sistem pengelolaan perikanan tonda dengan … · kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di...

155
SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP SENDANG BIRU, MALANG, JAWA TIMUR ALVI RAHMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: buidung

Post on 21-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN

RUMPON DI PPP PONDOKDADAP SENDANG BIRU,

MALANG, JAWA TIMUR

ALVI RAHMAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah
Page 3: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sistem Pengelolaan

Perikanan Tonda dengan Rumpon di PPP Pondokdadap Sendang Biru, Malang,

Jawa Timur adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Alvi Rahmah

NIM C452110051

Page 4: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

RINGKASAN

ALVI RAHMAH. Sistem Pengelolaan Perikanan Tonda dengan Rumpon di PPP

Pondokdadap Sendang Biru, Malang, Jawa Timur. Dibimbing oleh TRI WIJI

NURANI, SUGENG HARI WISUDO, dan NIMMI ZULBAINARNI.

Permasalahan teknis pengoperasian unit perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap adalah terbatasnya area penangkapan karena banyaknya

rumpon di wilayah perairan dekat pantai, sehingga nelayan tonda terpaksa

melakukan operasi penangkapan di wilayah perairan yang lebih jauh, sekitar 50-

200 mil dari garis pantai. Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di

PPP Pondokdadap membuat nelayan luar daerah banyak yang melakukan

penangkapan di wilayah penangkapan nelayan tonda Sendang Biru dan

mendaratkan hasil tangkapannya di PPP Pondokdadap. Kondisi ini tentunya akan

meningkatkan upaya penangkapan yang berdampak pada sumberdaya ikan.

Penurunan ukuran ikan jenis tuna sudah mulai dirasakan oleh nelayan, dan secara

ekonomi dapat menurunkan harga jual ikan sehingga dapat merugikan nelayan.

Belum lagi adanya permainan harga yang dilakukan oleh pengambek (tengkulak)

pada saat pembelian hasil tangkapan dari nelayan.

Adanya hubungan ketergantungan secara ekonomi yang besar antara

nelayan dengan pengambek menjadikan nelayan tidak ingin mempermasalahkan

kondisi yang terjadi, sehingga sangat mempengaruhi kondisi sosial antara nelayan

dan pengambek. Pengoperasian unit perikanan tonda ternyata menimbulkan

konflik horisontal diantara nelayan. Konflik tersebut terjadi dikarenakan

kurangnya kekompakan diantara nelayan untuk saling menjaga perairan dan

sumberdaya perikanan. Peran kelembagaan khususnya organisasi nelayan Rukun

Jaya dan pemerintah perikanan sangat diperlukan. Peran Rukun Jaya secara

kelembagaan dalam masyarakat khususnya nelayan tonda Sendang Biru masih

kurang sehingga diperlukan peningkatan dan kerjasama secara aktif dari seluruh

komponen yang terlibat agar tujuan sistem perikanan yang baik dapat tercapai

secara optimal.

Kompleksnya permasalahan dalam sistem perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap memerlukan penyelesaian dengan memperhatikan aspek

yang terkait. Penyelesaian tersebut dapat dilakukan dengan melaksanakan model

konseptual. Model konseptual yang direkomendasikan pada penelitian ini terdiri

atas 4, yaitu (1) model konseptual pembuatan dan pelaksanaan peraturan lokal

pengawasan perairan di PPP Pondokdadap, (2) model konseptual pembuatan dan

penggunaan SOP perizinan oleh pemerintah daerah, (3) model konseptual

pembuatan peraturan operasional penangkapan bagi unit perikanan tonda dengan

rumpon di PPP Pondokdadap, dan (4) model konseptual pengawasan proses

pelelangan di tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap. Pelaksanaan model

konseptual tersebut dapat dilakukan dengan berbagai strategi, yang melibatkan

seluruh komponen perikanan seperti nelayan, pengambek, organisasi nelayan dan

pemerintah.

Kata kunci: perikanan tonda, sistem perikanan, soft system methodology

Page 5: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

SUMMARY

ALVI RAHMAH. Management System of Troll Fisheries with Fish Aggregating

Device (FAD) in PPP Pondokdadap Sendang Biru, Malang, East Java. Supervised

by TRI WIJI NURANI, SUGENG HARI WISUDO, dan NIMMI

ZULBAINARNI.

Technical problems of troll fisheries operation with FAD is limited area

for fishing activities because many FADs onshore, so the fishermen forced to

make fishing operation in the more distant waters, about 50-200 miles of

shoreline. The tendency of increasing fish prices in PPP Pondokdadap make many

fisherman outside the area make catches in Sendang Biru fishing trolling areas

and landing their catch in PPP Pondokdadap. This condition will certainly

increase the fishing effort that have an impact on fish resources. Decreasing the

size of the fish species like tuna are already beginning to be happened, and

economically can reduce the selling price of fish that can be detrimental to

fishermen. Not to mention the price influenced is done by pengambek

(middlemen) at the time of purchasing the catch from the fishermen.

The existence of economic dependency relationships between fishermen

and pengambek make fishermen do not want to question the conditions that occur,

thus adversely affecting the social conditions between fishermen and pengambek.

Operation of trolling fisheries unit actually causes horizontal conflicts among

fishermen. The conflict occurred due to a lack of cohesion among the fishermen to

keep each other waters and fishery resources. The role of fishermen's

organizations in particular fisheries institutional Rukun Jaya and government

indispensable. The role of Rukun Jaya for society, especially for fishermen of troll

fisheries in Sendang Biru is still lacking that needed improvement and active co-

operation of all the components involved that the purpose of a good fishery

system can be achieved optimally.

Complexity of the problems in troll fisheries system with FADs in PPP

Pondokdadap requires completion with attention-related aspects. Solving can be

done with implementing the conceptual models. Conceptual models

recommended in this study consists of 4, namely (1) developing and

implementating of local regulation for monitoring, controlling, and survaillance of

fishing ground in Southern water of Malang Regency, (2) manufacturing and

using of SOP licensing by local government, (3) formulating the fishing operation

of troll fisheries with FAD unit in PPP Pondokdadap, (4) monitoring the fish

transaction mechanism in fish auction of PPP Pondokdadap. The implementation

of the conceptual models can be done with a variety of strategies, involving all

components of fisheries such as fisherman, pengambek, organization of fishermen

and government.

Keyword: troll fisheries, fisheries system, soft system methodology

Page 6: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah; pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

Page 7: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN

RUMPON DI PPP PONDOKDADAP SENDANG BIRU,

MALANG, JAWA TIMUR

ALVI RAHMAH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains

pada

Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 8: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir John Haluan, MSc

Page 9: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

Judul Tesis : Sistem Pengelolaan Perikanan Tonda dengan Rumpon di PPP

Pondokdadap Sendang Biru, Malang, Jawa Timur

Nama : Alvi Rahmah

NIM : C452110051

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi

Ketua

Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi Dr Nimmi Zulbainarni, SPi, MSi

Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Sistem dan Pemodelan

Perikanan Tangkap

Prof Dr Ir Mulyono S.Baskoro, MSc Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 30 Desember 2013 Tanggal Lulus:

Page 10: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan

karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih

dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2013 ini ialah sistem

perikanan, dengan judul Sistem Pengelolaan Perikanan Tonda dengan Rumpon di

PPP Pondokdadap Sendang Biru, Malang, Jawa Timur.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Tri Wiji Nurani, MSi; Dr Ir

Sugeng Hari Wisudo, MSi; dan Dr Nimmi Zulbainarni, SPi, MSi selaku

pembimbing yang telah banyak memberi saran. Disamping itu, penghargaan

penulis sampaikan kepada Bapak Goentoro Soepardi beserta staf Unit Pengelola

PPP Pondokdadap, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan

terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda, ibunda, kakak, abang, dan

seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya, serta teman-teman seperjuangan

Pascasarjana (Magister) PSP 2011 atas kebersamaan dan semangatnya.

Penulis sangat berharap kritik dan saran demi penyempurnaan penulisan

dimasa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Alvi Rahmah

Page 11: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

DAFTAR ISTILAH xii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

Kerangka Pemikiran 4

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA

DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP 6

Unit Penangkapan Ikan 6

Kapal 6

Alat Tangkap 6

Nelayan 7

Rumpon 7

Metode Penangkapan Ikan 8

Musim Penangkapan Ikan 13

3 METODOLOGI PENELITIAN 13

Waktu dan Tempat Penelitian 13

Metode Pengumpulan Data 14

Metode Analisis Data 15

4 FORMULASI MASALAH PADA UNIT PERIKANAN

TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP 16

Pendahuluan 16

Metode 17

Hasil 17

Aspek Teknis 17

Aspek Ekologi 19

Aspek Ekonomi 21

Aspek Sosial 23

Aspek Kelembagaan 24

Penggambaran Masalah dengan Rich Picture 26

Pembahasan 28

Kesimpulan 31

Page 12: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

5 MODEL KONSEPTUAL PADA UNIT PERIKANAN TONDA

DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP 31

Pendahuluan 31

Metode 32

Hasil 32

Aspek Sosial dan Kelembagaan 32

Aspek Teknis dan Ekologi 36

Aspek Ekonomi 38

Pembahasan 40

Kesimpulan 42

6 PEMBAHASAN UMUM 42

7 KESIMPULAN DAN SARAN 44

Kesimpulan 44

Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 49

RIWAYAT HIDUP 139

DAFTAR TABEL

2.1 Spesifikasi rumpon perikanan tonda di PPP Pondokdadap 7

2.2 Spesifikasi pancing tonda di PPP Pondokdadap 9

2.3 Spesifikasi pancing layangan di PPP Pondokdadap 9

2.4 Spesifikasi pancing ulur di PPP Pondokdadap 10

2.5 Spesifikasi pancing batuan di PPP Pondokdadap 10

2.6 Spesifikasi pancing coping di PPP Pondokdadap 11

2.7 Spesifikasi pancing taber di PPP Pondokdadap 12

2.8 Spesifikasi pancing tomba di PPP Pondokdadap 12

4.1 Produktivitas alat tangkap unit perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap tahun 2008-2012 19

4.2 Produktivitas nelayan unit perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap tahun 2008-2012 19

4.3 Rata-rata pendapatan nelayan tonda (Rp) per trip 23

4.4 Hasil analisis finansial pada unit perikanan tonda

dengan rumpon di PPP Pondokdadap 23

Page 13: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kerangka pemikiran penelitian 5

2.1 Kapal perikanan tonda di PPP Pondokdadap 6

2.2 Komponen alat tangkap pada unit perikanan tonda 6

2.3 Ilustrasi bentuk rumpon unit perikanan tonda

di PPP Pondokdadap 8

2.4 Ilustrasi metode penangkapan pancing tonda 9

2.5 Ilustrasi metode penangkapan pancing layangan 10

2.6 Ilustrasi metode penangkapan pancing batuan 11

2.7 Ilustrasi metode penangkapan pancing taber 12

2.8 Ilustrasi metode penangkapan pancing tomba 13

3.1 Peta lokasi penelitian 14

3.2 Tujuh langkah dasar SSM 16

4.1 Proses operasi penangkapan unit perikanan tonda 18

4.2 Komposisi dan persentase hasil tangkapan tonda bulan Desember

tahun 2012 per jenis ikan (kg) per trip 20

4.3 Komposisi dan persentase hasil tangkapan tonda bulan Juni

tahun 2012 per jenis ikan (kg) per trip 20

4.4 Nilai Produksi per trip unit perikanan tonda dengan rumpon di

PPP Pondokdadap tahun 2008-2012 21

4.5 Proses pelelangan ikan di TPI PPP Pondokdadap 22

4.6 Alur proses perizinan yang dilakukan oleh organisasi nelayan

Rukun Jaya 25

4.7 Rich picture unit perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap 27

5.1 CATWOE dan root definition terhadap permasalahan pengawasan

pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap 33

5.2 CATWOE dan root definition terhadap permasalahan

perizinan pada unit perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap 33

5.3 Model konseptual pembuatan dan pelaksanaan peraturan lokal

pengawasan perairan 34

5.4 Model konseptual pembuatan dan penggunaan SOP perizinan

oleh pemerintah daerah 35

Page 14: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

5.5 CATWOE dan root definition terhadap permasalahan aspek teknis

dan ekologi pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP

Pondokdadap 36

5.6 Model konseptual pembuatan peraturan operasional penangkapan

pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap 37

5.7 CATWOE dan root definition terhadap permasalahan aspek

ekonomi pada unit perikanan tonda dengan rumpondi PPP

Pondokdadap 38

5.8 Model konseptual pengawasan proses pelelangan di tempat

pelelangan ikan PPP Pondokdadap 39

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan analisis usaha pada unit perikanan tonda

dengan rumpon di PPP Pondokdadap 49

2 Sarana dan prasarana di PPP Pondokdadap 50

3 Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang No. 1 Tahun 2009 52

4 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 27 Tahun 2012 62

5 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 02 Tahun 2011 68

6 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 30 Tahun 2011 88

7 Keputusan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 58 Tahun 2001 133

Page 15: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

DAFTAR ISTILAH

Breakwater : Bangunan yang berfungsi untuk memecah gelombang

sehingga mengendalikan abrasi di pantai dan melindungi

pelabuhan dari hempasan gelombang.

Discount factor : Bilangan yang digunakan untuk mengalikan suatu nilai

dimasa yang akan datang yang dapat dinilai pada saat ini.

Effort : Suatu upaya penangkapan yang dilakukan untuk memperoleh

hasil tangkapan dalam jumlah tertentu, seperti jumlah kapal,

jumlah alat tangkap, dan jumlah nelayan.

GT : Gross tonage, yaitu satuan ukuran kapal. Perhitungan GT

kapal ikan yang umum digunakan di Indonesia adalah

volume total kapal x 0.25

Ikan predator : Jenis ikan omnivora atau karnivora yang memangsa ikan-

ikan berukuran lebih kecil.

IRR : Internal rate return, yaitu persentase nilai keuntungan yang

diperoleh pada penanaman modal dibandingkan dengan

tingkat suku bunga bank yang berlaku.

Manol : Sebutan masyarakat Sendang Biru untuk orang yang bertugas

mengangkut hasil tangkapan nelayan dari kapal ke Tempat

Pelelangan Ikan (TPI).

Nelayan andon : Nelayan yang berasal dari luar daerah (seperti Sulawesi dan

Kalimantan) yang melakukan operasi penangkapan di

perairan sekitar PPP Pondokdadap Sendang Biru. Sebagian

besar jenis nelayan ini tidak menetap di Sendang Biru, hanya

ada pada saat musim banyak ikan (musim puncak).

Nelayan lokal : Nelayan yang berasal dari daerah sekitar PPP Pondokdadap

Sendang Biru. Sebagian besar jenis nelayan ini menetap di

wilayah Sendang Biru. Profesi nelayan menjadi pekerjaan

utama, namun saat musim barat (musim tidak banyak ikan)

tiba beberapa nelayan mencari pekerjaan sampingan seperti

bertani.

Net B/C : Net benefit cost ratio, yaitu perbandingan antara keuntungan

dengan biaya yang dikeluarkan selama umur teknis barang

investasi.

NPV : Net present value, yaitu keuntungan total selama umur teknis

barang investasi yang dihitung pada masa sekarang.

Page 16: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

Pengambek : Penyedia modal bagi nelayan, baik untuk kebutuhan melaut

ataupun kebutuhan hidup sehari-sehari, sama seperti

tengkulak, hanya saja pengambek di Sendang Biru tidak

membebankan bunga atas pinjaman yang dilakukan oleh

nelayan. Pengambek juga bertugas untuk membantu menjual

hasil tangkapan pada proses pelelangan di TPI. Beberapa

orang pengambek juga menjadi pemilik kapal.

Penguras : Orang yang jasanya disewa oleh pemilik kapal untuk

memperbaiki kapal.

Responden kunci : Responden yang mengetahui secara detail objek yang diteliti.

Rumpon : Suatu jenis alat bantu penangkapan yang biasanya terdiri atas

pelampung, atraktor, pemberat, yang terbuat dari bahan yang

berbeda-beda tergantung pada penggunaannya. Fungsinya

untuk mengumpulkan ikan yang mencari tempat berlindung

atau mencari makan.

Sekoci : Sebutan nelayan di beberapa daerah termasuk PPP

Pondokdadap untuk jenis kapal tonda.

Swivel/kili-kili : Bagian dari pancing yang berfungsi untuk mengurangi

kekusutan atau pelintiran tali senar dan untuk mempermudah

simpul.

Unit perikanan : Suatu kesatuan dalam kegiatan penangkapan yang meliputi

kapal, alat tangkap, nelayan, dan alat bantu penangkapan

seperti rumpon.

Page 17: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fokus perikanan di Indonesia saat ini adalah pengembangan perikanan

menuju industrialisasi, salah satunya melalui industrialisasi ikan tuna, tongkol,

dan cakalang (TTC). Peraturan berupa PER.27/MEN/2012 menjelaskan bahwa

industrialisasi TTC dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah dan nilai produksi

serta mutu jenis produk perikanan sehingga mampu diekspor ke luar negeri (KKPa

2013). Kebijakan industrialisasi ini harus didukung oleh sistem perikanan yang

baik, seperti proses penangkapan yang sesuai aturan, kemampuan nelayan dalam

pengoperasian alat tangkap dan penjagaan mutu hasil tangkapan, hasil tangkapan

yang layak tangkap, lancarnya proses pemasaran, hingga pada kelengkapan

dokumen kapal dan kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan.

Indonesia saat ini memiliki 5 pelabuhan perikanan yang menjadi contoh

nasional dalam industrialisasi TTC, yang diharapkan dapat memacu pelabuhan

perikanan lainnya. Pelabuhan perikanan yang terdapat di provinsi Jawa Timur

memiliki potensi untuk mengikuti 5 pelabuhan perikanan tersebut, salah satunya

adalah Kabupaten Malang. Potensi tersebut terlihat dari jumlah produksi TTC

Kabupaten Malang tahun 2012 mencapai 3787 ton, yang menjadi salah satu

produsen TTC terbesar di provinsi Jawa Timur (DKP Provinsi Jawa Timur 2013).

Tingginya produksi Kabupaten Malang didukung dengan adanya keberadaan

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Pondokdadap. Posisi PPP Pondokdadap yang

strategis dan dilindungi oleh Pulau Sempu sebagai breakwater alami menjadi

tempat yang aman bagi kapal-kapal yang ingin berlabuh. Sebagian besar kapal-

kapal tersebut melakukan kegiatan penangkapan di dekat Samudera Hindia yang

merupakan daerah penangkapan potensial untuk ikan pelagis jenis TTC (UPPP

Pondokdadap 2012).

Komoditas TTC di perairan selatan Jawa Timur banyak ditangkap

menggunakan alat tangkap pancing dengan kapal tonda (sekoci). Pangkalan

Pendaratan Ikan (2007) dalam Hermawan (2011) menyatakan bahwa jumlah kapal

tonda di PPP Pondokdadap berkembang cukup pesat, pada tahun 2001 hanya

berjumlah 30 unit, namun pada tahun 2007 jumlahnya meningkat sebanyak 318

unit dan pada tahun 2008 menjadi 335 unit. Peningkatan tersebut dikarenakan

preferensi nelayan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan kelembagaan yang

terdapat di PPP Pondokdadap, yaitu tingginya harga jual hasil tangkapan kapal

tonda, prospek pasar yang baik, dan adanya tempat pendaratan dan pelelangan

ikan. Sebagian besar nelayan Sendang Biru mengoperasikan kapal tonda dibantu

dengan menggunakan alat bantu penangkapan yang dikenal dengan rumpon.

Prinsip utama rumpon adalah mengumpulkan ikan, dimana ikan-ikan yang

berkumpul di sekitar rumpon diduga karena mencari tempat berlindung atau

mencari makan. Hasil penelitian Yusfiandayani (2004) menunjukkan bahwa

mekanisme berkumpulnya ikan pelagis kecil di sekitar rumpon cenderung

disebabkan oleh proses rantai makanan yang diawali dengan tahapan terbentuknya

kolonisasi mikroorganisme yang menempel pada bahan atraktor rumpon,

berkumpulnya pemangsa mikroorganisme disekitar rumpon, berkumpulnya ikan

Page 18: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

2

penjaring (ikan herbivora) dan berkumpulnya ikan predator (karnivora dan

omnivora).

Penggunaan rumpon pada perikanan tonda awalnya dianggap cukup

efektif karena nelayan dapat langsung menemukan daerah penangkapan yang

potensial sehingga dapat meminimalisir biaya operasional penangkapan.

Pemanfaatan rumpon saat ini ternyata menimbulkan permasalahan, seperti adanya

konflik horisontal diantara nelayan, tingginya upaya penangkapan yang dilakukan

di sekitar rumpon, hingga adanya kenaikan jumlah rumpon (ilegal) yang dipasang

di perairan. Budiono (2005) pada penelitiannya menyebutkan bahwa pada tahun

1990, nelayan Sendang Biru mengenal rumpon bekas nelayan Philipina dan

mereka belum mengetahui fungsi dari rumpon tersebut, hingga pada tahun 1997

nelayan andon dari Sulawesi Selatan (suku Bugis) datang ke wilayah Sendang

Biru menggunakan kapal tonda (sekoci) sebanyak 12-13 unit dengan alat tangkap

handline dilengkapi dengan rumpon sebagai alat bantu penangkapan.

Produktivitas nelayan andon tersebut ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan

nelayan lokal, sehingga menimbulkan kecemburuan yang memicu terjadinya

konflik antara nelayan lokal dengan nelayan andon. Konflik mencapai puncaknya

antara Juni hingga Agustus 1997, dimana nelayan lokal melakukan unjuk rasa

menolak kehadiran nelayan andon yang beroperasi di perairan Sendang Biru.

Konflik berhasil diredam oleh tokoh masyarakat setempat dengan melakukan

negoisasi terhadap nelayan lokal sehingga nelayan lokal bersedia menerima

kembali nelayan andon. Situasi ini ternyata memicu konflik susulan, dimulai dari

banyaknya nelayan kapal tonda yang beroperasi di lokasi rumpon dan beberapa

nelayan andon yang memasang rumpon di lokasi yang dirahasiakan. Peningkatan

jumlah kapal tiap tahunnya akan meningkatkan jumlah upaya penangkapan yang

dikhawatirkan mempengaruhi sumberdaya ikan yang menjadi target tangkapan

dari kapal tonda. Hermawan (2011) menyatakan bahwa hasil tangkapan tuna dan

cakalang yang didaratkan di PPP Pondokdadap sebagian besar didominasi oleh

ikan yang berukuran kecil atau tidak layak tangkap, sehingga mempengaruhi

keberlangsungan keberadaan sumberdaya ikan yang menjadi target tangkapan di

perairan.

Pengaturan mengenai rumpon dan alat penangkapan ikan sebenarnya telah

ditetapkan oleh pemerintah dalam peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan

(KKP) PER.02/MEN/2011 tentang jalur penangkapan ikan, penempatan alat

penangkapan ikan, dan alat bantu penangkapan ikan di wilayah pengelolaan

Negara Republik Indonesia (KKPb 2013). Kenyataan di lapangan sering

menunjukkan kondisi yang berlawanan. Hal ini akan membawa dampak negatif

terhadap kondisi perikanan khususnya perikanan tonda jika dibiarkan terus

menerus. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu kajian, khususnya di PPP

Pondokdadap untuk melihat seluruh permasalahan secara lebih detail dan

menyeluruh, yang dikaji dari aspek teknis, ekologi, sosial, kelembagaan, dan

ekonomi sehingga dapat ditemukan model konseptual yang dapat membantu

memecahkan permasalahan pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP

Pondokdadap.

Page 19: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

3

Perumusan Masalah

Peningkatan dan perkembangan permintaan pasar saat ini terhadap

komoditas perikanan khususnya jenis TTC membuat pemerintah dan pengusaha

perikanan semakin meningkatkan produksinya, seperti yang terjadi di PPP

Pondokdadap, Malang, Provinsi Jawa Timur. Peningkatan ini terlihat dari

perkembangan jumlah kapal tonda dan alat tangkap pancing di PPP Pondokdadap

yang biasanya digunakan untuk menangkap ikan jenis TTC. Hal tersebut juga

akan memacu peningkatan pemanfaatan rumpon yang biasanya digunakan

nelayan sebagai alat bantu penangkapan dalam perikanan tonda.

Pengoperasian unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap

yang semakin meningkat ternyata menimbulkan permasalahan yang berpengaruh

terhadap kondisi perikanan tonda. Konflik horizontal karena perebutan daerah

penangkapan dan sumberdaya, tidak berizinnya pengoperasian unit perikanan

tonda dan rumpon, berubahnya kondisi sumberdaya ikan yang menjadi target

tangkapan, dan adanya permasalahan ekonomi diantara nelayan dengan

pengambek menjadi permasalahan yang harus disoroti pada unit perikanan tonda

dengan rumpon di PPP Pondokdadap.

Permasalahan yang terjadi di PPP Pondokdadap memiliki hubungan yang

saling terkait. Keterkaitan tersebut membuat permasalahan yang terjadi semakin

kompleks, sehingga diperlukan pendekatan sistem untuk membantu

menyelesaikan seluruh persoalan yang ada. Salah satu pendekatan sistem yang

dapat digunakan adalah Soft System Methodology (SSM). Cara kerja metode ini

adalah merinci permasalahan yang terjadi berdasarkan aktor atau pelaku yang

terlibat dengan melihat pola dan hubungan diantara para aktor. Pengkajian

masalah yang terjadi dalam penelitian ini dibatasi dalam lima aspek, yaitu aspek

teknis, ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan. Penyelesaian masalah tersebut

dapat dilakukan dengan melihat inti permasalahan yang diuraikan menjadi

beberapa pertanyaan, yaitu:

(1) Bagaimana pola dan keterkaitan masalah diantara aspek kajian, meliputi

aspek teknis, ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan; dan

(2) Bagaimana solusi yang tepat terhadap permasalahan pada seluruh aspek

kajian.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

(1) Memformulasikan permasalahan pada unit perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap berdasarkan aspek teknis, ekologi, sosial, kelembagaan,

dan ekonomi; dan

(2) Membuat model konseptual sebagai solusi terhadap permasalahan pada unit

perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap.

Page 20: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan

pemerintah daerah setempat sebagai salah satu alternatif untuk dapat mengelola

perikanan tonda di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Diharapkan dapat menjadi

salah satu masukan bagi pengusaha perikanan yang berkecimpung di bidang

perikanan tonda untuk mengoptimalkan usahanya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan dibatasi dalam beberapa aspek, yaitu aspek

teknis, ekologi, sosial, kelembagaan, dan ekonomi. Aspek teknis mengkaji

mengenai metode operasi penangkapan dan pemasangan rumpon serta

produktivitas rata-rata per kapal dan per nelayan. Analisis jumlah, jenis, dan

komposisi hasil tangkapan, serta pengaruh pemasangan rumpon terhadap

sumberdaya ikan merupakan kajian dalam aspek ekologi. Analisis pengaruh

perikanan tonda dengan rumpon terhadap pendapatan masyarakat sekitar dan

hubungan antar masyarakat (ada/tidaknya konflik) termasuk dalam aspek sosial.

Sistem perizinan dan pengaturan pengoperasian unit perikanan tonda dengan

rumpon secara lebih detail dikaji dalam aspek kelembagaan. Variabel ekonomi

berupa pemasaran, analisis usaha, analisis finansial, dan pendapatan nelayan

dikaji dalam aspek ekonomi.

Seluruh aspek tersebut dikaji dengan menggunakan pendekatan Soft

System Methodology (SSM). Penggambaran permasalahan dengan rich picture

akan dikaji lebih lanjut dengan melihat hubungan diantara aktor yang terlibat dan

kondisi yang diinginkan dengan root definition. Root definition tersebut akan

digunakan untuk merumuskan model konseptual yang dapat digunakan sebagai

solusi terhadap permasalahan yang terjadi pada sistem perikanan tonda dengan

rumpon di PPP Pondokdadap Sendang Biru, Malang, Jawa Timur.

Kerangka Pemikiran

Permasalahan yang terjadi pada unit perikanan tonda dengan rumpon

seperti telah dijelaskan pada subbab-subbab sebelumnya memerlukan

penyelesaian secara menyeluruh. Penyelesaian dengan pendekatan sistem

khususnya dengan menggunakan Soft System Methodology (SSM) merupakan

salah satu cara yang tepat untuk dilakukan. Hal ini bertujuan agar seluruh masalah

yang terjadi dapat ditemukan dengan melihat permasalahan inti pada setiap aspek,

yaitu aspek teknis, ekologi, ekonomi, sosial, dan kelembagaan. Penemuan dan

pengungkapan masalah yang selanjutnya diformulasikan dalam rich picture akan

membantu peneliti untuk melihat permasalahan secara lebih detail. Keterlibatan

aktor, struktur masalah, dan elemen lainnya diidentifikasi lebih dalam dengan root

definition, yang nantinya akan digunakan untuk membuat model konseptual

sebagai rekomendasi terhadap pengelolaan unit perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap, Sendang Biru, Malang (Gambar 1.1)

Page 21: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

5

Gambar 1.1 Kerangka pemikiran penelitian

Permasalahan

Peningkatan unit perikanan tonda, pemanfaatan rumpon tidak sesuai aturan, kecilnya ukuran

hasil tangkapan, khususnya jenis tuna, dan konflik horizontal diantara nelayan .

Solusi?

Analisis permasalahan dengan pendekatan sistem → Soft System Methodology (SSM)

Penemuan dan pengungkapan masalah pada aspek kajian

Mulai

Aspek Kelembagaan

Pengaruh kelembagaan terhadap unit

perikanan tonda dengan rumpon → analisis

deskriptif;

Sistem perizinan dan pengaturan

pengoperasian unit perikanan tonda →

analisis deskriptif.

Aspek Ekologi

Jumlah, jenis, dan komposisi

hasil tangkapan, serta pengaruh

pemasangan rumpon terhadap

sumberdaya ikan → analisis

deskriptif.

Aspek Teknis

Metode operasi unit perikanan tonda

dengan rumpon → analisis deskriptif;

Produktivitas rata-rata per kapal/tahun/trip

dan per nelayan/tahun/trip → analisis

produktivitas.

Aspek Sosial

Pengaruh perikanan tonda dengan rumpon terhadap pendapatan masyarakat → analisis

deskriptif;

Pengaruh perikanan tonda dengan rumpon terhadap hubungan antar masyarakat

(ada/tidaknya konflik) → analisis deskriptif.

Aspek Ekonomi

Pemasaran dan pendapatan

→ analisis deskriptif;

Keuntungan → analisis

usaha;

Analisis finansial → NPV,

IRR, Net B/C.

Pendapatan nelayan →

analisis pendapatan

Pengidentifikasian masalah berdasarkan elemen pembentuk dengan root definition

Pembuatan model konseptual

Rekomendasi model konseptual

Formulasi masalah pada tiap aspek kajian dengan rich picture

Selesai

Page 22: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

6

2 GAMBARAN UMUM UNIT PERIKANAN TONDA DENGAN

RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

Unit Penangkapan Ikan

Kapal

Pengoperasian kapal tonda atau yang dikenal dengan kapal sekoci oleh

nelayan Sendang Biru dilakukan sejak adanya nelayan andon suku Bugis yang

beroperasi di perairan sekitar Sendang Biru pada tahun 1997. Sejak saat itu,

perikanan tonda mulai berkembang di Sendang Biru. Jenis kapal yang digunakan

pada unit perikanan tonda adalah kapal motor berbahan dasar kayu dengan mesin

inboard (Gambar 2.1). Ukuran kapal yang digunakan hampir sama, yaitu

memiliki panjang sekitar 16 meter, lebar 3 meter, dan dalam 2 meter, dengan

ukuran rata-rata 5-10 (GT). Mesin yang digunakan berjumlah 2-3 buah dengan

jenis Yanmar, Jiandong, Kubota atau Mitsubishi dengan kekuatan 300 HP. Setiap

kapal memiliki palka 3 buah, dengan kapasitas berkisar antara 1.3-1.6 ton. Palka

akan terisi penuh dengan muatan 4.8 ton saat musim puncak.

Gambar 2.1 Kapal perikanan tonda di PPP Pondokdadap

Alat Tangkap

Jumlah alat tangkap pada perikanan tonda berfluktuasi selama 5 tahun

terakhir. Jumlah alat tangkap tonda tahun 2008 berjumlah 344 unit, mengalami

penurunan pada tahun 2009 dan 2010 masing-masing menjadi 301 unit dan 201

unit. Peningkatan terjadi pada tahun 2011 menjadi 281 unit dan tahun 2012

menjadi 366 unit (UPPPP Pondokdadap 2013). Alat tangkap yang digunakan pada

unit perikanan tonda adalah pancing. Jenis pancing yang digunakan memiliki

komponen yang hampir sama, yaitu terdiri dari tali pancing, mata pancing, swivel,

pemberat, dan umpan (Gambar 2.2).

Gambar 2.2 Komponen alat tangkap pada unit perikanan tonda

Page 23: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

7

Nelayan

Nelayan unit perikanan tonda di PPP Pondokdadap terdiri atas nelayan

lokal dan nelayan andon. Nelayan lokal adalah nelayan yang menetap di daerah

setempat, sementara nelayan andon adalah nelayan yang berasal dari luar daerah

dan hanya datang saat musim ikan. Nelayan disetiap kapal berjumlah 5-6 orang,

dimana untuk kapal andon sebagian besar nelayan berasal dari luar daerah seperti

Kalimantan dan Sulawesi, sementara untuk kapal lokal sebagian nelayan berasal

dari daerah setempat dan sebagian lainnya berasal dari luar daerah seperti

Banyuwangi. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan terakhir

Sekolah Dasar (SD) dan sebagian lainnya memiliki pendidikan tingkat SMP atau

SMA.

Rumpon

Penggunaan rumpon sebagai alat bantu pada perikanan tonda sangat

diminati oleh nelayan, dikarenakan keberadaan rumpon membantu nelayan untuk

memperoleh ikan dengan jumlah yang lebih banyak dan daerah penangkapan

menjadi lebih pasti. Rumpon yang dimiliki oleh nelayan tonda biasanya berasal

dari modal pribadi (bukan bantuan pemerintah), dengan biaya pembuatan rumpon

antara Rp40 000 000-Rp50 000 000. Setiap 1 rumpon biasanya dimanfaatkan oleh

5-9 kapal tonda, dengan jarak antar rumpon berkisar antara 10-15 mil. Rumpon

dipasang pada wilayah perairan dengan jarak berkisar antara 50-200 mil dari garis

pantai atau pada 80-13

0 LS. Komponen rumpon terdiri dari tali, pelampung,

pemberat, rumbai, dan ban (Tabel 2.1 dan Gambar 2.3), dengan spesifikasi

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Spesifikasi rumpon perikanan tonda di PPP Pondokdadap

Komponen Bahan dan Jumlah

Tali Berbahan serat merek Seagul, tali brebes (ukuran 22-24, berkisar

antara 60-100 gulung), dan nylon. Jumlahnya berkisar antara 38-

42 gulung dengan masing-masing gulung sepanjang 220 meter

Pelampung Besi baja (berbentuk peluru), gabus (panjang 4 meter, lebar 1

meter, dan tinggi 70 meter)

Pemberat Batu andem (berat 10-25 kg), beton cor (40 blok)

Rumbai Tali rafia, daun kelapa

Ban Ban karet (bagian luar)

Pemanfaatan tiap rumpon hanya boleh dilakukan oleh anggota kelompok,

dan tiap kelompok tidak boleh memanfaatkan rumpon kelompok lain, kecuali

kelompok tersebut mengizinkan. Tidak ada aturan tertulis dalam hal ini, aturan

tersebut hanya berdasarkan kesepakatan diantara nelayan tonda saja. Rumpon

milik beberapa kelompok nelayan juga tidak dijaga secara khusus, jadi saat musim

barat dan banyak nelayan tidak melaut, rumpon hanya dibiarkan di perairan,

sehingga terkadang ada rumpon yang hilang. Beberapa kelompok lainnya ada

yang membuat kesepakatan untuk menjaga rumpon, yaitu dengan bergantian

dalam melakukan operasi penangkapan sehingga rumpon milik kelompok tersebut

tetap dapat diawasi oleh anggota kelompok.

Page 24: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

8

Besi baja (berbentuk peluru), sebagai

pelampung rumpon

Ban, untuk mengikatkan kapal yang

ingin bersandar di dekat rumpon

Daun kelapa atau tali rafia sebagai

atraktor

Batu, sebagai pemberat atraktor

Batu andem dan beton cor sebagai

pemberat rumpon

Gambar 2.3 Ilustrasi bentuk rumpon perikanan tonda di PPP Pondokdadap

Metode Penangkapan Ikan

Pancing dimodifikasi lagi oleh nelayan ketika dioperasikan, disesuaikan

dengan metode penangkapan dan target tangkapan yang diinginkan. Penangkapan

yang dilakukan nelayan perikanan tonda di Sendang Biru terdiri atas 7 jenis

pancing, yang namanya disesuaikan dengan metode penangkapan pancing

tersebut, yaitu pancing tonda, layangan, ulur, batuan, coping, taber, dan

tomba/umbar-umbaran. Penggunaan metode-metode tersebut disesuaikan dengan

kondisi perairan saat penangkapan berlangsung dan tidak ada urutan pasti dalam

penggunaan jenis pancing. Sebagian besar nelayan melakukan operasi

penangkapan selama 10 hari, namun jika hasil tangkapan yang diperoleh

melimpah nelayan kembali ke pelabuhan dalam waktu yang lebih cepat. Lamanya

waktu operasi untuk masing-masing jenis pancing juga tidak pasti, jika nelayan

merasa penggunaan suatu jenis pancing tidak efektif untuk menangkap ikan, maka

nelayan akan mengganti metode penangkapan dengan menggunakan jenis pancing

yang lainnya. Berikut adalah jenis pancing dan metode operasi yang digunakan

pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap:

(1) Pancing tonda

Pancing tonda merupakan jenis pancing yang pengoperasiannya dilakukan

dengan cara menonda (menarik) dengan spesifikasi alat seperti pada Tabel 2.2.

Penondaan dilakukan dengan mengikatkan tali pancing di bagian belakang

(buritan) kapal dan bagian samping kapal, lalu pancing diulurkan ke dalam

perairan dan ditonda dengan menyusuri wilayah perairan di sekitar rumpon

(Gambar 2.4). Operasi pancing tonda biasanya dilakukan pada pagi hari, sekitar

pukul 06.00 WIB dengan target tangkapan cakalang, tongkol, dan tuna kecil.

Page 25: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

9

Tabel 2.2 Spesifikasi pancing tonda di PPP Pondokdadap

Komponen Bahan dan ukuran

Tali pancing Nylon 150 (tali pancing), nylon 250 (tali pegangan di kapal)

Mata pancing

Pemberat

Ukuran no. 6 atau 7, 3 buah mata pancing diikatkan menjadi

satu sehingga menjadi mata pancing dengan 3 kait

Timbal

Umpan Bulu kain sutera mengkilat (berwarna merah, hijau, atau

oranye)

Gambar 2.4 Ilustrasi metode penangkapan pancing tonda

(2) Pancing layangan

Metode operasi pancing layangan adalah dengan mengulurkan pancing

yang sudah diikatkan umpan cumi karet ke dalam perairan, lalu layangan yang

sudah diikatkan tali diterbangkan. Tali layangan harus ditarik ulur agar

menimbulkan percikan-percikan atau gerakan di air yang berfungsi untuk menarik

ikan (Gambar 2.5). Pancing layangan biasanya dioperasikan pada pagi hari,

setelah matahari terbit, sekitar pukul 06.30 WIB. Hasil tangkapan dominan

pancing layangan adalah ikan tuna, marlin, dan albakora.

Tabel 2.3 Spesifikasi pancing layangan di PPP Pondokdadap

Komponen Bahan dan ukuran

Tali pancing Nylon 150 (tali pancing), nylon 250 (tali untuk pegangan

nelayan), nylon 70 (tali dari kili-kili ke mata pancing)

Mata pancing

Pemberat

Ukuran no. 2 atau 3, 3 buah mata pancing digabungkan

menjadi satu, sehingga memiliki 3 kait

Timbal

Umpan Cumi karet, ikan terbang tiruan (dari kayu)

Layangan Kertas manila

arah kapal

arah arus

Page 26: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

10

Gambar 2.5 Ilustrasi metode penangkapan pancing layangan

(3) Pancing ulur

Pancing ulur dioperasikan sesaat setelah mesin kapal dimatikan dan posisi

kapal berada di dekat rumpon. Operasi pancing ulur dilakukan dengan cara

mengulurkan mata pancing ke dalam perairan, lalu ditarik ulur untuk menarik

perhatian ikan di sekitar rumpon, ketika mata pancing telah mengenai ikan, tali

pancing ditarik secara perlahan ke atas kapal. Target tangkapan pancing ulur

adalah ikan tongkol dan cakalang. Spesifikasi pancing ulur sangat sederhana,

hanya terdiri dari tali pancing, mata pancing, penggulung, dan umpan (Tabel 2.4).

Tabel 2.4 Spesifikasi pancing ulur di PPP Pondokdadap

Komponen Bahan dan ukuran

Tali pancing Nylon 150

Mata pancing Ukuran no 6 atau 7

Pemberat Timbal

Umpan Bulu kain sutera mengkilat

(4) Pancing batuan

Pengoperasian pancing batuan sama seperti pancing ulur, namun pancing

batuan memakai batu yang diikatkan pada tali pancing. Operasi dilakukan dengan

mengulurkan pancing hingga mencapai kedalaman sekitar 40 meter, lalu

dihentakkan (Gambar 2.6). Gerakan karena hentakan dari batu-batu tersebut

dianggap dapat menarik perhatian ikan sehingga ikan mendekati mata pancing.

Umpan yang digunakan biasanya adalah cumi segar. Hasil tangkapan dominan

dari pancing batuan adalah ikan tuna dan marlin. Adapun spesifikasi alat tangkap

pancing batuan adalah:

Tabel 2.5 Spesifikasi pancing batuan di PPP Pondokdadap

Komponen Bahan dan ukuran

Tali pancing Nylon 120-150

Mata pancing

Pemberat

Ukuran no 3 atau 4

Timbal

Umpan Cumi segar

arah arus

arah kapal

Page 27: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

11

arah kapal

Gambar 2.6 Ilustrasi metode penangkapan pancing batuan

(5) Pancing coping

Pancing coping merupakan sebutan nelayan perikanan tonda di Sendang

Biru untuk jenis pancing yang menggunakan umpan sendok yang sudah

dibengkokkan atau plastik transparan yang diris-iris panjang. Penggunaan pancing

dengan metode coping adalah dengan mengulurkan tali pancing ke dalam

perairan, lalu digerak-gerakkan. Gerakan dari sendok yang sudah diikatkan pada

tali pancing diduga dapat menarik perhatian ikan. Tali pancing akan ditarik ke

atas kapal saat ikan sudah mengenai mata pancing. Jenis ikan yang biasanya

menjadi target tangkapan pancing coping adalah ikan tongkol dan cakalang.

Adapun spesifikasi dari pancing coping sebagai berikut:

Tabel 2.6 Spesifikasi pancing coping di PPP Pondokdadap

Komponen Bahan dan ukuran

Tali pancing Nylon 150

Mata pancing

Pemberat

Ukuran no 6 atau 7

Timbal

Umpan Sendok atau plastik transparan

(6) Pancing taber

Metode operasi pancing taber sama seperti pada pancing tonda, namun tali

utama pada pancing taber memiliki beberapa tali cabang, dimana pada setiap tali

cabang memiliki mata pancing. Jenis pancing taber ini disebut juga pancing rawai,

yang memiliki tali utama dan tali cabang. Setiap 1 tali utama memiliki sekitar 47

tali cabang dan 47 mata pancing (Gambar 2.7). Spesifikasi pancing taber juga

tidak jauh berbeda dengan pancing tonda (Tabel 2.7). Pancing taber dioperasikan

saat subuh, sekitar pukul 04.30 WIB. Target tangkapan pancing taber adalah jenis

ikan tuna, cakalang dan marlin.

arah arus

Page 28: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

12

Tabel 2.7 Spesifikasi pancing taber di PPP Pondokdadap

Komponen Bahan dan ukuran

Tali pancing Nylon damil warna perak 200 (tali utama), nylon 120 (tali

cabang)

Mata pancing

Pemberat

Ukuran no 3 atau 4, setiap satu tali utama memiliki 30-40 mata

pancing (jarak antar pancing 1.5 meter)

Timbal

Umpan Bulu kain layar hijau, campuran kain sutera

Gambar 2.7 Ilustrasi metode penangkapan pancing taber

(7) Pancing tomba/”umbar-umbaran”

Pengoperasian pancing tomba atau pancing “umbar-umbaran” dilakukan

dengan cara menghanyutkan pelampung plastik di depan rumpon dengan arah

menghadang arus. Pelampung tersebut dihanyutkan setelah diikatkan dengan tali

terlebih dahulu (Gambar 2.8). Setiap satu pelampung diikatkan dengan tali

pancing yang memiliki 1 mata pancing, dengan kedalaman pancing yang

diulurkan sekitar 35 depa atau 75 meter, jika target tangkapan mengenai mata

pancing maka tali pancing akan ditarik ke atas kapal. Hasil tangkapan

dominannya adalah ikan tuna. Adapun spesifikasi alat tangkap pancing tomba

sebagai berikut:

Tabel 2.8 Spesifikasi pancing tomba di PPP Pondokdadap

Komponen Bahan dan ukuran

Tali pancing Nylon 150

Mata pancing Ukuran no. 3 atau 4

Pelampung

Pemberat

Jirigen/drum plastik

Timbal

Umpan Cumi karet

arah arus

arah kapal

Page 29: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

13

Gambar 2.8 Ilustrasi metode penangkapan pancing tomba

Musim Penangkapan Ikan

Musim penangkapan terbagi atas 3 musim, yaitu (a) musim puncak (banyak

ikan) berlangsung pada bulan April-Oktober, (b) musim sedang yang terjadi pada

bulan November-Desember, dan (c) musim paceklik (musim barat) pada bulan

Januari-Maret. Pada saat musim barat banyak nelayan yang memilih tidak melaut,

dikarenakan kondisi cuaca yang buruk dan gelombang yang besar. Nelayan yang

tidak melaut memanfaatkan musim barat untuk memperbaiki kapal atau alat

tangkap, sementara beberapa nelayan tonda yang melaut beroperasi di rumpon

terdekat, yaitu wilayah perairan sekitar 50 mil. Pada musim puncak, ikan tuna

menjadi hasil tangkapan dominan, sedangkan pada musim paceklik, ikan tongkol

dan cakalang menjadi jenis yang paling banyak ditangkap oleh nelayan.

3 METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013 di Pelabuhan Perikanan

Pantai (PPP) Pondokdadap, Dusun Sendang Biru, Desa Tambakrejo, Kecamatan

Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur (Gambar 3.1).

Pelabuhan ini berada pada posisi 8028’ LS dan 112

040’ BT dimana secara

geografis dikelilingi oleh kawasan hutan pegunungan (UPPP Pondokdadap 2012).

Dusun Sendang Biru Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kedungbanteng,

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tambaksari, Sebelah Selatan berbatasan

dengan Samudera Hindia, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sitiarjo.

arah arus

arah kapal

Page 30: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

14

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian

Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui wawancara dan survei berdasarkan kuesioner yang

telah dibuat sebelumnya. Survei yang dilakukan hanya terbatas pada pengamatan

di PPP Pondokdadap dan Dusun Sendang Biru, peneliti tidak mengikuti operasi

penangkapan yang dilakukan oleh nelayan. Kuesioner dibuat dalam bentuk

pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi lebih detail dari responden.

Sampel untuk setiap responden diambil secara sengaja dengan menggunakan

metode purposive sampling. Metode purposive sampling adalah suatu teknik

penentuan sampel yang dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

tertentu (Sugiyono 2007). Pertimbangan tersebut didasarkan pada karakteristik

tiap sampel yang akan diambil. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel

karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki

informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Responden yang dijadikan sampel

merupakan responden kunci dari unit perikanan tonda. Responden tersebut

mewakili orang-orang yang terlibat dalam perikanan tonda seperti pelaku dan

stakeholder perikanan, yaitu pemilik dan nakhoda kapal 11 orang, pengambek 2

orang, Kepala UPPPP Pondokdadap 1 orang, dan Kepala seksi perikanan tangkap

DKP Kabupaten Malang 1 orang. Penentuan jumlah responden tidak diperlukan

dalam penelitian ini, karena peneliti akan berhenti dalam proses pengambilan data

saat data yang diperoleh dari responden dianggap mencukupi tujuan penelitian.

Page 31: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

15

Metode Analisis Data

Sistem perikanan tonda dianalisis dengan menggunakan pendekatan Soft

System Methodology (SSM), yang dikembangkan oleh Peter Checkland pada akhir

tahun 1960-an di Universitas Lancaster, Inggris. Soft System Methodology (SSM)

merupakan alat analisis untuk suatu model, namun beberapa tahun selanjutnya

digunakan sebagai suatu alat analisis pengembangan (Williams 2005). Metode ini

dikembangkan untuk menghadapi situasi normal dimana orang-orang mempunyai

persepsi sendiri mengenai dunia dan membuat judgements dengan menggunakan

nilai mereka sendiri. Metode ini merupakan metodologi action research yang

ditujukan untuk mengeksplorasi, menanyakan, dan belajar mengenai situasi

permasalahan yang tidak terstruktur agar dapat memperbaikinya. Checkland dan

Jim (1990) menyatakan bahwa secara teknis, SSM terdiri dari 7 tahap seperti yang

digambarkan pada Gambar 3.2, namun pada penelitian ini, analisis SSM hanya

dilakukan sampai tahap yang ke-4, yaitu membangun model konseptual

berdasarkan root definition. Adapun rincian dari masing-masing tahap sebagai

berikut:

(1) Tahap 1 dan 2 Find Out (menemukan), menggunakan rich picture dan

metode/teknik penstrukturan masalah dalam mencari situasi masalah;

(2) Tahap 3 Formulate Root Definition of Relevant System (memformulasi Root

Definition dari Sistem Relevan), mengidentifikasi stakeholders yang terlibat,

transformasi, Weltanschaungg (cara pandang), dan lingkungan untuk

kemudian membangun definisi sistem aktivitas manusia yang dibutuhkan

untuk memperbaiki situasi masalah;

(3) Tahap 4 Build conceptual models (membangun model konseptual),

berdasarkan root definition untuk setiap elemen yang didefinisikan, maka

kemudian membangun model konseptual yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan ideal;

(4) Tahap 5 Compare models and reality (membandingkan model dengan

realitas), membandingkan model sistem konseptual yang dibuat dengan apa

yang terjadi di dunia nyata (real world);

(5) Tahap 6 Define feasible and desirable change (menetapkan perubahan yang

layak), membuat debat publik dalam rangka mengidentifikasi perubahan

yang layak tersebut;

(6) Tahap 7 Take action (melakukan tindakan), membangun rencana aksi untuk

memperbaiki situasi masalah.

Page 32: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

16

Gambar 3.2 Tujuh langkah dasar SSM

4 FORMULASI MASALAH PADA UNIT PERIKANAN

TONDA DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

Pendahuluan

Suatu sistem merupakan himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian

yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks. Tidak semua kumpulan atau

gugus bagian dapat disebut sistem jika tidak memenuhi syarat adanya kesatuan

(unity), hubungan fungsional, dan tujuan yang berguna (Eriyatno 2003). Pendapat

yang serupa juga dikemukakan oleh Gordon (1984) dalam Rumajar (2001),

dimana sebuah sistem bukanlah seperangkat unsur yang tersusun secara tidak

teratur, tetapi terdiri dari unsur yang dapat dikenal saling melengkapi karena

adanya maksud dan tujuan atau sasaran yang sama. Lebih jauh dikemukakan

bahwa terdapat 5 karakteristik dari sistem, yaitu: (1) terdiri dari elemen-elemen

yang membentuk satu kesatuan sistem, (2) adanya tujuan dan saling

ketergantungan, (3) adanya interaksi antar elemen, (4) mengandung mekanisme

(transformasi), dan (5) ada lingkungan yang mengakibatkan dinamika sistem.

Suatu permasalahan dapat ditemukan solusinya jika menganalisis seluruh

bagian yang terdapat dalam sistem tersebut, seperti halnya permasalahan-

permasalahan yang terjadi dalam dunia perikanan. Perikanan di Indonesia yang

memiliki karakteristik multi-species dan multi-gear menyebabkan

kekompleksitasan masalah yang terjadi semakin bertambah. Perikanan tidak

hanya terkait masalah biologi dan ekologi saja, tetapi juga berkaitan erat dengan

ekonomi, sosial, budaya dan aspek lainnya. Oleh karena itu, pemecahan masalah

perikanan biasanya didekati melalui kerangka berpikir sistem.

SYSTEM THINKING

ABOUT REAL WORLD

MENENTUKAN SITUASI

MASALAH:

L1: Memahami situasi yang

bersifat problematik.

L2: Menggambarkan situasi

masalah

“ROOT DEFINITIONS’:

L3: Menentukan sistem

aktivitas (purposeful activity

systems) yang relevan

dengan situasi masalah.

MENGAMBIL TINDAKAN

UNTUK MELAKUKAN

PERBAIKAN:

L5: Bandingkan model (L4) dengan

dunia nyata (L2).

L6: Melakukan perubahan yang

diinginkan dan layak secara

sistematis.

L7: Melakukan tindakan untuk

memperbaiki situasi masalah

PENGEMBANGAN MODEL:

L4: Membangun model konseptual

berdasarkan “root definition”

REAL WORLD

Page 33: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

17

Sistem perikanan tonda di PPP Pondokdadap, memiliki keterkaitan yang

erat diantara setiap aspek, yaitu aspek teknis, ekologi, sosial, kelembagaan, dan

ekonomi. Seluruh aspek tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan karena memiliki

hubungan yang berpengaruh antar satu sama lain. Aspek teknis yang merupakan

interpretasi dari semua kegiatan yang berhubungan dengan teknis pengoperasian

alat tangkap dan rumpon, saling bergantung satu sama lain pada aspek ekologi

yang merupakan interpretasi dari sumberdaya ikan di dalamnya. Aspek ekologi

tersebut akan berpengaruh terhadap aspek ekonomi yang menjadi ukuran

kelayakan usaha perikanan tonda, salah satunya dapat dilihat melalui nilai

pendapatan (keuntungan) optimal yang dapat diperoleh nelayan. Aspek ekonomi

memiliki hubungan saling ketergantungan dengan dengan aspek sosial seperti

kondisi yang terjadi di masyarakat sekitar dengan adanya fungsi ekonomi

tersebut. Aspek sosial tersebut nantinya akan memiliki keterkaitan dengan aspek

kelembagaan yang menjadi dasar pengaturan aspek-aspek sebelumnya (teknis,

ekologi, ekonomi). Tujuan dari pembahasan secara mendalam setiap aspek pada

bab ini adalah untuk memberikan informasi mengenai permasalahan yang terjadi

sehingga permasalahan tersebut dapat diformulasikan dengan menggunakan rich

picture.

Metode

Pengungkapan masalah yang terjadi dalam sistem unit perikanan tonda

dengan rumpon di PPP Pondokdadap dilakukan dengan menggunakan metode

deskriptif analitik, yaitu dengan menjelaskan permasalahan secara deskriptif

berdasarkan kondisi yang sebenarnya. Pengungkapan masalah pada metode SSM

dimulai dengan menjelaskan kondisi objek penelitian secara umum, lalu

dilanjutkan dengan mengkaji objek penelitian secara lebih mendalam dan

menyeluruh dengan melihat beberapa aspek yang terkait (Williams 2005). Aspek

kajian pada penelitian ini dibatasi pada aspek teknis, ekologi, ekonomi, sosial, dan

kelembagaan. Masalah tersebut nantinya akan digambarkan dalam rich picture.

Rich picture ini berguna untuk melihat pola hubungan tiap masalah pada aspek

kajian berdasarkan aktor yang terlibat. Hal-hal yang harus dimasukkan dalam rich

picture adalah pihak yang terlibat, konflik, struktur dan proses yang terjadi, serta

persoalan diantara para pihak (Williams 2005).

Hasil

Aspek Teknis

Nelayan Sendang Biru secara teknis menggunakan jenis alat tangkap,

rumpon, dan kapal yang sama pada unit perikanan tonda. Jenis alat tangkap yang

digunakan adalah pancing, dan kapal yang digunakan adalah jenis kapal sekoci

dengan ukuran rata-rata 10 GT. Perbedaannya hanya terletak pada urutan

penggunaan metode penangkapan oleh nelayan. Nelayan menamai jenis alat

tangkap sesuai dengan metode penangkapan yang digunakan. Penggunaan metode

penangkapan yang beragam dilatarbelakangi oleh jumlah hasil tangkapan yang

tidak pasti pada setiap operasi penangkapan.

Page 34: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

18

Nelayan berangkat dari fishing base (pelabuhan) pada pagi atau sore hari

menuju fishing ground yang pertama. Fishing ground yang pertama adalah tempat

dimana nelayan meletakkan rumpon dengan jarak terdekat, yaitu sekitar 50 mil

dari garis pantai. Perjalanan dari fishing base ke fishing ground yang berjarak 50

mil sekitar 5 jam, sedangkan ke rumpon yang berjarak 100 mil keatas

menghabiskan waktu sekitar 1-3 hari. Nelayan menggunakan kompas dan GPS

untuk membantu mencari lokasi rumpon kelompoknya. Nelayan baru melakukan

operasi penangkapan dengan metode penangkapan yang sesuai dengan kondisi

perairan saat itu setelah menemukan rumpon milik kelompoknya (Gambar 4.1).

Pemasangan rumpon nelayan tonda saat ini semakin jauh, hal ini disebabkan

karena terbatasnya area penangkapan pada wilayah perairan dekat pantai. Perairan

di dekat pantai telah dipenuhi oleh rumpon milik nelayan jenis alat tangkap lain,

seperti nelayan payang atau purse seine. Rumpon milik nelayan tonda akan rusak

jika nelayan tonda memaksakan untuk melakukan operasi penangkapan pada

wilayah dekat pantai, dikarenakan jenis dan metode pengoperasian alat tangkap

jaring seperti purse seine atau payang. Jaring akan lebih mudah tersangkut pada

rumpon jika jarak rumpon dengan daerah pengoperasian jaring terlalu dekat.

Gambar 4.1 Proses operasi penangkapan unit perikanan tonda

Sebagian besar nelayan tonda menggunakan pancing taber sebelum subuh,

dan akan melanjutkan menggunakan pancing tonda saat matahari terbit atau

sekitar pukul 06.30 WIB. Tidak ada aturan pasti mengenai urutan penggunaan

metode penangkapan yang dilakukan oleh nelayan pada setiap unit kapal tonda.

Nelayan akan menggunakan pancing layangan, pancing tomba, pancing batuan,

pancing coping atau pancing ulur jika nelayan merasa belum mampu menangkap

ikan dengan pancing tonda. Jenis metode penangkapan ini diperoleh berdasarkan

uji coba yang dilakukan oleh nelayan ketika mengoperasikan alat tangkap, dan

biasanya setiap nelayan mempunyai cara tersendiri dalam mengoperasikan alat

tangkapnya.

Rata-rata unit perikanan tonda dengan rumpon mampu memproduksi ikan

sebanyak 2.54 ton/trip pada musim paceklik dan 3.11 ton/trip pada musim puncak.

Fishing base Rumpon 1 (50 mil) Persiapan operasi

Operasi penangkapan DPI 1

Rumpon 2 (100 mil) Persiapan operasi

Operasi penangkapan DPI 2 Operasi

penangkapan

selesai dan seterusnya

Page 35: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

19

Rata-rata nilai produktivitas alat tangkap tahun 2008-2012 secara berturut-turut

adalah 0.32 ton/unit, 0.40 ton/unit, 0.65 ton/unit, 0.27 ton/unit, dan 0.13 ton/unit.

Produktivitas tertinggi terdapat pada tahun 2010, padahal effort yang digunakan

sedikit. Hal ini diduga karena sumberdaya yang terdapat di daerah penangkapan

masih cukup banyak. Kondisi yang terjadi berlawanan terjadi pada tahun 2011

dan 2012. Effort yang digunakan meningkat, namun rata-rata nilai produktivitas

alat tangkap yang diperoleh kecil (Tabel 4.1). Rata-rata nilai produktivitas

berdasarkan jumlah nelayan pada tahun 2010 juga mengikuti rata-rata nilai

produktivitas berdasarkan jumlah alat tangkap yaitu sebesar 0.13 ton/orang (Tabel

4.2).

Tabel 4.1 Rata-rata produktivitas alat tangkap unit perikanan tonda dengan

rumpon di PPP Pondokdadap tahun 2008-2012

Tahun Alat tangkap

(unit)

Produksi per trip

(ton)

Produktivitas

(ton/unit)

2008 344 108.79 0.32

2009 301 119.30 0.40

2010 201 131.32 0.65

2011 281 76.02 0.27

2012 420 54.56 0.13

Tabel 4.2 Rata-rata produktivitas nelayan unit perikanan tonda dengan rumpon di

PPP Pondokdadap tahun 2008-2012

Tahun Nelayan

(orang)

Produksi per trip

(ton)

Produktivitas

(ton/orang)

2008 1720 108.79 0.06

2009 1505 119.30 0.08

2010 1005 131.32 0.13

2011 1405 76.02 0.05

2012 2100 54.56 0.03

Daerah pengoperasian alat tangkap dan pemasangan rumpon menjadi

permasalahan yang harus disoroti pada aspek teknis ini. Hal lain yang perlu

diperhatikan adalah jika jumlah nelayan yang mengoperasikan tonda semakin

meningkat. Peningkatan tersebut akan menyebabkan persaingan yang semakin

besar dalam memanfaatkan sumberdaya, yang akan berdampak pada aspek

ekologi yaitu terhadap sumberdaya ikan seperti menurunnya jumlah dan ukuran

hasil tangkapan yang diperoleh.

Aspek Ekologi

Jumlah dan jenis hasil tangkapan unit perikanan tonda yang didaratkan

cenderung tetap. Begitu pula dengan ukuran hasil tangkapan, untuk beberapa jenis

tidak mengalami perubahan selama 5 tahun terakhir, kecuali tuna yang mulai

mengalami perubahan ukuran (semakin kecil). Perubahan ukuran ikan tuna

diketahui berdasarkan hasil kuesioner. Hasil tangkapan tuna yang didaratkan di

PPP Pondokdadap pada bulan Desember dan Juni 2012 mempunyai berat berkisar

antara 15 kg hingga 76 kg per ekornya. Berat ikan cakalang sekitar 1.5-2.2 kg,

Page 36: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

20

marlin 34 kg, tongkol 1.8 kg, dan lemadang 24 kg. Perubahan ukuran tuna akan

mempengaruhi nilai ekonomi yang diperoleh nelayan tonda jika dikaji secara

mendalam, seperti pengaruh ukuran ikan terhadap harga jual ikan tersebut.

Komposisi hasil tangkapan tonda per tripnya pada musim sedang seperti

pada bulan Desember terdiri atas ikan tuna, cakalang, tongkol, dan lemadang.

Ikan cakalang merupakan jenis yang paling banyak tertangkap pada bulan

Desember, yaitu sebanyak 527.83 kg atau 34% dari total tangkapan. Ikan

lemadang menjadi jenis tangkapan yang paling sedikit, hanya berjumlah 239.50

kg atau 16% dari total tangkapan (Gambar 4.2).

Gambar 4.2 Komposisi dan persentase hasil tangkapan tonda bulan Desember

tahun 2012 per jenis ikan (kg) per trip

Hasil tangkapan pada bulan Juni 2012 didominasi oleh jenis tuna

madidihang sebanyak 543.94 kg atau sebesar 43% jika dibandingkan dengan total

tangkapan, sementara itu, jenis yang paling sedikit tertangkap adalah ikan tuna

albakora yang berjumlah 79.33 kg atau 6 persen. Jenis ikan albakora ini mulai

tertangkap oleh nelayan unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP

Pondokdadap pada tahun 2011 (Gambar 4.3).

Gambar 4.3 Komposisi dan persentase hasil tangkapan tonda bulan Juni tahun

2012 per jenis ikan (kg) per trip

Page 37: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

21

Aspek Ekonomi

Menurunnya ukuran hasil tangkapan secara tidak langsung akan

mempengaruhi nilai ekonomi yang diperoleh nelayan. Harga tiap jenis ikan

berbeda-beda, bergantung pada ukuran, jenis, dan musim ikan (musim puncak

atau musim paceklik). Ikan yang memiliki ukuran kecil untuk suatu jenis

cenderung memiliki harga yang rendah, apalagi jika ikan tersebut dipasarkan

disaat musim banyak ikan (puncak). Berdasarkan data produksi unit TPI-KUD

Mina Jaya per Juni dan Desember 2012 diketahui bahwa harga ikan tuna berkisar

antara Rp38 000/kg–Rp56 400/kg; cakalang Rp12 500/kg–Rp15 500/kg; tongkol

Rp7 500/kg–Rp8 500/kg; marlin Rp18 000/kg; lemadang Rp11 000/kg–Rp20

100/kg, dan albakora Rp19 000/kg (KUD Mina Jaya 2013).

Nilai produksi unit perikanan tonda dengan rumpon per trip di PPP

Pondokdadap selama 5 tahun terakhir (2008-2012) mengalami fluktuasi. Hal ini

terlihat dari Gambar 4.4 bahwa pada tahun 2008 nilai produksi unit perikanan

tonda berjumlah 1.43 miliar rupiah, dan mengalami penurunan pada tahun 2009

sebesar 19 persen. Nilai produksi tertinggi terdapat pada tahun 2010 senilai 1.65

miliar rupiah. Tingginya nilai produksi ini dikarenakan jumlah hasil tangkapan

unit perikanan tonda yang lebih tinggi pada tahun tersebut dibandingkan tahun-

tahun sebelum dan sesudahnya.

Sebagian besar hasil tangkapan unit perikanan tonda dengan rumpon

dipasarkan melalui proses pelelangan. Alur pemasaran hasil tangkapan dimulai

saat kapal mendaratkan hasil tangkapan. Hasil tangkapan tersebut diangkut oleh

manol ke TPI yang langsung diambil oleh pengambeknya masing-masing. Manol

adalah sebutan masyarakat Sendang Biru untuk orang yang bekerja sebagai

pengangkut hasil tangkapan dari kapal ke tempat penjualan, sementara

pengambek adalah orang yang bertugas untuk menjual ikan di Tempat Pelelangan

Ikan (TPI) dengan proses lelang. Pengambek juga bertindak sebagai pemberi

modal untuk keperluan operasi penangkapan (bahan kebutuhan melaut dan

kadang-kadang yang menyediakan rumpon).

Gambar 4.4 Nilai produksi per trip unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP

Pondokdadap tahun 2008-2012

Proses pelelangan di PPP Pondokdadap dikelola oleh Koperasi Unit Desa

(KUD) Mina Jaya. Selanjutnya, setelah proses pelelangan selesai dan pemenang

Page 38: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

22

lelang telah ditentukan, hasil tangkapan menjadi milik pengusaha sebagai

pemenang lelang. Pengusaha selanjutnya akan membayar hasil tangkapan sesuai

harga yang telah ditetapkan ke KUD, dan KUD akan memberikan hasil penjualan

ikan tersebut kepada pengambek setelah dipotong retribusi sebesar 3 persen. Uang

tersebut yang nantinya dibagi untuk nakhoda, pemilik, ABK, dan pengambek

sesuai porsinya masing-masing (Gambar 4.5).

Gambar 4.5 Proses pelelangan ikan di TPI PPP Pondokdadap

Setiap pengusaha yang akan mengikuti proses pelelangan harus memenuhi

persyaratan terlebih dahulu, yaitu pengusaha harus memberikan jaminan ke KUD

dan mampu melunasi pembayaran atas pembelian hasil tangkapan maksimal 5

hari setelah proses pelelangan selesai. Pengusaha tersebut tidak diizinkan untuk

mengikuti proses pelelangan yang selanjutnya jika tidak dapat melakukan

pembayaran. Adapun daerah pemasaran untuk hasil tangkapan tonda antara lain

Malang, Kepanjen, Gondang Legi, dan Turen. Proses pelelangan tersebut

sebenarnya mampu meningkatkan pendapatan nelayan, namun dikarenakan

adanya permainan harga yang kadang-kadang dilakukan oleh pengambek

membuat nelayan mendapatkan harga yang lebih rendah dari yang seharusnya

terhadap penjualan hasil tangkapannya. Permainan harga yang dilakukan oleh

pengambek terjadi saat penimbangan berat hasil tangkapan yang dijual ke

pengambek. Ukuran berat yang tertera di timbangan hanya ada dalam satuan

kilogram, tidak ada satuan berat yang lebih kecil, misalnya saja nelayan

mendapatkan hasil tangkapan dengan berat 1.2 kg, namun yang dihitung oleh

pengambek hanya 1 kg. Kondisi tersebut banyak dikeluhkan oleh nelayan, karena

adanya perbedaan perhitungan berat dalam jumlah kecil sekalipun dianggap

merugikan nelayan.

Pembagian pendapatan antara pemilik dengan anak buah kapal (ABK)

pada unit perikanan tonda terdiri dari dua jenis, yang pertama yaitu pada

kepemilikan unit perikanan tonda nelayan Jawa pembagian pendapatannya adalah

50:50 dari pendapatan bersih yang diperoleh. Pembagian pendapatan pada unit

perikanan tonda milik nelayan asal Bugis atau Kalimantan didasarkan pada

kepemilikan dan status nelayan. Pemilik kapal mendapatkan 2 bagian,

kepemilikan setiap mesin 2 bagian, nakhoda 2 bagian, dan ABK masing-masing 1

bagian. Pendapatan tersebut bervariasi, bergantung dari banyak tidaknya hasil

tangkapan diperoleh. Namun, jika dilihat berdasarkan nilai rupiah yang diperoleh

tiap nelayan, tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua jenis

pembagian pendapatan tersebut. Perbaikan atau perawatan kapal biasanya

dilakukan dengan menyewa penguras. Penguras ini adalah sebutan bagi orang

Nelayan

Pengambek Kapal

mendarat Ikan

diangkut

Lelang di

TPI

Ikan diambil

pemenang

lelang

KUD Mina Jaya

Pembayaran

Pengambek Penyerahan uang

hasil lelang Bagi hasil

dengan nelayan

Page 39: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

23

yang memperbaiki kapal, upahnya 10 persen dari pendapatan pemilik. Jika

dibandingkan dengan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Malang tahun 2011

sebesar Rp1 077 600 (BPS Kabupaten Malang 2012), rata-rata pendapatan

nelayan tonda dianggap sudah layak, karena nilainya melebihi UMK (Tabel 4.3).

Tabel 4.3 Rata-rata pendapatan nelayan tonda (Rp) per trip

Jenis

nelayan

Bagi hasil per nelayan Jumlah

pendapatan (Rp) Jumlah

bagian

Jumlah nelayan

(orang)

Pendapatan per

nelayan (Rp)

Pemilik 50% 1 9 985 250 9 985 250

Nakhoda 50%

1 3 328 417 3 328 417

ABK 4 1 664 208 6 656 833

pendapatan per trip 19 970 500

Keterangan: Jumlah nelayan dalam 1unit kapal tonda adalah 6 orang

Kegiatan operasi penangkapan ikan yang dilakukan unit perikanan tonda

dengan rumpon di Sendang Biru dinilai menguntungkan. Perhitungan analisis

usaha yang dilakukan diperoleh bahwa keuntungan rata-rata unit perikanan tonda

sebesar Rp442 605 625/tahun dengan profitabilitas 2.27 persen (Lampiran 1).

Analisis keberlanjutan usaha perikanan tonda secara finansial juga layak untuk

dilanjutkan. Hal ini terlihat dari nilai yang diperoleh terhadap tiga kriteria

kelayakan yang digunakan, yaitu NPV bernilai positif, IRR lebih besar dari nilai

discount factor 10.09 persen (BI 2013), dan net B/C lebih besar dari 1 (Tabel 4.4).

Keuntungan yang cukup besar pada usaha perikanan tonda dengan rumpon di

Sendang Biru menjadi daya tarik bagi pemodal. Hal ini diduga merupakan salah

satu penyebab setiap tahunnya unit perikanan tonda di PPP Pondokdadap

mengalami peningkatan. Peningkatan ini akan mempengaruhi kondisi sosial

masyarakat nelayan, khususnya nelayan tonda di PPP Pondokdadap Sendang

Biru.

Tabel 4.4 Hasil analisis finansial pada unit perikanan tonda dengan rumpon di

PPP Pondokdadap

Kriteria Kelayakan Nilai

Net Present Value (NPV) 1 459 240 521 Internal Rate Return (IRR) 12.16 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 5.92

Aspek Sosial

Keberadaan perikanan tonda di Sendang Biru memberikan pengaruh

terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan

munculnya industri rumah tangga yang bergerak dibidang pengolahan ikan,

seperti industri pemindangan ikan tongkol dan abon ikan tuna. Jenis ikan tuna dan

cakalang segar yang dipasarkan pada tahun 2012 berjumlah 59 persen dari total

produk yang dipasarkan. Jumlah ikan olahan, seperti olahan pindang, asin, dan

abon ikan yang dipasarkan sebesar 41 persen (UPPPP Pondokdadap 2013).

Keberadaan unit perikanan tonda dengan rumpon menambah jumlah nelayan di

Sendang Biru. Penyebabnya adalah karena harga ikan yang semakin meningkat.

Page 40: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

24

Peningkatan harga tersebut membuat keuntungan yang diperoleh nelayan juga

semakin besar, sehingga nelayan yang sudah lebih dahulu mengoperasikan unit

perikanan tonda di Sendang Biru mengajak temannya yang menjadi nelayan di

daerah lain untuk melakukan operasi penangkapan dan mendaratkan ikan di

Sendang Biru, hingga akhirnya banyak nelayan yang memutuskan untuk tinggal

di dusun Sendang Biru, bahkan ada beberapa yang sudah menjadi penduduk tetap.

Pengaruh lain dengan adanya perikanan tonda dengan rumpon adalah

adanya konflik yang terjadi dengan nelayan luar Sendang Biru, seperti nelayan

purse seine dari Pekalongan. Penyebab konflik adalah nelayan Pekalongan

tersebut menjarah ikan di rumpon milik nelayan tonda Sendang Biru. Hal serupa

juga pernah terjadi dengan nelayan asal Tuban. Kesepakatan mengenai

pemanfaatan rumpon diantara para nelayan tonda Sendang Biru sebenarnya telah

dibuat pada tahun 2010, yaitu tidak memanfaatkan rumpon kelompok nelayan lain

tanpa izin dari kelompok tersebut dan tidak diperbolehkan menerima hasil

tangkapan dari nelayan jaring (seperti purse seine dan payang), jika melanggar

akan dikenakan denda. Konflik diantara nelayan tonda Sendang Biru yang pernah

terjadi yaitu pemanfaatan rumpon tanpa izin milik suatu kelompok nelayan oleh

kelompok lainnya menunjukkan bahwa kesepakatan yang telah dibuat tidak

berjalan. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih kurangnya kekompakan diantara

nelayan. Hubungan antara nelayan dalam kehidupan bermasyarakat secara

keseluruhan berjalan cukup baik, begitu pula hubungan nelayan dengan

pengambek. Ketergantungan secara ekonomi dikedua belah pihak merupakan

penyebab hubungan ini terus berjalan. Nelayan membutuhkan pengambek untuk

memberikan pinjaman modal dan pembiayaan operasional penangkapan, dan

pengambek membutuhkan nelayan untuk mendapatkan pendapatan guna

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Semua permasalahan yang terjadi dalam

aspek sosial ini dapat diminimalisir dengan dukungan kelembagaan, baik yang

bersifat formal maupun informal seperti organisasi nelayan Rukun Jaya.

Aspek Kelembagaan

Nelayan Sendang Biru membentuk kelompok nelayan sesuai dengan unit

penangkapan masing-masing, yaitu Tonda Jaya untuk unit tonda/sekoci, Rukun

Mulia untuk unit purse seine dan payang, dan Dayung Abadi untuk unit jukung.

Seluruh kelompok tersebut diwadahi oleh organisasi nelayan yang utama yaitu

Rukun Jaya. Organisasi ini berfungsi sebagai wadah untuk mempersatukan

seluruh nelayan Sendang Biru, penyalur aspirasi nelayan, mengumpulkan dan

menginformasikan bantuan, dan membantu nelayan seperti dalam proses

perizinan pengoperasian kapal dan alat tangkap (Gambar 4.6). Tidak semua

nelayan menjadi anggota, ada beberapa nelayan yang tidak ikut karena merasa

tidak ingin terikat.

Pengawas perikanan di PPP Pondokdadap tidak mampu untuk mengawasi

pengoperasian unit perikanan tonda, dikarenakan wilayah operasi nelayan unit

perikanan tonda sangat jauh, sehingga diperlukan bantuan dan peran masyarakat

nelayan. Peran kelembagaan khususnya organisasi nelayan dalam mengatur

perikanan sebenarnya cukup besar, salah satunya dengan menjaga keamanan laut

dari penjarahan unit penangkapan milik nelayan luar terhadap wilayah operasi

penangkapan nelayan setempat dan sumberdaya ikan yang terdapat di dalamnya.

Page 41: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

25

Penjagaan tersebut dapat dilakukan dengan membantu pengawasan wilayah

perairan. Peran tersebut harus didukung dengan partisipasi aktif dari seluruh

masyarakat nelayan. Kondisi yang sering terjadi adalah suatu organisasi nelayan

belum cukup mampu untuk membantu mengatur perikanan di suatu wilayah. Hal

tersebut dikarenakan posisi organisasi nelayan dalam masyarakat belum cukup

kuat, sehingga masyarakat belum sepenuhnya mematuhi peraturan-peraturan lokal

yang memang telah menjadi kesepakatan masyarakat nelayan di wilayah

setempat, seperti halnya yang terjadi di dusun Sendang Biru.

Gambar 4.6 Alur proses perizinan yang dilakukan oleh organisasi nelayan Rukun

Jaya

Perizinan pengoperasian kapal, alat tangkap, dan rumpon sudah dilakukan,

namun belum seluruh kapal. Perizinan ini pun ternyata mengalami kendala,

seperti pada proses pengurusan surat-surat yang cenderung lama dan biaya yang

mahal. Kurangnya koordinasi dari pihak terkait merupakan salah satu penyebab

lamanya proses pengurusan surat izin tersebut. Akibatnya nelayan lebih sering

mengoperasikan kapal dan alat tangkap tanpa izin yang dikeluarkan oleh dinas

terkait. Beberapa unit perikanan tonda di PPP Pondokdadap hanya memiliki Pas

kecil dan SIUP (Surat Izin Usaha Penangkapan Ikan). Rumpon yang dipasang

nelayan di perairan juga tidak memiliki izin dari pemerintah, sehingga adanya

penambahan atau pengurangan jumlah rumpon setiap periode waktu tertentu tidak

tercatat. Hal ini tentunya akan menimbulkan efek negatif karena adanya jumlah

kapal, alat tangkap, dan rumpon yang tidak terkendali dan tidak diatur akan

menimbulkan masalah, diantaranya adalah konflik antar nelayan karena perebutan

sumberdaya ikan dan berkurangnya sumberdaya ikan yang layak tangkap di

wilayah penangkapan nelayan unit perikanan tonda Sendang Biru.

Kenyataan lainnya yang harus menjadi perhatian adalah kurangnya

pemahaman nelayan sebagai pelaku utama kegiatan penangkapan dalam hal

Pemilik kapal Pengumpulan

berkas oleh

Rukun Jaya

Unit Pengelola

PPP

Pondokdadap

- SIUP

- SIPI/SIKPI

Dinas Perikanan

dan Kelautan

Provinsi Jawa

Timur yang

bertempat di

Surabaya

Petugas DKP

Tingkat I melakukan

cek fisik kapal

Pembayaran biaya

pembuatan surat izin

oleh pemilik kapal

Dinas Perhubungan Laut

(Bagian Kesyahbandaran),

dan ahli ukur melakukan

pengukuran

- Surat ukur - Gross akte

- Sertifikat kelaikan

- Pas Kecil/Pas besar/Pas tahunan

Kantor Dishubla di

Probolinggo

Page 42: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

26

perizinan. Sebagian besar responden nelayan tidak tahu bagaimana peraturan

mengenai penangkapan dan wilayah operasi penangkapan serta pentingnya aturan

tersebut terhadap keberlangsungan perikanan. Beberapa kali sosialisasi mengenai

peraturan pernah diadakan, tapi sebagian besar nelayan tidak ikut dalam kegiatan

tersebut, sosialisasi biasanya hanya diketahui oleh pengambek.

Penggambaran Masalah dengan Rich Picture

Kekompleksitasan masalah yang terjadi pada sistem perikanan tonda

dengan rumpon dapat diselesaikan dengan cara melihat permasalahan tersebut

secara utuh dalam satu kesatuan sistem, sehingga penyelesaian secara menyeluruh

dapat dilakukan pada setiap aspek kajian. Penyelesaian masalah tersebut dapat

dibantu dengan memformulasikan masalah menggunakan rich picture yang

menggambarkan aktor, proses, dan keseluruhan masalah yang terjadi dalam

sistem (Gambar 4.7).

Pengoperasian alat tangkap dan pemasangan rumpon secara teknis

melibatkan nelayan unit perikanan tonda dan nelayan jaring Sendang Biru.

Nelayan tonda pada awalnya mengoperasikan alat tangkap di wilayah perairan

dekat pantai. Namun, dikarenakan nelayan jaring banyak yang mengoperasikan

alat tangkap pada wilayah perairan yang sama membuat nelayan tonda

mengoperasikan alat tangkapnya di wilayah perairan yang semakin jauh, dengan

jarak sekitar 50-200 mil laut. Harga jual hasil tangkapan yang meningkat menjadi

peluang besar bagi nelayan untuk mendapatkan keuntungan dari pengoperasian

unit perikanan tonda, sehingga nelayan unit perikanan tonda Sendang Biru

mengajak nelayan tonda luar untuk ikut bekerjasama mengoperasikan unit

perikanan tonda di Sendang Biru. Kondisi ini secara langsung akan meningkatkan

upaya penangkapan pada wilayah perairan yang menjadi daerah pengoperasian

unit perikanan tonda. Peningkatan upaya penangkapan ini akan mempengaruhi

aspek ekologi, khususnya sumberdaya ikan.

Nelayan mengeluhkan bahwa ukuran hasil tangkapan unit perikanan tonda

saat ini, khususnya ikan tuna, mengalami penurunan. Perubahan pada aspek

ekologi ini akan mempengaruhi aspek ekonomi, yaitu terjadinya penurunan harga

jual yang akan mempengaruhi nilai pendapatan yang diperoleh nelayan.

Permainan harga yang dilakukan oleh pengambek saat proses pelelangan juga

dianggap merugikan nelayan. Berat hasil tangkapan yang ditimbang dan

dilaporkan pada nelayan telah berkurang dari berat sebenarnya merupakan

kenyataan yang terjadi saat ini.

Kondisi sosial yang berkaitan dengan aspek teknis, ekologi, dan ekonomi

menambah permasalahan pada sistem perikanan tonda di Sendang Biru.

Permasalahannya adalah konflik yang terjadi antara nelayan tonda Sendang Biru

dengan nelayan jaring luar Sendang Biru karena pemanfaatan tanpa izin dan

melakukan penangkapan di rumpon milik nelayan unit perikanan tonda Sendang

Biru. Hubungan ketergantungan antara nelayan dengan pengambek secara

ekonomi membuat nelayan tidak pernah terlepas dari beban hutang yang terus

menumpuk. Kekuatan modal ekonomi yang dimiliki sebagian besar nelayan masih

rendah. Hal lainnya adalah masih kurangnya kekompakan diantara nelayan,

seperti dalam menjaga keamanan daerah penangkapan.

Page 43: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

27

Gambar 4.7 Rich picture unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap

27

Page 44: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

28

Kelemahan dalam kondisi sosial secara tidak langsung akan

mempengaruhi kondisi kelembagaan dalam sistem perikanan tonda dengan

rumpon di PPP Pondokdadap. Rukun Jaya yang merupakan organisasi nelayan

yang menyatukan seluruh masyarakat nelayan belum berperan maksimal dalam

membantu pemerintah untuk melakukan pengawasan perairan. Rukun Jaya telah

berperan secara aktif dalam hal perizinan pengoperasian alat tangkap dan kapal,

hanya saja kurangnya pengawasan dan koordinasi pada lembaga pemerintahan

membuat proses pengurusan perizinan menjadi tidak sesuai dengan peraturan

yang telah ditetapkan. Hal yang sering dikeluhkan nelayan adalah lamanya proses

pengurusan dan biaya yang mahal, sehingga cenderung membuat nelayan tidak

terlalu memperhatikan lagi pentingnya surat-surat izin tersebut.

Keseluruhan permasalahan yang saling terkait yaitu persaingan wilayah

penangkapan, pemanfaatan rumpon dan upaya penangkapan yang meningkat,

permainan harga oleh pengambek saat pelelangan, perubahan ukuran ikan, konflik

horizontal, proses perizinan yang lama dan mahal, serta kurangnya pengawasan

perairan oleh pemerintah dan masyarakat memerlukan pemecahan masalah secara

menyeluruh dari seluruh aspek kajian. Pemecahan masalah tersebut berfungsi

untuk memperbaiki sistem perikanan tonda yang ada sehingga menjadi lebih baik.

Solusi terhadap permasalahan yang terjadi secara lebih detail akan dijelaskan pada

Bab 5.

Pembahasan

Pengoperasian alat tangkap pancing dengan metode penangkapan yang

beragam pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap

merupakan salah satu indikasi bahwa nelayan tonda memiliki kemampuan yang

cukup baik dalam mengoperasikan alat tangkap secara teknis. Kemampuan

tersebut biasanya didasarkan pada pengalaman melaut nelayan. Perolehan hasil

tangkapan yang tidak pasti pada setiap kali operasi penangkapan membuat

nelayan dituntut untuk memiliki kreativitas dalam mengembangkan metode atau

cara penangkapan untuk memperoleh target tangkapan yang optimal. Terlebih lagi

dengan terbatasnya wilayah penangkapan yang menjadi permasalahan teknis pada

sistem perikanan tonda di PPP Pondokdadap. Keterbatasan tersebut dikarenakan

semakin banyaknya rumpon yang dipasang di perairan. Pemanfaatan rumpon di

Sendang Biru tidak hanya dilakukan oleh nelayan unit perikanan tonda saja,

melainkan juga oleh unit perikanan lainnya seperti purse seine. Sondita (2011)

menyatakan bahwa pemanfaatan rumpon tidak hanya terbatas pada alat bantu

penangkapan yang mengumpulkan ikan sehingga nelayan dapat menghemat biaya

operasional dan daerah penangkapan menjadi lebih pasti. Rumpon dapat

dimanfaatkan sebagai salah satu alat untuk mengelola sumberdaya perikanan,

khususnya sumberdaya ikan pelagis. Rumpon bisa dijadikan alat untuk menilai

jumlah ikan yang dapat ditangkap, kelayakan ikan yang ditangkap (jenis dan

ukuran ikan), dan menentukan pembagian ikan diantara nelayan. Fungsi tersebut

akan dapat berjalan jika seluruh pihak telah benar-benar mengerti tentang

pemanfaatan rumpon secara tepat. Habibi et al. (2011) menyatakan bahwa

terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemasangan dan

penempatan rumpon di perairan, diantaranya penggunaan bahan pembuat rumpon

Page 45: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

29

yang berasal dari bahan organik dan dapat terdegradasi secara alami, pola

pemasangan tidak boleh menghalangi pola alami ruaya ikan, hindari penempatan

rumpon pada daerah yang sering dipergunakan oleh nelayan lain, dan jarak antar

satu rumpon dengan rumpon lainnya harus lebih dari 10 mil laut. Pemanfaatan

rumpon yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan pengoperasian unit

perikanan tonda di perairan. Kemungkinan yang akan terjadi jika pemanfaatan

rumpon menjadi tidak terkendali adalah semakin banyak jumlah rumpon yang

dipasang, terjadinya overfishing, dan berpengaruh terhadap fungsi ekologi yaitu

sumberdaya ikan yang terdapat di perairan. Kondisi ini terlihat dari perhitungan

nilai rata-rata produktivitas alat tangkap dan nelayan yang menurun pada tahun

2011 dibanding pada tahun 2010, yaitu sebesar 0.13 ton/unit dan 0.03 ton/orang.

Berdasarkan wawancara dengan responden diketahui bahwa ukuran hasil

tangkapan yang diperoleh pada setiap trip cenderung menurun, khususnya jenis

ikan tuna. Kecenderungan menurunnya ukuran hasil tangkapan ini merupakan

salah satu indikasi terjadinya tekanan penangkapan di wilayah pengoperasian unit

perikanan tonda, yaitu di sekitar Samudera Hindia. Zulbainarni (2012)

menyatakan bahwa sumberdaya perikanan yang bersifat common property

(kepemilikan bersama) memungkinkan terjadinya pemanfaatan secara berlebih

sehingga menimbulkan inefisiensi dalam penggunaan input, return yang rendah,

dan overfishing (tangkap lebih). Clark (1985) dalam Zulbainarni (2012) juga

menyebutkan bahwa overfishing secara biologi dapat terjadi kapan saja bila

perbandingan antara harga dan biaya yang cukup tinggi. Indikasi tekanan

penangkapan ini juga diteliti oleh Saputra (2011) yang menunjukkan bahwa

kecilnya hasil tangkapan per trip (CPUE) ikan pelagis besar yang tertangkap,

yaitu sebesar 2.25 ton/trip/tahun dengan rata-rata produktivitas kapal tuna

longliner sebesar 0.045 ton/GT/tahun. FAO (2007) dalam Saputra (2011) juga

menyebutkan bahwa kondisi sumberdaya ikan di sekitar perairan Samudera

Hindia dan Samudera pasifik sudah full exploited. Perairan Prigi yang termasuk

dalam perairan Selatan Jawa juga mengalami tekanan penangkapan untuk jenis

tuna, seperti hasil penelitian Ross (2011) yang menyatakan bahwa jenis tuna

mengalami kelebihan tangkap sebesar 39% dari potensi lestari atau sama dengan

614.35 ton/tahun selama lima tahun terakhir.

Penurunan ukuran dan produksi suatu jenis ikan akan mempengaruhi

harga jual ikan tersebut, yang terlihat dari nilai produksi tahun 2011 dan 2012

yang menurun dibandingkan tahun 2010 yaitu sebesar 1.20 miliar rupiah dan 1.26

miliar rupiah. Kondisi pemasaran yang terjadi antara nelayan dengan pengambek

juga memberi pengaruh secara ekonomi. Pengurangan berat ikan saat ditimbang

sebelum proses pelelangan berlangsung akan merugikan nelayan, walaupun

pendapatan yang diperoleh nelayan saat ini sudah layak. Orientasi nelayan dalam

melakukan penangkapan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal,

sehingga nilai 100 rupiah pun akan sangat berarti bagi nelayan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan responden diketahui bahwa kecurangan dalam penimbangan

berat ikan yang akan dilelang ini sudah berlangsung dalam jangka waktu yang

cukup lama, namun karena adanya ketergantungan ekonomi antara nelayan

dengan pengambek sebagai pemberi modal membuat nelayan tidak berani

menuntut masalah tersebut. Kondisi serupa juga terjadi pada nelayan di PPI Lekok

Kabupaten Pasuruan. Pendapatan yang diperoleh nelayan di PPI Lekok belum

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Penyebabnya yaitu minimnya modal yang

Page 46: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

30

dimiliki nelayan, tekanan dari pemilik modal, sistem bagi hasil yang tidak adil,

pelelangan ikan yang tidak transparan (dikuasai tengkulak) dan otoritas tidak

punya wibawa untuk mengatur dan menegakkan aturan (Retnowati 2011). Hasil

analisis ekonomi juga membuktikan bahwa usaha perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap memiliki keuntungan yang cukup baik, yaitu mencapai

Rp442 605 625/tahun dengan profitabilitas 2.27 persen. Hal ini didukung dengan

hasil analisis finansial berupa nilai NPV positif, IRR lebih besar dari nilai

discount factor dan nilai net B/C lebih besar dari 1 yang menunjukkan bahwa

usaha ini layak untuk dilanjutkan. Tingkat kelayakan yang cukup baik ini mampu

menjadi pemicu peningkatan jumlah unit perikanan tonda dengan rumpon di

Sendang Biru dari tahun ke tahun sehingga diperlukan kesadaran nelayan sebagai

pelaku utama perikanan dalam memanfaatkan sumberdaya ikan yang menjadi

target tangkapan dengan lebih bijak.

Nelayan sebagai pelaku utama sudah seharusnya memahami peraturan

yang berlaku dan harus dipenuhi dalam pengoperasian unit perikanan di daerah

penangkapan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan. Kenyataan dilapangan

menunjukkan kondisi yang berlawanan. Kurangnya kekompakan diantara nelayan

menjadi salah satu penyebab terjadinya masalah sosial dalam masyarakat nelayan,

yang akan berpengaruh terhadap sistem perikanan khususnya perikanan tonda di

Sendang Biru. Kasus yang pernah terjadi adalah pencurian hasil tangkapan oleh

nelayan purse seine dengan memanfaatkan rumpon nelayan tonda. Pencurian

dilakukan dengan bekerjasama dengan salah satu nelayan tonda Sendang Biru,

yang bertujuan untuk bagi hasil diantara kedua nelayan. Tindakan tersebut sangat

tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Pemanfaatan rumpon

seharusnya hanya dilakukan pada rumpon masing-masing kelompok sesuai

dengan jenis unit perikanan yang digunakan. Tidak ada penyelesaian dan sanksi

yang jelas bagi pelanggar, padahal kerugian yang diderita oleh pihak yang

dirugikan cukup besar mengingat metode penangkapan yang digunakan unit

perikanan purse seine sangat berbeda dengan unit perikanan tonda. Unit perikanan

jaring seperti purse seine dapat menangkap ikan lebih banyak (baik dari segi

jumlah dan ukuran) dalam sekali proses setting, berbeda dengan unit perikanan

tonda. Kondisi ini memerlukan peran kelembagaan yang lebih kuat, khususnya

bagi organisasi nelayan Rukun Jaya dan seluruh nelayan untuk dapat lebih aktif

dalam menjalankan kesepakatan sebagai wujud partisipasi dalam menjaga dan

mengawasi perairan dan sumberdaya ikan didalamnya.

Sebagian besar unit perikanan tonda dengan rumpon milik nelayan

Sendang Biru tidak memiliki dokumen kapal yang lengkap untuk memanfaatkan

sumberdaya pada wilayah perairan, padahal pengoperasiannya dilakukan pada

wilayah perairan yang cukup jauh yaitu 50-200 mil atau berkisar pada 80-13

0 LS.

Pengurusan izin kapal nelayan di PPP Pondokdadap dibantu organisasi nelayan

Rukun Jaya. Hambatan seperti proses administrasi yang cukup lama dan biaya

yang mahal membuat nelayan merasa kewalahan untuk mengurus dokumen-

dokumen tersebut. Kondisi ini menjadi keprihatinan tersendiri, disaat nelayan

mulai berusaha untuk memperhatikan dan mengurusi perizinan, petugas perikanan

dari pemerintah melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan aturan yang

ditetapkan. Prosedur pendaftaran dan perizinan kapal sebenarnya telah diatur

dalam PER.30/MEN/2012 mengenai usaha perikanan tangkap di wilayah

pengelolaan Republik Indonesia, dimana tahapan perizinan dimulai dari

Page 47: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

31

pengajuan penerbitan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP); permohonan

pemeriksaan fisik kapal, alat penangkapan ikan, dan dokumen kapal penangkap

ikan dan/atau kapal pengangkut ikan; dan pengajuan penerbitan Surat Izin

Penangkapan Ikan (SIPI) dan Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI).

Dokumen lainnya yang harus ada di atas kapal yaitu Surat Laik Operasional

(SLO) dan Surat Izin Berlayar (SIB) (DJPT 2013). Kerjasama diantara pihak yang

terkait (nelayan, organisasi nelayan, dan pemerintah) sudah seharusnya berjalan.

Pengawasan oleh pemerintah pusat (KKP) dan pemerintah daerah (DKP) sangat

diperlukan, mengingat secara hukum, pemerintah merupakan pihak yang

bertanggungjawab untuk mengelola perikanan.

Kesimpulan

Permasalahan yang terjadi pada pengoperasian unit perikanan tonda

dengan rumpon di PPP Pondokdadap adalah terbatasnya area penangkapan karena

banyaknya rumpon di wilayah perairan dekat pantai, kecenderungan terjadinya

peningkatan jumlah kapal dan alat tangkap seiring peningkatan harga jual ikan di

PPP Pondokdadap, penurunan ukuran ikan jenis tuna, permainan harga yang

dilakukan oleh pengambek pada saat pembelian hasil tangkapan dari nelayan,

konflik horisontal diantara nelayan, dan masih kurangnya peran Rukun Jaya

dalam masyarakat khususnya nelayan tonda Sendang Biru. Oleh karena itu,

diperlukan peningkatan dan kerjasama secara aktif dari seluruh komponen yang

terlibat agar tujuan sistem perikanan yang baik dapat tercapai secara optimal.

5 MODEL KONSEPTUAL PADA UNIT PERIKANAN TONDA

DENGAN RUMPON DI PPP PONDOKDADAP

Pendahuluan

Perikanan sebagai sebuah kesatuan dari berbagai aspek yang dipenuhi

dengan kekompleksitasan masalah didalamnya memerlukan suatu tindakan nyata

yang mampu menyelesaikan keseluruhan masalah tersebut. Pembahasan pada bab

ini bertujuan untuk membuat model konseptual sebagai tindakan penyelesaian

terhadap permasalahan yang telah diformulasikan pada bab sebelumnya. Model

konseptual merupakan pemikiran secara teoritis terhadap situasi yang terjadi di

dunia nyata yang berperan sebagai solusi awal untuk suatu permasalahan.

Perumusan model konseptual ini diharapkan dapat memberikan langkah

perubahan berupa strategi yang dijalankan untuk memperbaiki sistem.

Pelaksanaan strategi dalam model konseptual harus berdasarkan

karakteristik perikanan dan kebutuhan seluruh pihak yang terkait pada suatu

wilayah perikanan. Hal ini bertujuan agar seluruh pihak tidak ada yang merasa

dirugikan dan tujuan sistem perikanan yang baik dapat tercapai secara optimal.

Keterlibatan secara aktif dari seluruh pihak sangat diperlukan untuk menjalankan

strategi yang disarankan.

Page 48: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

32

Metode

Pengungkapan permasalahan yang digambarkan dalam rich picture akan

dianalisis lebih lanjut dengan root definitions. Checkland (2000) dalam Widjajani

et al. (2009) mengemukakan bahwa root definition dibangun sebagai suatu

ekspresi dari aktivitas bertujuan terhadap suatu proses transformasi (T). Root

definition dinyatakan dengan spesifikasi yang lebih luas sehingga T dapat

dielaborasi dengan mendefinisikan elemen-elemen lain yang membentuk

CATWOE (customers, actors, transformation process, weltanschauung, owners,

and environmental constraints). Customers merupakan pihak yang menerima

dampak proses transformasi; actors adalah orang yang melakukan aktivitas-

aktivitas pada proses transformasi; transformation process merupakan proses

yang mengubah input menjadi output; weltanschauung adalah sudut pandang,

kerangka kerja, atau image yang membuat proses transformasi bermakna; owners

adalah orang yang memiliki kepentingan terbesar terhadap sistem dan dapat

menghentikan proses transformasi, dan environmental constraints adalah elemen-

elemen diluar sistem yang dapat mempengaruhi tetapi tidak dapat mengendalikan

sistem tersebut atau dapat dinyatakan sebagai apa adanya (given). Definisi juga

dinyatakan dalam bentuk PQR, yaitu melakukan P dengan menggunakan Q untuk

dapat berkontribusi dalam mencapai R.

Model konseptual terhadap sistem perikanan tonda dengan rumpon di PPP

Pondokdadap dibuat berdasarkan root definitions tersebut. Model tersebut

merupakan rekomendasi solusi terhadap permasalahan yang terjadi pada sistem

perikanan tonda dengan rumpon. Model konseptual yang diperoleh pada

penelitian ini didasarkan pada permasalahan tiap aspek yang diteliti. Tujuannya

untuk memudahkan pelaku atau pihak yang terkait untuk memperbaiki sistem

perikanan tonda menjadi lebih baik.

Hasil

Aspek Sosial dan Kelembagaan

Root definition dalam aspek ini terdiri dari 2 bentuk, yang pertama lebih

menekankan pada permasalahan kekompakan nelayan, pengawasan, dan konflik

yang terjadi (Gambar 5.1). Peraturan pemerintah berupa keputusan menteri

kelautan dan perikanan KEP.58/MEN/2001 tentang tata cara pelaksanaan sistem

pengawasan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya

kelautan dan perikanan (DJPSDKP 2013) menjadi acuan untuk pembuatan root

definition ini.

Model konseptual pada Gambar 5.3 bertujuan untuk memperkuat peran

kelembagaan Rukun Jaya untuk membantu pemerintah dalam mengawasi

perairan. Pengawasan tersebut dapat diwujudkan jika hubungan sosial masyarakat

nelayan dalam kondisi yang baik. Masyarakat nelayan adalah pihak yang

membangun lembaga nelayan, sehingga dengan semakin kuatnya hubungan

diantara masyarakat nelayan maka akan menguatkan peran kelembagaan.

Penentuan root definition yang kedua menitikberatkan pada permasalahan

perizinan seperti pada Gambar 5.2 dan menghasilkan model konseptual (Gambar

5.4) yang bertujuan untuk menciptakan keteraturan dalam pengoperasian unit

Page 49: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

33

perikanan tonda dengan rumpon di perairan yang digambarkan dalam SOP

perizinan yang dibuat oleh pemerintah daerah, dengan memperhatikan

kepentingan dari seluruh pihak seperti nelayan, pengusaha, dan pemerintah.

Gambar 5.1 CATWOE dan root definition terhadap permasalahan pengawasan

pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap

Gambar 5.2 CATWOE dan root definition terhadap permasalahan perizinan pada

unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap

CATWOE:

C (Costumers) : Nelayan dan pengusaha perikanan;

A (Actors) : Nelayan, organisasi nelayan Rukun Jaya, pengusaha perikanan

dan pemerintah daerah dan pusat (DKP);

T (Transformation) : Pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) perizinan

dengan jelas;

W (Weltanschauung) : Proses perizinan berjalan dengan efektif dan efisien;

O (Owners) : Pemerintah (DKP);

E (Environmental constraints) : Kebijakan pemerintah daerah

Root definition 2:

Proses perizinan unit perikanan tonda dengan rumpon melalui pembuatan dan

penggunaan SOP perizinan oleh pemerintah untuk menciptakan keteraturan dalam

pengoperasian unit perikanan tonda dengan rumpon di perairan.

CATWOE:

C (Costumers) : Nelayan tonda Sendang Biru;

A (Actors) : Nelayan Sendang Biru, nelayan jaring luar Sendang

Biru, masyarakat nelayan Sendang Biru, dan organisasi

nelayan Rukun Jaya;

T (Transformation) : Pembuatan peraturan lokal terhadap pengawasan

perairan;

W (Weltanschauung) : Pengawasan perairan dilakukan secara aktif oleh seluruh

masyarakat nelayan;

O (Owners) : Organisasi nelayan Rukun Jaya;

E (Environmental constraints) : Kebijakan pemerintah Root definition 1:

Meningkatkan kekompakan nelayan, pengawasan, dan meminimalisir konflik

melalui pembuatan dan pelaksanaan peraturan lokal yang ditetapkan bersama

untuk meningkatkan hubungan sosial nelayan dan menjaga wilayah operasi

penangkapan dan sumberdaya ikan didalamnya.

Page 50: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

34

Keterangan: : sistem yang diperbaiki/ditambahkan

Gambar 5.3 Model konseptual pembuatan dan pelaksanaan peraturan lokal pengawasan perairan

34

2

Menentukan pihak yang bertanggungjawab

terhadap setiap tindakan pengawasan

4

Pelaksanaan peraturan lokal di lapangan

Monitoring oleh pemerintah,

organisasi nelayan Rukun Jaya

dan masyarakat

Evaluasi

peraturan

1

Rukun Jaya melakukan diskusi dengan

masyarakat nelayan untuk menentukan fokus

tindakan pengawasan dan sanksi pada setiap

pelanggaran

3

Menyampaikan program peraturan lokal pada

pemerintah terkait dan melakukan diskusi

sebagai saran dan kritik terhadap peraturan lokal

Setuju

Tidak

setuju

Penyelesaian secara

lokal (lingkup

masyarakat)

Pelaporan

Pelaporan

Penemuan

Dugaan pelanggaran

Masyarakat atau anggota

pokmaswas

Aparat pengawas terdekat

TNI AL dan/atau

Satpol AIRUD

dan/atau kapal

inspeksi perikanan

Dinas Perikanan

Kabupaten/kota dan

Provinsi

(tembusan: Direktur

Jenderal Pengendalian

Sumberdaya Kelautan

dan Perikanan)

Tindak lanjut terhadap

pelanggaran

Page 51: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

35

Keterangan: : sistem yang diperbaiki/ditambahkan

Gambar 5.4 Model konseptual pembuatan dan penggunaan SOP perizinan oleh pemerintah daerah

35

Pemilik kapal

Pengumpulan berkas oleh

Rukun Jaya

Unit Pengelola PPP

Pondokdadap

- SIUP

- SIPI/SIKPI

Dinas Perikanan

dan Kelautan

Provinsi Jawa

Timur

Petugas DKP

Tingkat I

melakukan cek

fisik kapal

Pembayaran biaya pembuatan surat

izin oleh pemilik kapal

Dinas Perhubungan Laut

(Bagian Kesyahbandaran),

dan ahli ukur melakukan

pengukuran

- Surat ukur

- Gross akte

- Sertifikat kelaikan

- Pas Kecil/Pas besar/Pas

tahunan

Kantor Dishubla di

Probolinggo

1

Pemerintah melakukan diskusi dengan melibatkan

seluruh pihak seperti Rukun Jaya (perwakilan dari

masyarakat nelayan) dan pengusaha perikanan

untuk menentukan SOP perizinan secara jelas

2

Menetapkan sanksi bagi setiap pelanggaran yang

dilakukan

3

Mensosialisasikan SOP perizinan kepada seluruh

masyarakat perikanan di daerah setempat

4

Pelaksanaan SOP

perizinan

Monitoring oleh

pemerintah dan

masyarakat nelayan

Evaluasi

Page 52: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

36

Aspek Teknis dan Ekologi

Penentuan root definition pada aspek ini didasari dari adanya pemasangan

rumpon yang tidak terkendali di wilayah perairan yang berakibat pada terbatasnya

area penangkapan unit perikanan tonda. Peningkatan upaya penangkapan juga

terjadi pada wilayah perairan yang menyebabkan perubahan dari sisi ekologi,

yaitu penurunan ukuran sumberdaya ikan jenis tuna. Alternatif strategi yang dapat

dilaksanakan adalah dengan pengaturan jumlah dan ukuran ikan layak tangkap.

(Gambar 5.5). Aspek ini disatukan karena penyebab permasalahan yang terjadi

sama pada kedua aspek.

Gambar 5.5 CATWOE dan root definition terhadap permasalahan aspek teknis

dan ekologi pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP

Pondokdadap

Model konseptual yang direkomendasikan terhadap permasalahan pada

aspek teknis dan ekologi ini adalah pembuatan peraturan operasional

penangkapan bagi unit perikanan tonda dengan rumpon untuk mengatur jumlah

dan ukuran tangkapan yang layak tangkap sehingga keberlanjutan sumberdaya

ikan dapat terjaga (Gambar 5.6). Pelaksanaan aturan tersebut perlu didukung

dengan tindakan penanganan hasil tangkapan, baik di kapal maupun saat

didaratkan. Perekayasaan alat tangkap dan rumpon dapat dilakukan untuk

menjaga sumberdaya ikan yang menjadi target tangkapan sehingga tangkapan

yang diperoleh adalah ikan dengan jenis dan ukuran yang layak tangkap serta

memiliki kualitas yang baik.

Peraturan yang dibuat sebaiknya merupakan hasil kesepakatan antara

nelayan yang dapat diwakili oleh organisasi nelayan Rukun Jaya dan DKP

Kabupaten. Hal ini untuk meminimalisir dominansi kepentingan diantara salah

satu pihak, dan terciptanya kelancaran pelaksanaan peraturan di lapangan. Oleh

karena itu, diperlukan pengawasan terhadap pelaksanaan aturan dari seluruh pihak

terkait.

CATWOE:

C (Costumers) : Nelayan tonda Sendang Biru;

A (Actors) : Nelayan tonda Sendang Biru dan luar daerah, dan

nelayan jaring Sendang Biru;

T (Transformation) : Pengaturan jumlah dan ukuran tangkapan layak

tangkap bagi unit perikanan tonda dengan rumpon;

W (Weltanschauung) : Pengoperasian alat tangkap dilakukan pada wilayah

yang telah diatur dan tangkapan yang diperoleh

sesuai dengan standar yang ditetapkan;

O (Owners) : DKP Kabupaten Malang dan Organisasi nelayan

Rukun Jaya;

E (Environmental constraints) : Musim ikan

Root definition 3:

Pengaturan jumlah dan ukuran tangkapan layak tangkap bagi unit perikanan tonda

dengan rumpon melalui pembuatan dan pelaksanaan peraturan operasional

penangkapan yang ditetapkan bersama untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya ikan.

Page 53: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

37

Keterangan: : sistem yang diperbaiki/ditambahkan

Gambar 5.6 Model konseptual pembuatan peraturan operasional penangkapan

pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap

3

Sosialisasi kepada seluruh nelayan

4

Mendiskusikan dan menetapkan sanksi terhadap setiap pelanggaran

5

Pelaksanaan peraturan operasional

Monitoring oleh pemerintah,

Rukun Jaya dan masyarakat

2

Pemerintah melakukan sosialisasi kepada Rukun Jaya dan diskusi

untuk menetapkan kuota tangkapan per kapal

Peneliti

Penyortiran dan penanganan

hasil tangkapan di kapal

Pendaratan hasil tangkapan

Evaluasi peraturan

Nelayan menyiapkan perbekalan

di pelabuhan atau fishing base

Melakukan operasi

penangkapan di rumpon

Pencarian rumpon kelompok

Persiapan operasi penangkapan

1

Perhitungan jumlah dan ukuran

layak tangkap per jenis ikan Pemerintah

Page 54: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

38

Aspek Ekonomi

Sistem jual beli antara nelayan dan pengambek terhadap hasil tangkapan

yang didaratkan dianggap merugikan nelayan, karena adanya ketidaksesuaian

harga yang seharusnya diterima oleh nelayan. Hal ini yang mendasari penentuan

root definition pada aspek ekonomi (Gambar 5.7). Root definition tersebut

selanjutnya menjadi dasar untuk membuat model konseptual sebagai penyelesaian

atas masalah yang terjadi.

Model konseptual yang direkomendasikan pada aspek ekonomi ini adalah

pengawasan proses pelelangan di tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap

(Gambar 5.8). Model konseptual ini didasarkan pada peraturan pemerintah daerah

Kabupaten Malang berupa Perda Kabupaten Malang No. 1 Tahun 2009 tentang

penyelenggaraan dan retribusi pelelangan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (Ditjen

Kemenkumham 2013). Peraturan tersebut menyebutkan bahwa proses pelelangan

meliputi penerimaan, penimbangan, pelelangan, dan pembayaran, dimana terdapat

retribusi masing-masing sebesar 1.5 persen dari nelayan dan pengambek.

Pungutan tersebut merupakan persentasi dari harga transaksi penjualan ikan pada

saat lelang yang diperoleh nelayan dan pengambek.

Gambar 5.7 CATWOE dan root definition terhadap permasalahan aspek ekonomi

pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap

Pelaksanaan model konseptual ini sebaiknya melibatkan seluruh pihak

yang terkait, seperti dari nelayan, pengambek, petugas pelelangan dan masyarakat

sebagai konsumen. Selain itu, diperlukan pembaharuan informasi harga pasar

untuk setiap jenis ikan kepada nelayan secara terus menerus untuk meminimalisir

kecurangan dalam penetapan harga jual ikan saat proses lelang berlangsung.

Model konseptual ini diharapkan dapat menciptakan kondisi pelelangan yang

baik, yaitu adanya harga yang wajar bagi nelayan dan pengambek.

CATWOE:

C (Costumers) : Nelayan tonda Sendang Biru;

A (Actors) : Nelayan tonda Sendang Biru, pengambek, dan

koperasi unit desa (KUD) Mina Jaya;

T (Transformation) : Perbaikan sistem jual beli;

W (Weltanschauung) : Terjadinya harga yang wajar bagi pengambek dan

nelayan;

O (Owners) : Organisasi nelayan Rukun Jaya dan KUD Mina

Jaya;

E (Environmental constraints) : Inflasi dan ketersediaan stok ikan yang dipasarkan

Root definition 4:

Perbaikan sistem jual beli antara nelayan dengan pengambek melalui pengawasan

proses pelelangan di tempat pelelangan ikan untuk mencapai harga yang wajar bagi

nelayan dan pengambek

Page 55: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

39

Keterangan: : sistem yang diperbaiki/ditambahkan

Gambar 5.8 Model konseptual pengawasan proses pelelangan di tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap

39

Nelayan menerima informasi harga pasar per jenis ikan yang akan dilelang dari petugas lelang

Penerimaan hasil tangkapan oleh

petugas lelang

Penimbangan hasil tangkapan oleh

petugas lelang dan pengambek

Pelelangan hasil tangkapan yang

diikuti oleh pengambek dan

pembeli (pengusaha/pedagang

kecil)

Pembayaran hasil lelang oleh pengusaha

pada petugas lelang (KUD Mina Jaya)

Nelayan menyerahkan hasil

tangkapan kepada pengambek

Pembayaran hasil

lelang kepada

pengambek

Pembayaran hasil

lelang kepada

nelayan

Tidak ada perbaikan

1

KUD Mina Jaya dan Rukun Jaya melakukan

diskusi dengan masyarakat nelayan untuk

merumuskan tindakan pengawasan dan sanksi

terhadap setiap pelanggaran

2

Menentukan pihak yang bertanggungjawab pada

tindakan pengawasan dan pemberian sanksi

3

Menyampaikan rumusan tindakan pengawasan

pada DKP kabupaten melalui UPPPP

Pondokdadap dan melakukan diskusi sebagai

saran dan kritik terhadap tindakan pengawasan

Evaluasi

Monitoring oleh KUD

Mina Jaya, organisasi

nelayan Rukun Jaya dan

masyarakat

4

Pelaksanaan pengawasan

Ada perbaikan

Page 56: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

40

Pembahasan

Pembuatan peraturan operasional penangkapan bagi unit perikanan tonda

dengan rumpon diharapkan dapat menjadi solusi awal terhadap permasalahan

teknis dan ekologi pada sistem perikanan tonda dengan rumpon di PPP

Pondokdadap. Langkah untuk meminimalisir masalah teknis dan ekologi berupa

persaingan wilayah penangkapan dan penurunan ukuran ikan yang diperoleh

nelayan adalah dengan mengatur jumlah dan ukuran tangkapan yang

diperbolehkan, yang didukung dengan penanganan hasil tangkapan yang sesuai

prosedur. Hal ini untuk meningkatkan kualitas ikan yang akan dijual, yang juga

akan mempengaruhi harga jual ikan tersebut. Kualitas hasil tangkapan diperoleh

jika kesegaran hasil tangkapan tetap terjaga hingga didaratkan dan dijual di

tempat pelelangan. Penanganan hasil tangkapan dapat dilakukan dengan cara

mengawetkan hasil tangkapan dengan menggunakan es seperti yang dilakukan

nelayan di Indonesia pada umumnya. Ismanto et al. (2013) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa sistem pendingin dengan coolbox yang berisi es kering

dengan silika gel mampu mempertahankan suhu rendah dalam waktu yang lebih

lama namun tidak stabil dibandingkan dengan coolbox yang berisi es basah seperti

es batu atau es curah. Lama waktu yang mampu dipertahankan es kering dan

silika gel selama 138 jam 30 menit, sedangkan es basah hanya 35 jam.

Penanganan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan mengawetkan ikan

menggunakan freezer seperti yang dilakukan nelayan purse seine di PPP

Bojomulyo. Pengawetan ikan dengan freezer lebih baik jika dibandingkan dengan

pengawetan menggunakan es (Hastrini et al. 2013). Tindakan penanganan hasil

tangkapan yang paling mendasar yang harus diperhatikan oleh nelayan adalah

mencegah kontaminasi langsung antara tangan dan kaki dengan ikan,

meminimalisir cahaya matahari langsung yang mengenai tubuh ikan, dan

meletakkan serta menyimpan ikan pada wadah yang telah dibersihkan.

Cara lainnya adalah dengan merekayasa pancing dan rumpon yang

digunakan saat operasi penangkapan, misalnya dengan mengganti ukuran mata

pancing sehingga peluang untuk menangkap ikan dengan ukuran layak tangkap

menjadi lebih besar. Nugroho (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

mata pancing tonda dengan ukuran nomor 5 dapat menangkap ikan lebih banyak

dengan presentase kegagalan yang lebih sedikit. Alatas (2004) menyarankan agar

menggunakan umpan tiruan untuk menangkap ikan dengan lebih efektif, yaitu

menggunakan kombinasi umpan warna biru-putih untuk ikan cakalang, warna

merah-putih untuk menangkap ikan madidihang, kombinasi warna biru-putih dan

merah-putih untuk menangkap ikan albakora, serta kombinasi ketiga jenis umpan

untuk menangkap ikan tongkol. Perekayasaan pancing dalam pengoperasiannya

dimaksudkan untuk menjaga sumberdaya ikan yang menjadi target tangkapan unit

perikanan tonda dengan rumpon agar tetap lestari, baik secara ekologi maupun

ekonomi.

Aspek teknis dan ekologi yang tidak berjalan baik akan mempengaruhi

aspek ekonomi. Permasalahan ekonomi yang dihadapi nelayan tonda di PPP

Pondokdadap saat ini adalah masih adanya kecurangan yang dilakukan

pengambek saat proses pelelangan sehingga menyebabkan nelayan tidak

mendapatkan harga yang wajar dari penjualan hasil tangkapan. Kondisi ini terjadi

karena keinginan untuk memanfaatkan nilai ekonomi secara lebih besar dari hasil

Page 57: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

41

tangkapan yang dijual dan adanya kesempatan untuk melakukan kecurangan

tersebut. Kurang akuratnya timbangan yang digunakan pada proses pelelangan

menjadi awal penyebabnya. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan pada proses

pelelangan di tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap agar nelayan,

pengambek, dan pengusaha memperoleh keuntungan yang sesuai. Selain itu juga

perlu dilakukan pembaharuan informasi harga pasar kepada nelayan untuk setiap

jenis ikan secara terus menerus dan penerapan sanksi yang tegas terhadap pihak

yang melakukan kecurangan pada saat proses pemasaran atau pelelangan.

Permasalahan teknis, ekologi, dan ekonomi tersebut dapat diminimalisir

jika hubungan sosial diantara seluruh pihak yang terlibat dalam sistem berjalan

dengan baik. Namun, kenyataannya hubungan sosial seperti kekompakan antar

nelayan masih belum baik, yang dibuktikan dengan masih adanya penjarahan

rumpon dan konflik yang masih terjadi dengan nelayan luar daerah. Penyelesaian

terhadap permasalahan sosial ini dapat dilakukan dengan membuat dan

melaksanakan peraturan lokal terhadap pengawasan perairan yang merupakan

hasil kesepakatan diantara seluruh elemen masyarakat. Hasil penelitian Martin

dan Irmayanti (2011) menunjukkan bahwa masyarakat nelayan Sendang Biru

memiliki tradisi yang dikenal dengan nama “ritual petik laut”, yang dilaksanakan

setiap tahun pada tanggal 27 September. Ritual ini memiliki fungsi dan pesan

yang berkaitan dengan pembinaan solidaritas antar masyarakat nelayan dalam

bekerja dan kearifan lokal dalam menjaga lingkungan perairan dan sumberdaya

perikanan. Kenyataannya, kegiatan ini tidak terlalu memberi pengaruh terhadap

kondisi ekologi dan hubungan sosial masyarakat. Tindakan atau kebijakan

pendukung yang bersifat lokal lainnya yang dapat dilakukan, seperti pola kearifan

lokal masyarakat Aceh dalam pengelolaan perikanan yang dikenal dengan hukom

adat laot. Sulaiman (2010) menyatakan bahwa pola hukom adat laot ini sudah

berkembang di Aceh sejak tahun 1607, pada masa pemerintahan Sultan Iskandar

Muda. Hukom adat laot secara implisit menerangkan bahwa terdapat kewenangan

untuk mengatur dan mengawasi sumberdaya perikanan untuk peningkatan

kesejahteraan masyarakat nelayan. Pola kearifan hukom adat laot ini ditegakkan

oleh lembaga adat panglima laot yang berfungsi untuk membantu pemerintah

dalam pembangunan perikanan. Pada pelaksanaannya, panglima laut berwenang

untuk mengawasi setiap usaha penangkapan ikan di laut, menyelesaikan

perselisihan, mengurus dan menyelenggarakan upacara adat laot, dan menjadi

penghubung antara nelayan dengan pemerintah dan panglima laot satu dengan

panglima laot lainnya. Keberadaan panglima laot dalam mengawasi perikanan

didukung dengan adanya peraturan dan sanksi yang sudah dipatuhi oleh nelayan,

keberadaannya sangat didukung oleh pemerintah daerah setempat.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah pembentukan kelompok masyarakat

pengawas perikanan atau yang dikenal dengan pokmaswas. Kementerian Kelautan

Perikanan (KKP) telah membentuk satuan kerja (satker) pengawas sumberdaya

kelautan sejak tahun 2007, dimana kemudian satker membentuk pokmaswas yang

keanggotaannya terdiri dari unsur aparat desa, tokoh adat dan agama, dan nelayan,

seperti yang terdapat di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Partisipasi pokmaswas

dalam mengawasi perairan dapat diukur dari jumlah pelanggaran yang berhasil

diamati, dilaporkan secara tertulis, dan jumlah pelaku yang berhasil ditangkap.

Pemahaman baik mengenai kepentingan kelestarian sumberdaya perikanan sangat

diperlukan dalam hal ini (Yuliana dan Winata 2012). Peran aktif masyarakat

Page 58: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

42

nelayan di beberapa wilayah pesisir pada awalnya dianggap sangat membantu

kinerja pemerintah. Namun, ternyata masih memiliki kekurangan, salah satunya

dikarenakan adanya persaingan pada masyarakat dalam memanfaatkan

sumberdaya yang ada. Alains et al. (2009) menyebutkan bahwa salah satu solusi

untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memadukan peran pemerintah dan

masyarakat secara bersama-sama yang dikenal dengan Co-Management.

Tujuannya adalah untuk menghindari peran dominan yang berlebihan dari satu

pihak dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Pembagian tanggungjawab dan

wewenang antar pihak dapat terjadi dalam berbagai pola, bergantung pada

kemampuan sumberdaya manusia dan institusi yang ada. Pelaksanaan Co-

Management ini dalam jangka panjang diyakini akan memberikan perubahan

salah satunya meningkatkan kesadaran dan pendapatan masyarakat dengan bentuk

pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan.

Penguatan kelembagaan nelayan tersebut akan mendukung pelaksanaan

model konseptual dalam hal perizinan, yaitu pembuatan dan penggunaan SOP

perizinan oleh pemerintah perikanan yang mengurusi surat izin pengoperasian

unit perikanan dan rumpon. Pelaksanaan SOP secara benar oleh pemerintah dan

nelayan secara bersamaan akan membantu kelancaran proses perizinan, dan tujuan

yang diinginkan dari pelaksanaan model konseptual ini dapat tercapai.

Pembenahan perizinan untuk unit perikanan khususnya unit perikanan tonda

dengan rumpon diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif dari

pengoperasian unit perikanan dalam suatu kawasan perairan. Keaktifan dari

seluruh pihak terkait seperti nelayan, organisasi nelayan, dan pemerintah sangat

diperlukan dalam hal ini.

Kesimpulan

Model konseptual yang direkomendasikan pada penelitian ini terdiri atas

4, yaitu (1) Model konseptual pembuatan dan pelaksanaan peraturan lokal

pengawasan perairan di PPP Pondokdadap, (2) Model konseptual pembuatan dan

penggunaan SOP perizinan oleh pemerintah daerah, (3) Model konseptual

pembuatan peraturan operasional penangkapan bagi unit perikanan tonda dengan

rumpon di PPP Pondokdadap, dan (4) Model konseptual pengawasan proses

pelelangan di tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap. Pelaksanaan model

konseptual tersebut dapat dilakukan dengan berbagai strategi, yang melibatkan

seluruh komponen perikanan seperti nelayan, pengambek, organisasi nelayan dan

pemerintah.

6 PEMBAHASAN UMUM

Pemanfaatan rumpon pada operasi unit perikanan tonda yang dilakukan

oleh nelayan Sendang Biru merupakan salah satu cara yang diyakini akan

meningkatkan hasil tangkapan. Keberadaan rumpon ternyata menimbulkan

dampak secara teknis, ekologi, ekonomi, dan sosial serta kelembagaan di

masyarakat nelayan. Rumpon pada dasarnya digunakan untuk mengumpulkan

Page 59: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

43

ikan yang menjadi target tangkapan, seperti ikan tongkol, tuna, dan cakalang.

Kecenderungan melakukan migrasi secara berkelompok untuk mencari makan dan

berlindung membuat ketiga jenis ikan pelagis ini sering berada di sekitar rumpon.

Penelitian Josse et al. (2000) menyatakan bahwa gerombolan ikan yang berenang

di perairan Polynesia Perancis pada kedalaman 10-50 meter merupakan jenis yang

paling banyak ditemukan di dekat rumpon. Cillauren (1994) dalam Josse et al.

(2000) menyatakan bahwa gerombolan ikan di perairan Vanuatu yang terdiri dari

ikan madidihang dan cakalang tertangkap pada wilayah perairan yang berjarak

200 meter dari rumpon, dimana jenis ikan madidihang berada lebih dekat dengan

rumpon dibandingkan ikan cakalang. Penelitian Menard et al. (2000)

menunjukkan bahwa di Samudera Atlantik, ikan tuna yang berukuran kecil

berkumpul di bawah rumpon untuk berlindung, sementara ikan tuna yang

berukuran besar mendekati rumpon untuk mencari makan. Kemudahan dalam

memperoleh hasil tangkapan dengan adanya rumpon ternyata membuat

pemanfaatan rumpon semakin meningkat dan tidak terkendali. Hal ini yang akan

berdampak terhadap sumberdaya, baik terhadap produksi maupun ukuran hasil

tangkapan.

Pillai dan Satheeshkumar (2012) menyatakan bahwa operasi penangkapan

dapat berdampak terhadap kondisi ekologi seperti terhadap hasil tangkapan,

habitat, kematian sumberdaya karena alat tangkap yang hilang, polusi, dan lain

sebagainya. Kondisi yang sudah dirasakan nelayan tonda di Sendang Biru saat ini

adalah ukuran hasil tangkapan khususnya ikan tuna yang mulai mengecil. Pillai

dan Satheesshkumar (2012) juga menyebutkan bahwa produksi ikan tuna di

Samudera Hindia menurun menjadi 913625 ton pada tahun 2008. Analisis data

secara jelas menunjukkan bahwa populasi ikan tuna di Samudera Hindia

mengalami over-exploited. Produksi ikan cakalang pada tahun 2010 berjumlah

429729 ton, yang menjadi produksi terendah sejak tahun 1998; produksi ikan

madidihang pada tahun 2009 sebesar 268192 ton dengan berat rata-rata 10-20 kg

(tahun 1996) dan menurun menjadi 6-15 kg untuk tahun-tahun selanjutnya.

Dampak yang terjadi pada sumberdaya ini ternyata mempengaruhi kondisi

ekonomi, sosial, dan kelembagaan pada unit perikanan tonda dengan rumpon.

Kondisi ekonomi nelayan unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP

Pondokdadap secara keseluruhan sudah cukup baik. Namun, jika dikaji secara

mendalam, masih terdapat permasalahan yang dianggap mengurangi pendapatan

yang seharusnya di peroleh nelayan, yaitu adanya kecurangan yang dilakukan

oleh pengambek pada saat proses pelelangan. Kecurangan tersebut dapat

diminimalisir dengan melakukan proses pelelangan yang sesuai aturan. Lubis dan

Pane (2012) menyebutkan bahwa peningkatan pendapatan nelayan dapat

dilakukan dengan membenahi proses pemasaran hasil tangkapan. Perbaikan

tersebut dapat dilakukan dengan menjalankan model yang diperoleh, yaitu model

pelelangan ikan terpadu dan model modern pelelangan ikan. Model pelelangan

ikan terpadu merupakan model implementasi secara bertahap dan terarah dengan

memperhatikan persiapan lelang, peran punggawa (juragan), standar minimum

pelaksanaan lelang, menjamin kualitas ikan dan sanitasi di tempat pelelangan

ikan, dan penataan ulang peran punggawa. Model ini dapat diterapkan untuk

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pontap. Model yang kedua yaitu model

pelelangan ikan yang modern dan berkesinambungan, merupakan model

implementasi secara bertahap dan terarah dari proses pelelangan ikan dengan

Page 60: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

44

meningkatkan modernisasi standar pelelangan ikan yang sebenarnya. Model ini

dapat diterapkan untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu.

Adanya keinginan untuk mendapatkan nilai pendapatan yang lebih besar

dari pelaku usaha perikanan tonda di Sendang Biru memberi pengaruh terhadap

kondisi sosial dan kelembagaan di masyarakat nelayan. Perebutan sumberdaya

dan wilayah operasi penangkapan, kurangnya kekompakan diantara nelayan, dan

lemahnya pengawasan perairan merupakan masalah yang harus diperhatikan.

Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut

adalah dengan melibatkan masyarakat nelayan pada setiap proses pengelolaan

perikanan tonda. Masyarakat nelayan sebagai pihak yang mempunyai peran kuat

dalam perikanan dapat dijadikan sebagai penggerak konsep pengelolaan yang

akan dijalankan. Pada penelitian ini, tindakan pengelolaan direkomendasikan

melalui pendekatan sistem berupa model konseptual. Model konseptual ini

dianggap sebagai langkah awal untuk memperbaiki sistem perikanan khususnya

sistem perikanan tonda dengan rumpon di Sendang Biru. Islam dan Yew (2013)

dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan berbasis

masyarakat di Bangladesh mampu meningkatkan pendapatan nelayan. Hal ini

dikarenakan nelayan memperoleh akses yang lebih besar terhadap perikanan.

Pengelolaan berbasis masyarakat ini telah merubah sikap nelayan untuk memiliki

kesadaran yang lebih besar terhadap aturan perikanan dan mampu menyelesaikan

konflik yang terjadi dengan lebih mudah.

7 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

(1) Permasalahan yang terjadi pada unit perikanan tonda dengan rumpon di PPP

Pondokdadap terdiri dari aspek teknis, kelembagaan, ekologi, sosial, dan

ekonomi.

(a) Aspek teknis: wilayah operasi unit perikanan tonda saat ini semakin jauh,

dikarenakan wilayah perairan yang dekat pantai telah dipenuhi oleh

rumpon unit perikanan jenis lainnya. Produktivitas alat tangkap dan

nelayan unit perikanan tonda dengan rumpon pada tahun 2011 dan 2012

mengindikasikan terjadinya tekanan tangkap di wilayah operasi;

(b) Aspek ekologi: hasil tangkapan khususnya jenis tuna cenderung mulai

mengalami penurunan produksi dan ukuran;

(c) Aspek ekonomi: adanya ketidaksesuaian harga yang diterima nelayan

karena adanya permainan harga oleh pengambek;

(d) Aspek sosial: masih adanya konflik horizontal dikarenakan kurangnya

kekompakan diantara nelayan;

(e) Aspek kelembagaan: peran kelembagaan nelayan dan pemerintah

perikanan terhadap pengawasan dan perizinan pengoperasian unit

perikanan tonda dengan rumpon masih kurang.

(2) Model konseptual yang direkomendasikan berdasarkan situasi permasalahan

yang terjadi pada sistem perikanan tonda dengan rumpon terdiri atas 4, yaitu

(1) model konseptual pembuatan dan pelaksanaan peraturan lokal pengawasan

Page 61: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

45

perairan di PPP Pondokdadap, (2) model konseptual pembuatan dan

penggunaan SOP perizinan oleh pemerintah daerah, (3) model konseptual

pembuatan peraturan operasional penangkapan bagi unit perikanan tonda

dengan rumpon di PPP Pondokdadap, dan (4) model konseptual pengawasan

proses pelelangan di tempat pelelangan ikan PPP Pondokdadap.

Saran

(1) Pemantauan sistem perikanan tonda dengan rumpon di PPP Pondokdadap

harus dilaksanakan secara berkelanjutan, sehingga diperlukan penelitian-

penelitian pendukung yang dapat mengkaji secara lebih detail, seperti analisis

kapasitas penangkapan dan jumlah tangkapan optimal per unit kapal, analisis

mutu hasil tangkapan, dan kuota atau jumlah optimal kapal tonda di PPP

Pondokdadap;

(2) Koordinasi antara nelayan, organisasi nelayan, dan pemerintah sebaiknya

ditingkatkan agar pencapaian tujuan dari model konseptual dapat dilakukan

secara tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Alains A M, Seprianti E P, Prilia H. 2009. Pengelolaan Sumberdaya perikanan

berbasis masyarakat (PSPBM) melalui model Co-Management Perikanan.

Jurnal Ekonomi Pembangunan [Internet]. [diunduh pada 2013 Apr 18].

10(2): 172-198. Tersedia pada: http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle

/123456789/1066.

Alatas U. 2004. Analisis Hasil Tangkapan dan Respons Penglihatan Ikan Tongkol

(Euthynnus affinis) pada Pancing Tonda Menggunakan Umpan Tiruan

[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [Internet]. [diunduh pada 2013

Jul 01]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789 /9042.

[BI] Bank Indonesia. 2013. Suku Bunga Pinjaman [Internet]. [Diunduh pada 2013

Apr 19]. Tersedia pada: http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/BI+Rate

/Data+BI+Rate

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang. 2012. Kabupaten Malang dalam

Angka Tahun 2012 . Malang (ID): BPS.

Budiono A. 2005. Keefektivan Pengelolaan Konflik pada Perikanan Tangkap di

Perairan Selatan Jawa Timur [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Checkland P, Jim S. 1990. Soft System Methodology in Action. England (UK):

John Wiley and Sons, LTD.

[DJPT] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2013. Tahapan Perizinan

[Internet]. [diunduh pada 2013 Jun 25]. Tersedia pada:

http://www.perizinan.kkp.go.id/pup/persyaratan_pengajuan_izin.php

Page 62: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

46

[DJPSDKP] Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan. 2013. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 58

Tahun 2001 [Internet]. [Diunduh pada 2013 Jun 25]. Tersedia pada:

http://djpsdkp.kkp.go.id/pdf/KEPUTUSAN%20MENTERI/KEPMEN_58_T

AHUN_2001_LAMPIRAN.htm

[DJPP Kemenkumham] Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2013.

Peraturan daerah Kabupaten Malang No. 1 Tahun 2009 [Internet]. [diunduh

pada 2013 Des 05]. Tersedia pada: http://ditjenpp.

kemenkumham.go.id/files/ld/2009/KabupatenMalang-2009-1.pdf

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. 2013. Laporan

Tahunan Dinas Kelautan dan Perikanan Tahun 2013. Surabaya (ID): DKP.

Eriyatno. 2003. Ilmu Sistem: Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen.

Bogor (ID): IPB Pr.

Habibi A, Dwi A, Sugiyanta. 2011. Perikanan Tuna-Panduan Penangkapan dan

Penanganan. WWF-Indonesia [Internet]. [diunduh pada 2013 Jul 01].

Tersedia pada: http://awsassets.wwf.or.id/

Hastrini R, Abdul R, Putut HR. 2013. Analisis Penanganan (Handling) Hasil

Tangkapan Kapal Purse Seine yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan

Pantai (PPP) Bajomulyo Kabupaten Pati. Journal of Fisheries Resources

Utilization Management and Technology UNDIP. 2(3): 1-10

Hermawan D. 2011. Desain Pengelolaan Perikanan Madidihang (Thunnus

albacares) di Perairan ZEEI Samudera Hindia Selatan Jawa Timur

[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [Internet]. [diunduh pada

2012 Okt 17]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/

123456789/54779.

Islam G N dan Yew T S. 2013. Property Rights and Access: The Case of

Community Based Fisheries Management in Bangladesh. Journal of

Agricultural Science. 5(6): 164-173.

Ismanto DT, Taufik FN, Alam B. 2013. Desain Sistem Pendingin Ruang Muat

Kapal Ikan Tradisional Menggunakan Es Kering dengan Penambahan

Campuran Silika Gel. Jurnal Teknik Pomits. 2(2): 177-180.

Josse E, Laurent D, Arnaud B. 2000. Typology and Behaviour of Tuna

Aggregations Around Fish Aggregating Devices from Acoustic Surveys in

French Polynesia. Aquatic Living Resour. 13(2000): 183-192.

[KKPa] Kementerian Kelautan Perikanan Republik Indonesia. 2013. Peraturan

Menteri No. 27 Tahun 2012 [Internet]. [diunduh pada 2013 Jun 28].

Tersedia pada: http://infohukum.kkp.go.id/files_permen/.

[KKPb] Kementerian Kelautan Perikanan Republik Indonesia. 2013. Peraturan

Menteri No. 02 Tahun 2011 [Internet]. [diunduh pada 2012 Okt 17].

Tersedia pada: http://infohukum.kkp.go.id/files_permen/PER%2002%20

MEN%202011.pdf

[KUD] Koperasi Unit Desa Mina Jaya. 2013. Laporan Pendaratan dan Pelelangan

Ikan Tahun 2012. Malang (ID): KUD.

Lubis E dan Pane A B. 2012. An Optimum Model of Fish Auction in Indonesia

Fishing Ports in Accordance with The Characterictis of Fisherman.

Journal of Coastal Development. 15(3): 282-296.

Page 63: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

47

Martin R, Irmayanti M. 2011. Ritual Petik Laut pada Masyarakat Nelayan

Sendang Biru, Malang: Sebuah Telaah Budaya Bahari. International

Conference ICSSIS; (2011 Jul 18-19); Depok, Indonesia. Depok (ID):

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. hlm 340-351

[Internet]. [diunduh pada 2013 Jun 28]. Tersedia pada:

https://icssis.files.wordpress.com/2012/05/1819072011_27.pdf

Menard F, Bernard S, Alex R, Miguel H, dan Emile M. 2000. Food Consumption

of Tuna in The Equatorial Atlantic Ocean: FAD-Associated Versus

Unassociated Schools. Aquatic Living Resour. 13(2000): 233-240.

Nugroho P. 2002. Pengaruh Perbedaan Ukuran Mata Pancing terhadap Hasil

Tangkapan Pancing Tonda di Perairan Pelabuhanratu Sukabumi Jawa

Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor [Internet]. [diunduh

pada 2013 Jul 01]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/

123456789/15813.

Pillai N G dan Satheeshkumar P. 2012. Biology, Fishery, Conservation and

Management of Indian Ocean Tuna Fisheries. Ocean Science Journal.

47(4): 411-433

Retnowati E. 2011. Nelayan Indonesia dalam Pusaran Kemiskinan Struktural

(Perspektif Sosial, Ekonomi, dan Hukum). Perspektif. (16)3: 149-159.

Ross A. 2011. Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjutan di PPN

Prigi, Trenggalek, Jawa Timur [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Rumajar T P. 2001. Pendekatan Sistem Untuk Pengembangan Usaha Perikanan

Ikan Karang dengan Alat Tangkap Bubu di Perairan Tanjung Manimbaya,

Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah [tesis]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Saputra, S W. 2011. Produktivitas dan Kelayakan Usaha Tuna Longliner di

Kabupaten Cilacap. Jurnal Saintek Perikanan. 6(2): 84-91

Sondita M F A. 2011. Sebuah Perspektif: Rumpon sebagai Alat Pengelola

Sumberdaya Ikan - Buku II New Paradigm in Marine Fisheries:

Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Tri W N,

Domu S, Akhmad S, Shinta Y, editor. Bogor (ID): Departemen

Sumberdaya Perikanan.

Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung (ID): CV ALFABETA.

Sulaiman. 2010. Model Alternatif Pengelolaan Perikanan Berbasis Hukum Adat

Laot di Kabupaten Aceh Jaya Menuju Keberlanjutan Lingkungan yang

Berorientasi Kesejahteraan Masyarakat [tesis]. Semarang (ID): Program

Magister Ilmu Hukum, Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

[Internet]. [diunduh pada 2013 Jul 01]. Tersedia pada:

http://eprints.undip.ac.id/24019/1/Sulaiman.pdf.

[UPPPP Pondokdadap] Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap.

2012. Laporan Tahunan Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap Tahun

2011. Malang (ID): UPPPP Pondokdadap.

[UPPPP Pondokdadap] Unit Pengelola Pelabuhan Perikanan Pantai Pondokdadap.

2013. Laporan Monitoring Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) dan

Pelabuhan Perikanan (PP): Laporan Bulanan Tahun 2008-2012. Malang

(ID): UPPPP Pondokdadap.

Page 64: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

48

Widjajani, Surna T D, Hari L, dan Gatot Y. 2009. Penggunaan Soft System

Methodology dan Grounded Theory dalam Membangun Teori pada

Penelitian Proses Strategi (Strategy Process Research). Jurnal Manajemen

Teknologi. 8(1): 71-87.

Williams B. 2005. Soft System Methodology [Internet]. [diunduh pada 2012 Des

03]. Tersedia pada: http://users.actrixs.com/bobwill/ssm.pdf.

Yuliana E dan Adi W. 2012. Pengaruh Karakteristik dan Persepsi terhadap

Tingkat Partisipasi Anggota dalam Kelompok Masyarakat Pengawas

(Pokmaswas) Sumberdaya Kelautan dan Perikanan. Jurnal Bumi Lestari.

12(2): 251-259.

Yusfiandayani, R. 2004. Studi tentang Mekanisme Berkumpulnya Ikan Pelagis

Kecil di Sekitar Rumpon dan Pengembangan Perikanan di Perairan

Pasauran, Propinsi Banten [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Zulbainarni N. 2012. Teori dan Praktik Pemodelan Bioekonomi dalam

Pengelolaan Perikanan Tangkap. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.

Page 65: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

49

Lampiran 1 Perhitungan analisis usaha pada unit perikanan tonda dengan rumpon

di PPP Pondokdadap

Uraian Jumlah

INVESTASI

Kapal (umur teknis 10 tahun) 80 000 000

Alat Tangkap (umur teknis 1 tahun) 3 000 000

Rumpon (umur teknis 5 tahun) 50 000 000

Jumlah Investasi 133 000 000

PENERIMAAN

Musim Puncak

tuna (543.94 kg x Rp 52,000) 28 284 880

baby tuna (211.09 kg x Rp 14,400) 3 039 696

cakalang (311.40 kg x Rp 12,400) 3 861 360

marlin (130.71 kg x Rp 18,000) 2 352 780

albacore/tuna mata besar (79.33 kg x Rp 19,000 ) 1 507 270

Jumlah penerimaan per trip 39 045 986

Jumlah trip pada musim puncak 21

Jumlah penerimaan pada musim puncak 819 965 706

Musim Paceklik

tuna (425.60 kg x Rp 46,000) 19 577 600

baby tuna (219.25 kg x Rp 18,000) 3 946 500

cakalang (527.83 kg x Rp 14,000) 7 389 620

tongkol (1033.50 kg x Rp 8,000) 8 268 000

lemadang (239.50 kg x Rp 17,800) 4 263 100

Jumlah penerimaan per trip 43 444 820

Jumlah trip pada musim paceklik 9

Jumlah penerimaan pada musim paceklik 391 003 380

Jumlah Penerimaan 1 210 969 086

BIAYA VARIABEL

Solar (600 liter x @ Rp 4,700) 2 820 000

Pelumas (5 liter x @ Rp 24,000) 120 000

Es (116 balok x @ Rp 8,000) 928 000

Konsumsi (Rp 2,500,000/trip) 2 500 000

Batu (3 karung x @ Rp 35,000) 105 000

Manol (10 orang x @ Rp 4,000) 40 000

Jumlah Biaya Variabel per trip 6 513 000

Jumlah trip dalam setahun 30

Jumlah biaya variabel dalam setahun 195 390 000

Page 66: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

50

Lampiran 1 Lanjutan

Uraian Jumlah

BIAYA TETAP

Penyusutan Kapal 8 000 000

Penyusutan Alat Tangkap 3 000 000

Penyusutan Rumpon 10 000 000

Perawatan Kapal 700 000

Perawatan Alat tangkap 300 000

Perawatan rumpon 500 000

Surat izin 300 000

Jumlah Biaya Tetap 22 800 000

Retribusi (TPI 2% + Pengambek 5%) 84 767 836

Biaya Total Sebelum Bagi Hasil 302 957 836

Bagi Hasil (50% dari keuntungan) 465 405 625

Biaya total setelah bagi hasil 768 363 461

Keuntungan bersih usaha 442 605 625

R/C Ratio 1.58

Profitabilitas (%) 2.27

Lampiran 2 Sarana dan prasarana di PPP Pondokdadap

Gedung UPPPP Pondokdadap Gedung penyimpanan

Kantin Gedung TPI lama

Page 67: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

51

Lampiran 2 Lanjutan

Gedung TPI baru Lapangan Parkir

Dermaga baru Dermaga lama

KUD Mina Jaya Bollard

Lampu jalan Tangki air bersih

Page 68: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

52

Lampiran 3 Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Malang No. 1 Tahun 2009

Page 69: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

53

Lampiran 3 Lanjutan

Page 70: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

54

Lampiran 3 Lanjutan

Page 71: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

55

Lampiran 3 Lanjutan

Page 72: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

56

Lampiran 3 Lanjutan

Page 73: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

57

Lampiran 3 Lanjutan

Page 74: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

58

Lampiran 3 Lanjutan

Page 75: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

59

Lampiran 3 Lanjutan

Page 76: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

60

Lampiran 3 Lanjutan

Page 77: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

61

Lampiran 3 Lanjutan

Page 78: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

62

Lampiran 3 Lanjutan

Lampiran 4 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 27 Tahun 2012

Page 79: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

63

Lampiran 4 Lanjutan

Page 80: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

64

Lampiran 4 Lanjutan

Page 81: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

65

Lampiran 4 Lanjutan

Page 82: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

66

Lampiran 4 Lanjutan

Page 83: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

67

Lampiran 4 Lanjutan

Page 84: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

68

Lampiran 4 Lanjutan

Lampiran 5 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 02 Tahun 2011

Page 85: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

69

Lampiran 5 Lanjutan

Page 86: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

70

Lampiran 5 Lanjutan

Page 87: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

71

Lampiran 5 Lanjutan

Page 88: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

72

Lampiran 5 Lanjutan

Page 89: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

73

Lampiran 5 Lanjutan

Page 90: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

74

Lampiran 5 Lanjutan

Page 91: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

75

Lampiran 5 Lanjutan

Page 92: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

76

Lampiran 5 Lanjutan

Page 93: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

77

Lampiran 5 Lanjutan

Page 94: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

78

Lampiran 5 Lanjutan

Page 95: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

79

Lampiran 5 Lanjutan

Page 96: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

80

Lampiran 5 Lanjutan

Page 97: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

81

Lampiran 5 Lanjutan

Page 98: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

82

Lampiran 5 Lanjutan

Page 99: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

83

Lampiran 5 Lanjutan

Page 100: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

84

Lampiran 5 Lanjutan

Page 101: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

85

Lampiran 5 Lanjutan

Page 102: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

86

Lampiran 5 Lanjutan

Page 103: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

87

Lampiran 5 Lanjutan

Page 104: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

88

Lampiran 5 Lanjutan

Lampiran 6 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 30 Tahun 2011

Page 105: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

89

Lampiran 6 Lanjutan

Page 106: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

90

Lampiran 6 Lanjutan

Page 107: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

91

Lampiran 6 Lanjutan

Page 108: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

92

Lampiran 6 Lanjutan

Page 109: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

93

Lampiran 6 Lanjutan

Page 110: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

94

Lampiran 6 Lanjutan

Page 111: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

95

Lampiran 6 Lanjutan

Page 112: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

96

Lampiran 6 Lanjutan

Page 113: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

97

Lampiran 6 Lanjutan

Page 114: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

98

Lampiran 6 Lanjutan

Page 115: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

99

Lampiran 6 Lanjutan

Page 116: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

100

Lampiran 6 Lanjutan

Page 117: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

101

Lampiran 6 Lanjutan

Page 118: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

102

Lampiran 6 Lanjutan

Page 119: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

103

Lampiran 6 Lanjutan

Page 120: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

104

Lampiran 6 Lanjutan

Page 121: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

105

Lampiran 6 Lanjutan

Page 122: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

106

Lampiran 6 Lanjutan

Page 123: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

107

Lampiran 6 Lanjutan

Page 124: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

108

Lampiran 6 Lanjutan

Page 125: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

109

Lampiran 6 Lanjutan

Page 126: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

110

Lampiran 6 Lanjutan

Page 127: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

111

Lampiran 6 Lanjutan

Page 128: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

112

Lampiran 6 Lanjutan

Page 129: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

113

Lampiran 6 Lanjutan

Page 130: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

114

Lampiran 6 Lanjutan

Page 131: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

115

Lampiran 6 Lanjutan

Page 132: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

116

Lampiran 6 Lanjutan

Page 133: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

117

Lampiran 6 Lanjutan

Page 134: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

118

Lampiran 6 Lanjutan

Page 135: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

119

Lampiran 6 Lanjutan

Page 136: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

120

Lampiran 6 Lanjutan

Page 137: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

121

Lampiran 6 Lanjutan

Page 138: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

122

Lampiran 6 Lanjutan

Page 139: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

123

Lampiran 6 Lanjutan

Page 140: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

124

Lampiran 6 Lanjutan

Page 141: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

125

Lampiran 6 Lanjutan

Page 142: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

126

Lampiran 6 Lanjutan

Page 143: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

127

Lampiran 6 Lanjutan

Page 144: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

128

Lampiran 6 Lanjutan

Page 145: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

129

Lampiran 6 Lanjutan

Page 146: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

130

Lampiran 6 Lanjutan

Page 147: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

131

Lampiran 6 Lanjutan

Page 148: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

132

Lampiran 6 Lanjutan

Page 149: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

133

Lampiran 7 Keputusan Kementerian Kelautan dan Perikanan No. 58 Tahun 2001

KEPUTUSAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR : KEP. 58/MEN/ 2001

TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM PENGAWASAN MASYARAKAT DALAM

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA

KELAUTAN DAN PERIKANAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan

secara optimal, bertanggung jawab dan lestari, maka dipandang perlu

melaksanakan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan dengan

melibatkan masyarakat;

b. Bahwa guna terwujudnya pelaksanaan pengawasan sebagaimana

dimaksud butir a, perlu adanya Tata Cara Pelaksanaan Sistem

Pengawasan Masyarakat Dalam Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumber

Daya Kelautan dan Perikanan yang ditetapkan dengan Keputusan

Menteri.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi

Eksklusif Indonesia;

3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan;

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang Pengesahan Konvensi

PBB tentang Hukum Laut Tahun 1982;

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya

Alam Hayati dan Ekosistemnya;

6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran;

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia;

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup;

9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia;

10. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan

KUHAP; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1984 tentang Pengelolaan

Sumberdaya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;

13. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan;

14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang Pengendalian

Pencemaran Air;

15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran dan/atau Perusakan Laut;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

17. Peraturan Pemerintah 15 Tahun tentang Usaha Perikanan sebagaimana

telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 141 tahun

2000;

Page 150: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

134

Lampiran 7 Lanjutan

18. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 Jo. Peraturan Pemerintah

Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya

dan Beracun (B3);

19. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2000 tentang

Pemanfaatan Kapal Perikanan Yang Dinyatakan Dirampas Untuk

Negara;

20 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2000 tentang

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

21. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun 2000

tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Departemen sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2001;

22. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 177 Tahun 2000

tentang Susunan Organisasi dan Tugas Departemen sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor

38 Tahun 2001;

23. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 228/M Tahun 2001

tentang Pembentukan Kabinet Gotong Royong;

24. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2000

tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan di

Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan;

25. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 22 Tahun 2000

tentang Tata Cara Pemanfaatan Kapal Perikanan Yang Dinyatakan

Dirampas Untuk Negara; 26. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :

KEP.01/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen

Kelautan dan Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.30/MEN/2001;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG

TATA CARA PELAKSANAAN SISTEM PENGAWASAN

MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN

SUMBERDAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERTAMA : Tata Cara pelaksanaan Sistem Pengawasan Masyarakat dalam pengelolaan

dan pemanfaatan atas sumberdaya kelautan dan perikanan yang selanjutnya

disebut SISWASMAS adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran

Keputusan ini.

KEDUA : Tata Cara sebagaimana dimaksud diktum PERTAMA digunakan sebagai

acuan bagi pejabat, aparat dan/atau masyarakat luas serta dunia usaha dalam

melaksanakan SISWASMAS.

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 17 Oktober 2001

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Ttd.

ROKHMIN DAHURI

Disalin sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Narmoko Prasmadji

Page 151: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

135

Lampiran 7 Lanjutan

Lampiran : Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Nomor KEP.58/MEN/2001

Tentang Tata Cara Pelaksanaan Sistem

Pengawasan Masyarakat Dalam

Pengelolaan Sumber Daya Kelautan Dan

Perikanan.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) yang terdiri dari 17.506 pulau

dengan luas laut sekitar 5,8 juta km² dan bentangan garis pantai sepanjang ± 81.000 km. Potensi

laut tersebut memiliki sumberdaya alam yang beraneka ragam dan merupakan sumber

penghidupan dan sumber pembangunan yang harus dimanfaatkan secara optimal dan

berkelanjutan, guna meningkatkan kemakmuran rakyat menuju terwujudnya bangsa Indonesia

yang sejahtera, maju dan mandiri.

Pembangunan nasional yang berorientasi ke darat mengakibatkan pembangunan di sektor

kelautan dan perikanan belum mendapat perhatian yang proporsional sehingga industrinya relatif

tertinggal dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya.

Pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilaksanakan dan tengah berlangsung

dapat secara langsung mampu memberikan kontribusi kepada negara berupa penerimaan devisa,

pendapatan asli daerah dan penyerapan tenaga kerja, namun nilai yang dihasilkan dirasakan masih

sangat kecil dan belum sebanding dengan potensi yang tersedia apabila dikelola dan dimanfaatkan

secara optimal.

Melihat luasnya wilayah perairan Indonesia dan kompleksnya permasalahan yang terjadi,

menuntut peran dan tanggung jawab yang besar yang harus diemban oleh Departemen Kelautan

dan Perikanan. Direktorat Jenderal Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan telah

melakukan peningkatan koordinasi dan kerjasama dengan aparat keamanan dan penegak hukum di

laut. Namun demikian keterbatasan sarana dan prasarana serta jumlah personil pengawasan masih

menjadi kendala utama dalam mencapai kinerja pengawasan yang optimal. Di lain pihak, potensi

dan sumberdaya pengawasan yang ada dimasyarakat adalah cukup besar dan sudah menjadi adat

budaya di masing-masing daerah sebagai wujud rasa tanggung jawab terhadap sumber

penghidupannya, seperti : Awig-awig di Bali dan NTB, Sasi di Maluku, Panglima Laut di Aceh,

dan sebagainya. Berdasarkan kondisi-kondisi tersebut di atas, serta dalam upaya pemberdayaan

sumberdaya pengawasan yang sudah ada dimasyarakat adalah tanggung jawab pemerintah untuk

menyiapkan kebijakan makro di bidang kelautan. Untuk itu diperlukan suatu pengaturan lebih

lanjut dalam sistem pengawasan yang interaktif yaitu dalam bentuk Pedoman Umum Sistem

Pengawasan berbasis Masyarakat yang selanjutnya disebut SISWASMAS.

B. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Untuk memberikan pedoman bagi pihak yang berkepentingan (stakesholder) yaitu

pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam pelaksanaan pengawasan pengelolaan

sumberdaya kelautan dan perikanan yang berbasis masyarakat.

2. Sasaran

* Terbentuknya mekanisme pengawasan berbasis masyarakat, yang secara integratif

dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan organisasi non pemerintah serta dunia

usaha dengan tetap mengacu kepada peraturan dan perundangan yang ada/ berlaku.

* Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan

perikanan.

Page 152: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

136

Lampiran 7 Lanjutan

* Terlaksananya kerjasama pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan oleh aparat

keamanan dan penegak hukum serta masyarakat.

C. BATASAN PERISTILAHAN

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan :

1. Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat (SISWASMAS) adalah sistem pengawasan yang

melibatkan peran aktif masyarakat dalam msngawasi dan mengendalikan pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan secara bertanggung jawab, agar dapat

diperoleh manfaat secara berkelanjutan.

2. Pemanfaatan berkelanjutan adalah pemanfaatan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia dan

aspirasi manusia saat ini, tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia di

masa mendatang, dengan tetap memperhatikan keseimbangan fungsi lingkungan hidup.

3. Masyarakat adalah masyarakat dan/ atau kelompok masyarakat yang berpotensi ikut secara

aktif dalam pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan.

4. Potensi masyarakat pengawasan adalah setiap sumberdaya manusia baik individu atau

kelompok yang berdaya guna untuk melakukan pengawasan dalam pengelolaan dan

pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan. 5. Tatanan hukum adalah suatu peraturan yang dibuat agar setiap individu atau kelompok

masyarakat bertindak dan bersikap sebagaimana yang sudah disepakati untuk ditaati dan

dipatuhi.

6. Adat adalah norma-norma/kebiasaan yang ditaati oleh masyarakat setempat/tertentu secara

turun-temurun dan diakui/ ditaati keberadaannya oleh masyarakat yang terkait.

7. Hukum adat adalah peraturan-peraturan/kebiasaan di suatu masyarakat tertentu yang apabila

dilanggar akan dikenakan sanksi menurut hukum yang berlaku di daerah setempat.

8. Pengawas adalah pejabat pegawai negeri yang diangkat dan ditunjuk oleh pejabat yang

berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan suatu kegiatan tertentu.

9. Pengawasan adalah setiap upaya dan atau tindakan yang bertujuan terciptanya tertib

pelaksanaan peraturan perundang-undangan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan.

BAB II

LINGKUP KEGIATAN SISWASMAS

A. Pembentukan Jaringan SISWASMAS

1. Kelompok masyarakat pengawas (POKMASWAS) merupakan pelaksana pengawasan di

tingkat lapangan yang terdiri dari unsur tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, LSM,

nelayan, petani ikan serta masyarakat maritim lainnya.

2. POKMASWAS dibentuk atas inisiatif masyarakat yang difasilitasi oleh unsur pemerintah

daerah, dan dikoordinir oleh seorang anggota masyarakat dalam POKMASWAS, yang

berfungsi sekaligus sebagai mediator antara masyarakat dengan pemerintah/ petugas.

3. Para nelayan yang menjadi ABK kapal-kapal penangkap ikan dan nelayan-nelayan kecil serta

masyarakat maritim lainnya, dapat merupakan anggota kelompok masyarakat pengawas.

4. Kepengurusan POKMASWAS dipilih oleh masyarakat dan terdaftar sebagai anggota.

B. Pemberdayaan POKMASWAS dan Peningkatan Kemampuan Kelompok-kelompok

Pengawas

1. Tradisi atau budaya setempat yang merupakan perilaku yang ramah lingkungan seperti Sasi,

Awig-awig, Panglima Laut, Bajo dan lainnya merupakan budaya masyarakat yang perlu

didorong kesertaannya dalam SISWASMAS.

2. Dalam rangka melakukan apresiasi pengawasan maka perlu ditumbuhkembangkan

POKMASWAS melalui sosialisasi.

Page 153: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

137

Lampiran 7 Lanjutan

3. Sesuai dengan kemampuan pemerintah POKMASWAS dapat diberikan bantuan sarana dan

prasarana pengawasan secara selektif serta disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

4. Pemerintah dan atau Pemerintah daerah wajib memfasilitasi pemberdayaan POKMASWAS

melalui pembinaan, bimbingan dan pelatihan bagi peningkatan kemampuan POKMASWAS

BAB III

JARINGAN DAN MEKANISME OPERASIONAL

1. Masyarakat atau anggota POKMASWAS melaporkan informasi adanya dugaan pelanggaran

dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan kepada aparat

pengawas terdekat seperti :

· Koordinator PPNS;

· Kepala Pelabuhan Perikanan;

· Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan;

· Satpol-AIRUD (atau Polisi terdekat);

· TNI-AL terdekat atau;

· Petugas Karantina di Pelabuhan.

· PPNS

2. Masyarakat pengawas juga dapat melaporkan adanya dugaan tindak pidana perikanan oleh

Kapal Ikan Indonesia (KII) atau Kapal Ikan Asing (KIA) serta tindakan ilegal lain dalam

pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan.

3. Petugas yang menerima laporan dari POKMASWAS melanjutkan informasi kepada PPNS

dan/ atau TNI-AL dan/ atau Satpol-AIRUD dan/ atau Kapal Inspeksi Perikanan.

4. Koordinator Pengawas Perikanan atau Kepala Pelabuhan Perikanan yang menerima data dan

informasi dari nelayan atau masyarakat maritim anggota POKMASWAS, melanjutkan

informasi ke petugas pengawas seperti TNI-AL dan Satpol-AIRUD atau Kapal Inspeksi

Perikanan.

5. Berdasarkan laporan tersebut PPNS, TNI-AL, Pol-AIRUD dan instansi terkait lainnya,

melaksanakan tindakan (penghentian dan pemeriksaan) pengejaran dan penangkapan pada

Kapal Ikan Indonesia (KII) dan Kapal Ikan Asing (KIA) atau para pelanggar lainnya sebagai

tersangka pelanggaran tindak pidana perikanan dan sumberdaya kelautan lainnya, selanjutnya

dilakukan proses penyelidikan dan penyidikan.

6. Pada waktu yang bersamaan PPNS, Pengawas Perikanan dan/ atau (Koordinator PPNS dan/

atau Kepala Pelabuhan Perikanan) meneruskan informasi yang sama kepada Dinas

Kabupaten/Kota dan instansi terkait Propinsi dengan tembusan Direktur Jenderal

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

7. Dinas Perikanan kabupaten dan/ atau propinsi melakukan koordinasi dengan petugas

pengawas (TNI-AL, POLRI, PPNS) termasuk Keamanan Pelabuhan Laut Pangkalan (KPLP)

dalam melakukan operasi tindak lanjut atas pelanggaran yang dilakukan Kapal Ikan Indonesia

(KII) dan Kapal Ikan Asing (KIA) maupun para pelanggar lainnya.

Lampiran 7 Lanjutan

BAB IV

PEMBINAAN SISWASMAS

1. Satuan Pembina SISWASMAS di tingkat Pusat dikoordinir oleh Direktur Jenderal

Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan

dengan anggota unsur Eselon I di lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan, dan

instansi terkait yang mempunyai kewenangan dalam pendayagunaan sumberdaya kelautan dan

perikanan.

2. Satuan Pembina SISWASMAS di tingkat daerah dikoordinir oleh kepala Dinas Kelautan dan

Perikanan dengan anggota unsure-unsur instansi terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya kelautan dan perikanan.

3. Satuan Pembina SISWASMAS memiliki tugas untuk menetapkan kebijakan operasional

pengawasan dan pengendalian sumberdaya kelautan dan perikanan, melaksanakan koordinasi

Page 154: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

138

Lampiran 7 Lanjutan

dan menyelaraskan program dan kegiatan antar instansi/lembaga terkait, serta mengambil

tindakan untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran atas informasi dari kelompok pengawas

masyarakat, Dinas Kabupaten/Propinsi maupun lembaga terkait terhadap kapal-kapal perikanan

dan aktivitas pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan lainnya yang melakukan

pelanggaran.

4. Satuan Pembina SISWASMAS melalui Dinas Kabupaten/ Propinsi melakukan peningkatan

kemampuan POKMASWAS baik dalam ketrampilan teknik pengawasan, pemahaman

peraturan perundan-undangan melalui bimbingan dan pelatihan.

5. Dalam melakukan tugas sehari-hari Pembina SISWASMAS ditingkat Pusat dibantu oleh

Sekretariat yang dikoordinir oleh Direktur Pengawasan Sumberdaya Ikan.

6. Sekretariat bertugas mengumpulkan, mengolah dan menganalisa laporan dan informasi, serta

melaporkan kegiatan dan perkembangan pelaksanaan SISWASMAS dari daerah serta

menyiapkan tindak lanjut penyelesaiannya.

BAB V

PENUTUP

Tata cara Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat (SISWASMAS) ini merupakan acuan

bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan dunia usaha dalam merencanakan,

melaksanakan dan mengendalikan aktifitas pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan yang

berbasis masyarakat.

Tata cara ini masih bersifat umum dan dapat dijabarkan ke dalam peraturan daerah atau

pedoman teknis di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota.

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Ttd.

ROKHMIN DAHURI

Page 155: SISTEM PENGELOLAAN PERIKANAN TONDA DENGAN … · Kecenderungan harga ikan yang semakin meningkat di ... implementating of local regulation for monitoring, ... Nama : Alvi Rahmah

139

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 8 Mei 1988 sebagai anak

ketiga dari 3 bersaudara dari pasangan Usman AR dan Salmiah Syama’un.

Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, lulus pada tahun 2010.

Penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan saat menempuh pendidikan sarjana, yaitu

di HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan)

sebagai anggota bidang Peningkatan Minat dan Bakat pada tahun 2008 dan

anggota bidang Penelitian, Pengembangan, dan Keprofesian pada tahun 2009.

Penulis diterima di Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan

Tangkap pada Program Magister, Pascasarjana IPB pada tahun 2011. Penulis

pernah mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang potensi akademik seperti

seminar nasional perikanan tangkap, workshop penulisan karya ilmiah

internasional, dan seminar nasional penulisan karya ilmiah. Penulis menjalani

pendidikan selama 34 bulan dan dinyatakan lulus pada ujian tesis tanggal 30

Desember 2013.