pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

23
Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Urinaria) A. Pengertian Sistem Urinaria Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria : 1. GINJAL Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula. Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah celah antara pedikel itu sangat teratur. Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal. a. Bagian Bagian Ginjal Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian,

Upload: operator-warnet-vast-raha

Post on 12-Jul-2015

168 views

Category:

Design


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan (Urinaria)

A. Pengertian Sistem Urinaria

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh

tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).

B. Susunan Sistem Perkemihan atau Sistem Urinaria :

1. GINJAL

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.

Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan,

ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki – laki lebih panjang

dari pada ginjal wanita.

Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler

terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip jari disebut

podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok –

belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel

renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a. Bagian – Bagian Ginjal Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian,

Page 2: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).

1. Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai

bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi

Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang

terdapat di dalam sumsum ginjal.

2. Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian

dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna

renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan

darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses.

3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi

papila renis dari piramid. Kliks minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam

kandung kemih (vesikula urinaria).

b. Fungsi Ginjal:

1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.

2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan

berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).

Page 3: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.

4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.

c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :

1. Tes untuk protein albumin

Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka protein dapat bocor masuk ke dalam urine. 2. Mengukur konsentrasi urenum darah

Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20

– 40) mg%. 3. Tes konsentrasi

Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai seberapa tinggi berat jenisnya

naik.

d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang

berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk

gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

Persyarafan Ginjal Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur

jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan

senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

2. URETER

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih (vesika

Page 4: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan

mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter

meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. VESIKULA URINARIA ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.

Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan

ligamentum vesika umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari

rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate.

2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Page 5: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih

(proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus

dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing

keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem

persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih

terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus

limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

4. URETRA

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.

Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.

Uretra pada laki – laki terdiri dari :

1. Uretra Prostaria

2. Uretra membranosa 3. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan

submukosa.

Page 6: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar),

lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan

uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.

C. Urine (Air Kemih)

1. Sifat – sifat air kemih - Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor

lainnya.

- Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. - Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.

- Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.

- Baerat jenis 1.015 – 1.020.

- Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).

2. Komposisi air kemih

- Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air

- Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin

- Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat

- Pigmen (bilirubin, urobilin) - Toksin

- Hormon

3. Mekanisme Pembentukan Urine

Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat

(cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan

Page 7: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

sebagian diserap kembali.

4. Tahap – tahap Pembentukan Urine

a. Proses filtrasi

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan

darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.

b. Proses reabsorpsi

Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi

pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah,

penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan)

Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya.

Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter,

urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.

4. Mikturisi

Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine.

Miktruisi merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat – pusat

persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

5. Ciri – ciri Urine Normal Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan jumlah cairan yang

masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

Page 8: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 1. Diet dan Asupan (intake)

Jumlah dan tipe makanan merupakan faiKtcw utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk. Selain itu, juga dapat

meningkatkan pembentukan urine. 2. Respons Keinginan Awal untuk Berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak

tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine.

3. Gaya Hidup Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.

4. Stres Psikologis

Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi.

5. Tingkat Aktivitas Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.

Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.

6. Tingkat Perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih. I-Ial tersebut

dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang airkecil

7. Kondisi Penyakit Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.

8. Sosiokultural Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada

masyarakat tertentu yang meaarang untuk buang air kecil di tempat tertentu9. Kebiasaan Seseorang

Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.

10. Tonus Otot Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otioti kandung

kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.

11. Pembedahan Efek pembedahan dapat menye;babkan penurunan pemberian obat anestesi menurunkan filtrasi

glomerulus yang dapat jumlah produksi urine karena dampak dari 12. Pengobatan

Page 9: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan

pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine. 13. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi

urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine.

Kelainan- kelainan pada sistem perkemihan Masalah-masalah dalam Eliminasi Masalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola urine

(frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan urine suppression). Penyebab umum masalah ini adalah :

- Obstruksi - Pertumbuhan jaringan abnormal - Batu

- Infeksi - Masalah-masalah lain.

1. Retensi a) Adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.

b) Menyebabkan distensi kandung kemih c) Normal urine berada di kandung kemih 250 – 450 ml

d) Urine ini merangsang refleks untuk berkemih. e) Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml urine

Tanda-tanda klinis retensi a) Ketidaknyamanan daerah pubis.

b) Distensi kandung kemih c) Ketidak sanggupan unutk berkemih. d) Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml)

e) Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya. f) Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.

2. Inkontinensi urine a) Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih

b) Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensia sampai inkontinensi komplit

c) Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia sampai inkontinensi sebagian Penyebab Inkontinensi

a) Proses ketuaan b) Pembesaran kelenjar prostat

c) Spasme kandung kemih d) Menurunnya kesadaran

Page 10: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

e) Menggunakan obat narkotik sedative I. Perubahan pola berkemih

1. Frekuensi a) Normal, meningkatnya frekuensi berkemih, karena meningkatnya cairan

b) Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena cystitis c) Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil d) Canture / nokturia – meningkatnya frekuensi berkemih pada malam hari, tetapi ini tidak

akibat meningkatnya intake cairan. 1. Urgency

a) Adalah perasaan seseorang untuk berkemih b) Sering seseorang tergesa-gesa ke toilet takut mengalami inkontinensi jika tidak berkemih c) Pada umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol sfingter eksternal.

1. Dysuria a) Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih

b) Dapat terjadi karena : striktura urethra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung kemih dan urethra. 1. Polyuria

a) Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan

b) Dapat terjadi karena : DM, defisiensi ADH, penyakit ginjal kronik c) Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan. 1. Urinari suppresi

a) Adalah berhenti mendadak produksi urine b) Secara normnal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 – 120

ml/jam (720 – 1440 ml/hari) dewasa c) Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari disanuria d) Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria misalnya 100 –

500 ml/hari e) Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar dan shock.

J. Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan Urine meliputi Volime, warna, Berat Jenis, Ph, Protein, Bikokarbonat, warna

tambahan, dan osmolalitas. 2. pemeriksaan darah meliputi : HB, SDM, kalium, Natrium, pencitraan radionuklida, dan

Klorida, fosfat, dan magnesium meningkat. 3. pemeriksaan ultrasound ginjal 4. arteriogram ginjal

5. EKG 6. CT Scan

7. Endourologi 8. Urografi ekskretorius 9. sistouretrogram berkemih

Askep masalah kebutuhan eliminasi urine Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Eliminasi Urine

A. Pengkajian Keperawatan

Page 11: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Pengkajian pada kebutuhan elimiasi urine meliputi : 1. Kebiasaan berkemih

Pengkajian ini meliputi bagaimana kebisaan berkemih serta hambatannya. Frekuensi berkemih tergatung pada kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang berkemih setiap hari pada waktu

bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada waktu malam hari. 2. Pola berkemih • frekuensi berkemih

frekuesi berkemih menentuka berapa kali individu berkemih dalam waktu 24 jam • Urgensi

Perasaan seseorang untuk berkemih seperti seseorang ke toilet karena takut megalami inkotinensia jika tidak berkemih • Disuria

Keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih. Keadaan ini ditemukan pada striktur uretra, infeksi saluran kemih, trauma pada vesika urinaria.

• Poliuria Keadaan produksi urine yang abnormal yang jumlahnya lebih besar tanpa adanya peingkata asupa caira. Keadaan ini dapat terjadi pada penyekit diabetes, defisiensi ADH, da pen yakit

kronis ginjal. • Urinaria supresi

Keadaan produksi urine yang berhenti secara medadak. Bila produksi urine kurag dari 100 ml/hari dapat dikataka anuria, tetapi bila produksiya atara 100 – 500 ml/hari dapat dikataka sebagai oliguria.

3. Volume urine volume urine menentukan berapa jumlah urine yang dikeluarka dalam waktu 24 jam.

4. faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih

• diet da asupan (diet tinngi protei dan natirum) dapat mempengaruhi jumlah urine yang dibentuk, sedangka kopi dapat meningkatkan jumlah urine

• gaya hidup • stress psikologi dapat meingkatka frekuensi keinginan berkemih. • Tingkat aktivitas

5. Keadaan urine Keadaan urie meliputi : warna, bau, berat jeis, kejerihan, pH, protei, darah, glukosa.

6. Tanda klinis gangguan elimiasi urine seperti retensi urine, inkontinensia uirne. B. Diagnosa Keperawatan

Diagosa keperawata yang terjadi pada masalah kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut :

1. Perubahan pola eliminasi urine b/d Ketidakmampuan salura kemih akibat anomali saluran urinaria Penurunan kapsitas atau iritasi kandung kemih akibat penyakit§

Kerusakan pada saluran kemih§ Efek pembedahan pada saluran kemih§

2. Inkontinensia fungsional b/d penurunan isyarat kandung kemih§ dan kerusakan kemampuan untuk mengenl isyarat akibat

Page 12: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

cedera atau kerusakan k. Kemih kerusakan mobilitas§

kehilangan kemampuan motoris dan sensoris§ 3. Inkontinensia refleks b/d

Gagalnya fungsi rangsang di atas tingkatan arkus refleks akibat cedera pada m. spinalis 4. Inkontinensia stress b/d Tingginya tek. Intraabdimibal dan lemahnya otor peviks akibat kehamilan§

Penurunan tonus otot 5. Inkontinensia total b/d

Defisit komnikasi atau persepsi 6. Inkontinensia dorongan b/d Penurunan kapasitas k. Kemih akibat penyakit infeksi, trauma, tindakan pembedahan, faktor

penuaan 7. retesi urine b/d

adanya hambatan pada sfingter akibat pebyakit striktur, BHP 8. perubahan body image b/d inkontinensia dan enuresis

9. resiko terjadinya infeksi salura kemih b/d pemasangan kateter , kebersihan perineum yang kurang

10. resiko perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d gangguan drainase ureterostomi. C. Perencanaan Keperawatan

Tujuan : 1. memahami arti eliminasi urine

2. membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh 3. mencegah infeksi 4. mempertahankan integritas kulit

5. memberikan rasa nyaman 6. mengembalikan fungsi kandung kemih

7. memberikan asupan secara tepat 8. mencegah kerusakan kulit 9. memulihkan self esteem atau mencegah tekanan emosional

D. Rencanakan Tindakan :

1. monitor/obervasi perubahan faktor, tanda dan gejala terhadap masalah perubahan eliminasi urine, retensi dan urgensia 2. kurangi faktor yang mempengaruhi/penyebab masalah

3. monitor terus perubahan retensi urine 4. lakukan kateterisasi urine

Inkontinensia dorongan

1. pertahankan hidrasi secara optimal 2. ajarkan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih dengan cara

3. ajarkan pola berkemih terencana (untuk mengatasi kontraksi kandung kemih yang tidak biasa) 4. anjurkan berkemih pada saat terjaga seperti setelah makan, latihan fisik, mandi

Page 13: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

5. anjurkan untuk menahan sampai waktu berkemih 6. lakukan kolaborasi dengan tim dokter dalam mengatasi iritasi kandung kemih

Inkontinensia total

1. pertahankan jumlah cairan dan berkemih 2. rencanakan program kateterisasi intermiten apabila ada indikasi 3. apabila terjadi kegagalan pada latihan kandung kemih pertimbangan untuk pemasangan kateter

indweeling

Inkontinensia stress kurangi faktor penyebab seperti : 1. kehilangan jaringan atau tonus otot, dengan cara :

• ajarkan untuk mengidentifikasi otot dasar pelviks dan kekuatan dan kelemahannya saat melakukan latihan

• untuk otot dasar pelviks anterior bayangkan anda mencoba menghentikan aliran urine, kencangkan otot-otot belakang dan depan dalam waktu 10 detik, kemudian lepaskan atau rileks, ulangi hingga 10 kalidan lakukan 4 kali sehari

2. meningkatkan tekanan abdomen dengan cara : • latih untuk menghindari duduk lama

• latih untk sering berkemih sedikitnya tiap 2 jam.

Inkontinensia fungsional

Ajarkan teknik merangsang redleks berkemih, dengan berkemih seperti : mekanisme supra pubis kutaneus 1. ketuk supra pubis secara dalam, tajam dan berulang

2. anjurkan pasien untuk • posisi setengah duduk

• mengetuk kandung kemih secara langsug denga rata-rata 7 – 8 kali seiap detik • gunakan sarung tangan • pindahkan sisi rangsangan di atas kandung kemih untuk menentukan posisi saling berhasil

• lakukan hingga aliran baik • tunggu kurang lebih 1 menit dan ulangi hingga kandung kemih kosong

• apabila rangsangan dua kali lebih dan tidak ada respon, berarti sudah tidak ada lagi yang dikeluarkan. 3. apabila belum berhasil, lakukan hal berikut ini selama 2- 3 menit dan berikan jeda waktu 1

menit di antara setiap kegiatan • tekan gland penis

• pukul perut di atas ligamen inguinalis • tekan paha bagian dalam 4. catat jumlah asupan dan pengeluaran

5. jadwalkan program kateterisasi pada saat tertentu

Inkontinensia Fungsional 1. tingkatkan faktor yang berperan dalam kontinen, sepperti :

Page 14: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

a. Pertahakan hidrasi optimal dengan cara b. Pertahankan nutrisi yang adekuat

c. Tingkatka intergritas diri dan berikan motivasi kemampuan mengontrol kandung kemih, dengan cara menghindari penggunaan bedpan (pispot).

d. Tingkatkan integritas kulit dengan cara e. Tingkatkan higiene perseorangan denga cara 2. jelaskan cara mengenali perubahan urine yang abnormal seperti adanya peningkatan mukosa,

darah dala urine dan perubahan warna 3. ajarkan cara memantau adanya tanda dan ISK, seperti peningkatan suhu, perubahan keadaan

urine, nyeri supra pubis bagian atas, nyeri saat berkemih, mual, muntah E. Pelaksanaan (tindakan Keperawatan)

Pengumpulan Urine untuk bahan pemeriksaan Mengingat tujuan pemeriksaan berbeda-beda, maka pengambilan sampel urine juga dibeda-

bedakan sesuai dengan tujuannya. Cara pengambilan urine tersebut atara lain : pegambilan urine biasa, pegambila urine steril dan pengumpulan selama 24 jam. 1. pengambilan urine biasa merupaka pengambilan urine dengan cara mengeluarkan urine seperti

biasa, yaitu buang air kecil. Biasanya untuk memeriksa gula atau kehamilan. 2. pengambilan urine steril merupakan pengambilan urine dengan cara dengan menggunakan alat

steril, dilakukan dengan menggunakan alat steril, dilakukan dengan keteterisasi atau pungsi supra pubis. Pengambilan urine steril bertujuan mengetahui adanya infeksi pada uretra, ginjal atau saluran kemih lainnya.

3. pengambilan urine selama 24 jam merupakan pengambilan urine yang dikumpulkan dalam 24 jam, bertujuan untuk mengeetahui jumlah urine selama 24 jam dan mnegukur berat jenis urine,

asupan dan pengeluaran serta mengetahui fungsi ginjal. Alat : 1. botol penampung beserta penutup

2. etiket khusus Prosedur Kerja

1. mencuci tangan 2. jelaskan prosedur yang akan dilakukan 3. bagi pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri, bantu untuk BAK, keluarkan urine

setelah itu tampung dengan meggunakan botol 4. bagi pasien yang mampu BAK sendiri, anjurka pasien untuk BAK dan anjurkan untuk

menampung urine ke dalam botol. 5. catat nama dan tanggal pengambilan pemeriksaan 6. cuci tangan

Menolong untuk buang air kecil dengan menggunakan urinal

Menolong BAK dengan menggunakan urinal merupakan tindakan keperawatan dengan membantu pasien yang tidak mampu BAK sendiri dikamar kecil dengan menggunakan alat penampung dengan tujuan menampung urine dan mengetahui kelainan urine (warna dan jumlah)

Alat dan bahan : 1. urinal

2. pengalas 3. tisu

Page 15: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Prosedur Kerja 1. Cuci tangan

2. jelaskna prosedur pada pasine 3. pasang alas urinal di baah glutea

4. lepas pakaian bawah pasien 5. pasang urinal dibawah glutea/pinggul atau diantara kedua paha 6. anjurkan pasien untuk berkemih

7. setelah selesai, rapikan alat 8. cuci tangan dan catat warna serta jumlah produksi urine

Melakukan kateterisasi Indikasi : Tipe Intermitten

o tidak mampu berkemih 8 – 12 jam setelah operasi o retensi akut setelah trauma uretra

o tidak mampu berkemih akibat obat sedatif atau analgesik o cedera pada tulang belakang o degenerasi neuromuskular secara progresif

o pengeluaran urine residual Tipe Indwelling

o obstruksi aliran urine o pasca operasi saluran uretra dan struktur disekitarnya o obstruksi uretra

o inkontinensia dan disorientasi berat Alat dan bahan

1. sarung tangan steril 2. kateter steril (sesuai denga ukurannya dan jenis) 3. Duk steril

4. minyak pelumas/ gel 5. larutan pembersih antiseptik

6. spuit yang berisi cairan 7. perlak dan alasnya 8. pinset anatomi

9. bengkok 10. urinal bag

11. sampiran Prosedur Kerja U/ pasien priaØ

1. cuci tangan 2. jelaskan prosedur

3. atur ruangaan/ pasang sampiran 4. pasang perlak/alas 5. gunakan sarung steril

6. pasang duk steril 7. pegang penis dengan tangan sebelah kiri, lalu preputium ditarik sedikt ke pangkalnya dan

bersihkan dengan kapas savlon 8. beri gel pada ujung kateter, lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan untuk tarik napas

Page 16: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

9. jika tertahan, jangan dipaksa 10. setelah kateter masuk, isi balon dengan cairan aquades

11. sambung kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah paha 12. rapikan alat

13. cuci tangan U/ pasien wanitaØ 1. cuci tangan

2. jelaskan prosedur 3. atur ruangan

4. pasang perlak/alas 5. gunakan sarung tangan steril 6. pasang duk steril

7. versihka vulva kapas savlon dari atas ke bawah 8. buka labia mayor dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri lalu bersihkan bagian dalam

9. beri gel pada ujunng kateter lalu masukkan pelan-pelan sambil anjurkan tarik napas, hingga urine keluar 10. setelah selesai, isi balon dengan cairan aquades atau sejenisnya menggunaka spoit

11. sambung kateter denga urine bag dan fiksasi ke arah samping 12. rapikan alat

13. cuci tangan Menggunakan kondom kateter Menggunakan kondom kateter merupakan tindakan keperawata dengan cara memeberikan

kondom kateter pada pasine yang tidak mampu mengontrol berkemih. Cara ini bertujuan agar pasine dapat berkemih dan mempertahankannya.

Alat dan bahan 1. sarung tangan 2. air sabun

3. pengalas 4. kondom kateter

5. Urinal bag 6. sampiran Prosedur kerja

1. cuci tangan 2. jelaskan prosedur pada klien

3. atur ruangan/pasang sampiran 4. pasang perlak/alas 5. gunakan sarung tangan

6. atur posisi klien dengan terlentang 7. bersihkan area genitalia dengan sabun dan bilas dengan air hangat bersih kemudian keringkan.

8. lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 – 5 cm ruang antara glans penis dengan ujung kondom 9. letakkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat

10. hubungkan ujung kondom kateter dengan saluran urobag 11. rapikan alat

12. cuci tangan F. Evaluasi Keperawatan

Page 17: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Evaluasi keperaatan terhadap gangguan kebutuhan eliminasi urine secara umum dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam :

1. miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau

kateter. 2. mengosongkan kandung kemih, ditunjukkan dengan berkurannya distensi, volume urine residu, dan lancarnya kepatenan drainase

3. mencegah infeksi/ bebas dari infeksi, ditunjukkan dengan tidak adanya infeksi, tidak ditemukan adanya disuria, urgensi, frekuensi, dan rasa terbakar

4. mempertahankan intergritas kulit, ditunjukkan dengan adanya perineal kering tanpa inflamasi an kulit di sekitar uterostomi kering. 5. memnerikan pasa nyaman, ditunjukkan dengan berkurangnya disuria, tidak ditemukan adanya

distensi kandung kemih dan adanya ekspresi senang. 6. Melakukan Bladder training, ditunjukkan dengan berkurangnya frekuensi inkontinensia dan

mampu berkemih di saat ingin berkemih. PROSEDUR PEMASANGAN KATETER

1. Definisi • Kateter adalah pipa untuk memasukkan atau mengeluarkan cairan

• Kateter terutama terbuat dari bahan karet atau plastik, metal, woven silk dan silikon • Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk menampung air seni yang be rubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal

• Kateterisasi kandung kemih adalah dimasukkannya kateter melalui urethra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air seni atau urine.

2. Tujuan • Untuk segera mengatasi distensi kandung kemih

• Untuk pengumpulan spesimen urine • Untuk mengukur residu urine setelah miksi di dalam kandung kemih

• Untuk mengosongkan kandung kemih sebelum dan selama pembedahan 3. Prosedur

A. Alat

a. Tromol steril berisi b. Gass steril c. Deppers steril

d. Handscoen e. Cucing

f. Neirbecken g. Pinset anatomis h. Doek

i. Kateter steril sesuai ukuran yang dibutuhkan j. Tempat spesimen urine jika diperlukan

k. Urinebag l. Perlak dan pengalasnya

Page 18: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

m. Disposable spuit n. Selimut

B. Obat

a. Aquadest b. Bethadine c. Alkohol 70 %

C. Petugas

a. Pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dibutuhkan dalam rangka tindakan preventif memutus rantai penyebaran infeksi nosokomial b. Cukup ketrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan dimaksud

c. Usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati

d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan

D. Penderita Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan

penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent E. Penatalaksanaan

1. Menyiapkan penderita : untuk penderita laki-laki dengan posisi terlentang sedang wanita dengan posisi dorsal recumbent atau posisi Sim

2. Aturlah cahaya lampu sehingga didapatkan visualisasi yang baik

3. Siapkan deppers dan cucing , tuangkan bethadine secukupnya

4. Kenakan handscoen dan pasang doek lubang pada genetalia penderita 5. Mengambil deppers dengan pinset dan mencelupkan pada larutan bethadine

6. Melakukan desinfeksi sebagai berikut :

Pada penderita laki-laki : Penis dipegang dan diarahkan ke atas atau hampir tegak lurus dengan tubuh untuk meluruskan urethra yang panjang dan berkelok agar kateter mudah dimasukkan.

desinfeksi dimulai dari meatus termasuk glans penis dan memutar sampai pangkal, diulang sekali lagi dan dilanjutkan dengan alkohol. Pada saat melaksanakan tangan kiri memegang penis

sedang tangan kanan memegang pinset dan dipertahankan tetap steril. Pada penderita wanita : Jari tangan kiri membuka labia minora, desinfeksi dimulai dari atas

(clitoris), meatus lalu kearah bawah menuju rektum. Hal ini diulang 3 kali . deppers terakhir ditinggalkan diantara labia minora dekat clitoris untuk mempertahankan penampakan meatus

urethra.

Page 19: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

7. Lumuri kateter dengan jelly dari ujung merata sampai sepanjang 10 cm untuk penderita laki-laki dan 4 cm untuk penderita wanita. Khusus pada penderita laki-laki gunakan jelly dalam

jumlah yang agak banyak agar kateter mudah masuk karena urethra berbelit-belit

8. Masukkan katether ke dalam meatus, bersamaan dengan itu penderita diminta untuk menarik nafas dalam.

Untuk penderita laki-laki : Tangan kiri memegang penis dengan posisi tegak lurus tubuh penderita sambil membuka orificium urethra externa, tangan kanan memegang kateter dan

memasukkannya secara pelan-pelan dan hati-hati bersamaan penderita menarik nafas dalam. Kaji kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan kateterisasi dihentikan. Menaruh neirbecken di bawah pangkal kateter

sebelum urine keluar. Masukkan kateter sampai urine keluar sedalam 5 – 7,5 cm dan selanjutnya dimasukkan lagi +/- 3 cm.

MENGHITUNG URINE OUTPUT Inteake / cairan masuk = Output / cairan keluar + IWL (Insensible Water Loss) Intake / Cairan Masuk : mulai dari cairan infus, minum, kandungan cairan dalam makanan

pasien, volume obat-obatan, termasuk obat suntik, obat yang di drip, albumin dll.

Output / Cairan keluar : urine dalam 24 jam, jika pasien dipasang kateter maka hitung dalam ukuran di urobag, jka tidak terpasang maka pasien harus menampung urinenya sendiri, biasanya ditampung di botol air mineral dengan ukuran 1,5 liter, kemudian feses.

IWL (insensible water loss(IWL) : jumlah cairan keluarnya tidak disadari dan sulit diitung, yaitu

jumlah keringat, uap hawa nafa. RUMUS IWL

IWL = (15 x BB ) 24 jam

Cth: Tn.A BB 60kg dengan suhu tubuh 37⁰C (suhu normal)

IWL = (15 x 60 ) = 37,5 cc/jam 24 jam

*kalo dlm 24 jam —-> 37,5 x 24 = 900cc/24 jam *Rumus IWL Kenaikan Suhu

[(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu] + IWL normal

24 jam Cth: Tn.A BB 60kg, suhu= 39⁰C, CM= 200cc

IWL = [(10%x200)x(39⁰C-37⁰C)] + 37,5cc

24 jam

= (20×2) + 37,5cc 24

Page 20: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

= 1,7 + 37,5 = 39cc/jam

*CM : Cairan Masuk Menghitung balance cairan seseorang harus diperhatikan berbagai faktor, diantaranya Berat

Badan dan Umur..karena penghitungannya antara usia anak dengan dewasa berbeda. Menghitung balance cairanpun harus diperhatikan mana yang termasuk kelompok Intake cairan dan mana yang output cairan. Berdasarkan kutipan dari Iwasa M. Kogoshi S (1995) Fluid

Therapy do (PT. Otsuka Indonesia) penghitungan wajib per 24 jam bukan pershift. PENGHITUNGAN BALANCE CAIRAN UNTUK DEWASA

Input cairan: Air (makan+Minum) = ……cc Cairan Infus = ……cc Therapi injeksi = ……cc

Air Metabolisme = ……cc (Hitung AM= 5 cc/kgBB/hari) Output cairan: Urine = ……cc

Feses = …..cc (kondisi normal 1 BAB feses = 100 cc) Muntah/perdarahan cairan drainage luka/

cairan NGT terbuka = …..cc IWL = …..cc (hitung IWL= 15 cc/kgBB/hari)

(Insensible Water Loss) Contoh Kasus: Tn Y (35 tahun) , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari kedua..akibat appendix

perforasi, Keadaan umum masih lemah, kesadaran composmentis..Vita l sign TD: 110/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 20 x/menit, T 37 °C: masih dipuasakan, saat ini terpasang NGT terbuka

cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose 5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang catheter urine dengan jumlah urine 1700 cc, dan mendapat

tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefat 2 x 1 gram yg didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian, Hitung balance cairan Tn Y!

Input Cairan: Infus = 2000 cc Tranfusi WB = 300 cc

Obat injeksi = 100 cc AM = 300 cc (5 cc x 60 kg) +

——————————————— 2700 cc

Output cairan: Drainage = 100 cc NGT = 200 cc

Urine = 1700 cc IWL = 900 cc (15 cc x 60 kg) + ———————————————-

2900 cc Jadi Balance cairan Tn Y dalam 24 jam : Intake cairan – output cairan

2700 cc – 2900 cc - 200 cc.

Page 21: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Bagaimana jika ada kenaikan suhu? maka untuk menghitung output terutama IWL gunakan rumus :

IWL + 200 (suhu tinggi – 36,8 .°C), nilai 36,8 °C adalah konstanta Andaikan suhu Tn Y adalah 38,5 °C, berapakah Balance cairannya?

berarti nilai IWl Tn Y= 900 + 200 (38,5 °C – 36,8 .°C) = 900 + 200 (1,7) = 900 + 340 cc

= 1240 cc Masukkan nilai IWL kondisi suhu tinggi dalam penjumlahan kelompok Output :

Drainage = 100 cc NGT = 200 cc Urine = 1700 cc

IWL = 1240 cc + ————————–

3240 cc Jadi Balance cairannya dalam kondisi suhu febris pada Tn Y adalah : 2700 cc – 3240 cc = -540 cc

Menghitung Balance cairan anak tergantung tahap umur, untuk menentukan Air Metabolisme,

menurut Iwasa M, Kogoshi S dalam Fluid Tehrapy Bunko do (1995) dari PT. Otsuka Indonesia yaitu: Usia Balita (1 – 3 tahun) : 8 cc/kgBB/hari

Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari

Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari Untuk IWL (Insensible Water Loss) pada anak = (30 – usia anak dalam tahun) x cc/kgBB/hari

Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari

CONTOH : An X (3 tahun) BB 14 Kg, dirawata hari ke dua dengan DBD, keluhan pasien menurut ibunya: “rewel, tidak nafsu makan; malas minum, badannya masih hangat; gusinya tadi malam berdarah”

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapat data: Keadaan umum terlihat lemah, kesadaran composmentis, TTV: HR 100 x/menit; T 37,3 °C; petechie di kedua tungkai kaki, Makan /24

jam hanya 6 sendok makan, Minum/24 jam 1000 cc; BAK/24 jam : 1000 cc, mendapat Infus Asering 1000 cc/24 jam. Hasil pemeriksaan lab Tr terakhir: 50.000. Hitunglah balance cairan anak ini!

Input cairan: Minum : 1000 cc

Infus : 1000 cc AM : 112 cc + (8 cc x 14 kg) ————————-

2112 cc

Out put cairan: Muntah : 100 cc Urin : 1000 cc

Page 22: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

IWL : 378 cc + (30-3 tahun) x 14 kg —————————–

1478 cc Balance cairan = Intake cairan – Output Cairam

2112 cc – 1478 cc + 634 cc

Sekarang hitung balance cairannya jika suhu An x 39,8 °C ! yang perlu diperhatikan adalah penghitungan IWL pada kenaikan suhu gunakan rumus:

IWL + 200 ( Suhu Tinggi – 36,8 °C) 36,8 °C adalah konstanta. IWL An X = 378 + 200 (39,8 °C – 36,8 °C)

378 + 200 (3) 378 + 600

978 cc Maka output cairan An X = Muntah : 100 cc Urin : 1000 cc

IWL : 978 cc + ————————-

2078 cc Jadi Balance cairannya = 2112 cc – 2078 cc + 34 cc.

MENGUKUR BERAT JENIS URIN MENGUKUR BERAT JENIS URIN

Alat : Urin 24 jam Urometer berikut tabung

Bengkok Tisu

Cara kerja : 1. Pegang tabung urometer, letakkan bengkok dibawahnya 2. Tuang urin yang telah diaduk secara berlahan kedalam urometer sambil tabung dimiringkan

agar tidak timbul busa 3. Bila timbul busa, hilangkan dengan tisu

4. Urine dituang sampai urometer bisa mengapung 5. Baca angka yg tertulis dalam urometer tepat pada permukaan urin Perhatian !

Bila urin tidak mencukupi dapat dilakukan pemeriksaan berat jenis urin campuran CARA MEMERIKSA BERAT JENIS CAMPURAN

1. Berat campuran ( urin + air ) = ( berat jenis campuran ) x ( volume campuran ) 2. Berat urin = (ber at campuran – berat air ) 3. Berat jenis urin = ( volume urin : berat urin )

Contoh Volume urin yang ada = 50 cc

Air penambahnya = 25 cc Bj campuran = 1008

Page 23: Pemenuhan kebutuhan eliminasi alvi

Penghitungannya : Berat campuran = BJ campuran x volume campuran

= 1008 x 75 = 75.600 Berat urin = berat campuran – berat air

= 75.600g – 25.000g = 50.600g Bj urine = 50.600 / 50.000 = 1.012