skenario b blok 19

37
Skenario B Laki-laki, 25 tahun, dibawa oleh tukang ojeg ke RSUD dengan luka di kepala sebelah kanan dan tidak dapat menggerakkan lengan kanannya. 1 jam sebelum masuk RS, pada saat mengendarai sepeda motor , tanpa helm, penderita ditabrak mobil dari sisi kanan. Pada saat kejadian penderita tidak sadar selama 5 menit, tetapi saat perjalanan ke RS penderita sadar kembali. Pada saat tiba di RS penderita muntah-muntah dan mengeluh nyeri kepala yang hebat, keluar darah dari hidung sebelah kanan. Penderita kemudian dirawat di RSUD. Setelah 4 jam masuk RS, penderita mulai gelisah dan akhirnya tidak sadarkan diri kembali. Pada saat pemeriksaan pertama didapatkan: Pasien sadar Tanda Vital: Respirasi 24 x/menit Nadi 98 x/menit TD 130/90 mmHg GCS 15 Data tambahan: Kepala Luka terbuka ukuran 4x9 cm, tepi luka tidak rata pada pelipis kanan dengan dasar tulang. Terdapat hematom pada rim orbita mata sebelah kanan Deformitas pada hidung disertai perdarahan dari hidung sebelah kanan Antebrachii Inspeksi: deformitas (+), udem (+), hematoma (+) Palpasi: krepitasi (+), nyeri tekan (+) Range Of Motion (ROM): pergerakan pasif dan aktif terhambat 1

Upload: vera-irawanda

Post on 06-Aug-2015

195 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario B Blok 19

Skenario B

Laki-laki, 25 tahun, dibawa oleh tukang ojeg ke RSUD dengan luka di kepala sebelah kanan dan

tidak dapat menggerakkan lengan kanannya.

1 jam sebelum masuk RS, pada saat mengendarai sepeda motor , tanpa helm, penderita ditabrak

mobil dari sisi kanan. Pada saat kejadian penderita tidak sadar selama 5 menit, tetapi saat perjalanan ke

RS penderita sadar kembali.

Pada saat tiba di RS penderita muntah-muntah dan mengeluh nyeri kepala yang hebat, keluar

darah dari hidung sebelah kanan. Penderita kemudian dirawat di RSUD. Setelah 4 jam masuk RS,

penderita mulai gelisah dan akhirnya tidak sadarkan diri kembali.

Pada saat pemeriksaan pertama didapatkan:

• Pasien sadar

• Tanda Vital:

• Respirasi 24 x/menit

• Nadi 98 x/menit

• TD 130/90 mmHg

• GCS 15

Data tambahan:

Kepala

• Luka terbuka ukuran 4x9 cm, tepi luka tidak rata pada pelipis kanan dengan dasar tulang.

• Terdapat hematom pada rim orbita mata sebelah kanan

• Deformitas pada hidung disertai perdarahan dari hidung sebelah kanan

Antebrachii

• Inspeksi: deformitas (+), udem (+), hematoma (+)

• Palpasi: krepitasi (+), nyeri tekan (+)

• Range Of Motion (ROM): pergerakan pasif dan aktif terhambat

Pada pemeriksaan kedua didapatkan :

• Pasien tidak sadar (GCS: E2M4V4)

• TD: 150/90 mmHg

• Nadi: 60 x/menit

• Respirasi: 32 x/menit (stridor (+))

• Pupil anisokor; kanan midriasis, kiri miosis

I. Klarifikasi Istilah1

Page 2: Skenario B Blok 19

1. Luka di kepala : kerusakan struktur jaringan

2. Tidak sadar : ggn. neurologis yang menyebabkan keadaan tidak respon thdp lingkungan

3. Muntah : pengeluaran isi lambung lewat mulut

4. Nyeri Kepala Hebat : sensasi tidak menyenangkan sebagai respon terhadap kerusakan jaringan

kepala

5. Epistaksis : keluar darah dari hidung

6. Gelisah : keadaan / kondisi di mana seseorang tidak tenang; gundah

7. Hematoma : akumulasi darah pd jaringan interstitial akibat pecahnya pemb. Darah

8. Rim orbita mata : jaringan ikat longgar disekitar mata

9. Antebrachii : alat gerak ekstremitas atas tubuh antara pergelangan tangan dan siku

10. Krepitasi : suara seperti garam dilempar ke api, ditimbulkan oleh gesekan kedua

ujung tulang yang patah

11. Pupil anisokor : ukuran / diameter pupil yang tidak sama

12. Midriasis : melebar

13. Miosis : mengecil

14. Deformitas : kelainan bentuk

15. Stridor : ngorok, adanya obstruksi pada saluran napas atas

16. Tidak dapat menggerakkan lengan : Gangguan pergerakan akibat trauma / non trauma.

II. Identifikasi Masalah

1. Laki-laki 25 thn mengalami luka di kepala sebelah kanan dan tidak dapat menggerakkan lengan

kanannya karena 1 jam yang lalu ia ditabrak oleh sebuah mobil dari arah kanan saat mengendarai

motor tanpa helm.

2. Sesaat setelah kejadian, korban langsung tidak sadar selama 5 menit tapi saat diperjalanan ke

RSUD ia sadar.

3. Sesampainya di RSUD, korban muntah-muntah dan mengeluh nyeri kepala hebat dan keluar darah

dari hidung sebelah kanan.

4. Setelah 4 jam masuk RSUD, korban mulai gelisah dan akhirnya tidak sadarkan diri kembali.

5. Pada pemeriksaan fisik pertama didapatkan : RR 24x/menit, nadi 98x/menit, TD 130/90 mmHg,

GCS 15, pasien sadar

6. Pemeriksaan tambahan : luka terbuka 4 x 9 cm, tepi luka tidak rata, luka pada pelipis kanan dan

dasar luka yaitu dasar tulang cranium, hematom pada rim orbita kanan, hematom ante brachii

dextra, deformitas dan edema, krepitasi dan nyeri tekan pada ante brachii, pergerakan aktif dan

pasif terhambat, deformitas pada hidung dan perdarahan pada hidung sebelah kanan.

7. Pemeriksaan fisik kedua didapatkan : GCS 8, TD 150/90 mmHg, RR 32x/menit, stridor (+), nadi

60x/menit, pupil anisokor, kanan midriasis, kiri miosis.

2

Page 3: Skenario B Blok 19

III. Hipotesis

Laki-laki 25 tahun mengalami trauma kepala sedang disertai lucid interval, fraktur tertutup

lengan kanan, deformitas hidung dan trauma mata.

KERANGKA TEORI

3

Page 4: Skenario B Blok 19

Síntesis

4

Page 5: Skenario B Blok 19

ANATOMI

Kulit Kepala

o Terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP (Skin,Cconnective tissue, Aponeuresis. Loose

areolar tissue, Perikranium)

o Memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi perdarahan akan menyebabkan banyak

kehilangan darah

Tulang Tengkorak

o Tersdiri dari dari kubah (kalvaria) dan basis cranii

o Calvaria (os frontalis, parietalis, occipitalis, dan temporalis)

o Kalvaria khususnya di regio temporal adalah tipis, namun dilapisi oleh otot temporalis

o Basis cranii (os petrosus, ethmoidalis, sphenoidalis, mastoideus, dan atap orbita)

o Basis cranii berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar otak saat bergerak

akibat proses akselerasi dan deselerasi.

o Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa:

Anterior : lobus frontalis

Media : lobus temporalis

Posterior : ruang bagian bawah batang otak dan serebelum

Meningen

o 3 lapisan: duramater, arakhnoid, dan piamater

o Duramater selaput yang keras, terdiri dari jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada

permukaan dalam dari kranium

o Ruang subdura ruang potensial yang terletak di antara duramater dan arakhnoid, di mana

sering dijumpai perdarahan subdural

o Ruang epidural terletak antara duramater dan permukaan dalam dari kranium. Terdapat

arteri-arteri meningea yang dapat menyebabkan perdarahan epidural. Biasanya karena

mengalami cedera pada fosa temporalis (media)

o Arakhnoid lapisan tipis dan tembus pandang

o Piamater melekat erat dengan korteks serebri

Otak

o Otak → 100 milyar neuron & 1 trilyun neuroglia.

o Berat ± 1400 gram atau 2% BB manusia, dikelilingi LCS → mengisi ruang Subaraknoid.

o Komponen otak : cerebrum, cerebellum dan batang otak.

o Pasokan darah otak dari : a. Carotis interna dan a. Vertebralis

Cairan Serebrospinalis

5

Page 6: Skenario B Blok 19

o Dihasilkan oleh pleksus khoroideus dan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui

granulasio arakhnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior.

o Adanya darah dalam CSS dapat menyumbat granulasio arakhnoid sehingga menganggu

penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan tekanan intrakranial

Tentorium

o Membagi rongga tengkorak menjadi ruang supratentorial (terdiri dari fosa kranii anterior dan

fosa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi fosa kranii posterior)

o Nervus okulomotorius (N. III) berjalan di sepanjang tepi tentorium. Serabut-serabut

parasimpatik yang berfungsi melakukan konstriksi pupil mata berjalan pada sepanjang

permukaan N.III. Paralisis serabut-serabut ini yang disebabkan oleh penekanan N.III akan

mengakibatkan dilatasi pupil oleh karena tidak adanya hambatan aktivitas serabut simpatik

FISIOLOGI

Tekanan Intrakranial (TIK)

o TIK normal pada keadaan istirahat sebesar 10 mmHg

o Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat menyebabkan kenaikan TIK

o Kenaikan TIK dapat menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia

Doktrin Monro-Kellie

o Merupakan konsep dinamika TIK

o Volume TIK harus selalu konstan. Hal ini karena rongga kranium pada dasarnya merupakan

rongga yang rigid, tidak mungkin mekar.

o Segera setelah trauma, massa seperti gumpalan darah dapat terus bertambah sementara TIK

masih dalam batas normal saat pengaliran CSS dan darah intravaskular mencapai titik

dekompensasi, TIK secara cepat akan meningkat

Aliran Darah ke Otak (ADO)

o Normal pada orang dewasa antara 50-55 ml/100gr jaringan otak per menit

o Cedera otak berat sampai koma dapat menurunkan 50% dalam 6-12 jam pertama sejak trauma

o ADO biasanya akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya, tetapi pada penderita yang koma

tetap di bawah normal sampai beberapa hari atau minggu setelah trauma

o Terdapat bukti bahwa ADO yang rendah tidak dapat mencukupi kebutuhan metabolisme otak

segera setelah trauma, sehingga akan mengakibatkan iskemi otak fokal ataupun menyeluruh.

ANTE BRACHII

Anatomi

Antebrachii terdiri atas dua buah tulang parallel yang berbeda panjang bentuknya ; os radius

dan os ulna. Disebelah proksimal membentuk tiga persendian sedangkan sebelah distal dua 6

Page 7: Skenario B Blok 19

persendian. Tulang radius, lebih pendek daripada ulna, bentuk lebih melengkung dan bersendi

dengan os ulna pada bagian proksimal dan distal “radio-ulnar joint” yang bersifat rotator.

Antara kedua tulang ini juga dihubungkan oleh membran interroseus, suatu jaringan fibrous

yang berjalan abliq dari ulna ke radius. Membran ini berfungsi merotasikan tulang radius

terhadap os ulna, yang menghasilkan gerakan pada lengan bawah 

Muskuli antebrachii dapat dikelompokan, muskuli kompartemen antrior dan posterior.

Kompartemen anterior di isi oleh muskuli fleksor sedangkan kompartemen posterior di isi oleh

muskuli ekstensor. Aliran darah regio antebrachii merupakan lanjutan dari a brachialis, yang

bercabang menjadi a radialis dan a ulnaris setinggi caput os radii. Sedangkan persyarafan

antebrachii berasal dari tiga nervus, n radialis, n ulnaris, n medianus.

HIDUNG

A. Hidung Luar.

Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :

1. Pangkal hidung ( bridge )

2. Dorsum nasi

3. Puncak hidung ( apeks )

4. Ala nasi

5. Kolumela

6. Lubang hidung ( nares anterior )

Hidung luar dibentuk oleh tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa

otot yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.Kerangka tulang terdiri dari :

1. Sepasang os nasalis ( tulang hidung )

2. Prosesus frontalis os maksila

3. Prosesus nasalis os frontalis

Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawanyang terletak dibagian bawah

hidung, yaitu :

1. Sepasang kartilago nasalis lateralis superior

2. Sepasang kartilago nasalis lateralis inferior ( kartilago alar mayor )

3. Beberapa pasang kartilago alar minor

4. Tepi anterior kartilago septum nasi

Otot-otot nasi terdiri dari dua kelompok yaitu

1. Kelompok dilator :

7

Page 8: Skenario B Blok 19

- m. dilator nares ( anterior dan posterior )

- m. proserus

- kaput angulare m. kuadratus labii superior

2. Kelompok konstriktor :

- m. nasalis

- m. depresor septi

B. Hidung dalam

Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum

nasi dibagian tengahnya. Kavum nasi bagian anterior disebut nares anterior dan bagian posterior disebut

nares posterior ( koana ) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring

a. Vestibulum

Terletak tepat dibelakang nares anterior, dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan

rambut-rambut panjang yang disebut vibrisae

b. Septum nasi

Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan.Bagian tulang terdiri dari :

- lamina perpendikularis os etmoid

- vomer

- krista nasalis os maksila

- krista nasalis os palatina

Bagian tulang rawan terdiri dari :

- kartilago septum ( lamina kuadrangularis )

- kolumela

c. Kavum nasi

Dasar hidung

Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatina os maksila dan prosesus horisontal os palatum.

Atap hidung

Terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus frontalis os maksila, korpus os

etmoid dan korpus os sfenoid. Sebagian besar ataphidung dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui

filamen-filamen n. olfaktorius yang berasal dari permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju

bagian teratas septum nasi dan permukaan kranial konka superior. 8,9

Dinding lateral

8

Page 9: Skenario B Blok 19

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os lakrimalis, konka

superior, konka media, konka inferior, lamina perpendikularis os palatum dan lamina pterigoideus medial

Konka

Pada dinding lateral hidung terdapat 4 buah konka. Yang terbesar dan letaknya paling bawah ialah konka

inferior, kemudian yang lebih kecil ialah konka media dan konka superior, sedangkan yang terkecil

disebut konka suprema. Konka suprema ini biasanya rudimenter. Konka inferior merupakan tulang

tersendiri yang melekat pada os maksila dan labirin etmoid, sedangkan konka media, superior dan

suprema merupakan bagian dari labirin etmoid

Meatus nasi

Diantara konka-konka dan dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus. Meatus

inferior terletak diantara konka inferior dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada

meatus inferior terdapat muara duktus nasolakrimalis. Meatus media terletak diantara konka media dan

dinding lateral rongga hidung. Disini terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid

anterior. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat

muara sinus etmoid posterior dan sinus sphenoid

Pendarahan Hidung

Pendarahan untuk hidung bagian dalam berasal dari 3 sumber utama:

1. a. etmoidalis anterior, yang mendarahi septum bagian superior anterior dan dinding lateral hidung.

2. a. etmoidalis posterior ( cabang dari a. oftalmika ), mendarahi septum bagian superior posterior.

3. a. sfenopalatina, terbagi menjadi a. nasales posterolateral yang menuju ke dinding lateral hidung dan a.

septi posterior yang menyebar pada septum nasi.

Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang a. maksilaris interna, diantaranya ialah

ujung a. palatina mayor dan a. sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama n.

sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung posterior konka media. Bagian depan

hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang a. fasialis. Pada bagian depan septum terdapat

anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a. etmoid anterior, a. labialis superior dan a. palatina

mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach ( Little’s area ) yang letaknya superfisial dan mudah cedera oleh

trauma, sehingga sering menjadi sumber epistaksis.Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan

berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara ke vena

oftalmika superior yang berhubungan dengan sinus kavernosus.

4. Olfaktorius ( penciuman )

9

Page 10: Skenario B Blok 19

Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian

berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa olfaktorius didaerah sepertiga atas hidung

Biomekanik Trauma yang berhubungan dengan kendaraan roda dua

Trauma pada pengendara motor maupun penumpangnya dapat mengalami kompresi, aselerasi atau

deselerasi dan trauma tipe robekan (shears) karena pengendara tidak dilindungi oleh perlengkapan

pengaman sebagaimana halnya pengendara mobil. Mereka hanya dilindungi oleh pakaian dan

perlengkapan pengaman yang dipakai langsung pada badannya, helm, sepatu, atau pakaian pelindung.

Hanya helm yang memiliki kemampuan untuk meredistribusi transmisi energi dan mengurangi intensitas

benturan, inipun sangat terbatas. Jelas bahwa semakin sedikit alat pelindung semakin besar resiko

terjadinya trauma benturan, inipun sangat terbatas.

Mekanisme trauma yang mungkin terjadi dalam tabrakan motor atau sepeda meliputi benturan

frontal, lateral, terlempar,dan “laying the bike down”. Disamping itu, pengendara mungkin mengalami

trauma karena terjatuh dari sepeda atau motor atau terperangkap oleh komponen-komponen mekanik.

1. Benturan frontal – ejeksi (terlempar)

Sumbu kendaran terutama ialah sumbu depan dan titik berat kendaraan adalah di atas titik

ini dekat dengan kursi.

Bila roda depan bertabrakan dengan suatu obyek dan berhenti makan kendaraan akan

berputar ke depan dengan momentum mengarah ke sumbu depan. Momentum ke depan

akan tetap, sampai pengendara dan kendaraannya dihentikan oleh tanah atau benda lain.

Pada saat gerakan ke depan ini kepala, dada atau perut pengendara mungkin membentur

stang kemudi. Bila pengendara terlempar ke atas melewati stang kemudi, maka tungkainya

dapat terbentur dengan stang kemudi, dan dapat terjadi fraktur femur bilateral.

2. Benturan Lateral/Ejeksi

Pada benturan sampaing, mungkin akan terjadi fraktur terbuka atau tertutup tungkai

bawah. Crush injury pada tungkai bawah sering dijumpai.

Kalau pengendara sepeda/motor ditabrak oleh kendaraan bergerak, maka pengendara akan

rawan untuk mengalami tipe trauma yang sama dengan pemakain mobil yang mengalami

tabrakan samping. Pengendara menerima energi benturan secara penuh.

Sebagaimana halnya dalam benturan frontal, trauma tabrakan yang dialami selama

benturan sekunder yaitu benturan dengan tanah atau obyek-obyek statis lainnya.

3. “Laying the bike down”

10

Page 11: Skenario B Blok 19

Untuk menghindari terjepit antara kendaraan dan obyek yang akan ditabraknya,

pengendara mungkin akan menjatuhkan kendaraannya ke samping, membiarkan

kendaraannya bergeser, dan ia sendiri bergeser dibelakangnya. Strategi ini dimaksudkan

untuk memperlambat pengendara dan memisahkan pengendara dari sepeda/motor.

Bila jatuh dengan cara ini akan terjadi trauma jaringan lunak yang parah.

Penggunaan Helm

Helm di desain untuk mengurangi kekuatan yang mengenai kepala dengan cara mengubah energi

kinetik benturan melalui kerja deformasi dari bantalannya dan diikuti dengan mendistribusikan

(menyebarkan) kekuatan yang menimpa tersebut melalui area yang seluas-luasnya. Secara nyata helm

mampu mengurangi energi transfer dengan cara translasi. Secara umum dianggap bahwa yang sangat

sering menyebabkan trauma otak adalah aselerasi angular atau rotasional. Helm akan mengurangi gaya

rotasional pada benturan.

Pada kasus :

Pasien mengendarai sepeda motor tanpa helm ditabrak mobil dari sisi kanan Pengendara sepeda motor

tidak memiliki struktur kompartemen yang dapat mengurangi pemindahan energi kinetik benturan, selain

itu pengendara tidak menggunakan helm sehingga tidak dapat juga mengurangi kekuatan yang mengenai

kepala dengan cara mengubah energi kinetik benturan melalui kerja deformasi dari bantalan helm dan

mendistribusikan kekuatan tersebut pengendara menerima energi benturan secara penuh

pengendara akan terlempar membentur objek tertentu, misalnya aspal trauma pada kepala, hidung,

dan lengan.

Mekanisme Pasien tidak sadar sesaat setelah kejadiaan selama 5 menit sadar setelah 4 jam di

rumah sakit pasien gelisah dan tidak sadar kembali.

Keadaan ini disebut : Lucid interval (mula-mula tidak sadar lalu sadar dan kemudian tidak sadar.

Pasien mengalami kecelakaan tanpa helm trauma tumpul langsung ke kepala fraktur tulang

tengkorak temporal atau temporoparietal (luka pada pelipis kanan yang tidak rata dengan dasar tulang

kranium) merusak pembuluh darah disekitar tulang kranium gangguan perfusi oksigen ke jaringan-

jaringan diotak pasien tidak sadar sesaat setelah kejadian.

Fraktur tulang tengkorak temporal atau temporoparietal (luka pada pelipis kanan yang tidak rata dengan

dasar tulang kranium) merobek arteri meningea media akumulasi darah diruangan antara durameter

dengan permukaan dalam dari kranium hematom epidural kompensasi berupa bergesernya CSF dan

darah vena keluar dari ruang intrakranial dengan volume yang sama sehingga TIK akan tetap normal

pasien kembali sadar.

11

Page 12: Skenario B Blok 19

Namun jika massa berupa hematom semakin membesar menimbulkan desakan durameter yang akan

menjauhkan duramater dari tulang tengkorak Perluasan hematom ini akan menekan lobus temporal ke

dalam dan kebawah Tekanan ini menyebabkan isi otak mengalami herniasi mengakibatkan

penekanan saraf yang ada dibawahnya seperti penekanan pada medulla oblongata hilangnya

kesadaran.

Pada bagian ini juga terdapat nervus okulomotor yang mana penekanan pada saraf ini meyebabkan

dilatasi pupil dan ptosis. Perluasan atau membesarnya hematom akan mengakibatkan seluruh isi otak

terdorong ke arah yang berlawanan yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial

(TIK) sehingga terjadi penekanan saraf-saraf yang ada diotak.

PERTOLONGAN PERTAMA PENDERITA CEDERA PRA RUMAH SAKIT

Tindakan :

1. AIR WAY (Menjaga kelancaran jalan nafas)

Tanda obyektif dapat diketahui dengan tiga pengamatan look, listen and feel. Look berarti melihat

adanya gerakan pengembangan dada dan listen adalah mendengarkan suara pernafasan. Seringkali

suara mengorok dan bunyi gurgling (bunyi cairan) menandakan adanya hambatan jalan nafas.

Sedangkan feel adalah merasakan adanya hembusan udara saat klien melakukan ekspirasi yang

bisa kita rasakan pasa pipi maupun punggung tangan penolong. Jikas ketiga tanda ini dapat kita

temukan artinya pernafasan klien masih ada.

Untuk memperlancar jalan nafas, lakukan upaya dengan dua metode yaitu Haed till dan Chin lift,

yaitu tindakan mendorong kepala agak kebelakang dan menganggakt dagu ke atas. Dengfan

manuver ini maka jalan nafas akan terbuka sehingga aliran udara bisa lancar sampai di paru. Bila

korban dicurigai adanya trauma cervical yang biasanya ditandai dari adanya jejas pada dada, leher,

dan muka/wajah, maka dua manuver tadi harus dihindari agar tidak menambah cedera leher yang

terjadi tetapi lakukan Jaw Thrust Manoever

2. BREATHING (Menjaga/membantu bernafas)

Perubahan pernafasan dapat kita lihat dari pengamatan frekwensi pernafasan normalnya pada

orang dewasa frekwensi pernafasan per menit adalah 12 – 20 kali permenit sedangkan anak 15 –

30 kali per menit. Sehingga pada orang dewasa dikatakan abnormal bila pernafasan lebih dari 30

atau kurang dari 10 setiap menit. Pada pasien yang didapati mengalami henti nafas, maka tindakan

yang dilakukan adalah melakukan pernafasan buatan. Tindakan ini dapat dilakukan melalui mouth

12

Page 13: Skenario B Blok 19

to mouth. Tindakan pemberian fasas buatan secara langsung dari mulut ke mulut sudah tidak

dianjurkan karena beresio terjadinya infeksi atau penularan penyakit, karena itu penolong harus

menggunakan barrier device (alat poerantara).

3. CIRCULATIONS (Memertahankan sirkuilasi dan kontrol perdarahan).

Tanda-tanda adanya kehilangan cairan (darah) dapat di ketahui dari pemeriksaan sederhana seperti

nadi, tekanan darah dan respirasi. Pada perdarahan ringan kurang dari 750 ml biasanya ditemukan

tekanan darah masih normal dan nadi lebih dari 100 kali per menit dan pernafasan meningkat 20 –

30 kali per menit. Pada perdarahan sedang dan berat Tekanan darah akan menurun disertai

peningkatan nadi dan respirasi lebih dari perdarahan ringan.

Perdarahan dapat dikontrol dengan melakukan bebat tekan pada daerah luka. Dengan bebet tekan

ini diharapkan pembuluh darah yang rusak akan dapat di tutup sehingga perdarahan akan dapat di

kurangi. Penggunanna teknik ikatan (torniquet) tidak dianjurkan karena tindakan ini beresiko

mengakibatkan terhentinya vaskularisasi ke ujung ekstremitas yang dapat mengakibatkan

kematian jaringan.

4. EVAKUASI DAN STABILISASI (pemindahan dan mempertahankan posisi)

Beberapa hal yang harus diperhatikan oelh penolong saat melakukan pemindahan adalah :

a. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita, jika tidak mampu jangan paksakan

b. Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit di depan kaki sebelahnya.

c. Berjongkok jangan membungkuk saat mengangkat.

d. Tubuh sedekat mungkin dengan beban yang harus diangkat.

Pada pasien dengan trauma cervikal dan tulang belakang pemindahan penderita harus dilakukan

dengan hati hati dan tidak dapat dilakukan sendirian. Tiga penolong dengan masing-masing

menyangga bagian atas tengah dan bawah akan mengurangi kemungkinan cedera menjadi lebih

parah. Dalam memiringkan juga perlu dilakukan secara bersama yang disebut dengan teknik log

roll. Untuk menghindari cedera sekunder gunakan bidai, long spine board dan neck colar untuk

mensabilkan posisi penderita.

5. TRANSPOTRASI. (pengangkutan menuju Rumah Sakit)

Pemilihan sarana transportasi yang salah juga bisa menimbulkan cedera yang lebih parah pada

pasien. Idealnya transportasi pasien cedera kepala adalah menggunakan ambulan dengan peralatan

trauma. Pilih mobil yang bisa membawa pasien dengan tidur terlentang tanpa memanipulasi

pergerakan tulang belakang, penolong leluasa bergerak untuk memberikan pertolongan bila

selama perjalanan terjadi sesuatu.

13

Page 14: Skenario B Blok 19

Interpretasi dari pemeriksaan Vital Sign & Pemeriksaan Tambahan :

Hasil pemeriksaan Interpretasi Nilai normalKU : sadar Kompos mentis Kompos mentisRR 24 x permenit Normal 18-24 x permenitNadi 98 x permenit Normal 60-100 x permenitTekanan Darah 130/90 mmHg

Normal 120/90 mmHg

GCS 15 Cidera otak ringan GCS = 15 ( E 4, M 6, V 5 )

Kepala Luka terbuka

ukuran 4x9 cm Tepi tidak rata,

dengan dasar tulang pada pelipis kanan

Deformitas pada hidung & perdarahan hidung sebelah kanan

Hematom di rima orbita mata kanan

Luka robek cukup besar

Trauma tumpul yang cukup kuat→curiga fraktur cranium dibagian temporal

Fraktur tulang nasal & Epistaksis hidung sebelah kanan akibat pecahnya pembuluh darah pada nasal

Akumulasi darah di jaringan ikat longgar disekitar mata

Tidak ada

Antebrachii dextra I:

deformitas,udem,hematom

P: krepitasi, nyeri tekan

ROM: pergerakan aktif & pasif melambat

Fraktur tulang antebrachii (lengan ) kanan disertai perdarahan & edema

Suara gemeretak →tanda adanya fraktur→ merusak jaringan sekitarnya

Gangguan fungsi akibat trauma / fraktur yang dialami

Tidak ada

Luka Terbuka Kepala 4x9 cm

Luka ini kemungkinan terbesar terbentuk akibat laserasi benda tumpul (pinggiran tidak rata)

pada pelipis kanan dengan energi yang sangat besar sehingga menyebabkan sclap dan otot

pada pelipis terlepas

Tidak Sadarkan Diri

Benturan keras pada kepala menyebabkan penurunan aliran darah secara mendadak ke otak,

khususnya formatio retikularis sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran sesaat.

4 jam stlh sadar pasien kembali tidak sadar

14

Page 15: Skenario B Blok 19

Perdarahan epi-sub dural yang terus terjadi pada akhirnya menimbulkan dekompensasi otak

sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial (sesuai doktrin Monro-Kellie).

Peningkatan TIK yang terjadi terus-menerus menyebabkan pendorongan otak yang akan

mengurangi pasokan perfusi darah ke otak, khususnya pada area formasio retikularis.

Hal ini berjalan gradual dan continuous sehingga penurunan kesadaran yang terjadi pun bersifat

gradual (fenomena lucid interval).

Nyeri Kepala Hebat

Adanya perdarahan epi-sub dural akan menyebabkan peregangan selaput meningen serta

peningkatan TIK sehingga dapat terjadi nyeri kepala yang hebat pada kasus ini.

Muntah

Gangguan pada sistem vestibular.

Penekanan pada pusat muntah di medulla oblongata.

Iritatif substansial inflamasi otak

Deformitas Hidung & Epistaksis

Pada kasus terjadi direct injury pada hidung yang menyebabkan deviasi atau bahkan fraktur pada

tulang hidung,

deviasi atau fraktur tersebut akan merobek pembuluh darah hidung di pleksus Kiesellbach.

Perdarahan posterior yang mungkin terjadi apabila fraktur basis cranii telah terjadi dan merobek

arteri sfenopalatina cabang nasal lateral.

Namun pada kasus ini, fraktur basis cranii tampaknya belum atau tidak terjadi sehingga epistaksis

pada kasus diduga adalah epistaksis anterior

Hematom Rim Orbita

Hal ini dapat terjadi oleh karena :

Trauma pada arteri atau vena yang berdekatan dengan rim orbita, meliputi

Arteri & vena supratrochlearis

Arteri & vena supraorbitalis

Arteri & vena lacrimalis

Arteri & vena zycomaticofascialis

Darah yang bocor dari pembuluh darah ini kemudian merembes ke jaringan longgar

sekitar orbita

Trauma langsung pada mata juga dapat menyebabkan hematoma rim orbita manakala

terjadi rupture vena ophtamlica

Interpretasi Pem.Fisik ke-2

15

Page 16: Skenario B Blok 19

Pasien tidak sadar

GCS 10

E 2 : Rangsangan nyeri

M 4 : Menghindar

V 4 : Jawaban kacau

Cedera Kepala Sedang (CKS):

Skor GCS 9-12

Ada pingsan lebih dari 10 menit

Ada sakit kepala, muntah, kejang dan amnesia retrogad

Pemeriksaan neurologis terdapat lelumpuhan saraf dan anggota gerak.

TD : 150/90 mmHg (hipertensi)

Terjadi kenaikan tekanan darah.

Peningkatan tekanan intracranial menyebabkan tubuh berkompensasi dengan

meningkatkan tekanan sistol untuk mencukupi kebutuhan nutrisi otak.

Nadi : 60x/menit (normal)

RR : 32x/menit (tachipnea)

Kompensasi tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh, terutama otak. (otak

membutuhkan 20% konsumsi O2 tubuh)

Stridor

Karena darah dari hidung masuk ke jalan nafas à iritasi mukosa faring dan laring à edema

atau

lidah jatuh kebelakang saat kondisi pasien koma

Trauma servikal yang mencderai saluran napas atas à pasti mengakibatkan pusat2

pernapasan dll

PENEGAKKAN DIAGNOSIS

1. ANAMNESIS

Auto dan Aloanamnesis tentang gejala dan tanda, riwayat mekanisme trauma

- Kecepatan kendaraan

- Jenis tabrakan (depan dg depan, tabrakan samping, terserempet, tabrakan dr belakang ataupun

terguling)

- Posisi saat jatuh

- Jenis pengaman yg digunakan

- Posisi pasien dlm kendaraan dan /status penumpang lainnya

- Gejala dan tanda yg dirasakan penderita

2. PEMERIKSAAN FISIK

16

Page 17: Skenario B Blok 19

Periksa ABCDE

Airway

Look benda2 asing di jalan nafas, fraktur tulang wajah, fraktur laring, fraktur trakea

Listen Dapat berbicara, ngorok, kumur2, stridor

Breathing

Look pergerakan dinding dada, warna kulit, memar

Listen Vesikular paru, suara jantung tambahan

Feel Krepitasi, nyeri

Circulation

Tingkat kesadaran, warna kulit, tanda-tanda laserasi, perlukaan eksternal

Disability

Tingkat kesadaran, respon pupil, tanda-tanda lateralisasi, tingkat cidera spinal

Exposure

Pada KASUS :

Pemeriksaan pertama

Pasien sadar

Tanda vital:

- RR 24x/min normal (16-24)

- Nadi 98x/min normal (80-100)

- TD 130-9 normal

- GCS 15 normal ( Skor GCS 14-15 cedera kepala ringan )

Kepala

- Luka terbuka ukuran 4x9 cm, tepi luka tdk rata pd pelipis kanan dg dasar tulang menandakan

suatu trauma tumpul pada kepala, kemungkinan mengenai area temporalis bisa jg trauma

robekan pd frontotemporal

- Trdpt hematom pd rim orbita mata sebelah kanan

- Trauma langsung pada mata rupture PD darah merembes ke jaringan longgar sekitar

orbita

- Deformitas pd hidung disertai perdarahan dr hidung sebelah kananterjadi trauma pada hidung

yang mengakibatkan robeknya PD epistaksis

Antebrachii

Inspeksi

a. Deformitas

traumanya yg secara langsung kerusakan / fraktur di antebrachiinya

perubahan bentuk atau malformasi

b. Udem

17

Page 18: Skenario B Blok 19

obstruksi yg terjadi akibat fraktur antebrachii pengumpulan cairan di ruang

interseluler tubuhedema

c. Hematoma

fraktur atau trauma pecahnya pembuluh darah penggumpalan darah yg

terlokalisasihematoma

Palpasi:

a. Krepitasi

fraktur suara yg tercetus dari gesekan kedua ujung tulang yg

patah

b. Nyeri Tekan (+)

fraktur mengenai saraf-saraf nyeri di tangan

c. Range Of Motion (ROM):

fraktur pergerakan pasif dan aktif terhambat + nyeri pergerakan jadi

terhambat

Pemeriksaan Kedua

• Pasien tdk sadar (GCS: E2M4V4)

trauma kepala sedang

• TD: 150/90 mmHg

↑ TD terjadi karena vasokontriksi arteri untuk mengurangi volume isi darah ke otak

• Nadi: 60 x/menit normal rendah

• RR: 32 x/menit (stridor (+))

tachipnea : akibat kompensasi keadaan kekurangan O2 di otak

stridor : pd pasien tak sadar biasanya terjadi obstruksi saluran nafas parsial karena lidah yang

jatuh ke belakang

• Pupil anisokor (kanan midriasis, kiri miosis)

terjadi lateralisasi, berarti gangguan di otak hanya pada satu sisi, karena yang midriasis sebelah

kanan berarti yang rusak mata sebelah kananotak yang rusak bagian kiri (penekanan pada saraf

okulomotorius karena peningkatan tek.intrakranial).

TIK ↑ signifikan Otak dpt mengalami herniasiTranstentorial herniation terjadi manakala

aspek medial lobus temporalis (uncus) berpindah melewati celah kosong tentorium Perpindahan

ini menyebabkan penekanan pd n. occulomotorius mengganggu input parasimpatis ke pupil mata

dilatasi pupil pada sisi ipsilateral.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT Scan

18

Page 19: Skenario B Blok 19

tanpa/dengan kontras mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,

pergeseran jaringan otak.

Gambaran CT Scan pada epidural hematoma : gambaran hiperdans homogen bebentuk

bikonveks ( seperti lensa cembung ) diantara tabula interna & durameter.

oCT scan awal dilakukan untuk menilai :

- Fraktur cranium

- Contusio cerebri

- Perdarahan intracranial

- Fraktur basis cranii (dengan teknik Bone Window)

oCT ulang dilakukan bila terjadi perubahan status klinis pasien dan secara rutin 12 – 24 jam stl

trauma bila dijumpai contusio atau hematoma pada CT scan awal

X-Ray

mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan /

edema), fragmen tulang.

Head CT Scan & Ro Kepala yang menggambarkan fraktur yang merupakan daerah coop

Angiografi serebral

menunjukkan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,

perdarahan, trauma.

Analisa Gas Darah

medeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan

intrakranial.

- Menilai kadar PCO2 dan PO2 yang penting dlm patofisiologi perdarahan otak

- PCO2 yang tinggi menyebabkan vasodilatasi vaskular otak yang memperparah perdarahan.

Elektrolit

untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intrakranial.

Rinoskopi atau nasoendoskopi bila tersedia

Pemeriksaan trauma hidung dan sumber perdarahan

Ophthalmoscopy

Menilai adanya perdarahan intraocular, edema, foreign body, retinal detachment, edema papil

nervus II atau tidak.

Untuk Fraktur antebrachii X-ray lengan bawah anterior-posterior dan lateral

DIAGNOSIS KERJA

19

Page 20: Skenario B Blok 19

Laki-laki (25 tahun), mengalami trauma kepala sedang yang menyebabkan peningkatan tekanan

intrakranial yang disertai adanya lucid interval, trauma hidung dan mata, serta fraktur tertutup pada

antebrachiidextra.

Klasifikasi trauma kapitis secara klinik

berdasarkan gangguan kesadarannya (berdasarkan Glasgow Coma Scale/GCS) dikelompokkkan menjadi :

1) Cedera kepala ringan (Head Injury Grade I)

GCS : 13-15 bisa disertai disorientasi, amnesia, sakit kepala, mual, muntah.

2) Cedera kepala sedang (Head Injury Grade II)

GCS : 9-12 atau lebih dari 12 tetapi disertai kelainan neurologis fokal. Disini pasien masih

bisa mengikuti/menuruti perintah sederhana.

3) Cedera kepala berat (Head Injury Grade III)

GCS : 8 atau kurang (penderita koma), dengan atau tanpa disertai gangguan fungsi batang

otak.

Klasifikasi trauma kapitis secara umum

1) Simple Head Injury

Ada riwayat trauma kapitis

Tidak pingsan

Gejala sakit kepala dan pusing

Umumnya tidak memerlukan perawatan khusus, cukup diberi obat simptomatik dan cukup

istirahat.

2) Commotio Cerebri

Commotio cerebri (gegar otak) adalah keadaan pingsan yang berlangsung tidak lebih dari 10

menit akibat trauma kepala, yang tidak disertai kerusakan jaringan otak.

Pasien mungkin mengeluh nyeri kepala, vertigo, mungkin muntah dan tampak pucat.

Vertigo dan muntah mungkin disebabkan gegar pada labirin atau terangsangnya pusat-

pusat dalam batang otak.

Pada commotio cerebri mungkin pula terdapat amnesia retrograde, yaitu hilangnya

ingatan sepanjang masa yang terbatas sebelum terjadinya kecelakaan.

Terapi simptomatis, perawatan selama 3-5 hari untuk observasi kemungkinan terjadinya

komplikasi dan mobilisasi bertahap.

3) Contusio Cerebri

20

Page 21: Skenario B Blok 19

Pada contusio cerebri (memar otak) terjadi perdarahan-perdarahan di dalam jaringan otak

tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuron-neuron mengalami

kerusakan atau terputus.

Timbulnya lesi contusio di daerah “coup”, “contrecoup”, dan “intermediate” menimbulkan

gejala deficit neurologik yang bisa berupa refleks babinsky yang positif dan kelumpuhan

UMN.

Tekanan darah menjadi rendah dan nadi menjadi lambat, atau menjadi cepat dan lemah.

Juga karena pusat vegetatif terlibat, maka rasa mual, muntah dan gangguan pernafasan bisa

timbul.

Terapi dengan antiserebral edem, simptomatik, neurotropik dan perawatan 7-10 hari.

4) Laceratio Cerebri

Dikatakan laceratio cerebri jika kerusakan tersebut disertai dengan robekan piamater.

Laceratio biasanya berkaitan dengan adanya perdarahan subaraknoid traumatika, subdural

akut, dan intercerebral. Laceratio dapat dibedakan atas laceratio langsung dan tidak

langsung. Laceratio langsung disebabkan oleh luka tembus kepala yang disebabkan oleh

benda asing atau penetrasi fragmen fraktur terutama pada fraktur depressed terbuka.

Sedangkan laceratio tidak langsung disebabkan oleh deformitas jaringan yang hebat akibat

kekuatan mekanis.

5) Fracture Basis Cranii

Fractur basis cranii bisa mengenai fossa anterior, fossa media, dan fossa posterior. Gejala

yang timbul tergantung pada letak atau fossa mana yang terkena.

Fraktur pada fossa anterior menimbulkan gejala:

Hematom kacamata tanpa disertai subkonjungtival bleeding

Epistaksis

Rhinorrhoe

Fraktur pada fossa media menimbulkan gejala:

Hematom retroaurikuler, ottorhoe

Perdarahan dari telinga

Pemberian antibiotik dosis tinggi untuk mencegah infeksi. Tindakan operatif bila adanya

liquorrhoe yang berlangsung lebih dari 6 hari.

6) Hematom Epidural

Letak : antara tulang tengkorak dan duramater

Etiologi : pecahnya a. Meningea media atau cabang-cabangnya

Gejala : setelah terjadi kecelakaan, penderita pingsan atau hanya nyeri kepala sebentar

kemudian membaik dengan sendirinya tetapi beberapa jam kemudian timbul gejala-

gejala yang memperberat progresif seperti nyeri kepala, pusing, kesadaran menurun,

21

Page 22: Skenario B Blok 19

nadi melambat, tekanan darah meninggi, pupil pada sisi perdarahan mula-mula sempit,

lalu menjadi lebar, dan akhirnya tidak bereaksi terhadap refleks cahaya. Ini adalah

tanda-tanda bahwa sudah terjadi herniasi tentorial.

Akut (minimal 24jam sampai dengan 3x24 jam)

Pada pemeriksaan kepala mungkin pada salah satu sisi kepala didapati hematoma

subkutan

Pemeriksaan neurologis menunjukkan pada sisi hematom pupil melebar. Pada sisi

kontralateral dari hematom, dapat dijumpai tanda-tanda kerusakan traktus piramidalis,

misalnya : hemiparesis, refleks tendon meninggi, dan refleks patologik positif.

Penatalaksanaannya yaitu tindakan evakuasi darah (dekompresi) dan pengikatan

pembuluh darah.

7) Hematom subdural

Letak : di bawah duramater

Etiologi : pecahnya bridging vein, gabungan robekan bridging veins dan laserasi

piamater serta arachnoid dari kortex cerebri

Gejala subakut : mirip epidural hematom, timbul dalam 3 hari pertama

Kronis : 3 minggu atau berbulan-bulan setelah trauma

Operasi sebaiknya segera dilakukan untuk mengurangi tekanan dalam otak

(dekompresi) dengan melakukan evakuasi hematom. Penanganan subdural hematom

akut terdiri dari trepanasi-dekompresi.

Penatalaksanaan

1. Survei primer

a. ABCDE *

b. Imobilisasi dan stabilisasi servikal

c. Melakukan pemeriksaan neurologis singkat

- Respon pupil

- Menentukan nilai GCS

- Menilai apakah ada lateralisasi

2. Survey sekunder dan penatalaksanaan

a. Inspeksi keseluruhan kepala, termasuk wajah

- Laserasi

- Adanya LCS dari lubang hidung dan telinga

b. Palpasi keseluruhan kepala, termasuk wajah

- Fraktur

- Laserasi dengan fraktur di bawahnya

c. Inspeksi semua laserasi kulit kepala

22

Page 23: Skenario B Blok 19

- Jaringan otak

- Fraktur depresi tulang tengkorak

- Debris

- Kebocoran LCS

d. Menentukan nilai GCS dan respon pupil

- Respon buka mata

- Respon motorik terbaik anggota gerak

- Respon verbal

- Respon pupil

e. Pemeriksaan vertebra servikal

- Palpasi untuk mencari adanya rasa nyeri dan pakaikan kolar servikal semirigid bila perlu

- Pemeriksaan foto rontgen vertebra servikalis proyeksi cross-table lateral bila perlu.

f. Penilaian beratnya cedera

g. Pemeriksaan ulang secara kontinyu-observasi tanda-tanda perburukan

- Frekuensi

- Parameter yang dinilai

- Pemeriksaan ulang ABCDE

3. Evaluasi CT scan

Pemeriksaan CT scan lanjutan dalam 12-24 jam direkomendasikan bila hasil pemeriksaan CT scan

awal ditemukan keabnormalan atau status neurologis penderita menurun.

* Initial Treatment

• Pemeriksaan Airway dan Breathing

• Immobilisasi cervical (degan neck collar)

• Pemberian O2 secukupnya

- PCO2 dipertahankan 35 mmHg

• Circulation dengan :

- Pemberian cairan IV (RL) secukupnya

- Hentikan perdarahan dari hidung, kepala, dll jika mungkin

• Monitoring

Bila ABC telah stabil, lakukan

• Pemeriksaan neurologis :

- Refleks pupil

- Refleks motorik

• Pengambilan sampel darah, untuk :

- Cross match gol. Darah

- Pemeriksaan ABG

23

Page 24: Skenario B Blok 19

• Pemeriksaan CT scan

• Penurunan TIK (Manitol & furosemid)

- Manitol dosis 1 g/kgBB diberikan scr bolus IV

- Furosemid dosis 0,3-0,5 mg/kgBB IV

• Secondary survey (head to toe)

• Observasi & reevaluasi

• Rujuk ke ahli bedah saraf sesegera mungkin

Penatalaksanaan Tambahan (Kepala, hidung, lengan)

1. Fraktur antebrachii :

• Terapi fraktur diperlukan prinsip ”4 R” yaitu :

1. Rekognisi atau pengenalan

dgn melakukan berbagai diagnosa yg benar shg membantu dlm penanganan fraktur karena

perencanaan terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.

2. Reduksi atau reposisi

Tindakan mengembalikan fragmen fraktur semirip mungkin dgn keadaan atau kedudukan

semula atau keadaan letak normal.

3. Retensi atau fiksasi

Imobilisasi adlh tindakan mempertahankan atau menahan fragmen fraktur tersebut slm

penyembuhan.

4. Rehabilitasi

Tindakan dgn maksud agar bagian yg menderita fraktur tersebut dpt kembali normal.

2. Epistaksis

• Sebelum melakukan penatalaksaan harus dilakukan pembersihan darah hidung dengan pompa

suction untuk kemudian menentukan sumber perdarahannya dengan rinoskopi

• Jika perdarahan anterior

Jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan jelas, dilakukan tampon sementara

kapas adrenalin 1/10.000 + lidokain/pantokain 2% atau dengan elektrokauter.

Pemasangan tampon hidung harus mendapat supervisi dari ahli THT dengan

pertimbangan adanya trauma dan deformitas hidung

• Jika perdarahan posterior, akibat fraktur basis cranii,

Observasi dan transfusi darah bila perlu (tatalaksana fractur basis cranii dilakukan oleh

dokter spesialis bedah saraf )

3. Luka terbuka kepala

24

Page 25: Skenario B Blok 19

• Pada kasus ini tindakan penjahitan nampaknya tidak mungkin dilakukan karena

terjadi luka robek yg besar dan terlepas, sehingga penatalaksaannya :

Pembersihan dan debridement yg adekuat

Jika ada pendarahan masif,

tindakan yg paling mungkin dilakukan adalah kauterisasi atau ligasi pembuluh

darah besar, karena penekanan sumber perlukaan dapat memperparah kemungkinan fraktur

tengkorak

Konsul ke ahli bedah saraf bila terdapat fraktur tengkorak terbuka atau depresi.

4. Hematoma Rim Orbita :

Melakukan penekanan lembut pd orbita dg menggunakan kompres dingin dg harapan

menghentikan perdarahan dg vasokonstriksi vaskular sekitar orbita

PROGNOSIS

yang dialami oleh laki-laki itu :

Cedera kepala sedang - Epidural hematom

Fraktur nasi – Epistaksis

Fraktur antebrachii dextra

Berdasarkan di atas maka kami simpulkan prognosis nya dubia.

KOMPLIKASI

Cedera kepala :

- Herniasi otak lanjutan

- Penekanan pusat vegetatif

- Edema cerebri

- Deficit neurologis

- Koma

- Kematian

Fraktur antebrachii :

- ↓ kemampuan utk pronasi dan supinasi

- Kerusakan nervus radialis

- Pseudoartrosis

- Compartment syndrome (bengkak, sangat nyeri pd pergelangan tangan, nadi tdk dpt diraba)

Luka kepala :

- Infeksi

- Perdarahan

Farktur hidung-Epistaksis :

25

Page 26: Skenario B Blok 19

- Syok dan anemia

- Tekanan darah yang turun mendadak dapat menimbulkan iskemia otak, insufisiensi koroner dan

infark miokard dan akhirnya kematian.

- Aspirasi

26