skenario 2 blok 12 kelompok b (belum fix)

18
Skenario Blok 12 Kelompok B Judul: Pasien Ortodonti T.I.U: 1. Mahasiswa memahami cara menegakkan diagnosis ortodonti 2. Mahasiswa memahami macam alat fungsional 3. Mahasiswa mampu merancang dan menggunakan alat ortodonti yang memanfaatkan pertumbuhan untuk perawatan ortodontik Seorang anak wanita umur 10 tahun datang bersama orangtuanya ingin dirawat giginya yang dirasa tidak rapi dan dirasa gigi rahang atas maju. Hasil pemeriksaan klinis diketahui bahwa overjet pasien: 6 mm, overbite: 5,5 mm. Tampak protrusif pada gigi anterior rahang atas, mandibula tampak retrognati. Gigi permanen yang eblum erupsi molar kdua kanan-kiri RA dan RB, caninus kanan-kiri RA, dan premolar kedua kanan-kiri RB. Pasien membawa foto tampak samping, analisis profil: pasien tampak cembung, relasi molar pertama RA terhadap RB: tonjol mesiobukal 1.6 dan 2.6 berkontak pada sisi mesial 3.6 dan 4.6. Dokter gigi melakukan diagnosa ortodonti dan ingin memanfaatkan growth spurt pada anak tersebut untuk perawatan ortodontik menggunakan alat ortodonti fungsional. VI. HASIL BELAJAR MANDIRI 1. Penegakan Diagnosa 1.1. Pemeriksaan klinis PEMERIKSAAN KLINIS / PEMERIKSAAN OBYEKTIF 1. Umum / General Pemeriksaan klinis secara umum pada pasien dapat dilakukan dengan mengukur dan mengamati : • Tinggi badan : …………………cm. • Berat badan : …………………kg. • Keadaan jasmani : baik / cukup / jelek • Keadaan mental : baik / cukup / jelek • Status gizi : baik / cukup / jelek Maksud pemeriksaan klinis menyangkut tinggi badan, berat badan, keadaan jasmani serta keadaan gizi pasien adalah untuk memperkirakan pertumbuhan dan

Upload: resty-wahyu-veriani

Post on 11-Nov-2015

232 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

added on May 9th, 2015

TRANSCRIPT

  • Skenario Blok 12 Kelompok B

    Judul: Pasien Ortodonti

    T.I.U:

    1. Mahasiswa memahami cara menegakkan diagnosis ortodonti

    2. Mahasiswa memahami macam alat fungsional

    3. Mahasiswa mampu merancang dan menggunakan alat ortodonti yang

    memanfaatkan pertumbuhan untuk perawatan ortodontik

    Seorang anak wanita umur 10 tahun datang bersama orangtuanya ingin dirawat giginya yang

    dirasa tidak rapi dan dirasa gigi rahang atas maju. Hasil pemeriksaan klinis diketahui bahwa

    overjet pasien: 6 mm, overbite: 5,5 mm. Tampak protrusif pada gigi anterior rahang atas,

    mandibula tampak retrognati. Gigi permanen yang eblum erupsi molar kdua kanan-kiri RA

    dan RB, caninus kanan-kiri RA, dan premolar kedua kanan-kiri RB. Pasien membawa foto

    tampak samping, analisis profil: pasien tampak cembung, relasi molar pertama RA terhadap

    RB: tonjol mesiobukal 1.6 dan 2.6 berkontak pada sisi mesial 3.6 dan 4.6. Dokter gigi

    melakukan diagnosa ortodonti dan ingin memanfaatkan growth spurt pada anak tersebut

    untuk perawatan ortodontik menggunakan alat ortodonti fungsional.

    VI. HASIL BELAJAR MANDIRI

    1. Penegakan Diagnosa

    1.1. Pemeriksaan klinis

    PEMERIKSAAN KLINIS / PEMERIKSAAN OBYEKTIF

    1. Umum / General

    Pemeriksaan klinis secara umum pada pasien dapat dilakukan dengan mengukur dan

    mengamati :

    Tinggi badan : cm.

    Berat badan : kg.

    Keadaan jasmani : baik / cukup / jelek

    Keadaan mental : baik / cukup / jelek

    Status gizi : baik / cukup / jelek

    Maksud pemeriksaan klinis menyangkut tinggi badan, berat badan, keadaan jasmani

    serta keadaan gizi pasien adalah untuk memperkirakan pertumbuhan dan

  • perkembangan pasien secara umum, sedangkan data keadaan mental pasien

    diperlukan untuk menentukan apakah pasien nanti dapat bekerja sama (kooperatif)

    dengan baik bersama operator dalam proses perawatan untuk mendapatkan hasil

    perawatan yang optimal.

    1. Khusus / Lokal :

    a. Luar mulut / Ekstra Oral :

    Bentuk muka : simetris / asimetris

    Tipe muka : Menurut Martin (Graber 1972) dikenal 3 tipe muka yaitu :

    - Brahisepali : lebar, persegi

    - Mesosepali : lonjong / oval

    - Oligisepali : panjang / sempit

    Istilah sepali Menurut Ricket (Graber 1972) lebih tepat untuk bentuk kepala yaitu

    proyeksi kepala terhadap bidang sagital sedangkan untuk tipe muka lebih tepat

    menggunakan istilah fasial :

    -Brahifasial

    - Mesofasial

    - Dolikofasial.

    Umumnya tipe muka berkaitan erat dengan bentuk lengkung gigi pasien. Klasifikasi

    bentuk muka dan kepala menurut Sukadana (1976) berdasarkan:

    - Indeks muka = Tinggi muka ( A) (Jarak N Gn) x 100

    - Lebar muka (B) (Jarak bizigomatik) Klasifikasi indeks muka :

    - Euriprosop ( muka pendek, lebar) : 80,0 84,9

  • - Mesoprosop (muka sedang ) : 85,0 89,9

    - Leptoprosop (muka tinggi, sempit) : 90,0 94,9

    Jika indeks :

    < 80,0 : Hipo Euriprosop

    > 94,9 : Hiper Leptoprosop

    Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra mastoideus) x 100

    Panjang kepala (A) (Jarak Gl Oc)

    Klasifikasi indeks kepala :

    - Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 74,9

    - Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 79,9

    - Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 84,9

    Jika indeks :

    < 70,0 : Hipo Dolikosepali

    > 84,9 : Hiper Brahisepali

    Profil muka (penjelasan sama dengan di LI 1.2.)

    Otot-otot mastikasi dan otot-otot bibir

    Serabut otot bersifat elastis , mempunyai dua macam ketegangan (tonus), aktif

  • dan pasif. Pada waktu kontraksi terdapat ketegangan yang aktif dan apabila dalam

    keadaan dilatasi terdapat ketegangan pasif. Dengan demikikian pada waktu istirahat

    otot-otot mastikasi dan bibir mempunyai tonus yang dalam keadaan normal terdapat

    keseimbangan yang harmonis, bila tidak normal tonus otot sangat kuat (hypertonus)

    atau sangat lemah (hipotonus) dapat menimbulkan anomali pada lengkung gigi akibat

    adanya ketidakseimbangan atara tekanan otot di luar dan di dalam mulut.

    Pada pemeriksaan klinis, periksa :

    - Otot-otot mastikasi : normal / hypertonus / hypotonus

    - Otot bibir atas : normal / hypertonus / hypotonus

    - Otot bibir bawah : normal / hypertonus / hypotonus

    Keadaan bibir pada waktu istirahat (rest position) : terbuka / menutup

    Bibir terbuka pada waktu rest posisi bisa disebabkan karena bibir terlalu pendek

    (incompetent) atau hypotonus otot bibir sering dijumpai pada pada pasien yang gigi

    depannya protrusif.

    Keadaan pipi : normal / cembung / cekung

    Keadaan ini juga berkaitan dengan tonus otot-otot pipi (m. masseter) pasien.

    b. Dalam mulut /Intra oral :

    Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :

    Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek

    Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan mulutnya jelek

    kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi selama perawatan

    dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan mulut perlu diberikan sebelum

    perawatan ortodontik dilakukan.

    Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia Pasien yang mempunyai lidah

    besar ditandai oleh :

    - Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya

    - Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi permukaan

    oklusal gigi-gigi bawah.

  • - Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual mahkota

    gigi (tongue of identation)

    - Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)

    Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit

    Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang (kontraksi) biasanya

    palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan (distraksi)

    biasanya mempunyai palatum rendah lebar.

    Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis, dll.

    Dicatat.

    Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy

    Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival indeks (GI).

    Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya

    Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan mucosa yang

    inflamasi dan hypertropy.

    Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

    Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

    Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis

    Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya (insersio)

    pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan mengganggu pengucapan

    kata-kata tertentu dan apakah akan mengganggu pemakaian plat ortodontik yang akan

    dipasang ?

    Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy

    Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy

    Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy

    Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan dengan menekan

  • lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya kelaianan yang serius pasien

    dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum dipasangi alat ortodontik.

    Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengah

    elips / Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran

    Ciri-ciri :

    - Parabola : Kaki lengkung (dari P1 sampai M2 kanan dan kiri) beberbentuk garis

    lurus devergen ke posterior dengan posisi gigi M2 merupakan terusan kaki lengkung,

    sedangkan puncak lengkung (C C) berbentuk garis lengkung (curved).

    - Setengah elips : Kaki lengkung berbentuk garis lengkung konvergen ke posterior

    ditandai oleh posisi gigi M2 mulai berbelok kearah median line, sedangkan puncak

    lengkung juga merupakan garis lengkung (curved). .

    - Trapezoid : Kaki lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior dan puncak

    lengkung merupakan garis datar di anterior dari gigi C C.

    - U-form : Kaki lengkung merupakan garis lurus sejajar ke posterior, sedangkan

    puncak lengkung merupakan garis lengkung.

    - V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior, tetapi

    puncak lengkung merupakan garis menyudut ke anterior ditandai dengan posisi gigi

    I2 masih merupakan terusan kaki lengkung lurus konvergen ke anterior.

    - Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan garis

    lengkung merupakan bagian dari setengah lingkaran. Ini biasanya dijumpai pada akhir

    periode gigi desidui sampai awal periode gigi campuran (mixed dentision)

    Pemeriksaan gigi geligi :

    - Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien. Tulislah rumus gigi

    sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri keterangan.

    - Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi yang tidak

    normal atau telah mengalami perawatan.

  • - Anomali / malposisi gigi individual : Periksa posisi gigi-gigi secara urut dengan

    membayangkan garis oklusi sebagai referensi. Setiap penyimpangan yang ada dicatat.

    - Relasi gigi-gigi pada oklusi sentrik :

    Pasien disuruh oklusi sentrik, periksa hubungan gigi-gigi terhadap antagonisnya :

    - Gigi Posterior : Relasi Molar : Kanan : Klas I, II, III Angle

    Kiri : Klas I, II, III Angle

    Cross bite : ada / tidak

    Open bite : ada / tidak ( jika ada, tulis gigi mana )

    Scissor bite : ada / tidak

    Cup to cup bite : ada / tidak

    Dll.

    - Gigi anterior : Relasi kaninus : Kanan : Klas I, II, III Angle

    Kiri : Klas I, II, III Angle

    Overjet : ...mm

    Overbite : mm

    Cross bite : ada / tidak

    Open bite : ada / tidak (jika ada, tulis gigi mana)

    Edge to edge bite : ada / tidak

    Contoh : Cross bite : . 1 |

    2 1 |

    Ini menunjukkan adanya cross bite antara gigi insivus pertama kanan rahang atas

    terhadap gigi insivus pertama dan kedua rahang bawah.

    - Median line gigi rahang atas dan rahang bawah : normal / tidak normal , segaris /

  • tidak segaris

    Amati posisi garis tengah gigi rahang atas dan rahang bawah terhadap sutura palatina

    mediana jika didapatkan penyimpangan, kearah mana penyimpangannya dan ukur

    seberapa besar penyimpangan tersebut.

    1.2. Profil Wajah

    Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :

    - Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog

    - Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-Pog

    - Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-Pog

    Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella (Gl), Lip Contour

    atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta garis referensi Gl-Pog

    sebagai acuan :

    - Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara alis

    mata kanan dan kiri.

    - Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.

    - Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah

    - Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.

    Menurut Schwarz (Boersma,1987) Tipe profil bervariasi masing-masing menjadi :

    - Cembung (Anteface ) bila titik Sub nasale (Sn) berada di depan titi Nasion (Na)

    - Lurus (Average face) bila titik Sub nasale (Sn) berada tepat segaris dengan Nasion

    (Na)

    - Cekung (Retroface) bila titik Sub nasale (Sn) berada di belakang titik Nasion (Na)

  • Masing-masing tipe ini masih bisa bervariasi dengan kombinasi :

    - Retrognatik (Dorsaly rotated dintition ) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi ke

    arah belakang sehingga posisi titik Pog tampak lebih ke belakang dari posisi Nasion

    - Ortogantik (Unrotated dentition): Bila gigi-geligi rahang bawah tidak berotasi /

    posisinya normal titik Pog tampak lurus terhadap Nasion

    - Prognatik (Ventraly rotated dentition) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi

    kedepan, dagu (titik Pog) tampak maju terhadap Nasion

    Nasion (Na) adalah titik terdepan dari sutura Fronto nasalis

    Subnasale (Sn) adalah titik titik terdepan tepat dibawah hidung

    Dengan demikian akan didapatkan 9 tipe muka :

    - Cembung : Anteface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik

    - Lurus : Average face dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik

    - Cekung : Retroface dengan variasi retrognatik, ortognatik dan prognatik

    1.3. Radiografi

    Analisis Foto Rontgen :

    Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis tentang keadaan jaringan

    dentoskeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung secara klinis, seperti:

    Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tida ada, apakah karena telah dicabut,

    impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadap

    permukaan rongga mulut berguna untuk menetapkan waktu erupsi, untuk

    membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi permanen yang belum

    erupsi.

    Panoramik : Untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara

    keseluruhan dalam satu Ro foto, untuk menentukan urutan erupsi gigi, dan lain-lain.

    Kegunaan pemeriksaan foto ronsen panoramik adalah:

    1. Melihat hubungan antara gigi-gigi pada satu rahang dan

    hubungan gigi-gigi rahang atas dengan rahang bawah

    2. Melihat tahap perkembangan gigi tetap dan resorbsi akar gigi

    sulung. Informasi perkembangan gigi diperlukan untuk

  • memberikan informasi mengenai perkembangan oklusi gigi

    dan waktu yang tepat untuk perawatan.

    3. Melihat ada tidaknya kelainan patologis

    Gambar 3. Foto panoramik dari seorang pasien

    dewasa. Nampak beberapa gigi susu masih ada,

    beberapa gigi permanen tidak ada benih gigi, posisi

    gigi geraham bungsu rahang bawah tidak normal.

    Pemeriksaan panoramik sangat membantu untuk menilai

    apakah suatu prosedur dental diperlukan sebagai langkah

    awal sebelum melakukan perawatan ortodontik. Berbagai

    struktur abnormal dapat ditemukan dalam pemeriksaan ini.

    Bite wing : Untuk menentukan posisi gigi dari proyeksi oklusal.

    (referensi : buku ajar orto 2008)

  • 1.4. Prognosis

    Prognosis dari perawatan ortodonti menggunakan alat fungsional dengan

    memanfaatkan growth spurt pada anak adalah baik. Perawatan akan memberikan hasil

    yang maksimal, karena pada kasus anak perempuan berusia 10 tahun, usia ini

  • merupakan masa pubertas anak perempuan dimana terjadi percepatan pertumbuhan.

    Sehingga pola pertumbuhan rahang akan diatur dengan baik mencapai oklusi normal

    dengan perawatan alat ortodonti fungsional.

    2. Alat Fungsional

    Adalah perangkat ortodonti yang memanfaatkan kekuatan otot-otot orofacial untuk

    memperbaiki hubungan lengkung gigi

    2.1. Indikasi dan kontraindikasi

    Indikasi Perawatan Alat Fungsional:

    a. Kelainan skeletal dalam arah antero-posterior (kelas II dan kelas III skeletal).

    b. Pada pasien yang sedang dalam pertumbuhan aktif.

    c. Pasien sangat kooperatif.

    d. Diskrepansi skeletal dari sagital ringan sampai sedang

    e. Tidak ada kehilangan gigi geligi

    f. Tidak ada gigi yang tipping atau rotasi parah

    g. Gigi insisivum teradaptasi dengan baik dalam profil

    h. Diastema dan crowding yang minimal dalam lengkung rahang

    i. Pola dan arah pertumbuhan fasial pasien menguntungkan

    j. profil ditingkatkan segera ketika pasien menggerakkan mandibula

    k. Pasien harus termotivasi dengan baik.

    Kontraindikasi Perawatan Alat Fungsional:

    a. Tidak ada kelainan skeletal ataupun ringan.

    b. Pasien sangat tidak kooperatif.

    c. Masa pertumbuhan sudah selesai

    d. Pasien pada pre-pubertas, post-pubertas dan dewasa

    e. Malposisi, diastema dan crowding yang parah

    f. Pasien alergi

    2.2. Jenis

    Menurut Proffit, et.al., (2007), secara umum alat-alat fungsional dapat

    dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu :

    Alat-alat Tooth Borne Pasif

  • Alat ini merupakan alat yang pasif karena alat ini tidak menghasilkandaya intrinsik, seperti

    yang dihasilkan oleh pegas atau sekrup ekspansi dan hanya tergantung pada regangan

    jaringan lunak dan aktivitas otot-otot pengunyahan yang akan menghasilkan efek perawatan.

    Alat yang termasuk kelompok ini adalah Aktivator, Bionator, alat Herbst dan alat Twin

    Block.

    Alat herbst

    Alat-alat Tooth Borne Aktif

    Alat ini sebagian besar merupakan modifikasi dari Aktivator dan Bionator dengan

    menambahkan sekrup ekspansi atau pegas untuk menghasilkan daya-daya intrinsik pada alat,

    sehingga dapat menggerakkan gigi geligi ke arah transversal dan antero-posterior. Alat yang

    termasuk kelompok ini biasanya sesuai dengan nama yang mengembangkannya, seperti

    Expansion Aktivator, Orthopedic Corrector, Sagital Appliance, dll.

    Expansion aktivator

    Alat-alat Tissue Borne

    Prinsip kerja alat ini adalah memperbaiki kelainan fungsional orofasial yang akan

    merangsang terjadinya perbaikan hubungan skeletal dengan cara mencegah tekanan dari

    lidah, pipi dan bibir agar tidak mengenai gigi geligi dan prosesus alveolaris sehingga dapat

    menimbulkan perubahan pertumbuhan pada strukturstruktur ini. Satu-satunya alat yang hanya

    didukung oleh jaringan lunak, tetapi masih memiliki beberapa kontak dengan gigi geligi dan

    yang termasuk kelompok ini adalah Functional Regulator of Frankel atau disebut juga

    Function Regulator (Regulator fungsional) yang disingkat F.R., Ada F.R. 1, F.R. 2, F.R. 3 dll.

  • Functional Regulator of Frankel

    2.2.1. Indikasi dan kontraindikasi

    Pesawat Frankle

    Aktivator

    Indikasi pemakaian aktivator

    1. Penederita dapat bekerja sama dengan baik.

    2. Digunakan pada anomali-anomali tertentu, khususnya klas II dan klas III angle untuk

    memperbaiki kelainan hubungan gigi-gigi dan rahang. Walaupun demikian, anomaly

    klas I Angle dengan gigitan terbuka anterior dapat juga dipakai activator.

    3. Tidak ada kelainan skeletal yang berat.

    4. Anomalinya tidak dalam keadaan berjejal yang berat.

    5. Activator dapat digunakan untuk perawatan kebiasaan buruk seperti menjulurkan

    lidah ke depan, meletakkan lidah di antara gigi-gigi ke depan, meletakkan lidah

    diantara gigi-gigi depan atas dan bawah, maupun menghisap jari atau bibir.

    6. Activator sangat baik digunakan pada penderita dalam masa pertumbuhan atau masa

    gigi bercampur.

    7. Activator dapat digunakan sebagai retainer.

  • 8. Menurut Houston (1983), activator biasanya digunakan antara lain untuk kasus

    selektif klas II divisi I dengan lengkung tidak berjejal . jika insisivus bawah jarang

    keadaan ini menguntungkan.

    Kontraindikasi pemakaian aktivator

    1. Pasien yang tidak dapat bekerja sama dengan baik merupakan kontraindikasi

    perawatan dengan activator. Disamping pasien, kerja sama orang tua pasien yang

    tidak baik dapat juga menyebabkan kegagalan perawtan yang dilakukan.

    2. Pada gigi yang sangat berjejal, keadaan yang demikian perlu perawatan dengan

    pesawat mekanik lebih dahulu. Setelah gigi-gigi tersusun dengan baik, tahap

    berikutnya dirawat dengan activator untuk memperbaiki kelainan hubungan sagital

    dari gigi-gigi, rahang, maupun wajah pasien.

    3. Kasus klas II dan Klas III angle dengan peregeseran garis median yang disebabkan

    oleh faktor dental. Untuk mengoreksi pergeseran garis median diperlukan pesawat

    mekanik karena lebih efektif. Dlam hal ini perbaikan hubungan rahang dilakukan

    pada tahap berikutnya.

    4. Pada kelainan skeletal yang berat merupakan kontraindikasi pemakaian activator.

    Kasus ini lebih sesuai dirawat dengan tindakan bedah-orthodonti. Sesudah masa

    pertumbuhan dan perkembangan skeletal.

    Twin Block

    Indikasi penggunaan Twin blok antara lain koreksi maloklusi kelas II, pengembangan

    vertikal, koreksi vertikaluntuk menutup open bite anterior, ekspansi lengkung dan

    menambahkan panjang lengkung(Clark dkk., 2004).

    Kontraindikasi pada pasien dengan asimetris wajah yang sering terlihat pada pasiendengan

    unilateral cross bite dan inklinasi gigi insisivus maksila tidak boleh terlalu verikalatau ke

    lingual, maksila jika tidak dalam posisi yang benar karena menyebabkan twin block tidak

    stabil (www.)

    Indikasi :

    - Maloklusi kelas II divisi 1 dengan bentuk gigi normal

    - Terdapat overjet ringan sampai berat dan deep overbite

    - Pasien kasus disto-oklusi pada segmen bukal

    - Pasien harus dalam masa pertumbuhan aktif yaitu masa gigi bercampur

  • - Twin block lebih idel bagi pasien yang tidak memiliki kelainan pertumbuhan arah vertical

    secara berlebihan

    Kontraindikasi :

    - Kelas II dimana maksila mengalami prognasi dan mandibula dalam posisi normal

    - Pada kasus gigi yang sangat berjejal

    Bionator

    T.M.Graberdalam bikinya pada tahun 1985 membagi indikasi berdasarkan penggunaan

    bionator, berikut ini :

    Kasus maloklusi klass I divisi 1, dengan gejala klinis sebagai berikut :

    - Lengkung gigi geligi pada maksila dan mandibula baik.

    - Letak mandibula lebih ke belakang daripada maksila atau functional retrusion.

    - Kelainan skeletal tidak terlalu berat.

    - Gigi incisivus maksilla lebih ke labial atau mendongos.

    Kasus deep over bite, yang terdapat pada :

    - Masa pertumbuhan premolar.

    - Kasus yang disebabkan infraoklusi gigi molar dan premolar akibat posisi lidah yang terlalu

    ke lateral.

    Kasus open bite dengan menggunakan bionator open bite. Umumnya pada kasus yang

    disebabkan karena kebiasaan menggigit-gigit jari, menghisap jempol, bernafas melalui mulut,

    dll.

    Pada kasus maloklusi klass III dengan menggunakan bionator klass III.

    KONTRAINDIKASI

    1. Menurut T.M.Graber pada yahun 1985

    Maloklusi klass II dengan gejala:

    - Disebabkan karena maksila prognatism

    - Pertumbuhan ke arah vertikal berlebihan, karena perawatan bionator akan menyebabkan

    wajah bagian bawah lebih tinggi

  • Kasus deep bite yang disebabkan karena supraoklusi gigi incisivus

    2. Menurut T.M. Graber bersama dengan Bedrich Neumann bahwa kontra indikasi

    penggunaan bionator ialah pada kasus gigi berjejal. Maloklusi dengan gigi berjejal dan

    pergeseran midline maka posisi gigi yang demikian merupakan kontra indikasi penggunaan

    bionator karena memerlukan pencabutan dan pergeseran gigi geligi. Seringkali perawatan

    orthodonsi merupakan perawatan kombinasi antara bionator dengan alat cekat.

    Pesawat Herbst

    Indikasi pesawat Herbst dirancang untuk menstimulasi pertumbuhan kondilus mandibula dan

    secara khusus digunakan pada maloklusi kelas II dengan mandibula yang retrognasi. Pasien

    yang memiliki riwayat obstruksi jalan napas lewat hidung dan tidak memungkinkan untuk

    memakai pesawat lepas, dapat menggunakan pesawat Herbst. Peswat Herbst dapat juga di

    indikasikan pada pasien yang tidak kooperatif karena pesawat dicekatkan ada gigi dan

    bekerja 24 jam sehari tanpa bantuan pasien.

    2.2.2. Prinsip kerja ( ada di lampiran.zip)

    2.2.3. Kelebihan & kekurangan

    2.2.4. Cara pemakaian ( ada di lampiran.zip)

    2.3. Desain (ada referensi juga di pustaka_unpad_perawatan....)

  • REFERENSI UNTUK MENJAWAB AM NO 6 DAN 8 LIHAT DI pdf

    perawatan_ortodonti_pada_geligi_campuran