lo skenario 3 blok 7

26
LO 1. Mekanisme pubertas dan menopause ? 2. Apa hubungan menopause dengan emosi yang tidak stabil dan sering berkeringat ? 3. Bagaimana proses penuaan terhadap fungsi organ ? Jawaban Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tandatanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. Pada tahun 1971, Frisch dan Revelle mengemukakan peran nutrisi terhadap awitan pubertas. Frisch dan Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg untuk timbulnya menarke, sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas dan untuk mempertahankan kapasitas reproduksi. Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya. Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis hipotalamushipo sis-gonad. Hormon LH berperan pada proses menarke dan merangsang timbulnya ovulasi. Hormon androgen adrenal, dalam hal ini dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai meningkat pada awal sebelum pubertas, sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses adrenarke. Proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal (sekretori). Pada fase folikuler, peningkatan GnRH pulsatif dari hipotalamus akan merangsang hipo sis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan mensekresi estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira tujuh hari sebelum

Upload: angga-toragarry

Post on 13-Feb-2016

248 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lo Skenario 3 Blok 7

LO

1. Mekanisme pubertas dan menopause ?2. Apa hubungan menopause dengan emosi yang tidak stabil dan sering berkeringat ?3. Bagaimana proses penuaan terhadap fungsi organ ?

Jawaban

Pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus, diikuti oleh sekuens perubahan sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik negatif dan positif. Selanjutnya, sekuens ini akan diikuti dengan timbulnya tandatanda seks sekunder, pacu tumbuh, dan kesiapan untuk reproduksi. Pada tahun 1971, Frisch dan Revelle mengemukakan peran nutrisi terhadap awitan pubertas. Frisch dan Revelle menyatakan bahwa dibutuhkan berat badan sekitar 48 kg untuk timbulnya menarke, sedangkan pada penelitian selanjutnya dinyatakan bahwa dibutuhkan perbandingan lemak dan lean body mass tertentu untuk timbulnya pubertas dan untuk mempertahankan kapasitas reproduksi.

Pada anak perempuan, mula-mula akan terjadi peningkatan FSH pada usia sekitar 8 tahun kemudian diikuti oleh peningkatan LH pada periode berikutnya. Pada periode selanjutnya, FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam kontrol mekanisme umpan balik pada aksis hipotalamushipofisis-gonad. Hormon LH berperan pada proses menarke dan merangsang timbulnya ovulasi. Hormon androgen adrenal, dalam hal ini dehidroepiandrosteron (DHEA) mulai meningkat pada awal sebelum pubertas, sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA berperan pada proses adrenarke. Proses menarke normal terdiri dalam tiga fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi, dan fase luteal (sekretori).

Pada fase folikuler, peningkatan GnRH pulsatif dari hipotalamus akan merangsang hipofisis untuk mengeluarkan FSH dan LH yang kemudian merangsang pertumbuhan folikel. Folikel kemudian akan mensekresi estrogen yang menginduksi proliferasi sel di endometrium. Kira-kira tujuh hari sebelum ovulasi terdapat satu folikel yang dominan. Pada puncak sekresi estrogen, hipofisis mensekresi LH lebih banyak dan ovulasi terjadi 12 jam setelah peningkatan LH.

Pada fase luteal yang mengikuti fase ovulasi ditandai dengan adanya korpus luteum yang dibentuk dari proses luteinisasi sel folikel. Pada korpus luteum kolesterol dikonversi menjadi estrogen dan progesteron. Progesteron ini mempunyai efek berlawanan dengan estrogen pada endometrium yaitu menghambat proliferasi dan perubahan produksi kelenjar sehingga memungkinkan terjadinya implantasi ovum. Tanpa terjadinya fertilisasi ovum dan produksi human chorionic gonadotropine (hCG), korpus luteum tidak bisa bertahan. Regresi korpus luteum mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan estrogen yang menyebabkan terlepasnya endometrium, proses tersebut dikenal sebagai menstruasi. Menstruasi terjadi kira-kira 14 hari setelah ovulasi. Pada anak laki-laki, perubahan hormonal ini dimulai dengan peningkatan LH, kemudian diikuti oleh peningkatan FSH. Luteinising hormon akan menstimulasi sel Leydig testis untuk mengeluarkan testosteron yang selanjutnya akan merangsang pertumbuhan seks

Page 2: Lo Skenario 3 Blok 7

sekunder, sedangkan FSH merangsang sel sertoli untuk mengeluarkan inhibin sebagai umpan balik terhadap aksis hipotalamushipofisis-gonad. Fungsi lain FSH menstimulasi perkembangan tubulus seminiferus menyebabkan terjadinya pembesaran testis. Pada saat pubertas terjadi spermatogenesis akibat pengaruh FSH dan testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig. Pada periode pubertas, selain terjadi perubahan pada aksis hipotalamus-hipofisis-gonad, ternyata terdapat hormon lain yang juga memiliki peran yang cukup besar selama pubertas yaitu hormon pertumbuhan (growth hormone/GH). Pada periode pubertas, GH dikeluarkan dalam jumlah lebih besar dan berhubungan dengan proses pacu tumbuh selama masa pubertas. Pacu tumbuh selama pubertas memberi kontribusi sebesar 17% dari tinggi dewasa anak lakilaki dan 12% dari tinggi dewasa anak perempuan. Hormon steroid seks meningkatkan sekresi GH pada anak laki-laki dan perempuan. Pada anak perempuan terjadi peningkatan GH pada awal pubertas sedangkan pada anak laki-laki peningkatan ini terjadi pada akhir pubertas. Perbedaan waktu peningkatan GH pada anak laki-laki dan perempuan serta awitan pubertas dapat menjelaskan perbedaan tinggi akhir anak laki-laki dan perempuan.

Perubahan fisik pada pubertas

Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak height velocity) pada anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan pada anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18 tahun. Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai. Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng epifisis. Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan tinggi badan akan berhenti.

Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi tubuh, pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada anak perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak. Perubahan komposisi tubuh terjadi karena pengaruh hormon steroid seks. Perubahan komposisi lemak tubuh (metode Tenner).

selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak perempuan; pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh, meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, dan timbulnya jerawat.

Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume testis, ukuran testis menjadi lebih dari 3 mL, pengukuran testis dilakukan dengan memakai alat orkidometer Prader. Pembesaran testis pada umumnya terjadi pada usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai pada usia 16-17 tahun. Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4, sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Rambut aksila bukan merupakan petanda pubertas yang baik oleh karena variasi yang sangat besar. Perubahan suara terjadi karena bertambah

Page 3: Lo Skenario 3 Blok 7

panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan dengan pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah atau wet dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan tinggi badan.

Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun. Menarke terjadi dua tahun setelah awitan pubertas, menarke terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun. Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak sebelum pubertas. Dari survei antroprometrikdi tujuh daerah di Indonesia didapatkan bahwa usia menarke anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai dengan 13,6 tahun.

Perubahan psikososial selama pubertas

Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal (early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent).14,1719 Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada usia usia 12-14 tahun. Karakteristik periode remaja awal ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti,

Krisis identitas, Jiwa yang labil, Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri, Pentingnya teman dekat/sahabat, Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang berlaku kasar, Menunjukkan kesalahan orangtua, Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua, Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara berpakaian.

Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan mulai bereksperimen dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran peer group sangat dominan, mereka berusaha membentuk kelompok, bertingkah laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang sama.

Periode selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara usia 15-17 tahun, yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut,

Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya, Sangat memperhatikan penampilan, Berusaha untuk mendapat teman baru, Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua,

Page 4: Lo Skenario 3 Blok 7

Sering sedih/moody, Mulai menulis buku harian, Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif, dan Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua.

Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan karir. Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan sering berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap lawan jenis. Sudah mulai mempunyai konsep role model dan mulai konsisten terhadap cita-cita.

Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh tercapainya maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara lain,

Identitas diri menjadi lebih kuat, Mampu memikirkan ide, Mampu mengekspresikan perasaan dengan katakata, Lebih menghargai orang lain, x Lebih konsisten terhadap minatnya, Bangga dengan hasil yang dicapai, Selera humor lebih berkembang, dan Emosi lebih stabil. Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk

peran yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis, dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan.

Menopause

Menopause didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana berhentinya menstruasi (amenorhea) pada wanita yang terjadi secara permanen. Dikatakan menopause, jika periode amenorhea terjadi selama 1 tahun atau lebih. Dari berbagai penelitian memperlihatkan bahwa saat terjadinya menopause umumnya pada usia sekitar 45 sampai 55 tahun pada 60–70% wanita. Usia rata-rata pada populasi barat adalah sekitar umur 50 tahun dan terjadi lebih awal pada wanita di negara-negara berkembang dibandingkan dengan populasi barat.

Menopause terjadi oleh karena keadaan hipoestrogenik akibat penurunan fungsi dari ovarium.

Fisiologi menopause

Sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai 770.000-an sel telur yang belum berkembang. Pada fase prapubertas, yaitu usia 8 – 12 tahun, mulai timbul aktivitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar usia 12 – 13 tahun, umumnya seorang wanita akan mendapatkan menarche (haid pertama kalinya). Masa ini disebut sebagai pubertas dimana organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal secara bertahap. Pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk dibuahi. Masa ini disebut fase reproduksi atau periode fertil (subur) yang berlangsung sampai usia sekitar 45 tahun. Pada masa ini wanita dapat mengalami kehamilan dan melahirkan. Fase terakhir kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium, yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non-produktif. Periode ini berlangsung 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah menopause.

Page 5: Lo Skenario 3 Blok 7

Pada masa premenopause, hormon progesteron dan estrogen masih tinggi, tetapi semakin rendah ketika memasuki masa perimenopause dan postmenopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin menurun jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada setiap siklus, antara 20 hingga 1.000 sel telur tumbuh dan berkembang, tetapi hanya satu atau kadang-kadang lebih yang berkembang sampai matang yang kemudian mengalami ovulasi. Sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak bekembang. Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja.Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk merespon rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus – hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum.Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negatif terhadap hipotalamus.Keadaan ini meningkatkan produksi Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Dari kedua gonadotropin itu yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH.

Patofisiologi menopause

Klimakterik merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya keadaan umum ataupun endokrinologis dariovarium. Penurunan produksi hormon estrogen menimbulkan berbagai keluhan pada wanita.

Klasifikasi

Fase menopause menurut Baziad Ali yaitu : (gambar 1)16

A. Fase premenopause Fase ini terjadi antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif banyak,dan kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenorea).

B. Fase perimenopause Merupakan fase peralihan antara premenopause dan postmenopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur.Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovulatorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah sedangkan kadar FSH, LH, dan estrogen sangat bervariasi (tinggi, rendah). Pada umumnya wanita telah mengalami berbagai jenis keluhan klimakterik.

C. Fase menopause Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir. Bila seorang wanita tidak haid selama 12 bulan, dan dijumpai kadar FSH darah >40 mIU/ml dan kadar estradiol <30 pg/ml,telah dapat dikatakan wanita tersebut telah mengalami menopause.

D. Fase postmenopause

Page 6: Lo Skenario 3 Blok 7

Pada fase ini ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormon gonadotropin biasanya meningkat karena terhentinya produksi inhibin akibat tidak tersedianya folikel dalam jumlah yang cukup.

Gejala Dan Tanda

Gejala dan tanda pada wanita menopause adalah :

1. Gejolak panas (hot flush) = gejala vasomotor Keluhan yang muncul berupa panas yang muncul tiba-tiba disertai dengan keringat yang banyak. Keluhan tersebut pertama kali muncul pada malam hari atau menjelang pagi. Penyebab terjadinya keluhan vasomotorik umumnya pada saat kadar estrogen mulai menurun..

2. Keluhan psikis Telah lama diketahui bahwa steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat, terutama perilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif dan sensorik seseorang. Dengan demikian, tidak heran bila terjadi penurunan sekresi steroid seks yang menimbulkan perubahan psikis yang berat dan perubahan fungsi kognitif. Kurangnya aliran darah ke otak menyebabkan sulit berkonsentrasi dan mudah lupa. Akibat kekurangan hormon estrogen pada wanita timbullah keluhan seperti mudah tersinggung, cepat marah dan merasa tertekan.

3. Gangguan tidur Paling banyak dikeluhkan pada wanita postmenopause. Kurang nyenyak tidur pada malam hari menurunkan kualitas hidup wanita tersebut. Estrogen memiliki efek terhadap kualitas tidur. Reseptor estrogen telah ditemukan di otak pada bagian yang mengatur tidur.

4. Gangguan pada urogenitalia Alat genital wanita dan saluran kemih bagian bawah sangat dipengaruhi oleh estrogen. Kekurangan estrogen dapat menimbulkan berbagai jenis keluhan, misalnya sering berkemih, tidak dapat menahan kencing, nyeri berkemih, sering kencing malam, dan inkontinensia.

5. Gangguan pada kulit Estrogen mempengaruhi terutama kadar kolagen, jumlah proteoglikan dan kadar air dari kulit. Sehingga apabila kulit kekurangan estrogen maka kulit akan menjadi hilang elastisitasnya, atopik, tipis, kering dan berlipat-lipat.

6. Gangguan pada mulut Kekurangan estrogen juga menyebabkan perubahan mulut seperti perubahan mukosa, pengkerutan selaput lendir, aliran darah yang berkurang, terasa kering, dan mudah terkena gingivitis.

Sumber :

Batubara, Jose RL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Departemen Ilmu Kesehatan Anak, RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Page 7: Lo Skenario 3 Blok 7

Putri, Aldila Purani. 2012. Pengaruh Status Menopause Terhadap Burning Mouth Syndrome (BMS). Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang

Sawitri, IGAA Elis Indra, Nurul Fauzi, Ratna Widyani. 1990. Kulit dan Menopause Manifestasi dan Penatalaksanaan (Skin and Menopause - Manifestation and Treatment). Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

Apa hubungan menopause dengan emosi yang tidak stabil dan sering berkeringat ?

Hot flushes pada wanita dalam masa transisi menopause ratarata mulai dirasakan 2 tahun sebelum Final Menstrual Period (FMP)

Hot flushes dapat diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi, makanan dan minuman yang panas. Hal ini juga dapat terjadi karena reaksi alergi pada kasus hipertiroid, akibat obat-obatan tertentu seperti insulin, niacin, nifedipin, nitrogliserin, kalsitonin, dan antiestrogen.

Mekanisme pasti patogenesis keluhan vasomotor belum diketahui tapi data yang berhubungan dengan fisiologi dan behavior menunjukkan bahwa keluhan vasomotor dihasilkan karena adanya defek fungsi pada pusat termoregulasi di hipotalamus. Pada area preoptik medial hipotalamus terdapat nukleus yang merupakan termoregulator yang mengatur pengeluaran keringat dan vasodilatasi yang merupakan mekanisme primer pengeluaran panas tubuh.

Oleh karena keluhan vasomotor muncul setelah terjadinya menopause alami atau pasca ooforektomi, maka diperkirakan mekanisme yang mendasarinya adalah bersifat endokrinologi dan berhubungan dengan berkurangnya jumlah estrogen di ovarium maupun meningkatnya sekresi gonadrotropin oleh pituitari. Selain itu, besar kemungkinan keluhan ini timbul karena interaksi antara hormon estrogen dan progesteron yang fluktuatif pada masa perimenopause.

Keluhan vasomotor dapat muncul pada kondisi kadar estrogen tinggi, rendah, maupun normal dalam darah. Keluhan vasomotor muncul sebagai akibat reaksi withdrawl estrogen. Meskipun estrogen memiliki efek yang signifikan terhadap munculnya hot flushes, namun masih terdapat faktor lain yang diperkirakan terlibat dalam patofisiologi hot flushes. Perubahan kadar neurotransmiter akan mempersempit zona termoregulasi di hipotalamus dan menurunkan pengeluaran keringat, bahkan perubahan suhu tubuh yang sangat kecil pun dapat memicu mekanisme pelepasan panas.

Norepinefrin merupakan neurotransmiter utama yang dapat mempersempit titik pengaturan (setpoint) termoregulasi dan memicu mekanisme pengeluaran panas tubuh yang berhubungan dengan hot flushes. Sebagaimana diketahui, estrogen mengatur reseptor adrenergik pada banyak jaringan. Pada saat menopause, terjadi penurunan kadar estrogen dan resptor α2 adrenergik di hipotalamus. Penurunan reseptor α2 adrenergik presinaps akan memicu peningkatan norepinefrin dan yang selanjutnya akan menyebabkan gejala vasomotor. Selain itu, penurunan α2 adrenergik reseptor presinaps juga akan memicu peningkatan serotonin yang mengakibatkan mekanisme pengeluaran panas yang dipicu oleh perubahan suhu tubuh meski sangat kecil.

Page 8: Lo Skenario 3 Blok 7

Sumber :

Sawitri, IGAA Elis Indra, Nurul Fauzi, Ratna Widyani. 1990. Kulit dan Menopause Manifestasi dan Penatalaksanaan (Skin and Menopause - Manifestation and Treatment). Departemen/Staf Medik Fungsional Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya

Bagaimana proses penuaan terhadap fungsi organ ?

Penuaan adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian.

Proses menua sehat (normal aging) secara fisiologi juga terjadi kemunduran beberapa aspek kognitif seperti kemunduran daya ingat terutama memori kerja (working memory) yang amat berperan dalam aktifitas hidup seharihari, hal ini menjelaskan mengapa pada sebagian lanjut usia menjadi pelupa.

Perubahan-Perubahan Anatomik Organ Tubuh pada Penuaan

I. Perubahan Anatomik pada Sistem Integumen1. Kulit2. Rambut

a. Pertumbuhan menjadi lambat, lebih halus dan jumlahnya sedikit.b. Rambut pada alis, lubang hidung dan wajah sering tumbuh lebih panjang. c. Rambut memutih.d. Rambut banyak yang rontok.

3. Kukua. Pertumbuham kuku lebih lambat, kecepatan pertumbuhan menurun 30-50%

dari orang dewasa.b. Kuku menjadi pudar.c. Warna kuku agak kekuningan.d. Kuku menjadi tebal, keras tapi rapuh.e. Garis-garis kuku longitudinal tampak lebih jelas. Kelainan ini dilaporkan terdapat

pada 67% lansia berusia 70 tahun.II. Perubahan Anatomik pada Sistema Muskuloskeletal

Massa tulang kontinu sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu akan menurun karena disebabkan berku¬rang¬nya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas osteoklas tetap normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksana¬kan melalui 2 proses yaitu; modeling dan remodeling, pada ke¬adaan normal jumlah tulang yang dibentuk remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively coupled jadi masa tulang yang hilang nol. Bila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi kehilangan masa tulang ini disebut negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut.

Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang secara linier yang disebabkan kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih pourus. Pengurangan ini lebih nyata pada wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun

Page 9: Lo Skenario 3 Blok 7

dari berat tulang pada wanita pasca menopause. Pada pemeriksaan histologi wanita pasca menopouse dengan osteoporosis spinal hanya mempunyai trabekula kurang dari 14%. Selama kehidupan laki-laki kehilangan 20-30% dan wanita 30-40% dari puncak massa tulang. Pada sinofial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi terjadi celah dan lekukan dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin menyebabkan pembentukan kista di rongga sub kondral. Ligamen dan jaringan peri artikuler menga¬lami degenerasi Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi, elastisitas dan mobilitas hilang sehingga sendi kaku, kesu¬litan dalam gerak yang rumitPerubahan yang jelas pada sistem otot adalah berkurangnya masa otot terutama mengenai serabut otot tipe II. Penurunan ini disebabkan karena otropi dan kehilangan serabut otot. Perubahan ini menyebabkan laju metabolik basal dan laju komsumsi oksigen maksimal berkurang. Otot menjadi mudah lelah dan kecepatan laju kontraksi melambat. Selain penurunan masa otot juga dijumpai berkurangnya rasio otot dan jaringan lemak.

III. Perubahan anatomik pada sistema kardiovaskulera. Jantung (Cor)

Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena ateros¬kle¬rosis. Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising pada apex cordis.

Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun pada wanita).

b. Pembuluh Darah OtakOtak mendapat suplai darah utama dari Arteria Karotis Interna dan

a.vertebralis. Aliran darah serebral pada orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi 30cc/100gm/menit. Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat dan perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer men¬dorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale menjauh dari corpus vertebrae

Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut seperti telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap peru¬bahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan bahkan fungsi otak.

IV. Perubahan Anatomik pada Sistem Pernafasan (System Respiratorius)1. Dinding dada: Tulang-tulang mengalami osteoporosis, rawan mengalami osifikasi

sehingga terjadi perubahan bentuk dan ukuran dada. Sudut epigastrik relatif mengecil dan volume rongga dada mengecil.

2. Otot-otot pernafasan: Musuculus interkostal dan aksesori mengalami kelemahan akibat atrofi.

Page 10: Lo Skenario 3 Blok 7

3. Saluran nafas: Akibat kelemahan otot, berkurangnya jaring¬an elastis bronkus dan aveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cicin rawan bronkus mengalami pengapuran.

4. Struktur jaringan parenkim paru: Bronkiolus, duktus alveoris dan alveolus membesar secara progresip, terjadi emfisema senilis. Struktur kolagen dan elastin dinding saluran nafas perifer kualitasnya mengurang sehingga me¬nyebabkan elasti¬sitas jaringan parenkim paru mengu¬rang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena menurun¬nya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah permu¬kaan alveolus. Perubahan anatomi tersebut menyebabkan gangguan fisiologi pernapasan sebagai berikut:

Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun volume rongga dada akan merubah mekanika per¬nafasan menjadi dangkal, timbul gangguan sesak nafas, lebih-lebih apabila terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.

Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran nafas akan menimbulkan penimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian gangguan udara nafas dalam cabang bronkus.

Volume dan kapasitas paru menurun: hal ini disebabkan karena beberapa faktor: (1) kelemahan otot nafas, (2) elastisitas jaringan parenkim paru menurun, (3) resistensi saluaran nafas (menurun sedikit). Secara umum dikatakan bahwa pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru.

Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap, penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan berkurang, terutama terjadi pada saat melakukan olahraga. Penurunan pengam¬bil¬an O2 maksimal disebabkan antara lain karena: (1) ber¬bagi perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas, dan (2) kerena bertkurangnya aliran darah ke paru akibat turunnyan curah jantung.

Gangguan perubahan ventilasi paru: pada usia lanjut terjadi gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya penu¬runan kepekaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral atupun pusat-pusat pernafasan di medulla oblongata dan pons terhadap rangsangan berupa penurunan PaO2, peninggian PaCO2, Perubahan pH darah arteri dan sebagainya.

V. Perubahan Anatomik pada Sistem Pencernaan (System Digestivus)1. Rongga Mulut (Cavum Oris)

a. Gigi (Dente)s Atrial: Hilangnya jaringan gigi akibat fungsi pengunyah yang terus

menerus. Dimensi vertikal wajah menjadi lebih pendek sehingga merubah penampilan /estetik fungsi pengunyah.

Meningkatkan insiden karies terutama bagian leher gigi dan akar, karies sekunder di bawah tambalan lama.

Jaringan penyangga gigi mengalami kemunduran sehingga gigi goyang dan tanggal.

Page 11: Lo Skenario 3 Blok 7

b. Muskulus Koordinasi dan kekuatan muskulus menurun sehingga terjadi pergerakan yang tidak terkontrol dari bibir, lidah dan rahang orafacial dyskinesis.

c. MukosaJaringan mukosa mengalami atrofi dengan tanda-tanda tipis, merah, mengkilap, dan kering.

d. Lidah (Lingua)Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka ter¬jadi perubahan persepsi terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.

e. Kelenjar liur (Glandula Salivarius)Terjadi degenerasi kelenjar liur, yang mengakibatkan sekresi dan viskositas saliva menurun.

f. Sendi Temporo Mandibular (Art Temporo Mandibularis)Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis sering sudah terjadi pada usia 30-50 tahun. Perubahan pada sendi Temporo Mandibularis ini akibat dari proses degenerasi. Dengan manifestasi adanya TM joint sound, melemahnya otot-otot mengunyah sendi, sehingga sukar membuka mulut secara lebar.g. Tulang Rahang (Os Maxilare dan Os Mandibulare) Terdapat resorbsi dan alveolar crest sampai setinggi 1 cm terutama pada rahang tanpa gigi atau setetelah pencabutan.

2. Lambung (Ventriculus)Terjadi atrofi mukosa, atrofi sel kelenjar dan ini menyebabkan sekresi asam lambung, pepsin dan faktor intrinsik berkurang. Ukuran lambung pada lansia menjadi lebih kecil, sehingga daya tampung makanan berkurang. Proses pengubahan protein men¬jadi pepton terganggu. Karena sekresi asam lambung berkurang rangsang rasa lapar juga berkurang. Absobsi kobalamin menurun sehingga konsentrasi kobalamin lebih rendah.

3. Usus halus (Intestinum Tenue)Mukosa usus halus mengalami atrofi, sehingga luas permukaan berkurang jumlah vili berkurang yang menyebebabkan penu¬run¬an proses absorbsi. Di daerah duodenum enzim yang di¬hasil¬kan oleh pancreas dan empedu menurun, sehingga meta¬bolisme karbohidrat, protein dan lemak menjadi tidak sebaik sewaktu muda. Keadaan seperti ini menyebabkan gangguan yang disebut sebagai maldigesti dan mal absorbs

4. Pankreas (Pancreas)Produksi ensim amylase, tripsin dan lipase menurun sehingga kapasitas metabolisme karbohidrat, protein dan lemak juga menurun. Pada lansia sering terjadi pankreatitis yang dihubung¬kan dengan batu empedu. Batu empedu yang menyumbat ampula vateri menyebabkan oto-digesti parenkim pankreas oleh ensim elastase dan fosfolipase-A yang diaktifkan oleh tripsin dan/atau asam empedu.

5. Hati (Hepar)

Page 12: Lo Skenario 3 Blok 7

Ukuran hati mengecil dan sirkulasi portal juga menurun pada usia kurang dari 40 tahun 740 ml/menit, pada usia diatas 70 tahun menjadi 595 ml/menit. Hati berfungsi sangat penting dalam proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Disamping juga memegang peranan besar dalam proses detoksikasi, sirkulasi, penyimpanan vitamin, konyugasi, bilirubin dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya usia secara histologik dan anatomik akan terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel, berubah bentuk menjadi jaringan fibrous sehingga menyebabkan penurunan fungsi hati. Hal ini harus di ingat terutama dalam pemberian obat-obatan.

6. Usus Besar dan Rektum (Colon dan Rectum)Pada colon pembuluh darah menjadi ber kelok-kelok yang menyebabkan motilitas colon menurun, berakibat absobsi air dan elektrolit meningkat sehingga faeses menjadi lebih keras sering terjadi konstipasi.

VI. Perubahan Anatomik pada Sistema Urinarius1. Ginjal (Ren)Setelah umur 30 tahun mulai terjadi penurunan kemampuan ginjal dan pada usia 60 tahun kemampuan tingggal 50% dari umur 30 tahun, ini disebabkan berkurangnya populasi nefron dan tidak adanya kemampuan regenerasi. Dengan menurunnya jumlah popu¬lasi nefron akan terjadi penurunan kadar renin yang menyebabkan hipertensi.Terjadi penebalan membrana basalis kapsula Bowman dan ter¬ganggunya permeabilitas, perubahan degeneratif tubuli, perubahan vaskuler pembuluh darah kecil sampai hialinisasi arterioler dan hiperplasia intima arteri menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin yang menyebabkan resobsi natrium ditubulus ginjal. Efisien ginjal dalam pembuangan sisa metabolisme ter¬ganggu dengan menurunnya massa dan fungsi ginjal- jumlah neufron tinggal 50% pada akhir rentang hidup rata-rata - aliran darah ginjal tinggal 50% pada usia 75 tahun- tingkat filtrasi glomerlusdan kapasitas ekskresi maksimum menurun 2. Kandung Kemih (Vesica Urinarius)Dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih menu¬run, sisa urin setelah selesai berkemih cenderung meningkat dan kontraksi otot kandung kemih yang tidak teratur sering terjadi keadaan ini menyebabkan sering berkemih dan kesulitan menahan keluarnya urin. Pada wanita pasca menopouse karena menipisnya mukosa disertai dengan menurunnya kapasitas, kandung kemih lebih rentan dan sensitif terhadap rangsangan urine, sehingga akan berkontraksi tanpa dapat dikendalikan keaadan ini disebut over active bladder. Normal berkemih seorang sehat dalam waktu 24 jam adalah: 1100-1800 cc, frekuensi kurang 8 kali, nokturna kurang 2 kali, volume berkemih rata-rata 200-400 cc, dan volume maksi¬mum berkemih 400-600 cc.

VII. Perubahan Anatomik pada Sistema Genitalia a. Wanita

Dengan berhentinya produksinya hormon estrogen, geni¬talia interna dan eksterna berangsur-angsur mengalami atrofi.

Page 13: Lo Skenario 3 Blok 7

1. Vagina Vagina mengalami kontraktur, panjang dan lebar vagina mengalami

pengecilan Fornises menjadi dangkal, begitu pula serviks tidak lagi menonjol ke dalam

vagina. Sejak klimakterium, vagina berangsur-angsur mengalami atropi, meskipun pada wanita belum pernah melahirkan. Kelenjar seks mengecil dan ber¬henti berfungsi. Mukosa genitalia menipis begitu pula jaringan sub-mukosa tidak lagi mempertahankan elastisitas¬nya akibat fibrosis.

Perubahan ini sampai batas tertentu dipengaruhi oleh keber¬langsungan koitus, artinya makin lama kegiatan tersebut dilakukan kurang laju pendangkalan atau pengecilan geni¬talia eksterna.

2. Uterus Setelah klimaterium uterus mengalami atrofi, panjangnya menyusut dan dindingnya menipis, miometrium menjadi sedikit dan lebih banyak jaringan fibrotik. Serviks menyusut tidak menon¬jol, bahkan lama-lama akan merata dengan dinding jaringan.

3. OvariumSetelah menopause, ukuran sel telur mengecil dan permu¬kaannya menjadi “keriput” sebagai akibat atrofi dari medula, bukan akibat dari ovulasi yang berulang sebelumnya, permukaan ovarium menjadi rata lagi seperti anak oleh karena tidak terdapat folikel. Secara umum, perubahan fisik genetalia interna dan eksterna dipengaruhi oleh fungsi ovarium. Bila ovarium berhenti berfungsi, pada umumnya terjadi atrofi dan terjadi inaktivitas organ yang pertumbuhannya oleh hormon estrogen dan progesteron Payudara (Glandula Mamae)

4. Payudara akan menyusut dan menjadi datar, kecuali pada wanita yang gemuk, dimana payudara tetap besar dan menggan¬tung. Keadaan ini disebabkan oleh karena atrofi hanya mem¬pengaruhi kelenjar payudara saja. Kelenjar pituari anterior mempengaruhi secara histologik maupun fungsional, begitu pula kelenjar tiroid dan adrenal menjadi “keras” dan mengkibatkan bentuk tubuh serupa akromegali ringan. Bahu menjadi gemuk dan garis pinggang menghilang. Kadang timbul pertumbuhan rambut pada wajah. Rambut ketiak, pubis mengurang, oleh karena pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelenjar adrenal dan bukan kelenjar ovarium. Rambut kepala menjadi jarang. Kenaikan berat badan sering terjadi pada masa klimakterik

b. Pria1. Prostat

Pembesaran prostat merupakan kejadian yang sering pada pria lansia, gejala yang timbul merupakan efek mekanik akibat pembesaran lobus medius yang kemudian seolah-olah bertindak sebagai katup yang berbentuk bola (Ball Valve Effect). Disamping itu terdapat efek dinamik dari otot polos yang merupakan 40% dari komponen kelenjar, kapsul dan leher kantong kemih, otot polos ini dibawah pengaruh sistem alfa adrenergik. Timbulnya nodul mikros¬kopik sudah terlihat pada usia 25-30 tahun dan terdapat pada 60% pria berusia 60 tahun, 90% pada pria berusia 85 tahun, tetapi hanya 50% yang menjadi BPH

Page 14: Lo Skenario 3 Blok 7

Makroskopik dan dari itu hanya 50% berkembang menjadi BPH klinik yang menimbulkan problem medik. Kadar dehidrosteron pada orang tua meningkat karena meningkatnya enzim 5 alfa reduktase yang mengkonfersi tetosteron menjadi dehidro steron. Ini yang dianggap menjadi pendorong hiperplasi kelenjar, otot dan stroma prostat. Sebenarnya selain proses menua rangsangan androgen ikut berperan timbulnya BPH ini dapat dibuktikan pada pria yang di kastrasi menjelang pubertas tidak akan menderita BPH pada usia lanjut.

2. TestisPenuaan pada pria tidak menyebabkan berkurangnya ukuran dan berat

testis tetapi sel yang memproduksi dan memberi nutrisi (sel Leydic) pada sperma berkurang jumlah dan aktifitasnya sehingga sperma berkurang sampai 50% dan testoteron juga menurun. Hal ini menyebabkan penuruna libido dan kegiatan sex yang jelas menurun adalah multipel ejakulasi dan perpanjangan periode refrakter. Tetapi banyak golongan lansia tetap menjalankan aktifitas sexsual sampai umur lanjut.

VIII. Perubahan Anatomik pada Sistem Imun.1. Kelenjar Timus (Glandula Thymus)

Pemeriksaan anatomis menunjukkan bahwa ukuran maksi¬mal kelenjar Timus terdapat pada usia pubertas sesudahnya akan mengalami proses pengecilan. Pada usia 40-50 tahun jaringan ke¬lenjar tinggal 5-10%. Diketahui bahwa Timus merupakan kelenjar endokrin sekaligus tempat deferensiasi sel limfosit T menjadi sel imunokompeten Involusi ditandai dengan adanya infiltrasi jaringan fibrous dan lemak. Sentrum Germinativum jumlahnya berkurang dan menjadi fibrotik serta kalsifikasi. Konsekwensinya kemampuan kelenjar Timus untuk mendewasakan sel T berkurang.

2. Limpa (Lien), kelenjar Limfe 3. Tidak ada perubahan morfologis yang berarti hanya menun¬juk¬kan turunnya

kemampuan berproliferasi dan terdapat sedikit pembesaran limpa. IX. Perubahan Anatomik pada sistema Syaraf Pusat (Systema Nervosum Centrale).

1. OtakBerat otak kurang lebih 350 gram pada saat kelahiran kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung lebih 100 million sel termasuk diantarnya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron /tahun. Neuron dapat mengirim signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Pada orang tua Sulci pada permukaan otak melebar sedang¬kan girus akan mengecil. Pada orang muda rasio antara subtansia grisea dan substansia alba 1 : 28, pada orang tua menurun menjadi 1 : 13. Terjadi penebalan meningeal, atropi cerebral (berat otak menurun 10% antara usia 30-70 tahun. Secara berangsur-angsur tonjolan dendrit dineuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel.

Page 15: Lo Skenario 3 Blok 7

Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear &tear yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria). RNA, Mitokondria dan enzym sitoplasma meng¬hilang, inklusi dialin eosinofil dan badan Levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi granulovakuole. korpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan otak.Berbagai perubahan degeneratif ini meningkat pada indi¬vidu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrasi, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin posisi sendi). Tampilan sensori motor untuk menghasilkan ketepatan melambat. Gangguan mekanisme mengontrol postur tubuh dan daya anti grafitasi menurun, keseimbangan dan gerakan menurun. Daya pemikiran abstrak menghilang, memori jangka pendek dan kemampuan belajar menurun, lebih kaku dalam memandang persoalan, lebih egois dan introvert

2. Saraf OtonomPusat pengendali saraf otonom adalah hipotalamus. Peneli¬tian tentang berbagai gangguan fungsi hipotalamus pada usia lanjut saat ini sedang secara intensif dilakukan di berbagai senter, yang antara lain diharapkan bisa mengungkap berbagai penyebab terjadi¬nya gangguan otonom pada lansia.Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan asetilkolin, atekolamin, dopamin, noradrenalin.- Perubahan pada ‘neurotransmisi” pada ganglion otonom yang berupa

penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolin-asetilase.

- Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin. Hal ini menyebabkan predeposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas/dingin terganggu, otoregulasi disirkulasi cerebral rusak sehingga mudah terjatuh.

X. Perubahan Anatomik pada Organon Visus1. Palpebra.

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan kelopak mata. Perubahan ini yang juga disebut dengan perubahan involusional Pada usia lanjut kulit palpebra mengalami atropi dan kehi¬langan elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan kulit yang berlebihan. Keadaan ini biasanya di perberat dengan terjadinya perenggangan septum orbita dan migrasi lemak preaponeurotik ke anterior. Keadaan ini bisa terjadi pada palpebra superior maupun inferior dan disebut dengan dermatokalasis.

2. Glandula lakrimalisPada usia lanjut sering dijumpai keluhan nrocos, ini di¬sebab¬kan kegagalan fungsi pompa sistem kanalis lakrimalis oleh karena kelemahan palpebera, eversi punctum atau malposisi pal¬pebra. Namun sumbatan sistim kanalis lakrimalis yang sebenarnya atau dacryostenosis sering juga dijumpai, dimana dikatakan bahwa dacryostenosis akuisita tersebut lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pria. Adapun patogenesis yang pasti terjadinya sumbatan ductus

Page 16: Lo Skenario 3 Blok 7

nasolakrimalis masih belum jelas, namun diduga oleh karena terjadi proses fibrotik dan berakibat terjadinya sumbatan.

Setelah usia 40 tahun khususnya pada wanita pasca meno¬pause sekresi basal kelenjar lakrimal tak menunjukkan gejala epifora oleh karena volume air matanya sedikit. Akan tetapi bilamana sumbatan sistim lakrimalis tak nyata akan memberi keluhan mata kering yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir, mata terasa lelah dan kering bahkan kabur. Sedangkan gejala obyektif yang didapatkan adalah konjungtiva bulbi kusam dan menebal kadang hiperaemi, pada kornea didapatkan erosi dan filamen. Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah Schirmer, Rose Bengal, “Tear film break up time”.

3. Kornea (Cornea)Dengan bertambahnya usia terjadi penurunan amplitudo akamodasi dengan manifestasi klinis yaitu presbiopia. Penurunan amplitudo akomodasi ini dikaitkan dengan perubahan serabut lensa yang menjadi padat dan kapsulnya kurang elastis, sehingga lensa kurang dapat menyesuaikan bentuknya. Untuk mengatasi hal ter¬sebut muskulus siliaris mengadakan kompensasi sehingga menga¬lami hipertropi. Proses ini terus berlanjut dengan semakin bertam¬bahnya usia sehingga terjadi manifestasi presbiopia.

4. Lensa KristalinaLensa yang mula-mula bening transparan, menjadi tampak keruh (Sklerosis) berwarna kekuning-kuningan ini mungkin yang menyebabkan kekurang mampuan membedakan warna antara biru dan purple. Kekeruhan lensa yang disertai gangguan visus disebut katarak.

5. IrisMengalami proses degenerasi, menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi tampak ada bercak berwarna muda sampai putih dan strukturnya menjadi lebih tebal.

6. PupilKonstriksi, mula-mula berdiameter 3mm, pada usia tua terjadi 1 mm, reflek direk lemah, kemampuan akomodasi menurun.

7. Badan Kaca (Corpus Vitreum)Pada usia diatas 50 tahun badan kaca akan mengalami liquefaksi (sineresis), kavitasi namun dibagian tepi justru menga¬lami kondensasi dan penebalan serta lepasnya membran hyaloid dari retina maupun kapsul lensa belakang. Konsistensi badan kaca lebih encer, dapat menimbulkan keluhan photopsia (melihat kilatan cahaya saat ada perubahan posisi bola mata).

XI. Perubahan Anatomik pada Organon AuditusDengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa

hilangnya sel epitel syaraf yang dimulai pada usia pertengahan. Juga dilaporkan bahwa keadaan yang sama terjadi pula pada serabut aferen dan eferen sel sensorik dari kokhlea. Disamping itu juga terdapat penurunan elastisitas mem¬bran basalis di kokhlea dan membran timpani. Pasokan darah dari reseptor neuro-sensorik mengalami gangguan, sehingga baik jalur audiotorik dan lubus temporalis otak sering terganggu, dari pen¬jelasan diatas terlihat bahwa gangguan pendengaran pada usia lanjut dapat

Page 17: Lo Skenario 3 Blok 7

disebabkan oleh berbagai sebab antara lain: gangguan pendengaran tipe konduktif, adalah gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalitas auditorius, membran timpani atau tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lubang telinga dari serumen ini pendengaran bisa menjadi lebih baik.

Sumber :

Gunawan, Didik Tamtomo. 2009. Perubahan Anatomik Pada Penuaan. Universitas Negeri Semarang

Page 18: Lo Skenario 3 Blok 7

Tugas Individu Tutorial November 2015

BLOCK 7

LEARNING OBJEKTIF

APA YANG TERJADI PADA DIRIKU ??

NAMA : DITA ARIDHATAMY

NIM : N 101 14 021

KELOMPOK : 1

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS TADULAKO2015