing II Pembimbing I
(Kuswanto, S.Kep,.Ns,.M.Kes) (Muhidin, S.Kep., Ns, M.Kep)
NIS. 2005004 NIP. 19700717 199201 1 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
(Mega Arianti P, S,Kep.,Ns, M.Kep)
NIS. 20130092
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dipertahankan didepan dewan penguji tugas akhirskripsi dan dinyatakan telah
memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar S.kep
Pada Tanggal ..................................
Dewan Penguji Tanda Tangan
1. Ketua Dewan Penguji
H. Edy Bachrun, S.KM,M.Kes:
NIS.20050003
2. Penguji 1
Muhidin,S.Kep.,Ns.,M.Kep :
NIS.19700717 199201 1 001
3. Penguji 2
Kuswanto, S.Kep,.Ns., M.Kes :
NIS.2005004
Mengesahkan
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid)
NIS.20160130
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN
Pertama tama ku panjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, dengan rahmat dan hidayahnya serta inayahnya, sehingga saya selalu sehat,
semangat dan diberi kemudahan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan lancar tanpa ada suatu hambatan apapun dengan judul “ Perbedaan Perubahan
Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada
SiswiMAN 1 Kota Madiun”.
Segenap kasih dan sayang ku skripsi ini ku persembahkan kepada Kedua Orang TuaTercintayang tidak pernah lelah selalu memberikan doa, dukungan
dan motivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi ini serta juga yang selalu
mendengarkan keluh kesah ku saat susahnya dalam mengerjakan skripsi ini, yang memberikan semangat saat semangat saya mulai goyah sehingga dapat
menyelesaikanya dengan baik. Serta besar harapan saya untuk dapat menjadi
anak yang berbakti dan bisa membanggakan kedua orang tua. . .
Terimakasih kepada ibu “MuhidinS.Kep., Ns., M.Kep” selaku dosen
pembimbing 1 , bapak “Kuswanto S.Kep.,Ns.,M.Kes” selaku pembimbing 2 dan bapak “EdyBachrun S.KM., M.Kes” selaku dewan penguji yang selalu sabar
dalam membimbing saya untuk mendapatkan hasil yang baik „‟. Dan almamater tercinta kampus STIKES Bhakti Husada Mula Madiun.
Terimakasih kepada ibu “Lilik Wahyuningrum S.Pd‟‟ salah satu guru
waktu sekolah di MAN 1 Kota Madiun yang telah banyak membantu dalam
penelitian ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Terimakasih juga buat sahabat-sahabat ku Melinda Pungki Arista S.Kep,
Wahyu Widayana S.Kep, dan Monica Ade Sandra S.Kep atas kerjasamanya
selama ini, motivasinya, yang selalu memberikan semangat, dan doa.
Kepada teman-temanku angkatan 2013, terutama kelas 8b Keperawatan terimakasih kalian yang selalu memberikan semangat dan doa kepada
saya,kalian is the best . . .
v
Motto
Teruslah semangat, gapai cita-cita mu
Buat lah orang-orang disekitarmu bahagia, khususnya
orangtua mu
Serta tidak ada yang tidak bisa jika kita mau berusaha
berdoa dan tidak menyerah . . . Dan kelak akan
mendapatkan hasil yang memuaskan
vi
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Septiara Putri Kumalasari
NIM : 201302102
Prodi : S1 Keperawatan
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri
dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
Sarjana di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang
diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/tidak dipublikasikan,
sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka.
Madiun, 18 Agustus 2017
Septiara Putri Kumalasari
201302102
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Septiara Putri Kumalasari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 24 September 1994
Alamat : Desa Kebonsari Rt 04 Rw 01 Kecamatan Kebonsari
Kabupaten Madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. 2000 – 2001 : TK Taman Kanak – Kanak Dharma Wanita
2. 2001 – 2007 : SDN Singgahan 02
3. 2007 – 2010 : SMPN 2 Kebonsari
4. 2010 – 2013 : SMAN 1 Jenangan Ponorogo
5. 2013 – Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Riwayat Pekerjaan : Belum Pernah Bekerja
viii
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017
ABSTRAK
Septiara Putri Kumalasari
PERBEDAAN PERUBAHAN INTENSITAS DISMENOREA ANTARA
KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN PADA SISWI MAN 1 KOTA
MADIUN
117 Halaman + 10 Tabel + 5 Gambar + Lampiran
Kompres hangat merupakan metode yang digunakan untuk meredakan nyeri
dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi dengan air panas yang di tempelkan
pada sisi perut kiri dan kanan yang mengalami nyeri (dismenorea). Sedangkan
kompres dingin merupakan suatu terapi es yang dapat menurunkan prostaglandin yang
memperkuat sensitivitas nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan perubahan intensitas dismenorea antara kompres hangat dan kompres
dingin pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
Desain dalam penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan true experiment
design (pretest-postest with control group). Teknik pengambilan sampling dalam
penelitian ini menggunakan probability sampling dengan simple random sampling,
dari 45 populasi diperoleh sampel sejumlah 27 responden (siswi yang mengalami
dismenorea dan memenuhi kriteria inklusi). Analisis data menggunakan uji Manova dengan taraf signifikan α < 0,05
menunjukkan bahwa uji F memiliki nilai signifikasi 0,000 < α 0,05. Sehingga dapat
diketahui uji F semuanya signifikan. Angka signifikasi uji Levene menunjukkan
bahwa kedua variabel pada skala dismenorea pre test nilai F = 6.790 dengan
signifikasi 0,005 < 0,05. Sedangkan pada skala dismenorea post test nilai F = 5.237
dengan signifikasi 0,013 < 0,05. < 0,05 maka yang dilihat yaitu dengan uji Games-
Howell. Dari uji post hoc test dapat diketahui selisih antara kompres hangat dan
kompres dingin, kompres hangat 0,89, sedangkan kompres dingin 1,22. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kompres dingin lebih dominan menurunkan dismenorea dari
pda kompres hangat.
Saran yang dapat diberikan kepada institusi sekolah adalah dengan memberikan
pendidikan lebih lanjut mengenai penanganan dismenorea kepada siswi yang
mengalami dismenorea agar siswi dapat menangani nyeri dismenore dengan baik.
Kata Kunci : Perubahan Intensitas Dismenorea, Kompres Hangat, Kompres
Dingin, Siswi
ix
NURSING PROGRAM S1 STIKES
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017
ABSTRACT
Septiara Putri Kumalasari
DIFFERENCE OF DISMENORRHEA INTENSITY CHANGE BETWEEN
WARM COMPRESS AND COOL COMPRESS AT SCHOOL GIRL STUDENT
MADRASAH ALIYAH 1 MADIUN
117 Pages + 10 Tables + 5 Pictures + Enclosures
Warm Compress represent method that used for assuage pain by using filled
buli-buli with hot water which in gluing at natural right and left stomach side of pain
( dismenorea).. While cool compress represent an ices therapy able to degrade
prostaglandin strengthening pain sensitivitas of subcutan other at wounded place by
pursuing inflammation process. The aim of this research is to know difference of
dismenorrhea intensity change between warm compress and cool compress at MAN 1
Madiun.
Design of this research quantitative with true experiment design (group
control with pretest-postest). Technique intake of sampling in this research used
probability sampling with simple random sampling, from 45 population counted 27
responder (schoolgirlthat get dismenorrhea and fulfill of inclusi criterion).
Data analysis use test of Manova with significant level < 0,05 indicating that
test of F have signifikasi value 0,000 < 0,05. So that can know test of F altogether
signifficant. number of Signifikasi test Levene indicate that both variable of
dismenorrheea scale pre test f value = 6.790 with significancy 0,005 < 0,05. While at
scale of dismenorrhea post test f value = 5.237 with significancy 0,013 < 0,05 < 0,05
so that which is seen that is with test of Games-Howell. From test of post test hoc can
know that difference between warm compress and cool compress, warm compress 0,89,
while cool compress 1,22. So that can be concluded that cool compress more
dominant to degrade dismenorea than warm compres.
Suggestion able to be passed to school institution is by giving furthermore
education furthermore handling of disminore to natural disminorrheaschoolgirl
student so that schoolgirl can handle pain of disminore better.
Key words : Dismenorrhea Intensity Change, Warm Compress, Cool compress,
Schoolgirl Student.
x
DAFTAR ISI
Sampul Dalam ............................................................................................................ i
Lembar Persetujuan .................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan .................................................................................................. iii
Lembar Persembahan ................................................................................................ iv
Motto ......................................................................................................................... v
Halaman Pernyataan .................................................................................................. vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................................ vii
Abstrak ...................................................................................................................... viii
Daftar Isi..................................................................................................................... x
Daftar Tabel ............................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ............................................................................................................ xiv
Daftar Lampiran ......................................................................................................... xv
Daftar Istilah............................................................................................................... xvi
Daftar Singkatan ........................................................................................................ xviii
Kata Pengantar .......................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 5
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................................. 5
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................................... 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 11
2.1 KonsepDismenorea ............................................................................................. 11
2.1.1 Siklus Menstruasi ...................................................................................... 11
2.1.2 DefinisiDismenorea .................................................................................. 12
2.1.3 KlasifikasiDismenorea .............................................................................. 12
2.1.3.1 Dismenorea Primer ....................................................................... 12
2.1.3.2 Dismenorea Sekunder .................................................................. 16
2.1.4 Pembagian Klinis Dismenorea…………………………………. .............. 18
2.1.5 KomplikasiDismenorea ............................................................................ 19
2.1.6 PrognosisDismenorea ............................................................................... 19
2.1.7 Usia Rawan Dismenorea ........................................................................... 19
2.1.8 PencegahanDismenorea ............................................................................ 20
2.1.9 Konsep Nyeri ............................................................................................ 21
2.1.9.1 Pengertian Nyeri ........................................................................... 21
2.1.9.2 Proses Terjadinya Nyeri Dan Manifestasi Nyeri .......................... 22
2.1.9.3 SkalaNyeri .................................................................................... 27
xi
2.1.10 Penanganan Dismenorea ......................................................................... 30
2.2 Terapi Kompres ................................................................................................... 36
2.2.1 Definisi Kompres Hangat ......................................................................... 37
2.2.1.1 Efektifitas Pemberian Kompres Hangat ....................................... 37
2.2.1.2 Tujuan Kompres Hangat ............................................................... 38
2.2.1.3 Indikasi Kompres Hangat ............................................................. 38
2.2.1.4 Persiapan Alat Dan Bahan ............................................................ 39
2.2.2 Definisi Kompres Dingin .......................................................................... 40
2.2.2.1 Efektifitas Pemberian Kompres Dingin ........................................ 41
2.2.2.2 Tujuan Kompres Dingin ............................................................... 42
2.2.2.3 Persiapan Alat Dan Bahan ............................................................ 42
BAB3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA .................................... 44 3.1 Kerangka Konseptual .......................................................................................... 44
3.2 Hipotesis .............................................................................................................. 45
BAB 4 METODE PENELITIAN ........................................................................... 46
4.1 Desain Penelitian ................................................................................................. 46
4.2 Populasi Dan Sampel .......................................................................................... 47
4.2.1 Populasi ..................................................................................................... 47
4.2.2 Sampel ....................................................................................................... 47
4.2.3 Kriteria Sampel ......................................................................................... 49
4.3 Teknik Sampling ................................................................................................. 50
4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................................................. 51
4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional .................................................... 52
4.5.1 Variabel ...................................................................................................... 52
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ................................................................... 53
4.6 Instrumen Penelitian............................................................................................ 55
4.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian.............................................................................. 55
4.7.1 Lokasi Penelitian ....................................................................................... 55
4.7.2 Waktu Penelitian ....................................................................................... 55
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................... 56
4.8.1 Pengumpulan Data .................................................................................... 56
4.8.2 Langkah-Langkah Penelitian .................................................................... 56
4.8.3 Pengolahan Data ....................................................................................... 57
4.9 Analisa Data ........................................................................................................ 59
4.10 Etika Penelitian .................................................................................................. 61
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 63
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian ........................................................... 63
5.2 Karakteristik Responden ..................................................................................... 64
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................................... 64
5.3 Hasil Penelitian ................................................................................................... 64
5.3.1 Analisis Univariat ...................................................................................... 65
5.3.2 Analisis Multivariat ................................................................................... 67
5.4 Pembahasan ......................................................................................................... 71
xii
5.4.1 Skala Dismenorea Pre Test Dan Post Test Kompres Hangat .................... 71
5.4.2 Skala Dismenorea Pre Test Dan Post Test Kompres Dingin .................... 72
5.4.3 Skala Dismenorea Pre Test Dan Post Test Kelompok Kontrol ................. 73
5.4.4 Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan
Kompres Dingin ........................................................................................ 74
5.5 Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 78
BAB 6 Kesimpulan Dan Saran .............................................................................. 79
6.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 79
6.2 Saran .................................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 81
LAMPIRAN .............................................................................................................. 84
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian Tentang Perbedaan Perubahan
IntensitasDismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres
Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun ........................................... 47
Tabel 4.3 Definisi Operasional Tentang Perbedaan Perubahan
IntensitasDismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres
Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun ........................................... 54
Tabel 5.1 Distribusi Tendensi Sentral berdasarkan usia responden pada siswi
di MAN 1 Kota Madiu ....................................................................... 64
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan kelompok penelitian pada siswi
MAN 1 Kota Madiun.......................................................................... 65
Tabel 5.3 Tabel deskriptif statistik pada siswi MAN 1 Kota Madiun, skala pre
test pada bulan Juli 2017 .................................................................... 66
Tabel 5.4 Tabel deskriptif statistik pada siswi MAN 1 Kota Madiun, skala
post test pada bulan Juli 2017 ............................................................. 66
Tabel 5.5 Hasil Analisis Uji Multivariat Perbedaan Perubahan Intensitas
Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada
Siswi MAN 1 Kota Madiun ................................................................ 67
Tabel 5.6 Hasil analisis uji homogenitas varian pada siswi MAN 1 Kota
Madiun ................................................................................................ 68
Tabel 5.7 Hasil pengujian antara – subjects effects pada siswi MAN 1 Kota
Madiun ................................................................................................ 69
Tabel 5.8 Hasil analisis uji post hoc test pada siswi MAN 1 Kota Madiun ....... 70
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Skala Verbal Descriptor Skale (VDS) Tentang Perbedaan Perubahan
Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada
Siswi MAN 1 KotaMadiun ..........................................................................................
27
2.2 Skala Numeric Rating Scale (NRS) Tentang Perbedaan Perubahan
Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada
Siswi MAN 1 Kota Madiun .........................................................................................
28
2.3 Skala Analog Visual (VAS) Tentang Perbedaan Perubahan Intensitas
Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada Siswi
MAN 1 Kota Madiun ...................................................................................................
29
1.1 Kerangka Konseptual Tentang Perbedaan Perubahan Intensitas
Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada Siswi
MAN 1 Kota Madiun ...................................................................................................
44
4.2 Kerangka Kerja Penelitian Tentang Perbedaan Perubahan Intensitas
Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada Siswi
MAN 1 Kota Madiun ...................................................................................................
51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Survey Pendahuluan
Lampiran5 Lembar Observasi Dismenorea
Lampiran 6 SOP (Standar Operasional Prosedur) Kompres Hangat
Lampiran 7 SOP (Standar Operasional Prosedur) Kompres Dingin
Lampiran 8 Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 9 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 10 Hasil Tabulasi
Lampiran 11 Hasil Data Mentah SPSS
Lampiran 12 Hasil Tendensi Sentral Berdasarkan UsiaP
Lampiran 13 Hasil Analisis Uji Manova
Lampiran 14 Lembar Kartu Bimbingan Proposal
Lampiran 15 Lembar Revisi Proposal
Lampiran 16 Lembar Kartu Bimbingan Skripsi
Lampiran 17 Lembar Revisi Skripsi
Lampiran 18 Lembar Jadwal Kegiatan
xvi
DAFTAR ISTILAH
Adenomyosis : Adanya endometrium selain di rahim
Asam Mefenamat : Jenis obat untuk anti peradangan non steroid
Adhesions : Pelekatan
Balancing harms and benefits : Memperhitungkan manfaat dan kerugian
yang ditimbulkan
Corpus luteum : Massa jaringan kuning didalam ovarium
Cervical stenosis : Penyempitan yang menekan korda spinal
dan akar saraf
Cutaneus : Nyeri yang mengenai kulit atau jaringan
Cardiac pain : Nyeri jantung
Control time series design : Rancangan rangkaian waktu dengan
kelompok pembanding
Coding : Membuat lembaran kode atau kartu kode
Dismenorea : Nyeri pada saat menstruasi
Deep somatic : Nyeri dalam
Deskuamasi : Pelepasan
Endometriosis pelvis : Jaringan endometrium yang berada di
panggul
Endometrial carcinoma : Kanker endometrium
Editing : Penyuntingan data
Fatigue : Lelah
Hipoplasia uterus : Perkembangan rahim yang tidak lengkap
Hypothalamic : Hipotalamus
Heating pad : Bantal panas
Inflmatory bowel desease : Peradangan pada usus
Ibu profen : Untuk menurunkan demam dan meredakan
nyeri
Inform consent : Lembar persetujuan
Intractable pain : Nyeri yang sangatsusah dihilangkan
Menarche : Menstruasi pertama
Malaise : Rasa tidak enak badan
Mioma submukosum : Bentuk mioma uteri
Nausea : Mual
Nullipara : Wanita yang belum pernah melahirkan anak
hidup
Noxious stimuli : Stimuli nyeri
Natrium diklofenat/naproxen : Obat anti radang
Ovarium : Ovarium
Obstruksi kanalis servikalis : Sumbatan saluran jalan lahir
Ovulatory cycles : Siklus ovulasi
xvii
Ovarian cyst : Kista ovarium
Pituitary : Kelenjar endokrin yang kira-kira sebesar
kacang yang terletak di dasar tulang
tengkorak dan dibawah otak
Pelvic congestion syndrome : Gangguan atau sumbatan dipanggul
Pelvic inflammatory disease : Penyakit radang panggul
Pelvic adhesion : Perlengketan pelvis
Pre test : Data awal
Post test : Data akhir
Phantom pain : Nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh
yang hilang
Placebo : Netral
Probability sampling : Setiap subjek dalam populasi mempunyai
kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih
sebagai sampel
Quality of life : Kualitas kehidupan
Quasi experiment design : Rancangan eksperimen semu
Retrofleksia uterus : Kelainan letak arah anatomis rahim
Radiating pain : Nyeri menyebar dari sumber nyeri ke
jaringan di dekatnya
Referred pain : Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu
yang diperkirakan berasal dari jaringan
penyebab
Respect for privacy and confidentiality : Menghormati privasi dan kerahasiaan
subyek penelitian
Respect for justicean inclusivess : Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan
Simple random sampling : Teknik pengambilan sampel secara acak
Uterine myoma : Tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan
otot
Uterine polyps : Tumor jinak dirahim
Uterine leiomyoma : Tumor jinak otot rahim
Vomiting : Muntah
Visceral : Organ dalam
xviii
DAFTAR SINGKATAN
FSH : Follicle Stimulating Hormone
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormone
IUD : Intra Uterine Device
IASP : International Association for Study of Pain
LH : Lutenizing Hormone
NSAID : Non Steroidal Anti-Inflammatory Drug
NRS : Numerical Ranting Skale
PAG : Peri Aquaductua Grey
PMS : Pre Menstruasi Syndrom
TENS : Transcutaneous Electrical Nerves Stimulation
VDS : Verbal Descriptor Skale
VAS : Visual Analog Skale
xix
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan kurunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres
Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun”.Skripsi ini disusun sebagai salah satu
persyaratan dalam mencapai gelar sarjana keperawatan di program studi ilmu
keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada Mulia Madiun.
Peneliti menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan
penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagai mana yang diharapkan tanpa
adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan,
dan motivasi kepada peneliti. Untuk itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Imam Tafsir, S.Pd selaku Kepala sekolah MAN 1 KotaMadiun yang telah
memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di tempat beliau.
2. Zaenal Abidin,S.KM,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Muhidin, S.Kep.,Ns,.M.Kep selaku Pembimbing I yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini.
xx
5. Kuswanto, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Pembimbing II yang dengan kesabaran dan
ketelitian dalam membimbing, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
6. Keluarga tercinta yang tidak pernah lelah memberikan dukungan, doa dan nasehat.
7. Teman-teman semua program studi Ilmu Keperawatan khususnya angkatan 2013
atas kerja samanya serta dukungan dan motivasinya.
8. Seluruh adik-adik di MAN 1 Kota Madiun yang telah bersedia untuk menjadi
responden dalam penelitian ini.
9. Semua pihak yang peneliti tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dalam
menyelesaikan proposal ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan yang
telah mereka berikan selama ini pada peneliti. Peneliti menyadari dalam
menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga diharapkan adanya
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kita
semua.
Madiun, 18 Agustus 2017
Peneliti
Septiara Putri Kumalasari
201302102
vii
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017
ABSTRAK
Septiara Putri Kumalasari
PERBEDAAN PERUBAHAN INTENSITAS DISMENOREA ANTARA
KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN PADA SISWI MAN 1 KOTA
MADIUN
117 Halaman + 10 Tabel + 5 Gambar + Lampiran
Kompres hangat merupakan metode yang digunakan untuk meredakan nyeri
dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi dengan air panas yang di tempelkan
pada sisi perut kiri dan kanan yang mengalami nyeri (dismenorea). Sedangkan
kompres dingin merupakan suatu terapi es yang dapat menurunkan prostaglandin
yang memperkuat sensitivitas nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan perubahan intensitas dismenorea antara kompres hangat dan kompres
dingin pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
Desain dalam penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan true experiment
design (pretest-postest with control group). Teknik pengambilan sampling dalam
penelitian ini menggunakan probability sampling dengan simple random sampling,
dari 45 populasi diperoleh sampel sejumlah 27 responden (siswi yang mengalami
dismenorea dan memenuhi kriteria inklusi). Analisis data menggunakan uji Manova dengan taraf signifikan α < 0,05
menunjukkan bahwa uji F memiliki nilai signifikasi 0,000 < α 0,05. Sehingga dapat
diketahui uji F semuanya signifikan. Angka signifikasi uji Levene menunjukkan
bahwa kedua variabel pada skala dismenorea pre test nilai F = 6.790 dengan
signifikasi 0,005 < 0,05. Sedangkan pada skala dismenorea post test nilai F = 5.237
dengan signifikasi 0,013 < 0,05. < 0,05 maka yang dilihat yaitu dengan uji Games-
Howell. Dari uji post hoc test dapat diketahui selisih antara kompres hangat dan
kompres dingin, kompres hangat 0,89, sedangkan kompres dingin 1,22. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kompres dingin lebih dominan menurunkan dismenorea
dari pda kompres hangat.
Saran yang dapat diberikan kepada institusi sekolah adalah dengan memberikan
pendidikan lebih lanjut mengenai penanganan dismenorea kepada siswi yang
mengalami dismenorea agar siswi dapat menangani nyeri dismenore dengan baik.
Kata Kunci : Perubahan Intensitas Dismenorea, Kompres Hangat, Kompres
Dingin, Siswi
viii
NURSING PROGRAM S1 STIKES
BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2017
ABSTRACT
Septiara Putri Kumalasari
DIFFERENCE OF DISMENORRHEA INTENSITY CHANGE BETWEEN
WARM COMPRESS AND COOL COMPRESS AT SCHOOL GIRL STUDENT
MADRASAH ALIYAH 1 MADIUN
117 Pages + 10 Tables + 5 Pictures + Enclosures
Warm Compress represent method that used for assuage pain by using filled
buli-buli with hot water which in gluing at natural right and left stomach side of pain
( dismenorea).. While cool compress represent an ices therapy able to degrade
prostaglandin strengthening pain sensitivitas of subcutan other at wounded place by
pursuing inflammation process. The aim of this research is to know difference of
dismenorrhea intensity change between warm compress and cool compress at MAN
1 Madiun.
Design of this research quantitative with true experiment design (group
control with pretest-postest). Technique intake of sampling in this research used
probability sampling with simple random sampling, from 45 population counted 27
responder (schoolgirlthat get dismenorrhea and fulfill of inclusi criterion).
Data analysis use test of Manova with significant level < 0,05 indicating that
test of F have signifikasi value 0,000 < 0,05. So that can know test of F altogether
signifficant. number of Signifikasi test Levene indicate that both variable of
dismenorrheea scale pre test f value = 6.790 with significancy 0,005 < 0,05. While at
scale of dismenorrhea post test f value = 5.237 with significancy 0,013 < 0,05 < 0,05
so that which is seen that is with test of Games-Howell. From test of post test hoc can
know that difference between warm compress and cool compress, warm compress
0,89, while cool compress 1,22. So that can be concluded that cool compress more
dominant to degrade dismenorea than warm compres.
Suggestion able to be passed to school institution is by giving furthermore
education furthermore handling of disminore to natural disminorrheaschoolgirl
student so that schoolgirl can handle pain of disminore better.
Key words : Dismenorrhea Intensity Change, Warm Compress, Cool compress,
Schoolgirl Student.
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis tubuh dalam wanita yang
terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Menstruasi itu sering
diiringi dengan dismenorea dikarenakan pada saat nyeri menstruasi terjadi
peningkatan prostaglandin (zat yang menyebabkan otot rahim berkontraksi). Pada
sebagian perempuan, nyeri menstruasi yang dirasakan dapat berupa nyeri yang
samar, tetapi sebagian yang lain dapat terasa kuat bahkan membuat aktivitas menjadi
terganggu. Rasa nyeri ini yang disebut dengan dismenorea (Laila, 2011).
Siklus menstruasi setiap wanita berbeda-beda, ada yang mengalami menstruasi
tidak teratur, dan ada pula yang relative teratur. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada
setiap siklus haidnya dan intensitasnya pun tidak sama. Gangguan nyeri ini
dinamakan dismenorea. Dismenorea merupakan nyeri yang berasal dari kram perut
rahim dan terjadi selama menstruasi disebabkan oleh pengelupasan lapisan
endometrium (Dewi, 2012).
Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar, yaitu lebih dari 50%
perempuan mengalaminya. Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diperkirakan
hampir 90% wanita mengalami dismenorea dan 10-15% diantaranya mengalami
dismenorea berat, yang tidak mampu melakukan kegiatan apapun. Sementara di
Indonesia prevalensi nyeri menstruasi berkisar 45-95% di kalangan usia produktif
2
(Proverawati & Misaroh, 2009). Angka kejadian dismenorea primer pada remaja
wanita yang berusia 14-19 tahun di Indonesia sekitar 54,89% (Mahmudiono, 2011
dalam Sophia, Muda & Jemadi, 2013). Di Surabaya di dapatkan sebanyak 50%
wanita mengalami dismenorea primer, 10% wanita mengalami nyeri hebat selama
menstruasi sehingga membuat mereka tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari
selama 1-3 hari setiap bulannya (Reeder & Martin, 2011).
Nyeri yang dirasakan saat haid tidak hanya terjadi pada bagian simphisis pubis,
namun beberapa remaja perempuan kerap merasakannya pada punggung bagian
bawah, pinggang, panggul, otot paha atas, hingga betis.Rasa nyeri ini disebabkan
oleh kontraksi rahim untuk mengeluarkan endometrium dan dipengaruhi oleh
hormon prostaglandin. Lebih dari 50% wanita mengalami dismenorea dan 15%
diantaranya mengalami nyeri yang hebat (Nida, 2016).
Penanganan dismenorea dapat diatasi dengan penanganan farmakologis dan
non farmakologis. Salah satu penanganan dismenorea secara non farmakologis yaitu
dengan pemberian kompres hangat dan kompres dingin. Dari study pendahuluan
yang sudah dilakukan oleh peneliti di MAN 1 Kota Madiun, dari 10 siswi didapatkan
4 siswi mengatasi dismenorea dengan minum jamu dan mengoleskan minyak kayu
putih pada daerah yang nyeri, 3 siswi dengan minum obat analgesik seperti asam
mefenamat, dan yang sisanya mengatasi dismenorea dengan membiarkan dan tidak
pernah melakukan penanganan dismenorea karena terbatasnya informasi tentang
kesehatan reproduksi khususnya tentang menstruasi dan permasalahannya, yaitu
dismenorea.
3
Secara umum, dismenorea muncul akibat kontraksi disritmik miometrium yang
menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di
perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik di sisi medial paha (Anurogo,
2011).
Dampak dari nyeri haid (dismenorea) pada remaja yaitu dapat mengganggu
aktivitas belajar dan aktivitas sehari-hari. Apabila nyeri yang dirasakan berat, maka
remaja yang bersangkutan tidak masuk sekolah. Banyak wanita yang belum
mengetahui bagaimana penanganan nyeri haid, sehingga dapat timbul masalah. Nyeri
dapat diatasi dengan melakukan berbagai alternatif, baik secara farmakologis
maupun non farmakologis. Secara farmakologis dapat diatasi dengan menggunakan
obat-obatan analgesik. Sedangkan penatalaksanaan non farmakologis terhadap nyeri
dapat dilakukan dengan berbagai cara, meliputi Transcutaneous Electrical Nerves
Stimulation (TENS), akupuntur, tindakan distraksi, teknik nafas dalam, imajinasi
terbimbing, umpan balik biologis, terapi musik, dan kompres (kompres hangat dan
kompres dingin). Manajemen nyeri non farmakologis lebih aman digunakan karena
tidak menimbulkan efek samping seperti obat-obatan karena terapi non farmakologis
menggunakan proses fisiologis sehingga dalam hal ini metode menarik perhatian
yang digunakan untuk mengatasi nyeri yaitu kompres hangat dan kompres dingin
(Muttaqin, 2011).
Kompres hangat merupakan salah satu metode non farmakologi yang dianggap
sangat efektif dalam menurunkan nyeri atau spasme otot. Panas dapat dialirkan
melalui konduksi, konveksi, dan konversi. Nyeri akibat memar, spasme otot, dan
4
arthritis berespon baik terhadap peningkatan suhu karena dapat melebarkan
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal. Oleh karena itu, peningkatan
suhu yang disalurkan melalui kompres hangat dapat meredakan nyeri dengan
menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri lokal. Kompres hangat merupakan
suatu prosedur menggunakan kain atau handuk yang telah di celupkan pada air
hangat yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu (Muttaqin, 2011).
Tidak hanya kompres hangat saja yang efektif menurunkan nyeri fisiologis,
kompres dingin juga efektif menurunkan nyeri. Kompres dingin merupakan suatu
terapi es yang dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat sensitivitas nyeri
dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Hal itu
dikarenakan kompres dingin dapat mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan
mengurangi perdarahan edema yang diperkirakan menimbulkan efek analgetik
dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang
mencapai otak lebih sedikit. Kompres dingin merupakan suatu prosedur
menggunakan kain atau handuk yang telah di celupkan pada air es yang ditempelkan
pada bagian tubuh tertentu (Muttaqin, 2011).
Penelitian Oktasari (2014) dengan judul Perbandingan Efektivitas Kompres
Hangat Dan Kompres Dingin Terhadap Penurunan Dismenorea Pada Remaja Putri.
Didapatkan hasil rata-rata perubahan intensitas nyeri pada kelompok kompres hangat
sebesar 16,56 dan kompres dingin sebesar 34,44, dapat dilihat perubahan rata-rata
intensitas nyeri pada kelompok kompres dingin lebih efektif menurunkan
5
dismenorea. Oleh karena itu berdasarkan atas teori dan fakta yang ada, dapat
disimpulkan bahwa kompres dingin lebih efektif dalam menurunkan persepsi nyeri
dan meningkatkan kenyamanan daripada kompres hangat.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti
permasalahan remaja yang terjadi setiap bulannya. Peneliti ingin mengadakan
penelitian dengan judul “Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara
Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah. Apakah ada
“Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres
Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun ?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan perubahan intensitas dismenorea antara kompres hangat
dan kompres dingin pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisa perubahan intensitas dismenorea dengan kompres hangat
pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
2. Menganalisa perubahan intensitas dismenorea dengan kompres dingin
pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
3. Menganalisa perubahan intensitas dismenorea dengan kelompok kontrol
pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
6
4. Menganalisa perbedaan perubahan intensitas dismenorea antara kompres
hangat dan kompres dingin pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Responden
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam upaya mengatasi dismenorea.
2. Bagi Institusi Tempat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dalam menerapkan kompres hangat dan kompres dingin untuk mengurangi
nyeri dismenorea pada remaja putri yang di alami setiap bulannya.
3. Bagi Institusi Pendidikan.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan, memberi
sumbangan positif dan mengembangkan teori khususnya di bidang
keperawatan dalam pengobatan non farmakologis yaitu dengan kompres
hangat dan kompres dingin untuk menurunkan nyeri dismenorea.
4. Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi peneliti,
sehingga peneliti dapat menerapkan pengalaman-pengalaman ilmiah yang
diperoleh untuk melakukan penelitian yang akan datang.
7
1.5 KeaslianPenelitian
No Judul Penelitian Variabel Jenis penelitian Hasil Perbedaan Penelitian
1
.
Perbandingan
Efektifitas Kompres
Hangat Dan
Kompres Dingin
Terhadap Penurunan
Dismenorea Pada
Remaja Putri Di
SMP 21 Pekanbaru
(Oktasari, 2014).
- Dismenore
a
- Kompres
Hangat
- Kompres
Dingin
Penelitian ini
menggunakan
jenispenelitian
quasy
eksperiment
dengan teknik
sampling
purposive
sampling
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
karakteristik umur
responden paling banyak
yang mengalami
dismenorea adalah 14 tahun
(66%). Selain itu, suku
Melayu merupakan suku
terbanyak yaitu 42%. Rata-
rata intensitas nyeri sebelum
dan sesudah diberi
perlakuan pada kedua
kelompok mengalami
perubahan yaitu pada
kelompok kompres hangat
2,04 poin dan kelompok
kompres dingin 3,20 poin
dengan pvalue 0,000 < α
(0,05) pada kedua kelompok
sehingga dapat disimpulkan
ada perbedaan sebelum
diberi perlakuan dan
sesudah perlakuan pada
kelompok kompres hangat
dan kelompok kompres
dingin. Perbandingan
Perbedaan penelitian
sebelumnya dengan
penelitian saya yaitu
dengan menggunakan
desain True
Experiment Design
(Pretest-Postest With
Control Group),
dengan teknik
pengambilan sampel
menggunakan simple
random sampling.
8
sesudah antara kelompok
kompres hangat dan
kelompok kompres dingin
pvalue 0,000 < α (0,05)
sehingga dapat
disimpulkan Ho ditolak. Hal
ini berarti di simpulkan
terdapat perbedaan yang
signifikan antara kompres
hangat dan kompres dingin
terhadap penurunan
dismenorea. Perbandingan
Mean rank yang didapat
antara perubahan intensitas
nyeri pada kelompok
kompres dingin lebih besar
yaitu 34,44 sedangkan
kelompok kompres hangat
yaitu 16,56. Oleh karena itu
kompres dingin lebih efektif
disbanding kompres hangat.
2
.
Pengaruh Pemberian
Kompres Hangat
Terhadap Penurunan
Nyeri Dismenorea
Pada Siswi Kelas XI
SMK
Muhammadiyah
Watukelir Sukoharjo
- Kompres
Hangat
- Dismenore
a
Penelitian ini
menggunakan
jenis penelitian
quasy
experiment
dengan one
group pretest-
postest
Hasil penelitian ini
menunjukkan siswi yang
mengalami
dismenoreapaling banyak
terdapat dalam kategori 3,
yaitu nyeri sedang sebanyak
18 anak (60%) dan paling
sedikit dalam kategori 5
Perbedaan penelitian
sebelumnya dengan
penelitian saya yaitu
dengan menggunakan
desain True
Experiment Design
(Pretest-Postest With
Control Group),
9
(Nida, 2016).
designdengan
teknik sampling
purposive
sampling
yaitu nyeri berat tidak
tertahankan sebanyak 1
anak (3,3%) sedangkan
untuk kategori 2 yaitu nyeri
ringan sebanyak 3 anak
(10%) dan untuk kategori 4
nyeri berat sebanyak 8 anak
(26,7%).Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya
pengaruh kompres hangat
terhadap penurunan nyeri
dismenorea pada siswi kelas
XI di SMK Muhammadiyah
Watukelir, dengan
menggunakanwilcoxon
signed-rank testnilai p
sebesar 0,000 (p < 0,05).
dengan teknik
pengambilan sampel
menggunakan simple
random sampling.
3
.
Perbandingan
Efektifitas Antara
Aromaterapi Bunga
Mawar Dengan
Masase Dalam
Menurunkan
Intensitas Nyeri
Pada Dismenorea
Primer Dengan
Perlakuan Standar
Kompres Hangat Di
Fakultas Kedokteran
- Aromaterap
i bunga
mawar
- Intensitas
nyeri
dismenorea
primer
- Kompres
hangat
- Masase
Penelitian ini
menggunakan
jenis penelitian
quasy
experimental
non randomized
control group
pretest-postest
design
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada
kelompok aromaterapi
bunga mawar sebanyak 100
% responden mengalami
penurunan intensitas nyeri
pada 10 menit pertama
dibandingkan 70 % pada
kelompok masase dan 80 %
pada kelompok kompres.
Penurunan intensitas nyeri
terbanyak masing-masing
Perbedaan
penelitian
sebelumnya dengan
penelitian saya yaitu
dengan
menggunakan
desain True
Experiment Design
(Pretest-Postest
With Control
Group), dengan
teknik
10
Universitas
Brawijaya
(Pradiyanti, 2014).
adalah 4 sampai lebih dari 4
skala pada 90 % responden
dari kelompok aroma terapi,
1-3 skala pada 70 %
responden dari kelompok
masase, dan 2 skala pada 70
% responden dari kelompok
kontrol. Dapat disimpulkan
bahwa aromaterapi lebih
efektif dalam menurunkan
intensitas nyeri pada
dismenore primer
dibandingkan dengan
masase dan kompres
hangat.
pengambilansampel
menggunakan
simple random
sampling.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dismenorea
2.1.1 Siklus Menstruasi
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus,
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses terjadinya haid berlangsung
dengan empat tahapan yaitu masa proliferasi, masa ovulasi, masa sekresi dan masa
haid. Dalam proses ovulasi, yang memegang peranan penting adalah hubungan
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamic-pituitary-ovarium axis). Menurut
teori neurohumoral, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh
adenohipofisis melalui sekresi neurohormon yang disalurkan ke sel-sel
adenohipofisis lewat sirkulasi portal yang khusus. Hipotalamus menghasilkan faktor
yang telah dapat diisolasi dan disebut Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
karena dapat merangsang pelepasan Lutenizing Hormone (LH) dan Follicle
Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Pada hipotalamus terdapat dua pusat,
yaitu pusat tonik dibagian belakang hipotalamus di daerah nucleus arkuatus, dan
pusat siklik di bagian depan hipotalamus di daerah suprakiasmatik. Pusat siklik
mengawasi lonjakan LH (LH-surge) pada pertengahan siklus haid yang
menyebabkan terjadinya ovulasi (Proverawati & Misaroh, 2009).
12
2.1.2 Definisi Dismenorea
Dismenorea merupakan suatu gejala dan bukan suatu penyakit.Istilah
dismenorea biasa dipakai untuk nyeri yang cukup berat. Dalam kondisi ini, penderita
harus mengobati nyeri tersebut dengan analgesik atau memeriksakan diri ke dokter
dan mendapatkan penanganan, perawatan, atau pengobatan yang tepat (Anurogo,
2011).
Dismenorea adalah nyeri sewaktu menstruasi. Dismenorea terdiri dari gejala
yang komplek berupa kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau
kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti
kelemahan umum (Dewi, 2012).
Dismenorea adalah nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi
zat prostaglandin. Seringkali dimulai segera setelah mengalami menstruasi pertama
(menarche). Nyeri berkurang setelah menstruasi, namun pada beberapa wanita nyeri
bisa terus dialami selama periode menstruasi (Proverawati & Misaroh, 2009).
2.1.3 Klasifikasi Dismenorea
Klasifikasi dismenorea menurut Dewi (2012) dibagi menjadi dua, yaitu
dismenorea primer (esensial, intrinsik, indiopatik) dan dismenorea sekunder
(ekstrinsik) :
2.1.3.1 Dismenorea primer
Dismenorea primer adalah dismenorea yang mulai terasa sejak menarche dan
tidak ditemukan kelainan dari organ lainnya. Dismenorea primer terjadi pada 90
13
persen wanita dan biasanya terasa setelah mereka menarche dan berlanjut hingga
usia pertengahan 20-an atau hingga mereka memiliki anak. Sekitar 10 persen
penderita dismenorea primer tidak dapat mengikuti kegiatan sehari-hari. Gejalanya
mulai terasa pada 1 atau 2 hari sebelum menstruasi dan berakhir setelah menstruasi.
Biasanya nyeri berakhir setelah diberi kompres hangat atau oleh pemberian
analgesik.
1. Penyebab Dismenorea Primer
a. Faktor endokrin, rendahnya kadar progesteron pada akhir fase corpus luteum.
Hormon progesteron menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus
sedangkan hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain,
endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang
berlebihan memasuki peredaran darah maka selain dismenorea dapat juga
dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual), muntah, diare. Jelaslah bahwa
peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting pada timbulnya
dismenorea primer.
b. Kelainan organik, seperti retrofleksia uterus (kelainan letak arah anatomis
rahim), hipoplasia uterus (perkembangan rahim yang tidak lengkap), obstruksi
kanalis servikalis (sumbatan saluran jalan lahir), mioma submukosa bertangkai
(tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot), dan polip endometrium.
c. Faktor konstitusi, faktor konstitusi erat kaitannya dengan faktor kejiwaan yang
dapat pula menurunkan ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri. Adapun faktor
14
konstitusi ini bentuknya seperti anemia atau penyakit menahun yang dapat
mempengaruhi timbulnya nyeri saat menstruasi.
d. Endometrium wanita dengan dismenorea menghasilkan PGF2a lebih banyak
daripada wanita normal. PGF2a adalah oksitosin dan vasokontriktor yang poten
bila diberikan pada uterus akan menghasilkan nyeri dan mengakibatkan
pengeluaran darah haid. Alasan mengapa PGF2a lebih tinggi pada wanita
tertentu belum diketahui dengan pasti. Pada beberapa wanita, prostaglandin
dapat mengakibatkan otot polos dalam sistem gastrointestinal berkontraksi
sehingga menyebabkan mual, muntah, dan diare.
e. Faktor kejiwaan, pada remaja yang secara emosional tidak stabil (seperti
mudah marah dan cepat tersinggung), apalagi jika tidak mengetahui serta tidak
mendapatkan pengetahuan yang baik tentang proses menstruasi, maka hal ini
dapat menyebabkan timbulnya nyeri menstruasi.
2. Ciri-ciri Dismenorea Primer
Ciri-ciri dismenorea primer menurut Proverawati & Misaroh (2009) :
a. Terjadi beberapa waktu atau 6-12 bulan sejak menstruasi pertama (menarche).
b. Rasa nyeri timbul sebelum menstruasi, atau di awal menstruasi. Berlangsung
beberapa jam, namun adakalanya beberapa hari.
c. Datangnya nyeri, hilang timbul, menusuk-nusuk. Pada umumnya di perut
bagian bawah, kadang menyebar ke sekitarnya (pinggang, paha depan).
d. Adakalanya disertai mual, muntah, sakit kepala, diare.
15
3. Faktor Resiko Dismenorea Primer
Beberapa faktor di bawah ini dianggap sebagai faktor resiko timbulnya nyeri
menstruasi menurut Proverawati & Misaroh (2009), yaitu :
a. Menstruasi pertama(menarche) di usia dini (kurang dari 12 tahun)
b. Wanita yang belum pernah melahirkan anak hidup (nullipara)
c. Periode menstruasi yang lama atau panjang
d. Darah menstruasi berjumlah banyak (deras banget)
e. Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga
f. Obesitas atau kegemukan atau kelebihan berat badan
4. Manifestasi Klinis Dismenorea Primer
Dismenorea primer selalu terjadi saat siklus ovulasi (ovulatory cycles) dan
biasanya muncul dalam setahun setelah menstruasi pertama. Pada dismenorea
primer, dismenorea dimulai bersamaan dengan onset menstruasi atau hanya sesaat
sebelum menstruasi dan bertahan atau menetap selama 1-2 hari. Dismenorea
dideskripsikan sebagai spasmodik dan menyebar ke bagian belakang (punggung)
atau paha atas atau tengah (Anurogo, 2011).
Berhubungan dengan gejala-gejala umum, seperti berikut :
a. Malaise (rasa tidak enak badan).
b. Fatigue (lelah).
c. Nausea (mual) dan vomiting (muntah).
d. Diare
e. Nyeri punggung bawah
16
f. Sakit kepala
Kadang-kadang dapat juga disertai vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas,
gelisah, hingga jatuh pingsan.
2.1.3.2 Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder biasanya terjadi kapan saja setelah menarche. Biasanya
disebabkan oleh hal lain. Nyeri biasanya bersifat regular pada setiap menstruasi
namun berlangsung lebih lama dan bisa berlangsung selama siklus. Nyeri mungkin
pada salah satu sisi abdomen. Dismenorea sekunder dapat disebabkan oleh
endometriosis dimana jaringan uterus tumbuh di luar uterus dan ini dapat terjadi pada
wanita tua maupun muda. Implant ini masih bereaksi terhadap estrogen dan
progesterone sehingga dapat meluruh saat menstruasi. Hasil peluruhan bila jatuh ke
dalam rongga abdomen dan merangsang peritoneum akan menghasilkan nyeri.
Endometriosis ditemukan pada 10-15 persen wanita usia 25-33 tahun. Dismenorea
sekunder dapat juga disebabkan fibroid, penyakit radang panggul, IUD (Intra
Uterine Device), tumor pada tuba fallopi, usus atau vesika urinaria, polip uteri,
inflmatory bowel desease, skar atau perlengketan akibat operasi sebelumnya dan
adenomiosis yaitu suatu keadaan dimana endometrium tumbuh menembus
miometrium.
1. Penyebab Dismenorea Sekunder
a. Adenomyosis (adanya endometrium selain di rahim).
b. Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot), terutama
mioma submukosum (bentuk mioma uteri).
17
c. Uterine polyps (tumor jinak di rahim).
d. Adhesions (pelekatan).
e. Ovarian cyst (kista ovarium).
f. Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di panggul).
g. Uterine leiomyoma (tumor jinak otot rahim).
h. Endometriosis pelvis (jaringan endometrium yang berada di panggul).
i. Penyakit radang panggul kronis.
j. Tumor ovarium dan polip endometrium.
2. Faktor Resiko Dismenorea Sekunder
Beberapa faktor di bawah ini dianggap sebagai faktor resiko timbulnya nyeri
menstruasi menurut Proverawati & Misaroh (2009), yaitu :
a. Endometriosis
b. Adenomyosis
c. IUD(Intra Uterine Device)
d. Pelvic inflammatory disease (penyakit radang panggul)
e. Endometrial carcinoma (kanker endometrium)
f. Ovarian cysts (kista ovarium)
g. Cervical stenosis
3. Manifestasi Klinis Dismenorea Sekunder
Dismenorea sekunder berhubungan dengan perut besar atau kembung,
pelvis terasa berat, dan nyeri punggung. Secara khas, nyeri meningkat secara
progresif selama fase luteal dan akan memuncak sekitar onset menstruasi.
18
Berikut manifestasi klinis dismenorea sekunder :
a. Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menstruasi
pertama.
b. Dismenorea dimulai setelah usia 25 tahun.
c. Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik, pertimbangan
kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease (penyakit radang
panggul), dan pelvic adhesion (perlengketan pelvis).
d. Sedikit atau tidak ada respon terhadap obat golongan NSAID (nonsteroidal
anti-inflammatory drug) atau obat anti-inflamasi non-steroid, kontrasepsi oral,
atau keduanya.
2.1.4 Pembagian Klinis Dismenorea
Pembagian klinis dismenorea menurut (Calis, 2011 dalam Lestari, 2013) yaitu :
1. Nyeri spasmodik terasa dibagian bawah perut dan berawal sebelum masa
menstruasi atau segera setelah masa menstruasi mulai. Banyak perempuan
terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia
tidak dapat mengerjakan apa pun.
2. Nyeri Kongestif
Penderita dismenorea kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari
sebelumnya bahwa masa menstruasinya akan segera tiba. Mereka mungkin
akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak
menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada
19
paha, merasa lelah, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, tidur
terganggu.
2.1.5 Komplikasi Dismenorea
Komplikasi dismenorea menurut Anurogo (2011) ada dua yaitu :
a. Jika diagnosis dismenorea sekunder diabaikan atau terlupakan maka
patologi (kelainan atau gangguan) yang mendasari dapat memicu kenaikan
angka kematian, termasuk kemandulan.
b. Isolasi sosial (merasa terasing atau dikucilkan) dan atau depresi.
2.1.6 Prognosis Dismenorea
Prognosis adalah prediksi penyakit di masa mendatang menurut Anurogo
(2011) :
a. Prognosis untuk dismenorea primer baik sekali dengan penggunaan NSAID.
b. Prognosis untuk dismenorea sekunder bervariasi tergantung pada proses
penyakit yang mendasarinya.
2.1.7 Usia Rawan Dismenorea
Tidak ada batasan usia secara pasti yang menunjukkan bahwa dismenorea
hanya terjadi pada usia tertentu. Setiap perempuan yang masih usia produktif dan
mengalami menstruasi berpotensi terkena dismenorea.
Dismenorea biasanya bersifat subyektif dan intensitasnya sulit dinilai.
Penyebab dan riwayat penyakit juga belum dapat dipecahkan secara memuaskan.
Selalu ada kasus khusus dan menarik dalam setiap kejadian pada penderita
dismenorea. Walaupun secara acak, kita dapat menemukan banyak sekali perempuan
20
yang mengalami dismenorea, tetapi hanya sedikit yang datang ke dokter karena
dismenorea. Dengan demikian, sangat sulit untuk memastikan berapa sebenarnya
jumlah penderita dismenorea di Indonesia dan untuk menentukan usia yang paling
rawan mengalami dismenorea (Anurogo, 2011).
2.1.8 Pencegahan Dismenorea
Berikut langkah-langkah pencegahan dismenorea menurut Anurogo (2011) :
1. Hindari stress, hidup dengan tenang dan bahagia. Tidak usah terlalu banyak
pikiran, terutama pikiran negatif yang menimbulkan kecemasan. Selalu
bersyukur apapun keadaan kita dan lebih baik ikhlas dalam menjalani hidup.
2. Saat menjelang menstruasi, sebisa mungkin menghindari makanan yang
cenderung asam dan pedas.
3. Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak
menguras energy secara berlebihan.
4. Berolahraga secara teratur setidaknya 30 menit setiap hari. Olahraga yang
dipilih tidak harus olahraga berat. Dapat sekedar berjalan-jalan santai
selama 30 menit, jogging ringan, senam ringan, maupun bersepeda. Pilih
yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Olahraga secara teratur
dapat memperlancar aliran darah pada otot di sekitar rahim sehingga akan
meredakan dismenorea pada saat menstruasi.
5. Menjelang menstruasi, cobalah berendam dengan air hangat yang diberi
garam dan beberapa tetes minyak essensial bunga lavender atau sesuai
dengan selera. Berendamlah selama 10-15 menit dan rasakan kesegaran
21
serta rileks di seluruh tubuh. Cara ini membantu memperlancar peredaran
darah dalam tubuh sehingga mencegah terjadinya dismenorea.
6. Usahakan tidak mengkonsumsi obat-obatan antinyeri, jika semua cara
pencegahan tidak mengatasi dismenorea. Lebih baik segera kunjungi dokter
untuk mengetahui penyebab dismenorea yang berkepanjangan. Bisa saja ada
kelainan rahim atau penyakit lainnya.
7. Selama masa menstruasi jangan melakukan olahraga berat atau bekerja
berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan.
8. Hindari makan yang dingin secara berlebihan, misalnya es krim. Perbanyak
makan buah, sayur yang berkadar lemak rendah, konsumsi vitamin E,
vitamin B6, dan minyak ikan untuk mengurangi peradangan.
9. Pijatan dengan aroma terapi juga dapat mengurangi rasa tidak nyaman.
Pijatan yang ringan dan melingkar dengan menggunakan telunjuk pada
perut bagian bawah akan membantu mengurangi dismenorea.
10. Mendengarkan musik, membaca buku atau menonton film juga dapat
membantu mengurangi dismenorea.
2.1.9 Konsep Nyeri
2.1.9.1 Pengertian Nyeri
Nyeri suatu kondisi yang lebih dari pada sensasi tunggal yang disebabkan oleh
stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga
bersifat tidak menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak
berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik atau mental, dan kerusakan dapat
22
terjadi pada jaringan actual atau pada fungsi ego seseorang. Nyeri melelahkan dan
menuntut energi seseorang sehingga dapat mengganggu hubungan personal dan
mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif , seperti
menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu
menimbulkan gejala yang dapat diprediksi, sering kali perawat mengkaji nyeri dari
kata-kata, perilaku ataupun respons yang diberikan oleh klien. Hanya klien yang tahu
apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut. Untuk membantu seorang klien
dalam upaya menghilangkan nyeri maka perawat harus yakin dahulu bahwa nyeri itu
memang ada, kerusakan pada jaringan yang berpotensi rusak atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan nyeri merupakan mekanisme yang bertujuan untuk
melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka prilakunya akan berubah.
Misalnya, seseorang yang kakinya terkilir pasti akan menghindari aktivitas
mengangkat barang yang memberikan beban penuh pada kakinya untuk mencegah
cedera lebih lanjut.
Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa telah terjadi kerusakan jaringan,
yang harus menjadi pertimbangan utama saat mengkaji nyeri.International
Association for Study of Pain (IASP), mendefinisikan nyeri adalah merupakan
pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan (Potter &
Perry, 2005).
2.1.9.2 Proses Terjadinya Nyeri Dan Manifestasi Fisiologis Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku, nyeri mengarah
pada ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak
23
orang mengalami penyakit kronik dengan nyeri yang merupakan gejala umum.
Proses terjadinya nyeri dan manifestasi fisiologis nyeri menurut Potter & Perry
(2005) :
1. Proses Terjadinya Nyeri
Reseptor nyeri dalam tubuh adalah ujung-ujung saraf telanjang yang
ditemukan hampir pada setiap jaringan tubuh. Impuls nyeri dihantarkan ke Sistem
Saraf Pusat (SSP) melalui dua sistem serabut. Sistem pertama terdiri dari serabut
Aδ bermielin halus bergaris tengah 2-5 µm, dengan kecepatan hantaran 6-30
m/detik. Sistem kedua terdiri dari serabut C tak bermielin dengan diameter 0.4-1.2
µm, dengan kecepatan hantaran 0,5-2 m/detik. Serabut Aδ berperan dalam
menghantarkan “Nyeri Cepat” dan menghasilkan persepsi nyeri yang jelas, tajam
dan terlokalisasi, sedangkan serabut C menghantarkan “Nyeri Lambat” dan
menghasilkan persepsi samar-samar, rasa pegal dan perasaan tidak enak. Pusat
nyeri terletak di thalamus, kedua jenis serabut nyeri berakhir pada neuron traktus
spinotalamus lateral dan impuls nyeri berjalan ke atas melalui traktus ini ke
nucleus posteromidal ventral dan posterolateral dari talamus. Dari sini impuls
diteruskan ke gyrus post sentral dari korteks otak.
Proses terjadinya nyeri meliputi :
a. Transduksi
Merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious stimuli) dirubah
menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini
dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (substansi nyeri).
24
Terjadi perubahan patofisiologis karena mediator-mediator nyeri
mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah trauma sehingga lingkaran nyeri
meluas. Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer yaitu menurunnya nilai
ambang rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator-mediator tersebut di
atas dan penurunan pH jaringan. Akibatnya nyeri dapat timbul karena rangsang
yang sebelumnya tidak menimbulkan nyeri misalnya rabaan. Sensitisasi perifer
ini mengakibatkan terjadinya sensitisasi sentral yaitu hipereksitabilitas neuron
pada spinalis, terpengaruhnya neuron simpatis dan perubahan intraseluler yang
menyebabkan nyeri dirasakan lebih lama.
b. Transmisi
Merupakan proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer
melewati kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi
sepanjang akson berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron
presinaps ke pasca sinap melewati neuro transmitter.
c. Modulas
Adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dapat
meningkatkan atau mengurangi penerusan impuls nyeri. Hambatan terjadi
melalui sistem analgesia endogen yang melibatkan bermacam-macam
neurotransmiter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh sel otak dan
neuron di spinalis. Impuls ini bermula dari area Peri Aquaductua Grey (PAG)
dan menghambat transmisi impuls pre maupun pasca sinaps di tingkat spinalis.
25
Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula spinalis atau supra
spinalis.
d. Persepsi
Adalah hasil rekonstruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri yang
diterima. Rekonstruksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris,
informasi kognitif (korteks serebri) dan pengalaman emosional (hipokampus
dan amigdala). Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan.
2. Manifestasi Fisiologis Nyeri
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Cara yang
baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu menjelaskan tiga
komponen fisiologis berikut, yaitu : resepsi dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri
mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki
medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya
sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis, terdapat pesan nyeri
dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri
sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral,
maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri.
a. Berdasarkan Sumbernya :
1. Cutaneus atau superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit atau jaringan
subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti terbakar).
26
Contoh : Terkena ujung pisau atau gunting.
2. Deep somatic atau nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament,
pembuluh darah, tendon dan saraf, nyeri menyebar dan lebih lama dari pada
cutaneus.
Contoh : Sprain sendi.
3. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dalam rongga
abdomen, cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia,
dan regangan jaringan.
b. Berdasarkan Lokasinya/Letak
1. Radiating Pain adalah nyeri menyebar dari sumber nyeri ke jaringan di
dekatnya.
Contoh :Cardiac pain.
2. Referred Pain adalah nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang
diperkirakan berasal dari jaringan penyebab.
3. Intractable Pain adalah nyeri yang sangat susah dihilangkan.
Contoh : Nyeri kanker maligna.
4. Phantom Pain adalah sensasi nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang
hilang.
5. Berdasarkan penyebab :
1. Fisik
2. Psycogenic
Biasanya nyeri terjadi karena perpanduan dua sebab tersebut.
27
6. Menurut Serangannya :
1. Nyeri Akut
2. Nyeri Kronik
2.1.9.3 Skala Nyeri
1. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri
yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Skale,
VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata
pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.
Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang
tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan
meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan.
Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan
dan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini
memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan
nyeri.
Gambar 2.1 Skala Verbal Descriptor Skale (VDS)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Nyeri
Sangat
Berat
Sumber : Potter & Perry (2005)
2. Skala penilaian numerik (Numerical Ranting Scales, NRS) lebih
digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien
28
menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif
digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi
terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka
direkomendasikan patokan 10 cm.
Gambar 2.2Skala Numeric Rating Scale (NRS)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak ada nyeri Nyeri paling hebat
Sumber : Potter & Perry (2005)
Skala nyeri ini dapat dipersepsikan sebagai berikut :
0 = Tidak ada nyeri
1-3 = Sedikit nyeri
3-7 = Nyeri sedang
7-9 = Nyeri berat
10 = Nyeri yang paling hebat
3. Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) adalah suatu garis lurus,
yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi
verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan penuh
untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan
pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitive karena klien dapat
mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih
satu kata atau satu angka.
29
Gambar 2.3Skala Analog Visual (VAS)
0 1 2 3 4 5 67 8 9 10
Sumber : Potter & Perry (2005)
Skala nyeri ini dapat dipersepsikan sebagai berikut :
0 = Tidak ada nyeri
1-3 = Sedikit nyeri : Secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan
baik.
4-6 = Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikanya,
dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 = Nyeri berat : Secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikanya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi.
10 = Nyeri sangat berat : Klien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi dan
memukul.
30
2.1.9 Penanganan Dismenorea
1. Tindakan Farmakologis
Terapi pengobatan dismenorea adalah menekan ovulasi dengan memberikan
kontrasepsi oral atau memberikan salah satu inhibitor sintetase prostaglandin
NSAIDS (Non-Steroidal Anti Inflamation Drug) seperti asam mefenamat, ibu
profen, natrium diklofenat atau naproxen. Efektifitas pengobatan masing-masing
obat nampaknya berbeda sedikit. NSAIDS (Non-Steroidal Anti Inflamation Drug)
mungkin lebih disukai oleh wanita yang tidak menginginkan penggunaan hormon
dan lebih suka menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu sesingkat mungkin.
Obat ini digunakan pada saat timbul tanda nyeri pertama kali dan diteruskan
hingga 5 hari. Dismenorea reda pada 95 persen kasus, baik dengan kontrasepsi
oral maupun NSAIDS. Jika pilihan pengobatan gagal mengurangi dismenorea
pilihan lain dapat dicoba (Liewellyn, 2009).
2. Penanganan Non Farmakologis
Berikut adalah cara penanganan non farmakologis untuk mengatasi
dimenorea menurut Laila (2011) :
a. Penggunaan kompres hangat atau dingin
Suhu panas merupakan ramuan tradisional turun temurun yang patut
dicoba. Gunakan heating pad (bantal pemanas), kompres handuk, atau botol
berisi air hangat tepat pada bagian yang terasa kram (bisa perut atau pinggang
bagian belakang). Suhu panas diketahui bisa meminimalkan ketegangan otot.
Setelah otot rileks, rasa nyeri pun akan berangsur hilang. Terapi panas
31
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan
kemungkinan dapat turut mengurangi nyeri dengan mempercepat
penyembuhan. Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Terapi kompres dingin juga dapat menurunkan
nyeri menstruasi atau dismenorea.
b. Minum minuman hangat
Minum minuman yang hangat juga berkhasiat untuk mengurangi
dismenorea saat menstruasi. Sebab, minuman hangat dapat memberikan
sensasi menghangatkan tubuh. Suhu panas yang diberikan mampu
maminimalkan otot yang berkontraksi agar lebih rileks. Minuman hangat,
seperti the dan jahe bisa membuat tubuh rileks serta pikiran menjadi fres dan
siap beraktivitas kembali.
c. Minum air putih minimal delapan gelas setiap hari
Minum minimal delapan gelas air putih setiap hari dapat mengurangi
dismenorea saat menstruasi. Bukan itu saja, minum minimal delapan gelas air
putih setiap hari juga dapat bermanfaat mengusir toksin dalam tubuh dan
menjaga tubuh agar tetap terpenuhi cairannya. Sehingga, tidak mudah lelah dan
tubuh pun terasa lebih sehat. Minum lebih banyak air putih saat menstruasi
juga dilakukan untuk mencegah penggumpalan cairan dan melancarkan
peredaran saluran darah. Hal ini tentunya membuat tubuh tetap terasa sehat dan
nyaman walau menstruasi datang.
32
d. Mandi dengan air hangat
Selain menyenangkan, mandi air hangat juga cukup ampuh untuk
menghilangkan rasa sakit saat menstruasi. Rasa hangat yang disalurkan ke
dalam tubuh saat mandi air hangat berkhasiat meredakan rasa nyeri yang
muncul. Dengan mandi air hangat, kontraksi otot dapat diminimalkan, tubuh
terasa segar, serta dapat membuat otot perut dan semua otot tubuh menjadi
rileks. Hal ini patut dicoba untuk menghilangkan dismenorea yang di rasakan
saat menstruasi.
e. Istirahat yang cukup
Beristirahat yang cukup, cara ini merupakan salah satu resep kuno yang
juga mampu menghilangkan berbagai macam penyakit, tak terkecuali sakit saat
menstruasi. Saat menstruasi datang, istirahat untuk meredakan rasa sakit dapat
dilakukan dengan banyak cara, misalnya tidur, duduk-duduk sambil
menenangkan diri, atau bersantai sembari menonton film. Ketika menstruasi,
istirahat yang cukup diperlukan untuk mengistirahatkan otot-otot yang tegang
saat berkontraksi meluruhkan lapisan endometrium.
Saat mengalami menstruasi perempuan tidak perlu membatasi diri dalam
melakukan aktivitas.Tetapi, jika memang sakit tidak tertahankan, cobalah
untuk beristirahat dan jangan memaksakan diri. Cobalah untuk bersikap tenang
dan rileks. Hal ini akan membantu mengurangi kinerja saraf yang tegang
karena lelah beraktivitas. Selain itu, jika saraf rileks, maka rasa sakit saat
menstruasi akan berkurang. Cara sederhana ini patit dicoba.
33
f. Berolahraga secara teratur
Beberapa perempuan mencapai kondisi yang lebih ringan melalui
olahraga. Dengan olahraga, hasil yang didapat tidak hanya mengurangi stress
yang biasanya timbul saat PMS dan menstruasi, tetapi juga bisa meningkatkan
produksi endorphin otak dan penawar sakit alami tubuh. Olahraga secara
teratur akan membantu melakukan aktivitas dan rutinitas harian tanpa
gangguan dismenorea. Selesai berolahraga, pastikan tubuh cukup mendapat
asupan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup.
g. Melakukan aromaterapi
Aromaterapi dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit saat
menstruasi. Sebab, aromaterapi mampu memberikan sensasi yang
menenangkan diri dan otak, serta stress yang dirasakan. Jika pikiran terasa
tenang dan rileks, maka akan tercipta suasana yang nyaman, dan dismenorea
pun dapat berkurang. Karena stress juga dapat memicu timbulnya rasa nyeri,
maka berusahalah untuk menghindari stres saat menstruasi.
h. Berendam dalam air hangat yang diberi tetesan aromaterapi
Cara ini merupakan penggabungan unsure air hangat dan aromaterapi.
Air hangat berfungsi meminimalkan kontraksi otot, sedangkan aromaterapi
berfungsi memberikan sensasi tenang, nyaman, dan rileks. Cara ini merupakan
kombinasi yang baik untuk menghilangkan sakit saat menstruasi.
34
i. Melakukan pemijatan
Pemijatan dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri yang dirasa. Pijatan
yang dilakukan secara ringan dan melingkar dengan telunjuk pada perut bagian
bawah akan membantu mengurangi dismenorea. Aktivitas sehari-hari biasanya
membuat otot-otot menegang dan rasa lelah yang mengganggu, sehingga
pikiran semakin stress dan dismenorea akan semakin parah. Masalah tersebut
bisa diatasi dengan melakukan pemijatan agar waktu istirahat lebih berkualitas.
j. Mendengarkan musik
Bagi yang mempunyai hobi mendengarkan musik, tidak ada salahnya
mencoba meringankan rasa sakit saat menstruasi dengan mendengarkan lagu
kesukaan. Anda juga dapat mencoba mendengarkan lagu yang dapat
menenangkan saraf dan membuat pikiran menjadi rileks, seperti lagu klasik,
murotal, atau irama rohani lainnya.
k. Mengompres dengan es batu
Migrain dan sakit kepala bisa muncul saat menstruasi berlangsung.
Untuk mengatasinya, anda tidak perlu bersusah-susah mengkonsumsi obat
warung yang belum pasti akan menghilangkan penyakit yang dirasa.
Sebaiknya, pandai-pandailah dalam menggunakan obat alami untuk mengatasi
rasa sakit di tubuh. Jangan terburu-buru mengambil keputusan untuk
mengkonsumsi obat-obatan yang dijual di warung. Cukup gunakan es batu
yang dimasukkan dalam kantong plasti atau menggunakan handuk untuk
35
mengompres pelipis serta leher. Sakit kepala yang dirasakan pun berangsur-
angsur akan berkurang saat mengalami menstruasi.
l. Relaksasi
Tubuh bereaksi saat kita stress maupun ketika kita dalam keadaan rileks.
Saat kita terancam atau takut, tubuh kita memberikan dua macam reaksi,
“melawan” atau “menyerah” yang dicetuskan oleh hormon adrenalin. Otot
tubuh menjadi tegang, nafas lebih cepat, jantung berdenyut lebih cepat, tekanan
darah meninggi untuk menyediakan oksigen bagi otot tubuh, dan keringat
mulai bercucuran. Tanda pertama yang menunjukkan keadaan stress adalah
adanya reaksi yang muncul, yaitu menegangnya otot. Dari sini kita dapat
melihat pentingnya relaksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh
memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan menstruasi tanpa
dismenorea.
Yoga adalah salah satu teknik relaksasi yang dianjurkan untuk
menghilangkan dismenorea. Pelatihan yang terarah dan berkesinambungan
dipercaya mampu menyembuhkan dismenorea dan menyehatkan badan secara
keseluruhan.
m. Akupuntur
Akupuntur juga sangat efektif untuk mengatasi dismenorea dan
permasalahan umum seputar menstruasi. Sebagian besar penanganan akupuntur
yang ada di Indonesia untuk menangani dismenorea digabungkan dengan
pengobatan medis. Obat-obatan yang digunakan biasanya bersifat netral atau
36
placebo. Akupuntur adalah teknik sederhana yang hanya menekan titik-titik
tertentu yang diyakini sebagai penyebab sakit pada meridian energi dengan
jarum dan tidak memiliki efek secara langsung.
Riset menunjukkan, terapi tambahan dengan akupuntur pada penderita
dismenorea berhubungan dengan perbaikan nyeri dan kualitas kehidupan
(quality of life). Untuk efek samping, sebenarnya ada, seperti perdarahan
setempat atau hematoma dan nyeri (terutama karena jarum). Namun, tidak ada
efek samping yang membahayakan kehidupan.
Itulah di antara sekian banyak cara yang dapat digunakan untuk
melakukan pencegahan hingga pengobatan terhadap dismenorea. Setiap orang
dapat memilih metode yang sesuai dengan kondisi masing-masing. Akan lebih
bagus lagi jika membiasakan diri untuk mencegah sebelum datangnya nyeri
haid dengan pola hidup dan pola makan yang sehat.
2.2 Terapi Kompres
Metode non farmakologi untuk mengendalikan nyeri dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu terapi modalitas fisik dan strategi kognitif-perilaku. Kompres hangat
dan kompres dingin merupakan terapi modalitas fisik dalam bentuk stimulasi
kutaneus (Price & Wilson 2006). Teknik stimulasi kutaneus dapat meredakan nyeri
sementara secara efektif. Teknik ini mendistraksi klien dan memfokuskan perhatian
pada stimulus taktil, jauh dari sensasi yang menyakitkan sehingga mengurangi
persepsi nyeri (Kozier & Erb 2009).
37
2.2.1 Definisi Kompres Hangat
Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan
mempergunakan buli-buli panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi dimana
terjadi pemindahan panas dari buli-buli kedalam tubuh sehingga akan menyebabkan
pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga
nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang (Potter and Perry, 2005).
Kompres hangat sebagai metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri
atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melalui konduksi (botol air panas). Panas
dapat melebarkan pembuluh darah dan dapat meningkatkan aliran darah. Kompres
hangat adalah metode yang digunakan untuk meredakan nyeri dengan cara
menggunakan buli-buli yang diisi dengan air panas yang di tempelkan pada sisi perut
kiri dan kanan (Price & Wilson, 2005).
Kompres hangat merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat
untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,
mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat.
Aplikasi kompres hangat dapat mengakibatkan dilatasi atau membuka aliran darah
yang mengakibatkan relaksasi dari otot. Suhu panas diketahui bisa meminimalkan
ketegangan otot. Akibatnya setelah otot rileks, rasa nyeripun berangsur-angsur hilang
(Pradiyanti, 2014).
2.2.1.1 Efektifitas Pemberian Kompres Hangat
Efektifitas pemberian kompres hangat menurut Sani (2013) :
38
1. Pemberian terapi kompres hangat terhadap tubuh antara lain meningkatkan
aliran darah ke bagian tubuh yang mengalami cedera, meningkatkan
relaksasi otot dan mengurangi nyeri akibat spasme otot atau kekakuan,
meningkatkan aliran darah.
2. Kompres hangat menimbulkan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga
meningkatkan aliran darah. Peningkatan aliran darah dapat menyingkirkan
produk-produk inflamasi seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin
yang menimbulkan nyeri lokal.
3. Kompres hangat dapat merangsang sel saraf yang menutup gerbang
sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan otak dapat
dihambat.
2.2.1.2Tujuan Kompres Hangat
Tujuan kompres hangat menurut Megaputri (2015) :
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi rasa sakit
3. Memberikan rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
Selain itu, kompres hangat juga berfungsi menghilangkan sensasi rasa
sakit. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, terapi kompres hangat dilakukan
selama 10-20 menit dengan 1 kali pemberian dan pengukuran intensitas nyeri
dilakukan dari menit ke 15 sampai 20 selama tindakan.
2.2.1.3 Indikasi Kompres Hangat
Kompres hangat, indikasinya menurut Megaputri (2015) :
39
1. Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti radang persendian
4. Spasme otot
2.2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan Alat Dan Bahan:
1. WWZ dan sarungnya
2. Termos berisi air panas (suhu 38°C-40°C) / air hangat
3. Termometer air
4. Perlak dan lap kerja
Cara Kerja
A. Tahap Pra Interaksi
1. Mencuci tangan.
2. Menempatkan alat di dekat klien.
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada klien.
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan .
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasiklien.
2. Mengatur klien dalam posisi senyaman mungkin.
40
3. Mengisi WWZ dengan air panas: ½ - ¾ (saat mengisi air, WWZ
diletakkan rata dengan kepala, WWZ ditekuk sampai permukaan air
kelihatan agar udara tidak masuk).
4. Menutup dengan rapat dan membalik kepala WWZ di bawah untuk
meyakinkan bahwa air tidak tumpah.
5. Mengeringkan WWZ dengan lap kerja agar tidak basah, lalu bungkus
dengan sarung WWZ.
6. Meletakkan pengalas di bawah daerah yang akan di pasang WWZ.
7. Meletakkan WWZ pada bagian tubuh yang akan di kompres.
8. Memantau respons klien.
9. Merapikan klien.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan.
2. Berpamitan dengan klien.
3. Membereskan alat.
4. Mencuci tangan.
5. Mencatat perubahan yang terjadi selama tindakan dalam lembar
observasi.
2.2.2 Definisi Kompres Dingin
Kompres dingin merupakan tindakan yang dapat digunakan untuk mengurangi
nyeri dismenorea dan peradangan. Kompres dingin dapat dilakukan di dekat lokasi
41
nyeri atau di sisi tubuh yang berlawanan tetapi berhubungan dengan lokasi nyeri
(Sani, 2013).
Kompres dingin merupakan suatu terapi esyang dapat menurunkan
prostaglandin yang memperkuat sensitivitas nyeri dan subkutan lainpada tempat
cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi kompres dingin digunakan
dalam pengobatan non farmakologis untuk menurunkan dismenorea dengan
mengompres pada bagian yang mengalami nyeri (Potter and Perry, 2005).
Kompres dingin merupakan tindakan dengan memberikan kompres dingin atau
terapi es untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan
nyeri, mengurangi perdarahan edema, dan memberikan rasa dingin (Uliyah &
Hidayat, 2009).
2.2.2.1 Efektifitas Pemberian Kompres Dingin
Efektifitas pemberian kompres dingin menurut Sani (2013) :
1. Terapi kompres dingin dapat memberikan efek menurunkan nyeri
dismenorea.
2. Kompres dingin dapat mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan
mengurangi perdarahan serta menurunkan nyeri.
3. Kompres dingin dapat mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan
mengurangi perdarahan edema yang diperkirakan menimbulkan efek
analgetik dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls
nyeri yang mencapai otak lebih sedikit.
42
Selain itu, kompres dingin juga berfungsi menghilangkan sensasi rasa
sakit. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik, terapi kompres dingin dilakukan
selama 5 sampai 10 menit dengan 1 kali pemberian dan pengukuran intensitas
nyeri dilakukan dari menit ke 15 sampai 20 selama tindakan.
2.2.2.2 Tujuan Kompres Dingin
Tujuan kompres dingin menurut Megaputri (2015) :
1. Mengurang rasa sakit
2. Mengurangi perdarahan edema
3. Memberikan rasa dingin
4. Mengatasi sakit kepala atau migrain yang muncul saat menstruasi
2.2.2.3 Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan Alat dan Bahan :
1. Kirbat Es dan sarungnya
2. Kom besar berisi potongan es (suhu 36°C) / air dingin
3. Termometer air
4. Perlak dan lap kerja
Cara Kerja
A. Tahap Pra Interaksi
1. Mencuci tangan.
2. Menempatkan alat di dekat klien.
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada klien.
43
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan .
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi klien.
2. Mengatur klien dalam posisi senyaman mungkin.
3. Mengisi Kirbat Es dengan potongan es : ½ - ¾ bagian.
4. Mengeluarkan udara dan menutup kirbat es dan pastikan tidak bocor.
5. Mengeringkan Kirbat Es dengan lap kerja agar tidak basah, lalu
bungkus dengan sarung Kirbat Es.
6. Meletakkan pengalas di bawah daerah yang akan di pasang Kirbat Es.
7. Meletakkan Kirbat Es pada bagian tubuh yang akan di kompres.
8. Memantau respons klien.
9. Merapikan klien.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan.
2. Berpamitan dengan klien.
3. Membereskan alat.
4. Mencuci tangan.
5. Mencatat perubahan yang terjadi selama tindakan dalam lembar
observasi.
44
Terapifarmakologis :
1. Asammefenamat
2. Ibuprofen
3. Natriumdiklofen
atatau naproxen
Terapinonfarmakologis:
1. Minum-
minumanhangat
2. Mandidengan air
hangat
3. Melakukanaroma
terapi
4. Relaksasi
5. Akupuntur
6. Pemberiankom
preshangatdand
ingin
Intensitasnyeri
dismenorea
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 KERANGKA KONSEPTUAL
Menstruasi
Faktorpenyebabdismenorea:
1. Faktorendokrin
2. Kelainan organic
3. Faktorkonstitusi Dismenorea
4. Endometrium
5. Faktorkejiwaan
Terapi
Keterangan :
: Diteliti
: Tidakditeliti
: Berpengaruh
: Berhubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Tentang Perbedaan Perubahan Intensitas
Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada
Siswi MAN 1 Kota Madiun.
45
Pada gambar 3.1 dapat dijelaskan Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea
Antara Kompres Hangat Dan Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun. Menstruasi
dipengaruhi oleh produksi zat prostaglandin, peningkatan prostaglandin dapat
menyebakan nyeri menstruasi (dismenorea). Dismenorea disebabkan oleh kontraksi
otot perut yang terjadi terus-menerus saat menstruasi. Faktor yang mempengaruhi
dismenorea terdiri dari faktor endokrin, kelainan organik, faktor konstitusi,
endometrium, dan faktor kejiwaan. Dari beberapa faktor tersebut adalah penyebab
nyeri menstruasi (dismenorea). Penanganan dismenorea yaitu dengan terapi
farmakologis dan non farmakologis. Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti,
menggunakan terapi non farmakologis dalam mengurangi dismenorea yaitu dengan
pemberian kompres hangat dan kompres dingin.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian sampai terbukti melalui data yang dikumpulkan (Nursalam, 2016).
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan
Kompres Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun.
46
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang sangat penting dalam penelitian,
memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat memengaruhi
akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian digunakan dalam dua hal pertama
rancangan penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data dan kedua rancangan
penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur penelitian yang akan
dilaksanakan (Nursalam, 2016).
Desain dalam penelitian ini menggunakan true experiment design (pretest-
postest with control group) adalah rancangan ini merupakan pengembangan dari
rancangan eksperimen sederhana. Pengukuran dilakukan pada kedua kelompok,
sebelum perlakuan 01 dan setelah perlakuan 02 (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini
akanmenganalisis Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara Kompres
Hangat Dan Kompres Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun.
47
Gambar Tabel 4.1 Skema Rancangan Penelitian Tentang Perbedaan Perubahan
Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres
Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun
Kelompok Pre test Perlakuan Post test
Kelompok A 01 X1 02
Kelompok B 01 X2 02
Kontrol 01 02
Keterangan :
01 : Pengukuran awal sebelum dilakukan perlakuan
X1 : Perlakuan (terapi kompres hangat)
X2 : Perlakuan (terapi kompres dingin)
02 : Pengukuran kedua setelah dilakukan perlakuan
4.2 Populasi Dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah subjek (misalnya manusia/klien) yang memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan (Nursalam, 2016). Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh
siswi kelas X dan XI program IPS di MAN 1 Kota Madiun yang berjumlah 45 siswi.
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam,2016). Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X dan XI program IPS yang mengalami
dismenorea di MAN 1 Kota Madiun. Menurut Roscoe (Sugiyono, 2010) untuk
48
pengambilan jumlah sampel dalam penelitian eksperimen sederhana yang
menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol maka jumlah anggota
sampel masing-masing antara 10-20. Penentuan besar sampel menurut rumus Federer
(1963) yang dikutip oleh Suyanto (2010), yaitu dapat ditentukan berdasarkan total
kelompok (t) yang digunakan dalam penelitian sehingga jika t = 2 kelompok
perlakuan yaitu kelompok kompres hangat dan kelompok kompres dingin.
Jumlah sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus :
(t – 1) (n – 1) ≥ 15
Keterangan :
t = banyak kelompok perlakuan
n = jumlah replikasi
(t – 1) (n – 1) ≥ 15
(2 – 1) (n – 1) ≥ 15
1 (n – 1) ≥ 15
1n≥ 15
n ≥ 15 + 1
n ≥ 16
Sehingga dengan menggunakan rumus diatas maka besar sampel yang
diperlukan untuk masing-masing kelompok perlakuan dan kelompok kontrol adalah n
= 16 responden. Berdasarkan antisipasi dengan adanya drop out dalam proses
49
penelitian ini, peneliti menambah jumlah sampel sebesar 10%. Oleh karena itu jumlah
sampel yang diperlukan adalah 16 + 1,6 = 17,6 atau n = 18 responden yaitu besar
sampel untuk kelompok perlakuan sebesar 18 sampel dan besar sampel untuk
kelompok kontrol sebesar 9 sampel, sehingga total sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah 27 responden.
4.2.3 Kriteria Sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias
hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-variabel kontrol ternyata
mempunyai pengaruh terhadap variabel yang diteliti. Kriteria sampel dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu: kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Nursalam, 2016).
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti.
a. Semua siswi kelas X dan XI MAN 1 Kota Madiun yang bersedia menjadi
responden penelitian.
b. Semua siswi kelas X dan XI MAN 1 Kota Madiun yang sudah mengalami
menstruasi dan mengalami dismenorea dengan skala 4-10.
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab.
a. Siswi kelas X dan XIMAN 1 Kota Madiun yang tidak masuk sekolah saat
dilakukan penelitian.
50
b. Siswi kelas X dan XI MAN 1 Kota Madiun yang minum obat analgesik.
4.3 Tehnik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili
populasi. Tehnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan
sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek
penelitian (Sugiyono, 2012). Cara pengambilan sampel dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu : probability sampling dan nonprobability sampling. Tehnik pengambilan
sampling dalam penelitian ini menggunakan probability sampling dengan simple
random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara
acak, tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut. Hal ini dilakukan apabila
anggota populasi dianggap homogen. Pemilihan sampel dalam penelitian ini yaitu
siswi kelas X dan kelas XI MAN 1 Kota Madiun yang mengalami dismenorea. Proses
pengambilan sampel dilakukan sebagai berikut :
1. Mendata populasi dan membuat nomor 1-45.
2. Memasukkan kertas gulungan yang sudah diberi nomor ke dalam sebuah
kotak.
3. Mengundi gulungan kertas sampai memperoleh 27 nomor sebagai sampel
penelitian, sedangkan sisanya yang tidak terpilih tidak dijadikan sampel.
4. Jika ada calon responden yang menolak, maka dilakukan pengundian ulang
untuk menambah jumlah responden yang sudah ditentukan.
51
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Tentang Perbedaan Perubahan Intensitas
Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada Siswi
MAN 1 Kota Madiun
Populasi
Seluruh siswi kelas X dan XI program IPS MAN 1 Kota Madiun yang berjumlah 45
siswi
Sampel
Sebagian siswi kelas X dan XI MAN 1 Kota Madiun yang memenuhi kriteria inklusi
sebanyak 27 siswi
Desain Penelitian: True Experiment Design (Pretest-Postest With Control Group)
Pengumpulan data: Menggunakan
SOP dan Lembar observasi
Sampling :Simple Random Sampling
Variabel Independent:
X1 : kompres hangat
X2 : kompres dingin
Variabel Dependent:
Penurunan dismenorea
Pengolahan data: Editing, Coding,
Entry, Cleaning, Tabulating
Analisis :Uji Manova dengan 0,05
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
52
4.5 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain). Ciri yang dimiliki oleh anggota
suatu kelompok (orang, benda, situasi) berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok
tersebut. Dalam riset, variabel dikarakteristikkan sebagai derajat, jumlah, dan
perbedaan. Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang
didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu
penelitian (Nursalam, 2016).
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu:
a. Variabel Independent (bebas)
Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain
(Nursalam, 2016). Variabel independent dalam penelitian ini adalah kompres
hangat dan kompres dingin.
b. Variabel dependent (terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas
(Nursalam, 2016). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah penurunan
dismenorea.
53
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
darisesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (diukur)
itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang
lain. Definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan
replikasi (Nursalam, 2016).
54
Gambar Tabel 4.3 Definisi Operasional Tentang Perbedaan Perubahan Intensitas
Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada
Siswi MAN 1 Kota Madiun
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat Ukur Skala
Data
Skor
Variabel
Independent
Kompres
Hangat dan
Kompres
Dingin
Pemberian
terapi
kompres
hangat dan
kompres
dingin pada
siswi yang
mengalami
dismenorea
pada saat
menstruasi.
Nyeri menjadi
berkurang
SOP Nominal 0 : sebelum
diberikan
kompres
hangat dan
dingin
1 : sesudah
diberikan
kompres
hangat dan
dingin
Variabel
dependent
kejadian
Dismenorea
Penurunan
rasa tidak
nyaman di
perut yang
di rasakan
siswi saat
menstruasi.
Penilaian nyeri
dismenorea :
- 0 (Tidak nyeri) :
Secara obyektif
klien dapat
berkomunikasi
dengan jelas,
tidak ada nyeri
yang dirasakan.
- 1-3 (Nyeri
ringan) : Secara
obyektif klien
tidak
menyeringai &
mendesis dapat
menunjukkan
lokasi nyeri.
- 4-6 (Nyeri
sedang) : Secara
obyektif klien
mendesis,
menyeringai,
dapat
menunjukkan
Lembar
Observasi
Skala
Numeric
Rating
Scale
Interval 0 – 10
Untuk tujuan
diskriptif
sebagai berikut
:
0 : Tidak Nyeri
1-3 : Nyeri
Ringan
4-6 : Nyeri
Sedang
7-9 : Nyeri
Berat
10 : Nyeri
Hebat
55
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
(cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah (Saryono, 2010).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.
4.7 Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 1 Kota Madiun.
4.7.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai Agustus 2017.
lokasi nyeri.
- 7-9 (Nyeri berat
terkontrol) :
Klien dapat
mengontrol
nyeri, memegang
lokasi nyeri
secara terus-
menerus,
berbicara tidak
begitu lancar.
- 10 (Nyeri berat
tidak terkontrol)
: Klien sudah
tidak mampu
lagi
berkomunikasi,
memukul.
56
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam,
2016).
Dalam penelitian ini prosedur pengumpulan data yang ditetapkan adalah sebagai
berikut :
1. Mengurus surat pengantar dari kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Memberikan surat ijin untuk melakukan penelitian ke Kepala Sekolah MAN 1
Kota Madiun.
3. Memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan penelitian dan apabila
responden bersedia dan memenuhi kriteria inklusi kemudian mengisi “Inform
consent” maka orang tersebut dijadikan responden.
4. Peneliti mengisi lembar observasi sebelum dan sesudah dilakukan kompres
hangat dan kompres dingin.
5. Peneliti melakukan pengumpulan, pengolahan, dan analisa data.
4.8.2 Langkah – langkah Penelitian
1. Langkah pertama persetujuan dari pihak Kepala Sekolah MAN 1 Kota
Madiun.
2. Menjelaskan prosedur penelitian kepada pihak Kepala Sekolah dan calon
responden.
57
3. Peneliti dibantu dalam penelitian yang akan melakukan intervensi.
4. Sebelum dilakukan kompres hangat dan kompres dingin di ukur terlebih
dahulu skala nyerinya menggunakan skala nyeri numerik dan catat hasilnya.
5. Selanjutnya kompres untuk kelompok hangat selama 10-20 menit dan
dingin selama 5-10 menit dilakukan pada area nyeri yang dirasakan oleh
responden rata-rata pengompresan 10 menit mulai dari area perut bagian
bawah sampai tembus ke area bagian blakang (pinggang).
6. Kemudian lakukan pengukuran skala nyerinya lagi, apakah terdapat
perubahan apa menetap pada area perut bagian bawah yang dirasakan oleh
responden.
7. Setelah itu di catat lagi hasilnya pengukuran setelah diberikan intervensi
tersebut.
8. Bandingkan hasil pengukuran sebelum diberikan intervensi dan setelah
diberikan intervensi, apakah ada perbedaannya, jika ada catat hasil
perbedaannya tersebut.
4.8.3 Pengolahan Data
Pada tahap awal pengambilan data awal menggunakan observasi. Dalam
penelitian ini pengolahan data dilakukan menggunakan software statistik. Menurut
Notoatmodjo (2012), pengolahan data meliputi :
1. Editing (Penyuntingan data)
Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu.
Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan.
58
Apabila ada data-data yang belum lengkap. Jika memungkinkan perlu dilakukan
pengambilan data ulang untuk melengkapi data-data tersebut. Tetapi apabila tidak
memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak diolah atau
dimasukkan dalam pengolahan “data missing”.
2. Coding (Membuat lembaran kode atau kartu kode)
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng “kodean” atau
“coding”, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan. Coding dalam penelitian ini untuk variabel dependent menggunakan
angka 0-10.
3. Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
atau “software” computer. Dalam proses ini dituntut ketelitian dari orang yang
melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka terjadi bias, meskipun hanya
memasukkan data.
4. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan ,
perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-
kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).
59
5. Tabulating
Tabulasi adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan oleh peneliti.
4.9 Analisa Data
Menurut (Notoatmodjo, 2012) analisis data suatu penelitian biasanya melalui
prosedur bertahap antara lain :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis univariat digunakan untuk melihat
distribusi frekuensi karekteristik responden dari data demografi, variabel
dependen, dan variabel independen. Dalam analisis univariat ini yaitu untuk
mengidentifikasi skala nyeri sebelum dilakukan kompres hangat dan kompres
dingin terhadap penurunan dismenorea pada siswi MAN 1 Kota Madiun dan untuk
mengidentifikasi skala nyeri setelah dilakukan kompres hangat dan kompres
dingin terhadap penurunan dismenorea pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
2. Analisis Multivariate
Analisis multivariate dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
beberapa variabel (lebih dari satu) independent dengan satu atau beberapa variabel
dependen (umumnya satu variabel dependent). Dalam analisa multivariate akan
diketahui variabel independent mana yang paling besar pengaruhnya terhadap
variabel dependent (Arikunto, 2011). Analisa multivariate dalam penelitian ini
dengan menggunakan Uji Manova.
60
MANOVA (Multiple Analysis Of Variance) digunakan untuk melihat efek
utama dan efek interaksi variabel kategorik independen berskala terhadap variabel
dependen berskala interval. MANOVA menggunakan satu atau lebih variabel
independen kategorik sebagai prediktor, seperti halnya ANOVA, tetapi MANOVA
menggunakan lebih dari satu variabel independen. Uji ANOVA menguji
perbedaan mean pada variabel dependen untuk beberapa variabel independen,
sedangkan MANOVA menguji perbedaan vektor mean beberapa variabel
independen. Kita dapat juga menjalankan post hoc test untuk melihat nilai faktor
mana yang paling berkontribusi signifikan terhadap variabel dependen (Ariyoso,
2009).
Asumsi yang berlaku dalam MANOVA antara lain:
1. MANOVA mengasumsikan bahwa setiap pengamatan bersifat independen.
Tidak terdapat pola tertentu dalam memilih sampel.
2. MANOVA mengasumsikan bahwa variabel independen adalah kategorik dan
variabel dependen merupakan variabel kontinu. Sifat homogenitas juga
diasumsikan dalam MANOVA.
3. Pada MANOVA, variabel dependen maupun independen dapat dikorelasikan
satu sama lain.
4. MANOVA mengasumsikan bahwa data terdistribusi normal.
61
5. Seperti halnya ANOVA, MANOVA juga mengasumsikan bahwa keragaman
antar kelompok sama.
Dianalisa dengan menggunakan bantuan sistem komputerisasi SPSS.
4.10 Etika Penelitian
Menurut (Notoatmodjo, 2012) prinsip dasar dan kaidah penelitian adalah :
1. Menghormati Harkat Dan Martabat Manusia
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut. Disamping itu,
peneliti juga memberikan kebebasan kepada subyek untuk memberikan informasi
atau tidak memberikan informasi (berpartisipasi).
Peneliti mempersiapkan formulir persertujuan subyek (inform consent) yang
mencangkup :
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
c. Menjelaskan manfaat yang didapatkan
d. Jaminan kerahasiaan terhadap identitas
2. Menghormati Privasi Dan Kerahasiaan Subyek Penelitian (Respect For Privacy
And Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subyek.
62
3. Keadilan Dan Inklusivitas/Keterbukaan (Respect For Justicean Inclusivess)
Keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan
kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga
memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.
4. Memperhitungkan Manfaat Dan Kerugian Yang Ditimbulkan (Balancing Harms
And Benefits).
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi
subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling
tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subyek penelitian.
63
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang berjudul “Perbedaan
Perubahan Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin
Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20
Juli sampai 26 Juli 2017. Desain dalam penelitian ini menggunakan true
experiment design (pretest-postest with control group). Tehnik pengambilan
sampling dalam penelitian ini menggunakan probability samplingdengan simple
random sampling. Penelitian ini menggunakan instrument penelitian berupa
lembar observasi yang terdiri dari 2 variabel independent yaitu kompres hangat
dan kompres dingin. Teknik analisis data menggunakan uji statistik Manova
dengan taraf signifikan 0,05.
5.1 Gambaran Umum Dan Lokasi Penelitian
MAN 1 Kota Madiun (Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Madiun) merupakan
sekolah yang terletak di Jalan Soekarno-Hatta Kota Madiun yang sebelumnya
sekolah ini terletak di Jalan Barito No.13 Kota Madiun. MAN 1 Kota Madiun ini
sendiri memiliki 3 program jurusan antara lain IPA, IPS, dan Agama masing –
masing dari ketiga jurusan ini terdiri dari 2 kelas yaitu IPA 1 dan IPA 2, IPS 1 dan
IPS 2, Agama 1 dan Agama 2. MAN 1 Kota Madiun juga memiliki UKS yang
disediakan untuk siswi yang sakit, salah satunya yaitu jika ada siswi yang
mengalami dismenorea berat yang tidak kuat dalam menjalankan aktifitas sehari-
hari atau kegiatan sekolah dan harus beristirahat.
64
5.2 Karakteristik Responden
5.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik usia responden siswi MAN 1 Kota Madiun adalah sebagai
berikut :
Tabel 5.1 Distribusi Tendensi Sentral berdasarkan usia responden padasiswi
di MAN1Kota Madiun (n = 27) Variabel Mean Median Standar
Deviation
Min-Mak CI-95%
Usia 15,93 16,00 0,616 15-17 15,68-16,17
Sumber : Lembar observasi responden di MAN 1 Kota Madiun 2017
Berdasarkan Tabel 5.1dapat diketahui karakteristik usia pada siswi
MAN 1 Kota Madiun menunjukkan rata-rata 15,93 tahun dengan umur
tengah 16 tahun, standar deviation sebesar 0,616. Usia termuda responden
15 tahun dan usia tertua 17 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia responden adalah
diantara 15,68 tahun sampai dengan 16,17 tahun.
5.3 Hasil Penelitian
Setelah mengetahui data umum dalam penelitian ini maka berikut
akan ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus. Analisis
univariat meliputi kelompok penelitian dan rata-rata dismenorea pre test
pada kelompok penelitian, rata-rata dismenorea post test pada kelompok
penelitian. Analisis multivariat meliputi uji multivariat, uji homogenitas
varian, uji subjects effects, uji post hoc test.
65
5.3.1 Analisis Univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk menggambarkan variabel independent
yaitu kompres hangat dan kompres dingin dan variabel dependent yaitu penurunan
dismenorea.
1. Kelompok Penelitian
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan kelompok penelitian pada siswi
MAN 1 Kota Madiun Kelompok Penelitian Frekuensi Persentase (%) Comulative
Percent
Kompres hangat 9 33,3% 33,3%
Kompres dingin 9 33,3% 66,7%
Kontrol 9 33,3% 0%
Total 27 100% 100%
Sumber : Lembar observasi responden di MAN 1 Kota Madiun 2017
Berdasarkan Tabel 5.2dapat diketahui kelompok penelitian yaitu ada
tiga kelompok, kelompok pertama kompres hangat sebanyak 9 responden
(33,3%), kelompok kedua kompres dingin sebanyak 9 responden (33,3%),
kelompok ketiga kontrol sebanyak 9 responden (33,3%). Dengan komulatif
persen kompres hangat sebesar 33,3%, kompres dingin sebesar 66,7%, dan
kontrol 0%.
66
2. Rata-rata Dismenorea Pre Test Pada Kelompok Penelitian
Tabel 5.3 Tabel deskriptif statistik pada siswi MAN 1 Kota Madiun,
skala pre test pada bulan Juli 2017 dengan n= 9
Kelompok penelitian Mean
Std.
Deviation N
Skala Dismnore pre
test
Kompres hangat 6.22 1.787 9
Kompres dingin 5.89 1.965 9
Kontrol 4.44 .726 9
Total 5.52 1.718 27
Sumber : Lembar observasi responden di MAN 1 Kota Madiun 2017
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui pada kelompok penelitian yang
dilakukan pada siswi MAN 1 Kota Madiun sebelum mendapat intervensi
bahwa pada kelompok kompres hangat rata-rata 6,22, kompres dingin rata-
rata 5,89, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata 4,44, semua kelompok
perlakuan pre test termasuk dalam skala interval nyeri sedang.
3. Rata-rata Dismenorea Post Test Pada Kelompok Penelitian
Tabel 5.4 Tabel deskriptif statistik pada siswi MAN 1 Kota Madiun,
skala post test pada bulan Juli 2017 dengan n= 9
Kelompok penelitian Mean
Std.
Deviation N
Different Mean
Pre dan Post
Skala Dismenore post
test
Kompres hangat 3.56 2.068 9 2.66
Kompres dingin 3.22 1.481 9 2.67
Kontrol 4.44 .726 9 4.44
Total 3.74 1.559 27 9.77
Sumber : Lembar observasi responden di MAN 1 Kota Madiun 2017
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui pada kelompok penelitian yang
dilakukan pada siswi MAN 1 Kota Madiun setelah mendapat intervensi
mengalami penurunan dan didapatkan rata-rata pada kelompok kompres
67
hangat 3,56, kompres dingin rata-rata 3,22, sedangkan kelompok kontrol
rata-rata 4,44, dari semua kelompok perlakuan skala dismenorea post test
kompres hangat dan dingin termasuk dalam skala interval ringan dan
kontrol tetap dalam skala interval sedang. Different mean pre dan post
kompres hangat 2.66, kompres dingin 2.67. Sehingga dapat disimpulkan ada
perbedaan penurunan skala dismenorea pre test dan post test.
5.3.2Analisis Multivariat
Analisis multivariat ini bertujuan untuk menguji variabel independent
yaitu kompres hangat dan kompres dingin dan variabel dependent yaitu
penurunan dismenorea pada siswi MAN 1 Kota Madiun. Uji ini diawali
dengan langakah-langkah sebagai berikut : langkah pertama uji multivariat,
langkah kedua uji homogenitas varian, langkah ketiga uji subjects effects,
langkah keempat uji post hoc test.
1. Uji Multivariat
Tabel 5.5 Hasil Analisis Uji Multivariat Perbedaan Perubahan Intensitas
Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada
Siswi MAN 1 Kota Madiun
Multivariate Testsc
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
Intercept Pillai's Trace .932 1.570E2a 2.000 23.000 .000
Wilks' Lambda .068 1.570E2a 2.000 23.000 .000
Hotelling's Trace 13.651 1.570E2a 2.000 23.000 .000
Roy's Largest Root 13.651 1.570E2a 2.000 23.000 .000
Tindakan Pillai's Trace .614 5.310 4.000 48.000 .001
Wilks' Lambda .392 6.860a 4.000 46.000 .000
Hotelling's Trace 1.534 8.437 4.000 44.000 .000
Roy's Largest Root 1.524 18.290b 2.000 24.000 .000
Sumber : Lembar observasi responden di MAN 1 Kota Madiun 2017
68
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui perbedaan perubahan intensitas
dismenorea antara kompres hangat dan kompres dingin pada siswi MAN 1
Kota Madiun dengan hasil analisis menunjukkan bahwa uji F menunjukkan
untuk Pillai’s Trace, Wilks’ Lambda, Hotelling’s Trace, Roy’s Largest Root
memiliki nilai signifikasi 0,000 <α = 0,05. Sehingga dapat diketahui uji F
multivariate test semuanya signifikan.Jadi, terdapat perbedaan perubahan
intensitas dismenorea antara kompres hangat, kompres dingin dan kelompok
kontrol pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
2. Uji Homogenitas Varian
Tabel 5.6 Hasil analisis uji homogenitas varian pada siswi MAN 1 Kota
Madiun
Sumber : Lembar observasi responden di MAN 1 Kota Madiun 2017
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui hasil analisis uji homogenitas
varian pada masing-masing kelompok penelitian, dengan taraf signifikasi
0,05 dari tabel diatas terlihat angka signifikasi uji Levene menunjukkan
bahwa kedua variabel pada skala dismenorea pre test nilai F = 6.790 dengan
signifikasi 0,005 <0,05. Sedangkan pada skala dismenorea post test nilai F =
5.237 dengan signifikasi 0,013 <0,05. Karena nilai signifikan pre test dan
post test sama-sama < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa keduanya
memiliki varian yang sama (homogen).
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
F df1 df2 Sig.
Skala Dismnore pre test 6.790 2 24 .005
Skala Dismenore post test 5.237 2 24 .013
69
3. Pengujian Antara – Subjects Effects
Tabel 5.7 Hasil pengujian antara – subjects effects pada siswi MAN 1 Kota
Madiun
Tests of Between-Subjects Effects
Source Dependent Variable
Type III
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Corrected
Model
Skala Dismnore pre test 16.074a 2 8.037 3.179 .060
Skala Dismenore post test 7.185b 2 3.593 1.540 .235
Intercept Skala Dismnore pre test 822.259 1 822.259 325.289 .000
Skala Dismenore post test 377.815 1 377.815 161.921 .000
Tindakan Skala Dismnore pre test 16.074 2 8.037 3.179 .060
Skala Dismenore post test 7.185 2 3.593 1.540 .235
Error Skala Dismnore pre test 60.667 24 2.528
Skala Dismenore post test 56.000 24 2.333
Total Skala Dismnore pre test 899.000 27
Skala Dismenore post test 441.000 27
Corrected
Total
Skala Dismnore pre test 76.741 26
Skala Dismenore post test 63.185 26
Sumber : Lembar observasi responden di MAN 1 Kota Madiun 2017
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui hasil dari pengujian antara –
subjects effects pada siswi MAN 1 Kota Madiun pada tabel diatas
menunjukkan bahwa skala dismenorea pre test nilai F sebesar 3.179 dengan
signifikasi 0,060, sedangkan pada skala dismenorea post test nilai F sebesar
1.540 dengan signifikasi 0,235. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
perbedaan skala dismenorea pre test dan post test pada masing-masing
kelompok penelitian.
70
4. Uji PostHoc Test
Tabel 5.8 Hasil analisis uji post hoc test pada siswi MAN 1 Kota Madiun
Sumber : Lembar observasi responden di MAN 1 Kota Madiun 2017
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui hasil analisis uji post hoc test
pada siswi MAN 1 Kota Madiun dari hasil analisis yang ditampilkan pada
tabel Multiple Comparisons tersebut menunjukkan bahwa terdapat pasangan
yang berbeda secara nyata (signifikan). Kompres hangat dengan kompres
dingin rata-rata 0,33, kompres hangat dengan kontrol rata-rata -0,89.
Selanjutnya kompres dingin dengan kompres hangat rata-rata -0,33,
kompres dingin dengan kontrol rata-rata -1,22. Dan yang trakhir kontrol
dengan kompres hangat rata-rata 0,89, kontrol dengan kompres dingin rata-
rata 1,22. Sehingga dapat disimpulkan kompres hangat lebih efektif
menurunkan dismenorea dari pada kompres dingin, dapat dilihat dari selisih
rata-rata pada masing-masing kelompok penelitian.
Multiple Comparisons
Dependent
Variable
(I) kelompok
penelitian
(J) kelompok
penelitian
Mean
Differenc
e (I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Post test
Games-
Howell
kompres
hangat
kompres dingin .33 .848 .919 -1.88 2.54
Kontrol -.89 .731 .471 -2.89 1.12
kompres
dingin
kompres hangat -.33 .848 .919 -2.54 1.88
Kontrol -1.22 .550 .109 -2.70 .25
Kontrol kompres hangat .89 .731 .471 -1.12 2.89
kompres dingin 1.22 .550 .109 -.25 2.70
71
5.4 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan lembar observasi terhadap
responden pada bulan Juli 2017 yang telah diolah, maka penulis akan membahas
mengenai “Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat
Dan Kompres Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun”.
5.4.1 Skala Dismenorea Pre Testdan Post Test Kompres Hangat Pada Siswi MAN
1 Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.3 dan tabel 5.4 dapat diketahui
skala dismenorea sebelum diberikan perlakuan kompres hangat 6,22
termasuk dalam skala dismenorea sedang. Setelah mendapat perlakuan
kompres hangat menurun menjadi 3,56 termasuk dalam skala dismenorea
ringan.
Hasil penelitian rata-rata intensitas nyeri pada kompres hangat
mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan penelitian Astuti (2011)
tentang efektifitas pemberian kompres hangat terhadap kejadian dismenorea
pada remaja. Hasil akhir menunjukkan adanya penurunan nyeri setelah
pemberian kompres hangat dengan (p-value = 0,000). Hal ini diperkuat oleh
Potter and Perry (2005) yang mengatakan bahwa panas dari buli-buli akan
berpindah ke dalam tubuh sehingga menyebabkan pelebaran pembuluh
darah yang dapat mengurangi spasme otot sehingga kontraksi menurun dan
nyeri yang dirasakan akan berkurang atau menghilang.
Efek pemberian kompres hangat antara lain :1. Meningkatkan aliran
darah ke bagian tubuh yang mengalami cedera, meningkatkan relaksasi otot
72
dan mengurangi nyeri akibat spasme otot atau kekakuan, meningkatkan
aliran darah. 2. Menimbulkan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga
meningkatkan aliran darah. Peningkatan aliran darah dapat menyingkirkan
produk-produk inflamasi seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin
yang menimbulkan nyeri lokal. 3. Dapat merangsang sel saraf yang
menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan
otak dapat dihambat (Sani, 2013).
5.4.2Skala Dismenorea Pre Test dan Post Test Kompres Dingin Pada Siswi MAN
1 Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.3 dan tabel 5.4 dapat diketahui
skala dismenorea sebelum diberikan perlakuan kompres dingin 5,89
termasuk dalam skala dismenorea sedang. Setelah mendapat perlakuan
kompres dingin menurun menjadi 3,22 termasuk dalam skala dismenorea
ringan.
Hasil penelitian rata-rata intensitas nyeri pada kompres dingin juga
mengalami penurunan. Hasil ini di perkuat oleh Price and Wilson (2005)
yaitu terapi dingin tidak hanya mengurangi spasme otot tetapi juga dapat
menimbulkan efek analgesik yang memperlambat kecepatan hantaran saraf
sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. Oleh karena itu
nyeri yang dirasakan akan berkurang.
Efek pemberian kompres dingin yaitu : 1. Dapat memberikan efek
menurunkan nyeri dismenorea. 2. Dapat mengurangi aliran darah ke suatu
bagian dan mengurangi perdarahan serta menurunkan nyeri. 3. Dapat
73
mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi perdarahan edema
yang diperkirakan menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat
kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih
sedikit (Sani, 2013).
5.4.3 Skala Dismenorea Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol Pada Siswi
MAN 1 Kota Madiun
Berdasarkan hasil penelitian tabel 5.3 dan tabel 5.4 dapat diketahui
rata-rata skala dismenorea pre test dan post test pada kelompok kontrol
sama-sama 4,44. Sehingga dapat disimpulkan pada kelompok kontrol tidak
terjadi penurunan skala interval nyeri.
Berdasarkan uraian diatas peneliti berasumsi bahwa pemberian
kompres hangat dan kompres dingin pada siswi MAN 1 Kota Madiun sama-
sama mengalami penurunan skala dismenorea pada siswi yang mengalami
menstruasi dari skala dismenorea sedang menjadi ringan setelah mendapat
perlakuan. Nyeri mentruasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antar
lain faktor dismenorea primer yaitu : faktor endokrin, kelainan organik,
faktor konstitusi, endometrium dan faktor kejiwaan, sedangkan faktor yang
mempengaruhi dismenorea sekunder yaitu : Adenomyosis,Uterine myoma,
Uterine polyps, Adhesions, Ovarian cyst, Endometriosis pelvis. Dan peneliti
berharap remaja putri dapat melakukannya atau mempratekkan pengobatan
non farmakologis ini dirumah pada saat dismenorea tanpa mengkonsumsi
obat ataupun jamu.
74
5.4.4 Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan
Kompres Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun
Langkah pertama pada uji multivariat Penelitian membuktikan bahwa
ada perbedaan skala dismenorea sebelum dan sesudah intervensi.
Berdasarkan hasil tabel 5.4 dapat diketahui perbedaan perubahan intensitas
dismenorea antara kompres hangat dan kompres dingin pada siswi MAN 1
Kota Madiun dengan hasil analisis menunjukkan bahwa uji F menunjukkan
memiliki nilai signifikasi 0,000 < α 0,05. Sehingga dapat diketahui uji F
semuanya signifikan.Jadi, terdapat perbedaan perubahan intensitas
dismenorea antara kompres hangat, kompres dingin dan kelompok kontrol
pada siswi MAN 1 Kota Madiun.
Langkah kedua berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui hasil dari
analisis uji homogenitas pada siswi MAN 1 Kota Madiun, dengan taraf
signifikasi 0,05 angka signifikasi uji Levene menunjukkan bahwa kedua
variabel pada skala dismenorea pre test nilai F = 6.790 dengan signifikasi
0,005 < 0,05. Sedangkan pada skala dismenorea post test nilai F = 5.237
dengan signifikasi 0,013 <0,05. Karena nilai signifikan pre test dan post test
sama-sama < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki
varian yang sama (homogen).
Langkah ketiga yaitu dengan menggunakan uji post hoc test karena uji
homogenitas varian nilai signifikan < 0,05 maka yang dilihat yaitu dengan
uji Games-Howell. Kompres hangat dengan kompres dingin rata-rata 0,33,
kompres hangat dengan kontrol rata-rata -0,89. Selanjutnya kompres dingin
75
dengan kompres hangat rata-rata -0,33, kompres dingin dengan kontrol rata-
rata -1,22. Dan yang trakhir kontrol dengan kompres hangat rata-rata 0,89,
kontrol dengan kompres dingin rata-rata 1,22. Sehingga dapat disimpulkan
kompres hangat lebih dominan menurunkan skala dismenorea dari pada
kompres dingin. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata perbandingan antara
kompres hangat dan kompres dingin dengan kelompok kontrol.
Kompres hangat memberikan rasa hangat pada responden dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh
yang memerlukannya. Tujuan dari kompres hangat ini untuk menurunkan
intensitas nyeri dengan manfaat pemberian kompres hangat secara biologis
yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan
peningkatan sirkulasi darah. Pemberian kompres hangat memakai prinsip
pengantaran panas melalui cara konduksi dimana panas ditempelkan pada
daerah yang sakit untukmelancarkan sirkulasi darah dan menurunkan
ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita dengan
dismenore primer, karena pada wanita dengan dismenore ini mengalami
kontraksi uterus dan kontraksi otot polos (Anugraheni dan Wahyuningsih,
2013).
Sejalan dengan penelitian (Rohmawati, 2012) tentang perbedaan
pemberian kompres hangat dan aromateraphy terhadap penurunan nyeri
dismenorea mendapatkan hasil bahwa lebih banyak responden yang
diberikan terapi kompres hangat pada daerah abdomen (perut) saat
mengalami nyeri menstruasi (dismenorea) akan mengalami penurunan rasa
76
nyeri. Pemberian kompres hangat pada perut seorang wanita yang
mengalami nyeri haid, dapat meningkatkan relaksasi otot-otot dan
mengurangi nyeri akibat spasme atau kekakuan serta memberikan rasa
hangat. Rasa hangat dari air ini dapat menyebabkan pembuluh darah
meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang mengalami perubahan
fungsi, selain itu juga panas dapat mengurangi ketegangan otot menjadi
relaks.
Sedangkan pada kompres dingin memberikan efek analgetik dan
anestesi lokal dalam mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan seseorang.
Menurut Price and Wilson (2005) bahwa kompres dingin dapat mengurangi
spasme otot dengan memberikan anestesi lokal untuk mengurangi nyeri dan
dingin juga menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan
hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit.
Pernyataan ini sesuai dengan penelitian Khodijah (2011) yang melakukan
penelitian tentang efektifitas kompres dingin terhadap penurunan intensitas
nyeri pasien fraktur.
Berdasarkan teori dan fakta diatas peneliti dapat menyimpulkan
bahwa pemberian kompres hangat dan kompres dingin sama-sama dapat
menurunkan dismenorea, tetapi kompres dingin lebih efektif menurunkan
dismenorea dan meningkatkan kenyamanan dibandingkan kompres hangat.
Karena pada kompres dingin, pengalihan persepsi nyeri menjadi rasa dingin
yang lebih dominan adalah salah satu tipe transendensi yang telah tercapai
sehingga responden merasa lebih nyaman. Kompres dingin juga dapat
77
mengurangi ketegangan otot lebih lama dibandingkan kompres hangat.
Sedangkan pada kompres hangat tidak mempunyai efek yang sama dengan
kompres dingin. Kompres hangat hanya meredakan nyeri dengan
menyingkirkan produk-produk inflamasi, seperti bradikinin, histamin, dan
prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal. Kompres hangat juga tidak
mempunyai efek anestesi lokal yang dapat mengurangi nyeri lokal.
78
5.5 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak
kelemahan dan kekurangan dalam penelitian ini. Sehingga memungkinkan
hasil yang ada belum optimal atau bisa dikatakan belum sempurna.
Kekurangan dalam penelitian ini antara lain :
1. Dalam penelitian ini, hanya dilakukan pada 1 tempat sekolahan,
seharusnya lingkup penelitian diperluas dan dilakukan lebih dari 1
sekolahan untuk mengetahui perbedaan penurunan dismenorea dan
hasilnya lebih signifikan.
2. Desain Penelitian
Metode penelitian yang dipakai peneliti yaitu penelitian hanya
diobservasi sekali saja dan metode ini dirasa kurang efektif sehingga
hasil yang di dapat kurang memuaskan.
79
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dari skala dismenorea pre test dan post test kompres hangat dapat
diketahui skala dismenorea sebelum diberikan perlakuan kompres hangat
6,22 termasuk dalam skala dismenorea sedang. Setelah mendapat perlakuan
kompres hangat menurun menjadi 3,56 termasuk dalam skala dismenorea
ringan.
2. Dari skala dismenorea pre test dan post test kompres dingin dapat diketahui
skala 5,89 termasuk dalam skala dismenorea sedang. Setelah mendapat
perlakuan kompres dingin menurun menjadi 3,22 termasuk dalam skala
dismenorea ringan.
3. Dari skala dismenorea pre test dan post test pada kelompok kontrol tidak
mengalami perubahan penurunan dismenorea. Rata-rata sama 4,44 dalam
skala interval nyeri sedang.
4. Dari hasil penelitian “Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara
Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun”.
Pemberian kompres hangat dan kompres dingin sangat bermanfaat atau
berpengaruh secara signifikan dalam mengurangi atau mengatasi nyeri
menstruasi (dismenorea) pada remaja putri. Tetapi dari hasil uji Manova
80
pada kelompok penelitian kompres dingin lebih efektif menurunkan
dismenorea dari pada kompres hangat. Dapat diketahui selisih antara
kompres hangat 0,89, kompres dingin 1,22.
6.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan (Tempat Penelitian)
Institusi hendaknya melakukan kerjasama dengan instansi terkait atau
tenaga kesehatan untuk memberikan informasi mengenai dismenorea serta
pemberian informasi seharusnya diberikan sejak dini agar menambah
pengetahuan remaja putri dalam mengatasi dismenorea pada saat menstruasi
secara non farmakologis.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya
pada wanita usia produktif tentang kesehatan reproduksi dalam mengatasi
dismenorea pada saat menstruasi secara non farmakologis.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk meneruskan penelitian secara mendalam dengan
rancangan penelitian yang lebih baik. Yaitu dilakukan lebih dari 1 sekolahan
tidak hanya 1 sekolahan saja. Dan dalam metode penelitian di observasi
lebih dari satu kali.
81
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo, D. 2011. Cara JituMengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta :Andi
Arikunto, 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta
Ariyoso, 2009. Prosedur Uji Manova. Tersedia dalam
https://ariyoso.wordpress.com/tag/prosedur-uji-manova/ (Diakses tanggal 9
Juni 2017)
Astuti, A. M. 2011. Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Terhadap Kejadian
Dismenorea Pada Remaja. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Muhamadiyah
Anugraheni, V dan Wahyuningsih, A. 2013. Efektifitas Kompres Hangat Dalam
Menurunkan Intensitas Nyeri Dismenorea. Kediri : Jurnal STIKES Baptis
Volume 6
Dewi, N, S. 2012. Biologi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
Kozier, B & Erb, G. 2009. Kozier&Erb Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis
(Kozier&Erb’s Techniquesin Clinical Nursing), ed :Ariani, F, edk 5. Jakarta :
EGC
Khodijah, S. 2011. Efektifitas Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Pasien Fraktur Di Rindu B RSUP. H. Adam Malik. Medan : Skripsi Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Laila. 2011. Buku Pintar Menstruasi. Yogyakarta : BukuBiru
Lestari, 2013. Jurnal Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA III Tahun 2013.
Pengaruh Dismenorea Pada Remaja. Tersedia dalam
http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/semnasmipa/article/view/2725/2305
(Diaksestanggal 10 Januari 2017)
Liewellyn. 2009. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi. EdisiVI. Jakarta
:Hipokrates
Megaputri, G. 2015. Perbedaan Efektifitas Teknik Relaksasi Dan Kompres Hangat
Terhadap Penurunan Dismenorea Pada Mahasiswi Tingkat III Prodi DIII
Kebidanan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun : KTI
82
Muttaqin, A. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika
Nida, R, M. 2016. Jurnal Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenorea Pada Siswi Kelas XI SMK Muhammadiyah
Watukelir Sukoharjo. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1 :
Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo. Tersedia dalam http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/JKK/article/download/242/217 (Diakses tanggal 27
Februari 2017)
Nursalam. 2016. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba
Medika
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Oktasari, G. 2014. Jurnal Perbandingan Efektivitas Kompres Hangat Dan Kompres
Dingin Terhadap Penurunan Dismenorea Pada Remaja Putri. Jurnal Kesehatan
: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Tersedia dalam
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/article/view/3513+&cd=1&hl=id&ct
=clnk&gl=id (Diakses tanggal 27 Februari 2017)
Proverawati, A & Misaroh, S. 2009. Menarche (Menstruasi Pertama Penuh Makna).
Yogyakarta : Nuha Medika
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : KonsepKlinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6,
Volume II. Jakarta : EGC
Pradiyanti, G. 2014. Jurnal Perbandingan Efektifitas Antara Aromaterapi Bunga
Mawar Dengan Masase Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Pada Dismenorea
Primer Dengan Perlakuan Standar Kompres Hangat, Jurusan Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Vol. 1, No. 3.
Tersediadalamwww.majalahfk.ub.ac.id/index.php/mkfkub/article/view/35+&c
d=1&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses tanggal 27 Februari 2017)
Reeder, 2011. Keperawatan Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi & Keluarga.
Jakarta : EGC
83
Rohmawati, S. 2012. Perbedaan Pemberian Kompres Hangat Dan Aromatherapy
Terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi (Dismenorea). Karangbinangun :
SMA Negeri 1 Karangbinangun
Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : MitraCendikia
Sophia, 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dismenorea Pada Siswi
SMK Negeri 10 Medan. Skripsi. Tersedia dalam http://repository.usu.ac.id
(Diakses tanggal 13 Januari 2017)
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R & D. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Suyanto.2010. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Prenada Media Group
Sani, A. 2013. Perbedaan Efektifitas Kompres Hangat Dan Kompres Dingin
Terhadap Skala Nyeri Pada Klien Gout Di Wilayah Kerja Puskesmas Batang
III Kabupaten Batang. Skripsi. Pekajangan : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Pekajangan. Tersedia dalam www.e-skripsi.stikesmuh-
pkj.ac.id/eskripsi/index.php%3Fp%3Dfstreampdf%26fid%3D448%26bid%3D5
03+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses tanggal 1 Maret 2017)
Uliyah, M & Hidayat, A. 2009. Praktikum Klinik : Aplikasi Dasar – Dasar Praktik
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
84
LAMPIRAN 1
85
LAMPIRAN 2
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Kepada Yth
Calon Responden Penelitian
Di Tempat
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa program S1 Keperawatan
Sikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Nama : Septiara Putri Kumalasari
NIM :201302102
Akan melakukan penelitian di bidang keperawatan mengenai “ Perbedaan
Perubahan IntensitasDismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin
Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun ” sehubungan dengan penelitian tersebut, saya
memohon kesediaan saudari menjadi responden untuk saya amati guna mengisi
lembar observasi. Semua data dan informasi yang saudari berikan akan tetap
terjaga kerahasiannya, hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak
akan menimbulkan akibat yang merugikan.
Penelitian ini akan bermanfaat jika saudari berpartisipasi. Apabila saudari
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, mohon menandatangani lembar
persetujuan.
Madiun, 2017
Peneliti
( Septiara Putri Kumalasari )
86
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Program S1 Keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun yang
bernama Septiara Putri Kumalasari mengenai “Perbedaan Perubahan
IntensitasDismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada Siswi
MAN 1 Kota Madiun” saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini
sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya
akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-benarnya.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.
Madiun, 2017
Responden
( …………..………. )
87
LAMPIRAN 4
SURVEY PENDAHULUAN
Judul : Perbedaan Perubahan IntensitasDismenorea Antara Kompres
Hangat Dan Kompres Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun
Petunjuk : Berilah tanda centang (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai
jawaban anda !
1. Nomor responden :
2. Umur responden :
3. Alamat lengkap :
4. No. Telpon :
5. Tanggal Pengumpulan Data :
6. Tanggal Menstruasi :
7. Rasa tidak nyaman saat mengalami dismenorea?
Ya Tidak
8. Tindakan anda saat mengalami dismenorea ?
Ya Tidak
9. Saat mengalami dismenorea dapat mengganggu aktivitas sehari-hari ?
Ya Tidak
10. Pernahkah tidak masuk sekolah akibat dismenorea ?
Ya Tidak Tidak
88
LAMPIRAN 5
PERBEDAAN PERUBAHAN INTENSITASDISMENOREA ANTARA
KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN PADA SISWI MAN 1
KOTA MADIUN
A. Data Umum
1. No responden :
2. Nama (inisial) :
B. Lembar Observasi Dismenorea (Pre-test and Post-test)
No Skala Nyeri Skor Pre-Test Post-Test
1. Tidak nyeri 0
2. Nyeri ringan
1. Nyeri sangat
ringan
1
2. Perasaan tidak
nyaman
2
3. Nyeri dapat
diahlikan
3
3. Nyeri sedang
1. Nyeri yang
mendesis
4
2. Nyeri sangat
mendesis
5
3. Nyeri berat 6
4. Nyeri berat
1. Nyeri yang
sangat berat
7
2. Nyeri yang
sangat menyiksa
8
3. Nyeri yang tak
terhankan
9
4. Nyeri yang
sangat tak
terhankan
10
Skor
89
C. DATA KHUSUS
Lembar Observasi Dismenorea (Pre-test and Post-test)
Perbedaan Perubahan IntensitasDismenorea Antara Kompres Hangat Dan
Kompres Dingin Pada Siswi MAN 1 Kota Madiun
No.
Responden
Kelompok Umur Pre-test Post-test
1 1
2 1
3 1
4 1
5 1
6 1
7 1
8 1
9 1
10 2
11 2
12 2
13 2
14 2
15 2
16 2
17 2
18 2
19 3
20 3
21 3
22 3
23 3
90
24 3
25 3
26 3
27 3
Keterangan :
Kelompok 1 : Kompres Hangat
Kelompok 2 : Kompres Dingin
Kelompok 3 : Kelompok Kontrol
91
LAMPIRAN 6
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KOMPRES HANGAT
Pengertian Kompres Hangat
Merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat.
Tujuan :
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Mengurangi rasa sakit
3. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang
Persiapan Alat Dan Bahan
1. WWZ dan sarungnya
2. Termos berisi air panas (suhu 38°C-40°C) / air hangat
3. Termometer air
4. Perlak dan lap kerja
Cara Kerja
A. Tahap Pra Interaksi
1. Mencuci tangan.
2. Menempatkan alat di dekat klien.
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada klien.
92
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan .
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi klien.
2. Mengatur klien dalam posisi senyaman mungkin.
3. Mengisi WWZ dengan air panas: ½ - ¾ (saat mengisi air, WWZ diletakkan
rata dengan kepala, WWZ ditekuk sampai permukaan air kelihatan agar
udara tidak masuk).
4. Menutup dengan rapat dan membalik kepala WWZ di bawah untuk
meyakinkan bahwa air tidak tumpah.
5. Mengeringkan WWZ dengan lap kerja agar tidak basah, lalu bungkus
dengan sarung WWZ.
6. Meletakkan pengalas di bawah daerah yang akan di pasang WWZ.
7. Meletakkan WWZ pada bagian tubuh yang akan di kompres.
8. Memantau respons klien.
9. Merapikan klien.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan.
2. Berpamitan dengan klien.
3. Membereskan alat.
4. Mencuci tangan.
5. Mencatat perubahan yang terjadi selama tindakan dalam lembar observasi.
93
LAMPIRAN 7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KOMPRES DINGIN
Pengertian Kompres Dingin
Merupakan tindakan dengan memberikan kompres dingin untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi
perdarahan edema, dan memberikan rasa dingin.
Tujuan :
1. Mengurangi rasa sakit
2. Mengurangi perdarahan edema
3. Memberikan rasa dingin
4. Mengatasi sakit kepala atau migraine yang muncul saat menstruasi
Persiapan Alat Dan Bahan
1. Kirbat Es dan sarungnya
2. Kom besar berisi potongan es (suhu 36°C) / air dingin
3. Termometer air
4. Perlak dan lap kerja
Cara Kerja
A. Tahap Pra Interaksi
1. Mencuci tangan.
2. Menempatkan alat di dekat klien.
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada klien.
94
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien.
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan .
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi klien.
2. Mengatur klien dalam posisi senyaman mungkin.
3. Mengisi Kirbat Es dengan potongan es : ½ - ¾ bagian.
4. Mengeluarkan udara dan menutup kirbat es dan pastikan tidak bocor.
5. Mengeringkan Kirbat Es dengan lap kerja agar tidak basah, lalu bungkus
dengan sarung Kirbat Es.
6. Meletakkan pengalas di bawah daerah yang akan di pasang Kirbat Es.
7. Meletakkan Kirbat Es pada bagian tubuh yang akan di kompres.
8. Memantau respons klien.
9. Merapikan klien.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang sudah dilakukan.
2. Berpamitan dengan klien.
3. Membereskan alat.
4. Mencuci tangan.
5. Mencatat perubahan yang terjadi selama tindakan dalam lembar observasi.
95
LAMPIRAN 8
96
LAMPIRAN 9
97
LAMPIRAN 10
Hasil Tabulasi Perbedaan Perubahan Intensitas Dismenorea Antara Kompres Hangat Dan Kompres Dingin Pada
Siswi MAN 1 Kota Madiun
No Nama Responden Jenis Kelamin Usia Kelompok Pre Test Post Test Kriteria
1 Nn A P 17 tahun 1 5 2
2 Nn E P 16 tahun 1 7 4 Ringan
3 Nn I P 17 tahun 1 7 1 Sedang
4 Nn D P 16 tahun 1 4 2 Ringan
5 Nn I P 15 tahun 1 4 2 Ringan
6 Nn M P 16 tahun 1 9 6 Ringan
7 Nn N P 15 tahun 1 7 5 Sedang
8 Nn A P 15 tahun 1 8 7 Berat
9 Nn D P 16 tahun 1 5 3 Ringan
10 Nn A P 15 tahun 2 8 6 Sedang
11 Nn P P 17 tahun 2 7 5 Sedang
12 Nn S P 16 tahun 2 3 2 Ringan
13 Nn A P 16 tahun 2 8 3 Ringan
14 Nn M P 16 tahun 2 5 2 Ringan
15 Nn S P 15 tahun 2 4 2 Ringan
16 Nn D P 17 tahun 2 6 3 Ringan
17 Nn Y P 16 tahun 2 4 2 Ringan
18 Nn L P 16 tahun 2 8 4 Sedang
19 Nn W P 16 tahun 3 4 4 Sedang
20 Nn R P 16 tahun 3 5 5 Sedang
21 Nn N P 16 tahun 3 4 4 Sedang
22 Nn S P 16 tahun 3 4 4 Sedang
98
23 Nn Y P 16 tahun 3 4 4 Sedang
24 Nn S P 16 tahun 3 6 6 Sedang
25 Nn A P 15 tahun 3 5 5 Sedang
26 Nn K P 16 tahun 3 4 4 Sedang
27 Nn M P 16 tahun 3 4 4 Sedang
99
LAMPIRAN 11
100
LAMPIRAN 12
Hasil Tendensi Sentral Berdasarkan Usia
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur siswi MAN 1 Madiun 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
umur siswi MAN 1 Madiun Mean 15.93 .118
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 15.68
Upper Bound 16.17
5% Trimmed Mean 15.92
Median 16.00
Variance .379
Std. Deviation .616
Minimum 15
Maximum 17
Range 2
Interquartile Range 0
Skewness .036 .448
Kurtosis -.094 .872
101
Hasil Tendensi Sentral Kelompok Penelitian Pre Test Dan Post Test
Statistics
kelompok
penelitian
Skala Dismnore
pre test
Skala Dismenore
post test
N Valid 27 27 27
Missing 0 0 0
kelompok penelitian
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kompres hangat 9 33.3 33.3 33.3
kompres dingin 9 33.3 33.3 66.7
Kontrol 9 33.3 33.3 100.0
Total 27 100.0 100.0
102
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skala Dismnore pre test 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%
Skala Dismenore post test 27 100.0% 0 .0% 27 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Skala Dismnore pre test Mean 5.52 .331
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 4.84
Upper Bound 6.20
5% Trimmed Mean 5.47
Median 5.00
Variance 2.952
Std. Deviation 1.718
Minimum 3
Maximum 9
Range 6
Interquartile Range 3
Skewness .531 .448
Kurtosis -1.090 .872
Skala Dismenore post test Mean 3.74 .300
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.12
Upper Bound 4.36
5% Trimmed Mean 3.71
Median 4.00
Variance 2.430
Std. Deviation 1.559
Minimum 1
Maximum 7
103
Range 6
Interquartile Range 3
Skewness .204 .448
Kurtosis -.732 .872
104
105
LAMPIRAN 13
Hasil Analisis Uji Manova
Between-Subjects Factors
Value Label N
kelompok penelitian 1 kompres
hangat 9
2 kompres
dingin 9
3 Kontrol 9
Descriptive Statistics
kelompok
penelitian Mean Std. Deviation N
Skala Dismnore pre test kompres hangat 6.22 1.787 9
kompres dingin 5.89 1.965 9
Kontrol 4.44 .726 9
Total 5.52 1.718 27
Skala Dismenore post test kompres hangat 3.56 2.068 9
kompres dingin 3.22 1.481 9
Kontrol 4.44 .726 9
Total 3.74 1.559 27
Box's Test of
Equality of
Covariance Matricesa
Box's M 2.083
F .600
df1 3
df2 4.608E4
Sig. .615
106
Multivariate Testsc
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
Intercept Pillai's Trace .932 1.570E2a 2.000 23.000 .000
Wilks' Lambda .068 1.570E2a 2.000 23.000 .000
Hotelling's Trace 13.651 1.570E2a 2.000 23.000 .000
Roy's Largest Root 13.651 1.570E2a 2.000 23.000 .000
Tindakan Pillai's Trace .614 5.310 4.000 48.000 .001
Wilks' Lambda .392 6.860a 4.000 46.000 .000
Hotelling's Trace 1.534 8.437 4.000 44.000 .000
Roy's Largest Root 1.524 18.290b 2.000 24.000 .000
Levene's Test of Equality of Error Variancesa
F df1 df2 Sig.
Skala Dismnore pre test 6.790 2 24 .005
Skala Dismenore post test 5.237 2 24 .013
Tests of Between-Subjects Effects
Source Dependent Variable
Type III Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Corrected Model Skala Dismnore pre test 16.074a 2 8.037 3.179 .060
Skala Dismenore post test 7.185b 2 3.593 1.540 .235
Intercept Skala Dismnore pre test 822.259 1 822.259 325.289 .000
Skala Dismenore post test 377.815 1 377.815 161.921 .000
Tindakan Skala Dismnore pre test 16.074 2 8.037 3.179 .060
Skala Dismenore post test 7.185 2 3.593 1.540 .235
Error Skala Dismnore pre test 60.667 24 2.528
Skala Dismenore post test 56.000 24 2.333
Total Skala Dismnore pre test 899.000 27
Skala Dismenore post test 441.000 27
Corrected Total Skala Dismnore pre test 76.741 26
Skala Dismenore post test 63.185 26
107
Multiple Comparisons
Dependent Variable
(I) kelompok
penelitian
(J) kelompok
penelitian
Mean
Difference (I-
J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Skala Dismnore pre
test
Bonferroni kompres
hangat
kompres
dingin .33 .749 1.000 -1.60 2.26
Kontrol 1.78 .749 .078 -.15 3.71
kompres
dingin
kompres
hangat -.33 .749 1.000 -2.26 1.60
Kontrol 1.44 .749 .198 -.48 3.37
Kontrol kompres
hangat -1.78 .749 .078 -3.71 .15
kompres
dingin -1.44 .749 .198 -3.37 .48
Games-
Howell
kompres
hangat
kompres
dingin .33 .885 .925 -1.95 2.62
Kontrol 1.78* .643 .046 .03 3.53
kompres
dingin
kompres
hangat -.33 .885 .925 -2.62 1.95
Kontrol 1.44 .698 .146 -.47 3.35
Kontrol kompres
hangat -1.78
* .643 .046 -3.53 -.03
kompres
dingin -1.44 .698 .146 -3.35 .47
Skala Dismenore post
test
Bonferroni kompres
hangat
kompres
dingin .33 .720 1.000 -1.52 2.19
Kontrol -.89 .720 .687 -2.74 .96
kompres
dingin
kompres
hangat -.33 .720 1.000 -2.19 1.52
Kontrol -1.22 .720 .308 -3.08 .63
Kontrol kompres
hangat .89 .720 .687 -.96 2.74
108
kompres
dingin 1.22 .720 .308 -.63 3.08
Games-
Howell
kompres
hangat
kompres
dingin .33 .848 .919 -1.88 2.54
Kontrol -.89 .731 .471 -2.89 1.12
kompres
dingin
kompres
hangat -.33 .848 .919 -2.54 1.88
Kontrol -1.22 .550 .109 -2.70 .25
Kontrol kompres
hangat .89 .731 .471 -1.12 2.89
kompres
dingin 1.22 .550 .109 -.25 2.70
109
LAMPIRAN 14
110
LAMPIRAN 15
111
112
113
LAMPIRAN 16
114
LAMPIRAN 17
115
116
117
118
LAMPIRAN 18
JADWAL PENELITIAN
No Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 Pembuatan Dan Konsul Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Bimbingan Proposal
4 Ujian Proposal
5 Revisi Proposal
6 Pengambilan Data Awal
7 Penelitian
8 Pengambilan data Akhir
9 Penyusunan Dan Konsul Skripsi
10 Ujian Skripsi
119
DOKUMENTASI