kerangka berfikir ilmiah

55
BAB I Kerangaka Berfikir Ilmiah. Defenisi Pertama yang harus didefiniskan adalah kata definisi itu sendiri. Mengapa demikian?. Sebab dengan adanya perbedaan diantara kita dalam mendefinisikan suatu dapat menjadi diskusi/kesepahaman kita bisa, meskipun kita merujuk satu kata yang sama. Artinya kita harus mengacu pada makna yang sama. Lalu Apa defenisi dari defenisi?. Definisi pertama dari kata definisi adalah membatasi sesuatu, sehingga kita dapat memiliki pengertian terhadap sesuatu. Misalnya sawah kita berbatasan dengan sungai, jalan raya, dan kebun. Maka defenisi sawah kita adalah sebidang sawa yang letaknya disini…dan berbatasan dengan ini..ini..dan seterusnya, senghingga menjadi jelas. Jadi defenisi dari defenisi adalah memberikan pengertian/penjelasan tentang sesuatu hal dan disertai dengan batasan-batasan, sehingga hal tersebut menjadi jelas. Dapat disimpulkan bahwa inti defenisi yang pertama ini adalah menjelaskan sesuatu yang terbatas. Konsekwensinya, jika sesuatu tidak terbatas maka tidak dapat didefinisikan. Definisi yang kedua dari kata definisi adalah menjelaskan sesuatu denga beberapa pendekatan, sehingga sesatu itu jelas. Misalnya, jika kita ingin mendefinisikan kertas, maka kita gunakan bentuk, warna, tekstur, kegunaan,

Upload: andy

Post on 05-Jul-2015

3.516 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kerangka Berfikir Ilmiah

BAB I

Kerangaka Berfikir Ilmiah.

Defenisi

Pertama yang harus didefiniskan adalah kata definisi itu sendiri. Mengapa

demikian?. Sebab dengan adanya perbedaan diantara kita dalam mendefinisikan suatu

dapat menjadi diskusi/kesepahaman kita bisa, meskipun kita merujuk satu kata yang

sama. Artinya kita harus mengacu pada makna yang sama.

Lalu Apa defenisi dari defenisi?. Definisi pertama dari kata definisi adalah

membatasi sesuatu, sehingga kita dapat memiliki pengertian terhadap sesuatu. Misalnya

sawah kita berbatasan dengan sungai, jalan raya, dan kebun. Maka defenisi sawah kita

adalah sebidang sawa yang letaknya disini…dan berbatasan dengan ini..ini..dan

seterusnya, senghingga menjadi jelas. Jadi defenisi dari defenisi adalah memberikan

pengertian/penjelasan tentang sesuatu hal dan disertai dengan batasan-batasan, sehingga

hal tersebut menjadi jelas. Dapat disimpulkan bahwa inti defenisi yang pertama ini adalah

menjelaskan sesuatu yang terbatas. Konsekwensinya, jika sesuatu tidak terbatas maka

tidak dapat didefinisikan. Definisi yang kedua dari kata definisi adalah menjelaskan

sesuatu denga beberapa pendekatan, sehingga sesatu itu jelas. Misalnya, jika kita ingin

mendefinisikan kertas, maka kita gunakan bentuk, warna, tekstur, kegunaan, sumber dan

seterusnya, sebagai pendekatan untuk memberikan kita pemahaman tentang kertas,

sehingga gambaran tentang kertas bagi kita menjadi jelas adanya.

Jika kita mencoba mendefinisikan judul diatas (kerangka Berfikir Ilmiah), maka

kurang lebih seperti berikut:

Kerangka adalah suatu yang menyusun atau menopang yang lain, sehingga

sesuatu yang lain dapat berdiri dan Berfikir merupakan gerak akal dari satu titik ketitik

yang lain atau bisa juga gerak akal dari pengetahuan yang satu kepengetahuan yang lain.

Pengetahuan pertama kita adalah ketidaktahuan (kita tahu bahwa diri kita sekarang tidak

mengetahui sesuatu), pengetahuan yang kedua adalah tahu (kemudian kita mengetahui

apa yang sebelumnya tidak kita tahu). Wajar kemudian ada juga yang mendefinisikan

berfikir sebagai gerak akal dari tidak tahu menjadi tahu. Jadi inti dari ini adalah gerak

akal.

Page 2: Kerangka Berfikir Ilmiah

Terserah kemudian kita pehami bahwa titik pertama adalah tidak tahu atau tahu

dan titik kedua adalah tahu, lebih tahu atau malah ketidak tahuan yang baru. Ilmiah

adalah sesuatu hal/pernyataan yang bersifat keilmuan. Cuma disini kita perlu bedakan

ilmiah dalam perspektif kita dan sains barat. Ilmiah dalam sains barat itu harus melewati

pengujian secara empiris, artinya Ilmiah adalah empiris dalam sains barat. Namun, Ilmiah

yang dimaksudkan dalam pembahasan kita adalah yang sesuai dengan dengan hukum-

hukum pengetahuan, sedangkan tentang sains akan dibahas dalam materi yang lain, yakni

Islam Iptek.

Kemutlakan dan Relativitas.

Suatu hal yang penting sebelum menjalajahi dunia pemikiran perlu kiranya kita

memahami jawban dari beberapa pertanyaan berikut: apakah dari semua yang ada?

Apakah ide atau realitas diluar kita ini bersifat mutlak atau relative? Dalam artian, tidak

hal yang pasti seperti dalam kacamata kaum sofis (Filosphis).

Membahas sofisme, di Yunani muncul sekelompok orang yang berfikir bahwa

apapun yang ada dalam gagasan kita bersifat relative, semuanya selalu dihadapkan pada

pilihan apakah semuanya mungkin benar atau semua mungkin salah. Ciri khas kaum

sophis adalah berdebat kusir yang kemudian kembali pada relativitas. Artinya lebih

menekankan kekuatan retorika disbanding argumentasi.

Secara social, kaum sophis ini (Sphis = arif, pandai) menimbulkan gejolak

negative dimasyarakat pada zamanny karena tidak ada lagi yang dapat dipercaya.

Memang konsekwensi dari relativitas adalah hilangnya kepercayaan. Disaat seperti inilah

muncul tokoh Socrates (± 470-399 SM) yang menggugurkan asumsi-asumsi yang

dibangun oleh kaum sophis.

Socrates yang dikenal sebagai seorang guru Filsafat Yunai kuno yang sangat

berpengaruh. Ia memakai metode dialektika untuk membimbing orang memahami suatu

pengetahuan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan setapak demi setapak demi

sempai hal-hal yang meragukan terjawab atau menjadi jelas, mengatakan bahwa Filsafat

berasal dari bahasa Yunani yang berasl dari kata philo = cinta dan Sophia = arif.

Mungkin disinilah kerendahatian Socrates tidak mengangap dirinya sebagai orang pintar,

tapi sebagai pecinta kearifan. Disini perlu ditegaskan bahwa puncak ilmu adalah kearifan.

Page 3: Kerangka Berfikir Ilmiah

Ada beberapa kelemahan sofisme. Pertama, kontradiksi dengan dirinya, misalnya

pernyataan bahwa “semua relative”. Jika dikembalikan, apakah pernyataan bahwa

“semua relative” itu relative atau mutlak. Kemungkinan jawabannya adalah jika

dikatakan “pernyataan tersebut termasuk relative”, maka pernyataan ini munggugurkan

dirinya. Artinya pernyataan ini juga relative. Kalua relative artinya belub dapat dijadikan

sandaran kemutlakan. Sebagai contoh, pernyataan “dilarang berbahasa Indonesia” adalah

pernyataan yang menggurkan dirinya karena pernyataan ini sendiri berbasa Indonesia.

Jika kemudian jawabanya adalah semua relative kecuali relative itu, maka mau tidak mua

mengakui adanya kemutlakan. Seperti kebingungan Al-Ghazali dalam pencarianya,

hanya satu hal yang tidak diragukan yaitu keraguan itu sendri.

Kelemahan kedua adalah sofisme tidak memiliki pijakan teori yang jelas,

sehingga turunan dari prinsip berpikirnya juga menjadi tidak jelas. Setahu penulis,

sofisme tidak lain dari kebingungan, kegundaan karena tidak memiliki system berpikir

yang komprehensif. Cara kerja sofisme sagat sederhana, menciptakan antitesa dari sebuah

pernyataan dalam bahasa keraguan. Akibatnya adalah munculnya keraguan baru dan tak

mampu menjawab masalah.

Secuil tetang Filsafat Ilmu.

Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Philo yang berarti cinta dan Sophis yang

berarti arif, pandai. Secara bahsa semua Filsafat lazim diterjemahkan sebagai cinta

kearifan, kepandaian. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata sangat

luas. Dahulu Sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi pula kebenaran

pertama, pengetahuan luas, kebijakan intelektual, pertimbangan sehat, sampai kepandaian

pengrajin dan bahkan kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis.

Disini penulis mengambil pengertian tentang Filsafat yang mempunyai arti

sebagai berpikir secara radikal, menyeluruh dan sistematis. Maksudnya, dengan berpikir

radikal (bahasa Yunani radix = akal) atau sampai ke akar-akarnya, sehingga melihat

sesuatu secara menyeluruh dan tersusun, sehingga kita arif dalam melihat persoalan.

Ketiak dilekatkan dengan kata ilmu, maka berarti berpikir secara radikal, menyelurh dan

sistematis terhadap ilmu.

Page 4: Kerangka Berfikir Ilmiah

Ilmu sendiri dapat dilihat dari dua sudut pandang. Sudut pandang barat,

membedakan ilmu dengan pengetahuan. Ilmu (Science) adalah kumpulan

pengetahuan(Knowledge) yang sistematis. Misalnaya ilmu biologi adalah kumpulan

pengetahuan tentang mahkluk hidup dan semua yang berkaitan secara sistematis.

Sudut pandang berikutnya dalam pemikiran Islam. Ilmu bersal dari ain, lam, dan

mim, yang satu akar kata denga ulam, alim dan sebagainya. Ilmu berarti tahu, artinya

ilmu dan pengetahuan dalam konteks ini sama saja. Mendefinisikan pengetahuan dengan

pengetahuan. Mendefinisikan ilmu dengan ilmu, artinya dalam wilayah pendefinisian

ilmu memerlukan kajian tersendiri. Untuk jelasnya akan dibahas pada materi Islam Iptek.

Ada tiga aspek yang menjadi pondasi filsafat ilmu yaitu Epistemologi, ontology,

dan aksiologi. Epistemology adalah ilmu yang membahas tentang sumber pengetahuan

berikut kevalidan sebuah sumber. Ontology membahas tentang hakikat suatu dalam hal

eksistensi dan esensi atau dengan kata lain keberdaan dan keapaan sesuatu. Aksiologi

membahas tentang keguanaan sesuatu. Dalam materi ini kita hanya akan lebih banyak

membahas aspek Epistemologi. Sedang aspek ontology akan dibahas dalam materi

Dasar-dasar kepercayaan.

Sumber Pengetahuan.

Berangkat dari adanya kemutlakan yang nantinya menyusun system berpikir kita,

maka persoalannya kemudian adalah bagaimana mencari sebuah fakurltas dalam diri kita

yang digunakan untuk menilai sesuatu, dimana penilai itupun masih harus dinilai

kebenarannya. Secara umum ada beberapa mazhab pimikiran yang bisa digolongkan

sebagai berikut:

1. Skirptualis.

Skriprualis adalah sebuah system berpikir yang didalam menilai kebenaran

digunakan teks kitab. Asumsi dasar yang tergabung adalah teks dalam kitab mutlak

adanya, oleh kerenanya dalam penilaian kebenaran harus sesuai dengan teks kitab.

Mempertanyakan teks kitab sama saja dengan mempertanyakan kemutlakan.

Biasanya kaum skiriptual adalah orang yang beragama secara sederhana.

Maksudnya, peran akal dalam wilayah keagamaan sangat sempit bahkan hamper

Page 5: Kerangka Berfikir Ilmiah

tidak ada. Akal dianggap terbatas dan tidak mampu menilai, olehnya kembali lagi ke

teks kitab.

Namun dalam wilayah epistemology, skriptualisme memiliki beberapa

kekurangan, antara lain:

Tidak memiliki alasan yang jelas, mengapa kita harus mempercayai

kitab tesebut. Kalau yang mutlak adalah teks kitab, maka pertanyaannya.

Bagai mana caranya diantara banyak kitab menilai bahwa kitab inilah

yang benar. Kalau kita lang sung percaya maka kitab lain kita harus juga

langsung percaya. Nah, kalau kontaradiksi kitab mana yang benar?

Artinya, kelemahan pertamanya adalah butuh suatu dalam membuktikan

kebenaran sebuah kitab.

Dari kelemahan pertama dapat kita turunkan kelemahan berikutnya,

yakni: Terjebak pada subjektifitas. Artinya, kebenaran sebuah kitab sangat

tergantunga dengan umatnya. Kebenaran Al-Qur’an, walau berbicara

universal, hanya dibenarkan oleh umat Islam. Umat, Nasrani, Budha dan

sebagainya meyakini kitab merka masing-masing. Sementara kita tidak

dapat memakasakan kitab kita pada umat lain sebagaimana kita pun pasti

tidak akan menerima teks kitab umat lain.

Kelemahan ketiga adalah teks adalah”tanda” atau symbol yang

membutuhkan penafsiran. Kitab tidak bisa berteraksi langsung, tetapi

melewati proses penafsiran. Sementara dalam penafsiran sangat

tergantung kualitas intelektual dan spiritual seseorang. Makanya

kemudian, adalah wajar jika sebuah teks dapat dimaknai berbeda. Sebagi

contoh surah 80:1 dan 2:1

Tidak tepat dalam membuktikan penciptaan.

2. Idealis Platonia.

Pemikiran plato dapat digambarkan kurang lebih seperti ini. Sebelum manusia

lahir dan masih berada di alam ide, semua kejadian telah terjadi. Olehnya, manusia

telah memiliki pengetahuan. Ketika terlahir di alam materi ini, pengetahuan itu

hilang. Untuk itu yang harus manuasia lakuakan kemudian adalah bagaimana

Page 6: Kerangka Berfikir Ilmiah

mengingat kembali. pengetahuan yang kita miliki hari ini kemarin dan akan datang

sebetulnya (dalam perspektif teori ini) tidak lebih dari pengingatan kembali. Teori ini

juga sering disebut sebagai teori pengingatan kembali. Namun, seagai alat penilaian,

teori ini memiliki beberapa kekurangan.:

Tidak ada landasan yang memutlakkan bahwa dahulu kita pernah

berada di alam ide.

Turnan dari yang pertama, kalaupun (jadi disumsikan teori ini benar)

ternyata sebelum lahir kita telah memiliki pengetahuan, maka

persoalannya adalah apakah pengetahuan kita saat ini selaras denga

pengetahuan kita sewaktu di alam ide. Kalau dikatakan selaras, apa yang

dapat dijadikan bukti.

Ketiga, tidak diterangkan dimanakah ide dan material itu menyatu

(saat manusia belum dilahirkan), dan mengapa disaat kita lahir, tiba-tiba

pengetahuan itu hilang. Kalau dikatakan material kita terlalu kotor untuk

menampung ide, maka mengapa saat ini kita bukan saja memiliki ide,

tetapi bahkan mampu mengembangkan ide disaat material kita justru

semakin kotor.

3. Empirisme

Doktrin empirisme berdasarkan pada pengalaman dan persepsi inderawi. Oleh

karena itu, kebenaran dalam doktrin ini adalah sesuatu yang dapat ditangkap oleh

indra manusia. Bangunan sains kita pada hari ini sangat kental nuansa empirisme.

Tetapi empirisme memiliki kekurangan sebagai berikut :

Indera terbatas. Mata misalnya memiliki daya jangkau penglihatan

yang berbeda. Begitu telinga dan indera lainnya. Olehnya, indera hanya

bisa menangkap hal-hal yang bersifat terbatas atau material pula. Makanya

fenomena penyembahan dan jatuh cintah misalnya, tidak dapat dijawab

dengan tepat oleh kaum empiris.

Indera dapat mengalami distorsi. Sebagai contoh terjadinya

fatamorgana atau pembiasan benda pada dua zat dengan kerpatan molekul

berbeda. Ketika kita masukkan pensil dalam gelas berisi air kita akan

Page 7: Kerangka Berfikir Ilmiah

melihanya bengkok karena kerpatan molekul air, gelas dan udara sebagai

medium berbeda. Padahal jika kita periksa ternyata pensil tetap lurus.

4. Kaum perasa/yakinis.

Kaum perasa selalu menjadikan perasaannya sebagai tolak ukur kebenaran.

Ciri khas mereka adalah “yakin saja”. Mereka mengapa dirinya sebagai orang yang

paling mampu mendengar suarua hatinya, dan menjadikan suara hatinya sebagai

ukuran kebenaran. Banyak orang beragama yang seperti ini pada hal system berpikir

macam ini memiliki kekurangan dalam pembuktian kebenaran sebagai berikut:

Tidak jelas yang didengar itu adalah suara hati atau justru sekedar

gejolak emosional atau bahkan (dengan pendekatan orang beragama)

justru bisikan setan. Jangan sampai hanya gejolak emosional lantas

dianggap suara hati atau bisikan setan. Nah, persoalannya bagaimana cara

membedakannya.

Kalu pun yang didengar adalah suara hati, maka akan subjektifitas

karena hati orang berbeda. Jika subjektif, maka yang didapatkan adalah

relativitas bukan kemutlakan.

Tidak punya landasan mengapa kita mesti mengikuti suara hati, kalau

akal menjustifikasi pengguna hati berarti tidak konsisten. Tetapi kalau

menggunakan hati sebagai alasan mengapa harus mengikuti suara hati,

maka kembali kepoin sebelumnya.

5. Rasionalisme.

Rasionalisme kurang lebih berarti sebuah pahaman yang menjadikan akal

sebagai ukuransebuah kebenaran. Rasionalisme disini, bukan berarti seperti

pendangan barat karena rasionalisme dalam pendangan barat berarti menggunakan

metode ilmiah yang justru berangkat dari dokrin empirical.

Menurut kang jalal, sesuatu kadang dianggap tidak rasional karena tiga hal.

Pertama tidak empiris. Sesuatu yang tidak dicerna indara manusia biasanya dianggap

tidak rasional. Hal ini umumnya menghinggapi orang yang sangat empiris. Kedua

menyimpang dari rata-rata. Sewaktu perang Khibar, kaum muslim menundudukkan

Page 8: Kerangka Berfikir Ilmiah

benteng terakhir kaum Yahudi. Para sahat ssejumlah 50 laki-laki yang kuat tidak

mampu mengangkat pintu benteng itu, tapi Sayidina Ali mampu mengangkatnya

sendirian. Ini dianggap tidak rasional, padahal hal ini rasional hanya tidak seperti

kebanyakan. Ketiga tidak tahu. Ketidak tahuan adalah kemudian yang orang berusaha

tutupi dengan penisbahan stigma irasonal.

Rasionalisme tidal menutup diri dari teks, pengalaman atau persepsi inderawi,

juga perasaan. Akan tetapi, kaum rasionalis menggunakan akal dalam menilai semua

yang ditangkap oleh bagian diri kita. Namun, bagi sekelompok orang akal tidak dapat

digunakan untuk menilai kebenaran. Alasannya, akal terbatas. Artinya, penggunaan

akal sangat dekat dengan mengakal-akali sesuatu.

Untuk menjawab ini ada banyak hal. Pertama, kita mengakal-akali sesuatu

“memiliki kesan negative dalam aspek bahasa. Padahal selama kita sadar (Termasuk

ketika mengatakan mengakal-akali) yang kita gunakan akal. Jadi mengugurkan diri

sendiri”. Melarang orang menggunakan akal disaat dia menggunakan akal. Kedua,

kalau tidak pakai akal, kita menggunakan apa, mau pakai dengkul?. Ketiga, kalau

akal terbatas dimana batasnya.

Memang benar bahwa akal terbatas disbanding penciptaNya(selanjutnya

dibahas dalam Materi Dasar-dasar Kepercayaan ), akan tetapi akal sebagai potensi

untuk tahu, dimana batasnya?. Hukum akal menyatakan bahwa sebab selalu

mendahului, lebih kuat dari akibat. Jadi, kesadaran akal sebagai ciptaan atau akibat

pasti memiliki keterbatasan dihadapan dengan penciptaNya. Cuma persoalannya

adalah sejauhmana kita gunakan akal kita untuk mengetahui.

Dalam kacamata seorang filsuf bahwa manusia adalah binatang berakal.

Secara biologis manusia memiliki syarat-syarat kebinatangan seperti respirsasi,

eksresi, regenerasi, dan sebagainya. Bedanya cuma satu yaitu akal. Artinya manusia

yang tidak menggunakan akalnya bisa lebih buruk dari pada binatang.

Kadang orang merancukan antara akal dan otak. Katanya, otaklah yang

berpikir. Untuk menjawab hal ini sederhana. Seandainya otak yang berpikir, maka

tetu saja kerbau adalah makhluk yang cerdas karena volume otaknya lebih besar dari

manusia. Ternyata kedokteran modern menemukan bahwa dalam otak terdapat sel

yang disebut neuron. Neuron inilah yang mengkoordinasikan kerja syaraf dalam

Page 9: Kerangka Berfikir Ilmiah

tubuh, dimana tubuh disisi kana diatur melalui tulang belakang menuju ke otak kiri

begituplun sebaliknya. Artinya otak tidak ada hubungannya dengan akal. Otak tidak

lebih dari sebuah organ seperti jantung, paru-paru, dan sebagainya.

Dalam diri kita ada beberapa fakultas pengetahuan, di antaranya:

Indera yang menangkap warna, bentuk, bunyi, bau dan sebagainya.

Perbedaannya dengan empirisme, empirisme menjadikan idera sebagai tolak ukur

sedangkan rasonalisme menjadikan indera sebagai sumber pengetahuan namun bukan

utama.

Khayal. Hasil persekutuan ide yang tidak memiliki realitas eksternal.

Misalnya ide menusia dan monyet yang kesumuanya memiliki realitas eksternal,

namun jika digabungkan menjadi kera sakti yang hanya memiliki realitas

internal(dalam ide) tapi tidak di realitaskan eksternal.

Wahmi. Berkaitan dengan persaan. Benci, cinta, rindu, jengkel dan

sebagainya. Ilmu secara wahmiyah seperti pada kaum perasa diatas. Cuma

perbedaannya wahmi masih dikontrol, bukan sebagi pengontrol bukan sebagai

patokan utama.

Akal. Fukultas dalam diri kita yang mengontrol semuanya.

Kiita telah semapai pada pentingnya akal dalam menilai sesuatu. Namun

persoalannya lagi bahwa ternyata akal pun msih bisa salah. Artinya akal tidak mutlak.

Untuk menjawab hal ini, kita kembali ke pendefinisian awal. Berpikir adalah gerak

akal. Hal ini berarti menandakan adanya proses analogi sederhana. Motor adalah

akalnya, mengendarai motor adalah menggerakkan motor dari satu titik ke titik lain

atau berpikir. Dalam prose itu harus menaati aturan yang ada. Jika kita tidak menaati

aturan seperti lampu lalu lintas dan rambu-rambu makas akan terjadi kecelakaan.

Berpikir dengan tidak menaati rambu-rambu atau aturan berpikir akan menyebabkan

kecelakaan berpikir.

Jadi terjadi kesalahan berpikir bukan akalnya yang salah, tetapi

penggunaannya yang tidak tepat. Untuk kita harus mengetahui bagaimana aturan

berpikir yang mutlak adanya yang itupun harus dinilai kebenarannya.

Page 10: Kerangka Berfikir Ilmiah

Seorang pemikir telah membantu kita menyusun prinsip atau aturan berpikir

tersebut yang sering disebut logika Aristotelian atau logika formal sebagai berikut:

Prinsip Identitas. Prisnsip ini menyatakan bahwa sesuatu hanya sama dengan

dirinya sendiri. Secara matematis dirumuskan A=A

Prinsip Non Kotradiksi. Prinsip ini menyatakan bahwa tiada sesuatu pun yang

berkontradiksi. Sesuatu berbeda dengan bukan dirinya. Jika diturunkan melalui rumus

matematika A≠B.

Prinsip Kausalitas. Prinsip ini menyatakan bahwa tidak sesuatupun yang

kebetulan. Setiap sebab melahirkan akibat. Rumusnya S A.

Prinsip keselarasan. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap akibat selaras

dengan sebabnya. Rumusnya S A.

Pembuktian.

Logical formal ditetang oleh kaum Marxian dengan logika dialektikanya. Mereka

memahami bahwa logika formal hanyalah prinsip Non Kontradiksi karena mereka

memahami adanya kontradiksi internal pada materi. Sebelum kita jawab ada baiknya jika

kita sedikit bahas tentang logika dialektik.

Logika dialektika adalah prinsip berpikir kaum marxisme yang didalamnya ada 4

poin (yang penulis ingat 2 poin saja karena buku yang membahas hal ini hilang). Pertama

Negasi der Negation. Isinya adalah bahwa dalam satu materi terjadi kontradiksi internal.

Misalnya biji jagung. Pada ruang dan waktu yang bersamaan terjadi dialektika antara biji

jagung sebagai tesa dan binih sebagai anti teas. Jika asntitesanya kuat maka antitesanya

menjadi sintesa. Jadi biji jagung = bukan biji jagung. Kalau memang sesuatu berbeda

dengan dirinya maka kotoran = makanan dan seterusnya. Jika demikian akan terjadi

kehancuran. Nah bagaimana dengan kasus biji jagung. Biji jagung memiliki potensi

menjadi benih yang untuk pengaktulannya membutuhkan factor eksternal seperti air,

tanah dan cahaya.jika syarat terpenuhi, maka potensi itu akan mengaktual. Artinya bukan

kontradiksi internal, tetapi gerak sebstansi yang tergantung pada factor eksternal.

Jadi jika dijawab seperti diatas, kaum Marxian akan mempertahankan pedapatnya

dengan mengatakan 1Kg pasir beda dengan 1Kg pasir karena yang pertama dan kedua

pastilah memiliki selisih meski sangat kecil. Atau kita sekarang beda dengan kita yang

Page 11: Kerangka Berfikir Ilmiah

dahulu, makanya diri kita berbeda dengan diri kita. Sanggahan ini dapat dibantah dengan

cara bahwa kita membahas masalah eksistensi yang tetap. Mengapa, karena esensi selalu

berubah (esensi terbagi substansi dan aksiden dan keduanya mengalami perubahan).

Kedua, jika kita ingin memberitakan penjelasan tetang eksistensi dengan cotoh esensi,

maka kita katakana bahwa sesuatu itu dibandingkan dengan dirinya sendiri pada ruang

dan waktu yang sama. Contoh diri kita detik ini dibanding dengan detik itu sendiri.

Mereka biasanya menjawab bahwa jika sesuatu dibandingkan pada saat yang sama maka

tidak ada waktu. Ketiadaan waktu menyebabkan ketiadaan materi. Artinya kita tidak

dapat membanding sesuatu pada dirinya sendiri pada waktu itu. Ini adalah lelucon.

Mengapa kalau tidak bisa, buktinya tadi kita bisa. Kedua, yang tidak ada bukan waktu (t)

tetapi selisih waktu (∆t). buktinya sesuatu pada waktu tertentu tetap ada. Jadi prinsip

negasi der negation tidak rasonal.

Prinsip kedua adalah Quantity to Quality, jumlah menuju kualitas. Cotoh air pada

suhu 0 derajat celcius berada pada kualitas padat. Pertambahan kuantitas panas akan

menyebabkan mencairnya es atau perubahan dari kualitas padat akan menjadi kualitas

cair. Penambahan kuantitas panas menjadi 100 derajat celcius akan menyebabakan

perubahan dari cair ke gas. Prinsip ini sama dengan gerak substansi dalam filsafat. Jadi

prinsip kedua bukan menggugurkan prinsip non kontradiksi, tetapi justru membenarkan.

Artinya prinsip ini bersifat logis dan niscaya.

Pembuktian berikutnya.

Jika seorang anak kecil menangis karena mainannya diambil, tetapi mainannya

kita beri pada yang lain, maka ia tetap akan menangis karena ia tahu bahwa dirinya sama

dengan dengan dirinya sendiri, bukan orang lain. Bahkan kambing jika kita beri emas dan

rumput ia tidak akan mengambil emas karena rumput = rumput dan emas = emas. Artinya

justru prinsip ini berlaku universal.

Pembutian Kausalitas dan Keselarasan.

Ketika kita menangkap sesuatu maka akal kita akan mengatakan bahwa tidak

mungkin dia ada dengan sendirinya, pasti ada penyebabnya dan akaibat pasti selaras

dengan sebabnya. Tidak mungkin benih jagung menyebabkan tumbuhannya pohon

Page 12: Kerangka Berfikir Ilmiah

kurma. Semua yang ada di alam ini adalah bukti kemutlakan prinsip nyang niscaya lagi

rasonal ini. Tetapi untuk jelasnya silahkan baca buku logika atau kajian.

Penutup.

Inti dan tujuan materi ini adalah peserta Basic Training memahami secara garis

besar mazhab pemikiran dan memiliki kerangka berpikir dalam menganalisis setiap

persoalan serta tidak terjebak pada kejumudan berpikir.

Page 13: Kerangka Berfikir Ilmiah

BAB II

DASAR-DASAR KEPERCAYAAN

(DIALOG KEBENARAN)

KEBENARAN

Kebenaran adalah kesesuaian antara ide dan realitas. Sebenarnya ide adalah

rialitas juga, makanya ada juga yang mengatakan ide adalah realitas esistensi internal

(REI) atau realitas obyaektif internal (ROI) sedang realitas yang dimaksud adalah realitas

eksistensi eksternal (REE) atau realitas obyektif eksternal (ROE).

Kesesuaian yang dimaksud adalah adanya realitas antara dalam diri (ide) dan

diluar diri (realitas) secara identik. Ini sederhana, contoh dalam ide api panas dan diluar

pahaman api juga panas, tetapi panasnya api tidak membakar ide.

Dalam materi ini realitas ditekankan pada materi dalam pendangan fisika yang

memiliki dimensi, ruang dan waktu. Juga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan

empiris. Nanti pada pengisian baru di jelaskan realitas dalam arti esensial dan

eksistensial.

Teori Kemunculan Agama.

Dari pandangan beberapa pemikir, tuhan hanyalah hasil rekaan akal manusia dan

agama adalah produk kebudayaan. Ada beberapa teori sebagai berikut:

Teori Alienasi.

Pendukung teori ini adalah Ludwig Fuerbach. Dalam menganalisis Agama,

Fuerbach menjadikan sosiologi dan psilologi sebagai pendekaatan. Dia mengawali

tesisnya dengan asumsi bahwa manusia memiliki dua eksistensi. Pertama, eksistensi

luhur yang mencintai kebaikan, mencari kebaikan dan berbuat kebaikan. Kedua,

eksistensi rendah dan dangkal. Olehnya manusia akan memiliki dualitas dalam

kepribadiannya.

Tekanasn social dalam masyarakatnya membuat menusia frustasi dalam

memperhankan eksistensi luhurnya, perlahan bergerak menuju eksistensi rendahnya.

Eksistensi luhur kemudian dilihat sebagai sesuatu yang bersifat khyalia dan utopis.

Page 14: Kerangka Berfikir Ilmiah

Manusia kemudian mencari alasan agar menjustifikasikan keterjauhan dari

eksistensi luhurnya dengan menisbahkan pada sesuatu diluar dirinya. Misalnya,

kelembutan, keperkasaan dan sifat (yang manusiwi) dilekatkan pada tuhan. Artinya,

tuhan tidak lebih produk keterasingan manusia.

Teori Kebodohan.

Spencer, Taylor serta Comte adalah pendukung teori ini. Asumsi yang dibangun

sebagai berikut. Pada mulanya manusia primitive dan juga sekarang dihadapkan dengan

tuntutan alam agar bisa bertahan hidup. Sementara ada beberapa fenomena alam seperti

banjir, petir, gunung meletus, gempa bumi dan seterusnya, yang manusia dituntut untuk

mampu selamat dari hal tersebut.

Karena belum berkembangnya pengetahuan, mereka tidak mengetahui bahwa

gempa misalnya disebabkan oleh pergesekan kerak bumi akibat tenaga endogen.

Begitupun dengan fenomena alam lain.

Manusia primitive kemudian berkhayal dengan mempersekutukan ide menusia

dengan ide alam sebagai kompromi alam dan manusia (dalam logika persekutuan ide

dapat menyebabkan dua kemungkinan, pertama jika memiliki realitas disebut movasi

seperti pesawat, kedua jika tidak, disebut khayal.).

Muncullah misalnya kera sakti (ide manusia + ide kera), dewa gunung (ide

manusia + ide gunung), sang hyang seri (ide manusia + ide padi) dan seterusnya. Hasil

pesekutuan ide ini bersifat khayal belaka, karena tidak memiliki realitas diluar diri kita.

Khyal ini kemudian yang disembah dan kemudian terbentuk agama. Jadi tuhan adalah

produk khayal manusia.

Teori Ketakutan dan kelemahan.

Teori ini gabungan dari pendapat Russle dan Nietszse karena memiliki kaitan

yang dekat. Inti gagasan mereka adalah agama muncul dari ketidakberdayaan manusia

dan rasa takut. Russle berpedapat bahwa seluruh konsepsi tetang eksistensi Tuhan adalah

kosepsi-konsepsi yang dibentuk oleh totaliteranisme Timur kuno, (yakni penindasan

kelas atas terhadap kelas lain).

Page 15: Kerangka Berfikir Ilmiah

Untuk mempertahankan kehidupan mereka, kaum kelas bawah menciptakan ikon-

ikon kelembutan, kasih, pemurah dan seterusnya. Dengan demikian mereka disantuni.

Penganjuran agama kebanyakan dari kelas bawah, penggembala misalnya.

Dalam perspektif Nietsche dengan ungkapannya yang terkenal (Tuhan telah mati),

seharusnya manusia membunuh ketakutan dalam kelemahannya. Manusia harusnya

menjadi hero. Ketakutan dalam kelemahan adalah sebuah kesalahan besar dalam

kemanusian sehinggga manusia kehilangan aktualitas dari potensi kemanusiaannya.

Teori Marxisme.

Dalam kajian marxisme agama adalah produk penguasa, dimana agama sebagai

candu masyarakat. Dengan demikian, agar bertugas untuk mempertahankan kekuasaan

dengan menciptakan idiom-idiom kepatuhan pada penguasa. Agama tidak mengajarkan

perlawanan terhadap kelas borjuis, agama dengan salah satu idiom mengajarkan sabar

dan dengan kesabaran mendekatkan pada surga. Artinya melakukan perlawanan maka

akan masuk neraka.

Marx dikenal sebagai penganjur teori strukturalis dimana dia melihat masyarakat,

marx membagi 2 yakni basic struktur ekonomi dan supra struktur yakni ideology, agama

dan seni. Salanjutnya basic strukturlah yang mempengaruhi supra struktur. Jadi denga

menyimpang pula seperti adanya agama.

Kolonialisme misalnya yang berdasarkan 3 G (gold, glory, dan gospel) adalah

hasil kompromi anrtara kaum borjuis bangsawan yang gila harta dan kekuasaan dengan

kaum agamawan. (lihat juga materi Keadialan Ekonomi dan Keadilan Siosial serta materi

Problematika Ummat). Penjajahan di Negara dunia ketiga adalah bukti agama sebgai

candu, bahkan hingga saat ini. Kesimpulan agama adalah produk penguasa yang sengaja

dibuat untuk mepertahankan kekuasaan.

Tentanga Agama.

Agama bersala dari bahasa sanskerta, a = tidak dan gama = kacau. Agama secara

tekstual diartiakan sebagai tidak kacau. Sementara jika kita melihat kekacauan yang ada

saat ini, justru disebabkan oleh agama. Perang salib selama kurang lebih 200 tahun dan

menewaskan ribuan bahkan mungkin jutaan orang dilandasi oleh sentiment agama.

Page 16: Kerangka Berfikir Ilmiah

Bagai macam kejahatan, pertempuran darah, penipuan, penindasan intelektual,

kerusuhan, penjajahan, dan lainnya, disebabkan oleh agama. Muncul pernyataan, jika

memang adalah sebuah ajaran yang bertujuan agar manusia tidak melakukan kekacauan,

mengapa justru orang beragama yang menjadi dalang sekaligus pelaku.

Kita ketahui bahwa tafsi atas teks selalu memiliki kepentingan, sedang tafsi

agama didominasi oleh penguasa. Makanya wajar ketika terjadi penindasan oleh pihak

penguasa, maka kaum agamawan yang besembunyi di ketiak penguasa akan

memunculkan stigma kafir atau ateis. Mangapa, tafsir kacau adalah milik penguasa. Jadi

disaat orang lemah menuntut haknya, maka dianggap berbuat kekacuan. Demi untuk

mempertahankan kekuasaan, agama melalui kaum agamawan berpartisipasi.

Agama dibentuk dari kebodohan, makanya wajar penggunaan akal dibatasi

bahkan dilarang. Sebab, jika dianalisa, maka akan didapat kekurangannya. Metodologi

doktriner, “yakin saja” menjadi cirri khas agama agar orang tetap dalam kebodohannya.

Agama hanya menyentuh hati, yang agar orang tetap dalam kebodohannya. Agama hanya

menyentuh hati, yang jika disinggung (tanpa analisis yang cukup) maka akan

menyebabkan konflik.

Dalam teori konflik, koflik terbagi beberapa jenis yaitu konflik tingkat akar dan

tingkat permukaan. Pada tingkat akar yang muncul adalah bara permusuhan. Pada tingkat

permukan, telah terjadi konflik fisik seperti perang. Pengusa demi mempertahankan

kekuasaannya menciptakan konflik pada tingkat akar, jika terjadi gejolak, maka akan

konflik permukaan ini dipicu menjadi konflik permukaan sehingga penguasa menjadi

pahlawan atas scenario yang dibuatnya.

Hal ini wajar karena agama adalah sesuatu yang tidak rasional dengan hanya

mengandalkan keyakinan saja. Ketika keyakinan diganggu orang umumnya tidak mampu

berpikir rasional, sehingga sangat mudah di adu domba.

Kontradiksi dalam Kitab.

Logika kita menyatakan bahwa sesuatu yang kontaradiksi mustahil kita ikuti

kesemuanya. Missal, seseorang yang menyuruh kita ketimur dan yang satu kebarat, maka

mustahil kita melaksanakan secara bersamaan. Nah, Islam sebagai sebuah agama, jika

ternyata ajarannya yang ada teks kitab bertetangn dan yang lain maka terjadi kontradiksi.

Page 17: Kerangka Berfikir Ilmiah

Kontradiksi ini kemudian akan menggugurkan kevalidan sebuah ajaran karena tidak

komprehensif. Ternyata dalam kitab terdapat kontradiksi misalnya dalam 33:21

dinyatakan keuliaan Nabi sedang di 80:1 dinyatakan kesalahan Nabi. Juga dalam 8:17

tentang determinisme dan 43:11 tetang freewill.

Dalam 33:33 dikatakan keluarga Nabi disucikan, tetapi dalam Surah At-Tahrim,

dua istri Nabi dikecam dengan keras. Apakah kecaman itu berarti? Ini adalah

pertentangan yang nyata.

Belum lagi ayat-ayat tak bermakna misalnya 2:1. Dikatakan kitab adalah

pedoman, nah apa arti diturunkan ayat yang hanya Tuhan tahu artinya. Kalau dikatakan

utuk menunjukan kebesaran Tuhan, maka tidaklah cukup segala sesuatu yang ada sebagai

bukti kebesaranNya. Mestika kebingungan manusia adalah cara untuk membuktikan. Ini

adalah contoh kebodohan yang sengaja ditutupi. Terdapat kontradiksi antara fungsi kitab

sebagai pedoman dan fungsi kitab sebagai alat pembingung manusia.

Kalau kita telah kitab hadis, lebih banyak yang kontradiksi. Misalnya satu hadis

menyatakan islam terbagi 73 golongan 1 masuk surga dan hadis lain menyatakan dari 73

golongan 1 masuk neraka. Apakah sama neraka dengan surga?Itupun kalau ada.

Tentang Sains.

Asal mula alam ini, jika kita merajuk pada teori Big Bang, berasal dari bola energi

raksasa dimana waktu (t) pada saat itu sama dengan 0 atau belum ada waktu. Ledakan

raksasa itu kemudian pecah dan menyebabakan terbentukanya galaksi. Galaksi adalah

kumpulan dari beberapa tata surya. Di lain sisi, beberapa bintang seperti matahari terus

berotasi dengan kecepatan tertentu sehingga beberapa bagiannya terlepas. Bagian yang

terlepas ini kemudian mendingin dan menadi planet-planet.

Pada sebuah bintang seperti matahari yang memiliki cahaya sendiri akaibat reaksi

fusi hydrogen. Matahari memiliki energi yang sangat besar dan memiliki gaya gravitasi

yang kuat, sehingga planet-planet yang mulai mendingin disamping berotasi juga

berevolusi mengelilingi matahari, sehingga terjadi siang dan malam.

Pada atmosfer bumi purba mengandung zat-zat tertentu yang kemudian ketika

terjadi petir, terjadilah reaksi yang menyebabkan terbentukanya asam amino. Asam

amino inilah yang pada gilirannya membentuk protein. Protein yang membentuk sel dan

Page 18: Kerangka Berfikir Ilmiah

kemudian makhluk hidup bersel satu pertama yang ada di dunia ini hidup dan alam

sekian juta tahun berevolusi.

Makhluk bersel satu ini tinggal di laut dan kemudian berevolusi menjadi binatang

yang tidak bertulang belakang. Berevolusi lagi menjadi ikan. Ikan perlahan-lahan

mencoba untuk meninggalkan lautan menuju darat, akhirnya berevolusi menjadi reptile.

Evolusi reptile bercabang dua. Pertama menadi ungas (aves) dan binatang menyusui

(mamalia). Terus-menerus demikian, sehingga evolusi terakhir adalah manusia.

Disini kita menggabungkan dua teori raksasa yakni teori Big Bang dan Evolusi.

Nah kemudian, jika kita melihat segala sesuatunya, maka kita akan melihat energi. Mulai

dari diri kita, makan, minum, benda angkasa sampai lapis terdalam bumi, semua adalah

energi. Einstain merumuskan energi sebagai berikut: E=m. . Dimana E=Energi,

m=massa/materi dan =percepatan cahaya kuadrat atau m=E/ . Artinya, energi tidak

lain adalah materi yang dipercepat dan materi adalah energi yang diperlambat.

Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan

tidak dapat dimusnakan. Energi dapat berubah bentuk kebentuk lain. Artinya energi kekal

adanya. Sedang dalam Al-Qur’an surat 2:115 dinyatakan bahwa “…kemanapun engkau

hadapkan wajahmu, disitu ada wajah Allah”. Padahal jika kita menghadapkan kemanapun

yang ada adalah energi. Jadi energi (dalam perspektif sains) sama dengan Tuhan, baik

dalam kekelan, kekuasaan dan lain sebagainya.

(ISTIRAHAT SEBELUM PENGISIAN)

Sanggahan terhadap Teori Kemunculan Agama.

1. Teori Alienasi.

Fuerbach melanjutkan analisisinya bahwa pertama-tama tuhan dalam manusia

primitive berbentuk abstrak. Dalam agama yahudi, tuhan mulai dilekatkan dengan sifat

kemanusian. Pada tuhan agama Kristen tuhan bahkan menampakkan dirinya sebagai

manusia material. Dari sini Fuerbach berpendapat bahwa manusia semakin dekat dengan

“kemanusiaannya” dengan semakin berkurangnya keterasingan tersebut. Artinya,

semakin memanusianya manusia. Padahal, dalam analisisnya, Fuerbach melupakan

Islam. Jika teori Fuerbach benar, setelah membahas kepercayaan primitive lalu Yahudi

Page 19: Kerangka Berfikir Ilmiah

dan Kristen, maka pasti Tuhan dalam Islam lebih memanusiakan dibanding lainnya.

Padahal kenyataanya sengat jauh berbeda. Fuerbach juga lupa membahas Hindu dan

Budha serta ratusan agama lain dimuka bumi. Seakan-akan agama Cuma kepercayaan

primitive Yahudi dan Kristen. Otomatis, Fuerbach terjebak kesalahan berpikir “Fallacy

of Dramatic Instance”.

Page 20: Kerangka Berfikir Ilmiah

BAB III

ESENSI AJARAN ISLAM

Tujuan:

1. Pembaca memahami konsep teologi berdasarkan berpikir ilmiah.

2. Pembaca memahami hakikat dan urgensi kepemanduaan/kenabian.

2. Pembaca memahami prinsip kebangkitan dan dinamika alam semesta.

4. Pembaca memahami peran dan fungsi sebagai khalifah fil ardh.

5. Pembaca memaham kekayaan pemikiran dalam umat Islam.

Esensi dapat diartikan sebagai batasan yang membedakn sesuatu dengan yang

lain. Esensi dapat juga dipahami sebagai ekstraksi atau inti sari dari sesuatu. Esensi

dalam filsafat terbagi dua yaitu susbstansi dan aksiden. Subtansi adalah hakikat sesuatu

atau kesesuatuan sesuatu. Aksiden adalah penampakan atau tangkapan inderawi. Sebagai

contoh apel. Substansi apel adalah keapelan apel yang walaupun kita belah sampai

sekecil-kecilnya, kita tetap akan mengatakan bahwa sesuatu itu adalah apel. Aksiden apel

adalah warna, rasa, bau tekstur dan seterusnya.

Ajaran adalah kumpulan pengetahuan yang serupa kemudian tersusun secara

sistematis. Ajaran juga berarti segala sesuatu dari obyek yang disampaikan.

Islam berasal dari kata salam atau keselamatan, juga bermakana kedamaian,

tunduk dan taat. Islam adalah dien yang didalamnya ada system berpikir (konitif), tata

nilai (afektif) dan syariat (psikomotorik). Sebagai jalan keselamatan, Islam telah

melewati proses panjang sejak Nabi Adam a.s sampai kemudian disempurnakan oleh

Muhammad al Mustafa.

Esensi ajaran Islam adalah kurang lebih berarti batasan, intisari, hakikat dari

pengetahuan Islam. Atau hakikat dari disampaikannya Islam.

Keyakinan.

Page 21: Kerangka Berfikir Ilmiah

Keyakinan terbagi dua: pertama keyakinan dibawah keraguan, yaitu keyakinan

tanpa melewati proses keraguan dan tentunya pemikiran. Pokoknya langsung yakni saja.

Keyakinan seperti ini tidak memiliki dasar argumentasi yang kuat sehingga rapuh

bangunan keyakinannya.

Kedua adalah keyakinan diatas keraguan, yaitu keyakinan yang ,elewati proses

keraguan. Keraguan adalah jembatan emas menuju keyakinan, artinya denga keraguan

maka memasa manusia untuk menyusun argumentasi yang akhirnya melahirkan

keyakinan yang kokoh.

Adapun keyakinan itu sendiri bertingkat-tingkat sesuai dengan kapasitas orang

yagn yakain tersebut. Pertama adalah ilmia yaqin, yakni bedasarkan keilmuan. Analogi

sederhana untuk ini adalah yakinya kita bahwq ada api ketika kita melihat ada asap.

Keyakinan seperti ini adalha keyakinan tahap awal.

Jika seseorang terus berproses, maka ia akan melangkah pada keyakinan

berikutnya yaitu ainal yaqin, yaitu keyakinan karena mempersaksikan sendiri.

Analoginya adalah orang yang meyakini ada api dengan melihat sendiri apinya, orang

yang berda pada tingkat keyakinan seperti ini telah melihat Tuhan dengan mata hatinya,

sehingga begitu kokoh keyakinannya.

Keyakinan bearikutnya dalh haqqul yaqin yaitu dengan sebenar-benarnya.

Analoginya adalah orang yang meyakini adanya api sedang ia sendiri berda dalam api.

Begitu dekatnya dengan api sehingga sulit dibedakan yang mana api dan yang bukan.

Orang yang sampai pada tingkatan ini adalah orang yang segala ucapan dan tindakannya

adalah ucapan dan tindakan Allah.

Perbandingan Teologi

Dari meteri sebelumnya kita daptkan pembuktian Tuhan secara rasional.

Kesimpulannya adalah bahwa Tuhan itu Tunggal, tidak tersusun, tidak terbatas, tidak

bersebab, tetapi merupakan sebab dari segala sebab (Prima Causa), tidak berakhir, tetapi

akhir dari segala akhir (Causa Finalis), sederhana, Maha Kaya, Maha Meliputi dan

Page 22: Kerangka Berfikir Ilmiah

seterusnya. Disini kita akan mengadakan perbandngan konsep ketuhanan yang paling

rasional dari sample monoteis versi Kristen (Trinitas), Hindu (Trimurti), dan Asyariyah.

Ketiga konsep teologi tersebut mengakui bahwa Tuhan itu Esa, namun kemudian

penafsiran tentang ketunggalan tersebut akan kita persoalkan, sebagai berikut.

Keterangan:

Tuhan Tunggal tetapi tersusun dari Tuhan

Bapa, Roh Kudus dan Tuhan Yesus

Tuhan Bapa ≠ Roh Kudus

Roh Kudus ≠ Yesus

Yesus ≠ Tuhan Bapa

Kesimpulan

Tuhan tesusun, dan tuhan terbatasi oleh tuhan yang lain.

Keterangan:

Tuhan tungal tetapi tersusun dari Brahma,

Wisnu, dan Syiwa

Brahma ≠ Wisnu

Wisnu ≠ Syiwa

Syiwa ≠ Brahma

Kesimpulan

Tuhan tesusun, dan tuhan terbatasi oleh tuhan yang lain.

Keterangan:

Tuhan tungal tetapi tersusun dari Zat,

Sifat, dan Tindakan

Zat ≠ Sifat

Sifat ≠ Tindakan

Tindakan ≠ Zat

Kesimpulan

Tuhan tesusun, dan tuhan terbatasi oleh tuhan yang lain.

Page 23: Kerangka Berfikir Ilmiah

Dari ketiga kosep teologi terdapat kesamaan yaitu sama-sama mengaku monoteis

tetapi pada saat yang sama justru memahami ketersusunan dan keterbatasan tuhan.

Logikanya adalah jika tuhan tersusun berarti ada yang menyusun, jika terbatas berarti ada

yang batasi. Ini berarti tuhan akibat juga berarti ciptaan. Lebih lanjut berarti makhluk dan

dengan sendirinya menyangkal ketuhanan tuhan itu sendiri.

Dengan demikian konsep teologi diatas, baik Kristen, Hindu dan Islam

(Asyariyah) terjebak pada kesalahan berpikir. Parahnya dalam islam adalah jika dipahami

bahwa sifat Tuhan 99 berbeda satu sama lainnya. Ini berarti tuhan ada 3 + 99 = 102 nitas.

Memahami bahwa Tuhan tersusun dari bagian-bagian berarti mengakui

kejamakan tuhan itu sendiri, dan dengan sendirinya berarti menerima bahwa tuhan itu

makhluk.

Kosep yang ditawarkan Islam didominasi oleh kaum Asyariyah yang mengakui

bahwa Zat, Sifat, dan Tindakan Tuhan adalah entitas yang berbeda. Bahkan siafat Tuhan

yang 99 adalah sifat yang idependen dengan yang lainya. Pada dasarnya Islam bukan

Cuma Asyariyah. Islam sesungguhnya memahami bahwa tidak ada keterpisahan antara

Zat, Sifat, dan Tindakan Tuhan. Bahkan sifat Tuhan yang 99 tidak berarti independent

dengan yang lain tetapi saling terkait, hanyalah sudut pandang kemanusiaan kita yang

melihat keterpisahan.

Kita tidak dapat memisahkan antara pelaku (Subyek), tindakan dan sifat yang

mengadakan pemisahan hanyalah dalam ide kita. Sebagai contoh, kita tidak dapat

memisahkan antara zat api, sifat api dan membakarnya api. Atau sifat tertentu yang ada

pada diri kita serta tindakan kita sendiri.

Prinsip Ketuhanan.

Secara logika kita telah membuktikan bahwa Allah adalah penyebab yang tidak

tersebabkan dan segala sesuatu berasal dari Dia. Dalam logika dikenal dengan istilah

Page 24: Kerangka Berfikir Ilmiah

prima causa. Selain itu bahwa rantai kausalitas akan berakhir pada satu titik, yakni tujuan

dari segala sesuatu. Dalam logika hal ini dikenal dengan istilah causa finalis.

Penyebab yang tidak tersebabkan dan tujuan akhir dalam Islam dikenal dengan

istilah “Inna Iilahi Wa Inna Ilahi Rojiun”. Dari titik ini kita menarik sebuah konklusi

bahwa alam material ini pasti akan berakhir. Dan mau tidak mau kita harus bergerak

secara spiritual. Oleh karena itu gerak kemanusian kita adalah penghambaan, dimana kita

sebagai makhluk bergerak menuju Allah sebagai titik kesempurnaan.

Mustahil kita dapat bergerak menuju Allah jika kita tidak menyembah Allah.

Untuk menyembah Allah kita harus memahami Allah terlebih dahulu karena jika tidak

maka bisa jadi bukan Allah yang kita sembah, tetapi fantasi atau imajinasi.

Pada konsep ketauhidan dimulai dengan kata persaksian (Asyhadu). Setiap

persaksian meniscayakan adanya pembuktian, baik secara teoritik maupun secara

empiris. Kalimat persaksian terbagi dua yaitu penagasian/penolakan dan penerimaan.

Kata La Ilaha berarti penolakan terhadap segenap bentuk penghambaan. Ilah jika

diterjemakan secara bebas berarti segala sesuatu yang kita lakukan untuknya.

Untuk dapat menolak diperlukan sikap kritis, kemerdekaan dan keberanian. Ikrar

ini berarti Islam menginginkan agar penganutnya bersikap kritis, merdeka dan berani.

Sepanjang sejarah “Ilah-ilah” yang mengakibatkan ketimpangan social adalah

watak firaun, qorun dan balam. Jika dipersempit, Ilah sesungguhnya (pada bahasa ini)

adalah ego atau keangkuan manusia.

Ini berarti manusia harus kritis dan merdeka dalam menolak keangkuannya yang

justru menjauhkan dari fitrahnya sendiri.

Berikutnya adalah penerimaan. Berangkat dari pengecualian (Illallah) berarti

kecuali Allah. Penggunaan kata Allah (alif-lam-lam-hu) bagi sekelompok umat Islam

Page 25: Kerangka Berfikir Ilmiah

memaknakan symbol sebagai berikut. Alif dikenal sebagai yang pertama, kekal, berdiri

sendiri. Lam berarti pemilik dan hu berarti Dia. Penggabungan makna simbolis huruf ini

berarti Dia yang tunggal, dari segala pemilik. Digunakan dua huruf lam ditafsirkan

sebagai penekanan atau intensitas. Jadi dua huruf lam ditafsirkan sebagai penekanan atau

intensitas. Jadi dua huruf lam berarti pemilik dari segala pemilik.

Kalimat syahadat ini jika ditafsirkan kurang lebih, penolakan terhadap segala

macam penghambaan kecuali kepada Dia yang tunggal, awal dari segala awal, berdiri

sendiri, kekal yang merupakan pemilik dari segala pemilik.

Kalimat syahadat ini adalah ikrar yang tidak berarti jika tidak dibuktikan. Artinya

kemudian bahwa dalam segenap aspek kehidupan kita adalah bukti penghambaan kita.

Tauhid Zati.

Tauhit Zati adalah meyakini bahwa zat Allah tunggal, tak tersusun, tak

tersebabkan, sederhana (basith). Argumentasi rasional tauhid zati telah dijabarkan pada

meteri sebelumnya.

Tauhid Sifati.

Tauhid sifati adalah meyakini bahwa sifat Allah tidak terpisah dari ztNya. Sifat

Tuhan adalah inheren pada zat Tuhan sendiri. Sifat Tuhan pada dasarnya satu, namun

perbedaan perspektrif yang menjadikan berbeda.

Tahuhid A’fali (tindakan).

Tauhid a’fali berarti segala sesuatu tidak terlepas dari tindakan Allah. Tindakan

Allah adalah zatNya sekaligus sifatNya. Karena jika kita memahami keterpisahannya,

berarti sama saja mengatakan Allah tersusun dari Zat, Sifat, dan tindaka. Hal ini telah

dibahas pada bagian sebelumnya.

Tauhid Rububiyah.

Page 26: Kerangka Berfikir Ilmiah

Tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa hanya Allah lah yang mencipta segala

sesuatu. Adapun hal-hal yang dilakukan oleh manusia tidak terlepas dari kekuasaanNya.

Untuk pembahasan ini selengkapnya pada materi berikutnya.

Tauhid Ibadi.

Tauhid ibadi berarti dalam setiap ibadah kita selalu tujukan dan pasrahkan hanya

kepada Allah semata. Ini juga berarti segala kesombongan, riya dalam ibadah adalah

penolakan terhadap tauhid ibadi.

Kesimpulan

Sesungguhnya impelemtasi dari syadahat adalah menjadi tiap tindakan kita hanya

kepada Allah semata. Ketundukan, kepasrahan dan ketaatan adalah kata kuncinya. Tapi

ini berangkat dari pemikiran dan perenungan yang memunculkan keyakinan yang hakiki.

Prinsip Kepemanduan/Kenabian.

Konsekwensi dari prinsip ketuhanan adalah perlu adanya utusan Tuhan yang

menyampaikan wahyu, dan kemudian memandu manusia menuju khalik. Pertanyaan

mendasar untuk hal ini adalah mengapa mesti ada perantara. Bukannya Tuhan dan hamba

adalah persoalan pribadi? Kita juga bisa bertanya, mengapa Tuhan tidak memberi wahyu

pada tiap manusia, apakah Tuhan tidak mampu?.

Untuk membuktikan keberadaan Tuhan sebenarnya kita tidak memerlukan orang

lain karena akal memiliki kemampuan untuk memberikanNya. Tetapi untuk mengetahui

kehendak Ilahi, tidak semua orang mampu kecuali orang-orang yang dekat dengan Allah.

Allah

Nabi

Wahyu yangdiwahyukan

(sunnah)

Kepengikutan

Wahyu

Maha suci(Khalik)

Manusia Suci(Beraklhlak)

Wasilah

Page 27: Kerangka Berfikir Ilmiah

Seorang utusan memiliki peran ganda. Pertama sebagai penyampai risalah dan

kedua sebagai pembimbing. Seorang utusan mestilah suci, sebab jika tidak suci maka

mustahil ia dapat membimbing pada kesucian. Dalam suatu kesempurnaan, Allah

berfirman tentang utusanNya: Laqadkhalaknal lakum fii rasulillahi uswatun hasanah.

Jelas ayat ini menunjukkan kesempurnaan spiritual rasul ( sekaligus pujian Allah pada

rasul) yang dijadikan panutan.

Dalam sebuah hadis Rasullah SAW bersabda: aku datang untuk menyempaikan

akhlakmu. Kata akhlak satu akar kata dengan makhluk, malaikat, malakut (ciptaan) dan

khalik (pencipta). Ini berarti bahwa tujuan kenabian adalah mengarahkan manusia

menuju Tuhan. Tuhan didekati dengan menyerap asamaNya. Dalam sebuah riwayat

ketika ditanya bagaimana akhlak Rasullah, Aisyah r.a menjawab bahwa akhlak beliau

adalah Al-qur’an.

Mengenai penciptaan, Allah berfirman: Wa maa Khalaqtul jinna wal insaa illa

liyabbudu. Tujuan penciptaan adalah untuk menyembah. Penyembahan itu sendiri adalah

proses mendekatkan diri padaNya.

Dalam literature sufistik, kata Muhammad yang terdiri dari min ha mim dal

adalah symbol manusia yang bersujud. Sedang Muhammad sendiri dalam tinjauan

etimologis berasal dari akar kata “hamd” yang berarti puji. Muhammad sendiri berarti

yang terpuji Hamd, Hamid adalah satu akar kata yang sama. Tetapi penggunaan Al-Hamd

sendiri dikhususkan untuk Allah. Secara sederhana kita dapat katakana bahwa makhluk

yang bersujud adalah terpuji.

Hakikat sujud sendiri adalah meletakkan ketinggian ego kita pada tempat yang

paling rendah sekaligus meninggikan yang Maha Tinggi. Artinya kita menundukkan ego

kita pada egoNya, yaitu Ego Allah yang telah meniupkan rohNya pada jasad material. Ini

juga berarti mengingat asal penciptaan material kita yaitu tanah. Hubungannya kemudian

Manusia

Diciptakan dalam keadaan suci (Mahkluk)

Page 28: Kerangka Berfikir Ilmiah

adalah menghidarkan manusia dari kesombongan sebagaimana Iblis menyombongakan

asal penciptaannya dari api sehingga mendapat kutukanNya.

Untuk dapat mendekatkan diri, kita harus mengikuti utusanNya. Selain itu kita

berwasilah pada utusaNya agar kita mendapatkan syafaat kelak karena ibadah kita sangat

sedikit dibandingkan limpahan RahmatNya. Menurut kami inilah makna dari persaksian

kedua bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

Prinsip Kebangkitan.

Allah SWT telah menganugerahi kita banyak hal yang mustahil kita hitung

banyaknya dan memberi tanggungjawab sesuai dengan kapabilitas kita. Nabi Daud a.s

bermunajad: Yaa Allah bagaimana cara kami bersyukur sedang kebersyukuran adalah

nikmat yang harus kami syukuri. Dalam sebuah kesempatan Allah SWT berfirman: Dan

kami ciptakan penglihata, pendengaran dan hati agar manusia bersyukur.

Manusia diperlengkapi fasilitas istimewa dibandinga makhluk lainnya dengan

posisinya sebagai khalifa fil ardh. Fasilitas ini kemudian akan dimintai

pertanggungjawaban.

Manusia adalah makhluk monodualistik, dalam diri yang satu terdapast dua

komponen. Pertama jasadi yang berasal dari “kehinaan” yaitu tanah. Inilah yang

dikomplain Iblis pada Tuhan. Jasad ini mengarahkan manusia pada kecenderungan

material. Kedua, ruhania yang berasal dari tiupan ruh ilahi yag suci. Inilah yang

dilupakan Iblis. Ruhani ini mengarahkan manusia pada kesmpurnaan hakiki.

Kecenderungan material bersifat sementara, sedang kecenderungan ruhaniah bersifat

kekal.

Prinsip Dinamika Alam Semesta.

Alams semesta diciptakan dengan keseimbangan yang berarti sesuai denga

proporsi masing-masing. Ini yang dimaksud dengan asas keseimbangan. Jika kita

perhatikan alam semesta maka semua bergerak sesuai denga konteksnya masing-masing.

Plaet-planet berputar pada porosnya, binatang bergerak berdasar naluri. Tumbuhan

bergerak berdasar daya hidupnya. Benda mati berdaur dalam jangka waktu tertentu.

Page 29: Kerangka Berfikir Ilmiah

Sedang asas kedua adalah bahwa entitas suatu makhluk harus menghancurkan

makhluk lain untuk bertahan. Artinya materi hingga pada suatu titik akan mengalami

kehancuran. Manusia untuk bertahan harus menghancurkan tumbuhan dan hewan yang

kemudian diproses menjadi energi. Begitupula dengan hewan terhadap tumbuhan dan

tumbuhan terhadap tanah.

Dalam fisika, energi dikenal dapat berubah bentuk, tetapi tidak dapat diciptakan

manusia. Energi tidak lain adalah quwwah atau kekuatan ilahi. Dalam Al-qur’an

disebutkan “kemana kau hadapkan wajahmu disitu wajah Tuhanmu”. Ayat ini

menegaskan bahwa materi yang ada dimana-mana (energi yang diperlambat berdasar

teori Einstain) adalah “wajah” Allah. Wajah adalah pertanda, tetapi bukan diriNya.

Kiamat.

Dalam Isalam kita kenal dua kialmat yaitu kiamat kecil (sughra) dan kiamat besar

(kubra). Kiamat kecil adlh berhentinya gerak didalam material seorang inidivu, atau

dikenal juga dengan istilah kematian jasadi.

Kiamat kubra adalah hancurnya kosmos ini. Kosmos sebagai ciptaan tentu juga

bergerak menuju Tuhan oleh karena itu ia harus hancur. Entah karena tabrakan meteor

atau ulah manusia, yang jelas untuk bergerak, kosmos akan mengalami kehancuran.

Adanya kiamat menjadi bukti kekuasaan Tuhan bahwa hanya diriNyalah yang

kekal hakiki. Kiamat sendiri adalah pintu menuju kehidupan lain yang abadi.

Pertanggungjawaban.

Pada saat kiamat (kecil dan besar), dimana kesempatan untuk bergerak telah

terhenti, maka menjadi keniscayaan akan adanya kosekwensi atas segala yang pernah

dilakukan. Jika sekiranya tidak ada pertanggungjawaban maka tidak perlu ada aturan

sebagai patokan.

Jika seseorang berhasil mengemban amanah dengan baik maka koekwensi adalah

merasakan kenikmatan abadi. Dalam Islam dikenal dengan istilah surga. Atau hanya

sedikit menyerap asmaNya, maka ia akan mengalami kegelisahan dan ketersiksaan. Inilah

yang dikenal dengan istilah neraka. Untuk selengkapnya akan dibahas dalam materi

berikutnya.

Page 30: Kerangka Berfikir Ilmiah

Melacak perbedaan dalam berIslam.

Tiga poin diatas dikenal denga usuluddin, dimana semua ummat Islam sepakat

akan Ketuhanan, kenabian dan kebangkitan. Perbedaan yang muncul dalam ummat Islam

adalah persoalan penafsiran, mulai dari teologi, teks normative, hingga kesyariat. Ini

tidak lepas dari latar historisitas umat Islam sendiri yang penuh dinamika.

Jika kita tarik pada konteks kekinian, maka yang perlu ditumbuhkan adalah

budaya ilmiah dalam beragama yang meliputi argumentasi logis, dialog, penghargaan

sesame ummat, keterbukaan dan tentunya ukhuwa. Berbeda pada wilayah penafsiran

adalah wajar, tetapi berbeda dalam hal ushuluddin berarti beda agama.

Kearifan kita dalam baerislam perlu ditumbuhkan dalam artian tidak selayaknya

klaim kebenaran kita dominasi dan tuduhan sesat ditujukan bagi mereka yang berbeda

paham dan penafsiran. Alangkah indahnya jika perbedaan tersebut menjadi khazanah

intelektual Islam, bukan saling melemahkan dan menjatuhkan.

Wallahu alam Bishshowab.

Bab IV

KEMERDEKAAN INDIVIDU DAN KENISCAYAAN UNIVERSAL

Tujuan Instruksional

Peserta memahami prinsip dinamika alam semesta (sunnatullah) dan prisip ihktiar

manusia berikut hubungan keduanya.

Peserta memahami kosep determinis dan freewill, baik yang berdasarkan

ketuhanan atau kealaman

Peserta mampu membandingkan serta mengkritisi determinis dan freewill

Peserta memahami akibat-akibat yang ditimbulkan dari determinisme dan freewill

Defenisi

Kemerdekaan berarti keleluasaan, kebebasan untuk memilih dan melakukan

sesuatu. Individu berasal dari dua suku kata yaitu in artinya tidak dan devinden artinya

Page 31: Kerangka Berfikir Ilmiah

terbagi, atau manusia secara personal. Kemerdekaan individu bermakna keleluasaan atau

keterbatasan seseorang. Kemerdekaan individu juga berarti ikhtiar manusia.

Keniscayaan berarti kemestian, tidak boleh tidak, harus, atau demikian adanya.

Universal barmakna menyeluruh. Keniscayaan universal berarti keniscayaan mutlak yang

berlaku menyeluruh. Keharusan universal dapat juga dipahami sebagai takdir.

Kemerdekaan Individu dan Keniscayaan Universal adalah pembehasan yang

mencari titik temu antara ikhtiar dan takdir manusia. Apakah ikhtiar manusia melampaui

hukum universal atau hukum universal yang tidak membatasi ikhtiar manusia?

Pertanyaan lain adalah apakah begitu universalnya ketentuan sehingga kehidupan ini

tidak lain hanyalah pelaksanaan dari sebuah scenario yang dirancang Tuhan. Manusia

tidak memiliki kemerdekaan untuk memiliki dan bertindak diluar scenario Tuhan.

Determinis dan Freewill.

Determinis berasal dari kata determinan yang berarti ditentukan. Determinisme

kurang lebih berarti suatu pahaman yang menyatakn bahwa segala sesuatu telah

ditentukan. Segalanya dilakoni dengan keterpaksaant., bukan kemerdekaan atau

kesadaran. Factor yang menentukan tergantunga deri sudut pandangnya. Jika alam dan

hukum-hukumnya yang menjadi penentu, maka sering disebut determinisme saja.

Determinisme yang memandang bahwa alam yang menjadi factor penentu

diusung oleh Karl Marx dengan konsep Materealisme Deialektika. Historis. Bahwa

kesejarahan manusia diatur oleh hukum besi sejarah dimana mengakibatkan loncatan

kualitas menuju tahap masyarakat berikutnya.

Freewill berarti kebebasan berkehedak. Pahaman ini berangkat dari asumsi bahwa

manusia memiliki kehendak dan kekuatan untuk menetukan jalan hidupnya sendiri tanpa

harus diintervensi oleh factor lain. Jika dihadapkan dengan alam, bahwasanya manusia

dapat menciptakan sejarahnya sendiri tanpa mesti harus terikat oleh hukumm besi

sejarah. Freewill ini dapat juga dibagi berdasar factor lain. Pertama alam. Freewill disin

berarti manusia dapat berkehendak tanpa terikat hukum besi sejarah dan kedua Tuhan,

bahwasanya tugas Tuhan hanya mencipta belaka. Kejadian-kejadian setelah penciptaan

adalah murni kehendak bebas manusia.

Jabariyah.

Page 32: Kerangka Berfikir Ilmiah

Bagi kita umat Islam, alam adalah ciptaan Tuhan, sehingga Tuhalalah yang

menjadi factor penentu alam dan manusai. Cuma pesoalanya adalah sejauh mana

intervensi Tuhan.

Jika dalam pendangan ummat Islam, Tuhan sebagai factor yang menentukan,

maka yang selaras dengan determinisme adalah Jabariayah dan Asyariyah.

Jabariyah berasal dari kata jabr yang berarti terpaksa. Jabariayah memahami

bahwa manusia tingagal meenjalankan skenariao Tuhan, manusia tidak memiliki

sedikitpun kebebasan, apalagi dalam hal jodoh, rezeki dan ajal. Setiap tindakan manusia

telah ditetapkan, termasuk hal yang baik dan buruk. Jika Tuhan menskenariokan manusia

untuk melakukan keburukan, maka bagaimanapun ikhtiar manusia mustahil untuk

melakukan kebaikan, pun sebalikanya.

Jabariyah juga memahami bahwa apapun tidakan Tuhan adalah adil. Tuhan dapat

saja memasukkan orang saleh ke neraka dan orang jahat ke surga, dan sekali lagi, itulah

keadilan Tuhan. Manusia hanya dapat pasrah menunggu takdirnya.

Mu’tazilah

Dalam sejarah perkembangan ilmu kalam, pemikiran kaum Jabariyah kemudian

ditantang dan ditentang oleh kaum Mu’tazilah. Mereka mengagap bahwa tugas Tuhan

tidak lebih dari sekedar mencipta belaka. Selanjutnya tergantung dari ikhtiar manusia.

Jadi semua tindakan manusia adalah murni ikhtiar manusia tanpa ada sedikitpun campur

tangan Tuhan.

Keadilan Tuhan pespektif Mu’tazilah adalah Tuhan hanya dapat memasukakan

orang saleh kesurga dan sebaliknya orang jahat di neraka. Selain itu, kebebasan manusia

dalam berikhtiar yang lepas dari tindakan Tuhan adalah salah satu poin pemikirannya.

Kelemahan Jabriyah dan Mu’tazilah.

Kaum Mu’tazilah mengkritik Jabariyah dengan mengatakan bahwa Tuhan

perseptif Jabriyah adalah zalim, semena-mena. Untuk membenarkan pendapatnya,

Mu’tazilah mengutip beberapa ayat yang mengindikasikan kebebasan manusia. Ayat

yang sering digunakan adalah “Tidak berubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri

Page 33: Kerangka Berfikir Ilmiah

merubahnya”. Mu’tazilah mengatakan bahwa ayat ini muhkamat (jelas) adanya. Dan

ayat-ayat yang nampak menyerang argument Mu’tazilah dianggap sebagai Mutasyabih.

Sebalikanya kaum Jabariyah mengkritik Mu’tazilah dengan mengatakn bahwa

Tuhan perspetif Mu’tazilah lemah dan tidak ada kuasa. Untuk membenarkan

pendapatnya, Jabariyah mengutip beberapa ayat yang mengidentifikasikan kekuasaan

Tuhan salah satunya adalah “Bukan kamu yang membunuh tetapi Aku yang membunuh

[8:9]”. Jabariyah mengatakan bahwa ayat ini muhkamat adanya, dan justru ayat yang

mengatakan kaum Mu’tazilah ini mutasyabih [samar-samar].

Untuk mengkaji landasan berpikir kedua mazhab ini maka kita perlu memahami

konsep ketuhannya. Dari materi sebelumnya dibahas tetang tauhid zati, sifati, dan a’fali.

Dalam hal tauhid zati, kedua mazhab sepakat. Mu’tazilah kemudian terlalu cenderung

pada tauhid sifati, dimana pahaman tentang kemahaadilan Tuhan kemudian justru

mengurangi bahkan mungkin menghilangkan pahaman tentang kekuasaan Tuhan untuk

berkehedak.

Sebaliknya Jabariyah terlalu cenderung pada tauhid A’fali dimana kekusaan

Tuhan untuk bertindak malah mengurangi bahkan menghilangkan keadilan Tuhan.

Akibat dari pahaman Jabariyah adalah stagnasi individu dan masyarakat karena

sikap pesimisme dalam berikhtiar. Sementara akibat kaum Mu’tazilah adalah terlepasnya

Tuhan dari kehidupan manusia. Adapun pahaman ini masing-masing memiliki kelebihan

dan kekurangan masing-masing.

Untuk menengahi pedebatan ini kita harus mencari jalan tengah, dimana pahaman

kita tidak menjadikan Tuhan tidak adail dan Tuhan tidak ada kuasa.

Prinsip dinamika Alam Semesta.

Persoalan mendasar dalam penciptaan adalah apakah semuanya menjadi secara

kebetulan belaka tanpa ada yang mengatur atau ada yang mengatur secara mutlak atau

ada yang mengatur sesuai dengan hukum-hukumnya.

Jika mengikuti pendapat pertama bahwa tanpa ada mengatur berarti sama saja kita

mengatakan bahwa tidak ada pencipta dan ini tetunya mustahil.

Page 34: Kerangka Berfikir Ilmiah

Jika mengikuti pendapat kedua bahwa ada yang mengaturnya dimana ciptaan

dalam hal ini manusia tidak memiliki kebebasan untuk beriktiar dan memilih, berarti

sama saja kita katakana bahwa Tuhan tidak adil.

Dengan demikian otomatis dalam penciptaan kita mempercayai bahwa alam

semesta ini diatur berdasarkan hukum-hukum yang ditetapkan sang Pencipta. Manusia

sebagai bagian alam semesta juga pasti dikenai hukum-hukum dari sejak penciptaan,

tindakan sampai akhir perjalanan manusia.

Takwini dan Tasyrii.

Untuk mepermudah pembahasan, kita bagi dua wilayah hukum-hukum Tuhan.

Pertama takwini, dalam hal ini penciptaan dan kedua tasyrii dalam hal ini aksiden-

akasiden di alam material.

Perlu dibedakan antara hukum penciptaan dengan hukum syar’i. Dalam hal

hukum penciptaan, tidak ada hak manusia. Sebagai contoh binatang diberi insting dan

manusia diberi akal. Karena manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dimana

manusia dibekali akal untuk mengelola alam semesta, maka Tuhan kemudian

menurunkan aturan bagi manusia, dalam hal ini syariat. Jadi syariat berlaku pada

manusia, itupun yang memenuhi syarat agar terjaga keseimbangan sesuai peran dan

fungsi penciptaaan manusia.

Pada wilayah takwini atau penciptaan, Allah mencipta sesuai dengan kadar

masing-masing sesuai dengan tujuan penciptaannya. Dalam hal ini, manusia tidak

memiliki sedikitpun hak. Sebagai contoh lahirnya seotang bayi dari orang tua tertentu,

dimana bayi tidak dapat memilih atau berusaha untuk mencari orang tua tertetu, dimana

bayi tidak dapat memilih atau berusaha untuk mencari orang tua yang ia senangi. Contoh

lain, diciptankannya matahari sebagai tata surya. Tuhan memberi matahari energi dan

daya gravitasi, sesuai dengan tujuan penciptaannya. Masih banyak contoh yang tidak

dapat kami sebutkan disini.

Pada wilayah tasyrii disini manusia memiliki hak dan kemampuan untuk memilih

dan berikhtiar. Sebagai contoh makan disaat lapar. Tubuh kita hanya mengirimpan

implus ke syaraf yang menandakan lambung sedang kosong. Pada kondisi ini manusia

dapat memilih untuk makan atau tidak, maka makanan A atau makanan B, dan

Page 35: Kerangka Berfikir Ilmiah

seterusnya. Hukum agama berlaku pada wilayah tasyrii. Seseorang tidak dihukumi kafir

karena orang tuanyamemilih untuk makan atau tidak, maka makanan A atau makanan B,

dan seterusnya. Hukum agama berlaku pada wilayah tasyrii. Seseorang tidak dihukumi

kafir karena orang tuanya. Budi bahkan lahir dari hubungan tidah syah. Mengapa, karena

anak tersebut tidak dibekali kemampuan untuk memilih dan berusaha dalam menentukan

orang tuanya. Ini jelas wilayah takwini. Tetapi siapapun dia ketika akalnya sudah matang,

informasi tentang kebenaran telah disampikan kemudian menutup diri dari kebenaran,

maka orang tersebut dihukumi kafir. Mengakap, karena orang tersebut memiliki

kemampuan untuk memilih dan berikhtiar tapi tidak dilakukan.

Baik dan Buruk.

Pertanyaan substansial pada bagian ini adalah apakah kebaikan dan

keburukan adalah dua entitas yang masing-masing memiliki eksistensi? Atau kedaunya

tidak memiliki eksistensi, atau Cuma salah satunya?.

Jika kenaikan dan keburukan masing-masing memilik eksisatensi, maka

pertanyaan berikutnya adalah dari manakah datangnya keburukan?. Mengatakan

keburukan berasal dari Tuhan otomatis menuduh Tuhan memiliki keburukan karena

mustahil Tuhan memberi keburukan kalau Ia tidak punya keburukan.

Adalah agama Zoroaster yang meyakini dua eksistensi Tuhan yaitu hriman

(Tuhan baik) dan Ahzuramazda (Tuhan Buruk). Mustahil kebaikan dan keburukan

menyatu, olehnya Tuhan dalam perspektif ini dibagi berdasarkan peran dan fungsinya.

Tapi ternyata dalam Islam kita diwajibkan untuk mempercayai takdir baik dan takdir

buruk (qodha dan qodar). Untuk qodha dan qodar akan dibahas pada bagian berikutnya.

Kembali pada kebaikan dan keburukan, kalau kita katakana bahwa Tuhan

hanya memiliki kebaikan, lantas mengapa ada keburukan? Untuk menjawab pertanyaan

tersebut maka perlu kita mendefenisikan tetang keburukan itu sendiri. Defenisi

keburukan, pertama adalah ketidak sesuaian antara apa yang terjadi dan apa yang

diinginkan. Misalnya kita ingin punya harta yang banyak atau menjadi orang kaya, tetapi

harta yang kita miliki justru sedikit, maka kita katakana bahwa kemiskinan itu buruk.

Defenisi ini mengacu pada reasi psikologis semata. Defenisi berikitnya mengatakan

Page 36: Kerangka Berfikir Ilmiah

keburukan adalah kurangnya intensitas/derajat kebaikan. Defenisi ini yang akan kita

jabarkan.

Kebaikan dianalogikan seperti cahaya dan Tuhan sebagai sumber cahaya.

Keburukan adalah kurangnya intensitas cahaya atau kegelapan. Kegelapan sendiri tidak

memiliki eksistensi