sasbel pbl 1

3
A. Hiperemesis Gravidarum Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat (Martaadisoebrata, 2002). Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit (Martaadisoebrata, 2002). B. Aspek Klinis

Upload: smokersketapang

Post on 05-Aug-2015

13 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: sasbel pbl 1

A. Hiperemesis Gravidarum

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,

tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang

lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama

kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida

dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini

menjadi lebih berat (Martaadisoebrata, 2002).

Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen

dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh fisiologik

kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau

pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat

menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah

yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi

terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut

hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan

berat ringannya penyakit (Martaadisoebrata, 2002).

B. Aspek Klinis

Diagnosis holistik meliputi berbagai aspek dan salah satu aspeknya adalah aspek

klinis. Aspek klinis berisi diagnosis dari aspek klinis pasien yaitu diagnosis

definitive, diagnosis sementara dan diagnosis kerja. Pada kasus kali ini ditemukan

diagnosis banding faringitis, tonsilitis, rhinofaringitis dan anemia, sedangkan

untuk diagnosis kerja belum ditentukan dikarenakan belum adanya info lebih

lanjut.

C. APGAR skor 3

APGAR skor adalah suatu metode atau cara untuk mengukur sehat atau tidaknya

suatu keluarga. Metode ini mengukur lima fungsi pokok keluarga dan

diinterpretasikan dalam tingkat kesehatan keluarga. Kelima fungsi tersebut antara

lain Adaptation (adaptasi), Partnership (kemitraan), Growth (pertumbuhan),

Page 2: sasbel pbl 1

Affection (kasih sayang), Resolve (kebersamaan) dengan skor maksimal 10 dan

poin 0 untuk tidak pernah, poin 1 untuk kadang – kadang dan poin 2 untuk sering.

Pada info yang terdapat pada kasus kali ini didapatkan skor APGAR 3 dan bisa

diinterpretasikan sebagai keluarga yang tidak sehat karena fungsi keluarga yang

tidak berjalan semestinya. Alasan didapatkan skor 3 karena pada aspek Growth

pasien puas dengan cara anggota keluarga, dalam hal ini suami, memberikan

kesempatan untuk mengembangkan karir sehingga bisa diberikan nilai 2,

sedangkan pada aspek Partnership pasien merasa kurang nyaman dengan cara

anggota keluarga membagi waktu, kekayaan dan ruang antar anggota keluarga,

hal ini dibuktikan dengan pasien merasa kurang nyaman dengan kondisi rumah

yang ramai oleh anak-anak sehingga bisa diberikan skor 1.

Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.