digital 20285240-t rahmah

75
UNIVERSITAS INDONESIA TESIS HUBUNGAN JENIS PEMBERIAN MINUM DENGAN STATUS HIDRASI PADA BAYI YANG DI FOTOTERAPI DI RSAB HARAPAN KITA JAKARTA RAHMAH 0806446744 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA KEPERAWATAN ANAK DEPOK JULI 2010 Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

Upload: iqbalahimsa45

Post on 03-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bilirubin

TRANSCRIPT

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    TESIS

    HUBUNGAN JENIS PEMBERIAN MINUM DENGAN

    STATUS HIDRASI PADA BAYI YANG DI FOTOTERAPI

    DI RSAB HARAPAN KITA JAKARTA

    RAHMAH

    0806446744

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    PROGRAM PASCA SARJANA KEPERAWATAN ANAK

    DEPOK

    JULI 2010

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    TESIS

    HUBUNGAN JENIS PEMBERIAN MINUM DENGAN

    STATUS HIDRASI PADA BAYI YANG DI FOTOTERAPI

    DI RSAB HARAPAN KITA JAKARTA

    Tesis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Ilmu Keperawatan

    RAHMAH

    0806446744

    FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

    PROGRAM PASCA SARJANA KEPERAWATAN ANAK

    DEPOK

    JULI 2010

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN Tesis, Juli 2010 Nama : Rahmah Program Studi : Ilmu Keperawatan Judul : Hubungan Jenis Pemberian Minum dengan Status Hidrasi pada

    Bayi yang difototerapi Di RSAB Harapan Kita Jakarta xiv + 70 hal + 3 Skema + 17 Tabel + 1 Gambar + 15 Lampiran

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status hidrasi, perubahan nilai total serum bilirubin, dan durasi fototerapi pada bayi dengan jenis pemberian minum yang berbeda. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan prospektif dengan menggunakan 34 sampel bayi cukup bulan dan sehat, terdiri dari bayi yang diberi formula, bayi yang diberi ASI dan bayi yang diberi ASI dan formula. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan status hidrasi, tidak ada perbedaan perubahan nilai total serum bilirubin dan ada perbedaan durasi fototerapi antara dua kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan status hidrasi pada bayi dengan jenis pemberian minum yang berbeda. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat sebaiknya memastikan bahwa proses menyusui efektif. Kata Kunci : Jenis pemberian minum, Status hidrasi, Bayi, Fototerapi

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • UNIVERSITY OF INDONESIA POST GRADUATE PROGRAM FACULTY OF NURSING Thesis, July 2010 Name : Rahmah Study Program: Nursing Science Title : Type of Feeding Relation with Hydration Status on Newborn

    Undergoing Phototherapy at RSAB Harapan Kita Jakarta xiv + 70 Pages + 3 Schemes + 17 Tables + 1 Pictures + 15 Appendices

    ABSTRACT

    The purposes of this research was to assess the differences of hydration status, decreased in bilirubin concentration and duration of phototherapy with different types of feeding. This study was an observational and prospective study. The sample was 34 full-term healthy newborn, consisted of formula fed group, breastfed group and mixfeeding group. The result show that no differences hydration status, no differences decreased in bilirubin concentration in all group and any differences duration of phototherapy between two group. The conclusion of this research was no different hydration status of newborn undergoing phototherapy with different types of feeding. Recommendation from this research, the nurse should assess the effectiveness of breastfeeding during phototherapy Keyword : Type of feeding, Hydration status, Newborn, Phototherapy

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang Hiperbilirubinemia adalah salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada

    bayi baru lahir, yang ditandai dengan peningkatan total serum bilirubin

    dalam darah di atas 5 mg/dl (Porter & Dennis, 2002). Istilah

    hiperbilirubinemia digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi

    terjadinya akumulasi jumlah bilirubin yang berlebihan dalam darah dan

    ditandai dengan adanya jaundice atau ikterus yang merupakan warna

    kekuningan pada kulit, sklera dan kuku (Hockenberry & Wilson, 2007).

    Sebuah penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional

    Cipto Mangunkusumo selama tahun 2003 melaporkan sebanyak 23,8%

    bayi baru lahir memiliki kadar bilirubin di atas 13 mg/dL dan sebanyak

    128 kematian bayi baru lahir (8,5%) dari 1509 bayi baru lahir yang dirawat

    dengan 24% kematian terkait hiperbilirubinemia (Moeslichan, dkk. 2004).

    Bilirubin pada bayi baru lahir meningkat akibat terjadinya pemecahan

    eritrosit. Bilirubin mulai meningkat secara normal setelah 24 jam, dan

    puncaknya pada hari ke 3-5. Setelah itu perlahan-lahan akan menurun

    mendekati nilai normal dalam beberapa minggu (Moeslichan, dkk. 2004).

    Menurut Hansen (2009) meningkatnya bilirubin pada bayi baru lahir

    dapat terjadi karena jumlah sel darah merah lebih banyak dan berumur

    lebih pendek, fungsi hepar yang belum sempurna serta meningkatnya

    siklus enterohepatikus.

    Kadar bilirubin yang terus meningkat melebihi batas normal dapat

    menyebabkan kerusakan pada sel otak (kernikterus) sehingga peningkatan

    kadar bilirubin melebihi batas normal harus segera dicegah. Pencegahan

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi kadar bilirubin pada

    bayi baru lahir antara lain pemberian ASI sedini mungkin, menjemur bayi

    di bawah sinar matahari pagi, fototerapi serta pemberian transfusi tukar

    (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005).

    Fototerapi digunakan sebagai terapi pengobatan pada bayi baru lahir yang

    mengalami hiperbilirubinemia karena aman dan efektif untuk menurunkan

    bilirubin dalam darah (Potts & Mandleco, 2007). Berdasarkan penelitian

    yang dilakukan oleh Kuzniewicz, et al (2009) menunjukkan bahwa

    peningkatan penggunaan fototerapi mampu menurunkan kejadian

    hiperbilirubinemia berat.

    Fototerapi merupakan terapi dengan memanfaatkan energi sinar untuk

    mengubah bentuk dan struktur bilirubin yakni mengubah bilirubin indirek

    menjadi direk, di dalam usus bilirubin direk akan terikat oleh makanan

    menjadi molekul yang dapat diekskresikan melalui feses (Maisels, 2008).

    Apabila tidak ada makanan di dalam usus, bilirubin direk ini akan diubah

    oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di dalam ASI yaitu enzim

    beta glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali

    dari dalam usus. Di samping itu pula fototerapi menyebabkan peningkatan

    aliran empedu dan peristaltik yang dapat meningkatkan frekuensi defekasi

    sehingga pengeluaran bilirubin yang cepat ini dapat menyebabkan

    kehilangan cairan tubuh (Hockenberry & Wilson, 2007).

    Fototerapi dapat meningkatkan kehilangan cairan tubuh melalui insensible

    transepidermal (Metzger, et al. 2001) dan kehilangan air melalui feses

    (Berant, et al. 1983 dalam Iranpour, Nohekhan & Haghshenas , 2004),

    perubahan motilitas saluran gastrointestinal, ketidakseimbangan air,

    elektrolit dan nutrisi (Wu, et al.1985). Sehingga upaya untuk

    mempertahankan hidrasi yang adekuat sangat penting untuk meningkatkan

    efikasi fototerapi (American Academy of Pediatric, 2004; Iranpour,

    Nohekhan, & Haghshenas , 2004; Maisels, 2008).

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Penelitian yang dilakukan Tan (1998) menunjukkan bahwa pada bayi yang

    hanya diberi ASI selama fototerapi mengalami kehilangan berat badan

    yang cukup besar dibandingkan dengan bayi yang hanya di beri susu

    formula dan bayi yang diberi ASI dengan tambahan susu formula.

    Kelompok bayi yang hanya diberi ASI selama fototerapi cenderung

    mengalami dehidrasi ringan. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan

    respon terhadap fototerapi yang ditunjukkan dengan dibutuhkannya waktu

    paparan terhadap fototerapi yang lebih lama pada kelompok bayi yang

    hanya mendapat ASI.

    Pemenuhan kebutuhan cairan pada bayi untuk mempertahankan hidrasi

    yang adekuat dan mencegah terjadinya dehidrasi selama fototerapi

    merupakan tanggungjawab perawat (Hockenberry & Wilson, 2007;

    Murray & Rinney, 2007). Frerichs (1879) berpendapat bahwa perawatan

    yang buruk dapat memberikan pengaruh yang luarbiasa pada bayi baru

    lahir yang mengalami hiperbilirubinemia (dalam Gourley, 2000).

    Perawat melaksanakan asuhan keperawatan yang bertujuan untuk

    mempertahankan status hidrasi agar tetap dalam keadaan normal yakni

    dengan meningkatkan jumlah masukan cairan berupa ASI dan atau susu

    formula selama periode fototerapi. Penambahan cairan intravena tidak

    selalu dibutuhkan jika bayi baru lahir sudah cukup mendapatkan ASI dan

    atau susu formula selama fototerapi (Maisels, 2008). Perawat seharusnya

    memperhatikan status hidrasi bayi selama fototerapi yang dapat ditentukan

    oleh masukan dan keluaran cairan. Masukan cairan dapat dipengaruhi oleh

    cara pemberian minum dan adanya perubahan minum pada bayi.

    Sedangkan keluaran cairan (output) ditentukan oleh volume pengeluaran

    urin dan frekuensi muntah. Sehingga perawat dapat memastikan bahwa

    bayi mendapatkan cairan yang cukup selama fototerapi.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Bayi yang menderita hiperbilirubinemia harus tetap diberikan ASI atau

    susu formula serta menghindari pemberian air putih atau air gula karena

    protein susu yang terdapat dalam ASI atau susu formula dapat melapisi

    mukosa usus sehingga dapat menurunkan penyerapan bilirubin kembali

    oleh usus (Indrasanto, et al. 2008).

    Ibu dapat tetap menyusui bayi selama fototerapi, Tan KL (1998)

    melaporkan bahwa pada bayi yang menyusu sesuai keinginan dan

    kebutuhan selama fototerapi terjadi peningkatan intake cairan sebesar 20%

    - 40%. Bayi juga dapat diberikan ASI yang diperah dengan menggunakan

    cangkir atau botol susu agar bayi tetap terbangun. Bila gagal menggunakan

    cangkir atau botol susu maka dapat diberikan melalui pipa orogastrik

    (Nasogastric Tube/Orogastric Tube), akan tetapi harus segera dicabut

    sehingga tidak mengganggu refleks hisap pada bayi.

    Penelitian yang dilakukan oleh Gulcan, Tiker dan Kilicdag (2007)

    mencatat adanya kehilangan berat badan yang lebih besar dari berat badan

    lahir pada bayi yang disusui ibunya selama fototerapi, hal ini diduga

    mungkin disebabkan karena rendahnya masukan cairan, rendahnya intake

    kalori atau peningkatan sirkulasi enterohepatik dari bilirubin pada bayi

    yang mendapat ASI.

    Studi pendahuluan yang dilakukan di RSAB Harapan Kita didapati bahwa

    bayi mendapat masukan cairan berupa ASI dan atau susu formula selama

    fototerapi, dengan lama fototerapi rata-rata 3-4 hari, akan tetapi belum

    diketahui bagaimana dengan status hidrasinya, apakah ada kehilangan

    berat badan yang berlebihan yang dapat menunjukkan ketidakadekuatan

    masukan cairan (intake) dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan

    susu formula atau tambahan susu formula selama fototerapi serta

    bagaimana perubahan nilai total serum bilirubin dan durasi fototerapi pada

    bayi yang hanya diberi ASI dibandingkan dengan bayi yang mendapat

    susu formula dan bayi yang mendapat ASI dengan tambahan susu formula.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Mencermati masalah tersebut di atas, peneliti bermaksud melakukan

    pengamatan terhadap status hidrasi bayi selama fototerapi dengan jenis

    pemberian cairan yang berbeda (susu formula , ASI, ASI + susu formula),

    perubahan nilai total serum bilirubin dan durasi fototerapi.

    1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang ada bahwa hidrasi yang adekuat selama

    fototerapi dapat meningkatkan efikasi fototerapi. Perawat memiliki

    tanggungjawab memenuhi kebutuhan cairan selama bayi di fototerapi dan

    memastikan bahwa bayi mendapat masukan cairan yang cukup. Peran

    perawat dalam mempertahankan status hidrasi yang adekuat memberikan

    pengaruh yang luar biasa dalam penatalaksanaan bayi hiperbilirubinemia

    yang difototerapi.

    Pemenuhan kebutuhan cairan berupa ASI dan atau susu formula sudah

    dilakukan oleh perawat di rumah sakit dengan sangat baik, akan tetapi

    bagaimana status hidrasi antara bayi yang hanya diberi ASI, bayi yang

    hanya diberi susu formula, dan bayi yang mendapat ASI dengan tambahan

    susu formula serta perbedaan perubahan nilai total serum bilirubin dan

    durasi fototerapi pada pemberian jenis cairan yang berbeda (susu formula,

    ASI, ASI dengan tambahan susu formula).

    Berdasarkan uraian di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sejauh

    mana perbedaan status hidrasi berdasarkan jenis pemberian cairan berupa

    susu formula, ASI, ASI ditambah susu formula serta perubahan nilai total

    serum bilirubin dan durasi fototerapi pada bayi yang di fototerapi di

    RSAB Harapan Kita Jakarta.

    1.3 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

    1.3.1 Tujuan umum

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Untuk mengetahui perbedaan pemberian jenis cairan terhadap

    status hidrasi, perubahan nilai total serum bilirubin dan durasi

    fototerapi pada bayi yang di fototerapi di RSAB Harapan Kita

    Jakarta.

    1.3.2. Tujuan khusus

    1.3.2.1. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden

    1.3.2.2 Untuk mengetahui gambaran status hidrasi meliputi masukan

    cairan (berat badan) dan jumlah cairan yang keluar melalui

    urin pada jenis pemberian cairan yang berbeda (Susu

    formula, ASI, ASI + Susu formula) pada bayi yang di

    fototerapi.

    1.3.2.3 Untuk mengetahui perbedaan perubahan nilai total serum

    bilirubin pada jenis pemberian cairan yang berbeda (Susu

    formula, ASI, ASI + Susu formula) pada bayi yang di

    fototerapi.

    1.3.2.4 Untuk mengetahui perbedaan durasi fototerapi pada jenis

    pemberian cairan yang berbeda (susu formula, ASI, ASI +

    Susu formula) pada bayi yang di fototerapi.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat aplikatif

    1.4.1.1 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

    memberikan asuhan keperawatan pada bayi yang di fototerapi

    dalam melakukan intervensi keperawatan yang berkaitan

    dengan pemenuhan kebutuhan cairan selama bayi

    difototerapi.

    1.4.1.2 Sebagai bahan pertimbangan atau rujukan dalam manajemen

    cairan pada bayi yang difototerapi.

    1.4.1.3 Sebagai data dasar dalam menilai intervensi keperawatan

    mengenai pemberian cairan pada bayi yang difototerapi.

    1.4.2 Manfaat keilmuan

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • 1.4.2.1 Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam praktek

    keperawatan anak mengenai asuhan keperawatan pada bayi

    yang difototerapi.

    1.4.2.2 Memberikan gambaran dan informasi tentang status hidrasi

    pada jenis pemberian cairan yang berbeda pada bayi yang

    difototerapi.

    1.4.2.3 Memberikan gambaran dan informasi tentang perubahan nilai

    total serum bilirubin dan durasi fototerapi pada jenis

    pemberian cairan yang berbeda.

    1.4.3 Manfaat metodologi

    Penelitian ini dapat menambah jumlah penelitian dalam bidang

    keperawatan anak terutama mengenai gambaran status hidrasi

    berdasarkan jenis pemberian cairan pada bayi yang difototerapi dan

    dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bab II menguraikan konsep tentang hiperbilirubinemia, fototerapi, dan status

    hidrasi.

    2.1 Hiperbilirubinemia 2.1.1 Definisi

    Hiperbilirubinemia adalah keadaan nilai bilirubin dalam darah >13

    mg/dL yang ditunjukan dengan gambaran klinis berupa pewarnaan

    kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir

    katabolisme hem yaitu bilirubin (Moeslichan, dkk. 2004).

    Istilah hiperbilirubinemia merujuk pada tingkat akumulasi bilirubin

    yang berlebihan dalam darah, dan ditandai dengan munculnya jaundice

    atau ikterus yakni perubahan warna kekuning-kuningan pada kulit dan

    organ lain (Hockenberry & Wilson , 2007).Warna kekuningan akan

    nampak pada wajah ketika total serum bilirubin (TSB) mencapai lebih

    dari 5mg/dl (Murray & McKinney, 2007).

    Madan, MacMahon, dan Stevenson (2005) (dalam Murray &

    McKinney, 2007) menyebutkan bahwa jaundice dikatakan patologis

    ketika pada 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan total serum

    bilirubin meningkat lebih dari 0,2 mg/dl/jam atau 5 mg/dl/hari atau

    bilirubin direk meningkat lebih dari 1,5 sampai 2 mg/dl atau jaundice

    menetap selama 2 minggu pada bayi cukup bulan.

    2.1.2 Penyebab Menurut Hansen (2009) penyebab meningkatnya kadar bilirubin pada

    bayi baru lahir terjadi akibat bayi baru lahir memproduksi bilirubin

    dengan kecepatan produksi yang lebih tinggi. Jumlah sel darah merah

    janin perkilogram berat badannya lebih besar daripada orang dewasa.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Umur sel darah merah janin lebih pendek 40 sampai 90 hari

    dibandingkan 120 hari pada orang dewasa. Disamping itu pula fungsi

    hepar yang belum sempurna mengakibatkan jumlah dan fungsi enzim

    glukuronil transferase belum adekuat. Enzim glukuronil transferase

    merupakan enzim yang membantu proses konjugasi bilirubin tidak

    terikat oleh glukoronidase. Bilirubin dapat menumpuk sampai

    mencapai kadar yang membahayakan bagi neonatus.

    Menurut Murray dan McKinney (2007) hiperbilirubinemia dapat

    terjadi karena Faktor prematuritas yakni akibat dari immaturitas liver,

    sehingga liver tidak mampu mengubah dan mengeluarkan bilirubin,

    adanya penyakit hemolisis pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh

    ketidaksesuaian antara darah ibu dengan darah janin, baik karena

    ketidaksesuaian Rh antara ibu dan janin atau ketidaksesuaian golongan

    darah dari ibu yang memiliki golongan darah tipe O, defisiensi enzim

    G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase), bayi dari ibu yang

    menderita diabetes, bayi yang menderita hipoksia atau asidosis

    respiratorik.

    2.1.3 Patofisiologi Bilirubin merupakan salahsatu produk yang dihasilkan dari pemecahan

    hemoglobin. Ketika sel darah merah dirusak hasil pecahannya yakni

    hemoglobin masuk ke sirkulasi darah dan membelah menjadi dua,

    heme dan globin. Globin (protein) digunakan/diserap oleh tubuh,

    sedangkan heme masuk menjadi uncojugated bilirubin, zat yang tidak

    larut dalam air dan terikat oleh albumin. Bilirubin terpisah dari

    molekul albumin di liver dengan bantuan enzim glucuronyl

    transferase, kemudian bilirubin berkonjugasi dengan asam glukuronik

    untuk menghasilkan zat yang kelarutannya tinggi dalam air, yakni

    conjugated bilirubin glucuronide, yang akan diekskresikan lewat

    empedu, kemudian di usus dengan bantuan bakteri bilirubin

    terkonjugasi diubah menjadi urobilinogen, yakni pigmen yang

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • memberikan warna pada feses, dan hanya sedikit yang dieliminasi

    melalui urin (Wong & Hockenberry, 2003).

    Bilirubin direk ini akan diubah oleh enzim di dalam usus apabila tidak

    ada makanan yaitu enzim beta glukoronidase menjadi bilirubin

    indirek yang akan diserap kembali oleh usus dan masuk aliran darah.

    Bilirubin indirek ini akan diikat oleh albumin dan kembali ke hati

    masuk ke dalam siklus enterohepatik, sehingga beban hati menjadi

    lebih berat untuk mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin direk

    (Murray & McKinney, 2007).

    Tubuh mampu mempertahankan keseimbangan pada kondisi normal

    antara perusakan sel darah merah, penggunaan dan ekskresi produk

    dari perusakan sel darah merah tersebut. Akan tetapi ketika

    keseimbangan ini terganggu akibat immaturitas sel darah merah dan

    fungsi hati dapat menyebabkan bilirubin terakumulasi dan

    menimbulkan jaundice (Hockenberry & Wilson, 2007).

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Skema 2.1. Metabolisme bilirubin

    physiologic destruction Pathologic destruction Of RBCs of RBCs Hemolysis of RBCs Hemoglobin Uncojugated bilirubin Blood stream subcutaneous fat & jaundice Staining of brain tissue (kernikterus) Serum albumin-binding sites Liver&glucuronyl transferase enteropatic circuit Conjugated bilirubin unconjugated bilirubin Bile Duodenum&intestinal flora beta glucuronidase Excretion

    Sumber : Wong & Hockenberry, 2003; Murray & McKinney, 2007;

    Hockenberry & Wilson, 2007

    2.1.4 Penatalaksanaan Pada bayi sehat tanpa faktor risiko (aktif, minum kuat, cukup bulan) yang

    mengalami ikterus fisiologis yakni timbulnya jaundice bukan pada 24 jam

    pertama kehidupan dapat dilakukan beberapa cara berikut yakni minum

    ASI dini dan sering, berikan fototerapi jika pada hari kedua kehidupan

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • kadar bilirubin serum 15 mg/dl. Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam,

    diperlukan pemeriksaan ulang dan kontrol lebih cepat (terutama bila

    tampak kuning). Bilirubin serum total 24 jam pertama > 4,5 mg/dl dapat

    digunakan sebagai faktor prediksi hiperbilirubinemia pada neonatus cukup

    bulan sehat pada minggu pertama kehidupannya (Moeslichan, dkk. 2004).

    Tatalaksana hiperbilirubinemia menurut American Academy of Pediatrics

    (2004) yakni tetap berikan ASI pada bayi, cari penyebab

    hiperbilirubinemia, periksa kadar total serum bilirubin (TSB) atau

    bilirubin transkutan pada neonatus dengan jaundice yang muncul pada 24

    jam pertama kehidupan, berikan fototerapi jika neonatus cukup bulan sehat

    terlihat kuning pada bagian tubuh manapun pada hari pertama kehidupan

    dan lakukan transfusi tukar jika fototerapi gagal, berikan informasi yang

    tepat pada orangtua mengenai neonatus dengan jaundice.

    Tabel 2.1 Tatalaksana hiperbilirubinemia pada neonatus cukup bulan yang

    sehat menurut American Academy of Pediatrics (2004) .

    Usia Fototerapi Transfusi tukar Kadar bilirubin total

    mg/dl mol/l mg/dl mol/l Hari ke-1 Kuning terlihat pada

    bagian tubuh manapun 15 260

    Hari ke-2 15 260 25 428 Hari ke-3 18 310 30 513 Hari ke-4

    dan seterusnya

    20 340 30 513

    Sumber : (Moeslichan, dkk. 2004) Talaksana Ikterus Neonatorum di Indonesia

    2.2 Fototerapi

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • 2.2.1 Pengertian dan Tujuan Fototerapi merupakan terapi yang dilakukan dengan menggunakan

    cahaya dari lampu fluorescent khusus dengan intensitas tinggi, secara

    umum metode ini efektif untuk mengurangi serum bilirubin dan

    mencegah ikterus (Potts & Mandleco, 2007, hal 181).

    Menurut Wong dan Hockenberry (2003) fototerapi adalah metode

    terapi dengan menggunakan cahaya dari lampu fluorescent yang

    dipaparkan pada kulit bayi. cahaya dari lampu fluorescent mampu

    meningkatkan ekskresi bilirubin dengan fotoisomerisasi, yakni

    mengubah struktur bilirubin menjadi lumirubin, zat yang larut dalam

    air agar lebih mudah untuk diekskresikan melalui feses dan urin.

    2.2.2 Alat fototerapi Alat fototerapi menggunakan bola lampu berkisar antara 6-8 buah,

    terdiri dari biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau

    daylight fluorescent tubes (Porter & Dennis, 2002). Berdasarkan

    American Academy of Pediatrics (2004), spectrum cahaya yang

    dikirim oleh unit fototerapi ditentukan oleh tipe sumber cahaya dan

    filter yang digunakan, biasanya terdiri dari daylight, cool white, blue

    atau special blue fluorescent tubes. special blue fluorescent tubes

    diberi label F20T12/BB atau TL52/20W.

    Gambar 2.2. Alat Fototerapi

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Sumber : http://www.mail-archive.com

    2.2.3 Mekanisme kerja fototerapi Cara kerja fototerapi adalah dengan mengubah bilirubin menjadi

    bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan melalui empedu atau

    urin. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia

    yaitu isomerisasi. Juga terdapat konversi ireversibel menjadi isomer

    kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari

    plasma melalui empedu. Lumirubin adalah produk terbanyak degradasi

    bilirubin akibat fototerapi pada manusia. Sejumlah kecil bilirubin

    plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang

    diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar

    dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan

    melalui empedu. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa

    diekskresikan lewat urin (Maisels & McDonagh, 2008).

    Paparan sinar terhadap permukaan tubuh bayi secara terus menerus

    menyebabkan peningkatan suhu tubuh dan mengawali terjadinya

    peningkatan aliran darah perifer dan kehilangan cairan yang tidak

    disadari selama proses fototerapi (Maisels & McDonagh, 2008).

    I

    2.2.4 Durasi fototerapi Durasi fototerapi dihitung berdasarkan waktu dimulainya fototerapi

    sampai fototerapi dihentikan. Pencatatan durasi fototerapi yang akurat

    merupakan tanggungjawab perawat karena berkaitan dengan

    penggantian tabung dan lama penggunaan tabung fototerapi. Tabung

    diganti setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun

    tabung masih bisa berfungsi (Moeslichan, dkk. 2004).

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Durasi fototerapi ditentukan oleh penurunan nilai total serum bilirubin

    sampai mencapai nilai yang diharapkan, sehingga tidak ada penentuan

    berapa jam sebaiknya durasi fototerapi diberikan (American Academy

    of Pediatrics, 2004)

    2.2.5 Prosedur fototerapi Prosedur fototerapi berdasarkan hasil rapat Tim Health Technology

    Assessment Indonesia (2004) adalah memulai fototerapi, bila ikterus

    diklasifikasikan sebagai ikterus berat, kemudian tentukan apakah bayi

    memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir sebelum usia

    kehamilan 37 minggu, hemolisis atau sepsis dengan mengambil contoh

    darah, memeriksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin, menentukan

    golongan darah bayi dan melakukan tes Coombs. Bila kadar bilirubin

    serum di bawah nilai dibutuhkannya terapi sinar, hentikan fototerapi

    akan tetapi bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai

    dibutuhkannya terapi sinar, lakukan fototerapi (Moeslichan, dkk. 2004;

    American Academy of Pediatrics, 2004).

    Pengukuran kadar bilirubin serum dilakukan setiap 24 jam, kecuali

    kasus-kasus khusus. Fototerapi dihentikan bila kadar serum bilirubin

    kurang dari 13mg/dL akan tetapi bila bilirubin serum tidak bisa

    diperiksa, hentikan fototerapi setelah 3 hari, setelah fototerapi

    dihentikan, observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan

    bilirubin serum bila memungkinkan, atau perkirakan keparahan ikterus

    menggunakan metode klinis (Moeslichan, dkk. 2004; American

    Academy of Pediatrics, 2004).

    Fototerapi diulang bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum

    berada di atas nilai untuk memulai fototerapi sampai bilirubin serum

    dari hasil pemeriksaan atau perkiraan melalui metode klinis berada di

    bawah nilai untuk memulai fototerapi. Bayi bisa makan dengan baik,

    tidak ada masalah lain selama perawatan dan fototerapi sudah tidak

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • diperlukan lagi maka bayi segera dipulangkan (Moeslichan, dkk.

    2004; American Academy of Pediatrics, 2004).

    Tabel 2.2.4.1 Indikasi fototerapi Berdasarkan Kadar Bilirubin Serum

    Usia Bayi Cukup Bulan Sehat Dengan Faktor Risikoa

    mg/dl mol/l mg/dl mol/l Hari ke-1 Kuning terlihat pada bagian tubuh manapunb Hari ke-2 15 260 13 220 Hari ke-3 18 310 16 270 Hari ke-4

    dan seterusnya

    20 340 17 290

    a faktor risiko meliputi: bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum kehamilan berusia 37 minggu), hemolisis dan sepsis. b Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka digolongkan sebagai ikterus sangat parah dan memerlukan fototerapi secepatnya. Tidak perlu menunggu hasil pemeriksaan kadar bilirubin serum untuk memulai fototerapi.

    Tabel 2.2.4.2 Indikasi fototerapi Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah

    Berat Badan (gr) Kadar Bilirubin (mg/dL)

    < 1000 Fototerapi dimulai dalam usia 24 jam pertama

    1000 1500 7 9 1500 2000 10 12 2000 2500 13 15

    Sumber : (Moeslichan, Surjono, Suradi et al., 2004) Talaksana Ikterus Neonatorum di Indonesia

    2.2.5 Peran perawat dalam pelaksanaan prosedur fototerapi

    Asuhan keperawatan yang diberikan selama pelaksanaan prosedur

    fototerapi mulai dari tahap persiapan alat sampai proses pelaksanaan

    fototerapi menjadi tanggung jawab perawat untuk memastikan bayi

    menjalani prosedur fototerapi secara tepat, peran perawat selama

    pelaksanaan prosedur fototerapi menurut Mali (2004) diawali dengan

    mempersiapkan Unit fototerapi dengan menghangatkan ruangan

    tempat unit fototerapi ditempatkan, sehingga suhu di bawah lampu

    antara 30 0C sampai 38 0C, kemudian nyalakan mesin dan pastikan

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik dan mengganti

    tabung/lampu fluoresens yang telah rusak atau berkelip-kelip, jangan

    lupa untuk mencatat tanggal penggantian tabung dan lama penggunaan

    tabung tersebut. Tabung diganti setelah 2000 jam penggunaan atau

    setelah 3 bulan, walaupun tabung masih bisa berfungsi (Moeslichan,

    dkk. 2004).

    Tahap selanjutnya perawat mengelola pemberian fototerapi dengan

    menempatkan bayi di bawah sinar fototerapi, bila berat bayi 2 kg atau

    lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang pada basinet dan bayi

    yang lebih kecil ditempatkan dalam inkubator. Letakkan bayi sesuai

    petunjuk pemakaian alat dan tutupi mata bayi dengan penutup mata,

    dan genitalia bayi dengan popok atau diapers. Posisi bayi diubah setiap

    2-4 jam sekali. Ibu tetap dimotivasi untuk menyusui bayinya dengan

    ASI sesuai keinginan dan kebutuhan atau setiap 3 jam sekali,

    pindahkan bayi dari unit fototerapi dan lepaskan penutup mata selama

    menyusui akan tetapi jangan pindahkan bayi dari sinar fototerapi bila

    bayi menerima cairan melalui intravena atau makanan melalui naso

    gastric tube (Moeslichan, dkk. 2004).

    Perawat harus tetap memperhatikan dan mencatat efek samping yang

    terjadi selama menjalani fototerapi, seperti: letargi, peningkatan

    kehilangan cairan, perubahan warna kulit, kerusakan retina dan

    peningkatan suhu tubuh yang diketahui dengan mengukur suhu bayi

    dan suhu udara di bawah sinar fototerapi setiap 3 jam. Bila suhu bayi

    lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara

    pindahkan bayi dari unit fototerapi sampai suhu bayi antara 36,5 0C -

    37,5 0C sambil perawat tetap meneruskan terapi dan tes lain yang

    telah ditetapkan selama fototerapi dan bayi dipindahkan dari unit

    fototerapi hanya untuk melakukan prosedur yang tidak bisa dilakukan

    di dalam unit fototerapi., matikan sinar fototerapi sebentar bila bayi

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • sedang menerima oksigen untuk mengetahui apakah bayi mengalami

    sianosis sentral (Mali, 2004).

    2.3 Status Hidrasi 2.3.1 Pengertian

    Menurut Saunders Comprehensive Veterinary Dictionary (2007)

    status hidrasi merupakan keadaan yang menggambarkan keseimbangan

    cairan dan elektrolit dalam tubuh pasien

    (http://medicaldictionary.thefreedictionary.com/hydration, diperoleh

    tanggal 9 Maret 2010). Sedangkan menurut Kushartono (2006) status

    hidrasi adalah gambaran jumlah total air dan elektrolit dalam tubuh

    yang merupakan hasil dari pengaturan keseimbangan antara masukan

    cairan (intake) dan keluaran cairan (output).

    2.3.2 Fisiologi cairan Air merupakan komponen terbesar dalam tubuh, yang dinyatakan

    dalam persen berat badan dan besarnya berubah menurut umur

    (Kushartono, 2006). Persentase total body water (TBW) terhadap berat

    badan berubah sesuai umur, pada saat lahir TBW sebesar 78% dari

    berat badan (Adelman & Solhung dalam Nelson, 2005).

    Cairan tubuh terbagi menjadi dua kompartemen yaitu intraseluler dan

    ekstraseluler. Ekstraseluler terbagi dalam ruang interstisial dan

    intravaskuler. Menurut Ambalayanan (2008), komposisi cairan tubuh

    berubah sesuai usia gestasi dan usia pascanatal bayi. Semakin muda

    usia gestasi dan semakin kecil berat badan lahir bayi , maka proporsi

    cairan pada tubuh akan semakin besar. Pada bayi term, tubuh terdiri

    dari 75 % cairan tubuh dimana 40 % nya adalah cairan ekstraseluler

    dan 35% cairan intraseluler.

    2.3.3 Pengaturan input dan output cairan tubuh

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Setiap hari bayi baru lahir memasukan dan mengeluarkan 600 sampai

    700 ml air yang ekuivalen dengan 20% total cairan tubuh atau 50%

    cairan ektrasel dengan kecepatan laju glomerulus sebesar 30%, hal ini

    menyebabkan penurunan kemampuan untuk mengeluarkan senyawa

    yang mengandung nitrogen dan sampah lain dari darah (Wong &

    Hockenberry, 2003).

    Kecepatan masukan cairan dan ekskresi cairan pada bayi tujuh kali

    lebih besar pada orang dewasa dalam hubungannya dengan berat

    badan, yang berarti bahwa sedikit perubahan keseimbangan cairan

    dapat cepat menyebabkan perubahan pada berat badan. Di samping

    fungsi ginjal yang belum sempurna sampai akhir bulan pertama

    kehidupan (Guyton, 1999).

    Intake dirangsang oleh rasa haus sebagai respon kurang air melalui

    osmoreseptor di midhipotalamus, pankreas dan vena porta hepatika.

    Hipovolemi dan hipotensi juga dapat merangsang haus melalui

    baroreseptor di atrium dan pembuluh darah besar (Adelman & Solhung

    dalam Nelson, 2005).

    Sumber kehilangan cairan dapat berupa kehilangan cairan yang tidak

    dapat diukur kurang lebih sebesar 30% yakni penguapan melalui kulit

    dan saluran pernapasan dan kehilangan cairan yang dapat diukur

    meliputi kehilangan cairan melalui urin sebesar 60%, feses sebesar

    10%, drainase orogastric atau nasogastric dan cairan serebrospinal

    (Ambalayan, 2008). Ini menggambarkan jumlah yang harus diminum

    perhari untuk mempertahankan keseimbangan cairan.. kehilangan berat

    badan sekitar 5-10 % ini menunjukan bayi mengalami kehilangan

    sejumlah cairan dalam tubuhnya (Craven & Hirnle, 2000).

    2.3.4 Kebutuhan cairan pada bayi baru lahir

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Kebutuhan cairan bervariasi tergantung usia. Bayi memiliki kebutuhan

    yang relatif besar untuk ukuran tubuhnya (Wong & Hockenberry,

    2003). Asupan cairan secara normal biasanya dipenuhi melalui oral.

    Kebutuhan cairan untuk bayi normal pada hari pertama sebesar 50

    ml/kgBB/hari, dinaikan menjadi 75 ml/kgBB/hari pada hari kedua

    kemudian meningkat secara bertahap seiring pertambahan usia menjadi

    100ml/kgBB/hari pada bayi berumur tiga hari atau lebih (Kushartono,

    2006).

    Kebutuhan cairan pada bayi dapat meningkat atau menurun, tergantung

    pada lingkungannya. Kebutuhan meningkat pada keadaan seperti:

    memerlukan perawatan dengan radiant warmer, inkubator, fototerapi,

    mengalami distres pernapasan, keadaan hipermetabolik, diare, atau

    mendapat pengobatan furosemid (Nelson, 2005). Kebutuhan cairan

    pada bayi yang difototerapi ditingkatkan 1.5 kali dari kebutuhan total

    cairan sehari (Kushartono, 2006). Kebutuhan menurun pada keadaan

    bayi dirawat dengan double walled incubator, di ruangan dengan

    kelembaban tinggi, atau mengalami oliguria (Nelson, 2005).

    2.3.5 Manajemen cairan Keberhasilan pengelolaan cairan tergantung dari penilaian terhadap

    asupan dan keluaran cairan ( intake & output ) untuk mempertahankan

    volume cairan ekstraseluler yang sesuai. Kebutuhan cairan pada bayi

    baru lahir disesuaikan dengan berat badan lahir dan usia gestasi

    (Ambalayan, 2008).

    Jumlah cairan yang dibutuhkan bervariasi tergantung keadaan klinis

    dan harus dievaluasi. Kebutuhan cairan harian dihitung berdasarkan

    perkiraan kehilangan cairan dengan :

    2.3.5.1 Menimbang berat badan. Perubahan yang cepat dari berat

    badan mengambarkan perubahan TBW. Berat badan diperlukan

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • untuk menentukan banyaknya cairan pengganti yang

    dibutuhkan. Misal bayi dengan berat badan 3 kg dengan

    kebutuhan cairan hari pertama sebesar 50 ml/kgbb/hari, karena

    fototerapi kebutuhan cairan ditingkatkan sebesar 1.5 kali dari

    total kebutuhan cairan harian maka kebutuhan cairan bayi

    selama 24 jam adalah sebesar 225 ml. Jika cairan diberikan

    secara oral maka pemberiannya dibagi ke dalam 8 kali

    pemberian , jadi setiap kali pemberian jumlah cairan yang

    diberikan kurang lebih 30 ml.

    2.3.5.2 Observasi terhadap adanya kehilangan cairan melalui muntah,

    feses / diare, perdarahan, luka bakar, drainase. Keberhasilan

    masukan cairan termasuk jumlah dan jenis cairan serta jumlah

    pengeluaran urin.

    2.3.5.3 Pemeriksaan fisik termasuk status mental, frekuensi nadi,

    denyut jantung, tekanan darah, membran mukosa, turgor kulit,

    warna kulit, perabaan perifer, capillary refill.

    2.3.5.4 Pemeriksaan laboratorium yakni kimia serum, hematokrit dan

    urin lengkap (Kushartono, 2006).

    2.3.5.5 Perkiraan kehilangan cairan melalui IWL (insensible water

    loss). Peningkatan suhu tubuh dan lingkungan dapat

    meningkatkan IWL. Bayi yang di fototerapi mengalami

    peningkatan IWL sebesar 50% (Ambalayan, 2008).

    Menurut Kushartono (2006) untuk menentukan kebutuhan rumatan

    cairan dan elektrolit didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu :

    rata-rata kehilangan cairan insensible, rata-rata energy expenditure dan

    metabolisme, rata-rata kehilangan cairan melalui produksi urin,

    dianggap tidak ada sumber kehilangan cairan dan elektrolit dari tempat

    lain serta fungsi ginjal dianggap normal.

    2.3.6 Jenis pemberian minum pada bayi baru lahir

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Pemberian cairan pada bayi baru lahir yang dimaksud dalam hal ini

    adalah pemberian minum atau pemberian makan pada bayi baru lahir.

    Pemberian cairan pada bayi baru lahir dapat berupa ASI dan susu

    formula karena sebagian besar cairan yang diperoleh bayi baru lahir

    berasal dari ASI dan atau susu formula (Bobak, Lowdermilk, & Jensen

    , 2005).

    Pemenuhan kebutuhan melalui oral pada bayi tergantung pada

    kesiapan bayi dan ibu dalam pemberian makanan. Pada waktu lahir

    dan beberapa hari setelahnya semua sekresi saluran cerna bayi

    mengandung enzim, terutama enzim yang diperlukan untuk mencerna

    ASI (The Academy of Breastfeeding Medicine, 2004).

    Bayi dapat dengan aman menerima nutrisi enteral segera sesudah lahir.

    Pemberian cairan berupa ASI atau susu formula harus dimulai untuk

    mempertahankan metabolisme dan pertumbuhan normal selama

    transisi dari kehidupan janin ke kehidupan ekstrauterin sehingga

    diperlukan kerjasama yang baik antara ibu dan bayinya (Nelson, 2005).

    Perkembangan perilaku makan pada bayi baru lahir tergantung pada

    kematangan sistem saraf pusat, refleks rooting, menghisap, dan

    menelan sudah berkembang pada bayi cukup bulan. Praktik pemberian

    makanan sejak lahir, baik melalui botol maupun dengan menyusui

    secara langsung mempengaruhi pemaparan bayi terhadap stimulasi

    taktil yang penting untuk pertumbuhan fisik dan emosional bayi

    (American Academy of Breastfeeding Work group on Breastfeeding,

    1997).

    2.4 Peran dan fungsi perawat Perawat memiliki peranan yang sangat penting dan memiliki pengaruh yang

    luarbiasa dalam penatalaksanaan bayi hiperbilirubinemia yang di fototerapi.

    Dalam health care delivery system perawat menjalankan peran sekunder

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • dengan mempertahankan kebutuhan cairan selama bayi di fototerapi untuk

    meningkatkan efektifitas fototerapi dalam menurunkan bilirubin ( Daniels,

    2004).

    Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan anak

    dan orangtua. Peran perawat tidak hanya sebatas sebagai pemberi layanan di

    tatanan kesehatan, tetapi perawat juga berperan sebagai pendidik, pembela

    (advokasi), konselor, kolaborator (bekerja sama dengan tim kesehatan lain),

    peneliti serta pembuat keputusan etik (Supartini, 2004).

    Peran perawat sebagai pendidik meliputi sebagai pemberi informasi dan

    pendidikan kesehatan dalam sebuah tim kesehatan baik secara langsung

    maupun secara tidak langsung dengan membantu orangtua/anak, keluarga

    memahami pengobatan dan perawatan anaknya, karena perawat dianggap

    yang memiliki hubungan paling dekat dengan klien, sehingga perawat dalam

    menjalankan perannya sebagai pemberi informasi dan pendidikan kesehatan

    kepada klien harus memahami prinsip-prinsip dasar dalam pemberian

    informasi atau pendidikan kesehatan agar efektif dan efisien (Murray &

    McKinney, 2007).

    Peran perawat sebagai pemberi advokasi yakni perawat dalam memberikan

    asuhan keperawatan perawat mampu memberikan informasi yang tepat

    sesuai kebutuhan pasien dan keluarga agar keluarga mampu mengambil

    keputusan perawatan atau pengobatan yang tepat untuk anaknya serta

    perawat mampu melibatkan keluarga dalam pengobatan dan setiap prosedur

    yang dilakukan (Daniels, 2004).

    Peran perawat sebagai konselor yakni perawat dapat memberi konseling

    keperawatan ketika anak dan orangtuanya membutuhkan dukungan mental

    dengan cara mendengarkan segala keluhan, melakukan sentuhan dan hadir

    secara fisik, perawat dapat saling bertukar pikiran dan pendapat tentang

    masalah yang dihadapi anak dan orangtua dan membantu mencarikan

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • pemecahannya. Inilah yang membedakan layanan konseling dengan

    pendidikan kesehatan (Supartini, 2004).

    Perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan

    lain dengan pendekatan interdisiplin yang bertujuan terlaksananya asuhan

    keperawatan yang holistik dan komprehensif. Perawat berperan menjadi

    koordinator pelayanan kesehatan karena perawat berada 24 jam bersama

    pasien dan keluar, sehingga selain mampu bekerjasama dengan tim

    kesehatan lain, perawat juga harus mampu bekerja sama dengan keluarga

    dengan melibatkan keluarga secara aktif pada seluruh rangkaian proses

    perawatan (Supartini, 2004).

    Perawat memiliki peran sebagai peneliti untuk mengembangkan ilmu

    keperawatan dan memberikan dasar yang ilmiah dalam menjalankan praktek

    sehari-hari. Penelitian- penelitian yang dilakukan oleh perawat sangat

    bermanfaat dalam membantu mengembangkan praktek keperawatan yang

    berdasarkan pembuktian ilmiah, sehingga perawat dapat terhindar dari

    rutinitas sehari-hari dalam menjalankan praktek keperawatan sehingga dapat

    meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada anak (Potter & Perry,

    2007).

    Perawat berperan sebagai pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada

    nilai moral yang diyakini dengan penekanan pada hak pasien untuk

    mendapatkan hak otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan pasien dan

    mendapatkan keuntungan dari asuhan keperawatan yang diberikan yakni

    meningkatkan kesejahteraan pasien, sehingga perawat harus dapat

    meyakinkan pemegang kebijakan bahwa pelayanan keperawatan yang

    diberikan dapat memberi dampak terhadap peningkatan kualitas praktek

    keperawatan anak (Supartini, 2004).

    2.5 Asuhan Keperawatan

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Penatalaksanaan bayi hiperbilirubinemia membutuhkan kolaborasi dari

    semua tim kesehatan yang terkait, tidak terkecuali perawat. Perawat

    memiliki peran penting melalui asuhan keperawatan yang dilakukan selama

    bayi di fototerapi diantaranya adalah asuhan keperawatan yang bertujuan

    untuk mempertahankan keseimbangan cairan pada bayi yang di fototerapi.

    Asuhan keperawatan yang ditujukan untuk mempertahankan status hidrasi

    yang adekuat meliputi pengkajian keperawatan, penegakan diagnosa

    keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

    2.5.1 Pengkajian keperawatan Pengkajian keperawatan pada pasien meliputi : usia gestasi bayi,

    usia bayi saat fototerapi, berat badan saat fototerapi, kesiapan bayi

    untuk pemberian minum, kesiapan ibu meliputi kesiapan fisiologis

    dan psikologis. Pemeriksaan fisik meliputi membran mukosa, turgor

    kulit, fontanela, warna dan jumlah urin (Hockenberry & Wilson,

    2007).

    2.5.2 Diagnosa Keperawatan Menurut Murray dan McKinney (2007) salah satu diagnosa

    keperawatan yang muncul adalah risiko ketidakseimbangan volume

    cairan yang berhubungan dengan asupan cairan yang tidak adekuat

    sehingga tujuan yang ditetapkan adalah status hidrasi adekuat

    dengan kriteria hasil masukan cairan (intake) sesuai dengan

    kebutuhan dimana kecukupan intake ditunjukan dengan tidak

    terjadinya kehilangan berat badan lebih dari 3% dengan haluaran

    urin normal yakni sekitar 2-3 ml/kgBB/24 jam.

    2.5.3 Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan yang dilakukan perawat adalah

    memberikan asupan cairan setiap 2-3 jam sekali dengan mengamati

    perilaku bayi saat minum, mempertahankan pemberian ASI secara

    optimal dengan membantu ibu untuk tetap menyusui anaknya atau

    memompa payudara untuk membantu pengeluaran ASI,

    memberikan pengertian pada orangtua mengenai kebutuhan cairan

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • selama bayi di fototerapi, memberikan susu formula secara tepat

    sebagai pengganti ASI, mengamati dan mencatat adanya kehilangan

    cairan baik melalui urin, feses, dan muntah, (Hockenberry &

    Wilson, 2007; Murray & McKinney, 2007).

    2.5.4 Evaluasi keperawatan Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan tujuan yang

    diharapkan dari implementasi keperawatan yang dilakukan.

    Implementasi keperawatan yang dilakukan bertujuan agar bayi

    menunjukan hidrasi yang adekuat serta asupan cairan yang diberikan

    sesuai dengan kebutuhan bayi (Hockenberry & Wilson, 2007 ;

    Murray & Rinney, 2007) sehingga pada saat evaluasi perawat

    mengkaji status cairan dengan cara memastikan bahwa asupan

    cairan yang diberikan selama 24 jam sesuai dengan kebutuhan bayi,

    terjadi keseimbangan antara intake & output, mengantisipasi

    terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan dengan menimbang

    berat badan bayi setiap hari (Craven & Hirnle, 2000).

    Skema 2.2.

    Kerangka Teori

    physiologic destruction Pathologic destructio Of RBCs of RBCs Hemolysis of RBCs Hemoglobin Uncojugated bilirubin Blood stream subcutaneous fat & jaundice Staining of brain tissue (kernikterus) Serum albumin-binding sites phototherapy

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Liver&glucuronyl transferase enteropatic circuit Conjugated bilirubin unconjugated bilirubin Bile feeding Duodenum&intestinal flora beta glucuronidase Excretion

    Adequate hydration role of nursing Total serum bilirubin decreased

    Kerangka teori dimodifikasi menurut Bobak, Lowdermilk, & Jensen (2005), Murray & McKinney (2007), Hockenberry & Wilson (2009)

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • BAB 3

    KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN

    DEFINISI OPERASIONAL

    Bab III menguraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis, dan definisi

    operasional.

    3.1 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini berfokus mencari pengaruh variabel

    independent yaitu jenis pemberian cairan terhadap variabel dependent yaitu

    status hidrasi, perubahan total serum bilirubin dan durasi fototerapi.

    Skema 3.1 Kerangka Konsep penelitian

    Variabel independent Jenis Pemberian cairan (Susu Formula, ASI, ASI + Susu formula)

    Variabel dependent 1.Status Hidrasi (Intake

    cairan /berat badan dan output cairan /volume pengeluaran urin)

    2.Total serum bilirubin 3. Durasi fototerapi

    Confounding 1. Usia bayi saat fototerapi 2. Cara pemberian cairan 3. Kejadian muntah

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • 3.2 Hipotesis Penelitian

    3.2.1 Terdapat perbedaan status hidrasi pada bayi yang difototerapi dengan

    jenis pemberian cairan yang berbeda.

    3.2.2 Terdapat perbedaan perubahan nilai total serum bilirubin pada bayi

    yang difototerapi dengan jenis pemberian cairan yang berbeda.

    3.2.3 Terdapat perbedaan durasi fototerapi pada bayi dengan jenis

    pemberian cairan yang berbeda.

    3.3 Definisi operasional Definisi operasional variabel, skala pengukuran, cara dan hasil pengukuran

    variabel penelitian ini diuraikan untuk memberikan batasan yang

    operasional untuk menghindari rancuan pengukuran, analisis dan

    kesimpulan. Definisi operasional, cara dan alat ukur, hasil ukur dan skala

    pengukuran dijelaskan dalam tabel 3.3.

    Tabel 3.3. Definisi operasional, cara ukur, hasil ukur dan skala

    No Variabel Definisi Operasional

    Cara Ukur& Alat Ukur

    Hasil Ukur Skala

    1. Jenis pemberian cairan

    Jenis cairan berupa ASI dan atau susu formula yang diberikan pada bayi selama fototerapi

    Observasi 1=jika bayi hanya diberikan susu formula selama fototerapi 2=jika bayi hanya diberikan ASI selama fototerapi 3= jika bayi diberikan ASI dengan tambahan Susu Formula

    Nominal

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • No Variabel Definisi Operasional

    Cara Ukur& Alat Ukur

    Hasil Ukur Skala

    2. Status Hidrasi

    Gambaran kondisi atau keadaan cairan dalam tubuh yang ditunjukan dengan menggunakan parameter intake & output (Nelson et al, 2005; Potter & Perry, 2005; Murray & McKinney, 2007)

    Penilaian intake dilakukan dengan menghitung rata-rata presentase perubahan berat badan perhari selama fototerapi penilaian output dilakukan dengan menghitung rata-rata volume pengeluaran urin selama fototerapi dalam ml/kgbb/jam

    Intake 1: tidak adekuat jika berat badan hari berikutnya dikurangi berat badan sebelumnya dibagi berat badan sebelumnya dikali 100% = -3% sampai -10% 2 : adekuat jika berat badan akhir dikurangi berat badan awal dibagi berat badan awal dikali 100% > -3% Output 1= rendah Jika volume pengeluaran urin < 2ml/kgbb/jam 2=normal Jika volume pengeluaran urin 2-3ml/kgbb/jam 3=tinggi Jika volume pengeluaran urin >3ml/kgbb/jam (Indrasanto,et al. 2008)

    Ordinal

    2. Berat badan

    Berat badan bayi yang diukur selama periode fototerapi

    Dengan menimbang berat badan bayi setiap hari (24jam)selama periode fototerapi dengan menggunakan timbangan berat badan untuk bayi

    Dalam gram

    Rasio

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • No Variabel Definisi

    Operasional Cara Ukur&

    Alat Ukur Hasil Ukur Skala

    3 Cara pemberian minum

    Cara yang digunakan dalam memberikan ASI dan atau susu formula selama fototerapi

    Observasi 1=jika bayi hanya disusui ibunya selama fototerapi (breastfeeding murni) 2= jika bayi diberikan cairan langsung disusui dan melalui mulut dengan menggunakan cawan minum (breastfeedingsebagian) 3= jika bayi diberikan cairan hanya melalui mulut dengan cawan minum

    Nominal

    4. Muntah Pengeluaran isi lambung berupa cairan melalui mulut

    Observasi 1= jika tidak ada muntah 2=jika ada muntah

    Nominal

    5.

    Total serum bilirubin

    Nilai total serum bilirubin pada bayi yang di fototerapi yang diukur selama periode fototerapi

    Observasi (catatan hasil pemeriksaan laboratorium)

    mg/dl Rasio

    6. Usia bayi Umur bayi saat mulai difototerapi

    Observasi (lihat status rekam medik)

    Dalam hari Interval

    8. Durasi fototerapi

    Lama waktu yang diperlukan sejak awal fototerapi sampai selesai fototerapi

    Observasi dengan mencatat tanggal dan jam mulai dan selesai fototerapi

    Dalam jam Interval

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • BAB 4

    METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparatif non eksperimental dengan

    rancangan prospektif yang bertujuan untuk mengeksplorasi dan

    mendiskripsikan status hidrasi pada tiap kelompok dengan jenis pemberian

    cairan yang berbeda serta untuk mengetahui perbedaan status hidrasi,

    perubahan nilai serum bilirubin total serta durasi fototerapi pada tiap

    kelompok dengan jenis pemberian cairan yang berbeda (Hastono, 2007). Cara

    pengukuran dan pengambilan data studi prospektif artinya subjek dengan jenis

    pemberian cairan yang berbeda diamati dan diikuti selama periode fototerapi

    terhadap status hidrasinya, perubahan nilai total serum bilirubin serta durasi

    fototerapi. Status hidrasi diketahui dengan mengamati perubahan berat badan

    yang terjadi selama periode fototerapi sebagai indikator penilaian kecukupan

    jumlah masukan cairan dengan berbagai cara pemberian dan jumlah cairan

    yang keluar melalui urin serta kejadian muntah

    4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam

    penelitian ini adalah bayi cukup bulan (37-42 minggu) yang

    difototerapi di unit perinatologi RSAB Harapan Kita. Pasien

    hiperbilirubinemia di RSAB Harapan Kita sebesar 21,01 % dari 3.436

    jumlah bayi yang dirawat selama tahun 2009 dan 60 % nya adalah bayi

    cukup bulan, jadi sekitar 433 bayi cukup bulan yang mengalami

    hiperbilirubinemia selama tahun 2009.

    4.2.2 Sampel

    Sampel penelitian adalah bayi yang menjalani fototerapi di unit

    perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta pada bulan MeiJuni 2010.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Penentuan kriteria sampel dilakukan untuk membantu peneliti

    mengurangi bias hasil penelitian.

    Pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik consecutive

    sampling sesuai dengan kriteria inklusi dalam penelitian ini.

    Karakteristik sampel yang dapat dimasukan dalam kriteria inklusi pada

    penelitian ini meliputi :

    4.2.2.1 Bayi dengan usia gestasi 3742 minggu.

    4.2.2.2 Bayi dalam keadaan sehat, tanpa penyakit penyerta.

    4.2.2.3 Orangtua bayi bersedia bayinya dijadikan responden

    penelitian

    Sedangkan kriteria eksklusi sampel sebagai berikut :

    4.2.1.1 Bayi mendapat cairan intavena

    4.2.1.2 Bayi mendapat transfusi tukar

    Rumus penghitungan sampel pada penelitian menggunakan uji

    hipotesis Analisis Varians menurut Ariawan (1998), sebagai berikut:

    (k+1)

    3(k-1)

    Keterangan:

    f = Besar sampel minimal dalam tabel

    d = mean terbesar dibagi standar deviasi pada mean terbesar penelitian

    sebelumnya.

    k = jumlah kelompok

    Perkiraan besar sampel dapat ditentukan dengan mengetahui mean dan

    standar deviasi pada penelitian sebelumnya.

    Tabel 4.2.2 Perkiraan jumlah sampel dari penelitian sebelumnya

    f = d x

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Dari hasil perhitungan jumlah sampel diatas, didapatkan hasil jumlah

    sampel minimal 11 maksimal 14 pada tiap kelompok, Untuk mencegah

    kejadian drop out atau kesalahan teknis dilakukan koreksi 10%,

    dengan demikian jumlah sampel adalah 15 responden pada tiap

    kelompok.

    Sampai akhir pengambilan data penelitian sampel yang didapatkan

    pada penelitian ini adalah 4 responden pada kelompok 1 (hanya diberi

    susu formula), 15 responden pada kelompok 2 (hanya diberi ASI), 15

    responden pada kelompok 3 (ASI dengan tambahan susu formula),

    sehingga total sampel yang digunakan sejumlah 34 responden. Peneliti

    hanya mendapatkan 4 responden pada kelompok 1(hanya diberi susu

    formula selama fototerapi) karena terkait dengan kebijakan dan

    komitmen yang tinggi dari pihak rumah sakit RSAB Harapan Kita

    Jakarta untuk mengutamakan pemberian ASI pada bayi yang menjalani

    perawatan di RSAB Harapan Kita Jakarta. Pihak medis Rumah Sakit

    memiliki pertimbangan khusus pada bayi yang hanya diberikan susu

    formula selama perawatan (pada kasus 4 responden yang hanya diberi

    susu formula), setelah meminta informed consent dari pihak

    ibu/keluarga, bayi tidak diperbolehkan minum ASI dari ibunya

    dikarenakan kondisi kesehatan ibu yang mengharuskan mengkonsumsi

    obat-obatan tertentu setelah melahirkan.

    No Sumber Variabel Mean SD f n

    1 Wu, Hodgman, Kirkpatrick, et al (1985)

    Level total serum bilirubin pada bayi cukup bulan berdasarkan intake kalori per oral

    6.4 2.0 0.5 14

    2 K.L Tan (1998) Penurunan respon fototerapi pada neonatal jaundice yang disusui ibunya

    6.1 3.4 0.6 11

    3 Gulcan, Tiker & Kilicdag (2006)

    Pengaruh jenis pemberian makan terhadap efikasi fototerapi

    8.1 3.9 0.6 11

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • 4.3 Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta.

    4.4 Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan bulan Mei sampai Juni 2010.

    Pengolahan data dan penyusunan laporan hasil penelitian dilakukan mulai

    minggu ke tiga bulan Juni 2010. Tahapan tersebut dapat dilihat pada jadwal

    penelitian pada lampiran 1

    4.5 Etika Penelitian Menurut Dimond (1996) dalam Greig & Taylor (1999) bahwa anak dibawah

    usia 16 tahun dan belum memiliki kemampuan untuk memahami apa yang

    terjadi pada dirinya, maka persetujuan dapat dimintakan kepada orangtua

    anak. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian kepada

    orangtua responden sebelum penelitian dilakukan, selanjutnya peneliti

    meminta persetujuan dari orangtua responden agar responden dapat

    diikutsertakan dalam penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan

    menjadi responden penelitian. Peneliti menerapkan prinsip-prinsip etik

    dalam melakukan penelitian ini. Adapun pertimbangan yang digunakan

    dalam etika penelitian ini adalah peneliti meyakini bahwa responden

    dilindungi, dengan memperhatikan aspek-aspek; self determination, privacy,

    anonymity, informed consent dan protection from discomfort (Polit &

    Hungler, 1995).

    4.5.1 Self determination yaitu orangtua responden diberi kebebasan untuk

    menentukan apakah bersedia atau tidak bayinya diikutsertakan dalam

    penelitian.

    4.5.2 Privacy, yaitu informasi yang didapat dari responden dijamin

    kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

    4.5.3 Anonymity yaitu selama kegiatan penelitian nama responden diganti

    dengan kode responden.

    4.5.4 Informed consent, yaitu bukti persetujuan responden dalam hal ini

    semua orangtua responden bersedia bayinya menjadi responden dalam

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi

    subjek penelitian, setelah mendapat penjelasan dari peneliti mengenai

    tujuan, manfaat dan harapan peneliti terhadap responden dan orangtua

    responden memahami semua penjelasan yang diberikan peneliti.

    4.5.5 Protection from discomfort yakni pengambilan data disesuaikan

    dengan waktu intervensi keperawatan agar tidak terjadi pengulangan

    pengukuran atau intervensi yang berlebihan, misalnya pengambilan

    data jumlah volume pengeluaran urin disesuaikan dengan ruangan atau

    pengambilan data nilai total serum bilirubin mengikuti kebijakan dari

    rumah sakit.

    4.6 Alat Pengumpul Data 4.6.1 Instrumen penelitian

    Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu:

    4.6.1.1 Format pengkajian karakteristik responden, meliputi : usia

    bayi saat mulai fototerapi, berat badan saat mulai fototerapi,

    nilai Total Serum Bilirubin sebelum fototerapi. Instrumen ini

    terdapat dalam lampiran 5.

    4.6.1.2 Format pengkajian status hidrasi bayi selama 24 jam

    fototerapi berupa lembar monitoring masukan cairan (intake)

    dan keluaran cairan (output), intake meliputi jenis pemberian

    cairan (Susu Formula, ASI, ASI ditambah susu formula), cara

    pemberian melalui breastfeeding dan atau oral. Output

    meliputi frekuensi pengeluaran muntah/kejadian muntah dan

    volume pengeluaran urin. Instrumen dapat dilihat pada

    lampiran 6.

    4.6.1.3 Format pengumpulan data selama fototerapi meliputi: waktu

    mulai dan selesai fototerapi, jenis pemberian cairan, cara

    pemberian cairan, berat badan (gram), volume pengeluaran

    urin (ml/kgbb/jam), kejadian muntah, nilai total serum

    bilirubin Instrumen dapat dilihat pada lampiran 7.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • 4.6.1.4 Instrumen dilengkapi panduan untuk memudahkan pengisian

    dan penghitungan. Panduan tersebut meliputi panduan

    pengukuran berat badan (lampiran 8) dan panduan

    pengukuran volume pengeluaran urin (lampiran 9). Panduan

    penghitungan meliputi panduan penghitungan presentase

    perubahan berat badan (lampiran10) dan panduan

    penghitungan volume pengeluaran urin dalam ml/kgBB/jam

    (lampiran 11).

    4.7 Uji validitas dan reliabilitas Validitas merupakan ketepatan alat ukur dalam mengukur suatu data,

    sehingga menunjukan benar-benar mengukur apa yang diukur. Sedangkan

    reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen

    yang digunakan telah reliabel. Suatu alat ukur dikatakan reliabel bila alat itu

    dalam mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa

    menunjukan hasil yang sama (Hastono, 2007).

    Timbangan berat badan bayi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    timbangan berat badan bayi digital dengan satuan gram dan telah diuji

    reliabilitasnya oleh pabrik dengan kalibrasi (surat keterangan uji kalibrasi

    dapat dilihat pada lampiran 12). Uji reliabilitas juga dilakukan dengan test

    and retest reliability. Pendekatan test and retest reliability digunakan untuk

    menentukan reliabilitas yang melibatkan pengukuran subjek yang sama dan

    memgulangnya pada kondisi yang sama serta menjumlahkan variasi hasil

    pengukuran (Polit & Hungler, 1995). Test and retest reliability dalam

    penelitian ini dilakukan pengukuran sebanyak 2 kali pada 10 subjek dengan

    menggunakan timbangan berat badan digital yang sama dalam selang waktu

    5 menit. Hasil test and retest reliability menunjukan nilai r = 0,9947. Hasil

    tersebut menunjukan bahwa timbangan berat badan digital yang digunakan

    sudah reliabel.

    4.8 Prosedur pengambilan Data

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Data tentang bayi yang menggunakan fototerapi dipilih sesuai kriteria

    inklusi dan sesuai dengan kesepakatan peneliti dan asisten peneliti. Asisten

    peneliti merupakan staf perawat fungsional dengan jenjang pendidikan

    sarjana keperawatan dan pengalaman kerja lebih dari 3 tahun di unit

    perinatologi. Asisten peneliti yang ditunjuk oleh RSAB Harapan Kita

    sebagai pendamping lahan selama pengambilan data penelitian. Pemberian

    cairan berupa ASI dan atau susu formula selama fototerapi disesuaikan

    dengan kondisi ibu dan bayi di rumah sakit serta kebijakan rumah sakit.

    Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

    4.8.1 Prosedur administratif 4.8.1.1 Mendapatkan surat permohonan ijin melakukan penelitian

    dari Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Indonesia (FIK UI).

    4.8.1.2 Mendapat surat keterangan lolos uji etik dari FIK UI.

    4.8.1.3 Mendapatkan ijin penelitian dari Direktur RSAB Harapan

    Kita.

    4.8.2 Prosedur Teknis 4.8.2.1 Peneliti meminta ijin kepala ruangan, mensosialisasikan

    maksud dan tujuan penelitian kepada kepala ruang dan

    perawat ruangan.

    4.8.2.2 Peneliti memberikan informasi mengenai pengisian lembar

    instrumen pengkajian status hidrasi dan peneliti melakukan

    observasi terhadap perawat ruangan dalam pelaksanaan

    intervensi keperawatan yang berkaitan dengan status hidrasi

    sebagai langkah awal persamaan persepsi dan tindakan

    dalam proses pengambilan data.

    4.8.2.3 Persamaan persepsi pengisian lembar instrumen pengkajian

    dengan asisten peneliti dilaksanakan selama 1 kali

    pertemuan dalam waktu 1-2 jam dengan memberikan

    informasi mengenai cara pengisiannya dalam proses

    pengambilan data.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • 4.8.2.4 Selanjutnya peneliti dan asisten peneliti menentukan

    responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian,

    memperkenalkan diri dan menanyakan kesediaan orangtua

    untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan

    menandatangani lembar informed consent, kemudian

    dilakukan pengumpulan data bayi yang terkait dengan

    karakteristik bayi.

    4.8.2.5 Bayi yang difototerapi diikuti dan diamati terkait status

    hidrasi dan perubahan nilai total serum bilirubin sejak

    mulai fototerapi sampai selesai fototerapi.

    4.8.2.6 Pengambilan data total serum bilirubin mengikuti prosedur

    dan kebijakan dari rumah sakit.

    4.8.2.7 Proses pengumpulan data pada penelitian ini peneliti

    dibantu oleh perawat ruangan sesuai shiftnya masing-

    masing dan asisten peneliti.

    4.9 Pengolahan dan Analisis Data 4.9.1 Pengolahan data

    Data yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu sebelum dianalisis

    lebih lanjut. Menurut Hastono (2007) tahapan dalam pengolahan data

    adalah :

    4.9.1.1 Editing

    Untuk memastikan bahwa data yang diperoleh sudah lengkap

    terisi dan dapat terbaca dengan baik.

    4.9.1.2 Coding

    merubah data yang berbentuk huruf menjadi data yang berbentuk

    angka/bilangan. Setiap data diberikan kode-kode tertentu agar

    memudahkan dalam proses tabulasi seperti kelompok jenis

    pemberian cairan 1 untuk kelompok bayi yang hanya diberi susu

    formula selama fototerapi, 2 untuk kelompok bayi yang hanya

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • diberi ASI dan 3 untuk kelompok bayi yang diberi ASI dengan

    tambahan susu formula selama fototerapi. Juga untuk data cara

    pemberian cairan dilakukan pengkodean.

    4.9.2.3 Processing

    Melakukan proses data yakni data yang sudah dimasukan dalam

    komputer dilakukan analisis data dengan menggunakan program

    komputer.

    4.9.2.4 Cleaning

    Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data

    yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

    4.10 Analisa Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan analisis univariat dan

    analisis bivariat.

    4.10.1 Analisis Univariat

    Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul dan diperiksa

    kelengkapannya. Analisa data berupa analisa univariat yang

    bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi dari masing-masing

    variabel yang diamati (Dahlan, 2008).

    Data numerik disajikan dalam bentuk mean sebagai ukuran

    pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran

    untuk data yang terdistribusi normal yakni berat badan awal (saat

    mulai fototerapi), perubahan berat badan selama fototerapi, volume

    pengeluaran urin, nilai total serum bilirubin awal, perubahan nilai

    total serum bilirubin selama fototerapi. Sedangkan data yang tidak

    terdistribusi normal yakni data usia saat mulai fototerapi dan durasi

    fototerapi. Data kategorik disajikan dalam bentuk

    proporsi/persentase yang meliputi cara pemberian cairan dan

    kejadian muntah.

    4.10.2 Analisis bivariat

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan status

    hidrasi meliputi output, perbedaan persentase perubahan nilai total

    serum bilirubin per jam dan perbedaan durasi fototerapi berdasarkan

    jenis pemberian cairan. Uji statistik yang digunakan dalam analisis

    bivariat adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.10.2 Analisis Bivariat

    Variabel Independent

    Data Variabel Dependent

    Data Uji Statistik

    Jenis Pemberian Cairan

    Kategorik Intake Kategorik Chi-square

    Jenis Pemberian Cairan

    Kategorik Intake Numerik ANOVA

    Jenis Pemberian Cairan

    Kategorik Output Kategorik Chi-square

    Jenis Pemberian Cairan

    Kategorik Output Numerik ANOVA

    Jenis Pemberian Cairan

    Kategorik Total serum bilirubin

    Numerik ANOVA

    Jenis Pemberian Cairan

    Kategorik Durasi fototerapi

    Numerik Mann Whitney

    Data yang berjenis kategorik-numerik serta terdistribusi normal yakni

    data total serum bilirubin, intake dan output diuji dengan ANOVA,

    sedangkan terdistribusi tidak normal yakni data durasi fototerapi diuji

    dengan Mann-Whitney test. Untuk data berjenis kategorik-kategorik

    yakni intake dan output diuji dengan Chi-Square.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • BAB 5

    HASIL PENELITIAN

    Bab ini menjelaskan hasil penelitian tentang status hidrasi, perubahan nilai total

    serum bilirubin selama periode fototerapi serta durasi fototerapi pada bayi yang

    diberi susu formula (kelompok1), bayi yang diberi ASI (kelompok 2) dan bayi

    yang diberikan ASI ditambah susu formula (kelompok 3) selama fototerapi.

    Sebelum menyajikan hasil penelitian akan dijelaskan beberapa kondisi di unit

    perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta yang dapat diobservasi oleh peneliti

    selama proses pengambilan data. Semua pasien menggunakan alat fototerapi

    dengan type yang sama yakni lampu fluorescent (Philips TL 20W/52, Philips

    Lighting, The Netherlands) dengan jarak 40 cm dari box bayi dengan kondisi mata

    tertutup dan menggunakan diapers. Suhu ruangan antara 26-280C. Fototerapi

    dilakukan terus menerus kecuali dihentikan pada saat pemberian cairan/minum,

    mandi dan intervensi keperawatan lain.

    Hasil penelitian meliputi karakteristik responden (usia saat mulai fototerapi, cara

    pemberian minum dan kejadian muntah), status hidrasi, perubahan nilai total

    serum bilirubin selama periode fototerapi dan durasi fototerapi. Status hidrasi

    meliputi masukan (intake) cairan yang dievaluasi dengan perubahan berat badan

    dan keluaran (output) cairan yang dievaluasi dengan rata-rata volume pengeluaran

    urin selama fototerapi.

    5.1 Analisis univariat

    Tabel 5.1.1 Distribusi Karakteristik Responden yang diFototerapi di Unit Perinatologi

    RSAB Harapan Kita Jakarta bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Karakteristik Mean Median SD Min-Max Nilai p uji

    Normalitas

    95% CI

    Usia (hari) 5,4 4 3,3 10 0,000 4,2 - 6,4 BB (gram) 3078,8 3050 316,9 2450-3750 0,412 2968,2 3189,3

    TSB(mg/dl) 14,9 14,8 2,06 11,5 - 19,8 0,482 14,2 15,7

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Tabel 5.1.1 menunjukkan karakteristik usia, berat badan (BB) dan total serum

    bilirubin (TSB).

    Tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa usia responden saat mulai fototerapi

    berdistribusi tidak normal dengan nilai p = 0,000. Rata-rata usia responden

    saat mulai fototerapi adalah 5,4 hari dengan standar deviasi 3,3 hari.

    Tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa berat badan responden saat mulai fototerapi

    berdistribusi normal dengan nilai p = 0,412. Rata-rata berat badan responden

    saat mulai fototerapi adalah 3078,9 gram dengan standar deviasi 316,9 gram,

    berat badan terkecil 2450 dan terbesar 3750 gram.

    .

    Tabel 5.1.1 menunjukkan bahwa nilai total serum bilirubin saat mulai

    fototerapi berdistribusi normal dengan nilai p = 0,482. Rata-rata nilai total

    serum bilirubin responden saat mulai fototerapi adalah 14,2 mg/dl dengan

    standar deviasi 2,06 mg/dl, rata-rata nilai total serum bilirubin terendah 11,5

    mg/dl dan tertinggi 19,8 mg/dl.

    5.1.2 Cara pemberian cairan

    Tabel 5.1.2 Distribusi Responden Menurut Cara Pemberian Cairan di Unit Perinatologi

    RSAB Harapan Kita Jakarta bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Cara Pemberian Cairan Jumlah Presentase

    1(breastfeeding murni) 8 23,5 % 2(breastfeeding sebagian ) 22 64,7 % 3(dengan cawan minum) 4 11,8 % Total 34 100%

    Tabel 5.1.2 menggambarkan bahwa hanya sebesar 8 responden (23,5 %) yang

    disusui langsung oleh ibu (breastfeeding murni) sebagai cara pemberian cairan

    dalam memenuhi kebutuhan cairan selama fototerapi.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • 5.1.3 Kejadian Muntah

    Tabel 5.1.3 Distribusi Kejadian Muntah Pada Responden Selama Fototerapi di Unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Kejadian Muntah Jumlah Presentase

    Ya 0 0 Tidak 34 100% Total 34 100%

    Tabel 5.1.3 di atas menunjukkan bahwa semua responden pada penelitian ini tidak

    ada yang mengalami muntah selama fototerapi.

    5.1.4 Perubahan berat badan

    Tabel 5.2.3 Rerata Presentase Perubahan Berat Badan Responden (% per hari) Selama

    Fototerapi di Unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta Bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Tabel 5.1.4 menunjukan bahwa dari 34 responden 17 diantaranya mengalami

    penurunan berat badan dengan rata-rata presentase penurunan berat badan selama

    fototerapi sebesar 0,9 % dari berat badan sebelumnya dengan standar deviasi

    sebesar 1,03 % dengan presentase penurunan berat badan terkecil 0,85% dari berat

    badan sebelumnya dan terbesar 3,33 % dari berat badan sebelumnya.

    Kategori Presentase perubahan berat badan

    N MeanSD Min-Max

    Menurun 17 0,9 1,03 0,85 3,33

    Tetap &Meningkat 17 1,3 0,66 0,49 3,1

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • 5.2 Analisis bivariat

    5.2.1 Berat Badan Tabel 5.2.1

    Distribusi Berat Badan Awal Responden Berdasarkan Jenis Pemberian Cairan di Unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta

    bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Jenis

    Pemberian

    Cairan

    N Berat Badan Awal

    MeanSD Min-Max p value

    Kelompok SF 4 3102,5368,6 2700-3594 0,98

    Kelompok ASI 15 3067,7325,3 2450-3515

    Kelompok ASI+SF 15 3083,5318,5 2515-3750

    Tabel 5.2.1 menunjukkan rata rata berat badan saat mulai fototerapi pada bayi

    yang hanya diberi Susu formula adalah 3102,5 gram dengan standar deviasi 368,6

    gram, pada bayi yang hanya diberi ASI adalah 3067,7 gram dengan standar

    deviasi 325,3 gram, sedangkan bayi yang diberi ASI ditambah susu formula rata-

    rata berat badannya saat mulai fototerapi adalah 3083,5 gram dengan standar

    deviasi 318,5 gram. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,98, berarti pada alpha

    5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata berat saat mulai

    fototerapi antara ketiga kelompok.

    5.2.2 Total Serum Bilirubin Tabel 5.2.2

    Distribusi Total Serum Bilirubin Responden Berdasarkan Jenis Pemberian Cairan di Unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta

    bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Tabel 5.2.2 menunjukkan rata rata nilai total serum bilirubin saat mulai

    fototerapi pada bayi yang hanya diberi susu formula adalah 14, 2 mg/dl dengan

    standar deviasi 2,9 mg/dl, pada bayi yang hanya diberi ASI adalah 14,3 mg/dl

    dengan standar deviasi 1,7 mg/dl, sedangkan bayi yang diberi ASI ditambah susu

    formula rata-rata berat badannya saat mulai fototerapi adalah 15,9 mg/dl dengan

    Jenis Pemberian Cairan n Awal MeanSD Min-Max p value

    Kelompok SF 4 14,22,9 11,5-18 0,049 Kelompok ASI 15 14,31,7 11,7-17,1 Kelompok ASI+SF 15 15,91,9 12,8-19,8

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • standar deviasi 1,9 mg/dl. Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,49, berarti pada

    alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata berat saat mulai

    fototerapi antara ketiga kelompok. Analisis lebih lanjut membuktikan bahwa ada

    perbedaan nilai total serum bilirubin saat mulai fototerapi antara kelompok bayi

    yang hanya diberi ASI dengan kelompok bayi yang diberi ASI dengan tambahan

    susu formula.

    5.2.3 Perubahan Berat Badan

    Tabel 5.2.3 Distribusi Perubahan Berat Badan Responden Berdasarkan Jenis Pemberian

    Cairan di Unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta Bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Tabel 5.2.3 menunjukkan bahwa dari 15 responden pada kelompok ASI 66,7%

    diantaranya mengalami penurunan berat badan selama fototerapi dari berat badan

    awal. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,189 maka dapat disimpulkan tidak ada

    perbedaan proporsi kejadian penurunan berat badan pada ketiga kelompok jenis

    pemberian cairan.

    Jenis

    Perubahan Berat Badan

    Menurun Tetap & Meningkat Total P Value

    % % N SF 50 50 4 0.189

    ASI 66,7 33,3 15 ASI+SF 33,3 66,7 15

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • 5.2.4 Volume pengeluaran urin

    Tabel 5.2.4 Rerata Volume Pengeluaran Urin (ml/KgBB/Jam) Responden Selama

    Fototerapi di Unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Jenis

    Pemberian

    Cairan

    N Urin Output

    MeanSD Min-Max 95% CI p

    value

    Kelompok SF 4 2,02 1,3 1,09-4,1 0,12-4,1 0,23

    Kelompok ASI 15 1,771,25 1,07-2,5 0,69-3,88

    Kelompok ASI+SF 15 2,470,87 1,99-2,96 0,94 -3,41

    Tabel 5.2.4. menunjukkan bahwa rata-rata volume pengeluaran urin terendah

    selama fototerapi terdapat pada kelompok responden yang hanya diberi ASI

    selama fototerapi dengan rata-rata volume pengeluaran urin sebesar 1,77

    ml/kgBB/jam, standar deviasi 1,25 ml/kgbb/jam. Sedangkan rata-rata volume

    pengeluaran urin tertinggi terdapat pada kelompok responden yang diberi ASI

    dengan tambahan susu formula selama fototerapi dengan rata-rata volume

    pengeluaran urin sebesar 2,47 ml/kgBB/jam, standar deviasi 0,87 ml/kgBB/jam.

    Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata volume

    pengeluaran urin pada ketiga kelompok.

    5.2.5 Perbedaan status hidrasi

    Tabel 5.2.1 Distribusi Status Hidrasi Responden Selama Fototerapi Berdasarkan Jenis Pemberian Cairan di Unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta bulan

    Mei - Juni 2010 (n=34)

    Jenis Pemberian Cairan

    N

    Parameter Status Hidrasi

    Intake Output Tidak

    Adekuat Adekuat p

    Value Rendah Normal+Tinggi P

    Value

    % % % % SF 4 0 100 0,521 75 25 0,051

    ASI 15 6,7 93,3 66,7 33,3

    ASI+SF 15 0 100 26,7 73,3

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Tabel 5.2.5 menggambarkan bahwa 6,7% responden pada bayi yang hanya diberi

    ASI selama fototerapi berada dalam status masukan (intake) cairan yang tidak

    adekuat selama fototerapi dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,521 maka

    dapat disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap status masukan

    cairan antara ke tiga kelompok jenis pemberian cairan.. Sedangkan hasil analisis

    rata-rata volume pengeluaran urin dengan jenis pemberian cairan selama

    fototerapi diperoleh bahwa tingkat volume pengeluaran urin normal dan tinggi

    terbanyak terdapat pada kelompok responden yang diberi ASI dengan tambahan

    susu formula selama fototerapi sebesar 73,3 % dari 15 responden dengan hasil uji

    statistik diperoleh nilai p=0,051 maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan

    yang bermakna terhadap tingkat volume pengeluaran urin antara ke tiga kelompok

    jenis pemberian cairan.

    5.2.6 Perubahan Nilai Total Serum Bilirubin (mg/dl)

    Tabel 5.1.5 Distribusi Perubahan Nilai Total Serum Bilirubin (mg/dl) di Unit Perinatologi

    RSAB Harapan Kita Jakarta Bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Jenis Pemberian Cairan

    N Awal Akhir Selisih p value MeanSD Min-

    Max MeanSD Min-

    Max MeanSD Min-

    Max Kelompok SF

    4 14,22,9 11,5-18

    10,40,9 9,7-11,7

    3,8 2,2 1,8-6,3

    0,009

    Kelompok ASI

    15 14,31,7 11,7-17,1

    10,11,3 8,3-12,7

    4,21,3 1,6-5,9

    Kelompok ASI+SF

    15 15,91,9 12,8-19,8

    9,8 1,6 7,3-13,4

    6,12,0 2-9

    Tabel 5.2.6 menunjukkan rata-rata total serum bilirubin awal dan akhir terjadi

    penurunan antara nilai total serum bilirubin awal dengan nilai total serum

    bilirubin akhir pada semua kelompok dengan jenis pemberian cairan yang

    berbeda. Selisih terbesar dicapai oleh kelompok bayi yang diberi ASI dengan

    tambahan susu formula yakni sebesar 6,1 mg/dl dan standar deviasi 2,0 dengan

    selisih minimal 2mg/dl maksimal 9 mg/dl. Terdapat perbedaan yang bermakna

    antara nilai total serum bilirubin awal dengan nilai total serum bilirubin akhir

    pada semua kelompok dengan jenis pemberian cairan yang berbeda. Analisis lebih

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • lanjut terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok ASI dengan kelompok

    ASI dengan tambahan susu formula.

    5.2.7 Perubahan Nilai Total Serum Bilirubin (%)

    Tabel 5.2.7 Distribusi Rata-rata Perubahan Nilai Total Serum Bilirubin (%) per jam

    Responden Berdasarkan Jenis Pemberian Cairan di Unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta Bulan Mei - Juni 2010 (n=34)

    Jenis Pemberian Cairan

    N Mean

    Std. Deviation

    95% CI

    P Value

    SF 4 0,61 0,17 0,3-0,9 0,76 ASI 15 0,69 0,18 0,6-0,8

    ASI+SF

    15

    0,65

    0,24

    0,5-0,8

    Tabel 5.2.7 menunjukkan data rata-rata persentase perubahan nilai total serum

    terdistribusi normal dengan nilai p uji normalitas = 0,074. Rata-rata persentase

    perubahan nilai total serum bilirubin per jam pada kelompok SF yakni sebesar

    0,61% dengan standar deviasi 0,17%. Rata-rata persentase perubahan nilai total

    serum bilirubin per jam pada kelompok ASI yakni sebesar 0,69% dengan standar

    deviasi 0,18%. Rata-rata persentase perubahan nilai total serum bilirubin per jam

    pada kelompok ASI + SF yakni sebesar 0,65% dengan standar deviasi

    0,24%.Hasil uji statistik didapat nilai p=0,76, berarti pada alpha 5% dapat

    disimpulkan tidak ada perbedaan rata-rata persentase perubahan nilai total serum

    bilirubin per jam diantara ke tiga kelompok jenis pemberian cairan.

    5.2.8 Perbedaan durasi fototerapi

    Tabel 5.2.8

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • Perbedaan Durasi (Jam) Fototerapi Berdasarkan Jenis Pemberian Cairan di Unit Perinatologi RSAB Harapan Kita Jakarta Bulan Mei - Juni 2010

    (n=34)

    Jenis Pemberian Cairan

    Mean Median

    Std. Deviation

    95% CI

    P Value

    SF (n=4)

    42

    48

    12

    22,9 61

    0,001

    ASI (n=15)

    44,8

    48

    17,8

    34,9 - 54,7

    ASI+SF (n=15)

    62,5

    52

    21,4

    50,6 - 74,3

    Hasil analisis tabel 5.2.8 menunjukkan bahwa data durasi fototerapi terdistribusi

    tidak normal dengan nilai p uji normalitas = 0,001. Rata-rata durasi fototerapi

    pada kelompok SF adalah 42 jam dengan standar deviasi 12 jam. Pada kelompok

    ASI rata-rata durasi fototerapi adalah 44,8 jam dengan standar deviasi 17,8 jam.

    Pada kelompok ASI+SF Rata-rata durasi fototerapi adalah 62,5 jam dengan

    standar deviasi 21,4 jam. Hasil uji statistik didapat nilai p=0,001, berarti pada

    alpha 5% dapat disimpulkan ada perbedaan rata-rata durasi fototerapi diantara ke

    tiga kelompok jenis pemberian cairan. Analisis lebih lanjut membuktikan bahwa

    kelompok yang berbeda signifikan antara kelompok ASI+SF dengan kelompok

    SF dan kelompok ASI.

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • BAB 6

    PEMBAHASAN

    Bab ini akan menguraikan pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan dengan

    teori dan tujuan penelitian yang meliputi interpretasi hasil dan diskusi hasil seperti

    yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, Di samping itu pula akan

    menjelaskan tentang keterbatasan penelitian dan implikasi penelitian untuk

    keperawatan.

    6.1 Interpretasi dan diskusi hasil Interpretasi hasil penelitian didasarkan pada tujuan penelitian. Tujuan dari

    penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik responden,

    mendeskripsikan status hidrasi responden pada ketiga kelompok jenis

    pemberian cairan selama fototerapi, mengidentifikasi perbedaan status hidrasi

    responden selama fototerapi, mengidentifikasi perbedaan perubahan nilai

    total serum bilirubin dan durasi fototerapi pada ketiga kelompok jenis

    pemberian cairan.

    6.1.1 Karakteristik responden 6.1.1.1 Usia

    Usia merupakan variabel yang penting untuk diketahui terkait

    dengan kemampuan dan kesiapan bayi dalam pemberian makan,

    menentukan tingkat kebutuhan cairan/nutrisi, kemampuan ginjal

    dalam memproduksi dan mengeluarkan urin(Bobak, Lowdermilk,

    & Jensen, 2005).

    Bayi baru lahir memiliki mekanisme khusus untuk

    mengkoordinasi refleks pernapasan, refleks mengisap dan refleks

    menelan yang diperlukan dalam pemberian cairan berupa ASI

    dan atau susu formula, tetapi bayi baru lahir belum mampu

    memindahkan makanan dari mulut ke faring, kondisi ini tidak

    berlangsung lama karena dengan sendirinya mereka akan belajar

    Hubungan jenis..., Rahmah, FIK UI, 2010

  • secara cepat untuk mengkoordinasikannya sehingga mereka

    mampu menelan dengan mudah (Murray & McKinney, 2007).

    Bayi yang lahir cukup bulan, fungsi ginjal yang mirip dengan

    fungsi orang dewasa belum dimiliki sampai usia tahun kedua

    kehidupan, sehingga pada saat lahir hanya terdapat sejumlah

    kecil urin dalam kandung kemih, dan bayi dapat tidak

    mengeluarkan urin selama 12-24 jam. Pada umumnya bayi cukup

    bulan mengeluarkan urin 15 sampai 60ml/kgBB dalam 24 jam

    (Blackburn, 2007).

    Hasil penelitian ini menunjukan menunjukan bahwa rata-rata usia

    responden saat mulai fototerapi adalah 5,9 hari dengan stndar

    deviasi 3,3 hari.

    Has