farmakologi tbc

39
TUGAS MAKALAH FARMAKOLOGI ANTI TUBERKULOSIS Disusun Oleh : Evaliani Surachman (11334730) INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Upload: evaliani-surachman

Post on 24-Jul-2015

1.172 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: FARMAKOLOGI TBC

TUGAS MAKALAH FARMAKOLOGI

ANTI TUBERKULOSIS

Disusun Oleh :

Evaliani Surachman (11334730)

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

FAKULTAS MIPA PROGRAM STUDI FARMASI

2012

Page 2: FARMAKOLOGI TBC

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah

dari mata kuliah Farmakologi.

Makalah ini membahas tentang anti tuberkulosis, penulis berharap

semoga makalah ini mendapatkan perhatian dan respon yang baik dari

Ibu Dosen dan bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan

baik dari segi isi maupun bahasanya, diharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Jakarta, Mei 2012

Penulis

Page 3: FARMAKOLOGI TBC

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Tuberkulosis ( TB ) adalah merupakan suatu

penyakit yang tergolong dalam infeksi menular yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium tuberculosis dalam bentuk aktif, basil

Mycobacterium juga dapat menimbulkan penyakit pada berbagai macam

hewan misalnya sapi, anjing, babi, unggas, biri-biri dan hewan primata,

bahkan juga ikan.

Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga

memerlukan waktu yang lama dalam pengobatannya. Penyakit TB dapat

menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria-wanita, tua-muda, kaya-

miskin serta dimana saja. Indonesia sendiri menduduki negara terbesar

ketiga didunia dalam masalah penyakit TB ini.

Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang

bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang

jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch sementara

tanggal 24 Maret sendiri diperingati dunia sebagai "Hari TB" karena pada

tanggal tersebut di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil

studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.

Sampai saat ini di Indonesia penyakit TB masih merupakan penyakit

rakyat yang banyak mengambil korban, hal ini disebabkan:

Masih kurangnya kesadaran untuk hidup sehat.

Perumahan yang tidak memenuhi syarat.(ventilasi dan masuknya

cahaya matahari)

Kebersihan/hygiene

Kurang gizi/gizi tidak baik.

Page 4: FARMAKOLOGI TBC

Penularan kuman TB dapat melalui :

Saluran pernafasan (sebaiknya penderita menutup mulut dengan

sapu tangan ketika batuk atau bersin.

Lewat makanan dan minuman

1.2 Permasalahan

Dalam makalah ini penulis membatasi masalah TB dalam lingkup

tuberkulosis paru meliputi anatomi patofisiologi paru, obat anti

tuberkulosis ( OAT ) dan pengobatan OAT.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

tuberkulosis paru meliputi anatomi patofisiologi paru, obat anti

tuberkulosis ( OAT ) dan pengobatan OAT.

Page 5: FARMAKOLOGI TBC

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tuberkulosis

Tuberkulosis atau TB ( singkatan TBC sekarang telah ditinggalkan )

paling sering menyerang paru-paru, 85% dari seluruh kasus TB adalah TB

paru, sisanya sekitar 15% menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit,

tulang, organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya.

Merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang

manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang peka terhadap obat, praktis dapat

disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosis akan mengakibatkan kematian

dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.

Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai

Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa

terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga

penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut WHO

jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh

kasus di dunia.

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk

jumlah penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih

dari 140 ribu lainnya meninggal.

Tuberkulosis masih merupakan penyakit infeksi saluran napas yang

tersering di Indonesia. Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan

ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan mempunyai dampak yang

besar karena pasien Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada

lingkungan,sehingga jumlah penderita semakin bertambah.

Page 6: FARMAKOLOGI TBC

Pengobatan Tuberkulosis berlangsung cukup lama yaitu setidaknya 6

bulan pengobatan dan selanjutnya dievaluasi oleh dokter apakah perlu

dilanjutkan atau berhenti, karena pengobatan yang cukup lama seringkali

membuat pasien putus berobat atau menjalankan pengobatan secara

tidak teratur, kedua hal ini ini fatal akibatnya yaitu pengobatan tidak

berhasil dan kuman menjadi kebal yang disebut MDR ( multi drugs

resistance ) kasus ini memerlukan biaya berlipat dan lebih sulit dalam

pengobatannya sehingga diharapkan pasien disiplin dalam berobat setiap

waktu demi pengentasan tuberkulosis di Indonesia

Penyakit TB ditularkan dari orang ke orang, terutama melalui

saluran napas dengan menghisap atau menelan tetes-tetes ludah/dahak

(droplet infection) yang mengandung basil dan dibatukkan oleh penderita

TB terbuka. Atau juga karena adanya kontak antara tetes ludah/dahak

tersebut dengan luka di kulit.

2.2 Anatomi Patofisiologi

2.2.1 Anatomi Paru-paru

Gambar 1. Anatomi Paru-Paru

Page 7: FARMAKOLOGI TBC

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar

terdiri dari gelembung-gelembung hawa ( alveoli ). Alveoli ini terdiri dari

sel-sel epitel dan dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya lebih

kurang 90 m2 dan pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, O2 masuk

ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Jumlah alveoli kurang

lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan)

Paru-paru sendiri dibagi menjadi dua, yakni :

1. Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru)

a. Lobus pulmo dekstra superior

b. Lobus medial

c. Lobus inferior

2. Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus

a. Lobus pulmo sinister superior

b. Lobus inferior.

Tiap lobus tersusun oleh lobulus, diantara lobulus yang satu

dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh-

pembuluh darah getah bening dan saraf-saraf, dalam tiap-tiap lobulus

terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-

cabang banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-

tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2 –

0,3mm. Paru-paru terletak pada rongga dada, dan dibungkus oeh selaput

yang bernama pleura.

Pleura dibagi menjadi dua :

Pleura viseral (selaput dada pembungkus), yaitu selaput paru yang

langsung membungkus paru-paru.

Pleura parietal, yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam

dinding dada.

Page 8: FARMAKOLOGI TBC

Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum

pleura. Pada keadaan normal kavum pleura ini vakum/hampa udara

sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit

cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya (pleura),

sehingga gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu bernafas

dapat terhindari.

2.2.2 Patofisiologi

Bakteri Mycobacterium tuberculosis pertama kali ditemukan oleh

Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang

jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TB

pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Gambar 2. Bakteri Mycobacterium tuberculosis

M.tuberculosis berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar

3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Mycobacteria

dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya dengan

Pewarnaan Gram. Namun, sekali diberi warna oleh pewarnaan gram,

maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena

itu, maka Mycobacterium tuberculosis disebut sebagai Basil Tahan Asam

atau BTA. Pada dinding sel M.tuberculosis, lemak berhubungan dengan

arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan

permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.

Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel M.tuberculosis,

berperan dalam interaksi antara inang dan patogen menjadikan M.

tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.

Page 9: FARMAKOLOGI TBC

Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru,

maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular

(bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TB ini

akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri

itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat

jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TB akan menjadi

dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat

sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini

akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang

dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami

perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang

banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah

yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang

telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami

pertumbuhan tuberkel berlebih dan positip terinfeksi TB.

Infeksi di dalam paru ini dapat menyebar melalui pembuluh darah

atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TB dapat

menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru, otak, ginjal,

saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun

demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Page 10: FARMAKOLOGI TBC

2.2.3  Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah penyakit akibat infeksi kuman

mycobacterium tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir

semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya

merupakan infeksi primer. Tuberkulosis merupakan bakteri kronik dan

ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi.

Gejala Tuberkulosis Paru :

1. Demam

Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas ( bukan tifoid,

malaria atau lainnya ) dan terkadang disertai dengan badan yang

berkeringat di malam hari. Umumnya dimulai dengan demam

subfebris seperti influenza, terkadang panas mencapai 40-410C.

Page 11: FARMAKOLOGI TBC

Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita

dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk.

2. Batuk

Batuk lama lebih dari 30 hari yang disertai ataupun tidak dengan

dahak, bahkan bisa disertai juga dengan darah. Batuk darah terjadi

karena adanya iritasi pada bronkus, pada keadaan lanjut

disebabkan karena terdapat pembuluh darah yang pecah dan

merupakan tanda adanya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh

darah pada dinding kavitas. Kematian dapat terjadi karena

penyumbatan bekuan darah pada saluran nafas.

3. Sesak Nafas

Sesak nafas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana

lnfiltrasinya sudah setengah bagian paru

4. Nyeri Dada

Terjadi bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga

menimbulkan pleuritis

5. Berat Badan Turun

Dikarenakan nafsu makan yang turun drastis sehingga sangat

mempengaruhi laju pertambahan berat badan.

6. Malaise ( Badan Lemah )

Penyakit tuberkulosis paru adalah penyakit radang yang bersifat

menahun, nyeri pada otot dan keringat dimalam hari. Gejala-gejala

tersebut makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara

tidak teratur dan berakibat menurunnya kondisi kebugaran tubuh.

2.3 Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) dan Pengobatan OAT

Mekanisme kerja OAT pada umumnya terbagi atas :

1. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat

2. Aktivitas sterilisasi, terhadap the pesisters (bakteri semidormant)

3. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas

bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.

Page 12: FARMAKOLOGI TBC

Dalam pengobatan OAT dikelompokkan dalam 2 jenis yaitu obat-obat

primer dan obat-obat sekunder.

1. Obat Primer

Obat-obat ini paling efektif dan paling rendah toksisitasnya, tetapi

menimbulkan resistensi dengan cepat bila digunakan sebagai obat

tunggal. Maka terapi selalu dilakukan dengan kombinasi dari 3-4

obat, karena bakteri yang sekaligus kebal terhadap dua atau lebih

jenis obat sangatlah jarang terjadi. Paling sering banyak digunakan

adalah kombinasi INH, Rifampisin dan Pirazinamida.

Contoh :

INH (Isoniazid)

Rifampisin

Pirazinamida

Streptomisin

Etambutol.

2. Obat Sekunder

Obat ini memiliki kegiatan yang lebih lemah dan bersifat lebih

toksik, karena itu hanya digunakan bila terdapat resistensi atau

intoleransi terhadap obat primer, atau juga terdapat infeksi MAI

pada pasien HIV.

Contoh :

Kanamisin

Asam Aminosalisilat

Etionamid

Sikloserin

Page 13: FARMAKOLOGI TBC

2.3.1  Jenis Obat

Obat primer INH ( ISONIAZID )

Mekanisme kerja. Kerja obat ini adalah dengan menghambat

enzim esensial yang penting untuk sintesis asam mikolat dan

dinding sel mikobakteri. INH dapat menghambat hampir semua

basil tuberkel, dan bersifat bakterisida terutama untuk basil tuberkel

yang tumbuh aktif. INH dapat bekerja baik intra maupun

ekstraseluler. Aktivitas INH menghambat aksi enoyl – protein

pembawa asil dalam bentuk (InhA). InhA merupakan komponen

enzim penting dari sintesis asam lemak kompleks II (FAS-II). FAS-II

yang terlibat dalam sintesis rantai panjang asam mycolic. Asam

mycolic merupakan komponen struktural penting dari dinding sel

mikobakteri dan melekat ke lapisan arabinogalactan. Dosis harian

yang dianjurkan adalah 5 mg\kg BB, sedangkan untuk pengobatan

intermiten 3 kali seminggu dengan dosis 10 mg\kg BB.

Farmakokinetik. Absorpsi secara oral. Pada distribusi, obat

masuk ke dalam jaringan tubuh dan cairan termasuk CSF

Page 14: FARMAKOLOGI TBC

(Cerebrospinal Fluid ) juga melintasi plasenta dan muncul dalam

ASI, ikatan protein 10% sampai 15%. Metabolisme oleh hati

terhadap isoniasid asetil dengan tingkat kerusakan genetik

ditentukan oleh fenotipe asetilasi, mengalami hidrolisis lebih lanjut

untuk asam asetil isonikotinik dan hidrazin. Waktu paruh: bisa

diperpanjang pada pasien dengan gangguan fungsi hati atau

gangguan ginjal parah. Asetilator cepat: 30-100 menit. Asetilator

lambat: 2-5 jam. Waktu puncak konsentrasi serum, secara oral

dalam 1-2 jam. Eliminasi 75% sampai 95% diekskresikan dalam

urin sebagai obat, metabolit jumlah kecil diekskresi dalam tinja

dan saliva. Dialisis 50% sampai 100%.

Efek samping. Insiden dan berat ringannya efek non terapi INH

berkaitan dengan dosis dan lamanya pemberian. Reaksi alergi

obat ini dapat berupa demam, kulit kemerahan, dan hepatitis.

Efek toksik ini meliputi neuritis perifer, insomnia, lesu, kedut otot,

retensi urin, dan bahkan konvulsi, serta episode psikosis.

Kebanyakan efek ini dapat diatasi dengan pemberian piridoksin

yang besarnya sesuai dengan jumlah INH yang diberikan.

Indikasi. Obat ini diindikasikan untuk terapi semua bentuk

tuberkulosis aktif, disebabkan kuman yang peka dan untuk

profilaksis orang beresiko tinggi mendapatkan infeksi. Dapat

digunakan tunggal atau bersama-sama dengan anti tuberkulosis

lain.

Kontraindikasi. riwayat hipersensitifitas atau reaksi adversus,

termasuk demam, artritis, cedera hati, kerusakan hati akut,

kehamilan.

RIFAMPISIN

Mekanisme kerja. Obat ini menghambat sintesis DNA bakteri

dengan mengikat β-subunit dari DNA dependent –RNA

polimerase sehingga menghambat peningkatan enzim tersebut

ke DNA dan menghambat transkripsi messenger RNA (mRNA).

Page 15: FARMAKOLOGI TBC

Transkrip RNA adalah persyaratan penting untuk sintesis protein.

In vitro dan in vivo, obat ini bersifat bakterisid terhadap

mikobakterium tuberkulosis, M. bovis, dan M. kansasii baik intra

maupun ekstraseluler. Konsentrasi bakterisid berkisar 3-12 μg/ml/

obat ini dapat meningkatkan aktivitas streptomisin dan INH, tetapi

tidak untuk etambutol, dapat membubuh kuman yang persisten

(dortmant) yang tidak dapat dibunuh oleh INH. Dosis 10 mg\kg

BB diberikan sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3

kali seminggu.

Farmakokinetik. Absorpsi secara oral diserap dengan baik.

Distribusi, sangat lipofilik melintasi penghalang darah-otak dan

didistribusikan secara luas ke dalam jaringan tubuh dan cairan

seperti hati, paru-paru, kandung empedu, empedu, air mata, dan

air susu ibu, mendistribusikan ke CSF ketika meninges

meradang. Ikatan protein 80%. Metabolisme, mengalami daur

ulang enterohepatik di metabolisme dalam hati menjadi diasetil

(aktif). Waktu paruh 3-4 jam, waktu yang berkepanjangan

mengakibatkan kerusakan hati. Waktu puncak konsentrasi serum

secara oral dalam 2-4 jam. Eliminasi terutama di feses (60%

sampai 65%) dan urin (~30%). Dialisis, rifampisin plasma

Page 16: FARMAKOLOGI TBC

konsentrasi tidak signifikan dipengaruhi oleh hemodialisis atau

dialisis peritoneal.

Efek samping. Kurang dari 4% penderita mengalami efek

samping, seperti demam, kulit kemerahan, mual dan muntah,

ikterus, trombositopenia, dan nefritis. Gangguan hati yang

terberat terutama terjadi bila rifampisin diberikan secara tunggal

atau dikombinasikan dengan INH. Gangguan saluran cerna juga

sering terjadi, tidak enak di ulu hati, mual dan muntah, kolik, serta

diare yang kadang-kadang memerlukan penghentian obat.

Indikasi. Diindikasikan untuk obat anti tuberkulosis yang

dikombinasikan dengan anti tuberkulosis lain untuk terapi awal

maupun ulang.

Kontraindikasi. Sindrom syok, anemia hemolitik akut, dan

gangguan hati. penderita gangguan ginjal.

PIRAZINAMIDA

Mekanisme kerja. Merupakan pro-drug dan diubah menjadi

bentuk aktif (asam pyrazinoic) oleh enzim peroksidase

nicotinamidase dikenal sebagai pyrazinamidase (PncA). Asam

Pyrazinoic menghambat aksi sintetase asam lemak I (FAS I).

FAS I adalah terlibat dalam sintesis asam mycolic rantai pendek

merupakan komponen struktural penting dari dinding sel

mikobakteri dan melekat ke lapisan arabinogalactan. Obat ini

bersifat bakterisidal, terutama dalam keadaan asam dan

mempunyai aktivitas sterilisasi intraseluler. Dosis harian yang

dianjurkan 25 mg\kg BB, sedangkan untuk pengobatan intermiten

3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg\kg BB.

Page 17: FARMAKOLOGI TBC

Farmakokinetik. Absorpsi secara oral diserap dengan baik.

didistribusikan secara luas ke dalam jaringan tubuh dan cairan

termasuk paru-paru, hati, CSF. Ikatan protein 50%. Metabolisme

dalam hati. Waktu paruh 9-10 jam, waktu yang berkepanjangan

menyebabkan fungsi ginjal atau hati berkurang. Waktu puncak

konsentrasi serum dalam 2 jam. Eliminasi dalam urin (4%

sebagai obat tidak berubah).

Efek samping. Obat ini bersifat hepatotoksik yang berkaitan

dengan dosis pemberian dan dapat menjadi serius. Obat ini

sangat efektif terhadap tuberkulosis bila digabungkan dengan

INH, tetapi dilaporkan lebih kurang 14% penderita akan

mengalami gangguan hati yang berat, serta kematian dapat

terjadi karena timbulnya nekrosis. Karena efek hepatotoksik,

pemeriksaan uji hati perlu dilakukan sebelum pemberian obat ini.

Penggunaan pirazinamid secara rutin menyebabkan

hiperuresemia, biasanya asimtomatik. Jika gejala penyakit gout

timbul, dan pengobatan dengan pirazinamid dibutuhkan,

penderita sebaiknya juga mendapat alopurinol/probenesid.

Indikasi. Digunakan untuk terapi tuberkulosis dalam kombinasi

dengan anti tuberkulosis lain.

Kontraindikasi. Kontraindikasi terhadap gangguan fungsi hati

parah, porfiria, Hipersensitivitas.

STREPTOMISIN

Page 18: FARMAKOLOGI TBC

Mekanisme kerja. Obat ini bekerja dengan menghambat sintesis

protein pada ribosom mikrobakterium dan bersifat bakterisid,

terutama terhadap basil tuberkel ekstraseluler, dosis harian yang

dianjurkan 15 mg\kg BB, sedangkan pengobatan untuk intermiten

3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Penderita berumur

sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr\hari, sedangkan untuk umur

sampai 60 tahun lebih dosisnya 0,50 gr\hari.

Farmakokinetik. Pendistribusian ke dalam jaringan tubuh dan

cairan kecuali otak, jumlah kecil masuk kedalam CSF hanya

dengan meninges meradang, melintasi plasenta dan sejumlah

kecil muncul di ASI. Ikatan protein 34%.

Waktu paruh bagi bayi baru lahir 4-10 jam, dewasa 2- 4,7 jam

bila berkepanjangan menyebabkan kerusakan ginjal. Waktu

puncak konsentrasi serum, secara im dalam 1-2 jam. Eliminasi

30% sampai 90% dari dosis diekskresikan sebagai obat tidak

berubah dalam urin, dengan jumlah kecil (1%) diekskresikan

dalam empedu, saliva, keringat, dan air mata.

Efek samping. Sakit kepala atau lesu biasanya terjadi setelah

penyuntikan dan umumnya bersifat sementara. Reaksi

hipersensitivitas sering terjadi pada minggu pertama pengobatan

dan biasanya lebih ringan dibandingkan INH. Obat ini bersifat

Page 19: FARMAKOLOGI TBC

ototoksik menimbulkan gangguan pendengaran dan

keseimbangan dengan gejala vertigo, mual, dan muntah. Selain

itu, obat ini juga bersifat nefrotoksik.

Indikasi. Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama

isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid, atau untuk penderita yang

dikontraindikasi dengan 2 atau lebih obat kombinasi tersebut.

Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap streptomisin sulfat

atau aminoglikosida lain.

ETAMBUTOL

Mekanisme kerja. Obat ini menghambat sintesis metabolisme

sel sehingga menyebabkan kematian sel. EMB menghambat

aksi arabinosyl (EmbB). EmbB adalah enzim membran terkait

yang terlibat dalam sintesis arabinogalaktan. Arabinogalactan

merupakan komponen struktural penting dari dinding sel

mikobakteri. Hampir sama strain M. tuberculosis, M. bovis, dan

kebanyakan M. kansasii rentan terhadap obat ini. Obat ini

bersifat bakteriostatik dan bekerja baik intra maupun

ekstraseluler. . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg\kg Bb

sedangkan untuk pengobatan untuk intermiten 3 kali seminggu

digunakan dosis 30 mg\kg BB.

Farmakokinetik. Absorpsi 80%. Pendistribusian ke seluruh

tubuh dengan konsentrasi tinggi di ginjal, paru-paru, saliva, dan

sel darah merah; konsentrasi dalam CSF rendah; melintasi

Page 20: FARMAKOLOGI TBC

plasenta; diekskresikan ke dalam ASI. Ikatan protein: 20%

sampai 30%. Metabolisme 20% oleh hati untuk metabolit aktif.

Waktu paruh 2,5-3,6 jam (hingga 7 jam atau lebih dengan

gangguan ginjal). Waktu puncak konsentrasi serum dalam waktu

2-4 jam. Eliminasi 50%dalam urin dan 20% diekskresi dalam tinja

sebagai obat yang tidak berubah. Dialisis 5% sampai 20%.

Efek samping. Etambutol jarang menimbulkan efek samping bila

diberikan dengan dosis harian biasa dan efek toksik minimal.

Efek nonterapi yang berat dan berkaitan dengan dosis, yaitu efek

toksik di okular. Gangguan di mata biasanya bersifat bilateral,

yaitu berupa neuritis optik dengan gejala penurunan ketajaman

penglihatan, hilangnya kemampuan membedakan warna merah

dengan hijau, lapangan pandangan mata menyempit, dan dapat

terjadi skotoma perifer ataupun sentral. Gangguan ini biasanya

bersifat reversibel. Karena itu, sebelum etambutol diberikan, uji

ketajaman penglihatan dan uji buta warna sebaiknya dilakukan.

Indikasi. Etambutol digunakan sebagai terapi kombinasi

tuberkulosis dengan obat lain, sesuai regimen pengobatan jika

diduga ada resistensi. Jika resiko resistensi rendah, obat ini

dapat ditinggalkan. Obat ini tidak dianjurkan untuk anak-anak

usia kurang 6 tahun, neuritis optik, gangguan visual.

Kontraindikasi. Hipersensitivitas terhadap etambutol seperti

neuritis optik.

Obat Sekunder KANAMISIN

Termasuk golongan aminoglikosida dan bersifat bakteriosid

dengan menghambat sintesis protein mikroba. Efeknya terhadap

M. tuberculosis hanyalah bersifat supresif. Pada pemberian IM

obat ini diserap dengan cepat dan sempurna, kanamisin sukar

masuk kedalam CBF. Metabolismenya dapat diabaikan,

ekskresinya melalui ginjal kira-kira 90% dan dalam bentuk utuh.

Masa paruh obat ini sekitar 2 Jam.

Page 21: FARMAKOLOGI TBC

ASAM AMINOSALISILAT

Karena kurang dapat diterima penderita, asam aminosalisilat

sekarang sudah jarang digunakan. Obat ini bersifat bakteriostatik

yang bekerja sebagai inhibitor kompetitif terhadap asam p-

aminobenzoat (PABA) dalam biosintesis folat.

ETIONAMID

Analog struktural isoniazid ini diperkirakan bekerja dengan

mekanisme yang lain. Etionamid efektif pada pemberian per oral

dan distribusikan secara luas keseluruh tubuh , termasuk cairan

serebrospinalis. Metabolismenya hebat. Etionamid dengan

menghambat asetilasi isoniazid. Air kemih adalah tempat

ekskresinya yang utama. Efek samping yang membatasi

penggunaannya meliputi iritasi lambung, hepatotoksisitas,

neuropati perifer dan neuritis optikus.

SIKLOSERIN

Obat tuberkolostatik yang efektif per oral ini tampaknya

mengantagonis langkah-langkah sintesis dinding sel bakteri yang

melibatkan D-alanine. Distribusi seluruh tubuh termasuk cairan

serebrospinalis baik. Sikloserin mengalami metabolisme, dan obat

induk serta metabolitnya diekskresikan melalui urine. Pada

insufiensi ginjal akan terjadi akumulasi obat. Efek samping

melibatkan gangguan saraf pusat , dapat mencetuskan aktivitas

kejangepilepsi. Neuropati perifer juga merupakan suatu masalah

dengan sikloserin.

2.3.2 Pengobatan OAT

Page 22: FARMAKOLOGI TBC

Sebelum ditemukan kombinasi obat-obat yang dapat memusnahkan

penyebab penyakit, bentuk pengobatan terbatas pada terapi simptomatis

seperti mengurangi batuk dan menghilangkan demam, istirahat total di

sanatorium dan diet makanan bergizi yang kaya lemak dan vitamin A.

Obat TB yang pertama kali ditemukan adalah streptomisin, disusul

kemudian dengan PAS dan INH. Sampai tahun 1970-an kombinasi

standar untuk pengobatan TB menggunakan ketiga obat di atas. Sesudah

tahun 1970 kombinasi standar untuk TB menjadi INH, ethambutol dan

rifampisin.

Dengan pengobatan modern, setelah 4 sampai 6 minggu pasien

bebas bermasyarakat seperti biasa karena tidak lagi menularkan kuman

TB. Basil TB terkenal sangat ulet dan sulit ditembus zat kimia (obat)

karena dinding sel bakteri mengandung banyak lemak dan lilin (wax),

sehingga pengobatan TB memerlukan periode waktu yang cukup lama .

Tujuan pengobatan kombinasi :

Mencegah resistensi

Praktis karena dapat diberikan sebagai dosis tunggal.

Mengurangi efek samping.

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu :

1. Fase intensif (2-3 bulan)

Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif

membelah sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat

yang bersifat bakterisidal. Selama fase intensif yang biasanya terdiri

dari 4 obat, terjadi pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis.

Pasien yang infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien dengan sputum BTA positif akan menjadi

negatif dalam waktu 2 bulan. Menurut The Joint Tuberculosis

Committee of the British Thoracic Society, fase awal diberikan selama 2

bulan yaitu INH 5 mg/kgBB, Rifampisin 10 mg/kgBB, Pirazinamid 35

mg/kgBB dan Etambutol 15 mg/kgBB.

Page 23: FARMAKOLOGI TBC

Rejimen pengobatan TB mompunyai kode standar yanq

menunjukkan tahap dan lama pengobatan. Jenis OAT cara pemberian

(harian atau selang) dan kombinasi OAT dengan dosis tetap contoh :

2HR2E/4H3R3 atau 2HRZES/5HRE Kode huruf tersebut adalah

akronim dari nama obat yang dipakai, yakni:

H = Isoniazid

R = Rifampisin

Z = Pirazinamid

E = Etambutol

S = Streptomisin

Sedangkan angka yang ada dalam kode menunjukkan waktu atau

frekwensi. Angka 2 didepan seperti pada 2HRZE , artinya digunakan

selama 2 bulan, tiap hari satu kombinasi tersebut, sedangkan untuk

angka dibelakang huruf, seperti pada "4H3R3" artinya dipakai 3 kali

seminggu ( selama 4 bulan). Sebagai contoh, untuk TB kategori I

dipakai 2HRZE/ 4H3R3, artinya : Tahap awal/intensif adalah 2HRZE :

Lama pengobatan 2 bulan. masing masing OAT (HRZE) diberikan

setiap hari Tahap lanjutan adalah 4H3R3 : Lama pengobatan 4 bulan.

masing masing OAT (HR) diberikan 3 kali seminggu.

2.  Fase lanjutan (4-7 bulan).

Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu

yang lebih panjang. Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat

selama fase lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi

selektif. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British

Thoracic Society fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH dan

Rifampisin untuk tuberkulosis paru dan ekstra paru. Etambutol dapat

diberikan pada pasien dengan resistensi terhadap INH.

Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi.

Paduan pengobatan ulang terdiri dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat

Page 24: FARMAKOLOGI TBC

untuk fase lanjutan. Selama fase awal sekurang-kurangnya 2 di antara

obat yang diberikan haruslah yang masih efektif.

2.3.3 Perbedaan Infeksi TB Pasif dan Aktif

Infeksi TB ( TB Pasif ) Infeksi TB ( TB Aktif )

1.Tidak ada gejala-gejala 1.Terdapat gejala-gejala seperti:- Batuk lebih dari 2 minggu- Nyeri dada- Batuk darah- Dahak bercampur darah- Badan lemah- Nafsu makan menurun- Berat badan turun- Berkeringat pada malam hari- Demam

2.Tidak menular ke orang lain 2. Menularkan ke orang lain

3.Hasil tes kulit positif 3. Hasil tes kulit positif

4.Hasil foto XRay dada dan tes dahak normal 4. Hasil foto XRay dada dan tes dahak

abnormal

2.3.4 Spesialite OAT

Page 25: FARMAKOLOGI TBC

GENERIK dan LATIN DAGANG PABRIK

Isoniazid (Isoniazidum) INH Ciba Novartis Indonesia

Isonex Dumex

Rifampisin (Rifampicinum) Rifabiotic Bernofarm

Rifamtibi Sanbe

Pyrazinamid (Pyrazinamidum) Pezeta Novartis Indonesia

Ethambutol Cetabutol Soho

Kalbutol Kalbe farma

Etibi Rocella

Isoniazida+Vit B6 Pehadoxin Phapros

Inoxin Dexa Medica

INH+Vit B6+Ethambutol Intam 6 Rhone P

Meditam Medikon

Mycotambin-INH Forte UAP

Rifampicin+INH Rimetazid Biochemie

Ramicin-Iso Westmont

BAB III

KESIMPULAN

Page 26: FARMAKOLOGI TBC

Tuberkulosis ( TB ) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini paling sering menyerang paru-

paru kemudian organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ-organ dalam

seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya. Ketika seorang pasien TB paru

batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah droplet

bakteri dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena

sinar matahari atau suhu udara yang panas, droplet bakteri tadi menguap.

Menguapnya droplet ke udara dibantu dengan pergerakan angin akan

membuat bakteri tuberkulosis yang terkandung dalam droplet terbang ke

udara. Apabila bakteri ini  terhirup oleh orang sehat, maka orang itu

berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkulosis. Pengobatan terapi

kombinasi obat-obatan Isoniazida-Rifampisin-Pirazinamida saat ini

diyakini sebagai OAT pilihan pertama yang efektif dalam penyembuhan

pasien TB

DAFTAR PUSTAKA

Page 27: FARMAKOLOGI TBC

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman

Nasional Penanggulangan Tuberculosis, cetakan ke-7. Jakarta

2. Lucya Nitri. 2010. Aktivitas antibiotik Isoniazida terhadap

Mycobacterium Tuberculosis. URL :

http://thitiechenree.blogspot.com/2010/10/makalah-seminar-mata-

kuliah.html.

3. Syarif, Amir dkk. 1987. Farmakologi dan Terapi Edisi 3. Bagian

Farmakologi, fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

4. Tuberkulosis - Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di

Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006. ISBN 979-

96614-7-1

Page 28: FARMAKOLOGI TBC