selasa 24 november 2020...penyaluran kur bank bni pengusaha kuliner ayam asap bogor pisan yang...

1
Ekonom senior Institute for De- velopment of Economics and Fin- ance (Indef) Aviliani mengatakan, beberapa manfaat dari perusa- haan ICS antara lain menurunkan biaya dan waktu pengambilan keputusan pinjaman. Kedua, menurunkan kesenjangan in- formasi. Ketiga, memberikan wawasan tambahan untuk eval- uasi calon peminjam. Keempat, meningkatkan persentase ke- berhasilan peminjaman. Kelima, pemberi pinjaman memiliki posisi dengan suku bunga kompetitif. “Dengan metode penilaian dan penggunaan data yang lebih luas dan beragam, perusahaan ICS dianggap mampu untuk menjangkau 50% masyarakat Indonesia yang masih berada di golongan unbanked dan un- derbanked,” kata Aviliani dalam webinar, Senin (23/11). Dalam hal ini, dia memband- ingkan tiga negara, yakni Ing- gris, Korea Selatan, dan India. Pengaturan ICS di Inggris dan Korea Selatan sudah sangat baik dengan perkembangan yang pesat pada perkembangan bis- nis ICS. Perkembangan inklusi keuangan di India yang men- ingkat pesat. Pada 2011, tingkat inklusi keuangan India hanya 35%, nilai yang tidak jauh beda dengan Indonesia, namun dalam waktu 6 tahun tingkat inklusi keuangan sudah mencapai 80%, sedangkan Indonesia hanya 48%. Akses data yang terbatas bisa memunculkan permasalahan, salah satunya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang ingin mendapatkan pem- biayaan. Sebab, lanjut Aviliani, sektor UMKM tidak pernah naik kelas disebabkan oleh kemam- puan mereka yang tidak memiliki bargaining position. “Dalam pemberian kredit, kenapa bunga untuk UMKM lebih mahal dibandingkan dengan kor- porasi? Soalnya untuk perusahaan besar, bank bisa melihat jelas data keuangan dan track record-nya, sedangkan data UMKM tidak selengkap itu, tidak punya bar- gaining position,” ungkap Aviliani. Oleh karena itu, dia mend- orong agar pemerintah mem- buka akses data layanan publik untuk mempercepat inklusi keuangan, sehingga dapat men- jangkau masyarakat unbanked dan underbanked. Kemudian, manfaat adanya industri ICS adalah untuk evaluasi bagi calon nasabah atau UMKM yang tidak pernah mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan formal. “Sehingga UMKM ini bisa mengetahui apa yang menyeb- abkan dia tidak dapat pinjaman atau kredit selama ini, jadi ada evaluasinya. Selama ini kan tidak ada pihak yang mengevaluasi mereka kurangnya apa,” tutur dia. Aviliani juga mencatat, perb- andingan standar keamanan informasi di Indonesia sudah mengaplikasikan tujuh prinsip utama perlindungan privasi data pengguna. Namun, ketujuh prinsip tersebut masih berdiri sendiri dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti UU ITE, Permenkominfo Nomor 20 Tahun 2016, dan POJK 77/2016, serta PP 71/2019. Dari sisi regulasi data, In- donesia saat ini belum memiliki aturan setingkat Undang-Undang yang mengatur secara spesifik mengenai perlindungan data pribadi. Rancangan UU (RUU) yang mengatur hal tersebut masih dalam pembahasan ant- ara pemerintah dan parlemen. “Ini dorongan agar RUU per- lindungan data pribadi segera diselesaikan, karena maraknya e-commerce, fintech perlu ada aturan perlindungan data pribadi mencegah cyber crime,” ucap dia. Manfaatkan Data Alternatif Sementara itu, Direktur In- ovasi Keuangan Digital Otor- itas Jasa Keuangan (OJK) Dino Milano Siregar mengatakan, terdapat ganjalan dalam men- erapkan inovasi credit scoring, seperti RUU Perlindungan Data Pribadi yang hingga saat ini masih digodok oleh parlemen, diharapkan bisa segera disele- saikan. Oleh karena itu ICS perlu memanfaatkan data alternatif untuk diolah. “Perusahaan ICS ini harus melakukan terobosan, bisa ambil data olahan seperti data telekomunikasi. Kami tidak minta nama, alamat, nomor telepon, tapi bisa dapat alternatif, seperti berapa lama langganan, berapa besar jumlah pengisian pulsa, ini menunjukkan behavior kon- sumen yang bisa jadi penilaian positif atau negatif,” terang Dino. Dino juga mengungkapkan, perusahaan ICS diharapkan bisa melakukan penjajakan dengan Lembaga Pengelola In- formasi Perkreditan (LPIP) atau penyelenggara inovasi keuan- gan digital (IKD) lainnya untuk mendapatkan metode penilaian sehingga bisa memberikan nilai tambah. “LPIP ini mencakup pen- erbitan credit scoring, credit rat- ing yang saat ini ada perbankan, multifinance, dan beberapa ko- perasi di dalamnya. Kalau ada kerja sama dengan IKD dalam hal ini ICS itu kolaborasi yang membangun sekali, karena LPIP ada keterbatasan pengembangan model,” urai Dino. Head of Aftech ICS Working Group dan CEO TokoScore Her- man Widjaja menambahkan, kebutuhan pasar akan mem- unculkan inovasi, khususnya penilaian kredit untuk membantu industri keuangan. Potensi terse- but muncul karena pertumbuhan e-commerce mengalami kenaikan yang pesat, di mana ada 2,2 juta merchant baru sejak awal tahun, dan 80% di antaranya adalah pe- main baru. Saat ini sudah ada 13 perusahaan ICS yang terdaftar di IKD. “Credit scoring menjadi suatu peluang untuk membuka akses yang lebih baik. Dampaknya bisa untuk memperluas jangkauan kredit, khususnya pada pembiay- aan digital,” ucap Herman. 24 SELASA 24 NOVEMBER 2020 Oleh Nida Sahara JAKARTA – Industri inovasi penilaian kredit ( innovative credit scoring/ICS) dinilai mampu menjangkau 50% masyarakat Indonesia yang merupakan golongan unbanked dan underbanked. Saat ini terdapat sekitar 92 juta jiwa yang tidak bisa mendapat akses keuangan ke lembaga formal. Melalui pe- manfaatan data oleh ICS, akses keuangan masyarakat bisa dijangkau. ANT Penyaluran KUR Bank BNI Pengusaha kuliner ayam asap Bogor Pisan yang merupakan penerima program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BNI melayani pembeli di halaman GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/11/2020). PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat telah menyalurkan program KUR sebesar Rp.15,05 triliun hingga akhir September 2020 yang menjadi salah satu kredit yang diprioritaskan dalam program penempatan dana pemerintah dan tersebar untuk 170.569 debitur. Aviliani JAKARTA – PT Bank Bukopin Tbk mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) melalui pembukaan rekening dari per- usahaan dan individu asal Korea Selatan meningkat tajam hingga mencapai Rp 1,6 triliun. Hal terse- but terjadi sejak dua bulan lalu atau setelah KB Kookmin Bank resmi menjadi pemegang saham pengendali (PSP) Bank Bukopin. Direktur Utama Bank Bukopin Rivan Achmad Purwantono mengatakan, simpanan atau DPK dari nasabah asal Korea Selatan mengalami penambahan seban- yak Rp 1,6 triliun dalam dua bulan terakhir ini saja. Banyaknya nasabah asal Korea Selatan yang menjadi nasabah Bank Bukopin menjadi bukti tingginya keper- cayaan dan kredibilitas Kookmin Bank di pasar keuangan global, khususnya di Korea Selatan. “Ini juga menjadi bagian dari strategi Bank Bukopin dalam melakukan diferensiasi pendanaan sebagai salah satu fokus transformasi bisnis per- usahaan,” ungkap Rivan dalam keterangan tertulis yang diterima Investor Daily, Senin (23/11). Rivan menjelaskan, hingga saat ini terdapat sekitar 2.000 perusahaan Korea Selatan dari berbagai sektor yang telah ber- investasi dan beroperasi di In- donesia. Sebagian besar realisasi investasi Korea Selatan tersebut terpusat di Pulau Jawa, dengan sektor investasi yang mend- ominasi antara lain listrik, gas air, industri kimia dan farmasi, industri tekstil, industri barang kulit dan alas kaki, serta industri makanan. Dari waktu ke waktu, lanjut dia investasi asal Korea Selatan terus meningkat seiring adanya perjanjian antara Indonesia dan Korea Selatan dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Kompre- hensif ( Comprehensive Eco- nomic Partnership Agreement/ CEPA) yang telah disepakati pada November 2019. Adapun CEPA merupakan perjanjian yang setara dengan perjanjian perdagangan bebas, tetapi ber- fokus pada lingkup kerja sama ekonomi yang lebih luas. Menurut Rivan, masuk dan berkembangnya perusahaan-per- usahaan Korea Selatan di Indone- sia tentu saja akan menjadi potensi besar bagi Bank Bukopin untuk memperluas pasarnya melalui dukungan Kookmin Bank. “Sebagai salah satu bank terbe- sar di Korea dengan jaringan Kookmin Bank telah memberikan market baru bagi Bank Bukopin untuk dapat meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) dari Korean Link Business (korporasi Korea dan high net worth individual (HNWI)) dengan memobilisasi Korean Link Business/Korean Desk,” ujar dia. Sejalan dengan rencana dan potensi yang dimiliki, lanjut Rivan, Kookmin Bank melakukan transformasi Bank Bukopin. Kookmin Bank akan bersinergi dan memanfaatkan keahlian yang dimilikinya untuk merestruktur- isasi model bisnis dan struktur organisasi Bank Bukopin. Hal ini dilakukan dengan tujuan simpli- fikasi, scalable, dan peningkatan penerapan prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking) untuk mendukung bisnis Bank ke depan. Untuk mendukung potensi bisnis baru, kata Rivan, Bank Bukopin akan berinvestasi besar dalam memodernisasi infrastruk- tur teknologi informasi (TI) yang ada. Langkah ini ditempuh guna menguatkan tim digital banking agar bisa menciptakan platform mutakhir. Selain itu, penguatan dan investasi juga dilakukan terhadap sumber daya manusia (SDM). “Langkah yang dilakukan di- antaranya dengan meningkatkan motivasi dan menciptakan budaya perusahaan yang baru. Upaya ini dilakukan untuk menumbuhkan dan mempertahankan talenta atau SDM terbaik. Kookmin Bank bersama Bank Bukopin akan mendedikasikan sumber daya terbaik untuk mengem- bangkan kemampuan dan po- tensi bisnis yang ada,” terang Rivan. (ris) JAKARTA – PT Bank Cent- ral Asia Tbk (BCA) men- cermati usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor penopang perekonomian In- donesia. Sebagai bagian dari sistem keuangan nasional, BCA berkomitmen untuk mendukung perkembangan UMKM di Indonesia melalui Program Bangga Lokal. Tak dapat dipungkiri, pan- demi Covid-19 mendorong pelaku bisnis UMKM untuk mengatur strategi mengop- timalkan eksplorasi potensi bisnis demi meningkatkan kembali potensi bisnisnya. Sebagai bentuk dukungan terhadap UMKM, BCA menghadirkan Program Bangga Lokal yang mulai dilaksanakan pada 20 Novem- ber 2020 hingga 19 Febuari 2021. “Di tengah tantangan pan- demi Covid-19, BCA senan- tiasa berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam rangka pemulihan roda perekonomian nasional, salah satunya melalui sektor UMKM. Program Bangga Lokal menyasar pegiat UMKM yang bergerak di be- berapa industri khususnya in- dustri kreatif seperti makanan dan minuman, fashion, serta hobi yang tidak kalah men- arik,” terang Executive Vice President Transaction Banking Business Development BCA I Ketut Alam Wangsawijaya dalam keterangan tertulis, Senin (23/11). Program Bangga Lokal bertujuan untuk membantu UMKM mengembangkan bisnis. Tak hanya promosi dan marketing , dilakukan juga kegiatan edukasi dan kesempatan mendapatkan pembiayaan modal kerja bagi UMKM yang lolos seleksi. Upaya ini juga bertujuan untuk memastikan kualitas produk anak bangsa agar dapat bersaing secara global. BCA juga telah berkolabor- asi dengan Grebe dan Blibli pada Program ini, karena adanya kesamaan visi dalam mendukung UMKM di In- donesia. Pelaku UMKM yang telah bergabung memberikan diskon spesial hingga 80% khusus untuk Bangga Lokal. Informasi mengenai Pro- gram Bangga Lokal dapat dilihat melalui sosial media Instagram (@goodlifebca), Twitter (@HaloBCA), Face- book (BankBCA), Youtube (@GoodLifeBCA), dan web- site resmi BCA di bca.co.id/ banggalokal. Hingga saat ini, Program Bangga Lokal telah berhasil menghimpun 185 merek mu- lai dari F&B, fashion dan hobby lain yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi negeri. (nid) JAKARTA – Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mendorong diben- tuknya holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ren- cana kolaborasi BUMN untuk pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diharap segera terwujud demi memperbesar jumlah masyarakat yang mendapat akses lembaga keuangan formal di Indonesia. Holding pemberdayaan UMKM bisa melibatkan se- jumlah BUMN yang selama ini banyak bergerak di pem- berdayaan pengusaha mikro dan kecil seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM. Harapan ini muncul karena berdasarkan data Bank Indone- sia (BI), hingga September lalu masih ada 91,3 juta masyarakat yang belum tersentuh layanan finansial formal dari perbankan (unbankable). Padahal, akses layanan finansial formal men- jadi kunci agar UMKM bisa berkembang dan cepat naik kelas. Anggota Komisi VI DPR RI Mukhtarudin mengatakan, salah satu cara meningkatkan jumlah warga dan pelaku UMKM yang terjangkau lay- anan finansial formal yakni melalui kolaborasi berbentuk perusahaan induk (holding). Menurut dia, melalui holding pemberdayaan dan penetrasi layanan keuangan formal ter- hadap UMKM bisa berjalan beriringan. “Sekarang banyak UMKM yang belum tersentuh lay- anan perbankan, jadi kes- ulitan begitu pemerintah mau menyalurkan bantuan bagi mereka. Soalnya ban- tuan harus ditransfer melalui rekening, sementara banyak UMKM belum terkoneksi jaringan bank. Karena itu, ini harus dibenahi dari pangkalnya melalui pemben- tukan data base terpadu,” kata Mukhtarudin, Senin (23/11). Politikus Partai Golkar ini berpendapat, holding pem- berdayaan UMKM bisa melibatkan sejumlah BUMN yang selama ini banyak ber- gerak di pemberdayaan pen- gusaha mikro dan kecil seperti BRI, Pegadaian, dan PNM. Tak hanya itu, holding juga harus berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM untuk membentuk data tunggal UMKM. “BRI fokus usaha mikro, dari dulu brain -nya bank orang kecil atau wong cilik. Sekarang BRI harus kembali kepada filosofinya tersebut dan bisa berkolaborasi dengan Pegadaian, kemudian ada PNM, kemudian Kemenkop UKM, semua bisa disatukan di situ agar UMKM itu datanya bagus. Jadi ada bantuan atau program apapun sudah gam- pang, karena datanya dimiliki bank,” jelas dia. Pandangan lain disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKB Marwan Jafar. Menurut dia, pemberdayaan UMKM di Indonesia harus mulai dipimpin konduktor dari kementerian atau lembaga tertentu. Marwan berpendapat, kon- duktor bisa berperan sebagai penyelaras sasaran kerja dan data program-program yang menyasar UMKM. “Kalau satu pintu enak, pemerintah tinggal mengkaji lintas ke- menterian dan diserahkan ke kementerian atau lembaga yang membawahi UMKM itu,” imbuh Marwan. Pada kesempatan itu, Ang- gota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS Amin Ak menye- but, sinergi antarlembaga dalam pemberdayaan UMKM bisa membawa banyak dam- pak positif terhadap pen- gusaha mikro dan kecil. Salah satunya, pelaku UMKM dan ultra mikro jadi lebih mudah untuk memasarkan produknya hingga terserap pasar. “Harus ada sinergi dengan seluruh stakeholder, sehingga produk- produk UMKM dan ultra mikro bisa lebih cepat diserap pasar. Juga perlu optimalisasi dukungan anggaran yang memadai,” kata Amin. Saat ini anggaran untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM masih di bawah Rp 1 triliun, sementara pagu anggaran Kementerian Ko- perasi dan UMKM tahun 2021 sebesar Rp 978,28 mil- iar. Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk program dukungan manajemen sebesar Rp 352,32 miliar dan program kewirausahaan, usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi sebesar Rp 625,96 miliar. Tahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengutarakan keinginannya agar pemberdayaan UMKM melalui pembentukan hold- ing bisa segera dilakukan. Menurut Jokowi saat itu, holding dibutuhkan untuk mempermudah akses UMKM mendapat pembiayaan dan pemasaran produk. “Saya juga sudah melihat, sudah terbentuk kelom- pok-kelompok usaha yang nanti akan menjadi cluster. Dan saya sudah sampaikan ke Menko Ekonomi agar cluster ini dipayungi lagi oleh sebuah, kayak di- holding-kan,” ujar Jokowi. Keinginan memben- tuk sinergi pemberdayaan UMKM juga sudah disam- paikan Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu. Menurut Erick, jajarannya tengah berupaya membangun kolaborasi agar pendataan dan pemberdayaan UMKM bisa berjalan melalui satu pintu. “Kemarin khususnya untuk usaha mikro kami coba sinergikan BUMN BRI, Pega- daian, Permodalan Nasional Madani untuk bisa mempunyai program satu data. Seperti konsolidasi Himbara yang ada di banknya syariah,” ujar Erick. (nid)

Upload: others

Post on 20-Aug-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SELASA 24 NOVEMBER 2020...Penyaluran KUR Bank BNI Pengusaha kuliner ayam asap Bogor Pisan yang merupakan penerima program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BNI melayani pembeli di halaman

Ekonom senior Institute for De-velopment of Economics and Fin-ance (Indef) Aviliani mengatakan, beberapa manfaat dari perusa-haan ICS antara lain menurunkan biaya dan waktu pengambilan keputusan pinjaman. Kedua, menurunkan kesenjangan in-formasi. Ketiga, memberikan wawasan tambahan untuk eval-uasi calon peminjam. Keempat, meningkatkan persentase ke-berhasilan peminjaman. Kelima, pemberi pinjaman memiliki posisi dengan suku bunga kompetitif.

“Dengan metode penilaian dan penggunaan data yang lebih luas dan beragam, perusahaan ICS dianggap mampu untuk menjangkau 50% masyarakat Indonesia yang masih berada di golongan unbanked dan un-derbanked,” kata Aviliani dalam webinar, Senin (23/11).

Dalam hal ini, dia memband-ingkan tiga negara, yakni Ing-gris, Korea Selatan, dan India. Pengaturan ICS di Inggris dan Korea Selatan sudah sangat baik dengan perkembangan yang pesat pada perkembangan bis-nis ICS. Perkembangan inklusi keuangan di India yang men-ingkat pesat. Pada 2011, tingkat inklusi keuangan India hanya 35%, nilai yang tidak jauh beda dengan Indonesia, namun dalam

waktu 6 tahun tingkat inklusi keuangan sudah mencapai 80%, sedangkan Indonesia hanya 48%.

Akses data yang terbatas bisa memunculkan permasalahan, salah satunya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang ingin mendapatkan pem-biayaan. Sebab, lanjut Aviliani, sektor UMKM tidak pernah naik kelas disebabkan oleh kemam-puan mereka yang tidak memiliki bargaining position.

“Dalam pemberian kredit, kenapa bunga untuk UMKM lebih mahal dibandingkan dengan kor-porasi? Soalnya untuk perusahaan besar, bank bisa melihat jelas data keuangan dan track record-nya, sedangkan data UMKM tidak selengkap itu, tidak punya bar-gaining position,” ungkap Aviliani.

Oleh karena itu, dia mend-orong agar pemerintah mem-buka akses data layanan publik untuk mempercepat inklusi keuangan, sehingga dapat men-jangkau masyarakat unbanked dan underbanked. Kemudian, manfaat adanya industri ICS adalah untuk evaluasi bagi calon nasabah atau UMKM yang tidak pernah mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan formal.

“Sehingga UMKM ini bisa mengetahui apa yang menyeb-abkan dia tidak dapat pinjaman

atau kredit selama ini, jadi ada evaluasinya. Selama ini kan tidak ada pihak yang mengevaluasi mereka kurangnya apa,” tutur dia.

Aviliani juga mencatat, perb-andingan standar keamanan informasi di Indonesia sudah mengaplikasikan tujuh prinsip utama perlindungan privasi data pengguna. Namun, ketujuh prinsip tersebut masih berdiri sendiri dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti UU ITE, Permenkominfo Nomor 20 Tahun 2016, dan POJK 77/2016, serta PP 71/2019.

Dari sisi regulasi data, In-donesia saat ini belum memiliki aturan setingkat Undang-Undang yang mengatur secara spesifik mengenai perlindungan data pribadi. Rancangan UU (RUU) yang mengatur hal tersebut masih dalam pembahasan ant-ara pemerintah dan parlemen. “Ini dorongan agar RUU per-lindungan data pribadi segera diselesaikan, karena maraknya e-commerce, fintech perlu ada aturan perlindungan data pribadi mencegah cyber crime,” ucap dia.

Manfaatkan Data AlternatifSementara itu, Direktur In-

ovasi Keuangan Digital Otor-itas Jasa Keuangan (OJK) Dino Milano Siregar mengatakan, terdapat ganjalan dalam men-

erapkan inovasi credit scoring, seperti RUU Perlindungan Data Pribadi yang hingga saat ini masih digodok oleh parlemen, diharapkan bisa segera disele-saikan. Oleh karena itu ICS perlu memanfaatkan data alternatif untuk diolah.

“Perusahaan ICS ini harus melakukan terobosan, bisa ambil data olahan seperti data telekomunikasi. Kami tidak minta nama, alamat, nomor telepon, tapi bisa dapat alternatif, seperti berapa lama langganan, berapa besar jumlah pengisian pulsa, ini menunjukkan behavior kon-sumen yang bisa jadi penilaian positif atau negatif,” terang Dino.

Dino juga mengungkapkan, perusahaan ICS diharapkan bisa melakukan penjajakan dengan Lembaga Pengelola In-formasi Perkreditan (LPIP) atau penyelenggara inovasi keuan-gan digital (IKD) lainnya untuk mendapatkan metode penilaian sehingga bisa memberikan nilai tambah. “LPIP ini mencakup pen-erbitan credit scoring, credit rat-ing yang saat ini ada perbankan, multifinance, dan beberapa ko-perasi di dalamnya. Kalau ada kerja sama dengan IKD dalam hal ini ICS itu kolaborasi yang membangun sekali, karena LPIP ada keterbatasan pengembangan model,” urai Dino.

Head of Aftech ICS Working Group dan CEO TokoScore Her-man Widjaja menambahkan, kebutuhan pasar akan mem-unculkan inovasi, khususnya penilaian kredit untuk membantu industri keuangan. Potensi terse-but muncul karena pertumbuhan e-commerce mengalami kenaikan yang pesat, di mana ada 2,2 juta merchant baru sejak awal tahun, dan 80% di antaranya adalah pe-main baru. Saat ini sudah ada 13 perusahaan ICS yang terdaftar di IKD. “Credit scoring menjadi suatu peluang untuk membuka akses yang lebih baik. Dampaknya bisa untuk memperluas jangkauan kredit, khususnya pada pembiay-aan digital,” ucap Herman.

24

SELASA 24 NOVEMBER 2020

Oleh Nida Sahara

JAKARTA – Industri inovasi penilaian kredit (innovative credit scoring/ICS) dinilai mampu menjangkau 50% masyarakat Indonesia yang merupakan golongan unbanked dan underbanked. Saat ini terdapat sekitar 92 juta jiwa yang tidak bisa mendapat akses keuangan ke lembaga formal. Melalui pe-manfaatan data oleh ICS, akses keuangan masyarakat bisa dijangkau.

ANT

Penyaluran KUR Bank BNIPengusaha kuliner ayam asap Bogor Pisan yang merupakan penerima program Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BNI melayani pembeli di halaman GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (23/11/2020). PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat telah menyalurkan program KUR sebesar Rp.15,05 triliun hingga akhir September 2020 yang menjadi salah satu kredit yang diprioritaskan dalam program penempatan dana pemerintah dan tersebar untuk 170.569 debitur.

Aviliani

JAKARTA – PT Bank Bukopin Tbk mencatat per tumbuhan dana pihak ketiga (DPK) melalui pembukaan rekening dari per-usahaan dan individu asal Korea Selatan meningkat tajam hingga mencapai Rp 1,6 triliun. Hal terse-but terjadi sejak dua bulan lalu atau setelah KB Kookmin Bank resmi menjadi pemegang saham pengendali (PSP) Bank Bukopin.

Direktur Utama Bank Bukopin Rivan Achmad Pur wantono mengatakan, simpanan atau DPK dari nasabah asal Korea Selatan mengalami penambahan seban-yak Rp 1,6 triliun dalam dua bulan

terakhir ini saja. Banyaknya nasabah asal Korea Selatan yang menjadi nasabah Bank Bukopin menjadi bukti tingginya keper-cayaan dan kredibilitas Kookmin Bank di pasar keuangan global, khususnya di Korea Selatan.

“Ini juga menjadi bagian dari strategi Bank Bukopin dalam melakukan diferensiasi pendanaan sebagai salah satu fokus transformasi bisnis per-usahaan,” ungkap Rivan dalam keterangan tertulis yang diterima Investor Daily, Senin (23/11).

Rivan menjelaskan, hingga saat ini terdapat sekitar 2.000

perusahaan Korea Selatan dari berbagai sektor yang telah ber-investasi dan beroperasi di In-donesia. Sebagian besar realisasi investasi Korea Selatan tersebut terpusat di Pulau Jawa, dengan sektor investasi yang mend-ominasi antara lain listrik, gas air, industri kimia dan farmasi, industri tekstil, industri barang kulit dan alas kaki, serta industri makanan.

Dari waktu ke waktu, lanjut dia investasi asal Korea Selatan terus meningkat seiring adanya perjanjian antara Indonesia dan Korea Selatan dalam Perjanjian

Kemitraan Ekonomi Kompre-hensif (Comprehensive Eco-nomic Partnership Agreement/CEPA) yang telah disepakati pada November 2019. Adapun CEPA merupakan perjanjian yang setara dengan perjanjian perdagangan bebas, tetapi ber-fokus pada lingkup kerja sama ekonomi yang lebih luas.

Menurut Rivan, masuk dan berkembangnya perusahaan-per-usahaan Korea Selatan di Indone-sia tentu saja akan menjadi potensi besar bagi Bank Bukopin untuk memperluas pasarnya melalui dukungan Kookmin Bank.

“Sebagai salah satu bank terbe-sar di Korea dengan jaringan Kookmin Bank telah memberikan market baru bagi Bank Bukopin untuk dapat meningkatkan dana pihak ketiga (DPK) dari Korean Link Business (korporasi Korea dan high net worth individual (HNWI)) dengan memobilisasi Korean Link Business/Korean Desk,” ujar dia.

Sejalan dengan rencana dan potensi yang dimiliki, lanjut Rivan, Kookmin Bank melakukan transformasi Bank Bukopin. Kookmin Bank akan bersinergi dan memanfaatkan keahlian yang

dimilikinya untuk merestruktur-isasi model bisnis dan struktur organisasi Bank Bukopin. Hal ini dilakukan dengan tujuan simpli-fikasi, scalable, dan peningkatan penerapan prinsip kehati-hatian perbankan (prudential banking) untuk mendukung bisnis Bank ke depan.

Untuk mendukung potensi bisnis baru, kata Rivan, Bank Bukopin akan berinvestasi besar dalam memodernisasi infrastruk-tur teknologi informasi (TI) yang ada. Langkah ini ditempuh guna menguatkan tim digital banking agar bisa menciptakan platform

mutakhir. Selain itu, penguatan dan investasi juga dilakukan terhadap sumber daya manusia (SDM).

“Langkah yang dilakukan di-antaranya dengan meningkatkan motivasi dan menciptakan budaya perusahaan yang baru. Upaya ini dilakukan untuk menumbuhkan dan mempertahankan talenta atau SDM terbaik. Kookmin Bank bersama Bank Bukopin akan mendedikasikan sumber daya terbaik untuk mengem-bangkan kemampuan dan po-tensi bisnis yang ada,” terang Rivan. (ris)

JAKARTA – PT Bank Cent-ral Asia Tbk (BCA) men-cermati usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor penopang perekonomian In-donesia. Sebagai bagian dari sistem keuangan nasional, BCA berkomitmen untuk mendukung perkembangan UMKM di Indonesia melalui Program Bangga Lokal.

Tak dapat dipungkiri, pan-demi Covid-19 mendorong pelaku bisnis UMKM untuk mengatur strategi mengop-timalkan eksplorasi potensi bisnis demi meningkatkan kembali potensi bisnisnya. Sebagai bentuk dukungan te r hadap UMKM, BCA menghadirkan Program Bangga Lokal yang mulai dilaksanakan pada 20 Novem-ber 2020 hingga 19 Febuari 2021.

“Di tengah tantangan pan-demi Covid-19, BCA senan-

tiasa berkomitmen untuk mendukung pemerintah dalam rangka pemulihan roda perekonomian nasional, salah satunya melalui sektor UMKM. Program Bangga Loka l menyasar peg ia t UMKM yang bergerak di be-berapa industri khususnya in-dustri kreatif seperti makanan dan minuman, fashion, serta hobi yang tidak kalah men-arik,” terang Executive Vice President Transaction Banking Business Development BCA I Ketut Alam Wangsawijaya dalam keterangan tertulis, Senin (23/11).

Program Bangga Lokal bertujuan untuk membantu UMKM mengembangkan bisnis. Tak hanya promosi dan marketing, dilakukan juga kegiatan edukasi dan kesempatan mendapatkan pembiayaan modal kerja bagi UMKM yang lolos seleksi.

Upaya ini juga bertujuan

untuk memastikan kualitas produk anak bangsa agar dapat bersaing secara global. BCA juga telah berkolabor-asi dengan Grebe dan Blibli pada Program ini, karena adanya kesamaan visi dalam mendukung UMKM di In-donesia. Pelaku UMKM yang telah bergabung memberikan diskon spesial hingga 80% khusus untuk Bangga Lokal. Informasi mengenai Pro-gram Bangga Lokal dapat dilihat melalui sosial media Instagram (@goodlifebca), Twitter (@HaloBCA), Face-book (BankBCA), Youtube (@GoodLifeBCA), dan web-site resmi BCA di bca.co.id/banggalokal.

Hingga saat ini, Program Bangga Lokal telah berhasil menghimpun 185 merek mu-lai dari F&B, fashion dan hobby lain yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi negeri. (nid)

JAKAR TA – Komisi VI Dewan Per wakilan Rakyat (DPR) mendorong diben-tuknya holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ren-cana kolaborasi BUMN untuk pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) diharap segera ter wujud demi memperbesar jumlah masyarakat yang mendapat akses lembaga keuangan formal di Indonesia.

Holding pemberdayaan UMKM bisa melibatkan se-jumlah BUMN yang selama ini banyak bergerak di pem-berdayaan pengusaha mikro dan kecil seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), PT Pegadaian (Persero), dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM.

Harapan ini muncul karena berdasarkan data Bank Indone-sia (BI), hingga September lalu masih ada 91,3 juta masyarakat yang belum tersentuh layanan finansial formal dari perbankan (unbankable). Padahal, akses layanan finansial formal men-jadi kunci agar UMKM bisa berkembang dan cepat naik kelas.

Anggota Komisi VI DPR RI Mukhtarudin mengatakan, salah satu cara meningkatkan jumlah warga dan pelaku UMKM yang terjangkau lay-anan finansial formal yakni melalui kolaborasi berbentuk perusahaan induk (holding). Menurut dia, melalui holding pemberdayaan dan penetrasi layanan keuangan formal ter-hadap UMKM bisa berjalan beriringan.

“Sekarang banyak UMKM yang belum tersentuh lay-anan perbankan, jadi kes-ulitan begitu pemerintah mau menyalurkan bantuan bagi mereka. Soalnya ban-tuan harus ditransfer melalui rekening, sementara banyak UMKM belum terkoneksi jaringan bank. Karena itu, ini har us dibenahi dari pangkalnya melalui pemben-

tukan data base terpadu,” kata Mukhtarudin, Senin (23/11).

Politikus Partai Golkar ini berpendapat, holding pem-berdayaan UMKM bisa melibatkan sejumlah BUMN yang selama ini banyak ber-gerak di pemberdayaan pen-gusaha mikro dan kecil seperti BRI, Pegadaian, dan PNM. Tak hanya itu, holding juga harus berkolaborasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM untuk membentuk data tunggal UMKM.

“BRI fokus usaha mikro, dari dulu brain -nya bank orang kecil atau wong cilik. Sekarang BRI harus kembali kepada filosofinya tersebut dan bisa berkolaborasi dengan Pegadaian, kemudian ada PNM, kemudian Kemenkop UKM, semua bisa disatukan di situ agar UMKM itu datanya bagus. Jadi ada bantuan atau program apapun sudah gam-pang, karena datanya dimiliki bank,” jelas dia.

Pandangan lain disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKB Marwan Jafar. Menurut dia, pemberdayaan UMKM di Indonesia harus mulai dipimpin konduktor dari kementerian atau lembaga tertentu.

Marwan berpendapat, kon-duktor bisa berperan sebagai penyelaras sasaran kerja dan data program-program yang menyasar UMKM. “Kalau satu pintu enak, pemerintah tinggal mengkaji lintas ke-menterian dan diserahkan ke kementerian atau lembaga yang membawahi UMKM itu,” imbuh Marwan.

Pada kesempatan itu, Ang-gota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PKS Amin Ak menye-but, sinergi antarlembaga dalam pemberdayaan UMKM bisa membawa banyak dam-pak positif terhadap pen-gusaha mikro dan kecil. Salah satunya, pelaku UMKM dan ultra mikro jadi lebih mudah untuk memasarkan produknya hingga terserap pasar. “Harus

ada sinergi dengan seluruh stakeholder, sehingga produk-produk UMKM dan ultra mikro bisa lebih cepat diserap pasar. Juga perlu optimalisasi dukungan anggaran yang memadai,” kata Amin.

Saat ini anggaran untuk pemberdayaan koperasi dan UMKM masih di bawah Rp 1 triliun, sementara pagu anggaran Kementerian Ko-perasi dan UMKM tahun 2021 sebesar Rp 978,28 mil-iar. Anggaran tersebut akan dialokasikan untuk program dukungan manajemen sebesar Rp 352,32 miliar dan program kewirausahaan, usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi sebesar Rp 625,96 miliar.

Tahun lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat mengutarakan keinginannya agar pemberdayaan UMKM melalui pembentukan hold-ing bisa segera dilakukan. Menurut Jokowi saat itu, holding dibutuhkan untuk mempermudah akses UMKM mendapat pembiayaan dan pemasaran produk.

“Saya juga sudah melihat, sudah terbentuk kelom-pok-kelompok usaha yang nanti akan menjadi cluster. Dan saya sudah sampaikan ke Menko Ekonomi agar cluster ini dipayungi lagi oleh sebuah, kayak di-holding-kan,” ujar Jokowi.

K e i n g i n a n m e m b e n -tuk sinergi pemberdayaan UMKM juga sudah disam-paikan Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu. Menurut Erick, jajarannya tengah berupaya membangun kolaborasi agar pendataan dan pemberdayaan UMKM bisa berjalan melalui satu pintu. “Kemarin khususnya untuk usaha mikro kami coba sinergikan BUMN BRI, Pega-daian, Permodalan Nasional Madani untuk bisa mempunyai program satu data. Seperti konsolidasi Himbara yang ada di banknya syariah,” ujar Erick. (nid)