satuan acara penyuluhan asam urat
DESCRIPTION
KELUARGATRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CARA PENANGANAN GOUT ARTRITIS PADA KELUARGA Tn.S TAHAP
PERKEMBANGAN USIA DEWASA PERTENGAHAN
DI DUSUN MANGGUNG DESA JIMBARAN KEC.BANDUNGAN
KAB.SEMARANG
Disusun Oleh :
Octavia Nur Aini Wahyudi
(070115b076)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
PENANGANAN ASAM URAT
PADA KELUARGA Tn.S DI DUSUN MANGGUNG DESA JIMBARAN
Pokok Bahasan : Penanganan Asam Urat
Sub Pokok Bahasan : Diet Hipertensi dan Senam Ergonomis
Sasaran : Keluarga Tn.s
Waktu : 30 Menit
Hari/ Tanggal : Senin, 20 Juni 2016
Tempat : Rumah Tn.s
Penyuluh : Octavia Nur Aini Wahyudi
A. Latar Belakang
Gout merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi di masyarakat, oleh
karena itu pengetahuan mengenai penyakit asam urat dan perawatannya dirumah
merupakan informasi yang sudah selayaknya diketahui oleh masyarakat. Satu
survey epidemologik yang dilakukan di Bandungan, Jawa Tengah atas kerjasama
WHO-COPCORD terhadap 4.683 sampel berusia antara 15-45 tahun didapatkan
bahwa penderita asam urat pada pria adalah 24,3% dari jumlah populasi pria,dan
penderita asam urat pada wanita adalah 11,7% dari jumlah populasi wanita
(Purwaningsih, 2010).
Penumpukan asam urat di tubulus ginjal dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan kerusakan nefron ginjal yang progresif dan akan menimbulkan batu
ginjal dan akan berakhir dengan gagal ginjal kronik. Selain masalah di atas,
hiperurisemia mempunyai hubungan dengan mortalitas dari berbagai penyakit
kardiovaskuler, seperti hipertensi, jantung koroner,dan lain-lain (Misnadiarly,
2007).
Melalui mekanisme umpan balik allopurinol menghambat sintesis purin yang
merupakan prekusor xantin (Schmitz, 2008). Namun, obat ini memiliki efek
samping terutama gangguan gastrointestinal, reaksi alergi kulit, nyeri kepala, serta
kerusakan hati dan ginjal juga pernah dilaporkan (Tjya & Rahardja,2002). Pada
tindakan non farmakologi dilakukan dengan perubahan gaya hidup, terapi gizi
medis, kebugaran jasmani (olahraga), edukasi, dan terapi herbal. Kebugaran
jasmani juga sangat diperlukan untuk mencegah atau menunda penyakit-penyakit
degeneratif dan penyakit kelainan metabolisme seperti gout artritis.
Perlu adanya upaya baik bersifat perawatan, pengobatan, pola hidup sehat
dan juga upaya lain, seperti aktivitas fisik. Aktivitas fisik atau olahraga bagi setiap
lansia berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi fisik mereka masing-masing.
Olahraga yang teratur memperbaiki kondisi kekuatan dan kelenturan sendi serta
memeperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi akibat radang sendi. Latihan
ketahanan atau olahraga dengan intensitas sedang dan terkontrol (3 x 40-45
menit/minggu) dapat meningkatakan imunokompetensi dan pembakaran lemak,
pembakaran asam urat, mengurangi stres dan kelebihan berat badan, serta
memperbaiki efisiensi jantung, toleransi glukosa, resistensi insulin, dan aliran
darah (Grober, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan, keluarga Tn.S mampu memahami pentingnya
menjaga pola hidup sehat mengenai diet dan senam ergonomis.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 1x30 menit diharapkan sasaran dapat :
a. Mengetahui faktor penyebab dari gout artritis.
b. Mengetahui tanda gejala dari gout artritis.
c. Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk gout artritis.
d. Mengetahui diet gout artritis.
e. Menyebutkan langkah-langkah senam gout artritis dengan benar.
f. Mendemonstrasikan langkah-langkah senam gout artritis.
C. Pokok Materi
1. Faktor penyebab gout artritis.
2. Tanda gejala gout artritis.
3. Diet gout artritis.
4. Langkah-langkah senam ergonomis.
D. Media
1. Laptop
2. Leaflet
3. Sound
E. Settingan Tempat
F. Kegiatan Belajar Mengajar
No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Media
1 Pembukaan 5 menit Mengucapkan
Salam
Perkenalan
Menjelaskan tujuan
Apersepsi
Menjawab salam
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
yang diberikan
Ceramah
2 Penyampai
an Materi
10
menit
Menjelaskan gout
artritis
Menjelaskan faktor
penyebab gout
artritis
Menjelaskan
penatalaksanaan
yang tepat
Demonstrasi senam
Memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan yang
dijelaskan penyuluh
Ceramah
dan
demonstr
asi
Keterangan :
: Keluarga
: Instruktur
ergonomis
3 Diskusi 10
menit
Memberikan
kesempatan kepada
keluarga untuk
menanggapi hal-hal
yang berhubungan
dengan
penatalaksanaan
gout artritis
Menjawab
pertanyaan dan
tanggapan yang
telah disampaikan
oleh keluarga
Memperhatikan
Mendengarkan dan
memperhatikan yang
dijelaskan penyuluh
Ceramah
4 Penutup 5 menit Menanyakan
kembali materi yang
telah disampaikan
Menjawab
pertanyaan
Melakukan kontrak
untuk pertemuan
selanjutnya
Menjawab pertanyaan
Menjawab salam
Salam penutup
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan peserta.
b. Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya.
c. Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media pelatihan
sesuai dengan yang dibutuhkan.
2. Evaluasi proses
a. Tim penyaji mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
b. Keluarga mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan.
c. Tidak terdapatnya distraksi yang mengganggu proses penerimaan
materi.
d. Keluarga dapat mengikuti dan memperhatikan materi.
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan
kemampuan tentang faktor penyebab gout artritis, penatalaksanaan yang
tepat untuk gput artritis.
b. Keluarga mampu mendemonstrasikan senam ergonomis dengan baik.
Lampiran Teori
GOUT ARTRITIS
A. Pengertian
Gout adalah sekelompok kondisi inflamasi kronis yang berhubungan dengan
defek metabolisme purin secara genetik dan menyebabkan hiperuresemia
(Brunner&Suddart, 2013).
Gout adalah zat hasil metabolisme purin dalam tubuh. Zat asam urat ini
biasanya akan dikeluarkan dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu
mengeluarkan zat asam urat secara seimbang sehingga terjadi kelebihan dalam
darah. Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada
persendian-persendian di tempat lainnya termasuk diginjal itu sendiri dalam
bentuk kristal-kristal (Sandjaya,2014).
B. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, gout dibagi menjadi dua jenis yaitu :
a. Penyakit gout primer
Penyebab penyakit gout primer belum diketahui (idiopatik)
secara signifikan. Ada dugaan penyebab penyakit ini berkaitan
dengan kombinasi factor genetic dan factor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
gangguan metabolisme yang dapat mengakibatakan meningkatnya
produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya
pengeluaran asam urat dari dalam tubuh.
b. Penyakit gout sekunder
Gout jenis sekunder ini kebanyakan disebabkan oleh
meningkatnya produksi asam urat dan berkurangnya pengeluaran
asam urat dalam urin. Meningkatnya produksi asam urat, terjadi
karena pengaruh makanan dengan kadar purin tinggi. Purin adalah
salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam laknat atau
asam inti dari sel dan termasuk dalam kelompok asam amino,unsur
pembentuk protein (Damayanti,2012).
Menurut Damayanti (2012), faktor penyebab gout (asam urat) dapat
dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Faktor umum
Penyakit ini beragam penyebabnya, diantaranya adalah kurang
tidur yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam laknat.
Selain itu penggundaan sendi yag berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya peradangan. Perandangan sendi juga bisa terjadi karena
terlalu banyak berjalan, naik turun tangga, sering jongkok berdiri
juga bisa menyebabkan kelebihan asam urat pada jaringan atau
persendian.
b. Faktor khusus
1) Faktor dari dalam
Faktor dari dalam lebih banyak terjadinya akibat proses
penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan
factor usia, dimana usia dia atas 40 tahun beresiko besar terkena
asam urat.
2) Faktor dari luar
Faktor dari luar dapat berupa konsumsi makanan dan
minuman yang dapat merangsang pembentukan asam urat seperti
makanan yang mempunyai kadar karbohidrat dan protein tinggi.
Makanan dan minuman yang memiliki kadar karbohidrat dan
protein tinggi diantaranya adalah kacang-kacangan, emping,
melinjo, daging ( terurama jero-jeroan) ikan, coklat, kopi, teh, dan
minuman cola.
3) Faktor lainnya
Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan) penyakit
kulit(psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita
diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat
kadar benda keton(hasil buangan metabolism lemak) yang
meninggi.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain
sebagi berikut:
a. Kesemutan dan linu
b. Nyeri hebat terutama malam hari, sehingga penderita sering terbangun
saat tidur
c. Serangan akut dapat dipicu oleh trauma,konsumsi alkohol, diet, stress,
pembedahan.
d. Serangan dini cenderung reda secara spontan dalam 3 sampai 10 hari
tanpa terapi.
e. Serangan selanjutya mungkin tidak terjadi selama berbulan-bulanatau
bertahun-tahun,pada waktunya serangan cenderung terjadi
sering,mengenai lebih banyak sendi dan berlangsung lebih lama
(Brunner&Suddarth,2013).
D. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan farmakologi menurut Schmitz (2008) yaitu
1. Kolkisin (colchicini)
Mekanisme kerja dari kolkisin adalah sebagai zat penghambat
mitosis yaitu menghambat polimerasi tubulin sehingga
menyebabkan pembentukan mikrotubuli, mengurangi motilitas dan
aktivitas fagositosis granulosit neutrofil berinti polomrf,
menghambat pembebasan suatu faktor kemotaktis dari leukosit
neutrofil, menghambat sintesis DNA dan kolksikin tidak bekerja
urikosurik maupun urikostatik.Efek samping pemberian dosis tinggi
selalu terjadi diare, muntah dan nyeri perut
2. Alopurinol (Zyloric)
Obat ini bekerja dengan menghambat xanthin okside, enzim
yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi
asam urat. Namun, obat ini memiliki efek samping terutama
gangguan gastrointestinal, reaksi alergi kulit, nyeri kepala, serta
kerusakan hati dan ginjal.
3. Benzbromaron (Narcaricin)
Benzbromaron bersifat urikosurik dengan cara menyerap
kembali asam urat di tubulus proximal. Ekskresinya diperbanyak
dan kadar asam urat dalam darah menurun. Efek samping berupa
gangguan lambung-usus (diare), reaksi alergi kulit, nyeri kepala,
kulit ginjal, sering berkemih. Overdosis mengakibatkan mual dan
muntah, hepatitis dan gangguan fungsi ginjal.
4. Probenesid (Probenid Benemid)
Probenesid bersifat urikosurik pula dengan mekanisme yang
sama dengan benzbromaron, kini obat ini khusus digunakan untuk
asam urat. Probenesid tidak efektif untuk serangan akut. Efek
samping keluhan gastrointestinal dan reaksi pada kulit.
b. Penatalaksanaan Non Farmakologi
1. Mengatur pola makan (diet makan tinggi purin)
Terapi diet dilakukan untuk mengatur asupan makan yang
dikonsumsi sesuai dengan anjuran (makanan yang mengandung
purin rendah) dan menghindari atau membatasi makanan-makanan
yang mengandung purin tinggi seperti jeroan, kacang-kacangan,
melinjo, sarden, sayur - sayuran hijau seperti bayam, kangkung dan
makananyang banyak mengandung lemak seperti santan
(Krisnatuti, 2010).
Makanan kaya protein dan lemak merupakan sumber purin,
namun makanan tersebut juga sangat berguna bagi tubuh.
Pencegahan terhadap penyakit asam urat yaitu dengan mengatur
pola makan sehari-hari. Untuk orang yang kesehatannya baik
hendaknya tidak makan berlebihan. Sedangkan bagi yang telah
menderita gangguan asam urat, sebaiknya membatasi diri terhadap
hal-hal yang bisa memperburuk keadaan. Misalnya membatasi
makanan tinggi purin dan memilih yang rendah purin.
Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin:
1. Golongan A: Makanan yang mengandung purin tinggi (150-
800 mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung,
paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, herring,
ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta
makanan dalam kaleng.
2. Golongan B: Makanan yang mengandung purin sedang (50-
150 mg/100 gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk
golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan
kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun
singkong, daun pepaya, kangkung.
3. Golongan C: Makanan yang mengandung purin lebih ringan
(0-50 mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran
lain, buah-buahan.
Pengaturan diet sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam
urat melebihi 7 mg/dl dengan tidak mengonsumsi bahan makanan
golongan A dan membatasi diri untuk mengonsmsi bahan makanan
golongan B. Juga membatasi diri mengonsumsi lemak serta
disarankan untuk banyak minum air putih. Apabila dengan
pengaturan diet masih terdapat gejala-gejala peninggian asam urat
darah, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat untuk
penanganan lebih lanjut.
Guna mempermudah mengingat bahan makanan apa saja yang
tinggi purin dan harus dihindari oleh penderita asam urat dapat
menggunakan singkatan JASBUKET :
J = Jerohan
A = Alkohol
S = Sarden
B = Bayam
U = Unggas
K = Kacang
E = Emping
T = Tape
2. Mengkonsumsi air putih secara rutin
Tubuh membutuhkan asupan air utnuk menjalankan berbagai
macam sistem di dalam tubuh. Air putih terbaik yang dibutuhkan
tubuh berupa air putih tanpa dicampur dengan zat apapun. Air putih
memiliki daya larut paling tinggi.Air putih dapat melarutkan semua
zat yang larut di dalam cairan termasuk purin dapat melarutkan
semua zat yang larut di dalam cairan purin. Asam urat yang
teralarut di dalam air akan dibuang dan diekskresikan ginjal
bersama purin (Herlina, 2013).
3. Olahraga
Olahraga yang dilakukan secara rutin akan memperlancar
sirkulasi darah dan mengatasi penyumbatan pada pembuluh darah.
Di dalam olahraga terdapat senam ergonomis. Kondisi ini akan
berpengaruh positif bagi tubuh, karena dengan berolahraga
pikiranpun akan menjadi rileks sehingga stress dapat dikurangi dan
dikendalikan serta sistem metabolism akan berjalan lancer sehingga
proses distribusi dan penyerapan nutrisi dalam tubuh menjadi lebih
efektif dan efisien. Sistem metabolisme yang berjalan lancar akan
mengurangi resiko peningkatan asam urat di dalam tubuh. (Sustarni
dkk, 2014).
Melakukan olahraga harus memperhatikan ketentuan-ketentuan
keselamatan, olahraga sebaiknya dilakukan 3-4 kali dalam satu
minggu dengan latihan minimal 15-45 menit secara teratur
(Wratsongko, 2006). Beberapa senam yang dapat dilakukan antara
lain, senam 10 menit, senam kegel, yoga, taichi, dan senam
ergonomis.
Senam ergonomis adalah senam fundamental yang gerakanya
sesuai dengan susunan dan fungsi fisologis tubuh. Tubuh dengan
sendirinya terpelihara homeostatisnya (kelenturan dan
keseimbangannya) sehingga tetap dalam keadaan bugar. Gerakan-
gerakan ini juga memungkinkan tubuh mampu mengendalikan,
menangkal beberapa penyakit dan gangguan fungsi tubuh sehingga
tubuh tetap sehat (Wratsongko, 2006).
Teknik Gerakan Ergonomis
a. Gerakan ke-1, Berdiri Sempurna (lapang dada)
Caranya: Berdiri tegak, dua lengan diputar ke belakang
semaksimal mungkin. Rasakan keluar dan masuk napas rileks.Saat
dua lengan di atas kepala, dari kaki jinjit (Wratsongko, 2006).
Manfaatnya: Putaran lengan pada bahu menyebabkan
stimulus untuk mengoptimalkan fungsinya cabang besar saraf di
bahu ( pleksus brakhialis), dalam merangsang saraf pada organ
paru, jangtung, liver, ginjal ,lambung, dan usus, sehingga
metabolism optimal. Dua kaki dijinjit meningkatkan stimulus
sensor-sensor saraf yang merupakan refleksi fungsi organ dalam
(Wratsongko, 2006).
Dosisnya: Bagi pemula mungkin cukup lamasekitar 2-3
menit. Akan tetapijika sudah terbiasa mungkin cukup 30-60
detik.gerakan ini yang penting sudah bisa menghantarkan ke dalam
kondisi rileks, makan ini dikatakan cukup (Wratsongko, 2006).
b. Gerakan ke-2, Tunduk Sukur
Caranya: Dari posisi berdiri tegak dengan menarik napas
dalam secara rileks lalu tahan napas sambil membungkukan badan
ke dapan ( napas dada) semampunya. Tangan berpegangan pada
pergelangan kaki sampai punggung terasa tertarik atau
teregang.Wajah mengadah sampai terasa tegang atau panas.Saat
melepaskan napas, lakukan secara rileks dan perlahan
(Wratsongko, 2006).
Manfaatnya: Menarik napas dengan menahannya di dada
merupakan teknik mensuplai oksigen dalam jumlah yang
maksimal sebagai bahan bakar metabolisme tubuh.
Membungkukan badan ke depan dengan kedua tangan
berpegangan pada kedua kaki, akan menyebabkan posisi tualang
belakang (tempat juluran saraf tulang belakang) relatif dalam
posisi segmental anatomis- fungsional (segmen dada-punggung)
yang lurus, hal ini menyebabkan relaksasi dan membantu
mengoptimalkan fungsi serabut saraf segmen tersebut. Di samping
itu, dapat menguatkan struktur anatomis-fungsional otot, ligament,
dan tulang belakang.Dalam posisi tunduk syukur (membungkuk)
ini, segmen ekor-punggung membentuk sudut sedemikian rupa
yang menyebabkan tarikan pada serabut sraf yang menuju ke
tungkai, menyebabkan stimulus yang meningkatkan (eksitasi)
fungsi dan membantu menghindari risiko jepitan saraf.
Mengadahkan wajah menyebabkan tulang belakang (termasuk
saraf tulang belakang di dalamnya) membentuk sudut yang lebih
tajam dari posisi normal, menyebabkan peningkatan kerja
(eksitasi) serabut saraf segmen ini, berperan dalam meningkatan,
mempertahankan suplai darah, dan oksigenasi otak secara optimal
(Wratsongko, 2006).
Dosisnya: Untuk senam, gerakan ini dilakukan 40 kali
putaran. Satu gerakan memutar tubuh waktu kira-kira 4 detik,
sebagai gerakan aerobik. Keseluruhan 40 kali putaran akan selesai
dalam waktu 4 menit. Akan tetapibisa juga gerakan putaran
dipercepat, berikutnya bahkan bisa dilakukan dengan sangat cepat
seperti gerakan baling-baling.Keseluruhangerakan selesai 35 detik,
namun membutuhkan istirahat kira-kira 3 menit sebelum
melanjutkan gerakan kedua, yakni sampai nafas kembali tertata
(Wratsongko, 2006).
c. Gerakan ke-3, Duduk perkasa
Caranya: Menarik napas dalam ( napas dada) lalu tahan
sambil membungkukkan badan ke depan dan dua tangan bertumpu
pada paha, wajah menengadah sampai terasa tegang atau panas
(Wratsongko, 2006).
Manfaatnya: Duduk perkasa dengan lima jari kaki ditekuk-
menekan alas atau lantai. Hal ini merupakan simulator bagi fungsi
vital system organ tubuh. Ibu jari terkait dengan fungsi energi
tubuh, jari telunjuk terkait dengan fungsi pikiran, jari tengah
terkait dengan fungsi pernapasan, jari manis terkait dengan fungsi
metabolism dan detoksifikasi material dalam tubuh, serta jari
kelingking terkait dengan fungsi hati dan system kekebalan tubuh.
Menarik napas dalam lalu ditahan sambil membungkukkan badan
ke depan dengan dua tangan bertumpu pada paha, memberikan
efek peningkatan tekanan dalam rongga dad yang diteruskan ke
saluran sraf tulang belakang, dilanjutkan ke otak, meningkatkan
sirkulasi darah dan oksigen ke otak sehingga mengoptimalkan
fungsi otak. Punggung tangan yang bertumpu pada paha akan
menekan dinding perut sejajar dengan organ ginjal yang ada di
dalamnya, sehingga membantu mengoptimalkan fungsi ginjal
(Wratsongko, 2006).
Dosisnya: Gerakan ketiga ini di lakukan 5 kali. Umumnya 1
kali gerakan selesai dalam 35 detik di tambah 10 detik untuk napas
jeda. Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam 4 menit
(Wratsongko, 2006).
d. Gerakan ke-duduk pembakaran
Caranya: Posisi duduk perkasa dengan dua tangan
menggenggam pergelangan kaki, menarik napas dalam (napas
dada), badan membungkuk ke depan sampai punggung terasa
tertarik atau teregang, wajah mengadah sampai terasa tegang atau
panas. Saat menghembuskan napas lakukan secara rileks dan
perlahan (Wratsongko, 2006).
Manfaatnya: Dengan menampung udara pernapasan seoptimal
mungkin kemudian menahannya, akan meningkatkan tekanan di
dalam saluran saraf tulang belakang tempat saraf tulang belakang
berada, dan akan berdampak pada meningkatnya suplai darah dn
oksigenasi otak. Dalam gerakan ini terjadi pada ruas tulang leher
termasuk serabut saraf simpatis yang berada di dalam sana. Dua
tangan menggenggam pergelangan kaki adalah untuk membantu
kita dalam memposisikan ruas tulang leher dalam keadaan fleksi
dan melebarkan ruang antar ruas tulang tersebut, dimana terdapat
jaringan ikat lunak sebagai absorber.Posisi ini memberikan efek
relaksasi pada serabut saraf simpatis tersebut, sehingga terjadi
relaksasi dinding pembuluh darah (Wratsongko, 2006).
Dosisnya: Gerakan tunduk syukur dilakukan sebanyak 5 kali.
Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam 35 detik ditambah 10 detik
untuk jeda nafas. Keseluruhan 5 kali gerakan akan selesai dalam 4
menit (Wratsongko, 2006).
e. Gerakan ke-5 Berbaring pasrah
Caranya: Posisi kaki duduk pembakaran dilanjutkan berbaring
pasrah. Punggung menyentuh lantai atau alas, dua lengan lurus di
atas kepala, napas rileks dan dirasakan (napas dada) (Wratsongko,
2006).
Manfaatnya: Relaksasi saraf tulang belakang, karena struktur
tulang belakang relative mendekati posis lurus dimana
lengkungan-lengkungan anatomis segmental tulang belakang
(diikuti saraf tulang belakang) menyebabkan regangan atau tarikan
pada serabut saraf tulang belakang berkurang, sehingga
memeberikan kesempatan rileks dan bisa mengatur kembali fungsi
optimal organ dalam yang dipersarafi. Efek relaksasi saraf tulang
belakang ini juga diteruskan ke pusat (otak) sebagai sinyal tentang
kondisi anatomis fungsional saat itu sehingga mengoptimalkan
fungsi system dalam tubuh (Wratsongko, 2006). Dosisnya:
Sebaiknya dilakukan minimal 5 menit (Wratsongko, 2006).
4. Menghindari konsumsi alkohol
Makanan atau minuman yang mengandung alkohol perlu
dihindari untuk mencegah terjadinya hiperurisemia.Kadar alkohol
yang tinggi mengandung purin tinggia, akan memeprcepat
pemecahan ATP (Adenosin Tripospat) di hati, sehingga
meningkatkan produksi asam urat. Selain itu alkohol memicu
produksi asam laktat berlebih yang menghambat pembuangan asam
urat (IP. Suiraoka, 2012).
Lampiran 2
FORMULIR INGATAN PANGAN 24 JAM
Waktu Makan (Jam) Nama Makanan
Banyak Yang DikonsumsiKandungan purin
Ukuran Rumah Tangga (URT)
Gram
Makan Pagi ( nasi, tempe,tumis wortel) 1 piring nasi, 1 potong tempe.
Nasi : 100grTempe : 25grWortel : 100gr
±61mg/dl
(nasi,tahu,bihun) 1 piring nasi, 1 potong tahu Nasi : 100grTahu : 100grBihun : 50gr
±178 mg/dl
(nasi, galantin, capcai) 1 piring nasi, 1 galantin Nasi : 100grgalanttin : 100grcapcai : 50gr
±152 mg/dl
(nasi ,tahu, tumis kacang) 1 piring nasi, 1 tahu, ±2sdm kacang
Nasi : 100grtahu : 100grtumis kacang : 20gr
±168 mg/dl
Makan Siang (nasi, galantin, sop brokoli dan wortel)
1piring nasi, 1 galantin Nasi : 100grgalantin 100grbrokoli dan wortel : 50gr
±209 mg/dl
(nasi, tempe, capcai) 1 piring nasi,1 tempe Nasi : 100grtempe: 25grcapcai : 50gr
± 42 mg/dl
(nasi, galantin, sop brokoli dan wortel)
1 piring nasi, 1 tempe, Nasi : 100grGalantin 100grBrokoli dan wortel 50gr
±209 mg/dl
(nasi ,ayam, bihun ) 1 piring nasi, 1 ayam Nasi : 100grayam: 50grbihun:50gr
±122 mg/dl
Makan Malam (nasi,tahu,bihun) 1 piring nasi, 1 tahu Nasi : 100grtahu: 100grbihun: 50gr
±161 mg/dl
(nasi ,galantin, tumis kentang)
1 piring nasi, 1 galantin Nasi : 100grgalantin: 100grkentang: 50gr
±179 mg/dl
(nasi,tahu,bihun) 1 piring nasi, 1tahu Nasi : 100grtahu: 100grbihun: 50gr
±178 mg/dl
( nasi, tempe,tumis wortel) 1 piring nasi, 1 tempe Nasi : 100grtempe: 25grwortel: 50gr
±42 mg/dl
(Dikutip dari :”Petunjuk laboratorium penilaian keadaan gizi masyarakat” oleh Suhardjo, PAU Pangan dan Gizi IPB 1990, dalam buku “Buku Ajar Ilmu Gizi” oleh Arisman, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner&Suddarth.2013. Keperawatan Medikal-Bedah; Alih Bahasa, Devi Yulianti,Amelia Kimin; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Eka Anisa Mardella. Ed.12. Jakarta : EGC
Damayanti, D.(2012). Panduan lengkap mencegah dan mengobati asam urat. Yogyakarta: Penerbit
Grober, (2012). Mikro- nutrien Penyelarasan Metabolik, Pencgahan dan Terapi, Terjemahan oleh Hadinata, A.H. dan Aini, N., Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Herlina.(2013). Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta: Finedia.Krisnatuti, dkk. 2008. Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat
Jakarta: Penebar Swadaya.Misnadiarly. 2007. Rematik. Asam Urat- Hiperurisemia, Artritis Gout. Jakarta: Pustaka
Obor Populer.Purwaningsih, Tinah. 2010. Faktor-Faktor Resiko Hiperurisemia Universitas Diponegoro
Semarang. Tesis.Schmitz, Gery. (2008). FarmakologidanToksikologi. Jakarta: EGC.Sustarni, L., Alam, S., &Broto, I, H. (2006). AsamUrat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.Wratsongko, M. 2006. Senam Ergonomik dan Pijat Getar. Jakarta