sifat produk dan sifat produksi komoditas tomat
DESCRIPTION
SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMATTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana sebagian besar
masyarakat mencari nafkah dengan cara bercocok tanam. Salah satu tanaman yang
banyak ditanam masyarakat Indonesia yaitu tanaman hortikultura. Tanaman
hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan bunga-
bungaan memegang peranan yang cukup penting dalam sektor pertanian di Indonesia.
Tanaman hortikultura tersebut sangat potensial untuk dikembangkan karena nilai
komersial yang tinggi serta berperan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.
Selain itu, pemerintah juga telah mencanangkan 4.5% dari produk pertanian untuk
komoditi hortikultura dalam mengatasi masalah pertumbuhan ekonomi secara lokal
maupun global. Luas areal yang ditanami tanaman hortikultura relatif kecil yaitu
lebih kurang 15% dari luas areal tanaman padi (Prajawati, 2006).
Daerah penanaman yang potensial dan kondisi lingkungan yang baik
membuat suatu daerah menjadi sangat potensial sebagai penghasil sayuran dan buah-
buahan. Tetapi tidak semua daerah yang ada di Indonesia berpotensi sehingga
menggantungkan pemenuhan kebutuhan sayuran dan buah-buahan dari daerah lain.
Saling ketergantungan inilah yang menyebabkan terjadinya kegiatan pengangkutan
sayuran dan buah-buahan dari daerah satu ke daerah lainnya.
Diantara berbagai jenis sayuran, tomat merupakan buah yang sangat diminati
oleh masyarakat. Tomat memiliki rasa yang khas (asam manis), mengandung vitamin
A dan C, warna yang menarik, serta dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun
dalam bentuk produk olahan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, adanya
kesadaran masyarakat akan gizi yang dikandung oleh buah tomat, serta semakin
membaiknya tingkat pendapatan masyarakat, maka permintaan akan buah tomat
1
mengalami peningkatan. Keadaan tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas
buah tomat, peningkatan produksi, serta pengembangan usaha tani buah tomat yang
mengaruh pada kesejahteraan petani dan peningkatan pendapatan.
Tomat merupakan komoditas penting karena memiliki potensi ekonomi untuk
dikembangkan dan juga sebagai komoditas yang multiguna, berfungsi sebagai
sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, sampai kepada
bahan kosmetik dan obat-obatan. Tomat tergolong komoditas yang bernilai ekonomi
tinggi tetapi halnya sayuran dan buahan lain, tomat mudah rusak (perishable) dan
waktu simpan yang relatif pendek pada penyimpanan biasa sehingga berpengaruh
terhadap tingkat kesegaran buah tomat. Tingkat susut pascapanen buah tomat di
Indonesia mencapai 20-50% (Prajawati, 2006). Mengingat tomat termasuk komoditas
yang mudah rusak, maka untuk mempermudah proses pengangkutan dan untuk
mengurangi resiko kerusakan, dilakukan pengemasan sebagai upaya penekanan
kehilangan hasil baik kuantitas maupun kualitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sifat produk dari tanaman tomat ?
2. Bagaimana sifat produksi dari tanaman tomat ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sifat produk pada tanaman tomat yang tidak tahan lama, dan mutu
dari tomat itu sendiri .
2. Mengetahui sifat produksi pada tanaman tomat, persebaran wilayah
produksinya, dan cost produksi dari beberapa wilayah sentra produksi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Tanaman Tomat
Tanaman tomat merupakan komoditas sayuran yang berasal dari Peru dan
Ekuador. Komoditas ini telah menyebar ke seluruh dunia khususnya negara yang
beriklim tropis. Istilah tomat berasal dari bahasa Aztec (salah satu nama suku Indian),
yaitu xitomate atau xitotomate. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan
tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk kedalam golongan
tanaman berbunga (Angiospermae). Menurut Tugiyono (2001), tomat memiliki
bentuk daun bercelah dan menyirip tanpa daun penumpu, jumlah daunnya ganjil
(antara 5-7 helai). Bentuk batang tanaman tomat berbentuk segi empat sampai bulat,
berwarna hijau dan mempunyai banyak cabang. Akarnya tunggang dan memiliki akar
samping yang menjalar di seluruh permukaan atas. Bunganya berjenis dua dengan 5
buah kelopak berwarna hijau berbulu dan 2 buah daun mahkota berwarna kuning.
Tomat termasuk dalam famili Solanaceae (berbunga seperti terompet) dan merupakan
salah satu jenis sayuran buah yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Tomat merupakan buah yang berasa masam, berwarna merah dan memiliki
produktivitas tinggi di Indonesia. Beberapa jenis tomat menurut Tugiyono (2001)
diantaranya : 1) tomat biasa dengan bentuk buah bulat pipih, sesuai bila ditanam pada
daerah dataran rendah; 2) tomat apel berbentuk bulat, sedikit keras menyerupai apel
dan sesuai ditanam pada daerah pegunungan; 3) tomat kentang berbentuk bulat, besar
dan padat menyerupai buah apel tapi sedikit lebih kecil; 4) tomat keriting berbentuk
agak lonjong dan keras seperti alpukat.
Tomat merupakan salah satu produk hortikultura yang dikonsumsi buahnya,
baik untuk konsumsi segar maupun untuk diolah. Di samping dapat memberikan
sumbangan bagi pendapatan bagi petani, buah tomat juga memiliki komposisi zat gizi
yang cukup terutama dalam kandungan vitamin A dan C.
3
2.2 Sifat Produk Pertanian
Pada dasarnya komoditas produk pertanian memiliki karakteristik tertentu yang
berbeda dengan produksi lainnya, dimana karakteristik produksi pertanian meliputi
karakteristik dari hasil pertanian itu sendiri, sifat konsumen dan juga sifat usaha tani.
Beberapa sifat produk pertanian pada tanaman tomat yaitu :
2.2.1 Mudah rusak
Sebagian besar produk pertanian mudah rusak dan juga mudah busuk, sehingga
perlu pengelolaan dan juga penyimpanan dan pengolahan yang sesuai agar produksi
barang pertanian tidak terbuang dengan percuma, misalnya dengan menggunakan
produk hasil pertanian sebagai bahan baku untuk industry lain, agar nilai jualnya
lebih meningkat.
Buah tomat tergolong komoditas yang sangat mudah rusak, kerusakan
pascapanen pada buah tomat meliputi kerusakan fisik, mekanis, fisiologis dan
patologis. Jenis-jenis kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran
buah tomat, sedangkan konsumen pada umumnya menginginkan buah tomat dalam
keadaan segar. Selain berakibat terhadap penurunan mutu fisik, kerusakan juga
menyebabkan penurunan nilai gizi (Cahyono, 1998). (Cahyono, 1998).
Buah tomat akan mengalami kerusakan apabila tanpa dilakukan perlakuan
pada penyimpanannya. Buah tomat yang dipanen setelah timbul warna merah 10 %
sampai dengan 20% , hanya tahan disimpan maksimal selama 7 hari pada suhu
kamar.
Selain mengalami proses respirasi, setelah panen tomat akan mengalami
pelayuan akibat adanya proses transpirasi. Untuk menghindari hal ini dapat dicegah
dengan jalan menaikkan kelembaban nisbi udara, menurunkan suhu, dan mengurangi
4
gerak udara dengan menggunakan kemasan, (Santika, 1999). Dalam pemasaran
eceran , kualitas atau mutu inderawi sangat menentukan penerimaan komoditas
tersebut oleh para konsumen (Weichmann, 1987). Konsumen pada umumnya sangat
mengutamakan ketahanan simpan dan kualitas inderawi yang baik seperti
penampakan (ukuran, bentuk, warna) kondisi (kesegaran, kematangan dan bebas dari
cacat), kekerasan, cita rasa dan nilai gizi tinggi. Walaupun konsumen membeli buah
tomat berdasarkan penampakan dan kekerasan, namun pada umumnya konsumen
lebih menginginkan buah yang sudah memiliki karakteristik siap makan (eating
quality) (Grierson dan Kader, 1986).
Setelah panen buah-buahan dan sayuran mengalami perubahan-perubahan
baik secara fisis, kimia maupun histologis (Salunkhe dan Desai, 1984). Selama
pematangan buah tomat terjadi perubahan warna, citarasa, kekerasan dan histologis.
Perubahan warna sebagai akibat penurunan jumlah klorofil yang dipecah menjadi
fitol. Bersamaan dengan degradasi klorofil terjadi sintesis likopen, karoten, dan
santofil sehingga warna buah menjadi merah (Grierson dan Kader, 1986). .
Kerusakan pascapanen buah tomat akibat penanganan yang tidak tepat diperkirakan
antara 20 %v sampai 50 %.
Perubahan citarasa terjadi karena berlangsungnya aktifitas metabolisme
oksidatif yang mengakibatkan terdegradasinya asam-asam organik, penguraian
karbohidrat menjadi gula-gula sederhana dan adanya aktifitas enzim-enzim pengurai
lemak. Jumlah asam malat dan sitrat pada buah tomat berkisar 60% dari total asam
dan rasio asam malat menjadi asam sitrat (Salunke dan Desai, 1984).
Selama pematangan terjadi peningkatan kadar gula pada cairan sel buah dan
juga mengalami pelunakan, sedangkan keasaman menurun pada saat muncul warna
kuning pada kulit (Salunkhe dan Desai, 1984). Menurunnya kekerasan pada buah
yang disimpan disebabkan terdegradasinya hemiselulosa dan pektin. Terjadinya
perubahan histologis pada tomat meliputi perubahan histologis pada tomat meliputi
5
perubahan tebal dinding sel, permeabilitas plasmalema dan banyaknya ruang antar sel
menyebabkan melunaknya jaringan buah sehingga nantinya buah tomat mengalami
pembusukan.
2.2.2 Besar pertumpukan
Dalam proses penyimpanan dan distribusinya, produk pertanian memerlukan
tempat yang cocok untuk menjaga kualitas yang diinginkan. Dan sebagian besar
produk pertanian dalam proses penyimpanannya selalu Voluminous (besar
pertumpukan) sehingga memerlukan pengemasan yang cocok.
Pengemasan harus menggunakan wadah yang efisien dan tidak menurunkan
mutu. Bahan wadah untuk pengemasan dapat bermacam-macam, mulai dari karung
goni, keranjang bambu, kotak kayu, plastik, kardus, stirofoam sampai jala-jala
plastik. Kemasan-kemasan ini berbeda bentuk dan penggunaanya tergantung dari
tujuan pengemasan. Ada kemasan yang khusus untuk pemanenan, untuk
penyimpanan, untuk distribusi dan ada pula yang digunakan untuk kemasan
konsumen. Untuk kemasan yang digunakan untuk penyimpanan di gudang, harus
digunakan wadah yang kuat dan dengan penataan yang sedemikian rupa karena
biasanya dilakukan penumpukan.
Bahan kayu yang dipilih untuk pembuatan kotak kayu ini biasanya kayu yang
ringan dan kuat sehingga mudah mudah dipindah-pindahkan dan dapat dilakukan
penumpukan. Permukaan papan kayu yang digunakan sebagai bahan kemasan harus
dibuat sehalus mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya luka pada
buah tomat karena gesekan dari serat kayu yang mencuat keluar.
Cara pengepakan buah tomat dalam kotak kayu adalah buah disusun dalam
peti dengan tata letak pangkal buah mengarah ke atas dan buah dalam lapisan diatur
berselang-seling sampai mengisi peti hingga penuh. Lalu lapisan buah tomat tersebut
ditutup jerami hingga penuh. Penggunaan jerami ini untuk meminimalikan terjadinya
6
benturan yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik pada buah tomat. Kemudian peti
ditutup dengan kisi-kisi tripleks dan dikuatkan dengan paku serta plat seng. Untuk
tujuan ekspor, pengepakan buah tomat dapat dilakukan dalam kotak dari bahan karton
(kardus).
Selain pengemasan dengan kotak kayu dan kardus, sekarang banyak
digunakan penyimpanan dengan menggunakan bahan plastik. Sifat-sifat plastik yang
digunakan juga berbeda-beda terutama sifat permeabilitasnya yang memungkinkan
zat-zat dapat keluar atau masuk ke dalam kemasan plastik ini.
Buah tomat yang telah dipanen akan tetap melangsungkan respirasi. Proses
respirasi yang menyebabkan pembusukan ini terjadi karena perubahan-perubahan
kimia dalam buah tomat dari pro-vitamin A menjadi vitamin A, pro-vitamin C-
menjadi Vitamin C, dan dari karbohidrat menjadi gula, yang menghasilkan CO2, H2O,
dan etilen. Akumulasi produk-produk respirasi inilah yang menyebabkan
pembusukan. Respirasi ini tidak dapat dihentikan namun bisa dihambat yaitu dengan
menyimpannya pada suhu dan kelembaban rendah. Penyimpanan suhu rendah dapat
dilakukan secara sederhana dalam lemari es, namun di tempat ini kelembabannya
tinggi. Mengingat barang-barang yang mudah menguap juga tersimpan di dalam
lemari es proses respirasi buah tomat tidak dapat dihambat dengan sempurna.
Buah tomat ini tidak baik diletakkan di tempat yang memiliki kelembaban
tinggi karena buah akan cepat busuk. Ketika baru dibeli dari pasar, buah tomat
biasanya dikemas dalam kantung plastik. Kantung tersebut lebih baik dilubangi
apabila buah tomat disimpan bersama kantung tersebut. Pemberian lubang ini
dimaksudkan untuk membebaskan gas etilen yang dihasilkan buah tomat saat terjadi
pemasakan.
Pengangkutan merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam
penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan dan sayur-sayuran. Hambali
(1995) menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya
7
mengalami memar akibat pukulan, tekanan, getaran serta gesekan. Memar yang
disebabkan oleh pukulan terjadi karena kemasan yang jatuh ke atas permukaan yang
keras. Memar yang disebabkan oleh tekanan terjadi karena pengisian kemasaan yang
berlebihan sehingga komoditi harus menahan beban yang cukup besar. Memar yang
disebabkan oleh getaran dan gesekan terjadi karena gesekan antara sesama produk di
dalam kemasan atau gesekan antara produk dengan kemasan. Kerusakan sayur-
sayuran dan buah-buahan selama pengangkutan dipengaruhi oleh jenis sayuran dan
buah-buahan yang diangkut, jenis kemasan, cara penyusunan bahan dalam kemasan,
serta jarak dan lama pengangkutan di Indonesia berkisar antara 1.57% dan 37.05%.
Kemasan yang baik adalah kemasan yang dapat melindungi produk yang
dikemas dari kerusakan fisik, kimia, maupun mikrobiologi selama penanganan,
penyimpanan dan distribusi hingga produk sampai ditangan konsumen dalam keadaan
utuh dan baik. Pengangkutan tomat dari kebun ke tempat pemasok sayuran atau pasar
bisa menggunakan berbagai macam jenis kemasan untuk transportasi, seperti peti
kayu, kardus karton, keranjang bambu dan kantong plastik. Tetapi dari hasil
pengamatan langsung di beberapa pasar Kota Bogor, tomat biasanya dikemas dengan
menggunakan peti kayu. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat
mempengaruhi persentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui
pengiriman jarak jauh. Perbaikan-perbaikan dalam pengemasan memberikan peran
yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang lebih
efisiensi.
Kesalahan pengangkutan dan pemilihan jenis kemasan dalam transportasi
tomat dapat menyebabkan kerusakan mekanis yang dapat menurunkan mutu buah
tomat. Sementara itu konsumen menginginkan buah yang dibeli masih dalam keadaan
segar dan tidak rusak. Maka diperlukan pengemasan yang benar, baik dalam
pemilihan jenis kemasan dan penyusunan tomat itu sendiri di dalam kemasan.
Penyusunan tomat di dalam kemasan juga harus diperhatikan karena kerusakan
mekanis yang terjadi ketika transportasi akan semakin meningkat jika penyusunan
8
buah tomat di dalam kemasan kurang tepat. Dalam masalah ini selain menggunakan
kemasan peti kayu, dilakukan penelitian dengan menambahkan kemasan kardus
karton serta bahan pengisi untuk mengemas buah tomat. Penanganan untuk
mempertahankan mutu tomat dapat dilakukan dengan cara menggunakan kemasan
yang tepat dan mengetahui seberapa besar pengaruh bahan pengisi untuk
menghasilkan penanganan yang lebih baik.
2.2.3 Mutu Produk Bervariasi
Mutu buah tomat bervariasi, untuk mendapatkan mutu yang baik, harus
dilakukan grading sesuai dengan warna dan ukurannya untuk tujuan pasar tertentu
atau untuk pemilahan konsumen yang berbeda. Grading menurut warna lebih
bertujuan untuk lama pendistribusian tomat ke konsumen. Semakin hijau buah tomat
maka semakin jauh jarak transportasi yang dapat ditempuh. Sedangkan grading
ukuran lebih berdasarkan permintaan pasar. Pasar swalayan biasanya lebih meminta
keseragaman ukuran daripada pasar tradisional. Tomat dengan ukuran yang sama
akan di packing dalam satu kemasan. Berdasarkan ukuran dan bentuk fisiknya,tomat
dibedakan atas :
1. Kelas 1, tomat ini berukuran kecil yaitu 3-4 cm,contoh dari tomat ini adalah
tomat cherry, Bentuknya relatif bulat dan berwarna kehijauan.
2. Kelas 2, tomat ini berukuran 4-5 cm,tomat ini biasanya tumbuh didataran
rendah, bentuknya relatif lonjong dan berwarna merah muda, contohnya dari
jenis inia adalah tomat manis.
3. Kelas 3, tomat ini berukuran 5-6 cm,tomat ini biasanya sering dibudidayakan
oleh penduduk indonesia,dan berwarna merah tua ketika masak
4. Kelas 4, kelas ini juga disebut kelas ekstra,dimana ukurannya diatas 6 cm,
kebanyakan jenis ini berasal dari thailand yang dikembangkan dengan cara
hidroponik
9
Beberapa hal yang termasuk dalam standar mutu tomat adalah sebagai berikut :
1. Produksi buah mencapai 25 ton/Ha.
2. Ukuran buah yang dihasilkan seragam, tergantung pada permintaan pasar.
3. Kesamaan sifat varietas seragam.
4. Keseragaman tingkat kematangan buah (60%-90%) tergantung permintaan
pasar.
5. Utuh, bebas dari bercak, tidak memar, tidak pecah, busuk, terbelah dan
terkelupas
6. Berat buah yang dihasilkan rata-rata 30 % besar, 35 % sedang, dan 35 %
kecil.
7. Buah aman untuk. dikonsumsi
8. Rasa segar buah cukup baik.
9. Berdasarkan ukurannya, buah tomat dibedakan menjadin 4 tipe yakni, cherry
(15 mm), oblong atau elongated (30 mm), round (35 mm), dan ribbed (35
mm) (Redaksi Agromedia, 2007).
Dalam SNI, tomat segar digolongkan dalam 3 ukuran berat menurut kultivarnya,
yaitu :
- Besar, bila berat buah > 150 gr/buah
- Sedang, bila berat buah 100-150 gr/buah
- Kecil, bila berat buah < 100 gr/buah
Buah tomat dikatakan tua apabila buah tomat telah mencapai tingkat
perkembangan fisiologis yang menjamin proses pematangan yang sempurna dan
rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai kekentalan menyerupai jeli/gelatine,
serta biji buah mencapai tingkat perkembangan sempurna. Buah tomat dinyatakan
terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai kematangan penuh
dengan tekstur daging buah lunak.
10
2.3 Sifat Produksi pertanian
2.3.1 Musiman
Tanaman Sayuran Semusim adalah tanaman sumber vitamin, mineral dan lain-
lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan
umbinya, yang berumur kurang dari satu tahun. Tidak dibedakan antara tanaman
sayuran yang ditanam di daerah dataran tinggi dan dataran rendah, begitu juga yang
ditanam dilahan sawah dan lahan bukan sawah. selain itu tanaman tomat juga
termasuk kedalam Tanaman sayuran yang dipanen berulangkali/lebih dari satu kali.
2.3.2 Wilayah produksi tersebar
Sentra produksi tomat tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena hampir setiap wilayah mempunyai potensi untuk menjadi tempat
tumbuhnya buah tomat, meskipun hasil yang diperoleh masing-masing daerah
berbeda. Selama periode penanaman 1998-2002 terjadi penurunan luas panen dari
tahun ke tahun, kecuali di tahun 2002. Tahun 2002 peningkatan luas panen cukup
besar yaitu sebesar 14,7% disbanding tahun sebelumnya dan merupakan luas panen
terbesar pada periode 1998-2002. Pada tahun tersebut produktivitas tomat mencapai
angka tertinggi, yaitu 8 ton per hektar, sehingga produksi tomat nasionalpun
mencapai angka tertinggi (396 208 ton). Tahun 2001 merupakan tahun dengan luas
panen terendah yang juga diikuti dengan roduktivitas terendah, kondisi tersebut
mengakibatkan produksi tomat terendah terjadi pada tahun tersebut.
Tabel 1. Areal panen, produksi dan produktivitas tomat di Indonesia tahun 1998-2002
Tahun Luas
panen
(ha)
Produksi
(t)
Produktivitas
(t)
Persentase perubahan (%)
Luas
panen
Produksi Produktivitas
1998 46 845 333 729 7,1 - - -
1999 46 259 330 338 7,1 -1,25 -1,02 0
11
2000 45 215 346 081 7,1 -2,25 4,76 8,45
2001 43 118 289 198 6,7 -4,64 -16,40 -12,98
2002 49 457 396 208 8,0 14,7 37,00 19,40
Berkaitan erat dengan tingkat adaptibilitasnya, pertanaman tomat di Indonesia
tersebar terutama di daerah dataran tinggi. Table 2 menunjukan perkembangan areal
tanam dan produksi di beberapa provinsi penting penghasil tomat, serta data
agregatnya. Berdasarkan data tersebut provinsi Jawa Barat sentra produksi terbesar di
Indonesia dengan kontribusi sebesar 45-61 persen terhadap produksi nasional selama
periode 1998-2002. Provinsi lainnya sebagai sentra produksi setelah jawa barat
tercatat sumatera utara, jawa timur, dan Bengkulu.
Ditinjau dari produktivitasnya, hasil yang dicapai jauh di atas provinsi
lainnya, sebagai contoh pada tahun 2002 produktivitas tomat di jawa barat mencapai
22,22 ton per hektar, sementara provinsi lainnya berkisar antara 2-6 ton per hektar,
angka tersebut masih jauh di atas produktivitas rata-rata nasional yang hanya
mencapai 8 ton per hektar. Hal tersebut secara tidak langsung mencerminkan bahwa
proses alih teknologi di sentra produksi Jawa barat sudah lebih baik dibandingkan
dengan provinsi lainnya.
Provinsi 1998 1999 2000 2001 2002
Aceh Area (ha) 1 652 1 596 1 287 1 231 1 104
Prod (t) 4 934 3 790 2 988 3 446 2 369
Prvt 3,0 2,4 2,3 2,8 2,1
Sumatera
Utara
6 374 5 923 5 453 5 752 4 475
97 120 71 344 63 739 18 491 21 066
15,2 12,0 11,7 3,2 4,7
Sumatera 1 208 1 640 1 496 1 381 1 744
12
Barat
10 590 11 977 9 311 5 606 6 504
8,8 7,3 6,2 4,1 3,7
Sumatera
Selatan
2 479 1 623 1 643 1 261 1 481
2 599 1 961 2 502 2 043 3 018
1,1 1,2 1,5 1,6 2,0
Bengkulu 3 539 2 919 2 463 1 585 6 004
15 023 14 828 17 566 7 954 23 420
4,2 5,1 7,1 5,0 3,9
Lampung 1 853 1 573 1 645 1 831 1 301
1 177 3 218 3 279 4 907 3 978
0,6 2,0 2,0 2,7 3,1
Jawa barat 10 592 11 888 13 510 11 512 10 915
140 383 148 682 179 354 164 872 242 845
13,3 12,5 13,3 14,3 22,2
Jawa
tengah
2 696 2 963 2 842 2 144 2 705
9 581 16 011 14 970 8 864 12 430
3,6 5,4 5,3 4,1 4,6
Jawa timur 3 669 3 921 3 630 3 438 3 272
16 610 16 903 14 221 13 227 21 234
4,5 4,3 3,9 3,8 6,5
Sulawesi
tengah
1 301 1 316 1 139 1 095 1 262
847 4 185 2 321 221 2 454
0,7 3,2 2,0 0,2 1,9
Sulawesi 3 584 3 363 3 711 2 499 4 929
13
Selatan
14 663 16 715 16 088 11 442 12 956
4,1 5,0 4,3 4,6 2,6
Total 38 897 38 725 35 877 33 729 39 192
313 527 309 614 326 339 241 073 352 274
8,06 7,99 9,09 7,14 8,98
Lainnya 7 948 7 534 9 338 9 389 10 265
20 202 20 724 19 742 48 125 43 934
2,54 2,75 2,11 5,12 4,27
Indonesia 46 845 46 259 45 215 43 118 49 457
333 729 330 338 346 081 289 198 396 208
7,1 7,1 7,7 6,7 8,0
Sumber: direktorat jenderal tanaman pangan dan hortikultura
Indicator penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan status
perkembangan komoditas tomat adalah kecepatan serta pola pertumbuhan produksi
yang diperagakan oleh usaha tani tomat. Disamping dapat menggambarkan tingkat
pertumbuhan yang bersifat konstan, menurun atau meningkat, indicator ini juga dapat
mengidentifikasi sumber atau factor dominan penentu pertumbuhan – peningkatan
areal tanam, peningkatan hasil/produktivitas atau kombinasi peningkatan keduanya.
Lebih jauh lagi, indicator tersebut dapat pula mengidentifikasi komponen-komponen
serta sumber ketidakstabilan produksi (Hazell, 1984).
Analisis data tahunan produksi dan areal tanaman tomat mencakup periode
waktu 1969-1995 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata produksi tomat
di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 12,63 % dengan pola pertumbuhan produksi
yang bersifat meningkat dari tahun ke tahun (Adyoga, 1999). Tingkat pertumbuhan
produksi rata-rata tomat pada dasarnya dipilah kedalam pertumbuhan yang
disebabkan oleh peningkatan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Berdasarkan
14
analisis data tahun 1969-1995 pertumbuhan produksi pada tanaman tomat terutama
disebabkan oleh kontribusi peningkatan dari komponen areal tanam. Lebih jauh lagi,
keragaman areal tanam menunjukan kontribusi yang lebih tinggi terhadap
ketidakstabilan produksi sayuran secara umum, dibandingkan dengan keragaman
produktivitas.
Pola pertumbuhan produksi yang didominasi oleh peningkatan areal tanam
(kontribusi areal tanam lebih besar dibandingkan dengan kontribusi produktivitas),
mengandung beberapa implikasi sebagai berikut (a) strategi dan kegiatan usaha yang
berhubungan dengan inovasi teknologi/penelitian yang ada belum dapat memacu pola
pertumbuhan produksi berbasis produktivitas, atau program penyuluhan belum
berjalan secara optimal, terutama dikaitkan dengan proses alih teknologi di tingkat
petani dan (b) peningkatan produksi dimungkinkan oleh adanya insentif akibat
kebijakan pemerintah yang berasal dari subsidi terhadap harga masukan dan luaran,
maupun penyediaan infrastruktur pemasaran yang ditujukan agar kebijakan harga
tersebut secara operasional berjalan efektif, sehingga memungkinkan adanya
kestabilan profitabilitas relative dari yang diusahakan (Bisaliah, 1986).
2.3.3 Cost Produksi berbeda di setiap wilayah
Berikut ini adalah daftar harga tomat di beberapa wilayah di Indonesia pada
bulan Desember 2011
Daerah Harga/kg ( dalam rupiah )
Cirebon 8 000
Bandung 12 000
Purwakarta 14 000
Jakarta 15 000
Medan 38 000
Makassar 25 000
15
Palu 12 000
Malang 7 000
Pekanbaru 15 000
Surabaya 8 000
Yogyakarta 14 350
Dari berbagai sumber
Berdasarkan data tabel di atas terlihat jelas perbedaan selisih harga diantara
berbagai daerah. Hal ini disebabkan karena biaya produksi dan pengolahan di setiap
daerah berbeda. Selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, cuaca, dan
letak geografisnya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanaman tomat merupakan komoditas sayuran yang berasal dari Peru dan
Ekuador. Buah tomat tergolong komoditas yang sangat mudah rusak, kerusakan
pascapanen pada buah tomat meliputi kerusakan fisik, mekanis, fisiologis dan
patologis. Dalam proses penyimpanan dan distribusinya, produk pertanian
memerlukan tempat yang cocok untuk menjaga kualitas yang diinginkan. Dan
sebagian besar produk pertanian dalam proses penyimpanannya selalu Voluminous
(besar pertumpukan) sehingga memerlukan pengemasan yang cocok. Mutu buah
tomat bervariasi, untuk mendapatkan mutu yang baik, harus dilakukan grading sesuai
dengan warna dan ukurannya untuk tujuan pasar tertentu atau untuk pemilahan
konsumen yang berbeda. Tomat merupakan tanaman semusim, penyebaran sentra
produksi tomat pun tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa faktor
seperti tingkat kesuburan tanah, cuaca, dan letak geografis dapat mempengaruhi
perbedaan cost produksi tomat berbeda di setiap wilayah.
3.2 Saran
Setelah kita mengetahui sifat-sifat produk dan produksi pertanian , kemajuan
teknologi di bidang pascapanen menjadi hal mutlak yang harus diperhatikan.
Penyimpanan dan pendistribusiannya pun menjadi hal yang harus diperhatikan secara
matang.
17
Daftar Pustaka
Ameriana, M., 1995, Pengaruh ‘Petunjuk Kualitas’ terhadap Persepsi Konsumen
Mengenai Kualitas Tomat, Bul. Penel. Hort. 27(4): 8-14.
Breemer. R., 1996, Pengaruh Penggunaan Bahan Penghambat Respirasi dan Suhu
serta Sistem Penyimpanan terhadap Mutu Tomat Segar, Tesis. Program Pasca
Sarjana, IPB Bogor.
Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat AntarUniversitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44404/ diakses pada tanggal
22 September 2012
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16346/.../chapter%2011.pdf diakses
pada tanggal 22 September 2012
http://www.puslitbangBSN.syaratmututomat diakses pada tanggal 22 September 2012
18