skenario b bimo

26
Skenario Bimo, laki–laki, usia 26 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara. Bimo hanya bias mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Bimo juga selalu bergerak kesan kemari tanpa tujuan. Bimo tidak suka bermain dengan anak lain, senang membalik-balik buku gambar atau kalender berwarna. Bimo anak pertama dari ibu usia 25 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 40 minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan 3 x ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.500 gram. Bimo bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan pada usia 14 bulan. Tidak ada riwayat kejang. Sepupu Bimo, laki-laki usia 5 tahun juga menderita seperti ini. Pemeriksaan fisik dan pengamatan: berat badan 15 kg, tinggi badan, 89 cm, lingkar kepala 50 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Ketika diberikan bola, dia melemparkan nola ke lantai dan dilakukan berulang-ulang. Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain dengan anak lain, tetapi sangat tertarik dan senang membalik-balik kalender bergambar. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan. Tidak bias bermain pura-pura. Tidak melihat ke benda yang di tunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan. Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran bias mendengar pada 25 dB. 1. Apa penyebab dan mekanisme dari: a. Selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan Gangguan di lobus frontalis dan ganglia basalis ( berperan dalam representasi dalam action plans, motoric plans, dan working memory ) → menganggu pengaturan motorik dan bermanifestasi sebagai hiperaktivitas (tidak bisa diam )

Upload: 19970220

Post on 30-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

FK

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario B Bimo

Skenario Bimo, laki–laki, usia 26 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara. Bimo hanya bias mengoceh dengan kata-kata yang tidak dimengerti oleh orang tuanya dan orang lain. Bila dipanggil sering kali tidak bereaksi terhadap panggilan. Bimo juga selalu bergerak kesan kemari tanpa tujuan. Bimo tidak suka bermain dengan anak lain, senang membalik-balik buku gambar atau kalender berwarna.

Bimo anak pertama dari ibu usia 25 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 40 minggu. Selama hamil ibu sehat dan periksa kehamilan 3 x ke bidan. Segera setelah lahir langsung menangis. Berat badan waktu lahir 3.500 gram. Bimo bisa tengkurap pada usia 4 bulan dan berjalan pada usia 14 bulan.

Tidak ada riwayat kejang. Sepupu Bimo, laki-laki usia 5 tahun juga menderita seperti ini. Pemeriksaan fisik dan pengamatan: berat badan 15 kg, tinggi badan, 89 cm, lingkar kepala 50 cm. Tidak ada gambaran dismorfik. Anak sadar, tetapi tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa. Tidak menoleh ketika dipanggil namanya. Anak selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan. Ketika diberikan bola, dia melemparkan nola ke lantai dan dilakukan berulang-ulang. Tidak ada gerakan-gerakan aneh yang diulang-ulang. Tidak mau bermain dengan anak lain, tetapi sangat tertarik dan senang membalik-balik kalender bergambar. Bila memerlukan bantuan, dia menarik tangan ibunya untuk melakukan. Tidak bias bermain pura-pura. Tidak melihat ke benda yang di tunjuk. Tidak bisa menunjuk benda yang ditanyakan. Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran bias mendengar pada 25 dB.

1. Apa penyebab dan mekanisme dari:

a. Selalu bergerak kesana kemari tanpa tujuan

Gangguan di lobus frontalis dan ganglia basalis ( berperan dalam

representasi dalam action plans, motoric plans, dan working memory ) →

menganggu pengaturan motorik dan bermanifestasi sebagai hiperaktivitas

(tidak bisa diam )

Diduga adanya peningkatan serotonin plasma & homovanilic acid (metabolit

utama dopamin)→ anak autistik lebih aktif, stereotipik.

Seperti yang kita tahu, serotonin sendiri merupakan hormon yang berperan

dalam impulsivity. Ketika kadarnya meningkat dalam tubuh, anak akan lebih

hiperaktif dan tidak menutup kemungkinan nantinya akan berperilaku

‘impulsif’

b. Tidak suka bermain dengan anak lain

Adanya peningkatan homovanilic acid sebagai metabolit utama dopamin

diduga berperan dalam sikap penarikan diri seseorang, sehingga pada kasus ini

Bimo ‘menarik diri’ dari teman sebayanya, ia memilih untuk bermain sendiri.

Page 2: Skenario B Bimo

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan?

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan digolongkan menjadi

dua, yaitu faktor internal dan eksternal.

Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi perutumbuhan dan perkembangan adalah

perbedaan ras, etnik atau bangsa, usia mengalami pubertas, jenis kelamin (wanita

lebih cepat dewasa dibandingkan laki - laki), kelainan gen atau kromosom.

Faktor eksternal

Faktor eksternal atau peranan lingkungan adalah faktor prenatal ibu yang

termasuk status gizi ibu pada saat hamil, posisi fetus normal atau tidak, salah

satu kelainan kongenital yang bisa disebabkan oleh abnormalitas posisi fetus

adalah club foot. Toksin atau obat-obatan yang bisa menyebabkan kelainan

kongenital seperti thalidomide.

Kelainan gejala endokrin seperti yang dialami oleh ibu hamil yang menderita

gestational diabetes mellitus, (GDM), bayinya bisa mengalami makrosomia

atau kardiomegali atau hiperplasia adrenal.

Paparan terhadap sinar radiasi seperti X-ray dapat mengakibatkan kelainan

pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas

anggota gerak, kelainan kongenital mata dan jantung. Ibu yang mengalami

infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,

Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dan penyakit menular seksual

dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli,

mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung congenital.

Jika sang ibu memiliki golongan darah yang berbeda antara dirinya dan janin

maka ada kemungkinan terjadi Eritroblastosis fetalis, dimana tubuh sang ibu

akan membentuk antibodi terhadap darah sel darah merah janin, dan akan

mengalir ke dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis

yang akan mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus, yang akan

menyebabkan kerusakan jaringan otak janin.

Gangguan fungsi plasenta seperti anoksia embrio juga dapat mengganggu

pertumbuhan janin. Psikologis ibu juga berperan penting dalam perkembangan

janin.

Faktor eksternal yang lainnya adalah faktor pasca natal, yaitu bila gizi yang

diperlukan bayi untuk bertumbuh dan berkembang mencukupi. Jika sang anak

Page 3: Skenario B Bimo

atau bayi mengalami penyakit kronis atau kelainan congenital, serta

lingkungan fisik dan kimia, contohnya adalah tempat tinggal anak sanitasinya

baik atau tidak, kecukupan terpapar dengan sinar matahari untuk membentuk

vitamin D, terpapar terhadap rokok, merkuri dan biji timah hitam, yang

memberikan dampak negatif pada anak. Psikologis sang anak, caranya

berhubungan dan berinteraksi dengan orang sekitarnya, apakah sang anak

tidak dikehendaki oleh orang tuanya dan merasa tertekan. Gangguan hormon

tiroid anak dapat mengakibatkan anak mengalami dwarfnism (hypothyroid)

atau gigantism (hyperthyroid) dan juga retardasi mental pada hypothyroid.

Sosioekonomi keluarga sang anak, apakah kebutuhannya ditemui, serta apakah

ia tumbuh pada lingkungan yang mendukung atau tidak (Tanuwidjaya, 2002).

Pemeriksaan fisik:

Tidak ada gambaran dismorfik. Tidak ada kelainan neurologis. Tes pendengaran bias

mendengar pada 25 dB.

3. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

Tidak ada gambaran dismorfik Normal Tidak ada dismorfik

Tidak ada kelainan neurologis Normal

Tes pendengaran bisa mendengar

pada 25 dB

Normal 0-25 dB Normal

26-40 dB Tuli ringan

41-60 dB Tuli sedang

61-90 dB Tuli berat

>90 dB Tuli sangat berat

Ketulian pada anak dibedakan menjadi tuli konduksi dan tuli sensorineural. Menurut

Hendarmin (2000), tuli pada anak dapat disebabkan karena faktor prenatal dan

postnatal. Faktor prenatal antara lain adalah genetic dan infeksi TORCH yang terjadi

selama kehamilan. Sedangkan faktor post natal yang sering mengakibatkan ketulian

adalah infeksi bakteri atau virus yang terkait dengan otitis media.

Tidak adanya kelainan dismorfik dan kelainan neurologis menunjukkan tidak adanya

gangguan perkembangan motorik, kelainan cerebral palsy (keterbatasan

Page 4: Skenario B Bimo

perkembangan motorik akibat dari spastisitas, athetosis, ataksia atau hipotonia), dan

spina bifida, muscular distrofi (keterlambatan dalam kemampuan berjalan)

4. Bagaimana patogenesis dari diagnosis pada kasus?

Persepsi yang tidak mantap disertai disfungsi batang otak ketidakmampuan otak

untuk mengatur rangsangan sensoris yang masuk yang membuat anak autisme

berperilaku menyimpang dari realitas lingkungan yang ada.

Gangguan fungsi limbik gangguan fungsi limbik ini diperkirakan sama dengan

amnesia (sama-sama menyerang fungsi limbik, yaitu bagian hipokampus dan

amigdala). Amigdala memiliki peran dalam perilaku terhadap rangsangan emosi

dalam mengendalikan emosi. Anak autisme biasanya tidak bisa mengendalikan

emosi dan seringkali agresif pada diri sendiri dan orang lain, sebaliknya bisa juga

sangat pasif. Sedangkan hipokampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar

dan daya ingat, jika terjadi kerusakan di sana akan menyebabkan kesulitan dalam

menyerap dan mengingat informasi baru, juga menimbulkan perilaku yang

steriotipik,dan stimulasi diri. Pada anak-anak autis, diketemukan neuron di

amigdala dan hipokampusnya neuron yang sangat padat dan kecil-kecil.

Gangguan Hemispher Kiri: kelainan kognitif dan bahasa diakibatkan oleh

gangguan ini. Beberapa anak autisme menunjukkan kemampuan yang tinggi pada

otak kanan. Hal ini disebabkan karena otak kanan mengkompensasi kerusakan

otak kirinya. Jika otak kanan tidak mampu mengkompensasi maka yang terjadi

adalah kerusakan pada kedua otak.

Gangguan neurotransmiter: peningkatan serotonin pada 1/3 anak autis. Diduga

gangguan fungsi neurotransmiter tersebut yang menyebabkan adanya gangguan

kognitif dan perilaku. Serotonin : hiperserotonin pada sepertiga anak autis

Dopamin: hiperdopaminergik menyebabkan adanya gerakan stereotipi.

Kenaikan zat lainnya: epinefrin, norefineprin, dan oksitosin.

5. Apa saja gejala klinis dari diagnosis pada kasus?

Seseorang diduga mengalami autism jika ia memiliki gangguan perkembangan dalam

tiga aspek yaitu kualitas kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang

kurang dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas disertai

Page 5: Skenario B Bimo

gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan Ciri-ciri tersebut harus sudah terlihat sebelum

anak berumur 3 tahun.

1. Gangguan dalam komunikasi

- terlambat bicara, tidak ada usaha untuk berkomunikasi dengan gerak dan

mimik

- meracau dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain

- sering mengulang apa yang dikatakan orang lain

- meniru kalimat-kalimat iklan atau nyanyian tanpa mengerti

- bicara tidak dipakai untuk komunikasi

- bila kata-kata telah diucapkan, ia tidak mengerti artinya

- tidak memahami pembicaraan orang lain

- menarik tangan orang lain bila menginginkan sesuatu

2. Gangguan dalam interaksi sosial

- menghindari atau menolak kontak mata

- tidak mau menengok bila dipanggil

- lebih asik main sendiri

- bila diajak main malah menjauh

- tidak dapat merasakan empati

3. Gangguan dalam tingkah laku

- asyik main sendiri

- tidak acuh terhadap lingkungan

- tidak mau diatur, semaunya

- menyakiti diri

- melamun, bengong dengan tatapan mata kosong

- kelekatan pada benda tertentu

- tingkah laku tidak terarah, mondar mandir tanpa tujuan, lari-lari, manjat-

manjat, berputar-putar, melompat-lompat, mengepak-ngepak tangan,

berteriak-teriak, berjalan berjinjit-jinjit.

4. Gangguan dalam emosi

Page 6: Skenario B Bimo

- rasa takut terhadap objek yang sebenarnya tidak menakutkan

- tertawa, menangis, marah-marah sendiri tanpa sebab

- tidak dapat mengendalikan emosi; ngamuk bila tidak mendapatkan

keinginannya

5. Gangguan dalam sensoris atau penginderaan

- menjilat-jilat benda

- mencium benda-benda atau makanan

- menutup telinga bila mendengar suara keras dengan nada tertentu

- tidak suka memakai baju dengan bahan yang kasar

6. Lain-lain :

- Gangguan tidur

- Gangguan makan

- Gangguan efek & mood

- Gangguan kejang

- Aktifitas & minat terbatas

- Gangguan kognisi ( 75 – 80 % RM )

Pada kasus, Bimo mengalami tiga gangguan, yaitu :

1. Gangguan dalam komunikasi

- Belum bisa bicara/terlambat bicara

- Meracau dengan bahsa yang tidak dimengerti orang lain

- Bila memerlukan bantuan, menarik tangan ibunya

- Tidak memahami pembicaaran orang lain (tidak bisa menunjuk benda yang

ditanyakan dan tidak melihat benda yang ditunjuk)

2. Gangguan dalam interaksi social

- Tidak mau melihat dan tersenyum kepada pemeriksa

- Tidak menengok saat dipanggil

- Tidak bermain dengan anak-anak sebaya

3. Gangguan dalam tingkah laku

- Hiperaktifitas motorik, mondar-mandir tidak terarah

Autisme

Page 7: Skenario B Bimo

Pengertian Autisme

Autisme berasal dari bahasa Yunani “autos” yang berarti segala sesuatu yang mengarah pada

diri sendiri. Autisme pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner 1943, seorang psikiatri

Amerika. Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-

anak yang unik dan menonjol yang sering disebut dengan sindroma Kanner.

Autisme adalah salah satu defisit perkembangan pervasif pada awal kehidupan anak yang

disebabkan oleh gangguan perkembangan otak yang ditandai dengan ciri pokok yaitu

terganggunya perkembangan interaksi sosial, bahasa dan wicara, serta munculnya perilaku

yang bersifat repetitif, stereotipik dan obsesif.

Ahli lain mendefinikan autisme adalah gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh

adanya kelainan atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan

ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku yang terbatas

dan berulang.

Epidemiologi

Gangguan autisme dapat terjadi dengan angka 2-5 kasus/100.000 anak (0,02- 0,05%) di

bawah usia 12 tahun. Jika retardasi mental berat dengan ciri autistik dimasukkan, angka dapat

meningkat sampai setinggi 20/10.000. Pada sebagian kasus autisme mulai sebelum 36 bulan

tetapi mungkin tidak terlihat oleh orangtua, tergantung pada kesadaran mereka dan keparahan

gangguan.6 Jumlah anak yang terkena autisme semakin meningkat pesat di berbagai belahan

dunia. Di Kanada

dan Jepang pertambahan ini mencapai 40 persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun

2002 disimpulkan terdapat 9 kasus autisme per-harinya. Di Amerika Serikat disebutkan

autisme terjadi pada 15.000 – 60.000 anak dibawah 15 tahun.

Di Inggris pada awal tahun 2002 bahkan dilaporkan angka kejadian autisme meningkat

sangat pesat, dicurigai 1 diantara 10 anak menderita autisme. Di Indonesia yang berpenduduk

200 juta, hingga saat ini belum diketahui berapa persisnya jumlah penderita namun

diperkirakan jumlah anak autisme dapat mencapai 150-200 ribu orang.

Gangguan autisme ditemukan lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan pada anak

perempuan. Tiga sampai lima kali lebih banyak anak laki-laki yang memiliki gangguan

autistik dibandingkan anak perempuan. Tetapi anak perempuan yang memiliki gangguan

autistik cenderung terkena lebih serius dan lebih mungkin memiliki riwayat keluarga

gangguan kognitif dibandingkan anak laki-laki.

Page 8: Skenario B Bimo

Penelitian permulaan menemukan gangguan ini lebih sering pada status sosioekonomi tinggi,

namun hal ini mungkin dipengaruhi oleh bias, karena dalam 25 tahun terakhir terdapat

peningkatan kasus pada kelompok sosio-ekonomi rendah. Penemuan ini mungkin akibat

bertambahnya kewaspadaan akan ganguan ini dan bertambahnya fasilitas kesehatan untuk

anak-anak miskin.

Penyebab Autisme

Beberapa tahun yang lalu, penyebab autisme masih merupkan suatu misteri, oeh karena itu

banyak hipotesis yang berkembang mengenai penyebab autisme. Salah satu hipotesis yang

kemudian mendapat tanggapan yang luas adalah teori “ibu yang dingin”. Menurut teori ini

dikatakan bahwa anak masuk ke dalam dunianya sendiri oleh karena merasa ditolak oleh ibu

yang dingin. Teori ini banyak yang menentang karena banyak ibu yang bersifat hangat tetap

mempunyai anak yang menunjukkan ciri-ciri autisme. Teori tersebut tidak memberi

gambaran secara pasti, sehingga hal ini mengakibatkan penanganan yang diberikan kurang

tepat bahkan tidak jarang berlawanan dan berakibat kurang menguntungan bagi pekembangan

individu autisme.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kedokteran akhir-akhir ini

telah menginformasikan individu dengan gangguan autisme mengalami kelainan

neurobiologis pada susunan saraf pusat. Kelainan ini berupa pertumbuhan sel otak yang tidak

sempurna pada beberapa bagian otak. Gangguan pertumbuhan sel otak ini, terjadi selama

kehamilan, terutama kemahilan muda dimana sel-sel otak sedang dibentuk.

Pemeriksaan dengan alat khusus yang disebut Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada otak

ditemukan adanya kerusakan yang khas di dalam otak pada daerah apa yang disebut dengan

limbik sistem (pusat emosi). Pada umumnya individu autisme tidak dapat mengendalikan

emosinya, sering agresif terhadap orang lain dan diri sendiri, atau sangat pasif seolah- olah

tidak mempunyai emosi. Selain itu muncul pula perilaku yang berulang-ulang (stereotipik)

dan hiperaktivitas. Kedua peilaku tersebut erat kaitannya dengan adanya gangguan pada

daerah limbik sistem di otak. Terdapat beberapa dugaan yang menyebabkan terjadinya

kerusakan pada otak yang menimbulkan gangguan autisme di antaranya adanya pertumbuhan

jamur Candida yang berlebihan di dalam usus. Akibat terlalu banyak jamur , maka sekresi

enzim ke dalam usus berkurang. Kekurangan enzim menyebabkan makanan tak dapat dicerna

dengan sempurna. Beberapa protein jika tidak dicerna secara sempurna akan menjadi “racun”

bagi tubuh. Protein biasanya suatu rantai yang terdiri dari 20 asam amino. Bila pencernaan

baik, maka rantai tersebut seluruhnya dapat diputus dan ke-20 asam amino tersebut akan

Page 9: Skenario B Bimo

diserap oleh tubuh. Namun bila pencernaan kurang baik, maka masih ada beberapa asam

amino yang rantainya belum terputus. Rangkaian yang terdiri dari beberapa asam amino

disebut peptida. Oleh karena adanya kebocoran usus , maka peptida tersebut diserap melalui

dinding usus, masuk ke dalam aliran darah, menembus ke dalam otak. Di dalam otak peptida

tersebut ditangkap oleh reseptor oploid, dan ia berfungsi seperti opium atau morfin.

Melimpahnya zat-zat yang bekerja seperti opium ini ke dalam otak menyebabkan

terganggunya kerja susunan saraf pusat. Yang terganggu biasanya seperti persepsi, kognisi

(kecerdasan), emosi, dan perilaku. Dimana gejalanya mirip dengan gejala yang ada pada

individu autisme. Tentu masih terdapat dugaan-dugaan lain yang menimbulkan keruskan

pada otak seperti adanya timbal , mercury atau zat beracun lainnya yang termakan bersama

makanan yang dikonsumsi ibu hamil, yang selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan otak

janin yang dikandungnya. Apapun yang melatarbelakangi penyebab gangguan pada individu

autisme, yang jelas bukan karena ibu yang frigit (ibu yang tidak memberi kehangatan kasih

sayang), seperti yang dianut dahulu, akan tetapi gangguan pada autisme terjadi erat kaitannya

dengan gangguan pada otak.

Karakteristik autisme

Karakteristik gangguan autisme pada sebagian individu sudah mulai muncul sejak bayi. Kciri

yang sangat menonjol adalah tidak ada kontak mata dan reaksi yang sangatminim terhadap

ibunya atau pengasuhnya.Ciri ini semakin jelas dengan bertambahnya umur. Pada sebagian

kecil lainnya dari individu penyandang autisme, perkembangannya sudah terjadi secara

“.relatif normal”. Pada saat bayi sudah menatap, mengoceh, dan cukup menunjukkan reaksi

pada orang lain, tetapi kemudian pada suatu saat sebelum usia 3 tahun ia berhenti

berkembang dan terjadi kemunduran. Ia mulai menolak tatap mata, berhenti mengoceh, dan

tidak bereaksi terhdap orang lain.

Oleh karena itu kemudian diketahui bahwa seseorang baru dikatakan mengalami gangguan

autisme , jika ia memiliki gangguan perkembangan dalam tiga aspek yaitu kualitas

kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan

komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas disertai gerakan-gerakan berulang tanpa

tujuan Ciri-ciri tersebut harus sudah terlihat sebelum anak berumur 3 tahun. Mengingat

bahwa tiga aspek gangguan perkembangan di atas terwujud dalam berbagai bentuk yang

berbeda, dapat disimpulkan bahwa autisme sesungguhnya adalah sekumpulan gejala/ciri yang

melatar-belakangi berbagai faktor yang sangat bervariasi, berkaitan satu sama lain dan unik

karena tidak sama untuk masing-masing anak. Dengan demikian, maka sering ditemukan ciri-

Page 10: Skenario B Bimo

ciri yang tumpang tindih dengan beberapa gangguan perkembangan lain. Gradasi manifestasi

gangguan juga sangat lebar antara yang berat hingga yang ringan. Di satu sisi ada individu

yang memiliki semua gejala, dan di sisi lain ada individu yang memiliki sedikit gejala.

Adapun ciri gangguan pada autisme tersebut adal;ah sebagai berikut:

1. Gangguan dalam komunikasi

terlambat bicara, tidak ada usaha untuk berkomunikasi dengan gerak dan mimik

meracau dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti orang lain

sering mengulang apa yang dikatakan orang lain

meniru kalimat-kalimat iklan atau nyanyian tanpa mengerti

bicara tidak dipakai untuk komunikasi

bila kata-kata telah diucapkan, ia tidak mengerti artinya

tidak memahami pembicaraab orang lain

menarik tangan orang lain bila menginginkan sesuatu

2. Gangguan dalam interaksi sosial

menghindari atau menolak kontak mata

tidak mau menengok bila dipanggil

lebih asik main sendiri

bila diajak main malah menjauh

tidak dapat merasakan empati

3. Gangguan dalam tingkah laku

asyik main sendiri

tidak acuh terhadap lingkungan

tidak mau diatur, semaunya

menyakiti diri

melamun, bengong dengan tatapan mata kosong

kelekatan pada benda tertentu

tingkah laku tidak terarah, mondar mandir tanpa tujuan, lari-lari, manjat-manjat,

berputar-putar, melompat-lompat, mengepak-ngepak tangan, berteriak-teriak,

berjalan berjinjit-jinjit.

4. Gangguan dalam emosi

Page 11: Skenario B Bimo

rasa takut terhadap objek yang sebenarnya tidak menakutkan

tertawa, menangis, marah-marah sendiri tanpa sebab

tidak dapat mengendalikan emosi; ngamuk bila tidak mendapatkan keinginannya

5. Gangguan dalam sensoris atau penginderaan

menjilat-jilat benda

mencium benda-benda atau makanan

menutup telinga bila mendengar suara keras dengan nada tertentu

tidak suka memakai baju dengan bahan yang kasar

Karakteristik tersebut di atas sering juga disertai dengan adanya ketidakmampuan untuk

bermain, seperti; tidak menggunakan mainan sesuai dengan fungsinya,kurang mampu

bermain spontan dan imjinatif, tidak mampu meniru orang lain, dan sulit bermain pura-pura.

Gangguan makan seperti; sangat pemilih dalam hal menu makanannya, cenderung ada

maslah dalam pecernaan atau sangat terbatas asupannya, dan gangguan tidur seperti; sulit

tidur atau terbangun tengah malam dan berbagai permasalahan lainnya.

Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk gangguan autistik

A. Total enam atau lebih hal dari 1, 2 dan 3 dengan sekurangnya dua dari 1 dan masing-

masing satu dari 2 dan 3

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial seperti ditujukan oleh sekurangkurangnya

dua dari berikut:

Gangguan jelas dalam penggunaan perilaku nonverbal multipel seperti tatapan

mata, ekspresi wajah, postur tubuh dan gerak-gerik untuk mengatur interaksi

sosial.

Gagal untuk mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sesuai

menurut tingkat perkembangan.

Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat, atau

pencapaian dengan orang lain (misalnya tidak memamerkan, membawa, atau

menunjukkan benda yang menarik minat).

Tidak ada timbal balik sosial atau emosional.

2. Gangguan kualitatif dalam komunikasi seperti yang ditujukkan oleh sekurangnya satu

dari berikut :

Page 12: Skenario B Bimo

Keterlambatan dalam atau sama sekali tidak ada, perkembangan bahasa ucapan

(tidak disertai oleh usaha untuk berkompensasi melalui cara komunikasi lain

seperti gerak-gerik atau mimik).

Pada individu dengan bicara yang adekuat gangguan jelas dalam kemampuan

untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain.

Pemakaian bahasa atau bahasa idiosinkratik secara stereotipik dan berulang.

Tidak adanya berbagai permainan khayalan atau permainan pura-pura sosial yang

spontan yang sesuai menurut tingkat perkembangan.

3. Pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, berulang, dan stereotipik, seperti

ditunjukkan oleh sekurangnya satu dari berikut :

Preokupasi dengan satu atau lebih pola minat yang stereotipik dan terbatas, yang

abnormal baik dalam intensitas maupun fokusnya.

Ketaatan yang tampaknya tidak fleksibel terhadap rutinitas atau ritual yang

spesifik dan nonfungsional.

Manerisme motorik stereotipik dan berulang (misalnya menjentikkan, atau

memuntirkan tangan atau jari atau gerakan kompleks seluruh tubuh).

B. Keterlambatan atau fungsi abnormal pada sekurangnya satu bidang berikut dengan

onset sebelum usia 3 tahun :

1. Interaksi sosial.

2. Bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial.

3. Permainan simbolik atau imaginatif.

C. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Rett atau gangguan

disintegratif masa anak-anak.

Pedoman Diagnostik (PPDGJ III)

Biasanya tidak ada riwayat perkembangan abnormal yang jelas, tetapi jika dijumpai,

abnormalitas tampak sebelum usia 3 tahun.

- Selalu dijumpai hendaya kualitatif dalam interaksi sosialnya. Ini berbentuk tidak

adanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosio emosional yang tampak sebagai

kurangnya respon terhadap emosi orang lain dan/atau kurangnya modulasi terhadap

perilaku dalam konteks sosial; buruk dalam menggunakan isyarat sosial dan lemah

dalam integrasi perilaku sosial, emosional dan komunikatif; dan khususnya,

kurangnya respon timbal balik sosial emosional.

Page 13: Skenario B Bimo

- Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi. Ini berbentuk

kurangnya penggunaan sosial dari kemampuan bahasa yang ada; hendaya dalam

permainan imaginatif dan imitasi sosial; buruknya keserasian dan kurangnya interaksi

timbal balik dalam percakapan; buruknya fleksibilitas dalam bahasa ekspresif dan

relatif kurang dalam kreativitas dan fantasi dalam proses pikir; kurangnya respons

emosional terhadap ungkapan verbal dan nonverbal orang lain; hendaya dalam

menggunakan variasi irama atau tekanan modulasi komunikatif; dan kurangnya

isyarat tubuh untuk menekankan atau mengartikan komunikasi lisan.

- Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan yang terbatas,

pengulangan dan stereotipik. Ini berbentuk kecendrungan untuk bersikap kaku dan

rutin dalam aspek kehidupan sehari-hari; ini biasanya berlaku untuk kegiatan baru

atau kebiasaan sehari-hari yang rutin dan pola bermain. Terutama sekali dalam masa

kanak, terdapat kelekatan yang aneh terhadap benda yang tak lembut. Anak dapat

memaksa suatu kegiatan rutin seperti upacara dari kegiatan yang sebetulnya tidak

perlu; dapat menjadi preokupasi yang stereotipik dengan perhatian pada tanggal, rute

atau jadwal; sering terdapat stereotipik motorik; sering menunjukkan perhatian yang

khusus terhadap unsur sampingan dari benda (seperti bau dan rasa); dan terdapat

penolakan terhadap perubahan dari rutinitas atau dalam tata ruang dari lingkungan

pribadi (seperti perpindahan dari hiasan dalam rumah).

- Anak autisme sering menunjukkan beberapa masalah yang tak khas seperti

ketakutan/fobia, gangguan tidur dan makan, mengadat (terpertantrum) dan agresivitas.

Mencederai diri sendiri (seperti menggigit tangan) sering kali terjadi, khususnya jika

terkait dengan retardasi mental. Kebanyakan individu dengan autis kurang dalam

spontanitas, inisiatif dan kreativitas dalam mengatur waktu luang dan mempunyai

kesulitan dalam melaksanakan konsep untuk menuliskan sesuatu dalam pekerjaan

(meskipun tugas mereka tetap dilaksanakan dengan baik). Abnormalitas

perkembangan harus tampak dalam usia 3 tahun untuk dapat menegakkan diagnosis,

tetapi sindrom ini dapat didiagnosis pada semua usia.

PENATALAKSANAAN

Autisme merupakan gangguan yang tidak bisa disembuhkan (not curable), namun bisa

diterapi (treatable), maksudnya kelainan yang terjadi pada otak tidak bisa diperbaiki namun

gejala-gejala yang ada dapat dikurangi semaksimal mungkin sehingga anak tersebut nantinya

dapat berbaur dengan anakanak lain secara normal.

Page 14: Skenario B Bimo

Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

A. Berat ringannya gejala atau kelainan otak.

B. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur anak saat

dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.

C. Kecerdasan, makin cerdas anak tersebut makin baik prognosisnya

D. Bicara dan bahasa, 20 % anak autis tidak mampu berbicara seumur hidup, sedangkan

sisanya mempunyai kemampuan bicara dengan kefasihan yang berbeda-beda.

E. Terapi yang intensif dan terpadu.

Terapi yang terpadu

Penanganan/intervensi terapi pada anak autisme harus dilakukan dengan intensif dan terpadu.

Terapi secara formal sebaiknya dilakukan antara 4 – 8 jam sehari. Selain itu seluruh keluarga

harus terlibat untuk memacu komunikasi dengan anak. Penanganan anak autisme

memerlukan kerjasama tim yang terpadu yang berasal dari berbagai disiplin ilmu antara lain

psikiater, psikolog, neurolog, dokter anak, terapis bicara dan pendidik.

Beberapa terapi yang harus dijalankan antara lain :

- Terapi medikamentosa

- Terapi psikologis

- Terapi wicara

- Fisioterapi

Terapi medikamentosa

Menurut dr. Melly Budiman (1998), pemberian obat pada anak harus didasarkan pada

diagnosis yang tepat, pemakaian obat yang tepat, pemantauan ketat terhadap efek samping

dan mengenali cara kerja obat. Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki ketahanan yang

berbeda-beda terhadap efek obat, dosis obat dan efek samping. Oleh karena itu perlu ada

kehati-hatian dari orang tua dalam pemberian obat yang umumnya berlangsung jangka

panjang.

Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak sehingga diberikan obat-

obat psikotropika jenis baru seperti obat-obat antidepressan SSRI (Selective Serotonin

Reuptake Inhibitor) yang bisa memberikan keseimbangan antara neurotransmitter serotonin

dan dopamin. Yang diinginkan dalam pemberian obat ini adalah dosis yang paling minimal

namun paling efektif dan tanpa efek samping.

Page 15: Skenario B Bimo

Pemakaian obat akan sangat membantu untuk memperbaiki respon anak terhadap lingkungan

sehingga ia lebih mudah menerima tata laksana terapi lainnya. Bila kemajuan yang dicapai

cukup baik, maka pemberian obat dapat dikurangi bahkan dihentikan.

Terapi psikologis

Dalam penanganan autisme, seringkali perkembangan kemampuan berjalan lambat dan

mudah hilang. Umumnya intervensi difokuskan pada meningkatkan kemampuan bahasa dan

komunikasi, self-help dan perilaku sosial dan mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki

seperti melukai diri sendiri (self mutilation), temper tantrum dengan penekanan pada

peningkatan fungsi individu dan bukan “menyembuhkan” dalam arti mengembalikan anak

autisme ke kondisi normal.

Terapi Wicara

Umumnya hampir semua anak autisme menderita gangguan bicara dan berbahasa. Oleh

karena itu terapi wicara pada anak autisme merupakan keharusan. Penanganannya berbeda

dengan penderita gangguan bicara oleh sebab lain. Anak yang mengalami hambatan bicara

dilatih dengan proses pemberian reinforcement dan meniru vokalisasi terapis.

Fisioterapi

Pada anak autisme juga diberikan fisioterapi yang berfungsi untuk merangsang

perkembangan motorik dan kontrol tubuh.

Alternatif terapi lainnya

Selain itu ada beberapa terapi lainnya yang menjadi alternatif penanganan anak autisme

menurut pengalaman Sleeuwen ( 1996 ) , yaitu :

Terapi musik

Meliputi aktivitas menyanyi, menari mengikuti irama dan memainkan alat musik.

Musik dapat sangat bermanfaat sebagai media mengekspresikan diri, termasuk pada

anak autisme.

Son-rise program

Program ini berdasarkan pada sikap menerima dan mencintai tanpa syarat pada anak-

anak autistik. Diciptakan oleh orangtua yang anaknya didiagnosa menderita autisme

tetapi karena program latihan dan stimulasi yang intensif dari orangtua anak dapat

berkembang tanpa tampak adanya tanda-tanda autistik.

Program Fasilitas Komunikasi

Meskipun sebenarnya bukan bentuk terapi, tetapi program ini merupakan metode

penyediaan dukungan fisik kepada individu dalam mengekspresikan pikiran atau ide-

idenya melalui papan alfabet, papan gambar, mesin ketik atau komputer.

Page 16: Skenario B Bimo

Terapi vitamin

Anak autis mengalami kemajuan yang berarti setelah mengkomsumsi vitamin tertentu

seperti B6 dalam dosis tinggi yang dikombinasikan dengan magnesium, mineral dan

vitamin lainnya.

Diet Khusus ( Dietary Intervention)

Keluhan autisme dipengaruhi dan diperberat oleh banyak hal, salah satunya karena

manifestasi alergi. Renzoni A dkk tahun 1995 melaporkan setelah melakukan eliminasi/diet

makanan beberapa gejala autisme tampak membaik secara bermakna. Proses alergi dapat

mengganggu saluran cerna, gangguan saluran cerna itu sendiri akhirnya dapat mengganggu

susunan saraf pusat dan fungsi otak. Teori gangguan pencernaan berkaitan dengan sistem

susunan saraf pusat saat ini sedang menjadi perhatian utama. Teori inilah juga yang

menjelaskan tentang salah satu mekanisme terjadinya gangguan perilaku seperti autisme

melalui Hipermeabilitas Intestinal atau dikenal dengan Leaky Gut Syndrome. Secara

patofisiologi kelainan Leaky Gut Syndrome tersebut salah satunya disebabkan karena alergi

makanan. Salah satu teori yang menjelaskan gangguan pencernaan berkaitan dengan

gangguan otak adalah kekurangan enzim dipeptidilpeptidase IV (DPP IV) pada gangguan

pencernaan ternyata menghasilkan zat caseo morfin dan glutheo morphin (semacam morfin

atau neurotransmiter palsu) yang mengganggu dan merangsang otak.

Prognosis

Prognosis yang lebih baik adalah berkaitan dengan inteligensi yang lebih tinggi, kemampuan

berbicara fungsional dan kurangnya gejala-gejala dan perilaku aneh. Gejala-gejala sering

berubah karena anak-anak tumbuh semakin tua. Sebagai aturan umum, anak-anak autistik

dengan IQ diatas 70 dan mereka yang menggunakan bahasa komunikatif pada usia 5-7 tahun

memliki prognosis yang terbaik.Prognosis membaik jika lingkungan atau rumah adalah

suportif dan mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut yang sangat banyak.

Daftar Pustaka Sugiarmin, Mohamad. a/n. Individu dengan Gangguan Autisme. Bogor: Universitas Pendidikan Indonesia (dilansir dari file.upi.edu/.../INDIVIDU_DENGAN_GANGGUAN_AUTISME.pdf tanggal 9 November 2015 pukul 21:23)

Yusuf EA. Autisme Masa Kanak. http://www.library.usu.ac.id [diakses tanggal 9 November 2015].

Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri Jilid II, Edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara, 1997. 712-722.