sisprod agregat planing bab iv acc

Upload: fairus-tin-08

Post on 18-Jul-2015

144 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IV ANALISA4.1 Hasil Peramalan Terpilih Beberapa metode yang digunakan untuk meramalkan jumlah permintaan terhadap produk comfort taxi seperti metode Moving Average, metode Exponential Smoothing dan metode Linear Regression telah terpilih metode yang paling baik yaitu metode Linear Regression dimana metode ini memiliki tingkat error (kesalahan) terkecil dari dua metode yang lain. Hasil peramalan metode Linear Regression selanjutnya ini akan digunakan untuk pengolahan data pada MPS (Master Production Schedulling) atau jadwal induk produksi. 4.2 Data Hari Kerja Setiap melakukan proses produksi sebuah perusahaan harus memiliki waktu kerja untuk bisa melakukan proses produksi. Dalam pengolahan data pada jadwal induk produksi, waktu kerja harus diketahui. Oleh karena itu sebelum dilakukan penyusunan Master Production Schedulling (MPS) terlebih dahulu diberikan informasi mengenai data waktu kerja dalam satuan hari tiap bulannya selama 12 bulan. 4.3 Data Ongkos Data ongkos meliputi biaya-biaya yang dikenakan pada penyimpanan, overtime, sub-contract, ongkos material dan biaya-biaya lainnya dalam melakukan proses produksi. Informasi mengenai biaya-biaya ini, harus diketahui sebelum membuat jadwal induk produksi. Dengan adanya data ongkos pengambil keputusan dapat menafsirkan sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti tenaga kerja dan fasilitas produksi yang pada akhirnya berguna untuk menentukan strategi optimal dalam menyusun perencanaan agregat dan jadwal induk produksi sehingga dapat meminimalisir biaya total yang dikeluarkan.

4.4

Analisa Perhitungan Kapasitas Produk Kapasitas produk berhubungan dengan run time dan jumlah hari kerja. Run

time dan jumlah hari kerja akan mempengaruhi jam kerja regular time dan kapasitas regular time setiap bulannya. Jam kerja regular time akan mempengaruhi jam kerja overtime. Sementara itu kapasitas regular time akan mempengaruhi kapasitas overtime. Hubungan yang ada antara run time, jumlah hari kerja dan jam kerja regular time adalah berbanding lurus, maksudnya semakin banyak jumlah hari kerja yang ditentukan maka akan semakin panjang jam kerja regular time yang terjadi. Demikian pula terhadap jam kerja overtime, kapasitas regular time dan kapasitas overtime. 4.5 Analisa Perhitungan Matriks Ongkos Perhitungan matriks ongkos tidak dapat dipisahkan dari jumlah produk yang selesai dalam waktu tertentu yaitu run time dan waktu siklus yang diperlukan. Jumlah produk akan berpengaruh terhadap matriks ongkos lainnya yaitu ongkos pekerja, ongkos run time dan ongkos overtime. Tersedianya data mengenai matriks ongkos akan sangat membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan dan langkah-langkah yang diambil saat menjalankan strategi dalam menyusun jadwal induk produksi. 4.6 Analisa Perhitungan Agregat dengan Metode Strategy Level atau Tingkat Produksi Rata-Rata Perhitungan perencanaan agregat dengan metode Strategy Level

didasarkan pada permintaan rata-rata yang dihasilkan dari metode peramalan terpilih. Maksudnya perusahaan memproduksi jumlah produk setiap periodenya sebanyak jumlah peramalan permintaan yang dirata-ratakan, yaitu sebanyak 148 unit tanpa dipengaruhi oleh jumlah peramalan permintaan yang dinamis setiap periodenya. Terlihat pada permintaan di bulan Januari, Februari dan bulan selanjutnya. Permintaannya adalah sebanyak 149 unit untuk bulan Januari dan 148 unit untuk bulan Februari tetapi perusahaan tetap memproduksi sebanyak 148 unit setiap bulannya.

IV-2

Karena perusahaan memproduksi dalam jumlah tetap maka tidak tertutupi kemungkinan terjadinya kekurangan maupun kelebihan produk setiap bulannya. Bila produk berlebih akan disimpan dan dikenai biaya penyimpanan sebaliknya bila produk kurang perusahaan dapat mengambil kebijakan dengan mengadakan overtime (Rp 86.587.5/unit), subkontrak (Rp 45000/unit) atau kebijakan lainnya yang memiliki biaya juga. Sementara itu karena jumlah tenaga kerja dalam Strategy Level adalah tetap maka tidak ada biaya pemutusan ataupun pengikatan tenaga kerja. Metode Strategy Level yang digunakan dalam praktikum ini hanya melibatkan biaya penyimpanan sebesar Rp 1250/unit. Dengan adanya inventori sebelumnya yaitu sebanyak 5 unit maka biaya total yang terjadi adalah sebesar Rp 66.250 Besarnya biaya ini dikarenakan produk mengalami kelebihan setiap bulannya, jumlah permintaan selalu berada di bawah jumlah produk yang dihasilkan sehingga produk yang berlebih harus disimpan dan dikenai biaya penyimpanan. Grafik yang terlihat pada gambar 3.1 merupakan tingkat produksi yang dilakukan oleh perusahaan bila menggunakan metode Strategy Level (output dari software POM for Windows) namun seharusnya tingkat produksi yang tergambar adalah tetap, tidak meningkat seperti yang terlihat pada gambar 3.1 karena Strategy Level memproduksi dalam jumlah tetap. 4.7 Analisa Perhitungan Agregat dengan Metode Chase Strategy atau Tenaga Kerja Berubah-ubah Perhitungan perencanaan agregat dengan metode Chase Strategy atau Chase Demand didasarkan pada jumlah permintaan setiap bulan. Bila perusahaan menggunakan Strategy Chase Demand ini maka perusahaan tidak memiliki jumlah tenaga kerja yang tetap. Tenaga kerja yang ada dalam perusahaan senantiasa meningkat atau menurun sesuai dengan jumlah permintaan yang akan diproduksi. Oleh karena itu biaya yang terlibat berupa biaya penurunan (Rp 550) saat jumlah tenaga kerja berlebih, biaya peningkatan (Rp 800), overtime (Rp 86.587.5/unit), atau subkontrak (Rp 45000/unit).

IV-3

Penyelesaian perencanaan agregat dengan meggunakan Chase Strategy pada kasus permintaan comfort taxi, melibatkan biaya pemutusan tenaga kerja (Rp 550/orang) saat tenaga kerja berlebih dan biaya pengikatan (Rp. 800/orang) saat mengalami kekurangan tenaga kerja. Alasan digunakannya biaya pengikatan tenaga kerja saat tenaga kerja kurang karena bila perusahaan bekerjasama dengan pihak lain (subkontrak) atau melakukan overtime biayanya lebih besar. Kedua biaya ini (biaya kenaikan dan biaya penurunan) digunakan sebagai input dalam software POM for Windows untuk mengetahui total biaya yang terjadi. Pada tabel output terlihat bahwa total biaya yang terjadi adalah sebesar Rp 550 Biaya ini terbilang kecil ini disebabkan karena hanya melibatkan biaya pengikatan tenaga kerja setiap periode tanpa adanya biaya pemutusan. Biaya pemutusan tidak terjadi karena jumlah produk selalu mengalami peningkatan setiap bulan. Grafik yang terlihat pada gambar 3.2 merupakan tingkat produksi yang dilakukan oleh perusahaan bila menggunakan metode Chase Strategy atau Chase Demand (output dari software POM for Windows). Terlihat bahwa tingkat produksi tidak statis dari bulan ke bulan karena tingkat produksi perusahaan mengikuti jumlah permintaan yang terjadi. 4.8 Analisa Perhitungan Agregat dengan Metode Level Work Force Plus Overtime Perhitungan perencanaan agregat dengan metode Level Work Force Plus Overtime didasarkan pada jumlah permintaan terkecil dalam 12 bulan. Jumlah permintaan yang terkecil tersebut dijadikan jumlah produksi tetap perusahaan selama 12 bulan yaitu 149 unit tiap bulan. Dengan jumlah tenaga kerja yang tetap dan jumlah produksi yang tetap kecil maka perusahaan harus menutupi kekurangan jumlah produksinya agar permintaan terpenuhi. Kekurangan jumlah produksi itu ditutupi dengan melakukan overtime. Biaya overtime (Rp 86.587.5/unit) dan jumlah inventori yang ada, digunakan sebagai data input untuk mengetahui total biaya yang terjadi. Dalam

IV-4

tabel output dapat dilihat biaya total sebesar Rp. 606.112,5. biaya ini dikarenakan dipengaruhi oleh biaya overtime yang terjadi di setiap bulan. Grafik yang terlihat pada gambar 3.3 merupakan tingkat produksi yang dilakukan oleh perusahaan bila menggunakan metode Level Work Force Plus Overtime (output dari software POM) namun seharusnya tingkat produksi yang tergambar adalah tetap, tidak meningkat seperti yang terlihat pada gambar 3.3 karena Level Work Force Plus Overtime memproduksi dalam jumlah tetap. 4.9 Analisa Metode Terpilih Setelah mengetahui alternatif strategy yang digunakan yaitu Level Work Force Plus, Strategy Level dan Chase Strategy maka dapat diketahui bahwa strategi optimal dari ketiga metode tersebut adalah Level Work Force Plus karena metode Level Work Force Plus memiliki biaya total yang terkecil. Metode Level Work Force Plus layak digunakan untuk menyusun Master Production Schedulling (MPS). 4.10 Analisa Determining Straight Dari tabel 3.13 rekapitulasi Agregat Determining Straight, diketahui biaya total yang terjadi selama 12 untuk bulan januari adalah sebesar Rp 9.680.100. Biaya total ini terdiri dari biaya pekerja, biaya material, biaya tenaga kerja dan biaya pemutusan. Biaya pekerja merupakan biaya yang dikenakan pada pekerja saat ia bekerja selama 1 bulan dengan run time 0,5 jam per harinya. Biaya material merupakan biaya setiap material yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah unit dalam 1 bulan. Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membayar tenaga kerja yang direkrutnya. Biaya pemutusan tenaga kerja adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan saat tenaga kerja yang ada lebih banyak daripada tenaga kerja yang diperlukan. Kapasitas produksi yang dihasilkan selama 12 bulan adalah pada bulan januari 201 unit, bulan februari 201 unit,bulan maret 201 unit, bulan april 216 unit, bulan mei 192 unit, bulan juni 192 unit,bulan juli 192 unit, bulan agustus 192 unit, bulan

IV-5

september 207 unit, bulan oktober 207 unit, november 207 unit dan bulan desember 201 unit. Pada tabel 3.14 diberikan informasi mengenai persediaan proyeksi ditangan dan MPS yang akan dilakukan setiap bulannya. Perhitungan persediaan proyeksi ditangan dibagi dalam satuan minggu agar dapat diketahui lebih jelas pada minggu ke berapa perusahaan harus memproduksi. Analisa lebih lanjut sebagai berikut: 1. Karena jumlah inventori yang ada tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan dan persediaan proyeksi di tangan juga belum ada, maka Minggu pertama di bulan Januari perusahaan harus memproduksi sebanyak 201 unit, sesuai dengan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan sebanyak 38 unit. 2. Bulan Februari minggu ke 6, perusahaan memproduksi comfrot taxi sebanyak 201 unit, sesuai dengan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan sebanyak 37 unit. 3. Bulan Maret minggu ke 11 perusahaan memproduksi comfort taxi sebanyak 201 unit, sesuai dengan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 37 unit. 4. Bulan April, perusahaan tidak memproduksi comfrot taxi karena permintaan terhadap comfrot taxi masih bisa dipenuhi dengan adanya persediaan proyeksi di tangan . 5. Bulan Mei, minggu ke 17 perusahaan memproduksi comfort taxi sebanyak 216 unit, sesuai dengan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 37 unit. 6. Minggu ke 3 di bulan Juni perusahaan memproduksi comfort taxi sebanyak 192 unit, sesuai dengan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 37 unit. 7. Minggu ke 4 di bulan Juli perusahaan memproduksi comfort taxi sebanyak 192 unit, sesuai dengan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 37 unit.

IV-6

8. Bulan Agustus, perusahaan tidak memproduksi comfrot taxi karena permintaan terhadap comfrot taxi masih bisa dipenuhi dengan adanya persediaan proyeksi di tangan . 9. Bulan Septembar, minggu ke 33 perusahaan kembali memproduksi sebanyak 129 unit untuk memenuhi permintaan yang ada yaitu sebanyak 36 unit. 10. Minggu ke 2 bulan Oktober perusahaan kembali memprduksi sesuai dengan kapasitas produksi yang ada yaitu sebanyak 129 unit. untuk memenuhi kebutuhan sebanyak 36 unit. 11. Minggu keempat di bulan November, perusahaan harus kembali memproduksi sebanyak 207 unit. untuk memenuhi permintaan sebanyak 36 unit 12. Bulan Desember, perusahaan tidak memproduksi comfrot taxi karena permintaan terhadap comfrot taxi masih bisa dipenuhi dengan adanya persediaan proyeksi di tangan Perusahaan memproduksi sebanyak 11 kali masing-masing terjadi di bulan Januari, Maret, April, Juni, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Produksi kembali dilakukan oleh perusahaan sesuai dengan kapasitas produksi setiap bulannya dan dikarenakan jumlah persediaan proyeksi di tangan tidak mencukupi untuk memenuhi permintaan dan sisa dari produk yang diproduksi merupakan persediaan proyeksi di tangan untuk memenuhi permintaan di minggu selanjutnya.

IV-7