skenario b

39
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok sembilan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan kasus HMD. 1.2 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu : 1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. 2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok. 3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial. 1

Upload: fadil-ramadhan

Post on 16-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tutorial

TRANSCRIPT

Skenario B

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBlok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok sembilan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang memaparkan kasus HMD.

1.2 Maksud dan TujuanAdapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Data TutorialTutor: dr. Asmarani Makmun, M.KesModerator:Indria RizkiSekretaris meja: Veranica AntoniaSekretaris papan: Purry Ayu Ovilia Waktu: 1. Selasa, 24 Juni 20142.Kamis, 26 Juni 2014Pukul. 13.00 15.30 wib.Rule :1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.1. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen1. Izin saat akan keluar ruangan

2.2 Skenario KasusSeorang bayi laki-laki lahir di RSMP dengan tindakan sectio caesaria dari seorang ibu Ira, G2P1A0 hamil 32 minggu dengan menderita PEB. Ibu Ira masuk rumah sakit karena sakit kepala hebat dan dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 180/100 mmHg dan pemeriksaan laboratorium ditemukan proteinuria +3. Sudah dilakukan tatalaksana pemberian MgSO4 tapi tidak ada perbaikan sehingga diputuskan untuk dilakukan tindakan operasi terminasi kehamilan. Selama hamil ibu Ira menderita darah tinggi. Bayi lahir tidak langsung menangis. Nilai skor APGAR 1 menit adalah 4 dan 5 menit adalah 8.Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: PB: 42 cm, BBL: 1800 g, LK: 30 cmVital sign: RR: 70 x/menit, Temp.:36,6oC, HR: 150 x/menitPemeriksaan khusus:Kepala: hidung: napas cuping hidung (+), merintih/grunting (+), sianosis (-)Thorax: retraksi dinding dada (+) epigastrium, suprasternalJantung: bunyi jantung I dan II normal, bising tidak adaParu: vesikuler menurun, ronchi tidak adaEkstremitas: hipotoni, tidak ada kelainan kongenital

2.3 Seven Jump Steps2.3.1 KLARIFIKASI ISTILAH1. Terminasi kehamilan: Pengakhiran pada kehamilan (Dorland: 1078)2. Nafas cuping hidung: Pelebaran lubang hidung yang terjadi pada saat gawat pernapasan.3. Grunting: Suara di akhir respirasi terdengar pada bayi baru lahir atau gawat pernapasan.4. Hipotoni: Penurunan tonus atau tegangan pada otot rangka. (Dorland: 547)5. Sianosis: Deskripsi klinis mengacu pada warna biru pada bibir, lidah, dan sentral atau jari tangan (perifer) yang dimana semuanya disebabkan oleh adanya penurunan Hb tereduksi dalam kapiler. (Kedokteran Klinis Edisi VI: EGC)6. Skor APGAR: Sebuah metode sederhana secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran. Memiliki 5 kriteria: warna kulit, denyut jantung, respon reflex, tonus otot dan pernapasan.7. Retraksi dinding: Penarikan kembali dinding dada. (Dorland:938)8. Sectio caesaria: Suatu cara melahirkan janin dengan insisi pada abdomen dan uterus.9. Proteinuria: Adanya protein serum dalam urin. (Dorland: 901)10. PEB: Toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria. (Dorland: 888)11. MgSO4: Anti konvulsan dan pengganti elektrolit. (Dorland: 647)

2.3.2 IDENTIFIKASI MASALAH1. Seorang bayi laki-laki lahir di RSMP dengan tindakan sectio caesaria dari seorang ibu Ira, G2P1A0 hamil 32 minggu dengan menderita PEB. 2. Ibu Ira masuk rumah sakit karena sakit kepala hebat dan dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 180/100 mmHg dan pemeriksaan laboratorium ditemukan proteinuria +3. Sudah dilakukan tatalaksana pemberian MgSO4 tapi tidak ada perbaikan sehingga diputuskan untuk dilakukan tindakan operasi terminasi kehamilan. Selama hamil ibu Ira menderita darah tinggi.3 Bayi lahir tidak langsung menangis. Nilai skor APGAR 1 menit adalah 4 dan 5 menit adalah 8.4 Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: PB: 42 cm, BBL: 1800 g, LK: 30 cmVital sign: RR: 70 x/menit, Temp.:36,6oC, HR: 150 x/menit5 Pemeriksaan khusus:Kepala: hidung: napas cuping hidung (+), merintih/grunting (+), sianosis (-)Thorax: retraksi dinding dada (+) epigastrium, suprasternalJantung: bunyi jantung I dan II normal, bising tidak adaParu: vesikuler menurun, ronchi tidak adaEkstremitas: hipotoni, tidak ada kelainan kongenital

5.1.1 ANALISIS MASALAH1. Seorang bayi laki-laki lahir di RSMP dengan tindakan sectio caesaria dari seorang ibu Ira, G2P1A0 hamil 32 minggu dengan menderita PEB.a. Bagaimana embriologi paru (pembentukan paru)?Jawab:Pematangan Paru pada Masa embriologi ada 4 fasePeriode Pseudo glandular(5 16 Minggu)Pembentukkan cabang berlanjut untuk membentuk bronkiolus Terminalis. Belum ada Bronkiolus Respiratorius atau alveolus.

Periode Kanalikular(16 26 Minggu)Masing-masing Bronkiolus Terminalis bercabang-cabang menjadi 2 atau lebih Bronkiolus Respiratorius, yang selanjutnya bercabang-cabang menjadi 3 6 duktus alveolaris.

Periode Sakus Terminalis(26 Lahir) Terbentuk Sakus Terminalis (Alveolus Primitif) dan Kapiler yang membentuk kontak erat.

Periode Alveolar(32 Kanak Kanak/10 Tahun)Terbentuk Alveolus matur memiliki Kontak epitel-Endotel (Kapiler) yang sempurna.

b. Apa indikasi dan kontraindikasi bayi lahir dengan tindakan sectio caesaria?Jawab:Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesaria menurut (Mochtar R, 2002: 118) adalah sebagai berikut: 1. Indikasi Ibu a. Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis. b. Panggul sempit. c. Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dengan panggul. d. Partus lama (prolonged labor). e. Ruptur uteri mengancam. f. Partus tak maju (obstructed labor). g. Distosia serviks. h. Pre-eklampsia dan hipertensi. i. Disfungsi uterus. j. Distosia jaringan lunak.

2. Indikasi janin dengan sectio caesaria: a. Letak lintang. b. Letak bokong. c. Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.d. Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-cara lain tidak berhasil. e. Gemelli menurut Eastman, sectio caesarea di anjurkan: Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder presentation). Bila terjadi interlok (locking of the twins). Distosia oleh karena tumor. Gawat janin. Kelainan Uterus : a. Uterus arkuatus. b. Uterus septus. c. Uterus duplekus. d. Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu masuk kepala janin ke pintu atas panggul. (Mochtar, 2002)Kontra indikasi sectio caesaria : pada umumnya sectio caesaria tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (monster).(Sarwono, 1991)

c. Apa makna G2P1A0 hamil 32 minggu?Jawab: Gravida: hamil yang kedua kali. Partus: sudah melahirkan satu kali. Abortus: tidak pernah mengalami keguguran. Hamil 32 minggu: premature.

d. Bagaimana hubungan G2P1A0 hamil 32 minggu dengan PEB?Jawab:Untuk Gravida tidak ada hubungan.

e. Apa dampak dari PEB bagi Ibu dan janin?Jawab: Dampak preeklampsia pada janin, antara lain: Intrauterine growth restriction (IUGR) atau pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, prematur, bayi lahir rendah, dan solusio plasenta. Dampak Preeklampsia pada Ibu: Eklampsia, Hipertensi Serebral, Gangguan Hati, Ginjal.

2. Ibu Ira masuk rumah sakit karena sakit kepala hebat dan dilakukan pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 180/100 mmHg dan pemeriksaan laboratorium ditemukan proteinuria +3. Sudah dilakukan tatalaksana pemberian MgSO4 tapi tidak ada perbaikan sehingga diputuskan untuk dilakukan tindakan operasi terminasi kehamilan. Selama hamil ibu Ira menderita darah tinggi.a. Apa makna sakit kepala hebat, TD 180/100 mmHg, dan proteinuria +3?Jawab: Sakit kepala hebat : menunjukkan gejala PEB TD 180/100 : hipertensi menunjukkan gejala PEB Proteinuria+3 : ditemukan pada kasus preeklamsia karna adanya vasospasme pumbuluh darah perifer(Jadi, dari ketiga gejala tersebut dapat disimpulkan ibu ira mengalami PEB)

b. Bagaimana mekanisme sakit kepala, hipertensi, dan proteinuria?Jawab:faktor risiko ibu Ira menderita Preeklampsia terganggunya invasi tropoblast arteri spiralis uterina ibu tidak dilatasi janin berkompensasi dengan mengeluarkan biochemical substance untuk mempercepat laju aliran darah sehingga janin mendapatkan nutrisi yang adekuat dari arteri spiralis uterina ibu Hipertensi dan Sakit Kepala.

Peningkatan permeabilitas pada membrana basalis dan epitel podosit glomerular molekul yang bermuatan negatif/ besar seperti protein (hemoglobin dan albumin) lolos dari filtrasi Proteinuria.

c. Apa indikasi pemberian MgSO4?Jawab: Preeklamsia berat Eklampsia Persalinan dengan tindakan SC

d. Mengapa setelah diberikan MgSO4 tidak ada perbaikan pada ibu Ira?Jawab:MgSO4 merupakan obat anti kejang yang baik diberikan pada pasien penderita Eklampsia. Pada gambaran klinis Eklampsia merupakan kasus akut preeklampsia ditandai dengan kejang bahkan menyebabkan koma. MgSO4 juga dapat diberikan kepada pasien preeklampsia berat.Pada kasus ini :Pasien ditemukan pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 180/100 mmHg dan protein uria +3. Dengan tekanan darah dan jumlah protein uria pada pemeriksaan pasien sudah berisiko untuk mengalami Eklampsia, dan dapat b erisiko kejang. Tetapi pada kasus ini seharusnya yang diutamakan adalah menurunkan tekanan darahnya, oleh karena itu diberikan MgSO4 tidak ada perbaikan untuk tekanan darah pada Pasien melainkan untuk mengatasi risiko kejang. (Sarwono, 2008)

e. Apa indikasi dan kontraindikasi pada terminasi kehamilan?Jawab:Indikasi : a. Abortus tertundab. Telur kosong (Blightedovum)c. Mola hidatidosad. Abortus insipiense. Abortus inkomplitf. Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)g. Kehamilan lewat waktuh. Pertumbuhan janin terhambat (PJT) berati. Kematian janin dalam rahimj. Penyakit yang membahayakan ibu apabila kehamilan diteruskan-seperti preeklampsia/eklampsia

Kontraindikasi : a. DKP (disporposi kepala panggul), b. Placenta previa c. Riwayat SC

f. Apa dampak jika tidak dilakukan terminasi kehamilan?Jawab:Jika tidak dilakukan terminasi kehamilan, maka akan membahayakan kondisi ibu dan janin yang akan meningkatkan angka mortalitas. Terminasi (pengakhiran) masa kehamilan telah dilakukan sejak lama dengan perhitungan atas kondisi tertentu. Banyak pihak telah menerima praktek ini, namun ada juga yang menganggap bahwa praktek ini merupakan kejahatan/kriminal. Ada beberapa metode yang dilakukan dalam praktek ini. Pada kehamilan trimester pertama, metode pembedahan paling banyak dilakukan untuk melakukan terminasi kehamilan tersebut. Aspirasi vakum dianggap lebih aman dan kurang menyakitkan dibandingkan dengan dilatasi atau kuretase. Diseluruh dunia diperkirakan sekitar 26 juta kehamilan diakhiri secara legal, dan 20 juta kehamilan diakhiri secara ilegal pertahunnya dengan angka kematian lebih dari 78.000. Kondisi tersebut mendorong ditemukannya metode terminasi kehamilan lainnya yang lebih aman dengan risiko kematian yang lebih rendah jika dilakukan secara legal.(The New England Journal of Medicine)

g. Bagaimana tatalaksana alternatif untuk perbaikan keadaan ibu Ira?Jawab:Berdasarkan kondisi klinis setiap perempuan, kebutuhan dan preferensi, preparasi untuk terminasi kehamilan meliputi : Konfirmasi kehamilan dan penilaian gestasi berdasarkan sejarah klinis dan pengujian, tes kehamilan dan/atau pengujian ultrasound. Untuk menghindari prosedur yang tidak perlu jika seorang perempuan tidak hamil atau keguguran sudah terjadi; Untuk memeriksa kehamilan ektopik; dan Untuk meyakinkan pemilihan prosedur yang tepat.Beberapa penelitian melaporkan pengujian ultrasound rutin : meskipun ultrasound diperlukan, tetapi tidak diperhitungkan oleh RCOG sebagai syarat penting dalam pelaksanaan aborsi untuk semua kasus. Ultrasound mungkin diperlukan untuk menilai gestasi secara lebih tepat jika ditawarkan aborsi medis. Sejarah umum dan pengujian untuk menilai resiko medis. Golongan darah dan status RhesusUntuk mengidentifikasi Rhesus negatif pada perempuan untuk pemberian Anti-D, untuk mencegah imunisasi Rhesus dan tindak lanjutnya pada saat kehamilan. Antibiotik profilaktik atau tes untuk infeksi genital. Rencana kontrasepsi berkelanjutan setelah terminasi.A. Pengahiran kehamilan sampai umur kehamilan 12 mingguPersiapan Keadaan umum memungkinkan yaitu Hb > 10 gr % tekann darah baik Pada abortus (febrilis infeksiosa), diberikan dahulu antibiotika parenteral sebelum dilakukan kuretase tajam atau tumpul Pada abortus tertunda (miseed abortion), dilakukan pemeriksaan laboraturium tambahan yaitu: Pemeriksan trombosit Fibrinogen Waktu pendarahan Waktu pembekuan WaktuprotrombinTindakan Kuretase vakum Kuretase tajam Dilatasi dan kuretase tajamB. Pengahiran kehamilan > 12 minggu sampai 20 minggu Misoprostol 200 ug intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertma Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya Kombinasi pemasangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc Dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menitC.Pengakhiran kehamilan Misoprostol 100 ug intravaginal, yang dapat diulangi satu kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam Dektrose 5% mulai 20 tetes permenit sampai maksimal 60 tetes permenit Kombinasi 1 dan 3 untuk janin hidup maupunjanin mati Kombinasi 2 dan 3 untuk janin matiD.Usia kehamilan > 28 minggu Misoprostol 50 ug intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama Pemasangan metrolia 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pemasangan serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD) Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam Dektrose 5% mulai 20 tetes permenit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu. Kombinasi ketiga cara diatas

h. Apa dampak darah tinggi terhadap janin selama masa kehamilan?Jawab: IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) BBLR

3. Bayi lahir tidak langsung menangis. Nilai skor APGAR 1 menit adalah 4 dan 5 menit adalah 8.a. Apa makna bayi lahir tidak langsung menangis dan nilai skor APGAR 1 menit adalah 4 dan 5 menit adalah 8? (jelaskan asfiksia)Jawab:Bayi yang tidak menangis secara spontan setelah lahir dapat disebabkan oleh asfiksia (kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera atau beberapa saat setelah lahir) yang disebabkan beberapa hal seperti penyakit atau kondisi ibu (seperti diabetes mellitus, panggul sempit, perdarahan antepartum, anemia, infeksi yang mengakibatkan janin menderita IUGR, air ketuban hijau kental, air ketuban yang bercampur mekoneum, serta preeklamsia), saat persalinan (bayi lahir sungsang, jalan lahir ibu sempit, bayi kembar), ataupun setelah persalinan (penyakit paru, kelainan pada jantung, sepsis). Sementara pada kasus ini disebabkan oleh penyakit membrane hyalin di mana terjadi kurangnya surfaktan sehingga terjadi kolaps alveoli yang menyebabkan gagal atau sulitnya bernafas.Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3) :-Kolaborasi dalam pemberian suction .-Kolaborasi dalam pemberian O2 .-Berikan kehangatan pada bayi .-Observasi denyut jantung , warna kulit , respirasi .-Berikan injeksi vit K , bila ada indikasi perdarahan .

Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6) :-Kolaborasi dalam pemberian suction .-Kolaborasi dalam pemberian O2 .-Observasi respirasi bayi .-Beri kehangatan pada bayi .Bayi normal (nilai APGAR 7-10) :-Berikan kehangatan pada bayi .-Observasi denyut jantung , warna kulit , serta respirasi pada menit selanjutnya sampai nilai Apgar menjadi 10 .(Pada kasus skor APGAR 1 menit adalah 4 merupakan asfiksia sedang, dan 5 menit adalah 8 merupakan asfiksia ringan)

b. Apa definisi asfiksia?Jawab:Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis. (IDAI, 2004)

c. Apa klasifikasi asfiksia?Jawab:Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR:a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6. c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10.(Ghai, 2010)

d. Apa dampak bayi tidak langsung menangis?Jawab:Mengalami apneu sekunder jika tidak langsung bernafas lalu lakukan vtp.

e. Bagaimana pertolongan pertama saat bayi tidak langsung menangis?Jawab:

f. Bagaimana mekanisme bayi lahir tidak langsung menangis?Jawab:Surfaktan pada paru belum mencukupi alveoli kolaps setiap ekspirasi bayi berusaha lebih keras untuk bernafas dan mengembangkan paru oksigen berkurang bayi tidak langsung menangis.

g. Bagaimana kriteria skor APGAR?Jawab:Lima kriteria Skor Apgar :KriteriaNilai 0Nilai 1Nilai 2

Appearance(warna kulit)seluruhnya biru atau pucatwarna kulit tubuh normal merah muda,tetapi kepala dan ekstermitas kebiruan (akrosianosis)warna kulit tubuh, tangan, dan kakinormal merah muda, tidak adasianosis

Pulse(denyut jantung)tidakteraba100 kali/menit

Grimace(respons refleks)tidak ada respons terhadap stimulasimeringis/menangis lemah ketika di stimulasimeringis/bersin/batuk saat stimulasi saluran napas

Activity(tonus otot)lemah/tidak adasedikit gerakanbergerak aktif

Respiration(pernapasan)tidak adaLemah,tidak teraturmenangis kuat, pernapasan baik dan teratur

Cara Penilaian APGARSkor Apgar dinilai pada menit pertama, menit kelima, dan menit kesepuluh setelah bayi lahir, untuk mengetahui perkembangan keadaan bayi tersebut. Namun dalam situasi tertentu, Skor Apgar juga dinilai pada menit ke 10, 15, dan 20, hingga total skor 10. (Sujiyatini, 2011).1.Appearance (warna kulit) :Menilai kulit bayi. Nilai 2 jika warna kulit seluruh tubuh bayi kemerahan, nilai 1 jika kulit bayi pucat pada bagian ekstremitas, dan nilai 0 jika kulit bayi pucat pada seluruh badan (Biru atau putih semua).2.Pulse (denyut jantung):Untuk mengetahui denyut jantung bayi, dapat dilakukan dengan meraba bagian atas dada bayi di bagian apeks dengan dua jari atau dengan meletakkan stetoskop pada dada bayi.Denyut jantung dihitung dalam satu menit, caranya dihitung 15 detik, lalu hasilnya dikalikan 4, sehingga didapat hasil total dalam 60 detik. Jantung yang sehat akan berdenyut di atas 100 kali per menit dan diberi nilai 2. Nilai 1 diberikan pada bayi yang frekuensi denyut jantungnya di bawah 100 kali per menit. Sementara bila denyut jantung tak terdeteksi sama sekali maka nilainya 0.3.Grimace (respon reflek):Ketika selang suction dimasukkan ke dalam lubang hidung bayi untuk membersihkan jalan nafasnya, akan terlihat bagaimana reaksi bayi. Jika ia menarik, batuk, ataupun bersin saat di stimulasi, itu pertanda responnya terhadap rangsangan bagus dan mendapat nilai 2. Tapi jika bayi hanya meringis ketika di stimulasi, itu berarti hanya mendapat nilai 1. Dan jika bayi tidak ada respon terhadap stimulasi maka diberi nilai 0.4.Activity (tonus otot):Hal ini dinilai dari gerakan bayi. Bila bayi menggerakkan kedua tangan dan kakinya secara aktif dan spontan begitu lahir, artinya tonus ototnya bagus dan diberi nilai 2. Tapi jika bayi dirangsang ekstermitasnya ditekuk, nilainya hanya 1. Bayi yang lahir dalam keadaan lunglai atau terkulai dinilai 0.5.Respiration (pernapasan):Kemampuan bayi bernafas dinilai dengan mendengarkan tangis bayi. Jika ia langsung menangis dengan kuat begitu lahir, itu tandanya paru-paru bayi telah matang dan mampu beradaptasi dengan baik. Berarti nilainya 2. Sedangkan bayi yang hanya merintih rintih, nilainya 1. Nilai 0 diberikan pada bayi yang terlahir tanpa tangis (diam).Dan kriteria keberhasilannya adalah sebagai berikut :1.Hasil skor 7-10pada menit pertama menunjukan bahwa bayi berada dalam kondisi baik ataudinyatakan bayi normal.2.Hasil skor 4-6 dinyatakan bayi asfiksia ringan sedang, sehingga memerlukan bersihan jalan napasdengan resusitasidan pemberian oksigen tambahan sampai bayi dapat bernafas normal.3.Hasil skor 0-3 dinyatakan bayi asfiksia berat, sehingga memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen secara terkendali.

h. Bagaimana indikasi skor APGAR?Jawab:Seluruh bayi baru lahir.

i. Apa kriteria bayi bugar?Jawab: Masa gestasi cukup bulan: 37-40 minggu Berat lahir 2500-4000 gram Lahir tidak dalam keadaan asfiksia: (lahir menangis keras, nafas spontan dan teratur, skor Apgar >7. Tidak terdapat kelainan kongenital berat.

4. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum: PB: 42 cm, BBL: 1800 g, LK: 30 cmVital sign: RR: 70 x/menit, Temp.:36,6oC, HR: 150 x/menita. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik? (jelaskan interpretasi)Jawab:PemeriksaanKasusNormalInterpretasi

Berat badan lahir1800 g 2500-3500 g

BBLR

Panjang badan42 cm 55 mm H2 pH < 7,30 (Ghai, 2010 2) Foto polos dada 3) USG kepala

9. Apa diagnosis kerja pada kasus?Jawab:Hyaline Membrane Disease (HMD), asfiksia sedang dan BBLR.

10. Apa saja faktor risiko pada kasus?Jawab:Faktor Risiko: Kelainan Kongenital Infeksi Intra Uterine Kehamilan Multiple Fungsi Plasenta yang buruk Gizi Buruk pada Ibu Penyakit Ibu Merokok Penyalahgunaan Obat Kecanduan Alkohol

11. Bagaimana epidemiologi pada kasus?Jawab:Respiratory Distress (Hyaline Membrane Disease)Insidensi Respiratory Distress (HMD) terjadi hampir 25% pada neonatus yang lahir pada usia 32 minggu dan biasanya pada bayi prematur.

Asfiksia Asfiksia merupakan penyebab utama kematian pada neonatus Di negara maju, asfiksia menyebabkan kematian neonatus 8-35% Di daerah pedesaan Indonesia 31-56,5%Insidensi asfiksia pada menit 1= 47/1000 lahir hidup dan pada menit 5= 15,7/1000 lahir hidup

12. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus?Jawab:Bayi penderita HMD biasanya bayi kurang bulan yang lahir dengan berat badan antara 1200 2000 g dengan masa gestasi antara 30 36 minggu. Jarang ditemukan pada bayi dengan berat badan lebih dari 2500 g dan masa gestasi lebih dari 38 minggu. Gejala klinis biasanya mulai terlihat pada beberapa jam pertama setelah lahir terutama pada umur 6 8 jam. Gejala karakteristik mulai timbul pada usia 24 72 jam dan setelah itu keadaan bayi mungkin memburuk atau mengalami perbaikan. Apabila membaik gejala biasanya menghilang pada akhir minggu pertama. Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh atalektasis dan perforasi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan keadaan klinis seperti dispnea atau hiperpnea sianosis, retraksi suprasternal, epigastrium, intercostals, rintihan saat ekspirasi (grunting), takipnea (frekuensi pernafasan > 60 x/menit), melemahnya udara napas yang masuk ke dalam paru, mungkin pula terdengar bising jantung yang menandakan adanya duktur arteriosus yang paten, kardiomegali, bradikardi (pada HMD berat), hipotensi, tonus otot menurun, edema. Gejala HMD biasanya mencapai puncaknya pada hari ke-3. Sesudahnya terjadi perbaikan perlahan-lahan. Perbaikan sering ditunjukan dengan diuresis spontan dan kemampuan oksigenasi bayi dengan kadar oksigenasi bayi yang lebih rendah.Kelemahan jarang pada hari pertama sakit biasanya terjadi antara hari ke-2 dan ke-3 dan disertai dengan kebocoran udara alveolar (emfisema interstisial, pneumotoraks), perdarahan paru atau interventrikuler. Pada bayi extremely premature ( berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada HMD yang tanpa komplikasi maka surfaktan akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara bertahap pada 24-36 jam pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama.

13. Bagaimana tatalaksana (farmakologi dan nonfarmakologi) secara komprehensif pada kasus?Jawab:Menurut Pencegahan dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum (2008) Health Technology Assesment Indonesia, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Resusitasi pada bayi kurang bulan. Secara garis besar hal-hal berikut harus diperhatikan pada resusitasi bayi kurang bulan: Menjaga bayi tetap hangatBayi lahir kurang bulan hendaknya mendapat semua langkah untuk mengurangi kehilangan panas. Pemberian oksigenUntuk menghindari pemberian oksigen yang berlebihan pada bayi kurang bulan. Digunakan blender oksigen dan oksimeter agar jumlah oksigen yang diberikan dapat diatur dan kadar oksigen diserap bayi dapat diketahui. Saturasi oksigen lebih dari 95% dalam waktu lama, terlalu tinggi bagi bayi kurang bulan dan berbahaya bagi jaringan yang immatur. Ventilasi Pertimbangan pemberian Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) Gunakan tekanan rendah untuk memperoleh respons yang adekuat Pertimbangkan pemberian surfaktan secara signifikanBayi sebaiknya mendapat resusitasi lengkap sebelum surfaktan diberikan. Penelitian menunjukkan bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan 30 minggu mendapatkan keuntungan dengan pemberian surfaktan setelah resusitasi, sewaktu masih di kamar bersalin atau bahkan jika mereka belum mengalami distress pernapasan. Pencegahan terhadap kemungkinan cedera otakOtak bayi kurang bulan mempunyai struktur yang sangat rapuh yang disebut matriks germinal. Matriks germinal terdiri atas jaringan kapiler yang mudah pecah, terutama jika penanganan bayi terlalu kasar, jika ada perubahan cepat tekanan darah dan kadar karbondioksida dalam darah,atau jika ada sumbatan atau apapun dalam aliran vena di kepala. Pecahnya matriks germinal mengakibatkan perdarahan intraventrikuler yang mengakibatkan kecacatan seumur hidup. Kadar gula darah. Kadar gula darah yang rendah sering terjadi pada bayi-bayi dengan gangguan neurologis setelah mengalami asfiksia dan menjalani resusitasi. Pemantauan kejadian apnue dan bradikardi pada bayi Jumlah oksigen dan ventilasi yang tepat Pemberian minum, harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati sambil mempertahankan nutrisi melalui intravena Kecurigaan terhadap infeksi

14. Bagaimana komplikasi pada kasus?Jawab: Insufisieni Metabolik Asidosis Kematian Bayi

15. Bagaimana prognosis pada kasus?Jawab:Quo ad fungsional: dubia ad bonam.Quo ad vitam: dubia ad bonam.

16. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus?Jawab:Kompetensi Dokter Umum 3b.Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-Ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).

17. Bagaimana pandangan Islam pada kasus?Jawab:Pandangan Islam Petugas Kesehatan :Optimisme merupakan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal serta kecenderungan untuk mengharapkan hasil yang menyenangkan. Optimisme dapat juga diartikanberpikir positif. Jadi optimisme lebih merupakan paradigma atau cara berpikir. Dalam menangani kasus sekalipun sulit, dokter layaknya bersikap optimis terhadap kinerjanya. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:

Artinya :Janganlah kamu bersikap lemah (pesimis), dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamu adalah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang -orang yang beriman. (Q.S. Ali Imran : 139)

Allah SWT berfirman dalam Q.S Al Qiyamah /75: 26 Terjemahan : Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan

2.3.4 KesimpulanSeorang bayi laki-laki lahir dengan Hyaline Membrane Disease (HMD), asfiksia sedang dan BBLR dari Ibu Ira G2P1A0 hamil 32 minggu (preterm) dengan riwayat PEB melalui tindakan sectio caesaria.

2.3.5 Kerangka konsep

TD 180/100 mmHgProteinuria +3Riwayat hipertensi selama kehamilanIbu dengan kehamilan 32 minggu + PEB (G2P1A0)

Bayi dengan dismaturitasTindakan sectio caesariaIndikasi terminasi kehamilan

BBLR

HMD

BBL: 1800g

Retraksi dinding dadaRR: 70x/menitHR: 150x/menitBayi lahir tidak langsung menangisAPGAR score HipotonivesikulerMerintih/ gruntingAsfiksia neonatorum3