eliminasi bowel

Download Eliminasi Bowel

If you can't read please download the document

Upload: azzahra-azza

Post on 06-Dec-2014

131 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Eliminasi Bowel

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEMINASI FEKAL

OLEH : Nama Mahasiswa : SUDARTO Nim : 070111b084

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2012

ELIMINASI FEKAL ATAU BOWELKonsep Dasar Pengertian Pengertian Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Dalam proses defekasi terjadi dua macam refleks yaitu : 1. Refleks defakasi intrinsic Refleks ini berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga terjadi distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjdilah gerakan peristaltik. Setelah feses tiba di anus, secara sistematis spinter interna relaksasi maka terjadilah defekasi. 2. Refleks defakasi parasimpatis Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan ke spinal cord. Dari spinal cord kemudian dikembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rektum yang menyebabkan intensifnya peristaltik, relaksasi spinter internal, maka terjadilah defekasi. Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi abdomen, tekanan diafragma dan kontraksi otot elevator. Defakasi dipermudah oleh fleksi otot femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24 jam. Jenis gas yang terbanyak dalah CO2, metana, h2S3O2, dan Nitrogen. Feses terdiri atas 75% air dan 25% materi padat. Feses normal berwarna coklat karena pengaruh sterkobilin, mobilin, dan aktifitas bakteri. Bau khas karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensi lembek namun berbentuk. Anatomi dan Fisiologi 1. Saluran gastrointestinal bagian atas Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi di mulut dan di lambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang sudah dalam bentuk chime didorong ke usus halus.

2. Saluran gastrointestinal bagian bawah Saluran gastrointestinal bagian bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum yang panjangnya kira-kira 6 meter dan diameter 2,5 cm. Usus besar terdiri atas cecum, colon, dan rectum yang kemudian bermuara pada anus. Panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan diameternya kira-kira 6 cm. Usus menerima zat makanan yang sudah berbentuk chime (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air, nutrien, dan elektrolit. Usus sendiri mensekresi mucus, potassium, bikarbonat, dan enzim. Chyme bergerak karena adanya peristaltic usus dan akan berkumpul menjadi feses di usus besar. Dari makan sampai mencapai rectum normalnya diperlukan waktu 12 jam. Gerakan kolon terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : Haustral Shuffing adalah gerakan mencampur chime untuk membantu absorpsi air, Kontraksi Haustral adalah gerakan untuk mendorong materi cair dan semipadat sepanjang kolon, Gerakan Peristaltik adalah berupa gelombang, gerakan maju ke anus.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Defekasi 1. Usia Pada usia bayi kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia lanjut control defekasi menurun. 2. Diet Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses defekasi. 3. Intake Cairan Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras, disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat. 4. Aktivitas Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak sepanjang kolon. 5. Fisiologis Keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltik sehingga menyebabkan diare.

6.

Pengobatan Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi

7.

Gaya Hidup Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur, fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar.

8.

Prosedur Diagnostik Klien yang akan dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang air besar kecuali setelah makan.

9.

Penyakit Beberapa penyakit pencernaan dapat meninmbulkan diare dan konstipasi.

10.

Anestesi dan Pembedahan Anestesi umum dapat menghalangi inpuls parasimpatis, sehingga kadang-kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama 24-48 jam.

11.

Nyeri Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemoroid, fraktur ospubis, epesiotomi akan mengurangi keinginan untuk buang air besar.

12.

Kerusakan sensorik dan motorik Kerusakan spinal cord dan injuri kepala akan menimbulkan penurunan stimulus sensorik untuk defekasi.

Masalah-masalah Umum pada eliminasi Bowel 1. Konstipasi gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur, penggunaan laksatif yang lama, stress psikologis, obat-obatan, kurang aktivitas, usia. 2. Fecal Impaction. Masa feses yang keras di lipatan rectum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi material feses yang berkepanjangan. Biasanya disebabkan oleh konstipasi, intake cairan yang kurang, kurang aktivitas, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot. 3. Diare : Keluarnya feses cairan dan meningkatnya frekuensi buang air besar akibat cepatnya chime melewati usus besar, sehingga usus besar tidak mepunyai waktu

yang cukup untuk menyerap air. Diare dapat disebabkan karena stress fisik, obatobatan, alergi, penyakit kolon, dan iritasi intestinal. 4. Inkontinensia alvi : Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang melalui spinter anus akibat kerusakan fungsi spinter atau persarafan di daerah anus. Penyebabnya karena penyakit-penyakit neuromuskuler, trauma spinal cord, tumor spinter anus eksterna. 5. Kembung : Flatus yang berlebihan di daerah intestinal sehingga menyebabkan distensi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-obatan (bartiturat, penurunan ansietas, penurunan aktivitas intestinal), mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gas dapat berefek anestesi. 6. Hemorroid : Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah tersebut. Penyebabnya adalah konstipasi kronis, peregangan maksimal saat defekasi, kehamilan, dan obesitas.

ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian 1. Riwayat Keperawatan a. Pola defekasi b. Perilaku defekasi c. Deskripsi feses d. Diet : frekuensi, pernah berubah : penggunaan laktasif, cara mempertahankan pola. : warna, bau, dan tekstur : makanan yang mempengaruhi defekasi makanan yang biasa dimakan, makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak e. Cairan f. Aktivitas g. Kegiatan yang spesifik h. Penggunaan medikasi : obat-obatan yang mempengaruhi defekasi i. Pembedahan/penyakit menetap 2. Pemeriksaan Fisik a. Abdomen b. Rektum dan anus : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya masa pada perut, tenderness. : tanda-tanda imflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemorrhoid, adanya massa, temderness. 3. Keadaan feses a. Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsure abnormal dalam feses : lender 4. Pemeriksaan diagnostik a. Anuskopi b. Proktosigmoidoskopi c. Rontgen dengan kontras : jumlah dan jenis minuman/hari : kegiatan sehari-hari

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI 1. Gangguan eliminasi bowel : konstipasi (actual/risiko) Definisi : Kondisi di mana seseorang mengalami perubahan pola yang normal dalam bedefikasi dengan karakteristik menurunnya frekuensi buang air besar dan feses yang keras. Kemungkinan berhubungan dengan: a. Imobilisasi b. Menurunnya aktivitas fisik c. Ileus d. Stress e. Kurang privasi f. Menurunnya mobilitas intestinal g. Perubahan atau pembatasan diet Kemungkinan data yang ditemukan : a. Menurunnya bising usus b. Mual c. Nyeri Abdomen d. Adanya massa pada abdomen bagian kiri bawah e. Perubahan konsistensi feses, frekuensi buang air besar Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Anemia b. Hipotiroidisme c. Dialisa ginjal d. Pembedahan abdomen e. Paralisis f. Cedera spinal cord g. Imobilisasi yang lama Tujuan yang diharapkan : a. Pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel b. Terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan faktor penyebab konstipasi

INTERVENSI dan RASIONAL 1) Intervensi : Catat dan kaji kembali warna. Konsistensi, jumlah, dan waktu buang air besar Rasional : Pengkajian dasar untuk mengetahui adanya masalah bowel. 2) Intervensi : Kaji dan catat pergerakan usus Rasional : Deteksi dini penyebab konstipasi 3) Intervensi : Jika terjadi fecal impaction a. Lakukan pengeluaran manual b. Lakukan gliserin klisma Rasional : Membantu mengeluarkan feses 4) Intervensi : Konsultasikan dengan dokter tentang a. Pemberian laksatif b. Enema c. pengobatan Rasional : Meningkatkan eliminasi 5) Intervensi : Berikan cairan adekuat Rasional : Membantu feses lebih lunak 6) Intervensi : Berikan makanan tinggi serat dan hindari makanan yang banyak mengandung gas dengan konsultasi bagian gizi Rasional : Menurunkan konstipasi 7) Intervensi : Bantu klien dalam melakukan aktivitas pasif dan aktif Rasional : Meningkatkan pergerakan usus 8) Intervensi : Berikan pendidikan kesehatan tentang : a. Personal hygiene b. Kebiasaan diet c. Cairan dan makanan yang mengandung gas d. Aktivitas e. Kebiasaan buang air besar Rasional : Mengurangi atau menghindari inkontinensia

2. Gangguan Eliminasi : Diare Definisi : Kondisi di mana terjadi perubahan kebiasaan buang air besar dengan karakteristik feses cairan. Kemungkinan berhubungan dengan : a. Inflamasi, iritasi, dan malabsorpsi b. Pola makan yang salah c. Perubahan proses pencernaan d. Efek samping pengobatan Kemungkinan data yang ditemukan : a. Feses berbentuk cair b. Meningkatkan frekuensi buang air besar c. Meningkatnya peristaltik usus d. Menurunnya nafsu makan Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Peradangan bowel b. Pembedahan saluran pencernaan bawah c. Gastritis / enteritis Tujuan yang diharapkan : a. Pasien kembali buang air besar ke pola normal b. Keadaan feses berbentuk dan lebih keras INTERVENSI dan RASIONAL 9) Intervensi : Monitor/kaji kembali konsistensi, warna, bau feses, pergerkan usus, cek berat badan setiap hari Rasional : Dasar memonitor kondisi 10) Intervensi : Monitor dan cek elektrolits, intake dan output cairan Rasional : Mengkaji status dehidrasi

11) Intervensi : Kolaborasi dengan dokter pemberian cairan IV, oral, dan makanan lunak Rasional : Mengurangi kerja usus 12) Intervensi : Berikan anti diare, tingkatkan intake cairan Rasional : Mempertahankan status hidrasi 13) Intervensi : Cek kulit bagian perineal dan jaga dari gangguan integritas Rasional : Frekuensi buang air besar yang meningkat menyebabkan iritasi kulit sekitar anus 14) Intervensi : Kolaborasi dengan ahli diet tentang diet rendah serat dan lunak Rasional : Menurunkan stimulasi bowel 15) Intervensi : Hindari stress dan lakukan istirahat cukup Rasional : Stress meningkatkan stimulus bowel 16) Intervensi : Berikan pendidikan kesehatan tentang : cairan, diet, obat-obatan, dan perubahan gaya hidup. Rasional : Menigkatkan pengetahuan dan mencegah diare 3. Gangguan eliminasi bowel : Inkontinensia Definisi : Kondisi di mana pasien mengalami perubahan pola dalam buang air besar dengan karakteristik tidak terkontrolnya pengeluaran feses. Kemungkinan berhubungan dengan : a. Menurunnya tingkat kesadaran b. Gangguan spinter anus c. Gangguan neuromuskuler d. Fecal Impatiction Kemungkinan data yang ditemukan : a. Tidak terkontrolnya pengeluaran feses b. Baju yang kotor oleh feses

Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada : a. Injuri spinal cord b. Pembedahan usus c. Pembedahan ginekologi d. Stroke e. Trauma pada daerah pelvis f. Usia tua Tujuan yang diharapkan : a. Pasien dapat mengontrol pengeluaran feses b. Pasien kembali pada pola eliminasi normal INTERVENSI dan RASIONAL 17) Intervensi : Tentukan penyebab inkontinensia Rasional : Memberikan data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan 18) Intervensi : Kaji penurunan masalah ADL yang berhubungan dengan masalah inkontinensia Rasional : Pasien terganggu ADL karena takut buang air besar 19) Intervensi : Kaji jumlah dan karakteristik inkontinensia Rasional : Menentukan pola inkontinensia 20) Intervensi : Atur pola makan dan sampai berapa lama terjadinya buang air besar Rasional : Membantu mengontrol buang air besar 21) Intervensi : Lakukan bowel training dengan kolaborasi fisioterapis Rasional : Membantu mengontrol buang air besar 22) Intervensi : Lakukan latihan otot panggul Rasional : Menguatkan otot dasar pelvis 23) Intervensi : Berikan pengobatan dengan kolaborasi dengan dokter Rasional : Mengontrol frekuensi buang air besar

DAFTAR PUSTAKA

Diklat RSUP DR. Sarjito, (2010). Materi Pelatihan Keperawatan Intensif, Yogyakarta Doengoes, Mary, Marlynn, (2000). Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC Hudak, M. C., Gallo. M. B. (2000). Keperawatan Kritis : pendekatan holistik, Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC Judith M. Wilkison, (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7, Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC Norman, Muirhend, (2000). Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, Jakarta : Bina Aksara Tarwoto, wartonah, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan , Edisi 3, Jakarta : salemba medika