skenario 7

61
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyusunan makalah berdasarkan kasus berikut ini: Seorang dokter gigi umum menerima pasien kembar, berusia sama namun berpenampilan berbeda. Talya (13 tahun) mengeluh pada ibunya mengapa gigi geliginya tumbuh tidak teratur, sedang gigi sulung yang akan tanggal 53 dan 63. Dari data yang dikumpulkan dokter gigi menilai profil wajah baik, simetris dan seimbang. Hubungan rahang ortognati dengan pola tumbuh kembang skeletalnormal. Oklusi cukup baik dengan hubungan molar kanan dan kiri netroklusi. Lengkung gigi atasnya tambak lebih sempit daripada lengkung gigi bawah hingga gigi 13 dan 23 tampak kurang tempat unutk tumbuh. Pda waktu menyusun rencana perawatan, dokter gigi harus memutuskan apakah ruang pada lengkung giginya cukup untuk merapikan letak gigi-gigi Talya, dan harus memikirkan desain alat ortodonti lepasan yang tepat untuk mengatasi kasus ini. Saudarakembarnya, Anida, penampilan wajahnya tidak rileks, otot-otot sekitar mulutnya tegang karena sulit menutup mulut. Pada waktu memeriksa oklusi, dokter gigi menilai jarak gigit/overbitenya jauh sekali, hubungan molar dan kaninus distoklusi, pada digital examination terdeteksi hubungan rahang retrognatik. Dokter gigi akan merawat Talya sampai tuntas, namun akan merujuk Anida ke dokter gigi yang berkompeten merawat kasusnya. B. TUJUAN Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mencapai sasaran belajar berikut ini: 1. Mampu mengenali dan mendiagnosa penyimpangan tumbuh kembang Dentokraniofasial. 2. Mampu menjelaskan kriteria pertimbangan rujukan. 3. Mampu menjelaskan macam-macam metode dan cara perhitungan ruang 4. Mampu menjelaskan pengertian, indikasi dan kontraindikasi, keuntungan dan kerugian, komponen dan desain, serta cra pemasangan dan aktivasinya. dari Alat Ortodonti Lepasan

Upload: ade-amalia-rizqi

Post on 11-Dec-2015

631 views

Category:

Documents


54 download

DESCRIPTION

bgaa

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyusunan makalah berdasarkan kasus berikut ini:

Seorang dokter gigi umum menerima pasien kembar, berusia sama namun

berpenampilan berbeda. Talya (13 tahun) mengeluh pada ibunya mengapa gigi

geliginya tumbuh tidak teratur, sedang gigi sulung yang akan tanggal 53 dan 63.

Dari data yang dikumpulkan dokter gigi menilai profil wajah baik, simetris dan

seimbang. Hubungan rahang ortognati dengan pola tumbuh kembang

skeletalnormal. Oklusi cukup baik dengan hubungan molar kanan dan kiri

netroklusi. Lengkung gigi atasnya tambak lebih sempit daripada lengkung gigi

bawah hingga gigi 13 dan 23 tampak kurang tempat unutk tumbuh. Pda waktu

menyusun rencana perawatan, dokter gigi harus memutuskan apakah ruang pada

lengkung giginya cukup untuk merapikan letak gigi-gigi Talya, dan harus

memikirkan desain alat ortodonti lepasan yang tepat untuk mengatasi kasus ini.

Saudarakembarnya, Anida, penampilan wajahnya tidak rileks, otot-otot sekitar

mulutnya tegang karena sulit menutup mulut. Pada waktu memeriksa oklusi,

dokter gigi menilai jarak gigit/overbitenya jauh sekali, hubungan molar dan

kaninus distoklusi, pada digital examination terdeteksi hubungan rahang

retrognatik. Dokter gigi akan merawat Talya sampai tuntas, namun akan merujuk

Anida ke dokter gigi yang berkompeten merawat kasusnya.

B. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mencapai

sasaran belajar berikut ini:

1. Mampu mengenali dan mendiagnosa penyimpangan tumbuh kembang

Dentokraniofasial.

2. Mampu menjelaskan kriteria pertimbangan rujukan.

3. Mampu menjelaskan macam-macam metode dan cara perhitungan ruang

4. Mampu menjelaskan pengertian, indikasi dan kontraindikasi, keuntungan

dan kerugian, komponen dan desain, serta cra pemasangan dan

aktivasinya. dari Alat Ortodonti Lepasan

2

5. Mampu menjelaskan cara monitoring penggunaan AOL dan mengenali

masalah yang mungkin terjadi

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaiman cara mengenali dan mendiagnosa penyimpangan tumbuh

kembang Dentokraniofasial?

2. Apa saja metode menentukan kecukupan ruang?

3. Bagaimana cara menentukan kecukupan ruang untuk masing-masing

metode?

4. Apa yang dimaksud dengan alat ortodonti lepasan?

5. Apa saja indikasi dan kontraindikasi AOL?

6. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari penggunaan AOL?

7. Apa saja komponen-komponen dari AOL?

8. Apa saja macam-macam AOL?

9. Bagaimana cara mengaktivasi komponen aktif AOL?

10. Bagaimana desain AOL yang sesuai?

11. Bagaimana cara pemasangan AOL serta monitoringnya?

12. Apa masalah yang mungkin terjadi pada penggunaan AOL?

13. Apa saja kriteria yang dipertimbangkan dalam merujuk atau tidak merujuk

pasien kepada dokter gigi yang lebih kompeten?

14. HIPOTESIS BERDASARKAN PRIOR KNOWLEDGE

Talya (13tahun) mengalami penyimpangan tumbuh kembang DKF

menyebabkan maloklusi ringan sehingga tidak memerlukan rujukan dan ditangani

dengan pemakaian AOL.

Anida (13tahun) mengalami penyimpangan tumbuh kembang DKF menyebabkan

maloklusi berat sehingga memerlukan rujukan kepada dokter gigi spesialis orthodonti

3

BAB II

LANDASAN TEORI

2. 1 DIAGNOSIS PENYIMPANGAN TUMBUH KEMBANG

DENTOKRANIALFASIAL

A.Foto Ekstraoral

Foto ekstraoral yang dibutuhkan adalah

1. Foto frontal bibir istirahat

Penentuan morfologi tipe wajah

Pemeriksaan proporsional wajah

Pemeriksaan kesimetrisan wajah

Pemeriksaan keadaan bibir pasien

2. Foto frontal bibir tersenyum

Foto frontal dalam keadaan tersenyum bertujuan untuk memperlihatkan

keadaan proporsi jaringan lunak wajah selama tersenyum

3. Foto lateral

Penentuan morfologi tipe wajah.

Penentuan profil wajah.

Ada tiga macam yaitu : profil lurus (straight), profil cembung (convex), dan

profil cekung (concave).

Media untuk memonitor perkembangan perawatan.

4. Foto oblik bibir tersenyum

Foto oblik (bibir tersenyum) Posisi pasien miring 45 derajat dan bibir

dalam keadaan tersenyum

Foto oblik bertujuan untuk melihat garis senyum pasien sebelum dan sesudah

perawatan.

4

B. Foto Intraoral

Dapat melihat berbagai kondisi berikut:

• Kondisi gigi secara umum, adanya overjet atau overbite

• Ada/tidaknya midline shifting

• Oklusi statis

• Oklusi dinamis

5

C. Pemeriksaan Fungsional TMJ

Memeriksa apakah ada tanda-tanda maloklusi seperti:

- Clicking

- Crepitus (suara sendi bergeser)

- Sakit (otot dan saraf)

- Buka mulutnya tertahan.

6

D. Analisis Down pada Sefalometri

Analisis Down terbagi menjadi 2 komponen :

- Komponen skeletal digunakan untuk membantu dalam mendefinisikan tipe

fasial

- Komponen dental digunakan untuk menentukan apakah gigi geligi terposisi

normal dalam hubungannya dengan struktur tulang

4 tipe klasifikasi wajah menurut Down :

- Retrognathic,, yaitu rahang bawah yang regresif atau retruded

- Mesognathic, yaitu rahang bawah dalam posisi ideal atau rata-rata

- Prognathic, yaitu rahang bawah yang protrusif

- Trueprognathism, yaitu rahang bawah dengan protrusi yang sangat jelas

Menurut Down, keempat tipe fasial dasar tersebut dapat menampilkan hubungan

oklusi yang normal serta profil fasial harmonis, baik bentuk dan proporsi. Maksudnya

tidak selalu fasial yang simetri menunjukkan keadaan dental yang baik, begitupun

sebaliknya. Down menggunakan Frankfort-Horizontal Plane (Porion – Orbitale)

sebagai bidang referensi, sebagaimana bidang tersebut merupakan perkiraan tersesuai

dengan posisi pasien.

Parameter Skeletal

1. Facial Angle/ sudut fasial

Sudut fasial digunakan untuk mengukur derajat retrusi atau protrusi dari rahang

bawah dalam hubungannya dengan bagian atas wajah. Sudut ini merupakan sudut

bagian inferior dalam, yang terbentuk melalui pertemuan garis fasial (Nasion-

Pogonion) dengan FHP, dengan rerata 87,8o (±3,6

o). Dagu yang lebih maju

meningkatkan besar sudut, begitu pula sebaliknya menunjukkan dagu yang retrusif

atau retroposisi.

7

2. Sudut Konveksitas (NaPg)

Pertemuan garis titik N ke titik A lalu ke titik Pogonion (N-A-Pg) membentuk sudut

konveksivitas, sudut ini digunakan unutk mengukur penempatan lengkung basal

maksila pada titik limit anterior (titik A) dan berhubungan dengan profil wajah total

(Nasion-Pogonion). Sudut ini dibaca dengan menggunakan tanda plus atau minus

dengan nilai tengah 0. Jika garis pogonion-A mengalami perluasan dan terlokasi

anterior dari garis N-A, maka sudut dibaca positif, menunjukkan prominensi basis

gigi maksila dalam hubungannya dengan mandibula. Sementara sudut yang negatif

menunjukkan profil prognathic atau Class III. Rentang sudut -8,5o sampai +10

o

dengan rerata 0o.

3. Sudut Bidang A-B

Titik A dan B dihubungkan oleh garis yang jika diperluas membentuk sudut dengan

garis Nasion-Pogonion, yang disebut dengan sudut bidang A-B. Sudut ini mengukur

hubungan titik limit anterior basis apikal dari tiap rahang terhadap garis fasial. Pada

8

umumnya titik B terposisi di belakang titik A, sehingga umumnya bernilai negatif,

kecuali pada kasus Class III atau Class I dengan mandibula yang lebih maju.

Nilai sudut negatif yang sangat besar menyatakan tipe kasus Class II, hal ini dapat

disebabkan oleh retroposisi dagu atau mandibula atau titik dagu yang kurang

berkembang atau juga akibat maksila yang sangat menonjol. Sudut berkisar dari -9o

hingga 0o dengan rerata (-4,6

o).

4. Sudut Bidang Mandibula

Menurut Don, sudut bidang mandibula merupakan sudut tangen dari sudut gonion dan

titik terendah simfisis (umumnya menton, tapi beberapa peneliti memilih gnation).

Sudut ini terbentuk dengan menghubungkan bidang mandibula dengan FHP. Sudut

yang besar menunjukkan wajah yang retrusif dan ptrotrusif, serta menyatakan bentuk

wajah yang hiperdivergen atau ―long face‖. Rentang berkisar dari minimum 17o

hingga 28o dengan rerata 21,9

o.

9

5. Sumbu Tumbuh (Y-Axis)

Sumbu ini diukur dari sudut yang dibentuk dari pertemuan garis Sella ke Gnation

terhadap garis FHP. Sudut ini besar pada Class II daripada Class III, menunjukkan

derajat dari posisi dagu dengan hubungannya terhadap wajah bagian atas (downward,

rear ward, atau forward).

Penurunan Y-Axis dapat diinterpretasikan dari besarnya pertumbuhan horizontal

daripada vertikal wajah, atau semakin dalamnya gigitan. Peningkatan Y-Axis dapat

diinterpretasikan dari besarnya pertumbuhan vertikal melebihi horizontal dari

mandibula atau terbukanya gigitan. Pembacaan sumbu ini dapat meningkat jika terjadi

ekstrusi molar.Rentang berkisar anatra 53o hingga 66

o, dengan rerata 59,4

o.

Parameter Dental

1. Kemiringan Bidang Oklusal (Cant of Occlusal Plane)

10

Merupakan garis biseksi antara cusp molar pertama dan insisal edge. Down

merekomendasikan untuk menggambar bidang oklusal dari cusp premolar dan molar

pada kasus malposisi insisif yang parah. Untuk mengukur kemiringan bidang oklusal

terhadap bidang FHP digunakan pengukuran ini, saat bagian anterior bidang lebih

rendah daripada anterior, maka sudut menjadi positif. Sudut positif besar banyak

ditemukan pada Class II, begitupula sebaliknya. Ramus mandibular yang panjang

cenderung mengecilkan sudut ini. Rerata sudut ini adalah +9,3o.

2. Sudut Inter-Insisal

Sudut ini dibentuk dari garis insisal edge dan apeks akar insisif satu maksila

kemudian memotong insisif satu mandibula (dari insisal edge hingga apeks). Sudut ini

umumnya kecil pada pasien dengan tipping anterior pada insisif (proklinasi).

Reratanya 135,4o dengan rentang 130

o hingga 150

o.

11

3. Sudut Bidang Oklusal Insisif

Sudut ini menghubungkan insisif bawah dengan permukaan fungsional pada bidang

oklusal. Sudut dalam inferior dibaca berupa deviasi plus atau minus dari sudut yang

tepat. Sudut positif meningkat saat gigi mengalami inklinasi ke depan (proklinasi),

dan paling kecil pada kondisi Class II divisi 2 ketika insisif mengalami retroklinasi.

Reratanya adalah 14,5o dengan rentang +3,5

o hingga +20

o, standar deviasi 3,5

o.

4. Sudut Bidang Insisif Mandibula

Sudut ini dibentuk dari pertemuan bidang mandibula dengan garis yang melintasi

insisal edge dan apeks akar insisif satu mandibula. Sudut ini positif ketika insisif

tipping ke depan (proklinasi), di mana nilai sudut bertambah ketika proklinasi

meningkat. Nilai rerata adalah 1,4o dengan rentang -8,5o hingga +5

o.

12

5. Protrusi Insisif Maksila

Pengukuran ini berupa jarak antara incisal edge insisif satu maksila terhadap garis

dari titik A ke pogonion (A-Pg). Jarak ini positif jika incisal edge berada di depan

garis A-Pg dan negatif jika di belakang. Pengukuran ini mengindikasikan besarnya

protrusi gigi maksila. Reratanya adalah +2,7mm dengan rentang -1,0 hingga +5mm.

13

E. ANALISIS SEFALOMETRI LATERAL (STEINER)

Cecil C. Steiner mengembangkan analisis sefalometri lateral sebelumnya, yaitu tidak

hanya memperhitungkan relasi gigi geligi satu sama lain dan gigi dengan basis yang

berhubungan, tetapi juga menyadari pentingnya jaringan lunak yang menutupi.

Steiner meyakini akan mememberikan informasi klinis secara maksimal dengan

jumlah terkecil dari pengukuran. Tingkat penyimpangan dari normal dapat diketahui

dengan membandingkan pengukuran pasien maloklusi dengan ―oklusi‖ normal,.

Analisis

Steiner membagi analisisnya menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Skeletal, yaitu hubungan rahang atas dan bawah dengan tengkorak dan dengan

satu sama lain

2. Dental, yaitu hubungan gigi insisivus atas dan bawah terhadap masing –

masing rahang dan terhadap satu sama lain

3. Jaringan Lunak, yaitu penilaian keseimbangan dan keselarasan dari profil

facial bawah

Steiner berpendapat bahwa landmarks seperti Porion dan Orbitale tidak selalu mudah

untuk diidentifikasi dalam gambaran radiografi sefalometri lateral, maka, ia memilih

untuk menggunakan basis kranii anterior (Sella – Nasion) sebagai garis acuan dalam

analisisnya. Kelebihan dari menggunakan dua titik ini adalah karenatitik – titik

tersebut hanya bergerak dalam jumlah minimal / sedikit, jika kepala menyimpang

dari posisi profil yang benar.

ANALISIS SKELETAL

1. Hubungan Maxilla terhadap Tengkorak (Relating the Maxilla to the Skull)

Sudut SNA terbentuk oleh pertemuan garis S-N dan N-A. Rata – rata sudutnya adalah

82o. Jika melebihi sudut 82

o, maka menunjukkan posisi yang relatif maju atau dapat

dikatakan maksila protrusi. Dan sebaliknya, jika sudut yang dihasilkan kurang dari

82o, maka menunjukkan posisi yang relatif mundur atau dapat dikatakan bahwa

maksila retrusi.

14

2. Hubungan Mandibulla terhadap Tengkorak (Relating the Mandibule to the

Skull)

Sudut SNB dihgunakan untuk menilai keadaan mandibula terhadap basis kranii

protrusi atau retrusi. Rata – rata untuk sudut SNB adalah 800.Jika sudut kurang dari

800

maka menunjukkan mandibula retrusi. Dan jika sudut lebih besar dari 800

, maka

mengacu pada prognati atau posisi mandibula maju.

3. Hubungan Maxilla terhadap Mandibula (Relating the Maxilla to the

Mandibule)

Sudut ANB digunakan untuk memberikan informasi mengenai hubungan posisi

rahang satu sama lain. Sudut ANB tersebut memberikan gambaran umum mengenai

perbedaan anteroposterior dari maxilla ke basis apikal mandibula. Rata – rata sudut

ini adalah 20, jika sudut meleibihi 2

0 menunjukkan gejala / kecendurungan skeletal

kelas II. Sesuai dengan aturan yang ada, semakin besar angkanya, semakin besar

perbedaan rahang anteroposterior, dan karena hal tersebut semakin besar pula

kesulitan dalam mengoreksi maloklusi.

Jika sudut kurang dari 20

atau bahkan 0 (misal : -1o , -2

o, dll) , menunjukkan bahwa

rahang bawah berada di depan rahang atas, hal tersebut menjunjukkan adanya

hubungan skeletal kelas III.

15

4. Occlusal Plane Angle

Bidang oklusal ditarik melalui daerah yang tumpang tindih antara cusp P1 dan M1.

Sudut dari bidang oklusal ke bidang S-N diukur. Rata – rata sudut untuk oklusi

normal adalah 14o. Sudutnya akan bertambah pada wajah yang panjang atau tumbuh

vertikal dan juga pada kasus skeletal open bite. Sudut ini mungkin akan berkurang

jika pada individu dengan pertumbuhan horizontal atau pada kasus skeletal deep bite.

5. Mandibular Plane Angle

Bidang mandibula ditarik antara Gonion (Go) dan Gnation (Gn). Sudut dari bidang

mandibula dibentuk dari gabungan bidang mandibula ke basis kranii anterior (S-N

16

plane). Rata – rata sudutnya adalah 32o. Jika sudut bidang mandibula terlalu besar

(vertical growers) atau terlalu kecil (horizontal growers) akan menimbulkan pola

pertumbuhan yang kurang baik dan dapat mempersulit proses perawatan.

ANALISIS DENTAL

1. Posisi Insisivus Maksila

Insisivus maksila berhubungan dengan bidang N-A baik secara perhitungan

angular maupun linear. Insisivus maksila terhadap N-A, diukur dalam derajat,

mengindikasikan hubungan angular dari gigi insisivus maksila. Insisivus central

maksila terhadap N-A, diukur dalam derajat, memberikan informasi posisi relatif ke

depan dan ke belakang (forward and backward) gigi insisivus terhadap garis N-A.

17

Insisivus central maksila harus berhubungan dengan garis N-A sedemikian

rupa sehingga titik paling anterior dari mahkotanya berada 4—7 mm di depan garis

N-A dan inklinasi aksial membentuk sudut 22o dengan garis N-A. Untuk menentukan

posisi anteroposterior relatif dari insisivus secara tepat, jarak dari permukaan paling

labial dari insisivus ke garis N-A perlu diukur.

2. Posisi Insisivus Mandibula

Posisi linear anteroposterior dan angulasi dari insisivus mandibular ditentukan

dengan menghubungan insisivus paling protusif dengan garis N-B.

Pengukuran insisivus mandibula terhadap garis N-B dalam millimeter

menunjukkan hubungan posisi ke depan atau ke belakang (forward and backward)

18

dari gigi geligi tersebut dengan garis N-B. Insisivus central mandibula terhadap N-B,

diukur dalam derajat, mengindikasikan inklinasi aksial dari gigi geligi tersebut.

2.2 KRITERIA PERTIMBANGAN RUJUKAN

Pertimbangan rujukan masalah ortodontik pada anak-anak disebut sebagai

‗Orthodontic Triage: Child‘. Triase ini dapat membedakan masalah ortodontik

moderate yang dapat ditangani oleh dokter gigi hingga kompleks yang harus

ditangani oleh dokter gigi spesialis ortodonti. Langkah-langkah dalam triase

ortodontik anak adalah sebagai berikut.

Langkah 1: Sindrom dan Abnormalitas dalam Perkembangan

Memisahkan pasien dengan sindrom fasial dan masalah kompleks lainnya.

Dari penampilan fisik, rekam medis dan dental, serta evaluasi status

perkembangan maka pasien dapat dipisahkan dengan mudah. Contoh sindrom

fasial adalah cleft lip or palate, Treacher-Collins’ syndrome, hemifacial

microsomia, dan Crouzon’s syndrome. Pasien dengan sindrom fasial

membutuhkan perawatan dengan multidisiplin ilmu, maka harus dirujuk

kepada spesialis tim kraniofasial untuk dievaluasi dan diberikan perawatan.

Kelainan pertumbuhan dapat mempengaruhi perawatan ortodontik yang

diberikan bersamaan dengan terapi endokrin, nutrisi, ataupun psikologi. Pasien

dengan kelainan pertumbuhan, seperti juvenile rheumatoid arthritis,

membutuhkan perawatan ortodontik yang tepat dan digabungkan dengan

indentifikasi serta kontrol proses kelaianannya.

Pasien dengan asimetris skeletal signifikan selalu dikategorikan sebagai

masalah yang parah atau kompleks.

Pasien dengan masalah-masalah diatas membutuhkan evaluasi termasuk

radiografik posteroanterior dan lateral sefalometri. Perawatan yang dibutuhkan

biasanya berupa tindakan bedah sebagai tambahan untuk perawatan ortodontik

yang komperhensif sehingga perlu dirujuk.

19

Gambar 1. Langkah pertama dalam triase ortodontik anak

Langkah 2: Analisis Profil Wajah

Masalah Anteroposterior dan Vertikal. Masalah skeletal kelas II dan kelas

III serta deformasi vertikal dari tipe wajah yang panjang dan pendek

membutuhkan evaluasi sefalometri untuk merencanakan perawatan yang tepat

dan harus mempertimbangkan keparahan masalah tersebut sehingga harus

dirujuk.

Protrusi ataupun Retrusi Dental. Keparahan protrusi ataupun retrusi dental

harus dikenali selama analisis profil wajah. Protrusi ataupun retrusi gigi insisiv

dengan masalah skeletal juga membutuhkan perawatan skeletal. Namun,

pasien dengan proporsi skeletal yang baik juga dapat mengalami protrusi

insisor. Ketika masalah ini muncul, maka dibutuhkan analisis ruang karena

protrusi insisor dapat membuat potensi terjadinya gigi berjejal lebih tinggi.

Protrusi insisor (bimaxillary protrusi, bukan overjet) biasanya

mengindikasikan ekstraksi premolar dan retraksi insisor yang mengalami

protrusi. Perawatan ini sangat kompleks dan berkepanjangan, sehingga perlu

dirujuk.

20

Gambar 2. Langkah kedua dalam triase ortodontik anak

Langkah 3: Perkembangan Dental

Masalah yang berhubungan dengan perkembangan biasanya membutuhkan

perawatan secara langsung ketika sudah ditemukan.

Perkembangan dental yang asimetris. Erupsi yang asimetris terlihat

signifikan jika perbedaan dari waktu erupsi normal adalah 6 bulan atau lebih.

Perawatan yang baik meliputi monitoring situasi dan dilihat apakah perlu

dilakukan ekstraksi selektif. Kasus ini termasuk kasus parah yang perlu

ditangani dokter gigi spesialis ortodonti.

Gigi permanen yang hilang. Gigi permanen yang hilang akibat bawaan

adalah pasti terjadi (jika gigi primer sebelumnya hilang) atau mungkin terjadi

(jika gigi primer masih ada) sebagai masalah lengkung yang asimetris.

Perawatan yang dibutuhkan adalah pemeliharaan gigi primer, pergantian gigi

yang hilang secara prostetik atau secara transplantasi maupun implan,

ekstraksi gigi primer yang menutupi jalannya erupsi sehingga memungkinkan

gigi permanen untuk drifting, ataupun ekstraksi gigi primer yang diikuti

dengan perawatan ortodontik. Memilih keputusan yang tepat membutuhkan

penilaian terhadap profil wajah yang hati-hati, posisi insisor, kebutuhan ruang,

dan status gigi primer. Maka dari itu, diperlukan rujukan.

Ankilosis gigi permanen. Gigi permanen yang mengalami ankilosis pada usia

dini ataupun gigi tersebut gagal erupsi maka dikategorikan sebagai gigi yang

hilang. Masalah ini sangat parah sehingga membutuhkan kombinasi perawatan

bedah dan ortodontik. Pilihan perawatan yang ditawarkan sangat sedikit, yang

21

paling umum dilakukan adalah ekstraksi gigi yang terkena dan setelah itu

dilakukan penutupan ruang secara ortodontik (jika tulang alveolar cukup

memungkinkan untuk terjadi penutupan ruang) atau penggantian prostetik.

Maka dari itu, diperlukan rujukan.

Supernumerary teeth. Kehadiran multiplesupernumerary teeth

mengindikasikan masalah yang kompleks dan mungkin terdapat sindrom

ataupun abnormalitas bawaan seperti cleidocranial dysplasia. Maka

dibutuhkan perawatan ekstraksi gigi yang berlebih dan reposisi gigi lainnya,

sehingga dibutuhkan rujukan. Namun, jika hanya satu gigi saja yang

berlebihan dan tidak mengalami posisi berjejal yang kompleks, maka dokter

gigi dapat melakukan ekstraksi tanpa rujukan.

Retained or ankylosed primary teeth. Hanya dibutuhkan monitoring oleh

dokter gigi tanpa adanya rujukan. Ketika diperlukan tindakan, maka dapat

dilakukan ekstraksi dan pemeliharaan ruang (jika terjadi kehilangan ruang atau

perpindahan vertikal). Hal ini dikarenakan gigi primer yang abnormal tersebut

nantinya akan digantikan oleh gigi permanen.

Erupsi ektopik. Erupsi ektopik sering mengakibatkan kehilangan gigi primer

dini, tetapi di kasus yang parah dapat terjadi resorpsi gigi permanen.

Perawatan yang dibutuhkan adalah kombinasi bedah, ortodontik, dan mungkin

berhubungan secara genetik dengan anomali lainnya.

22

Gambar 3. Langkah ketiga dalam triase ortodontik anak

Langkah 4: Masalah Space

Pertama kali dilakukan analisis ruang. Dari analisis tersebut dapat dilihat

apakah terjadi kehilangan caninus maupun molar secara prematur. Masalah

tersebut dapat diatasi oleh dokter gigi dengan space maintener.

Selain itu, jika sudah terjadi kehilangan ruang saat premature loss sebesar

3mm atau kurang maka dapat ditangani oleh dokter gigi tanpa dirujuk dengan

space regaining (simple appliances). Namun, jika kehilangan ruang lebih dari

3mm maka perlu dirujuk.

Ketidakteraturan insisor dengan ruang yang cukup dapat ditangani oleh dokter

gigi. Pada pasien dengan periode gigi bercampur dapat dilakukan align

ataupun perawatannya ditunda. Pada pasien dengan periode gigi tetap dapat

dilakukan align

Ketidakteraturan gigi dengan ruang yang berkurang 4mm atau kurang dapat

ditangani oleh dokter gigi dengan mengatur ruang (mengurangi lebar gigi

23

primer, mengekstraksi gigi primer secara selektif, ataupun ekspansi lengkung).

Namun, jika ruangnya berkurang lebih dari 4mm, maka dibutuhkan rujukan.

Midline diastema 2mm atau kurang dapat ditangani oleh dokter gigi dengan

menunggu gigi caninus erupsi tanpa tindakan apapun pada pasien anak.

Berbeda dengan pasien dewasa, diperlukan tindakan tip gigi secara bersamaan.

Namun, jika diastema lebih dari 2mm diperlukan rujukan dan akan dilakukan

bodily movement lalu frenectomi.

Gambar 4. Langkah keempat dari triase ortodontik anak

Langkah 5: Kesenjangan Oklusal Lainnya

Evaluasi bentuk fasial atau hasil analisis ruang. Dari hasil analisis tersebut,

dapat dilihat jika terjadi posterior crossbite (skeletal) maka pasien tersebut

harus dirujuk untuk dilakukan pelebaran sutura mid-palatal.

Jika terjadi posterior crossbite (dental), anterior crossbite, ataupun overjet

berlebih yang kompleks maka perlu dirujuk. Namun, jika posterior crossbite

(dental) moderate maka dokter gigi dapat melakukan tindakan perluasan

dengan cara tipping gigi. Jika anterior crossbite moderate terjadi maka dokter

24

gigi dapat melakukan tip gigi dengan alat lepasan. Jika terjadi overjet berlebih

yang moderate maka dokter gigi dapat melakukan tip dengan alat lepasan.

Jika terjadi anterior open bite yang sederhana, maka pada gigi primer tidak

dibutuhkan perawatan. Namun, pada periode gigi bercampur dibutuhkan

tindakan berupa terapi thumb sucking oleh dokter gigi.

Masalah yang kompleks harus dirujuk dan akan dilakukan modifikasi

pertumbuhan ataupun bedah rahang.

Jika terjadi deep overbite, maka harus dirujuk dan akan dilakukan intrusi

maupun mechanoterapi.

Jika terjadi pergeseran akibat trauma, maka harus dirujuk dan akan dilakukan

perawatan secara langsung.

Gambar 5. Langkah kelima dalam triase ortodontik

25

2.3 ANALISA KEBUTUHAN RUANG

Analisa ruang merupakan suatu cara yang digunakan dalam penentuan

diagnosa kondisi rongga mulut pasien dan rencana perawatan preventif maupun

interseptif ortodontik yang akan dilakukan oleh dokter gigi karena macam perawatan

sangat bergantung pada kondisi susunan gigi geligi dan keinginan pasien terhadap

susunan gigi geliginya. Prinsip pelaksanaan analisa ruang ini berdasarkan diskrepansi

pada model studi dan rahang pasien. Diskrepansi merupakan ruang yang dihasilkan

dari perbedaan ruang yang tersedia (available space) dengan ruang yang dibutuhkan

(required space). Secara umum, konsep perhitungan kebutuhan ruang tergambar dari

peta konsep berikut:

Dalam melakukan perhitungan dibutuhkan model studi, radiograf, dan alat

ukur seperti jangka sorong, dan tabel perkiraan. Analisis ini dapat dilakukan melalui

cara manual maupun menggunakan komputerisasi selain itu metode yang

digunakanpun bermacam – macam dimana cara – cara maupun metode yang ada

memiliki kekurangan dan kelebihan tersendiri. Penggunaan cara maupun metode yang

digunakan akan disesuaikan kasus yang dihadapi. Keakuratan analisis selain

bergantung pada kemampuan operator seperti pemilihan dan penguasaan teknik

Gambar 1. Perbandingan antara ruang yang tersedia dengan ruang yang

dibutuhkan. Apabila kekurangan ruang yang tersedia maka gigi akan crowding.

Apabila sesuai maka susunan gigi rapi dan apabila ruang yang tersedia lebih

banyak daripada ruang yang dibutuhkan maka jarak antar gigi renggang.

26

analisis yang tepat untuk setiap kasus juga bergantung pada hasil cetakan model studi

dan alat – alat bantu yang digunakan saat pengukuran.

Hasil dari analisa kebutuhan ruang harus berdasarkan pada tiga asumsi

penting yaitu:

1. Posisi anteroposterior dari gigi insisif harus tepat (contohnya gigi

insisif tersebut tidak dalam kondisi protrusif atau retrusif secara

berlebihan)

Prevalensi gigi insisif protrusif lebih besar daripada retusif.

Ada interaksi antara crowding gigi geligi dengan suatu hubungan yang

protrusif atau retrusif, apabila insisif condong ke lingual (retrusif), ini

akan memperjelas adanya crowding, namun apabila insisif protrusi,

potensi terjadinya crowding juga akan semakin berkurang. Crowding

dan protrusi adalah dua aspek yang berbeda, dalam sebuah fenomena

yang sama. Jika tidak ada ruang yang cukup untuk gigi tumbuh secara

tepat, hal ini dapat mengakibatkan crowding, protrusi, atau kombinasi

dari keduanya. Oleh karena itu, informasi tentang seberapa banyak gigi

insisif tersebut mengalami protrusi harus ada di pemeriksaan klinis

untuk mengevaluasi hasil analisa kebutuhan ruang.

2. Ruang yang tersedia tidak akan berubah selama pertumbuhan,

Hal ini berlaku pada sebagian besar anak, namun tidak pada

semua anak. Pada anak dengan wajah yang proporsional, kecil

kemungkinannya bahwa gigi geligi tidak akan tumbuh sesuai dengan

lengkung rahang yang ada, namun seringnya gigi akan bergerak secara

anterior atau posterior pada keadaan rahang yang tidak sesuai. Oleh

karena itu, analisa pengukuran ruang tidak akan akurat pada anak

dengan masalah skeletal (kelas II, kelas III, wajah yang terlalu panjang

atau pendek). Bahkan pada anak dengan wajah yang proporsional,

posisi dari gigi molar permanen akan berubah saat molar sulung

digantikan dengan gigi premolar. Jika pengukuran tersebut dilakukan

pada periode mixed dentition, maka harus dilakukan antisipasi untuk

pergeseran molar yang akan terjadi.

3. Gigi yang telah erupsi harus dalam ukuran normal

27

Hal ini dapat dicapai dengan penilaian secara klinis dan radiografis.

Anomali pada ukuran gigi mempunyai dampak yang besar terhadap

ruang tersedia pada lengkung gigi

METODE ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PADA PERIODE MIX

DENTITION

Ada tiga metode yang dapat dilakukan:

1. Metode Radiografi

Pengukuran dimensi gigi dengan menggunakan metode radiografi

memerlukan kualitas gambar yang baik dan tidak kabur atau distorsi

minimal. Teknik radiografi periapikal merupakan teknik yang sering

digunakan dibandingkan dengan panoramik atau teknik yang lain karena

perbesaran ukuran gigi yang belum erupsi dapat disesuaikan dengan

derajat perbesaran ukuran gigi yang telah erupsi. Walaupun seringkali

pada penggunaan teknik periapikal, gigi caninus bisa distorsi dan

mengurangi keakuratan pengukuran. Ketepatan metode pengukuran ini

sangat bergantung pada teknik pengambilan gambar yaitu jarak target film,

ada tidaknya distorsi pada film, kejelasan batas mahkota, dan overlapping.

Pada gigi yang mengalami rotasi akan sulit dilakukan pengukuran secara

tepat. Foster dan Wylie (1958) menyatakan pengukuran gigi secara

langsung lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan pengukuran yang

diperoleh dari radiografi intraoral dengan kualitas yang meragukan. Untuk

memastikan ukuran yang sebenarnya, biasanya dilakukan pengukuran

pada mesio-distal gigi molar pada model. Seperti pada gambar di bawah

ini:

28

Sedangkan, hubungan proporsional sederhana didapat:

Keakuratan sangat bergantung pada kualitas radiograf dan posisi

lengkung rahang. Teknik ini dapat digunakan baik pada rahang atas

maupun bawah untuk semua ras.

Dalam metode ini dikenal adanya analisi Nance (1947) dan Analisis

Bull (1959). Analisis Nance menggunakan gigi dC, dM1, dan dM2

untuk memprediksi ruang gigi C, P1, dan P2. Selisih ruang yang

tersedia dan ruang yang dibutuhkan dapat dihitung.

Prosedur dari analisis ini adalah:

a. Persiapan

1. Model RA dan RB

2. Foto rontgen/radiograf

3. Jangka sorong

b. Cara

Gambar2. Untuk mengoreksi pembesaran pada film, dengan objek

yang sama pada model. B. pada film. A. yang mana akan

menghasilkan presentasi pembesaran. Rata-rata dari keduanya

digunakan untuk mengoreksi pembesaran dari gigi yang belum

erupsi.

29

1. Ukur lebar mesiodistal dari gigi dC,d M1,dM2 dari model atau

langsung (RA kanan-kiri, RB kanan-kiri), kemudian jumlahkan

2. Ukur lebar mesiodistal dari gigi C, P1, dan P2 yang belum tumbuh

dari foto rontgen/radiograf (RA kanan-kiri, RB kanan-kiri), kemudian

jumlahkan

3. Kemudian bandingkan hasil 1 dan 2. Kemungkinan hasilnya:

- Hasil 1=2 -->cukup

- Hasil 1>2 --> kelebihan sehingga jarak antar gigi renggang

- Hasil 1<2 --> kurang sehingga gigi crowding atau ektopik

2. Metode Non Radiografi

Prediksi lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar permanen yang

belum erupsi dilakukan dengan metode non radiografi, yang pada

prinsipnya dikembangkan dari perhitungan korelasi dan regresi. Analisis

dengan metode non radiografi memiliki beberapa keuntungan yaitu :

Prediksi gigi geligi yang belum erupsi dapat dilakukan dengan

menggunakan lebar gigi geligi permanen yang telah erupsi

sempurna, tanpa radiograf

Perhitungannya sangat sederhana, memiliki systematic error yang

minimal

Dapat dilakukan oleh dokter gigi umum maupun spesialis

Dapat dilakukan dengan cepat, dapat dilakukan pada model

maupun di mulut dengan ketepatan yang baik

Dapat digunakan untuk rahang atas maupun bawah

Sedangkan kekurangannya adalah hasil analisis sangat bergantung pada

hasil cetak model studi. Terdapat dua metode analisis yaitu:

- Analisis Moyers

Analisis Moyers menggunakan jumlah lebar mesiodistal insisif

mandibula dalam memprediksi jumlah lebar caninus dan premolar

maksila dan mandibula. Adanya korelasi yang cukup besar antara

besar gigi geligi insisifmandibula dengan jumlah lebar mesiodistal gigi

kaninus dan premolar pada keduarahang merupakan alasan utama

keempat gigi insisif mandibula digunakan sebagaigigi prediktor dalam

memprediksi jumlah ruang yang dibutuhkan bagi gigi geligiyang

30

belum erupsi. Selain itu, gigi insisif mandibula dipilih sebagai

gigiprediktor karena gigi geligi ini erupsi lebih awal pada masa geligi

bercampur danletaknya berada di tengah-tengah lengkung gigi

sehingga diperoleh akses pengukuranyang mudah dan akurat, baik

pada mulut secara langsung maupun pada model. Gigi insisif

mandibula juga tidak memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran.Pada

awalnya tabel prediksi tersebut digunakan untuk laki-laki dan

perempuan secara bersamaan (1973). Namun kemudian tabel tersebut

disempurnakan dengan membedakan antara laki-laki dan perempuan

(1988). Tingkat kepercayaan 50% adalah tingkat kepercayaan untuk

perhitungan yang lebih akurat. Namun, Moyers merekomendasikan

tingkat kepercayaan 75% digunakan untuk kebutuhan klinis karena

pada level ini ada kecenderungan nilai lebar mesiodistal yang

diprediksi setara atau lebih kecil dari lebar mesiodistal yang

sebenarnya. Format tabel ini sebenarnya berfungsi untuk mencegah

para dokter gigi memperoleh nilai yang tidak sesuai dengan nilai lebar

mesiodistal yang sebenarnya.

Cara menggunakan analisis moyers adalah sebagai berikut :

1. Mengukur lebar mesiodistal keempat gigi insisif permanen bawah

baik sentral maupun lateral kemudian dijumlahkan dan dicatat.

2. Jika terdapat crowding pada gigi insisif bawah, tandai jarak antar

insisif dalam lengkung gigi tiap kuadran dimulai dari titik kontak gigi

insisif sentralis mandibula. Ruang yang tersedia adalah jarak antara

distal insisif lateral ke mesial M1, apabila gigi insisif crowding,

maka jarak overlapping di hitung, dikurangkan dari ruang yang

tersedia.

3. Mengukur jarak tanda di bagian anterior (bagian distal gigi insisif

lateralis permanen) ke tanda di permukaan mesial dari gigi molar

pertama permanen (space available). Dapat dilakukan menggunakan

kawat atau dengan kaliper.

4. Jumlah lebar mesiodistal keempat gigi insisif mandibula

dibandingkan dengan nilai pada tabel proporsional dengan tingkat

kepercayaan 75% untuk memprediksi lebar gigi caninus dan premolar

maksila dan mandibula yang akan erupsi pada satu kuadran.

31

5. Membandingkan jumlah ruang yang tersedia dengan ruang yang

diprediksi (dari tabel) pada kedua rahang. Jika diperoleh nilai negatif,

maka dapat disimpulkan adanya kekurangan ruang. Jika diperoleh

nilai postifi, maka dapat disimpulkan ruang yang tersedia cukup

untuk ruang gigi erupsi.

Tabel1. Perhitungan Analisis Moyers

Gambar3. Jarak pengukuran metode moyers yaitu dari distal gigi

insisif lateral ke mesial gigi molar 1

Catatan : Posisi distal gigi molar dua desidui atau sisi mesial gigi molar

pertama atas dan bawah yang masih end to end bite ( sejajar ) pada masing-

masing sisi tambahkan kebutuhan ruang untuk penyesuaian oklusi menjadi klas

I Angle ( Lee way space ) rata-rata sebesar 0.9 mm untuk rahang atas dan 1,7

32

mm untuk rahang bawa selain itu pada Metode Nance, ia dapat juga digunakan

untuk mengetahui besarnya Lee way space pada kasus-kasus mixed dentition.

Cara membaca dan penanganan yang mungkin dilakukan setelah mengetahui

hasil analisis Moyers ini adalah :

1. Ruang yang tersedia < dari prediksi

Perawatan yang dibutuhkan adalah space regainer yang digunakan untuk

membuka kembali ruang seperti seharusnya sehingga dapat menghindari

kondisi crowded.

2. Ruang yang tersedia = prediksi

Perawatan yang dibutuhkan adalah space maintainer yang digunakan untuk

mempertahankan ruang yang sudah ada sehingga menghindari kondisi

malposisi gigi geligi. Ulfa (2009) menambahkan kehilangan gigi desidui

molar kedua sebelum memasuki masa erupsinya maka akan memacu gigi

molar pertama permanen untuk bergerak ke arah mesial. Hal tersebut dapat

diatasi dengan menggunakan space maintainer untuk menjaga agar tidak

terjadi pergeseran gigi dan ruang yang mencukupi untuk gigi premolar

kedua erupsi. Kehilangan dini gigi tidak serta merta dapat diatasi dengan

menggunakan space maintainer dimana terdapat kondisi tertentu yang tidak

memungkinkan penggunaan alat tersebut diantaranya :

1. Gigi yang mengalami premature lost adalah gigi insisivus desidui karena

hampir tidak ada pergeseran kearah mesial

2. Tonjolan yang ada di sebelah ruang kosong sudah mengunci sedemikian

rupa sehingga pergeseran ke ruang kosong akan terhalang dengan

sendirinya

3. Pergeseran gigi yang terjadi justru memperbaiki relasi molar pada oklusi

normal

4. Pergeseran gigi memperbaiki crowded anterior

- Analisis Tanaka-Johnston

Analisis ini merupakan pengembangan dari perhitungan regresi

Moyers untuk memprediksi lebar mesiodistal gigi kaninus, premolar

pertama, dan premolar kedua permanen yang akan erupsi. Analisis

Tanaka-Johnston dikembangkan dari 506 sampel yang berasal dari

keturanan Eropa Utara. Analisis Tanaka-Johnston memiliki koefisien

korelasi sebesar 0,63 untuk maksila dan 0,65 untuk mandibula

33

sedangkan standard error of estimate yang dimiliki adalah 0,86 mm

untuk gigi rahang atas dan 0,85 mm untuk gigi rahang bawah. Analisis

ini tidak membutuhkan foto radiografi maupun tabel sehingga mudah

dihafal dan praktis digunakan. Analisis ini menggunakan lebar

mesiodistal keempat gigi insisif mandibula dalam perhitungannya.

Dalam analisis Tanaka-Johnston, setengah dari jumlah lebar

mesiodistal keempat gigi insisif mandibula dihitung. Kemudian

ditambahkan 10,5 mm untuk memprediksi jumlah lebar mesiodistal

gigi kaninus dan premolar yang akan erupsi pada mandibula dalam

satu kuadran. Pada maksila rumus ditambahkan 11,0 mm untuk

memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar pada

maksila dalam satu kuadran. Setelah itu, jumlah lebar gigi pada

seluruh rahang dijumlahkan dan dibandingkan dengan ruang yang

tersedia pada rahang (space available). Secara detail dapat dilihat pada

tabel dibawah ini:

34

- Analisis Sitepu

Rahardjo (2011) menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan analisa ruang

ini ada cara lain yang digunakan yaitu dengan menghitung memakai

rumus tertentu untuk mengetahui lebar benih gigi. Prosedur cara ini

adalah dengan menjumlahkan keempat lebar mesiodistal gigi insisius

rahang bawah kemudian dimasukkan ke rumus dan hasil perhitungan

akan menunjukkan lebar mesiodistal gigi kaninus (C), premolar

pertama (P1), dan premolar kedua (P2). Ruang yang dibutuhkan dapat

diperoleh dari jumlah lebar mesiodistal gigi insisiv atas ataupun bawah

ditambah dua kali lebar mesiodistal kaninus permanen dan premolar

yang didapat dari rumus. Rumus yang ada biasanya ditentukan untuk

suatu ras tertentu dimana Sitepu (1983) dalam tesisnya menemukan

rumus yang sesuai dengan ras Deutero-Melayu. Penelitian yang ia

lakukan mencakup 215 anak dengan presentasi keberhasilan rumus

sebesar 99%. Rumus tersebut adalah lebar mesiodistal gigi kaninus

(C), premolar pertama (P1), dan premolar kedua (P2) pada satu sisi (Y)

berdasar jumlah lebar mesiodistal gigi insisivus rahang bawah (X)

dengan persamaan :

Y rahang atas = 0,484263X + 11,7181

Y rahang bawah = 0,460037X + 10,9117

Perbedaan antara analisis Moyers dengan analisis Sitepu ini

terletak pada ras yang diteliti dimana pada Moyers adalah anak kulit

putih Amerika sementara pada Sitepu pada anak ras Deutero-Melayu

selain itu tampak pada nila perbandingan prediksi lebar region

kaninus-premolar pada rahang atasnya prediksi Sitepu lebih besar

dibanding prediksi Moyers dengan lebar insisivus rahang bawah yang

sama namun hal tersebut berbanding terbalik pada lebar regio kaninus-

premolar rahang bawah dimana prediksi Moyers lebih besar angkanya

dibanding prediksi Sitepu yang menunjukkan perkembangan rahang

pada anak Amerika berkulit putih lebih besar dibanding pada anak ras

Deutro-Melayu mengingat adanya pengaruh jenis dan pola konsumsi

makanannya. Prediksi Moyers menjelaskan bahwa ketika kita

menggunakannya harus memperhatikan pula overjet yang terjadi. pada

35

anduan umum analisa ruang secara keseluruhan ini sendiri adalah

mengacu pada Proffit dan Fields (2007) dimana dijelaskan bahwa :

1. Kondisi dengan kekurangan ruang sampai dengan 4 mm maka

tidak perlu dilakukan pencabutan gigi permanen.

2. Kondisi dengan kekurangan ruang antara 5 – 9 mm terkadang

masih dapat dilakukan perawatan dengan tidak perlu

dilakukan pencabutan gigi permanen namun seringnya

memerlukan pencabutan gigi permanen (tidak termasuk gigi

M3).

3. Kondisi dengan kekurangan ruang 10 mm atau lebih maka

selalu perlu dilakukan pencabutan gigi permanen biasanya

premolar pertama dengan catatan seluruh gigi lainnya dalam

keadaan baik namun apabila terdapat gigi karies parah dan

tidak dapat dirawat lagi maka dapat dicabut dengan

menyesuaikan kondisi kasus pasien.

3. Metode kombinasi gambaran radiograf dan tabel prediksi.

- Analisis Hixon-Oldfather and Staley

Metode ini menggabungkan teknik radiografi dan teknik perhitungan pada

model dalam memprediksi jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan

premolar yang akan erupsi pada kedua rahang. Metode ini merupakan

metode yang paling akurat karena menggabungkan keuntungan dari

metode radiografi dan metode rumus prediksi untuk meningkatkan daya

prediktibilitas. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Hixon dan

Oldfather (1958). Kemudian Staley memodifikasi metode ini sehingga

standard error of estimate dapat diturunkan menjadi 0,44 dan koefisien

korelasinya meningkat menjadi 0,92. Berikut adalah grafik standard error

of estimates dari metode ini:

36

Gambar4. Grafik menunjukkan hubungan antara ukuran gigi insisif bawah

dari model ditambah premolar satu dan dua bawah yang diukur dari

radiograf (x-axis) dan ukuran gigi kaninus ditambah gigi premolar (y-axis)

Cara menggunakan analisis Hixon -Oldfather and Staley adalah sebagai

berikut :

1. Lebar mesiodistal gigi insisif sentralis dan gigi insisif lateralis pada

satu kuadran diukur pada model studi.

2. Dilakukan pengukuran secara langsung lebar mahkota gigi premolar

pertama dan kedua yang belum erupsi pada foto radiografi.

3. Jumlahkan hasil pengukuran pada model studi dan foto radiografi.

4. Lihat pada grafik prediksi untuk menentukan gigi kaninus, premolar

pertama, dan premolar kedua yang belum erupsi

37

C. Form Analisis Kebutuhan Ruang

38

2.4 ALAT ORTODONTI LEPASAN

Alat ortodonti lepasan tidak melekat permanen pada gigi dan dapat lepas dari mulut

oleh pasien. Berbagai pergerakan gigi yang dapat dicapai dengan menggunakan, baik individu

maupun kelompok gigi: tipping, pengurangan overbite, koreksi crossbite, ektrusi, dan intrusi

Alat ortodonti lepasan digunakan untuk beberapa jenis pergerakan gigi berikut

- Gerakan tiping Karena alat ortodonti lepasan menerapkan satu titik kontak

pergerakan pada mahkota gigi sehingga gigi akan miring disekitar titik tumpu,

dimana titik tumpu pada gigi berakar satu berada pada 40% panjang akar dari apek

- Pergerakan sekelompok gigi karena alat lepasan dihubungkan dengan baseplate

yang lebih efisien menggerakkan sekelompok gigi

- Mempengaruhi erupsi dari opposing teeth hal ini dapat diatasi dengan

menggunakan

Flat anterior bite plane, mengatasi occlusi yang rendah pada gigi anterior.

Alat ini untuk mengurangi overbite

Bucal capping, membebaskan kontak antara segmen bukal gigi. Hal ini

dimungkinkan jika intrusi pada bagian bukal diperlukan.

A. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI,

Indikasi

- Pasien berada pasa masa tumbuh kembang (lebih efektif jika digunakan pada masa

mixed dentition)

- Kasus non ekstraksi

- Sebagai retensi setelah perawatan orthodontic

Kontraindikasi

- Maloklusi skeletal

- Pasien tidak kooperatif (kooperatif pasien pada AOL lebih besar dari 70%)

B. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

Keuntungan

39

1. Pasien dapat melanjutkan prosedur rutin oral hygiene tanpa gangguan.

Rongga mulut dan alat orthodonti lepasan, keduanya dapat tetap dijaga

kebersihannya.

2. Semua prosedur restorative dapat dilakukan saat penggunaan alat

orthodonti lepasan.

3. Hampir semua bentuk pergerakan tipping dapat secara sukses diperbaiki.

4. Alat orthodonti lepasan lebih tidak mencolok dibandingkan dengan fixed

appliance. Oleh karena itu, secara umum AOL lebih diterima oleh pasien.

5. Penggunaan alat ini dapat diaplikasikan dan dimonitor oleh dokter gigi

umum karena desainnya yang relatif simpel.

6. Waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk mengaktivasi alat ini lebih

sedikit, dikarenakan gerakan yang diakibatkan oleh alat hanya sedikit,

sehingga waktu pertemuan dokter gigi dengan pasien juga lebih sedikit.

7. Pasien dapat melepas alat yang rusak atau tidak nyaman. Di samping itu,

alat yang rusak juga tidak darurat bagi para dokter gigi.

8. Murah

Kekurangan

1. Kekooperatifan pasien adalah kunci dari terapi alat orthodonti lepasan.

Durasi pemakaian alat tergantung pada durasi alat dapat bekerja.

Karenanya, durasi perawatan dapat bertambah tergantung dari kepatuhan

pasien.

2. Kemampuan alat orthodonti lepasan hanya dapat untuk beberapa

pergerakan, tidak dapat menyebabkan pergerakan tiga dimensional.

3. Pergerakan yang banyak sangat sulit dilakukan, bahkan terkadang tidak

mungkin dilakukan.

4. Pasien harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melepas dan

memasang kembali alat agar perawatan sukses.

5. Kemungkinan alat orthodonti lepasan hilang dan/atau rusak lebih besar.

C. KOMPONEN DAN DESAIN

Terdapat 3 komponen utama dalam alat ortodonti lepasan:

1. Komponen retentive

40

Komponen retentive adalah bagian yang menjaga alat tetap pada

posisinya dan mencegah kesalahan penempatan. Bagian ini juga menjaga agar

alat tidak lepas saat digunakan. Komponen retentive dibentuk oleh kawat yang

tidak memiliki fungsi penggerak tetapi fungsi penjangkaran. Kawat ini disebut

juga dengan clasp.

Prinsip penggunaan clasp adalah dengan mengandalkan undercut yang

dibentuk oleh clasp. Pada undercut, clasp akan mengikat pada bagian

lengkung gigi dibawah lingkar terbesar gigi. Ada dua tipe undercut; buccal

lingual cervical gigi dan mesial distal proximal gigi.

Clasp terdiri dari berbagai jenis berdasarkan bentuk dan perlekatannya.

Clasp-clasp tersebut adalah:

a. Cicumferential clasp : dikenal juga sebagai ¾ clasp. Mempunyai

desain yang sederhana dan perlekaatannya baik, perlekatan pada

undercut di sisi cervico buccal (M1), kelemahannya jika gigi belum

erupsi sempurna perlekatan tidak baik.

b. Jackson‘s clasp: mirip dengan circumferential tetapi retensi dibuat

mengelilingi gigi sepenuhnya, disebut juga U clasp. Kelemahannya

jika gigi belum erupsi sempurna perlekatan tidak baik.

c. Adam‘s clasp: terdiri dari 3 komponen; 2 arrow head, bridge, 2

retentive arm dan memakai undercut mesial dan distal. Bridge berada 1

mm dari permukaan bukal dan setinggi setengah mahkota gigi.

Arrowheads harus parallel dan dapat duduk pada mesial distal

unePaling sering digunakan karena bersifat universal dan dapat

dimodifikasi dengan mudah. Kelebihannya antara lain retensinya

sangat baik, dapat dengan mudah disesuaikan, dapat digunakan pada

41

gigi yang belum erupsi sempurna, dan dapat dipakai pada tahap

perkembangan gigi sulung ataupun permanent, setengah atau erupsi

sempurna dan pada gigi insisif, premolar ataupun molar.

d. Triangular clasp: diletakkan pada interdental dua gigi posterior,

cengkram ini menggunakan prinsip undercut di proksimal.

Kelebihannya yaitu tidakmemberikan iritasi pada gingival.

e. Southend clasp: cengkram diletakan pada servikal margin labial dua

gigi insisif 1.

f. Ball end clasp: claps ini memiliki bola diujungnya yang berfungsi

untuk mengcengkram undercut proksimal pada interdental. mirip

dengan triangular clasp, peletakannya sama, hanya saja bentuknya

lebih sederhana

g. Schwarz clasp: clasp ini memiliki banyak arrowhead yang

mencengkram interproksimal undetcut gigi poserior. Prinsip yang

42

digunakan hampir seperti triangular clasp hanya saja gigi yang

dilibatkan lebih banyak

h. Crozat clasp: adalah modifikasi dari Jackson‘s clasp tetapi ditambah

solderan kawat pada bagian buccal di bawah kawat utamanya yang

dapat mencengkram undercut mesial dan distal sehingga memberikan

retensi yang lebih baik.

2. Komponen aktif

Komponen aktif adalah kawat pemberi gaya untuk pergerakan gigi. Ada empat

jenis komponen aktif:

a. Bow (busur)

biasanya digunakan untuk retraksi gigi-gigi incisor. Ada beberapa jenis

bow berdasarkan bentuk juga fungsinya. Dapat digunakan menjadi

aktif (diameter kawat SS 0,6-0,7 mm) ataupun pasif (diameter kawat

SS 0,7-0,9 mm). Komponen ini digunakan untuk mereduksi overjet

maupun mendorong sekelompok gigi anterior ke palatal / lingual.

Bentuknya mengikuti lengkung gigi anterior dan sejajar bidang

oklusal. Letak kawat harus di 1/3 tengah mahkota gigi agar tujuannya

tercapai, yaitu gigi terdorong ke palatal. Sedangkan jika letak kawat

berada pada 1/3 servikal, gigi akan terdorong ke palatal dan insisal

(ekstrusi) dan jika letak kawat berada pada 1/3 insisal, maka gigi akan

terdorong ke palatal dan servikal (intrusi). Daerah aktivasinya adalah

dengan memperkecil loop.

Jenis Labial Bow :

43

- Split

Labial bow yang membelah di bagian tengah. Labial bow tipe ini

menunjukkan fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan short labial

bow. Diindikasikan untuk anterior retraction, modifikasi labial bow tipe ini

dapat digunakan untuk menutup midline diastema. Aktivasinya adalah dengan

menekan U loop 1-2 mm.

- Reverse

Biasa disebut juga dengan reverse loop labial bow. U loops terletak pada distal

gigi C dan ujung bebas dari U loops beradaptasi dari oklusal diantara P1 dan

C. Mencegah C ke arah buccal ketika retraksi

- Robert‘s retractor

44

Labial bow yang dibuat dari kawat tipis (0,5 mm) dengan coil berdiameter 3

mm pada mesial gigi C. Diindikasikan untuk pasien dengan severe anterior

proclination dengan overjet > 4 mm. Kawatnya sangat fleksibel, sehingga hal

tersebut menghasilkan kekuatan yang lebih ringan

- Mill‘s retractor

Memiliki loop yang luas. Diindikasikan untuk pasien dengan large overjet.

Kekurangan dari labial bow tipe ini adalah konstruksinya rumit.

- High with apron springs

Menggunakan kawat yang tebal (0,9 mm). Labial bow tipe ini dapat di desain

untuk retraksi pada satu atau lebih gigi, sifatnya sangat fleksibel dan dapat

digunakan pada kasus large overjet. Apron spring disini adalah komponen

aktif yang dapat di aktivasi melalui bending menuju gigi. Karna sangat

fleksibel, maka aktivasi hingga 3 mm dapat dilakukan dalam suatu waktu.

Kekurangannya adalah konstruksi yang rumit dan memiliki resiko untuk

mengiritasi jaringan lunak.

b. Spring (pegas)

digunakan untuk menggerakan gigi ke berbagai arah sesuai jenis

springnya.

i. Simple spring

Untuk menarik gigi ke arah mesial atau distal. Terdiri dari

sebuah coil/kumparan atau helix yang berada di dekat titik

attachmentdan ujung bebas (free end) yang bergerak.

45

Konstruksi pegas ini dibangun sedemikian rupa sehinggahelix

diposisikan berlawanan dengan arah dimaksudkanperpindahan

gigi . Helix juga harus ditempatkan di sepanjangsumbu panjang

gigi yang akan dipindahkan dan tegak luruske arah gerakan gigi

(Gambar 38.2B ) .

Aktivasi finger springs diaktifkan dengan membuka

kumparan/coil atau memindahkan area aktif terhadap gigi yang

dipindahkan. Sekitar 3 mm dari aktivasi dianggap optimal.

ii. Cranked single cantilever spring untuk menggerakan incisor ke

labial

iii. Z spring (bumper terbuka) digunakan untuk menggerakan gigi

ke labial

iv. T spring (bumper tertutup) untuk menggerakan gigi ke labial.

Terbuat dari SS 0,5-0,6 mm (diameter kawat) digunakan untuk

mendorong gigi P dan kadang C ke buccal. Dapat pula untuk

mendorong dua gigi anterior ke labial bersama-sama. Sesuai

dengan namanya, pegas ini memiliki bentuk T-shaped pada

lengannya, dan ujungnya tertanam pada baseplate. Aktivasi

46

dilakukan dengan menarik ujung bebas dari ―T‖ terhadap arah

pergerakan gigi yang diharapkan.

v. Coffin spring digunakan fungsinya sama seperti screw yaitu

untuk ekspansi lengkung rahang

vi. Canine retractor:

o U loop untuk menarik canine ke distal

o Hellcal untuk menarik canine ke distal

o Palatal untuk menarik canine ke distal

o Buccal untuk menarik canine ke distal

c. Screw diletakkan pada basis plat akrilik. Guna screw untuk alat

ortodonti untuk menghubungkan bagian dari basis akrilik yang terpisah

kegunaannya antara lain untuk ekspansi lengkung rahang, menggeser

sekelompok gigi ke labial dan ke distal.

47

d. Elastic (karet) jarang sekali digunakan pada alat ortodonti lepasan.

Lebih banyak digunakan pada alat ortodonti cekat. Elastic digunakan

untuk menarik gigi dengan dipasangkan pada hook pada kawat

aktivasi. Elastic biasanya digunakan untuk meningkatkan gaya yang

diberikan kawat orto atau memberikan gaya kea rah yang tidak bisa

diberikan dengan baik oleh kawat ortho, misalnya menariknya ke

oklusal.

3. Base plate (plat basis)

Sebagian besar dari alat ortodonti lepasan debentuk dari plat basis. Fungsi base

plate adalah mendukung komponen lain, seperti :

- Tempat penanaman basis spring, clasps , labial bow, dll

- Mencegah pergeseran gigi yang tidak akan digerakan

- Melindungi spring di daerah palatal

- Menahan dan meneruskan kekuatan gigitan

Syarat :

- Menutupi seluruh palatum keras (RA) / vestibulum lingualis (RB)

- Menempel pada tepi vertikal gigi bagian palatal

- Berkontak ringan dengan mukosa palatal / lingual

- Tidak menghalangi erupsi gigi

- Ketebalan maksimum 2 mm (cukup tebal sebagai tempat retensi pegas)

- Tidak mudah patah & memberikan kenyamanan

- Kondisi akrillik tidak porus, halus, berkilap, dan merata

48

Dapat di modifikasi dan memiliki tambahan fungsi, seperti :

- Anterior bite plane / anterior bite raiser

Yaitu suatu peninggian gigitan di anterior, biasanya di rahang atas. Fungsi dari

anterior bite plane yaitu :

1. Untuk menghilangkan kontak Rahang Atas dan Rahang Bawah di

posterior

2. Memberikan efek intrusi gigi anterior dan efek ekstrusi gigi posterior.

3. Untuk kelainan vertikal misalnya kasus deep bite

4. Mengatasi crossbite posterior (kelainan buco-lingual/ buco palatal),

dengan bantuan tambahan perawatan lainnya.

5. Peninggian 1-2 mm (regio M berjarak 1-2 mm)

6. Berkontak dengan gigi anterior bawah

7. Terlihat datar dari depan (sejajar bidang horizontal). Pemakaian tidak

boleh terlalu lama, bila sudah diatasi maka akrilik diasah untuk mecegah

kelainan TMJ.

- Posterior bite plane / posterior bite raiser

Yaitu suatu peninggian gigitan di posterior, dapat diletakan di rahang atas

ataupun rahang bawah. Fungsi dari posterior bite plane :

1. Menghilangkan kontak vertikal di anterior seperti untuk mengatasi

crossbite anterior (jumping the bite) hanya bila overbite lebih besar dari

freeway space

2. Tekanan di posterior akan menimbulkan intrusi gigi posterior

- Incline bite plane

D. CARA PEMASANGAN DAN AKTIVASI

Komponen Aktif

Komponen ini mengaplikasikan gaya ke gigi untuk menghasilkan pergerakan

yang diinginkan. Komponen-komponen tersebut adalah:

a. Pegas. Terbuat dari kawat stainless steel dengan diameter 0,5-0,7 mm.

b. Busur (bows). Terbuat dari kawat stainless steel dengan diameter 0,5-0,7 mm

49

c. Sekrup

d. Elastis

Pegas

Adalah komponen yang berfungsi untuk memberi tekanan untuk mendorong,

menarik, atau memutar gigi yang malposisi. Dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Pegas untuk menarik ke arah mesial / distal

2) Mendorong ke labial / bukal

3) Menarik ke palatal / lingual

4) Memperbaiki rotasi gigi

5) Pegas ekspansi

Syarat :

Sederhana dan kuat

Mudah disesuaikan

Mudah dibersihkan

Fit pada ruang yang ada tanpa menyebabkan ketidak nyamanan pada

pasien

Harus dapat aktif dalam jangka waktu yang lama

Tipe-Tipe Pegas :

Pegas Sederhana

Disebut juga Simple Spring / Finger Spring / Free And Spring / Cantilever

Spring.

Biasanya digunakan untuk gigi insisif.

Diameter kawat yang digunakan SS 0,5 – 0,6 mm.

Lengan pegas terletak di atas titik kontak dan tidak mengganggu oklusi

dan tidak menempel pada gusi.

Bagian labial sejajar dengan permukaan insisal gigi, sepanjang 1/3 mesial-

distal.

50

Dapat dimodifikasi dengan menggunakan koil, koil berada berlawanan

dengan arah pergerakan gigi yag direncanakan. Koil juga berada segaris

pada long axis.

Aktivasi dilakukan dengan menggerakan lengan pegas ± 3mm ke arah

pergerakan atau dengan memperbesar koil (jika menggunakan koil).

Diindikasikan untun pergerakan mesiodistal misalnya penutupan diastema

tetapi gigi harus berada normal di garis lengkung gigi.

Mershon Spring

Bisa dalam bentuk single / double.

Berfungsi untuk mendorong lebih dari dua gigi anterior ke labial secara

bersama-sama.

Diameter kawat yang digunakan SS 0,6-0,7 mm.

Terletak tegak lurus sumbu panjang gigi, jika tidak dapat mengakibatkan

ekstrusi gigi.

51

Pegas Bumper Terbuka

Disebut juga Mattress Spring / Z spring.

Digunakan untuk mendorong gigi I atau C ke labial.

Diameter kawat yang digunakan SS 0,6 mm.

Pegas terletak di palatal atau lingual.

Terdiri dari dua loop atau lebih yang sejajar dan selebar bidang mesio-

distal.

Loop tegak lurus sumbu gigi.

Aktifasi dilakukan dengan memperbesar loop.

Bila keduad loop diaktifasi, maka gigi akan bergerak ke labial, sedangkan

jika hanya satu loop yang diaktifasi, maka gigi akan berotasi.

Digunakan untuk pergerakan ke labial pada kasus crossbite apabila

terdapat space yang cukup.

52

Pegas Bumper Tertutup

Disebut juga sebagai T Spring.

Gunanya untuk mendorong dua gigi C dan P ke bukal.

Diameter kawat yang digunakan SS 0,5-0,6 mm.

Sesuai dengan namanya, pegas ini memiliki bentuk T-shaped pada

lengannya, dan ujungnya tertanam pada baseplate. Aktivasi dilakukan

dengan menarik ujung bebas dari ―T‖ terhadap arah pergerakan gigi yang

diharapkan (membuka loop agar tetap berkontak ke gigi yang bergerak ke

bukal).

Labial Bow

53

Komponen ini digunakan untuk mereduksi overjet maupun mendorong

sekelompok gigi anterior ke palatal / lingual.

Dapat digunakan menjadi:

aktif (diameter kawat SS 0,6-0,7 mm), ataupun

pasif (diameter kawat SS 0,7-0,9 mm).

Bentuknya mengikuti lengkung gigi anterior dan sejajar bidang oklusal.

Letak kawat:

1/3 tengah, gigi akan terdorong ke palatal,

1/3 servikal, gigi akan terdorong ke palatal dan insisal (ekstrusi), dan

1/3 insisal, gigi akan terdorong ke palatal dan servikal (intrusi).

Daerah aktivasinya adalah dengan memperkecil loop.

Terdapat banyak variasi dari labial bow dalam bidang orthodontik.

(LABIAL BOW SAMA KAYAK MERRY, AMBIL GAMBAR DARI

MERRY)

Busur Labial Tipe Pendek (Short Labial Bow)

Pundak busur labial tipe ini setelah keluar dari plat lewat di daerah interdental

antara gigi C dan P1 atau c dan m1 decidui, kemudian membentuk U loop arah

vertikal setinggi pertengahan antara vornic – cervical gigi, dilanjutkan dengan

belokan 90° melengkung horisontal mengikuti permukaan labial gigi-gigi

anterior dari satu sisi ke sisi sebelahnya kemudian dengan cara yang sama

membentuk belokan 90° arah vertikal membentuk U loop dan pundak pada

sisi sebelahnya. Berguna untuk meretraksi ke dua atau ke empat gigi insisivus

yang inklinasinya terlalu ke labial/protrusive dan penutupan space anterior.

Selain itu dapat digunakan sebagai komponen retensi dalam Hawley‘s

retainer. Diameter kawat yang dipakai bervariasi tergantung kegunaannya : 0,7

mm untuk tujuan aktif (retraksi) dan 0,8 mm - 0,9 mm untuk tujuan retentif

(retainer) untuk mempertahankan hasil perawatan. Untuk penutupan space,

aktivasi dilakukan dengan cara menekan loop 1-2 mm.

54

Busur Labial Tipe Panjang (Long Labial Bow)

Bentuknya sama dengan busur labial tipe pendek terdiri dari basis, pundak,

loop U dan lengkung labial tetapi letak pundak di daerah interdental gigi P1

dan P2 atau antara gigi m1 dan m2 desidui. Lengkung labial menempel pada

permukaan labial gigi anterior dari gigi kaninus kanan sampai kaninus kiri

sehingga dapat dipakai untuk meretraksi ke enam gigi anterior. Diameter

kawat yang biasa dipakai adalah 0,7mm/0,8 mm untuk pemakaian aktif dan

0,9 mm untuk pemakaian retentif (sebagai retainer). Busur ini diindikasikan

untuk reduksi overjet minor, penutupan space anterior kecil, penutupan space

distal kaninus dan untuk guidance bagi kaninus saat retraksi kaninus. Dapat

dimodifikasi dengan disolderkan pada cengkram Adams.

Split Labial Bow

Merupakan modifikasi dari short labial bow dengan memisahkan kawat di

tengah. Hal ini dilakuka untuk meningkatkan fleksibilitas dari short labial bow

yang kaku. Busur ini dibuat dari kawat SS 0,7 mm dan mempunyai 2 lengan

bukal, U loop, distal akhir di kaninus, yang terpisah. Labial bow ini efektif

untuk retraksi anterior, penutupan diastema di midline yang dimodifikasi

dengan lengan bukal yang memanjang melewati insisiv yang berlawanan.

Aktivasi dilakukan dengan menekan/ mengecilkan loop 1-2 mm.

Robert’s Retractor

Labial bow ini dibuat dari kawat SS 0,5 mm. Ia memanjang di permukaan

labial dari C ke C. Ia menambahkan koil 3mm pada dasar loop. Kombinasi

dari kawat yang tipis dengan koil menjadikan labial bow ini sangat fleksibel

dan rentan distorsi karena kurangnya stabilitas vertikal. Untuk mengatasinya,

lengan distal dari loop disokong dengan softened stainless steel tubes dengan

diameter internal 0,5 mm. Bersama dengan cengkram adam‘s untuk retensi,

retractor ini dapat digunakan pada pasien dengan proklinasi anterior berat

karena alat ini menghasilkan gaya yang lebih ringan tetapi dengan jangka

55

waktu aktivasi yang lebih lama. Ia juga dapat digunakan pada pasien dewasa

dengan alasan yang sama.

Reverse Labial Bow

Labial bow ini disebut reverse karena aktivasi dilakukan dengan membuka

loop lebih lebar, bukan menekannya sehingga lebih kecil. Loop berada di

distal kaninus dan lengan kanan dibengkokkan ke arah anterior lengkung

rahang. Lengan mesial loop diadaptasikan diantara kaninus dan premolar 1.

aktivasi dilakukan dengan membuka loop yang menyebabkan menurunkan

posisi labial bow di regio insisivus. Untuk menjaga level yang sesuai, tekukan

penyeimbang diberikan dia dasar U loop.

Mill’s Retractor

Merupakan labial bow denga desain kompleks. Menggunakan kawat SS

0,7 mm yang mempunyai loop yang ekstensif untuk meningkatkan

fleksibilitas dan range dari aksi yang dapat dilakukan retractor. Bagian

anterior memanjang sampai mesial kaninus dan selanjutnya membentuk loop

kompleks yang mengarah ke gingival sebelum berakhir di lengan retentiv di

distal kaninus. Konstruksi yang sulit dan pemenuhan pasien yang kurang

mejadikannya jarang digunakan.

High Labial Bow with Apron Springs

Labial bow memanjang sampai ke vestibulum labial. Menggunakan kawat

SS 0,9-1 mm. labial bow bertindak sebagai support terhadap apron springs

(menggunakan kawat 0,4 mm). apron springs membantu retraksi satu atau

lebih gigi anterior atas. Karena menggunakan pegas yang sangat fleksibel,

dapat dilakukan untuk kasus overjet yang besar. Pegas diaktivasikan dengan

membengkokkannya mendekati gigi. Konstruksi yang sulit, kemungkinan

mencederai jaringan lunak, dan pemenuhan pasien yang kurang mejadikannya

jarang digunakan.

56

Fitted Labial Bow

Labial ini mengadaptasikan kontur dari permukaan labial anterior. Ia

digunakan untuk retensi setelah perawatan orthodontik cekat. U loop lebih

kecil dibandingkan labial bow konvensional.

Helical Coils Spring

o Free-ended spring dengan dua koil yang diletakkan pada lengan yang

berbeda.

o Digunakan untuk regain lost extracion space.

o Terbuat dari kawat SS 0,6 mm dengan lengan penyambung diantara kedua

pegas berfungsi sebagai lengan retentif.

o Aktivasi dilakukan dengan membuka koil. Kedua koil dapat diaktivasi

dengan berbeda tergantung kebutuhan.

o Pegas di support oleh sebuah envelop of acrylic.

Pegas Coffin

Ada 2 jenis, yaitu untuk RA dan RB, tetapi kasus yang sering adalah RA.

Merupakan pegas berbentuk omega yang berfungsi untuk mengekspansi

lengkung rahang.

Aktivasi dengan cara memegang kedua sisi alat di sekitar cengkram lalu

secara perlahan mendorong kedua sisi alat menjauh untuk melebarkan

pegas sekitar 2 mm.

Syarat-syarat Coffin RA:

57

1. Diameter 1,25 mm.

2. Dibentuk dengan loop yang cukup besar pada bagian tengah palatal.

3. Berjarak 1 mm dari mukosa palatal.

4. Ujung anterior terletak di mesial gigi P1 dan ujung distal di

pertengahan gigi M1.

Pegas W

Pegas W di indikasikan untuk mengatasi rahang atas yang kontraksi

(periode mixed dentition)

DIameter kawat yang digunakan SS 1,1 – 1,2 mm.

58

2.5 CARA MONITORING PENGGUNAAN ALAT ORTHODONTI LEPASAN DAN

MASALAH YANG DAPAT TERJADI DALAM ALAT ORTODONTI

LEPAS

A. INSTRUKSI KEPADA PASIEN

Keberhasilan Alat Ortodonti Lepas (AOL) ditentukan oleh kepatuhan pasien terhadap

instruksi yang diberikan oleh dokter gigi. Pasien dan orangtuanya harus diberikan

instruksi dan DHE secara lisan serta dengan daftar tertulis tentang apa yang harus

dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Berikut adalah beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam pemakaian Alat Ortodonti Lepas (AOL), antara lain:

1. Saat proses penyisipan dan pelepasan alat, pasien harus ditunjukkan caranya

menggunakan cermin. Insist that the appliance be maneuvered by the bridges of the

clasp and not the labial bow or springs.

2. Pasien harus diinstruksikan untuk memakai alat selama 24 jam sehari, dan hanya

melepasnya saat menyikat gigi serta saat berolahraga dan berenang.

3. Oral Hygiene pasien harus baik agar menghindari kemungkinan dekalsifikasi

enamel.

4. Pasien harus diinstruksikan untuk membersihkan alat dengan cara menyikatnya

dengan sabun dan air dengan hati-hati agar tidak menekuk atau mendistorsi

komponen AOL.

5. Jika terjadi kerusakan alat atau nyeri, pasien harus melaporkannya segera ke klinik.

6. Pasien dengan AOL yang memiliki sekrup harus diberikan petunjuk tentang cara

aktivasinya.

7. Pasien harus diinstruksikan untuk tidak meninggalkan alatnya di luar mulut untuk

jangka waktu yang lama karena dapat menyebabkan kerusakan atau distorsi alat.

8. Alat harus dihindari dari hewan peliharaan jika sedang tidak digunakan.

59

B. KEGAGALAN YANG DAPAT TERJADI

Pergerakan Anteroposterior

o Pengurangan overjet

Kadang-kadang gigi incisive rahang atas tidak retraksi secara efisien.

Hal ini disebabkan oleh basis di belakang gigi incisive rahang atas

yang belum dibuang, atau pun karena kasus ofan overbite yang dapat

mencegah retraksi gigi insicive.

o Proklinasi gigi anterior rahang atas dengan oklusi yang tidak memadai

atau ada halangan pada oklusi dapat mencegah gigi untuk bergerak ke

anterior

Pergerakan vertical

o Bidang oklusi anterior atau posterior harus dalam ketinggian yang

tidak menghilangkan freeway space. Ketinggian bidang oklusi yang

tidak memadai tidak akan mengurangi overbite atau pun

menghilangkan gangguan oklusal.

Pergerakan transversal

o Kegagalan dalam aktivasi sekrup akan menyebabkan kurangnya

ekspansi. Instruksi yang tepat harus diberikan kepada pasien atau

orangtua.

Kepatuhan pasien

o Keberhasilan AOL tergantung pada kepatuhan pasien. Kepatuhan

pasien dapat ditingkatkan dengan cara merancang alat dengan baik dan

fitting yang benar terhadap pasien, serta dengan memberikan instruksi

yang jelas kepada pasien.

o

C. MASALAH YANG DAPAT TERJADI DALAM ALAT ORTODONTI

LEPAS

o Kurangnya pemeliharaan oral hygiene dapat menyebabkan inflamasi gingiva

dan enamel hypoplasia. Pasien harus diinstruksikan untuk membersihkan alat

serta menjaga oral hygiene. Pembersihan yang tidak benar juga dapat

60

menyebabkan karies pada gigi. Alat harus didesain sedemikian rupa agar tidak

menyebabkan retensi makan atau impaksi.

o Iritasi jaringan lunak dapat terjadi jika alat memiliki ujung-ujung yang tajam

dan tidak membulat. Alat tidak boleh memiliki bagian tajam dan tepi-tepinya

harus halus untuk menghindari iritasi jaringan lunak dan ulserasi.

o Gaya pada alat harus optimal. Gaya berlebihan yang diaplikasikan dari

komponen aktif dapat menyebabkan nyeri pada gigi. Selain itu, gaya yang

berlebihan juga dapat menyebabkan mobilitas gigi.

61

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Talya (13tahun) mengalami penyimpangan tumbuh kembang DKF

menyebabkan maloklusi ringan sehingga tidak memerlukan rujukan, mengalami

persistensi C sulung sehingga diperlukan ekstraksi dC agar gigi C permanen dapat

tumbuh dengan baik dan ditangani dengan pemakaian AOL yaitu penggunaan sekrup

ekspansi untuk melebarkan lengkung rahang ke lateral agar gigi 13 dan 23 dapat

erupsi tanpa kekurangan tempat. Lalu diberikan anterior bite plane karena gigi Talya

crossbite. Pada gigi 11 21 diberikan pegas bumper tertutup, gigi 32 42 diberikan

pegas bumper terbuka. Di maksila dan mandibula diberikan labial bow untuk

meretraksi gigi ke labial.

Anida (13tahun) mengalami penyimpangan tumbuh kembang DKF

menyebabkan maloklusi berat sehingga memerlukan rujukan kepada dokter gigi

spesialis orthodonti karena maloklusi kelas 2.