sasbel rifka pbl 2

11
Histologi Sistem Saraf Pusat Jaringan saraf dibagi menjadi dua komponen besar, yaitu neuron dan neuroglia. Neuron adalah unit fungsional dari sistem saraf, ada di sistem saraf pusat (SSP) maupun di sistem saaf tepi (SST). Sementara neuroglia adalah sel penyokong dari neuron. Neuron terdiri atas badan sel (soma), cabang sel (dendrit), dan perpanjangan dari badan sel (axon). Tabel 1. Tabel klasifikasi struktur neuron dan fungsi Bagian-bagian neuron Fungsi Dendrit Menerima dan mengintegrasi sinyal/stimulus dari terminal axon neuron-neuron lain Badan sel (soma) Berisi nucleus dan organel-organel penting. Sebagai pusat aktivitas sel saraf. Axon Penghantar potensial aksi dari dan ke terminal axon Terminal axon Ujung dari axon yang berkomunikasi dengan neuron lain Gambar 1. Neuron serta fungsi tiap strukturnya

Upload: riphqa

Post on 03-Jul-2015

322 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SASBEL RIFKA PBL 2

Histologi Sistem Saraf Pusat

Jaringan saraf dibagi menjadi dua komponen besar, yaitu neuron dan

neuroglia. Neuron adalah unit fungsional dari sistem saraf, ada di sistem saraf

pusat (SSP) maupun di sistem saaf tepi (SST). Sementara neuroglia adalah sel

penyokong dari neuron. Neuron terdiri atas badan sel (soma), cabang sel (dendrit),

dan perpanjangan dari badan sel (axon).

Tabel 1. Tabel klasifikasi struktur neuron dan fungsi

Bagian-bagian

neuron

Fungsi

Dendrit Menerima dan mengintegrasi sinyal/stimulus dari

terminal axon neuron-neuron lain

Badan sel (soma) Berisi nucleus dan organel-organel penting.

Sebagai pusat aktivitas sel saraf.

Axon Penghantar potensial aksi dari dan ke terminal axon

Terminal axon Ujung dari axon yang berkomunikasi dengan

neuron lain

Gambar 1. Neuron serta fungsi tiap strukturnya

Neuroglia atau jaringan penyokong memiliki struktur yang berbeda antara

SSP maupun SST. Pada SSP, neuroglia berukuran lebih besar dibanding neuron

Page 2: SASBEL RIFKA PBL 2

dan biasanya mengelilingi soma. Neuroglia pada SSP terdiri atas oligondendrosit,

astrosit, mikroglia, dan sel ependim.

Tabel 2. Neuroglia pada SSP dan perbedaannya

Perbedaan Oligo-

dendrosit

Astrosit

Fibrosa

Astrosit

protoplasmik

Mikroglia Sel Ependim

Fungsi Penghasil

selubung

myelin

Pengendali lingkungan ion

neuron

Sebagai blood-brain

barrier

Regulasi vasodilatasi dan

transfer O2 dan zat-zat lain

dari darah ke neuron

Regulasi lingkungan

ekstraselular

Proliferasi jaringan parut

bila sel rusak

Absorbsi neurotransmitter

yang berlebih

Pembentuk network

komunikasi dengan sel

lain

Sel imun

(makrofag)

untuk

fagositosis

Silia pada sel

ini sebagai alat

untuk

mempermudah

aliran LCS

dan untuk

mengabsorbsi

LCS

Badan sel

(soma)

Kecil,

lonjong

Kecil, inti besar Sangat

kecil,

segitiga,

inti besar

Bentuk sel

kuboid,

bersilia

Processus Halus,

pendek

Halus,

panjang,

banyak

Tebal,

pendek,

banyak

Seperti

duri,

pendek,

langsing,

sedikit

Tidak punya

processus,

hanya ada silia

Cabang sedikit banyak banyak sedikit Tidak punya

Letak Substansia Substansia Substansia Substansia Sistem

Page 3: SASBEL RIFKA PBL 2

alba SSP alba SSP grissea SSP grissea dan

alba SSP

ventirkel dan

canalis

centralis

Gambar 2. Neuroglia di sistem saraf pusat (SSP)

Sistem saraf pusat secara anatomi dibagi menjadi dua kompartemen, yaitu

otak dan medulla spinalis. Pada otak, substansia grissea terletak di korteks dan

substansia alba terletak di medulla. Sementara pada medulla spinalis, letak

substansia grissea dan alba berkebalikan dari otak. Substansia grissea tersusun

Page 4: SASBEL RIFKA PBL 2

oleh badan sel dan dendrit. Karena badan sel memiliki organel-organel seperti

ribosom dan reticulum endoplasma, maka saat pewarnaan terlihat lebih gelap dan

bewarna (grissea/gelap). Sementara substansia alba tersusun oleh axon-axon

bermyelin. Akibat dari myelin tersebut saat pewarnaan terlihat lebih pucat dan

jernih (alba/putih)

Otak terdiri dari cerebrum dan cerebellum. Pada cerebrum, terbagi atas

korteks dan medulla. Korteks terdiri dari enam lapisan, yaitu:

1. Lapisan molekuler: tersusun oleh sel horizontal

2. Lapisan granular luar: tersusun oleh sel granular/stellata

3. Lapisan pyramidal luar: tersusun oleh sel pyramidal kecil

4. Lapisan granular dalam: tersusun oleh sel granular/stellata

5. Lapisan pyramidal dalam: tersusun oleh sel pyramidal besar

6. Lapisan multiformis: tersusun oleh sel martinotti

Secara histologis memang terbagi menjadi enam lapisan tersebut, namun sulit

untuk membedakan batasan antarlapisannya.

Gambar 3. Histologi cerebrum

Page 5: SASBEL RIFKA PBL 2

Seperti cerebrum, cerebellum pun terbagi atas korteks dan medulla. Korteks

tersusun oleh substansia grissea dan medulla tersusun oleh substansia alba.

Namun, korteks cerebellum hanya terdiri dari tiga lapisan, yaitu:

1. Lapisan molekuler: tersusun oleh sel stellata dan dendrit dari sel purkinje

2. Lapisan purkinje/ganglioner: tersusun oleh sel purkinje yang membentuk sel

basket dengan akson sampai ke lapisan granular, serta sel golgi tipe II

3. Lapisan granular: tersusun oleh sel granular dan membentuk celah antarsel

(glomeruli)

Gambar 4. Histologi cerebellum

Medulla spinalis pada bagian korteks tersusun oleh substansia alba dan

bagian medulla tersusun oleh substansia grissea. Di tengah substansia grissea ada

canalis centralis sebagai tempat mengalirnya LCS sepanjang medulla spinalis.

Untuk membedakan anterior dan posterior dari medulla spinalis, ada sebuah

struktur yaitu fissura mediana anterior. Sebuah celah yang dalam berada di bagian

anterior. Sementara di posterior, ada sebuah lekukan yang disebut sulcus mediana

posterior. Selain itu ada sebuah tonjolan di bagian substansia grissea, yaitu cornu

Page 6: SASBEL RIFKA PBL 2

anterior dan cornu posterior. Cornu anterior sebagai tempat keluarnya radix

anterior (radix motoris) dan cornu posterior sebagai tempat keluarnya radix

posterior (radix sensoris). Karena adanya cornu di tiap sisi substansia grissea

membuat substansia grissea terlihat seperti ‘kupu-kupu’.

Gambar 5. Histologi medulla spinalis

Mescher, Anthony L. Nerve Tissue & The Nervous System. Dalam: Junquiera’s

Basic Histology: Text & Atlas. USA: McGraw-Hill Companies, Inc. 2010;9:141-

151

DD: Encephalitis Bacterial & Encephalitis Viral

Tabel 2. Tabel perbedaan encephalitis bacterial dan viral

Encephalitis bacterial Encephalitis viral

Gejala:

1. Gejala infeksi umum (prodormal)

2. Nyeri kepala; semakin lama akan

semakin hebat

3. Tidak ada nafsu makan

4. Demam

5. Penglihatan kabur

Terdapat 4 jenis manifestasi klinis:

1. Bentuk asimtomatik: gejala ringan

seperti nyeri kepala ringan, demam

ringan, diplopia sepintas

2. Bentuk abortif: nyeri kepala,

demam tidak terlalu tinggi, kaku

kuduk ringan, dan gejala infeksi

Page 7: SASBEL RIFKA PBL 2

6. Kejang umum atau fokal

7. Kesadaran menurun

8. Gejala defisit neurologis

bergantung lokasi dan luas abses:

kaku kuduk, afasia, hemianopsia,

hemiparesis, nistagmus, ataksia.

saluran pernapasan atas

3. Bentuk fulminan: demam tinggi,

nyeri kepala difus hebat, apatis,

kaku kuduk, disorientasi, gelisah

4. Bentuk khas ensefalitis: bertahap.

Dari mulai gejala awal nyeri kepala

ringan, demam, gejala infeksi

saluran pernapasan atas. Kemudian

muncul tanda radang SSP seperti

kaku kuduk, kernig’s sign positif,

gelisah, lemah dan sukar tidur. Lalu,

kesadaran mulai menurun dan

defisit neurologis bergantung lesi.

Hasil anamnesis:

Adanya riwayat infeksi akut atau

kronis di telinga, mastoid, dan sinus

paranasal

Pemeriksaan fisik: kemungkinan

tanda-tanda peningkatan

intracranial (funduskopi: edema

papil)

Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

cermat. Dilanjutkan dengan

pemeriksaan penunjang seperti darah

rutin dan pemeriksaan LCS, serta CT-

Scan bila perlu.

Harsono, et al. Ensefalitis Bakterial. Dalam: Buku Ajar Neurologi Klinis.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2008;4:171-174

Harsono, et al. Ensefalitis Viral. Dalam: Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. 2008;4:175-179

Manifestasi klinis Meningitis Bakterial

Tabel 3. Tabel manifestasi klinis meningitis bacterial

Gejala Tanda

Page 8: SASBEL RIFKA PBL 2

Demam/panas tinggi

Mual dan muntah

Nyeri kepala hebat

Letargia, gelisah, lemah

Gangguan pernapasan

Kejang

Nafsu makan menurun

Konstipasi atau diare

Malaise

Nyeri otot dan punggung

Kesadaran menurun

Tanda iritasi meningeal:

Kaku kuduk +

Kernig’s sign +

Brudzinsky’s sign +

epistotonus

Harsono, et al. Meningitis Bakterial. Dalam: Buku Ajar Neurologi Klinis.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2008;4:161-169

Gejala yang

harus ada