sifat produk dan sifat produksi komoditas tomat

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana sebagian besar masyarakat mencari nafkah dengan cara bercocok tanam. Salah satu tanaman yang banyak ditanam masyarakat Indonesia yaitu tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran, buah- buahan, tanaman hias dan bunga-bungaan memegang peranan yang cukup penting dalam sektor pertanian di Indonesia. Tanaman hortikultura tersebut sangat potensial untuk dikembangkan karena nilai komersial yang tinggi serta berperan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, pemerintah juga telah mencanangkan 4.5% dari produk pertanian untuk komoditi hortikultura dalam mengatasi masalah pertumbuhan ekonomi secara lokal maupun global. Luas areal yang ditanami tanaman hortikultura relatif kecil yaitu lebih kurang 15% dari luas areal tanaman padi (Prajawati, 2006). Daerah penanaman yang potensial dan kondisi lingkungan yang baik membuat suatu daerah menjadi sangat potensial sebagai penghasil sayuran dan buah-buahan. 1

Upload: zeni-marlina

Post on 11-Aug-2015

741 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

TRANSCRIPT

Page 1: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana sebagian besar

masyarakat mencari nafkah dengan cara bercocok tanam. Salah satu tanaman yang

banyak ditanam masyarakat Indonesia yaitu tanaman hortikultura. Tanaman

hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan bunga-

bungaan memegang peranan yang cukup penting dalam sektor pertanian di Indonesia.

Tanaman hortikultura tersebut sangat potensial untuk dikembangkan karena nilai

komersial yang tinggi serta berperan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

Selain itu, pemerintah juga telah mencanangkan 4.5% dari produk pertanian untuk

komoditi hortikultura dalam mengatasi masalah pertumbuhan ekonomi secara lokal

maupun global. Luas areal yang ditanami tanaman hortikultura relatif kecil yaitu

lebih kurang 15% dari luas areal tanaman padi (Prajawati, 2006).

Daerah penanaman yang potensial dan kondisi lingkungan yang baik

membuat suatu daerah menjadi sangat potensial sebagai penghasil sayuran dan buah-

buahan. Tetapi tidak semua daerah yang ada di Indonesia berpotensi sehingga

menggantungkan pemenuhan kebutuhan sayuran dan buah-buahan dari daerah lain.

Saling ketergantungan inilah yang menyebabkan terjadinya kegiatan pengangkutan

sayuran dan buah-buahan dari daerah satu ke daerah lainnya.

Diantara berbagai jenis sayuran, tomat merupakan buah yang sangat diminati

oleh masyarakat. Tomat memiliki rasa yang khas (asam manis), mengandung vitamin

A dan C, warna yang menarik, serta dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun

dalam bentuk produk olahan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, adanya

kesadaran masyarakat akan gizi yang dikandung oleh buah tomat, serta semakin

membaiknya tingkat pendapatan masyarakat, maka permintaan akan buah tomat

1

Page 2: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

mengalami peningkatan. Keadaan tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas

buah tomat, peningkatan produksi, serta pengembangan usaha tani buah tomat yang

mengaruh pada kesejahteraan petani dan peningkatan pendapatan.

Tomat merupakan komoditas penting karena memiliki potensi ekonomi untuk

dikembangkan dan juga sebagai komoditas yang multiguna, berfungsi sebagai

sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, sampai kepada

bahan kosmetik dan obat-obatan. Tomat tergolong komoditas yang bernilai ekonomi

tinggi tetapi halnya sayuran dan buahan lain, tomat mudah rusak (perishable) dan

waktu simpan yang relatif pendek pada penyimpanan biasa sehingga berpengaruh

terhadap tingkat kesegaran buah tomat. Tingkat susut pascapanen buah tomat di

Indonesia mencapai 20-50% (Prajawati, 2006). Mengingat tomat termasuk komoditas

yang mudah rusak, maka untuk mempermudah proses pengangkutan dan untuk

mengurangi resiko kerusakan, dilakukan pengemasan sebagai upaya penekanan

kehilangan hasil baik kuantitas maupun kualitas.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana sifat produk dari tanaman tomat ?

2. Bagaimana sifat produksi dari tanaman tomat ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui sifat produk pada tanaman tomat yang tidak tahan lama, dan mutu

dari tomat itu sendiri .

2. Mengetahui sifat produksi pada tanaman tomat, persebaran wilayah

produksinya, dan cost produksi dari beberapa wilayah sentra produksi.

2

Page 3: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Tanaman Tomat

Tanaman tomat merupakan komoditas sayuran yang berasal dari Peru dan

Ekuador. Komoditas ini telah menyebar ke seluruh dunia khususnya negara yang

beriklim tropis. Istilah tomat berasal dari bahasa Aztec (salah satu nama suku Indian),

yaitu xitomate atau xitotomate. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan

tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk kedalam golongan

tanaman berbunga (Angiospermae). Menurut Tugiyono (2001), tomat memiliki

bentuk daun bercelah dan menyirip tanpa daun penumpu, jumlah daunnya ganjil

(antara 5-7 helai). Bentuk batang tanaman tomat berbentuk segi empat sampai bulat,

berwarna hijau dan mempunyai banyak cabang. Akarnya tunggang dan memiliki akar

samping yang menjalar di seluruh permukaan atas. Bunganya berjenis dua dengan 5

buah kelopak berwarna hijau berbulu dan 2 buah daun mahkota berwarna kuning.

Tomat termasuk dalam famili Solanaceae (berbunga seperti terompet) dan merupakan

salah satu jenis sayuran buah yang telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Tomat merupakan buah yang berasa masam, berwarna merah dan memiliki

produktivitas tinggi di Indonesia. Beberapa jenis tomat menurut Tugiyono (2001)

diantaranya : 1) tomat biasa dengan bentuk buah bulat pipih, sesuai bila ditanam pada

daerah dataran rendah; 2) tomat apel berbentuk bulat, sedikit keras menyerupai apel

dan sesuai ditanam pada daerah pegunungan; 3) tomat kentang berbentuk bulat, besar

dan padat menyerupai buah apel tapi sedikit lebih kecil; 4) tomat keriting berbentuk

agak lonjong dan keras seperti alpukat.

Tomat merupakan salah satu produk hortikultura yang dikonsumsi buahnya,

baik untuk konsumsi segar maupun untuk diolah. Di samping dapat memberikan

sumbangan bagi pendapatan bagi petani, buah tomat juga memiliki komposisi zat gizi

yang cukup terutama dalam kandungan vitamin A dan C.

3

Page 4: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

2.2 Sifat Produk Pertanian

Pada dasarnya komoditas produk pertanian memiliki karakteristik tertentu yang

berbeda dengan produksi lainnya, dimana karakteristik produksi pertanian meliputi

karakteristik dari hasil pertanian itu sendiri, sifat konsumen dan juga sifat usaha tani.

Beberapa sifat produk pertanian pada tanaman tomat yaitu :

2.2.1 Mudah rusak

Sebagian besar produk pertanian mudah rusak dan juga mudah busuk, sehingga

perlu pengelolaan dan juga penyimpanan dan pengolahan yang sesuai agar produksi

barang pertanian tidak terbuang dengan percuma, misalnya dengan menggunakan

produk hasil pertanian sebagai bahan baku untuk industry lain, agar nilai jualnya

lebih meningkat.

Buah tomat tergolong komoditas yang sangat mudah rusak, kerusakan

pascapanen pada buah tomat meliputi kerusakan fisik, mekanis, fisiologis dan

patologis. Jenis-jenis kerusakan tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran

buah tomat, sedangkan konsumen pada umumnya menginginkan buah tomat dalam

keadaan segar. Selain berakibat terhadap penurunan mutu fisik, kerusakan juga

menyebabkan penurunan nilai gizi (Cahyono, 1998). (Cahyono, 1998).

Buah tomat akan mengalami kerusakan apabila tanpa dilakukan perlakuan

pada penyimpanannya. Buah tomat yang dipanen setelah timbul warna merah 10 %

sampai dengan 20% , hanya tahan disimpan maksimal selama 7 hari pada suhu

kamar.

Selain mengalami proses respirasi, setelah panen tomat akan mengalami

pelayuan akibat adanya proses transpirasi. Untuk menghindari hal ini dapat dicegah

dengan jalan menaikkan kelembaban nisbi udara, menurunkan suhu, dan mengurangi

4

Page 5: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

gerak udara dengan menggunakan kemasan, (Santika, 1999). Dalam pemasaran

eceran , kualitas atau mutu inderawi sangat menentukan penerimaan komoditas

tersebut oleh para konsumen (Weichmann, 1987). Konsumen pada umumnya sangat

mengutamakan ketahanan simpan dan kualitas inderawi yang baik seperti

penampakan (ukuran, bentuk, warna) kondisi (kesegaran, kematangan dan bebas dari

cacat), kekerasan, cita rasa dan nilai gizi tinggi. Walaupun konsumen membeli buah

tomat berdasarkan penampakan dan kekerasan, namun pada umumnya konsumen

lebih menginginkan buah yang sudah memiliki karakteristik siap makan (eating

quality) (Grierson dan Kader, 1986).

Setelah panen buah-buahan dan sayuran mengalami perubahan-perubahan

baik secara fisis, kimia maupun histologis (Salunkhe dan Desai, 1984). Selama

pematangan buah tomat terjadi perubahan warna, citarasa, kekerasan dan histologis.

Perubahan warna sebagai akibat penurunan jumlah klorofil yang dipecah menjadi

fitol. Bersamaan dengan degradasi klorofil terjadi sintesis likopen, karoten, dan

santofil sehingga warna buah menjadi merah (Grierson dan Kader, 1986). .

Kerusakan pascapanen buah tomat akibat penanganan yang tidak tepat diperkirakan

antara 20 %v sampai 50 %.

Perubahan citarasa terjadi karena berlangsungnya aktifitas metabolisme

oksidatif yang mengakibatkan terdegradasinya asam-asam organik, penguraian

karbohidrat menjadi gula-gula sederhana dan adanya aktifitas enzim-enzim pengurai

lemak. Jumlah asam malat dan sitrat pada buah tomat berkisar 60% dari total asam

dan rasio asam malat menjadi asam sitrat (Salunke dan Desai, 1984).

Selama pematangan terjadi peningkatan kadar gula pada cairan sel buah dan

juga mengalami pelunakan, sedangkan keasaman menurun pada saat muncul warna

kuning pada kulit (Salunkhe dan Desai, 1984). Menurunnya kekerasan pada buah

yang disimpan disebabkan terdegradasinya hemiselulosa dan pektin. Terjadinya

perubahan histologis pada tomat meliputi perubahan histologis pada tomat meliputi

5

Page 6: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

perubahan tebal dinding sel, permeabilitas plasmalema dan banyaknya ruang antar sel

menyebabkan melunaknya jaringan buah sehingga nantinya buah tomat mengalami

pembusukan.

2.2.2 Besar pertumpukan

Dalam proses penyimpanan dan distribusinya, produk pertanian memerlukan

tempat yang cocok untuk menjaga kualitas yang diinginkan. Dan sebagian besar

produk pertanian dalam proses penyimpanannya selalu Voluminous (besar

pertumpukan) sehingga memerlukan pengemasan yang cocok.

Pengemasan harus menggunakan wadah yang efisien dan tidak menurunkan

mutu. Bahan wadah untuk pengemasan dapat bermacam-macam, mulai dari karung

goni, keranjang bambu, kotak kayu, plastik, kardus, stirofoam sampai jala-jala

plastik. Kemasan-kemasan ini berbeda bentuk dan penggunaanya tergantung dari

tujuan pengemasan. Ada kemasan yang khusus untuk pemanenan, untuk

penyimpanan, untuk distribusi dan ada pula yang digunakan untuk kemasan

konsumen. Untuk kemasan yang digunakan untuk penyimpanan di gudang, harus

digunakan wadah yang kuat dan dengan penataan yang sedemikian rupa karena

biasanya dilakukan penumpukan.

Bahan kayu yang dipilih untuk pembuatan kotak kayu ini biasanya kayu yang

ringan dan kuat sehingga mudah mudah dipindah-pindahkan dan dapat dilakukan

penumpukan. Permukaan papan kayu yang digunakan sebagai bahan kemasan harus

dibuat sehalus mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya luka pada

buah tomat karena gesekan dari serat kayu yang mencuat keluar.

Cara pengepakan buah tomat dalam kotak kayu adalah buah disusun dalam

peti dengan tata letak pangkal buah mengarah ke atas dan buah dalam lapisan diatur

berselang-seling sampai mengisi peti hingga penuh. Lalu lapisan buah tomat tersebut

ditutup jerami hingga penuh. Penggunaan jerami ini untuk meminimalikan terjadinya

6

Page 7: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

benturan yang dapat mengakibatkan kerusakan fisik pada buah tomat. Kemudian peti

ditutup dengan kisi-kisi tripleks dan dikuatkan dengan paku serta plat seng. Untuk

tujuan ekspor, pengepakan buah tomat dapat dilakukan dalam kotak dari bahan karton

(kardus).

Selain pengemasan dengan kotak kayu dan kardus, sekarang banyak

digunakan penyimpanan dengan menggunakan bahan plastik. Sifat-sifat plastik yang

digunakan juga berbeda-beda terutama sifat permeabilitasnya yang memungkinkan

zat-zat dapat keluar atau masuk ke dalam kemasan plastik ini.

Buah tomat yang telah dipanen akan tetap melangsungkan respirasi. Proses

respirasi yang menyebabkan pembusukan ini terjadi karena perubahan-perubahan

kimia dalam buah tomat dari pro-vitamin A menjadi vitamin A, pro-vitamin C-

menjadi Vitamin C, dan dari karbohidrat menjadi gula, yang menghasilkan CO2, H2O,

dan etilen. Akumulasi produk-produk respirasi inilah yang menyebabkan

pembusukan. Respirasi ini tidak dapat dihentikan namun bisa dihambat yaitu dengan

menyimpannya pada suhu dan kelembaban rendah. Penyimpanan suhu rendah dapat

dilakukan secara sederhana dalam lemari es, namun di tempat ini kelembabannya

tinggi. Mengingat barang-barang yang mudah menguap juga tersimpan di dalam

lemari es proses respirasi buah tomat tidak dapat dihambat dengan sempurna.

Buah tomat ini tidak baik diletakkan di tempat yang memiliki kelembaban

tinggi karena buah akan cepat busuk. Ketika baru dibeli dari pasar, buah tomat

biasanya dikemas dalam kantung plastik. Kantung tersebut lebih baik dilubangi

apabila buah tomat disimpan bersama kantung tersebut. Pemberian lubang ini

dimaksudkan untuk membebaskan gas etilen yang dihasilkan buah tomat saat terjadi

pemasakan.

Pengangkutan merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam

penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan dan sayur-sayuran. Hambali

(1995) menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya

7

Page 8: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

mengalami memar akibat pukulan, tekanan, getaran serta gesekan. Memar yang

disebabkan oleh pukulan terjadi karena kemasan yang jatuh ke atas permukaan yang

keras. Memar yang disebabkan oleh tekanan terjadi karena pengisian kemasaan yang

berlebihan sehingga komoditi harus menahan beban yang cukup besar. Memar yang

disebabkan oleh getaran dan gesekan terjadi karena gesekan antara sesama produk di

dalam kemasan atau gesekan antara produk dengan kemasan. Kerusakan sayur-

sayuran dan buah-buahan selama pengangkutan dipengaruhi oleh jenis sayuran dan

buah-buahan yang diangkut, jenis kemasan, cara penyusunan bahan dalam kemasan,

serta jarak dan lama pengangkutan di Indonesia berkisar antara 1.57% dan 37.05%.

Kemasan yang baik adalah kemasan yang dapat melindungi produk yang

dikemas dari kerusakan fisik, kimia, maupun mikrobiologi selama penanganan,

penyimpanan dan distribusi hingga produk sampai ditangan konsumen dalam keadaan

utuh dan baik. Pengangkutan tomat dari kebun ke tempat pemasok sayuran atau pasar

bisa menggunakan berbagai macam jenis kemasan untuk transportasi, seperti peti

kayu, kardus karton, keranjang bambu dan kantong plastik. Tetapi dari hasil

pengamatan langsung di beberapa pasar Kota Bogor, tomat biasanya dikemas dengan

menggunakan peti kayu. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat

mempengaruhi persentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui

pengiriman jarak jauh. Perbaikan-perbaikan dalam pengemasan memberikan peran

yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang lebih

efisiensi.

Kesalahan pengangkutan dan pemilihan jenis kemasan dalam transportasi

tomat dapat menyebabkan kerusakan mekanis yang dapat menurunkan mutu buah

tomat. Sementara itu konsumen menginginkan buah yang dibeli masih dalam keadaan

segar dan tidak rusak. Maka diperlukan pengemasan yang benar, baik dalam

pemilihan jenis kemasan dan penyusunan tomat itu sendiri di dalam kemasan.

Penyusunan tomat di dalam kemasan juga harus diperhatikan karena kerusakan

mekanis yang terjadi ketika transportasi akan semakin meningkat jika penyusunan

8

Page 9: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

buah tomat di dalam kemasan kurang tepat. Dalam masalah ini selain menggunakan

kemasan peti kayu, dilakukan penelitian dengan menambahkan kemasan kardus

karton serta bahan pengisi untuk mengemas buah tomat. Penanganan untuk

mempertahankan mutu tomat dapat dilakukan dengan cara menggunakan kemasan

yang tepat dan mengetahui seberapa besar pengaruh bahan pengisi untuk

menghasilkan penanganan yang lebih baik.

2.2.3 Mutu Produk Bervariasi

Mutu buah tomat bervariasi, untuk mendapatkan mutu yang baik, harus

dilakukan grading sesuai dengan warna dan ukurannya untuk tujuan pasar tertentu

atau untuk pemilahan konsumen yang berbeda. Grading menurut warna lebih

bertujuan untuk lama pendistribusian tomat ke konsumen. Semakin hijau buah tomat

maka semakin jauh jarak transportasi yang dapat ditempuh. Sedangkan grading

ukuran lebih berdasarkan permintaan pasar. Pasar swalayan biasanya lebih meminta

keseragaman ukuran daripada pasar tradisional. Tomat dengan ukuran yang sama

akan di packing dalam satu kemasan. Berdasarkan ukuran dan bentuk fisiknya,tomat

dibedakan atas :

1. Kelas 1, tomat ini berukuran kecil yaitu 3-4 cm,contoh dari tomat ini adalah

tomat cherry, Bentuknya relatif bulat dan berwarna kehijauan.

2. Kelas 2, tomat ini berukuran 4-5 cm,tomat ini biasanya tumbuh didataran

rendah, bentuknya relatif lonjong dan berwarna merah muda, contohnya dari

jenis inia adalah tomat manis.

3. Kelas 3, tomat ini berukuran 5-6 cm,tomat ini biasanya sering dibudidayakan

oleh penduduk indonesia,dan berwarna merah tua ketika masak

4. Kelas 4, kelas ini juga disebut kelas ekstra,dimana ukurannya diatas 6 cm,

kebanyakan jenis ini berasal dari thailand yang dikembangkan dengan cara

hidroponik

9

Page 10: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

Beberapa hal yang termasuk dalam standar mutu tomat adalah sebagai berikut :

1. Produksi buah mencapai 25 ton/Ha.

2. Ukuran buah yang dihasilkan seragam, tergantung pada permintaan pasar.

3. Kesamaan sifat varietas seragam.

4. Keseragaman tingkat kematangan buah (60%-90%) tergantung permintaan

pasar.

5. Utuh, bebas dari bercak, tidak memar, tidak pecah, busuk, terbelah dan

terkelupas

6. Berat buah yang dihasilkan rata-rata 30 % besar, 35 % sedang, dan 35 %

kecil.

7. Buah aman untuk. dikonsumsi

8. Rasa segar buah cukup baik.

9. Berdasarkan ukurannya, buah tomat dibedakan menjadin 4 tipe yakni, cherry

(15 mm), oblong atau elongated (30 mm), round (35 mm), dan ribbed (35

mm) (Redaksi Agromedia, 2007).

Dalam SNI, tomat segar digolongkan dalam 3 ukuran berat menurut kultivarnya,

yaitu :

- Besar, bila berat buah > 150 gr/buah

- Sedang, bila berat buah 100-150 gr/buah

- Kecil, bila berat buah < 100 gr/buah

Buah tomat dikatakan tua apabila buah tomat telah mencapai tingkat

perkembangan fisiologis yang menjamin proses pematangan yang sempurna dan

rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai kekentalan menyerupai jeli/gelatine,

serta biji buah mencapai tingkat perkembangan sempurna. Buah tomat dinyatakan

terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai kematangan penuh

dengan tekstur daging buah lunak.

10

Page 11: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

2.3 Sifat Produksi pertanian

2.3.1 Musiman

Tanaman Sayuran Semusim adalah tanaman sumber vitamin, mineral dan lain-

lain yang dikonsumsi dari bagian tanaman yang berupa daun, bunga, buah dan

umbinya, yang berumur kurang dari satu tahun. Tidak dibedakan antara tanaman

sayuran yang ditanam di daerah dataran tinggi dan dataran rendah, begitu juga yang

ditanam dilahan sawah dan lahan bukan sawah. selain itu tanaman tomat juga

termasuk kedalam Tanaman sayuran yang dipanen berulangkali/lebih dari satu kali.

2.3.2 Wilayah produksi tersebar

Sentra produksi tomat tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Hal ini

disebabkan karena hampir setiap wilayah mempunyai potensi untuk menjadi tempat

tumbuhnya buah tomat, meskipun hasil yang diperoleh masing-masing daerah

berbeda. Selama periode penanaman 1998-2002 terjadi penurunan luas panen dari

tahun ke tahun, kecuali di tahun 2002. Tahun 2002 peningkatan luas panen cukup

besar yaitu sebesar 14,7% disbanding tahun sebelumnya dan merupakan luas panen

terbesar pada periode 1998-2002. Pada tahun tersebut produktivitas tomat mencapai

angka tertinggi, yaitu 8 ton per hektar, sehingga produksi tomat nasionalpun

mencapai angka tertinggi (396 208 ton). Tahun 2001 merupakan tahun dengan luas

panen terendah yang juga diikuti dengan roduktivitas terendah, kondisi tersebut

mengakibatkan produksi tomat terendah terjadi pada tahun tersebut.

Tabel 1. Areal panen, produksi dan produktivitas tomat di Indonesia tahun 1998-2002

Tahun Luas

panen

(ha)

Produksi

(t)

Produktivitas

(t)

Persentase perubahan (%)

Luas

panen

Produksi Produktivitas

1998 46 845 333 729 7,1 - - -

1999 46 259 330 338 7,1 -1,25 -1,02 0

11

Page 12: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

2000 45 215 346 081 7,1 -2,25 4,76 8,45

2001 43 118 289 198 6,7 -4,64 -16,40 -12,98

2002 49 457 396 208 8,0 14,7 37,00 19,40

Berkaitan erat dengan tingkat adaptibilitasnya, pertanaman tomat di Indonesia

tersebar terutama di daerah dataran tinggi. Table 2 menunjukan perkembangan areal

tanam dan produksi di beberapa provinsi penting penghasil tomat, serta data

agregatnya. Berdasarkan data tersebut provinsi Jawa Barat sentra produksi terbesar di

Indonesia dengan kontribusi sebesar 45-61 persen terhadap produksi nasional selama

periode 1998-2002. Provinsi lainnya sebagai sentra produksi setelah jawa barat

tercatat sumatera utara, jawa timur, dan Bengkulu.

Ditinjau dari produktivitasnya, hasil yang dicapai jauh di atas provinsi

lainnya, sebagai contoh pada tahun 2002 produktivitas tomat di jawa barat mencapai

22,22 ton per hektar, sementara provinsi lainnya berkisar antara 2-6 ton per hektar,

angka tersebut masih jauh di atas produktivitas rata-rata nasional yang hanya

mencapai 8 ton per hektar. Hal tersebut secara tidak langsung mencerminkan bahwa

proses alih teknologi di sentra produksi Jawa barat sudah lebih baik dibandingkan

dengan provinsi lainnya.

Provinsi 1998 1999 2000 2001 2002

Aceh Area (ha) 1 652 1 596 1 287 1 231 1 104

Prod (t) 4 934 3 790 2 988 3 446 2 369

Prvt 3,0 2,4 2,3 2,8 2,1

Sumatera

Utara

6 374 5 923 5 453 5 752 4 475

97 120 71 344 63 739 18 491 21 066

15,2 12,0 11,7 3,2 4,7

Sumatera 1 208 1 640 1 496 1 381 1 744

12

Page 13: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

Barat

10 590 11 977 9 311 5 606 6 504

8,8 7,3 6,2 4,1 3,7

Sumatera

Selatan

2 479 1 623 1 643 1 261 1 481

2 599 1 961 2 502 2 043 3 018

1,1 1,2 1,5 1,6 2,0

Bengkulu 3 539 2 919 2 463 1 585 6 004

15 023 14 828 17 566 7 954 23 420

4,2 5,1 7,1 5,0 3,9

Lampung 1 853 1 573 1 645 1 831 1 301

1 177 3 218 3 279 4 907 3 978

0,6 2,0 2,0 2,7 3,1

Jawa barat 10 592 11 888 13 510 11 512 10 915

140 383 148 682 179 354 164 872 242 845

13,3 12,5 13,3 14,3 22,2

Jawa

tengah

2 696 2 963 2 842 2 144 2 705

9 581 16 011 14 970 8 864 12 430

3,6 5,4 5,3 4,1 4,6

Jawa timur 3 669 3 921 3 630 3 438 3 272

16 610 16 903 14 221 13 227 21 234

4,5 4,3 3,9 3,8 6,5

Sulawesi

tengah

1 301 1 316 1 139 1 095 1 262

847 4 185 2 321 221 2 454

0,7 3,2 2,0 0,2 1,9

Sulawesi 3 584 3 363 3 711 2 499 4 929

13

Page 14: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

Selatan

14 663 16 715 16 088 11 442 12 956

4,1 5,0 4,3 4,6 2,6

Total 38 897 38 725 35 877 33 729 39 192

313 527 309 614 326 339 241 073 352 274

8,06 7,99 9,09 7,14 8,98

Lainnya 7 948 7 534 9 338 9 389 10 265

20 202 20 724 19 742 48 125 43 934

2,54 2,75 2,11 5,12 4,27

Indonesia 46 845 46 259 45 215 43 118 49 457

333 729 330 338 346 081 289 198 396 208

7,1 7,1 7,7 6,7 8,0

Sumber: direktorat jenderal tanaman pangan dan hortikultura

Indicator penting yang dapat digunakan untuk menjelaskan status

perkembangan komoditas tomat adalah kecepatan serta pola pertumbuhan produksi

yang diperagakan oleh usaha tani tomat. Disamping dapat menggambarkan tingkat

pertumbuhan yang bersifat konstan, menurun atau meningkat, indicator ini juga dapat

mengidentifikasi sumber atau factor dominan penentu pertumbuhan – peningkatan

areal tanam, peningkatan hasil/produktivitas atau kombinasi peningkatan keduanya.

Lebih jauh lagi, indicator tersebut dapat pula mengidentifikasi komponen-komponen

serta sumber ketidakstabilan produksi (Hazell, 1984).

Analisis data tahunan produksi dan areal tanaman tomat mencakup periode

waktu 1969-1995 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan rata-rata produksi tomat

di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 12,63 % dengan pola pertumbuhan produksi

yang bersifat meningkat dari tahun ke tahun (Adyoga, 1999). Tingkat pertumbuhan

produksi rata-rata tomat pada dasarnya dipilah kedalam pertumbuhan yang

disebabkan oleh peningkatan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Berdasarkan

14

Page 15: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

analisis data tahun 1969-1995 pertumbuhan produksi pada tanaman tomat terutama

disebabkan oleh kontribusi peningkatan dari komponen areal tanam. Lebih jauh lagi,

keragaman areal tanam menunjukan kontribusi yang lebih tinggi terhadap

ketidakstabilan produksi sayuran secara umum, dibandingkan dengan keragaman

produktivitas.

Pola pertumbuhan produksi yang didominasi oleh peningkatan areal tanam

(kontribusi areal tanam lebih besar dibandingkan dengan kontribusi produktivitas),

mengandung beberapa implikasi sebagai berikut (a) strategi dan kegiatan usaha yang

berhubungan dengan inovasi teknologi/penelitian yang ada belum dapat memacu pola

pertumbuhan produksi berbasis produktivitas, atau program penyuluhan belum

berjalan secara optimal, terutama dikaitkan dengan proses alih teknologi di tingkat

petani dan (b) peningkatan produksi dimungkinkan oleh adanya insentif akibat

kebijakan pemerintah yang berasal dari subsidi terhadap harga masukan dan luaran,

maupun penyediaan infrastruktur pemasaran yang ditujukan agar kebijakan harga

tersebut secara operasional berjalan efektif, sehingga memungkinkan adanya

kestabilan profitabilitas relative dari yang diusahakan (Bisaliah, 1986).

2.3.3 Cost Produksi berbeda di setiap wilayah

Berikut ini adalah daftar harga tomat di beberapa wilayah di Indonesia pada

bulan Desember 2011

Daerah Harga/kg ( dalam rupiah )

Cirebon 8 000

Bandung 12 000

Purwakarta 14 000

Jakarta 15 000

Medan 38 000

Makassar 25 000

15

Page 16: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

Palu 12 000

Malang 7 000

Pekanbaru 15 000

Surabaya 8 000

Yogyakarta 14 350

Dari berbagai sumber

Berdasarkan data tabel di atas terlihat jelas perbedaan selisih harga diantara

berbagai daerah. Hal ini disebabkan karena biaya produksi dan pengolahan di setiap

daerah berbeda. Selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, cuaca, dan

letak geografisnya.

16

Page 17: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanaman tomat merupakan komoditas sayuran yang berasal dari Peru dan

Ekuador. Buah tomat tergolong komoditas yang sangat mudah rusak, kerusakan

pascapanen pada buah tomat meliputi kerusakan fisik, mekanis, fisiologis dan

patologis. Dalam proses penyimpanan dan distribusinya, produk pertanian

memerlukan tempat yang cocok untuk menjaga kualitas yang diinginkan. Dan

sebagian besar produk pertanian dalam proses penyimpanannya selalu Voluminous

(besar pertumpukan) sehingga memerlukan pengemasan yang cocok. Mutu buah

tomat bervariasi, untuk mendapatkan mutu yang baik, harus dilakukan grading sesuai

dengan warna dan ukurannya untuk tujuan pasar tertentu atau untuk pemilahan

konsumen yang berbeda. Tomat merupakan tanaman semusim, penyebaran sentra

produksi tomat pun tersebar merata di seluruh wilayah Indonesia. Beberapa faktor

seperti tingkat kesuburan tanah, cuaca, dan letak geografis dapat mempengaruhi

perbedaan cost produksi tomat berbeda di setiap wilayah.

3.2 Saran

Setelah kita mengetahui sifat-sifat produk dan produksi pertanian , kemajuan

teknologi di bidang pascapanen menjadi hal mutlak yang harus diperhatikan.

Penyimpanan dan pendistribusiannya pun menjadi hal yang harus diperhatikan secara

matang.

17

Page 18: SIFAT PRODUK DAN SIFAT PRODUKSI KOMODITAS TOMAT

Daftar Pustaka

Ameriana, M., 1995, Pengaruh ‘Petunjuk Kualitas’ terhadap Persepsi Konsumen

Mengenai Kualitas Tomat, Bul. Penel. Hort. 27(4): 8-14.

Breemer. R., 1996, Pengaruh Penggunaan Bahan Penghambat Respirasi dan Suhu

serta Sistem Penyimpanan terhadap Mutu Tomat Segar, Tesis. Program Pasca

Sarjana, IPB Bogor.

Tranggono dan Sutardi, 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Pusat AntarUniversitas Pangan Dan Gizi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/44404/ diakses pada tanggal

22 September 2012

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16346/.../chapter%2011.pdf diakses

pada tanggal 22 September 2012

http://www.puslitbangBSN.syaratmututomat diakses pada tanggal 22 September 2012

18