sarana-berfikir-ilmiah

19
MINGGU KE 4 SARANA BERPIKIR ILMIAH 4.1 PENDAHULUAN Ilmuwan yang kreatif mutlak didukung oleh sarana berpikir yang lengkap terpadu secara utuh untuk melakukan penelaahan ilmiah secara teratur dan seksama. Dalam setiap kegiatan ilmiah penelitian ilmiahnya itu diperlukan sarana tertentu pula. Adalah wajar pula bahwa ilmuwan sebelum mempelajari berbagai sara berpikir ilmiah, menguasai terlebih dahulu urutan langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah secara mantap. Dengan demikian akhirnya ia akan sampai kepada penghayatan apa hakikat sarana berpikir ilmiah yang sesungguhnya sebagai alat yang membantu pencapaian tujuan tertentu. Di antara sarana berpikir ilmiah yang utama adalah bahasa, logika, matematika dan statistika. Bahasa adalah alat komunikasi verbal baik di dalam seluruh proses berpikir ilmiah maupun dalam menyampaikan alur-alur jalan pikiran kepada pihak lain. Adapun alur jalan pikiran ialah implikasi logika berpikir. Dalam hal ini prosesnya ada yang menganut logika deduktif atau induktif. Dan penalaran ilmiah mencakup kedua-duanya, yang dimanifestasikan berupa matematika sebagai proses berpikir deduktif dan statistika sebagai proses berpikir induktif. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.Arch SEMINAR ARSITEKTUR

Upload: ongkyhien

Post on 28-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

MINGGU KE 4

SARANA BERPIKIR ILMIAH

4.1 PENDAHULUAN

Ilmuwan yang kreatif mutlak didukung oleh sarana berpikir yang lengkap terpadu

secara utuh untuk melakukan penelaahan ilmiah secara teratur dan seksama. Dalam

setiap kegiatan ilmiah penelitian ilmiahnya itu diperlukan sarana tertentu pula. Adalah

wajar pula bahwa ilmuwan sebelum mempelajari berbagai sara berpikir ilmiah,

menguasai terlebih dahulu urutan langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah secara

mantap. Dengan demikian akhirnya ia akan sampai kepada penghayatan apa hakikat

sarana berpikir ilmiah yang sesungguhnya sebagai alat yang membantu pencapaian

tujuan tertentu.

Di antara sarana berpikir ilmiah yang utama adalah bahasa, logika, matematika dan

statistika. Bahasa adalah alat komunikasi verbal baik di dalam seluruh proses berpikir

ilmiah maupun dalam menyampaikan alur-alur jalan pikiran kepada pihak lain. Adapun

alur jalan pikiran ialah implikasi logika berpikir. Dalam hal ini prosesnya ada yang

menganut logika deduktif atau induktif. Dan penalaran ilmiah mencakup kedua-duanya,

yang dimanifestasikan berupa matematika sebagai proses berpikir deduktif dan statistika

sebagai proses berpikir induktif.

4.2 LOGIKA ATAU PENALARAN

Proses berpikir secara rasional lazim disebut penalaran. Dengan demikian, maka

berpikir secara rasional dapat disebut berpikir secara nalar atau berpikir secara logis.

Pengetahuan yang yang diperoleh tanpa proses berpikir aktif, yaitu pasif, adalah

pengetahuan intuitif. Penalaran hanya dikaitkan dengan kegiatan berpikir secara sadar

dan aktif, dan mempunyai karakteristik tertentu untuk menemukan kebenaran. Dengan

demikian, setiap bentuk penalaran menganut logika sendiri, dan dikatakan bahwa

penalaran adalah proses berpikir logis yang menganut logika tertentu. Selain itu, kriteria

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 2: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

kedua ialah proses berpikir bersifat analitik.

4.2.1 Kriteria kebenaran logika deduktif

Masing-masing logika tertentu mempunyai kriteria kebenaran tersendiri. Untuk

logika deduktif berlaku teori koherensi. Artinya bahwa menurut teori koherensi

pernyataan yang disimpulkan itu dianggap benar, bila pernyataan tersebut secara

koheren logis atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang

dianggap benar. Contoh lazim ditampilkan dalam bentuk silogismus. Silogismus

tersusun dari dua pernyataan yang mendukung, yaitu yang pertama disebut premis

mayor, dan yang kedua disebut premis minor. Sedang pernyataan ketiga merupakan

pengetahuan berupa kesimpulan khusus yang ditarik melalui penalaran deduktif dari

kedua penrnyataan sebelumnya. Yang bersifat umum.

Semua makhluk hidup akan mati (premis mayor)

Socrates adalah makhluk hidup (premis minor)

Jadi Socrates akan mati (kesimpulan)

Berdasarkan penalaran deduktif kesimpulan yang diambil di atas adalah sah, mengingat

bahwa kesimpulan tersebut ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.

Contoh penalaran yang deduktif yang menonjol ialah matematika. Contohnya yang klsik

adalah:

a = b (premis –1)

b = c (premis –2 )

a= c (kesimpulan)

4.2.2 kriteria kebenaran logika induktif.

Seperti halnya dengan logika deduktif, bentuk penalaran induktif terdiri dari dua

atau lebih landasan pendukung yang diesebut evidensi atau premis, ditambah dengan

kesimpulan yang ditarik dari premis-premis tersebut. Dalam hal ini premis-premis

berfungsi sebagai fakta, sedang kesimpulan menjelaskannya. Perlu diingatkan bahwa

berbeda dengan penalaran deduksi, premis menopang kesimpulan, namun tidak perlu

ada hubungan logis di antara keduanya. Bila kesimpulan deduktif dapat dipastikan,

maka kesimpulan induktif bersifat tentatif atau sementara sebagai peluang sehingga

bersifat probabilistik.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 3: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

Ciri khas penalaran induktif adalah bahwa dari masing-masing premis yang

bersifat khusus, ditarik kesimpulan yang berupa generalisasi atau bersifat umum.

Berdasarkan contoh ini termasuk salah satu contoh klasik:

Premis – 1 : Besi bila dipanasi memuai

Premis – 2 : Tembaga panas memuai

Premis – 3 : Timah panas memuai

Premis – 4 : Perak panas memuai

Kesimpulan : Semua logam, bila dipanasi memuai.

Generalisasi semua logam jelas tidak mewakili seluruh populasi sebab hanya

didasarkan atas empat observasi terhadap besi, tembaga, timah dan perak, jadi tidak

mencakup semua jenis logam. Oleh karena itu kesimpulan yang ditariknya hanya

bersifat peluang atau probabilistik sementara.

Sebagai penutup, perbedaan prinsipil antara penalaran deduktif dengan

penalaran induktif terletak pada kesimpulan yang ditariknya yaitu bersifat pasti pada

kesimpulan deduktif atau bersifat probabilistik pada kesimpulan induktif. Adapun

persamaannya terletak pada inferensi atau penarikan kesimpulan yang didasarkan atas

premis yang mendahuluinya.

4.3 BAHASA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

Bahasa dapat berfungsi sebagai sarana berpikir ilmiah dalam kegiatan

memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Manusia yang diberi kemampuan oleh Allah

untuk dapat berbahasa mampu berpikir kondusif untuk mengakumulasikan

pengetahuannya berupa ilmu pengetahuan sebagaimana yang dikomunikasikan oleh

manusia dari generasi ke generasi. Dengan kemampuan berbahasa nilai –nila budaya

berlangsung dari generasi ke generasi.

Dengan bahasa manusia dimungkinkan untuk berpikir secara abstrak dengan

mentransformasikan gejala alam atau gejala sosial sebagai objek faktual menjadi

lambang-lambang bahasa yang diabstraksi melalui lambang bahasa tersendiri berupa

kata tertentu yang setelah dikomunikasikan mendapat kesepakatan dan mempunyai

konotasi yang sama.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 4: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

Selanjutnya bahasa mengkomunikasikan buah pikiran, perasaan, emosi, yang terutama

menonjol dalam interaksi kehidupan sosial budaya. Sedangkan dalam komunikasi ilmiah

dicanangkan terbatas dari unsur-unsur emotif dan estetik sehingga pesan-pesan yang

disampaika dapat diterima secara reproduktif (identik). Salah satu cara dalam

komunikasi ilmiah agar bersifat jelas dan obyektif , bebas dari unsur emotif dan estetik

ialah dengan menggunakan kata-kata yang secara tersurat jelas artinya, yaitu berupa

definisi-definisi. Di samping itu karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan

pernyataan yang menyampaikan informasi tentang pengetahuan dan alur-alur jalan

pikiran dalam memeperoleh pengetahuan tersebut. Agar komunikasi ilmiah itu bersifat

efektif harus dimiliki keterpaduan penguasaan materi ilmiah dengan penguasaan tata

bahasa serta gaya bahasa yang meluncur dan komunikatif. Ini berarti bahwa ilmuwan

juga berkewajiban mampu berkomunikasi dengan bahawa yang baik dan benar.

Bahasa juga memiliki kekurangan tertentu. Bahasa digunakan pada aspek simbolik,

unsur emotif tidak sepenuhnya dapat dihindarkan. Bila ingin kejelasn melalui definisi,

akibat terlalu panjang dan berbelit-belit malahan menjadi tidak komunikatif. Sebaliknya

hanya dengan istilah saja namun akibat makna yang pluralistik jadi kacau. Bagaimana

kalau digunakan bahasa matematika.

4.4 MATEMATIKA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

Bila bahasa verbal adakalanya dapat mengacaukan akibat makna yang pluralistk,

sa;ah paham akibat salah tangkap makna atau menyesatkan karena salah interpretasi ,

maka kini kita dihadapkan kepada bahasa yang artifisial atau buatan yaitu matematika.

Bahasa lambangnya terdiri dari huruf-huruf melulu, sehingga nyaris akan membisu dan

tidak bermakna sama sekali bila tidak disertai penjelasan artinya kesepakatan sekaligus.

Salah satu hal yang menguntungkan dari matematika dibandingkan dengan bahasa

verbal ialah ketersediaan bahasa numerik untuk menyatakan sifat kualitatif sesuatu

obyek berupa satuan berat, volume atau luas. Demikian pula halnya dengan ramalan

ilmiah yang kualitatif dapat dikonversikan ke dalam satuan-satuan tolok ukur seperti

tersebut di atas. Belakangan ini juga ilmu-ilmu sosial mulai ikut menerapkan pendekatan

kuantitatif sejalan dengan berkembangnya sosiometri dan ekonometri, terutama terkait

dengan kebutuhan untuk prediksi-prediksi. Matematika telah diperagakan pula sebagai

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 5: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

sarana penalaran deduktif. Sebagai salah satu contoh, bila a=b, dan b=c maka a=c. juga

dalam ilmu ukur untuk membuktikan bahwa jumlah sudut dalam suatu segitiga adalah

1800, setelah disusun premis-premis sebagai implikasi evidensi berkat penarikan garis

lurus melalui titik A yang sejajar dengan garis BC dalam segitiga ABC.

Matematika sebagai sarana penalaran deduktif menjadi sarana berpikir logis

yang makin lama makin memerlukan struktur analisis yang lebih sempurna. Jujun dan

Russell menyatakan bahwa “matematika adalah masa kedewasaan logika, sedang

logika adalah masa kecil matematika”. Jujun juga menyatakan bahwa “Ilmu kualititatif

adalah masa kecil ilmu kuantitatif, sedang ilmu kuantitatif merupakan masa dewasa ilmu

kualitatif.”

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa pernyataan verbal tetap perlu dalam dimensi

yang harus mampu mengkomunikasikan kerangka pemikiran seorang ilmuwan

betapapun rumit atau kompleksnya dengan kata-kata yang sederhana. Hal itu sangat

relevan, sebab angka-angka bukanlah pengganti angka-angka, dan hasil pengukuran

sekadar unur-unsur yang menjelaskan persoalan yang menjadi kajian sentral analisis

utama. Keterpaduan bahasa verbal dengan matematika makin meningkatkan ketajaman

dalam mencari kebenaran ilmiah secara deduktif dan akan menjadi mantap bila

digabung dengan statistika sebagai sarana penalaran induktif.

4.5 STATISTIKA SEBAGAI SARANA BERPIKIR ILMIAH

Disamping logika, bahasa, matematika, maka statistika tak kalah pentingnya

bahkan menentukan sebagai sarana berpikir untuk memproses pengetahuan secara

ilmiah. Dalam fungsinya sebagai alat metode ilmiah, maka statistika membantu

melakukan generalisasi atau menarik kesimpulan umum tentang sifat suatu peristiwa

secara lebih pasti, yaitu terhindar dari faktor kebetulan.

Dalam penelitian terdapat keadaan dimana kita harus menarik kesimpulan yang bersifat

umum dari kasus-kasus yang bersifat individual. Adalah tidak mungkin untuk meliput

kasus-kasus sebagai keseluruhan populasi. Di sinilah letak keunggulan statistika,

sehingga peneliti mersa beruntung karena terbuka jalan keluar. Dengan statistika dapat

ditarik kesimpulan yang bersifat umum dengan membatasi pengamatan hanya kepada

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 6: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

sebagian dari populasi yang bersangkutan. Untuk itu tersedia teknik pengambila sampel

sesuai dengan persyatan metode ilmiah. Adalah benar bahwa dengan pengamatan

seluruh populasi secara sensus akan diperoleh pengetahuan dengan kebenaran ilmiah

yang sangat teliti menuju kebenaran yang mutlak. Akan tetapi dengan adanya statistika,

penggunan sampelmenjadi efisien dan ekonomis, yang didukung pula oleh teori

keilmuan yang tidak menganut pencapaian pencapaian pengetahuan yang bersifat

absolut. Namun yang penting adalah bahwa dari sampel populasi yang terbatas,

diperoleh kebenaran ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan berkat persyatan

metode ilmiahnya terpenuhi.

Adapun kunci keunggulan statistika sebagai sarana berpikir ilmiah berupa alat metode

ilmiah terletak pada konsep peluang yang mendasari teori statistika. Dengan semikian,

penarikan kesimpulan yang bersifat umum mempunyai peluang untuk benar dan tingkat

peluang kebenaranya itu dapat dihitung secara pasti. Statistika juga memberi

kemampuan untuk menguji peluang kebenaran kausal di mana terlibat dua atau lebih

variabel.

Teori peluang sebenarnya merupakan cabang dari matematika, sedangkan statistika

sendiri adalah merupakan disiplin ilmu yang mandiri. Statistika terapan meliputi teknik

penarikan kesimpulan, mengambil sampel dari populasi, menghitung peluang dan

sebagainya.

Dengan demikian, maka sklus empiris metode ilmiah tercapai secara lengkap dengan

dikuasainya statistika untuk menarik kesimpulan ilmiah yang sah. Hal ini berati pula

bahwa matematika sebagai sarana penalaran deduktif pada tempatnya diimbangi

secara sepadan dengan statistika sebagai sarana penalaran induktif, sehingga terjadi

proses berpikir ilmiah yang utuh dan tangguh, sebagai alat metode ilmiah yang ampuh

untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum secara sah.

Pada dasarnya cabang-cabang ilmu tersebut berkembang dari 2 cabang utamaa, yakni

filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (natural sciences) dan

filsafat moral yang kemudian berkembang kedalam cabang ilmu-ilmu sosial (social

sciences). Selanjutnya ilmu-ilmu alam membagi diri menjadi 2 kelompok lagi, yakni ilmu

alam (physical sciences) dan ilmu hayat (biological sciences).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 7: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

Ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibandingkan dengan ilmu-ilmu alam. Yang

mula-mula berkembang adalah antropologi, psikologi, ekonomi, sosiologi, dan ilmu

politik. Selanjutnya, baik cabang-cabang ilmu alam maupun ilmu-ilmu politik bercabang-

cabang lagi sehingga sampai pada saat ini terdapat sekitar 650 cabang keilmuan.

Meskipun filsafat telah berkembang menjadi bemacam-macam ilmu namun filsafat

sendiri tidak tenggelam bahkan ikut berkembang pula seirama dengan perkembangan

ilmu. Dalam arti yang operasional filsafat adalah suatu pemikiran yang mendalam

sampai ke akar-akarnya terhadap suatu masalah atau objek.

Sesuai dengan perkembangan filsafat dan pengertiannya maka muncul berbagai

macam filsafat, antara lain filsafat alam (metafisika), filsafat ketuhanan (theologia),

filsafat manusia, filsafat ilmu, dan sebagainya. Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang

sempurna dalam memahami alam sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari

pengetahuan (sebagai hasil tahu manusia), ilmu dan filsafat. Pengetahuan (knowledge)

adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan "what", misalnya

apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya.

Sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab "what" melainkan akan menjawab

pertanyaan "why" dan "how", misalnya mengapa air mendidih bila dipanaskan, mengapa

bumi berputar, mengapa manusia bernapas, dan sebagainya. Pengetahuan hanya

dapat menjawab pertanyaan apa sesuatu itu. Tetapi ilmu dapat menjawab mengapa dan

bagaimana sesuatu tersebut terjadi.

Apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran tertentu, mempunyai metode atau

pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang dapat

disusun secara sistematis dan diakui secara universal maka terbentuklah disiplin ilmu.

Dengan perkataan lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Mempunyai objek kajian

b. Mempunyai metode pendekatan

c. Bersifat universal (mendapat pengakuan secara umum)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 8: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

Sedangkan filsafat adalah suatu ilmu yang kajiannya tidak hanya terbatas pada fakta-

fakta saja melainkan sampai jauh diluar fakta sampai batas kemampuan logika manusia.

Ilmu mengkaji kebenaran dengan bukti logika atau jalan pikiran manusia.

Dengan perkataan lain, batas kajian ilmu adalah fakta sedangkan batas kajian filsafat

adalah logika atau daya pikir manusia. Ilmu menjawab pertanyaan "why" dan "how"

sedangkan filsafat menjawab pertanyaan "why, why, dan why" dan seterusnya sampai

jawaban paling akhir yang dapat diberikan oleh pikiran atau budi manusia.

Dalam perkembangan filsafat menjadi ilmu terdapat taraf peralihan. Dalam taraf

peralihan ini maka bidang pengkajian filsafat menjadi lebih sempit, tidak lagi menyeluruh

melainkan sektoral. Disini orang tidak lagi mempermasalahkan moral secara

keseluruhan melainkan mengaitkannya dengan kegiatan manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya yang kemudian berkembang menjadi ilmu ekonomi.

Namun demikian dengan taraf ini secara konseptual ilmu masih mendasarkan diri pada

norma-norma filsafat. Misalnya ekonomi masih merupakan penerapan etika (appliet

ethics) dalam kegiatan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya. Metode yang dipakai

adalah normatif dan deduktif (berpikir dari hal-hal yang umum kepada yang bersifat

khusus) berdasarkan asas-asas moral yang filsafat.

Pada tahap selanjutnya ilmu menyatakan dirinya otonom dari konsep-konsep filsafat dan

bertumpu sepenuhnya pada hakekat alam sebagaimana adanya. Pada tahap peralihan,

ilmu masih mendasari diri pada norma yang seharusnya sedangkan dalam tahap

terakhir ilmu didasarkan atas penemuan-penemuan.

Sehingga dalam menyusun teori-teori ilmu pengetahuan tentang alam dan isinya ini

maka manusia tidak lagi mempergunakan metode yang bersifat normatif dan deduktif

melainkan kombinasi antara deduktif dan induktif (berpikir dari hal-hal yang bersifat

khusus kepada hal-hal yang bersifat umum) dengan jembatan yang berupa pengujian

hipotesis.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 9: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

Selanjutnya proses ini dikenal sebagai metoda deducto hipotetico-verivikatif dan metode

ini dipakai sebagai dasar pengembangan metode ilmiah yang lebih dikenal dengan

metode penelitian. Selanjutnya melalui atau menggunakan metode ilmiah ini akan

menghasilkan ilmu.

August Comte (1798-1857) membagi 3 tingkat perkembangan ilmu pengetahuan

tersebut diatas kedalam tahap religius, metafisik, dan positif. Hal ini dimaksudkan dalam

tahap pertama maka asas religilah yang dijadikan postulat atau dalil ilmiah sehingga

ilmu merupakan deduksi atau penjabaran dari ajaran religi (deducto).

Dalam tahap kedua, orang mulai berspekulasi, berasumsi, atau membuat hipotesis-

hipotesis tentang metafisika (keberadaan) ujud yang menjadi objek penelaahaan yang

terbatas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan berdasarkan

postulat metafisika tersebut (hipotetico).

Sedangkan tahap ketiga adalah tahap pengetahuan ilmiah dimana asas-asas yang

dipergunakan diuji secara positif dalam proses verivikasi yang objektif (verivikatif).

Secara visual proses perkembangan ilmu pengetahuan tersebut yang selanjutnya

merupakan kerangka-kerangka metode ilmiah dapat digambarkan seperti terlihat dalam

skema (lihat Skema Metode Deducto-Hipotetico-Verivikatif dibawah !).

Filsafat ilmu merupakan kajian atau telaah secara mendalam terhadap hakekat ilmu.

Oleh sebab itu, filsafat ilmu ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakekat

ilmu tersebut, seperti :

a. Objek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud hakiki objek tersebut ? Bagaimana

hubungan objek dengan daya tangkap manusia (misalnya berpikir, merasa, mengindera)

?

b. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ?

Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan

pengetahuan yang benar ? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ? Apa kriterianya ?

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 10: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

Cara, teknik, atau sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan

yang berupa ilmu ?

c. Untuk apa ilmu itu dipergunakan ? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan

tersebut dan kaidah-kaidah moral ? Bagaimana penentuan objek yang ditelaah

berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana hubungan antara teknik prosedural yang

merupakan operasionalisasi metode ilmiah dan norma-norma moral / profesional ?

Ketiga kelompok pertanyaan tersebut merupakan landasan-landasan ilmu, yakni

kelompok pertama merupakan landasan ontologi, kelompok kedua merupakan landasan

epistemologi, dan kelompok yang terakhir merupakan landasan aksiologis.

Secara singkat uraian landasan ilmu itu adalah sebagai berikut :

a. Landasan ontologis adalah tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu

harus mempunyai objek penelaahan yang jelas. Karena diversivikasi ilmu terjadi atas

dasar spesifikasi objek telaahannya maka tiap disiplin ilmu mempunyai landasan

ontologi yang berbeda.

b. Landasan epistemologi adalah cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah

sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum, metode ilmiah pada dasarnya untuk

semua disiplin ilmu yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verivikasi seperti telah

diuraikan diatas.

c. Landasan aksiologi adalah berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam

rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat

disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu itu serta membagi peningkatan

kualitas hidup manusia.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya

sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan

cermat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat

imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang

baik tak dapat dilakukan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 11: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam

berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan

sarana yang tertentu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum kita mempelajari sarana-

sarana berpikir ilmiah ini seyogyanya kita telah menguasai langkah-langkah dalam

kegiatan langkah tersebut.

Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya sebab

sarana merupakan alat yang membantu dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan

kata lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan

ilmiah secara menyeluruh.

Dalam proses pendidikan, sarana berpikir ilmiah ini merupakan bidang studi tersendiri.

Dalam hal ini kita harus memperhatikan 2 hal, yaitu :

a. Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu, dalam pengertian bahwa sarana

ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode

ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara ciri-ciri ilmu umpamanya adalah

penggunaan induksi dan deduksi dalam mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir

ilmiah tidak mempergunakan cara ini dalam mendapatkan pengetahuannya.

Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa ilmu mempunyai metode tersendiri dalam

mendapatkan pengetahuaannya yang berbeda dengan sarana berpikir ilmiah.

b. Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita untuk

menelaah ilmu secara baik. Sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk

mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk dapat memecahkan

masalah kita sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi

cabang-cabang ilmu untuk mengembangkan materi pengetahuaannya berdasarkan

metode ilmiah.

Jelaslah bahwa mengapa sarana berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri yang

berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuaannya sebab fungsi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 12: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bahkan merupakan

ilmu tersendiri.

Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana

yang berupa bahasa, logika, matematika, dan statistika. Bahasa merupakan alat

komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berpikir ilmiah dan untuk

menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.

Dilihat dari pola berpikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif

dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyandarkan diri pada proses logika

deduktif dan induktif. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir

deduktif ini sedangkan statistik mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif.

Proses pengujian dalam kegiatan ilmiah mengharuskan kita menguasai metode

penelitian ilmiah yang pada hakekatnya merupakan pengumpulan fakta untuk menolak

atau menerima hipotesis yang diajukan. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus

didukung oleh penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula.

Salah satu langkah ke arah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peranan

masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah.

Sebagai resume dari pengkajian mengenai hakekat sarana berpikir ilmiah, peranan

masing-masing sarana berpikir tersebut disajikan dalam bagan (lihat Skema Ilmu dan

Sarana Berpikir Ilmiah dibawah !).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR

Page 13: SARANA-BERFIKIR-ILMIAH

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Dr. Ir. M. Syarif Hidayat M.ArchSEMINAR ARSITEKTUR