tbc kasus putus obat
DESCRIPTION
Case TBC kasus putus obatTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi dan oleh hipersensitivitas yang diperantarai sel (cell-
mediated hypersensitivity). Penyakit biasanya terletak di paru tetapi dapat
mengenai organ lain. Dengan tidak adanya pengobatan yang tidak efektif untuk
penyakit yang aktif, biasa terjadi penyakit yang kronik dan berakhir dengan
kematian.1
Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk
dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian
3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Di negara berkembang kematian ini
merupakan 25% dari kematian penyakit yang sebenarnya dapat diadakan
pencegahan. Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara
berkembang.4
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka
kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga
setelah India dan China dalam jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita
TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit
muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita
baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TBC di Indonesia.3
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis berkeinginan
menyajikan masalah ini dalam bentuk sebuah laporan kasus TB Paru agar dapat
menjadi bahan masukan kepada diri penulis dan kita semua dapat mendiagnosis
serta memberikan terapi yang tepat pada penderita tuberkulosis.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
Nama : Tn.M
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 60 tahun
Alamat : Jl. Tangga Takat, Palembang
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Islam
MRS : 21 April 2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak napas sejak 1 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 3 bulan SMRS, pasien mengeluh batuk hilang timbul, berdahak,
warna putih kehijauan, kental, dan sulit dikeluarkan. Pasien juga mengeluh nafsu
makan menurun. Pasien tidak mengeluh sesak napas, demam, mual muntah dan
keringat malam (-). BAK dan BAB juga tidak ada keluhan. Kemudian pasien
berobat di puskesmas dan diberi obat batuk tetapi keluhan tidak berkurang.
Sejak 2 bulan SMRS, pasien sering merasakan sesak napas. Sesak napas
sering mucul setelah batuk-batuk. Sesak juga sering timbul apabila pasien
melakukan aktivitas sedang-berat seperti berjalan jauh. Pasien juga mengeluh
sering demam pada sore dan malam hari, tidak tinggi, naik turun. Pasien juga
mengeluh nyeri ulu hati dan mual tetapi tidak muntah. Pasien merasakan lebih
kurus karena berat badannya menurun.
Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh sesak napas yang berat. Sesak napas
muncul saat batuk-batuk dan sedang tidak melakukan aktivitas. Pasien juga
2
mengeluh demam, nyeri ulu hati, mual dan badan terasa lemas. Kemudian pasien
dibawa berobat oleh keluarganya ke IGD RSMP dan dirawat di bagian PDL
RSMP.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit TB paru diakui (+),
Pada tahun 2004 pasien mengeluh gejala yang sama seperti ini dan
dinyatakan menderita TB paru. Kemudian pasien menjalani pengobatan
OAT tetapi tidak tuntas (4 bulan).
Riwayat sakit magh diakui (+)
Riwayat sakit hipertensi diakui (+)
Riwayat sakit Asma disangkal (-)
Riwayat sakit kencing manis disangkal (-)
Riwayat sakit jantung disangkal (-)
Riwayat alergi obat disangkal (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit TB paru diakui (+) yaitu kakak kandung.
PEMERIKSAAN FISIK (21 April 2013)
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Gizi : (BB 40 kg,TB:160 cm) IMT= 15,6 (Gizi Kurang)
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 110 x/ menit, teratur, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 28 x/ menit
Temperatur : 37,8º celcius
3
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna cokelat, scar (-), pigmentasi normal, ikterus (-), sianosis (-), spider nevi (-),
telapak tangan dan kaki pucat (-), pertumbuhan rambut normal.
KGB
KGB di submandibula, supraclavicula, leher, axila, inguinal tidak teraba.
Kepala
Bentuk normocephali, warna rambut hitam, rontok (-), deformitas (-)
Mata
Eksophtalmus (-), endophtalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra
pucat (+), sklera ikterik (-), pupil isokor.
Hidung
Deformitas (-), septum deviasi (-), mukosa hidung normal, epistaksis (-)
Telinga
Deformitas (-), nyeri tekan (-), selaput lendir baik, pendengaran baik.
Mulut
Mukosa bibir sianosis (-), T1/T1, gusi berdarah (-), lidah kotor (-), atrofi papil (-),
stomatitis (-), Pharynx hiperemis (-).
Leher
Pembesaran KGB dan kelenjar thyroid (-), JVP (5+0) cmH2O, kaku kuduk (-).
4
Dada
Bentuk dada simetris, retraksi (-), nyeri tekan (-), krepitasi (-)
Paru:
Anterior
Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri
dinamis: tidak ada yang tertinggal
Palpasi : stemfremitus kanan < kiri
Perkusi : redup di apex paru kanan dan sonor di seluruh lapangan paru kiri.
Auskultasi : vesikuler (-) N, ronki basah halus di seluruh lapangan paru kanan
dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).
Posterior
Inspeksi : statis: kanan sama dengan kiri
dinamis: tidak ada yang tertinggal
Palpasi : stemfremitus kanan < kiri
Perkusi : redup di apex paru kanan dan sonor di seluruh lapangan paru kiri.
Auskultasi : vesikuler (-) N, ronki basah halus di seluruh lapangan paru kanan
dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).
Jantung
Inspeksi : ictus cordis terlihat, setinggi ICS 6 mid midclavicula sinistra
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 6
Perkusi : batas jantung kanan atas ICS II, parasternal dextra
Batas jantung kiri bawah ICS 6 mid clavicula sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I/II (+) normal, murmur (-), gallop (-)
5
Abdomen
Inspeksi : cekung, venektasi (-)
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (+) epigastrium,
turgor kulit kembali lambat.
Perkusi : thympani, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Genital : tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas atas : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak tangan pucat (-), jari tabuh (-), turgor
kembali lambat (-), CRT < 2”
Ekstremitas bawah : gerakan bebas, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak kaki pucat (-), turgor kembali lambat (-),
CRT < 2”
6
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan foto thorax (21 April 2013) didapatkan gambaran berawan
(infiltrat) pada kedua lapangan paru dan kavitas pada apex paru kiri.
Kesan: KP / TB paru aktif
Pemeriksaan Sputum BTA : (24 April 2013)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
BTA I ++ -
BTA II ++ -
BTA III ++ -
7
Pemeriksaan Laboratorium : (21 April 2013)
Hb: 10,5 g/dl (menurun)
Leokosit : 13.400 /mm3 (meningkat)
Trombosit : 625.000 /mm3
LED : 35 mm/ jam (meningkat)
Dift count: 1/0/0/75/11/13
BSS: 88 mg/dl
RESUME
Sejak 3 bulan SMRS, pasien mengeluh batuk hilang timbul, berdahak,
warna putih kehijauan, kental, dan sulit dikeluarkan. Pasien juga mengeluh nafsu
makan menurun. Pasien tidak mengeluh sesak napas, demam, mual muntah dan
keringat malam (-). BAK dan BAB juga tidak ada keluhan. Kemudian pasien
berobat di puskesmas dan diberi obat batuk tetapi keluhan tidak berkurang.
Sejak 2 bulan SMRS, pasien sering merasakan sesak napas. Sesak napas
sering mucul setelah batuk-batuk. Sesak juga sering timbul apabila pasien
melakukan aktivitas sedang-berat seperti berjalan jauh. Pasien juga mengeluh
sering demam pada sore dan malam hari, tidak tinggi, naik turun. Pasien juga
mengeluh nyeri ulu hati dan mual tetapi tidak muntah. Pasien merasakan lebih
kurus karena berat badannya menurun.
Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh sesak napas yang berat. Sesak napas
muncul saat batuk-batuk dan sedang tidak melakukan aktivitas. Pasien juga
mengeluh demam, nyeri ulu hati, mual dan badan terasa lemas. Kemudian pasien
dibawa berobat oleh keluarganya ke IGD RSMP dan dirawat di bagian PDL
RSMP.
Vital Sign :
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 110 kali/menit, teratur, isi dan tegangan cukup
RR : 28 kali/menit
Temperatur : 37,80C
8
Pada pemeriksaan paru didapatkan stemfremitus kanan < kiri, redup di
apex paru kanan dan ronki basah halus di seluruh lapangan paru kanan dan
lapangan bawah paru kiri. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan
epigastrium, turgor kulit kembali lambat.
DIAGNOSA BANDING
Susp. TB Paru Kasus Putus Obat
PPOK
Pneumonia
DIAGNOSA KERJA
Susp. TB Paru Kasus Putus Obat
PENATALAKSANAAN
Non farmakologis
- Observasi KU & vital sign
- O2 nasal 3L/menit
- Diet nasi biasa
Farmakologi
- IVFD RL gtt XX/m
- Ambroxol syr 3x1 C
- Antasid syr 3x1 C
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
9
Follow Up
Tanggal 22 April 2013S Sesak napas (+) saat batuk-batuk, batuk
berdahak (+) sulit dikeluarkan.O: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Compos mentis110/70 mmHg90x/menit26x/menit37ºC
Conjungtiva palpebra pucat (+)Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
I : statis: kanan = kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan < kiriP : redup pada apex paru kanan dan sonor di
seluruh lapangan paru kiri.A : vesikuler (-) N, ronki basah halus di
seluruh lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).
I : ictus cordis terlihat setinggi ICS 6P : ictus cordis teraba di ICS 6P : batas kanan atas ICS II LS dextra, batas kiri ICS 6 LMC sinistraA : HR 90x/ menit, SI/II(+)N, murmur (-), gallop (-)
I : cekungP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.P : thympaniA : bising usus (+) normal
Edema (-), akral hangat, CRT<2”, sianosi(-)
A Susp. Tb Paru Kasus Putus ObatP - Observasi KU dan Vital Sign
- O2 Nasal 3L/m bila sesak- IVFD RL gtt XX/m
10
- Ambroxol syr 3x1 C- Antasid syr 3x1 C- Diet nasi biasa
Tanggal 23 April 2013S Sesak napas (+) saat batuk-batuk, batuk
berdahak (+) sulit dikeluarkan.O: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Compos mentis110/70 mmHg86x/menit22x/menit36,8ºC
Conjungtiva palpebra pucat (+)Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
I : statis: kanan = kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan < kiriP : redup pada apex paru kanan dan sonor di
seluruh lapangan paru kiri.A : vesikuler (-) N, ronki basah halus di
seluruh lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).
I : ictus cordis terlihat setinggi ICS 6P : ictus cordis teraba di ICS 6P : batas kanan atas ICS II LS dextra, batas kiri ICS 6 LMC sinistraA : SI/II(+)N, murmur (-), gallop (-)
I : cekungP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.P : thympaniA : bising usus (+) normal
Edema (-), akral hangat, CRT<2”, sianosi(-)
A Susp. Tb Paru Kasus Putus ObatP - Observasi KU dan Vital Sign
11
- O2 Nasal 3L/m bila sesak- IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol syr 3x1C- Antasid syr 3x1 C- Diet TKTP
Tanggal 24 April 2013S Sesak napas (-), batuk berdahak (+)O: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Compos mentis120/80 mmHg92x/menit22x/menit36,7ºC
Conjungtiva palpebra pucat (+)Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
I : statis: kanan = kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan < kiriP : redup pada apex paru kanan dan sonor di
seluruh lapangan paru kiri.A : vesikuler (-) N, ronki basah halus di
seluruh lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).
I : ictus cordis terlihat setinggi ICS 6P : ictus cordis teraba di ICS 6P : batas kanan atas ICS II LS dextra, batas kiri ICS 6 LMC sinistraA : SI/II(+)N, murmur (-), gallop (-)
I : cekungP : lemas, nyeri tekan (-) di epigastrium.P : thympaniA : bising usus (+) normal
Edema (-), akral hangat, CRT<2”, sianosi(-)
A Tb Paru Kasus Putus Obat
12
P - Observasi KU dan Vital Sign- O2 Nasal 3L/m bila sesak- IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol syr 3x1 C- Antasid syr 3x1 C- OAT kategori 2- Isoniazid tab 300mg 1x1- Rifampisin tab 450mg 1x1- Pirazinamid tab 500mg 3x1- Etambutol tab 250mg 3x1- Diet nasi biasa
Tanggal 25 April 2013S Sesak napas (-), batuk berdahak (+).O: Keadaan umum
KesadaranTekanan darahNadiPernapasanTemperaturKeadaan spesifikKepala
Leher
Thorax:Paru
Jantung
Abdomen
Compos mentis120/80 mmHg86x/menit18x/menit36,5ºC
Conjungtiva palpebra pucat (-)Sclera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2OPembesaran KGB (-)
I : statis: kanan = kiri dinamis: tidak ada yang tertinggalP : stemfremitus kanan < kiriP : redup pada apex paru kanan dan sonor di
seluruh lapangan paru kiri.A : vesikuler (-) N, ronki basah halus di
seluruh lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri, wheezing (-).
I : ictus cordis terlihat setinggi ICS 5-6P : ictus cordis teraba di ICS 5-6P : batas kanan atas ICS II LS dextra, batas kiri ICS 6 LMC sinistraA : HR 90x/ menit, SI/II(+)N, murmur (-), gallop (-)
I : cekungP : lemas, nyeri tekan (+) di epigastrium.
13
Ekstremitas
P : thympaniA : bising usus (+) normal
Edema (-), akral hangat, CRT<2”, sianosi(-)
A Tb Paru Kasus Putus ObatP - Observasi KU dan Vital Sign
- O2 Nasal 3L/m bila sesak- IVFD RL gtt XX/m- Ambroxol syr 3x1 C- Antasid syr 3x1 C- OAT kategori 2- Isoniazid tab 300mg 1x1- Rifampisin tab 450mg 1x1- Pirazinamid tab 500mg 3x1- Etambutol tab 250mg 3x1- Diet nasi biasa- rencana pulang hari ini
14
Pencegahan
a. Penderita tidak menularkan kepada orang lain ;
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan
atau tissu.
2. Tidak meludah di sembarang tempat, tetapi dalam wadah yang
diberi lysol, kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun
dalam tanah.
3. Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi hari.
4. Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapat udara
bersih dan cahaya matahari yang cukup sehingga kuman
tuberkulosis paru dapat mati.
b. Masyarakat tidak tertular dari penderita tuberkulosis paru ;
1. Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan makan-
makanan yang bergizi
2. Tidur dan istirahat yang cukup
3. Tidak merokok dan tidak minum-minuman yang mengandung
alkohol.
4. Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke
ruang tidur dan ruangan lainnya.
5. Imunisasi BCG pada bayi.
6. Segera periksa bila timbul batuk lebih dari tiga minggu.
7. Menjalankan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
15
BAB III
ANALISA KASUS
TEORI KASUS TB paru adalah infeksi kronik pada
paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium Tuberculosis, ditandai dengan pembentukan granuloma dan adanya reaksi hipersensitifitas tipe lambat. Sumber penularan umumnya adalah penderita Tb yang dahaknya mengandung Basil Tahan Asam(BTA).
Diagnosis tuberkulosis paru dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis/pemeriksaan fisik, foto toraks, pemeriksaan sputum BTA dan laboratorium penunjang.
Gejala klinis pada penderita Tb paru dibagi menjadi :
Gejala sistemik Demam, tidak tinggi, naik
turun, terutama pada sore dan malam.
Sering berkeringat pada sore dan malam
Badan terasa lemah, Nafsu makan dan penurunan
berat badan.
Gejala respiratorik Batuk kronis, >3minggu,
kering/berdahak/berdarah. Sesak napas, biasanya muncul
saat batuk-batuk. Rasa nyeri dada.
Batuk ≥ 3 minggu, Timbul sesak nafas setelah batuk-
batuk Sering berkeringat saat sore dan
malam. Sering demam, tidak tinggi, naik
turun disertai menggigil terutama malam hari.
Nafsu makan menurun. Berat badan menurun.
Diagnosis berdasarkan pemeriksaan Kelainan pulmo yang dapat
16
fisik sangat tergantung pada luas dan kelainan struktural paru.
Pemeriksaan fisik dapat normal pada lesi minimal, kelainan umumnya terletak pada daerah apikal/posterior lobus atas dan daerah apikal lobus bawah.
Kelainan yang dapat ditemukan bentuk dada yang tidak simetris, pergerakan paru yang tertinggal, peningkatan stem fremitus, redup pada perkusi, suara napas bronkial / amforik /
vesikuler melemah, / ronkhi basah
ditemukan:• stem fremitus kanan < kiri,• redup pada paru kanan dan sonor
pada paru kiri• ronki basah halus di seluruh
lapangan paru kanan dan lapangan bawah paru kiri.
Dari pemeriksaan foto thorax ditemukan
Gambaran lesi TB paru aktif biasanya berupa infiltrat nodular berbagai ukuran di lobus atas paru, kavitas (terutama lebih dari satu), bercak milier ataupun adanya efusi pleura unilateral.
Gambaran lesi tidak aktif berupa fibrotik, atelektasis, kalsifikasi, penebalan pleura, penarikan hilus dan deviasi trakea.
Pada foto thorax pasien ini tampak ditemukan gambaran lesi TB aktif berupa infiltrate dan kavitas pada paru kanan dan kiri
Pemeriksaan BTA penting dalam menegakkan diagnosis TB Paru.
Dahak terbaik adalah dahak pagi hari sebelum makan, kental, purulen, dengan jumlah minimal 3-5 ml.
Untuk lebih efisien, Depkes RI menganjurkan pengambilan dahak SPS (Sewaktu, Pagi, Sewaktu) yang dikumpulkan dalam 2 hari.
BTA dikatakan positif bila BTA dijumpai setidaknya pada dua dari tiga pemeriksaan BTA.
Hasil pemeriksaan BTA sputum: (++,++,++)
Hasil pemeriksaan darah rutin Hasil pemeriksaan ditemukan
17
kurang spesifik untuk TB paru. Kelainan yang sering dijumpai adalah
anemia, peningkatan laju endap darah, lekositosis dan limfositosis.
anemia ringan, leukositosis, Diff count menunjukkan shift to the right dan peningkatan LED.
ANALISA DIAGNOSA BANDING
TBC PPOK PNEUMONIADEFINISI Penyakit infeksi
yang disebabkan oleh micobakterium tuberculosis
Penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan proses inflamasi kronik terhadap polusi udara dan bersifat progresif
Suatu penyakit paru dimana alveolus terisi cairan yang disebabkan infeksi bakteri, virus atau jamur.
ETIOLOGI Micobacterium Tuberculosis
Perokok berat yang lama, sering terpapar polusi udara
Bakteri Streptococcus pneumoniae, mycoplasma pneumoniae, virus, jamur.
MANIFESTASI KLINIS
Batuk (kering/berdahak/berdarah) kronik, sesak napas, nyeri dada, demam lama pada malam hari, hilang nafsu makan, BB turun, lemas.
Batuk (kering/berdahak/berdarah) kronik, sesak napas, nyeri dada, demam
Batuk (kering/berdahak/berdarah) kronik, sesak napas, nyeri dada, demam, lemah, nafsu makan turun
PEMERIKSAAN KLINIS
Bentuk dada asimetris
Pergerakan ada yang tertinggal
Stemfremitus meningkat/melemah
Perkusi redup Suara napas
vesikuler normal/melemah,
Bentuk dada barrel chest
Retraksi ICS Pelebaran ICS Stemfremitus
melemah Perkusi
hipersonor Suara napas
vesikuler normal/melemah,
Retraksi ICS Pergerakan dada
ada yang tertinggal Perkusi pekak Stemfremitus
melemah Suara vesikuler
normal/melemah, ronchi basah
18
ronchi basah halus/sedang/kasar
Wheezing (+), Ronchi (+),
PEMERIKSAAN BTA
(+) / (-) (-) (-)
FOTO THORAX
Gambaran berawan/ infiltrat terutama pada apex paru
Gambaran cavitas Gamabaran milier
seperti biji beras.
Gambaran hiperlusen
Sela iga melebar
Gambaran infiltrat/ konsolidasi pada satu lobus/ lebih
ANALISA PENGOBATAN TB PARU
Pengobatan
1. Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi
kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sangat efektif
terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang
berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kk BB,sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.
Memiliki efek samping hepatotoksik.
2. Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister )
yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama
untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. Efek samping
anoreksia, mual, nyeri perut, hepatotoksik, anemia hemolitik, urin berwarna
merah.
3. Pirasinamid ( Z )
19
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg BB ,sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg
BB. Efek samping nyeri sendi, hepatotoksik, anoreksia, nausea, gastritis.
4. Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB
sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang
sama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75gr/hari sedangkan unuk
berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50gr/hari.
5. Etambulol ( E)
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg
BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis
30 mg/kg/BB. Efek samping hepatotoksik, penurunan visus.
Prinsip Pengobatan
1. Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT
terutama rifampisin. Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalamkurun waktu 2
minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA negatif
( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit ,
namum dalam jangka waktu yang lebih lama
Kombinasi / Paduan OAT di Indonesia
20
WHO dan IUATLD ( Internatioal Union Against Tuberculosis and
lung Disease ) me-rekomendasikan paduan OAT Standar, yaitu :
Kategori 1 :
- 2HRZE / 4 H3R3
- 2HRZE / 4 HR
- 2HrZE / 6 HE
Kategori 2:
- 2HRZES / HRZE /5H3R3E3
- 2HRZES / HRZE / 5HRE
Kategori 3:
- 2HRZ / 4H3R3
- 2 HRZ / 4 HR
- 2HRZ / 6 HE
Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia tahun 2007
menggunakan paduan OAT
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan
untuk memudahkam pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai satu (1) paket untuk satu (1)
penderita dalam satu (1) masa pengobatan.
1. Katagori 1
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ),
Pirasinamid ( Z) dan Etambutol ( E ) Obat-obat tersebut diberikan
setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZE ). Klemudian diteruskan dengan
tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid ( H) dan Rifampisin ( R )
diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H 3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
21
- Penderita baru TBC Paru BTA Positif
- Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang “ sakit
berat “ dan
- Penderita TBC Ekstra Paru berat.
Tabel 2. Dosis untuk paduan OAT KDT kategori 1
Tabel 3. Paduan OAT kategori 1
2. Katagori 2
Tahap intensif diberikan selama 6 bulan yang terdiri dari 2 bulan
dengan Isoniasid (H) , Rifampisin (R), Pirasinamid (Z),dan Etambutol
(E) setiap hari . Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 4
bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu
diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah pemderita
selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita kambuh ( relaps )
- Penderita Gagal ( failure )
- Penderita dengan Pengobatan setelah lalai ( after default )
Tabel .4 Dosis untuk paduan OAT KDT kategori 2
22
Tabel.5 Paduan OAT kategori 2
Catatan:
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal
untuk streptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat
badan.
• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan
khusus.
• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan
menambahkan aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi
4ml. (1ml = 250mg).
3. OAT Sisipan (HRZE)
23
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA
positif dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang
dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif
diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama 1 bulan.
Tabel.6 Dosis KDT untuk sisipan
Tabel.7 Paduan OAT Sisipan
Pasien ini termasuk dalam kategori kasus putus obat, jadi perlu diobati
dengan OAT kategori II, dengan regimen Rifampisin, INH, Pirazinamid,
Etambutol dan Streptomisin selama 2 bulan. Kemudian dilanjutkan dengan 4
bulan Rifampisin, INH dan Etambutol.
DAFTAR PUSTAKA
24
1. Daniel, T.M. 1999. Tuberkulosis. Dalam : Asdie, A.H., (editor edisi bahasa indonesia). Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. edisi 13 (hal 799-808). EGC, Jakarta-Indonesia.
2. Price, A. S., Wilson, M. L. 1990. Patofisiologi: . EGC, Jakarta, Indonesia.3. Anonim. 2009. Situasi Epidemiologi TB Indonesia.
(http://www.tbcindonesia.or.id. Diakses 6 April 2012.)4. Amin, Z., A. Bahar. 2007. Tuberkulosis Paru. Dalam: Sudoyo, A.W, dkk
(editor). Ilmu Penyakit Dalam (hal. 988-993). Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta, Indonesia.
5. Depkes RI. 2007. Pedoman Umum Promosi Penanggulangan Tuberculosis, Jakarta , 2007
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2002. Tuberkulosis Pedoman Diagnostik dan Penatalaksanaan di Indonesia, Jakarta, hal. 1
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis (TB), Jakarta.
8. Depkes RI. 2001. Pedoman Umum Promosi Penanggulangan Tuberculosis, Jakarta , 2001
25