sindroma putus obat

60
Sindroma Putus Obat Jimmy Kusuma* Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta** AbstrakRemaja cenderung energetik, selalu ingin tahu, emosi yang tidak stabil, cenderung berontak dan mengukur segalanya dengan ukurannya sendiri dengan cara berfikir yang tidak logis. Kadang remaja melakukan hal-hal diluar norma untuk mendapatkan pengakuan tentang keberadaan dirinya dimasyarakat, salah satunya adalah melakukan tindakan penyalahgunaan obat / zat. Ditinjau dari aspek sosial, masalah ini bukan hanya berakibat negatif terhadap diri penyandang masalah saja, melainkan membawa dampak juga terhadap keluarga, lingkungan sosial, lingkungan masyarakatnya, bahkan dapat mengancam dan membahayakan masa depan bangsa dan negara. Kata kunci : sindroma putus obat, opioid, bunuh diri Abstract Teenagers tend to be energetic, inquisitive, emotionally unstable, tend to rebel and to measure everything by its own size in a way that is not logical thinking. Sometimes teens do things outside the norm for recognition of the existence of 1

Upload: jack-junior-russel

Post on 07-Feb-2016

223 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Sindrom Putus ObatResiko Pemakaian NapzaNARKOTIKAemergency Medicine

TRANSCRIPT

Page 1: Sindroma Putus Obat

Sindroma Putus Obat

Jimmy Kusuma*

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta**

Abstrak—

Remaja cenderung energetik, selalu ingin tahu, emosi yang tidak stabil, cenderung berontak

dan mengukur segalanya dengan ukurannya sendiri dengan cara berfikir yang tidak logis.

Kadang remaja melakukan hal-hal diluar norma untuk mendapatkan pengakuan tentang

keberadaan dirinya dimasyarakat, salah satunya adalah melakukan tindakan penyalahgunaan

obat / zat. Ditinjau dari aspek sosial, masalah ini bukan hanya berakibat negatif terhadap diri

penyandang masalah saja, melainkan membawa dampak juga terhadap keluarga, lingkungan

sosial, lingkungan masyarakatnya, bahkan dapat mengancam dan membahayakan masa depan

bangsa dan negara.

Kata kunci : sindroma putus obat, opioid, bunuh diri

Abstract

Teenagers tend to be energetic, inquisitive, emotionally unstable, tend to rebel and to measure

everything by its own size in a way that is not logical thinking. Sometimes teens do things

outside the norm for recognition of the existence of his community, one of which is to act

abuse of drugs / substances. Viewed from the social aspect, the problem is not just a negative

impact on themselves of the problem alone, but also impact on family, social environment,

their communities, can even threaten and endanger the future of the nation and state.

Key words: drug withdrawal syndrome, opioid, suicide

*Jimmy Kusuma, NIM 102008118, Kelompok D5

**Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat. Telp. (021)56942061

1

Page 2: Sindroma Putus Obat

Working Diagnosis

Sindroma Putus Obat

Differential Diagnosis

1. Intoksikasi Opioid

Dosis toksik, 500 mg untuk bukan pecandu dan 1800 mg untuk pecandu narkotik. Gejala overdosis

biasanya timbul beberapa saat setelah pemberian obat.

Gejala intoksikasi akut (overdosis) :

Kesadaran menurun, sopor – koma

Depresi pernafasan, frekuensi pernafasan rendah 2-4 kali semenit, dan pernafasan mungkin

bersifat Cheyene stokes

Pupil kecil (pin point pupil), simetris dan reaktif

Tampak sianotik, kulit muka kemerahan secara tidak merata

Tekanan darah pada awalnya baik, tetapi dapat menjadi hipotensi apabila pernafasan

memburuk dan terjadi syok

Suhu badan rendah (hipotermia) dan kulit terasa dingin

Bradikardi

Edema paru

Kejang

2. Depresi

Secara lengkap gambaran depresi adalah sebagai berikut:

Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak ada semangat, merasa

tidak berdaya

Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan

Nafsu makan berkurang

2

Page 3: Sindroma Putus Obat

Berat badan menurun

Konsentrasi dan daya ingat menurun

Gangguan tidur seperti insomnia (sulit/tidak dapat tidur) atau sebaliknya hipersomnia (terlalu

banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai dengan mimpi-mimpi yang tidak

menyenangkan

Agitasi dan redatasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tidak berdaya

Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreatifitas

menurun, dan produktifitas menurun

Gangguan seksual (libido menurun)

Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri

Anamnesis1-2

Wawancara dapat dilakukan secara alloanamnesis maupun autoanamnesis. Urutan

pelaksanaannya dapat dilakukan alloanamnesis terlebih dahulu atau sebaliknya dan dapat

juga bersamaan tergantung situasi dan kondisi.

1. Alloanamnesis dilakukan sebelum Autoanamnesis

Petugas telah memperoleh informasi tentang pasien, sehingga autoanamnesis lebih

terarah

Kemungkinan pasien lebih terbuka dan tidak menyangkal lagi

Pasien menyangkal dan bertahan mengatakan tidak menggunakan NAPZA

Pasien menyatakan sudah berhenti menggunakan

Petugas terpengaruh orang tua/guru yang terlalu kuatir, pada hal pasien tidak

menggunakan

Pasien mencurigai petugas sudah terpengaruh dengan orang tua/guru yang

mengantar, sehingga tidak kooperatif

3

Page 4: Sindroma Putus Obat

2. Alloanamnesis dilakukan sesudah Autoanamnesis

Petugas belum dipengaruhi oleh keterangan yang diberikan orang tua / pengantar

lain.

Pasien tidak berprasangka bahwa petugas telah dipengaruhi orang tua/guru atau

berpihak pada orang tua/guru yang menyalahkan pasien

Kemungkinan pasien membohongi atau tidak terbuka pada petugas

3. Autoanamnesis dan Alloanamnesis dilakukan bersamaan

Pasien tidak dapat berbohong mengenai hal-hal yang diketahui orang tua / guru

Pasien dapat bersikap tertutup

Pada pasien yang bersikap tertutup, menanyakan langsung perihal penggunaan

NAPZA biasanya tidak membawa hasil. Sebaiknya anamnesis dilakukan secara tidak

langsung misalnya dengan pertanyaan sebagai berikut :

o Apakah ada yang bisa dibantu ?

o Apakah ada masalah dengan orang tua, guru, teman, pacar ?

o Apakah ada kesulitan belajar, malas kerja, sulit tidur ?

o Apakah sering tidak betah di rumah, sering begadang ?

o Apakah sering mengalami stres, kegelisahan, kesedihan ?

o Apakah untuk mengatasi kegelisahan atau kebosanan merokok lebih banyak

dari biasa ?

o Bila sedang frustasi, lalu minum minuman keras, apakah pernah mabok atau

teler ?

o Bila minum minuman keras apakah dicampur obat tidur,masing-masing

berapa banyak dan berapa sering ?

4

Page 5: Sindroma Putus Obat

Pada pasien sudah bersikap terbuka, anamnesis/pertanyaan mengenai NAPZA

meliputi:

o Keluhan pasien dan riwayat perjalanan penyakit terdahulu yang pernah

diderita

o Riwayat penyalahgunaan NAPZA

Jenis NAPZA yang dipakai

Lamanya pemakaian

Dosis, frekuensi dan cara pemakaian

Riwayat / gejala intoksikasi / gejala putus zat

Alasan penggunaan

o Taraf fungsi sosial

Riwayat pendidikan

Latar belakang kriminal

Status keluarga

Kegiatan sosial lain

o Evaluasi keadaan psikologis

Keadaan emosi

Kemampuan pengendalian impuls

Kemungkinan tindak kekerasan, bunuh diri

Riwayat perawatan terdahulu

Pemeriksaan1-2

Penampilan pasien,sikap wawancara,gejolak emosi dan lain-lain perlu diobservasi. Petugas

harus cepat tanggap apakah pasien perlu mendapatkan pertolongan kegawat darurat atau

tidak, dengan memperhatikan tanda-tanda dan gejala yang ada.

5

Page 6: Sindroma Putus Obat

1. Fisik

Adanya bekas suntikan sepanjang vena di lengan, tangan, kaki bahkan pada tempat-

tempat tersembunyi misalnya dorsum penis.

Pemeriksaan fisik terutama ditijikan untuk menemukan gejala intoksikasi / overdosis /

putus zat dan komplikasi medik seperti hepatitis, endokarditis, bronkopneumonia,

HIV/AIDS, dan lain-lain.

Perhatikan terutama : kesadaran, pernafasan, tensi, nadi, pupil, cara jalan, sklera

ikterik, konjungtiva anemis, perforasi septum nasi, caries gigi, aritmia jantung, edema

paru, pembesaran hepar, dan lain-lain.

2. Psikiatrik

Derajat kesadaran

Daya nilai realitas

Gangguan pada alam perasaan (misal cemas, gelisah, marah, emosi labil, sedih,

depresi, euforia)

Gangguan pada proses pikir (misalnya waham, curiga, paranoid, halusinasi)

Gangguan pada psikomotor (hipperaktif / hipoaktif, agresif, gangguan pola tidur,

sikap manipulatif, dan lain-lain)

3. Penunjang

Analisa Urin

Bertujuan untuk mendeteksi adanya NAPZA dalam tubuh (benzodiazepin,

barbiturat, amfetamin, kokain, opioida, kanabis)

Pengambilan urine hendaknya tidak lebih dari 24 jam dari saat pemakaian zat

terakhir dan pastikan urine tersebut urine pasien

6

Page 7: Sindroma Putus Obat

Tabel 1. Perkiraan Waktu Deteksi dalam Urin Beberapa Jenis Obat

Jenis Obat Lamanya dapat Dideteksi dalam Urin

Amfetamin 2 hari

Barbiturat 1 hari (short acting)

Benzodiazepin 3 minggu (short acting)

Kokain 2-4 hari

Kodein 2 hari

Heroin 1-2 hari

Metadon 3 hari

Morfin 2-5 hari

Definisi

Sindroma putus obat adalah sekumpulan gejala klinis yang terjadi sebagai akibat

menghentikan zat atau mengurangi dosis obat yang persisten digunakan sebelumnya.

Jenis NAPZA yang Disalahgunakan1-2

1. NARKOTIKA (Menurut Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1997 tentang

Narkotika).

NARKOTIKA adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman

baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat

menimbulkan ketergantungan.

7

Page 8: Sindroma Putus Obat

NARKOTIKA dibedakan kedalam golongan-golongan :

Narkotika Golongan I

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan tidak

ditujukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan

ketergantungan, (Contoh : heroin/putauw, kokain, ganja).

Narkotika Golongan II

Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan

dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (Contoh : morfin,

petidin)

Narkotika Golongan III

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan ketergantungan (Contoh : kodein)

Narkotika yang sering disalahgunakan adalah Narkotika Golongan I :

Opiat : morfin, herion (putauw), petidin, candu, dan lain-lain

Ganja atau kanabis, marihuana, hashis

Kokain, yaitu serbuk kokain, pasta kokain, daun koka.

2. Psikotropika (Menurut Undang-undang RI No.5 tahun 1997 tentang Psikotropika).

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan Narkotika,

yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang

menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

8

Page 9: Sindroma Putus Obat

Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan sebagai berikut :

Psikotropika Golongan I

Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan

dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi amat kuat

mengakibatkan sindroma ketergantungan. (Contoh : ekstasi, shabu, LSD)

Psikotropika Golongan II

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi,

dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta menpunyai potensi kuat mengakibatkan

sindroma ketergantungan . ( Contoh amfetamin, metilfenidat atau ritalin)

Psikotropika Golongan III

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang

mengakibatkan sindroma ketergantungan (Contoh : pentobarbital, Flunitrazepam).

Psikotropika Golongan IV

Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi

dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan

mengakibatkan sindrom ketergantungan (Contoh : diazepam, bromazepam,

Fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, nitrazepam, seperti pil BK, pil Koplo,

Rohip, Dum, MG).

Psikotropika yang sering disalahgunakan antara lain :

Psikostimulansia : amfetamin, ekstasi, shabu

Sedatif & Hipnotika (obat penenang, obat tidur): MG, BK, DUM, Pil koplo dan

lain-lain

9

Page 10: Sindroma Putus Obat

Halusinogenika : Iysergic acid dyethylamide (LSD), mushroom.

3. Zat Adiktif Lain

Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif diluar yang

disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :

Minuman berakohol

Mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan syaraf pusat,

dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan

tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika,

memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia.

Ada 3 golongan minuman berakohol, yaitu :

o Golongan A : kadar etanol 1-5%, (Bir)

o Golongan B : kadar etanol 5-20%, (Berbagai jenis minuman anggur)

o Golongan C : kadar etanol 20-45 %, (Whiskey, Vodca, TKW, Manson

House, Johny Walker, Kamput.)

Inhalasi (gas yang dihirup) dan solven (zat pelarut) mudah menguap berupa

senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga,

kantor dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalah gunakan, antara lain :

Lem, thinner, penghapus cat kuku, bensin.

Tembakau : Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di

masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, pemakaian

rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya

pencegahan, karena rokok dan alkohol sering menjadi pintu masuk

penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.

Bahan/ obat/zat yang disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut :

10

Page 11: Sindroma Putus Obat

Sama sekali dilarang : Narkotoka golongan I dan Psikotropika Golongan I.

Penggunaan dengan resep dokter : amfetamin, sedatif hipnotika.

Diperjual belikan secara bebas : lem, thinner dan lain-lain.

Ada batas umur dalam penggunannya : alkohol, rokok.

Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan NAPZA dapat digolongkan

menjadi tiga golongan :

Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini

menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan

tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk opioida (morfin, heroin/putauw, kodein),

sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

Golongan Stimulan (Upper)

Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan

kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan

bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : amfetamin (shabu, esktasi),

kafein, kokain

Golongan Halusinogen

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah

perasaan dan pikiran dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda

sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam

terapi medis. Golongan ini termasuk : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin

Penyalahgunaan dan Ketergantungan

11

Page 12: Sindroma Putus Obat

Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan salah satu atau beberapa jenis NAPZA secara

berkala atau teratur diluar indikasi medis,sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik,

psikis dan gangguan fungsi sosial.

Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis,

sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila

pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal

symptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya

dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara “normal”

Tingkat Pemakaian NAPZA1-2

Pemakaian coba-coba (experimental use), yaitu pemakaian NAPZA yang tujuannya

ingin mencoba,untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti pada

tahap ini, dan sebagian lain berlanjut pada tahap lebih berat.

Pemakaian sosial / rekreasi (social / recreational use) : yaitu pemakaian NAPZA

dengan tujuan bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakai

tetap bertahan pada tahap ini, namun sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih

berat

Pemakaian situasional (situasional use) : yaitu pemakaian pada saat mengalami

keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaan, dan sebagainnya,

dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.

Penyalahgunaan (abuse): yaitu pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang

bersifat patologik / klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang

hari, tak mapu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulang kali

mengendalikan, terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini

akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai oleh : tugas

12

Page 13: Sindroma Putus Obat

dan relasi dalam keluarga tak terpenuhi dengan baik, perilaku agresif dan tak wajar,

hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar

hukum atau kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif.

Ketergantungan (dependence use) : yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat,

bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikurangi dosisnya. Agar tidak berlanjut pada

tingkat yang lebih berat (ketergantungan), maka sebaiknya tingkat-tingkat pemakaian

tersebut memerlukan perhatian dan kewaspadaan keluarga dan masyarakat. Untuk itu

perlu dilakukan penyuluhan pada keluarga dan masyarakat.

Penyebab Penyalahgunaan NAPZA1-2

Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara faktor yang

terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak

terdapat adanya penyebab tunggal (single cause).

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalagunaan NAPZA adalah sebagai berikut :

1. Faktor individu :

Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab

remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial yang

pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA.

Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai risiko lebih besar untuk

menjadi penyalahguna NAPZA.

Ciri-ciri tersebut antara lain :

Cenderung memberontak dan menolak otoritas

Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti depresi, cemas,

psikotik, keperibadian dissosial

Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku

13

Page 14: Sindroma Putus Obat

Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri

negatif (low self-esteem)

Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif

Mudah murung,pemalu, pendiam

Mudah merasa bosan dan jenuh

Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau penasaran

Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun)

Keinginan untuk mengikuti mode, karena dianggap sebagai lambang keperkasaan

dan kehidupan modern.

Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.

Identitas diri yang kabur, sehingga merasa diri kurang “jantan”

Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit mengambil

keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas

Kemampuan komunikasi rendah

Melarikan diri dari sesuatu (kebosanan, kegagalan, kekecewaan,

ketidakmampuan, kesepian dan kegetiran hidup, malu dan lain-lain)

Putus sekolah

Kurang menghayati iman kepercayaannya

2. Faktor lingkungan :

Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan lingkungan pergaulan baik disekitar

rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat.

Faktor keluarga,terutama faktor orang tua yang ikut menjadi penyebab seorang anak

atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain adalah :

a. Lingkungan keluarga

14

Page 15: Sindroma Putus Obat

Kominikasi orang tua-anak kurang baik / efektif

Hubungan dalam keluarga kurang harmonis / disfungsi dalam keluarga

Orang tua bercerai,berselingkuh atau kawin lagi

Orang tua terlalu sibuk atau tidak acuh

Orang tua otoriter atau serba melarang

Orang tua yang serba membolehkan (permisif)

Kurangnya orang yang dapat dijadikan model atau teladan

Orang tua kurang peduli dan tidak tahu dengan masalah NAPZA

Tata tertib atau disiplin keluarga yang selalu berubah (kurang konsisten)

Kurangnya kehidupan beragama atau menjalankan ibadah dalam keluarga

Orang tua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna NAPZA

b. Lingkungan sekolah

Sekolah yang kurang disiplin

Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan penjual NAPZA

Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan

diri secara kreatif dan positif

Adanya murid pengguna NAPZA

c. Lingkungan teman sebaya

Berteman dengan penyalahguna

Tekanan atau ancaman teman kelompok atau pengedar

d. Lingkungan masyarakat / sosial

Lemahnya penegakan hukum

Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung

3. Faktor NAPZA

15

Page 16: Sindroma Putus Obat

Mudahnya NAPZA didapat dimana-mana dengan harga “terjangkau”

Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik untuk dicoba

Khasiat farmakologik NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri,

menidurkan, membuat euforia / fly / stone / high / teler dan lain-lain.

Epidemiologi

Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional, jumlah kasus narkoba

meningkat dari sebanyak 3.478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau

meningkat rata-rata 28,9% pertahun. Jumlah tersangka tindak kejahatan Narkoba pun

meningkat dari 4.955 orang pada tahun 2000 menjadi 11.315 kasus pada tahun 2004, atau

meningkat rata-rata 28,6% pertahun. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang

Info BNN, menyebutkan jumlah penyalahguna narkoba yang teratur pakai dan pecandu di

Indonesia tahun 2004 sekitar 3,2 juta orang dengan kisaran 2,9 sampai 3,6 juta orang. Data

dari Rumah Sakit ketergantungan obat tahun 1999, 80% pasien berusia antara 16-24 tahun.

Angka kematian pecandu 1,5% per tahun.

Gejala Klinis Penyalahgunaan NAPZA1-2

a. Perubahan fisik

Gejala fisik yang terjadi tergantung jenis zat yang digunakan, tapi secara umum dapat

digolongkan sebagai berikut :

Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo (cadel),

apatis (acuh tak acuh), mengantuk, agresif, curiga

Bila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat,

kulit teraba dingin, nafas lambat / berhenti, meninggal

16

Page 17: Sindroma Putus Obat

Bila sedang ketagihan (putus zat / sakau) : mata dan hidung berair, menguap

terus menerus, diare, rasa sakit diseluruh tubuh, takut air sehingga malas

mandi, kejang, kesadaran menurun

Pengaruh jangka panjang, penampilan tidak sehat, tidak peduli terhadap

kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat, terhadap bekas suntikan pada

lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik)

b. Perubahan sikap dan perilaku

Prestasi sekolah menurun,sering tidak mengerjakan tugas sekolah, sering

membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab.

Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk di kelas

atau tempat kerja.

Sering berpegian sampai larut malam, kadang tidak pulang tanpa memberi tahu

lebih dulu

Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi, menghindar bertemu

dengan anggota keluarga lain dirumah

Sering mendapat telepon dan didatangi orang tidak dikenal oleh keluarga,

kemudian menghilang

Sering berbohong dan minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas

penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik

keluarga, mencuri, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi.

Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan,

pencuriga, tertutup dan penuh rahasia

Dampak Penyalahgunaan NAPZA1-3

17

Page 18: Sindroma Putus Obat

Martono (2006) menjelaskan bahwa penyalahgunaan NAPZA mempunyai dampak yang

sangat luas bagi pemakainya (diri sendiri), keluarga, pihak sekolah (pendidikan), serta

masyarakat, bangsa, dan negara.

Bagi diri sendiri

Penyalahgunaan NAPZA dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak dan

perkembangan moral pemakainya, intoksikasi (keracunan), overdosis (OD), yang

dapat menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan dan perdarahan otak,

kekambuhan, gangguan perilaku (mental sosial), gangguan kesehatan, menurunnya

nilai-nilai, dan masalah ekonomi dan hukum. Sementara itu, dari segi efek dan

dampak yang ditimbulkan pada para pemakai narkoba dapat dibedakan menjadi 3

golongan / jenis: 1) Upper yaitu jenis narkoba yang membuat si pemakai menjadi

aktif seperti sabu-sabu, ekstasi dan amfetamin, 2) Downer yang merupakan golongan

narkoba yang dapat membuat orang yang memakai jenis narkoba itu jadi tenang

dengan sifatnya yang menenangkan/sedatif seperti obat tidur (hipnotik) dan obat anti

rasa cemas, dan 3) Halusinogen adalah napza yang beracun karena lebih menonjol

sifat racunnya dibandingkan dengan kegunaan medis.

Bagi keluarga

Penyalahgunaan NAPZA dalam keluarga dapat mengakibatkan suasana nyaman dan

tentram dalam keluarga terganggu. Dimana orang tua akan merasa malu karena

memilki anak pecandu, merasa bersalah, dan berusaha menutupi perbuatan anak

mereka. Stres keluarga meningkat, merasa putus asa karena pengeluaran yang

meningkat akibat pemakaian narkoba ataupun melihat anak yang harus berulangkali

18

Page 19: Sindroma Putus Obat

dirawat atau bahkan menjadi penghuni di rumah tahanan maupun lembaga

pemasyarakatan.

Bagi pendidikan atau sekolah

NAPZA akan merusak disiplin dan motivasi yang sangat tinggi untuk proses belajar.

Penyalahgunaan NAPZA berhubungan dengan kejahatan dan perilaku asosial lain

yang menganggu suasana tertib dan aman, rusaknya barang-barang sekolah dan

meningkatnya perkelahian.

Bagi masyarakat, bangsa, dan negara

Penyalahgunaan NAPZA mengakibatkan terciptanya hubungan pengedar narkoba

dengan korbannya sehingga terbentuk pasar gelap perdagangan NAPZA yang sangat

sulit diputuskan mata rantainya. Masyarakat yang rawan narkoba tidak memiliki daya

tahan dan kesinambungan pembangunan terancam. Akibatnya negara mengalami

kerugian karena masyarakatnya tidak produktif, kejahatan meningkat serta sarana dan

prasarana yang harus disediakan untuk mengatasi masalah tersebut.

Kelompok Resiko Tinggi

Kelompok resiko tinggi adalah orang yang belum menjadi pemakai atau terlibat dalam

penggunaan NAPZA tetapi mempunyai risiko untuk terlibat hal tersebut, mereka disebut juga

potential user (calon pemakai, golongan rentan).

Sekalipun tidak mudah untuk mengenalinya, namun seseorang dengan ciri tertentu

(kelompok risiko tinggi) mempunyai potensi lebih besar untuk menjadi penyalahguna

NAPZA dibandingkan dengan yang tidak mempunyai ciri kelompok risiko tinggi.

Mereka mempunyai karakteristik sebagai berikut :

1. Anak

19

Page 20: Sindroma Putus Obat

Ciri-ciri pada anak yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA antara

lain :

Anak yang sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan (tidak tekun)

Anak yang sering sakit

Anak yang mudah kecewa

Anak yang mudah murung

Anak yang sudah merokok sejak Sekolah Dasar

Anak yang agresif dan destruktif

Anak yang sering berbohong,mencari atau melawan tatatertib

Anak denga IQ taraf perbatasan (IQ 70-90)

2. Remaja

Ciri-ciri remaja yang mempunyai risiko tinggi menyalahgunakan NAPZA :

Remaja yang mempunyai rasa rendah diri, kurang percaya diri dan mempunyai

citra diri negatif

Remaja yang mempunyai sifat sangat tidak sabar

Remaja yang diliputi rasa sedih (depresi) atau cemas (ansietas)

Remaja yang cenderung melakukan sesuatu yang mengandung risiko

tinggi/bahaya

Remaja yang cenderung memberontak

Remaja yang tidak mau mengikutu peraturan/tata nilai yang berlaku

Remaja yang kurang taat beragama

Remaja yang berkawan dengan penyalahguna NAPZA

Remaja dengan motivasi belajar rendah

Remaja yang tidak suka kegiatan ekstrakurikuler

20

Page 21: Sindroma Putus Obat

Remaja dengan hambatan atau penyimpangan dalam perkembangan psikoseksual

(pepalu, sulit bergaul, sering masturbasi, suka menyendiri, kurang bergaul dengan

lawan jenis).

Remaja yang mudah menjadi bosan, jenuh, murung.

Remaja yang cenderung merusak diri sendiri

3. Keluarga

Ciri-ciri keluarga yang mempunyai risiko tinggi,antara lain

Orang tua kurang komunikatif dengan anak

Orang tua yang terlalu mengatur anak

Orang tua yang terlalu menuntut anaknya secara berlebihan agar berprestasi diluar

kemampuannya

Orang tua yang kurang memberi perhatian pada anak karena terlalu sibuk

Orang tua yang kurang harmonis,sering bertengkar,orang tua berselingkuh atau

ayah menikah lagi

Orang tua yang tidak memiliki standar norma baik-buruk atau benar-salah yang

jelas

Orang tua yang todak dapat menjadikan dirinya teladan

Orang tua menjadi penyalahgunaan NAPZA

Resiko Penyalahgunaan Obat Psikotropik1-2

Manifestasi gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif yaitu :

Intoksikasi akut

o Berkaitan dengan dosis zat yang digunakan (efek yang berbeda pada dosis

yang berbeda)

21

Page 22: Sindroma Putus Obat

o Gejala ini tidak selalu mencerminkan efek primer zat (dapat terjadi efek

paradoks)

Penggunaan yang merugikan (harmful use)

o Merusak kesehatan (fisik maupun mental)

o Sindrom ketergantungan belum tampak

o Sudah ada hendaya psikososial

Sindrom ketergantungan (dependence syndrome)

o Adanya keinginan yang sangat kuat (dorongan kompulsif) untuk

menggunakan zat psikoaktif secara terus-menerus dengan tujuan memperoleh

efek psikoaktif dari zat tersebut.

o Adanya kesulitan dalam menguasai (loss of control) perilaku menggunakan

zat (memulai, menghentikan, atau membatasi jumlahnya).

o Pengurangan atau penghentian penggunaan zat menimbulkan keadaan putus

zat dengan perubahan fisiologis tubuh yang tidak menyenangkan sehingga

memaksa pemakainya menggunakan kembali zat itu atau zat sejenis  untuk

menghilangkan gejala putus zat.

o Terjadi gejala toleransi, yaitu peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan

untuk memperoleh efek yang sama.

o Terus menggunakannya walaupun pemakainya menyadari adanya efek yang

merugikan kesehatan.

Keadaan putus zat (withdrawal state)

o Timbulnya gejala-gejala fisik maupun mental sesudah penggunaan zat

psikoaktif yang berlangsung secara terus-menerus, dalam jangka waktu yang

lama, dan/atau dosis tinggi.

22

Page 23: Sindroma Putus Obat

o Bentuk dan keparahan gejala tersebut tergantung dari jenis dan dosis zat

psikoaktif yang digunakan sebelumnya.

o Gejala tersebut akan mereda dengan meneruskan penggunaan zat itu.

o Salah satu indikator dari sindrom ketergantungan.

Gangguan psikotik

o Sekelompok gejala psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah

penggunaan zat psikoaktif.

o Gejalanya yaitu halusinasi, kekeliruan identifikasi, waham, dan/atau ideas of

reference (gagasan tentang dirinya sebagai acuan) yang seringkali bersifat

kecurigaan atau kejaran, gangguan psikomotor (excitement atau stupor) dan

afek yang abnormal antara ketakutan yang mencekam hingga kesenangan

yang berlebihan.

o Umumnya kesadarannya masih jernih

o Variasi gejala dipengaruhi jenis zat yang digunakan dan kepribadian

penggunanya.

Sindrom amnesik

o Adanya hendaya atau gangguan daya ingat jangka pendek (recent memory)

yang menonjol, kadang-kadang ditemukan gangguan daya ingat jangka

panjang (remote memory) sedangkan daya ingat segera (immediate recall)

masih baik. Fungsi kognitif lainnya biasanya masih baik.

o Adanya gangguan sensasi waktu (menyusun kembali urutan kronologis,

meninjau kejadian berulangkali menjadi satu peristiwa, dll.)

o Kesadaran masih jernih

23

Page 24: Sindroma Putus Obat

o Perubahan kepribadian yang sering disertai keadaan apatis, hilangnya inisiatif,

dan kecenderungan mengabaikan keadaan.

Penanganan Overdosis Opiat di UGD4

Gejala Klinis :

Penurunan kesadaran disertai salah satu dari :

Frekuensi pernapasan < 12 kali per menit

Pupil miosis (seringkali pin point pupil)

Ada riwayat pemakaian morfin / heroin / terdapat needle track sign

Penanganan Kegawatan :

Bebaskan jalan nafas

Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan

Pasang infus NaCl 0,9% atau Dextrose 5% emergensi

Pemberian antidot nalokson:

Tanpa hipoventilasi : dosis awal diberikan 0,4 mg IV (perlahan atau diencerkan)

Dengan hipoventilasi : dosis awal diberikan 1-2 mg IV (perlahan atau diencerkan)

Bila tidak ada respons diberikan Nalokson 1-2 mg IV tiap 5-10 menit hingga timbul

respon (perbaikan kesadaran, hilangnya depresi pernapasan, dilatasi pupil) atau

mencapai dosis maksimal 10 mg

Efek Nalokson berkurang 20-40 menit dan pasien dapat jatuh ke keadaan overdosis

kembali, sehingga perlu pemantauan ketat kesadaran, pernapasan, dan perubahan

pupil dan tanda vital lain selama 24 jam.

Atau dapat juga diberikan 1 ampul dalam 500 cc Dextrose 5% selama 4-6 jam

Simpan sampel urin untuk pemeriksaan opiat dan lakukan foto toraks

Pertimbangkan pemasangan ETT bila :

24

Page 25: Sindroma Putus Obat

o Pernapasan tidak adekuat setelah pemberian nalokson optimal

o Oksigenasi kurang meski ventilasi cukup

o Hipoventilasi menetap setelah 3 jam pemberian nalokson optimal

Pasien dipuasakan ± 6 jam untuk menghindari aspirasi

Terapi Medis (Terapi Organobiologi)1-2,4-6

Terapi ini antara lain ditujukan untuk :

a. Terapi Terhadap Keadaan Intoksikasi

Intoksikasi opioida :

Beri Nalokson 0,4 mg IV, IM atau SC dapat pula diulang setelah 2-3 menit sampai

2-3 kali

Intoksikasi kanabis (ganja):

o Ajaklah bicara yang menenangkan pasien.

o Bila perlu beri : Diazepam 10-30 mg oral atau parenteral, Clobazam 3x10 mg.

o Intoksikasi kokain dan amfetamin

o Beri Diazepam 10-30 mg oral atau pareteral,atau Klordiazepoksid 10- 25 mg

oral atau Clobazam 3x10 mg. Dapat diulang setelah 30 menit sampai 60 menit.

o Untuk mengatasi palpitasi beri propanolol 3x10-40 mg oral

Intoksikasi alkohol :

o Mandi air dingin bergantian air hangat

o Minum kopi kental

o Aktivitas fisik (sit-up,push-up)

25

Page 26: Sindroma Putus Obat

o Bila belum lama diminum bisa disuruh muntahkan

Intoksikasi sedatif-hipnotif

o Melonggarkan pakaian

o Membarsihkan lender pada saluran napas

o Bila oksigen dan infus garam fisiologis

b. Terapi terhadap Keadaan Overdosis

Usahakan agar pernapasan berjalan lancar, yaitu :

o Lurus dan tengadahkan (ekstenikan) leher kepada pasien (jika diperlukan

dapat memberikan bantalan dibawah bahu)

o Kendurkan pakaian yang terlalu ketat

o Hilangkan obstruksi pada saluran napas

o Bila perlu berikan oksigen

Usahakan agar peredaran darah berjalan lancar

o Bila jantung berhenti, lakukan masase jantung eksternal, injeksi adrenalin 0.1-

0.2 cc IM

o Bila timbul asidosis (misalnya bibir dan ujung jari biru,hiperventilasi) karena

sirkulasi darah yang tidak memadai, beri infus 50 ml sodium bikarbonas

Pasang infus dan berikan cairan (misalnya : RL atau NaC1 0.9 %) dengan

kecepatan rendah (10-12 tetes permenit) terlebih dahulu sampai ada indikasi untuk

memberikan cairan. Tambahkan kecepatan sesuai kebutuhan,jika didapatkan

tanda-tanda kemungkinan dehidrasi.

Lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat kemungkinan adanya perdarahan

atau trauma yang membahayakan

26

Page 27: Sindroma Putus Obat

Observasi terhadap kemungkinan kejang. Bila timbul kejang berikan diazepam 10

mg melalui IV atau perinfus dan dapat diulang sesudah 20 menit jika kejang

belum teratasi.

Bila ada hipoglikemi, beri 50 ml glukosa 50% IV

c. Terapi pada sindrom putus zat

Terapi putus zat opioida

Terapi ini sering dikenal dengan istilah detoksifikasi. Terapi detoksifikasi dapat

dilakukan dengan cara berobat jalan maupun rawat inap.

Lama program terapi detoksifikasi berbeda-beda :

o 1-2 minggu untuk detoksifikasi konvensional

o 24-48 jam untuk detoksifikasi opioid dalam anestesi cepat (Rapid Opiate

Detoxification Treatment)

Detoksifikasi hanyalah merupakan langkah awal dalam proses penyembuhan dari

penyalahgunaan / ketergantungan NAPZA

Beberapa jenis cara mengatasi putus opioida :

Tanpa diberi terapi apapun, putus obat seketika (abrupt withdrawal atau cold

turkey). Terapi hanya simptomatik saja :

o Untuk nyeri diberi analgetika kuat seperti tramadol, analgrtik non-

narkotik,asam mefenamat dan sebagainya

o Untuk rhinore beri dekongestan, misalnya fenilpropanolamin

o Untuk mual beri metopropamid

o Untuk kolik beri spasmolitik

o Untuk gelisah beri antiansietas

o Untuk insomnia beri hipnotika,misalnya golongan benzodiazepin

27

Page 28: Sindroma Putus Obat

Terapi putus opioida bertahap (gradual withdrawal)

o Dapat diberi morfin, petidin, metadon atau kodein dengan dosis

dikurangi sedikit demi sedikit. Misalnya yang digunakan di RS

o Ketergantungan obat, diberi kodein 3 x 60 mg – 80 mg selanjutnya

dikurangi 10 mg setiap hari dan seterusnya.

o Disamping itu diberi terapi simptomatik

Terapi putus opioida dengan substitusi non opioda

Dipakai Clonidine dimulai dengan 17 mikrogram/kg BB perhari dibagi dalam

3-4 kali pemberian. Dosis diturunkan bertahap dan selesai dalam 10 hari.

Sebaiknya dirawat inap (bila sistol < 100 mmHg atau diastol < 70 mmHg),

terapi harus dihentikan.

Terapi putus opioida dengan metode Detoksifikasi cepat dalam anestesi

(Rapid Opioid Detoxification).

Prinsip terapi ini hanya untuk kasus single drug opiat saja,dilakukan di RS

dengan fasilitas rawat intensif oleh Tim Anestesiolog dan Psikiater,

dilanjutkan dengan terapi menggunakan anatagonist opiat (naltrekson) lebih

kurang 1 tahun.

Terapi putus zat sedatif / hipnotika dan alkohol harus secara bertahap dan

dapat diberikan diazepam. Tentukan dahulu test toleransi dengan cara

memberikan benzodiazepin mulai dari 10 mg yang dinaikan bertahap sampai

terjadi gejala intoksikasi. Selanjutnya diturunkan kembali secara bertahap 10

mg perhari sampai gejala putus zat hilang.

Terapi putus kokain atau amfetamin

28

Page 29: Sindroma Putus Obat

Rawat inap perlu dipertimbangkan karena kemungkinan melakukan percobaan

bunuh diri. Untuk mengatasi gejala depresi berikan antidepresi.

Terapi untuk waham dan delirium pada putus NAPZA

o Pada gangguan waham karena amfetamin atau kokain berikan Inj.

Haloperidol 2.5-5 mg IM dan dilanjutkan peroral 3 x 2,5-5 mg/hari.

o Pada gangguan waham karena ganja beri Diazepam 20-40 mg IM

o Pada delirium putus sedativa / hipnotika atau alkohol beri diazepam

seperti pada terapi intoksikasi sedative / hipnotika atau alkohol

Terapi putus opioida pada neonatus

o Gejala putus opioida pada bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang

mengalami ketergantungan opioida, timbul dalam waktu sebelum 48-

72 jam setelah lahir. Gejalanya antara lain : menangis terus

(melengking), gelisah, sulit tidur, diare, tidak mau minum, muntah,

dehidrasi, hidung tersumbat, demam, berkeringat.

o Berikan infus dan perawatan bayi yang memadai. Selanjutnya berikan

Diazepam 1-2 mg tiap 8 jam setiap hari diturunkan bertahap,selesai

dalam 10 hari

d. Terapi terhadap komorbiditas

Setelah keadaan intoksikasi dan sindroma putus NAPZA dapat teratasi, maka perlu

dilanjutkan dengan terapi terhadap gangguan jiwa lain yang terdapat bersama-sama

dengan gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (co-morbid

psychopathology), sebagai berikut :

Psikofarmakologis yang sesuai dengan diagnosis

Psikoterapi individual

29

Page 30: Sindroma Putus Obat

o Konseling : bila dijumpai masalah dalam komonikasi interpersonal

o Psikoterapi asertif : bila pasien mudah terpengaruh dan mengalami

kesulitan dalam mengambil keputusan yang bijaksana

o Psikoterapi kognitif : bila dijumpai depresi psikogen

Psikoterapi kelompok

Terapi keluarga bila dijumpai keluarga yang patologik

Terapi marital bila dijumpai masalah marital

Terapi relaksasi untuk mengatasi ketegangan

Dirujuk atau konsultasi ke RS Umum atau RS Jiwa

e. Terapi terhadap Komplikasi Medik

Terapi disesuaikan dengan besaran masalah dan dilaksanakan secara terpadu

melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran.

Misalnya :

Komplikasi Paru dirujuk ke Bagian Penyakit Paru

Komplikasi Jantung di rujuk ke Bagian Penyakit Jantung atau

Interna/Penyakit Dalam

Komplikasi Hepatitis di rujuk ke Bagian Interna/Penyakit Dalam

HIV/AIDS dirujuk ke Bagian Interna atau Pokdisus AIDS

Dan lain-lain.

f. Terapi Maintenance (Rumatan)

Terapi maintenance/rumatan ini dijalankan pasca detoksifikasi dengan tujuan untuk

mencegah terjadinya komplikasi medis serta tidak kriminal. Secara medis terapi ini

dijalankan dengan menggunakan :

Terapi psikofarmaka,menggunakan Naltrekson (opiat antagonis), atau Metadon

30

Page 31: Sindroma Putus Obat

Terapi perilaku, diselenggarakan berdasarkan pemberian hadiah dan hukum

Self-help group,didasarkan kepada beberapa fillosofi antara lain : 12-steps

Pencegahan

Memberikan informasi dan pendidikan yang efektif tentang NAPZA

Deteksi dini perubahan perilaku

Menolak tegas untuk mencoba (“Say no to drugs”) atau “Katakan tidak pada narkoba”

Rehabilitasi

Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yang dilakukan secara utuh dan terpadu melalui

pendekatan non medis, psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA yang menderita

sindrom ketergantungan dapat mencapai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.

Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Sarana rehabilitasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehatan sesuai dengan

kebutuhan.

Sesudah klien penyalahgunaan / ketergantungan NAPZA menjalani program terapi

(detoksifikasi) dan konsultasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutkan dengan program

pemantapan (pascadetoksifikasi) selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan dapat

melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabilitasi.7

Lama rawat di unit rehabilitasi untuk setiap rumah sakit tidak sama karena tergantung pada

jumlah dan kemampuan sumber daya, fasilitas, dan sarana penunjang kegiatan yang tersedia

di rumah sakit. Menurut Hawari (2003), bahwa setelah klien mengalami perawatan selama 1

minggu menjalani program terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terapi selama 2

minggu maka klien tersebut akan dirawat di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi,

dan unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama rawat di unit rehabilitasi berdasarkan

31

Page 32: Sindroma Putus Obat

parameter sembuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan 1 tahun, mungkin saja bisa

sampai 2 tahun.

Kenyataan menunjukkan bahwa mereka yang telah selesai menjalani detoksifikasi sebagian

besar akan mengulangi kebiasaan menggunakan NAPZA, oleh karena rasa rindu (craving)

terhadap NAPZA yang selalu terjadi. Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA

dapat:

Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NAPZA lagi

Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA

Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya

Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari-hari dengan baik

Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja

Dapat diterima dan dapat membawa diri dengan baik dalam pergaulan dengan

lingkungannya.

Jenis program rehabilitasi :

Rehabilitasi psikososial

Program rehabilitasi psikososial merupakan persiapan untuk kembali ke masyarakat

(reentry program). Oleh karena itu, klien perlu dilengkapi dengan pengetahuan dan

keterampilan misalnya dengan berbagai kursus atau balai latihan kerja di pusat-pusat

rehabilitasi. Dengan demikian diharapkan bila klien selesai menjalani program

rehabilitasi dapat melanjutkan kembali sekolah / kuliah atau bekerja.

Rehabilitasi kejiwaan

Dengan menjalani rehabilitasi diharapkan agar klien rehabilitasi yang semua

berperilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain sikap dan

tindakan antisosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan

32

Page 33: Sindroma Putus Obat

sesama rekannya maupun personil yang membimbing dan mengasuhnya. Meskipun

klien telah menjalani terapi detoksifikasi, seringkali perilaku maladaptif tadi belum

hilang, keinginan untuk menggunakan NAPZA kembali atau craving masih sering

muncul, juga keluhan lain seperti kecemasan dan depresi serta tidak dapat tidur

(insomnia) merupakan keluhan yang sering disampaikan ketika melakukan konsultasi

dengan psikiater. Oleh karena itu, terapi psikofarmaka masih dapat dilanjutkan,

dengan catatan jenis obat psikofarmaka yang diberikan tidak bersifat adiktif

(menimbulkan ketagihan) dan tidak menimbulkan ketergantungan. Dalam rehabilitasi

kejiwaan ini yang penting adalah psikoterapi baik secara individual maupun secara

kelompok. Untuk mencapai tujuan psikoterapi, waktu 2 minggu (program

pascadetoksifikasi) memang tidak cukup; oleh karena itu, perlu dilanjutkan dalam

rentang waktu 3 – 6 bulan (program rehabilitasi). Dengan demikian dapat

dilaksanakan bentuk psikoterapi yang tepat bagi masing-masing klien rehabilitasi.

Yang termasuk rehabilitasi kejiwaan ini adalah psikoterapi/konsultasi keluarga yang

dapat dianggap sebagai rehabilitasi keluarga terutama keluarga broken home. Gerber

(1983 dikutip dari Hawari, 2003) menyatakan bahwa konsultasi keluarga perlu

dilakukan agar keluarga dapat memahami aspek-aspek kepribadian anaknya yang

mengalami penyalahgunaan NAPZA.

Rehabilitasi komunitas

Berupa program terstruktur yang diikuti oleh mereka yang tinggal dalam satu tempat.

Dipimpin oleh mantan pemakai yang dinyatakan memenuhi syarat sebagai koselor,

setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Tenaga profesional hanya sebagai konsultan saja. Di sini klien dilatih keterampilan

mengelola waktu dan perilakunya secara efektif dalam kehidupannya sehari-hari,

33

Page 34: Sindroma Putus Obat

sehingga dapat mengatasi keinginan mengunakan narkoba lagi atau nagih (craving)

dan mencegah relaps.

Dalam program ini semua klien ikut aktif dalam proses terapi. Mereka bebas

menyatakan perasaan dan perilaku sejauh tidak membahayakan orang lain. Tiap

anggota bertanggung jawab terhadap perbuatannya, penghargaan bagi yang

berperilaku positif dan hukuman bagi yang berperilaku negatif diatur oleh mereka

sendiri.

Rehabilitasi keagamaan

Rehabilitasi keagamaan masih perlu dilanjutkan karena waktu detoksifikasi tidaklah

cukup untuk memulihkan klien rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan

keyakinan agamanya masing-masing.

Pendalaman, penghayatan, dan pengamalan keagamaan atau keimanan ini dapat

menumbuhkan kerohanian (spiritual power) pada diri seseorang sehingga mampu

menekan risiko seminimal mungkin terlibat kembali dalam penyalahgunaan NAPZA

apabila taat dan rajin menjalankan ibadah, risiko kekambuhan hanya 6,83%; bila

kadang-kadang beribadah risiko kekambuhan 21,50%, dan apabila tidak sama sekali

menjalankan ibadah agama risiko kekambuhan mencapai 71,6%.

Bunuh Diri

Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri

kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk

memecahkan masalah yang dihadapi.

Menurut Beck dalam Keliat mengemukakan rentang harapan – putus harapan merupakan

rentang adaptif – maladaptif.8

34

Page 35: Sindroma Putus Obat

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan

kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon

yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh

norma-norma sosial dan budaya setempat.

Respon adaptif antara lain :

Self enhancement (pengembangan diri) : menyayangi kehidupan diri; berusaha selalu

meningkatkan kualitas diri

Growth-promoting risk taking : berani mengambil risiko untuk meningkatkan

perkembangan diri

Respon maladaptif antara lain :

Indirect self-destructive behavior : perilaku merusak diri tidak langsung; aktivitas

yang dapat mengancam kesejahteraan fisik dan berpotensi mengakibatkan kematian;

individu tak menyadari/menyangkal bahaya aktivitas tersebut

Self injury : mencederai diri; tak bermaksud bunuh diri tetapi perilakunya bisa

mengancam jiwa

Suicide / bunuh diri : perilaku yang disengaja menimbulkan kematian diri; individu

sadar bahkan menginginkan kematian

Patopsikologi

Semua perilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri

adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana

spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi

menjadi 3 kategori :

Ancaman bunuh diri

35

Page 36: Sindroma Putus Obat

Peningkatan verbal / nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk

bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian,

kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk

melakukan tindakan bunuh diri.

Upaya bunuh diri

Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat

mengarah pada kematian jika tidak dicegah.

Bunuh diri

Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang

melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada

mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya.

Etiologi

Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :

Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres

Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal

melakukan hubungan yang berarti

Perasaan marah / bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri

Cara untuk mengakhiri keputusasaan

Faktor resiko

Banyak instrument yang bisa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan bunuh diri

diantaranya dengan SAD PERSONS

Tabel 2. SAD PERSONS

NO SAD PERSONS Keterangan

36

Page 37: Sindroma Putus Obat

1 Sex (jenis kelamin)

Laki laki lebih sering melakukan suicide 3 kali lebih

tinggi dibanding wanita, meskipun wanita lebih sering

3 kali dibanding laki laki melakukan percobaan bunuh

diri

2 Age (umur)

Kelompok resiko tinggi : umur 19 tahun atau lebih

muda, 45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur 65

tahun lebih.

3 Depression35 – 79% orang yang melakukan bunuh diri

mengalami sindrom depresi.

4Previous attempts

(Percobaan sebelumnya)

65- 70% orang yang melakukan bunuh diri sudah

pernah melakukan percobaan sebelumnya

5 ETOH (alkohol)65 % orang yang suicide adalah orang

menyalahgunakan alkohol

6

Rational thinking loss

( kehilangan berpikir

rasional)

Orang skizofrenia dan dementia lebih sering

melakukan bunuh diri disbanding general populasi

7Sosial support lacking (

kurang dukungan social)

Orang yang melakukan bunuh diri biasanya kurannya

dukungan dari teman dan saudara, pekerjaan yang

bermakna serta dukungan spiritual keagaamaan

8

Organized plan

(perencanaan yang

terorganisasi)

Adanya perencanaan yang spesifik terhadap bunuh diri

merupakan resiko tinggi

9No spouse ( tidak

memiliki pasangan)

Orang duda, janda, single adalah lebih rentan

dibanding menikah

10 SicknessOrang berpenyakit kronik dan terminal beresiko tinggi

melakukan bunuh diri.

Pengobatan

Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian khusus, pertolongan pertama

dilakukan secara darurat di rumah sakit. Kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi

suatu tindakan medis, penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial, tetapi

37

Page 38: Sindroma Putus Obat

berhubungan dengan kriteria besarnya kemungkinan suicide. Pengobatan dapat berupa obat-

obatan anti depresi dan psikoterapi.

Daftar Pustaka

1. Buku Pedoman Praktis mengenai Penyalahgunaan NAPZA bagi petugas Puskesmas.

[Dikutip 2011 November 15]. Diunduh dari :

http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/pedoman/pedoman%20napza.pdf

2. Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba

(NAPZA). [Dikutip 2011 November 14]. Diunduh dari :

http://usupress.usu.ac.id/files/Asuhan%20Keperawatan%20pada%20Klien%20dengan

%20Masalah%20Psikososial%20dan%20Gangguan%20Jiwa_Normal_bab%201.pdf

38

Page 39: Sindroma Putus Obat

3. Martono, L.H. Membantu Pemulihan Pecandu Narkoba dan Keluarganya. Jakarta:

Balai Pustaka; 2006

4. Arif Mansjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek

Setiowulan. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Fakultas

Kedokteran UI; 2005

5. Elvira SD, Hadisukanto G. Gangguan Penggunaan Zat : Upaya Terapi dan Pemulihan

dalam Buku ajar psikiatri. Jakarta : FKUI; 2010

6. Fitri Hartanto, dr., Sp.A. Substance Abuse pada Remaja.[Dikutip 2011 November 19].

Diunduh dari : pediatrics-undip.com/journal/Substance%20abuse.doc

7. Hawari, D. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat

Adiktif). Jakarta: FK-UI; 2003

8. Keliat, B.A. Tingkah laku bunuh diri. Cetakan 2. Jakarta: EGC; 1995

39